Upload
luqman-hadi
View
7
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Keberadaan kanal ion pertama kali dihipotesiskan oleh Alan Hodgkin dan Andrew
Huxley (ahli biofisika Inggris) pada tahun 1952 sebagai bagian dari teori mereka mengenai
impuls syaraf dan mendapatkan hadiah nobel. Keberadaan kanal ini kemudian
dikonfirmasikan oleh Erwin Neher dan Bert Sakman pada th 1970 dengan menggunakan
teknik perekaman elektrik yang disebu “patch clamp” yang juga membawanya mendapatkan
hadiah nobel 1991.
Hingga saat ini, ratusan ilmuwan telah melanjutkan penelitian di bidang tersebut untuk
mencapai pengertian yang lebih dalam mengenai bagaimana kanal tersebut bekerja. kanal ion
memainkan peranan penting dalam banyak tipe sel. Berbagai penyakit terjadi disebabkan
karena adanya disfungsi kanal ion, antara lain penyakit aritmia jantung, diabetes, hipertensi,
angina pectoris, dan epilepsi. Karena itu, kanal ion saat ini merupakan salah satu target aksi
favorit untuk penemuan obat baru.
Kita ketahui bahwa tubuh kita membutuhkan ion-ion seperti Na, Ca, dan K. Namun ion-ion
ini tidak masuk kedalam sel melalui membran karena ion-ion ini bermuatan. Seperti yang kita
ketahui, bahwa membran ssel itu merupakan suatu bentuk lipid bilayer, artinya setiap
molekul yang bisa berdifusi masuk menembusmembran sel harus mempunyai kelarutaan
lemak dan bentuk ionik ini tidak mempunyai kelarutan lemak. Oleh karena itu diperlukan
media celah atau pori agar ion-ion ini bisa masuk kedalam membran sehingga membran yang
dari impermeable menjadi permeable, disinilah ion diperlukan sebagai celah atau saluran.
Kaitannya dengan obat dimana kebanyakan obat merupakan elektrolit lemah. Yakni asam
lemah atau basa lemah. Dalam air efek lemah ini akan terionisasi menjadi bentukyang
terionkan.
I.2. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan reseptor kanal ion ?
2. Apa saja reseptor yang termasuk reseptor kanal ion ?
I.3. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan reseptor kanal ion
2. Untuk mengetahui contoh – contoh reseptor kanal ion dan mekanisme kerjanya
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Reseptor Kanal Ion
Reseptor merupakan komponen makromolekul sel (umumnya berupa protein) yang
berinteraksi dengan senyawa kimia endogen pembawa pesan (hormon,
neurotransmiter,mediator kimia dalam sistem imun, dan lain-lain) untuk menghasilkan respon
seluler. Obatbekerja dengan melibatkan diri dalam interaksi antara senyawa kimia endogen
denganreseptor ini, baik menstimulasi (agonis) maupun mencegah interaksi (antagonis).
Berdasarkan transduksi sinyalnya, maka reseptor dapat dikelompokkan menjadi 4
(empat) yaitu:
1. Ligand-gated ion chanel receptor (reseptor kanal ion)
2. G-protein coupled receptor (reseptor yang tergandeng dengan protein-
3. Tyrosine kinase-linked receptor (reseptor yang terkait dengan aktivitas kinase)
4. Nuclear receptor (reseptor inti).
Kanal ion merupakan protein membran yang terdapat pada lapisan lipid membran sel,
tersusun dari beberapa sub-unit protein membentuk suatu pori-pori.
Kanal ion tersusun atas beberapa subunit protein, dimana subunit alfa adalah
subunit terbesar dan utama. Subunit alfa terdiri dari 4 domain homolog (lihat di gambar yg
berwarna hijau, biru muda, hijau-biru, & ungu) yang masing2 terdiri dari 6 segmen yg
melintasi membran di masing- masing homolog.
Reseptor kanal ion merupakan suatu glikoprotein yang melintasi membran sel dan
merupakan suatu kompleks multi subunit yang tersusun membentuk porus/kanal. Reseptor
ionotropik mengatur permeabilitas kanal ion dan diklasifikasikan berdesarkan
permeabilitasnya terhadap ligan. Sifat penting dari reseptor kanal ion ini adalah sebagai
berikut :
1. Teraktivasi sbg respon thd ligan spesifik / neurotransmitter
Neurontransmiter disini maksudnya dilepaskan oleh ujung syaraf sebagai respon dari
depolarisasi.
