16
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Obat tradisional yang digunakan pada fasilitas pelayanan k hams memenuhi persyaratan arnan, bermanfaat dan sudah terstandar. Unt memenuhi persyaratan tersebut diperlukan upaya penegasan keamanan melalui uji toksisitas dan efektivitas. Uji toksikologi dibagi menjadi dua golongan, yakni uji ketoksikan khas dan uji ketoksikan khas. Dimaksud dengan uji ketoksikan ialah uji toksikologi yang dirancang untuk mengevaluasi keseluruhan a spektrum efek toksik suatu senyawa pada aneka ragam jenis he Beda antara ketiga jenis uji pada uji ketoksikan tak khas t pada sifat dan lama pemberian atau pemejanan senyawa uji, se dan luaranujinya. Dimaksud dengan uji ketoksikan khas ialahuji toksikologi yang dirancang untuk mengevaluasi secara rinci efe yang khas suatu senyawa atas fungsi organ atau kelenjar tertentu pada ragam subyek atau hewan uji. Uji toksisitas dimaksudkan untuk menilai kearnanan sediaan diuji dan menetapkan efek toksiknya. Salah satu uji toksisita dilakukan adalah uji teratogenik, uji teratogenik termasuk uji toksis Salah satu tumbuhan yang banyak digunakan sebagai obat tradisiona adalah daun sirsak ( Annona muricata Folium), daun sirsak dapat digun sebagai pengobatan antikanker. Dimana, ekstrak daun sirsak men acetogennis yang dianggapsebagaisenyawa antikanker. Untuk itu dilakukan uji teratogenik karena belum pernah ada pemeriksaan pre-kli untuk menguji toksisitas. Parameter yang digunakan pada uji teratogenik dapat berupa jumlah hasil implantasi, jumlah fetus hidup, jumlah fetus mati atau resorbsi dan panjang badan fetus, serta abnormalitas morfologi saat fetus ekst via laparotomi pada hari ke-19 kehamilan.

makalah toksik

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGObat tradisional yang digunakan pada fasilitas pelayanan kesehatan hams memenuhi persyaratan arnan, bermanfaat dan sudah terstandar. Untuk memenuhi persyaratan tersebut diperlukan upaya penegasan keamanan melalui uji toksisitas dan efektivitas.Uji toksikologi dibagi menjadi dua golongan, yakni uji ketoksikan tak khas dan uji ketoksikan khas. Dimaksud dengan uji ketoksikan tak khas ialah uji toksikologi yang dirancang untuk mengevaluasi keseluruhan atau spektrum efek toksik suatu senyawa pada aneka ragam jenis hewan uji. Beda antara ketiga jenis uji pada uji ketoksikan tak khas tersebut terletak pada sifat dan lama pemberian atau pemejanan senyawa uji, serta sasaran dan luaran ujinya. Dimaksud dengan uji ketoksikan khas ialah uji toksikologi yang dirancang untuk mengevaluasi secara rinci efek toksik yang khas suatu senyawa atas fungsi organ atau kelenjar tertentu pada aneka ragam subyek atau hewan uji.Uji toksisitas dimaksudkan untuk menilai kearnanan sediaan yang diuji dan menetapkan efek toksiknya. Salah satu uji toksisitas yang harus dilakukan adalah uji teratogenik, uji teratogenik termasuk uji toksisitas khas.Salah satu tumbuhan yang banyak digunakan sebagai obat tradisional adalah daun sirsak (Annona muricata Folium), daun sirsak dapat digunakan sebagai pengobatan antikanker. Dimana, ekstrak daun sirsak mengandung acetogennis yang dianggap sebagai senyawa antikanker. Untuk itu dilakukan uji teratogenik karena belum pernah ada pemeriksaan pre-klinis untuk menguji toksisitas.Parameter yang digunakan pada uji teratogenik dapat berupa jumlah hasil implantasi, jumlah fetus hidup, jumlah fetus mati atau resorbsi, berat dan panjang badan fetus, serta abnormalitas morfologi saat fetus ekstraksi via laparotomi pada hari ke-19 kehamilan.1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu :1) Apakah Kandungan Kimia yang terdapat pada daun Sirsak (Annona muricata L.) ?2) Apakah Manfaat daun Sirsak (Annona muricata L.) ?3) Bagaimanakah efek toksik dari daun Sirsak (Annona muricata L.) ?

1.3 Tujuan MakalahTujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui tentang :1) Kandungan Kimia yang terdapat pada daun Sirsak (Annona muricata L.)2) Manfaat daun Sirsak (Annona muricata L.)3) Efek toksik dari daun Sirsak (Annona muricata L.)

