28
JURNAL ILMIAH TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEKUASAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK ( STUDI KOMPARATIF ANTARA KUH PERDATA DENGAN UNDANG – UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 UNDANG – UNDANG PERLINDUNGAN ANAK Oleh : I GEDE YUDHA PRATAMA D1A 010 177 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM 2017

fh.unram.ac.id · Web viewMenurut para ahli hukum adalah sebagai berikut :1 E. Utrecht, dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia :“ Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: fh.unram.ac.id · Web viewMenurut para ahli hukum adalah sebagai berikut :1 E. Utrecht, dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia :“ Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang

JURNAL ILMIAH

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEKUASAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK

( STUDI KOMPARATIF ANTARA KUH PERDATA DENGAN UNDANG – UNDANG

NOMOR 23 TAHUN 2002 UNDANG – UNDANG PERLINDUNGAN ANAK

Oleh :

I GEDE YUDHA PRATAMA

D1A 010 177

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

2017

I.

Page 2: fh.unram.ac.id · Web viewMenurut para ahli hukum adalah sebagai berikut :1 E. Utrecht, dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia :“ Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang

II.

III.

Page 3: fh.unram.ac.id · Web viewMenurut para ahli hukum adalah sebagai berikut :1 E. Utrecht, dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia :“ Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang

I. PENDAHULUAN

Anak adalah tunas, potensi, dan generasi penerus cita-cita bangsa, memiliki peran

strategis dalam menjamin eksistensi bangsa dan negara di masa mendatang. Agar mereka

kelak mampu memikul tanggung jawab itu, maka mereka perlu mendapat kesempatan yang

seluas-luasnya tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental, sosial, maupun

spiritual. Mereka perlu mendapatkan hak-haknya, perlu dilindungi dan disejahterakan.1

Sedangkan Pengertian anak di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak yaitu :

“Anak adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas) Tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan,”

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 hanya mengatur secara singkat tentang

kedudukan anak, oleh karena itu orang tua harus bertanggung jawab atas segala pemeliharaan

semua hak yang melekat pada anak. Anak wajib dilindungi agar mereka tidak menjadi korban

tindakan siapa saja (individu atau kelompok, organisasi swasta ataupun pemerintah) baik

secara langsung ataupun tidak langsung.

Korban adalah mereka yang menderita kerugian (mental, fisik dan sosial) karena

tindakan yang pasif, atau tindakan aktif dari orang lain atau kelompok (swasta atau

pemerintah) baik langsung ataupun tidak langsung. Pada hakikatnya anak tidak dapat

melindungi diri sendiri dari berbagai tindakan yang menimbulkan kerugian mental, fisik,

sosial dalam berbagai bidang kehidupan dirinya, mengingat situasi dan kondisinya. Anak

perlu mendapat perlindungan agar tidak mengalami kerugian, baik mental, fisik, maupun

sosial.2

1 Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak, Cet. 2, Penerbit Nuansa, Bandung, 2006, hlm. 112Maidin Gultom, https://www.google.co.id/ Tinjau an yuridis Mengenai Kekuasaan Orang Tua

Terhadap Anak, Di akses tanggal 5 April 2017, jam 11 wita.

Page 4: fh.unram.ac.id · Web viewMenurut para ahli hukum adalah sebagai berikut :1 E. Utrecht, dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia :“ Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang

Di dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak di jelaskan

bahwa:

”Orang tua adalah Ayah dan atau Ibu kandung, dan keluarga adalah kesatuan masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah dan atau ibu dan anak.”

Perlindungan terhadap hak anak dalam keluarga sangat berkaitan dengan orang tua dari

anak tersebut oleh karena itu Anak sangat memerlukan kehangatan, kedekatan dan hubungan

yang baik dengan orang tua mereka terutama dalam perkembangan psikologisnya.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang di angkat untuk

diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini, adalah :1. Bagaimana pengaturan perlindungan

hukum kekuasaan orang tua terhadap anak berdasarkan KUH Perdata dan Undang – undang

Nomor 23 Tahun 2002 ? 2. Bagaimanakah tanggungjawab orang tua terhadap hak-hak anak

menurut KUH Perdata dan Undang - undang Perlindungan Anak ?

