38
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana telah diketahui bahwa perkembangan yang sedang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dilaksanakan dalam segenap bidang kehidupan. Oleh karena itu, pembangunan tidak saja dilaksanakan dalam bidang ekonomi saja, tetapi juga dalam bidang industri, baik industri besar maupun industri kecil. Pembangunan industri yang semakin cepat akan diikuti dengan kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, rekayasa teknologi harus disesuaikan dengan manusia itu sendiri dan jangan sampai menimbulkan gangguan kesehatan bagi kehidupan manusia itu sendiri. Seiring penggunaan teknologi yang maju akan menghasilkan suatu hasil sisa yang biasa disebut dengan limbah. Limbah merupakan buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya.

FIX gas.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FIX gas.docx

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana telah diketahui bahwa perkembangan yang sedang

dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dilaksanakan dalam segenap bidang

kehidupan. Oleh karena itu, pembangunan tidak saja dilaksanakan dalam

bidang ekonomi saja, tetapi juga dalam bidang industri, baik industri besar

maupun industri kecil. Pembangunan industri yang semakin cepat akan

diikuti dengan kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, rekayasa teknologi

harus disesuaikan dengan manusia itu sendiri dan jangan sampai

menimbulkan gangguan kesehatan bagi kehidupan manusia itu sendiri.

Seiring penggunaan teknologi yang maju akan menghasilkan suatu

hasil sisa yang biasa disebut dengan limbah. Limbah merupakan buangan

yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki

lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah mengandung

bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya.

Beberapa kriteria dari limbah berbahaya dan beracun telah

ditetapkan antara lain mudah terbakar, mudah meledak, korosif, oksidator dan

reduktor, iritasi bukan radioaktif, mutagenik, patogenik, mudah membusuk

dan lain-lain. Dalam jumlah tertentu dengan kadar tertentu, kehadirannya

dapat merusakkan kesehatan bahkan mematikan manusia atau kehidupan

lainnya sehingga perlu ditetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam

lingkungan.

Adanya batasan kadar dan jumlah bahan beracun dan berbahaya

pada suatu ruang dan waktu tertentu dikenal dengan istilah nilai ambang

batas, yang artinya dalam jumlah demikian masih dapat ditoleransi oleh

lingkungan sehingga tidak membahayakan lingkungan ataupun pemakai.

Page 2: FIX gas.docx

2

Karena itu untuk tiap jenis bahan beracun dan berbahaya telah ditetapkan

nilai ambang batasnya.

Salah satu media pencemar limbah gas adalah Udara. Limbah gas

atau asap yang diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara. Secara

alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dan

lain-lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami

akibat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas udara.

Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian

yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih rnungkin

terlihat dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut, dan fume.

Sedangkan pencemaran berbentuk gas tanya dapat dirasakan melalui

penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara

lain SO2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon dan lain-lain. Untuk beberapa bahan

tertentu zat pencemar ini berbentuk padat dan cair. Karena suatu kondisi

temperatur ataupun tekanan tertentu bahan padat atau cair itu dapat berubah

menjadi gas. Baik partikel maupun gas membawa akibat terutama bagi

kesehatan, manusia seperti debu batubara, asbes, semen, belerang, asap

pembakaran, uap air, gas sulfida, uap amoniak, dan lain-lain.

Kenaikan konsentrasi partikel dan gas dalam udara di beberapa kota

besar dan daerah industri banyak menimbulkan pengaruh, misalnya gangguan

jarak pandang oleh asap kendaraan bermotor, gangguan pernafasan dan

timbulnya beberapa jenis penyakit tertentu. Sumber pencemaran udara dapat

pula berasal dari aktifitas rumah tangga dari dapur yang berupa asap. Menurut

beberapa penelitian pencemaran udara yang bersumber dari dapur telah

memberikan kontribusi yang besar terhadap penyakit ISPA. Dari hasil

penelitian pengaruh pencemaran udara terhadap kesehatan yang dilakukan

oleh FKM UI tahun 1987 terhadap spesimen darah pekerja jalan tol Jagorawi,

menunjukkan kadar Timah Hitam adalah 3,92-7,59 ug/dl. Kemudian pada

pengemudi dan petugas polantas diatas 40 ug/dl. Sedangkan kadar timah

hitam di udara kota Jakarta berkisar antara 0,2-1,8 ug/m3. Diperkirakan 1

Page 3: FIX gas.docx

3

ug/dl timbal di udara sudah dapat menyebabkan tercemarnya darah oleh

timbal sekitar 2,5- 5,3 ud/dl.

Jika tenaga kerja bekerja pada industri yang lingkungannya

mengandung gas yang bersifat polutan dan beracun, maka resiko terkena

gangguan fungsi paru-paru pada tenaga kerja sangat tinggi. Gangguan fungsi

paru-paru dapat mengakibaykan penurunan produktifitas pekerja yang akan

berdampak pada kelangsungan kegiatan produksi suatu perusahaan. Oleh

karena itu, gas di lingkungan kerja harus dikendalikan.