1.4 Manfaat MakalahMakalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terhadap pembaca khususnya mengenai efek ketoksikan dari daun Sirsak (Annona muricata L.) dan semoga memberikan manfaat bagi kita.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Ilmiah Annona muricata Folium

Kedudukan dalam sistematika tumbuhan, daun sirsak (Annona muricata Folium) mempunyai klasifikasi sebagai berikut:Kingdom: PlantaeDivisi: SpermatophytaSub Divisio: AngiospermaeOrdo: DicotyldonaeClass: RanunculalesFamilia: AnnonaceaeGenus: AnnonaSpesies: Annona muricata Folium

2.2 Sirsak (Annona muricata L.)Sirsak (Annona muricata L.) adalah tumbuhan berguna yang berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Di berbagai daerah Indonesia dikenal sebagai nangka sebrang, nangka landa (Jawa), sirsak (Sunda), nangka muris (Madura), srikaya jawa (Bali), deureuyan belanda (Aceh), durian betawi (Minangkabau). Penyebutan belanda dan variasinya menunjukkan bahwa sirsak berasal dari bahasa Belanda: zuurzak, berarti kantung asam. Didatangkan oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda ke Nusantara pada abad ke-19, meskipun bukan berasal dari Eropa.Sirsak termasuk tumbuhan tahunan yang dapat tumbuh dan berbuah sepanjang tahun apabila air tanah mencukupi selama pertumbuhannya. Penyebarannya hampir merata dibuktikan dengan adanya nama-nama daerah yang berbeda-beda untuk tumbuhan sirsak.Tumbuhan ini ditanam secara komersial atau sambilan untuk diambil buahnya. Sirsak tumbuh dengan baik pada ketinggian 1000 meter dari permukaan laut dan sembarang tempat, paling baik di daerah yang cukup berair bisa mencapai tinggi 9 meter. Daunnya berbentuk bulat telur terbalik, berwarna hujau muda sampai hijau tua, ujung daun meruncing dan permukaannya kilap.

2.3 Kandungan Kimia pada Sirsak (Annona muricata L.)

Buah Sirsak mengandung banyak serat dan vitamin. Tiap butir sirsak mengandung komposisi rata-rata 67,5% daging buah dapat dimakan, 20% kulit buah, 8,5% biji dan 4% empulur. Selain mengandung vitamin, kandungan lainnya adalah sukrosa 2,54%, dekstrosa 5,04% dan levulosa 0,04%. Komposisi daun sirsak meliputi: Alkaloid, acetogenin, Asam amino, Karbohidrat, Protein, Lemak, Polifenol (termasuk di dalamnya flavonoid), Minyak esensial, Terpen dan Senyawa aromatik.

2.4 Manfaat Sirsak (Annona muricata L.)Kegunaan daun sirsak dari artikel diketahui dapat menyembuhkan penyakit kanker, caranya dengan merebus 10 lembar daun sirsak yang berwarna hijau tua kedalam 3 gelas air dan direbus hingga airnya tinggal 1 gelas saja. Air rebusan diminumkan kepada penderitanya 2 kali sehari. Setelah diminum, badan pasien terasa panas, mirip dengan efek kemoterapi, bahkan lebih hebat lagi karena rebusan daun sirsak hanya membunuh sel-sel yang tumbuh abnormal dan membiarkan sel-sel yang tumbuh normal. Menurut hasil penelitian Dr. Sugeng Juwono Purwohusodo dari Yogyakarta, tumbuhan sirsak dapat digunakan untuk obat nyamuk dalam bentuk infusa, hasilnya infus (cairan) yang kadar ekstrak racunnya adalah 10%. Ekstrak tersebut diberikan kepada larva instar III dari nyamuk Aides dan Cules yang direndam dalam 100 ml air. Dari 25 ekor nyamuk ternyata mati semua. Dari ekstrak daun sirsak : dengan 6,48 ml ekstrak dalam 100 ml air, 50% larva mati dalam 24 jam, sedangkan jika 5,5 ml sebanyak 50% mati dalam waktu 48 jam

