Upload
dewa-made-aditya
View
21
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
materi pantai
Citation preview
A. Definisi Pantai
Pantai merupakan batas antara wilayah daratan dengan wilayah lautan. Dimana daerah
daratan adalah daerah yang terletak diatas dan dibawah permukaan daratan dimulai dari
batas garis pasang tertinggi. Sedangkan daerah lautan adalah daerah yang terletak diatas
dan dibawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar
laut dan bagian bumi dibawahnya (Triadmodjo,1999). Beberapa istilah kepantaian yang
perlu diketahui diantaranya :
Daerah pantai atau pesisir adalah suatu daratan beserta perairannya dimana pada
daerah tersebut masih dipengaruhi baik oleh aktivitas darat maupun oleh aktivitas
marine.
Pantai adalah daerah di tepi perairan sebatas antara surut terendah dan pasang
tertinggi.
Garis Pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan lautan.
Daratan Pantai adalah daerah ditepi laut yang masih dipengaruhi oleh aktivitas
marine.
Perairan Pantai adalah perairan yang masih dipengaruhi oleh aktivitas daratan
Sempadan Pantai adalah daerah sepanjang pantai yang diperuntukkan bagi
pengamanan dan pelestarian pantai.
Sedangkan untuk kepentingan rekayasa atau teknik pantai, Triadmodjo (1999)
mendefinisikan pantai sebagai berikut :
Surf zone adalah daerah yang terbentang antara bagian dalam dari gelombang
pecah sampai batas naik-turunnya gelombang di pantai.
Breaker zone adalah daerah dimana terjadi gelombang pecah.
Swash zone adalah daerah yang dibatasi oleh garis batas tertinggi naiknya
gelombang dan batas terendah turunnya gelombang di pantai.
Offshore adalah daerah dari gelombang (mulai) pecah sampai ke laut lepas.
Foreshore adalah daerah yang terbentang dari garis pantai pada saat surut terendah
sampai batas atas dari uprush pada saat air pasang tertinggi.
Inshore adalah daerah antara offshore dan foreshore.
Backshore adalah daerah yang dibatasi oleh foreshore dan garis pantai yang
terbentuk pada saat terjadi gelombang badai bersamaan dengan muka air tertinggi.
Coast adalah daratan pantai yang masih terpengaruh laut secara langsung, misalnya
pengaruh pasang surut, angin laut, dan ekosistem pantai (hutan bakau, sand dunes
Coastal area adalah daratan pantai dan perairan pantai sampai kedalaman 100 atau
150 m (Sibayama, 1992).
B. Proses Pantai
Pantai selalu menyesuaikan bentuk profilnya sedemikian sehingga mampu
menghancurkan energi gelombang yang datang. Penyesuaian bentuk tersebut merupakan
tanggapan dinamis alami pantai terhadap laut. Ada dua tipe tanggapan pantai dinamis
terhadap gerak gelombang, yaitu tanggapan terhadap kondisi gelombang normal dan
tanggapan terhadap kondisi gelombang Bandai. Kondisi gelombang normal terjadi dalam
waktu yang lebih lama, dan energy gelombang dengan mudah dapat dihancurkan oleh
mekanisme pertahanan alami pantai. Pada saat badai terjadi gelombang yang mempunyai
energi besar. Sering pertahanan alami pantai tidak mampu menahan serangan gelombang,
sehingga pantai dapat terabrasi. Setelah gelombang besar redah, pantai akan kembali ke
bentuk semula oleh pengaruh gelombang normal. Tetapi ada kalanya pantai yang terabrasi
tersebut tidak kembali kebentuk semula karena material pentuk pantai terbawa arus ke
tempatlain dan tidak kembali ke tempat semula. Dengan demikian pantai tersebut diatas
akan mengendap di daerah yang lebih tenang, seperti muara sungai, teluk, pelabuhan, dan
sebagainya, sehingga mengakibatkan sedimentasi di daerah tersebut.
Proses dinamis pantai sangat di pengaruhi oleh littoral transport, yang di definisikan
sebagai gerak sedimen di daerah dekat pantai (nearshore zone) oleh gelombang dan arus.
