30
LAPORAN TOKSIKOLOGI Oleh: Nurul inayah anwar O111 10281 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

Fix Laporan Toksik Nurul Inayah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Fix Laporan Toksik Nurul Inayah

LAPORAN TOKSIKOLOGI

Oleh:

Nurul inayah anwar

O111 10281

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: Fix Laporan Toksik Nurul Inayah

Praktikum I

PENENTUAN LETAL DOSE (LD) 50 DAN EFFECTIVE DOSE (ED) 50

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Obat bekerja dalam tubuh pada dipengaruhi oleh dosis, waktu paruh, dan

keadaan tiap individu. Cara kerja obat ada yang menggunakan sifat

fisikokimianya disebut kerja obat nonspesifik. Sedangkan sebagian besar obat

bekerja spesifik melalui sistem transpor, enzim, atau bekerja pada reseptor. Saat

obat bekerja, tubuh akan mengeluarkan respon.

Efikasi adalah respon maksimal yang dihasilkan obat. Potensi adalah dosis

yang dibutuhkan untuk mencapai respon tertentu. Potensi diekspresikan seebagai

dosis obat dimana mencapai efek terapi pada 50% populasi (ED50). Lethal Dose

(LD50) adalah dosis yang dibutuhkan untuk membunuh 50% hewan coba.

Pengujian toksisitas suatu senyawa dibagi menjadi dua golongan yaitu uji

toksisitas umum dan uji toksisitas khusus. Pengujian toksisitas umum meliput

berbagai pengujian yang dirancang untuk mengevaluasi keseluruhan efek umum

suatu senyawa pada hewan uji. Pengujian toksisitas umum meliputi : pengujian

toksisitas akut, subkronik, dan kronik. Pengujian toksisitas khusus meliputi uji

potensiasi, karsinogenik, mutagenik, teratogenik, reproduksi, kulit, mata, dan

tingkah laku (Loomis 1978).

Pengujian toksisitas akut dapat menghasilkan nilai LD50 dan memberikan

gambaran tentang gejala-gejala ketoksikan terhadap fungsi penting seperti gerak,

tingkah laku, dan pernafasan yang dapat menyebabkan kematian. Uji toksisitas

sub kronik dapat memberikan efek yang berbahaya yang timbul pada penggunaan

obat secara berulang dalam jangka waktu tertentu (Loomis 1978).

Xylazine bekerja melalui mekanisme yang menghambat tonus simpatik

karena xylazine mengaktivasi reseptor postsinap α2-adrenoseptor sehingga

Page 3: Fix Laporan Toksik Nurul Inayah

menyebabkan medriasis, relaksasi otot, penurunan denyut jantung, penurunan

peristaltik, relaksasi saluran cerna, dan sedasi. Aktivitas xylazine pada susunan

syaraf pusat adalah melalui aktivasi atau stimulasi reseptor α2-adrenoseptor,

menyebabkan penurunan pelepasan simpatis, mengurangi pengeluaran

norepineprin dan dopamin. Reseptor α2, Xylazine menghasilkan sedasi dan

hipnotis yang dalam dan lama, dengan dosis yang ditingkatkan mengakibatkan

sedasi yang lebih dalam dan lama serta durasi panjang. Xylazine diinjeksikan

secara intramuskular menyebabkan iritasi kecil pada daerah suntikan, tetapi tidak

menyakitkan dan akan hilang dalam waktu 24 –48 jam. -adrenoseptor adalah

reseptor yang mengatur penyimpanan dan atau pelepasan dopamin dan

norepineprin. Xylazine menyebabkan relaksasi otot melalui penghambatan

transmisi impuls intraneural pada susunan syaraf pusat dan dapat menyebabkan

muntah. Xylazine juga dapat menekan termoregulator.

1.2 Tujuan

a. Mengetahui definisi LD 50

b. Mengetahui cara perhitungan LD 50

c. Mengetahui efek Xylazine

2. Prosedur

2.1 Alat dan Bahan

a. 17 ekor mencit

b. Xylazine

c. Timbangan elektrik

d. Spoit 1cc

2.2 Prosedur Kerja

Menentukan standar normal dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, meliputi penimbangan

bobot badan mencit yang akan digunakan.