2.5 Morfologi pada Tumbuhan Sirsak (Annona muricata L.)1. DaunTumbuhan sirsak termasuk tumbuhan tahunan yang dapat tumbuh dan berbuah sepanjang tahun, apabila air tanah mencukupi selama pertumbuhannya. Di Indonesia tumbuhan sirsak menyebar dan tumbuh baik mulai dari daratan rendah beriklim kering sampai daerah basah dengan ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut.Daun sirsak berwarna hijau muda sampai hijau tua memiliki panjang 6-18 cm, lebar 3-7 cm, bertekstur kasar, berbentuk bulat telur, ujungnya lancip pendek, daun bagian atas mengkilap hijau dan gundul pucat kusam di bagian bawah daun, berbentuk lateral saraf. Daun sirsak memiliki bau tajam menyengat dengan tangkai daun pendek sekitar 3-10 mm. Daun yang berkualitas adalah daun sirsak dengan kandungan antioksidan yang tinggi terdapat pada daun yang tumbuh pada urutan ke-3 sampai urutan ke-5 dari pangkal batang daun dan dipetik pukul 5-6 pagi2. Bunga Bunga pada tumbuhan sirsak berbentuk tunggal (flos simplex) yaitu satu bunga terdapat banyak putik sehingga dinamakan bunga berpistil majemuk. Bagian bunga tersusun secara hemicylis, yaitu sebagian terdapat dalam lingkaran yang lain spiral atau terpencar. Mahkota bunga berjumlah 6 sepalum yang terdiri atas 2 lingkaran, bentuknya hampir segi tiga, tebal dan kaku, berwarna kuning keputih-putihan, dan setelah tua mekar, kemudian lepas dari dasar bunganya. Putik dan benang sari lebar dengan banyak karpel (bakal buah). Bunga keluar dari ketiak daun, cabang, ranting, atau pohon. bunga umumnya sempurna, tetapi terkadang hanya bunga jantan dan bunga betina saja dalam satu pohon. Bunga melakukan penyerbukan silang, karena umumnya tepung sari matang lebih dahulu sebelum putiknya.

3. BuahBuah sirsak memiliki bentuk sejati berganda (agregat fruit) yaitu buah yang berasal dari satu bunga dengan banyak bakal buah tetapi membentuk satu buah. buah memiliki duri sisik halus. Apabila sudah tua daging buah berwarna putih, lembek, dan berserat dengan banyak biji berwarna coklat kehitaman.

4. Biji Biji buah sirsak berwarna coklat agak kehitaman dan keras, berujung tumpul, permukaan halus mengkilat dengan ukuran panjang kira-kira 16,8 mm dan lebar 9,6 mm. jumlah biji dalam satu buah bervariasi, berkisar antara 20-70 butir biji normal, sedangkan yang tidak normal berwarna putih kecoklatan dan tidak berisi.

5. Pohon Pohon sirsak memiliki model Troll, ketinggian mencapai 8-10 meter, dan diameter batang 10-30 cm.

2.6 Definisi ToksikologiToksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia yang merugikan bagi organisme hidup. Dari definisi di atas, jelas terlihat bahwa dalam toksikologi terdapat unsur-unsur yang saling berinteraksi dengan suatu cara-cara tertentu untuk menimbulkan respon pada sistem biologi yang dapat menimbulkan kerusakan pada sistem biologi tersebut.Salah satu unsur toksikologi adalah agen-agen kimia atau fisika yang mampu menimbulkan respon pada sistem biologi. Selanjutnya cara-cara pemaparan merupakan unsur lain yang turut menentukan timbulnya efek-efek yang tidak diinginkan ini. Respon toksik tergantung pada sifat kimia dan fisik dari bahan tersebut, situasi pemaparan, kerentanan sistem biologis dari subyek.

2.7 Uji Teratogenika. Definisi Uji TeratogenikUji reproduksi, dibagi menjadi tiga, yakni uji fertilitas, uji keteratogenikan, dan uji pranatal serta pascanatal. Pada dasarnya, uji reproduksi ini dikerjakan untuk menentukan apakah suatu senyawa dapat mempengaruhi kapasitas reproduksi subyek atau hewan uji tertentu, meliputi efek atas kesuburan, efek embriotoksik, dan efek teratogenik sampai generasi ketiga subyek uji.Uji keteratogenikan merupakan salah satu jenis uji ketoksikan khas. Tepatnya, adalah uji ketoksikan suatu obat yang diberikan/dipejankan selama masa organogenesis hewan bunting. Uji ini ditujukan untuk menentukan apakah suatu obat dapat menyebabkan kelainan atau cacat bawaan pada diri janin yang dikandung oleh hewan bunting dan apakah cacat tersebut berkerabat dengan dosis obat yang diberikan. Dengan demikian uji keteratogenikan bermanfaat sekali sebagai landasan evaluasi batas aman dan risiko penggunaan sesuatu obat oleh wanita hamil utamanya berkaitan dengan cacat bawaan janin yang dikandungnya. Sebagaimana tersirat dalam takrif uji keteratogenikan di atas, pada dasarnya terdapat beberapa kegiatan utama dalam pelaksanaan ujinya, yakni pengawinan (pembuntingan) hewan uji terpilih, penegasan masa kebuntingan, penetapan masa organogenesis (pembentukan organ), pemberian/pemejanan obat uji pada masa organogenesis tersidik, pemeriksaan dan pengamatan tolok ukur kualitatif dan kuantitatif kelainan atau cacat bawaan pada masa kelahiran normal, dan akhirnya analisis serta evaluasi hasil. Kecermatan dalam mengelola berbagai kegiatan tersebut, jelas merupakan penentu kesahihan hasil ujinya.