Tujuan dan manfaat penelitian ,Tujuan penelitian, Adapun tujuan dari penelitian ini

adalah untuk merespon atas dirumuskannya permasalahan - permasalahan yang telah

ditemukan di atas yaitu : a.Untuk mengetahui pengaturan perlindungan hukum kekuasaan

orang tua terhadap anak berdasarkan KUH Perdata dan Undang – undang Nomor 23 Tahun

2002. b.Untuk mengetahui tanggungjawab orang tua terhadap hak-hak anak berdasarkan

KUH Perdata dan Undang – undang Perlindungan anak.

Manfaat penelitian Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini

adalah sebagai berikut: a.Manfaat Teoritis Yakni agar mahasiswa dapat menerapkan teori-

teori yang telah didapat dibangku kuliah, yang nantinya diharapkan berguna bagi kepentingan

penulisan karya ilmiah yang juga dapat dipergunakan bagi usaha pembentukan teori-teori

baru. b.Manfaat praktis Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

kesadaran dan masukan bagi para orang tua yang melakukan pelanggaran kekuasaan

terhadap hak-hak anak-anaknya.

Page 5: fh.unram.ac.id · Web viewMenurut para ahli hukum adalah sebagai berikut :1 E. Utrecht, dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia :“ Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang

Ruang Lingkup Penelitian, Untuk menghindari penyimpangan serta pembiasan dari

pokok permasalahan, maka perlu diberikan batasan-batasan mengenai ruang lingkup

permasalahan yang akan dibahas. Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah mengenai

“pengaturan perlindungan hukum terhadap anak berdasarkan peraturan perlindungan anak

dan tanggungjawab orang tua terhadap hak-hak anak berdasarkan Undang-Undang

perlindungan anak dan KUH Perdata. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian

ini adalah penelitian normatif. Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum

doktrinal. Pada penelitian jenis ini, acap kali hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis

dalam peraturan perundangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau

norma yang merupakan patokan berprilaku yang dianggap pantas.3 Adapun pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Pendekatan PerUndang-Undangan (Statute

Approach), Yaitu pendekatan yang dilakukan dengan melihat bentuk peraturan PerUndang-

Undangan dan regulasi-regulasi yang terkait permasalahan yang akan diteliti.4, b.Pendekatan

Konseptual (Conceptual Approach), Yaitu pendekatan yang digunakan untuk memahami

konsep-konsep yang berajak dari pandangan dan pendapat para sarjana dan buku-buku karya

ilmiah yang relevan dengan pokok bahasan.5 Serta doktrin-doktrin yang berkembang tentang

Perlindungan hukum mengenai anak. Sumber dan Jenis Bahan Hukum Sebagai sumber data

yang digunakan adalah,a Bahan hukum primer, yaitu bahan bahan hukum yang mengikat, dan

terdiri dari: Norma atau kaidah dasar yaitu pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,

peraturan perUndang-Undangan. b.Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan Undang-Undang, hasil hasil

penelitian atau pendapat pakar hukum. c.Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

3 Amirruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Rajagrafindo Persada, 2014, hlm. 118

4 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cet. Ke-2, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006, hlm 93

5ibid

Page 6: fh.unram.ac.id · Web viewMenurut para ahli hukum adalah sebagai berikut :1 E. Utrecht, dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia :“ Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang

II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengaturan Perlindungan Hukum Kekuasaan Orang Tua Terhadap Anak Berdasarkan KUH Perdata dan Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia makna dari perlindungan adalah tempat

berlindung atau hal (perbuatan dan sebagainya) memperlindungi. Sedangkan kata hukum

menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah (1) peraturan atau adat yang secara resmi

dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah, (2) undang – undang,

peraturan, dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat, (3) patokan

(kaidah,ketentuan) mengenai peristiwa (alam dan sebagainya) yang tertentu, (4) keputusan

(pertimbangan) yang ditetapkan oleh hakim (dalam pengadilan) vonis.6

Menurut para ahli hukum adalah sebagai berikut :1. E. Utrecht, dalam bukunya

Pengantar dalam Hukum Indonesia :“ Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang

mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat

yang bersangkutan, oleh karena pelanggaran terhadap petunjuk hidup dapat menimbulkan

tindakan dari pemerintah masyarakat itu”. 2. A. Ridwan Halim dalam bukunya Pengantar

Tata Hukum Indonesia dalam tanya jawab, menguraikan bahwa :“ Hukum merupakan

peraturan – peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, yang pada dasarnya

berlaku dan diakui orang sebagai peraturan yang harus ditaati dalam hidup bermasyarakat”. 3.

