201
FENOMENA KONFLIK NAHDATUL ULAMA DAN SALAFI GIS SUNNAH (STUDI KASUS DI PERUMAHAN GRIYA INDAH SERPONG GUNUNG SINDUR, BOGOR) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Deni Hardiawan Putra NIM. 11141110000043 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

FENOMENA KONFLIK NAHDATUL ULAMA DAN SALAFI GIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42848/1/DENI HARDIAWAN-FISIP.pdf · Poster Undangan Acara Milad 1 Tahun FKPM GIS

Embed Size (px)

Citation preview

FENOMENA KONFLIK NAHDATUL ULAMA

DAN SALAFI GIS SUNNAH

(STUDI KASUS DI PERUMAHAN GRIYA INDAH

SERPONG GUNUNG SINDUR, BOGOR)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Deni Hardiawan Putra

NIM. 11141110000043

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

i

ii

iii

iv

ABSTRAK

Penelitian ini membahas fenomena konflik Nahdatul Ulama dan Salafi

GIS Sunnah di Perumahan Griya Indah Serpong. Tujuan dari penelitian ini untuk

mendeskripsikan konflik NU dan Salafi GIS Sunnah beserta cara

penyelesaiannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis

penelitian studi kasus. Data primer dalam skripsi ini dikumpulkan melalui

wawancara dan observasi, sedangkan data pendukung dikumpulkan melalui studi

dokumentasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konflik

sosial dari Lewis Coser yang melihat konflik dari dua sisi yaitu, konflik dapat

memberi dampak negatif bagi rusaknya hubungan sosial dengan kelompok luar

dan konflik bisa memberi dampak positif bagi munculnya solidaritas kelompok

dalam.

Penelitian ini menemukan, penyebab konflik NU dan Salafi GIS Sunnah

adalah perbedaan pemahaman tentang Ahlu Sunnah Wal Jamaah dan praktik

ibadah yang sunnah atau bid‟ah. Perbedaan tersebut dimaknai kedua kelompok

sebagai rasa yang bisa diungkapkan melalui penyebaran prasangka, scapegoath

dan tindak kekerasan. Selama hampir satu tahun konflik terjadi, kedua kelompok

baru bisa berdamai setelah dilakukan mediasi sebanyak dua kali. Kala itu mediasi

dipimpin oleh FKPM (Forum Komunikasi Pengurus Masjid dan Mushola) dan

tokoh masyarakat setempat yang berhasil meluruskan sejumlah kesalahpahaman

antar kedua kelompok.

Kata Kunci : Konflik Sosial, Hostile Feeling, Hostile Behaviour, dan penyelesaian

konflik (safety value).

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi berjudul:

“Fenomena Konflik Nahdatul Ulama dan Salafi GIS Sunnah (Studi Kasus di

Perumahan Griya Indah Serpong Gunung Sindur, Bogor)” dapat selesai pada

waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad

S.A.W, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis juga mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada (Alm) Bapak

Didi Hardi yang telah menjadi motivasi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi

dengan tepat waktu. Semoga Bapak selalu dalam lindungan Allah SWT.

Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas pula dari bantuan berbagai pihak yang

dengan baik hati mendukung secara penuh kegiatan skripsi ini baik secara moril

maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

Bapak/Ibu/Saudara, sebagai berikut:

1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M. Si, selaku Ketua Program Studi Sosiologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

vi

3. Ibu Dr. Joharotul Jamilah, M. Si, selaku Sekretaris Program Studi

Sosiologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Muhammad Ismail, M.Si, selaku dosen pembimbing yang dengan

baik hati meluangkan waktu untuk membantu mengarahkan penulisan

skripsi ini.

5. Ibu Dra. Ida Rosyidah, yang telah banyak banyak memberikan

pengalaman penelitian kepada penulis.

6. Segenap dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta khususnya prodi Sosiologi yang telah membagikan

ilmu pengetahuannya kepada penulis.

7. Para alim ulama dan jamaah pengajian NU maupun Salafi GIS Sunnah

yang sudah meluangkan waktunya untuk penulis wawancara sehingga

skripsi ini bisa selesai pada waktunya.

8. Ibu Wiwin Kurniawati. Terima kasih selalu memberi semangat saat

kegiatan kuliah penulis termasuk penyelesaian skripsi ini. Mudah-

mudahan selesainya skripsi ini dapat membahagiakan Ibu.

9. Die Brücke, khususnya Ibu Inge Sjamsul, Ibu Ane Kallman, dan Ibu

Diana Thomas, terimakasih banyak telah memberikan bantuan materiil

selama perjalanan kuliah.

10. Shofiyyah Ash Shidiqqah, sahabat terbaik yang tak pernah putus

menyemangati penulis ketika muncul rasa malas dan kejenuhan dalam

proses penulisan skripsi.

vii

11. Keluarga besar Sosiologi angkatan 2014, terimakasih atas kesenangan dan

diskusi hangatnya selama di kelas.

12. Keluarga besar PMD member, Sam, Fathur, Yudhi, Yandi, Yuni, Aini,

Eka, Sena, Lusi, Fame, dan Fitri untuk pengalaman berharganya selama

social event.

13. Teman-teman KKN SELAPAK (52), yang telah membantu penulis

menyelesaikan tugas KKN selama sebulan penuh di desa Karet, Sepatan.

14. Senior-senior panutan, Muhammad Faruqi, Khalid Syaifullah dan Ronald

Adam, terimakasih telah memberikan proses berharga dalam memaknai

sebuah organisasi.

15. Kecamatan Gunung Sindur, Kesbangpol Tangsel, dan Kesbangpol Bogor

yang sudah memberikan izin penelitian ini.

Semoga semua kebaikan kalian dapat menjadi amal shalih dam dibalas oleh Allah

SWT. Aamiinn ya rabbal „aalamin.

Jakarta, 21 Agustus 2018

Penulis

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................................iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................. v

DAFTAR ISI ........................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Pernyataan Masalah ................................................................. 1

1.2. Pertanyaan Penelitian ............................................................... 5

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 5

1.4. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 5

1.5. Kerangka Teoretis .................................................................. 10

1. Teori Fungsi Konflik Sosial ............................................ 10

1.6. Kerangka Konseptual ............................................................. 18

1. Konflik Sosial .................................................................. 18

2. Nahdatul Ulama ............................................................... 19

3. Salafi ................................................................................ 22

1.7. Kerangka Berpikir .................................................................. 25

1.8. Metodologi Penelitian ............................................................ 27

1. Metode Kualitatif ............................................................. 27

2. Jenis Penelitian ................................................................ 27

3. Subjek Penelitian ............................................................. 28

4. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 29

5. Analisa Data .................................................................... 32

ix

1.9. Proses Penelitian .................................................................... 34

1.10. Sistematika Penelitian ....................................................... 36

BAB II KEBERADAAN KELOMPOK NAHDATUL ULAMA DAN

SALAFI GRIYA INDAH SERPONG SUNNAH

DI PERUMAHAN GRIYA INDAH SERPONG

2.1. Kondisi Sosial Keagamaan

di Kecamatan Gunung Sindur ................................................ 37

2.2. Kondisi Sosial Keagamaan

di Perumahan Griya Indah Serpong ....................................... 41

2.3. Sejarah dan Profil Kelompok Nahdatul Ulama

di Perumahan Griya Indah Serpong ....................................... 45

2.4. Kegiatan Kelompok Nahdatul Ulama

di Perumahan Griya Indah Serpong ....................................... 49

2.5. Sejarah dan Profil Kelompok Salafi GIS Sunnah

di Perumahan Griya Indah Serpong ....................................... 53

2.6. Kegiatan Kelompok Salafi GIS Sunnah

di Perumahan Griya Indah Serpong ....................................... 59

BAB III FENOMENA KONFLIK NAHDATUL ULAMA DAN

SALAFI GRIYA INDAH SERPONG SUNNAH

3.1. Perasaan Bermusuhan: Pemicu Konflik

Nahdatul Ulama dan Salafi GIS Sunnah

di Perumahan Griya Indah Serpong ........................................... 62

1. Gambaran tentang Ahlu Sunnah Wal Jamaah

Menurut Kelompok Nahdatul Ulama dan

Salafi GIS Sunnah ........................................................... 62

2. Beberapa Aktivitas Keagamaan yang Menimbulkan

Perdebatan bagi Kelompok Nahdatul Ulama dan

Salafi GIS Sunnah ........................................................... 68

x

3. Bentuk-Bentuk Konflik Kelompok Nahdatul Ulama

dan Salafi GIS Sunnah di Perumahan

Griya Indah Serpong ........................................................ 79

3.2. Safety Value: Mediasi Sebagai Cara Penyelesaian

Konflik Nahdatul Ulama dan Salafi GIS Sunnah ..................... 96

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan ......................................................................... 105

4.2. Saran ..................................................................................... 108

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 110

LAMPIRAN

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1. Unsur Pembentuk Konflik Sosial Menurut Lewis Coser .............. 11

Gambar I.2. Kerangka Berpikir ......................................................................... 26

Gambar II.1. Peta Wilayah Kecamatan Gunung Sindur ..................................... 37

Gambar II.2. Gapura Perumahan Griya Indah Serpong ..................................... 43

Gambar II.3. Majelis Ta‟lim Amanah dan Majelis Ta‟lim Ahsanu Amala ........ 44

Gambar II.4. Kegiatan Keagamaan yang ada di

Perumahan Griya Indah Serpong .................................................. 45

Gambar II.5. Masjid Ahsanu Amala ................................................................... 46

Gambar II.6. Logo FKPM .................................................................................. 48

Gambar II.7. Struktur FKPM GIS ...................................................................... 49

Gambar II.8. Poster Undangan Kegiatan Subuh Keliling dan

Kajian Subuh yang Diisi Ceramah Ulama NU ............................. 50

Gambar II.9. Poster Undangan Kegiatan Yasin, Tahlil, dan

Kajian Tafsir Jalalain .................................................................... 51

Gambar II.10. Poster Undangan Kegiatan Gebyar Muharram dan

Tabligh Akbar yang diisi dengan Ceramah Ulama NU ................. 52

Gambar II.11. Poster Undangan Acara Milad 1 Tahun FKPM GIS

dan Kegiatan Doa Bersama saat Penutupan Acara

Milad FKPM ................................................................................. 53

Gambar II.12. Logo Salafi GIS Sunnah ............................................................... 56

Gambar II.13. Masjid Darusalam dan Masjid Al-Bilal ........................................ 57

Gambar II.14. Struktur Kelompok Salafi GIS Sunnah ......................................... 58

Gambar II.15. Poster Undangan Kegiatan Kajian Salafi GIS Sunnah

xii

di Masjid Darusalam ..................................................................... 60

Gambar III.1. Contoh Penolakan Kelompok NU terhadap Ulama Salafi

GIS Sunnah yang tidak Membaca Doa Qunut Subuh ................... 83

Gambar III.2. Prasangka yang Dibuat oleh Kelompok Salafi GIS Sunnah di

Sosial Media Facebook ................................................................. 84

Gambar III.3. Suasana Mediasi Pertama Oleh FKPM ......................................... 97

Gambar III.4. Suasana Mediasi Kedua di Masjid Ahsanu ................................. 101

Gambar III.5. Acara Tabligh Akbar yang Diikuti oleh Kelompok NU dan

Salafi GIS Sunnah di Lapangan Fasum Blok V .......................... 102

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I.1. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 8

Tabel I.2. Profil Informan .............................................................................. 29

Tabel I.3. Data dan teknik pengumpulan data ............................................... 31

Tabel II.1. Jumlah Penduduk, Luas Desa dan Kepadatannya

di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2015 ................................... 38

Tabel II.2. Tingkat Profesi Masyarakat Kecamatan

Gunung Sindur ............................................................................. 39

Tabel II.3. Jumlah Sarana Ibadah di Kecamatan

Gunung Sindur ............................................................................. 40

Tabel II.4. Tingkat Pendidikan Mansyarakat di Kecamatan

Gunung Sindur ............................................................................. 41

Tabel III.1. Gambaran tentang Ahlu Sunnah Wal Jamaah menurut

Kelompok Nahdatul Ulama dan Salafi GIS Sunnah ..................... 66

Tabel III.2. Perbedaan Pandangan tentang Praktik Ibadah yang Sunnah

atau Bid‟ah Menurut Kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah ....... 79

Tabel III.3. Bentuk-Bentuk Konflik NU dan Salafi GIS Sunnah ..................... 91

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Pernyataan Masalah

Permasalahan utama penelitian ini berfokus pada proses terbentuknya

konflik NU dan Salafi GIS Sunnah di perumahan Griya Indah Serpong. Sejak

pertama berkembang di Indonesia pada dekade 1980-an, dakwah Salafi semakin

berkembang menjadi salah satu gerakan keagamaan yang penting, terutama sejak

runtuhnya Orde Baru, dakwah Salafi mengalami perubahan signifikan. Mereka

bergerak lebih leluasa, mendirikan yayasan-yayasan dakwah, mengorganisir

kelompok-kelompok kajian Islam di kalangan kaum muda dan mahasiswa,

mendirikan masjid dan yang paling spektakuler adalah mendirikan gerakan para-

militer yang mereka sebut Laskar Jihad.

Nama-nama yayasan yang didirikan oleh dakwah Salafi biasanya

menggunakan kata sunnah atau kata terkait dengannya, seperti Difa an al Sunnah

, Ihya‟ al Sunnah, Ihya‟ al Turats dan sejenisnya. Para pemimpin dan pengikut

Salafi menyebut gerakan mereka dengan istilah dakwah Salafi, karena apa yang

mereka lakukan merupakan ajakan kepada umat Islam untuk mengikuti manhaj

atau cara berpikir kaum salaf dalam memahami dan menjalankan agama Islam

(Muhammad Hisyam: 2010. Hlm. 27).

Dakwah Salafi berangkat dari keprihatinan terhadap kemerosotan moral

masyarakat, sehingga umat Islam dianggap perlu melakukan pemurnian dengan

kembali kepada teks utama (Al-Qur‟an dan hadits). Pemurnian tersebut digunakan

2

untuk memberantas penyimpangan praktik Islam yang telah bercampur dengan

kultur klenik non-Islam sehingga menimbulkan bid‟ah (Syaiful, 2010: 23).

Sayangnya harapan pemurnian tersebut, mengalami kendala dalam

implementasinya. Kendala tersebut bukan tanpa alasan, karena di Indonesia telah

ada praktik ibadah keagamaan yang mapan yaitu ajaran Nadhatul Ulama (NU).

Asumsi tersebuat dikuatkan dengan fakta bahwa NU merupakan

organisasi Islam terbesar yang diikuti oleh (40%) masyarakat, disusul oleh

Muhammadiyah (15%) dan Persis (4%) (Survey PPIM, dalam Jahroni, 2015: 74).

Melihat data tersebut, tidak heran jika NU memiliki power terhadap penyebaran

diskursus ke-Islaman di tengah masyarakat. NU sebagai organisasi sosial

keagamaan yang tetap setia mengamalkan tradisi-tradisi keagamaan berbasis

budaya lokal seperti tahlil, shalawatan, istighasah, ziarah wali, dan seterusnya,

menjadi sasaran empuk bagi dakwah-dakwah Salafi yang sangat puritan, dan

kerap mencela tradisi-tradisi keagamaan tersebut. Akibatnya, NU selalu

mengambil posisi di garda terdepan dalam upaya membela tradisi-tradisi

keagamaan lokal tersebut dari serangan kaum Salafi (Survey PPIM, 2003; Jahroni,

2013: 110).

Dari pemaparan di atas, bisa diketahui bahwa kehadiran dakwah Salafi

menimbulkan potensi disintegrasi kelompok (konflik sektarian). Pada tahun 2005

saja, konflik sektarian di Jawa Barat dan DKI Jakarta, mengalami peningkatan

masing-masing 37,5% dan 15,6% dari total 32 insiden kekerasan. Di Banten dan

3

Nusa Tenggara Barat (NTB) masing-masing tercatat 9,4% insiden kekerasan.

Sebanyak 28,1% insiden lainnya tersebar di berbagai provinsi lain.

Dalam kurun waktu hampir 19 tahun, insiden kekerasan terkait konflik

keagamaan di Indonesia telah melibatkan korban jiwa lebih dari 55.000 orang. Di

antaranya, 761 orang merupakan korban tewas, 1873 orang merupakan korban

luka-luka dan sebanyak 52.446 orang merupakan korban hilang dan mengungsi

(Fauzi, dkk, 2009: 29-31).

Konflik sektarian seperti konflik NU dan Salafi seharusnya mendapat

perhatian lebih dari pemerintah, mengingat potensi konflik kedua kelompok harus

segera diredam supaya tidak menambah jumlah korban jiwa. Fenomena konflik

NU dan Salafi penting juga untuk dikaji dalam penelitian, mengingat sudah

banyak peristiwa konflik di beberapa daerah (Abdurrachman (2013) dan Tantowi

(2013) di Lombok Barat; Shidqi (2013) di Yogyakarta; Indriyani dan Asroni (2013) di

Purwerejo). Keempat penelitian tersebut, menjelaskan bahwa konflik NU dan

Salafi disebabkan oleh oleh dua faktor yaitu perebutan klaim Ahlu Sunnah Wal

Jamaah dan perdebatan praktik ibadah yang sunnah dan bid‟ah.

Meskipun terdapat kesamaan dalam penyebab konflik, masing-masing

daerah juga memiliki proses konflik yang berbeda. Seperti kasus konflik NU dan

Salafi di Lombok Barat (Abdurrachman (2013) dan Tantowi, (2013)) menjadi

yang terparah dibanding kasus lainnya. Di wilayah lain konflik NU dan Salafi

kebanyakan masih berbentuk resistensi (permusuhan) sedangkan di Lombok Barat

4

konflik NU dan Salafi sudah mengakibatkan sejumlah tindakan pengusiran dan

pengerusakan tempat ibadah.

Penyelesaian konflik NU dan Salafi sendiri setidaknya membutuhkan dua

elemen penting yaitu aparat pemerintah dan tokoh masyarakat. Keduanya bisa

dijadikan sebagai mediator untuk meluruskan kesalahpahaman antar kedua

kelompok (Indriyani dan Asroni, 2013). Selain keempat penelitian tadi, ada pula

fenomena konflik NU dan Salafi yang belum dituliskan menjadi penelitian, karena

terkendala perizinan. Seperti, konflik NU dan Salafi di Tanah Baru, Bogor Utara

yang sebenarnya menarik untuk diteliti, karena bentuk konfliknya jelas sekali ada

dalam demonstrasi pembekuan izin mendirikan bangunan (IMB) masjid Imam

Ahmad bin Hanbal (http://redaksiindonesia.com/read/mereka-kompak-menolak-

aliran-wahabi.html).

Berkaca dari pemaparan masalah di atas, belakangan ini peneliti

menemukan konflik NU dan Salafi di Perumahan Griya Indah Serpong. Konflik

ini berhasil diselesaikan secara kekeluargaan melalui proses mediasi. Jarang sekali

memang ada konflik NU dan Salafi yang bisa terselesaikan dengan baik. Oleh

karena itu, peneliti merasa tertarik untuk mengangkat persoalan ini menjadi

sebuah penelitian berjudul “Fenomena Konflik Nahdatul Ulama dan Salafi GIS

Sunnah (Studi Kasus di Perumahan Griya Indah Serpong Gunung Sindur,

Bogor)”. Dengan menggunakan metode kualitatif, peneliti berharap bisa menggali

lebih dalam data pemicu konflik kedua kelompok. Permasalahan penelitian itu

akan dijawab menggunakan teori konflik Lewis Coser. Teori ini digunakan juga

5

oleh Shidqi (2013), namun ia memiliki fokus yang berbeda yaitu konflik in-group,

sedangkan penelitian ini lebih menekankan pada pembahasan konflik out-group.

1.2. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana proses konflik yang terjadi antara kelompok Nahdatul Ulama dan

Salafi GIS Sunnah di Perumahan Griya Indah Serpong ?

2. Bagaimana cara penyelesaian konflik yang dilakukan oleh kedua kelompok ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menjelaskan proses konflik yang terjadi antara kelompok Nahdatul Ulama dan

Salafi GIS Sunnah di Perumahan Griya Indah Serpong.

2. Menjelaskan cara penyelesaian konflik yang dilakukan oleh kedua kelompok.

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Secara akademis, penelitian ini dapat bermanfaat untuk kajian sosiologi agama

khususnya yang ingin menjelaskan konflik NU dan Salafi

2. Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai rujukan pengambil

kebijakan seperti Kemenag, MUI Pusat, dan MUI Gunung Sindur dalam

penyelesaian kasus konflik serupa.

1.4. Tinjauan Pustaka

Studi-studi sebelumnya telah banyak melihat konflik antara Nahdatul

Ulama dan Salafi yang merusak kehidupan sosial keagamaan, diantaranya:

Pertama, Jurnal penelitian H. Abdurrachman MAY (2013: 4) berjudul

“Resistensi Aliran Salafi Terhadap Islam Tradisional Di Lombok Barat”,

6

memfokuskan penelitiannya terhadap tindakan resisten yang dilakukan oleh

kelompok Salafi akibat tekanan besar yang diberikan oleh kelompok Islam

Tradisional terhadap praktik keagamaan kelompok Salafi. Menggunakan teori

resistensi dari James Scott, Abdurrachman menjelaskan penolakan-penolakan

yang dilakukan kelompok Salafi menyangkut hal-hal seperti (1) penggunaan Ijma

dan Kias, yang dianggap menurunkan peran wahyu dibandingkan akal; (2)

penafsiran ayat suci Al-Qur‟an secara kontekstual, yang dianggap menyebabkan

maraknya perilaku-perilaku bid‟ah dan kurafat dalam setiap praktik ibadah. Sikap

resisten dari kelompok Salafi menimbulkan rasa ketersinggungan dari kelompok

Islam Tradisiomal. Mereka marah lalu melakukan demonstrasi beserta penyegelan

tempat ibadah yang membuat dakwah Salafi akhirnya terhenti.

Kedua, penelitian dari Abdurrachman, dikaji kembali oleh penelitian

Tantowi yang berjudul “Mengurai Konflik Sunnah vs Bid‟ah di Pulau Seribu

Masjid”. Berbeda dengan Abdurrachman, Tantowi lebih berfokus pada masalah

sosial yang mengakibatkan terjadinya konflik Salafi-NU di Lombok Barat.

Tantowi (2013: 48-52) menjelaskan penolakan keras dari ulama-ulama Salafi

terhadap ajaran agama yang diusung tuan guru menimbulkan rasa

ketersinggungan bagi masyarakat Lombok. Tuan guru menurut masyarakat

Lombok dianggap sebagai orang suci yang memiliki ilmu agama tinggi, namun di

mata ulama-ulama Salafi masyarakat Lombok telah keliru mengikuti ajaran tuan

guru. Penghinaan terhadap ajaran tuan guru pada akhirnya menimbulkan konflik

yang berkembang menjadi tindakan kekerasan seperti penyerangan dan perusakan

tempat ibadah kelompok Salafi.

7

Ketiga, pembahasan lain yang tidak kalah penting adalah strategi

penyelesaian konflik. Dalam Jurnal penelitian berjudul “Berebut Ladang Dakwah

pada Masyarakat Muslim Jawa Studi Kasus Terhadap Konflik Majelis Tafsir Al-

Qur'an dan Nahdatul Ulama di Kabupaten Purwerejo”, Indriyani dan Ashroni

(2013: 222-227) menjelaskan keberhasilan Pemkab Purworejo menyelanggarakan

dialog dalam suasana yang kondusif, penuh ke-keluargaan, dan saling

menghargai. Dalam dialog tersebut, Medi selaku juru bicara pimpinan MTA pusat

menyatakan meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada masyarakat Purworejo.

Mendasarkan pada fakta-fakta yang ditemukan tersebut, Medi menegaskan

dakwah yang dilakukan MTA tidak akan lagi mencela „amaliyah kelompok Islam

lainnya. MTA juga berjanji akan mengevaluasi metode-metode dakwah agar tidak

provokatif dan tidak menyebarkan kebencian. Ketua Tanfidziah PCNU, K.H.

Hamid AK merespon baik permintaan maaf tersebut dengan menyatakan bahwa

warga NU Purworejo sangat terbuka dan dapat berdampingan dengan komunitas

Islam lainnya, termasuk dengan MTA sepanjang sistem dan cara dakwahnya

menyejukkan dan tetap dapat menjaga kerukunan antar umat dan masyarakat

secara umum. Mendudukan pihak-pihak yang berkonflik secara terhormat, elegan

dan equal (sama) bisa membuat konflik terurai dengan baik.

Keempat, peneliti bercermin dari Jurnal penelitian Shidqi (2013: 111-112)

berjudul “Respon Nadatul Ulama (NU) terhadap Wahabisme dan implikasinya

bagi deradikalisasi pendidikan Islam”, untuk melihat pengaplikasian teori Lewis

Coser dalam konflik Salafi-NU. Shidqi berhasil menjelaskan perhatian Coser

terhadap ideologi dan gerakan, bahwa dalam situasi konflik masing-masing

8

kelompok akan memperkuat identitasnya, yang mana bermanfaat bagi

menguatnya solidaritas di kelompok dalam. Asumsi ini terbukti bahwa kaum

muda NU di jalur kultural yang sebelumnya kerap bersebrangan dengan kaum tua

yang ada di struktur dan pesantren-pesantren, kini tampak kompak dan bertemu

dalam isu besar anti-Wahabisme. Begitu pula sumberdaya struktural berupa

kelengkapan organisasi yang dimiliki oleh NU mulai dari tingkat pusat (PBNU)

hingga tingkat Ranting yang berada di pedesaan, dimobilisir untuk membendung

ekspansi dakwah Wahabi. Rasa keterancaman terhadap Wahabisme seolah telah

membangkitkan kembali solidaritas gerakan sosial NU yang sebelumnya banyak

diwarnai oleh konflik-konflik internal akibat keterjebakan mereka dalam

kubangan politik praktis. Berdasarkan beberapa literatur di atas, peniliti membuat

ringkasan penelitian-penelitian sebelumnya dalam bentuk table dibawah ini.

Tabel I.1. Tinjauan Pustaka

Judul

Abdurrachman: “Resistensi Aliran Salafi dan Islam Tradisional di

Lombok Barat”

Tantowi: “Mengurai Konflik Sunnah VS Bid’ah di Lombok Barat”

Shdiqi: “Respon Nahdatul Ulama (NU) Terhadap Wahabisme Dan

Implikasinya Bagi Deradikalisasi Pendidikan Islam”

Indriyani dan Asroni: “Berebut Ladang Dakwah Pada Masyarakat

Muslim Jawa: Studi Kasus Konflik Nahdatul Ulama dan Majelis

Tafsir Al-Qur’an di Purwerejo”

Teori

Abdurrachman : Teori Konflik James Scott

Tantowi : Teori Konflik Galtung

Shidqi : Teori Konflik Coser

Indriyani dan Asroni : Teori Konflik Dahrendrof

9

Semua penelitian di atas sangat relevan dengan penelitian ini, karena

adanya kesamaan dalam pemilihan objek dan subjek penelitian. Penelitian ini juga

memiliki kedekatan dengan penelitian Shidqi (2013), karena sama-sama

menggunakan teori konflik Lewis A. Coser tetapi, ada pula perbedaan antara

penelitian ini dengan penelitian Shidqi (2013) yaitu berbeda dalam melihat fokus

penelitian. Bila Shidqi memfokuskan penelitiannya pada perkembangan internal

kelompok NU akibat konflik dengan kelompok Salafi, sedangkan penelitian ini

memfokuskan perkembangan eksternal kelompok NU dan Salafi setelah adanya

konflik.

Fokus

Abdurrachman: tindakan resisten yang dilakukan kelompok Salafi

kepada kelompok Islam Tradisional

Tantowi: Sikap sosial jamaah Salafi yang menimbulkan konflik

Shidqi: Penguatan gerakan keagamaan NU pasca konflik dengan

Salafi

Indrayani dan Asroni: cara penyelesaian konflik Salafi-NU oleh

Pemkab. Purwerejo

Metodologi

penelitian

Abdurrachman : Kualitatif, Observasi, dan wawancara.

Tantowi : Kualitatif, Observasi, dan wawancara.

Shidqi : Kualitatif, Observasi, dan wawancara.

Indriyani dan Asroni : Kualitatif, Observasi, dan wawancara.

10

1.5. Kerangka Teoritis

1. Teori Fungsi Konflik Sosial

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konflik sosial

Lewis A. Coser. Ia berasumsi bahwa konflik tidak harus merusakan atau bersifat

disfungsional untuk sistem di mana konflik itu terjadi, melainkan konflik itu dapat

mempunyai konsekuensi-konsekuensi positif yang bisa menguntungkan sistem.

I shall first deal with some functions of conflict within social system, more

specifically with its relation to institutional rigidities, technical progress

and productivity, and will then concern ourselves with the relation

beetwen social conflict and changes of social systems (Coser, 1957: 197).

Menurut Wallace dan Wolf, Coser memperpihatkan fungsi konflik

terhadap kohesi kelompok (group cohesion) yang menjadi perhatian tradisi

fungsionalis struktural. Walaupun demikian, Coser tidak berniat menjadikan tema

kohesi kelompok sebagai perhatian utama karena konflik tidak harus menciptakan

kohesi kelompok. Bagi Coser kohesi kelompok hanyalah salah satu konsekuensi

dari fungsi konflik (Wallace & Wolf, 1995: 156).

Kemudian dalam menjelaskan fungsi konflik secara spesifik, Coser

terlebih dahulu menjelaskan unsur pembentuk konflik yaitu keagresifan atau rasa

bermusuhan (hostile feeling), perilaku bermusuhan (hostile feeling), legitimasi

kekuasaan, sistem status. Perasaan bermusuhan diluapkan melalui rasa kebencian,

frustasi dan ketidaksukaan, sedangkan perilaku permusuhan (hostile behavior)

diluapkan melalui sejumlah prasangka, scapegoat, kekerasan dan peperangan.

Bagi Coser rasa bermusuhan belum tentu menyebabkan konflik secara terbuka

(covert conflict), karena konflik juga membutuhkan perilaku bermusuhan

11

ditambah dengan adanya perbedaan legitimasi kekuasaan, dan sistem status yang

tidak sama. Ia menuturkan sebagai berikut,

A distinction has to be made between conflict and hostile or antagonistic

attitudes. Social conflict always denotes social interaction, whereas

attitudes or sentiments are predispositions to engage in action. Such

predisposition do not necessarily eventuate in conflict; the degree and

kind of legitimation of power and status systems are crucial intervening

variables affecting the occurrence of conflict (Coser, 1957: 38).

Gambar I.1. Unsur Pembentuk Konflik Sosial Menurut Lewis Coseri

Unsur dasar konflik tadi, dapat dilihat melalui dua tipe konflik yaitu,

konflik realistik dan non-realistik. Pertama, konflik realistik adalah konflik yang

berasal dari kekecewaan terhadiap tuntutan-tuntutan khusus yang terjadi dalam

hubungan dengan obyek yang dianggap mengecewakan. Konflik realistik

memiliki sumber yang konkret atau bersifat material, seperti perebutan sumber

ekonomi atau wilayah. Jika mereka telah memperoleh sumber rebutan itu, tanpa

menggunakan perkelahian, maka konflik akan segera diatasi dengan baik.

Kedua, konflik non-realistik adalah konflik yang bukan berasal dari

tujuan-tujuan saingan yang antagonistis tetapi konflik yang sengaja dibuat-buat

konflik terbuka

perilaku bermusuhan

rasa bermusuhan

Legitimasi kekuasaan dan sistem

status

12

untuk meredakan ketegangan di kelompok dalam. Dengan kata lain konflik non-

realistik didorong oleh keinginan yang tidak rasional dan cenderung bersifat

ideologis, konflik ini seperti konflik antar-agama, antar etnis, dan konflik antar

kepercayaan lainnya. Konflik adalah tujuan itu sendiri, baik diizinkan atau tidak

yang digunakan mereka untuk menyebar prasangka (prejudice) dan scapegoath

kepada lawan ataupun dengan kelompok yang bukan lawan (Poloma, 2000: 111).

Penggolongan tipe konflik di atas, coba Coser gunakan untuk mengenalisa

konflik dengan kelompok luar (external conflict). Menurut Coser konflik eksternal

(external conflict) mampu menciptakan dan memperkuat identitas kelompok. Ia

menyatakan konflik membuat batasan-batasan di antara dua kelompok dalam

sistem sosial dengan memperkuat kesadaran atas keterpisahan, sehingga

menciptakan kesadaran identitas kelompok dalam sistem (Coser, 1957: 38).

Selanjutnya, konflik eksternal akan menjadi proses refleksi kelompok-kelompok

identitas mengenai kelompok di luar mereka sehingga akan meningkatkan

partisipasi setiap anggota terhadap pengorganisasian kelompok (Coser, 1957: 38).

Dengan kata lain, kekuatan solidaritas internal dan integrasi kelompok

dalam itu bertambah tinggi karena tingkat permusuhan atau konflik dengan

kelompok luar bertambah besar. Kekompakan yang semakin tinggi dari suatu

kelompok yang terlibat dalam konflik membantu memperkuat batas antara

kelompok itu dan kelompok lainnya dalam lingkungan permusuhan. Di dalam

kelompok itu, kemungkinan akan berkurangnya toleransi, perpecahan,

pengkotakan, dan tekanan yang semakin tinggi pada konsensus dan konformitas.

13

Para penyimpang dalam kelompok itu tidak lagi ditoleransi; kalau mereka tidak

dapat dibujuk masuk ke jalan yang benar, mereka mungkin diusir atau dimasukan

dalam pengawasan yang ketat

Sebaliknya apabila kelompok itu tidak terancam konflik dengan kelompok

luar yang bermusuhan, tekanan yang kuat pada kekompakan, konformitas, dan

komitmen terhadap kelompok itu mungkin berkurang. Ketidaksepakatan internal

mungkin dapat muncul kepermukaan lalu dibicarakan, dan para penyimpang

mungkin lebih ditoleransi. Umumnya individu akan memiliki ruang gerak yang

lebih besar untuk mengajar kepentingan pribadinya. Fungsi konflik eksternal

untuk memperkuat kekompakan internal dan meningkatkan moral kelompok

sedemikian pentingnya, sehingga kelompok-kelompok (atau pemimpin kelompok)

dapat berusaha memancing antagonisme dengan kelompok luar atau menciptakan

musuh dengan orang luar supaya mempertahankan atau meningkatkan solidaritas

internal.

Hal ini tidak perlu menjadi proses yang disadari. Apa pun sumbernya,

persepsi terhadap ancaman dari luar membantu meningkatkan atau

mempertahankan solidaritas internal, apakah itu realistis atau tidak. Pun kalau

ancaman musuh yang potensial itu hanya khayalan belaka, musuh itu masih dapat

sangat berfungsi bagi kelompok itu sebagai kambing hitam. Sesungguhnya,

ketegangan dalam suatu kelompok dapat dihindarkan untuk tidak merusakkan

kelompok itu, kalau ketegangan itu dapat diproyeksikan ke suatu sumber yang ada

di luar. Hasilnya adalah bahwa para anggota kelompok mempermasalahkan

14

musuh luar karena kesulitan-kesulitan internalnya daripada membiarkan kesulitan-

kesulitan ini menghasilkan perpecahan atau konflik dalam kelompok itu.

Hubungan antara kelompok itu dan musuh luar akan berbeda-beda

menurut suasananya. Di satu pihak, kontak antara kelompok dalam dan bakal

musuh mungkin minimal atau tidak ada, dan sifat-sifat bersama yang dimiliki

bersama dengan kelompok luar mungkin sama sekali tidak ada. Dalam hal ini

bakal musuh itu hanya merupakan suatu ancaman yang selalu ada, atau mungkin

merupakan suatu sumber kompetisi yang tidak langsung. Di lain pihak, mungkin

ada suatu interaksi atau ikatan lain antar kelompok luar dan kelompok dalam.

Beberapa anggota kelompok dalam dianggap memiliki sifat-sifat tertentu yang

menyerupai orang di kelompok luar, atau beberapanya mungkin terlibat dalam

hubungan sosial dengan para anggota luar kelompok itu.

Apabila hal ini terjadi, permusuhan yang bersifat agresif yang dirasakan

terhadap kelompok luar dapat diarahkan kepada mereka di kelompok dalam yang

memiliki kemiripan dengan anggota-anggota kelompok luar atau menjalin ikatan

dengan kelompok luar itu. Ikatan ikatan sosial dengan kelompok luar dapat

muncul karena beberapa alasan, seperti keinginan untuk berdamai dengan musuh

daripada aktif berjuang melawannya dengan biaya mahal. Tetapi mereka yang

menyatakan keinginan yang demikian untuk berdamai dengan menyesuaikan diri,

kadang-kadang dianggap oleh kelompok itu sebagai pengkhianat, dan akan

menjadi kambing hitam. Sesungguhnya setiap penyimpangan atau pengacau,

15

tanpa memandang sifat penyimpangan atau kekacauannya itu, dapat menjadi

kambing hitam yang menjadi sasaran frustasi dan agresi kelompok itu.

Kelompok di mana sering terjadi konflik terbuka sesungguhnya memiliki

solidaritas yang lebih besar daripada kelompok di mana tidak ada konflik sama

sekali. Persatuan yang utuh dalan kelompok terakhir ini nampaknya diselimuti

ketegangan dan permusuhan. Kalau ketegangan ini meledak, integrasi kelompok

dapat menjadi rusak sama sekali. Setiap hubungan dengan suatu keterlibatan

emosional yang tinggi dan tingkat keterlibatan diri yang tinggi mudah terancam

usaha disintegratif dari konflik yang terpendam. Coser mengungkapkan semakin

intim hubungan, semakin besar pula perasaan yang dicurahkan, semakin besar

pula kecenderungan untuk menekan perasaan bermusuhan daripada

mengungkapkannya.

Hasilnya adalah bahwa perasaan-perasaan bermusuhan itu menggunung;

setiap peristiwa yang menekan menambah intensitas permusuhan. Konflik yang

disembunyikan tidak berarti stabilitas kelompok terjamin. Ketidakhadiran konflik

di dalam suatu hubungan tidak dapat dinyatakan sebagai suatu kondisi stabilitas

yang aman aman saja. Sebaliknya, pihak-pihak tertentu mungkin

mengekspresikan perasaan benci (hostile feelings) jika merasa aman dan stabil

dalam hubungan tersebut. Mereka lebih mungkin menghindari suatu suatu

tindakan kebencian jika merasa takut akan mengakhiri hubungan tersebut.

Faktanya bahwa suatu hubungan yang "bebas dari konflik" tidak dapat

diindikasikan bahwa hubungan tersebut bebas dari unsur-unsur yang

16

menghancurkan. Sebaliknya jika suatu hubungan pihak-pihak tertentu stabil,

konflik mungkin muncul antar mereka. Untuk alasan ini, peristiwa konflik dapat

mengindikasikan kekuatan dan stabilitas dari suatu hubungan (Coser, 1957: 85).

Dipendam atau ditekannya konflik dapat menyebabkan putusnya hubungan. Kalau

keterlibatan emosional para anggotanya sudah tinggi, berakhirnya hubungan itu

mungkin dipercepat dengan meledaknya konflik secara tiba-tiba dan parah, di

mana ketegangan dan permusuhan yang menggunung sejak masa lampau meledak

dalam bentuk amukan yang keras. Dalam situasi seperti itu, peristiwa yang

mempercepat terjadinya mungkin remeh; pentingnya sebagai faktor pencetus

harus dimengerti latar belakang sejarah terakumulasinya permusuhan yang

terpendam itu.

Sebaliknya, kalau hubungan itu bersifat sekunder, putusnya hubungan

yang ditimbulkan oleh konflik terpendam mungkin hanya berupa sikap apatis

yang semakin bertambah. Bila hal itu terjadi kedua kelompok akan mengelakkan

perasaan bermusuhan itu dari sumber yang sebenarnya, dan mengembangkan

suatu saluran alternatif untuk mengungkapkannya. Alternatif seperti itu adalah

sejenis katup pengaman (safety value) yang mana dorongan-dorongan agresif atau

permusuhan dapat diungkapkan dengan cara-cara yang tidak mengancam atau

merusakkan solidaritas. Misalnya ketegangan antar pribadi dapat diungkapkan

dalam bentuk jenaka atau lelucon. Atau agresi dan permusuhan yang dipendam

dapat disalurkan dalam pertandingan kompetisi atau upacara-upacara ritual

lainnya.

17

Sikap permusuhan lainnya dapat dibelok kan dengan

mengkambinghitamkan orang dari kelompok luar atau orang yang menyimpang

dari kelompok itu sendiri. Bilapun konflik diselesaikan melalui mediasi, menurut

Coser pihak mediator harus bisa melepaskan perasaan bermusuhan antar

kelompok yang bertikai, dengan cara memberi solusi yang menguntungkan bagi

kedua belah pihak (Coser, 1957: 60). Mekanisme katup pengaman itu

menguntungkan kelompok dengan membiarkan rendahnya ketegangan yang

muncul dari antagonisme internal dan konflik dengan cara yang tidak akan terang-

terangan mengancam solidaritas itu. Dari paparan teori di atas, peneliti mengambil

beberapa proposisi yang dikemukanan Coser (1957: 151-152) antara lain,

a. Konflik dengan kelompok luar akan mempertegas batasan antar kelompok;

b. Solidaritas dan integrasi anggota kelompok (in-group) akan bertambah tinggi

ketika ada ketegangan (konflik) dengan kelompok luar;

c. Konflik dengan kelompok luar akan meningkatkan tekanan pada konsesus dan

konformitas pada anggota kelompok;

d. Selama suasana konflik, para penyimpang dalam kelompok tersebut tidak lagi

ditoleransi, jika tidak dapat memenuhi aturan maka tidak segan akan diusir

dari kelompok tersebut atau masuk ke dalam pengawasan yang ketat;

e. Apabila kelompok dalam tidak terancam konflik dengan kelompok luar, maka

kemungkinan tingkat kekompakan, konformitas dan komitmen itu akan

berkurang.

