54
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tablet (compressi) merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan. Tablet digunakan baik untuk tujuan pengobatan lokal atau sistemik. Pengobatan lokal misalnya: 1. Tablet untuk vagina, berbentuk seperti amandel, oval, digunakan sebagai antiinfeksi, antifungi, penggunaan hormone secara lokal. 2. Lozenges, trochisci digunakan untuk efek lokal di mulut dan tengorokan, umumnya digunakan sebagai antiinfeksi. Pengobatan untuk mendapatkan efek sistemik, selain tablet biasa yang ditelan masuk perut terdapat pula yang lain seperti: 1. Tablet bukal digunakan dengan cara dimasukkan di antara pipi dan gusi dalam rongga mulut, biasanya berisi hormon steroid, absorpsi terjadi melalui mukosa mulut masuk peredaran darah. 1

Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

teknologi

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tablet (compressi) merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak

dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaan rata atau cembung

mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan. Tablet

digunakan baik untuk tujuan pengobatan lokal atau sistemik.

Pengobatan lokal misalnya:

1. Tablet untuk vagina, berbentuk seperti amandel, oval, digunakan sebagai

antiinfeksi, antifungi, penggunaan hormone secara lokal.

2. Lozenges, trochisci digunakan untuk efek lokal di mulut dan tengorokan,

umumnya digunakan sebagai antiinfeksi.

Pengobatan untuk mendapatkan efek sistemik, selain tablet biasa yang ditelan

masuk perut terdapat pula yang lain seperti:

1. Tablet bukal digunakan dengan cara dimasukkan di antara pipi dan gusi dalam

rongga mulut, biasanya berisi hormon steroid, absorpsi terjadi melalui mukosa

mulut masuk peredaran darah.

2. Tablet sublingual digunakan dengan jalan dimasukkan di bawah lidah, biasanya

berisi hormon steroid. Absorpsi terjadi melalui mukosa masuk peredaran darah.

3. Tablet implantasi berupa pellet, bulat atau oval pipih, steril dimasukkan secara

implantasi dalam kulit badan.

4. Tablet hipodermik dilarutkan dalam air steril untuk injeksi untuk disuntikkan di

bawah kulit.

Untuk maksud dan tujuan tertentu tablet disalut dengan zat penyalut yang cocok,

biasanya berwarna atau tidak :

1

Tablet bersalut gula (sugar coating)

Tablet bersalut kempa (press coating)

Tablet bersalut selaput (film coating)

Tablet bersalut enterik (enteric coating)

Isoniazid (piridina-4-karboksil-hidrazida) mempunyai berat molekul 137,14

merupakan hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau dan mempunyai

rasa yang agak pahit, dapat terurai perlahan-lahan dengan adanya udara dan cahaya.

Kelarutannya mudah didalam air akan tetapi agak sukar larut di dalam etanol, kloroform

dan eter, yang berkhasiat sebagai anti –tuberkulosis.

B. Tujuan

1. Dapat melaksanakan pengkajian pra formulasi untuk sediaan padat

2. Dapat melaksanakan desain sediaan tablet

3. Dapat meyusun instruksi kerja pembuatan tablet

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Praformulasi

1. Isoniazid (Pustaka: Farmakope Indonesia Edisi IV hal-472)

Nama resmi : Isoniazidum

Sinonim : Isoniazid

RM/BM : C6H7NO2/ 137,14

Kandungan : Tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C6H7NO2

Pemerian : Hablur putih, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, perlahan-lahan dipengaruhi oleh udara dan cahaya.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%)p, larut dalam kloroform dan eter.

a. Identifikasi

Spektrum serapan infra merah zat yang telah dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromide P menunjukan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti isoniazid BPFI. (Farmakope Indonesia edisi IV hal 472).

Masukan lebih kurang 50 mg kedalam labu terukur 500 ml, tambahkan air sampai tanda. Masukan 10 ml larutan ini kedalam labu terukur 100 ml, tambahkan 2 ml asam klorida 0,1N, encerkan dengan air sampai tanda.

b. Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja isoniazid belum diketahui, tetapi ada beberapa hipotesis yang dianjurkan, diantaranya efek pada lemak, biosintesis asam nukleat dan glikolisis. Selain itu juga menghambat biosintesis asam mikolat (myolic acid) yang merupaka unsur penting dinding sel mikobakterium. Isoniazid kadar rendah mencegah memperpanjangnya rantai asam dan menurunkan jumlah lemak yang sangat panjang yang merupakan bentuk awal molekul asam mikolat. Isoniazid menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan jumlah lemak yang terekstrasi oleh methanol dan mikrobakterium.

3

c. Farmakokinetika

Absorpsi : Diabsorbsi cepat dan lengkap dan kecepatanya dapat dihambat oleh makanan.

Distribusi : Keseluruhan jaringan dan cairan tubuh termasuk cairan serebrospinal, menembus placenta dan masuk ke air susu, ikatan protein berkisar antara 10-15%.

Metabolisme : Dimetabolisme dihati, kecepatan metabolisme ditentukan oleh asetilasi secara genetik.

Waktu Paruh : Pada asetilator cepat 30-100 menit, asetilator lambat 2-5 jam, mungkin diperlambat oleh kerusakan hati atau ginjal parah. Waktu untuk mencapai kadar puncak 1-2 jam.

Ekskresi : lewat urin (75-95%), tinja dan air liur.

d. Penggunaan

Isoniazid masih tetap merupakan obat yang sangat penting untuk mengobati semua tipe tuberculosis. Efek non terapi dapat dicegah dengan pemberian piridoksin dan pengawasan yang cermat pada penderiat. Untuk tujuan terapi, obat ini harus digunakan bersama obat lain untuk tujuan pencegahan dapat diberikan tunggal.

e. Efek samping

Mual, muntah, hipersensitivitas, neuropati perifer, kerusakan hati, gangguan hematologi, reaksi alergi (demam, kulit kemerahan, dan hepatitis sering terjadi) dan insomnia.

f. Kontra indikasi

Hepatitis yang diinduksi oleh obat atau penyakit hati akut karena penyebab apapun dan hipersensitif terhadap INH.

g. Interaksi obat

Kadar obat di jaringan meningkat oleh Para Amino Salisilat (PAS), Isoniazid dapat meningkatkan efek fenitoin, menghambat penggunaan metabolisme primidon dan mengurangi toleransi alcohol. Isoniazid bersamaan dengan rifampisin dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan terjadinya gangguan fungsi hati.

4

2. Laktosa (Pustaka: Farmakope Indonesia Edisi IV hal-488)

Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu. Dalam bentuk anhidrat atau mengandung satu molekul air hidrat.

Nama resmi : Lactosum

Sinonim : Saccharum lactis

RM/BM : C12H22O11.H2O

Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis.