Sunaryati Hartono, dalam bukunya Capita Selecta Perbandingan Hukum, mengatakan :“

Hukum itu tidak menyangkut kehidupan pribadi seseorang, akan tetapi menyangkut dan

mengatur berbagai aktivitas manusia dalam hubungannya dengan manusia lainnya, atau

dengan perkataan lain, hukum mengatur berbagai aktivitas manusia di dalam hidup

bermasyarakat.” 4. E. Meyers, dalam bukunya De Algemene begrippen van het Burgerlijk

Rect, menulis :“ Hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan,

ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat, dan yang menjadi pedoman bagi 6 Kamus Besar Bahasa Indonesia

Page 7: fh.unram.ac.id · Web viewMenurut para ahli hukum adalah sebagai berikut :1 E. Utrecht, dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia :“ Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang

penguasa negara dalam melakukan tugasnya.” 5. Immanuel Kant, dalam bukunya Inleiding

tot de Rechtswetsnschap:“ Hukum adalah keseluruhan syarat – syarat yang dengan ini

kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari

orang lain, menururti peraturan hukum tentang kemerdekaan.”

Dari pendapat para sarjana di atas dapat disimpulkan bahwa hukum adalah seperangkat

norma atau kaidah yang berfungsi mengatur tingkah laku manusia dengan tujuan untuk

ketentraman dan kedamaian di dalam masyarakat.7

Hukum bekerja dengan cara memancangi perbuatan seseorang atau hubungan antara

orang – orang dalam masyarakat. Untuk keperluan pemancangan maka hukum menjabarkan

pekerjaannya dalam berbagai fungsinya. Dengan demikian, fungsi hukum adalah

menertibkan dan mengatur pergaulan dalam masyarakat serta menyelesaikan masalah –

masalah yang timbul.8

Pengaturan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW)

Hukum perdata ialah aturan aturan hukum yang mengatur tingkah laku setiap orang

terhadap orang lain yang berkaitan dengan hak dan kewajiban yang timbul dalam pergaulan

masyarakat maupun pergaulan keluarga.9 KUH Perdata memiliki karakteristik sistem civil

law berdasarkan warisan budaya Romawi dan Perancis. Salah satu karakter civil law antara

lain adalah, proses penciptaan hukum selalu berawal dari refleksi filosofis, mengandalkan

kekuatan rasionalitas, dan pada akhirnya menghasilkan konsepsi secara abstrak. Konsepsi

abstrak yang dihasilkan, selanjutnya dijabarkan dalam bentuk perundang-undangan sebagai

hukum positif. Oleh karena itu pola pikir abstrak sangat terkenal di dalam budaya hukum

Eropa Kontinental. Hal ini berbeda dengan sistem comman law yang berkembang di Inggris

dan Amerika Serikat, dimana supremasi hukum berdasarkan konsep the rule of law, sangat

7 Yulies Tiesna Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta hlm 6 - 78 Ishaq, S.H., M.Hum, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Sinar Grafika, Jakarta) hlm. 109 J.B Daliyo, Pengantar Hukum Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1997 hlm. 103.

Page 8: fh.unram.ac.id · Web viewMenurut para ahli hukum adalah sebagai berikut :1 E. Utrecht, dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia :“ Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang

mengandalkan situasi konkret dalam pembentukan hukum dan pencarian keadilan. Hakim

diberi kekuasaan besar untuk melakukan proses penemuan hukum berupa interpretasi dan

konstruksi berdasarkan situasi konkret.

Konsep kekuasaan orangtua terhadap anak menurut KUH Perdata dalam kesempatan

sekarang ini, pertama-tama harus dipahami dalam konteks ikatan perkawinan orangtua.