2. memungkinkan ion melalui membran yg semula impermeable
Dimana neurotransmitter seperti asetilkolin akan berikatan pada reseptor yg da pad kanal ion
embuat kanal ion terbuka sehingga na bias masuk
3. Selektif terhadap ion2
Hanya ion2 tertentu misalnya K, Ca dan Na
II.2. Contoh Reseptor Ionotropik Dan Mekanisme Aktivasinya
Contoh Reseptor Ionotropik
Ø reseptor asetilkolin nikotinik
Ø reseptor GABAa
Ø reseptor glutamat (NMDA)
Ø reseptor serotonin (5-HT3)
II.2.1 Reseptor Asetilkolin Nikotinik
Reseptor ini berperan dalam penyaluran sinyal listrik dari suatu motor neuron ke serat
saraf otot. Asetilkolin yang dilepaskan oleh neuron motorik berdifusi ke membran plasma sel
miosit dan terkait pada reseptor asetilkolin. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan
konformasi reseptor dan akan menyebabkan kanal ion membuka. Pergerakan muatan positif
akan mendepolarisasi membran plasma yang menyebabkan kontraksi. Pembukaan kanal
hanya berlangsung sebentar meskipun asetilkolin masih menempel pada reseptor (periode
desensitisasi). Reseptor nikotinik asetilkolin yang matang terdiri atas 2 α, β, γ, dan δ.
Berbeda dari yang ada di otot, struktur reseptor nikotinik asetilkolin di neuron hanya terdiri
atas subunit α&β (α3β2).
reseptor asetilkolin nikotinik
http://thebrain.mcgill.ca/flash/d/d_06/d_06_m/d_06_m_mou/
d_06_m_mou.html
Jaman SMA dulu kita udah diperkenalkan dengan berbagai neurotransimitter yang
menghantarkan impuls-impuls saraf sehingga tubuh bisa bereaksi terhadap respon yang
diberikan. Salah satunya adalah asetilkolin yang disintesis dari kolin dan asetil ko A,
dibantu oleh enzim asetilkolintransferase. Asetilkolin (Ach) yang dihasilkan ini nanti akan
berinteraksi dengan dua reseptor, yaitu nikotinik dan muskarinik. Nah,yang terkait dengan
kanal ion adalah yang nikotinik, yang muskarinik termasuk GPCR *walau M2 dan M4 juga
terkait kanak Kalium*. Reseptor nikotinik ini terkait dengan kanal Na pada membran sel.
Mekanisme transduksi sinyal pada reseptor nikotinik ini :
Ada impuls saraf --> membuka kanal Ca2+ pada presinaptik --> Ca2+ memobilisasi
Ach untuk lepas dari presinaptik --> Ach berikatan dengan reseptor nikotinik -->
Kanal Na membuka --> depolarisasi parsial --> membuka kanal Na yang lain -->
depolarisasi berlanjut --> membuka kanal Ca2+ di RE/RS --> Ca2+ masuk ke
sitoplasma --> kontraksi
Nah, hasil akhirnya adalah kontraksi otot. Oleh karena itu, antagonis reseptor
nikotinik memiliki aktivitas sebagai pelemas otot, misalnya dalam operasi besar, digunakan
obat jenis ini agar tidak terjadi reflek tiba-tiba dari pasien. Selain itu, ada juga agonis
nikotinik misalnya Chantix yang digunakan sebagai terapi pada orang yang ingin sembuh
dari ketergantungan rokok. Kok bisa? jadi ketika ada nikotin dari rokok berinteraksi dengan
reseptor nikotinik, ternyata memacu pelepasan dopamin yang banyak sehingga akan
menyebabkan ketagihan. Sedangkan ketika chantix yang berinteraksi dengan reseptor
nikotinik, dopamin yang dilepaskan tidak terlalu banyak sehingga tidak bersifat addiktif.
Asetilkolin yang disintesis dari kolin dan asetil ko A, dibantu oleh
enzim asetilkolintransferase.Berperan antara lain dalam regulasi belajar (learning),
memori, kontrol gerakan, dan mood (perasaan) contoh: penyakit Alzheimer (pikun)
disebabkan karena degenerasi sistim kolinergik, myasthenia gravis. Asetilkolin (Ach) yang
dihasilkan ini nanti akan berinteraksi dengan dua reseptor, yaitu nikotinik dan muskarinik.