Kelarutan : Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih, sukar larut dalam etanol (95%)P, praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P.

Mikroskopik : Stabil di udara, tetapi mudah menyerap baud an tidak terpengaruh dengan kelembapan suhu ruangan.

Kegunaan : Sebagai bahan pengisi

3. Talk (Pustaka: Farmakope Indonesia Edisi III hal-591)

Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit aluminium silikat.

Nama resmi : Talk

Sinonim : Talkum, serbuk talk

Pemerian : Berupa serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu. Berkilat, mudah melekat di kulit dan bebas dari butiran debu.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkalis, pelarut organik dan air.

Kompatibilitas : Tidak tercampurkan dengan campuran ammonium quartener.

Kegunaan : Sebagai glidant dan sebagai lubrikan.

4. Nipagin (Pustaka: Farmakope Indonesia Edisi IV hal-551)

Nama resmi : Methylis parabenum

Sinonim : Metil paraben, nipagin M

RM/BM : C8H8O3/152,15

Kandungan : Metil paraben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H8O3.

5

Pemerian : Hablur atau serbuk tidak berwarna atau Kristal putih, tidak berbau atau berbau khas lemah dan mempunyai rasa sedikit panas.

Kelarutan : Mudah larut dalam etanol, eter, praktis tidak larut dalam minyak, larut dalam 400 bagian air.

Kegunaan : Zat tambahan, zat pengawet

5. Amylum amprotab (Pustaka: Depkes RI, 1979)

Nama resmi : Amprotab (nama dagang)

Sinonim : Amilum manihot, pati singkong

Pemerian : Serbuk hablur, putih, bau lemah, rasa lemah.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol.

Stabilitas : Stabil dalam keadaan kering jika dilindungi dari kelembaban tinggi.

Kegunaan : Zat tambahan (desintegran)

B. Pengertian Tablet

Tablet adalah bentuk sediaan padat yang mengandung bahan obat, dengan atau tanpa aditif yang sesuai. Berbagai tablet bervariasi dalam hal bentuk, ukuran, dan bobotnya tergantung pada jumlah bahan obat dan cara pemberian yang diinginkan. Semua bentuk tablet dapat dibuat dengan metode cetak langsung, granulasi basah, granulasi kering atau kombinasinya.

Ada dua kelompok obat yang dapat diberikan secara oral dalam bentuk tablet :

1. Obat-obat yang tidak larut, diharapkan obat bekerja lokal disaluran gastrointestinal.

2. Obat-obat yang larut, diharapkan mempunyai efek sistemik setelah obat terdisolusi didalam lambung atau intestin, yang diikuti dengan proses absorbsi.

Perlakuan atau proses terhadap zat aktif tergantung pada, dosis yang dibutuhkan, sifat fisika dan kimi zat aktif dan eksipien, sifat obat, tujuan pemakaian, masalah absorbsi dan bioavailabilitas serta granulasi dan metode tableting yang digunakan. Selain zat aktif pada pembuatan tablet dibutuhkan juga zat tambahan, yang terdiri dari:

Pengisi (filler, diluent)

Pengikat (binder)

6

Penghancur (disintegran)

Pelincir (lubrikan)

Zat warna dan pemanis

C. Metode Pembuatan Tablet

1. Cetak Langsung

Merupakan proses dimana tablet dicetak langsung dari campuran serbuk zat aktif dan eksipien. Eksipien yang umum adalah pengisi, desintegran dan lubrikan. Untuk menghasilkan tablet yang baik, campuran serbuk harus mengalir secara seragam dan membentuk massa yang kompak.

2. Granulasi Kering

Pada granulasi kering obat dan bahan pembantu mula-mula dicetak menjadi tablet yang cukup besar, yang massanya tidak tentu. Selanjutnya tablet yang terbentuk dihancurkn dengan mesin penggranul kering gesekan atau dengan cara sederhana menggunakan alu diatas sebuah ayakan sehingga terbentuk butiran granul.

3. Granulasi Basah

Pada granulasi basah bahan dilembabkan dengan larutan pengikat yang cocok, sehingga serbuk terikat bersama dan terbentuk massa yang lembab. Pelarut yang digunakan umumnya bersifat volatil sehingga mudah dihilangkan pada saat dikeringkan. Massa lembab kemudian dibagi-bagi sehingga terbentuk butiran granul.

D. Evaluasi Tablet

1. Pemeriksaan Organoleptis Tablet

Ambil sejumlah tablet, cium bau tablet, rasakblet kemudian tablet dan amati warnanya.

2. Uji Keseragaman Bobot

Diambil sebanyak 20 tablet kemudian ditimbang dan dihitung bobot rata-ratanya. Selanjutnya tablet tersebut ditimbang satu persatu dan dihitung persentase masing-masing dengan syarat, tidak boleh lebih dari dua tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 5% bobot rata-ratanya dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% bobot rata-ratanya.

3. Uji Keseragaman Ukuran 7

Diambil 10 tablet, lalu diukur diameter dan tebalnya satu persatu menggunakan jangka sorong, kemudian dihitung rata-ratanya. Kecuali dinyatakan lain garis tengah tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet.

4. Uji Kekerasan

Pengujian dilakukan terhadap 10 tablet, dengan cara sebuah tablet diletakan diantara ruang penjepit kemudian dijepit dengan memutar alat penekan, sehingga tablet kokoh ditempatnya dan petunjuk berada pada skala 0, melalui putaran pada sebuah sekrup, tablet akan pecah dan dibaca penunjukan skala pada alat tersebut.

5. Uji Waktu Hancur

Bejana diisi dengan air suling bersuhu 36-38oC dan volume diatur sedemikian rupa, sehingga pada kedudukan tertinggi kawat kasa tepat berada diatas permukaan air dan pada kedudukan terendah mulut keranjang tepat dipermukaan air. enam buah tablet dimasukan satu persatu kedalam masing-masing keranjang, kemudian keranjang diturunnaikan secara teratur 30kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa.

E. Pengertian Granul

Granul adalah gumpalan-gumpalan dari partikel yang lebih kecil. Umunya berbentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal yang lebih besar. Ukuran biasanya berkisar antara aykan 4-12, walaupun demikian bermacam-macam ukuran lubang ayakan mungkin dapat dibuat tergantung dari tujuan pemakaiannya.

Granul yang homogen, mengandung sedikit uap/air, distribusi ukuran partikel yang normal dan tingkat kompresibilitas yang baik, diperlukan untuk memperoleh tablet yang baik.