Kenyataan ini perlu dipertegas mengingat kekuasaan orangtua dapat juga dipahami dalam

konteks adopsi dan perwalian terhadap anak luar kawin. Secara khusus KUH Perdata

mengatur kekuasaan orangtua terhadap anak dari Pasal 298 sampai Pasal 329. Kekuasaan

orangtua terhadap anak pada dasarnya akan terus berlangsung berdasarkan dua prinsip utama.

Pertama, kekuasaan orangtua berlaku sampai anak menjadi dewasa. Kedua, kekuasaan

orangtua berlaku sepanjang tidak dibebaskan atau dipecat dari kekuasaan.10 Adanya

perceraian orang tua tidak akan menghilangkan kekuasaan orangtua terhadap anak. Keluarga

adalah merupakan kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat. Keluarga

merupakan sebuah grup yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan

mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi

keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami,

isteri, dan anak-anak yang belum dewasa Mengenai hukum kekeluargaan yang erat

hubungannya dengan hak alimentasi adalah prinsip perkawinan dalam kehidupan berumah

tangga yang harus dipegang teguh dan diamalkan oleh seluruh anggota keluarga, yakni:

suami, istri, dan anak-anak, untuk dapat mencapai tujuan perkawinan dalam hal ini ada 5

prinsip perkawinan, yakni:11 1. Prinsip musyawarah dan demokrasi 2. Prinsip menciptakan

rasa aman, nyaman dan tentram dalam kehidupan berkeluarga 3. Prinsip menghindari dari

kekerasan 4. Prinsip bahwa hubungan suami dan istri adalah sebagai patner 5. Prinsip

keadilan

10 Sunarto Ady Wibowo, Hak dan Kewajiban Orangtua dan Anak Menurut KUH Perdatadan UU No. 1 Tahun 1974, Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2003.11 Khoiruddin Nasution. Hukum perkawinan 1.academia & tazaffa. Yokyakarta. 2005. Hlm 56

Page 9: fh.unram.ac.id · Web viewMenurut para ahli hukum adalah sebagai berikut :1 E. Utrecht, dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia :“ Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang

Kekuasaan orang tua itu berlaku ketika anak itu lahir ke dunia. Jadi orang tua

memiliki hubungan dengan anak anaknya disebut dengan kekuasaan orang tua yang ditujukan

untuk kesejahteraan anak anaknya. Setiap anak wajib menghormati orang tua dan menaati

kehendak mereka yang baik. Didalam Undang – undang perlindungan anak tidak diatur

kekuasaan orang tua. Kekuasaan orang tua hanya diatur dalam Pasal 298 – 319 KUH Perdata.

Didalam Pasal 298 berbunyi :

“ Tiap tiap anak,dalam umur berapa pun juga,berwajib menaruh kehormatan dan keseganan terhdap bapak dan ibunya . si bapak dan si ibu, keduanya berwajib memelihara dan mendidik sekalian anak mereka yang belum dewasa. Kehilangan hak untuk memangku kekuasaan orang tua atau untuk menjadi wali tak membebaskan mereka dari kewajiban, memberi tunjang-tunjangan dalam keseimbangan dengan pendapatan mereka, guna membiayai pemeliharaan dan pendidikan itu.”

Kekuasaan orang tua ini dibagi dalam dua bagian:12

a.Kekuasaan orang tua terhadap diri anak, Pasal 299 BW menyatakan asas-asas kekuasaan

orang tua. Pasal itu menentukan bahwa selama perkawinan orang tua berlangsung maka anak

ada dalam kekuasaan orang tua sampai anak itu menjadi meerderjarig (telah dewasa) kalau

selama itu kekuasaan orang tua itu onzet (tidak dicabut) dan/atau ontheven (dibebaskan).

kalau demikian, maka dalam Pasal 299 BW ini terdapat 3 buah azas: 1.Kekuasaan orang tua

ada pada kedua orang tua itu dan tidak hanya ada pada bapak saja; 2. Kekuasaan orang tua

hanya ada selama perkawinan berlangsung sehingga kalau perkawinan itu putus maka

kekuasaan orang tua itu tidak ada lagi sehingga kekuasaan terhadap anak sebatas status

perwalian (Pasal 299 BW); 3. Kekuasaan orang tua hanya ada selama orang tua itu memenuhi

kewajiban-kewajibannya terhadap anak-anaknya dengan baik, kalau tidak maka akan ada

kemungkinan kekuasaan orang tua itu dicabut atau dibebaskan.

