Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

o

Citation preview

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Memori merupakan elemen pokok dalam sebagian besar proses kognitif. Proses dari ingatan melalui pengkodean, penyimpanan, dan pengeluaran informasi. Sistem yang dibangun untuk ingatan agar sebuah informasi tetap diingat harus melalui ingatan sensori, ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang (Atkinson & Shiffrin, 1971 dalam Sarwono, 2010). Informasi yang baru didapat disimpan dalam memori jangka pendek dengan kemampuan jumlah dan waktu penyimpanan yang terbatas. Ingatan jangka pendek dapat bertahan selama beberapa menit sampai beberapa jam. Kapasitas memori jangka pendek terbatas, lima sampai sembilan unit informasi. Informasi bisa berupa angka, huruf atau kata (Sarwono, 2010). Informasi dapat hilang bila terjadi distraksi. Sebagian informasi akan terlupakan, sebagian lain akan ditransfer ke dalam memori jangka panjang yang lebih permanen (Solso, dkk, 2007). Informasi dari memori jangka panjang dapat kembali lagi ke memori jangka pendek untuk digunakan. Informasi dari memori jangka panjang sering tidak ditemukan kembali sehingga terjadi lupa (Wade & Travris, 2007).Aspek intelegensi, memori, dan bentuk-bentuk lain dari fungsi mental menurun seiring bertambahnya usia. Orang lanjut usia memiliki skor lebih rendah dalam tes-tes penalaran, kemampuan ruang, dan pemecahan masalah yang kompleks jika dibandingkan dengan orang-orang dewasa yang lebih muda (Wade & Travris, 2007).Kondisi yang dihadapi orang lanjut usia merupakan gangguan memori ringan yang dapat digolongkan sebagai sindrom predemensia dan dapat berkembang menjadi demensia. World Alzheimer Reports mencatat demensia akan menjadi krisis kesehatan terbesar di abad ini yang jumlah penderitanya terus bertambah. Data WHO tahun 2010 menunjukkan, di tahun 2010 jumlah penduduk dunia yang terkena demensia sebanyak 36 juta orang. Jumlah penderitanya diprediksi akan melonjak dua kali lipat di tahun 2030 sebanyak 66 juta orang (Gustia, 2010). Angka kejadian demensia di Asia Pasifik sekitar 4,3 juta pada tahun 2005 yang akan meningkat menjadi 19,7 juta per tahun pada 2050. Jumlah penyandang demensia di Indonesia hampir satu juta orang pada tahun 2011 (Gitahafas, 2011).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Informasi Manusia2.1.1 PENGERTIAN PROSES PENGOLAHAN INFORMASI Menurut Robert M Gagne, belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi. Robert M. Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan Amerika yang terkenal dengan penemuannya berupa condition of learning. Teori informasi psikologi muncul dari temuan dan modifikasi dari teori matematika, yang disusun oleh para peneliti untuk menilai dan meninngkatkan pengiriman pesan. Pembelajaran di kelas merupakan teori proses informasi yang berkaitan secara langsung dengan proses kognitif. Teori informasi memberikan perspektif baru pada pengolahan pembelajaran yang akan menghasilkan belajar yang efektif. Dalam teori pengolahan informasi terdapat persepsi, pengkodean, dan penyimpanan di dalam memori jangka panjang. Teori ini mengajarkan kepada siswa siasat untuk memecahkan masalah.Edgar Dale dan James Finn merupakan dua tokoh yang berjasa dalam pengembangan Teknologi Pembelajaran Modern. Edgar Dale mengemukakan tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience). Kolaborasi Robert Gagne dengan Leslie Briggs telah menggabungkan keahlian psikologi pembelajaran dengan bakat dalam desain sistem yang membuat konsep desain pembelajaran menjadi semakin hidup.Robert Gagne merupakan salah satu tokoh pencetus teori ini. Teori ini memandang bahwa belajar adalah proses memperoleh informasi, mengolah informasi, menyimpan informasi, serta mengingat kembali informasi yang dikontrol oleh otak. Asumsi yang mendasari teori pemrosesan informasi Robert M Gagne adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase, yaitu:a. motivasi;b. pemahaman;c. pemerolehan;d. penyimpanan;e. ingatan kembali;f. generalisasi;g. perlakuan;h. umpan balik.Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000: 175). Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera. Komponen pertama dari sistem memori yang dijumpai oleh informasi yang masuk adalah registrasi penginderaan. Registrasi penginderaan menerima sejumlah besar informasi dari indera dan menyimpannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari dua detik. Bila tidak terjadi suatu proses terhadap informasi yang disimpan dalam register penginderaan, maka dengan cepat informasi itu akan hilang. Keberadaan register penginderaan mempunyai dua implikasi penting dalam pendidikan.Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu informasi bila informasi itu harus diingat. Kedua, seseorang memerlukan waktu untuk membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat masuk ke dalam kesadaran, (Slavin, 2000: 176). Interpretasi seseorang terhadap rangsangan dikatakan sebagai persepsi. Persepsi dari stimulus tidak langsung seperti penerimaan stimulus, karena persepsi dipengaruhi status mental, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan banyak faktor lain. Informasi yang dipersepsi seseorang dan mendapat perhatian, akan ditransfer ke komponen kedua dari sistem memori, yaitu memori jangka pendek. Memori jangka pendek adalah sistem penyimpanan informasi dalam jumlah terbatas hanya dalam beberapa detik. Salah satu cara untuk menyimpan informasi dalam bentuk memori jangka pendek adalah memikirkan tentang informasi itu atau mengungkapkan informasi berkali-kali. Ausubel mengemukakan bahwa perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi srtuktur kognitif yang telah dimiliki individu. Reigeluth dan Stein (1983) mengatakan pengetahuan ditata di dalam struktur kognitif secara hirarkhis. Ini berarti pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang rinci. Proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval). Ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusuran bergerak secara hirarkhis, dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh. Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan. Sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah:a. Menarik perhatianb. Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswac. Merangsang ingatan pada pra syarat belajard. Menyajikan bahan peransange. Memberikan bimbingan belajarf. Mendorong unjuk kerjag. Memberikan balikan informativeh. Menilai unjuk kerjai. Meningkatkan retensi dan alih belajarKeunggulan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi:a. Cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol;b. Penyajian pengetahuan memenuhi aspek;c. Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap;d. Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai;e. Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya;f. Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai irama masing-masing individu;g. Balikan informativ memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.Teori pemrosesan informasi didasarkan atas tiga asumsi umum, pertama pikiran dipandang sebagai suatu system penyimpanan dan pengembalian informasi. Kedua individu-individu memproses informasi dari lingkungannya, dan yang ketiga terdapat keterbatasan pada kapasitas memproses informasi dari seorang individu. Berdasarkan asumsi itu dapat dipahami bahwa teori pemrosesan informasi lebih menekankan kepada bagaimana individu memproses informasi tentang dunia mereka, bagaimana informasi itu masuk kedalam fikiran dan bagaimana informasi disimpan dan disebarkan dan bagaimana asumsi diambil kembali untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas yang komplek seperti memecahkan masalah dan berfikir. Jadi inti dari pendekatan pemrosesan informasi adalah proses memori dan proses berfikir. Menurut pendekatan ini anak didik secara bertahap mengembangkan kapasitan memperoleh informasi dan secara bertahap pula mereka mereka mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang komplek.