b. Pengamatan Pada Uji teratogenikKriteria pengamatan yang diperlukan meliputi biometrika janin atau jabang bayi, gros morfologi, histopatologi dan kelainan rangka. Termasuk biometrika janin meliputi angka kematian, angka resorpsi, angka cacat, berat plasenta dan berat janin. Untuk mendapatkan biometrika tersebut diperlukan data kuantitatif yang meliputi (a) jumlah korpora lutea padakedua ovarium (b) jumlah seluruh jabang bayi yang terdapat dalam uterus (c) jumlah jabang bayi yang lahir hidup dan yang mati dan (d) jumlah jabang bayi yang lahir cacat. Termasuk gros morfologi meliputi pengamatan adanya cacat makroskopis pada tubuh jabang bayi. Dalam hal ini yang diamati ialah : kelengkapan dan kelainan tangan, kaki, telinga, mata, bibir, celah langit dan adanya kongesti. Termasuk histopatologi meliputi pengamatan terhadap adanya cacat mikroskopis (selular) pada aneka jaringan dan organ jabang bayi. Untuk itu beberapa jabang bayi masing-masing induk diambil cuplikan organnya dimasukkan formalin 10% guna pembuatan preparat histologi mengikuti cara pengecatan hematoksilin-eosin. Termasuk kelainan rangka meliputi pemeriksaan terhadap sistem rangka tubuh (skeletal). Untuk itu beberapa jabang bayi masing-masing induk dipersiapkan untuk pembuatan preparat skeletal mengikuti teknik pewarnaan alizarinS.2.8 Definisi KankerMenurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain, proses ini disebut metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat kanker.Selanjutnya menyusup ke daerah sekitar (isasive) dan terus menerus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta saraf tulang belakang. Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri, jika pergantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Sebaliknya sel kanker akan membelah terus meskipun tubuh tidak memerlukannya. Sehingga akan terjadi penumpukan sel baru. Pertumbuhan sel tersebut akan mendesak dan merusak jaringan normal, sehingga menggangu organ yang ditempatinya.Menurut National Cancer Institute (2009), kanker adalah suatu istilah untuk penyakit di mana sel-sel membelah secara abnormal tanpa kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya. Kanker adalah istilah umum yang dipakai untuk menunjukkan neoplasma ganas, dan ada banyak tumor atau neoplasma lain yang tidak bersifat kanker.

2.9 SitotoksisitasSenyawa sitotoksik adalah senyawa yang dapat bersifat toksik untuk menghambat dan menghentikan pertumbuhan sel kanker. Mengobati sel dengan senyawa sitotoksik dapat mengakibatkan berbagai nasib sel. Sel-sel dapat mengalami nekrosis, dimana kehilangan integritas membran dan mati dengan cepat sebagai akibat dari lisis sel. Sel-sel dapat berhenti secara aktif tumbuh dan membagi (penurunan kelangsungan hidup sel), atau sel-sel dapat mengaktifkan program genetik kematian sel dikendalikan (apoptosis).Tes Sitotoksisitas banyak digunakan oleh industri farmasi. Peneliti dapat mencari senyawa sitotoksik, dengan mengembangkan terapi yang menargetkan cepat pada sel-sel kanker, dengan menyaring "hit" dari awal yang tinggi pada throughput layar obat untuk efek sitotoksik yang tidak diinginkan sebelum berinvestasi dalam perkembangan.Sitotoksisitas dapat dimonitor dengan menggunakan 3 - (4, 5-Dimetil-2-thiazolyl) -2, 5-difenil-2H-tetrazolium bromide (MTT) atau uji MTS, uji ini mengukur potensi mengurangi dari sel menggunakan reaksi kolorimetri. Lalu ada uji redoks dengan menggunakan pewarna fluorescent maupun resazurin. Ada juga tes yang menggunakan konten ATP sebagai penanda kelayakan seperti ATP berbasis tes meliputi tes bercahaya di mana ATP adalah membatasi. reagen untuk reaksi luciferase. Sitotoksisitas juga dapat diukur dengan uji B sulforhodamine (SRB), uji WST, uji clonogenic.