Jika bahan aktif atau bahan dasar tidak memenuhi sifat granul yang baik, maka beberapa kemungkinan pilihan kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka memperbaiki bahan aktif / bahan dasar untuk dijadikan granul yang baik untuk tablet adalah :

1. Ukuran Partikel

a. Jika ukuran partikel terlalu kecil atau fines terlalu banyak, lakukan granulai atau tambahkan bahan tambahan yang berukuran lebih besar.

b. Jika ukuran partikel terlalu besar atau fines terlalu sedikit, lakukan penghalusan atau tambahkan bahan tambahan yang berukuran lebih kecil.

2. Kompresibilitas

8

Jika kekompakan granul kurang (nilai persen kompresibilitas rendah), artinya granul tersebut kurang baik jika dikompresi, namun ada kemungkinan sifat aliran baik, maka sebaiknya dilakukan penambahan bahan tambahan yang mempunyai kompresibilitas yang baik, seperti pengisi mikrokristal selulosa.

Sebaliknya jika kekompakan granul terlalu tinggi, kemungkinan sifat alirannya kurang baik, dan tablet yang dihasilkan akan keras, maka dapat diatasi dengan memilih jenis dan jumlah penghancur yang tepat dan kuat, misalnya ditambahkan sodium starch glycolat.

3. Sifat Alir

Jika sifat aliran granul kurang baik, misalnya jika sudut henti dibawah 25o artinya serbuk terlalu mudah mengalir, kemungkinan karena serbuknya kasar, dapat dilakukan penghalusan. Sedangkan jika serbuk mengalir dengan sudut henti > 45o

artinya tidak mudah mengalir, mungkin karena mempunyai daya kohesi/ adhesi yang kuat, dibutuhkan penambahan pelincir atau ukuran partikel yang halus maka dilakukan granulasi. Pelincir yang cocok bekerja untuk ini adalah lubrikan dan glydan.

4. Kadar Air

Jika kadar air granul tidak sesuai, misalnya jika kadar air terlalu tinggi misalnya > 5%, dapat menyebabkan granul akan lengket baik selama proses mengalir, pengempaan maupun keluarnya tablet dari cetakan, maka dapat dipakai bahan pengisi atau bahan lain dengan kadar air rendah atau lakukan pemanasan.

Jika kadar air rendah misalnya < 2%, granul terlalu kering dan akan sukar dikompresi, maka dapat dipakai bahan pengisi atau bahan lain dengan kadar air yang sesuai atau dapat juga dipercikan cairan untuk membantu sebagai pengikat.

5. Kadar Bahan Aktif

Jika kadar bahan aktif tidak homogen, maka dapat dilakukan pencampuran ulang sampai diperoleh masa yang homogen namun tidak sampai terjadi dehomogenisasi.

F. Macam – Macam Granulasi

Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan mekanisme pengikatan tertentu. Granul dapat diproses lebih lanjut menjadi bentuk sediaan granul terbagi, kapsul maupun tablet. Berbagai proses granulasi telah dikembangkan dari metode konvensional seperti slugging dan granulasi dengan bahan pengikat musilago amili hingga pembentukan granul dengan peralatan terkini seperti spray dry dan freeze dry. Granulasi peleburan atau hot melt granulation merupakan metode pembentukan dispersi padat berbentuk granulat dengan bahan pengikat yang melebur diatas suhu kamar.

9

Granulasi peleburan ini dapat digunakan untuk membentuk granul dengan bahan pengikat hidrofob seperti lemak dan wax dengan tujuan penyalutan dan atau pembentukan matriks sediaan pelepasan di modifikasi. Keunggulan dari granulasi peleburan ini adalah tidak membutuhkan bahan pelarut, tidak memerlukan proses pengeringan dan prosesnya berlangsung cepat serta bersih. Granulasi dibagi menjadi dua :

1. Granulasi Kering

Metode granulasi kering disebut juga slugging, merupakan salah satu metode pembuatan tablet dengan cara mengempa campuran bahan kering (partikel zat aktif dan eksipien) menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar (granul) dari serbuk semula. Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya.

Pada proses ini komponen-komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan kedalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal. Bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang.

a. Keuntungan Granulasi Kering

Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu.

Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab.

Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat.

b. Kekurangan Granulasi Kering

Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug.

Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam.

Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang.

2. Granulasi Basah

Granulasi basah merupakan salah satu metode pembuatan tablet, metode ini memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi masa lembab yang bisa digranulasi. Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi

10

massa tablet dengan larutan pengikat tertentu samapai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian massa basah tersebut digranulasi.

Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu pengikat sebagai penggnti pengompakan, teknik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan penting dimana jembatan cair yang terbentuk diantara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat sampai titik optimal bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat dalam jumlah yang optimal. Gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja. Jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat. Setelah pengeringan, granul diayak kembali, ukuran ayak tergantung pada alat penghancur yang digunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat.

a. Keuntungan Granulasi Basah

Memperoleh aliran yang baik

Meningkatkan kompresibilitas

Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai

Mengontrol pelepasan

Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses

Distribusi keseragaman kandungan

Meningkatkan kecepatan disolusi

b. Kekurangan Granulasi Basah

Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi

Biaya cukup tinggi

Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air.

G. Evaluasi Granul

11

1. Uji Sifat Alir (Aulton, 1988;Liebermann & Lachman, 1986)

Granul dimasukan kedalam corong uji waktu alir. Penutup corong dibuka sehingga granul keluar dan ditampung pada bidang datar. Waktu alir granul dicatat dan sudut diamnya dihitung dengan mengukur diameter dan tinggi tumpukan granul yang keluar dari mulut corong. Waktu alir dipersyaratkan dengan sudut diam tidak lebih dari 30 derajat.

2. Uji Kompresibilitas (Aulton, 1988, FI IV 1995)

Timbang 100 g granul masukan kedalam gelas ukur dan dicatat volumenya, kemudian granul dimampatkan sebanyak 500kali ketukan dengan alat uji, catat volume uji sebelum dimampatkan (Vo) dan volume setelah dimampatkan dengan pengetukan 500kali (V)

3. Uji Kerapuhan Granul

Kerapuhan granul yaitu gambaran stabilitas fisik granul. Dapat diamati lewat ketahanannya terhadap adanya getaran dengan menempatkannya diatas ayakan bertingkat yang digetarkan.

4. Uji Daya Serap Granul

Daya serap granul berpengaruh pada waktu hancur tablet. Faktor yang mempengaruhi penetrasi adalah porositas tablet dimana tergantung kompresi dan kemampuan penyerapan air dari material yang dipakai. Bahan penghancur mulai berfungsi diantaranya melalui proses pengembangan, reaksi kimia maupun secara enzimatis setelah air masuk kedalam tablet (Boyland, 2002).