2.1.2 DIAGRAM PEMROSESAN INFORMASITeori belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses pengolahan informasi.Teori belajar yang cocok serta dapat menjawab dua pertanyaan didepan adalah suatu teori belajar yang oleh Gagne (1988) disebut dengan Information Processing Learning Theory. Teori ini merupakan gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak manusia di saat memroses suatu informasi. Karenanya teori belajar tadi disebut juga Information-Processing Model oleh Lefrancois atau Model Pemrosesan Informasi. Beberapa model telah dikembangkan di antaranya oleh Gagne (1984), Gage dan Berliner (1988) serta Lefrancois, yang terdiri atas tiga macam ingatan yaitu: sensory memory atau Memori Inderawi (MI), Memori Jangka Pendek (MJPd) atau short-term/working memory, serta Memori Jangka Panjang (MJPj) atau long-term memory. Berdasar ketiga model tersebut dapat dikembangkan diagram pemrosesan informasi berikut ini:

Gambar tersebut menunjukkan informasi diproses dan disimpan dalam tiga tahap. Menunjukkan titik awal dan akhir dari peristiwa pengolahan informasi. Garis putus-putus menunjukkan batas antara kognitif internal dan dunia eksternal. Dalam model tersebut tampak bahwa stimulus fisik seperti cahaya, panas, tekanan udara, ataupun suara ditangkap oleh seseorang dan disimpan secara cepat di dalam sistem penampungan penginderaan jangka pendek. Apabila informasi itu diperhatikan, maka informasi itu disampaikan ke memori jangka pendek dan sistem penampungan memori kerja. Apabila informasi di dalam kedua penampungan tersebut diulang-ulang atau disandikan, maka dapat dimasukkan ke dalam memori jangka panjang.Kebanyakan, peristiwa lupa terjadi karena informasi di dalam memori jangka pendek tidak pernah ditransfer ke memori jangka panjang. Tapi bisa juga terjadi karena seseorang kehilangan kemampuannya dalam mengingat informasi yang telah ada di dalam memori jangka panjang. Bisa juga karena interferensi, yaitu terjadi apabila informasi bercampur dengan atau tergeser oleh informasi lain.

2.1.3 Pemrosesan Informasi dalam Memori Ada tiga proses pengolahan informasi yang dilakukan di dalam memori (Wade & Travis, 2007), yaitu, encoding, merupakan proses yang bertujuan untuk mengubah informasi menjadi bentuk yang dapat diproses dan digunakan oleh otak. Pemrosesan kedua adalah penyimpanan (storage) yang berfungsi untuk mempertahankan informasi dan pemrosesan ketiga pemanggilan (Retrieval) merupakan pemanggilan kembali informasi tersebut untuk digunakan. Ada beberapa cara untuk mengingat kembali hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya (Sarwono, 2010), yaitu: 1). Rekoleksi, yaitu menimbulkan kembali dalam ingatan suatu peristiwa, lengkap dengan segala detail dan hal-hal yang terjadi disekitar tempat peristiwa itu dahulu terjadi. 2). Pembaruan ingatan, hampir sama dengan rekoleksi, tetapi ingatan hanya timbul kalau ada hal yang merangsang ingatan itu. 3). Memanggil kembali ingatan (recall), yaitu mengingat kembali suatu hal, sama sekali terlepas dari hal-hal lain dimasa lalu. 4). Rekognisi, yaitu mengingat kembali sesuatu hal setelah menjumpai sebagian dari hal tersebut. 5). Mempelajari kembali, terjadi kalau mempelajari sesuatu yang dulu pernah dipelajari.

2.2 Sistem Memori 2.2.1 Defenisi memoriMemori merujuk pada kemampuan seseorang memiliki dan mengambil suatu informasi. Sumadikarya (1999) menyatakan bahwa memori merupakan kemampuan untuk mengingat peristiwa yang telah lalu pada tingkat sadar maupun tidak sadar. Memori sebagai recall eksplisit atau informasi implisit dikodekan dalam masa lalu atau jauh (Brickman & Stern, 2009). Tulving dan Craik (2000) mendefinisikan memori sebagai kemampuan untuk mengingat peristiwa masa lalu dan membawa fakta belajar dan ide-ide kembali ke pikiran. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa memori adalah kemampuan mengambil informasi yang telah lalu dan membawa informasi tersebut kembali dalam pikiran.