Page 4: Fix Laporan Toksik Nurul Inayah

b. Tentukan rute pemberian (per oral, per injeksi : Sub kutan, Intra muscular,

ataupun secara topical/dermal). Pada praktikum ini xylazine diberikan

melalui injeksi intra muscular.

c. Tentukan dosis yang dapat mematikan 100% hewan coba

d. Tentukan dosis yang dapat mematikan 0% hewan coba

e. Bagi menjadi 4 atau 5 tingkat dosis (diperkecil):

0,1

0,05

0,025

0,0125

f. Suntikkan xylazine ke mencit (Intra Muscular)

g. Perhatikan perubahan perilaku pascapemberian xylazine

h. Setelah percobaan selesai dilakukan dan data sudah diperoleh, hitung

LD50 sesuai rumus perhitungan LD50.

3. Data

No Berat (gr) Dosis (ml) Letal (L) / Hidup (H)

1. 22 0,1 L

2. 27 - -

3. 19 0,025 H

4. 20 0,1 L

5. 21 0,05 H

6. 19 0,05 L

7. 19 0,1 L

8. 21 0,025 L

9. 24 0,025 H

10. 29 0,025 H

11. 27 0,1 L

12. 26 0,05 L

Page 5: Fix Laporan Toksik Nurul Inayah

13. 27 0,05 L

14. 22

15. 23

16. 31

17. 24

Dari data yang telah di peroleh yaitu Dosis terendah (D): 0,0125

Kelipatan dosis (d): 2, K : 3, n: 4, r : 0 1 3 4, f : 0,5

Jadi,

Log LD50 = Log D+d(f+1)

= Log 0,025 + Log 2 (0,35+1)

= -1,6 + 0,301 (1,35)

=-1,64+ 0,406

= -1,194

LD50 = antilog -1,194

=10 -1,194

=0,064

4. Pembahasan

a. Penentuan LD 50 untuk mengetahui seberapa tinggi dosis yang dapat

membunuh 50% dari populasi hewan coba. Kepentingan dilakukan adalah

untuk menentukan ketersediaan obat, dikatakan normal obatnya jika rasio

sebagai berikut :

Untuk Efektif Dose (ED) 50

Page 6: Fix Laporan Toksik Nurul Inayah

Untuk Efek Toksik

b. Selain itu dalam penentuan LD 50 dan ED 50 kita dapat untuk mengetahui

target kerja. Untuk itu mengevaluasi tingkah laku hewan utnuk mengetahui

target kerja

5. Kesimpulan

LD50 merupakan dosis yang menyebabkan 50% dari hewan coba

mengalami kematian. ED50 sendiri merupakan keefektifan suato obat mampu

menunjukkan efk yang diharapkan. Makin besar perbedaan antara LD50 dengan

ED50 maka semakin baik obat tersebut

Page 7: Fix Laporan Toksik Nurul Inayah

Praktikum I I

PENGGUNAAN ARANG AKTIF (BAHAN ABSORBEN) SEBAGAI

ANTIDOTA TERHADAP XYLAZINE

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Xylazine merupakan salah satu golongan alpha2-adrenoceptor stimulant

atau alpha-2 adrenergic receptor agonist. Alpha-2 agonist seperti xylazine dan

medetomidin adalah preanestetikum yang sering digunakan pada anjing dan

kucing untuk menghasilkan sedasi, analgesi, dan pelemas otot.

Xylazine menyebabkan tertekannya sistem syaraf pusat, bermula dari

sedasi, kemudian dengan dosis yang lebih tinggi menyebabkan hypnosis, tidak

sadar dan akhirnya keadaan teranestesi.Pada sistem pernafasan, xylazine menekan

pusat pernafasan. Xylazine juga menyebabkan relaksasi otot yang bagus melalui

imbibisi transmisi intraneural impuls pada SSP. efek samping dari xylazine

adalah  mengalami penurunan setelah kenaikan awal pada tekanan darah dalam

perjalanan efeknya vasodilatasi tekanan darah dan juga dapat menyebabkan

bradikardi. Pemberian yang berlebihan/ tidak sesuai dengan dosis akan

menyebabkan keracunan (toksik ) pada tubuh. Efek keracunan yang disebabkan

oleh pemberian xylazi yang tidak sesuai (berlebihan) dapat dinetralisir

menggunakan arang aktif yang tidak lain merupakan zat absorbent yang bisa

digunakan sebagai antidota dari xylazine.