Jenis parameter pencemar udara berdasarkan baku mutu udara

ambien menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, yang meliputi :

Sulfur dioksida (SO2), Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2),

Oksidan (O3), Hidro karbon (HC), PM 10 , PM 2,5, TSP (debu), Pb (Timah

Hitam), Dustfall (debu jatuh). Pada laporan ini akan dibahas tentang limbah

gas CO secara lebih terperinci.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum penentuan kadar Gas CO adalah :

1. Untuk mengetahui Nilai Ambang Batas (NAB) dari suatu gas.

2. Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan untuk mengukur kadar gas.

3. Untuk menganalisa bahaya penyakit yang ditimbulkan akibat gas.

4. Untuk menganalisa cara pencegahan/pengendalian terhadap gas yang

melebihi NAB.

C. Manfaat

1. Bagi Praktikan

a. Dapat mengetahui Nilai Ambang Batas (NAB) dari suatu gas.

b. Dapat mengetahui alat-alat yang digunakan untuk mengukur kadar

gas.

c. Dapat menganalisa bahaya penyakit yang ditimbulkan akibat gas.

d. Dapat menganalisa cara pencegahan/pengendalian terhadap gas yang

melebihi NAB.

Page 4: FIX gas.docx

4

2. Bagi Program Studi Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

a. Dapat menambah referensi kepustakaan mengenai pengukuran gas

bagi program studi Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

b. Dapat membentuk sumber daya mahasiswa ahli K3 yang mampu

menanggulangi gas berbahaya bagi tenaga kerja.

c. Dapat memberikan bekal ilmu bagi mahasiswa yang dapat

diterapkan pada saat bekerja dalam suatu perusahaan sesuai dengan

Ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

d. Dapat melakukan pencegahan terhadap penyakit yang timbul akibat

terpapar gas yang berbahaya.

Page 5: FIX gas.docx

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

Pencemaran lingkungan menurut pasal 1 angka 7 undang-undang

Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1982 adalah masuk atau dimasukkannya

makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke lingkungan dan atau

berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam

sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi

sesuai dengan peruntukkannya.

Klasifikasi pengertian pencemaran udara sangat banyak. Diantaranya,

menurut Chambers (1976 : 13 – 14) dan Masters (1991 : 270) pencemaran

udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam

lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat

dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat

memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi, dan material. Selain itu

pencemaran udara dapat pula dikatakan sebagai perubahan atmosfer oleh

karena masuknya bahan kontaminan alami atau buatan ke dalam atmosfer

tersebut (menurut Parker, 1980 : 82 – 83).

Menurut Kumar (1987 : 22), pencemaran udara adalah adanya bahan

polutan di atmosfer yang dalam konsentrasi tertentu akan mengganggu

keseimbangan dinamik atmosfer dan mempunyai efek pada manusia dan

lingkungannya.

Pengertian lain dari pencemaran udara adalah terdapat bahan

kontaminan di atmosfer karena ulah manusia. Hal ini untuk membedakan

dengan pencemaran udara alamiah dan pencemaran udara di tempat kerja

(Corman, 1971 : 7 , Kumar, 1987 : 83).

Asal pencemaran udara dapat diterangkan dengan 3 (tiga) proses yaitu

atrisi (attrition), penguapan (vaporization), dan pembakaran (combustion).

5

Page 6: FIX gas.docx

6

Dari ketiga proses tersebut, pembakaran merupakan proses yang sangat

dominan dalam kemampuannya menimbulkan bahan polutan (Corman, 1971 :

7 , Masters, 1991 : 270 – 271).

Berdasarkan buletin WHO yang dikutip Holzworth dan Cormick

(1976 : 690), penentuan tercemar atau tidaknya udara suatu daerah

berdasarkan parameter sebagai berikut :

Parameter Udara Bersih Udara Tercemar

1. Bahan partikel 0,01 – 0,02 mg/m3 0,07 – 0,7 mg/m3

2. SO2 0,003 – 0,02 ppm 0,02 – 2 ppm

3. CO < 1 ppm 5 – 200 ppm

4. NO2 0,003 – 0,02 ppm 0,02 – 0,1 ppm

5. CO2 310 – 330 ppm 350 – 700 ppm

6. Hidrokarbon < 1 ppm 1 – 20 ppm

Tabel 1. Parameter Udara

Pada umumnya bahan pencemar udara adalah berupa gas-gas

beracun (hampir 90 %) dan partikel-partikel zat padat. Gas-gas beracun ini

berasal dari pembakaran bahan bakar kendaraan, dari industri dan dari rumah

tangga. Selain gas-gas beracun di atas, pembakaran bahan bakar kendaraan

juga menghasilkan partikel-partikel karbon dan timah hitam yang

berterbangan mencemari  udara. Bentuk-bentuk zat pencemar yang sering

terdapat dalam atmosfer :

Asap : Padatan dalam gas yang berasal dari pembkaran tidak sempurna

Gas : Keadaan gas dari cairan atau bahan padatan.

Embun: Tetesan cairan yang sangat halus yang tersuspensi di udara.

Uap : Keadaan gas dari zat padat tempat volatil atau cairan.

Awan : Uap yang dibentuk pada tempat yang tinggi.

Kabut : Awan yang terdapat di ketinggian yang rendah.

Debu : Padatan yang tersuspensi dalam udara yang dihasilkan dari

pemecahan bahan.