2.2.2 Klasifikasi MemoriMemori dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu :1. memori tersurat (explisit memory)yang disebut sebagai memori deklaratif atau pengenalan (recognition). Memori ini berhubungan dengan kesadaran yang tidak tergantung pada retensi di hipokampus atau bagian lain lobus temporalis medial. Memori ini dibagi menjadi :a. episodik : ingatan akan peristiwab. semantik : ingatan akan kata-kata, peraturan, bahasa, dan lain-lain2. memori tersirat (implisit memory)Disebut juga memori non deklaratif atau refleksif. Memori ini tidak berhubungan dengan kesadaran. Retensi biasanya tidak berhubungan dengan pemrosesan di hipokampus. Yang termasuk memori ini antara lain kemahiran melakukan sesuatu, kebiasaan dan refleks bersyarat. Tetapi memori tersurat pada awalnya diperlukan untuk kegiatan seperti mengendarai sepeda dan akan menjadi memori tersirat bila telah cukup mahir.a. nonassociative :i. habituasiadalah bentuk belajar sederhana dengan stimulus netral diulang berkali-kali. Saat pertama kali diberikan, stimulus ini bersifat baru dan mencetuskan suatu refleks. Bila stimulus tersebut diulang-ulang, maka respon listrik yang ditimbulkannya semakin kurang. Akhirnya subyek menjadi terbiasa (habituasi) dengan stimulus tersebut dan mengabaikannya. ii. SensitisasiStimulus berulang akan menimbulkan respon yang lebih kuat apabila stimulus tersebut digabungkan dengan satu atau lebih stimulus yang menyenangkan/tidak menyenangkan.Contoh : Seorang ibu dapat tidur dalam lingkungan bising tetapi terbangun saat bayinya menangisb. associative :i. classic conditioningii. operant conditioningadalah salah satu bentuk pengondisian dengan hewan yang dilatih untuk melaksanakan tugas untuk memperoleh suatu hadiah atau menghindari hukuman (refleks penghindaran bersyarat)c. Ketrampilan dan kebiasaan (skill and habits)d. Penyiapan (priming)Memori eksplisit merupakan suatu memori pengenalan. Ada hubungannya dengan kesadaran dan sadar. Pengodean memori tersurat meliputi memeori kerja di lobus frontalis dan pemrosesan yang khusus di hipokampus.Tergantung dari cara penyimpanannya dalam hipokampus dan bagian-bagiannya, misalnya di bagian lobus temporalis medialis yang terbagi menjadi 2, yaitu : untuk kejadian-kejadian memori episodik untuk menyimpan kata-kata dan bahasa memori semantikMemori eksplisit merupakan memori yang memerlukan aktivitas inisiasi (misalnya naik sepeda, harus belajar dahulu supaya dapat mengendarainya) memori eksplisit dapat menjadi memori implisit jika aktivitas tersebut sudah dipelajari.