2.10 AcetogeninsAcetogeninsadalah kumpulan senyawa aktif yang memiliki aktivitas sitotoksik di dalam tubuh dengan cara menghambat transport ATP atau energi yang digunakan sel kanker untuk berkembang. Pada tahun 1976 sebuah penelitian menemukan bahwa daun sirsak mengandung zatAnnonaceous. Acetogeninsyang memiliki senyawa antitumor dan antikanker yang potensial tanpa merusak sel yang sehat. Kemampuannya membunuh sel-sel kanker 10.000 kali lebih kuat dibandingkan dengan zat yang terdapat dalam pengobatan kemoterapi yaitu zatAdryamycin.

2.11 Review Jurnal Efek Teratogenik Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata Folium) terhadap Fetus Mencit (Mus musculus)

Obat herbal sekarang mulai diminati banyak orang dikarenakan banyak orang berspekulasi bahwa obat herbal memiliki efek samping yang lebih sedikit di banding dengan obat kimia lainnya. Maka dari, itu banyak ilmuan yang peneliti tumbuhan yang mengandung senyawa yang bisa di teliti dan di gunakan sebagai obat untuk suatu penyakit. Salah satunya yaitu obat antikanker.Daun sirsak diyakini memiliki kandungan senyawa yang dapat digunakan sebagai antikanker. Dimana, ekstrak daun sirsak mengandung acetogennis yang dianggap sebagai senyawa antikanker, senyawa ini sitotoksik untuk sel-sel kanker dengan menghambat proliferation. Tapi, tidak pernah melalui pemeriksaan pre-klinis untuk menguji toksisitas, termasuk uji teratogenik.Tujuan ini Penelitian adalah untuk menganalisis apakah ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata (L) Folium) memiliki efek teratogenik pada fetus mencit (Mus musculus), yang dihitung melalui jumlah implantasi, hidup janin, dan kematian di intrauterine (atau resorpsi), serta berat dan panjang janin dan morfologi eksternal.Metode-metode yang dilakukan, yaitu : persiapan dengan sampel pada penelit ini adalah 27 ekor mencit betina (Mus musculus) dan 12 mencit fertile dari keturunan Swiss Webster dengan berat rata-rata 20-30 gram. Semua mencit yang diadaptasi selama seminggu sebelum dipasangkan dan diberikan perlakuan. Menggunakan mencit betina yang dewasa, sehat, aktif bergerak, dan mencit hamil yang berusia 8-10 minggu dan sudah punya vaginal plug setelah dipasangkan dengan tikus jantan. Kemudian pada perlakuan, semua tikus betina yang hamil dibagi menjadi tiga kelompok dengan 9 tikus pada masing-masing kelompok, tikus pada kelompok pertama (kontrol negatif) yang dipelihara dan diberikan makanan, air, dan 1 mL Karboksimetilselulosa (CMC) 1% dari hari ke-1 sampai ke-18 kehamilan, kelompok kedua dan ketiga memiliki perlakuan yang sama tentang makanan dan air, dengan penambahan 2,34 mg ekstrak etanol daun sirsak dalam 1 mL 1% CMC diberikan per oral. Perbedaannya adalah pada kelompok kedua diberikan ekstrak etanol daun sirsak di fase pra-implantasi, antara 1 sampai 5 hari kehamilan, kelompok ketiga memiliki perlakuan sama selama fase organogenesis, antara hari ke-6 dan ke-15 kehamilan.Parameter yang digunakan berupa jumlah hasil implantasi, jumlah fetus hidup, jumlah fetus mati atau resorbsi, berat dan panjang badan fetus, serta abnormalitas morfologi saat fetus ekstraksi via laparotomi pada hari ke-19 kehamilan. Hasil dianalisis dengan statistik. Data dari kelompok perlakuan (2 dan 3) dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (kelompok pertama). Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov yang diikuti dengan uji perbedaan statistik menggunakan T-test Metode apabila normal dan Mann-Whitney jika tidak normal.Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dengan ekstrak etanol daun sirsak memiliki jumlah kurang dari implantasi. Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan antara jumlah fetus dan mati atau keguguran dalam tiga kelompok (p> 0,05). rata-rata berat dan panjang janin secara signifikan menurun (p