1.6. Kerangka Konseptual

1. Konflik Sosial

18

Konflik adalah kondisi sosial yang kerap muncul dalam kehidupan

bermasyarakat sehingga, konflik bersifat inheren artinya konflik akan selalu ada

daalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Istilah konflik secara

etimologis berasal dari bahasa latin “con” yang berarti bersama dan “figere” yang

berarti benturan atau tabrakan. Pada umumnya istilah konflik sosial berarti suatu

rangkaian fenomena pertentangan dan pertikaian antar pribadi, kelas, sampai pada

pertentangan dan peperangan internasional (Elly Setiadi dan Usman Kolip, 2011:

345).

Menurut Lawang (1994: 53), konflik diartikan sebagai perjuangan untuk

memperoleh hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan, dan sebagainya

dimana tujuan mereka berkonflik itu tidak hanya memperoleh keuntungan tetapi

juga untuk menundukan pesaingnya. Konflik dapat diartikan sebagai benturan

kekuatan dan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lain dalam

proses perebutan sumber-sumber kemasyarakatan (ekonomi, politik, sosial dan

budaya) yang relatif terbatas. Otomar J. Bartos seperti dikutip Novri Susan,

mengartikan konflik sebagai situasi dimana para aktor menggunakan perilaku

konflik melawan satu sama lain dalam menyelesaikan tujuan yang berseberangan

atau mengekspresikan naluri permusuhan (Susan, 2010: 63). Lewis Coser sendiri

mendefinisikan konflik sebagai “a struggle over values and claims to secure status, power,

and resources, a struggle in which the main aims of opponents are to neutralize, injure, or

eliminate rivals”

Berdasarkan pengertian konflik di atas, penelitian ini mendefinisikan

konflik sebagai proses pertentangan kedua kelompok untuk memperebutkan

19

sumber-sumber yang langka. Dalam proses berkonflik, kelompok yang terlibat

akan berusaha menghancurkan kelompok yang menjadi saingannya.

2. Nahdatul Ulama

Nahdlatul Ulama merupakan organisasi ke-Islaman yang dirintis oleh

para kyai berpaham Ahlussunnah Wal Jama‟ah. Mereka menjadikan NU sebagai

wadah untuk mempersatukan diri dan menyatukan langkah dalam tugas

memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam

dengan merujuk salah satu imam madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi‟i dan Hambali)

serta berkidmat kepada bangsa. Organisasi Nahdlatul Ulama (NU) bergerak di

bidang pendidikan, politik dan sosial. Berdiri pada tahun 1926, NU bertujuan

untuk memperkuat kesetiaan kaum muslimin pada salah satu dari 4 madzhab dan

melakukan kegiatan-kegiatan yang menguntungkan para anggotanya sesuai

dengan ajaran-ajaran Islam. Adapun kegiatan pokok antara lain:

(1) Memperkuat persatuan antara sesama ulama yang masih setia kepada

ajaran-ajaran Madzhab; (2) Memberikan bimbingan tentang jenis-jenis kitab yang

diajarkan pada lembaga-lembaga pendidikan Islam; (3) Penyebaran-penyebaran

ajaran Islam yang sesuai dengan tuntutan empat Madzhab; (4) Memperluas

jumlah madrasah dan memperbaiki organisasi; (5) Membantu pembangunan

masjid-masjid, langgar dan pondok pesantren; (6) Membantu anak-anak yatim

piatu dan fakir miskin (Humaidi dan Ridwan, 1995: 15).

Oleh karena itu, Nahdlatul Ulama menetapkan dirinya menjadi pengawas

tradisi dengan mempertahankan ajaran keempat madzhab, dan memfokuskannya

20

pada mazhab Syafi‟i yang dianut oleh kebayakan umat Islam di Indonesia.

Nahdlatul Ulama berupaya menebar benih-benih Islam dalam wajah yang familiar

atau mudah di kenali oleh seluruh masyarakat Indonesia, serta menghindari

pendekatan negasional, sehingga kondusif bagi dua hal yang sangat di butuhkan

dalam konteks pluralisme, yaitu:

Pertama, perekatan identitas kebangsaan. Karena masuk melalui jalur

budaya dengan membawa watak pluralis, hampir tidak ada komunitas budaya

yang merasa terancam eksistensinya, baik langsung maupun tidak. Mulai dari

sinilah kemudian muncul kaidah hukum Islam “al‟adah muhakkamah” yang

memberi peluang besar pada tradisi apapun untuk dikonfersi menjadi bagian

hukum Islam. Selama tidak menyangkut ibadah mahdah seperti shalat, puasa dan

semacamnya, aktifitas budaya sangat mungkin dinilai sebagai kegiatan yang

bermuatan agama jika memang berperan menegakkan perinsip-prinsip yang

diperjuangkan Islam. Dan dalam batas yang minimal, aktifitas budaya tersebut

tidak akan dilarang selama tidak merusak kemaslahatan (Hasyim Muzadi, 1999:

60).

Kedua, pengembangan nilai-nilai kemanusiaan. Tidak dapat disangkal

bawa penampilan Islam yang akomodatif, secara tidak langsung akan berdampak

positif bagi upaya penegakan-penegakan nilai-nilai kemanusiaan dibanding

kekakuan sikap dalam beragama yang bisa mereduksi hak-hak asasi masyarakat

karena cenderung berpijak pada eklusifisme yang berpotensi memonopoli

kebenaran serta gampang menyulut kekerasan berbasis agama sikap akomodatif

21

tentu saja harus dibedakan dari kekeringan komitmen keislaman yang

menunjukkan lemahnya iman. Sebaliknya sikap akomodatif justru muncul sebagai

bukti totalitas pemahaman terhadap agama yang diyakini mampu menjadi rahmat

bagi semua orang (Hasyim Muzadi, 1999: 61)

Pada akhirnya, sikap akomodatif yag lahir dari adanya kesadaran untuk

menghargai perbedaan atau keanekaragaman budaya merupakan salah satu

landasan kokoh bagi pola pikir, sikap, dan prilaku yang lebih sensitif terhadap

nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian, orang tidak harus diperlakukan secara

manusiawi hanya lantaran beragama Islam tetapi lebih didasari pemahaman

bahwa nilai kemanusiaan memang menjadi milik setiap orang (Hasyim Muzadi,

1999: 62).

Dalam realitasnya NU terbagi menjadi dua yaitu NU Struktural dan

Kultural. NU struktural adalah orang NU yang menempati pada salah satu posisi

di kepengurusan NU, baik itu di tingkat pusat (PBNU) maupun di tingkat yang

paling bawah (Anak Ranting), atau sebagai pengurus pada salah satu badan

otonom NU. Sedangkan NU Kultural adalah orang NU yang sama sekali tidak

menempati pada salah satu kepengurusan di tubuh organisasi NU baik itu pada

tingkat pusat (PBNU) maupun di tingkat paling bawah, sampai ke BANOM-nya

tetapi amalannya adalah amalan NU (Abdul Ghoffar, 2013).

3. Salafi

Salaf sejatinya berasal dari kata salaf-yaslufu-salafan yang artinya adalah

telah lalu. Sedangkan menurut istilah kata salaf adalah generasi pertama umat

22

Islam dari kalangan sahabat, tabi‟in, dan tabi‟it tabi‟in dalam tiga masa yang

mendapatkan kemuliaan dan keutamaan. Mereka juga disebut Salafiyyah atau

Salafiyyun. Salafiyyah adalah penafsiran dari kata salaf yang berarti mengikuti

jejak, manhaj, dan jalan salaf. Sedangkan Salafiyyun yaitu bentuk jamak dari

salafi, bermakna orang yang mengikuti salaf (Ali Chozin, 2013: 5). Pengertian

lain menurut Yazid Jawas (2008: 24), yang memberikan batasan jelas tentang apa

yang dimaksud salafi yaitu "Orang-orang yang berjalan di atas manhaj salaf

dalam mengikuti Al Kitab (Al-Qur‟an) dan As-Sunnah mendakwahkan keduanya,

dan mengamalkannya."

Dari pengertian di atas bisa dibedakan bahwa pemakaian kata salaf

merujuk pada kondisi waktu yang disebut generasi terbaik dalam Islam.

Sedangkan Salafi merujuk pada orang-orang yang mengikuti ajaran dari tiga

generasi terbaik Islam yang disebut shalafus shalih. Petngertian serupa tentang

istilah salafi disampaikan oleh Jahroni (2007: 105) yaitu “Phonetically, salafi

means “past)/early”. The term „salafi‟ refers to the religious thougt suggesting

that the early periods of islam – during the time of the Prophet – is the most

authentic sorce of guide of islam. Thus, this thought referred to as salaf, which

means earlier people.”

Implikasi dari pandangan tersebut adalah Salafi berusaha mendakwahkan

dan mengamalkan Islam secara literal. Dengan usahanya untuk mengembalikan

pemahaman tentang Islam kepada pemahaman yang tengah digariskan oleh Nabi

dan para Sahabatnya menjadikan Salafi sangat kental dengan gagasan purifikasi.

23

Melalui jargon “kembali kepada Al-Qur‟an dan As-Sunnah yang sesuai dengan

pemahaman salafus shalih” mempertegas adanya semangat purifikasi dari

gerakan dakwah yang satu ini (Dady, 2012: 41- 42).

Hal tersebut sejalan dengan misi tokoh Salafi Muhammad bin Abdul

Wahhab yang mengembangkan dakwahnya dengan berpedoman pada prinsip-

prinsip dasar, yakini: (a) menghidupkan ilmu-ilmu keislaman; (b) memurnikan

tauhid dan memberantas kemusyrikan; (c) menghidupkan sunnah dan

memberantas bid‟ah; (d) pemurnian khazanah ilmu-ilmu keislaman; (e)

menyebarkan ajaran Islam yang lurus; (f) menganjurkan kebaikan dan mencegah

kemungkaran; (g) menegakan hukum Allah dalam pemerintah dan masyarakat; (h)

membuka pintu-pintu ijtihad untuk menjawab masalah kontemporer umat; (i)

membela agama Allah dan negri-negri muslim dengan kekuatan senjata; dan (j)

mensucikan jiwa (Ali Chozin, 2013: 6).

Meskipun Salafi menyebutkan bahwa dakwah yang mereka usung sangat

dipengaruhi oleh Muhammad bin Abdul Wahab, namun mereka menolak

dinamakan sebagai gerakan Wahabi. Sebab bagi mereka penamaan yang

ditunjukan kepada dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab merupakan warisan

kolonial Inggris yang tidak suka dengan dakwah Abdul Wahhab yang menjadi

pemersatu bangsa Arab saat itu. Tapi pada kenyataannya sebagai kalangan

akademik menamai kelompok Salafi sebagai Wahabi (Dedy, 2012: 43).

Gerakan dakwah Salafi kerap mengajarkan doktrin mengenai tauhid.

Tauhid dan akidah adalah ajaran utama dan terpenting dalam dakwah Salafi.

24

Dengan bertauhid berarti meyakini keesaan Allah dan kekuasaan yang tak

terbatas-Nya. Tauhid terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: (a) tauhid al-rububiyyah

(tauhid ketuhanan) yaitu pengakuan bahwa hanya Allah yang semata-mata

memiliki sifat Ketuhanan, Maha Kuasa, Maha Pencipta, dan yang menghidupkan

dan yang mematikan; (b) Tauhid al-ubudiyyah (tauhid ibadah) yaitu segala ibadah

hanya ditujukan kepada Allah. (c) Tauhid al-asma wa al-shifat (tauhid nama dan

sifat Allah) yaitu membenarkan nama-nama dan sifat-sifat yang disebutkan dalam

al-Quran tanpa disertai upaya untuk menafsirkan nama-nama tersebut kepada

siapapun selain kepada Allah. Ketiganya tidak bisa dipisahkan dan tidak dapat

berdiri sendiri karena merupakan pilar keimanan dari kalimat tauhid “la ilaha illa

Allah” (Eposito, 2002: 104).

Selain itu ajaran Salafi juga mengajarkan doktrin tentang bid‟ah. Bid‟ah

secara bahasa adalah hal yang baru dalam agama setelah agama itu sempurna.

Atau sesuatu yang dibuat-buat setelah wafatnya Nabi Muhammad. Bid‟ah itu

sendiri ada dua macam: Bid‟ah dalam bentuk ucapan atau keyakinan, dan bentuk

lain dalam bentuk perbuatan dan ibadah. Bentuk kedua ini mencakup juga bentuk

pertama, sebagaimana bentuk pertama dapat menggiring kepada yang kedua

(Sa‟id, 2002: 35-36).

Gerakan dakwah Salafi di Indonesia pada perkembangannya terpecah

menjadi dua bentuk yaitu Salafi puritan dan Salafi jihadi. Pertama, Salafi puritan

merupakan prototipe Wahhabisme non-politik, mereka menentang aktivitas

organisasi dalam syiar keagamaan salafi, dan fokus berdakwah untuk

25

memperbaiki akidah amaliyah masyarakat yang dianggap melakukan

penyimpanan. Kedua, Salafi jihadi merupakan gerak kaum ash-shahwah al-

islamiyah (kebangkitan Islam) yang mengkritik watak legitimatif kaum puritan

atas negara Saudi Arabia.

Salafi jihadi yang muncul di dunia kontemporer mengusung gerakan

“neo-salafisme” yang membuat gerakan keagamaan bukan lagi melalui dakwah

saja, tetapi juga organisasi dan ormas yang digunakan untuk membangun

kekuatan dakwah. Contoh salafi kontemporer antara lain, Laskar Jihad, Jamaah

Islamiyah dan Forum Komunikasi Ahlussunah Wal Jamaah (Syaiful, 2010: 28).

1.7. Kerangka Berpikir

Dalam kerangka berpikir ini peneliti akan menjelaskan unsur-unsur yang

menjadi konflik NU dan Salafi GIS Sunnah yaitu adanya perdebatan dalam

memahami konsep Ahlu Sunnah Wal Jamaah dan praktik ibadah yang bid‟ah dan

Sunnah. Unsur-unsur konflik tadi merupakan dasar daripada konflik non-realistik

yang ditunjukan melalui sejumlah prasangka, scapegoat, dan kekerasan. Adapun

penyelesaian konflik kedua kelompok dilakukan melalui mediasi oleh RT, RW,

Tokoh Masyarakat, dan kedua kelompok. Penjelasan tersebut dapat dilihat pada

gambar dibawah ini:

26

Gambar I.2. Kerangka Berpikir

1.8. Metodologi Penelitian

1. Metode Kualitatif

Perdebatan Ahlu

Sunnah Wal Jamaah

Prasangka

Perdebatan praktik

Ibadah bid‟ah dan

sunnah

Scapegoath Kekerasan

Mediasi

(Safety Value)

RT dan RW Kedua kelompok FKPM dan

Masyarakat

Perasaan bermusuhan

(hostile feeling)

Perilaku Konflik (hostile behaviour)

tipe non-Realistik

27

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yang

memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis,

dan penuh makna (Sugiyono: 2005, hlm. 1). Pendekatan kualitatif dipilih untuk

menempatkan pandangan peneliti pada cara pandang subjek yang diteliti melalui

interaksi secara langsung. Pendekatan kualitatif selalu berusaha memahami

pemaknaan dari subjek yang diteliti (intersubjective meaning), di mana peneliti

mengobservasi dan melakukan interaksi antar komunikasi secara intensif dengan

subjek yang diteliti agar mampu memahami dan mengembangkan kategori-

kategori, pola-pola, dan analisis terhadap proses sosial yang tejadi di tengah

masyarakat (Creswell, 2010; Ivan, 2015: 45). Metode kualitatif cocok digunakan

bagi penelitian ini karena, permasalahan mengenai konflik keagamaan harus

dicari tahu sebab-sebab konflik antar kelompok beserta cara penyelesaian

konfliknya. Penjelasan tersebut hanya bisa diperoleh ketika peneliti menggunakan

metode kualitatif.

2. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan digunakan adalah studi kasus. Crasswel menjelaskan

metode studi kasus adalah spesifikasi kasus dalam suatu kejadian baik itu yang

mencakup individu, kelompok budaya ataupun suatu potret kehidupan (1998: h.

37-38). Metode ini menuntut peneliti untuk menggali suatu fenomena tertentu

(kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program, event, proses, institusi, atau

kelompok sosial) serta mengumpulkan informasi secara terperinci dan mendalam

dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data.

28

Alasan digunakannya penelitian studi kasus adalah karena penelitian ini

ingin melihat konflik Nahdatul Ulama dan Salafi GIS Sunnah secara lebih

menyeluruh mulai dari pertama kali konflik muncul berupa perasaan

ketidaksukaan, kebencian, hingga meluas menjadi perilaku konflik terbuka seperti

pengusiran dan penyerangan.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah kelompok Salafi dan kelompok NU, yang

terdiri dari ulama-ulama, jamaah, pengurus kajian, serta pemimpin

masjid/mushola setempat. Unit analisis yang hendak diteliti adalah konflik antar

kedua kelompok. Segala aktivitas, perilaku, dan interaksi kedua kelompok akan

diteliti secara mendalam. Pemilihan informan dilakukan dengan teknik snowball

yaitu mencari satu informan kunci yang bisa dimintai keterangan dan rekomendasi

untuk informan lain. Peneliti melakukan teknik ini ketika hendak mencari ulama

dan jamaah NU melalui informan FJ atau Ulama dan Jamaah Salafi GIS Sunnah

melalui informan SM.

Meskipun pencarian informan didasarkan atas rekomendasi informan

sebelumnya, namun peneliti tetap memberikan kriteria bagi subjek penelitian yang

akan diwawancara, antara lain: (1) Subjek merupakan anggota atau tokoh yang

aktif berdakwah di komunitas Salafi atau komunitas NU; (2) subjek memiliki

hubungan sosial yang intim dengan internal kelompoknya; (3) subjek mengalami

dan berkecimpung langsung dalam proses konflik antar kelompok. Pemilihan

kriteria ini berdasarkan kebutuhan dari data penelitian yang hendak diambil.

Informan dalam penelitian ini dapat dilihat pada table berikut ini:

29

Tabel I.2. Profil Informan

No Nama Usia Jenis Kelamin Jabatan

1 YP 40 Laki-Laki Ulama NU, ketua majelis ta‟lim At-

Tadzkia

2 MT 45 Laki-Laki Ulama NU, Ketua FKPM Gunung Sindur

3 FJ 55 Laki-Laki Ulama NU, DKM masjid Darusalam dan

Ketua RT. 008

4 SM 45 Laki-Laki Ulama Salafi, koordinator sosial

kemasyarakatan GIS Sunnah

5 RD 42 Laki-Laki Ulama Salafi, bendahara kajian GIS

Sunnah

6 TG 45 Laki-Laki Ulama Salafi, koordinator kajian GIS

Sunnah

7 AM 50 Laki-Laki Ulama Salafi, koordinator sosial

kemasyarakatan GIS Sunnah

8 JW 35 Laki-Laki Jamaah Salafi GIS Sunnah

9 SB 30 Laki-Laki Jamaah Nahdatul Ulama

10 TS 35 Laki-Laki Ketua RW. 009

4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan penelitian ini bersumber dari data primer dan

sekunder. Data primer merupakan data langsung yang dikumpulkan oleh peneliti

melalui proses wawancara dan observasi. Sementara data sekunder adalah data

yang dikumpulkan peneliti di luar proses penelitian seperti studi pustaka, dan data

statitistik. Adapun teknik pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti, yaitu:

a. Observasi partisipan

30

Dalam observasi, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang

sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil

melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber

data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka

data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada

tingkat makna dan setiap perilaku yang nampak (Sugiyono, 2005: 64).

Dalam penelitian ini, peneliti mengikuti berbagai macam pengajian serta

ritual ibadah dari kelompok Nahdatul Ulama dan kelompok Salafi supaya dapat

membangun komunikasi dengan anggota kelompok. Setiap hari Selasa, Kamis dan

Jum‟at peneliti mengikuti kajian tafsir yang dibuat oleh YP dan MT di masjid

Baitul Mukhlisin dan masjid Ahsanu Alama, sedangkan pada hari Sabtu dan

Minggu peneliti mengikuti kajian hadits yang dibuat oleh SM dan TG di Masjid

Al-Bilal.

Disana peneliti mengamati materi ceramah yang disampaikan oleh ulama

NU dan Salafi GIS Sunnah untuk mengamati apakah masih ada perasaan

bermusuhan setelah konflik usai. Keikutsertaan dalam pengajian-pengajian

tersebut, sedikit banyak membantu peneliti untuk melakukan pendekatan dengan

anggota kelompok dalam, sehingga data-data mengenai konflik dapat diketahui

secara menyeluruh.

b. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam (in-depth interview) akan dilakukan secara semi-

struktur dan terbuka agar lebih fleksibel dan dapat memunculkan data yang lebih

mendalam. Metode wawancara dapat dilakukan melalui tiga cara: wawancara

31

langsung (face to face), melalui telpon (by telphone), atau dalam bentuk

wawancara atau diskusi kelompok (focus group discussion) yang terdiri dari enam

sampai delapan partisipan perkelompok (Creswell, 2010; Ivan, 2015: 47).

Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti melakukan wawancara mendalam kepada

ulama NU, Ulama Salafi GIS Sunnah, Jamaah NU dan Jamaah Salafi GIS Sunnah.

Pertanyaan yang ditanyakan mula-mula adalah kegiatan keagamaan dan profil

masing-masing kelompok. Kemudian saat hubungan peneliti dengan informan

sudah mulai dekat, baru peneliti menanyakan persoalan-persoalan yang lebih

mendalam tentang alasan berkonflik, sumber-sumber berkonflik, serta bentuk-

bentuk konflik yang dilakukan oleh kedua kelompok.

Tabel I.3. Data dan teknik pengumpulan data

Teknik Pengambilan data Macam data

Pengamatan atau

Observasi

Aktivitas/keseharian Jamaah NU dan Salafi GIS Sunnah

di dalam maupun di luar masjid.

Aktivitas/keseharian Ulama NU dan Salafi GIS Sunnah

di dalam maupun di luar masjid.

Aktivitas/kegiatan pengajian NU dan Salafi GIS Sunnah

Aktivitas/kegiatan sosial di luar pengajian seperti

olahraga panahan dan bantuan sosial Griya Kafil Yatim

Pola interaksi antara ulama NU dan Salafi GIS Sunnah

Pola interaksi antara jamaah NU dan Salafi GIS Sunnah

Dinamika kegiatan keagamaan di setiap masjid Griya

Indah Serpong dan masjid Al-Bilal di Jl. Raya Pahlawan

Wawancara Mendalam Pemahaman informan terhadap peristiwa konflik antar

kedua kelompok

Pemahaman informan tentang penyebab konflik antar

kedua kelompok

32

Pemahaman informan tentang bentuk-bentuk konflik

antar kedua kelompok

Pemahaman informan tentang penyelesaian konflik

kedua kelompok

Alasan keterlibatan informan dalam konflik kedua

kelompok

Sikap dan tindakan informan selama adanya konflik

Struktur kehidupan di dalam kelompok NU atau Salafi

GIS Sunnah sebelum konflik, selama konflik, maupun

sesudah konflik

Studi Dokumen Sejarah kehidupan kelompok NU dan Salafi di Indonesia

Peristiwa konflik NU dan Salafi di berbagai daerah di

Indonesia

Asumsi-asumsi konflik yang diperdebatkan oleh

kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah

5. Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan baik dari sumber primer (observasi

partisipatif dan wawancara mendalam) ataupun sumber sekunder (studi

kepustakaan) akan dianalisis melalui model interaktif. Menurut Milles dan

Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,

sehingga datanya sudah jenuh. Adapun aktivitas dalam analisis data antara lain:

(a) Reduksi data adalah bentuk analisis yang mempertajam, memilih,

memfokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu cara di mana

kesimpulan akhir dapat digambarkan. Dalam penelitian ini data wawancara yang

tidak sesuai dengan pembahasan akan dibuang, sedangkan data yang sesuai

33

dikategorikan dalam box terpisah agar memudahkan peneliti untuk mencari data

wawancara tersebut. Pengkategorian didasarkan pada informasi yang akan ditulis,

seperti perbedaan pemahaman agama, atau penjelasan kronologi konflik.;

(b) Menyajikan data (data display adalah suatu kumpulan informasi yang

tersusun untuk pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian

data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart, dan sejenisnya. Selain dengan teks naratif, data juga bisa ditampilkan

melalui bentuk grafik, matrik, network (jejaring kerja), dan chart. Peneliti

membuat tabel, bagan dari agar memudahkan pembaca dalam memahami

informasi-informasi penting seputar penyebab konflik beserta bentuk konfliknya.

Peneliti juga membuat peta konsep untuk menggambarkan alur pembahasan yang

akan disajikan dalam penelitian ini;

(c) Penarikan/ Verifikasi kesimpulan, dari awal pengumpulan data,

penelitian kualitatif mulai memutuskan apakah makna sesuatu. Mencatat

keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat,

dan proposisi-proposisi. Kesimpulan dalam penelitian ini dibuat mengerucut yaitu

membahas sebab-sebab konflik terlebih dahulu, kemudian menjelaskan tindakan-

tindakan konflik, dan terakhir menjelaskan langkah-langkah mediasi yang

ditempuh oleh kedua kelompok. Tujuan dibentuknya alur tulisan seperti ini

supaya dapat tergambarkan secara baik fase-fase konfiknya.

1.9. Proses Penelitian

Perkembangan penelitian ini awalnya berjalan lambat, karena peneliti

menemui hambatan dalam mencari literatur seputar konflik NU dan Salafi GIS

34

Sunnah, karena meskipun masalah ini sudah banyak terjadi, tetapi pembahasan

mengenai konflik kedua kelompok masih jarang dibahas. Hambatan juga terjadi

ketika peneliti hendak berinteraksi dengan kelompok Salafi GIS Sunnah, awalnya

peneliti sangat canggung karena mereka cenderung menutup diri kepada orang

baru yang hendak bertanya terlalu dalam tentang kelompok mereka. Kenyataan

tersebut tentu berdampak pada data yang peneliti hendak gali, karena mereka

tidak bersedia menceritakan pengalaman konflik dengan kelompok NU.

Peneliti akhirnya mengambil keputusan untuk meninggalkan pertanyaan-

pertanyaan penelitian terlebih dahulu, dan fokus untuk melakukan pendekatan

lebih kepada ulama-ulama Salafi GIS Sunnah seperti informan SM dan RD yang

memang tinggal tidak jauh dari kediaman peneliti. Sambil melakukan pendekatan

peneliti juga melakukan observasi terhadap kegiatan-kegiatan keagamaan

kelompok Salafi GIS Sunnah di masjid Al-Bilal. Ketika dirasa hubungan peneliti

dengan ustadz SM dan RD sudah mulai dekat, peneliti mengutarakan maksud

penelitian ini, dan syukurnya mereka mau dimintai informasi seputar pengalaman

konflik dengan kelompok NU.

Mulai dari momen ini, penelitian ini menemukan titik terangnya, informan

SM dan RD semakin lama terlibat aktif memberi tahu informan-informan dari

kelompok Salafi GIS Sunnah yang memahami peristiwa konflik dengan kelompok

NU. Peneliti pun akhirnya melakukan pendekatan pada informan lain yaitu TG,

AM, dan JW, untuk memastikan apakah mereka benar-benar memahami situasi

konflik tersebut. Karena dirasa sudah tepat, peneliti menanyakan apakah mereka

mau memberi informasi soal kejadian konflik dengan kelompok NU, dan

35

syukurnya mereka mau memberi informasi tersebut lalu mendukung sepenuhnya

proses pengambilan data. Waktu yang peneliti butuhkan untuk melakukan

pendekatan dengan kelompok Salafi GIS Sunnah terhitung sejak Desember 2017

s.d Maret 2018, ketika semua informan dari kelompok Salafi GIS Sunnah sudah

bersedia di wawancara. Pengambilan data sendiri peneliti lakukan mulai dari April

2018 hingga Agustus 2018.

Berbeda dengan kelompok Salafi GIS Sunnah, kelompok NU baik ulama

maupun jamaaahnya menyambut baik maksud penelitian ini dari awal, terutama

informan FJ yang memang mendukung penuh penelitian ini, ia selalu menemani

peneliti ketika hendak mewawancarai ustadz atau jamaah NU. Pengambilan data

di kelompok NU relatif tidak mengalami kendala berarti karena semua pihak

mendukung sekali maksud penelitian yang sedang peneliti jalankan, hanya saja

untuk mengatur waktu pertemuan dengan ustadz-ustadz NU seperti informan YP

dan MT harus membutuhkan waktu dua minggu, karena kesibukan beliau yang

saat itu sedang ada tugas kerja di luar kota. Setiap pengambilan data, peneliti

bertemu informan dari kelompok NU di masjid Darusalam, Masjid BAitul

Mukhlisin, dan Masjid Ahsanu Amala. Di ketiga masjid ini peneliti juga

mengikuti beberapa kegiatan pengajian yang dibentuk oleh ulama-ulama NU.

Sama halnya dengan kelompok Salafi GIS Sunnah, pengambilan data untuk

kelompok NU dimulai dari bulan April 2018 hingga Agustus 2018.

36

1.10. Sistematika Penelitian

Guna memudahkan pembahasan, maka penelitian skripsi ini dibagi

menjadi empat bab yang terdiri dari:

BAB I : Membahas pernyataan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoretis, dan

sistematika penelitian.

BAB II : Membahas Letak Geografis, profil, dan aktivitas Kelompok

NU dan Salafi GIS Sunnah.

BAB III : Membahas konflik dan penolakan yang dilakukan oleh

kelompok Nahdatul Ulama terhadap aktivitas dakwah Salafi GIS

Sunnah, dan cara penyelasaina konflik yang dilakukan oleh kedua

kelompok.

BAB IV : Merupakan kesimpulan penelitian disertai dengan saran

Lampiran : Merupakan daftar kepustakaan atau rujukan bacaan yang

digunakan dalam penelitian ini.

37

BAB II

KEBERADAAN KELOMPOK NAHDATUL ULAMA DAN

SALAFI GRIYA INDAH SERPONG SUNNAH DI

PERUMAHAN GRIYA INDAH SERPONG

2.1.Kondisi Sosial Keagamaan di Kecamatan Gunung Sindur

Gunung Sindur adalah salah satu Kecamatan yang ada di

Kabupaten Bogor. Luas wilayah Gunung Sindur yaitu 4.942,13 ha2,

berbatasan langsung dengan Kecamatan Tanggerang di sebelah Utara,

Kecamatan Parung Panjang di sebelah Barat, Kecamatan Ciseeng dan

Kecamatan Parung di sebelah Selatan, serta Kecamatan Depok di sebelah

Timur. Wilayah Gunung Sindur sebenarnya lebih dekat dengan Kecamatan

Serpong, dan kota Tanggerang Selatan dibandingkan Kabupaten Bogor,

namun pengelolaan administrasi wilayah ini masih dikelola oleh Pemkab

Bogor.

Gambar II. 1. Peta Wilayah Kecamatan Gunung Sindur

Gunung Sindur memiliki beberapa desa yang terbagi menjadi 10

wilayah yaitu Jampang, Cibadung, Cibinong, Cidokom, Pedurenan, Curug,

Rawa Kalong, Pengasinan, Gunung Sindur, dan Paburuan (bogorkab.go.id).

Masing-masing desa memiliki jumlah penduduk dengan kepadatan yang

berbeda-beda, sebagaimana ditunjukan pada tabel di bawah ini:

Sumber: https://www.google.co.id.

38

Tabel II.1. Jumlah Penduduk, Luas Desa dan Kepadatannya di

Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2015

No

Desa

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

Luas Km-2

Kepadatan

Jiwa/Km-2

1 Jampang 5.718 5.89 971

2 Cibadung 8.315 5.20 1.599

3 Cibinong 7.720 4.49 1.799

4 Cidokom 10.577 2.95 3.585

5 Pedurenan 11.317 2.89 3.916

6 Curug 12.790 5.67 2.256

7 Rawa Kalong 6.950 5.25 1.315

8 Pengasinan 11.884 5.18 2.294

9 GN Sindur 9.324 5.73 1.627

10 Pabuaran 10.574 5.56 1.902

Jumlah 95.124 48.81 1.949

Sumber: Kabupaten Bogor Dalam Angka 2015, Badan

Pusat Statistik Bogor, https://bogorkab.go.id.

Berdasarkan data di atas, penelitian ini dilakukan di wilayah

terpadat ke enam di Gunung Sindur yaitu desa Cibinong, dengan 1.779

Km/Jiwa. Kepadatan yang terjadi di desa Cibinong disebabkan oleh

masuknya berbagai pelaku usaha, sehingga banyak pekerja atau buruh-buruh

industri yang pindah ke wilayah ini, sebagaimana yang ditunjukan pada tabel

dibawah ini:

39

Tabel II.2. Tingkat Profesi Masyarakat Kecamatan

Gunung Sindur Tahun 2015

No Profesi / Mata

Pencaharian

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Petani 158 5 163

2 Petukangan 250 0 250

3 Pedagang 2.806 792 3.598

4 Wiraswasta 598 198 796

5 PNS 110 112 222

6 Buruh Pabrik 4.166 3.498 7.664

7 Pensiun 358 45 403

(Sumber: Monografi Kantor Kecamatan Gunung Sindur)

Berdasarkan data di atas banyaknya pekerjaan buruh industri pada

tahun 2015 yaitu 7.664 (7.6%) dari jumlah penduduk yang ada membuat

pemerintah menyiapkan beberapa perumahan Rakyat yang diperuntukan bagi

buruh industri ini. Adanya perumahan rakyat pun pada akhirnya membuat

peningkatan sarana dan prasarana ibadah seperti masjid, mushola, ponpres,

gereja katholik, gereja protestan, pure, serta wihara, sebagaimana ditunjukan

pada tabel dibawah ini:

40

Tabel II.3. Jumlah Penduduk dan Sarana Ibadah di Kecamatan

Gunung Sindur

Tahu

n

Kependudukan Sarana Ibadah

Laki-

Laki

Perem

puan Jumlah

Mas

jid

Mu

sho

la

Po

np

res

Ger

eja

Kat

oli

k

Ger

eja

Pro

test

an

Pu

re

Wih

ara

2007 43.718 41.422 85.140 40 6 5 0 3 2 1

2008 44.226 41.828 86.054 40 6 5 0 3 2 1

2009 44.506 42.165 86.671 55 158 17 0 3 2 1

2010 52.968 50.030 102.998 66 179 18 2 11 1 6

2011 55.034 52.727 107.336 66 179 13 10 1 6

Sumber : Kabupaten Bogor Dalam Angka 2015, Badan Pusat

Statistik Bogor, https://bogorkab.go.id

Berdasarkan data di atas, pembangunan masjid, mushola, dan

pondok pesantren di Kecamatan Gunung Sindur mengalami peningkatan tiap

tahunnya dibandingkan dengan pembangunan pure serta wihara yang

jumlahnya tidak terlalu meningkat, bahkan mengalami penurunan.

Peningkatan pembangunan gereja pun cukup signifikan dari tahun 2007

hingga 2011 kenaikannya sebanyak 8 tempat ibadah. Hal ini dikarenakan

banyaknya jamaah katolik yang berdatangan untuk tinggal di beberapa

perumahan rakyat (KPR). Kemudian adanya penurunan bangunan pondok

pesantren dari tahun 2010 ke 2011, dikarenakan adanya sengketa lahan yang

menyebabkan berhentinya aktifitas 5 pesantren di Gunung Sindur.

Meskipun terdapat berbagai peningkatan dalam kegiatan ekonomi

maupun jumlah sarana dan prasarana keagamaan. Hal ini justru berbanding

terbalik dengan angka partisipasi pendidikan di masyarakat Gunung Sindur

yang masih sangat rendah. Hal ini bisa dilihat dalam tabel berikut ini:

41

Tabel II.4. Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan

Gunung Sindur Tahun 2015

Berdasarkan data di atas, kebanyakan masyarakat Gunung Sindur

hanya tamat SMP dengan presentase sebesar 27 %, dan disusul dengan

masyarakat yang tidak tamat SD sebesar 23%, di posisi ketiga adalah

masyarakat yang hanya tamatan SMA sebsar 22 %. Masih rendahnya tingkat

pendidikan membuat masyarakat lebih berminat pada kegiatan pengajaran

keagamaan seperti pengajian ataupun majelis taklim.

Perkembangan majelis taklim dan pengajian selama ini dilakukan

oleh ulama-ulama NU mulai dari tahun 1990-an. Keterikatan masyarakat

dengan amaliyah NU lebih banyak terjadi melalui jalur kultural dibandingkan

struktural. Secara kultural ajaran NU di Gunung Sindur direpresentasikan

oleh sejumlah pesantren dan majelis ta‟lim. Beberapa pesantren ternama

antara lain: Annur Islamic Boarding Darunnajah, Pesantren Terpadu Darul

Qur‟an Mulia (asuhan Ustadz Yusuf Manshur), Pondok Pesantren Az-Zikra

Cibadung (asuhan ustadz Arifin Ilham), dan Pondok Pesantren Al-Inayah

Rawa Kalong yang menyediakan program belajar mulai dari SD hingga

SMA. Sedangkan majelis ta‟lim yang ternama adalah At-Tadzkia dan Al-

Hijrah.

Keberadaan sejumlah pesantren dan majelis ta‟lim juga didukung

oleh adanya Majelis Ulama Indonesia (MUI) tingkat kecamatan Gunung

No Tingkat

Pendidikan

Laki-

Laki

Perempua

n

Jumlah Persentas

e%

1 Tidak Tamat SD 2.610 2.823 5.433 23 %

2 Sekolah Dasar 1.958 1.373 3.331 13 %

3 SMP 2.893 2.789 5.682 27 %

4 SMA 2.920 2.393 5.313 22 %

5 DIPLOMA/SAR

MUD

264 1.357 1.621 7 %

6 SARJANA 903 727 1.630 6 %

Jumlah 11.761 11.604 23.365

42

Sindur. MUI Gunung Sindur sudah berdiri sejak tahun 2002. Peran MUI

sendiri adalah mensosialisasikan ajaran NU di tingkat kecamatan. MUI

mempunyai tanggung jawab untuk memberdayakan santri-santri pesantren

agar bisa berdakwah ke tengah-tengah masyarakat. Santri-santri yang sudah

lulus dari beberapa pesantren Gunung Sindur memang diwajibkan untuk

berdakwah di setiap desa yang mereka tinggali.

Oleh karena itu, MUI membantu mengadakan pelatihan-pelatihan

kepada santri-santri pesantren untuk membuat program dakwah yang

diminati masyarakat seperti acara peringatan Maulid Nabi, Isra Mi‟raj dan

Tabligh Akbar. Pesantren-pesantren ini melahirkan tokoh keagamaan

setempat yang siap berdakwah di tengah-tengah masyarakat, seperti Ustadz

Aceng Zakaria, dan Ustadz Gusriyanto.

2.2. Kondisi Sosial Keagamaan di Perumahan Griya Indah Serpong

Perumahan Griya Indah Serpong merupakan perumahan rakyat

(KPR) yang dibangun tahun 2009 oleh PT. Khatulistiwa Indah Jaya, di Desa

Cibinong, Gunung Sindur Bogor. Perumahan ini memiliki luas tanah 2.500

ha2 yang dibagi ke dalam 4 tahap, mulai dari blok A sampai blok V.

Perumahan GIS dikelilingi oleh dua kampung yaitu kampung Kemang dan

kampung Bulak Tuba, selain itu, ada juga perumahan Kemenkumham,

perumahan Departemen Kesehatan dan Lapas Gunung Sindur. Melihat

kondisi tersebut, bisa dikatakan bahwa lokasi perumahan Griya Indah

Serpong sendiri berada di tengah-tengah desa Cibinong.

Gambar II.2. Gapura Perumahan

Griya Indah Serpong

43

Sumber: Observasi tanggal 10 April di

perumahan Griya Indah Serpong

Masyarakat Griya Indah Serpong merupakan warga pendatang

yang sengaja pindah rumah karena alasan pekerjaan, keluarga, ataupun biaya

rumah yang relatif murah. Karena warga yang pindah rumah di tahun 2009

sampai 2012 masih sangat sedikit, mereka belum membuat aktivitas

keagamaan bersama, bisa dikatakan saat itu belum terbentuk struktur

keagamaan yang mapan baik berupa masjid, DKM ataupun alim ulama.

Perkembangan struktur keagamaan di Griya Indah Serpong baru terjadi

ketika tahun 2013, dimana warga tahap 1 dan tahap 2 sepakat membuat

masjid Ahsanu Amala di tanah fasilitas umum blok D.

Setelah mempunyai satu masjid, masyarakat yang berada di tahap 3

lambat laun mengikuti cara serupa yaitu menjadikan fasilitas umum sebagai

masjid atau mushola. Semenjak itu dibangun beberapa masjid/mushola di

perumahan Griya Indah Serpong antara lain: masjid Darusalam, Baitul

Mukhlisin, At-Tauhid dan Al-Ikhlas. Dibangunnya masjid membuat

44

masyarakat membuat DKM dan melakukan penokohan terhadap orang-orang

yang dianggap memiliki ilmu agama lebih (ulama). Ulama-ulama ini yang

akhirnya mengajarkan pemahaman Nahdatul Ulama melalui sejumlah majelis

ta‟lim. Anggota-anggota majelis ta‟lim biasanya diikuti oleh ibu-ibu, dan

remaja setempat.

Gambar II.3. Majelis Ta’lim Amanah (kiri), dan

Majelis Ta’lim Ahsanu Amala (kanan)

di Perumahan Griya Indah Serpong

Sumber: https://www.facebook.com/fkpmgis/

diunduh 21 Juni 2018

Setelah munculnya ulama-ulama setempat, kegiatan-kegiatan

keagamaan yang ada di perumahan GIS menjadi semakin berkembang.

Perkembangan tersebut, membuat masyarakat mulai mengadakan kegiatan

keagamaan tahunan seperti perayaan hari besar Islam dan Bazar Ramadhan.