Nah,yang terkait dengan kanal ion adalah yang nikotinik, yang muskarinik termasuk GPCR
*walau M2 dan M4 juga terkait kanak Kalium*. Reseptor nikotinik ini terkait dengan kanal
Na pada membran sel.
Disebut reseptor asetilkolin nikotinik karena selain memiliki daya afinitas untuk berikatan
dengan asetilkolin reseptor ini juga memiliki afinitas terhadap nikotin tetap afinitas lemah
terhadap muskarin.
Akson terbuka yang melebar terletak pada alur permukaan serabut otot yang dibentuk
oleh lipatan sarkolema ke dalam (junctional fold = dasar alur dibentuk oleh sarkolema yang
membentuk lipatan-lipatan). Junctional fold berfungsi memperluas area permukaan
sarkolema yang terletak di dekat akson yang melebar. Di antara membran plasma
akson (aksolema atau membran prasinaps) dan membran plasma serabut
otot (sarkolema atau membran pascasinaps) terdapat celah sinaps.
Saat potensial aksi mencapai membran prasinaps motor end-plate, kanal voltage-
gated Ca2+ terbuka dan Ca2+ masuk ke dalam akson. Hal ini menstimulasi penggabungan
vesikel sinaptik dengan membran prasinaps dan menyebabkan pelepasan asetilkolin ke celah
sinaps. Kemudian asetilkolin menyebar dan mencapai reseptor Ach tipe
nikotinik dimembran pascasinaps junctional fold. Setelah pintu kanal terbuka, membran
pascasinaps lebih permeabel terhadap Na+ yang mengalir ke dalam sel-sel otot dan terjadi
potensial lokal (end-plate potential). Pintu kanal Ach permeabel terhadap K+ yang keluar dari
sel namun dalam jumlah yang lebih kecil. Jika end-plate potential cukup besar, kanal
voltage-gated untuk Na+ terbuka dan timbul potensial aksi yang menyebar sepanjang
permukaan sarkolema. Gelombang depolarisasi diteruskan ke serabut otot oleh sistem tubulus
T menuju miofibril yang kontraktil. Hal ini menyebabkan pelepasan Ca2+ dari retikulum
sarkoplasma yang akan menimbulkan kontraksi otot.
Pada bagian sistem syaraf otonom terdapat suatu enzim yang sangat penting yaitu
Asetilkolin asetil hidrolase (AchE) atau biasa disebut dengan asetilkolinesterase. Enzim ini
ditemukan pada celah syaraf kolinergik, neuromuscular junction, dan darah. Enzim ini sangat
penting karena berfungsi untuk memecah asetilkolin menjadi asetat dan kolin.di
ujungterminal saraf Kemudian dissimpan di vesicle sinap dan akan dilepaskan ketika ketika
kanal ca terbuka . Setelah pelepasannyake celah sinap, asetilkolin dengan cepat dihidrolisis
oleh enzim asetilkolinesterase (truecholinesterase) menjadi asetat dan kolin. Salah satu obat
yang berhubungan dengan asetilkolin ini yaitu kolinesterase inhibitor yaitu obat atau senyawa
yg menghambat kerja enzim asetilkolinesterase (yg mendegradasi asetilkolin). dibagi menjadi
2 golongan, namun cara kerja keduanya sama yaitu sebagai substrat palsu sehingga
Asetilkolin menggandeng obat tersebut, bukan asetil-kolinesterase
ada dua inhibitor yang menghambat enzim kolinesterase pada celah sinaptik yaitu
1. Inhibitor Reversibel
Obat ini dapat berinteraksi secara kompetitif dengan sisi aktif enzim AChE
dan dapat terbalikkan / reversibel. Obat pada golongan ini bersifat larut air. Contoh
obat-obatan yang bersifat inhibitor reversibel ini adalah Edroponium. Obat ini
bereaksi dengan cepat yang diberikan secara intravena untuk diagnosa penyakit
Myastenia gravis. Pada penderita Myastenia gravis jika diberikan Edroponium maka
akan meningkatkan kekuatan otot skeletal.