Memori eksplisit dan beberapa memori implisit1. Ingatan jangka pendek (Short-term memory )Short-term memory tinggal dan akan hilang dalam beberapa detik sampai jam, selama proses di hippocampus. Ingatan jangka pendek kemungkinan disebabkan oleh : aktivitas saraf yang berkesinambungan fasilitasi atau inhibisi presinaptik potensiasi sinaptik2. Ingatan jangka menengah (intermediate memory)Ingatan yang berlangsung bermenit-menit bahkan berminggu-minggu.Ingatan ini kadang-kadang akan hilang kecuali jika ingatan menjadi permanent menjadi ingatan jangka panjangMekanisme molekuler pada ingatan intermediate Mekanisme habituatif efek habituatif pada terminal sensorik terjadi akibat penutupan progresif saluran kalsium di membrane terminal presinaptik Mekanisme fasilitasi efek asosiasi neuron fasilitator yang terangsang pada saat yang bersamaan dengan terangsangnya neuron sensorik menyebabkan peningkatan sensitivitas perangsangan yang lama pada terminal sensorik, yang menimbulkan jejak ingatan.3. Ingatan jangka panjang (Long-term memory) Long-term memory adalah menyimpan memori tahunan, kadang-kadang selama hidup. Ingatan jangka panjang merupakan hasil dari perubahan structural pada sinaps-sinaps yang memperkuat atau menekan penghantaran sinyal-sinyal. Kemampuan structural dari sinaps-sinaps untuk menjalarkan sinyal menjadi meningkat selama adanya jejak ingatan jangka panjang yang sebenarnya. Memori jangka panjang disimpan di beberapa bagian neokorteks. Beberapa bagian ingatan-penglihatan, penghidu, pendengaran, dan lain-lain-terletak di tiap-tiap daerah korteks yang berperan dalam fungsi-fungsi ini, dan pecahan-pecahan ingatan tersebut akan disatukan oleh perubahan jangka panjang dalam kuatnya penghantaran di hubungan sinaps yang bersangkutan, sehingga semua komponen kea alam sadar apabila memori tersebut diingat kembali. Sekali memori jangka panjang telah dikukuhkan dapat diingat kembali atau diakses oleh berbagai hubungan yang berbeda. Misalnya, memori suatu kejadian yang kuat dapat dibangkitkan tidak hanya oleh kejadian yang sama tetapi juga oleh suatu bunyi atau bau, kata-kata, melihat sesuatu yang berhubungan dengan kejadian tersebut. Harus ada beberapa jaras untuk setiap memori. Selain itu, banyak memori memiliki komponenemosional atau warna. Memori dapat menyenangkan atau tidak menyenangkan. Baddeley, 1992 (dalam Wade & Travis, 2007) mengemukakan suatu model memori kerja (working memory) dari memori jangka pendek yang terdiri dari tiga komponen, yaitu: 1). Putaran fonologis (phonological loop) yang berisi penyimpanan fonologis dan proses alkulatoris, yang merupakan kemampuan mengingat informasi sebanyak yang dapat diulangi dalam durasi terbatas. 2). Alas sketsa visuospasial (visuospatial sketchpad) yang memiliki kemiripan dengan putaran fonologis, namun berperan dalam mengendalikan kinerja visual dan spasial, yakni yang meliputi tindakan mengingat bentuk dan ukuran atau mengingat kecepatan dan arah objek yang bergerak. 3). Eksekutif sentral (central executive) berperan dalam menentukan informasi yang harus diperhatikan, diabaikan atau digabungkan. Tahap ketiga adalah memori jangka panjang, yang meliputi kapasitas penyimpanan yang tidak terbatas, informasi disimpan beberapa menit dan beberapa tahun atau bahkan puluhan tahun sampai seumur hidup. Informasi dari memori jangka panjang dapat kembali lagi ke memori jangka pendek untuk digunakan. Tulving, 1985 (dalam Wade & Travis, 2007) mengemukakan tiga jenis memori jangka panjang, yaitu: 1). Memori prosedural merupakan memori mengenai cara melakukan sesuatu, seperti mengetahui cara menyisir rambut, menggunakan pensil, menjahit, atau berenang.2). Memori semantik merupakan representasi internal dari dunia di sekitar dan tidak bergantung pada berbagai macam konteks. Memori semantik meliputi fakta, peraturan dan konsep unsur-unsur yang mendasari pengetahuan umum. Contoh: saat seseorang menjelaskan konsep kucing berdasarkan memori semantik, dapat dijelaskan kucing sebagai mamalia mungil yang berbulu, makan, berkeliaran. Seseorang dapat menjelaskan dengan runtut dan tidak mengetahui kapan dan bagaimana pertama kali mempelajari informasi tersebut. 3). Memori episodik merupakan representasi internal dari sebuah peristiwa yang dialami secara lansung. Contoh: saat seseorang mengingat kala kucing mengejutkannya di tengah malam dengan melompat keranjangnya, orang tersebut telah memanggil kembali memori episodik. Memori jangka panjang efektif dalam menyimpan memori prosedural dan semantik namun kurang efektif dalam menyimpan memori episodik. Hal ini terjadi karena struktur fisik dari informasi (memori episodik) telah dilupakan sejak didalam memori jangka pendek. Kemerosotan dalam memori episodik, sering menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan orang tua. Misalnya, seseorang yang memasuki masa pensiun, yang mungkin tidak lagi menghadapi bermacam-macam tantangan penyesuain intelektual sehubungan dengan pekerjaan, dan mungkin lebih sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang termotivasi untuk mengingat berbagai hal, jelas akan mengalami kemunduran dalam memorinya. Untuk itu, latihan menggunakan bermacam-macam strategi mnemonic (strategi penghafalan) bagi orang tua, tidak hanya memungkinkan dapat mencegah kemunduran memori jangka panjang, melainkan sekaligus memungkinkan dapat meningkatkan kekuatan memori mereka (Desmita, 2010). Tulving dalam (Slavin, 2000: 181) membagi memori jangka panjang menjadi tiga bagian:a. Memori episodik, yaitu bagian memori jangka panjang yang menyimpan gambaran dari pengalaman-pangalaman pribadi kita.b. Memori semantik, yaitu suatu bagian dari memori jangka panjang yang menyimpan fakta dan pengetahuan umum.c. Memori prosedural adalah memori yang menyimpan informasi tentang bagaimana melakukan sesuatu.