Adapula kegiatan-kegiatan lain justru dairahkan ke ranah sosial seperti

dibentuknya Griya Kafil Yatim supaya masyarakat bisa bersedekah dan

membantu biaya hidup anak-anak yatim baik di perumahan maupun kampung

Kemang dan Bulak Tuba.

45

Gambar II.4. Kegiatan Keagamaan yang ada di Perumahan

Griya Indah Serpong. Di kiri adalah parade marawis,

di kanan adalah kegiatan bantuan sosial Kafil Yatim

Sumber: https://www.facebook.com/fkpmgis/

diunduh 21 Juni 2018

Semakin banyak kegiatan keagamaan yang dilakukan di

perumahan Griya Indah Serpong membuat ketertarikan beberapa kelompok

keagamaan untuk masuk dan berdakwah disini. Salah satunya adalah

kelompok Salafi GIS Sunnah yang merintis dakwah sejak 2014.

2.3. Sejarah dan Profil Kelompok Nahdatul Ulama di Perumahan Griya

Indah Serpong

Keberadaan kelompok NU di Perumahan Griya Indah Serpong sudah

mulai dirasakan masyarakat sejak tahun 2011. Kelompok ini terbentuk berkat

adanya ulama-ulama pendatang yang kebetulan tinggal menetap disana. Hal

ini diceritakan oleh YP sebagai berikut,

Saya udah lama dakwah disini, kira-kira dari tahun 2011 deh sepas

saya pindah rumah aja. Waktu itu di Griya belum ada apa-apa ya,

46

masjid pun belum ada, kalo mau salat jum‟at jauh harus ke masjid

luar perumahan. Makanya selagi kita punya tanah fasum yang gede di

tahap 2, saya sama warga menyarankan bangun masjid disana … itu

kalo gak salah Agustus 2013 ya jadi masjid Ahsanu Amala. Kalo ada

masjid kan enak kita bisa bikin pengajian, ngadain ibadah salat

jum‟at, salat Idul Fitri atau Idul Adha, jadi enggak perlu jauh-jauh

(Wawancara YP, 18 April 2018).

Gambar II.5. Masjid Ahsanu Amala

lokasi pengajian kelompok NU

Sumber: Observasi Peneliti di Perumahan

Griya Indah Serpong, blok D1

Selain YP, ada beberapa orang pendatang yang juga berdakwah di

perumahan Griya Indah Serpong, mereka adalah MT dan FJ. Keduanya mulai

aktif berdakwah ketika sudah pindah rumah ke blok Q. Di wilayah blok Q

memang mempunyai tanah fasum (fasilitas umum) yang cukup luas, sehingga

MT dan FJ memprakasai untuk membangun masjid disana. Setelah masjid

berdiri, MT diangkat sebagai imam tetap dan FJ diangkat sebagai ketua DKM

masjid oleh masyarakat. Hal ini dituturkan FJ sebagai berikut,

Warga blok Q kan punya fasum luas ya, waktu itu emang enggak

kepake apa-apa. Sebagai ketua RT saya menyarankan gimana kalo

dibuat masjid saja, dana nya nanti kita kumpulin dari sumbangan

masyarakat. Alhamdulillah memang ada aja si mas yang sumbang

47

semen, baja ringan, genteng, dan karpet masjid … Awal tahun 2014,

masjid ini udah berdiri 80%, udah bisa dipake buat salat, dan bikin

kegiatan masjid, ketika itu saya diamanahkan untuk menjadi ketua

DKM disini. Adanya pengurus masjid kan enak bisa ngatur jadwal

ibadah keagamaan rutin di bulan biasa dan bulan Ramadhan supaya

bisa terlaksana dengan baik, terus andaikan masyarakat punya acara

keagamaan dirumah seperti slametan, arwahan, aqiqahan bisa di

fasilitasi sama pihak masjid untuk pengadaan ustadznya (Wawancara

FJ, 20 April 2018).

Beranjak ke tahun 2015, kala itu sudah mulai banyak bermunculan

alim ulama yang berpemahaman NU namun, keberadaan mereka masih

terisolir di sejumlah masjid. Mereka belum saling mengenal, dan masih

berdakwah dengan cara masing-masing. Baru ketika MT dan FJ mengusulkan

adanya forum perkumpulan ulama dan jamaah masjid di seluruh Perumahaan

Griya Indah Serpong, rencana itu disambut baik oleh ulama dan jamaah

masjid lain. Hal ini dituturkan oleh MT sebagai berikut,

FKPM ini kan program gabungan dari setiap pengurus masjid Griya

Indah Serpong. Jadi FKPM ini ibarat wadah kita semua pengurus

masjid buat saling tukar pikiran tentang model dakwah kaya gimana

si yang bisa menarik minat masyarakat untuk rame-rame datang ke

masjid. Yang ada di 2015 kan kondisinya pengurus masjid suka

sendiri-sendiri ngadain acara agamanya, enggak ngundang-ngundang

jamaah dari blok lain. Saya sampaikan begitu waktu rapat dengan

beberapa pengurus masjid di masjid Ahsanu Amala, akhirnya mereka

sadar kalo takutnya acara agama di tiap masjid jadi terkesan dulu-

duluan, saingan, makanya kita buat deh FKPM tanggal 18 Maret 2016

supaya bisa ngatur kegiatan dakwah dan acara agama di setiap masjid

(Wawancara MT, 25 April 2018)

Berdasarkan penuturan informan MT, FKPM dibentuk pada tanggal

18 Maret 2016, dan dijadikan sebagai wadah perkumpulan setiap pengurus

masjid. FKPM bertujuan untuk menyelaraskan kegiatan-kegiatan agama yang

ada di setiap masjid, termasuk mengatur konten dakwah yang akan

48

disampaikan ke masyarakat. Sekertariat FKPM sendiri ada di masjid Ahsanu

Amala, disana setiap setiap malam minggu diadakan rapat pengurus masjid

atau mushola.

Gambar II.6. Logo FKPM GIS

Sumber: https://www.facebook.com/fkpmgis/

diunduh 21 Juni 2018

FKPM sendiri memiliki beberapa divisi yaitu divisi acara, media, dan

bantuan sosial. Adapun tugas dari masing-masing divisi adalah sebagai

berikut: Pertama, divisi acara mempunyai tugas untuk mengatur jadwal

kegiatan yang akan dilaksanakan setiap masjid dalam satu tahun. Divisi ini

juga bisa merekomendasikan pemateri yang akan mengisi kegiatan di setiap

masjid. Kedua, divisi media mempunyai tugas untuk menshare materi

dakwah dan mempublikasi kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan FKPM.

Selain itu divisi ini juga membuat sejumlah sosial media seperti WhatsApp

dan Facebook. Ketiga, divisi bantuan sosial mempunyai tugas untuk

menyalurkan dana sumbangan dari donator-donatur masjid untuk membantu

anak-anak yatim, janda, dan kaum dhuafa.

49

Gambar II.7. Struktur FKPM GIS

cv\

Sumber: Data Pengurus FKPM GIS

2.4. Kegiatan Kelompok Nahdatul Ulama di Perumahan Griya Indah

Serpong

Kelompok Nahdatul Ulama memiliki kegiatan rutin antara lain subuh

keliling (suling), kajian tafsir jalalain, yasin dan tahlil di masjid. Subuh

keliling merupakan kegiatan yang paling gemar diikuti masyarakat. Adapun

pelaksanaannya dilakukan secara berpindah-pindah di setiap masjid. Hal

tersebut bertujuan agar masyarakat di setiap blok perumahaman dapat

memakmurkan masjid di luar tempat tinggal mereka. Biasanya sehabis salat

subuh berjamaah akan ada kultum atau ceramah yang mengkaji kitab fiqh

Safinah dan Taqrib.

Ketua

Bendahara

Divisi Acara Divisi Media Divisi Bantuan

Sosial

50

Gambar II. 8. Poster Undangan Kegiatan Subuh keliling dan

Kajian Subuh yang Diisi Ceramah Ulama NU

Sumber: https://www.facebook.com/fkpmgis/ diunduh 20 Juni 2018

dan oberservasi kegiatan Suling tanggal 20 April 2018

di masjid Baitul Mukhlisin

Selain kegiatan subuh keliling, ada juga kegiatan yasin dan tahlil yang

rutin dilakukan setiap hari Kamis. Biasanya pembacaan yasin dan tahlil

dipimpin oleh dua orang ustadz yang bertugas memimpin bacaan yasin atau

memimpin doa untuk sanak keluarga jamaah yang sudah meninggal dunia.

Ataupun jika ada warga yang meninggal dunia biasanya pihak keluarga mayit

akan meminta dicarikan ustadz untuk menggelar tahlilan di rumah duka.

51

Gambar II.9. Poster Undangan Kegiatan Yasin, Tahlil, dan

Kajian Tafsir Jalalain

Sumber: https://www.facebook.com/fkpmgis/

diunduh 20 Juni 2018

Kegiatan-kegiatan tahunan yang dilakukan jamaah NU antara lain

Gebyar Muharam, Maulid Nabi, dan Isra Mi‟raj. Saat acara Gebyar Muharam

kegiatan yang paling menarik adalah pawai obor yang dilakukan oleh

masing-masing jamaah masjid/mushola beserta anak-anak TPA/TPQ yang

ada di Griya Indah Serpong. Biasanya kegiatan dimulai pukul 20.00 s.d

22.00, dan menempuh rute perjalanan mulai dari masjid Ahsanu Amala (blok

D) sampai masjid Al-Ikhlas (blok T). Dalam perjalanan, peserta yang

mengikuti pawai obor akan melantunkan shalawat nabi secara bersamaan.

Sebelum pawai obor siang harinya biasanya diadakan bazar baju dan

keperluan rumah tangga di lapangan ruko blok V.

52

Gambar II.10. Poster Undangan Kegiatan Gebyar Muharram

dan Tabligh Akbar yang diisi dengan Ceramah Ulama NU

Sumber: https://www.facebook.com/fkpmgis/ diunduh 20 Juni 2018

dan observasi saat mengikuti acara Tabligh Akbar

Gebyar Muharam di lapangan ruko Blok V

Selain itu, ada beberapa kegiatan agama yang selalu meriah

dilakukan antara lain Maulid Nabi dan perayaan tahun baru Islam. Kegiatan

maulid nabi biasanya dilakukan dengan mengundang pemateri dari luar

Gunung Sindur, hal ini guna menarik minat masyarakat untuk datang ke

masjid. Kegiatan maulid nabi biasanya dibarengi dengan perlombaan

marawis oleh sejumlah majelis ta‟lim yang ada di Griya Indah Serpong.

Sedangkan untuk perayaan hari besar Islam biasanya mengadakan acara

tabligh akbar di lapangan fasum blok V.

Terakhir adalah kegiatan tahunan yang kerap dilakukan oleh jamaah

NU yaitu perayaan milad FKPM. Perayaan milad FKPM diisi dengan berbagi

pengalaman tentang masalah yang terjadi di setiap masjid. Biasanya sehabis

53

ceramah akan diadakan acara makan tumpeng bersama yang sudah dibuat

oleh setiap pengurus masjid. Mempringati milad ke 2 tahun tanggal 18 Maret

2018, FKPM hadir dengan program baru yang semakin membantu

masyarakat umum, seperti koperasi syariah umat, dan lembaga Griya Kafil

Yatim (Observasi Milad FKPM, tanggal 18 Maret 2018, Lokasi di masjid

Ahsanu Amala).

Gambar II.11. Poster Undangan Acara Milad 1 Tahun FKPM GIS

dan Doa Bersama saat Penutupan Acara Milad FKPM

Sumber: https://www.facebook.com/fkpmgis/

diunduh 20 Juni 2018

2.5. Sejarah dan Profil Kelompok Salafi GIS Sunnah di Perumahan

Griya Indah Serpong

Keberadaan kelompok Salafi GIS Sunnah di perumahan Griya

Indah Serpong sudah mulai dirasakan sejak bulan April 2014. Ditandai

dengan munculnya dua orang yang sudah memiliki pemahaman Salafi, yaitu

SM dan RD. Kedua orang ini merupakan tokoh awal yang mendakwahkan

manhaj salaf di perumahan Griya Indah Serpong.

54

Saya pindah kesini itu tanggal 15 April 2014, terus enggak lama

ustadz RD pindah rumah kesini. Saya baru tau dia orang sunnah

juga pas udah ngobrol banyak sehabis sholat di masjid Darusalam.

Pertama kali pindah kesini emang saya udah diminta bantu-bantu

ngisi pengajian di masjid Darusalam. Setelah tinggal disini, saya

jadi tau kalo ajaran keagamaan penduduk disini masih bercampur

baur ya, ada Ikhwanul Muslimin, Jamaah Tabligh, tetapi mayoritas

masyarakat sini percaya ajaran NU. Terus masih banyak ritual

ibadah bid‟ah yang dikerjakan disini seperti selametan, tahlilan, dan

yasinan. Pokoknya kacau deh buat saya yang udah paham manhaj

salaf, makanya saya dan ustadz RD coba mendakwahkan manhaj

Salaf di masjid Darusalam, tapi jamaahnya enggak ada yang ngerti,

dan malah nganggap aneh dakwah tadi. Terpaksa saya ikuti dulu

ritual ibadah disini, di beberapa waktu aja si, karena enggak enak

dengan pengurus masjid, apalagi saya juga sering diundang untuk

dakwah disini. Nah baru sekitar bulan Juni 2015 datang ustadz TG,

ustadz AM dan teman-teman Salafi lainnya, yang mengajak saya

ikut pengajian Salafi lagi, setelah benar-benar mantap untuk hijrah

sepenuhnya, saya beraniin diri untuk enggak ikut lagi praktek

ibadah NU (Wawancara SM, 12 April 2018).

Berdasarkan penuturan Informan SM, saat itu memang belum

banyak orang Salafi yang tinggal di Griya Indah Serpong oleh karena itu, dia

dan RD mengikuti saja program dakwah yang dilakukan ulama-ulama NU.

Partisipasi keduanya di sejumlah kegiatan masjid NU membuat dakwah

Salafi selama tahun 2014 tidak berkembang, apalagi dakwah yang

disampaikan SM dan RD saat itu kurang mendapat simpati dari masyarakat.

Baru pada bulan Juni tahun 2015, jumlah jamaah Salafi mengalami

peningkatan yang ditandai dengan masuknya 5 keluarga Salafi baru yang

pindah rumah ke Griya Indah Serpong.

Mereka adalah keluarga TG, AM, FD, SP dan AS, kelima nya

berniat untuk menyebarkan dakwah Salafi di perumahan Griya Indah

Serpong. Namun, keinginan tersebut nampaknya belum bisa terlaksana

55

dengan baik karena jamaah Salafi satu dengan yang lainnya belum saling

mengenal. Hal ini dituturkan oleh informan TG sebagai berikut,

Saya pindah kesini sekitar bulan Mei 2015 waktu itu memang udah

ada beberapa orang sunnah disini, ada usatdz SM, RD, dan AM

yang saya kenal karena sering ketemu di masjid Darusalam. Di

Griya sebenarnya sudah mulai banyak orang-orang sunnahnya cuma

terpencar aja, ada yang di blok P, T, Q, K dan D jadi seolah-olah

enggak saling kenal … makanya saya mengusulkan pas ngobrol

dengan ustadz AM, SM, dan RD, gimana kalau kita bikin kajian

sunnah, supaya kita bisa saling kenal dengan teman-teman sunah

lain, terus kita bisa belajar bareng, bisa manggil ustadz Salafi dari

luar. Mereka setuju karena memang di Gunung Sindur ini belum

ada kajian sunnah, kalau mau ikut kajian sunnah kita harus ke BSD

atau Pamulang dulu. Dari kesepakatan empat orang itu akhirnya kita

mulai ngerintis kajian sunnah sendiri, alhamdulillah waktu kajian

pertama tanggal 20 September 2015 di masjid Darusalam, lumayan

rame lah jamaah yang dateng, ada sekitar 30 orang. Pematerinya

ustadz Atori Husein Lc. yang menjelaskan materi shirah nabawiyah

(Wawancara TG, 25 April 2018)

Saat kedatangan informan TG sekitar bulan Mei 2015 memang

belum belum ada kajian sunnah baik di perumahan Griya Indah Serpong

ataupun Gunung Sindur. Orang-orang yang berpemahaman Salafi pun masih

terpencar di sejumlah blok perumahan. Berdasarkan kondisi tersebut, TG,

AM, SM, dan RD berinisiatif membuat kajian sunnah untuk mempererat

silaturahmi antar jamaah Salafi sekaligus juga memberi pengetahuan syariat

Islam yang sesuai dengan manjah salafus shalih

56

Gambar II. 12. Logo Salafi GIS Sunnah

Sumber: https://www.facebook.com/gissunah/

diunduh 20 Juni 2018

Berkat inisiatif dari tokoh-tokoh Salafi tadi, kajian GIS Sunnah bisa

disambut baik oleh orang-orang Salafi di Griya Indah Serpong, mereka pun

tidak sungkan untuk bergabung mendukung kajian GIS Sunnah. Setiap Ahad

pagi jamaah Salafi GIS Sunnah mengadakan pengajian di Masjid

Darusalam, kegiatan tersebut berlangsung mulai dari Mei 2015 sampai

Januari 2016, selepas itu dakwah Salafi sering berpindah-pindah lokasi

pengajian karena konflik dengan jamaah NU. Tetapi kini jamaah Salafi GIS

Sunnah sudah memiliki lokasi pengajian sendiri yaitu di masjid Al-Bilal

yang terletak di Jalan Raya Pemuda, Desa Cibinong, Kecamatan Gunung

Sindur. Masjid Al-Bilal memiliki tanah seluas ± 2 hektar yang dibangun

masjid seluas 500m2

Masjid Al-Bilal itu luas banget ya kalo enggak salah 2 hektar,

bangunan masjidnya 500m2, rencananya di dekat masjid mau

dibangun perumahan juga. Cuma sayang-nya masjidnya sepi dan

57

enggak pernah keliatan ngadain kegiatan agama, karena kita juga

butuh masjid ini buat ngadain pengajian lagi, makanya kita coba

minta izin ke DKM masjid Al-Bilal dan kelurahan Cibinong untuk

bikin pengajian disana. Alhamdulillah mereka si mengizinkan kalau

buat pengajian disana, tapi memang kita harus perbaiki bangunan

masjid yang sudah mulai rusak, seperti atapnya yang bocor, dan

plafonnya yang sudah rusak … setelah semua perbaikannya rapi

kira-kira Februari 2016 deh, kita langsung mulai lagi pengajian GIS

Sunnah di masjid Al-Bilal (Wawancara RD, 16 April 2018).

Berdasarkan penuturan Informan RD, masjid Al-Bilal difungsikan

kembali oleh jamaah Salafi GIS Sunnah karena pihak DKM masjid tersebut

jarang mengadakan kegiatan agama. Kondisi masjid pun tidak terawat, dan

harus direnovasi supaya bisa melaksanakan kegiatan agama secara nyaman.

Kini, penampakan masjid Al-Bilal sudah kembali bagus dan dijadikan

tempat pengajian Salafi GIS Sunnah mulai dari bulan Februari 2016 sampai

dengan sekarang. Jamaah Salafi yang datang pun bukan hanya dari wilayah

Gunung Sindur melainkan dari wilayah lain yang berada di sekitaran

Gunung Sindur seperti Parung, SD, Serpong dan Pamulang.

Gambar II.13. Masjid Darusalam (kiri) dan Masjid Al-Bilal (kanan),

Lokasi Pengajian Kelompok Salafi GIS Sunnah

Sumber: Observasi tanggal 15 April 2018, lokasi: Perumahan Griya

Indah Blok Q2 dan Jl. Raya Pemuda, Desa Cibinong

58

Semakin banyaknya jamaah yang bergabung dengan kajian GIS

Sunnah akhirnya membutuhkan pengorganisasian lebih lanjut. Kajian GIS

Sunnah kini dikelola oleh tiga koordinator yaitu, bidang kajian, keuangan,

serta sosial kemasyarakatan. Pertama, koordinator bidang kajian bertugas

membuat jadwal kajian dan menghubungi ust adz Salafi yang akan menjadi

pemateri di hari Selasa, Jum‟at, dan Minggu. Kedua, koordinator keuangan

bertugas mengelola dana infaq dan sumbangan jamaah untuk pemeliharaan

masjid. Terakhir, koordinator sosial kemasyarakatan bertugas mengundang

masyarakat atau Jamaah Salafi untuk ikut kajian GIS Sunnah melalui

sejumlah broadcast WhatsApp dan Facebook.

Koordinator kajiannya itu ustadz TG, dia tugasnya ngundang ustadz-

ustadz Salafi dari luar Gunung Sindur. Terus ustadz RD itu bendahara

yang ngurusin pemasukan uang infaq. Kalau saya dan ustadz SM

tugasnya ngajak masyarakat untuk ikut kajian sunnah lewat WhatsApp

atau Facebook (Wawancara AM, 30 April 2018)

Gambar II.14. Struktur kelompok Salafi GIS Sunah

Sumber: Data pengurus Salafi GIS Sunnah

Salafi GIS Sunnah

Koordinator

Keuangan

Koordinator

Kajian

Koordinator

Sosial

Kemasyarakat

an

59

Program yang sudah dijalankan oleh kelompok Salafi GIS Sunnah

adalah kegiatan pendidikan di TPQ Al-Fath blok F, P, dan Q, sedangkan

program yang sedang direncanakan adalah pembuatan pesantren GIS

Sunnah di daerah Ciseeng untuk jenjang SD, dan SMP.

2.6. Kegiatan Kelompok Salafi GIS Sunnah di Perumahan Griya Indah

Serpong

Kelompok Salafi GIS Sunnah memiliki tiga kegiatan utama yaitu

kajian agama, olahraga, dan pendidikan. Kegiatan-kegiatan tersebut

dibentuk selama jamaah Salafi GIS Sunnah pindah ke masjid Al-Bilal.

Pertama, kajian GIS Sunnah yang dibuat setiap hari Selasa, Jum‟at, dan

Minggu. Kajian GIS Sunnah kerap dihadiri oleh tokoh-tokoh Salafi dari luar

Gunung Sindur yaitu, ustadz Atori Husein L.c, ustadz Badrus Yahya L.c,

dan Ustadz Agung Budiardi L.c. Mereka kerap diminta menjadi pemateri

kajian dua mingguan untuk membedah kitab At-Tauhid, Aqidah

Washitiyyah, dan Hadzihi Da‟watuna wa Aqidatuna. Sedangkan untuk

kajian harian setiap Selasa dan Jum‟at dipimpin oleh SM, AM, RD, dan TG

yang membahas kitab Umdathul Ahkam, Bhulughul Mahram, Shirah

Nabawiyah, dan tafsir Ibnu Katsir. Penjelasan kajian GIS Sunnah dituturkan

oleh JW,

Waktu itu tau kajian GIS Sunnah dari temen yang juga ikut pengajian

ustadz SM dan RD. Katanya disana pengajiannya enak diajarin hadits

dan ceramahnya lebih serius, enggak banyak bercanda kaya ceramah-

ceramah lain. Saya jadi tertarik ikut, terus ikut-ikut terus lama-lama

jadi rutin. Menurut saya pengajian GIS Sunnah ini enak enggak ada

60

yang ngerasa “wah saya paling bisa, paling pinter”, jadi sama-sama

belajar, kalo ada temen yang salah penafsiran haditsnya, kita betulin

sama-sama berdiskusi mana yang paling mendekati benar dan

disepakati sama teman-teman sunnah (Wawancara JW, 10 Juli 2018).

Kajian GIS Sunnah memang memiliki metode berbeda dengan

pengajian lain di perumahan Griya Indah Serpong. Fokus kajian GIS Sunnah

sendiri adalah membedah kitab-kitab seputar akidah dan fiqh. Peraturan

dalam kajiannya adalah ustadz memberi materi ceramah kepada jamaah, lalu

mengadakan sesi tanya jawab.

Gambar II.15. Poster Undangan Kegiatan Kajian Salafi

GIS Sunnah di Masjid Darusalam

Sumber: https://www.facebook.com/gissunah/ diunduh 20 Juni 2018,

dan observasi tanggal 15 April 2018, lokasi

Masjid Darusalam, blok Q2

Beberapa adab yang harus dituruti oleh peserta kajian adalah dilarang

membawa handphone, dianjurkan membawa buku catatan, dilarang

membawa anak-anak dibawah usia 5 tahun. Tempat duduk bagi jamaah laki-

laki dan perempuan pun terpisah dengan tirai panjang. Bagi Jamaah

perempuan karena tidak bisa melihat langsung ceramah ustadz akan dibantu

oleh layar televisi atau layar proyektor yang disediakan pihak masjid.

Pertanyaan yang hendak disampaikan dituliskan melalui kertas tanpa disertai

61

nama sehingga informasi diri penanya tidak akan diketahui jamaah lain.

Pertanyaan yang disampaikan jamaah sebisa mungkin harus sesuai dengan

tema kajian, bila ada pertanyaan diluar tema kajian biasanya akan disortir

oleh koordinator dan tidak akan diserahkan kepada ustadz yang mengisi

kajian (Observasi peneliti tanggal 15 April 2018, Lokasi: Masjid Jami al-

Bilal).

Kedua, kegiatan olahraga panahan yang diberi nama GIS Archery.

Kegiatan panahan dilakukan setiap hari minggu sebelum waktu kajian GIS

Sunnah di halaman masjid Al-Bilal. Waktu kegiatan panahan dilakukan

pagi-pagi pukul 07.00 s.d 08.00, durasinya satu jam sebelum waktu kajian

GIS Sunnah, itu pun kalau memang bertetapan di hari yang sama dengan

kajian. Kegiatan panahan ini umum, siapa pun boleh ikut, tetapi mayoritas

pesertanya adalah jamaah Salafi GIS Sunnah. Disana kegiatannya hanya

memanah target dibimbing oleh oleh instruktur panah bagi yang belum

mahir untuk memanah (Observasi peneliti tanggal 22 April 2018, Lokasi

Masjid Al-Bilal).

… di masjid Al-Bilal kita ngadain kegiatan olahraga panahan yang

kita kasih nama GIS Archery. Itu kan salah satu olahraga sunnah yang

memang diajarkan oleh Rasulullah dan Salafus Shalih. Sebenarnya

ada juga olahraga sunnah lain kaya thifan, berenang dan berkuda tapi

disini kita enggak ngadain karena fokus kita masih ke kajian si

(Wawancara RD, 16 April 2018).

Ketiga, adalah pengajaran Al-Qur‟an dan Hadits di TPQ Al-Fath.

Pengajaran Al-Qur‟an dilakukan oleh AS beserta istrinya, biasanya

pengajian dan hafalan surat-surat al-Qur‟an dilakukan setiap sore mulai

pukul 16.00 s.d 17.00. Selain mengajarkan Al-Qur‟an dan Hadits, ada juga

kegiatan takhosus atau semacam les Bahasa Arab yang disampaikan oleh

TG, berisi penjelasan kosa kata benda, kata kerja, dan percakapan dalam

Bahasa Arab.

62

BAB III

FENOMENA KONFLIK NAHDATUL ULAMA

DAN SALAFI GIS SUNNAH

3.1. Perasaan Bermusuhan: Pemicu Konflik Nahdatul Ulama dan Salafi GIS

Sunnah di Perumahan Griya Indah Serpong

Perasaan bermusuhan (hostile feeling) merupakan unsur awal bagi

terbentuknya konflik antar kelompok. Perasaan bermusuhuan biasanya timbul dari

rasa kebencian, frustasi dan ketidaksukaan terhadap objek yang dianggap

mengecewakan (Coser, 1957, 38). Perasaan bermusuhan dalam konflik NU dan

Salafi GIS Sunnah bersumber dari perbedaan pandangan keagamaan tentang

definisi Ahlu Sunnah Wal Jamaah dan praktik ibadah sunnah atau bid‟ah.

1. Gambaran tentang Ahlu Sunnah Wal Jamaah Menurut Kelompok Nahdatul

Ulama dan Salafi GIS Sunnah.

Masalah penafsiran Ahlu Sunnah Wal Jamaah menjadi sumber

permusuhan pertama, karena kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah kerap berbeda

pandangan soal masalah ini. Penafsiran tentang Ahlu Sunnah Wal Jamaah

bersumber dari hadits 73 golongan (Iftiraqul Ummah) dari Auf bin Malik

Radhiallahu „anhu yang meriwayatkan sabda Rasulullah Saw sebagai berikut,

Yahudi dulu terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan; satu golongan

masuk surga, tujuh puluh golongan masuk neraka. Nasrani terpecah

menjadi tujuh pula dua golongan; satu golongan masuk surga, tujuh puluh

satu masuk neraka. Demi dzat yang jiwa Muhammad berada di tangannya:

umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan; satu golongan

masuk surga dan tujuh pula dua lainnya masuk neraka.” Ada sahabat yang

63

bertanya, „Wahai Rasulullah! Siapa mereka yang masuk surga itu?‟ Beliau

menjawab, „Mereka adalah al-jama‟ah1

Hadist di atas menjadi rujukan ulama Nahdatul Ulama dan Salafi GIS

Sunnah, jika hendak mendakwahkan materi Ahlu Sunnah Wal Jamaah kepada

jamaahnya. Meskipun menggunakan hadits yang sama, keduanya memiliki

pandangan berbeda dalam mendefinisikan siapa itu golongan Ahlu Sunnah Wal

Jamaah, umat muslim yang mendapat keselamatan di akhir zaman. Informan FJ

selaku ulama NU mengungkapkan pendapatnya sebagai berikut,

Ahlu Sunnah biasa disebut Ahlu hadits ya, dan Ahlu Hadits kebanyakan

dari kalangan Asy‟ariyyah dan Maturidiyyah. Mereka ini ya sudah pasti

paham betul sama ayat-ayat dalam Al-Qur‟an dan hadist nabi, makanya

jamaah NU harusnya selain berpegang teguh terhadap Al-Qur‟an dan

hadits, ikutin juga imam mazhab seperti imam Syafi‟i. Baik kalangan

Asy‟ariyyah, Maturidiyah dan imam Syafi‟i sendiri jelas-jelas golongan

Ahlu Sunnah Wal Jamaah, hafalan haditsnya pun enggak usah diragukan

lagi. Kalo jamaah NU sudah ikutin ajaran-ajaran beliau ya sudah bisa

disebut Ahlu Sunnah Wal Jamaah ya. Insyallah kita pun enggak akan

tersesat kalo ada ayat Al-Qur‟an yang mustasyabihat (tersembunyi),

karena sudah dituntun dengan ijma atau kias ulama-ulama. Ayat-ayat

seperti itu enggak bisa ditafsirkan tidak pake ilmu atau tuntunan dari salah

satu imam mazhab, ya ujung-ujungnya kita akan tersesat, dan lebih

parahnya lagi menuduh orang sesat disaat mereka sendiri masih miskin

ilmu. Jadi menurut saya golongan umat yang bisa selamat di akhir zaman

adalah orang-orang yang mengikuti Al-Qur‟an, hadits, dan ajaran ulama-

ulama shalih (Wawancara Fajar, 20 April 2018).

Berdasarkan penuturan informan FJ, definisi golongan Ahlu Sunnah Wal

Jamaah adalah sebagai berikut: (1) mereka yang berpegang teguh pada sumber

hukum Islam yaitu Al-Qur‟an, Hadits, dan Ijtihad Ulama; (2) mereka yang

menggunakan salah satu dari ajaran empat imam madzhab, khususnya madzhab

imam Syafi‟i; (3) mereka yang tidak berbuat kemungkaran dan tidak sesat-

1 Lihat Fathu Rabil Barriyah ringkasan dari al-Hamawiyah oleh al-Allamah Muhammad bin

Ustaimin hal. 10, serta Syarah al-Akidah al-Wasithiyah oleh al-Allamah Shalih bin Fauzan al-

Fauzan. Hal. 10

64

menyesatkan sesama umat muslim ketika masih miskin ilmu. Pandangan lain

tentang golongan Ahlu Sunnah Wal Jamaah dijelaskan oleh informan MT sebagai

berikut,

Ahlu Sunnah itu umat pilihan ya, jadi yang masih percaya dengan Al-

Qur‟an, Hadits dan empat imam madzhab itu masih disebut Ahlu Sunnah

Wal Jamaah, kecuali syiah yang memang enggak percaya sama empat

imam madzhab. Namun karena saking banyak orang yang menganggap

dirinya Ahlu Sunnah, maka dibuatlah kriteria-kriteria tertentu, salah

satunya yang dimaksud Ahlu Sunnah kalo bisa jadi suri tauladan bagi

orang-orang di sekelilingnya. Kalo pake kriteria ini kan jadi kelihatan tuh

mana yang dianggap Ahlu Sunnah mana yang udah keluar dari kriteria itu.

Sekarang kan banyak orang yang menselisihi makna sunnah itu sendiri.

Contohnya ada kelompok agama yang mengaku ingin menegakan sunnah-

sunnah rasul, ingin memberantas kemusyrikan, tapi mendakwahkan

masalah itu dengan menyakiti orang lain, menghina ajaran kelompok lain,

ini kan enggak bener ya … makanya ulama-ulama NU jangan sampai

berdakwah dengan cara kaya gitu, kita harus berdakwah dengan

menghargai ajaran umat lain, golongan lain, atau kelompok lain, jangan

sampai menyinggung, atau menghina ajaran agama orang lain. Perilaku

kaya gitu justru akan menjauhkan kita dari kriteria Ahlu Sunnah itu sendiri

(Wawancara MT, 25 April 2018)

Berdasarkan penuturan informan MT, yang dimaksud golongan Ahlu

Sunnah Wal Jamaah adalah umat muslim yang bisa memberikan suri tauladan

bagi orang-orang di sekelilingnya, dan mereka yang percaya dengan prinsip salah

satu dari empat imam mazhab. Golongan Ahlu Sunnah juga tidak boleh

menyelisihi prinsip sunnah itu sendiri yaitu berdakwah dengan cara menyinggung

atau menyesatkan kelompok lain. Dari beberapa pertimbangan di atas, informan

MT dan FJ sepakat jika kelompok NU merupakan gologan yang pantas disebut

sebagai Ahlu Sunnah Wal Jamaah..

Begitupula dengan kelompok Salafi GIS Sunnah, mereka menganggap

golongan Ahlu Sunnah Wal Jammah hanya dimiliki oleh orang-orang yang mau

65

menjauhkan diri dari berbagai bid‟ah yang dilarang oleh agama. Perilaku tersebut

bertujuan agar kelompok umat muslim tidak tersesat dan akan mendapat

keselamatan dari berbagai dosa dan kemungkaran. Hal ini dituturkan oleh

informan SM sebagai berikut,

Ahlu Sunnah ya, selagi dia punya pemahaman sunni masih bisa disebut

Ahlu Sunnah, Salafi Ahlu Sunnah, NU Ahlu Sunnah, Muhammadiyyah,

Persis Ahlu Sunnah, tapi memang mesti dibedakan mana kelompok yang

bener-bener berpegang teguh dengan ajaran sunnah nabi, mana yang

enggak. Kalo orang Ahlu Sunnah sudah pasti menghindarkan diri dari

praktik yang baru di dalam agama Islam (bid‟ah), karena harusnya kita

membawa agama ini kepada agama yang berdasarkan apa kata Allah dan

apa kata nabi, bukan karena tradisi, kata kyai-kyai dulu jadi taklid begitu

dengan perkataan mereka, bahkan parahnya lagi lebih percaya ajaran

mereka dibanding ajaran nabi yang pokok. Itu yang salah ya karena Ahlu

Sunnah itu enggak boleh fanatik sama satu guru, satu ajaran, misalnya

fanatik pake mazhab imam syafi‟i, pake kitab kuning, ya eenggak bisa gitu

karena masih ada nih pendapat imam-imam mazhab lain yang harus

dipertimbangkan juga. Fanatik berlebihan kepada satu ajaran justru

menjauhkan kita dari makna sunnah itu sendiri, karena pasti akan menutup

diri sama kebenaran dari ajaran lain (Wawancara dengan SM, 12 April

2018)

Pandangan lain disampaikan oleh informan RD sebagai berikut,

Ahlu Sunnah Wal Jamaah menurut orang-orang Salafi adalah orang yang

membawa cahaya ilmu bagi umat muslim. Ilmunya ya berdasarkan ajaran

dari kaum Salaf, dari sahabat, dari tabi‟in dan tabiut tabi‟in. Ahlu Sunnah

juga kelompok yang bertahan dengan sunnah nabi meskipun dikelilingi

oleh orang-orang yang sudah membuat kerusakan. Jadi orang sunnah itu

harus sabar ya karena akan banyak fitnah yang datang pada mereka,

seperti dibilang kelompok sesat, pemecah belah, ya kita tunjukan aja

kebenarannya kalo kita enggak gitu. Memang ada perbedaan-perbedaan

yang akhirnya membuat kita bisa membedakan antara kelompok Ahlu

Sunnah atau bukan, itu bisa dari penafsiran tentang nama dan sifat Allah.

Kalo ada orang yang percaya bahwa Allah itu ber-istiwa di atas arsy,

berarti dia Ahlu Sunnah karena paham sama masalah tauhid. Tapi kalo ada

orang yang ditanya keberadaan Allah, terus dia jawabnya Allah itu ada di

mana-mana ya berarti dia sudah keluar dari prinsip Ahlu Sunnah, karena

dia enggak paham prinsip tauhid dan tidak memahami ayat Al-Qur‟an

tentang masalah itu (Wawancara RD, 16 April 2018)

66

Pandangan kelompok Salafi GIS Sunnah tentang golongan Ahlu Sunnah

Wal Jamaah antara lain (1) orang-orang yang mempelajari ilmu agama sesuai

dengan tuntunan Rasulullah Saw dan para ulama salafus shalih; (2) menjauhkan

diri dari praktik ibadah baru yang diada-adakan (bid‟ah); tidak taklid (fanatik)

terhadap satu mazhab, satu guru, ataupun satu kelompok; (4) mempercayai nama

dan sifat-sifat Allah. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, kelompok Salafi GIS

Sunnah percaya bahwa mereka adalah gologan Ahlu Sunnah Wal Jamaah,

sedangkan kelompok lain seperti jamaah NU dianggap sudah keluar dari kriteria

tersebut.

Tabel III.1. Gambaran tentang Ahlu Sunnah Wal Jamaah menurut

kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah.

Kelompok Kriteria Ahlu Sunnah Perasaan kekecewaan

Nahdatul

Ulama

- Mengikuti Al-Qur‟an,

hadits, dan Ijtihad ulama

- Mengikuti salah satu dari

empat imam mazhab,

mengikuti mazhab Syafi‟i

- Menggunakan ijma dan

kias dalam menetapkan

suatu hukum

- Mengikuti sunnah-

sunnah nabi

- Mengamalkan 20 sifat

Allah

- Orang-orang yang berpemahaman

Ahlu Sunnah tetapi masih suka

berdakwah yang menyinggung,

dan menyakiti orang lain sudah

keluar dari kriteria tersebut.

- Ahlu Sunnah tidak boleh

memahami ayat Al-Qur‟an dan

hadits tanpa tuntunan ulama.

Salafi GIS

Sunnah

- Mengikuti Al-Qur‟an dan

hadits.

- Mengikuti semua ajaran

imam mazhab (tidak

- Ahlu Sunnah tidak boleh fanatik

(taklid) terhadap satu ajaran, satu

guru, dan satu kelompok.

- Ahlu Sunnah tidak boleh

67

bermazhab).

- Tidak menggunakan ijma

dan kias untuk

menetapkan suatu hukum

- Mengikuti sunnah nabi

dan menjauhi perilaku

bid‟ah

- Mempercayai nama dan

sifat Allah

melakukan praktik ibadah yang

dibuat-buat oleh manusia (bid‟ah)

Berdasarkan penjelasan di atas, baik NU maupun Salafi GIS Sunnah sama-

sama memiliki pendapatnya sendiri tentang golongan Ahlu Sunnah Wal Jamaah.

Masing-masing kelompok cenderung mengunggulkan jamaahnya, dan

menganggap sebelah mata kelompok lain. Sikap merendahkan kelompok lain

ditunjukan melalui kegiatan dakwah di masjid. Hal ini dikatakan oleh informan

JW yang pernah mengikuti pengajian ulama-ulama NU.

Setiap malam ahad ba‟da Isya itu ada pengajian ulama NU di masjid

Baitul Mukhlisin, saya sengaja pingin ikut emang, soalnya pingin dengerin

aja, mumpung lagi enggak ngapa-ngapain kan di rumah. Yang ngisi

pengajian waktu itu ustadz MT, tema pengajiannya saya inget judulnya

“Memahami siapa itu golongan Ahlu Sunnah Wal Jamaah”.

Pembahasannya si awalnya benar-benar aja, beliau jelasin hadits-hadist

yang terkait masalah itu, salah satunya hadits Firqah Najiyah. Dijelasin

juga kriteria-kriteria orang yang bisa disebut sebagai Ahlu Sunnah, tapi

ujung-ujungnya ko ngomongin kita (Salafi GIS Sunnah). Katanya

“kelompok Wahabi bukan golongan Ahlu Sunnah, karena sering

mendakwahkan hadits-hadits dhaif yang sanadnya terputus tidak sampe

kepada nabi, makanya enggak ada kesesuaian ajaran mereka dengan

sunnah-sunnah nabi”. Saya sendiri sih enggak sepakat dengan pernyataan

beliau, karena mereka (NU) belum pernah tabayyun untuk menanyakan

masalah ini kepada kita, terus karena saya mikir sudah gak baik

ceramahnya, ya mending pulang aja (Wawancara JW, 10 Juli 2018).