“Haze”: Partikel-partikel debu atau gar am yang tersuspensi dalam

tetes air.

Page 7: FIX gas.docx

7

Gas-gas beracun hasil dari pembakaran bahan bakar ini biasanya

berupa oksida-oksida  karbon (karbon dioksida, karbon monokisida) dan

nitrogen (nitrogen monoksida, nitrogen dioksida, dinitrogen oksida) dan

senyawa-senyawa hidrokarbon. Bahan pencemar udara ini terdispersi  dalam

udara, sehingga kadarnya menjadi kecil. Sampai kadar tertentu tidak

menimbulkan pencemaran, tetapi bila bahan pencemar ini mencapai NAB

(Nilai Ambang Batas) atau KTD (Kadar Tertinggi Diijinkan), maka

pencemaran udara tidak dapat dihindarkan lagi.

Gas adalah bentuk wujud zat yang tidak mempunyai bangun sendiri,

melainkan mengisi ruang tertutup pada suhu dan tekanan normal (Suma’mur,

1984).

Menurut Wisnu Arya Wardhana (1995), gas adalah udara tercemar

jika mengalami perubahan dari susunan normal dan mengganggu kehidupan.

Sedangkan menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan

Lingkungan Hidup, Pencemaran Udara adalah masuk atau dimasukkannya

makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke udara oleh kegiatan

manusia atau proses alam sehingga kualitas udara menurun ke tingkat tertentu

yang menyebabkan udara menjadi berkurang atau tidak dapat berfungsi sesuai

peruntukkannya.

Gas-gas beracun dapat mengganggu kesehatan kita apabila masuk ke

dalam tubuh, jalan masuk ke tubuh yaitu melalui :

1. Inhalasi : masuk melalui mulut atau tertelan.

2. Digesti : diserap darah terus dibawa ke seluruh tubuh.

3. Absorbsi : penyerapan.

4. Injeksi : suntikan melalui pembuluh darah.

Gas adalah bentuk wujud yang tidak mempunyai bangun sendiri,

melainkan mengisi ruang tertutup pada suhu dan tekanan normal.

1. Karakteristik Limbah Gas dan Partikel

Pada umumnya limbah gas dari pabrik bersumber dari

penggunaan bahan baku, proses, dan hasil serta sisa pembakaran. Pada

saat pengolahan pendahuluan, limbah gas maupun partikel timbul karena

Page 8: FIX gas.docx

8

perlakuan bahan-bahan sebelum diproses lanjut. Limbah yang terjadi

disebabkan berbagai hal antara lain : karena reaksi kimia, kebocoran gas,

hancuran bahan-bahan dan lain-lain.

Pada waktu proses pengolahan, gas juga timbul sebagai akibat

reaksi kimia maupun fisika. Adakalanya limbah yang terjadi sulit

dihindari sehingga harus dilepaskan ke udara. Namun dengan adanya

kemajuan teknologi, setiap gas yang timbul pada rangkaian proses telah

dapat diupayakan pengendaliannya. Sebagian besar gas maupun partikel

terjadi pada ruang pembakaran, sebagai sisa yang tidak dapat dihindarkan

dan karenanya harus dilepaskan melalui cerobong asap. Banyak jenis gas

dan partikel gas lepas dari pabrik melalui cerobong asap ataupun

penangkap debu harus ditekan sekecil mungkin dalam upaya mencegah

kerusakan lingkungan.

Jenis gas yang bersifat racun antara lain SO2, CO, NO, timah

hitam, amoniak, asam sulfida dan hidrokarbon. Pencemaran yang terjadi

dalam udara dapat merupakan reaksi antara dua atau lebih zat pencemar.

Misalnya reaksi fotokimia, yaitu reaksi yang terjadi karena bantuan sinar

ultra violet dari sinar matahari. Kemudian reaksi oksidasi gas dengan

partikel logam dengan udara sebagai katalisator. Konsentrasi bahan

pencemar dalam udara dipengaruhi berbagai macam faktor antara lain:

volume bahan pencemar, sifat bahan, kondisi iklim dan cuaca, topografi.

a. Oksida Nitrogen

Oksida nitrogen lazim dikenal dengan NO. bersumber dari

instalasi pembakaran pabrik dan minyak bumi. Dalam udara, NO

dioksidasi menjadi NO2 dan bila bereaksi dengan hidrokarbon yang

terdapat dalam udara akan membentuk asap. NO2 akan berpengaruh

terhadap tanam-tanaman dan sekaligus menghambat pertumbuhan.

Pabrik yang menghasilkan NO di antaranya adalah pabrik pulp dan

rayon, almunium, turbin gas, nitrat, bahan peledak, semen, galas,

batubara, timah hitam, song dan peleburan magnesium.

Page 9: FIX gas.docx

9

b. Fluorida

Fluorida adalah racun bersifat kumulatif dan dapat

berkembang di atmosfer karena amat reaktif. Dalam bentuk fluorine,

zat ini tidak dihisap tanah tapi langsung masuk ke dalam daun-daun

menyebabkan daun berwarna kuning kecoklatan. Binatang yang

memakan daunan tersebut bias menderita penyakit gigi rontok.