Arang aktif atau sering disebut sebagai norit merupakan padatan berpori

yang mengandung 85-95 % karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang

mengandung karbon yang mengalami pemanasan pada suhu tinggi. Norit dapat

menyerap gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat dapat menyerap gas

atau senyawa kimia tertentu atau sifat penyerapan selektif, tergantung pada besar

Page 8: Fix Laporan Toksik Nurul Inayah

atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap norit sangat besar, yaitu

25-100% terhadap berat norit.

Arang aktif ini ketika diperiksa dibawah Scanning Electron Microscopy,

akan terlihat pori-pori dalam jumlah yang sangat besar. Dengan gaya Van der

Walls yang dimilikinya, pori-pori tersebut mampu menangkap berbagai macam

bahan, termasuk bahan beracun. Oleh karena itu arang aktif dapat digunakan pada

kasus overdosis obat, keracunan makanan, atau tertelan bahan beracun lainnya.

Kemampuan arang aktif dalam  menangkap racun  hanya terjadi di lambung dan

usus, ketika zat beracun belum terserap dan masuk ke dalam peredaran darah.

Sehingga, semakin cepat diberikan, semakin banyak racun yang dapat diserap.

Namun, tidak semua bahan dapat diserap oleh arang aktif.

1.2 Tujuan Praktikum

a. Mengetahui kegunaan dan kandungan arang aktif sebagai antidota

b. Mengetahui cara pembuatan campuran arang aktif dan xylazine yang

dihomogenkan

c. Mengetahui efek xylazine

d. Mengetahui cara pengujian arang aktif sebagi antidota terhadap xylazine

2. Prosedur Kerja

2.1 Alat dan Bahan

a. 2 ekor mencit

b. Arang aktif

c. Xylazine

d. Aquadest

e. Tabung reaksi

f. Corong kaca

g. Kertas saring

h. Spoit 3 cc

Page 9: Fix Laporan Toksik Nurul Inayah

i. Stopwatch

j. Mortar (penggerus)

k. Beaker Glass

2.2 Prosedur Kerja

a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b. Campurankan xylazine dan arang aktif :

Xylazine yang akan digunakan terlebih dahulu diencerkan menggunakan

Aquadest dengan perbandingan antara Xylazine dan Aquadest 1:1

Ambil arang aktif, gerus sampai ±100 mass untuk menghasilkan serbuk

arang.

Masukkan serbuk arang ke dalam tabung reaksi

Tambahkan 6 cc xylazine ke dalam tabung reaksi yang berisi serbuk

arang.

Homogenkan xylazine dan serbuk arang aktif dengan cara mengocok

tabung reaksi.

Setelah homogen, saring campuran arang aktif dan xylazine, gunakan

kertas saring yang diletakkan di dalam corong kaca lalu tuang campuran

arang aktif dan xylazine ke tabung reaksi yang lain

Siap untuk digunakan

c. Injeksikan xylazine ke salah satu mencit (mencit A), sementara untuk

mencit yang kedua (mencit B) suntikkan campuran xylazine dan arang

aktif intra muscular

d. Untuk memudahkan dalam mengamati, kedua mencit dapat diletakkan

dalam beaker glass yang terpisah

e. Aktifkan Stopwatch, sambil mengamati perubahan tingkah laku maupun

perubahan fisik kedua mencit

f. Catat perubahan perilaku kedua mencit dan berapa lama masing – masing

mencit dapat bertahan.

Page 10: Fix Laporan Toksik Nurul Inayah

3. Data

No Sediaan Obat vs Antidota Dosis Gejala Klinis

1. a. Xylaxin 1 ml Gejala yang ditimbulkan

cepat, langsung menunjukan

gejala :

Diam / terdepress

b. Xylaxin + arang 1 ml Gejala yang ditimbulkan

relative lebih lama,

Menunjukkan perilaku

eksplorasi

Menggaruk-garuk.

4. Pembahasan

Pada mencit A setelah disuntikan xylazine akan diam dan tidak banyak

bergerak hal tersebut disebabkan karena xylzine yang seharusnya merupakan obat

preanastetikum yang jika pemberiannya berlebihan akan bersifat toksik di dalam

tubuh. Xylazine bekerja melalui mekanisme yang menghambat tonus simpatik

karena xylazine mengaktivasi reseptor postsinap α2-adrenoseptor sehingga

menyebabkan medriasis, relaksasi otot, penurunan denyut jantung, penurunan

peristaltik, relaksasi saluran cerna, dan sedasi.