68

Berdasarkan perkataan informan JW, ia pernah mendengarkan dakwah

ustadz MT yang membahas persoalan Ahlu Sunnah Wal Jamaah, awalnya

penyampaian materi disampaikan dengan baik tetapi diakhir pembahasan justru

ada kalimat yang menjelek-jelekan kegiatan dakwah Salafi GIS Sunnah seperti

“Wahabi bukan golongan Ahlu Sunnah, karena sering mendakwahkan hadits-

hadits dhaif yang sanadnya terputus tidak sampai kepada nabi, makanya enggak

ada kesesuaian ajaran mereka dengan sunnah-sunnah nabi”. Pandangan-

pandangan merendahkan seperti itu dianggap sebagai objek yang mengecewakan

dan sumber permusuhan bagi kelompok Salafi GIS Sunnah.

2. Beberapa Aktivitas Keagamaan yang Menimbulkan Perdebatan antara

Kelompok Nahdatul Ulama dan Salafi GIS Sunnah.

Coser menjelaskan rasa bermusuhan belum tentu menyebabkan konflik

secara terbuka (covert conflict), jika tidak ada perilaku bermusuhan ditambah

adanya perbedaan legitimasi kekuasaan, dan sistem status yang tidak sama (Coser,

1957: 38). Sistem status yang tidak sama terdapat dalam aktivitas keagamaan

seperti, perayaan hari besar Islam, pembacaan doa qunut, praktik doa berjamaah,

praktik tahlilan dan ta‟ziyah, serta praktik ziarah kubur. Hal ini akan peneliti

jelaskan satu persatu melalui pembahasan di bawah ini.

Pertama, masalah perayaan hari besar Islam seperti Maulid Nabi,

Isra‟Miraj, dan Nifsu Syaban. Menurut kelompok Salafi GIS Sunnah perayaan

perayaan hari besar Islam merupakan bid‟ah yang mungkar, karena Allah tidak

menurunkan sedikit pun kekuasaan dan ilmu tentang itu, nabi pun tidak pernah

mensyariatkan perbuatan itu melalui sabda atau ketetapan beliau. Kemudian para

69

al-Khulafa, ar-Rasyidun dan para sahabat Nabi lainnya tidak pernah mengadakan

peringatan hari besar Islam (seperti Maulid Nabi, Isra Miraj) dan tidak pernah

mengajak untuk melakukannya, padahal mereka adalah sebaik-baiknya umat ini.

Diadakannya bid‟ah-bid‟ah semacam itu, timbul kesan sebagai berikut

Allah belum menyempurnakan agama Islam, sehingga harus dibuat syariat-syariat

lain untuk menyempurnakan agama ini (Said, 2011: 110-114). Padahal Allah Swt

sudah berfirman, “pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu dan telah

kucukupkan kepadamu nikmatku, dan telah kuridhai Islam itu jadi agamamu (Al-

Maidah: 3)”. Penjelasan beserta ayat di atas, digunakan jamaah Salafi GIS Sunnah

untuk tidak mensetujui, mengikuti, ataupun ikut merayakan hari-hari besar Islam

di wilayah Griya Indah Serpong. Hal ini dituturkan informan RD sebagai berikut,

Ketika saya sampaikan masalah peringatan hari-hari besar Islam termasuk

Maulid Nabi ya, waktu itu pas rapat kepengurusan masjid, karena menurut

saya perayaan maulid tahun 2014 dan 2015 menghabiskan dana masjid

yang cukup besar, sedangkan sponsornya sedikit, sehingga dana untuk

pembangunan masjid jadi kepake (digunakan). Kebetulan saya kan

bendahara masjid, jadi saya sedikit banyak tau berapa rincian dananya,

apalagi kalo kita panggil ulama dari luar untuk ngisi acara disini, itu

biayanya aja udah mahal, dan pendapatan dari kotak amal juga dibagi

sama ulama itu, padahal dia udah dapat bayaran dari pihak DKM. Nah itu

kan jadi mubazir ya. Makanya, saya bilang gimana kalau Maulid Nabi

dihilangkan saja, lebih baik dana masjid dibuat pembangunan, lagipula

kegiatan semacam itu hukumnya bid‟ah. Dalam syariat Islam kita tidak

boleh mengagungkan manusia lebih daripada Allah, kalo itu dilakukan

namanya musyrik, ini prinsip tauhid loh. Meskipun yang kita anggungkan

itu nabi, tapi nabi kan juga manusia. Lagipula nabi sendiri sudah

mengajarkan cara menunjukan kecintaan kepadanya, ya cukup mengikuti

sunnah beliau dan menjalankan sunnah-sunnahnya aja, contohnya setiap

hari senin nabi selalu berpuasa. Jadi gak ada tuh perayaan-perayaan gitu,

mulai dari zaman nabi, sahabat, tabiin, dan tabi‟ut tabiin tidak ngerayain

acara seperti itu. Berarti kan perayaan ini hanya dibuat buat aja sama

manusia yang menyalahi sunnah nabi. Saya sampaikan masalah itu kepada

jamaah masjid, tapi pendapat saya ditolak, alasannya karena mereka takut

kalo kegiatan hari besar Islam dihilangkan akan menimbulkan gejolak di

70

masyarakat. Apalagi maulid nabi sudah dianggap tradisi ya disini, udah

diajarin turun temurun sama kyai-kyai yang mereka anggap bener, punya

kualitas, dan pantes kalo dijadiin rujukan (Wawancara RD, 16 April 2018).

Pandangan lain terkait larangan merayakan hari besar Islam dituturkan

oleh informan SM sebagai berikut,

Banyak ya perayaan-perayaan yang memang tidak ada hadits atau nabi

ajarkan justru dikerjakan di GIS. Kayak perayaan-perayaan Nuzul quran,

Maulid, Isra Miraj. Kalau mengikuti ajaran salaf kita enggak rayakan,

karena di maulid ada permainan alat musik yang justru melalaikan, ada

ikhtilat antara ikhwan dan akhwat, semua itu kan tidak boleh ya makanya

hukumnya bid‟ah. Amalan bid‟ah dikhawatirkan akan menjerumuskan

manusia kepada kesesatan. Jadi agama tidak boleh tuh dipikir-pikir harus

buat acara ini untuk bersyukur sama Allah, toh kita udah ikutin perintah

ibadah wajib aja udah nunjukin rasa syukur kita. Harus antum tau kalo

perayaan yang diajarkan nabi itu cuma dua, Idul Fitri dan Idul Adha.

Selebihnya tidak ada perayaan di dalam agama kita. Jadi saya anggap

perayaan-perayaan seperti itu adalah perbuatan baru (bid‟ah) yang tidak

diajarkan oleh nabi (Wawancara SM, 12 April 2018)

Penjelasan ulama-ulama Salafi GIS Sunnah tentang larangan

memperingati hari besar Islam khususnya Maulid Nabi karena beberapa alasan

yaitu, (1) tidak ada satu pun pedoman/anjuran nabi untuk memperingati hari

kelahirannya; (2) adanya tindakan pemborosan uang pembangunan masjid; (3)

adanya permainan alat musik yang melalaikan; (4) adanya ikhtilat (persentuhan)

laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim di dalam satu tempat. Perayaan-

perayaan hari besar Islam pun menurut kelompok Salafi GIS Sunnah tergolong

sebagai tindakan menyerupai (tasabuh) umat agama lain seperti nasrani yang

merayakan hari paskah. Tetapi, informan YP selaku ulama Nahdatul Ulama

menyangkal pendapat ulama Salafi GIS Sunnah. Ia menuturkan sebagai berikut,

Persoalan merayakan hari besar Islam sebenarnya masih diperdebatkan ya

di kalangan ulama-ulama sunni, tetapi keyakinan saya begini, kalau acara

tersebut diniatkan untuk mengingat rasul dan Allah, kenapa disalahkan ?

71

kecuali kalau perayaan hari besar Islam itu diisi oleh praktik tarian, lalu

diniatkan untuk puja puji kepada rasululullah, itu yang tidak boleh. Disini

perayaan hari besar Islam seperti Maulid Nabi dan Isra Miraj baik-baik

saja ko, kita bershalawat, mendengarkan shirah perjalanan hidup

rasulullah, dan perjuangan beliau menyempurnakan ajaran Islam. Itu

semua dimaksudkan untuk mengingat jasa-jasa rasulullah, supaya

masyarakat juga bisa mengambil teladan dari sikap-sikap itu. Berarti yang

salah dalam maulid itu praktiknya dong, bukan amalannya. Disamping itu,

hari besar Islam ini kan sudah jadi tradisi ya mas, bukan cuma disini, tapi

di Indonesia. Makanya ketika ada pihak-pihak yang katakan ini salah,

bid‟ah, itu mestinya dicari tahu dulu makna kegiatan ini apa sih, sehingga

tidak menuduh sembarangan. Tuduhan seperti itu kan bisa-bisa

menyinggung jamaah yang mengerjakannya ( , 20 April 2018).

Alasan penolakan informan RD dan SM bisa saja diterima secara lapang

dada jika bahasan yang dibicarakan mengenai pengeluaran masjid yang boros saat

acara maulid, tetapi jika penjelasan informan RD dan SM diarahkan pada

pembahasan agama, tentunya akan menimbulkan berbagai perdebatan dan

kesalahpahaman antara mereka dengan jamaah NU. Informan YP menganggap

penggolongan perayaan hari besar Islam sebagai ritual agama yang bid‟ah

sebenarnya kurang tepat, meskipun amalan tersebut tidak dijelaskan dalam Al-

Qur‟an dan Hadits, tetapi kesepakatan (ijma) ulama menyatakan perayaan hari

besar Islam masih boleh dilakukan selagi diisi dengan kegiatan yang

mengingatkan umat terhadap perjuangan dakwah Rasulullah Saw.

Kedua, masalah pembacaan doa qunut ketika salat subuh. Masalah ini

sebenarnya hanya diperdebatkan oleh jamaah Nahdatul Ulama dan Salafi GIS

Sunnah, karena ulama-ulama dari kedua kelompok sudah mentolerir adanya

perbedaan tersebut. Informan MT menuturkan sebagai berikut,

Doa qunut itu emang sunnah, bukan wajib hukumnya, jadi boleh dikerjain,

boleh enggak. Kalo jamaah sini sih kebanyakan ya pake qunut, alasannya

72

doa qunut itu udah masuk dalam rangkaian salat subuh jadi kalo kita

enggak ngerjain atau lupa ya sujud sahwi, terus enggak ada salahnya juga

kan kalo kita baca doa qunut, itu sunnah nabi, kan ada ganjaran pahalanya.

Toh nabi aja baca qunut selama satu bulan hingga beliau meninggal dunia,

penjelasannya ada di hadits Annas bin Malik, kamu bisa cek sendiri …

emang ada beragam penafsiran ya soal hadist ini, orang-orang yang pake

mazhab hambali dan maliki itu enggak baca doa qunut waktu salat subuh,

ya sah-sah saja si karena mereka menafsirkan doa qunut itu dibaca kalo

ada musibah aja, diluar itu ya enggak usah dibaca, itu hadistnya sama dari

Annas bin Malik. Perbedaan penafsiran kaya gitu kan mungkin aja terjadi,

ini harusnya dipelajari, bukan untuk cari tau kebanarannya, bukan, tapi

supaya kita bisa menghargai saudara kita sesama muslim yang enggak

qunut, ohh alasannya begini begitu toh, jangan sampe masalah kaya gini

aja dibesar-besarin, digunjing ketika ada saudara muslim yang melakukan

atau tidak doa qunut ini (Wawancara MT, 25 April 2018).

Berdasarkan penuturan informan MT, pembacaan doa qunut ketika salat

subuh memiliki beragam penafsiran, seperti apakah doa qunut harus dimasukan

dalam rangakaian salat subuh atau tidak, dan apakah ketika seseorang lupa

membaca doa qunut, dia harus melakukan sujud sahwi atau tidak. Pertanyaan-

pertanyaan tersebut menurut informan MT hendaknya dicari tahu alasannya,

sehingga sesama umat muslim bisa saling memahami dan menghargai persoalan

tersebut. Informan MT pun menghimbau jangan sampai persoalan kecil seperti itu

dijadikan perbedaan yang besar dan berujung pada sejumlah perdebatan bahkan

konflik antar kelompok. Pernyataan tersebut dibenarkan oleh informan RD

sebagai berikut,

Orang-orang Salaf itu enggak membaca doa qunut subuh ya, karena

enggak ada keharusan juga buat membacanya. Kalo memang kita salat

jamaah terus imam subuhnya qunut ya kita harusnya ikut qunut,

mengaminkan aja, enggak membacanya. Itu harus ya mengikuti gerakan

imam, sekalipun kamu sudah tau hukumnya. Kalo alasan kita enggak baca

qunut ketika salat munfarid atau jamaah dengan kelompok Salaf, ya karena

nabi kita tidak lakukan itu setiap salat subuh, doa qunut hanya bisa dibaca

ketika ada sebuah musibah yang menimpa umat Islam lalu kita

73

mendoakannya dengan baca doa qunut, itu boleh, setelah itu ya tinggalkan

(Wawancara RD, 16 April 2018).

Berdasarkan penuturan informan RD, jamaah Salafi tidak membaca doa

qunut karena mereka menganggap rasulullah sendiri tidak mempraktekan secara

rutin doa qunut dalam salat subuh, beliau hanya mempraktikan itu ketika ada

musibah yang sedang melanda umat muslim. Tetapi, ia dan ulama Salafi GIS

Sunnah lainnya tidak memahami hadits tersebut secara literal saja, mereka juga

menyesuaikan persoalan ini dengan cara beribadah di setiap masjid, artinya jika

sedang salat berjamaah dan kebetulan imam shalatnya membaca doa qunut, mau

tidak mau mereka harus mengikuti dan mengaminkan doa sang imam.

Untuk masalah doa qunut memang tidak terlalu menjadi persoalan penting

bagi ulama NU dan Salafi GIS Sunnah, karena mereka masih bisa menyesuaikan

pemahamannya dengan kondisi ibadah di masjid. Tetapi, bagi jamaah kedua

kelompok persoalan membaca doa qunut ini merupakan persoalan penting untuk

dilakukan atau tidak dilakukan. Bagi jamaah NU ketika seseorang tidak membaca

qunut maka salatnya kurang lengkap. Atau ketika seseorang lupa membaca qunut

dia harus sujud sahwi. Hal tersebut dituturkan informan SB sebagai berikut,

Disini sih (Griya Indah Serpong) solat emang pake qunut ya, sama aja

kaya di masjid-masjid luar gitu, kalo solat pake qunut juga … soal qunut

ya pasti semua orang disini kecilnya udah diajarin setelah rukuk (iktidal)

doa qunut tuh mesti dibaca, biar lengkap solatnya. Kalo masalah qunut

dibaca atau enggak ya saya milih dibaca mas, soalnya ajaran ulama-ulama

dulu kan begitu, gak usah diubah-ubah lagi orang udah bener ko

(Wawancara SB, 15 Juli 2018).

Bedasarkan penuturan informan SB, jamaah NU masih belum memahami

adanya perbedaan penafsiran dalam penggunaan doa qunut, karena mereka hanya

74

mengikuti ajaran ulama-ulama setempat saja. Apabila ada kesalahan dalam

membaca doa qunut pun nampaknya belum bisa dimaklumi oleh jamaah NU,

contohnya ketika imam lupa untuk membaca doa qunut, mereka semua melakukan

sujud sahwi, bahkan salat lagi sebagaimana dialami oleh informan AM dan SM

sebagai berikut,

Saat saya ikut salat subuh di masjid Baitul Mukhlisin ketika itu imamnya

lupa untuk qunut, nah selepas salam mereka semua sujud sahwi termasuk

saya. Saya mau tidak mau ikutin, kan saya makmum jadi ikutin apa yang

dikerjakan Imam. Tetapi ketika saya dikasih jadwal untuk imam subuh di

masjid Baitul Mukhlisin, saya gak baca qunut, karena saya terbiasa tidak

baca qunut, selepas shalat saya pulang, tapi jamaahnya ko subuhan lagi,

dari situ saya nyimpulin mungkin salat sama saya enggak sah karena

qunutnya kurang (Wawancara AM, 30 April 2018).

Ketika itu kebetulan imam tetap masjid Darusalam sedang sakit, jadi

enggak bisa datang ke masjid untuk salat subuh berjamaah. Beliau minta

di grup WhatsApp masjid supaya digantikan oleh ustadz lain. Eh tiba-tiba

ada salah satu orang yang nyeletuk (berbicara) di grup begini “Gantinya

imam subuh yang pake qunut ya ustadz, yang enggak pake qunut salat

dirumah aja”. Itu kan kaya nyindir orang-orang yang tidak doa qunut,

padahal mereka juga belum tentu tau gimana hukumnya baca doa qunut,

ada sebagian ulama yang melakukan ada juga yang enggak (Wawancara

SM, 12 April 2018).

Sama halnya dengan jamaah NU, jamaah Salafi GIS Sunnah pun belum

bisa mentolerir penggunaan doa qunut ketika salat subuh. Mereka lebih memilih

untuk diam ketika imam membaca doa qunut atau mereka lebih sering salat

bersama imam yang memiliki pemahaman Salafi juga. Hal ini dituturkan oleh

informan JW sebagai berikut,

Subuhan ya saya lebih sering ke Al-Bilal si mas, itu juga kalo enggak lagi

mepet mau kerja, kalo udah mepet mah paling (shalat) di Darusalam atau

Baitul Mukhlisin … soalnya gimana ya mas kalo di Al-Bilal itu isinya

orang-orang sunnah semua, jadi ya pasti enggak baca qunut dan mereka

ngerti, beda kan kalo solat di Darusalam kita enggak qunut nanti

anggapannya aneh, makanya kalo solat disana, pas baca qunut kita ikutin

75

gerakannya aja, tapi diem enggak ikut aminin (Wawancara JW, 10 Juli

2018).

Ketiga, masalah doa berjamaah. Perdebatan ini terjadi karena jamaah

Salafi GIS Sunnah tidak pernah melakukan doa bersama setelah shalat berjamaah.

Perilaku itu ternyata memiliki kesan yang tidak baik bagi Jamaah Nahdatul

Ulama. Informan FJ menuturkan sebagai berikut,

… kalo salat di masjid juga, mereka tuh enggak pernah ngumpul untuk doa

bareng, abis salat langsung aja pulang salam-salam pun enggak. Warga

sini mikirnya kan mereka kaya gak mau berbaur dengan orang lain,

tertutup lah orangnya. Padahal kalo sehabis sholat, kita doa terus salam-

salaman tujuannya ya supaya jamaah satu sama lain saling kenal, oh ini

warga blok ini, blok itu, makanya kalo mereka kaya gitu kan gimana orang

lain mau kenal (Wawancara FJ, 20 April 2018).

Ulama-ulama Salafi GIS Sunah memang tidak pernah terlibat dalam

kegiatan doa berjamaah atau bersalam-salaman sehabis shalat. Mereka lebih

memilih untuk berdoa sendiri atau melakukan salat sunnah badiyah (Observasi di

masjid Baitul Mukhlisin tanggal 15 April 2018 selepas bada shalat Isya).

Alasannya karena doa berjamaah sebenarnya tidak harus dimasukan sebagai

rangkaian kegiatan shalat berjamaah, karena sholat pun sudah berisi dengan doa-

doa. Hal ini dituturkan Informan SM sebagai berikut,

Ada kebiasaan orang-orang kita berdoa sehabis solat terus bersalam-

salaman, padahal itu enggak ada dalil yang menjelaskan diharuskannya

begitu. Kita si enggak ngelakuin itu ya, kita berdoa, tapi sesuai dengan

yang nabi ajarkan yaitu berdoa di waktu-waktu mustajab, contohnya

berdoa diantara adzan dan iqomah. Sebenarnya tidak ada keharusan

setelah solat berdoa, seakan-akan doa itu menjadi kesatuan dari solat

wajib. Solat itu kan sudah termasuk rangkaian doa, seperti nabi saja

setelah solat dia berdzikir sendiri, kemudian beliau langsung menuju pintu

untuk melayani umat yang bertanya. Adapun untuk orang yang doa

sesudah solat ya kita tidak larang karena itu ibadah, tetapi caranya enggak

harus berjamaah. Masalah ini memang sering diangkat menjadi perbedaan,

tapi kita si enggak masalah kalo dibilang beda, yang penting kita udah

76

ngejalanin syariat ibadah yang sudah ditetapkan Allah dan nabi

(Wawancara SM, 12 April 2018)

Keempat, praktik tahlilan atau arwahan ketika orang meninggal. Menurut

Ulama-ulama NU, ritual tahlilan mempunyai manfaat dari sisi agama dan sosial

kemasyarakatan. Dari sisi agama, tahlilan dilakukan dengan tujuan agar si mayit

di doakan oleh sanak keluarga, tetangga yang mungkin saja salah satu doa

diantara mereka di ijabah (dikabulkan) oleh Allah. Sedangkan dari sisi sosial,

tahlilan mempunyai manfaat sebagai ajang silaturahmi dan mempererat

persaudaraan antar masyarakat. Informan MT menuturkan sebagai berikut,

Tahlilan suka dilakuin disini terutama kalo ada warga yang meninggal ya.

Biasanya keluarga mayit minta tolong pengurus masjid untuk kasih tahu

ke semua warga kalo rumahnya mau ngadain tahlilan, terus pengurus

masjid infokan ke ustadz-ustadz yang mau ngisi acara itu, kalo ustadznya

siap ya tinggal jalan … Tahlilan biasanya kita baca surat yasin dan doa

tahlil yang dikirimkan buat si mayit, terkadang warga yang belum sempet

ta‟ziyah, pas tahlilan juga bisa ta‟ziyah … Tahlilan sendiri sebenarnya gak

ada dalil yang menjelaskan ya, karena sunnahnya kan ta‟ziyah, tapi

kegiatan ini enggak langsung salah gitu aja, masih ada manfaatnya buat

keluarga atau masyarakat, dengan tahlilan silaturahmi, kepedulian warga

kepada tetangganya jadi tejalin. Yang dilarang itu kalo tahlilan

memberatkan keluarga mayit untuk menyediakan makanan kepada

jamaah, tapi kan yang terjadi disini warganya Alhamdulillah guyub. Kalo

ada kematian pengurus RT, ibu-ibu PKK langsung sigap ngebantuin

keluarga mayit baik dari makanan, bantuan uang, dsb (Wawancara MT, 25

April 2018).

Manfaat tahlilan sebagaimana dituturkan informan MT, merupakan

kegiatan yang bisa menambah kepedulian sosial masyarakat sekaligus

memperkuat rasa persaudaraan antar sesama. Tetapi asumsi tersebut tidak

dibenarkan oleh ulama-ulama Salafi GIS Sunnah. Mereka menganggap ritual ini

harusnya tidak dikerjakan karena merupakan perilaku yang mubazir dan akan

77

memberatkan keluarga mayit. Hal ini dituturkan oleh informan RD sebagai

berikut,

Dulu saya kan salah satu pengurus masjid disini ya, jadi kalo ada

pengajian yasin di masjid masih suka ikut, tahlilan di rumah tetangga juga

ikut, menghormati aja si. Takutnya kan orang lain bilang masa pengurus

masjidnya sendiri enggak ikut, padahal rumahnya depan masjid, ya mau

enggak mau ikut deh. Tetapi pas saya sepenuhnya hijrah, kalo ada tetangga

yang ngajak lagi tahlilan, saya cuma bilang maaf saya enggak ikut lagi

acara itu, karena sering saya bilang gitu akhirnya mereka tau sendiri kalo

saya enggak mau ikut, dan enggak ngajak lagi. Lagipula acara tahlilan

sepeti itu sebenarnya tidak boleh dikerjakan karena kan akan memberatkan

keluarga, bukan cuma soal penyediaan makanan, tetapi juga ditakutkan

kita akan menambah atau mengingatkan kesedihan bagi keluarga mayit

nya lagi, nah itu tidak boleh. Sunnahnya kan hanya ta‟ziyah, disana juga

kita harus kasih dukungan buat keluarga mayit supaya dia tetep sabar, dan

ikhlas. Jadi tidak ada tuh tahlilan, apalagi isinya baca yasin bareng-bareng,

doanya juga belum tentu nyampe, karena doa yang paling di dengar Allah

kan doa dari anak keluarga mayit yang soleh atau soleha (Wawancara RD,

16 April 2018)

Kelima, praktik ziarah kubur. Menurut jamaah NU pergi ke makam

keluarga atau leluhur merupakan kegiatan yang bisa mengingatkan mereka kepada

kematian. Biasanya kelompok NU mengadakan wisata religius setiap 3 bulan

sekali untuk berkunjung ke makam-makam Walisongo atau makam-makam

leluhur lainnya.

Majelis ta‟lim GIS biasanya suka ngadain ziarah ke makam Walisongo,

tiap 3 bulan sekali ya. Alhamdulillah yang ikut si banyak sampe pake satu

atau dua bis lah kalo kesana, kemarin aja kita pergi ke Cirebon ke makam

Sunan Gunung Jati untuk mendoakan beliau, sekalian cari tau gimana sih

sejarah perjuangan beliau menyebarkan ajaran Islam di Cirebon atau di

Indonesia, itu aja si paling … kalo untuk ziarah ke makam saudara dan

orang tua, sebagian besar orang Indonesia saya rasa pasti ngelakuin ya

untuk mendoakan orang tua, saudara, atau kerabat dekatnya. Buat saya si

ziarah kubur itu penting untuk mengingatkan saja kalo kita semua pasti

akan meninggal juga, makanya selagi hidup banyak-banyak berbuat

kebaikan (Wawancara YP, 18 April 2018).

78

Berdasarkan penuturan informan YP, ziarah kubur merupakan tindakan

yang banyak dilakukan oleh masyarakat Griya Indah Serpong, tujuannya untuk

mengingatkan mereka kepada kematian, dan semakin termotivasi untuk berbuat

kebaikan. Bila kegiatan ziarah kubur ke makam Walisongo memang sengaja

dilakukan agar masyarakat lebih mengenal sosok ulama yang menyebarkan ajaran

Islam di nusantara. Namun anggapan informan YP menuai kritikan dari kelompok

Salafi, salah satunya dituturkan oleh informan RD sebagai berikut,

Disini (Griya) setiap 3 bulan sekali majelis talimnya ngadain kegiatan

ziarah ke makam wali, katanya si untuk wisata religius, mendoakan para

wali, dan kalau ada keluh kesah bisa berdoa disana, yang dianggap tempat

mustajab. Kalo untuk mendoakan keluarga, saudara, atau ulama-ulama

shalih di makam sih enggak papa, tapi kalo niatnya minta kesalamatan,

kemakmurann itu yang enggak boleh. Coba deh pikir emang jasad bisa

kabulin doa kita yang masih hidup, ngebantu kita gitu kalo ada masalah ini

itu, makanya tindakan ini jelas sekali bertentangan dengan prinsip tauhid,

kalo kita butuh sesuatu ya mintanya sama Allah bukan sama kuburan, tapi

orang-orang disini dikasih tau gitu marah (Wawancara RD, 16 April

2018).

Kelompok Salafi GIS Sunnah sebenarnya membolehkan adanya kegiatan

ziarah kubur, hanya saja mereka melarang praktik-praktik tambahan yang kadang-

kadang dilakukan secara berlebihan oleh masyarakat GIS yaitu meminta berkah di

makam Walisongo. Hal tersebut tentu sangat bertentangan dengan prinsip tauhid.

Tabel III.2. Perbedaan Pandangan tentang Praktik Ibadah yang Sunnah

dan Bid’ah menurut Kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah

Praktik Ibadah yang

Sunnah dan bid‟ah

Pandangan Kelompok

Nahdatul Ulama

Pandangan Kelompok Salafi

GIS Sunnah

Perayaan hari besar

Islam

- Praktik ibadah yang

sesuai tradisi ke-

Islaman.

- Praktik ibadah baru yang

tidak dicontohkan nabi

ataupun kalangan shalafus

79

Bid‟ah hasanah) shalih

(Bid‟ah)

Pembacaan doa qunut - Lebih baik dibaca

karena hukumnya

sunnah.

(Sunnah)

- Hanya boleh dibaca ketika

ada musibah yang menimpa

umat muslim. (Sunnah)

Praktik doa berjamaah - Lebih baik dijadikan

satu kegiatan dengan

shalat berjamaah

(Sunnah).

- Tidak dijadikan satu

kegiatan dengan shalat

berjamaah. (Bid‟ah).

Tahlilan - Boleh dikerjakan

selagi tidak

memberatkan

keluarga mayit

(Mubah).

- Tidak boleh dikerjakan

karena disunnahkan hanya

ta‟ziyah (Bid‟ah)

Ziarah kubur - Boleh meminta doa

kepada makam orang

suci (Mubah)

- Hanya boleh mendoakan

makam

(Bid‟ah)

Perbedaan-perbedaan praktik ibadah sebagaimana dijelaskan di atas

memang kerap diperdebatkan oleh kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah.

Keduanya ingin pendapatnya lebih di dengar bahkan dijadikan pedoman ibadah

masyarakat. Meskipun beberapa hal yang mereka perdebatkan masih belum

diketahui kebenarannya, tetapi masing-masing pihak tetap bersikukuh

mempertahankan argumennya. Perdebatan tentang praktik ibadah sunnah dan

bid‟ah sebenarnya hanya dilakukan oleh kedua kelompok saja, karena masyarakat

80

Griya Indah Serpong pada umumnya masih awam terhadap permasalahan-

permasalahan seperti itu.

Bisa dikatakan norma-norma keagamaan di daerah ini masih sangat

longgar, dan bisa diisi oleh ajaran atau kegiatan keagamaan apapun. Meskipun

selama ini masyarakat sudah lama mengikuti praktik ibadah yang dilakukan

kelompok NU. Namun kondisi tersebut, menurut kelompok Salafi GIS Sunnah

bukan menjadi jaminan pasti kalau mereka tidak ingin berhijrah untuk

mengerjakan praktik ibadah yang benar menurut hukum Islam. Maka dengan

adanya kajian Sunnah, kelompok Salafi GIS Sunnah berniat untuk menuntun

masyarakat agar mau mengerjakan praktik ibadah yang benar, sekalipun mereka

harus mendapat hambatan dari kelompok NU.

3. Bentuk-Bentuk Konflik Kelompok Nahdatul Ulama dan Salafi GIS Sunnah di

Perumahan Griya Indah Serpong.

Hubungan kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah awalnya berjalan dengan

baik, mereka bekerjasama dalam satu kepengurusan masjid. Dengan kata lain,

dahulu mereka adalah satu kelompok (in-group). Tetapi pada bulan Desember

2015, ketika ada forum silaturahmi yang membicarakan kegiatan keagamaan

masjid Darusalam dalam satu tahun ke depan, terjadi perdebatan antara ulama NU

dan Salafi GIS Sunnah, yang mana kedua kelompok saling bersikukuh terhadap

kebenaran ajaran agama nya masing-masing. Hal ini dituturkan oleh informan FJ

sebagai berikut,

81

Ketika kami hendak mengganti ketua DKM masjid Darusalam, kira-kira

bulan Desember 2015. Sebelum pemilihan ketua baru, saya selaku ketua

DKM lama mengadakan acara diskusi dulu buat kegiatan masjid. Para

alim ulama, tokoh masyarakat dan masyarakat GIS ngasih masukan untuk

kegiatan masjid ke depannya, soalnya kan kegiatan masjid gini-gini aja,

masih belum rame lah. Awalnya si acara tersebut berjalan baik aja, tetapi

pas ngomongin rencana kegiatan masjid untuk satu tahun ke depan ko jadi

saling ribut, khususnya antara ustadz YP dan ustadz RD. Ustadz RD

mengusulkan “kegiatan-kegiatan kaya maulid Nabi, Isra Miraj ditiadakan

saja karena kurang manfaat bagi umat”, tetapi ustadz YP berpendapat kalo

“kegiatan perayaan hari besar Islam jangan dihilangkan, justru harus tetap

dilakukan supaya umat nginget peristiwa sejarah Islam, sekalipun kurang

banyak dalil yang menjelaskan tentang hal tersebut. Tetapi maulid Nabi ini

kan kegiatan yang paling diminati oleh masyarakat, selain tahlilan, dan

dzikir bersama, makanya jelas ada manfaatnya bagi kemakmuran masjid”.

Mulai dari situ deh bales-balesan pendapat, dan terpaksa acaranya

diselesaiin lebih cepat, supaya gak jadi keributan (Wawancara FJ, 20 April

2018)

Berdasarkan penuturan informan FJ, ada beberapa praktik ibadah yang

dianggap berbeda antara lain perayaan hari besar Islam, pembacaan doa qunut,

doa berjamaah, tahlilan, ta‟ziyah, dan ziarah kubur. Perbedaan tersebut ternyata

dimaknai sebagai sebuah penolakan dan hinaan bagi masing-masing kelompok,

sehingga sejak saat itu jamaah NU dan Salafi GIS Sunnah tidak pernah melakukan

kegiatan dakwah bersama lagi. Ulama-ulama NU mulai geram atas sikap RD dan

SM dalam forum tersebut. Tidak tanggung-tanggung setelah acara forum

silaturahmi selesai RD dan SM langsung dikeluarkan dari kepengurusan masjid.

Ulama-ulama NU khawatir jika SM dan RD tetap dimasukan sebagai

pengurus masjid, mereka akan mempengaruhi jamaah lainnya untuk mempercayai

ajaran Salafi, hal ini tentunya akan mengancam keberadaan amaliyah NU.

Berdasarkan peristiwa tersebut faktor pemicu konflik mungkin hanya masalah

kecil, seperti perdebatan tentang Ahlu Sunnah Wal Jamaah dan praktik ibadah

82

yang sunnah atau bid‟ah tadi. Tetapi, masalah tersebut kenyataannya sudah

membentuk permusuhan yang terpendam bahkan menjadi sumber daripada

konflik itu sendiri.

Sumber konflik kedua kelompok sebagaimana yang kita sudah ketahui

adalah perbedaan ideologis atau disebut Coser sebagai konflik non-realistik yang

didorong oleh keinginan yang tidak rasional dan cenderung bersifat ideologis,

konflik ini seperti konflik antar-agama, antar etnis, dan konflik antar kepercayaan

lainnya. Konflik adalah tujuan itu sendiri, baik diizinkan atau tidak yang

digunakan mereka untuk menyebar prasangka (prejudice), scapegoath, bahkan

kekerasan kepada lawan ataupun dengan kelompok yang bukan lawan (Poloma,

2000: 111).

Gambar III.1. Contoh Penolakan Kelompok NU terhadap Ulama Salafi

GIS Sunnah yang tidak Membaca Doa Qunut Subuh.

Sumber: https://www.facebook.com/gissunah/

diunduh 20 Juni 2018

83

Selepas peristiwa itu suasana konflik semakin berlanjut dimana RD dan

SM kerap menjadi sasaran prasangka dan hujatan dari ulama-ulama NU. Dalam

tahap ini sudah muncul rasa bermusuhan (hostile feeling) antar kedua kelompok.

Hal ini dituturkan informan FJ sebagai berikut,

SM dan RD itu setelah punya pemahaman Salafi jadi enggak bisa toleransi

sama kegiatan keagamaan kita, misalnya kalau kita undang pengajian

yasinan, tahlilan atau maulid nabi, mereka enggak pernah datang. Kalo

masyarakat ngadain acara slametan dan arwahan, kami selalu nawarin

mereka untuk gantian ngisi dakwah, tapi lagi-lagi mereka tolak, bahkan

datang pun eenggak. Jadi kesannya menutup diri banget gitu dengan

lingkungan (Wawancara FJ, 20 April 2018).

Contoh lain dituturkan oleh informan YP sebagai berikut,

Orang-orang Wahabi ini suka memecah belah umat ya, yang tidak

sepaham dengan mereka dibilang ahlu bid‟ah, sesat, bahkan dibuku ulama

besarnya pun NU dikategorikan kelompok sesat karena hizbiyyah

(berorganisasi), ini kan enggak bener ya, masa organisasi NU yang isinya

ulama-ulama shalih dibilang sesat. Kalo ulama-ulama dulu itu sesat

enggak mungkin punya pengikut sampai segini banyaknya. Ulama itu

harus dijunjung tinggi loh karena dia kan pewaris nabi, bukan malah

dihina, kalau mereka menghina ulama justru mereka sendiri yang sesat. …

sikap mereka (Salafi GIS Sunnah) di masyarakat itu tertutup banget ya,

enggak ngumpul sama orang yang sepemahaman sama mereka aja. Kalo

rapat RT aja mereka enggak pernah dateng (Wawancara YP, 20 April

2018).

Anggapan dari informan FJ dan YP bahwa kelompok Salafi GIS Sunnah

adalah kelompok yang tertutup dan tidak mau berbaur dengan masyarakat

disangkal oleh informan AM, ia menuturkan sebagai berikut,

Kita ini punya prinsip Al-Wala wa Al-Bara jadi orang-orang yang baik

akhlak dan ibadahnya harus diikuti, sedangkan yang gak baik jangan

diikuti dan harus ditinggalkan, itu kan Al-Bara. Saya sendiri kalo jalan

ketemu bapak-bapak disini lagi ngumpul, ngobrol sekedar nyapa aja, gak

berhenti ikut ngumpul. Kalo ikut ngumpul kan percuma juga apalagi kalo

ngobrolnya ngomongin orang, mending dirumah aja banyak-banyak

84

ibadah, berdzikir. Terus acara-acara tahlilan, arwahan, tawasulan itu juga

orang salaf gak pernah ikut soalnya tidak ada dalam syariat Islam, jadi

harus kita jauhin. Tapi kalo ulama-ulama NU ngadain kegiatan bedah buku

atau bedah kita, orang-orang salaf suka ikut karena itu kegiatan yang baik

menurut kita (Wawancara AM, 30 April 2018).

Gambar III.2. Prasangka yang Dibuat Oleh Kelompok Salafi GIS

Sunnah di Sosial Media Facebook

Sumber: https://www.facebook.com/gissunah/

diunduh 20 Juni 2018

Penuturan informan AM, menjelaskan bahwa pernyataan informan FJ dan

YP adalah prasangka terhadap kelompok Salafi GIS Sunnah. Pasalnya informan

FJ dan YP sepakat bahwa jamaah Salafi GIS Sunnah memiliki sifat yang tertutup

dari lingkungan sekitar, meskipun kenyatannya mereka kerap menyapa tetangga

ketika bertemu atau berpapasan, atau jika ulama-ulama NU membuat acara bedah

kitab jamaah Salafi GIS Sunnah masih ada yang ikut menghadiri.

Terkait anggapan informan YP tentang kelompok Salafi sebagai kelompok

pemecah belah adalah contoh scapegoat, karena ulama-ulama NU mengeluhkan

banyak jamaah yang hijrah ke ajaran Salafi seperti RD dan SM. Masalah ini

sebenarnya bukan disebabkan karena pengaruh ideologi Salafi, tetapi karena

kemauan mereka sendiri. Kehadiran orang-orang Salafi lainnya hanya

85

memperkuat jamaah Salafi yang sudah ada di Griya Indah Serpong. Hal ini

dituturkan informan TG sebagai berikut,

Sebenarnya disini sudah ada ustadz RD, dan ustadz SM yang sudah punya

pemahaman sunnah, tapi cenderung belum berani ditampakan, karena

mereka takut dibilang beda dan ditolak, jadi yaudah deh mereka ikut

kegiatan keagamaan yang ada. Seiring berjalannya waktu mulai lah ada

sedikit perubahan. Ustadz RD dan Ustadz SM mulai berani menampakkan

jati diri mereka. Mereka tidak mengikuti lagi praktik keagamaan yang

bid‟ah. Dan itu juga mulai menjadi semacam ancaman bagi ulama-ulama

NU. Seolah karena adanya pengajian salaf ini bisa merubah karakteristik

keagamaan seseorang. Padahal sebenernya ustadz SM dan ustadz RD udah

paham, cuma belum berani aja. Baru ketika saya dan ustadz AM datang,

mungkin mereka merasa punya teman, punya orang yang bisa diajak

berbagi, dan kita menyarankan untuk meninggalkan kegiatan-kegiatan

mereka. Ya akhirnya mereka benar-benar meninggalkan ajaran tersebut

(Wawancara TG, 25 April 2018).

Berdasarkan penuturan informan TG, memang ada beberapa kekhawatiran

berlebihan dari ulama-ulama NU yang menyebabkan munculnya prasangka

terhadap kelompok Salafi GIS Sunnah seperti “kelompok Salafi hendak

menguasai masjid/mushola”, “kelompok Salafi membuat ketegangan dan

permusuhan”. Hal tersebut sampai saat ini belum bisa dibuktikan kebenarannya,

karena memang ungkapan tersebut disampaikan untuk menjatuhkan nama baik

kelompok Salafi GIS Sunnah.

Prasangka lain yang kerap disematkan oleh kelompok NU yaitu mengenai

cara berpakaian kelompok Salafi GIS Sunnah yang dianggap berbeda dari

mayoritas masyarakat Griya Indah Serpong. Informan TG menceritakan

pengalamannya sebagai berikut,

Pernah saya dapati adanya sentimen yang dibuat kalimat ejekan oleh

kelompok NU seperti RCTI (Rombongan Celana Tinggi), ada kalimat-

kalimat yang ditunjukan untuk mendeskriditkan kita. Kemudian waktu

86

saya salat berjamaah di masjid NU, waktu itu imamnya minta jamaah

untuk merapatkan saf, nah ketika saya merapatkan saf, ada orang dari

jamaah NU yang gak mau merapatkan saf sama saya, pas saya geser

merapatkan saf, dia malah geser-geser menjauh, seolah-olah eenggak mau

dekat-dekat (Wawancara TG, 25 April 2018).

Pandangan lain dalam bentuk scapegoath dituturkan informan RD sebagai

berikut,

Masyarakat sini kalo ngeliat orang yang berjenggot itu anggapannya

serem, kayak suka ikut aksi-aksi teror gitu. Salah satu temen kita ustadz

TG, ketika dia berdakwah disini awalnya masyarakat takut karena

jenggotan, brewokan gitu, tapi pas udah kenal orangnya ramah ya mereka

jadi biasa aja. Terus waktu momen kita buat pengajian di masjid Ahsanu

Amala, ustadz TG kan ngajak jamaah Salafi lainnya dari Bogor, BSD, dan

Pamulang, setelah selesai acara banyak yang bilang ke beliau jangan ajak-

ajak lagi ya temen-temennya yang jenggotan soalnya serem (Wawancara

RD, 16 April 2018).