Pabrik yang menjadi sumber fluor antara lain pabrik pengecoran

aluminium pabrik pupuk, pembakaran batubara, pengecoran baja dan

lainnya.

c. Sulfurdioksida

Gas SO2 dapat merusak tanaman, sehingga daunnya

menjadi kuning kecoklatan atau merah kecoklatan dan berbintik-

bintik. Gas ini juga menyebabkan hujan asam, korosi pada

permukaan logam dan merusak bahan nilon dan lain-lain. Gas SO2

menyebabkan terjadinya kabut dan mengganggu reaksi fotosintesa

pada permukaan daun. Dengan air, gas SO2 membentuk asam sulfat

dan dalam udara tidak stabil. Sumber gas SO2 adalah pabrik

belerang, pengecoran biji logam, pabrik asam sulfat, pabrik semen,

peleburan tembaga, timah hitam dan lain-lain. Dalam konsentrasi

melebihi nilai ambang batas dapat mematikan.

d. Ozon

Ozon dengan rumus molekul O3 disebut oksidan merupakan

reaksi foto kimiawi antara NO2 dengan hidrokarbon karena pengaruh

ultra violet sinar matahari. Sifat ozon merusak daun tumbuh-

tumbuhan, tekstil dan melunturkan warna. Reaksi pembentukan ozon

sebagai berikut:

NO2 ultra violet NO + On

O2 + On O3

NO + On NO2

Page 10: FIX gas.docx

10

Peroksil asetil nitrat merupakan reaksi NO2 dalam fotosintesa

merusakkan tanaman.

e. Amonia

Gas amonia dihasilkan pabrik pencelupan, eksplorasi

minyak dan pupuk. Gas ini berbahaya bagi pemanfaatan dan baunya

sangat merangsang. Pada konsentrasi 25% mudah meledak.

f. Partikel

Partikel merupakan zat dispersi terdapat dalam atmosfer,

berbagai larutan, mempunyai sifat fisis dan kimia. Partikel dalam

udara terdiri dari:

1) Asap, merupakan hasil dari suatu pembakaran.

2) Debu, partikel kecil dengan diameter 1 mikron.

3) Kabut, partikel cairan dengan garis tengah tertentu.

4) Aerosol merupakan inti dari kondensasi uap. Fume, merupakan

hasil penguapan.

g. Karbonmonoksida

Karbon monoksida adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak

berbau, dan tidak berasa, termasuk gas yang beracun. karbon

monoksida terdiri dari satu atom karbon dan satu atom oksigen yang

memiliki ikatan kovalen koordinasi.

Berat molekul = 28.01

Titik didih (760 mmHg)      = -191.5 oC (-312.7 oF)

Titik beku                          = -205 oC (-337 oF)

Spesifik gravitasi (air=1)     = 1.25 pada 0 oC (32 oF)

Massa jenis uap = 0.97

Tekanan uap = 20 oC (68 oF), lebih dari 1 atm (760

mmHg)

Kelarutan                           = di dalam air, ethanol, methanol,

dan beberapa senyawa organic

Karbon monoksida dapat berasal dari alam secara alamiah

dan dapat pula berasal dari kegiatan manusia. Karbon monoksida

Page 11: FIX gas.docx

11

yang berasal dari alam termasuk dari lautan, oksidasi metal di

atmosfir,pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam.

Sedangkan sumber yang berasal dari kegiatan manusia dapat pula

disebut sumber buatan dapat berasal dari sumber yang bergerak dan

tidak bergerak. Contoh sumber bergerak antara lain kendaraan

bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar bensin.

Sedangkan contoh sumber yang tidak bergerak adalah

pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran

sampah domestic. Estimasi jumlah karbon monoksida dari sumber

buatan diperkirakan mendekati 60 juta Ton per tahun. Separuh dari

jumlah ini berasal dari sumber buatan yang bergerak dan

sepertinganya berasal dari sumber tidak bergerak.Didalam laporan

WHO (1992) dinyatakan paling tidak 90% dari karbon monoksida

diudara perkotaan berasal dari emisi kendaraan bermotor. Selain itu

asap rokok juga mengandung karbon monoksida, sehingga para

perokok dapat memajan dirinya sendiri dari asap rokok yang sedang

dihisapnya.

2. Dampak

Gas tertentu yang lepas ke udara dalam konsentrasi tertentu akan

membunuh manusia. Konsen trasi fluorida yang diperkenankan dalam

udara 2,5 mg/meter kubik. Fluorida dan persenyawaannya adalah racun

dan mengganggu metabolism kalsium dan enzim. Sedangkan hidrogen

fluorida sangat initatif terhadap jaringan kulit, merusak paru-paru dan

menimbulkan penyakit pneumonia.

Asam sulfida, garam sulfida dan karbon disulfida adalah

persenyawaan yang mengandung sulfur. Persenyawaan sulfida dapat

terurai dan lepas ke udara menyebabkan kerusakan pada sel susunan

saraf. Dalam kadar rendah tidak berbau dan bila kadar bertambah

menyebabkan bau yang tidak enak gejalanya cepat menghebat

menimbulkan pusing, batuk dan mabuk.