BAB III

12

METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Alat 2. Bahan

Baskom - Isoniazid

Timbangan - Amylum

Ayakan - Talkum

Perkamen - Nipagin

Hardness Tester - Laktosa

Jangka Sorong

Gelas Ukur plastik 100 ml

Gelas Ukur 100 ml

Spatula

Cawan uap

Flow RateTester

Friabilator

Sarung Tangan

Sieving Analyzer

Mesin Kempa Tablet

Oven

Penjepit Cawan

Disintegration Tester

13

B. Formulasi

RANCANGAN METODE DAN FORMULASI

METODE Granulasi Basah

BESARNYA BATCH 0.25 KG

KOMPONEN FORMULA :

Fungsi Bahan Nama BahanPemakaian Bahan

Lazim % Per tabletper batch

(mg)Bahan Aktif Isoniazid 300 mg 60 300 mg 150000Pengikat Pasta Amylum 10% 25 mg 5 25 mg 12500Penghancur amylum 15 mg 3 15 mg 7500Lubrikan

Talkum 15 mg 3 15 mg 7500Anti AdherenGlydan  Pewarna - - - - -Pemanis - - - - -Absorben - - - - -Pelarut / CairanPembasah - - - - -Pengawet Nipagin 0.5 mg 0.1 0.5 mg 250Pengisi Saccharum lactis    28.9 144.5 mg 72250

Jumlah Total   100% 500 mg 250000

* batch 500 tablet* bobot pertablet 500 mgPasta Amylum : 5%perhitungan pasta Amylum : 0.25 g X 5% = 0.0125 kg » 12.5 gAmylum sebanyak 12.5 g di buat suspensi 10%Di perlukan suspensi amylum dengan Volume :

C. Cara Pembuatan

= 125 ml

1. Penimbangan

a. Alat timbangan harus dalam kondisi bersih, dengan membersihkan alat tersebut.

b. Alat timbangan harus dalam keadaan setimbang.

c. Setarakan timbangan dengan menekan tombol zero sampai didapat angka nol.

d. Periksa bahan baku yang akan ditimbang dan periksa jumlah yang akan ditimbang.

e. Timbang wadah bahan baku yang akan ditimbang, tentukan (catat).

f. Tekan kembali tombol zero sampai didapat angka nol.

g. Masukkan bahan baku yang akan ditimbang, kemudian ditimbang, tentukan (catat).

h. Hasil penimbangan dicacat pada label penimbangan yang kemudian ditempel pada wadah bahan baku yang ditimbang.

2. Penghalusan

Setelah bahan baku di timbang, ada kemungkinan bahan baku tersebut beberapa menggumpal atau berukuran lebih besar sehingga sulit untuk dilakukan pencampuran. Maka bahan baku tersebut dihaluskan hingga di dapat ukuran partikel yang lebih kecil agar memudahkan proses pencampuran. Proses penghalusan dapat menggunakan Lumpang sebagai wadahnya dan Alu sebagai alat untuk menghaluskan. Cara penghalusan sebagai berikut :

a. Siapkan Lumpang dan Alu yang telah bersih.

b. Masukkan bahan baku yang memiliki ukuran partikel besar.

c. Dengan menekan Alu pada bahan baku berukuran besar, lalu lakukan penumbukkan, sehingga didapat ukuran partikel yang lebih kecil.

d. Sisihkan bahan baku yang telah dihaluskan, bahan baku siap digunakan.

3. Pencampuran Padat (Konsentrat)

Laktosa

Amylum

Nipagin

Isoniazid

Masukkan sebagian Laktosa pada wadah yang sesuai. Pada proses pengadukkan, tambahkan sedikit demi sedikit Amylum dan Nipagin hingga diperoleh campuran yang homogen (rata). Kemudian masukkan sedikit demi sedikit Isoniazid, aduk hingga homogen. Masukkan sisa Laktosa, aduk hingga homogen.

4. Pembuatan Pasta Amylum

Pasta Amylum dalam formula sebanyak 5%, maka dilakukan perhitungan sebagai berikut :

Batch Size : 250000 mg : 0.25 kg

Pasta Amylum : 5% X 0.25 kg : 0.0125 kg ~ 12,5 g

Amylum sebanyak 12.5 g dibuat suspensi 10%, jadi diperlukan suspensi dengan volume 100% / 10% X 12.5 g : 125 ml.

Cara Pembuatan :

Timbang Amylum menggunakan wadah yang sesuai.

Ukur air sesuai dengan perhitungan.

Masukkan 25 ml air ke dalam Amylum yang telah ditimbang (Lar. Amylum).

Panaskan 100 ml air hingga mendidih.

Masukkan sedikit demi sedikit larutan Amylum pada air yang mendidih dengan terus di aduk.

Hingga di dapat campuran yang homogen dengan bentuk campuran yang mengental (pasta).

Pasta Amylum siap digunakan.

5. Pencampuran (Pencampuran Padat & Pasta Amylum)

a. Hasil campuran padat ditambahkan pasta amylum sedikit demi sedikit hingga di dapat massa yang homogen atau kalis (bahan dapat dibentuk massa padat saat di kepal).

b. Sisa pasta amylum yang tidak terpakai, ditimbang catat hasilnya.

6. Granulasi (mesh 6-12)

a. Campuran yang telah homogen atau kalis, kemudian di ayak dengan mesh yang berukuran 6-12 (ukuran partikel besar/berdiameter 3.00mm).

b. Granul yang didapat setelah dilewatkan mesh 6-12, diratakan di atas kertas roti/perkamen.

c. Sebarkan granulat sehingga dapat dengan mudah dikeringkan.

7. Pengeringan

Granulat yang telah disebar di atas kerta roti/perkamen, dikeringkan di dalam oven dengan suhu 40°C - 50°C. Cek kadar air setiap 1 jam, hingga di dapat kadar air granul 2% – 5%. Lakukan evaluasi granul seperti :

a. Tap Density, Bulk Density, Rasio Housner, Kompresibilitas

Timbang seksama 100 gram granul kering.

Masukkan ke dalam gelas ukur 100 ml

Catat volume serbuk yang ada di dalam gelas ukur

Ketukkan gelas ukur yang berisi serbuk sebanyak 300 kali atau sampai serbuk tidak lagi turun

Catat volume serbuk setelah di ketuk.

Hitung tap density, bulk density, rasio housner, dan kompresibilitas

b. Distribusi Ukuran Partikel

Timbang seksama 100 gram granul kering

Masukkan ke dalam Sieving Analyzer

Hidupkan power alat dan biarkan samapi tidak ada lagi serbuk yang berkurang pada bagian atas

Timbang masing-masing serbuk yang terdapat pada setiap lapis ayakan

c. Kadar Air dan Susut Pengeringan

Ditimbang botol timbang, catat

Timbang seksama 1 gram granul kering

Masukkan ke dalam botol timbang

Keringkan di dalam oven suhu 105°C selama 1 jam

Keluarkan dari oven, tunggu hingga dingin

Timbang botol timbang + granul, catat

Hitung kadar air dan susut pengeringan

d. Sifat Alir

Timbang seksama 100 gram granul kering

Masukkan ke dalam corong serbuk dengan bagian bawah tertutup dan terpasang di statif

Lepaskan tutup bagian bawah, biarkan serbuk jatuh dan mengalir

Jika sudah memenuhi semua syarat evaluasi granul, dapat dilakukan proses berikutnya.