Masalah penampilan jamaah Salafi GIS Sunnah memang kerap mendapat

kecurigaan dari masyarakat, seolah-olah orang yang “berjenggot panjang” atau

“brewokan” dianggap akan ikut terlibat dalam aksi-aksi teror, meskipun

kenyataannya tidak seperti itu. Tidak hanya kelompok NU yang membuat

sejumlah prasangka dan scapegoat. Prasangka yang kerap dimunculkan oleh

jamaah Salafi GIS Sunnah adanya anggapan jika amalan ibadah kelompok NU

sudah menyimpang dari syariat Islam karena mengadopsi pemahaman Sufi dan

Syiah. Hal ini dituturkan oleh informan RD sebagai berikut,

Dari yang saya pelajari sebenernya dulu NU itu, mengetahui sunnah,

mereka belajar kitab-kitab yang benar kan. Tetapi mungkin seiring

perkembangan zaman semakin terkikis sama ajaran aslinya, sehingga

mereka mengambil ajaran yang lain kayak misalnya ada Sufinya, ada

Syiahnya yang kesininya malah mereka menyukai kegiatan-kegiatan

tersebut yang mereka anggap seperti ibadah. Kalau perbedaan ya itu tadi,

kan mereka awalnya benar gitu ya, mungkin masuk ke bid‟ah-bid‟ah itu

kan saya dengar pendirinya itu kan membuat sebuah buku dan di dalamnya

87

mengatakan bid‟ah-bid‟ah yang pertama kali muncul di tanah jawa dari

syiah, yang kedua adalah dari sufi (Wawancara RD, 16 April 2018).

Prasangka lain dituturkan oleh informan SM sebagai berikut,

Jadi memang kajian-kajian kita beda metode ya sama kajian lain. Kalau

kajian lain disini (NU) membedah kitab-kitabnya tuh kurang begitu akurat,

hadits-hadits di dalam kitabnya kurang begitu shohih, makanya banyak

jamaahnya yang salah pemahamannya. Di dalam manhaj Salaf ini kita

hanya berdakwah kitab-kitab yang isinya hadits-hadits shohih saja, hadits

yang lemah sanadnya kita enggak akan pakai gitu. Jadi Salaf itu kan untuk

memurnikan ajaran Islam yang Allah turunkan (Wawancara SM, 12 April

2018).

Penuturan informan SM mengandung sejumlah prasangka terutama ketika

menganggap dakwah yang disampaikan oleh ulama-ulama NU menggunakan

hadits-hadits “kurang shohih” sehingga banyak jamaah NU yang akhirnya salah

pemahamannya. Ungkapan ini semata-mata diungkapkan untuk menjatuhkan

nama baik dari kelompok NU, selebihnya pun supaya jamaah-jamaah Salafi GIS

Sunnah percaya bahwa kajian keagamaan mereka lah yang lebih baik dari kajian

keagamaan kelompok NU. Informan JW menuturkan sebagai berikut,

Waktu itu tau kajian GIS Sunnah dari temen yang juga ikut pengajian

ustadz SM dan RD. Katanya disana pengajiannya enak diajarin hadits dan

ceramahnya lebih serius, enggak banyak bercanda kaya ceramah-ceramah

disini. Saya jadi tertarik ikut, terus ikut-ikut terus lama-lama jadi rutin.

Menurut saya pengajian GIS Sunnah ini enak enggak ada yang ngerasa

“wah saya paling bisa, paling pinter”, jadi sama-sama belajar, kalo ada

temen yang salah penafsiran haditsnya, kita betulin sama-sama berdiskusi

mana yang paling mendekati benar dan disepakati sama teman-teman

Sunnah (Wawancara JW, 10 Juli 2018).

Ada tuduhan yang salah (scapegoath) dari kelompok Salafi GIS Sunnah

soal pengusiran kajian di TPQ Al-Fath. Mereka menganggap pelaku pengusiran

tersebut adalah jamaah NU. Hal ini dituturkan informan AM sebagai berikut,

88

Jamaah NU itu aneh, sama kita aja sikapnya keras, kalo dikit-dikit enggak

suka dengan ceramah kita, dibubarin kajiannya kaya di masjid Baitul

Mukhlisin dan di TPQ Al-Fath waktu itu sampe kita enggak boleh

ceramah lagi, seolah-olah mereka yang tentuin siapa aja yang boleh atau

enggak boleh dakwah di Griya. Kalo caranya seperti itu ya gimana disebut

umat yang toleran, kalo orang dakwah aja masih dihalangi, dibatasi …

pernah saya sudah ada janji untuk ngisi khutbah jum‟at di masjid Baitul

Mukhlisin, sesudah sampe sana DKM nya bilang sebagai berikut saya

digantiin sama ustadz lain sesuai arahan FKPM, dari situ saya udah

enggak mau ngisi pengajian disana (Wawancara AM, 30 April 2018).

Berdasakan penuturan informan AM, jamaah NU kerap bersikap intoleran

dengan membubarkan kajian Salafi GIS Sunnah. Tetapi, masalah pembubaran

kajian di TPQ Al-Fath, sebenarnya bukan dilakukan oleh jamaah NU, tetapi oleh

ketua RW 014 dan warga sekitar yang merasa terganggu dengan tidak adanya

akses jalan warga karena dibuat sebagai tempat parkir oleh jamaah Salafi GIS

Sunnah ketika kajian. Informan TS menuturkan sebagai berikut,

Jalan perumahan kan sempit ya de, paling cuma muat satu mobil aja sama

satu motor, terus TPQ Al-Fath itu kan tempatnya di blok Q tengah yang

jalannya sempit itu. Kalo tempat itu dipake kajian kan banyak motor yang

diparkir ngehalangin jalan, jadi warga blok P dan R kesulitan kalo mau

pulang ke rumah harus muter jauh dulu, karena beberapa blok juga ada

yang di portal. Makanya pihak RW dapet keluh kesah begitu ya kita

datengin tempatnya, dan ngasih tau penanggung jawab kajiannya untuk

pindah lokasi pengajian aja ke masjid atau ke aula warga… itu (kejadian)

kalo enggak salah bulan Agustus 2016 (Wawamcara TS, 15 Juli 2018).

Berdasarkan penuturan TS, kajian Salafi GIS Sunnah yang ketika itu

dilakukan di TPQ Al-Fath memang bermasalah dengan lahan parkir yang tidak

luas, sehingga banyak motor jamaah Salafi GIS Sunnah yang diparkir menutupi

bagian jalan blok Q. Warga yang merasa terganggu mengeluhkan permasalahan

itu ke pihak RW, sehingga pihak RW mengambil sikap untuk memberhentikan

kajian di TPQ Al-Fath demi kenyamanan warga. Namun, masalah pembubaran

89

kajian di masjid Baitul Mukhlisin memang benar dilakukan oleh Jamaah NU. Hal

ini diakui oleh informan MT sebagai berikut,

Sempet ada penolakan dari warga karena mereka masih buat kajian di

masjid Baitul Mukhlisin. Padahal saat itu saya udah bilang kepada mereka

untuk berhenti dulu kajiannya, karena ada beberapa jamaah yang tidak

suka dengan kehadiran mereka. Tetapi mereka tetep buat kajian disini,

terpaksa kita bubarkan. Sebelum ngebubarin kajiannya kita dialog dulu

dengan mereka, tapi karena dialog itu buntu ada sebagian orang yang

kepancing emosinya, mereka adu mulut dan saling dorong-dorongan,

beruntung buru-buru kita lerai jadi tidak ada keributan fisik. Setelah ada

kejadian itu, mereka mulai pindah kajiannya gak disini lagi (Wawancara

MT, 25 April 2018).

Peristiwa pembuburan kajian Salafi GIS Sunnah diceritakan pula oleh

informan AM sebagai berikut,

Pengajian kita di Masjid Baitul Mukhlisin bulan Juli 2016 pernah

dibubarin sama mereka (NU). Waktu itu saya lagi ngisi ceramah tentang

hukum berziarah ke makam, kebetulan memang saya sampaikan larangan

berziarah kubur untuk meminta karomah dsb, khususnya pada makam-

makam yang dianggap suci. Tiba-tiba kajian kita disuruh berhenti sama

segerombolan orang, kemudian ibu-ibu yang ikut pengajiannya disuruh

pulang. Mereka bilang, kalo kita jangan angkat persoalan khilafiyah karena

setiap tahun orang-orang NU mengadakan wisata keagamaan ke makam

wali-wali Allah (Wawancara SM, 12 April 2018).

Ketakutan ulama-ulama NU memang sering ditunjukan secara berlebihan

dengan melarang dakwah kelompok Salafi GIS Sunnah. Hal ini dituturkan

informan MT sebagai berikut,

Keputusan membatasi pengajian kelompok Wahabi itu kesepakatan ulama-

ulama di FKPM ya supaya mereka tidak mendapat peran penting di

masjid/mushola. Semenjak konflik itu, kita rutin membuat kegiatan di

masjid kaya latihan marawis buat remaja, terus pengajian Al-Qur‟an kita

giatin lagi, supaya masyarakat selalu dateng ke masjid dan gak ikut kajian-

kajian Wahabi. (Wawancara MT, 25 April 2018)”

90

Pembatasan yang dilakukan oleh jamaah NU dimaknai sebagai tindakan

yang salah oleh jamaah Salafi GIS Sunnah, sehingga membuat konflik semakin

berkembang. Hal ini dituturkan oleh informan TG sebagai berikut,

Ketidakadilan jelas mereka sampaikan sebagai berikut orang-orang yang

tidak mengikuti kegiataan keagamaan masjid adalah sombong yang mesti

keluar dari masjid, dan jangan sampai orang-orang seperti itu menjadi

imam. Sedangkan kami tidak boleh untuk melakukan pembelaan kepada

masyarakat. Jamaah kami marah masa mau berdakwah dihalangin,

dilarang, sampe dibubarin, tapi mau gimana lagi ya mungkin udah jalan

dari Allah. Jadinya kita gak punya lagi tempat untuk buat pengajian,

beberapa kali pindah-pindah juga nanti di fasum perumahan, di sekertariat

TK, atau dirumah-rumah jamaah sebisa mungkin jalan aja dulu deh

pengajiannya. Tetapi pas kita diamanahin untuk mengurus masjid Al-Bilal,

alhamdulilah banget deh bisa bebas ngisi pengajian, setidaknya enggak

ada rasa khawatir dibubarin lagi (Wawancara TG, 25 April 2018)

Berdasarkan penuturan informan TG, jamaah Salafi GIS Sunnah

sebenarnya marah dengan tindakan pembatasan aktivitas keagamaan, tetapi

mereka cenderung bersikap pasrah terhadap kondisi tersebut. Berdasarkan

penjelasan di atas, baik kelompok NU maupun kelompok Salafi GIS Sunnah

membuat sejumlah prasangka, scapegoath, bahkan tindak kekerasan untuk

menunjukan perilaku konflik.

Tabel III.3. Bentuk-Bentuk Konflik NU dan Salafi GIS Sunnah

Bentuk-Bentuk

Konflik

Tindakan yang dilakukan

kelompok Nahdatul Ulama

Tindakan yang dilakukan

kelompok Salafi GIS Sunnah

Prasangka Menyebarkan informasi

bahwa

ajaran Salafi GIS Sunnah

sudah menyimpang

Menyebarkan informasi bahwa

amalan ibadah NU termasuk

perbuatan bid‟ah

Scapegoath Menuduh jamaah Salafi GIS Menuduh jamaah NU bersikap

intoleran terhadap saudara

91

Sunnah sebagai kelompok

pemecah belah umat.

sesama muslim

Kekerasan Pengusiran pengajian Salafi

GIS Sunnah

Pembubaran kegiatan

olahraga GIS Archery

Setelah membahas bentuk-bentuk konflik NU dan Salafi GIS Sunnah,

pembahasan selanjutnya akan menjelaskan manfaat konflik bagi kedua

kelompok. Peneliti akan menganalisanya menggunakan proposisi fungsi konflik

sosial dari Lewis Coser antara lain,

Pertama, konflik dengan kelompok luar akan mempertegas batasan antar

kelompok dengan memperkuat kesadaran atas keterpisahan, sehingga

menciptakan kesadaran identitas kelompok dalam sistem (Coser, 1957: 37).

Dengan adanya konflik, baik kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah tentunya sadar

dengan perbedaan keyakinan dalam menjalankan praktik ibadah, perbedaan ini

tentunya tidak bisa disatukan, sehingga mereka memilih untuk berpisah menjadi

kelompok yang berbeda.

Jamaah NU tentu memahami jika ada orang atau kelompok orang yang

menganggap praktik ibadahnya bid‟ah, itu adalah kelompok Salafi GIS Sunnah.

Kelompok Salafi GIS Sunnah pun tentu memahami jika ada orang atau

sekelompok orang yang melaksanakan praktik ibadah yang dianggap bid‟ah, itu

adalah jamaah NU. Hal ini dituturkan oleh informan TG sebagai berikut,

92

... saat saya kesini kan pas bulan Rajab, disini bertempatan dengan nifsu

syaban mereka ingin mengadakan solat tasbih. Padahal belum apa-apa tapi

kita sudah dibilang ini bukan bid‟ah kan, padahal kita belum ngomong

apa-apa, makanya ustadz-ustadz NU sudah punya persepsi awal bawa

kegiataan keagamaan mereka akan dibilang bid‟ah (Wawancara TG, 25

April 2018).

Pandangan tentang jamaah Salafi GIS Sunnah dituturkan oleh informan YP

sebagai berikut,

Awalnya kita pikir ustadz-ustadz yang biasa ngisi kajian disini kaya ustadz

AM dan ustadz RD itu sejalan dengan pemahaman Aswaja (NU), karena

dulunya mereka ikut-ikut aja kegiatan di masjid, maulid ikut, tahlilan ikut,

yasinan baca rawi ikut. Tapi tiga bulan sebelum bulan Desember itu, saya

perhatikan ko dakwah mereka cenderung ngebahas ritual ibadah di masjid

bid‟ah ya, kaya yasinan bid'ah, maulid bid'ah, doa bersama bid'ah.

Awalnya saya diamkan saja, nah baru pas ada ada perdebatan di forum itu,

saya dan ustadz-ustadz sini mulai paham kalo mereka terpengaruh paham

Salafi (Wahabi), karena ciri-ciri kelompok Wahabi kan suka

membid‟ahkan amalan NU. Sebelum ada masalah itu, disini juga memang

sudah ada orang yang berpemahaman Wahabi, dia pak AM dan pak TG,

dua-duanya aktif salat di masjid-masjid NU. Mungkin aja karena mereka

ustadz RD dan SM berubah (Wawancara YP, 18 April 2018).

Kedua, solidaritas dan integrasi anggota kelompok (in-group) akan

bertambah tinggi ketika ada ketegangan (konflik) dengan kelompok luar. Saat

kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah berkonflik, masing-masing jamaah

merasakan adanya sejumlah peningkatan pada kegiatan keagamaan di masjid.

Mereka sering mengadakan rapat atau kumpul-kumpul anggota untuk

membicarakan prasangka, atau kekerasan yang terjadi dengan anggota

kelompoknya. Hal ini dituturkan oleh informan FJ sebagai berikut,

Waktu konflik dengan jamaah Salafi, terasa banget dukungan warga untuk

berhentiin dakwah mereka. Berkali-kali kita adain perkumpulan untuk

ngebahas bukti-bukti ceramah provokatif yang diucapkan ulama Salafi

supaya bisa nunjukin ke FKPM kalo dakwah mereka berhak diberhentiin.

Selama ngumpulin bukti itu masyarakat jadi rajin ngasih tau kita kalo

ceramah ustadz-ustadz Salafi ini itu, mereka rekam juga. Makanya selama

93

konflik aturan-aturan di masjid lebih diperketat terutama soal ceramah

kaya gimana yang boleh disampein ke masyarakat. Jangan sampe

ceramah-ceramah yang disampein malah menyinggung kegiatan ibadah

yang ada di masjid (Wawancara FJ, 20 April 2018).

Pandangan lain dituturkan oleh informan RD sebagai berikut,

Selama suasana konflik ya kita masih kumpul bareng-bareng aja untuk

saling mengingatkan jangan sampai cara kita berdakwah itu ngebuat

masyarakat awam jadi takut dengan perasaan enggak suka kita sama

jamaah NU … kegiatan lain paling ya kita bikin pengajian rutin aja setiap

Selasa, Jum‟at, dan Minggu, terus ngadain kegiatan olahraga memanah

supaya warga tertarik ikut kegiatan kita (Wawancara RD, 16 April 2018).

Ketiga, konflik dengan kelompok luar akan meningkatkan tekanan pada

konsesus dan konformitas pada anggota kelompok. Dalam kasus ini, baik ulama

NU maupun ulama Salafi GIS Sunnah membuat sejumlah aturan-aturan yang

bertujuan untuk meningkatkan komitmen anggotanya terhadap kegiatan-kegiatan

kelompok ataupun konflik dengan kelompok lawan. Hal ini dituturkan oleh TG

sebagai berikut,

Ketika sudah pake masjid Al-Bilal, kami mulai melebarkan sayap dengan

merangkul komunitas panahan yang sudah memiliki pemahaman salaf,

saya juga ketemu kelompok Tiffan yang 85% adalah orang-orang salaf,

akhirnya kami berkomitmen sebagai berikut setiap kegiatan tersebut

dijadikan ajang bagi syiar (dakwah). Jadi siapapun yang punya teman di

komunitas panahan atau Tiffan kita ajak buat masuk ke kajian sunnah.

Kalo mereka bisa ngajak temen untuk gabung ke kajian sunnah kan

lumayan jamaahnya jadi makin banyak (Wawancara TG, 25 April 2018).

Pandangan lain dituturkan YP sebagai berikut,

Selama konflik kita semua emang ngawasin terus dakwah mereka (Salafi

GIS Sunnah) di beberapa masjid/mushola GIS, apalagi kami di bantu juga

oleh pihak FKPM yang memang khawatir sama perubahan perilaku

keagamaan masyarakat menjadi lebih radikal. Saya selalu sampaikan

kepada masyarakat agar lebih berhati-hati dengan ajaran agama lain, ikutin

ajaran NU aja yang sudah jelas sanadnya sama ulama-ulama shalih.

Peringatan saya buat jamaah NU jangan sampai mereka ikut atau masuk

dalam kegiatan-kegiatan Salafi GIS Sunnah, soalnya takut mereka juga

94

terpengaruh sama ajaran mereka seperti RD dan SM (Wawacara YP, 18

April 2018).

Keempat, selama suasana konflik para penyimpang dalam kelompok tidak

lagi ditoleransi, jika tidak dapat memenuhi aturan maka tidak segan akan diusir

dari kelompok tersebut atau masuk ke dalam pengawasan yang ketat. Dalam

kasus ini beberapa jamaah NU yang kedapatan mengikuti kajian Salafi GIS

Sunnah langsung dikeluarkan dalam kepengurusan masjid, mereka dianggap

bukan bagian dari kelompok NU lagi. Hal ini dituturkan oleh informan FJ

sebagai berikut,

Jamaah yang ikut pengajian mereka (Salafi), kita tanya-tanya aja disana

diajarin apa, ngomongin apa, takutnya mereka jadi kebawa kan omongan

mereka … kalo buat jamaah yang jelas-jelas sudah ikut pemahaman Salafi

kaya RD dan SM itu kita keluarin dari kepengurusan masjid dan jangan

sampai ikut pengajian atau ngisi dakwah di masjid kita (Wawancara FJ, 20

April 2018).

Sedangkan Jamaah Salafi GIS Sunnah melakukan pengawasan kepada

jamaah kajian untuk tidak merekam ceramah dengan handphone. Hal ini

dituturkan oleh informan SM sebagai berikut,

Selama konflik kemarin kita perketat aturan ya, kaya enggak boleh bawa

handphone ke dalam. Kalo pun ada yang bawa itu dikumpulin ke petugas,

takutnya kan ada yang merekam atau buat video tetang ceramah kita itu

enggak boleh. Sempet ada kasus soalnya ada jamaah ikut kajian tapi

cuma sekedar mau cari tau aja tentang kelompok kita, setelah tau,

informasinya mereka sebarin di grup WhatsApp FKPM, itu jadi ribut

memang, banyak orang yang salah paham sama ceramah kita. Semenjak

itu orangnya kita tandai dan enggak pernah diajak kajian lagi

(Wawancara SM, 12 April 2018)

Berdasarkan penjelasan di atas, adanya fungsi konflik eksternal ternyata

dirasakan oleh kelompok NU maupun kelompok Salafi GIS Sunnah. Saat

terjadinya konflik, aturan kelompok menjadi lebih ditegakan baik dalam proses

95

interaksi maupun komunikasi dengan sesama jamaah. Manfaat lain yang

dirasakan oleh kelompok Salafi GIS Sunnah selama terjadinya konflik adalah

semakin banyak masyarakat yang ingin tahu bagaimana dakwah atau ajaran

Salafi itu sendiri. Hal ini dituturkan oleh informan AM sebagai berikut,

Alhamdulillah sih masyarakat sini bisa menilai mana yang baik mana

yang eenggak, toh adanya kejadian itu enggak berpengaruh ke aktivitas

dakwah kita ko. Malahan dengan adanya kejadian itu, masyarakat makin

mau tau kaya apa si ajaran kita yang dibilang sesat. Ada juga beberapa

orang yang minta penjelasan mengenai manhaj salaf ke kita, dan

alhamdulillah nya mereka ngerti jadi bisa ngurangin tuduhan yang kurang

baik buat dakwah kita (Wawancara AM, 30 April 2018).

Konflik NU dan Salafi GIS Sunnah memiliki dua sisi yang berbeda, di

satu sisi konflik ini merusakan hubungan kedua kelompok dengan adanya

sejumlah ketegangan. Namun di sisi lain, konflik ini juga memberikan dampak

positif bagi perkembangan nilai, norma, aturan, serta hubungan sosial di dalam

kelompok.

3.2. Safety Value: Mediasi Sebagai Cara Penyelesaian Konflik Nahdatul

Ulama dan Salafi GIS Sunnah

Salah satu cara penyelesaian konflik menurut Coser adalah mekanisme

katup pengaman (safety value) yang mana dorongan-dorongan agresif atau

permusuhan dapat diungkapkan dengan cara-cara yang tidak mengancam atau

merusakkan solidaritas. Misalnya ketegangan antar pribadi dapat diungkapkan

dalam bentuk jenaka atau lelucon. Atau agresi dan permusuhan yang dipendam

dapat disalurkan dalam pertandingan kompetisi atau upacara-upacara ritual

lainnya.

Bilapun konflik diselesaikan melalui mediasi, menurut Coser pihak

mediator harus bisa melepaskan perasaan bermusuhan antar kelompok yang

96

bertikai, dengan cara memberi solusi yang menguntungkan bagi kedua belah

pihak (Coser 1957, 60). Penyelesaian konflik NU dan Salafi GIS Sunnah

dilakukan dengan cara mediasi sebanyak dua kali. Mediasi pertama dilakukan

ketika masing-masing kelompok masih saling bersitegang, guna meredakan

konflik masyarakat beserta FKPM (Forum Komunikasi Pengurus Masjid dan

Mushola) sepakat untuk mendamaikan kedua belah pihak dan meluruskan

sejumlah kesalah pahaman.

Gambar III.3. Suasana Mediasi Pertama Oleh FKPM tanggal 16

September 2016 di Masjid Al-Ikhlas, Blok K.

Sumber: https://www.facebook.com/fkpmgis/

diunduh 21 Juni 2018

Waktu itu sudah ada mediasi dari pihak FKPM kalo enggak salah 16

September 2016 di masjid Al-Ihsan, soalnya warga disini udah mulai

paham kalau ustadz-ustadznya lagi enggak akur, mereka pengen suasana

keagamaan disini balik lagi kaya dulu yang enggak ada permusuhan,

enggak ada aksi saling sindir, makanya mereka mendesak membentuk

FKPM untuk mengadakan pertemuan kedua belah pihak. Pada saat itu,

kita diminta untuk nyampein masalahnya, kita cuma minta ulama salafi

jangan ngebahas masalah bid‟ah di ritual ibadah kita, soalnya saat mereka

bahas begitu toleransi umat akan terpecah, masyarakat sini sudah percaya

dengan ritual ibadah NU, jadi jangan diganggu lagi (Wawancara YP, 18

April 2018)

97

Tidak hanya informan YP, informan TG selaku ulama Salafi GIS Sunnah

pun turut berkomentar dengan pertemuan kedua kelompok.

FKPM sendiri yang mayoritas 95% anggotanya adalah tokoh keagamaan

NU, dan hanya 5% tokoh keagamaan Salafi termasuk saya, waktu itu

memang sempet ada pertemuan. Disana mereka menyampaikan keluh

kesahnya kepada kita, kalo eenggak boleh bahas bid‟ah lagi, kita pun

karena dikeluhkan begitu sudah ngerti ya. Kita juga mengeluhkan sikap

mereka yang menutup akses kita untuk buat kajian agama di masjid.

Selanjutnya karena udah dianggap baik maka dibikin deh tuh grup

WhatsApp, gunanya untuk wadah komunikasi dan berbagi ilmu saja.

Tetapi grup itu ko malah digunakan untuk nyebarin informasi tentang

Wahabi lagi, padahal kan masalahnya udah selesai, tapi seolah-olah

diada-adakan lagi gitu, memang si waktu itu berita Abu Bakar Ba‟asyir

yang pindah penjara ke lapas Gunung Sindur ramai dibicarakan, niat

mereka sih baik mau memberi tahu tentang pemikiran keagamaan Abu

Bakar Ba‟asyir itu, tetapi ko cenderung seolah-olah pembahasan mereka

malah menjelek-jelekan kelompok Sunnah juga, dengan menyamakan

ideologi atau penampilan kita dengan jamaah nya Abu Bakar Ba‟asyir.

Sikap-sikap jamaah NU tuh ngebingungin, disatu sisi kalo pengajian

bersama, mereka menyerukan persatuan umat, tetapi di sisi lain pengajian

mereka sering menjelek-jelekan kelompok salaf, yang membuat emosi

masyarakat terus memuncak kepada orang-orang sunnah (Wawancara

TG, 25 April 2018).

Dibentuknya FKPM merupakan langkah baik dalam menyelesaikan

konflik kedua kelompok, meskipun dalam pertemuan pertama konflik belum bisa

terurai dengan baik. Konflik masih muncul kembali ketika ada hal yang dianggap

membahayakan, seperti persoalan napi teroris yang diceritakan informan TG.

Meskipun masalah tersebut di luar konteks dari konflik kedua kelompok, tetapi

jamaah NU cenderung takut jika jamaah Abu Bakar Ba‟asyir masuk dan

mengembangkan dakwah bersama jamaah Salafi GIS Sunnah. Padahal

kenyataannya jamaah Salafi GIS Sunnah justru menolak pemahaman keagamaan

yang dipercayai oleh Jamaah Islamiyah asuhan Abu Bakar Ba‟asyir.

98

Permasalahan di atas memang tergolong kecil tetapi, kalau tidak segera

diluruskan akan memunculkan konflik kembali. Buktinya jamaah Salafi GIS

Sunnah tersinggung dengan pendapat jamaah NU tersebut, dan mereka marah

karena ulama-ulama NU melanggar kesepakatan kedua belah pihak untuk tidak

saling menyinggung. Akhirnya konflik menguat kembali selama tiga minggu.

Suasana kembali memanas dengan aksi saling hujat dan balas membalas

prasangka yang terjaadi dalam setiap ceramah keagamaan. Momen ini terus

mendapat sorotan masyarakat yang justru semakin kecewa dengan konflik kedua

kelompok. Mereka menganggap mediasi yang dilakukan FKPM kemarin belum

optimal meredam ego kedua kelompok untuk mau berdamai. Hal ini

diungkapkan oleh informan TS sebagai berikut,

Masyarakat sini gak tahu ya kenapa permusuhan waktu itu muncul lagi,

yang jelas adanya konflik itu bikin suasana di masjid tegang, dan banyak

aksi saling hujat menghujat. Pas konflik waktu itu, ulama-ulama Salafi

diperintahkan ngejauh dulu sama masyarakat gak ngisi kajian di masjid-

masjid sini, karena kalo mereka ngisi kajian disini bisa ada keributan,

sebelumnya aja ada aksi dorong-dorongan kan jamaah Salafi dan NU pas

pembubaran kajian di TPQ Al-Fath, malem-malem lagi itu, untung bisa

dilerai warga, kalo enggak pasti jadi ribut tuh. Makanya warga yang udah

khawatir banget sama konflik ini mendesak RT, RW dan FKPM buat

ngadain pertemuan dan menyelesaikan konflik ini (Wawancara TS, 15

Juli 2018)

Adanya tuntutan dari masyarakat kepada RT, RW dan FKPM membuat

pihak mediator kembali bergerak untuk menyiapkan pertemuan kedua kelompok.

Pertemuan ini berbeda dengan pertemuan sebelumnya, karena masyarakat umum

ikut dilibatkan. Dilibatkannya masyarakat dalam mediasi ini, karena konflik

dianggap sudah sangat meresahkan, jika konflik ini dibiarkan bergulir semakin

lama dikhawatirkan akan sulit untuk dikendalikan. Maka sebelum konflik

99

menjadi semakin besar masyarakat turun tangan langsung mengawal proses

mediasi kedua kelompok.

Mediasi kedua, warga memang ikut terlibat menyampaikan keluh

kesahnya, banyak yang menyayangkan aksi saling hujat kemarin antara

kami dengan jamaah Salafi GIS Sunnah… tapi karena warga bilang

begitu, kami pihak yang berkonflik jadi saling intropeksi diri, mengakui

kesalahan. Di forum itu, kami meminta maaf karena telah salah menilai

ajaran salafi, dan kami menginginkan agar toleransi dengan teman-teman

salafi ini bisa diupayakan kembali supaya mereka bisa membantu

pengajaran agama di setiap masjid. Kesepakatannya sih enggak tertulis ya

(Wawancara YP, 18 April 2018)

Tidak hanya informan YP yang berkomentar mengenai mediasi kedua,

informan SM selaku ulama Salafi GIS Sunnah juga mengungkapkan pendapatnya

sebagai berikut,

Kita diundang DKM untuk datang ke masjid, disana ternyata ada jamaah

NU dan warga, mereka minta kita untuk mediasi lanjutan seputar

permasalah di WhatsApp FKPM itu. Setelah di luruskan masalahnya,

alhamdulillah kita ngerti. Kita minta maaf kalau emang salah paham

dengan ulama NU, dan minta maaf kalo dakwah kita terkesan

menjatuhkan amaliyah NU. Sebenarnya maksud dari orang-orang salaf

sama dengan orang-orang NU yaitu sama-sama pengen memakmurkan

masjid, makanya kita mohon kebijaksanaan warga dan jamaah NU

supaya orang-orang Salaf bisa ngisi kajian lagi di masjid-masjid Griya.

Meskipun kita sendiri sudah kelola masjid Al-Bilal, tetapi penting juga

kalo dakwah kita disampaikan di masjid-masjid Giya. Soalnya di Griya

ini kan banyak jamaah Salafi baru. FKPM sendiri membuat kesepakatan

yang harus ditaati oleh kedua belah pihak. Kesepakatannya itu, kalo

kelompok Salafi enggak boleh ngomongin masalah bid'ah di amaliyah

NU, seperti tahlilan, yasinan, dan maulid Nabi. Kalo buat ulama NU dan

DKM nya, mereka enggak boleh melarang lagi ulama Salafi untuk buat

kajian di masjid-masjid Griya (Wawancara SM, 12 April 2018)

Mediasi yang dicetuskan masyarakat menjadi cara terbaik untuk meredam

konflik antara NU dan Salafi GIS Sunnah, cara penyelesaian konflik seperti itu

merupakan mekanisme katup pengaman (safety value), yang mana membiarkan

kedua kelompok membicarakan konflik dalam satu forum untuk mengungkapkan

100

ketegangan-ketegangan yang terpendam. Pihak mediator pun berhasil memberi

jalan tengah bagi konflik kedua kelompok, keputusan yang diambil untuk

kembali melibatkan kelompok Salafi GIS Sunnah dalam aktivitas keagamaan

masjid, asal dengan salah satu syarat bahwa mereka tidak boleh menyinggung

praktik ibadah yang dikerjakan oleh kelompok NU

Gambar III.4. Suasana Mediasi Kedua di Masjid Ahsanu Amala

tanggal 20 Desember 2016. Gambar (kanan) ketika tuntutan

dibacakan, Gambar (kiri) ketika mediasi sudah selesai

Sumber: https://www.facebook.com/fkpmgis/

diunduh 21 Juni 2018

Selepas kegiatan mediasi tersebut, situasi keagamaan di wilayah Griya

Indah Serpong kembali kondusif, rasa toleransi antar kelompok pun perlahan-

lahan mulai tumbuh kembali seiring diadakannya acara keagamaan bersama.

Seperti ketika acara tabligh akbar yang membahas tema “menjaga ukhuwah

Islamiyah”, ulama NU dan Salafi GIS Sunnah kompak mengisi acara tersebut

dengan menggunakan salah satu kitab rujukan untuk ceramahnya, sehingga

mereka tidak saling menyinggung satu sama lain. Hal ini dituturkan oleh

informan JW sebagai berikut,

101

Saat acara tabligh akbar di lapangan fasum blok V bulan Maret 2017, kita

seneng banget ya, ustadz-ustadz yang dulu bermusuhan, bisa jadi duduk

bareng membahas perkara ibadah dari sisi yang berbeda.

Alhamdulillahnya si pembahasan itu eenggak bikin mereka saling

tersinggung, soalnya masing-masing ulama baca kitab, jadi kalau ada

pandangan yang mungkin keliru bisa diluruskan dan disepakati bareng-

bareng. Permusuhan kemarin sudah jadi pelajaran bagi kita dan jamaah

NU supaya tetap saling menghargai pendapat orang lain (Wawancara JW,

10 Juli 2018)

Gambar III.5. Acara Tabligh Akbar yang Diikuti Oleh Kelompok

NU dan Salafi GIS Sunnah di Lapangan Fasum Blok V

bulan maret 2017

Sumber: https://www.facebook.com/fkpmgis/

diunduh 21 Juni 2018

Selain mengadakan kegiataan keagamaan bersama, kedua kelompok juga

sering mengadakan kegiatan sosial bersama, seperti olahraga panahan, atau bakti

sosial. Jamaah-jamaah NU suka bergabung di olahraga panahan, sedangkan

jamaah Salafi GIS Sunnah ikut terlibat dalam program Griya Kafil Yatim miliki

FKPM. Kekompakan yang terjadi pasca adanya konflik menandakan sudah

meredanya rasa permusuhan antar kedua kelompok, yang timbul hanyalah

inisiatif untuk bekerjasama. Informan TS sudah merasakan perubahan kehidupan

beragama di Perumahan Griya Indah Serpong setelah adanya konflik, ia

menuturkan sebagai berikut,

102

Saya si sebenernya gak pengen ada perbedaan-perbedaan kaya dulu,

seolah-olah masing-masing kelompok gak bisa berbarengan aja gitu

ajarannya, saling kerja sama untuk ngisi pengajian di masjid. Kalo

terpecah belah begini kan malu sama umat agama lain ya, mereka nanti

berpikiran ko Islam begini begitu. Lebih enak kaya dulu ketika belum ada

konflik, semuanya masih kumpul bareng di masjid, kelihatan rukun lah.

Masyarakat sini juga sebenarnya bingung mau milih yang mana, karena

menurut kita ya semuanya bener boleh diikutin selagi masih ngajarin

salat, ngaji, tapi masalahnya ada perbedaan dikit aja dari cara ibadah

misalnya itu pasti diperdebatkan di ceramah-ceramah atau di pengajian-

pengajian masjid. Harapan saya supaya setelah konflik ini ya tetep akur

lagi deh supaya lingkungan kita kerasa lebih damai, gak ada untungnya

juga ribut begitu. Walaupun waktu ada ribut-ribut kemarin kegiatan

agama di masjid jadi semakin banyak ya, tapi tetep aja saya selaku

masyarakat pengennya si akur akur aja ustadz-ustadznya (Wawancara TS,

15 Juli 2018).

Persitiwa konflik yang dialami oleh kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah

sudah memberikan banyak pelajaran kepada kedua kelompok maupun warga

setempat. Tetapi, setelah konflik NU dan Salafi GIS Sunnah mereda, kegiatan

keagamaan di lingkungan Griya Indah Serpong malah mengalami penurunan.

Penurunan kegiatan keagamaan menurut Coser terjadi karena “kelompok dalam

tidak terancam konflik dengan kelompok luar, maka kemungkinan tingkat

kekompakan, konformitas dan komitmen itu akan berkurang.

Kondisi tersebut dialami oleh kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah,

ketika konflik mereda kegiatan masing-masing kelompok semakin berkurang

akibat banyak jamaah yang sudah sibuk bekerja, sehingga tidak sering mengikuti

perkembangan kegiatan keagamaan di masjid. Hal ini dituturkan oleh informan

SB sebagai berikut,

Sekarang saya mah ikut pengajian malam sabtu aja di Baitul Mukhlisin,

kalo pengajian harian udah jarang ya soalnya pulang kerja udah cape,

maunya istirahat di rumah aja … kalo dulu kenapa sering ikut gitu ? ya

103

karena saya pengen tau aja gimana si permusuhannya waktu itu, apalagi

kan katanya alim ulama NU dihina, dan dijelek-jelekan, saya ikut marah

lah, ada niatan buat ngebela ajaran kita dari pengaruh dakwah Salafi itu,

salah satu cara yang bisa saya lakuin ya ngeramein acara pengajian-

pengajian di masjid (Wawancara SB, 15 Juli 2018).

Kelompok Salafi GIS Sunnah merasakan adanya penurunan kegiatan

keagamaan yang ditandai dengan semakin berkurangnya jamaah yang datang ke

kajian GIS Sunnah seperti hari Selasa, dan Jum‟at. Informan AM menuturkan

sebagai berikut,

Kajian setiap hari Selasa-Jum‟at sekarang udah enggak ada ya, karena

jamaahnya yang dateng sedikit, pengurusnya juga udah pada sibuk kerja,

jadi malemnya gak bisa ngadain. Paling mungkin kajian emang cuma

setiap minggu pagi aja, soalnya pengurus kajian juga pada libur, jamaah

yang dateng juga rame… dulu mah waktu ada masalah dengan orang-

orang NU setiap hari ada pengajian soalnya jamaah kita banyak yang

cerita soal sindiran-sindiran yang mereka dapet, jadi dalam kajian itu

ulama-ulama bilangin jamaahnya supaya sabar dan gak kepancing emosi

(Wawancara AM, 30 April 2018).

Berdasarkan penuturan dari informan SB dan AM bahwa ketika konflik

mulai mereda, aktivitas keagamaan di lingkungan Griya Indah Serpong semakin

berkurang, tetapi ada beberapa alasan pula yang membuat penurunan kegiatan

keagamaan disini, antara lain: (1) kesibukan kerja; (2) peserta kajian yang

kurang; (3) tidak ada lagi rasa permusuhan yang harus dibicarakan secara

bersama. Dengan melihat beberapa alasan tersebut, peneliti sepakat dengan

pernyataan Coser bahwa, rasa solidaritas dan persatuan antara jamaahnya sangat

kuat, tetapi ketika konflik mereda rasa solidaritas tersebut cenderung berkurang

(memudar).

104

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Konflik NU dan Salafi GIS Sunnah disebabkan oleh perbedaam

pemahaman tentang Ahlu Sunnah Wal Jamaah dan praktik ibadah yang sunnah

atau bid‟ah. Perbedaan ini ternyata disalahpahami menjadi sebuah hinaan atau

hujatan, sehingga menimbulkan rasa bermusuhan (hostile feelings) ataupun

kekecewaan. Ketidaksukaan itu akhirnya ditunjukan kedua kelompok dengan

sejumlah perilaku bermusuhan (hostile behaviour) yaitu menyebar prasangka,

scapegoath, bahkan kekerasan.

Prasangka ditunjukan dengan membuat isu-isu miring tentang Ahlu

Sunnah, bagi kelompok Salafi GIS Sunnah, kelompok NU bukan golongan Ahlu

Sunnah, karena masih melakukan perbuatan bid‟ah. Sedangkan bagi kelompok

NU, kelompok Salafi GIS Sunnah bukan golongan Ahlu Sunnah karena masih

berdakwah dengan menjelek-jelekan/memfitnah ajaran saudara muslimnya

Scapegoath ditunjukkan dengan tuduhan-tuduhan seperti jamaah Salafi GIS

Sunnah adalah kelompok pemecah belah umat, atau jamaah NU bersikap intoleran

terhadap saudara sesama muslim.

Kekerasan ditunjukan melalui aksi pengusiran pengajian Salafi GIS

Sunnah di beberapa masjid Griya, pembubaran kegiatan olahraga panahan GIS

Archery, dan pembatasan aktivitas dakwah Salafi GIS Sunnah yang dilakukan

oleh kelompok NU sepanjang tahun 2016. Dari ketiga perilaku konflik tersebut

105

peneliti menemukan unsur dasar konflik yang disebutkan Coser yaitu perasaan

bermusuhan, perilaku bermusuhan dan perbedaan sistem status, sedangkan untuk

perbedaan legitimasi/kekuasaan, peneliti tidak menemukannya dalam peristiwa

ini. Alasannya karena jumlah masyarakat awam lebih banyak dibandingkan

jumlah jamaah kedua kelompok sehingga tidak ada kelompok yang benar-benar

punya pengaruh kuat. Jika pun ada pengakuan dari masing-masing kelompok,

peneliti lihat hanya sebatas klaim belaka, karena sistem keagamaan di perumahan

Griya Indah Serpong sendiri belum condong terhadap salah satu golongan atau

kelompok.