2. Inhibitor Irreversible
Obat ini berinteraksi dengan sisi sktif enzim AchE dan bersifat tak terbalikkan
dan biasanya senyawa golongan ini bersifat larut dalam lipid sehingga dapat
menembus barrier darah otak. Obat ini bereaksi dengan memfosforilasi enzim AchE
sehingga mengakibatkan inaktivasi enzim tersebut. Senyawa yang bersifat sebagai
Inhibitor Irreversibel ini contohnya yaitu Malation, golongan insektisida dan
golongan pestisida (organophosphat). Jika suatu inhibitor irreversibel ini bereaksi
terhadap enzim asetilkolinesterase maka enzim ini tidak aktif sehingga tidak dapat
memecah asetilkolin menjadi asetat dan kolin dan mengakibatkan penumpukan. Obat
yang dapat digunakan adalah Pralidoksim. Obat ini bereaksi dengan menarik kuat
Inhibitor Irreversibel dari sisi aktif enzim agar enzim tersebut aktif kembali. Tetapi
penggunakaan pralidoksim pada pasien keracunan organophosphat harus dilakukan
pada waktu yang cepat, karena dalam waktu beberapa jam setelah keracunan
organofospat, enzim terfosforilasi atau kehilangan gugus alkil atau alkoksi sehingga
menyebabkan atbil dan lebih resisten terhadap pralidoksim.
Keracunan organofosfat Terjadi akibat kelebihan asetilkolin pada celah sinaptik.
pengobatan ada 2 macam:
· Antagonis asetilkolin pada reseptornya : misalnya diberi atropin sehingga efek
asetilkolin mengalami penurunan Contoh senyawa alami yang bereaksi dengan hal ini
adalah Atropin dan Hyosin. Atropin bersifat larut dalam lipid sehingga mudah untuk
diabsorpsi dan dapat menembut barrier darah otak. Atropin ini dapat digunakan pada kasus
keracunan organophospat. Yaitu berinteraksi dengan mengeblok kelebihan asetilkolin pada
reseptor muskarinik, tetapi tidak pada reseptor nikotinik.
· Hidrolisis kompleks AchE-organofosfat : bisa dilakukan dan akhirnya AchE bisa bekerja
normal kembali! misalnya dengan pralidoksim. namun sayangnya obat tersebut tidak bisa
menembus sawar darah otak. Lah jika terlalu lama kan organofosfat bisa menembus sawar
darah otak. karenanya pengobatan harus sedini mungkin
Selain inhibitor enzim asetiltransferse ada juga obat pelemas otot atau
Neuromuscular blocking agent, ada 2 golongan yaitu
1. Non depolarizing blocking agent
Menduduki reseptor tanpa menyebabkan aktivasi dari kanal ion -à
mencegah depolarisasi
Pelumpuh otot Non-depolarisasi bekerja sebagai kompetitif antagonis. Sebagai contoh pada
kondisi dimana berhubungan dengan sedikit reseptor ACh (down regulasi pada myasthenia
gravis) menunjukan resistensi pada relaksan yang depolarisasi sedang sensitivitas meningkan
pada pelumpuh otot yang nondepolarisasi.
Obat golongan non-depolarisasi terikat juga pada reseptor ACh namun tidak menyebabkan
terbukanya kanal natrium sehingga tidak terjadi kontraksi otot skeletal, karena tidak timbul
potensial aksi pada lempeng akhir motorik. Obat golongan ini akan menetap pada reseptor
ACh (kecuali Atracurium dan Mivacurium) sampai terjadi redistribusi, metabolisme ataupun
eliminasi obat ini dari dalam tubuh, dapat juga dengan pemberian obat yang bersifat melawan
daya kerja obat ini. Cara melawannya dengan menekan fungsi asetilkolinesterase sehingga
meningkatkan konsentrasi ACh, untuk dapat berkompetisi dalam menduduki reseptor ACh
dan menghilangkan efek blok yang ditimbulkan oleh obat golongan non-depolarisasi.
2. Depolarizing blocking agent
Obat-obat depolarizing bloking agent ini memperlama depolarisasi, mencegah kembalinya
keresting state. Oleh Karena itu : pelepasan asetilkolin lebih lanjut tidak bisa memicu
potensial aksi
Ciri-ciri kelumpuhan :
a. Ada fasikulasi otot
b. Berpotensi dengan antikoliestrase
c. Kelumpuhan berkurang dengan pemberian obat non-depolarsasi dan asidosis
d. Tidak menunjukkan kelumpuhan yang bertahap pada perangsangan tunggal maupun
tetanik.