8. Granulasi (mesh 14-20)

Granul yang telah memenuhi syarat evaluasi, maka dilakukan pengayakan kembali dengan nomor mesh yang lebih besar yaitu 14-20 (ukuran partikel kecil/berdiameter 0.5mm).

9. Pencampuran/Lubrikasi

a. Massa granul yang telah di granulasi ditambahkan Talkum.

b. Kemudian dicampur hingga homogen.

c. Tentukan hasil granulasi yang telah di lubrikasi.

10. Pengempaan/Pencetakkan Tablet

Granul yang telah di lubrikasi, dikempa/dicetak dengan mesin tablet sehingga menjadi tablet. Lakukan evaluasi tablet seperti :

a. Pemeriksaan Organoleptis Tablet

Ambil sejumlah tablet, cium bau tablet yang ada

Ambil sejumlah tablet, rasakan tablet yang ada

Ambil sejumlah tablet, amati warna tablet yang ada

b. Perhitungan Randemen Tablet

Timbang seluruh tablet yang diperoleh

Hitung besarnya tablet yang diperoleh kembali terhadap bahan yang direncanakan dan yang nyata di pakai

c. Pengujian Ukuran (Diameter dan Tebal Tablet)

Ambil 20 tablet sebagai sampel

Ukur diameter masing-masing tablet, kemudian catat

Ukur tebal masing-masing tablet, kemudian catat

Hitung rata-rata dan penyimpangannya

d. Pengujian Keseragaman Bobot

Ambil 20 tablet sebagai sampel, bersihkan dari debu

Timbang 20 tablet tersebut

Timbang tablet satu persatu

Hitung penyimpangan tiap tablet

e. Pengujian Kadar Bahan Aktif (Jika Diperlukan)

Ambil 20 tablet sebagai sampel, bersihkan dari debu

Timbang 20 tablet tersebut

Gerus halus 20 tablet, timbang ulang

Timbang sejumlah serbuk sesuai monografi

Lakukan penetapan kadar

f. Pengujian Keseragaman Kandungan (Jika Diperlukan)

Ambil 30 tablet sebagai sampel, bersihkan dari debu

Timbang 10 tablet satu persatu

Tetapkan kadarnya satu persatu dengan penetapan kadar

Jika tidak memenuhi syarat, tetapkan kadar 10 tablet lagi satu persatu dengan penetapan kadar

Jika tidak memenuhi syarat, tetapkan kadar 10 tablet lagi satu persatu dengan penetapan kadar

g. Pengujian Kekerasan Tablet

Ambil 20 tablet sebagai sampel

Ukur kekerasan tablet satu persatu

Hitung rata-rata dan penyimpangan tiap tablet

h. Pengujian Keregasan Tablet

Ambil 20 tablet sebagai sampel, bersihkan dari debu

Timbang 20 tablet tersebut

Masukkan ke dalam wadah pengukur keregasan/friabilator

Jalankan power friabilator 25 putaran permenit selama 4 menit

Ambil tablet yang sudah di banting, kemudian bersihkan

Timbang kembali tablet yang sudah dibersihkan tersebut

Hitung bobot yang hilang

Hitung friabilitas

i. Pengujian Laju Disolusi Tablet

Ambil 1 tablet sebagai sampel, bersihkan dari debu

Panaskan suhu air pengatur temperatur 37°C

Masukkan cairan lambung buatan, sebanyak 900 ml ke dalam labu disolusi, biarkan sampai suhu 37°C

Masukkan tablet ke dalam wadah pengukur laju disolusi

Jalankan alat dengan putaran 100 RPM selama 45 menit

Ambil 10 ml sampel uji pada waktu 45 menit

Tetapkan kadar

j. Pengujian Waktu Hancur Tablet

Ambil 6 tablet sebagai sampel, bersihkan dari debu

Panaskan suhu air pengatur temperatur 37°C

Masukkan ke dalam wadah pengukur waktu hancur satu persatu

Jalankan alat dengan turun naik 30 kali permenit sampai semua bagian tablet lolos dari saringan

Jika tidak memenuhi syarat, ulangi percobaan menggunakan 6 tablet dengan bantuan cakram

BAB IV

PENGAMATAN

A. Data Pengamatan Evaluasi Serbuk INH

1. Bulk dan Tap Density

Bobot Sampel Serbuk INH = 50,00 gram

Volume sebelum diketuk = 95,00 mL

Volume setelah diketuk 300x = 64,00 mL

a. Bulk Density =

b. Tap Density =

2. Rasio Hausner

Rasio Hausner =

=

3. Kompresibilitas

Kompresibilitas = X 100%

=

Syarat kompresibilitas yang diharapkan : 5 – 15 %

4. Sifat Alir

Berat Sampel INH = 100.04 gram

Waktu (t) = 3 menit 2 detik

Tinggi (h) = 5.10 cm

Diameter (d) = 12.00 cm

Sifat Alir = tg α = = = 0.85 α = arc 0.85 = 40.36 0

Syarat Sifat Alir yang diharapkan : 25 – 45

5. Distribusi Ukuran Partikel (DUP)

Persentase :

a. Diameter Partikel =

No. MeshBobot Sampel

(gram)

Persentase

(%)

12 1.46 1.64

14 2.09 2.35

16 1.80 2.03

18 2.26 2.55

20 8.71 9.81

Pan 72.45 81.62

Jumlah

seluruhnya88.77 100.00

b. Jari-jari (r) =

c. Volume 1 Partikel =

d. Luas Permukaan Partikel =

e. Volume Serbuk =

f. Jumlah Partikel =

g. Luas Permukaan Serbuk =

No.Mesh

Ø

Partikel

(cm)

Jari-

jari(r)

(cm)

Volume 1

Partikel

(cm3)

Volume

Serbuk

(ml)

Jumlah

Partikel

Luas

Permukaan

Partikel

(cm2)

Luas

Permukaan

serbuk

(cm2)

12 0.2117 0.1059 0.00497 2.77 556 0.1409 78.3404

14 0.11814 0.0907 0.00310 3.97 1261 0.1033 130.2613

16 0.1588 0.0794 0.00210 3.42 1599 0.0792 126.6408

18 0.1411 0.0706 0.00150 4.29 2860 0.0626 179.0360

20 0.1270 0.0635 0.00110 16.55 15046 0.0506 761.3276

Grafik Distribusi Ukuran Partikel :