Peristiwa konflik NU dan Salafi GIS Sunnah sendiri memiliki dampak

beragam, di satu sisi konflik ini merusakan hubungan kedua kelompok dengan

adanya sejumlah ketegangan. Namun di sisi lain, konflik ini juga memberikan

dampak positif bagi perkembangan nilai, norma, aturan, serta hubungan sosial di

dalam kelompok. Fungsi positif yang ada dalam konflik ini antara lain: Pertama,

kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah tentunya sadar dengan perbedaan keyakinan

dalam menjalankan praktik ibadah. Perbedaan ini tentunya tidak bisa disatukan,

sehingga mereka memilih untuk berpisah menjadi kelompok yang berbeda.

Kedua, jamaah NU dan Salafi GIS Sunnah merasakan adanya sejumlah

peningkatan pada kegiatan keagamaan di masjid. Mereka sering mengadakan

rapat atau kumpul-kumpul anggota untuk membicarakan prasangka, atau

kekerasan yang terjadi dengan anggota kelompoknya. Ketiga, ulama NU maupun

ulama Salafi GIS Sunnah membuat sejumlah aturan-aturan yang bertujuan untuk

meningkatkan komitmen anggotanya terhadap kegiatan-kegiatan kelompok

106

ataupun konflik dengan kelompok. Keempat, jamaah NU yang kedapatan

mengikuti kajian Salafi GIS Sunnah langsung dikeluarkan dalam kepengurusan

masjid, mereka dianggap bukan bagian dari kelompok NU lagi. Kelima, ketika

konflik mereda kegiatan masing-masing kelompok semakin berkurang akibat

banyak jamaah yang sudah sibuk bekerja, sehingga tidak sering mengikuti

perkembangan kegiatan keagamaan di masjid.

Konflik NU dan Salafi GIS Sunnah diselesaikan melalui kegiatan mediasi

sebanyak dua kali. Mediasi sendiri merupakan cara penyelesaian konflik yang

disebutkan Coser sebagai safety value yaitu penyaluran dorongan agresif atau

permusuhan dengan cara-cara yang tidak mengancam atau merusakkan solidaritas.

Dalam kasus ini, kegiatan mediasi pertama saat itu dilakukan oleh kedua

kelompok bersama FKPM, tetapi konflik ternyata masih muncul kembali karena

tuduhan-tuduhan miring antara kedua kelompok belum hilang sepenuhnya, masih

terdapat aksi saling hujat dan pembubaran pengajian.

Pihak-pihak yang mengetahui konflik ini merasa perihatin dengan kondisi

keagamaan yang ada, oleh karena itu, tokoh masyarakat bersama RT, RW dan

FKPM mengupayakan diadakannya mediasi kedua yang diharapkan dapat

meluruskan sejumlah kesalahpahaman-kesalahpahaman yang terjadi. Kelompok

NU mengeluhkan tuduhan kelompok Salafi GIS Sunnah terhadap amalan

ibadahnya, sedangkan kelompok Salafi GIS Sunnah mengeluhkan pembatasan

aktivitas dakwah di beberapa masjid Griya Indah Serpong yang dilakukan

kelompok NU.

107

Mediasi kedua terbilang sukses dengan dipimpin oleh ketua RW yang

memang bisa mengakomodir tuntutan kedua kelompok, sehingga keputusan yang

diambil pun menguntungkan kedua belah pihak (win-win solution). Adapun

keputusan yang dibuat adalah ulama Salafi GIS Sunnah dilarang mendakwahkan

persoalan khilafiyah (perbedaan) praktik ibadah dengan kelompok NU, dan

ulama-ulama NU dilarang lagi menghalangi kelompok Salafi GIS Sunnah untuk

membuat pengajian di masjid-masjid Griya.

Kedua kelompok sepakat terhadap keputusan tersebut, dan mereka

berjanji untuk tidak berkonflik lagi. Setelah berdamai, ulama NU dan Salafi GIS

Sunnah lebih berhati-hati untuk berdakwah, mereka tidak ingin menyinggung

kelompok lain. Kehati-hatian tersebut ditunjukan ketika mereka membuat acara

bersama yaitu bedah kitab fiqh dan tabligh akbar. Jamaah NU dan Salafi GIS

Sunnah pun saat ini bekerjasama dalam program-program sosial seperti Griya

Kafil Yatim di FKPM.

4.2. Saran

Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini menemukan konflik NU

dan Salafi GIS Sunnah disebabkan oleh adanya sejumlah kesalahpahaman yang

dibesar-besarkan menjadi perasaan bermusuhan (hostile feeling). Ketika perasaan

bermusuhan tersebut sudah memuncak, kedua kelompok menunjukan sejumlah

perilaku bermusuhan (hostile behaviour) dengan cara menyebarkan prasangka,

scapegoath, dan tindak kekerasan.

Aksi-aksi penyebaran prasangka, scapegoath, dan tindak kekerasan

memiliki dampak negatif bagi putusnya hubungan sosial antar kelompok. Mereka

108

tidak lagi mau menjalankan ibadah bersama, dan menganggap kelompok lain

sebagai musuh yang harus disingkirkan. Beruntung konflik tersebut masih bisa

diselesaikan dengan cara mediasi (safety value) oleh tokoh masyarakat, FKPM,

dan aparat pemerintah. Jika saja konflik tersebut terlambat untuk diantisipasi,

dikhawatirkan akan menjadi konflik yang benar-benar besar dan merusakan

tatanan kehidupan beragama di perumahan Griya Indah Serpong. Bercermin dari

permasalahan tersebut, peneliti ingin memberi saran antara lain:

1. Kepada RT, RW, dan Kelurahan Cibinong diharapkan dapat lebih

memperhatikan gesekan-gesekan yang mungkin saja bisa terjadi lagi antara

kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah, beberapa cara penyelesaian konflik

yang sudah dipaparkan dalam penelitian ini hendaknya menjadi pertimbangan

kebijakan jika konflik kedua kelompok terulang kembali.

2. Kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah diharapkan dapat menjaga ukhuwah

Islamiyah serta menaati kesepakatan yang sudah dibentuk dalam mediasi. Bila

dikemudian hari terdapat perbedaan khilafiyah (pendapat) lagi diharapkan

masing-masing kelompok dapat segera melakukan tabayun (klarifikasi) agar

tidak terjadi kesalahpahaman yang berpotensi menjadi perasaan benci, kesal,

ataupun ketidaksukaan.

3. Kepada FKPM GIS diharapkan dapat mewacanakan penyebaran dakwah

secara damai dan penuh rasa toleransi. Hal ini ditujukan untuk meredam

benih-benih konflik yang dikhawatirkan bisa muncul kembali.

4. Kepada aparat pemerintah seperti Kemenag RI, MUI Pusat, dan MUI Gunung

Sindur agar bisa lebih memperhatikan kasus-kasus konflik internal agama

109

seperti konflik NU dan Salafi GIS Sunnah yang memang sudah banyak terjadi

di berbagai daerah, hanya saja kasusnya belum terkespose ke media atau

ditulis sebagai penelitian.

5. Kepada peneliti selanjutnya yang hendak membahas konflik NU dan Salafi,

sebaiknya memahami struktur kesadaran yang membentuk pemahaman pelaku

konflik. Bahasannya memang cenderung strukturalis, tetapi akan menjadi

menarik ketika peneliti selanjutnya bisa memahami dari mana pengetahuan

tentang konflik tersebut diproduksi dan direproduksi, sehingga setiap konflik

kedua kelompok terjadi, mereka memakai isu yang sama seperti masalah Ahlu

Sunnah Wal Jamaah, tahayul, bid‟ah, dan kurafat.

110

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Penelitian

Abdurrachman. 2013. Resistensi Aliran Salafi Terhadap Islam Tradisional Di

Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Nusa Tenggara Barat: Media

Bina Ilmiah.

Ahyar, Muzayyin. 2015. Membaca Gerakan Islam Radikal Dan

Deradikalisasi Agama. Yogyakarta: Jurnal Dakwah.

Alfandi. 2013. Prasangka: Potensi Pemicu Konflik Internal Umat Islam.

Semarang: IAIN.

Asroni, Ahmad. 2013. Islam Puritan Vis A Vis Tradisi Lokal: Meneropong

Model Resolusi Konflik Majelis Tafsir Al-Qur‟an dan Nahdatul Ulama

di Kabupaten Purwerejo. Yogyakarta: AICIS.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2016. Kecamatan Gunung Sindur

dalam Angka Tahun 2016. Bogor: CV. Prima.

Coser, Lewis. 1957. Social Conflict and Theory of Social Change. The British

Journal of Sociology.

Chozin, Muhammad Ali. 2013. Strategi Dakwah Salafi di Indonesia. Cirebon:

Jurnal Dakwah.

Dermawan, Andi. 2013. Dialektika Dakwah, Politik, Dan Gerakan

Keagamaan Kontemporer (Telaah Pemikiran Nasir al-Din al-Albani

dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Salafi Kontemporer.

Yogyakarta: Jurnal Dakwah.

Elmirzanah, dkk. 2002. Pluralisme, Konflik Dan Perdamaian: Studi Bersama

Antar-Iman. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Faizah. 2012. Gerakan Salafi Di Lombok. Nusa Tenggara Barat: IAIN

Mataram.

Fauzi, Ishan Ali, dkk. 2009. Pola-Pola Konflik Keagamaan di Indonesia

(1990-2008). Jakarta: Yayasan Waqaf Paramadina.

Haidar, Ali M. 1993. Nahdatul Ulama dan Islam di Indonesia. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Hisyam, Muhammad. 2010. Anatomi Konflik Dakwah Salafi Di Indonesia.

Jakarta LIPI.

111

Jinan, Mutohharun. 2013. Penetrasi Islam Puritan Di Pedesaan: Kajian

Tentang Pola Kepengikutan Majelis Tafsir Al-Qur‟an. Surakarta:

Profetika.

Ma‟rifah, Indriyani dan Ahmad Asroni. 2013. Berebut Ladang Dakwah Pada

Masyarakat Muslim Jawa (Studi Kasus Terhadap Konflik Majelis

Tafsir Al-Qur‟an dan Nahdatul Ulama (NU) di Kabupaten

Purwerejo. Yogyakarata: Jurnal Dakwah.

Muhammad, Hasyim, dkk. 2015. Diskursus Deradikalisasi Agama: Pola

Resistensi Pesantren Terhadap Gerakan Radikal. Semarang: Wali

Songo.

Rosadi, Aden. 2015. Gerakan Salaf. Bandung: Media komunikasi umat

beragama.

Shidqi, Ahmad. 2013. Respon Nahdatul Ulama (NU) Terhadap Wahabisme

dan Implikasinya Bagi Deradikalisasi Pendidikan Islam.Yogyakarta:

Jurnal Pendidikan Islam.

Tantowi, Yusuf. 2009. Mengurai Konflik Sunnah Vs Bid‟ah di Pulau Seribu

Masjid. Jakarta: Wahid Institute.

Wahid, Din. 2014. The Challenge Of Democracy In Indonesia: The Case Of

Salafi Movement. Jakarta: Islamika Indonesia.

Skripsi

Darmawan, Faizal. 2017. Peran Kapital Sosial Dalam Ketahanan Sosial

Komunitas Street Art (Studi Kasus: Komunitas Street Art Gardu House

Jakarta). Jakarta: FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hidayat, Dady. 2012. Gerakan Dakwah Salafi Di Indonesia: Studi Tentang

Kemunculan dan Perkembangannya Pada Era Reformasi. Depok:

Fisip UI.

Saputra, Adi. 2017. Relasi Sosial Pasca-Konflik di Lampung Selatan (Studi

Kasus Konflik Etnis Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012).

Jakarta: FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sulistina, Ivan. 2015. Tasawuf dan Perubahan Sosial di Cirebon: Kontribusi

Tarekat Syattariyah Terhadap Perkembangan Institusi Kraton, Pondok

Pesantren, dan Industri Batik. Jakarta: FISIP UIN Syarif Hidyatullah

Jakarta.

112

Disertasi

Jahroni, Jajang. 2015. The Political Economy Of Knowledge: Salafism in Post

Soeharto Urban Indonesia. Boston University.

Buku

Abdusami, Humaidi, Ridwan Fakla AS. 1995. 5 Rais ‟Am Nahdatul Ulama.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ali, Fachry dan Bachtiar Effendy. 1986. Merambah Jalan Baru Islam.

Bandung: Mizan.

Arif, Syaiful. 2010. Deradikalisasi Islam: Paradigma dan Strategi Islam

Kultural. Depok: Koekoesan.

Coser, Lewis. 1957. The Functions of Social Conflict. Toronto: Free Press, a

Corporation. Printed in the United States of America

Crasswel, John W. 1998. Qualitative Inquiry And Research Design Choosing

Among Five Tradition. London: Sage Publication.

Hasan, Noorhaidi. 2008. Laskar Jihad, Islam, Militansi, dan Pencarian

Identitas di Indonesia Pasca Orde Baru.. Jakarta: LP3ES.

Jawaz, Yazid Abdul Qadir. 2008. Mulia dengan Manhaj Salaf. Bogor: Pustaka

At-Takwa.

______, 2010. Syarah Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah. Bogor: Pustaka At-

Takwa.

Johnson, Doyle Paul. 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka.

Lawang, Robert. 1994. Buku Materi Pengantar Sosiologi. Jakarta: Universitas

Terbuka

Muzadi, H. A. Hasyim. 1999. Nahdatul Ulama di Tengah Agenda Persoalan.

Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.

Narwoko, Dwi dan Bagong Suyanto. 2005. Sosiologi Teks Pengantar dan

Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Nasikun. 2003. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Noer, Deliar. 1995. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta:

LP3ES.

Poloma, Margaret. 2000. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

113

Prasetyo, Hendro, dkk. 2002. Islam & Civil Society. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Rahmat, Imdadun M. 2004. Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme

Islam Timur Tengah ke Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Setiady, Elly M dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman

Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan

Pemecahannya. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Soekanto, Soerjono. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

Susan, Novri. 2010. Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer.

Jakarta: Prenada Media.

Wallace A, dan Alisson Wolf. 1995. Contemporary Sociological Theory:

Continuing The Clasiccal Tradition. Pretince-Hall.

Wahf al-Qathani, Said bin Ali. 2011. Mengupas Sunnah, Membedah Bid‟ah.

Cetakan VIII. Jakarta: Darul Haq.

Waskito, Abu Muhammad. 2012. Mendamaikan Ahlu Sunnah di Nusantara,

Mencari Titik Kesepakatan antara Asy‟ariyah dan Wahabiyah.

Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Zetlin, Irving M. 1998. Memahami Kembali Sosiologi. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Artikel dan Web online

Sumandyo, Arbi dan Ahsan Ridhoi. Mereka Kompak Menolak Aliran Wahabi.

Diakses tanggal 15 April 2018. Tersedia di

(http://redaksiindonesia.com/read/mereka-kompak-menolak-aliran-

wahabi.html).

Zunus. Aswaja: Manhaj Nadhatul Ummah. Diakses Tanggal 15 April 2018.

Tersedia di (http://www.nu.or.id/post/read/69283/aswaja-manhaj-

nadhatul-ummah).

https://www.facebook.com/fkpmgis/

114

https://www.facebook.com/gissunah/

https://www.facebook.com/griyakafil/

Wawancara

Wawancara Pribadi dengan SM 12 April 2018.

Wawancara Pribadi dengan RD 16 April 2018.

Wawancara Pribadi dengan YP 18 April 2018.

Wawancara Pribadi dengan FJ 20 April 2018.

Wawancara Pribadi dengan TG 25 April 2018.

Wawancara Pribadi dengan MT 25 April 2018.

Wawancara Pribadi dengan AM 30 April 2018.

Wawancara Pribadi dengan JW 10 Juli 2018.

Wawancara Pribadi dengan SB 15 Juli 2018.

Wawancara Pribadi dengan TS 15 Juli 2018.

xv

LAMPIRAN

TRANSKIP WAWANCARA

Nama : SM

Status : Ulama Salafi GIS Sunnah

Hari/Tanggal : Kamis/12 April 2018

Waktu/Tempat : Pukul 19.00 WIB/Rumah SM

Peneliti Assalamu‟alaikum ustadz, saya mau tanya nih kapan pertama kali

dakwah manhaj salaf di GIS ? dan ada hambatannya enggak ?

Informan Walaikumsalam, jadi saya pindah kesini itu tanggal 15 April 2014,

terus nggak lama ustadz RD pindah rumah kesini. Saya baru tau dia

orang sunnah juga pas udah ngobrol banyak sehabis sholat di masjid

Darusalam. Pertama kali pindah kesini emang saya udah diminta

bantu-bantu ngisi pengajian di masjid. Setelah tinggal disini, saya jadi

tau kalo ajaran keagamaan penduduk disini masih bercampur baur ya,

ada Ikhwanul Muslimin, Jamaah Tabligh, tetapi mayoritas masyarakat

sini percaya ajaran NU. Terus masih banyak ritual ibadah bid‟ah yang

dikerjakan disini seperti selametan, tahlilan, dan yasinan. Pokoknya

kacau deh buat saya yang udah paham manhaj salaf, makanya saya

dan ustadz RD coba mendakwahkan manhaj Salaf di masjid

Darusalam, tapi jamaahnya enggak ada yang ngerti, dan malah

xvi

nganggap aneh dakwah tadi. Terpaksa saya ikuti dulu ritual ibadah

disini, di beberapa waktu aja si, karena enggak enak dengan pengurus

masjid, apalagi saya juga sering diundang untuk dakwah disini. Nah

baru sekitar bulan Juni 2015 datang ustadz TG, ustadz AM dan

teman-teman Salafi lainnya, yang mengajak saya ikut pengajian Salafi

lagi, setelah benar-benar mantap untuk hijrah sepenuhnya, saya

beraniin diri untuk nggak ikut lagi praktek ibadah NU

Peneliti Berarti setelah dateng ustadz TG dan AM baru bikin kajian sunnah ?

Iya emang waktu itu baru dibentuk, supaya bisa enak aja ngajinya,

orang-orang sunnah jadi punya kegiatan. Kita kan udah enggak ikut

pengajian NU, masa enggak bikin pengajian sendiri juga, kasian

jamaahnya enggak ada tempat untuk mencari ilmu atau berbagi ilmu

dong.

Peneliti Oh gitu, tapi waktu awal itu kenapa dakwah salaf belum banyak orang

yang tertarik ya ? baru pas ada ustadz TG jadi rame tuh yang dateng ?

Informan Kaya yang tadi saya ceritain, mungkin masih banyak orang yang

belum tau apa si manhaj salaf itu, jadi mereka bisa bilang gini-gitu

ajarannya. Baru waktu ada ustadz TG dia emang ngerti strategi

dakwah ke masyarakat awam, dia undang tuh ustadz-ustadz dari luar

yang kebanyakan udah punya gelar L,c. Mereka kan lebih tau gimana

metode dakwah yang bagus. Terus dibuat undangan atau poster-poster

xvii

di facebook atau Whatsapp itu juga ngebantu untuk ngenalin

pengajian kita ke jamaah salafi yang mungkin ada di sekitar Gunung

Sindur atau daerah lain supaya bisa dateng. Mungkin itu ya

jawabannya.

Peneliti Emang di Gunung Sindur ada jamaah Salafi lain ? dan pas udah ada

kajian, apa temen-temen sunnah bikin kelompok Salafi ?.

Informan Setau saya si enggak ada, selama saya tinggal di Gunung Sindur baru

kita doang yang buat kajian sunnah, tapi kalo di BSD, Pamulang,

sama Parung emang ada, pesantrennya juga ada punya ustadz Yazid

namanya Minhajus Sunnah … kalo Salafi itu bukan kelompok ya,

karena kita enggak boleh hizbiyyun (organisasi). Jadi semacam

perkumpulan aja buat ngaji-ngaji dan belajar agama bentuknya

jamiyah lah.

Peneliti Ustadz pernah ngaji di pesantren itu ? kalo ngundang ustadz atau

jamaah dari pesantren itu pernah gak buat ikut kajian GIS Sunnah ?

Informan Pernah si beberapa kali kesana sama temen. Kalo ngundang jamaah

disana ya pernah, beberapa kali juga ada yang dateng kesini gantian

gitu. Tapi kalo ngundang ustadz dari sana buat ngisi kajian disini, itu

belum pernah si.

Peneliti Oh gitu ya, balik lagi nih ustadz pertanyaannya, kan tadi GIS Sunnah

cuma perkumpulan ya, terus setiap ngaji ada yang koordinir apa

xviii

gimana tuh langsung ketemuan aja, janjian ?

Informan Kalo yang koordinir si ada, kaya ustadz TG tuh kan dia yang

ngundang ustadznya dari luar. Kalo mau ada kajian juga, kita sebar

undangannya di Facebook sama grup WA.

Peneliti Grup WA fungsinya untuk apa ustadz ?

Informan Ya buat komunikasi antar jamaah sama share-share tulisan atau

bacaan kitab.

Peneliti Tad, tadi kalo kajian sunnah kan ngundang ustadz dari luar ya, nah

kalo ustadz sendiri ngisi kajiannya kapan ?

Informan Ya ada waktu-waktunya buat ulama sini juga, kalo saya dikasih jatah

ngisi pengajian ibu-ibu sama remaja, yang saya ajarin biasanya

sejarah Islam dan nabi-nabi dari kitab shirah nabawiyah.

Peneliti Kalo pengajian biasanya kapan waktunya ustadz ?

Informan Biasanya si hari Selasa, Jum‟at sama Minggu. Jam nya abis Isya, kalo

hari Minggu pagi jam 9 yang ngisi ustadz-ustadz dari luar. Tapi

sekarang kajian hari Jum‟at lagi berhenti dulu.

Peneliti Emang kenapa berhenti ustadz ?

Informan Ya yang ngisinya lagi sibuk kerja itu ustadz RD, dia biasa ngajar

tafsir, jadi karena sering berhenti lama-lama jamaahnya juga sedikit

xix

yang dateng.

Peneliti Selain pengajian kegiatan lain ada gak ustadz ?

Informan Ada si panahan sama bela diri, tapi kayanya yang lebih sering

panahan si.

Peneliti Ustadz ikut olahraga itu ?

Informan Ikut si cuma enggak sering, kalo yang sering tuh ustadz RD, soalnya

dia juga yang ngurusin.

Peneliti Oh gitu ya ustadz, sekarang saya pengen nanya nih kenapa si jamaah

sunnah sama NU itu sempet enggak akur ?

Informan Enggak akur maksudnya ?

Peneliti Ya kaya pernah beda pendapat gitu.

Informan Oh, awalnya si beda pendapat pas forum silaturahmi pengurus masjid

Darusalam, kira-kira itu bulan Desember 2015 deh. Nanti coba tanya

ustadz RD deh ya detailnya saya agak lupa. Cuma kalo alasan kita

berdebat ya karena kita enggak setuju kalo kegiatan maulid nabi

masih dikerjakan, itu kan bid‟ah terus ya memboroskan uang

pembangunan masjid. Dari mulai situ, ulama-ulama NU jadi enggak

suka dengan pendapat atau cara dakwah yang kita sampaikan

Peneliti Emang pengeluarannya untuk apa aja ustadz sampe boros begitu ?

xx

Informan Waduh kalo detailnya tanya ustadz RD deh, dia kan bendahara

masjidnya, kalo saya yang ngomong takut salah lagi. Hehe

Peneliti Oh gitu ya, hehe terus kalo maulid kenapa bid‟ah ustadz ? kan

merayakan hari kelahiran nabi ?

Informan Banyak ya perayaan-perayaan yang memang tidak ada hadits atau

nabi ajarkan justru dikerjakan di GIS. Kayak perayaan-perayaan

Nuzul quran, Maulid, Isra Miraj. Kalau mengikuti ajaran salaf kita

enggak rayakan, karena di maulid ada permainan alat musik yang

justru melalaikan, ada ikhtilat antara ikhwan dan akhwat, semua itu

kan tidak boleh ya makanya hukumnya bid‟ah. Amalan bid‟ah

dikhawatirkan akan menjerumuskan manusia kepada kesesatan. Jadi

agama tidak boleh tuh dipikir-pikir harus buat acara ini untuk

bersyukur sama Allah, toh kita udah ikutin perintah ibadah wajib aja

udah nunjukin rasa syukur kita. Harus antum tau kalo perayaan yang

diajarkan nabi itu cuma dua, Idul Fitri dan Idul Adha. Selebihnya

tidak ada perayaan di dalam agama kita. Jadi saya anggap perayaan-

perayaan seperti itu adalah perbuatan baru (bid‟ah) yang tidak

diajarkan oleh nabi

Peneliti Selain itu ada enggak perbuatan bid‟ah lagi ustadz ?

Informan Banyak ya kalo perbuatan yang cenderung diada-adain dalam ibadah

ya bid‟ah, terus kalo enggak ada petunjuk dari nabi atau ulama

xxi

salafus shalih itu juga bid‟ah. Bid‟ah tuh dari segi agama aja ya, kalo

duniawi si enggak bid‟ah kaya handphone, kendaraan.

Peneliti Kalo doa qunut bid‟ah gak ustadz ?

Informan Doa qunut sebenarnya sunnah ya, enggak bid‟ah, karena masing-

masing imam madzhab punya penafsiran sendiri. Jadi boleh dikerjain

atau enggak.

Peneliti Kalo ustadz sendiri baca doa qunut subuh atau enggak ? terus apa

masalah doa qunut suka dibesar-besarin disini, kaya dijadiin

perbedaan gitu antara orang sunnah sama NU ?

Informan Kalo saya salat jamaah terus imamnya baca doa qunut ya saya ikut,

kan harus ikutin semua gerakan imam. Tapi kalo salat sendiri saya

enggak baca doa qunut soalnya nabi juga enggak baca qunut pas salat

subuh, kecuali waktu lagi ada musibah yang menimpa umat muslim

seperti waktu beberapa sahabat yang hafiz Al-Qur‟an dibunuh saat

dalam perjalanan menyebarkan Islam, nabi kemudian mendoakan

dengan baca qunut. Di Griya baca doa qunut itu udah seperti

kewajiban ya, jadi kalo ada orang yang enggak baca qunut tuh

seoalah-olah salah gitu. Contohnya, ketika itu kebetulan imam tetap

masjid Darusalam sedang sakit, jadi enggak bisa datang ke masjid

untuk salat subuh berjamaah. Beliau minta di grup WhatsApp masjid

supaya digantikan oleh ustadz lain. Eh tiba-tiba ada salah satu orang

xxii

yang nyeletuk (berbicara) di grup begini “Gantinya imam subuh yang

pake qunut ya ustadz, yang enggak pake qunut salat dirumah aja”. Itu

kan kaya nyindir orang-orang yang tidak doa qunut, padahal mereka

juga belum tentu tau gimana hukumnya baca doa qunut, ada sebagian

ulama yang melakukan ada juga yang enggak.

Peneliti Hehe ada-ada aja ya, emang yang biasa ngisi subuh di masjid

Darusalam siapa ustadz ?

Informan Ustadz FJ.

Peneliti Oh, terus kalo doa-doa yang tergolong bid‟ah ada lagi gak ustadz ?

Informan Ada kebiasaan orang-orang kita berdoa sehabis solat terus bersalam-

salaman, padahal itu enggak ada dalil yang menjelaskan

diharuskannya begitu. Kita si enggak ngelakuin itu ya, kita berdoa,

tapi sesuai dengan yang nabi ajarkan yaitu berdoa di waktu-waktu

mustajab, contohnya berdoa diantara adzan dan iqomah. Sebenarnya

tidak ada keharusan setelah solat berdoa, seakan-akan doa itu menjadi

kesatuan dari solat wajib. Solat itu kan sudah termasuk rangkaian doa,

seperti nabi saja setelah solat dia berdzikir sendiri, kemudian beliau

langsung menuju pintu untuk melayani umat yang bertanya. Adapun

untuk orang yang doa sesudah solat ya kita tidak larang karena itu

ibadah, tetapi caranya enggak harus berjamaah. Masalah ini memang

sering diangkat menjadi perbedaan, tapi kita si enggak masalah kalo

xxiii

dibilang beda, yang penting kita udah ngejalanin syariat ibadah yang

sudah ditetapkan Allah dan nabi.

Peneliti Kalo doa berjamaah enggak boleh, berarti tahlilan enggak boleh juga

ya ustadz ?

Informan Ya itu juga termasuk tuh, tahlilan itu enggak ada hadits yang

menjelaskannya, makanya orang-orang salaf enggak ngelakuin ritual

doa-doa sehabis kematian manusia. Kadang-kadang di kita kan

biasanya tujuh hari, 40 hari dan sebagainya, itu sebenernya tidak ada

di dalam Al-quran dan hadits shohih. Tidak ada penjelasan tentang

diharuskannya membaca yasin selama tujuh hari atau peringatan-

perigantan kematian gitu. Nabi menyunahkan orang bertakziah, itu

juga kita hanya berkunjung ke rumah yang duka terus memberi

semangat kepada keluarganya, ataupun kita disunnahkan membawa

makanan buat keluarga yang berduka, bukan keluarga yang berduka

menyediakan makanan buat kita.

Peneliti Oh gitu, terus perbedaan pemahaman tadi merembet ke masalah lain

gak ustadz ?

Informan Ada si jadi banyak pembicaraan tentang Ahlu Sunnah, buat ngebuktiin

siapa yang sesat atau enggak.

Peneliti Emang kriteria Ahlu Sunnah sendiri itu kaya gimana si ?

xxiv

Informan Ahlu Sunnah ya, selagi dia punya pemahaman sunni masih bisa

disebut Ahlu Sunnah, Salafi Ahlu Sunnah, NU Ahlu Sunnah,

Muhammadiyyah, Persis Ahlu Sunnah, tapi memang mesti dibedakan

mana kelompok yang bener-bener berpegang teguh dengan ajaran

sunnah nabi, mana yang enggak. Kalo orang Ahlu Sunnah sudah pasti

menghindarkan diri dari praktik yang baru di dalam agama Islam

(bid‟ah), karena harusnya kita membawa agama ini kepada agama

yang berdasarkan apa kata Allah dan apa kata nabi, bukan karena

tradisi, kata kyai-kyai dulu jadi taklid begitu dengan perkataan

mereka, bahkan parahnya lagi lebih percaya ajaran mereka dibanding

ajaran nabi yang pokok. Itu yang salah ya karena Ahlu Sunnah itu

enggak boleh fanatik sama satu guru, satu ajaran, misalnya fanatik

pake mazhab imam syafi‟i, pake kitab kuning, ya eenggak bisa gitu

karena masih ada nih pendapat imam-imam mazhab lain yang harus

dipertimbangkan juga. Fanatik berlebihan kepada satu ajaran justru

menjauhkan kita dari makna sunnah itu sendiri, karena pasti akan

menutup diri sama kebenaran dari ajaran lain

Peneliti Oh kalo udah begitu masalahnya jadi semakin gede ya ? ada tindak

kekerasan gak ustadz ?

Informan Ada si tapi gak terlalu parah paling cuma dorong-dorongan karena

pengajian kita di Masjid Baitul Mukhlisin bulan Juli 2016 pernah

dibubarin sama mereka (NU). Waktu itu saya lagi ngisi ceramah

xxv

tentang hukum berziarah ke makam, kebetulan memang saya

sampaikan larangan berziarah kubur untuk meminta karomah dsb,

khususnya pada makam-makam yang dianggap suci. Tiba-tiba kajian

kita disuruh berhenti sama segerombolan orang, kemudian ibu-ibu

yang ikut pengajiannya disuruh pulang. Mereka bilang, kalo kita

jangan angkat persoalan khilafiyah karena setiap tahun orang-orang

NU mengadakan wisata keagamaan ke makam wali-wali Allah.

Peneliti emang mereka enggak suka kalo bahas perbedaan khilafiyah ?

Informan Ya enggak suka kan jadi semacam ancaman bagi ajaran mereka ya.

Padahal kajian kita juga beda metode sama mereka.

Peneliti Emang beda metodenya gimana ustadz ?

Informan Jadi memang kajian-kajian kita beda metode ya sama kajian lain.

Kalau kajian lain disini (NU) membedah kitab-kitabnya tuh kurang

begitu akurat, hadits-hadits di dalam kitabnya kurang begitu shohih,

makanya banyak jamaahnya yang salah pemahamannya. Di dalam

manhaj Salaf ini kita hanya berdakwah kitab-kitab yang isinya hadits-

hadits shohih saja, hadits yang lemah sanadnya kita enggak akan

pakai gitu. Jadi Salaf itu kan untuk memurnikan ajaran Islam yang

Allah turunkan.

Peneliti Memurnikan maksudnya gimana tuh ustadz ?

xxvi

Informan Ya memurnikan dari perilaku bid‟ah, tahayul, dan kurafat, disini kan

banyak yang ngelakuin perbuatan itu, karena kalo enggak kita

murnikan ajaran agama bisa menyimpang.

Peneliti Oh gitu ya ustadz, terus selama konflik itu sikap dari orang-orang

sunnah sendiri gimana ?

Informan Selama konflik kemarin kita perketat aturan kajian ya, kaya enggak

boleh bawa handphone ke dalam. Kalo pun ada yang bawa itu

dikumpulin ke petugas, takutnya kan ada yang merekam atau buat

video tetang ceramah kita itu enggak boleh. Sempet ada kasus soalnya

ada jamaah ikut kajian tapi cuma sekedar mau cari tau aja tentang

kelompok kita, setelah tau, informasinya mereka sebarin di grup

WhatsApp FKPM, itu jadi ribut kan, banyak orang yang salah paham

sama ceramah kita. Semenjak itu orangnya kita tandai dan enggak

pernah diajak kajian lagi.

Peneliti Itu orangnya dari jamaah mana ya ustadz ?

Informan Dia si sering ikut pengajian NU.

Peneliti Oh, jadi kaya mau ngadu domba gitu ya ?

Informan Bisa jadi si untuk memperkeruh suasana.

Peneliti Terus gimana ustadz cara buat berdamai sama kelompok NU ? apa

rasa permusuhannya bisa hilang ?

xxvii

Informan Kita diundang DKM untuk datang ke masjid, disana ternyata ada

jamaah NU dan warga, mereka minta kita untuk mediasi lanjutan

seputar permasalah di WhatsApp FKPM itu. Setelah di luruskan

masalahnya, alhamdulillah kita ngerti. Kita minta maaf kalau emang

salah paham dengan ulama NU, dan minta maaf kalo dakwah kita

terkesan menjatuhkan amaliyah NU. Sebenarnya maksud dari orang-

orang salaf sama dengan orang-orang NU yaitu sama-sama pengen

memakmurkan masjid, makanya kita mohon kebijaksanaan warga dan

jamaah NU supaya orang-orang Salaf bisa ngisi kajian lagi di masjid-

masjid Griya. Meskipun kita sendiri sudah kelola masjid Al-Bilal,

tetapi penting juga kalo dakwah kita disampaikan di masjid-masjid

Giya. Soalnya di Griya ini kan banyak jamaah Salafi baru. FKPM

sendiri membuat kesepakatan yang harus ditaati oleh kedua belah

pihak. Kesepakatannya itu, kalo kelompok Salafi enggak boleh

ngomongin masalah bid'ah di amaliyah NU, seperti tahlilan, yasinan,

dan maulid Nabi. Kalo buat ulama NU dan DKM nya, mereka enggak

boleh melarang lagi ulama Salafi untuk buat kajian di masjid-masjid

Griya. Kalo pendapat saya si rasa permusuhannya cuma mereda

belum hilang, karena rasa permusuhan itu bisa aja muncul lagi kalo

kita semua enggak mau toleransi.

Peneliti Oke segitu aja ustadz, terimakasih ya atas informasinya.

xxviii

Informan Sama-sama ya dek, semoga bermanfaat.

Nama : RD

Status : Ulama Salafi GIS Sunnah

Hari/Tanggal : Minggu/16 April 2018

Waktu/Tempat : Pukul 13.00 WIB/Masjid Al-Bilal

Peneliti Assalamu'alaikum ustadz, saya pingin nanya-nanya soal GIS Sunnah

? sekarang bisa kan ustadz ?

Informan Walaikumsalam, oh iya boleh-boleh mau nanya apa

Peneliti Ustadz sendiri pertama kali dakwah di Griya kapan ya ?

Informan Dari bulan Mei 2014, itu juga karena sering ke masjid jadi dapet

kesempatan ceramah. Kesana-sananya jadi berkecimpung banyak lah

di pembangunan masjid Darusalam.

Peneliti Oh iya kata ustadz SM, ustadz pernah jadi bendahara masjid ya ?

Informan Iya pas berdiri masjid itu, saya udah megang keuangan disana

Peneliti Berarti untuk buat pengajian disana jadi gampang dong ya, kan masih

pengurus ?

Informan Dulu si iya, cuma kan beberapa kali sempet berhenti disana, karena

xxix

enggak dapet izin DKM nya.

Peneliti Oh gitu, kegiatan pengajian disana lama tuh ustadz ? emang kenapa

ko berhenti ?

Informan Lumayan lah dapet kali 9 bulan, saya aja pindah bulan Mei masjid

udah ada. Kalo terakhir kajian disana itu Januari 2016, karena enggak

dapet izin tadi, terus ada penolakan-penolakan terus dari jamaah NU.

Yaudah kita pindah tempat kajian ke fasum blok P dan TK-Al-Fath,

tapi masih juga ditolak-tolak disuruh pindah, ada aja alasannya

macem-macem. Yaudah daripada jadi ribut terus kita cari masjid baru,

alhamdulillah dapet di masjid Al-Bilal ini.

Peneliti Masjid Al-bilal luasnya berapa ya ustadz ?

Informan Masjid Al-Bilal itu luas banget ya kalo enggak salah 2 hektar,

bangunan masjidnya 500m2, rencananya di dekat masjid mau

dibangun perumahan juga. Cuma sayang-nya masjidnya sepi dan

enggak pernah keliatan ngadain kegiatan agama, karena kita juga

butuh masjid ini buat ngadain pengajian lagi, makanya kita coba

minta izin ke DKM masjid Al-Bilal dan kelurahan Cibinong untuk

bikin pengajian disana. Alhamdulillah mereka si mengizinkan kalau

buat pengajian disana, tapi memang kita harus perbaiki bangunan

masjid yang sudah mulai rusak, seperti atapnya yang bocor, dan

plafonnya yang sudah rusak … setelah semua perbaikannya rapi kira-

xxx

kira Februari 2016 deh, kita langsung mulai lagi pengajian GIS

Sunnah di masjid Al-Bilal.

Peneliti Oh gitu, kalo di masjid Al-Bilal enggak takut disuruh pindah lagi

ustadz ? kegiatan apa aja si yang dibentuk di masjid ini ?

Informan Ya kan tadi udah izin, lagian masjid ini juga udah lama enggak

kepake dan DKM nya enggak aktif makanya kalo ada yang mau

aktifin lagi, beliau senang. Disini si enggak bisa diusir lagi wong

tanahnya bukan punya mereka ko hehe. Di masjid Al-Bilal kita

ngadain kegiatan olahraga panahan yang kita kasih nama GIS

Archery. Itu kan salah satu olahraga sunnah yang memang diajarkan

oleh Rasulullah dan Salafus Shalih. Sebenarnya ada juga olahraga

sunnah lain kaya thifan, berenang dan berkuda tapi disini kita enggak

ngadain karena fokus kita masih ke kajian si.

Peneliti Hehe, emang ada masalah apa si ustadz sampe jamaah NU enggak

boleh kalo orang-orang salaf mengadakan kajian di masjid Griya ?

Informan Emm pangkal masalahnya si ketika saya sampaikan masalah

peringatan hari-hari besar Islam termasuk Maulid Nabi ya, waktu itu

pas rapat kepengurusan masjid, karena menurut saya perayaan maulid

tahun 2014 dan 2015 menghabiskan dana masjid yang cukup besar,

sedangkan sponsornya sedikit, sehingga dana untuk pembangunan

masjid jadi kepake (digunakan). Kebetulan saya kan bendahara

xxxi

masjid, jadi saya sedikit banyak tau berapa rincian dananya, apalagi

kalo kita panggil ulama dari luar untuk ngisi acara disini, itu biayanya

aja udah mahal, dan pendapatan dari kotak amal juga dibagi sama

ulama itu, padahal dia udah dapat bayaran dari pihak DKM. Nah itu

kan jadi mubazir ya. Makanya, saya bilang gimana kalau Maulid Nabi

dihilangkan saja, lebih baik dana masjid dibuat pembangunan,

lagipula kegiatan semacam itu hukumnya bid‟ah. Dalam syariat Islam

kita tidak boleh mengagungkan manusia lebih daripada Allah, kalo itu

dilakukan namanya musyrik, ini prinsip tauhid loh. Meskipun yang

kita anggungkan itu nabi, tapi nabi kan juga manusia. Lagipula nabi

sendiri sudah mengajarkan cara menunjukan kecintaan kepadanya, ya

cukup mengikuti sunnah beliau dan menjalankan sunnah-sunnahnya

aja, contohnya setiap hari senin nabi selalu berpuasa. Jadi gak ada tuh

perayaan-perayaan gitu, mulai dari zaman nabi, sahabat, tabiin, dan

tabi‟ut tabiin tidak ngerayain acara seperti itu. Berarti kan perayaan

ini hanya dibuat buat aja sama manusia yang menyalahi sunnah nabi.

Saya sampaikan masalah itu kepada jamaah masjid, tapi pendapat

saya ditolak, alasannya karena mereka takut kalo kegiatan hari besar

Islam dihilangkan akan menimbulkan gejolak di masyarakat. Apalagi

maulid nabi sudah dianggap tradisi ya disini, udah diajarin turun

temurun sama kyai-kyai yang mereka anggap bener, punya kualitas,

dan pantes kalo dijadiin rujukan

xxxii

Peneliti Oh jadi gitu, tapi memang kita tidak boleh berkompromi dengan

perbuatan bid‟ah ya ustadz ?

Informan Ya enggak boleh, bid‟ah itu kan kesalahan dan harusnya diluruskan.

Kalo kamu tetep berada dalam perbuatan bid‟ah khawatirnya akan

tersesat dalam memahami ajaran agama. Jika masih berbuat bid‟ah

harusnya sudah enggak bisa dibilang Ahlu Sunnah lagi.