Page 12: FIX gas.docx

12

Uap yaitu bentuk gas dari zat tertentu tidak kelihatan dan dalam

ruangan berdifusi mengisi seluruh ruang. Yang harus diketahui adalah

jenis uap yang terdapat dalam ruangan karena untuk setiap zat

berbeda.daya reaksinya. Zat-zat yang mudah menguap adalah amoniak,

chlor, nitrit, nitrat, dan lain-lain.

Debu yaitu partikel zat padat yang timbul pada proses industri

sepeti pengolahan, penghancuran dan peledakan, baik berasal dari bahan

organik maupun dad anorganik. Debu karena ringan akan melayang di

udara dan turun karena gaya tarik bumi. Debu yang membahayakan

adalah debu kapas, debu asbes, debu silicosis, debu stannosis pada pabrik

timah putih, debu siderosis, debu yang mengandung Fe2O3. Penimbunan

debu dalam paru-paru akibat lingkungan mengandung debu yaitu pada

manusia yang ada di sekitarnya bekerja atau bertempat tinggal.

Kerusakan kesehatan akibat debu tergantung pada lamanya kontak,

konsentrasi debu dalam udara, jenis debu itu sendiri dan lain-lain.

Asap adalah partikel dari zat karbon yang keluar dari cerobong

asap industri karena pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan yang

mengandung karbon. Asap bercampur dengan kabut atau uap air pada

malam hari akan turun ke bumi bergantungan pada daun-daunan ataupun

berada di atas atap rumah. Bahan yang bersifat partikel menurut sifatnya

akan menimbulkan:

a. Ransangan saluran pernafasan.

b. Kematian karena bersifat racun.

c. Alergi.

d. Fibrosis.

e. Penyakit demam.

Bahan yang bersifat gas dan uap menurut sifat-sifatnya akar berakibat:

a. Merangsang penciuman seperti : HCl, H2S, NH3

b. Merusak alat-alat dalam tubuh, misalnya CaCI

c. Merusak susunan saraf : uap plumbum, fluoride

d. Merusak susunan darah : benzena

Page 13: FIX gas.docx

13

Untuk menghindari dampak yang diakibatk'an limbah melalui

udara selain menghilangkan sumbernya juga dilakukan pengendalian

dengan penetapan nilai ambang batas. Nilai ambang batas adalah kadar

tertinggi suatu zat dalam udara yang diperkenankan, sehingga manusia

dan makhluk lainnya tidak mengalami gangguan penyakit atau menderita

karena zat tersebut. Di samping itu masih ada rumusan lain yang

diberikan khusus bagi para pekerja dalam lingkungan itu. Karena waktu

kerja manusia pada umumnya 8 jam sehari atau 40 jam seminggu, maka

nilai ambang batas bagi mereka berbeda dengan nilai ambang batas pada

umumnya. Suatu zat yang sama akan berbeda penerapannya terhadap

kedua obyek yang berbeda, misalnya antara manusia dan hewan, antara

manusia dengan manusia sendiri dalam dua lingkungan yang berbeda.

Kehadiran karbon monoksida di udara bebas yang melebihi

kadarnya memiliki beberapa dampak terhadap makhluk hidup dan

lingkungannya. Dampak dari CO bervasiasi tergangtung dari status

kesehatanseseorang pada saat terpajan. Pada beberapa orang yang

berbadan gemuk dapat mentolerir pajanan CO sampai kadar HbCO

dalam darahnya mencapai 40% dalam waktu singkat. Tetapi seseorang

yang menderita sakit jantung atau paru-paru akan menjadi lebih parah

apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar 5–10%. Pengaruh CO kadar

tinggi terhadap sistem syaraf pusat dan sistem kardiovaskular telah

banyak diketahui. Namun respon dari masyarakat berbadan sehat

terhadap pemajanan CO kadar rendah dan dalam jangka waktu panjang,

masih sedikit diketahui. Misalnya kinerja para petugas jaga, yang harus

mempunyai kemampuan untuk mendeteksi adanya perubahan kecil

dalam lingkungannya yang terjadi pada saat yang tidak dapat

diperkirakan sebelumnya dan membutuhkan kewaspadaan tinggi dan

terus menerus, dapat terganggu/ terhambat pada kadar HbCO yang

berada dibawah 10% dan bahkan sampai 5% (hal ini secara kasar

ekivalen dengan kadar CO di udara masing-masing sebesar 80 dan 35

Page 14: FIX gas.docx

14

mg/m3). Pengaruh ini terlalu terlihat pada perokok, karena kemungkinan

sudah terbiasa terpajan dengan kadar yang sama dari asap rokok.

Karbon monoksida (CO) jika terhisap ke dalam paru-paru akan

ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigenyang

dibutuhkan tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun

metabolisme, ikut bereaksi secara metabolisme dengan darah. Seperti

halnya oksigen, gas CO bereaksi dengan darah (hemoglobin) :

Hemoglobin + O2 –> O2Hb (oksihemoglobin)

Hemoglobin + CO –> COHb (karboksihemoglobin)

Konsentrasi gas CO sampai dengan 100 ppm masih dianggap

aman kalau waktu kontak hanya sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm

apabila dihisap manusia selama 8 jam akan menimbulkan rasa pusing dan

mual. Pengaruh karbon monoksida (CO) terhadap tubuh manusia tidak

sama dengan manusia yang satu dan yang lain. Karakteristik biologik

yang paling penting dari CO adalahkemampuannya untuk berikatan

dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengakut oksigen

keseluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan

karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil dibandingkan

oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif

lambat menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut

dalam fungsinya membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini

bisa berakibat serius, bahkan fatal, karena dapat menyebabkan

keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan fungsi enzim intra-seluler

juga dapatterganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut.

Dampatkeracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang telah menderita

gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah.

Di udara,karbon monoksida (CO) terdapat dalam jumlah yang

sangat sedikit, hanya sekitar 0,1 ppm. Di perkotaan dengan lalu lintas

yang padat konsentrasi gas CO antara 10-15 ppm. Sudah sejak lama

diketahui bahwa gas CO dalam jumlah banyak (konsentrasi tinggi) dapat

menyebabkan gangguan pada ekosistem dan lingkungan kita. Pada

Page 15: FIX gas.docx

15

hewan, dampak dari kadar karbon monoksida yang berlebihan hamper

menyerupai dampak yang terjadi pada manusia, dapat menyebabkan

kematian. Bagi Tumbuhan, kadar CO 100ppm pengaruhnya hamper tidak

ada khususnya tumbuhan tingkat tinggi. Kadar CO 200ppm dengan

waktu kontak 24 jam dapat mempengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen

oleh bakteri bebas terutama yang terdapat pada akar tumbuhan. Pada

material, dampak pencemaran udara oleh karbon monoksida adalah

menghitamnya benda-benda pada daerah yang telah tercemar oleh karbon

monoksida.

B. Perundang-undangan

1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Pasal 3 ayat1 (g) ”Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar

luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan

angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara, dan getaran.”

2. SE Menaker No. SE-01/MEN/1997 tentang NAB Faktor Kimia di Udara

Lingkungan Kerja.

3. SE Menaker No. SE-02/MEN/1978 tentang NAB Bahan Kimia di

Tempat Kerja.

4. PMP No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat-syarat Kesehatan, Kebersihan dan

Penerangan di Tempat Kerja.

5. Kepmenaker No. Kep-187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan

Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.

6. Permenaker No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor

Fisika dan Kimia di Tempat Kerja

Page 16: FIX gas.docx

16

BAB III

HASIL

A. Gambar Alat, Cara Kerja, dan Prosedur Pengukuran

1. Gambar Alat

CO Meter GCO-2008

Fungsi : mengukur kadar gas CO pada ruangan tertentu

Keterangan :

a. Sensor = untuk mendeteksi adanya gas CO.

b. Power = untuk menghidupkan dan mematikan alat.

c. Hold Esc = untuk menghentikan hasil pengukuran.

d. Rec Enter = untuk merekam hasil pengukuran dan mengetahui nilai

max dan min hasil pengukuran.

e. Set = untuk menyeting ketika akan digunakan untuk

mengukur gas lain.

Page 17: FIX gas.docx

17

f. Alarm = untuk menyeting waktu alarm ketika untuk

pengukuran.

2. Cara Kerja

CO Meter GCO-2008

a. Tekan tombol Power untuk mengaktifkan alat.

b. Seluruh instrumen aktif ditandai munculnya segmen digital pada

display.

c. Tekan tombol rec enter untuk merekam hasil pengukuran.

d. Tunggu selama 5 menit untuk mendapatkan hasil pengukuran.

e. Tekan tombol esc hold setelah itu catat hasil pengukuran.

f. Tekan tombol rec enter untuk mengetahuii hasil minimal

pengukuran.

g. Tekan tombol power untuk menonaktifkan alat.

3. Prosedur Pengukuran

a. Kalibrasi alat.

b. Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik.

B. Hasil Pengukuran

Berdasarkan pengukuran gas CO di Lampu Lalu Lintas Jalan Kolonel

Sutarto Solo pada tanggal 15 April 2014 pada pukul 13.35-13.40 WIB

didapatkan kadar CO max adalah 28 ppm, dan CO min adalah 0 ppm, pada

suhu 37,3 oC.

Page 18: FIX gas.docx

18

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan pengukuran gas CO di Lampu Lalu Lintas Jalan Kolonel

Sutarto Solo pada tanggal 15 April 2014 pada pukul 13.35-13.40 WIB didapatkan

kadar CO max adalah 28 ppm, dan kadar CO min adalah 0 ppm, pada suhu 37,3 oC.

1. Perbandingan dengan NAB (Nilai Ambang Batas)

Kadar ini belum melebihi NAB yang ada. Sesuai dengan Peraturan

Menteri Tenaga Kerja Nomor Per.13/MEN/X/2011 tentang nilai ambang

batas faktor fisika dan kimia di tempat kerja bahwa NAB gas karbon

monoksida (CO) adalah 25 bds atau 29 ppm. Jadi sudah jelas bahwa tampat

pengambilan sampel kadar gas CO belum melebihi NAB. Namun angka yang

ditunjukkan CO Meter hampir sama dengan NAB, sehingga diperkirakan

dapat melebihi NAB apabila dilakukan selama 8 jam kerja. Oleh sebab itu,

perlu adanya penangan segera mengenai bagaimana caranya agar pekerja

yang bekerja di sekitar tempat pengambilan sampel tidak mengalami

keracunan Gas CO. Apabila pekerja mengalami sesak nafas segera untuk

dilakukan tindakan pertolongan pertama secara medis agar tidak terjadi

kematian.