Perlindungan hukum terhadap kekuasaan orang tua dalam hal ini dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu:13 1. Perlindungan Hukum Preventif ,Perlindungan yang diberikan oleh

12 http://m.hukumonline.com/klinik/detail/lt5281ee184a05/tentang-pembebasan-dan-pemecatan-kekuasaan-orang-tua diakses tanggal 12 Juni 201713 digilib.unila.ac.id/6225/13/BAB%20II.pdf / diakses tanggal 12 Juni 2017

Page 10: fh.unram.ac.id · Web viewMenurut para ahli hukum adalah sebagai berikut :1 E. Utrecht, dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia :“ Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang

pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat

dalam peraturan perUndang-Undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran

serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan suatu kewajiban. 2.

Perlindungan Hukum Represif. Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir

berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah

terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran. Perlindungan ini diberikan juga

kepada orang tua atas kekuasaannya terhadap anak, yang mana dalam perlindungan hukum

secara preventif Jikalau terjadi situasi ketidak-mampuan orangtua dalam memangku

kekuasaaan orangtua, maka pengadilan negeri akan bertindak sebagai wali anak. Ketentuan

ini berlaku melalui mekanisme pengangkatan seorang wali oleh pengadilan negeri, setelah

memanggil dengan sah para keluarga sedarah dan semenda. Kekuasaan orangtua terhadap

anak berdasarkan KUH Perdata juga mengenal lembaga pembebasan dan pemecatan. Kedua

lembaga ini sangat berkaitan karena pada umumnya, pemecatan berlangsung setelah melalui

fase pembebasan. Dimaksudkan dengan pembebasan kekuasaan orang tua terhadap anak

adalah, apabila terbukti orang tua pemangku kekuasaan dinyatakan tidak cakap, atau tidak

mampu menunaikan kewajiban mendidik dan memelihara anak. Dewan perwalian atau

kejaksaan dapat mengajukan tuntutan pembebasan kekuasaan orang tua terhadap anak, baik

untuk seorang atau seluruh anak. Sedangkan lembaga pemecatan kekuasaan orangtua

terhadap anak, akan diberlakukan apabila hakim berpendapat bahwa kepentingan anak

menghendakinya. Perlindungan secara Represif yaitu dilakukan dengan pencabutan

kekuasaan orang tua dalam KUH Perdata disebutkan bahwa seorang anak yang sah sampai

pada waktu ia mencapai usia dewasa atau kawin, berada di bawah kekuasaan orang tuanya

(ouderlijke macht), selama kedua orang tua itu terikat dalam hukum perkawinan. Dengan

demikian, kekuasaan orang tua itu mulai berlaku sejak lahirnya anak atau sejak hari

pengesahannya dan berakhir pada waktu anak itu menjadi dewasa atau kawin atau pada

Page 11: fh.unram.ac.id · Web viewMenurut para ahli hukum adalah sebagai berikut :1 E. Utrecht, dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia :“ Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang

waktu perkawinan orang tuanya dihapuskan. Ada pula kemungkinan kekuasaan itu oleh

hakim dicabut (ontzet) atau orang tua dibebaskan dari kekuasaannya itu (ontheven), karena

suatu alasan. Namun, dalam kenyataanya banyak saja fenomena anak menitipkan orang tua

dipanti jompo, hal ini dilakukan karena kesibukan anak tersebut sehingga tidak mampu lagi

mengurus orang tuanya. selain itu, permasalahan yang sering terjadi dalam kehidupan

berkeluarga orang tua terkadang membuat anak merasa terbebani dan sulit dalam menjalani

kehidupan rumah tangga. Oleh karena itu dengan berbagai macam alasan dan pertimbangan,

anak terpaksa menitipkan orang tua dengan tujuan agar orang tua mendapatkan kebahagiaan.