· .
suksinilkolin ini lebih aman digunakan karena dia mirip dengan senyawa endogen, jadi
kemungkinan ditolak tubuh lebih kecil kayak insulin buat orang diabetes melitus tu lho..
Insulin eksogen lebih aman karena lebih mirip insulin endogen daripada pake obat2
antidiabetes. Contoh lain adalah chantix yang digunakan sebagai terapi pada orang yang
ingin sembuh dari ketergantungan rokok. Kok bisa? jadi ketika ada nikotin dari rokok
berinteraksi dengan reseptor nikotinik, ternyata memacu pelepasan dopamin yang banyak
sehingga akan menyebabkan ketagihan. Sedangkan ketika chantix yang berinteraksi dengan
reseptor nikotinik, dopamin yang dilepaskan tidak terlalu banyak sehingga tidak bersifat
addiktif.
II.2.2 Reseptor GABA (Gamma-Aminobutyric Acid)
Reseptor ini merupakan neurotransmitter inhibitor utama di otak. Sehingga aksinya
nanti adalah depresi CNS. Si reseptor GABA ini unik, karena dia memiliki banyak tempat
untuk berikatan dengan berbagai zat. Sisi aktifnya untuk berikatan dengan GABA
disebutortosterik, sedangkan untuk berikatan dengan senyawa lain disebut allosterik, antara
lain terdapat benzodiazepin site, barbiturat site, dan steroid site. Selain itu, etanol juga bisa
berikatan di reseptor GABA sehingga menyebabkan depresi CNS. Reseptor GABA ini terkait
dengan kanal Cl. Mekanisme yang terjadi pada reseptor ini :
GABA lepas dari ujung saraf --> berikatan dengan reseptor GABA --> membuka kanal Cl --
> Cl masuk --> hiperpolarisasi --> penghambatan transmisi saraf --> depresi CNS
Gaba tidak hanya sebagai inhibitor di otak tetapi juga membantu dalam produksi endorfin
yang memberikan rasa kesejahteraan. Rasa yang kita rasakan ketika endorfin ini dilepaskan
yaiotu ketika kita latihan dan berhubungan seksual
Orang yang impulsif biasanya bertindak secara spontan atau cepat, tiba-tiba, kasar, memaksa,
tanpa perencanaan, tanpa pertimbangan, dan tak mampu menunda keinginannya. Melalui
penelitian yang dilakukan di Inggris, para ilmuwan mempelajari mengapa beberapa orang
tidak dapat mengendalikan dirinya dalam membuat suatu keputusan. Ditemukan, pada pria
impulsif, terdapat kekurangan zat kimia yang disebut GABA yang mengirimkan pesan antara
sel-sel otak, menurut laporan Express, Kamis (11/8). Para ilmuwan di Cardiff University
memantau sejumlah mahasiswa pria dalam situasi saat mereka harus mengambil keputusan
dan mengukur aktivitas otak mereka pada saat yang sama. Mereka yang aktivitas otaknya
berkurang lebih cenderung untuk membuat keputusan secara spontan.
Gaba ini dihasilkan melalkui siklus krebs dmna pada Di jaringan saraf, alpha
ketoglutarat diubah menjadi glutamate kemudian menjadi GABA dan mengethui hal ini kita
bisa mningkatgkan gaba deng Anda harus makan makanan yang kaya karbohidrat kompleks
seperti gandum, beras merah dan gandum sebagai bagian dari diet Anda. Makanan lain yang
dapat memperbayak glutamin atau prekursor-nya, asam glutamat dan glutamat, termasuk
buah jeruk, hati sapi, brokoli, halibut dan lentil. Suplemen bermanfaat untuk mengambil
adalah L-theanine, sebuah asam amino yang ditemukan dalam teh hijau, dan tersedia dalam
bentuk suplemen. L-theanine dapat menenangkan saraf Anda dengan tetap menjaga
kejernihan pikiran. Dengan kata lain, menenangkan anda, tetapi tidak membuat Anda
mengantuk dan memungkinkan Anda untuk menikmati hari Anda dengan kecemasan.