6. Susut Pengeringan dan Kadar Air

Bobot Kosong = 31.03 gram

Bobot Kosong + Sampel Basah = 32.06 gram

Bobot Kosong + Sampel Kering = 32.05 gram

Sampel Basah = 1.03 gram

Sampel Kering = 1.02 gram

Waktu (Time) = 17.11 – 18.11 WIB

Suhu = 1050C

a. Susut Pengeringan =

= 0.97%

b. Kadar Air =

=

Syarat untuk kadar air dan susut pengeringan : 2 – 5 %

B. Data Pengamatan Evaluasi Granul INH

1. Bulk dan Tap Density

Bobot Sampel Granul INH = 50,01 gram

Volume sebelum diketuk = 105,00 ml

Volume setelah diketuk 300x = 95,00 ml

a. Bulk Density =

b. Tap Density =

2. Rasio Hausner

Rasio Hausner =

=

3. Kompresibilitas

Kompresibilitas = X 100%

=

Syarat kompresibilitas yang diharapkan : 5 – 15 %

4. Sifat Alir

Berat Sampel INH = 100.09 gram

Tinggi (h) = 4.00 cm

Diameter (d) = 13.50 cm

Sifat Alir = tg α = = = 0.5926 α = arc 0.5926 = 30.6467 0

Syarat Sifat Alir yang diharapkan : 25 O – 45 O

5. Distribusi Ukuran Partikel (DUP)

Persentase :

a. Diameter Partikel =

b. Jari-jari (r) =

c. Volume 1 Partikel =

d. Luas Permukaan Partikel =

e. Volume Serbuk =

f. Jumlah Partikel =

No. MeshBobot Sampel

(gram)

Persentase

(%)

12 15.56 15.70

14 14.12 14.25

16 6.00 6.05

18 6.62 6.68

20 0.28 0.28

Pan 56.52 57.03

Jumlah

seluruhnya99.10 100.00

g. Luas Permukaan Serbuk

No.Mesh

Ø

Partikel

(cm)

Jari-

jari(r)

(cm)

Volume 1

Partikel

(cm3)

Volume

Serbuk

(ml)

Jumlah

Partikel

Luas

Permukaan

Partikel

(cm2)

Luas

Permukaan

serbuk

(cm2)

12 0.2117 0.1059 0.00497 32.4167 6524 0.1409 919.2316

14 0.11814 0.0907 0.00310 29.4167 9491 0.1033 980.4203

16 0.1588 0.0794 0.00210 12.5000 5953 0.0792 471.4776

18 0.1411 0.0706 0.00150 13.7917 9194 0.0626 575.5444

20 0.1270 0.0635 0.00110 0.5833 528 0.0506 26.7168

Grafik Distribusi Ukuran Partikel :

6. Susut Pengeringan dan Kadar Air

Bobot Kosong = 30,51 gram

Bobot Kosong + Sampel Basah = 31,52 gram

Bobot Kosong + Sampel Kering = 31,52 gram

Sampel Basah = 1,02 gram

Sampel Kering = 1,02 gram

Suhu = 1050C

Waktu = 16.35 – 17.35

a. Susut Pengeringan =

= %

b. Kadar Air =

=

Syarat untuk kadar air dan susut pengeringan : 2 – 5 %

C. Data Pengamatan Evaluasi Tablet

1. Pemerian

Tablet berbentuk bundar, berwarna putih, berbau, dan pahit

2. Rendemen Tablet

- Bobot massa tablet teoritis = 250,00 gram

- Bobot bahan nyata dipakai = 168,94 gram

- Bobot tablet yang diperoleh = 170,85 gram

- Persentase bahan nyata terhadap teoritis = 67,57 %

- Persentase tablet terhadap bahan nyata = 101 %

- Persentase tablet terhadap bahan teoritis = 68,34

3. Pengujian Ukuran (Diameter dan Ketebalan)

No Diameter (cm) BedaKetebalan

(cm)Beda

1 1,17 -0,02 0,34 -0,02

2 1,20 0,01 0,40 0,04

3 1,20 0,01 0,33 -0,03

4 1,18 -0,01 0,38 0,02

5 1,20 0,01 0,39 0,03

6 1,27 0,08 0,37 0,01

7 1,17 -0,02 0,40 0,04

8 1,20 0,01 0,35 -0,01

9 1,17 -0,02 0,34 -0,02

10 1,19 0 0,33 -0,05

11 1,18 -0,01 0,33 -0,03

12 1,20 0,01 0,40 0,04

13 1,17 -0,02 0,40 0,04

14 1,20 0,01 0,35 -0,01

15 1,17 -0,02 0,35 -0,01

16 1,20 0,01 0,39 0,03

17 1,17 -0,02 0,34 -0,02

18 1,20 0,01 0,37 0,01

19 1,18 -0,01 0,35 -0,01

20 1,20 0,01 0,35 -0,01

Rata-Rata 1,19 0,32 0,36 0,46

Syarat Diameter tablet tidak lebih dari 3x dan tidak kurang dari 1 ½ tebal

No Diameter (cm) BedaKetebalan

(cm)Beda

tablet.

KesimpulanTablet tidak memenuhi persyaratan karena diameter = 1,19 > 1,08

cm.

Dmin : 1 1/3 x 0,36 = 0,48 cm

Dmax : 3 x 0,36 = 1,08 cm

Range diameter : 0,48 – 1,08 cm

4. Keseragaman Bobot

Berat teoritis : 10,00 gram

Berat nyata : 8,40 gram

Berat rata-rata 1 tablet : 0,42 gram

No Bobot (g) Beda (g) Beda (%)

1 0,41 0 0

2 0,42 0,01 2,43

3 0,42 0,01 2,43

4 0,38 -0,03 -7,31

5 0,41 0 0

6 0,43 0,02 4,87

7 0,43 0,02 4,87

8 0,44 0,03 7,31

9 0,40 -0,01 -4,51

10 0,41 0 0

11 0,39 -0,02 -4,87

12 0,42 0,01 2,43

13 0,41 0 0

14 0,41 0 0

15 0,47 0,06 14,63

16 0,40 -0,06 -4,31

17 0,41 -0,01 0

18 0,44 0,03 7,31

19 0,42 0,01 2,43

20 0,46 0,05 12,19

Rata-rata 0,41 0,016 4,0805

SyaratTidak boleh satupun tablet diatas 10%, tidak boleh lebih dari 2

tablet di atas 5%

KesimpulanTidak memenuhi syarat karena ada 2 tablet lebih dari 10% dan 5

tablet lebih dari 5%.