Peneliti Memang kriteria Ahlu Sunnah sendiri itu gimana ustadz ?

Informan Ahlu Sunnah Wal Jamaah menurut orang-orang Salafi adalah orang

yang membawa cahaya ilmu bagi umat muslim. Ilmunya ya

berdasarkan ajaran dari kaum Salaf, dari sahabat, dari tabi‟in dan

tabiut tabi‟in. Ahlu Sunnah juga kelompok yang bertahan dengan

sunnah nabi meskipun dikelilingi oleh orang-orang yang sudah

membuat kerusakan. Jadi orang sunnah itu harus sabar ya karena akan

banyak fitnah yang datang pada mereka, seperti dibilang kelompok

sesat, pemecah belah, ya kita tunjukan aja kebenarannya kalo kita

enggak gitu. Memang ada perbedaan-perbedaan yang akhirnya

membuat kita bisa membedakan antara kelompok Ahlu Sunnah atau

bukan, itu bisa dari penafsiran tentang nama dan sifat Allah. Kalo ada

orang yang percaya bahwa Allah itu ber-istiwa di atas arsy, berarti dia

Ahlu Sunnah karena paham sama masalah tauhid. Tapi kalo ada orang

yang ditanya keberadaan Allah, terus dia jawabnya Allah itu ada di

xxxiii

mana-mana ya berarti dia sudah keluar dari prinsip Ahlu Sunnah,

karena dia enggak paham prinsip tauhid dan tidak memahami ayat Al-

Qur‟an tentang masalah itu.

Peneliti Kalo kriteria Ahlu Sunnah dilihat dari apakah orang tersebut

melakukan bid‟ah atau tidak, bisa gak ustadz? Terus apakah membaca

doa qunut itu termasuk bid‟ah ?

Informan Iya bisa kalo orang masih mengerjakan bid‟ah bukan termasuk

golongan Ahlu Sunnah, karena yang harusnya dikerjain sunnah-

sunnah nabi bukan perbuatan yang justru dilarang oleh nabi kaya

maulid. Itu kan sama aja kita berbuat tasabuh (menyerupai) umat

agama lain seperti kristen yang mengerjakan paskah. Kalo masalah

doa qunut, rang-orang Salaf itu enggak membaca doa qunut subuh ya,

karena enggak ada keharusan juga buat membacanya. Kalo memang

kita salat jamaah terus imam subuhnya qunut ya kita harusnya ikut

qunut, mengaminkan aja, enggak membacanya. Itu harus ya

mengikuti gerakan imam, sekalipun kamu sudah tau hukumnya. Kalo

alasan kita enggak baca qunut ketika salat munfarid atau jamaah

dengan kelompok Salaf, ya karena nabi kita tidak lakukan itu setiap

salat subuh, doa qunut hanya bisa dibaca ketika ada sebuah musibah

yang menimpa umat Islam lalu kita mendoakannya dengan baca doa

qunut, itu boleh, setelah itu ya tinggalkan.

xxxiv

Peneliti Kalo di Griya kan suka banget warga yang ngadain tahlilan, ustadz

sendiri dulu pernah ngisi dakwah gak di tahlilan ? Pandangan ustadz

sendiri sama kegiatan tahlilan itu gimana si ?

Informan Dulu saya kan salah satu pengurus masjid disini ya, jadi kalo ada

pengajian yasin di masjid masih suka ikut, tahlilan di rumah tetangga

juga ikut, menghormati aja si. Takutnya kan orang lain bilang masa

pengurus masjidnya sendiri enggak ikut, padahal rumahnya depan

masjid, ya mau enggak mau ikut deh. Tetapi pas saya sepenuhnya

hijrah, kalo ada tetangga yang ngajak lagi tahlilan, saya cuma bilang

maaf saya enggak ikut lagi acara itu, karena sering saya bilang gitu

akhirnya mereka tau sendiri kalo saya enggak mau ikut, dan enggak

ngajak lagi. Lagipula acara tahlilan sepeti itu sebenarnya tidak boleh

dikerjakan karena kan akan memberatkan keluarga, bukan cuma soal

penyediaan makanan, tetapi juga ditakutkan kita akan menambah atau

mengingatkan kesedihan bagi keluarga mayit nya lagi, nah itu tidak

boleh. Sunnahnya kan hanya ta‟ziyah, disana juga kita harus kasih

dukungan buat keluarga mayit supaya dia tetep sabar, dan ikhlas. Jadi

tidak ada tuh tahlilan, apalagi isinya baca yasin bareng-bareng,

doanya juga belum tentu nyampe, karena doa yang paling di dengar

Allah kan doa dari anak keluarga mayit yang soleh atau soleha

Peneliti Berarti tahlilan enggak boleh ya ustadz, kalo ziarah kubur itu

xxxv

termasuk bid‟ah atau enggak ?

Informan Iya sebaiknya dihindari aja, ziarah kubur sebenarnya boleh dilakukan

tetapi hanya sebatas mendokan kubur dan diniatkan untuk mengingat

kepada kematian. Perbuatan yang enggak boleh di dalam ziarah kubur

itu ya meminta doa (tabaruk) kepada kuburan. Seperti disini (Griya)

setiap 3 bulan sekali majelis talimnya ngadain kegiatan ziarah ke

makam wali, katanya si untuk wisata religius, mendoakan para wali,

dan kalau ada keluh kesah bisa berdoa disana, yang dianggap tempat

mustajab. Kalo untuk mendoakan keluarga, saudara, atau ulama-

ulama shalih di makam sih enggak papa, tapi kalo niatnya minta

kesalamatan, kemakmurann itu yang enggak boleh. Coba deh pikir

emang jasad bisa kabulin doa kita yang masih hidup, ngebantu kita

gitu kalo ada masalah ini itu, makanya tindakan ini jelas sekali

bertentangan dengan prinsip tauhid, kalo kita butuh sesuatu ya

mintanya sama Allah bukan sama kuburan, tapi orang-orang disini

dikasih tau gitu marah.

Peneliti Menurut ustadz kenapa ulama-ulama NU tetap mempertahankan

kegiatan tersebut padahal bertentangan dengan ajaran agama ?

Informan Dari yang saya pelajari sebenernya dulu NU itu, mengetahui sunnah,

mereka belajar kitab-kitab yang benar kan. Tetapi mungkin seiring

perkembangan zaman semakin terkikis sama ajaran aslinya, sehingga

xxxvi

mereka mengambil ajaran yang lain kayak misalnya ada Sufinya, ada

Syiahnya yang kesininya malah mereka menyukai kegiatan-kegiatan

tersebut yang mereka anggap seperti ibadah. Kalau perbedaan ya itu

tadi, kan mereka awalnya benar gitu ya, mungkin masuk ke bid‟ah-

bid‟ah itu kan saya dengar pendirinya itu kan membuat sebuah buku

dan di dalamnya mengatakan bid‟ah-bid‟ah yang pertama kali muncul

di tanah jawa dari syiah, yang kedua adalah dari sufi.

Peneliti Oh gitu ya, terus penolakan-penolakan yang pernah ustadz dan teman-

teman dapati dari jamaah NU apa aja ya bentuknya ?

Informan Waktu itu si cuma pembubaran aja kegiatan pengajian kita sama

kegiatan olahraga panahan nih, katanya dianggap membahayakan dsb.

Memang yang paling sering kita terima itu tuduhan-tuduhan miring

aja. Contohnya masyarakat sini kalo ngeliat orang yang berjenggot itu

anggapannya serem, kayak suka ikut aksi-aksi terror gitu. Salah satu

temen kita ustadz TG, ketika dia berdakwah disini awalnya

masyarakat takut karena jenggotan, brewokan gitu, tapi pas udah

kenal orangnya ramah ya mereka jadi biasa aja. Terus waktu momen

kita buat pengajian di masjid Ahsanu Amala, ustadz TG kan ngajak

jamaah Salafi lainnya dari Bogor, BSD, dan Pamulang, setelah selesai

acara banyak yang bilang ke beliau jangan ajak-ajak lagi ya temen-

temennya yang jenggotan soalnya serem.

xxxvii

Peneliti Jadi lebih banyak tuduhan-tuduhan ya ustadz, pernah dapet perilaku

kekerasa enggak ?

Informan Kekerasan yang parah enggak si, paling dorong-dorongan jamaah aja

pas ada pembubaran kaya enggak terima gitu jamaah kita atas

perlakuan mereka. Tapi untungnya buru-buru dilerai si jadi enggak

ada keributan fisik yang parah.

Peneliti Terus selama konflik gimana cara menguatkan jamaah yang terkena

tuduhan miring ?

Informan Selama suasana konflik ya kita masih kumpul bareng-bareng aja

untuk saling mengingatkan jangan sampai cara kita berdakwah itu

ngebuat masyarakat awam jadi takut dengan perasaan enggak suka

kita sama jamaah NU … kegiatan lain paling ya kita bikin pengajian

rutin aja setiap Selasa, Jum‟at, dan Minggu, terus ngadain kegiatan

olahraga memanah supaya warga tertarik ikut kegiatan kita.

Peneliti Selama ada konflik kegiatan jadi semakin banyak ya ustadz ?

Informan Iya bisa dibilang begitu, soalnya kan pas ada masalah sama jamaah

NU kegiatan agama dibuat supaya ngurangin tuduhan miring ke

dakwah kita.

Peneliti Oh, terus cara menyelesaikan konflik waktu itu gimana ustadz ?

Informan Mediasi si dari FKPM sama RT, RW. Ya alhamdulillah keputusan

xxxviii

yang dibuat menguntungkan kita dan jamaah NU, jadi enggak ada

yang protes. Sekarang aja kita udah balik dakwah ke Griya lagi.

Peneliti Sekarang hubungan sama orang-orang NU berjalan baik ustadz ?

Informan Alhamdulillah si sekarang gotong royong untuk buat pengajian

bersama, semenjak konflik selesai juga satu sama lain jadi semakin

menghagai perbedaan keyakinan agama.

Peneliti Masalah konfliknya sudah hilang ustadz ?

Informan Hilang si enggak ya tapi baikan aja gitu, karena masalah konfliknya

kan perbedaan keyakinan, kalo satu sama lain mikir perbedaan itu jadi

semacam hinaan kaya dulu, bisa jadi konflik muncul lagi.

Peneliti Menurut ustadz cara apa si yang tepat untuk menjaga agar konflik

tidak muncul lagi ?

Informan Tabayun ya, saling bertanya ketika ada masalah yang masih subhat

(samar). Masalah perbedaan memang lebih baik di diskusikan dengan

cara yang santun supaya konflik enggak muncul lagi.

Peneliti Oke cukup, terimakasih ya ustadz

Informan Iya sama-sama dek

Nama : YP

xxxix

Status : Ulama Nahdatul Ulama

Hari/Tanggal : Selasa/18 April 2018

Waktu/Tempat : Pukul 19.00 WIB/Rumah YP

Peneliti Assalamu'alaikum ustadz, sesuai yang kemarin kita bicarain, saya

pengen nanya-nanya seputar kegiatan keagamaan di perumahan GIS.

Informan mau tanya masalah apa aja ya de?

Peneliti Sejak kapan ustadz berdakwah di Griya ?

Infoman Saya udah lama dakwah disini, kira-kira dari tahun 2011 deh sepas

saya pindah rumah aja. Waktu itu di Griya belum ada apa-apa ya,

masjid pun belum ada, kalo mau salat jum‟at jauh harus ke masjid

luar perumahan. Makanya selagi kita punya tanah fasum yang gede di

tahap 2, saya sama warga menyarankan bangun masjid disana … itu

kalo gak salah agustus 2013 ya jadi masjid Ahsanu Amala. Kalo ada

masjid kan enak kita bisa bikin pengajian, ngadain ibadah salat

jum‟at, salat Idul Fitri atau Idul Adha, jadi enggak perlu jauh-jauh.

Peneliti Kalo disini masyarakatnya lebih banyak ngikutin pemahaman Islam

apa ustadz ? misalnya NU atau Muhamadiyyah gitu ?

Informan Masyarakat sini masih awam ya pemahaman keagamaannya, cuma

mereka lebih banyak ngamalin pemahaman NU. Itu sudah jadi tugas

DKM masjid yang harus mengajarkan tata cara ibadah sesuai amalan

xl

ibadah NU.

Peneliti Terus kegiatan agama yang dibentuk disini apa aja ustadz ?

Informan Setiap DKM si ngadain pembelajaran Iqro dan Al-Qur'an bagi bapa-

bapa yang masih belum bisa baca Al-Qur'an. Terus kalo malam sabtu

kita adain pengajian yang ngebahas hukum-hukum fiqh dari kitab

Safinatun An-Najah. Ada juga latihan marawis buat remaja, pokoknya

sebisa mungkin kegiatan di masjid diaktifkan terus supaya umat giat

beribadah.

Peneliti Katanya disini ada kegiatan wisata religius ya ustadz ? pendapat

ustadz tentang ziarah kubur itu gimana si ?

Informan Iya, majelis ta‟lim GIS biasanya suka ngadain ziarah ke makam

Walisongo, tiap 3 bulan sekali ya. Alhamdulillah yang ikut si banyak

sampe pake satu atau dua bis lah kalo kesana, kemarin aja kita pergi

ke Cirebon ke makam Sunan Gunung Jati untuk mendoakan beliau,

sekalian cari tau gimana sih sejarah perjuangan beliau menyebarkan

ajaran Islam di Cirebon atau di Indonesia, itu aja si paling … kalo

untuk ziarah ke makam saudara dan orang tua, sebagian besar orang

Indonesia saya rasa pasti ngelakuin ya untuk mendoakan orang tua,

saudara, atau kerabat dekatnya. Buat saya si ziarah kubur itu penting

untuk mengingatkan saja kalo kita semua pasti akan meninggal juga,

makanya selagi hidup banyak-banyak berbuat kebaikan

xli

Peneliti Terus kegiatan-kegiatan tadi, itu yang bentuk DKM sendiri atau

gimana ustadz ?

Informan Kegiatan di setiap masjid Griya sebenarnya sudah disepakati sama

ulama-ulama di FKPM, jadi ketua-ketua DKM hanya menjalankan

aja. Enaknya program begini tuh kegiatan setiap masjid jadi selaras,

cuma mungkin waktu-waktunya aja yang beda.

Peneliti Oh begitu, emang FKPM sendiri apa ustadz ?

Informan FKPM itu tempat komunikasi ulama-ulama Griya buat saling berbagi

pengalaman dakwah, dan ajaran keagamaan. Dari hasil bagi-bagi

pengalaman itu, nanti ulama-ulama sini bisa nentuin aturan ibadah

seperti apa yang boleh dikerjakan disini.

Peneliti Kalo anggota FKPM sendiri siapa aja ustadz ?

Informan Anggota FKPM ya ulama dan pengurus masjid di setiap blok

perumahan Griya, kita komunikasi atau ngumpul kalo ada acara

bareng di setiap masjid aja, tapi untuk komunikasi sehari-hari paling

kita koordinasi lewat grup WhatsApp aja.

Peneliti Oh emang kegiatan FKPM apa aja ustadz ?

Informan Kalo kegiatan per bulannya si kaya rapat koordinasi gitu di masjid

Ahsanu Amala, kalo acara tahunan paling kita ngadain perayaan

milad sekaligus tabligh akbar.

xlii

Peneliti Emm, tadi FKPM kan anggotanya ulama dan pengurus masjid di

setiap blok ya, itu mereka ngajarin pemahaman NU ustadz ?

Informan Ya enggak juga, ada macem-macem tergantung keyakinan

merekanya, mau NU, Muhammadiyah, Ikhwanul Muslimin, atau

Salafi, cuma tetep dalam pengawasan FKPM.

Peneliti Oh, tapi perbedaan ajaran itu enggak nimbulin permusuhan ustadz ?

Informan Permusuhan si pernah ada ya dulu tapi, sekarang mah udah enggak.

Peneliti Sama siapa ustadz ?

Informan Sama Salafi atau Wahabi lah panggilannya.

Peneliti Itu karena apa ustadz ?

Informan Selisih paham aja si tentang amalan yang bid‟ah.

Peneliti Emang menurut mereka amalan yang bid‟ah tuh seperti apa ustadz ?

Informan Banyak ya yang sedikit-sedikit dibilang bid‟ah, maulid bid‟ah, doa

berjamaah bid‟ah, ziarah ke makam wali bid‟ah, tawasul bid‟ah.

Saking banyaknya ajaran kita dibilang bid‟ah sampe lama-lama kesel

juga sama mereka.

Peneliti Masalah bid‟ah itu udah pernah ditanya belum ke jamaah Salafi ?

Informan Waktu itu si belum, karena kalo ngadain dialog terus merekanya

ngungkit-ngungkit masalah itu takut jamaah kita kesel dan jadi ribut.

xliii

Peneliti Emang jamaah NU sendiri enggak suka dengan anggapan bid‟ah itu

Informan Ya enggak suka lah de, kita merasa serba salah gitu ngelakuin ibadah

itu, padahal kan ibadahnya sudah dipercaya sama ulama-ulama dan

kyai-kyai dulu. Terus masalah penafsiran dari tindakan ibadah itu

sebenarnya ada macem-macem ya, jadi harusnya enggak gampang

dong untuk bilang kalo itu salah, bid‟ah, sesat. Lihat dulu macem-

macem penafsiran itu, kalo sudah liat terus keyakinannya beda,

silahkan aja kerjakan ibadah sesuai kepercayaan masing-masing.

Peneliti Kalo kegiatan agama yang suka dibilang

Peneliti Intinya mah jangan saling ganggu aja ya ustadz ?

Informan Iya dong harus punya rasa toleransi sama sesama umat, jangan malah

memecah belah.

Peneliti Menurut ustadz sendiri apa yang dilakukan jamaah Salafi itu bisa

memecah belah ?

Informan Orang-orang Wahabi ini suka memecah belah umat ya, yang tidak

sepaham dengan mereka dibilang ahlu bid‟ah, sesat, bahkan dibuku

ulama besarnya pun NU dikategorikan kelompok sesat karena

hizbiyyah (berorganisasi), ini kan enggak bener ya, masa organisasi

NU yang isinya ulama-ulama shalih dibilang sesat. Kalo ulama-ulama

dulu itu sesat enggak mungkin punya pengikut sampai segini

xliv

banyaknya. Ulama itu harus dijunjung tinggi loh karena dia kan

pewaris nabi, bukan malah dihina, kalau mereka menghina ulama

justru mereka sendiri yang sesat. … sikap mereka (Salafi GIS

Sunnah) di masyarakat itu tertutup banget ya, gak ngumpul sama

orang yang sepemahaman sama mereka aja. Kalo rapat RT aja mereka

enggak pernah dateng.

Peneliti Berarti mereka enggak mau berbaur gitu sama tetangga ya ?

Informan Enggak pernah saya liat waktu itu mereka ngumpul-ngumpul untuk

ngobrol sama tetangga, ya paling sama sesame jamaahnya aja.

Peneliti Kalo sekarang gimana ustadz masih kaya gitu ?

Informan Udah mulai berkurang si, kadang-kadang rapat RT mereka juga suka

dateng.

Peneliti Oh iya, dulu pas jamaah Salafi masuk ke Griya, mereka langsung

mendakwahkan ajaran Salafi ?

Informan Awalnya kita pikir ustadz-ustadz yang biasa ngisi kajian disini kaya

ustadz AM dan ustadz RD itu sejalan dengan pemahaman Aswaja

(NU), karena dulunya mereka ikut-ikut aja kegiatan di masjid, maulid

ikut, tahlilan ikut, yasinan baca rawi ikut. Tapi tiga bulan sebelum

bulan Desember itu, saya perhatikan ko dakwah mereka cenderung

ngebahas ritual ibadah di masjid bid‟ah ya, kaya yasinan bid'ah,

xlv

maulid bid'ah, doa bersama bid'ah. Awalnya saya diamkan saja, nah

baru pas ada ada perdebatan di forum itu, saya dan ustadz-ustadz sini

mulai paham kalo mereka terpengaruh paham Salafi (Wahabi), karena

ciri-ciri kelompok Wahabi kan suka membid‟ahkan amalan NU.

Sebelum ada masalah itu, disini juga memang sudah ada orang yang

berpemahaman Wahabi, dia pak AM dan pak TG, dua-duanya aktif

salat di masjid-masjid NU. Mungkin aja karena mereka ustadz RD

dan SM berubah.

Peneliti Menurut ustadz sendiri, apa keberadaan kelompok wahabi bisa

merubah pemahaman agama masyarakat ?

Informan Menurut saya sih iya, soalnya mereka gencar melakukan dakwah ke

beberapa kelompok masyarakat, mulai dari RW, kelompok panahan,

sampai kelompok bela diri. Contohnya masyarakat blok P aja

berangsur-angsur mulai berubah, tidak pernah ikut pengajian bareng,

atau acara keagamaan dilingkungan sekitar seperti acara tahlil, aqiqah,

dsb. Jadi menurut saya, kelompok wahabi punya pengaruh untuk

ngerubah praktik ritual keagamaan di masyarakat.

Peneliti Lalu bagaimana cara ustadz menjaga jamaah dari pengaruh dakwahi

wahabi?

Informan Kita berusaha mengawasi serta membatasi pergerakan dakwah

Wahabi di beberapa masjid/mushola GIS, kami juga di bantu oleh

xlvi

pihak FKPM yang khawatir dengan adanya perubahan corak

keagamaan masyarakat menjadi lebih radikal. Saya selalu sampaikan

agar masyarakat lebih berhati-hati dalam memahami pemahaman

yang berusaha menjadikan agama sebagai ideologi perlawanan.

Peneliti Ada cara lain ustadz misalnya membuat kegiatan-kegiatan ?

Informan Kami paling menggiatkan kegiaran-kegiatan keagamaan di

masjid/mushola seperti yasinan, baca rawi, kalo dibulan puasa kita

adain lomba MTQ buat remaja-remaja, mengadakan Nuzulul Qur'an,

supaya masyarakat paham dan terbiasa ini loh budaya keagamaan kita

di masyarakat.

Peneliti Penyelesaian konflik dengan kelompok Wahabi dilakukan dengan

cara apa ustadz ?

Informan Waktu itu sudah ada mediasi dari pihak FKPM kalo enggak salah 16

September 2016 di masjid Al-Ihsan, soalnya warga disini udah mulai

paham kalau ustadz-ustadznya lagi enggak akur, mereka pengen

suasana keagamaan disini balik lagi kaya dulu yang enggak ada

permusuhan, enggak ada aksi saling sindir, makanya mereka

mendesak membentuk FKPM untuk mengadakan pertemuan kedua

belah pihak. Pada saat itu, kita diminta untuk nyampein masalahnya,

kita cuma minta ulama salafi jangan ngebahas masalah bid‟ah di ritual

ibadah kita, soalnya saat mereka bahas begitu toleransi umat akan

xlvii

terpecah, masyarakat sini sudah percaya dengan ritual ibadah NU, jadi

jangan diganggu lagi.

Peneliti Itu mediasi pertama sudah bisa menyelesaikan konflik ustadz ? ada

kesepakatan tertulis enggak ?

Informan Mediasi pertama belum efektif ya, makanya warga ngadain mediasi

kedua. Mediasi kedua warga memang ikut terlibat menyampaikan

keluh kesahnya, banyak yang menyayangkan aksi saling hujat

kemarin antara kami dengan jamaah Salafi GIS Sunnah… tapi karena

warga bilang begitu, kami pihak yang berkonflik jadi saling intropeksi

diri, mengakuin kesalahan. Di forum itu, kami meminta maaf karena

telah salah menilai ajaran salafi, dan kami menginginkan agar

toleransi dengan teman-teman salafi ini bisa diupayakan kembali

supaya mereka bisa membantu pengajaran agama di setiap masjid.

Kesepakatannya sih enggak tertulis ya.

Peneliti Oke ustadz terimakasih atas informasinya.

Informan I : iya sama-sama de

Nama : FJ

Status : Ulama Nahdatul Ulama

Hari/Tanggal : Kamis/20 April 2018

Waktu/Tempat : Pukul 20.00 WIB/Masjid Darusalam

xlviii

Peneliti Assalamu'alaikum ustadz maaf sebelumnya mengganggu, saya mau

tanya tanya tentang kondisi keagamaan masyarakat di lingkungan

Masjid Darusalam. Ustadz keberatan gak ya untuk ditanya-tanya?

Informan oh iya gak papa ko de

Peneliti Sejak kapan si ustadz masjid Darusalam berdiri ?

Informan Warga blok Q kan punya fasum luas ya, waktu itu emang enggak

kepake apa-apa. Sebagai ketua RT saya menyarankan gimana kalo

dibuat masjid saja, dana nya nanti kita kumpulin dari sumbangan

masyarakat. Alhamdulillah memang ada aja si mas yang sumbang

semen, baja ringan, genteng, dan karpet masjid … Awal tahun 2014,

masjid ini udah berdiri 80%, udah bisa dipake buat salat, dan bikin

kegiatan masjid, ketika itu saya diamanahkan untuk menjadi ketua

DKM disini. Adanya pengurus masjid kan enak bisa ngatur jadwal

ibadah keagamaan rutin di bulan biasa dan bulan Ramadhan supaya

bisa terlaksana dengan baik, terus andaikan masyarakat punya acara

keagamaan dirumah seperti slametan, arwahan, aqiqahan bisa di

fasilitasi sama pihak masjid untuk pengadaan ustadznya.

Peneliti Kalo disini kebanyakan warganya mengamalkan pemahaman NU ?

Informan Iya memang warga sini ngamalin ajaran NU, tetapi ada juga yang

ngamalin ajaran Salafi/Wahabi.

xlix

Peneliti Kalo ajaran Salafi menurut ustadz sendiri seperti apa ?

Informan Menurut saya kelompok Wahabi itu punya ajaran agama yang berbeda

dari warga sini. Dikit-dikit mereka bilang bid'ah ke kegiatan

keagamaan kita, makanya ustadz-ustadz disini kurang suka dengan cara

dakwah mereka.

Peneliti Memang sejak kapan kelompok Wahabi itu masuk ke wilayah sini ?

Informan Mereka itu masuk sini September 2015 ya, pertama si enggak keliatan

kalo itu Wahabi, lama kelamaan mulai keliatan karena mereka suka

bid'ahin kegiatan keagamaan di mushola kaya ngaji yasinan bid'ah,

maulid bid'ah, doa bersama bid'ah, dari situ ustadz-ustadz sini mulai

paham kalo itu kelompok wahabi. Makanya kita buru-buru buat DKM

takutnya kegiatan agama mereka makin besar dan gak ada yang

mengkontrol dakwahnya, ustadz sini takut kalo mereka membahas

khilafiyah, dan masyarakat jadi militan Islamnya. … kalo salat di

masjid, mereka tuh enggak pernah ngumpul untuk doa bareng, abis

salat langsung aja pulang salam-salam pun enggak. Warga sini

mikirnya kan mereka kaya gak mau berbaur dengan orang lain, tertutup

lah orangnya. Padahal kalo sehabis sholat, kita doa terus salam-

salaman tujuannya ya supaya jamaah satu sama lain saling kenal, oh ini

warga blok ini, blok itu, makanya kalo mereka kaya gitu kan gimana

orang lain mau kenal.

l

Peneliti Kalo sikap mereka di masyarakat gimana ustadz ?

Informan Emang sifat mereka tertutup banget ya sama warga sini ?

Peneliti Mereka tertutup banget ya. Contohnya SM dan RD setelah punya

pemahaman Salafi jadi enggak bisa toleransi sama kegiatan keagamaan

kita, misalnya kalau kita undang pengajian yasinan, tahlilan atau

maulid nabi, mereka enggak pernah datang. Kalo masyarakat ngadain

acara slametan dan arwahan, kami selalu nawarin mereka untuk gantian

ngisi dakwah, tapi lagi-lagi mereka tolak, bahkan datang pun eenggak.

Jadi kesannya menutup diri banget gitu dengan lingkungan.

Peneliti Emang permusuhannya karena apa si ustadz ?

Informan Ketika kami hendak mengganti ketua DKM masjid Darusalam, kira-

kira bulan Desember 2015. Sebelum pemilihan ketua baru, saya selaku

ketua DKM lama mengadakan acara diskusi dulu buat kegiatan masjid.

Para alim ulama, tokoh masyarakat dan masyarakat GIS ngasih

masukan untuk kegiatan masjid ke depannya, soalnya kan kegiatan

masjid gini-gini aja, masih belum rame lah. Awalnya si acara tersebut

berjalan baik aja, tetapi pas ngomongin rencana kegiatan masjid untuk

satu tahun ke depan ko jadi saling ribut, khususnya antara ustadz YP

dan ustadz RD. Ustadz RD mengusulkan “kegiatan-kegiatan kaya

maulid Nabi, Isra Miraj ditiadakan saja karena kurang manfaat bagi

umat”, tetapi ustadz YP berpendapat kalo “kegiatan perayaan hari besar

li

Islam jangan dihilangkan, justru harus tetap dilakukan supaya umat

nginget peristiwa sejarah Islam, sekalipun kurang banyak dalil yang

menjelaskan tentang hal tersebut. Tetapi maulid Nabi ini kan kegiatan

yang paling diminati oleh masyarakat, selain tahlilan, dan dzikir

bersama, makanya jelas ada manfaatnya bagi kemakmuran masjid”.

Mulai dari situ deh bales-balesan pendapat, dan terpaksa acaranya

diselesaiin lebih cepat, supaya gak jadi keributan.

Peneliti Terus waktu konflik dengan kelompok Salafi, warga sini ikut

berkonflik ustadz ?

Informan Waktu konflik dengan jamaah Salafi, terasa banget dukungan warga

untuk berhentiin dakwah mereka. Berkali-kali kita adain perkumpulan

untuk ngebahas bukti-bukti ceramah provokatif yang diucapkan ulama

Salafi supaya bisa nunjukin ke FKPM kalo dakwah mereka berhak

diberhentiin. Selama ngumpulin bukti itu masyarakat jadi rajin ngasih

tau kita kalo ceramah ustadz-ustadz Salafi ini itu, mereka rekam juga.

Makanya selama konflik aturan-aturan di masjid lebih diperketat

terutama soal ceramah kaya gimana yang boleh disampein ke

masyarakat. Jangan sampe ceramah-ceramah yang disampein malah

menyinggung kegiatan ibadah yang ada di masjid.

Peneliti Memang warga sini enggak suka ya dengan dakwah mereka ?

Informan Enggak suka, soalnya mereka suka menghina ulama-ulama yang sering

lii

berdakwah disini

Peneliti Menghinanya gimana ustadz ?

Informan Suka nuduh yang enggak-enggak aja si, suka bilang kita menyimpang,

ngikutin syiah, itu kan penghinaan banget ya.

Peneliti Ustadz sendiri taunya dari siapa ?

Informan Dari jamaah yang ikut pengajian mereka

Peneliti Memang kalo jamaah NU ikut pengajian mereka, enggak dicurigain

ustadz ?

Informan Jamaah yang ikut pengajian mereka (Salafi), kita tanya-tanya aja disana

diajarin apa, ngomongin apa, takutnya mereka jadi kebawa kan

omongan mereka … kalo buat jamaah yang jelas-jelas sudah ikut

pemahaman Salafi kaya RD dan SM itu kita keluarin dari

kepengurusan masjid dan jangan sampai ikut pengajian atau ngisi

dakwah di masjid kita.

Peneliti Oh gitu, terus konfliknya udah selesai sekarang ?

Informan Udah si, soalnya kan waktu itu udah ada mediasi antara kita sama

mereka

Peneliti Mediasinya dimana ustadz ?

Informan Pertama si di masjid Al-Ikhsan, terus kedua di masjid Ahsanu Amala.

liii

Peneliti Yang ngadain mediasi kelompok NU sama Salafi ?

Informan Bukan, itu dibikin sama FKPM dan warga, karena mereka enggak mau

konfliknya berkelanjutan.

Peneliti Oke ustadz gitu aja, makasih ya

Informan I : iya sama-sama

Nama : TG

Status : Ulama Salafi GIS Sunnah

Hari/Tanggal : Rabu/25 April 2018

Waktu/Tempat : Pukul 19.30 WIB/Rumah TG

Peneliti Assalamu'alaikum ustadz, saya deni yang kemarin janjian mau

wawancara, hari ini ada waktu kan ustadz ?

Informan Oh iya iya temennya ustadz RD ya, mau wawancara tentang apa ?

Peneliti Ustadz sejak kapan berdakwah di Griya

liv

Informan Saya pindah kesini sekitar bulan Mei 2015 waktu itu memang udah

ada beberapa orang sunnah disini, ada usatdz SM, RD, dan AM yang

saya kenal karena sering ketemu di masjid Darusalam. Di Griya

sebenarnya sudah mulai banyak orang-orang sunnahnya cuma

terpencar aja, ada yang di blok P, T, Q, K dan D jadi seolah-olah

enggak saling kenal … makanya saya mengusulkan pas ngobrol

dengan ustadz AM, SM, dan RD, gimana kalau kita bikin kajian

sunnah, supaya kita bisa saling kenal dengan teman-teman sunah lain,

terus kita bisa belajar bareng, bisa manggil ustadz Salafi dari luar.

Mereka setuju karena memang di Gunung Sindur ini belum ada kajian

sunnah, kalau mau ikut kajian sunnah kita harus ke BSD atau

Pamulang dulu. Dari kesepakatan empat orang itu akhirnya kita mulai

ngerintis kajian sunnah sendiri, alhamdulillah waktu kajian pertama

tanggal 20 September 2015 di masjid Darusalam, lumayan rame lah

jamaah yang dateng, ada sekitar 30 orang. Pematerinya ustadz Atori

Husein Lc. yang menjelaskan materi shirah nabawiyah

Peneliti Oh jadi kelompok Salafi itu terbentuk tanggal 20 September 2015 ?

Waktu itu sudah ada jamaah Salafi disini. Sebenarnya disini sudah

ada ustadz RD, dan ustadz SM yang sudah punya pemahaman sunnah,

tapi cenderung belum berani ditampakan, karena mereka takut

dibilang beda dan ditolak, jadi yaudah deh mereka ikut kegiatan

keagamaan yang ada. Seiring berjalannya waktu mulai lah ada sedikit

lv

perubahan. Ustadz RD dan Ustadz SM mulai berani menampakkan

jati diri mereka. Mereka tidak mengikuti lagi praktik keagamaan yang

bid‟ah. Dan itu juga mulai menjadi semacam ancaman bagi ulama-

ulama NU. Seolah karena adanya pengajian salaf ini bisa merubah

karakteristik keagamaan seseorang. Padahal sebenernya ustadz SM

dan ustadz RD udah paham, cuma belum berani aja. Baru ketika saya

dan ustadz AM datang, mungkin mereka merasa punya teman, punya

orang yang bisa diajak berbagi, dan kita menyarankan untuk

meninggalkan kegiatan-kegiatan mereka. Ya akhirnya mereka benar-

benar meninggalkan ajaran tersebut

Informan Iya tapi itu kajiannya aja ya bukan kelompok, karena kita enggak

berkelompok.

Peneliti Terus salafi itu apa ustadz ?

Informan Salafi itu manhaj ya, atau cara beribadah sesuai dengan tuntunan nabi,

sahabat, tabi‟in, dan tabi‟ut tabiin.

Peneliti Oh, emang manhaj nya beda ya sama kelompok lain ?

Informan Ya beda dong kita kan ngikutin sunnah-sunnah nabi bukan yang

dilarang oleh nabi, kalo kelompok lain biasanya masih mengerjakan

perbuatan yang dilarang oleh nabi (bid‟ah).

Peneliti Memang kalo berbeda pemahaman gitu, gak ada penolakan dari

lvi

kelompok NU. Mereka kan mayoritas disini ?

Informan Sebelumnya perlu diluruskan dulu kelompok-kelompok agama yang

ada di Gunung Sindur. Pertama adalah kelompok orang yang memang

memiliki basic pemahaman Asy'ariah Maturidiyah. Kedua kalau

boleh saya klasifiksikan adalah kelompok awam. Seandainya mereka

ditanya salaf ya gak tau juga sedangkan ditanya NU tau, apabila

mereka di arahkan pun akan ikut ajaran yang ada. Jadi saya kurang

sepakat kalo dibilang di wilayah ini mayoritas NU, karena pada

hakikatnya mereka masih awam. Cuma terkadang orang-orang

tertentu menganggap bahwa orang-orang yang awam ini

kelompoknya. Hal ini juga terjadi di blok P, Q, R, T, dan blok-blok

Griya depan, itu hampir mirip masalahnya dimana kelompok awam

diakui sebagai kelompok NU. Ketiga adalah kelompok sunnah yang

orang katakan Salafi, selanjutnya ada lagi kelompok-kelompok kecil

disini ada LDII, ada anggota NII, itu yang baru saya temui disini, ada

lagi yang mengaji pada pemahaman Abu Jibril. Jadi disini kompleks

kelompok-kelompok keagamaannya.

Peneliti Kalo penolakan atau gesekannya ada enggak ustadz ?

Informan Iya ada, kita pernah bergesekan dengan jamaah NU, soalnya mereka

kan tinggal disini udah lama terus membangun masjid/mushola.

Mereka yang mengawali kegiatan keagamaan sehingga mereka

lvii

merasa sebagai tuan rumah yang harusnya mengelola masjid/mushola.

Kadang memang ada kekhawatiran yang berlebihan dari jamaah NU.

Mereka pikir dengan masuknya kelompok salaf ini jadi ada

ketegangan, jadi menguasai masjid/mushola. Kemudian mereka takut

kehilangan pengikut dan ajarannya tidak lagi diterima masyarakat.

Peneliti Itu karena masalah apa ya ustadz sampe mereka membubarkan kajian

salaf ?

Informan Iya mereka enggak suka kalo kita dakwah tentang amalan bid‟ah ke

masyarakat, terus mereka juga enggak suka kalo cara ibadah kita beda

dengan mereka.

Peneliti Contohnya gimana ustadz ?

Informan Contohnya saat saya kesini kan pas bulan Rajab, disini bertempatan

dengan nifsu syaban mereka ingin mengadakan solat tasbih. Padahal

belum apa-apa tapi kita sudah dibilang ini bukan bid‟ah kan, padahal

kita belum ngomong apa-apa, makanya ustadz NU sudah punya

persepsi awal bawa kegiataan keagamaan mereka akan dibilang

bid‟ah. Hal itu juga terulang di blok T, belum apa-apa udah menilai

orang, ini pasti A, ini pasti begini-begini. Padahal belum ada pola

komunikasi, dari awal mereka sudah ada persepsi bahwa kelompok

Salafi harus dikhawatiri. Ketidakadilan jelas mereka sampaikan

sebagai berikut orang-orang yang tidak mengikuti kegiataan

lviii

keagamaan masjid adalah sombong yang mesti keluar dari masjid, dan

jangan sampai orang-orang seperti itu menjadi imam. Sedangkan

kami tidak boleh untuk melakukan pembelaan kepada masyarakat.

Jamaah kami marah masa mau berdakwah dihalangin, dilarang, sampe

dibubarin, tapi mau gimana lagi ya mungkin udah jalan dari Allah.

Jadinya kita gak punya lagi tempat untuk buat pengajian, beberapa

kali pindah-pindah juga nanti di fasum perumahan, di sekertariat TK,

atau dirumah-rumah jamaah sebisa mungkin jalan aja dulu deh

pengajiannya. Tetapi pas kita diamanahin untuk mengurus masjid Al-

Bilal, alhamdulilah banget deh bisa bebas ngisi pengajian, setidaknya

enggak ada rasa khawatir dibubarin lagi

Peneliti Ketika sudah pindah ke masjid Al-Bilal kegiatan apa aja yang

dilakukan ustadz ?

Informan Contohnya saat saya kesini kan pas bulan Rajab, disini bertempatan

dengan nifsu syaban mereka ingin mengadakan solat tasbih. Padahal

belum apa-apa tapi kita sudah dibilang ini bukan bid‟ah kan, padahal

kita belum ngomong apa-apa, makanya ustadz NU sudah punya

persepsi awal bawa kegiataan keagamaan mereka akan dibilang

bid‟ah. Hal itu juga terulang di blok T, belum apa-apa udah menilai

orang, ini pasti A, ini pasti begini-begini. Padahal belum ada pola

komunikasi, dari awal mereka sudah ada persepsi bahwa kelompok

Salafi harus dikhawatiri. Masyarakat itu kalau boleh dilhiat berbeda

lix

antara Blok P dan Blok Q, contohnya di Blok Q ada ustadz YP,

sehingga Blok Q cenderung NU. Di blok P ada ustadz SM, tapi hanya

beberapa orang yang mengikuti kajian Salafi, karena sebagian besar

enggak paham, oleh karena itu terjadi kebingungan. Berlanjut dengan

malam ahad kami manfaatkan untuk membangun pengajian sunnah,

namun ada pemboikotan jamaah, dimana kami dituduh akan

menguasai masjid, padahal kami hanya ingin melakukan pengajian.

Akhirnya kami pindah melakukan pengajian di Ketika sudah pake

masjid Al-Bilal, kami mulai melebarkan sayap dengan merangkul

komunitas panahan yang sudah memiliki pemahaman salaf, saya juga

ketemu kelompok Tiffan yang 85% adalah orang-orang salaf,

akhirnya kami berkomitmen sebagai berikut setiap kegiatan tersebut

dijadikan ajang bagi syiar (dakwah). Jadi siapapun yang punya teman

di komunitas panahan atau Tiffan kita ajak buat masuk ke kajian

sunnah. Kalo mereka bisa ngajak temen untuk gabung ke kajian

sunnah kan lumayan jamaahnya jadi makin banyak. Blok T juga

meminta kami untuk mengisi kajian di masjid setempat.

Peneliti Kalo sekarang konfliknya sudah selesai belum ya ustadz ?

Informan Alhamdulillah sudah si, udah baik-baik aja, kita juga suka dakwah

bareng.