Aktivitas xylazine pada susunan syaraf pusat adalah melalui aktivasi atau

stimulasi reseptor α2-adrenoseptor, menyebabkan penurunan pelepasan simpatis,

mengurangi pengeluaran norepineprin dan dopamin. Reseptor α2, Xylazine

menghasilkan sedasi dan hipnotis yang dalam dan lama, dengan dosis yang

ditingkatkan mengakibatkan sedasi yang lebih dalam dan lama serta durasi

Page 11: Fix Laporan Toksik Nurul Inayah

panjang. Xylazine diinjeksikan secara intramuskular menyebabkan iritasi kecil

pada daerah suntikan, tetapi tidak menyakitkan dan akan hilang dalam waktu 24 –

48 jam. -adrenoseptor adalah reseptor yang mengatur penyimpanan dan atau

pelepasan dopamin dan norepineprin. Xylazine menyebabkan relaksasi otot

melalui penghambatan transmisi impuls intraneural pada susunan syaraf pusat dan

dapat menyebabkan muntah. Xylazine juga dapat menekan termoregulator.

Sedangkan pada menit B masih terlihat aktif setelah diinjeksikan campuran

aran aktif dan xylazin hal tersebut disebabkan karena arang merupakan karbon

aktif yang mempunyai kemampuan penyerapan racun dalam tubuh. Arang aktif

juga mengandung sorbitol, suatu zat yang memiliki efek pencahar. Prinsip kerja

arang aktif adalah ketika masuk kedalam perut dia akan mampu menyerap bahan-

bahan racun dan berbahaya yang menyebabkan gangguan pencernaan. Kemudian

menyimpannya didalam permukaan porinya sehingga nantinya keluar bersama

tinja. Arang memiliki pori-pori tersebut mampu menangkap berbagai macam

bahan, termasuk bahan beracun. Oleh karena itu arang aktif dapat digunakan pada

kasus overdosis obat, keracunan makanan, atau tertelan bahan beracun lainnya.

5. Kesimpulan

Penggunaaan xylazine dapat bersifat toksik. Xylazine menyebabkan

relaksasi otot melalui penghambatan transmisi impuls intraneural pada susunan

syaraf pusat dan dapat menyebabkan muntah. Xylazine juga dapat menekan

termoregulator. Arang aktif dapat berperan sbagai antidota xylazine, dengan cara

menyerap bahan racun ke dalam pori-porinya

Page 12: Fix Laporan Toksik Nurul Inayah

Praktikum I II

PENGGUNAAN ATROPINE SEBAGAI ANTIDOTA ORGANFOSFAT (OBAT

NYAMUK HIT/PROPUKSUR)

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Organofosfat mempunyai aksi sebagai inhibitor enzim kholinesterase.

Kholinesterase adalah enzim yang berfungsi agar asetilkholin terhidrolisis

menjadi asetat dan kholin. Organofosfat mampu berikatan dengan sisi aktif dari

enzim ini sehingga kerja enzim ini terhambat. Akibatnya jumlah asetilkholin

dalam sipnasis meningkat sehingga menimbulkan stimulasi reseptor possinap

yang persisten. Asetilkholin terdapat di seluruh sistem saraf, terutama sekali

asetilkholin berperan penting pada sistem saraf autonom. Senyawa ini berperan

sebagai neurotransmiter pada ganglia sistem saraf simpatik dan parasimpatik,

yang mana senyawa ini berikatan dengan reseptor nikotinik. Inhibisi

kholinesterase pada ganglia sistem saraf simpatik dapat menimbulkan midriasis,

takikardi, dan hipertensi. Sedangkan, penghambatan kholinesterase pada ganglia

sistem saraf parasimpatik menimbulkan efek miosis, bradikardi, dan salivasi.

Asetilkholin juga merupakan neurotransmitter posganglionik pada saraf

parasimpatik yang secara langsung mempengaruhi jantung, bermacam-macam

kelenjar, otot polos bronchial. Tidak seperti reseptor pada ganglia, reseptor pada

organ ini adalah reseptor muskarinink. Keracunan pestisida golongan

organofosfat disebabkan oleh asetilkolin yang berlebihan, mengakibatkan

perangsangan terus menerus saraf muskarinik dan nikotinik.