5. Kekerasan Tablet

6. Kere

gasan

Tablet

Bobot Tablet (W1) : 7650 mg

Bobot Tablet (W2) : 7500 mg

Keregasan : 1,96 %

No. Tablet Kekerasan Beda Beda (%)

1 4,5 2,275 102,24

2 4,0 1,775 70,78

3 2,0 0,225 10,11

4 2,0 0,225 10,11

5 2,5 0,275 12,36

6 2,5 0,275 12,36

7 3,0 0,775 34,83

8 3,0 0,775 34,83

9 2,0 0,225 10,11

10 2,0 0,225 10,11

11 2,0 0,225 10,11

12 2,0 0,225 10,11

13 2,0 0,225 10,11

14 2,0 0,225 10,11

15 1,0 1,225 55,06

16 2,0 0,225 10,11

17 1,0 1,225 55,06

18 2,0 0,225 10,11

19 1,0 1,225 55,06

20 2,0 0,225 10,11

Rata-rata 2,225 0,615 27,64

Syarat 6 -10 kg/cm2

Kesimpulan Tidak memenuhi Syarat

Syarat : < 1 %

Kesimpulan : Tidak Memenuhi Syarat

7. Pengujian Waktu Hancur Tablet

Waktu mulai : 18:10

Waktu akhir : 18:14

Waktu Hancur : 4 Menit

Syarat : < 30 menit

Kesimpulan : Memenuhi Syarat

Tabel Kesimpulan Hasil

Parameter Persyaratan Hasil

1. Pemerian Tablet berbentuk bundar,

berwarna putih, berbau, dan

berasa pahit

Tablet berbentuk bundar,

berwarna putih, berbau,

dan berasa pahit.

2. Keseragaman Ukuran

0,36 cm

1,19 cm

- Ketebalan tidak lebih dari 3x dan tidak

kurang dari 1 ½ tebal tablet- Diameter

3. Keseragaman Bobot 475 – 525 mg 410 mg

4. Kekerasan 6,0 - 10,0 kg/cm2 2,2 kg/cm2

5. Kerenyahan < 1,00 % 1,96 %

6. Waktu Hancur Maksimal 30 menit 4 menit

Gambar Tablet Hasil Pencetakan

BAB V

PEMBAHASAN

Isoniazid dapat dibuat dalam bentuk sediaan tablet, pada pratikum teknik sedian solid ini

Praktikan membuat Isoniazid tablet. Terdapat penilaiaan-penilaian yang perlu diperhatikan baik

dalam bentuk bahan baku, granul maupun tablet jadi. Berdasarkan data pengamatan bahan baku

Isoniazid memiliki beberapa karakteristik berdasarkan parameter yang diujikan yaitu memiliki

rasa pahit, berupa serbuk putih, kadar air yang rendah yaitu 0,98%, ukuran partikel yang sangat

halus, distribusi partikel yang tidak merata, sudut henti yang mudah mengalir, kompresibilitas

yang poor, dan ratio hausner yang kurang baik. Oleh karena itu Praktikan memilih metode

pembuatan tablet menggunakan granulasi basah, karena distribusi ukuran partikel yang tidah

merata, dan terlalu banyak serbuk halus maka partikel harus diperbesar dengan cara pemberian

bahan pengikat, dan bahan pengikat yang dipilih adalah bahan pengikat yang basah karena kadar

air bahan baku Isoniazid sangat rendah dimana untuk spesifikasi granul yang baik 2-5%. Untuk

mengatasi kompresibilitas yang poor Praktikan memilih menambahkan bahan pengisi yang dapat

meningkatkan kompresibilitas granul. Dan menambahkan lubrikan, anti adheren dan glydan

untuk tetap menjaga sifat mengalir granul Isoniazid.

Pembuatan formulasi dilakukan atas pertimbangan hasil evaluasi bahan baku Isoniazid,

oleh karena itu praktikan memilih bahan tambahan:

Bahan pengikat : Pasta amylum 10%

Penghancur : Amylum

Lubrikan, anti Adheren, Glydan : Talkum

Pengawet : Nipagin

Pengisi : Sacharum Lactis

Digunakan Amylum untuk menjadi bahan pengikat dalam bentuk pasta untuk membuat

ukuran granul yang lebih besar dengan cara membuat granulasi basah yang tepat yang kemudian

diayak menggunakan mesh sehingga akan diperoleh ukuran granul yang seragam. Amylum juga

digunakan untuk mengatasi kemungkinan tablet yang dibuat akan keras dan sulit hancur.

Lubrikan, anti adheren dan glydan ditambahkan untuk memperbaiki sifat aliran granul, dan

membuat granul mudah dan tidak lengket saat proses kompresi tablet. Penambahan pengawet

Nipagin untuk menghindari tumbuhnya jamur dan mikroba lainya karena granulasi yang

dilakukan adalah granulasi basah, dimana dalam suasana lembab jamur dan bakteri mudah

tumbuh dan berkembang biak. Dan penambahan Saccarum lactis berguna untuk meningkatkan

daya kompresibilitas granul dan membantu dalam memperoleh bobot tablet yang diharapkan

yaitu 500 mg dengan komposisi dosis yang sesuai. Proses granulasi basah dilakukan dengan

tahapan mencampurkan bahan padat bahan aktif Isoniazid, amylum, Saccarum lactis, Nipagin,

diaduk hingga homogen, kemudian ditambahkan pasta amylum 10% hingga terbentuk masa

granul yang tepat ( dapat dikompres, namun tidah terlalu basah). kemudian diayak dengan

menggunakan mesh kemudian dikeringkan dalam oven dengan cara disebar sehingga

pengeringan terjadi secara optimum dan merata. Pengeringan memiliki tujuan akan terbentuknya

granul kering yang mantap sesuai dengan ukuran mesh yang digunakan. Setelah granul kering

diayak kembali dengan mesh yang berukuran lebih kecil dari mesh sebelumnya, bertujuan untuk

memperoleh ukuran partikel yang kasar namun tidak terlalu besar dan kecil. Umumnya

menggunakan mesh 16-20. Kemudian ditambahkan talcum dan diaduk homogen, dan granul siap

untuk dievaluasi. Pengevaluasian granul kurang lebih mirip dengan evaluasi bahan baku serbuk

Isoniazid. Hasil evaluasi granul Isoniazid memiliki distribusi ukuran partikel yaitu lolos mesh 20

dengan presentase 56,52% dan yang tidak lolos mesh 20 43,48%, namun karena evaluasi

distribusi granul ini hanya menggunakan mesh no 12 sampai 20 saja maka sebenarnya pada

teorinya belum dapat dinyatakan ukuran partikel seragam karena mesh 20 terbilang kasar dan

perlu digunakan rangkaiaan mesh dengan ikuran yang lebih kecil hingga mesh no 200 untuk

mengetahui seberrapa fine yang dihasilkan, dan dalam proses pembuatan granul menggunakan

mesh yang besar sehingga terdapat 43,48% partikel yang diatas ukuran mesh 20, dapat

dunyatakan partikel tersebut kasar dan besar jika dibandingkan granul pada umumnya yang

berada di kisaran 16-20. Kompresibilitas granul pun excellent, sifat aliran granul pun baik.