Pengaturan dalam Undang-undang Perlindungan Anak

Dalam Undang-Undang perlindungan anak lebih condong memberikan perlindungan

terhadap hak-hak anak. Dalam hal perlindungan anak, Indonesia telah meratifikasi Konvensi

Hak Anak yang disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan Resolusi 44/25

pada tanggal 20 November 1989, dan mulai mempunyai kekuatan memaksa (entered in to

force) pada tanggal 2 September 1990. Konvensi Hak Anak merupakan perjanjian

internasional mengenai Hak Asasi Manusia (HAM) yang mengintegrasikan hak sipil dan

politik (political and civil rights), secara bersamaan dengan hak-hak ekonomi, sosial dan

budaya (economic, social and cultural rights). Langkah hukum ratifikasi ini dilakukan

dengan Keputusan Presiden (Keppres) No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Peratifikasian

Konvensi Hak Anak, Oleh karena itu sejak Tahun 1990, dengan segala konsekwensinya maka

Indonesia terikat secara hukum untuk melaksanakan hak hak anak. Dengan kesetaraan peran

orangtua, maka dalam konteks hak-hak anak yang terkait dengan peran orangtua, adalah

setara berbasis untuk kepentingan terbaik bagi anak. Hak anak atas pemeliharaan dan

pengasuhan misalnya, bukan hak absolut yang secara eksklusif dijalankan dan melekat pada

ibu saja. Secara formal, dalam UU Nomor 23 Tahun 2002, orangtua (bapak ataupun ibu)

Page 12: fh.unram.ac.id · Web viewMenurut para ahli hukum adalah sebagai berikut :1 E. Utrecht, dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia :“ Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang

memiliki hak yang setara dan sama sebagai orangtua untuk mengasuh, memelihara dan

merawat serta melindungi hak-hak anak. Yang terpenting, kemampuan orangtua (bapak atau

ibu) untuk mengasuh dan memelihara anak.

Tanggung jawab orang tua terhadap hak hak anak menurut KUH Perdata dan Undang-Undang Perlindungan Anak

Tanggung jawab menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia arti kata tanggung jawab adalah keadaan

dimana wajib menanggung segala sesuatu, sehingga berkewajiban menanggung,

memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung

akibatnya. Di dalam diri manusia mulai dari kecil hingga dewasa harus ditanamkan rasa

tanggung jawab karena apabila tidak ditanamkan manusia akan bertingkah semaunya dan

tidak memikirkan baik buruknya perbuatan yang dilakukan. Orang tua yang berkewajiban

membina rasa tanggung jawab anak sejak dini. Bukan hanya orang tua saja, dibangku sekolah

juga anak harus diberikan pembelajaran tentang makna dan arti tanggung jawab oleh guru di

sekolahnya karena di sanalah peran penting orang tua dan guru dalam memberikan

pembelajaran tentang tanggung jawab kepada anak. Kebanyakan sifat anak yang “tidak

peduli” itu tidak mendapatkan pembelajaran dari orang tua dan guru semenjak hidupnya.

Di dalam kehidupan sehari hari manusia harus bertanggung jawab terhadap tindakan mereka

dan menanggung akibat dari perbuatannya. Tanggung jawab merupakan norma yang harus

dimiliki manusia. Contoh kecil dari tanggung jawab di lihat dari kehidupan sehari

hari,apabila kita menghilangkan atau merusak barang yang kita pinjam secara garis besar kita

harus menggantinya, apabila kita masa bodo itu perbuatan yang tidak bertanggung jawab.

Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran atas rasa tanggung jawab perlu

memperdalam ilmu pendidikan, keteladanan dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.

Timbulnya tanggung jawab karena manusia itu hidup bermasyarakat dan manusia tidak boleh

berbuat semaunya terhadap manusia lainnya. Tanggung jawab tidak lepas dari kewajiban,

Page 13: fh.unram.ac.id · Web viewMenurut para ahli hukum adalah sebagai berikut :1 E. Utrecht, dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia :“ Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang

kewajiban merupakan bandingan terhadap hak maupun mengacu pada hak. Jenis kewajiban

dibagi menjadi 2, antara lain : 1.Kewajiban terbatas adalah kewajiban yang dibatasi hukum,

aturan, adat, maupun norma yang berlaku disekitar.2. Kewajiban tidak terbatas adalah

kewajiban yang didasari hati nurani seperti keadilan dan kebajikan.14 Para ahli banyak

memiliki persepsi tentang pengertian tanggung jawab. Pengertian tanggung jawab menurut