GABA Disintesis dari glutamat dg bantuan enzim glutamic acid decarboxylase
(GAD), dandidegradasi oleh GABA-transaminase. Penghambatan enzim2nya ini sangat
berperan pada pengobatan epilepsy, dimana pada penderita epilepsi mereka kekurangan
gaba. Karena tidak ada yang menekan sistem sarafnya, akibatnya ketika terjadi aktivasi,
respon yang diberikan pun berlebihan sehingga terjadi konvulsan *kejang*. Terapi yang bisa
diberikan salah satunya adalah dengan meningkatkan GABA, yaitu meningkatkan GAD
(enzim yang mengubah glutamat menjadai GABA) dengan contoh obat gabapentin,
menghambat reuptake GABA dengan contoh obat tiagabin, atau dengan menghambat GABA
transaminase sehingga GABA tidak diubah menjadi metabolitnya, contoh obatnya vigabatrin.
adanya berbagai site pada reseptor ini dimanfaatkan sebagai strategi-strategi untuk
memanipulasi si reseptor GABA ini. Misalnya obat-obat golongan benzodiazepin, akan
meningkatkan afinitas reseptor terhadap GABA sehingga pembukaan kanal Cl lebih lama,
depresi CNS yang terjadi juga lebih lama dan besar Begitu juga mekanisme yang terjadi pada
obat golongan barbiturat.
1. Obat-obat benzodiazepin (diazepam, klordiazepoksid, lorazepam) à meningkatkan
afinitas reseptor terhadap GABA pada GABA site à mengaktivasi reseptor
GABAàmeningkatkan frekuensi pembukaankanal Clàhiperpolarisasi àdepresi CNS
2. Obat-obat barbiturat (fenobarbital, pentobarbital) à memperlamapembukaan kanal
Cl àhiperpolarisasi à depresi CNS
Barbiturat memperpanjang durasi pembukaan kanal, sehingga memaksimalkan kesempatan
bagi Cl- mengalir. Dengan mekanisme inilah golongan barbiturat banyak digunakan sebagai
obat epilepsi, selain digunakan sebagai sedatif.
3. Pikrotoksin (konvulsan) àmengeblok kanal Cl à mengeblok efek penghambatan post-
sinaptik GABA à efek eksitatori > à konvulsi
4. Steroid : Steroid yang dimaksud adalah neuerosteroid dan steroid neuroaktif. Steroid
jenis ini bereaksi secara non genomik, yaitu bekerja pada reseptor GABA. Contohnya adalah
progesteron dan metabolitnya allopregnalon
II.2.3 Reseptor Glutamat
Glutamat merupakan neurotransmitter eksitatori. Reseptor glutamat ada 2 jenis,
ionotropik dan metabotropik. Nah, yang ionotropik (terkait kanal ion) ada 3, yaitu NMDA,
AMPA, dan kainate. Namun, yang sudah banyak diteliti adalah reseptor NMDA. Reseptor
NMDA ini banyak ditemukan di otak bagian cortex cerebral dan hippocampus sehingga
memiliki peranan penting dalam fungsi memori dan belajar. Keunikan dari reseptor NMDA
ini adalah dia ter-blok oleh ion Mg2+ (mengeblok kanal Na dan Ca) ketika dalam keadaan
inaktif, sehingga membutuhkan reseptor non-NMDA untuk mengaktivasinya.
Mekanismenya Glutamat lepas dari saraf presinaptik --> berinteraksi dengan
reseptor non-NMDA --> afinitas reseptor NMDA dengan Mg2+ berkurang --> Mg2+ lepas
--> glutamat mengaktivasi NMDA --> membukan kanal Na dan Ca --> Na dan Ca masuk -->
menghasilkan efek seluler (memicu signaling dalam learning dan memory)
Aktivasi berlebihan dari reseptor NMDA ini berbahaya loh. Kalo aktivasinya
berlebihan, ion Ca yang masuk dalam sel saraf berlebihan, dapat menyebabkan efek yang
dinamakan eksositosis, yaitu kematian sel saraf akibat kelebihan glutamat (apoptosis sel
saraf). Fenomena ini banyak dijumpai pada penyakit degeneratif, misalnya Alzheimer, stroke,
demensia. Oleh karena itu, reseptor ini menjadi salah satu target obat alzheimer, dengan
aktivita s sebagai antagonis NMDA. Antagonis NMDA jaman dulu, contoh obatnya
taxoprodil, merupakan antagonis kuat NMDA, sehingga memblok sama sekali kanal Ca.