Untuk menangani keracunan yang disebabkan oleh organofosfat tindakan

yang perlu dilakukan adalah stabilisasi pasien, dekontaminasi, dan pemberian

antidotum. Pada pemberian antidotum Agen antimuskarinik seperti atropine,

ipratopium, glikopirolat, dan skopolamin biasa digunakan mengobati efek

Page 13: Fix Laporan Toksik Nurul Inayah

muskarinik karena keracunan organofosfat. Salah satu yang sering digunakan

adalah Atropin karena memiliki riwayat penggunaan paling luas. Atropin

melawan tiga efek yang ditimbulkan karena keracunan organofosfat pada reseptor

muskarinik, yaitu bradikardi, bronkospasme, dan bronkorea.

1.2 Tujuan Praktikum

a. Mengetahui kegunaaan atropin

b. Mengetahui efek penggunaan atropin pada keracunan organofosfat sebagai

antidota

c. Mengetahui jenis organofosfat

d. Mengetahui cara pengujian atropin terhadap organofosfat (propuksur)

e. Mengetahui gejala keracunan pada pemberiaan organofosfat

2. Prosedur

2.1 Alat dan Bahan

a. 2 ekor mencit

b. Atropin

c. Antinyamuk (mengandung Orgafosfat)

d. Spoit 1cc

e. Stopwatch

f. Beaker Glass

2.2 Cara Kerja

a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b. Injeksikan atropine intra peritoneum ke salah satu mencit (mencit A),

kemudian injeksikan antinyamuk yang mengandung organofosfat ke

mencit tersebut dengan injeksi subcutan.

c. Letakkan mencit dalam beaker glass untuk memudahkan mengamati

mencit

d. Amati dan catat setiap perubahan tingkah laku kedua mencit juga

perubahan fisik yang terjadi, apa perbedaan perubahan yang terjadi antara

mencit pertama dengan mencit kedua

Page 14: Fix Laporan Toksik Nurul Inayah

e. Untuk mencit yang kedua (mencit B) langsung diberikan injeksi

antiyamuk yang mengandung organoklorin dengan injeksi sub cutan

f. Sama dengan mencit pertama, masukkan ke dalam beaker glass lalu amati

dan catat perubahan tingkah laku mencit juga perubahan fisik yang terjadi

3. Data

Pada mencit A : tidak ada gejala stimulasi kejang.

Pada mencit B : dalam waktu 2 menit menimbulkan kejang yang hebat.

Dalam waktu 6-7 menit mencit mati.

4. Pembahasan

Pada mencit A tidak terlihat gejala stimulasi kejang karena adanya

atropine yang berperan sebagai antidota dari oranofosfat. Atropine adalah antidot

(penawar), obat yang menetralkan efek-efek yang timbul oleh racun. Sedangkan

pada mencit B dalam waktu 2 menit mengalami kejang yang hebat dan daam

waktu 6-7 menit menimbulkan kematian. Hal tersebut disebabkan karena

organofosfat yang masuk ke dalam tubuh menghambat aksi pseudokholinesterase

dalam plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya.

Enzim tersebut secara normal menghidrolisis asetylcholin menjadi asetat dan

kholin. Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah asethylcholin

meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system

saraf pusat dan perifer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan

yang berpengaruh pada seluruh bagian tubuh

5. Kesimpulan

Organofosfat dapat menimbulkan keracunan karena dapat menghambat

enzim kholinesterase. Atropine adalah antidot (penawar), obat yang menetralkan

efek-efek yang timbul oleh racun. Atropine berperan sebagai antidota pada

penangaan kasus keracunan akibat organofosfat

Page 15: Fix Laporan Toksik Nurul Inayah

Praktikum IV

UJI TOKSISITAS ATROPIN

1. Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Atropin adalah senyawa alam terdiri dari amine antimuscarinic tersier.

Atropin adalah antagonis reseptor kolinergik yang diisolasi dari Atropa belladona

L, Datura stramonium L dan tanaman lain keluarga Solanaceae. Walaupun

atropine bersifat selektif menghambat reseptor muskarinik, pada dosis yang

sangat besar atropine memperlihatkan efek penghambatan juga di ganglion

otonom dan otot rangka yang reseptornya nikotinik.