para ahli dipaparkan sebagai berikut :15

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak

Tanggung jawab orang tua terhadap hak – hak anak berdasarkan Undang – undang

Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak dan KUH Perdata. Berikut ini adalah

paparan penulis tentang tanggung jawab orang tua terhadap hak – hak anak ditinjau Undang –

undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak : 1. Anak mempunyai hak untuk

dapat hidup, tumbuh berkembang,mendapat perlindungan kekerasan (Pasal 4 ). Jadi menurut

penulis tanggung jawab orang tua terhadap hak anak di sini adalah orang tua wajib

membesarkan dan memberi nafkah pada anaknya, orang tua juga bertanggung jawab atas

perlindungan kekerasan serta bertanggung jawab apabila anak mengalami masalah hukum.

2.Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan

(Pasal 5). Menurut Penulis orangtua memang harus bertanggung jawab memberikan nama

terhadap anak dan bertanggung jawab memberikan status kewarganegaraan tetapi biasanya

seorang anak mengikuti status kewarganegaraan orangtuanya.

Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

Dalam Undang – undang nomor 4 Tahun 1979 Pasal 10 tentang tanggung jawab orang tua terhadap kesejahteraan anak, berbunyi :1. Orang tua yang terbukti melalaikan tanggung jawabnya sebagaimana termaksud dalam Pasal 9, sehingga mengakibatkan timbulnya hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, dapat dicabut kuasa 14 http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-bertanggung-jawab-dan-contohnya/ diakses tanggal 12 Juni 2017.

15 http://urpinurulhuda.blogspot.co.id/2017/03/pengertian-tanggung-jawab-menurut-para.html / diakses tanggal 12 Juni 2017.

Page 14: fh.unram.ac.id · Web viewMenurut para ahli hukum adalah sebagai berikut :1 E. Utrecht, dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia :“ Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang

asuhnya sebagai orng tua terhadap anaknya. Dalam hal itu ditujuk orang tua atau badan sebagai wali. 2. Pencabutan kuasa asuh dalam ayat (1) tidak menghapuskan kewajiban orang tua yang bersangkutan untuk membiayai, sesuai dengan kemampuannya, penghidupan,pemeliharaan dan pendidikan anaknya. 3. Pencabutan dan pengembalian kuasa asuh orang tua ditetapkan dengan keputusan hakim. 4. Pelaksanaan ketentuan ayat (1), (2), dan (3) di atur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 bahwa :

“Akibat suatu perceraian kedua orang tua tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-

anaknya semata-mata berdasarkan kepentingan anak”. Menurut penulis tanggung jawab

terhadap hak – hak anak adalah tanggung jawab atau kewajiban yang dilakukan oleh orang

tua terhadap anak dimana orang tua bertanggung jawab atas hak – haknya. Berikut hak hak

anak berdasarkan Undang – undang Kesejahteraan Anak :

1.Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik di dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar. 2. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa, untuk menjadi warganegara yang baik dan berguna. 3. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, bail semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan. 4. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat petumbuhan dan perkembangannya dengan wajar.

Selain itu orang tua tidak diperbolehkan memindahkan hak atau menggadaikan

barang-barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum berumur 18 Tahun atau belum

melangsungkan perkawinan, kecuali apabila kepentingan anak itu menghendakinya. ( Pasal

48 UUP ).

Page 15: fh.unram.ac.id · Web viewMenurut para ahli hukum adalah sebagai berikut :1 E. Utrecht, dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia :“ Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang

III . PENUTUP

Kesimpulan

1.Perlindungan kekuasaan orang tua terhadap anak secara timbal balik karena orang tua

secara umum merawat anak hingga mereka dewasa dan begitu juga anak melindungi orang

tua mereka jika orang tua sudah tidak mampu mengurus anak yang sering disebut sebagai