Peneliti Cara penyelesaian konfliknya gimana ustadz

lx

Informan Mediasi ya dari FKPM sama warga sini

Peneliti Bisa diceritain ustadz kaya gimana prosesnya ?

Informan FKPM sendiri yang mayoritas 95% anggotanya adalah tokoh

keagamaan NU, dan hanya 5% tokoh keagamaan Salafi termasuk

saya, waktu itu memang sempet ada pertemuan. Disana mereka

menyampaikan keluh kesahnya kepada kita, kalo enggak boleh bahas

bid‟ah lagi, kita pun karena dikeluhkan begitu sudah ngerti ya. Kita

juga mengeluhkan sikap mereka yang menutup akses kita untuk buat

kajian agama di masjid. Selanjutnya karena udah dianggap baik maka

dibikin deh tuh grup WhatsApp, gunanya untuk wadah komunikasi

dan berbagi ilmu saja. Tetapi grup itu ko malah digunakan untuk

nyebarin informasi tentang Wahabi lagi, padahal kan masalahnya

udah selesai, tapi seolah-olah diada-adakan lagi gitu, memang si

waktu itu berita Abu Bakar Ba‟asyir yang pindah penjara ke lapas

Gunung Sindur ramai dibicarakan, niat mereka sih baik mau memberi

tahu tentang pemikiran keagamaan Abu Bakar Ba‟asyir itu, tetapi ko

cenderung seolah-olah pembahasan mereka malah menjelek-jelekan

kelompok Sunnah juga, dengan menyamakan ideologi atau

penampilan kita dengan jamaah nya Abu Bakar Ba‟asyir. Sikap-sikap

jamaah NU tuh ngebingungin, disatu sisi kalo pengajian bersama,

mereka menyerukan persatuan umat, tetapi di sisi lain pengajian

mereka sering menjelek-jelekan kelompok salaf, yang membuat emosi

lxi

masyarakat terus memuncak kepada orang-orang sunnah.

Peneliti Oh, jadi FKPM dibentuk untuk menyelesaikan konflik ya ? tapi

kenapa ko konfliknya masih terulang lagi padahal udah mediasi ?

Informan Iya supaya konflik enggak makin gede, tapi ya gimana kalo rasa

enggak sukanya masih ada tetep aja bisa konflik si, namanya orang

kan de pasti ada rasa iri dan dengki. Waktu itu karena mediasi

pertama enggak berhasil, warga sini nuntut ke kedua belah pihak, kalo

emang masih berkonflik mending enggak usah tinggal disini aja,

karena khawatir nanti anak-anaknya takut ikut terpengaruh hal-hal

yang enggak baik, karena tuntutan tadi ya mau enggak mau kita

berdamai, buat kebaikan umat juga.

Peneliti Oh gitu, oke cukup ustadz terimakasih

Informan Iya sama-sama

Nama : MT

Status : Ulama Nahdatul Ulama

Hari/Tanggal : Rabu/25 April 2018

Waktu/Tempat : Pukul 20.00 WIB/Rumah MT

Peneliti Assalamu'alaikum ustadz maaf ganggu, saya mau izin tanya-tanya

lxii

tentang FKPM, kata ustadz YP, ustadz ketuanya ya ?

Informan Iya betul, ayo masuk sini.

Peneliti Makasih ustadz, oh iya saya mau tanya nih FKPM itu apa ya ustadz ?

Informan FKPM ini kan program gabungan dari setiap pengurus masjid Griya

Indah Serpong. Jadi FKPM ini ibarat wadah kita semua pengurus

masjid buat saling tukar pikiran tentang model dakwah kaya gimana si

yang bisa menarik minat masyarakat untuk rame-rame datang ke

masjid. Di 2015 kan kondisinya pengurus masjid suka sendiri-sendiri

ngadain acara agamanya, enggak ngundang-ngundang jamaah dari blok

lain. Saya sampaikan begitu waktu rapat dengan beberapa pengurus

masjid di masjid Ahsanu Amala, akhirnya mereka sadar kalo takutnya

acara agama di tiap masjid jadi terkesan dulu-duluan, saingan,

makanya kita buat deh FKPM tanggal 18 Maret 2016 supaya bisa

ngatur kegiatan dakwah dan acara agama di setiap masjid.

Peneliti Oh gitu, emang alasan dibentuknya karena apa ya ustadz ?

Informan Ya dulu bisa dibilang jamaah NU ada konflik ya dengan jamaah Salafi,

makanya FKPM dibentuk supaya setiap pengurus masjid bisa

membantu kegiatan mediasi kedua kelompok. Tujuan dibentuknya

FKPM untuk menyatukan ulama-ulama yang ada di GIS, karena di

FKPM mereka d bisa bagi-bagi ilmu, pengalaman, sekaligus kite bikin

acara yang memakmurkan masjid, kaya subuh keliling, program TPA

lxiii

di setiap masjid, dll.

Peneliti Jadi FKPM semacam wadah silaturahmi aja ya ustadz, tapi pengaruh

FKPM sendiri cuma ada di Griya aja atau sampe ke wilayah Gunung

Sindur lain ?

Informan Iya kaya gitu, kalo FKPM sendiri hubungannya bukan cuma di Griya

aja tapi ke masjid-masjid Gunung Sindur juga. Ustadz-ustadz yang

suka adain majelis talim, kajian subuh, khutbah jumat gak cuma dari

Griya tapi desa lain juga, bisa dibilang ustadz-ustadz disini macem-

macem de, dari mana aja, dan kita semua bisa saling kenal karena ada

perkumpulan ini.

Peneliti Maaf ustadz, kalo boleh tau konfliknya dengan kelompok salafi karena

masalah apa ?

Informan Masalahnya si beda penafisiran misalnya beda pendapat tentang Ahlu

Sunnah atau amalan bid‟ah.

Peneliti Emang kalo Ahlu Sunnah menurut jamaah NU dan Salafi gimana

ustadz ?

Informan Ahlu Sunnah itu umat pilihan ya, jadi yang masih percaya dengan Al-

Qur‟an, Hadits dan empat imam madzhab itu masih disebut Ahlu

Sunnah Wal Jamaah, kecuali syiah yang memang enggak percaya sama

empat imam madzhab. Namun karena saking banyak orang yang

lxiv

menganggap dirinya Ahlu Sunnah, maka dibuatlah kriteria-kriteria

tertentu, salah satunya yang dimaksud Ahlu Sunnah kalo bisa jadi suri

tauladan bagi orang-orang di sekelilingnya. Kalo pake kriteria ini kan

jadi kelihatan tuh mana yang dianggap Ahlu Sunnah mana yang udah

keluar dari kriteria itu. Sekarang kan banyak orang yang menselisihi

makna sunnah itu sendiri. Contohnya ada kelompok agama yang

mengaku ingin menegakan sunnah-sunnah rasul, ingin memberantas

kemusyrikan, tapi mendakwahkan masalah itu dengan menyakiti orang

lain, menghina ajaran kelompok lain, ini kan enggak bener ya …

makanya ulama-ulama NU jangan sampai berdakwah dengan cara kaya

gitu, kita harus berdakwah dengan menghargai ajaran umat lain,

golongan lain, atau kelompok lain, jangan sampai menyinggung, atau

menghina ajaran agama orang lain. Perilaku kaya gitu justru akan

menjauhkan kita dari kriteria Ahlu Sunnah itu sendiri

Peneliti Oh gitu, kalo perbedaan pendapat tentang amalan bid‟ah biasanya

tentang apa ustadz ?

Informan Biasanya si karena masalah tahlilan ya, soalnya tahlilan suka dilakuin

disini terutama kalo ada warga yang meninggal ya. Biasanya keluarga

mayit minta tolong pengurus masjid untuk kasih tahu ke semua warga

kalo rumahnya mau ngadain tahlilan, terus pengurus masjid infokan ke

ustadz-ustadz yang mau ngisi acara itu, kalo ustadznya siap ya tinggal

jalan … Tahlilan biasanya kita baca surat yasin dan doa tahlil yang

lxv

dikirimkan buat si mayit, terkadang warga yang belum sempet ta‟ziyah,

pas tahlilan juga bisa ta‟ziyah … Tahlilan sendiri sebenarnya gak ada

dalil yang menjelaskan ya, karena sunnahnya kan ta‟ziyah, tapi

kegiatan ini enggak langsung salah gitu aja, masih ada manfaatnya buat

keluarga atau masyarakat, dengan tahlilan silaturahmi, kepedulian

warga kepada tetangganya jadi terjalin, yang dilarang itu kalo tahlilan

memberatkan keluarga mayit untuk menyediakan makanan kepada

jamaah, tapi kan yang terjadi disini warganya Alhamdulillah guyub.

Kalo ada kematian pengurus RT, ibu-ibu PKK langsung sigap

ngebantuin keluarga mayit baik dari makanan, bantuan uang, dsb

Peneliti Kalo masalah tentang doa qunut ada enggak ustadz ?

Informan Ada si di kalangan jamaah, sebenernya si itu enggak harus jadi masalah

ya karena doa qunut itu emang sunnah, bukan wajib hukumnya, jadi

boleh dikerjain, boleh enggak. Kalo jamaah sini sih kebanyakan ya

pake qunut, alasannya doa qunut itu udah masuk dalam rangkaian salat

subuh jadi kalo kita enggak ngerjain atau lupa ya sujud sahwi, terus

enggak ada salahnya juga kan kalo kita baca doa qunut, itu sunnah

nabi, kan ada ganjaran pahalanya. Toh nabi aja baca qunut selama satu

bulan hingga beliau meninggal dunia, penjelasannya ada di hadits

Annas bin Malik, kamu bisa cek sendiri … emang ada beragam

penafsiran ya soal hadist ini, orang-orang yang pake mazhab hambali

dan maliki itu enggak baca doa qunut waktu salat subuh, ya sah-sah

lxvi

saja si karena mereka menafsirkan doa qunut itu dibaca kalo ada

musibah aja, diluar itu ya enggak usah dibaca, itu hadistnya sama dari

Annas bin Malik. Perbedaan penafsiran kaya gitu kan mungkin aja

terjadi, ini harusnya dipelajari, bukan untuk cari tau kebanarannya,

bukan, tapi supaya kita bisa menghargai saudara kita sesama muslim

yang enggak qunut, ohh alasannya begini begitu toh, jangan sampe

masalah kaya gini aja dibesar-besarin, digunjing ketika ada saudara

muslim yang melakukan atau tidak doa qunut ini.

Peneliti Adanya perbedaan itu, bikin kelompok NU menolak dakwah Salafi

enggak si ustadz ?

Informan Sempet ada penolakan dari warga karena mereka masih buat kajian di

masjid Baitul Mukhlisin. Padahal saat itu saya udah bilang kepada

mereka untuk berhenti dulu kajiannya, karena ada beberapa jamaah

yang tidak suka dengan kehadiran mereka. Tetapi mereka tetep buat

kajian disini, terpaksa kita bubarkan. Sebelum ngebubarin kajiannya

kita dialog dulu dengan mereka, tapi karena dialog itu buntu ada

sebagian orang yang kepancing emosinya, beruntung buru-buru kita

lerai jadi tidak ada keributan fisik. Setelah ada kejadian itu, mereka

mulai pindah kajiannya gak disini lagi.

Peneliti Lalu cara ustadz dan teman-teman untuk melindungi diri dari dakwah

Salafi itu gimana, misalnya membatasi aktivitas dakwah Salafi gitu

lxvii

Informan Kalo keputusan membatasi pengajian kelompok Wahabi itu

kesepakatan ulama-ulama di FKPM ya supaya mereka tidak mendapat

peran penting di masjid/mushola. Semenjak konflik itu, kita rutin

ngadain kegiatan di masjid kaya latihan marawis buat remaja, terus

pengajian Al-Qur‟an kita giatin lagi, supaya masyarakat selalu dateng

ke masjid dan gak ikut kajian-kajian Wahabi.

Peneliti Oh iya ustadz kan FKPM membantu mediasi kelompok NU dan Salafi

ya, itu gimana si proses mediasi nya ustadz ?

Informan Iya karena banyak tuntutan dari masyarakat supaya konflik cepet

diselesaiin, makanya kita berunding tuh mulai dari bulan Maret sampai

bulan Agustus 2016, kita ngumpulin bukti-bukti dulu dari kedua belah

pihak, mana si yang tergolong ceramah provokatif atau bukan. Setalah

buktinya ada ya kita ngadain mediasi pertama tuh tanggal 16

September 2016, disitu saya udah mikir kayanya udah kondusif deh

masalahnya, karena emang setelah mediasi, seminggu itu enggak ada

aksi sindir-sindirian lagi. Ehh pas ada informasi jamaah Abu Bakar

Ba‟asyir yang dipindahin ke lapas Gunung Sindur, itu jadi ribut lagi

karena jamaah NU salah paham, takut kelompok Salafi ngebantu

mereka.

Peneliti Terus gimana ustadz ?

Informan Masalahnya jadi keruh lagi, terutama saling balas balasan sindiran di

lxviii

grup WhatsApp FKPM, terus besoknya di ceramah-ceramah balik lagi

kaya gitu. Warga yang emang udah enggak suka banget sama konflik

ini, akhirnya turun tangan sendiri ngadain mediasi kedua kelompok.

Peneliti Sekarang konfliknya tapi udah selesai ustadz ?

Informan Udah si, sekarang baik-baik aja, udah normal lagi.

Peneliti Oke cukup ustadz, terimakasih informasinya

Nama : AM

Status : Ulama Salafi GIS Sunnah

Hari/Tanggal : Minggu/30 April 2018

Waktu/Tempat : Pukul 16.00 WIB/Masjid Baitul Mukhlisin

Peneliti Assalamu‟alaikum ustadz, sesuai janji kita kemarin, bisa wawancara

disini kan ?

Informan ya iya bisa.

Peneliti Ustadz saya mau nanya nih tentang awal perkembangan kelompok

Salafi GIS Sunnah ?

Informan Oh, sebelum bahas GIS Sunnahitu saya perlu tekan kan ya bahwa kita

ini bukan kelompok, cuma perkumpulan biasa aja yang kebetulan

lxix

punya tujuan dakwah sama, kita sama-sama pengen mendakwahkan

manhaj salaf yang nenurut kita manhaj yang paling bagus untuk

kondisi umat sekarang. Dari pertama saya tinggal di Gunung Sindur

belum ada tuh kajian Sunnah, makanya mumpung orang-orang Sunnah

udah banyak kita bentuk kajian aja supaya di Gunung Sindur ini punya

kajian Sunnah juga. Awal perkembangan GIS Sunnah sih cukup bagus

ya, minat masyarakat belajar ilmu agama cukup tinggi, makanya kita

bantu dengan menguatkan pemahaman tauhid mereka, agar mereka

terhindar dari perbuatan-perbuatan yang sebenarnya tidak perlu

dikerjakan dalam agama (bid‟ah), atau kita juga bantu meluruskan

pemahaman agama yang masih subhat.

Peneliti Oh jadi bukan kelompok ya, cuma perkumpulan pengajian aja. Tapi

kalo mau ada pengajian ada yang koordinir ustadz ?

Informan Iya ada, koordinator kajiannya itu ustadz TG, dia tugasnya ngundang

ustadz-ustadz Salafi dari luar Gunung Sindur. Terus ustadz RD itu

bendahara yang ngurusin pemasukan uang infaq. Kalau saya dan ustadz

SM tugasnya ngajak masyarakat untuk ikut kajian sunnah lewat

WhatsApp atau Facebook.

Peneliti Bentuk kajian Sunnah sendiri itu bagaimana ya ustadz ?

Informan Seperti kajian pada umumnya aja, ada pendakwah dan pemateri,

macam antum belajar di kelas. Peserta kajian juga berhak melakukan

lxx

pertanyaan atau meluruskan jika memang dakwah yang disampaikan

kurang berkenan. Apa yang kita sampaikan di kajian juga tematik,

dibuat materi-materi yang disesuaikan dengan problem kehidupan umat

berdasarkan kitab Riyadus sholihin dan Blughul Muhrom.

Peneliti Lalu dalam perkembangan dakwah GIS Sunnah ada hambatan-

hamabatan yang muncul gak ustadz ?

Informan Iya pasti ada dong, di setiap penyebaran ajaran agama selalu ada

halangan, nabi aja dulu menyebarkan Islam banyak ditentang oleh

bangsa Quraisy. Sekarang kita sebagai pemegang teguh ajarannya juga

pasti mendapat tentangan dari orang-orang yang belum mengerti

dakwah Sunnah. Penolakannya kaya kajian kita dilarang, ulama-ulama

kita dituduh sesat karena menyampaikan larangan melakukan

perbuatan bid‟ah. Pokoknya ada aja deh disini, tuduhan pribadi ke saya

pun sering dikira saya suka pengaruhin orang jadi radikal.

Peneliti Memang kenapa dakwah GIS Sunnah sampe ditolak ustadz ?

Informan Ada beda pendapat ya antara kita sama jamaah NU, kalo enggak mau

ditolak ya kita harus ngikutin amalan ibadah mereka, dan itu kan

enggak mungkin ya karena bertentangan dengan ajaran Salafi, masa

perbuatan bid‟ah diikutin.

Peneliti Memang kenapa ustadz ko enggak boleh diikutin perbuatan bid‟ah,

nanti kesannya jamaah sunnah enggak mau berbaur lagi dengan

lxxi

masyarakat ?

Informan Kita ini punya prinsip Al-Wala wa Al-Bara jadi orang-orang yang baik

akhlak dan ibadahnya harus diikuti, sedangkan yang gak baik jangan

diikuti dan harus ditinggalkan, itu kan Al-Bara. Saya sendiri kalo jalan

ketemu bapak-bapak disini lagi ngumpul, ngobrol sekedar nyapa aja,

gak berhenti ikut ngumpul. Kalo ikut ngumpul kan percuma juga

apalagi kalo ngobrolnya ngomongin orang, mending dirumah aja

banyak-banyak ibadah, berdzikir. Terus acara-acara tahlilan, arwahan,

tawasulan itu juga orang salaf gak pernah ikut soalnya tidak ada dalam

syariat Islam, jadi harus kita jauhin. Tapi kalo ulama-ulama NU

ngadain kegiatan bedah buku atau bedah kita, orang-orang salaf suka

ikut karena itu kegiatan yang baik menurut kita.

Peneliti Terus katanya disini ustadz pernah dapet pengalaman enggak enak ya

pas jadi imam subuh, itu bisa diceritain enggak ustadz ?

Informan Saat saya ikut salat subuh di masjid Baitul Mukhlisin ketika itu

imamnya lupa untuk qunut, nah selepas salam mereka semua sujud

sahwi termasuk saya. Saya mau tidak mau ikutin, kan saya makmum

jadi ikutin apa yang dikerjakan Imam. Tetapi ketika saya dikasih

jadwal untuk imam subuh di masjid Baitul Mukhlisin, saya gak baca

qunut, karena saya terbiasa tidak baca qunut, selepas shalat saya

pulang, tapi jamaahnya ko subuhan lagi, dari situ saya nyimpulin

lxxii

mungkin salat sama saya enggak sah karena qunutnya kurang

Peneliti Terus ada penolakan lain gak ustadz ?

Informan Ada waktu saya lagi mau ngadain kajian di masjid baitul mukhlisin,

tiba-tiba warga berbondong-bondong ngelarang kajian kita dimulai,

padahal kita udah izin sama pihak dkmnya untuk buat kajkian disitu,

tapi ada aja provokatornya yang gak suka kajian kita diadain di masjid

tersebut.

Peneliti Emang menurut ustadz siapa yang paling keras nolak dakwah Sunnah

disini ?

Informan Jamaah NU itu aneh, sama kita aja sikapnya keras, kalo dikit-dikit

enggak suka dengan ceramah kita, dibubarin kajiannya kaya di masjid

Baitul Mukhlisin dan di TPQ Al-Fath waktu itu sampe kita enggak

boleh ceramah lagi, seolah-olah mereka yang tentuin siapa aja yang

boleh atau enggak boleh dakwah di Griya. Kalo caranya seperti itu ya

gimana disebut umat yang toleran, kalo orang dakwah aja masih

dihalangi, dibatasi … pernah saya sudah ada janji untuk ngisi khutbah

jum‟at di masjid Baitul Mukhlisin, sesudah sampe sana DKM nya

bilang sebagai berikut saya digantiin sama ustadz lain sesuai arahan

FKPM, dari situ saya udah enggak mau ngisi pengajian disana. Ustadz

YP, dia juga suka buat prasangka ke orang-orang Sunnah, bahwa kita

ini nyebarin paham khilafiyah, suka membid‟ahkan orang, sampe kita

lxxiii

dituduh wahabi yang suka memecah belah umat, sehingga masyarakat

takut ikut kajian kita.

Peneliti Emang anggapan masyarakat sini sama wahabi tuh gimana si ustadz ?

Informan Pandangannya itu orang-orang yang keras, menutup diri dari pergaulan,

suka memusuhi orang, bahkan yang tidak sepaham tidak segan-segan

mereka bunuh, seperti yang ditulis di buku Syaikh Idahram, antum bisa

baca sendiri. Nah ulama-ulama NU pakai buku itu untuk menjatuhkan

nama baik orang-orang Sunnah.

Peneliti Prasangka itu memang disampaikan secara langsung ustadz ?

Informan Setau saya si langsung karena saya denger sendiri bahwa ada kajian

dengan tema siapa itu wahabi di baitul mukhlisin, ustad YP langsung

yang isi kajian tersebut, dia ngajak jamaah majelis ta‟limnya untuk

dengerin bedah buku sejarah berdarah sekte Wahabi karya Syaikh

Idahram.

Peneliti Kalo penolakan secara pribadi misalnya face to face gitu antara ustadz

sama ulama-ulama NU?

Informan Kalo di depan si gak pernah tuh bahas-bahas masalah wahabi ini itu,

justru dibelakang kita mereka ceramah ngejatohin nama baik kita.

Peneliti Ustadz sendiri menyikapi masalah itu gimana ?

Informan Saya si gak ambil pusing ya, Alhamdulillah sih masyarakat sini bisa

lxxiv

menilai mana yang baik mana yang eenggak, toh adanya kejadian itu

enggak berpengaruh ke aktivitas dakwah kita ko. Malahan dengan

adanya kejadian itu, masyarakat makin mau tau kaya apa si ajaran kita

yang dibilang sesat. Ada juga beberapa orang yang minta penjelasan

mengenai manhaj salaf ke kita, dan alhamdulillah nya mereka ngerti

jadi bisa ngurangin tuduhan yang kurang baik buat dakwah kita.

Peneliti Terus sekarang konfliknya udah selesai belum ustadz ?

Informan Udah si kan waktu itu sudah mediasi

Peneliti Setelah konflik ada yang berubah gak dari kegiatan keagamaan

Informan Iya ada si kita sekarang jadi suka ngisi kajian bareng sama ulama-

ulama NU, kadang-kadang acara tabligh akbar bareng juga. Tapi

memang ada yang berubah si di kajian kita, kajian setiap hari Selasa-

Jum‟at sekarang udah enggak ada ya, karena jamaahnya yang dateng

sedikit, pengurusnya juga udah pada sibuk kerja, jadi malemnya gak

bisa ngadain. Paling mungkin kajian emang cuma setiap minggu pagi

aja, soalnya pengurus kajian juga pada libur, jamaah yang dateng juga

rame… dulu mah waktu ada masalah dengan orang-orang NU setiap

hari ada pengajian soalnya jamaah kita banyak yang cerita soal

sindiran-sindiran yang mereka dapet, jadi dalam kajian itu ulama-

ulama bilangin jamaahnya supaya sabar dan gak kepancing emosi.

lxxv

Peneliti Oke cukup ustadz, terimakasih

Informan Iya sama-sama

Nama : JW

Status : Jamaah Salafi GIS Sunnah

Hari/Tanggal : Selasa/10 Juli 2018

Waktu/Tempat : Pukul 20.00 WIB/Masjid Baitul Mukhlisin

Peneliti Assalamu‟alaikum mas JW, saya boleh wawancara gak ?

Informan Mau nanya-nanya apa nih, hehe

Peneliti Santai aja mas, hehe gini kan mas JW salah satu orang yang udah

hijrah ke manhaj salaf, pengalamannya gimana si mas menilai orang-

orang Sunnah disini ?

Informan Awalnya si takut ya pas diajak ikut kajian salaf sama ustadz RD, saya

pikir dulu ini komplotan jamaah Islamiyah asuhan Abu Bakar Ba‟asyir

yang ada di penjara Gunung Sindur, dari tampilan fisik soalnya sama

kan mereka jenggotan, pake pakaian item-item ya saya takut.

Peneliti Terus gimana tuh mas beraniin diri ikut kajian Sunnah ?

Informan Waktu itu tau kajian GIS Sunnah dari temen yang juga ikut pengajian

lxxvi

ustadz SM dan RD. Katanya disana pengajiannya enak diajarin hadits

dan ceramahnya lebih serius, enggak banyak bercanda kaya ceramah-

ceramah lain. Saya jadi tertarik ikut, terus ikut-ikut terus lama-lama

jadi rutin. Menurut saya pengajian GIS Sunnah ini enak enggak ada

yang ngerasa “wah saya paling bisa, paling pinter”, jadi sama-sama

belajar, kalo ada temen yang salah penafsiran haditsnya, kita betulin

sama-sama berdiskusi mana yang paling mendekati benar dan

disepakati sama teman-teman sunnah

Peneliti Setelah ikut kajian Sunnah, emang mas JW gak takut dibilang beda

sama masyarakat, atau ikut-ikutan kena isu miring tentang wahabi

Informan Gimana ya den, kalo udah niat dalam hati mau hijrah mah insyallah

gak goyah si. Lagian gak ada salah nya kan ikutin ajaran yang bener

selagi gak pindah agama aja, ini kan masih satu agama cuma manhaj

nya aja yang beda.

Peneliti Terus mas JW dulu kan pernah ikut pengajian di ustadz MT, beliau

emang sering ngingetin masyarakat tentang bahaya paham-paham

wahabi ?

Informan Setiap malam ahad ba‟da Isya itu ada pengajian ulama NU di masjid

Baitul Mukhlisin, saya sengaja pingin ikut emang, soalnya pingin

dengerin aja, mumpung lagi enggak ngapa-ngapain kan di rumah. Yang

ngisi pengajian waktu itu ustadz MT, tema pengajiannya saya inget

lxxvii

judulnya “Memahami siapa itu golongan Ahlu Sunnah Wal Jamaah”.

Pembahasannya si awalnya benar-benar aja, beliau jelasin hadits-hadist

yang terkait masalah itu, salah satunya hadits Firqah Najiyah. Dijelasin

juga kriteria-kriteria orang yang bisa disebut sebagai Ahlu Sunnah, tapi

ujung-ujungnya ko ngomongin kita (Salafi GIS Sunnah). Katanya

“kelompok Wahabi bukan golongan Ahlu Sunnah, karena sering

mendakwahkan hadits-hadits dhaif yang sanadnya terputus tidak sampe

kepada nabi, makanya eenggak ada kesesuaian ajaran mereka dengan

sunnah-sunnah nabi”. Saya sendiri sih eenggak sepakat dengan

pernyataan beliau, karena mereka (NU) belum pernah tabayyun untuk

menanyakan masalah ini kepada kita, terus karena saya mikir sudah

gak baik ceramahnya, ya mending pulang aja

Peneliti Tanggapan mas JW sendiri setelah ngedenger ceramah tadi gimana ?

Informan Saya si kurang sepakat ya, maksudnya kan siapa Ahlu Sunnah juga kita

gak tau entah itu Salafi ataupun NU, yang penting nabi sendiri sudah

kasih petunjuk siapa yang mengikuti Sunnah dan ajaranku ya dia

termasuk Ahlu Sunnah gitu aja, masalah seperti itu gak usah dibesar-

besarkan, takut masyarakat lain malah salah sangka.

Peneliti Tapi kan isu miring tentang wahabi emang udah ada dari dulu ya mas

disini ?

Informan Iya emang dari dulu udah ada bahkan sebelum orang-orang Sunnah

lxxviii

disini ustadz-ustadz/kyai-kyai NU disini juga udah wanti-wanti supaya

gak ikut-ikutan paham wahabi, cuma pas kebetulan ada orang Sunnah

ya isu itu dibikin lagi dan disebarin di grup dkm-dkm masjid, sampe ke

grup RT juga ko di Whats app.

Peneliti Ko mas JW tau ?

Informan Saya kan dulu masuk grup DKM masjid Baitul Mukhlisin jadi tau, di

grup RT blok Q aja isu tersebut disebarin sama ustadz Yani.

Peneliti Terus perkembangan isu Wahabi sekarang ini gimana mas ?

Informan Udah gak ada si cuma saya dan teman-teman Sunnah ngerasa kalo

masyarakat jaga jarak sama kita, kaya ngobrol seperlu nya, dan kalo

kita usul buat apa-apa di masjid juga gak pernah di denger gitu.

Peneliti Tapi kan sekarang orang-orang Sunnah punya masjid sendiri ?

Informan Iya si , tapi karena jauh kan di depan jalan raya Pahlawan, jadi

sewaktu-waktu saya masih salat disini, temen-temen juga. Sehabis

konflik antara jamaah Sunnah sama ulama-ulama NU selesai, sedikit

banyak kita dilibatin dalam kegiatan DKM, tapi ya tetep usul kita gak

pernah direalisasikan.

Peneliti Kalo subuhan mas salat disini ?

Informan Subuhan ya saya lebih sering ke Al-Bilal si mas, itu juga kalo enggak

lagi mepet mau kerja, kalo udah mepet mah paling (shalat) di

lxxix

Darusalam atau Baitul Mukhlisin … soalnya gimana ya mas kalo di Al-

Bilal itu isinya orang-orang sunnah semua, jadi ya pasti enggak baca

qunut dan mereka ngerti, beda kan kalo solat di Darusalam kita enggak

qunut nanti anggapannya aneh, makanya kalo solat disana, pas baca

qunut kita ikutin gerakannya aja, tapi diem enggak ikut aminin

Peneliti Terus pas usul jamaah Sunnah gak direalisasiin, ada tanggapan gak dari

jamaah Sunnah ?

Informan Ya kita si udah tau kalo gak bakal bisa berkembang disana, jadi kita

Cuma mengusulkan aja, kalo usulan kita diterima Alhamdulillah,

enggak juga gpp, lagian kita juga fokus untuk memakmurkan masjid

sendiri, sama pengajaran Al-Qur‟an, Hadits, dan Takhosus di yayasan

Al-Fath.

Peneliti Setelah konflik tapi ustadz-ustadznya suka bikin acara agama bareng

gak ?

Informan Ada, saat acara tabligh akbar di lapangan fasum blok V bulan Maret

2017, kita seneng banget ya, ustadz-ustadz yang dulu bermusuhan, bisa

jadi duduk bareng membahas perkara ibadah dari sisi yang berbeda.

Alhamdulillahnya si pembahasan itu eenggak bikin mereka saling

tersinggung, soalnya masing-masing ulama baca kitab, jadi kalau ada

pandangan yang mungkin keliru bisa diluruskan dan disepakati bareng-

bareng. Permusuhan kemarin sudah jadi pelajaran bagi kita dan jamaah

lxxx

NU supaya tetap saling menghargai pendapat orang lain

Peneliti Oke cukup mas makasih atas waktunya.

Informan oke.

Nama : SB

Status : Jamaah Nahdatul Ulama

Hari/Tanggal : Sabtu/15 Juli 2018

Waktu/Tempat : Pukul 13.00 WIB/Masjid Darusalam

Peneliti Assalamu‟alaikum mas SB, saya boleh wawancara gak ?

Informan Boleh mau wawancara apa ?

Peneliti Tentang kondisi keagamaan di masyarakat sini aja si mas, emang mas

sendiri sudah lama tinggal disini

Informan Saya tinggal disini udah lama ya, mulai dari Juni 2016 lah. Kalo

kondisi keagamaan disini ya sejauh ini baik-baik aja meskipun dulu

pernah ada ribut-ribut juga dengan kelompok Salafi

Peneliti Emang ributnya karena apa mas ?

Informan Kelompok Salafi ngejelek-jelekin ajaran NU, itu si yang bikin jadi

ribut, karena jamaah NU merasa tersinggung dan marah.

lxxxi

Peneliti Ngejelek-jelekin nya gimana mas emang ?

Informan Di setiap ceramah mereka selalu gembar gemborin masalah bid‟ah ke

ajaran NU, seolah-olah kelompok NU tuh udah menyimpang banget.

Peneliti Mas sendiri merasa tersinggung ?

Informan Oh iya dong saya sendiri merasa tersinggung kalo ajaran NU dihina,

kalo ada yang ngejelek-jelekin NU pokoknya saya siap lah bela habis-

habisan.

Peneliti Bentuk penolakan yang pernah mas lakukan seperti apa ?

Informan Saya bareng warga lain pernah ya ngebubarin pengajian mereka di

masjid Baitul Mukhlisin, soalnya aneh aja mereka udah ditolak nih tapi

masih aja ngisi kajian disana. Terus waktu mereka kajian di TPQ Al-

Fath juga saya bubarin, soalnya pengajian mereka kan ngalangin jalan.

Peneliti Mas sendiri dibantu siapa buat ngebubarin itu ?

Informan Jamaah NU yang lain ya sama remaja masjid sini, sebelumnya ada

arahan dulu dari ulama sini kalo kita harus bantuin untuk berhentiin

dakwah Salafi.

Peneliti Oh begitu, katanya masalah doa qunut juga jadi rame ya disini ?

Informan Disini sih (Griya Indah Serpong) solat emang pake qunut ya, sama aja

kaya di masjid-masjid luar gitu, kalo solat pake qunut juga … soal

qunut ya pasti semua orang disini kecilnya udah diajarin setelah rukuk

lxxxii

(iktidal) doa qunut tuh mesti dibaca, biar lengkap solatnya. Kalo

masalah qunut dibaca atau enggak ya saya milih dibaca mas, soalnya

ajaran ulama-ulama dulu kan begitu, gak usah diubah-ubah lagi orang

udah bener ko. Salahnya disini malah cenderung digede-gedein

masalah itu, kalo kita qunut ya mereka aturan ikutin aja.

Peneliti Terus perkembangan isu Wahabi sekarang ini gimana mas ?

Informan Udah enggak ada, sekarang mah udah rukun ustadz-ustadznya

Peneliti Kalo masnya sendiri ngerasa ada perbedaan gak antara suasana konflik

dengan kondisi damai sekarang ?

Informan Iya beda si sekarang, semangat ibadahnya udah enggak kaya dulu

waktu adanya konflik, soalnya kan warga banyak yang dateng ke

masjid buat cari tau masalahnya

Peneliti Oh gitu, kalo mas sendiri masih ikut-ikut pengajian sekarang ?

Informan Sekarang saya mah ikut pengajian malam sabtu aja di Baitul

Mukhlisin, kalo pengajian harian udah jarang ya soalnya pulang kerja

udah cape, maunya istirahat di rumah aja … kalo dulu kenapa sering

ikut gitu ? ya karena saya pengen tau aja gimana si permusuhannya

waktu itu, apalagi kan katanya alim ulama NU dihina, dan dijelek-

jelekan, saya ikut marah lah, ada niatan buat ngebela ajaran kita dari

pengaruh dakwah Salafi itu, salah satu cara yang bisa saya lakuin ya

lxxxiii

ngeramein acara pengajian-pengajian di masjid.

Peneliti Tapi untuk pengajian hariannya masih ada kan ya mas disini ?

Informan Masih si cuma enggak serame dulu, paling rame mah kalo lagi puasa

aja atau lagi maulid, isra mi‟raj itu rame.

Peneliti Oke kalo gitu makasih ya mas

Informan Iya sama-sama

Nama : TS

Status : Ketua RW. 009

Hari/Tanggal : Sabtu/15 Juli 2018

Waktu/Tempat : Pukul 19.00 WIB/Rumah TS

Peneliti Assalamu‟alaikum pak, sesuai janji kemarin, hari ini saya bisa

wawancara kan ?

Informan Oh iya, yang dari UIN ya, mau wawancara apa emangnya ?

Peneliti Ini pak saya mau wawancara tentang konflik NU dan Salafi tahun

2016, bapak sendiri masih inget enggak kronologinya ?

Informan Inget si dulu itu sempet ada ya bentok fisik ya kaya dorong-dorongan

gitu di masjid Baitul Mukhlisin karena dakwah Salafi pengen dibubarin

lxxxiv

disana, tapi jamaahnya masih tetep bertahan di dalam masjid. terus

waktu pembubaran di TPQ AL-Fath

Peneliti Emang ributnya karena apa pak kalo boleh tau ?

Informan Saya kurang tau pasti kenapa ya, karena saya kan rumahnya di tahap

dua, dan masalahnya itu terjadi di tahap tiga, jadi saya juga jarang aktif

di masjid sana. Setau saya si itu salah paham aja, jadi ada salah

nangkep informasi, awalnya kelompok Salafi mau maulid dihilangin,

karena pikiran mereka boros, uangnya mending buat pembangunan

masjid aja, tapi kelompok NU enggak terima karena kegiatan itu udah

ada setiap tahunnya, nah disitu deh jadi salah paham, terus karena

ngomongin soal hukum-hukum agama akhirnya semakin panjang lebar

deh masalahnya.

Peneliti Oh gitu pak, itu konfliknya lama ?

Informan Lumayan mas ada kali satu tahun mah

Peneliti Selama konflik ada apa aja pak selain pembubaran tadi ?

Informan Paling ceramah-ceramah provokatif aja yang menyindir atau

menyinggung keyakinan dari kelompok lain. Bahas-bahas masalah

bid‟ah sama Aswaja-Aswaja gitu.

Peneliti Dari ceramah-ceramah provokatif itu masalahnya makin besar ya pak ?

Informan Iya itu makanya kan jamaah Salafi dilarang buat ngisi dakwah di

lxxxv

masjid Griya dulu, mereka bolehnya di masjid luar Griya, itu juga

dalam pengawasan FKPM si.

Peneliti Waktu itu penyelesaian konfliknya gimana pak ?

Informan Pertama si sama FKPM ya terus kedua kelompok disana juga bertemu,

cuma karena emang masalahnya jadi gede lagi, mau gak mau warga

desek saya buat nanganin konflik itu.

Peneliti Itu kenapa muncul lagi konfliknya pak ?

Informan Masyarakat sini gak tahu ya kenapa permusuhan waktu itu muncul lagi,

yang jelas adanya konflik itu bikin suasana di masjid tegang, dan

banyak aksi saling hujat menghujat. Pas konflik waktu itu, ulama-

ulama Salafi diperintahkan ngejauh dulu sama masyarakat gak ngisi

kajian di masjid-masjid sini, karena kalo mereka ngisi kajian disini bisa

ada keributan, sebelumnya aja ada aksi dorong-dorongan kan jamaah

Salafi dan NU pas pembubaran kajian di TPQ Al-Fath, malem-malem

lagi itu, untung bisa dilerai warga, kalo enggak pasti jadi ribut tuh.

Makanya warga yang udah khawatir banget sama konflik ini mendesak

RT, RW dan FKPM buat ngadain pertemuan dan menyelesaikan

konflik ini.

Peneliti Terus sikap bapa gimana saat di desak warga buat nanganin konflik itu

?

lxxxvi

Informan Saya langsung mau nanganin ya, soalnya kasian warga juga kalo setiap

hari liat ustad-ustadznya berantem mulu. Dari situ saya ngasih jalan

tengah gimana kalo jamaah Salafi gak usah bawa-bawa isu bid‟ah lagi.

Kalo emang bisa berarti jamaah NU gak boleh lagi haling-halangin

mereka untuk bikin kajian di masjid Griya. Untuk jamaah Salafi

mereka harus membantu ulama-ulama NU untuk berdakwah di

masyarakat, tapi tidak dengan menyinggung jamaah NU. Kalo sampai

menyinggung jamaah Salafi harus pindah rumah dari lingkungan

Griya.

Peneliti Kesepakatan itu bisa diterima pak ?

Informan Alhamdulillah bisa si, karena dari kedua kelompok udah ada niatan

mau damai. Jamaah NU dan Salafi bisa legowo dengan keputusan

tersebut, karena ini kan demi ketentraman kehidupan agama di GIS

juga.

Peneliti Setelah mediasi tersebut hubungan kedua kelompok sekarang gimana

pak ?

Informan Baik-baik aja si mereka suka ngadain kegiatan agama bareng, belum

lama puasa kemarin itu kan ngadain lomba tahfiz Al-Qur‟an yang

bombing ulama NU sama Salafi. Tabligh Akbar bulan Juni juga itu

dibikin berdua sama jamaah NU dan Salafi.

lxxxvii

Peneliti Oh, alhamdulillah udah rukun ya pak, terus harapan bapak sendiri

untuk hubungan kedua kelompok buat ke depannya gimana ?

Informan Saya si sebenernya gak pengen ada perbedaan-perbedaan kaya dulu,

seolah-olah masing-masing kelompok gak bisa berbarengan aja gitu

ajarannya, saling kerja sama untuk ngisi pengajian di masjid. Kalo

terpecah belah begini kan malu sama umat agama lain ya, mereka nanti

berpikiran ko Islam begini begitu. Lebih enak kaya dulu ketika belum

ada konflik, semuanya masih kumpul bareng di masjid, kelihatan rukun

lah. Masyarakat sini juga sebenarnya bingung mau milih yang mana,

karena menurut kita ya semuanya bener boleh diikutin selagi masih

ngajarin salat, ngaji, tapi masalahnya ada perbedaan dikit aja dari cara

ibadah misalnya itu pasti diperdebatkan di ceramah-ceramah atau di

pengajian-pengajian masjid. Harapan saya supaya setelah konflik ini ya

tetep akur lagi deh supaya lingkungan kita kerasa lebih damai, gak ada

untungnya juga ribut begitu. Walaupun waktu ada ribut-ribut kemarin

kegiatan agama di masjid jadi semakin banyak ya, tapi tetep aja saya

selaku masyarakat pengennya si akur akur aja ustadz-ustadznya.

Peneliti Oke cukup pak, makasih ya

Informan Iya sama-sama