Namun ternyata terjadi banyak efek samping karena benar-benar tidak ada aliran Ca masuk
ke sel, sehingga dikembangan obat lain. Sekarang yang menjadi pilihan adalah memantin,
yang tidak memblok aliran Ca, tetapi memodulasi aliran Ca sehingga tidak berlebihan. Fungsi
fisiologis dari Ca akhirnya tetap terjaga, dan tidak terjadi eksositosis.
Contoh obat lain yang beraksi pada reseptor NMDA adalah ketamin *ini sering dipake buat
bius tikus di CCRC :D*. Aktivitas utamanya adalah anestetik, namun saat ini dikembangkan
juga sebagai antidepressan.
II.2.4 Reseptor serotonin
Reseptor serotonin nama lainnya adalah 5-hydroxytriptamine (5-HT3). Sedangkan
serotonin merupakan neurotransmitter monoamin yang terlibat dalam berbagai penyakit yang
cukup luas cakupannya, meliputi penyakit psikiatrik: depresi, kecemasan, skizoprenia, dan
gangguan obsesif konfulsif; sampai migraine. Serotonin dijumpai di jaringan kardiovaskuler,
sistem saraf perifer, sel darah, dan SSP.
Serotonin disintesis dari prekursornya triptofan dengan bantuan enzim triptofan hidroksilase
dan asam amino aromatik dekaroksilase. Serotonin yang terbentuk akan disimpan di dalam
vesikel penyimpanan prasinaptik dengan bantuan transporter monoamine vesicular (VMAT =
vesicular monoamine transporter). Selanjutnya, jika ada picuan maka serotonin akan
dilepaskan menuju celah sinaptik.
Serotonin yang terlepas dapat mengalami beberapa peristiwa antara lain:
1. Berdifusi menjauh dari sinaps
2. Dimetabolisme oleh MAO (monoamine oksidase)
3. Mengaktivasi reseptor presinaptik (reseptor 5-HT1A dan 5-HT1D, suatu autoreseptor
4. Mengaktivasireseptor post-sinaptik
5. Mengalami re-uptake dengan bantuan transporter serotonin presinaptik (SERT =
serotonin transporter).
Pengambilan kembali serotonin ke dalam ujung pre-sinaptik oleh SERT (peristiwa re-uptake)
merupakan mekanisme utama penghentian transmisi signal serotonin. Karena itu, obat yang
dapat mengikat SERT dan menghambat re-uptake serotonin dapat memperpanjang aksi
serotonin. Penyakit tertentu di mana kekurangan neurotransmitter serotonin, seperti depresi
dapat diatasi dengan meningkatkan ketersediaan serotonin di tempat aksinya dengan cara
menghambat re-uptake-nya.
Obat yang dimaksud tak lain adalah obat antidepresan golongan SSRI (selective
serotonin re-uptake inhibitor). Fluoxetin masuk golongan obat ini, disamping fluvoksamin,
paroksetin, dan sertralin. Ada juga obat anidepresan lain yang kerjanya hambat re-uptake
serotonin, tapi kerjanya tidak selektif, dia juga menghambat re-uptake nor-epinefrin. Contoh
obatnya yaitu golongan TCA (tricyclic antidepresan: amitriptriptilin, imipramin, nortriptilin,
dan despiramin).Berikut obat yang berhubungan dengan reseptor serotonin
Obat Anti depressan
Pada saat bencana, pengungsi dikasih obat ini. Tahukah anda pada saat depresi kadar
serotonin, norepinefrin dan dopamin menurun? kalo depresi kadar serotonin, NE dan
dopamin turun berarti obatnya? yang menaikkan kadar ketiga neurotransmitter
tersebut, dibagi menjadi 4 kelompok:
1. Serotonin Spesific reuptak inhibitor (SSRIs)
gambar di bawah adalah proses mekanisme serotonin. Saat kadar serotonin berlebihan maka
terdapat suatu sistem reuptake dimana kelebihan serotonin tadi akan kembali masuk ke
vesikel.
Obat golongan SSRIs menghambat proses kembalinya serotonin ke vesikel. sehingga kadar
serotonin akan meningkat
contohnya : Fluoretin
2. Heterosiklik
mengeblok reuptake serotonin dan norepinefrin, dan sebagai antagonis reseptor muskarinik.
sehingga kadar serotonin dan NE tinggi.