Alimentasi, adapun perlindungannya dalam Kitab-Undang-Undang KUH perdata diatur

dalam Pasal 321 KUH Perdata yang mana anak harus menjamin kehidupan orang tua

mereka bila mereka mampu untuk menafkahinya, selain itu dalam Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2002 tentang Perlindugan Anak selebihnya menjelaskan perlindungan terhadap

anak dan hanya dalam Pasal 45 ayat (2) yang pada intinya berbunyi bahwa dijelaskan jika

orang tua tidak mampu dalam hal merawat anak mereka maka Negara akan memenuhi

segala keperluan anak. Selain dalam kedua Undang-undang tersebut, hak alimentasi juga

diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yaitu pada Pasal 46

yang mana pada intinya hak alimentasi bukan merupakan sekedar penafkahan anak terhadap

orang tua namun juga meliputi pemeliharaan dan pemberian bantuan kepada orang tua

apabila orang tua memerlukan bantuan, sedangkan dalam Undang-Undang nomor 13 Tahun

1998 tentang kesejahteraan lansia tidak mengakomodir perlindungan terhadap orang tua

yang berusia di bawah 60 Tahun Karena menurut Undang-Undang ini yang dikatakan

sebagai orang tua lansia adalah yang berusia 60 Tahun ke atas. 2. Tanggung jawab orang tua

terhadap anak di dalam KUH Perdata Pasal 312 di atur tentang tanggung jawab orangtua

atau wali yang mana segala kewajiban yang ada pula di balik hak pakai hasil Memelihara

dan mendidik sekalian anak Membayar segala angsuran dan segala bunga atas uang pokok

Membiayai penguburan anak dan lain-lain, Dalam Undang – undang nomor 1 Tahun 1974

Pasal 45 ayat (1) termasuk dalam tanggung jawab orang tua karena di dalam bunyi Pasal

Page 16: fh.unram.ac.id · Web viewMenurut para ahli hukum adalah sebagai berikut :1 E. Utrecht, dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia :“ Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang

terdapat kata wajib mendidik dan memelihara anak – anak mereka sebaik – baiknya. Selain

itu dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 selebihnya diatur juga tentang tanggung

jawab orang tua dari Pasal 4 sampai dengan Pasal 15 Undang-Undang ini.

Saran

1.Agar pemerintah selalu memperhatikan kesejahteraan orang tua, bukan hanya anak saja

karena banyak kasus tentang penelantaran orang tua yang tidak mendapat hak alimentasi

dari anaknya. 2. Kepada pemerintah untuk mengamandemen atau setidaknya membuat

aturan untuk melindungi hak alimentasi orang tua yang layak dan memberikan kepastian

hukum.

Page 17: fh.unram.ac.id · Web viewMenurut para ahli hukum adalah sebagai berikut :1 E. Utrecht, dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia :“ Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang

DAFTAR PUSTAKA

BUKU, MAJALAH dan ARTIKEL

Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak, Cet. 2, Penerbit Nuansa, Bandung, 2006, hlm. 11

Amirruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Rajagrafindo Persada, 2014, hlm. 118

Amirruddin dan Zainal Asikin, Op.civt, hlm. 118 – 119

Ishaq, S.H., M.Hum, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Sinar Grafika, Jakarta) hlm. 10

J.B Daliyo, Pengantar Hukum Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1997 hlm. 103.

Khoiruddin Nasution. Hukum perkawinan 1.academia & tazaffa. Yokyakarta. 2005. Hlm 56

Maidin Gultom, https://www.google.co.id/ Tinjau an yuridis Mengenai Kekuasaan Orang Tua Terhadap Anak, Di akses tanggal 5 April 2017, jam 11 wita.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cet. Ke-2, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006, hlm 93

Sunarto Ady Wibowo, Hak dan Kewajiban Orangtua dan Anak Menurut KUH Perdata dan UU No. 1 Tahun 1974, Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2003.

Yulies Tiesna Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta hlm 6 – 7

INTERNET

http://m.hukumonline.com/klinik/detail/lt5281ee184a05/tentang-pembebasan-dan-pemecatan-kekuasaan-orang-tua diakses tanggal 12 Juni 2017

http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-bertanggung-jawab-dan-contohnya/ diakses tanggal 12 Juni 2017.

http://urpinurulhuda.blogspot.co.id/2017/03/pengertian-tanggung-jawab-menurut-para.html / diakses tanggal 12 Juni 2017.

digilib.unila.ac.id/6225/13/BAB%20II.pdf / diakses tanggal 12 Juni 2017

Lain – lain

Kamus Besar Bahasa Indonesia