2.2.3 Tahapan Memori Model Atkinson dan Shiffrin, 1971 (dalam Wade & Travis, 2007), memori memiliki tiga tahap, yaitu register sensorik, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang.Semua informasi baru yang diterima indera harus menjalani pemberhentian singkat di register sensorik, gerbang masuk ke dalam memori. Register sensorik menahan informasi dengan tingkat akurasi tinggi, hingga dipilih informasi yang perlu diperhatikan atau tidak. Informasi selanjutnya dikirim ke memori jangka pendek. Informasi yang tidak cepat dikirim ke memori jangka pendek akan menghilang selamanya (Wade & Travis, 2007). Dalam memori jangka pendek, informasi tidak berbentuk kesan sensorik harafiah, melainkan diubah menjadi suatu bentuk penyandian, seperti dalam bentuk kata atau frase. Materi ini kemudian dikirim ke memori jangka panjang, atau jika tidak dikirim memori ini akan menghilang untuk selamanya (Wade & Travis, 2007).

2.2.4 Cara Meningkatkan Kemampuan Memori Para ahli masih memperdebatkan apakah Memori merupakan suatu trait (sifat) atau skill (kemampuan). Trait merupakan sesuatu yang stabil dan tidak dapat ditingkatkan, sedangkan skill merupakan sesuatu yang bisa dipelajari dan dapat ditingkatkan. Cara meningkatkan kemampuan memori :1. Metode mempelajari (The learning method). Metode ini merupakan metode untuk menyelidiki kemampuan ingatan dengan cara melihat sampai sejauhmana waktu yangdiperlukan atau usaha yang dijalankan oleh subyek (S) untuk dapat menguasai materi yang dipelajari dengan baik, misalnya dapat menimbulkan embalimateri tersebut tanpa kesalahan. Misalnya seseorang (S) disuruh mempelajari suatu syair, dan S harus dapat menimbulkan kembali syair itu tanpa ada kesalahan. Bila kriteria itu telah dipenuhi, maka diukur waktu yang diperlukan hingga mencapai kriteria tersebut. Ada orang yang cepat, tetapi ada orang yang lambat dalam penguasaan materi itu. Ini berarti bahwa waktu atau usaha yang dibutuhkan olh subyek berbeda-beda sesuai dengan kemampuannya masing-masing.2. Metode mempelajari kembali. (The Relearning Method). Metode ini merupakan metode yang berbentuk dimana subyek disuruh mempelajari materi kembali yang pernah dipelajari sampai pada satu kriteria tertentu seperti pada mempelajari materi tersebut pada pertama kali. Dalam relearning ternyata untuk mempelajari yang kedua kalinya materi yang sama membutuhkan waktu yang relatif lebih singkat daripada waktu yang diperlukan untuk mempelajari pertama kali sampai pada suatu kriteria tertentu. Untuk mempelajari yang ketiga kalinya membutuhkan watu yang relatif lebih pendek bila dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk mempelajari yang kedua ataupu yang pertama kali.3. Metode rekonstruksi. Metode ini merupakan metode yang berbentuk dimana subyek disuruh mengkonstruksi kembali sesuatu materi yang diberikan kepadanya. Dalam mengkontruksi ini dapat diketahui waktu yang digunakan, kesalahan-kesalahan yang diperbuat sampai pada kriteria