Hambatan oleh atropine bersifat reversible dan dapat diatasi dengan

pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian atau

asetilkolinesterase. Atropine pada dosis kecil memperlihatkan efek merangsang di

susunan saraf pusat dan pada dosis toksik memperlihatkan efek depresi setelah

melampaui fase eksitasi yang berlebihan.

Atropin dapat menimbulkan beberapa efek, misalnya pada susunan syaraf

pusat, merangsang medulla oblongata dan pusat lain di otak, menghilangkan

tremor, perangsang respirasi akibat dilatasi bronkus, pada dosis yang besar

menyebabkan depresi nafas, eksitasi, halusinasi dan lebih lanjut dapat

menimbulkan depresi dan paralisa medulla oblongata. Efek atropin pada mata

menyebabkan midriasis dan siklopegia. Pada saluran nafas, atropin dapat

mengurangi sekresi hidung, mulut dan bronkus. Efek atropin pada sistem

kardiovaskuler (jantung) bersifat bifasik yaitu atropin tidak mempengaruhi

pembuluh darah maupun tekanan darah secara langsung dan menghambat

vasodilatasi oleh asetilkolin. Pada saluran pencernaan, atropin sebagai

antispasmodik yaitu menghambat peristaltik usus dan lambung, sedangkan pada

Page 16: Fix Laporan Toksik Nurul Inayah

otot polos atropin mendilatasi pada saluran perkencingan sehingga menyebabkan

retensi urin (Hidayat, 2005)

2. PROSEDUR KERJA

2.1 Alat dan bahan

a. Mencit

b. Atropin

c. Spoit

3. Langkah kerja

Siapkan seekor mencit lalu injeksikan atropin sulfat sec. Amati perubahan

yang terjadi.

3. HASIL

Terlihat perubahan perilaku seperti:

Mencit menekan perut kelantai

Pernapasan lambat

Rambut berdiri

Mukosa dan daun telinga pucat

4. Pembahasan

Mencit menekan perut kelantai menandakan bahwa mencit mengalami

kholik karena atropin menibulkan efek spasmolitikum pada kejang-kejang di

saluran lambung sampai usus dan urogenital. Pernapasan lambat karena terjadi

bronkhodilatasi pada saluran napas dan pada dosis yang besar dapat menimbulkan

depresi napas. Mukosa dan daun telinga pucat karena atropin akan membua

pembulu darah menjadi vasokonstriksi sehingga aliran darah berkurang. Pada

kasus keracunan atropine peristaltic dihambat sehingga perut menjadi kembung

dan bising, depresi repirasi yang dapat menyebabkan kematian

5. Kesimpulan

Atropin adalah senyawa alam terdiri dari amine antimuscarinic tersier.

Atropine pada dosis kecil memperlihatkan efek merangsang di susunan saraf

Page 17: Fix Laporan Toksik Nurul Inayah

pusat dan pada dosis toksik memperlihatkan efek depresi setelah melampaui fase

eksitasi yang berlebihan. Oleh karena itu dapan penggunaan atropine harus lebih

berhati-hati dan lebih memperhatikan dosis penggunaan

Page 18: Fix Laporan Toksik Nurul Inayah

Praktikum V

Uji presipitasi tanin terhadap logam berat merkuri

1. Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Mekanisme keracunan atau toksisitas logam berat terdiri dari dua fase

yakni fase kinetic dan dinamik. Fase kinetic Meliputi proses-proses biologi biasa

seperti penyerapan, penyebaran dalam tubuh, metabolisme dan proses

pembuangan atau eskresi Pada fase ini baik toksikan dan protoksikan akan

mengalami proses sinergetik atau sebaliknya proses antagonik Proses sinergetik

merupakan proses atau peristiwa terjadi peningkatan daya racun yang sangat

tinggi proses pengurangan atau bahkan penghilangan daya racun .

