Upload
hardianti-agri
View
2
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
farmakologi
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Sistem saraf pusat (SSP) merupakan sistem saraf yang dapat mengendalikan sistem saraf
lainnya didalam tubuh dimana bekerja dibawah kesadaran atau kemauan. SSP biasa juga
disebut sistem saraf sentral karena merupakan sentral atau pusat dari saraf lainnya. Sistem
saraf pusat ini dibagi menjadi dua yaitu otak (ensevalon) dan sumsum tulang belakang (medula
spinalis).
Sistem saraf pusat dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang tidak
spesifik misalnya hipnotik sedativ. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat terbagi menjadi
obat depresan saraf pusat yaitu anastetik umum, hipnotik sedativ, psikotropik, antikonvulsi,
analgetik, antipiretik, inflamasi, perangsang susunan saraf pusat.
Dalam percobaan ini mahasiswa farmasi diharapkan mampu untuk mengetahui dan
memahami bagaimana efek farmakologi obat depresan saraf pusat dimana dalam percobaan ini
mahasiswa mengamati anastetik umum dan hipnotik sedativ yang diujikan pada hewan coba
mencit (Mus musculus). Obat yang digunakan untuk anastetik umum yaitu eter, kloroform dan
alkohol 96%, sedangkan untuk hipnotik sedativ digunakan diazepam dan fenobarbital
Adapun dalam bidang farmasi pengetahuan tentang sistem saraf pusat perlu untuk
diketahui khususnya dalam bidang ilmu farmakologi toksikologi karena mahasiswa farmasi
dapat mengetahui obat-obat apa saja yang perlu atau bekerja pada sistem saraf pusat. Hal
inilah yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan ini.
B. Tujuan pratikum
a. untuk menentukan efek obat anastesi umum,hipnotik dan sedative terhadap hewan
coba mencit(Mus musculus)berdasarkan parameter onset dan durasi.
b. Untuk menentukan efek obat antidepresi terhadap hewan coba mencit
(Musmusculus)berdasarkan parameter durasi diam.
c. Stimulant susunan saraf pusat terhadap hewan coba mencit(Musmusculus)
berdasarkan parameter frekwensi dan durasi gerak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Teori umum
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan
berkesinambungan serta terutama terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme
sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur.
Susunan saraf terdiri dari susunan saraf pusat dan susunan saraf tepi. Susunan
saraf pusat terdiri dari otak (ensevalon) dan medula spinalis (sumsum tulang
belakang) (Gunawan, 2007).
Anastetik umum adalah senyawa obat yang dapat menimbulkan anastesi
(an=tanpa, aesthesis=perasaan) atau narkosa, yakni suatu keadaan depresi umum
yang bersifat reversible dari banyak pusat sistem saraf pusat, dimana seluruh
perasaan dan kesadaran ditiadakan, agak mirip dengan pingsan (Sloane, 2003).
Anastetik umum digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri dan memblok
reaksi serta menimbulkan relaksasi pada pembedahan. Tahap-tahap anastesi
antara lain (Sloane, 2003) :
Efek anastetik ini pada mencit antara lain dapat dideteksi dengan Touch
respon, yaitu dengan menyentuh leher mencit atau tikus dengan suatu benda
misalnya pensil. Jika mencit tidak bereaksi maka mencit/tikus terpengaruh oleh
anastetik. Selain itu pasivitas juga dapat mengindikasikan pengaruh anastesi.
Pasivitas yaitu mengukur respon mencit bila diletakkan pada posisi yang tidak
normal, misalnya mencit yang normal akan menggerakkan kepala dan anggota
badan lainnya dalam usaha melarikan diri, kemudian hal yang sama tetapi dalam
posisi berdiri, mencit normal akan meronta-ronta. Mencit yang diam kemungkinan
karena terpengaruh oleh senyawa anastetik. Uji neurologik yang lain berkaitan
dengan anastetik ialah uji ringhting refles (Ganiswarna, 1995).
Mekanisme terjadinya anesthesia sampai sekarang belum jelas
meskipun dalam bidang fisiologi SSP dan susunan saraf perifer terdapat kemajuan
hebat sehingga timbul berbagai teori berdasarkan sifat obat anestetik,misalnya
penurunan transmisi sinaps, penurunan konsumsi oksigen dan penurunan aktivitas
listrik SSP (Tan Hoan Tjay, dkk 2002).
Hipnotik atau obat tidur (hypnos=tidur), adalah suatu senyawa yang bila
diberikan pada malam hari dalam dosis terapi, dapat mempertinggi keinginan
fisiologis normal untuk tidur, mempermudah dan menyebabkan tidur. Bila senyawa
ini diberikan untuk dosis yang lebih rendah pada siang hari dengan tujuan
menenangkan, maka disebut sedativa (obat pereda). Perbedaannya dengan
psikotropika ialah hipnotik-sedativ pada dosis yang benar akan menyebabkan
pembiusan total sedangkan psikotropika tidak. Persamaannya yaitu menyebabkan
ketagihan (Mutscler, 1991).
Dalam mempengaruhi kemampuan mengatur suatu pembiusan perlu
dipertimbangkan bahwa dalam pembiusan yang ditimbulkan oleh suatu obat
pembius tertentu ditentukan oleh konsentrasinya dalam sistem saraf pusat dan
bahwa ini bergantung pada (Mutscler, 1991) :
Tidur adalah kebutuhan suatu makhluk hidup untuk menghindarkan dari
pengaruh yang merugikan tubuh karena kurang tidur. Pusat tidur di otak mengatur
fungsi fisiologis ini. Pada waktu terjadi miosis, bronkokontriksi, sirkulasi darah
lambat, stimulasi peristaltik dan sekresi saluran cerna (Sulistia 2007).
B.Uraian bahan