Namun kadar air granul tidak memenuhi spesifikasi 2-5%, kadar air yang diperoleh 0%, hal ini

terjadi karena pembuatan granul dan pengevaluasian granul terpisah waktu 1 minggu,

menyebabkan granul sangat kering. Penetapan keseragaman kadar pun harusnya dilakukan pada

evaluasi granul untuk mengetahui kehomogenitasan granul, namun pada pratikum ini Praktikan

tidak melakukannya karena keterbatasan waktu, bahan, dan alat.

Setelah evaluasi granul dilakukan maka proses dilanjutkan yaitu kompresi granul menjadi

tablet. Evaluasi tablet Isoniazid yang dilakukan pratikan meliputi organoleptik, perhitungan

randemen tablet,pengujian ukuran, pengujian keseragaman bobot, pengujian kekerasan tablet,

pengujian keregasan tablet, pengujian waktu hancur tablet. Hasil uji organoleptik tablet Isoniazid

menunjukan hasil yang sesuai dengan syarat, warna putih, rasa pahit, dan berbau khas Isoniazid.

Perhitungan randemen tablet diperoleh penimpangan negatif dari teoritis namun total bobot

tablet sesuai dengan total bobot bahan yang nyata dipakai.Pengujian ukuran diameter dan tebal

tablet, dari syarat diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet

maka diperoleh range diameter 0,48-1,08 cm, dan hasil evaluasi yang diperoleh diameter rata-

rata 1,19, maka hasil tidak memenuhi syarat. Hal ini dapat terjadi karena kurang tepatnya

pemilihan ukuran punch & die yang digunakan, ataupun proses penentuan set ketebalan tablet

saat proses kompresi tablet. Pengujian keseragaman bobot memiliki syarat tidak satupun tablet

diatas 10%, tidak boleh lebih dari 2 tablet di atas 5%, dan hasil evaluasi menunjukan tidak

memenuhi syarat karena 2 tablet lebih dari 10% dan 5 tablet lebih dari 5%, hal ini dapat

disebabkan karena set mesin cetak yang kurang tepat dan seragam ataupun karena granul yang

ukurannya termasuk kasar diatas umumnya (mesh no 16-20) dan terlalu kering membentuk

rongga udara, meskipun berdasarkan evaluasi granul sebelumnya dinyatakan sifat aliran baik dan

kompresibilitas granul excellent. Pengujian kekerasan tablet memiliki syarat 6-10 kg/cm3 , dan

hasil evaluasi tidak memenuhi syarat karena kekerasan tablet rata-rata 2,225%, hal ini

disebabkan karena granul yang terlampau kering dimana kadar air granul 0%, maka granul yang

tercetak memiliki daya lekat lemah dan menimbulkan rongga-rongga yang dapat memperangkap

udara sehingga akan mengurangi kemampatan tablet dan kekerasan tablet. Pengujian keregasan

tablet memiliki syarat <1% dan hasil evaluasi tidak memenuhi syarat karena memiliki keregasan

tablet 1,96%, hal ini disebabkan hal seperti yang dibahas pada pengujian kekerasan tablet, garnul

yang kering dan kasar serta memungkinkan terbentuknya rongga-rongga udara, yang

maningkatkan keregasan tablet. Pengujian waktu hancur tablet pada monografi Isoniazid

kompresi pada FI III memiliki syarat <30 menit, dan hasil evaluasi tablet memenuhi syarat yaitu

4 menit. Pada teorinya evaluasi tablet masih harus dilakukan evaluasi disolusi, keseragaman

kandungan, dan kadar, namun sama dengan halnya evaluasi granul evaluasi ini tidak dapat

dilakukan Praktikan karena keterbatasan alat, bahan dan waktu.

Pada dasarnya tiap evaluasi saling berkaitan dan dari satu hasil evaluasi dapat

memprediksikan hasil evaluasi lainnya. Seperti pada praktikum pembuatan isoniazid tablet kali

ini hasil evaluasi memiliki keterikatan karena bahan baku isoniazid halus dan kering maka

dipilih granulasi basah. Hasil granul yang kering maka granul kehilangan daya rekatnya, serta

ukuran partikel yang cukup besar sehingga saat granul dikompresi akan membentuk rongga

udara yang menyebabkan variasi bobot tablet, meningkatnya keregasan tablet, menurunnya

kekerasan tablet, dan waktu hancur yang cepat. Dan kualitas granul akan mementukan kualitas

sediaan tablet.

BAB VI

KESIMPULAN

Pada pembuatan sediaan padat berupa struk , tablet , kapsul dan supositoria dilakukan

melalui pembuatan masa granu/serbuk yang dapat diperoleh dari pencapuran bahan kering,

bahan cair dan bahkan semi solid.

Dan berikut ini rancangan metode yang kami lakukan :

1. Zat aktif (Isoniazid)

2. Bahan pengisi

3. Penghancur

4. Lubrikan

5. Anti Andherren

6. Glydan

7. Pewarna

8. Pemanis

9. Adsorben

10. Pelarut

Dan dari rancangan metode yg kami lakukan kami memilihi melakukan pembuatan tablet

dengan massa granulasi basah dikarenakan pada pengujian distribusi ukuran partikel yang kami

dapat partikelnya halus sedangkan seharusnya partikel tsb setengah kasar dengan kompresibilitas

yang poor (fluid cohesive powders) , namun kami mendapatkan sifat alir yang mudah mengalir.

Namun pada saat tablet tsb sudah tercetak kami melakukan evaluasi tablet dengan cara :

1. Pemeriksaan organoleptis tablet

2. Pemeriksaan ukuran tablet

3. Pengujian friabilitas

4. Pengujian keseragaman bobot

5. Pengujian kekerasan

6. Pengujian waktu hancur

7. Dan pengujian laju disolusi

Setelah kami melakukan evaluasi tablet diatas ternyata hasil yang kami dapat ialah

tablet yang kami buat tidak memenuhi syarat dikarenakan ukuran partikel yang kami

peroleh >1,08cm dan keseragaman bobot ada 2 tablet yang lebih dari 10% dan 5 tablet

lebih dari 5%, sedangkan pengujian kekerasan dari tablet yang kami buat kurang dari

syarat (6-10kg/cm) namun pengujian waktu hancur yang kami dapat memenuhi

persyaratan.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: 1995