Proses sinergetik maupun antagonis di dalam tubuh dapat terjadi sebagai

akibat dari adanya bahan-bahan lain yang terdapat di dalam tubuh, baik yang

memang sudah ada sebagai sistem maupun bahan lain yang masuk ke dalam

tubuh.Contoh Cd, daya racun logam Cd akan terkurangi karena dalam tubuh

logam ini akan membentuk senyawa kompleks kelat dengan methallotionin yang

dimilik oleh tubuh. Logam merkuri, daya racun logam merkuri akan hilang bila

unsur ini berikatan dengan sulfur yang ikut masuk dalam tubuh seringkali

diberikan merkaptopropanol. Senyawa ini akan menimbulkan rangsangan untuk

memuntahkan kembali senyawa merkuri yang telah masuk ke dalam tubuh

Senyawa-senyawa yang telah mengalami proses antagonis ini biasanya dalam

peristiwa metabolisme tubuh akan dikeluarkan melalui feces, urine dan atau

dimuntahkan.

Sedangkan pada Fase Dinamik Meliputi semua reaksi-reaksi biokimia

yang terjadi dalam tubuh berupa katabolisme dan anabolisme yang melibatkan

enzim-enzim Merupakan proses lanjut dari fase kenetik, bahan beracun yang yang

tidak bisa dinetralisir oleh tubuh akan bereaksi dengan senyawa-senyawa hasil

Page 19: Fix Laporan Toksik Nurul Inayah

dari proses biosintesa seperti protein, enzim, asam inti, lemak dll. Hasil dari

reaksi ini bersifat merusak terhadap proses-proses biomolekul dalam tubuh

apabila di dalam tubuh senyawa merkuri bereaksi dengan senyawa yang

mengandung metil aktif membentuk senyawa metil merkuri. Gugus metil aktif ini

bisa saja sudah ada dan memang dimiliki oleh tubuh, tetapi metil aktif ini bisa

saja terdapat dalam tubuh akibat tertelan bersama bahan makanan atau terhirup

dari udara saat bernafas terhirup dari udara saat bernafas

Mekanisme keracunan Logam. Ochiai (1977), seorang ahli kimia, telah

mengelompokkan mekanisme keracunan logam dalam 3 kategori yaitu

Memblokir atau menghalangi kerja, Menggantikan ion-ion logam esensial yang

terdapat dalam molekul terkait danMengadakan modifikasi atau perubahan bentuk

dari gugus-gugus aktif yang dimiliki oleh biomolekul protein umumnya

menyerang ikatan sulfida.

2. PROSEDUR KERJA

2.1 Alat dan bahan

a. Air Teh

b. Merkuri

c. Tabung reaksi

d. Spoit

2.2 Cara kerja

a. Logam merkuri, dapat diperoleh dari alat pengukur suhu thermometer,

kemudian merkuri (Hg) yang telah disiapkan tersebut dihaluskan.

b. Merkuri (Hg) dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan tannin

dari teh. Lalu kocok perlahan.

c. Lakukan pengamatan dan periksa adanya endapan dan presipitasi oleh

merkuri (Hg).

3. Data

Page 20: Fix Laporan Toksik Nurul Inayah

No Jenis logam dan Absorben Hasil

1 Merkuri (Hg) + Tanin Ada endapan, namun tidak

menunjukkan adanya presipitasi. Atau

presipitasi negative (-)

4. Pembahasan

Tanin merupakan zat organik yang sangat kompleks dan terdiri dari

senyawa fenolik terdiri dari sekelompok zat – zat kompleks terdapat secara

meluas dalam dunia tumbuh – tumbuhan. Tanin dapat berperan sebagai antidotum

(keracunan alkaloid) dengan cara mengeluarkan asam tamak yang tidak terlarut.

Selain itu kemampuan tannin untuk mempresipitasi protein termasuk merkuri

yang merupakan logam yang memiliki toksisitas yang cukup tinggi.

Berdasrkan hasi pengamatan, terdapat adanya endapan Hg pada dasar

tabung reaksi, namun tidak ada presipitasi. Hal ini terjadi karena mungkin dosis

tanin yang diberikan tidak cukup banyak sehingga tidak mampu mempresipitasi

merkuri (Hg).

5. Kesimpulan

Tannin dapat berperan sebagai antidotum (keracunan alkaloid) pada

keracunan logam berat seperti merkuri. mekanisme keracunan logam dalam 3

kategori yaitu Memblokir atau menghalangi kerja, Menggantikan ion-ion logam

esensial yang terdapat dalam molekul terkait dan Mengadakan modifikasi atau

perubahan bentuk dari gugus-gugus aktif yang dimiliki oleh biomolekul protein

umumnya menyerang ikatan sulfida.