Contohnya : desipramin, imipramin
3. MAO inhibitor
pada saat serotonin ada di luar vesikel, ada kemungkinan dia akan dihajar oleh MAO (mono
amin oksidase) sehingga akan terdegradasi. Karenanya dipakai obat inhibitor MAO sehingga
serotonin, NE dan dopamin tidak terblok.Contohnya: isokarboksamid
4. Lain-lain
Mirtazapiin: antagonis reseptor alfa 2 presinaptik pusat. sehingga menebabkan sekresi
serotonin dan NE meningkat
Obat antipsikotik (neuroleptik)
obat ini digunakan untuk gangguan jiwa schizophrenia. Pada penderia schizophrenia /
gangguan kejiwaan, kadar dopamin dan serotonin meningkat.
Apabila kadar dopamin tinggi maka disebut gejala positif. Penderita cenderung ekstrovert
Apabila kadar serotoninnya yang tinggi maka disebut gejala negatif. Pendreita cenderung
berdiam diri
Obat
karena dopamin dan serotonin tinggi, maka obatnya yg menurunkan kedua senyawa tersebut.
ada 2 golongan:
1. Typical neuroleptik
Untuk mengobati gejala positif dengan menurunkan dopamin. Mekanisme: mengeblok
reseptor dopamin, kolinergik muskarinik, alfa adrenergik dan H-1 histaminergik
Contoh: Klorpromasin, Haloperidol (potensi besar namun efek samping paling besar yaitu
dapat menyebabkan parkinson), Acetofenasin
Efek samping: Menghasilkan efek ekstrapiramidal (mempengaruhi aktivitas motorik) seperti
parkinsonisme, akathisia, tardive dyskinesia
2. Atypical, 5-HT DA Antagonist
Untuk mengobati gejala postifi dan negatif karena menghambat reseptor dopamin dan
serotonin
Mekanisme : antagonis serotonin-dopamin, mengeblok reseptor kolinergik muskarinik, alfa-1
adrenergik dan H-1 histaminergik
Contoh: clozapine, quetiapine
Efek samping : Agranulositosis.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Reseptor kanal ion merupakan suatu glikoprotein yang melintasi membran sel dan
merupakan suatu kompleks multi subunit yang tersusun membentuk porus/kanal.
2. Contoh reseptor kanal ion dan mekanisme aktivasinya
· a. Reseptor asetilkolin nikotinik
Ada impuls saraf --> membuka kanal Ca2+ pada presinaptik --> Ca2+
memobilisasi Ach untuk lepas dari presinaptik --> Ach berikatan dengan reseptor
nikotinik --> Kanal Na membuka --> depolarisasi parsial --> membuka kanal Na
yang lain --> depolarisasi berlanjut --> membuka kanal Ca2+ di RE/RS --> Ca2+
masuk ke sitoplasma --> kontraksi.
b. Reseptor GABAa
GABA lepas dari ujung saraf --> berikatan dengan reseptor GABA --> membuka
kanal Cl --> Cl masuk --> hiperpolarisasi --> penghambatan transmisi saraf -->
depresi CNS.
c. Reseptor glutamat (NMDA.
Glutamat lepas dari saraf presinaptik --> berinteraksi dengan reseptor non-
NMDA --> afinitas reseptor NMDA dengan Mg2+ berkurang --> Mg2+ lepas -->
glutamat mengaktivasi NMDA --> membukan kanal Na dan Ca --> Na dan Ca
masuk --> menghasilkan efek seluler (memicu signaling dalam learning dan
memory)
d. Reseptor serotonin (5-HT3)jika serotonin terikat pada reseptor àkanal kation
membuka Na masuk terjadi depolarisasi arus yang cepat dan singkat àreseptor
teraktivasi berbagai efek selular
Misalnya : Reseptor 5-HT3 terlibat dalam mual dan muntah karenakemoterapi dan
radiasi
DAFTAR PUSTAKA
1. M,biomed,Syamsudin.2013. “Farmakologi Molekuler”. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
2. Online. http://yonikalarasati.blogspot.com/2012/01/pengingat-reseptor-kanal-ion.html
Diakses tanggal 17 agustus 2014
3. Online. http://denikrisna.wordpress.com/2011/04/07/kanal-ion/
Diakses tanggal 17 agustus 2014
4. Online.http://faedah-fms03.blogspot.com/2013/02/makalah-reseptor-kanal-ion-
inotropik.html
Diakses tanggal 17 agustus 2014