2. Gejala Keracunan

a. 100 bds : dapat menyebabkan pusing, sakit kepala, kelelahan.

250 bds : kehilangan kesadaran.

1000 bds : kematian cepat.

Di udara,karbon monoksida (CO) terdapat dalam jumlah yang sangat

sedikit, hanya sekitar 0,1 ppm. Di perkotaan dengan lalu lintas yang

padat konsentrasi gas CO antara 10-15 ppm. Sudah sejak lama diketahui

bahwa gas CO dalam jumlah banyak (konsentrasi tinggi) dapat

menyebabkan gangguan pada ekosistem dan lingkungan kita. Pada

hewan, dampak dari kadar karbon monoksida yang berlebihan hamper

Page 19: FIX gas.docx

19

menyerupai dampak yang terjadi pada manusia, dapat menyebabkan

kematian. Bagi Tumbuhan, kadar CO 100ppm pengaruhnya hamper tidak

ada khususnya tumbuhan tingkat tinggi. Kadar CO 200ppm dengan

waktu kontak 24 jam dapat mempengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen

oleh bakteri bebas terutama yang terdapat pada akar tumbuhan. Pada

material, dampak pencemaran udara oleh karbon monoksida adalah

menghitamnya benda-benda pada daerah yang telah tercemar oleh karbon

monoksida.

b. Pada penderita jantung dapat beresiko tinggi keracunan CO dapat

meyebabkan jantung tidak dapat beradaptasi cepat saat kekurangan O2.

c. Reaksi CO dengan Hb dalam darah dapat menyebabkan afinitas CO

terhadap Hb 200 kali lebih besar dari O2 dan pengaruh CO ditentukan

oleh konsentrasi COHb.

d. Menghirup udara mengandung CO rendah (5-6 bds) dalam jangka waktu

lama dengan gejala :

1) Sakit kepala, pening, berkunang-kunang.

2) Lemah dan ngilu persendian.

3) Mual dan muntah-muntah.

4) Sesak nafas, terutama pada waktu olah raga.

3. Patofisiologis (Cara Masuk ke Tubuh)

CO atau karbon monoksida adalah gas yang paling berbahaya bila

masuk ke tubuh dan bereaksi dengan darah. CO masuk ke dalam tubuh

melalui pernafasan atau inhalasi. Jika kadar CO sudah terakumulasi di dalam

alveoli maka CO akan ikut mengalir di pembuluh darah dan terakumulasi

juga bercampur dengan darah. CO akan mengikat hemoglobin darah sehingga

darah sudah tidak bisa mengikat O2. Reaksi CO dengan hemoglobin disebut

karboksihemoglobin. Afinitas CO terhadap Hb 200 kali lebih besar dari O2.

Pengaruh CO ditentukan oleh konsentrasi COHb. Jika terakumulasi di dalam

darah telah melebihi batas dapat menimbulkan kematian karena tubuh

kekurangan O2.

Page 20: FIX gas.docx

20

No

.

Konsentrasi

COHb dalam %

Pengaruh terhadap kesehatan

1. 0 – 10 Tidak ada gejala

2. 10 – 20 Leher seperti tercekik, sedikit sakit kepala

3. 20 – 30 Sakit kepala dan pening

4. 30 – 40 Sakit kepala yang sangat, lemah, mual, kolaps

5. 40 – 50 Kolaps sangat pasti, denyut nadi cepat

6. 50 – 60 Pulsus nadi dan respirasi meningkat

7. 60 – 70 Koma, mungkin kematian

8. 70 – 80 Nadi lemah, kematian dalam beberapa jam

9. 80 – 90 Kematian dalam waktu 1 jam

10. > 90 Kematian dalam waktu beberapa menit

Tabel 2. Pengaruh Konsentrasi COHb dalam % Terhadap Kesehatan

4. Penanganan Secara Khusus

a. Reaksi atmosfer menghilangkan 0,1% CO yang ada per jam.

b. Aktivitas mikroorganisme dalam tanah pada percobaan pot diisi tanah 2,8

kg ditempatkan dalam ruangan dengan waktu 120 bds CO, ternyata

dalam waktu 3 jam semua CO hilang di udara.

c. Mengontrol emisi CO

1) Modifikasi mesin pembakar.

2) Pengembangan reactor system exhaust.

3) Subtitusi bahan bakar untuk bensin.

4) Pengembangan sumber tenaga rendah polusi untuk menggantikan

mesin pembakaran yang ada.

5. Penanganan Lingkungan Untuk Mencegah Emisi Gas CO atau Korban

Pengendalian dan pencegahan terhadap pencemaran oleh gas karbon

monoksida dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

a. Sumber bergerak.

1) Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap berfungsi baik.

2) Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala.

3) Memasang filter pada knalpot.

Page 21: FIX gas.docx

21

b. Sumber tidak bergerak.

1) Memasang scruber pada cerobong asap.

2) Merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan pengujian secara

berkala.

3) Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar

Sulfur rendah.

4) Ventilasi umum.

c. Bahan baku.

1) Pengelolaan bahan baku CO sesuai dengan prosedur pengamanan.

2) Subtitusi bahan baku.

d. Manusia

Apabila kadar CO dalam udara ambien telah melebihi Baku Mutu

(365mg/Nm3 udara dengan rata-rata waktu pengukuran 24 jam) maka

untuk mencegah dampak kesehatan, dilakukan upaya-upaya:

1) Menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti masker gas dan

respirator.

a) Respirator yang memurnikan udara.

Dipakai dengan canisfer yang sesuai, untuk menghilangkan

kontaminan-kontaminan tertentu, tergantung jenis kontaminan

dalam udara (ditandai warna canisfer).

b) Respirator yang dihubungkan dengan supply udara.

Alat Pelindung Diri (APD) ini sangat penting untuk mengatasi

kemungkinan adanya kekurangan oksigen.

c) Respirator dengan supply oksigen.

Alat Pelindung Diri (APD) ini hampir sama dengan respirator

udara, demikian juga kegunaannya. Namun, oksigen untuk

pernafasan disediakan dari tabung yang berisi oksigen yang

dimampatkan atau oksigen cair.

d) Memakai masker.

Page 22: FIX gas.docx

22

Menggunakan masker dangan benar. Lebih baik lagi bila

menggunakan masker yang memiliki ketelitian tertentu.

2) Mengurangi aktifitas di luar rumah.

Sedangkan cara-cara penanggulangannya terhadap pencemaran oleh gas

karbon monoksida dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

1) Memperbaiki alat yang rusak.

2) Penggantian saringan atau filter.

3) Bila terjadi ataujatuh korban, maka lakukan:

a) Pindahkan korban ke tempat aman atau udara bersih.

b) Berikan pengobatan atau pernafasan buatan.

c) Kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat.

4) Dalam keadaan darurat, pelembagaan prosedur pertolongan pertama

dan mengirim korban untuk mendapat pertolongan pertama atau

bantuan medis perlu dilengkapi. Apabila gas karbon monoksida

mengenai mata, cucilah mata dengan segera dengan air yang

secukupnya, diusahakan agar pelupuk mata sering dibuka dan

ditutup. Usahakan secepatnya untuk mendapatkan pengobatan.

Lensa kontak agar tidak dipakai apabila sedang atau menangani

bahan-bahan kimia ini. Bila tenaga kerja menghirup sejumlah besar

karbon dioksida, pindahkan dengan segera tenaga kerja tersebut

ditempat yang yang berudara segar. Apabila pernafasan berhenti,

segera usahakan dengan pernafasan buatan. Jaga agar tenaga kerja

yang terpapar tersebut tetap hangat dan pada keadaan istirahat.

Usahakan pengobatan dengan segera.

BAB V

Page 23: FIX gas.docx

23

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil praktikuum pengamatan dan pengukuran kadar gas CO di

tempat kerja dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Menurut Permenaker Nomor. Per.13/X/MEN/2011 tentang faktor fisika

dan kimia di tempat kerja NAB dari Gas CO selama paparan 8 jam kerja

perhari adalah 29 ppm atau 25 bds.

2. Alat untuk mengukur kadar Gas CO di tempat kerja adalah CO Meter

GCO-2008.

3. Hasil praktikum pengukuran kadar Gas CO di Lampu Lalu Lintas Jalan

Kolonel Sutarto Solo pada tanggal 15 April 2014 jam 13.35-13.40 kadar

max adalah 28 ppm, sedangkan kadar min adalah 0 ppm pada suhu 37,3 oC.

4. Bahaya penyakit yang ditimbulkan akibat kadar gas CO yang tinggi di

udara adalah sesak nafas, asfiksian, dan keracunan akibat gas CO yang

berikatan dengan Hb. Pencegahannya dapat dilakukan mulai dari sumber

emisi gas CO, lingkungannyya dengan reboisasi, bahan baku, dan

pekerjanya.

B. Saran

Adapun penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Perlu dilakukan penguukuran secara berkala mengenai kadar gas CO

pada lokasi sampel tersebut untuk mengetahui validitas suatu hasil

pengukuran.

2. Perlu adanya pembinaan kepada para pekerja atau masyarakat yang

berada di sekitar area lokas sampel apabila kadar gas CO melebihi NAB.

3. Perlu adanya pengukuran kadar gas beracun lain yang ada di udara

seperti gas Nox, dan Sox sehingga diketahui kadar pencemaran udara di

sekitar area sampel.

Page 24: FIX gas.docx

24

4. Perlu adanya tindak lanjut pengendalian dari pemerintah setempat untuk

mengurangi kadar gas CO di sekitar lokasi sampel, seperti reboisasi atau

penambahan zona hijau.

DAFTAR PUSTAKA

Page 25: FIX gas.docx

25

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. 2011. Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja. Jakarta: Depnaker RI.

Santoso. 2012. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta: UNS Press.

Suma’mur, Dr. P.K., M.Sc. 1996. Higene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Cetakan ke-3. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung.

Tim Penyusun. 2014. Buku Pedoman Praktikum Semester IV. Surakarta : Program D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja FK UNS.