tertentu. Misalnya kepada subyek diperlihatkan gambar yang dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang lain. Sesudah gambar itu diperlihatkan kepada subyek, maka gambar tersebut dibongkar dan subyek disuruh untuk mengkontruksi kembali seperti keadaan gambar semula. Berdasarkan eksperimen, makin kompleks gambar yang harus disusun, makin lama waktu yang dibutuhkan oleh subyek untuk menyusunnya kembali.4. Metode mengenal kembali.Metode ini digunakan dengan mengambil bentuk dengan cara pengenalan kembali. Subyek disuruh mempelajari suatu materi, kemudian diberikan materi untuk mengetahui sampai sejauh mana yang dapat diingat dengan bentuk pilihan benar-salah atau dengan pilihan ganda. Dalam bentuk pilihan ganda dari beberapa kemungkinan jawaban, maka jawaban yang betul telah disajikan di antara beberapa kemungkinan jawaban tersebut.Bagi orang normal, ada cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Memori, antara lain: Mnemonic: Menciptakan asosiasi antar hal yang harus diingat. Method of loci: Berusaha menciptakan gambaran seperti peta di benak kita dan mengasosiasikan tempat-tempat dalam peta itu dengan hal yang ingin diingat. Peg word/ irama: Mengasosiasikan kata yang ingin diingat dengan kata lain yang berirama. Menggunakan bayangan visual, misalnya John Conrad menggunakan bayangan visual untuk mengingat pesanan makanan dari para tamu. Memahami hal yang harus diingat, dan tidak hanya menghafalkan di luar kepala. Hal yang dipahami akan diingat lebih lama daripada hafalan luar kepala. Konteks ketika suatu hal sedang dipelajari sama dengan konteks ketika hal tersebut harus diingat kembali (encoding specificity) Memori akan baik ketika individu merasa terlibat secara emosional, namun keterlibatan emosional tidak terlalu tinggi. Menggunakan sebanyak mungkin cue ketika berusaha mengingat sesuatu. Memori akan lebih baik jika sesuatu dipelajari berulang kali walaupun masing-masing sesi cukup pendek, daripada mempelajari sesuatu dalam satu sesi yang panjang. Jadi, lebih baik mempelajari sesuatu dalam 3 sesi terpisah yang masing-masing lamanya 20 menit daripada 1 sesi yang lamanya 1 jam. Memori akan lebih baik jika bahan pelajaran disimpan dalam beberapa cara, misalnya mengingat suatu pelajaran baik dari segi visual maupun audio akan lebih baik daripada hanya salah satu saja. Ada dua bentuk pelancaran dalam membangkitkan ingatan, yaitu:a. Pelancaran proaktif: Seseorang mengingat informasi sebelumnya apabila informasi yang baru dipelajari memiliki karakter yang sama.b. Pelancaran retroaktif: Seseorang mempelajari informasi baru akan memantapkan ingatan informasi yang telah dipelajari.

DAFTAR PUSTAKA

1. Atkinson, R. 2009. Pengantar Psikologi (terjemahan: Mari Juniati). Edisikedelapan Jilid I. Jakarta : Erlangga.2. Sarwono, S.W. 2011. Pengatur Umum Psikologi. Jakarta : Bulan bintang.3. Wade, C & Travis, C. 2008. Psikologi. Edisi Kesembilan. Jilid 2. (terjemahan :Padang Mursalin dan Dinastuti). Jakarta : Erlangga.