Littoral transport dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu transport sepanjang pantai
(longshore transport) dan transport tegak lurus pantai (onshore-offshore transport). Material
(pasir) yang di transport di sebut dengan littoral drift. Transport tegak lurus pantai terutama
ditentukan oleh kemiringan gelombang, ukuran sedimen, dan kemiringan pantai. Pada
umumnya gelombang engan kemiringan besar menggerakan material kea rah laut, dan
gelombang kecil dengan periode panjang menggerakan material kea rah laut.
Pada saat gelombang pecah sedimen di dasar pantai terangkat (terabrasi) yang
selanjutnya terangkut oleh dua macam gaya penggerak, yaitu komponen energy gelombang
dalam arah sepanjang pantai dan arus sepanjang pantai yang dibangkitkan oleh gelombang
pecah. Arah transport sepanjang pantai sesuai dengan arah gelombang datang dan sudut
antara puncak gelombang selalu berubah maka arah transpor juga berubah dari musim ke
musim, hari ke hari, dan dari jam ke jam.Laju transport sepanjang pantai tergantung pada
sudut datang gelombang, durasi dan energi gelombang. Dengan demikian gelombang
besarakan mengangkut material lebih banyak tiap satu satuan waktu daripada yang
digerakan oleh gelombang kecil tersebut dapat mengangkut pasir lebih banyak dari pada
gelombang besar.Suatu pantai mengalami abrasi, akresi (sedimentasi) atau tetap stabil
tergantung pada sedimen yang masuk (suplai) dan yang meninggalkan pantai tersebut.
Sebagian besar permasalahan pantai adalah abrasi yang berlebihan. Abrasi pantai terjadi
apabila di suatu pantai yang ditinjau mengalami kehilangan/pengurangan sedimen; artinya
sedimen yang terangkut labih besar daripada yang di endapkan. Akresi atau sedimentasi juga
dapat mengurangi fungsi pantai atau bangunan-bangunan pantai, seperti pengendapan di
muara yang dapat mengganggu aliran sungai dan lalu lintas pelayaran, serta pengendapan di
pelabuhan atau alur pelayaran.
C. Sifat Dinamika pantai
Pantai adalah gambaran nyata interaksi dinamis antara air, angin dan material (tanah).
Angin dan air yang bergerak membawa material dari tempat ketempat lain. Mengikis tanah
dan kemudian mengendapkannya di suatu tempat secara kontinyu. Sehingga terjadi
perubahan garis pantai. Energi yang diperoleh untuk gerakan air dan angin sebagian berasal
dari pemenasan matahari. dan sebagian berasal dari gaya-gaya astronomi (matahari, bulan
dan bumi). Perpindahan angin atau udara terjadi karena adanya perbedaan pemanasan sinar
matahari yang tidak merata di suatu lokasi. Perbedaan sinar matahari ini pun menyebabkan
terjadinya pergerakan air laut (arus laut) selain juga adanya aliran suangai dari muara.
Rentang (range) pasang surut dan kekuatan arus pasang surut ditentukan oleh kombinasi
efek gravitasi matahari. Sedangkan gelombang terjadi karena hembusan angina
dipermukaan air. Daerah dimana gelombang di bentuk disebut daerah pembangkit
gelombang (wave generating area). Gelombang yang terjadi di pembangkit disebut “sea”
sedangkan gelombang yang terbentuk diluar pembangkit disebut “swell” ketika gelombang
menjalar, partikel air bergerak dalam suatu lingkaran vertical kecil dan tetap pada posisinya
selagi bentuk dan energi gelombang berjalan maju. Patikel air dipermukan bergerak dalam
sebuah lingkaran besar dan membentuk puncak gelombang di puncak lingkaran dan lembah
gelombang pada lintasan terendah. Dibawah permukaan, air bergerak dalam lingkaran
linkaran kecil hingga kedalaman yang lebih besar dari ½ panjang gelombang air sukar
bergerak.
Pada saat gelombang mendekati pantai, gelombang mulai bergesekan dengan dasar laut
dan menyebabkan pecahnya gelombang di tepi pantai. Hal ini menyebabkan terjadinya
turbulensi yang kemudian membawa material dari dasar pantai atau menyebabkan
terkikisnya bukit-bukit pasir (dunes) di pantai.Transpor sedimen dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu transpor sedimen menuju dan meninggalkan pantai (onshore - offshore
transport) yang memiliki arah rata-rata tegak lurus pantai dan transpor sepanjang pantai
(longshore transport) yang memiliki arah rata-rata sejajar pantai.
Pengertian Sedimen
Pipkin (1977) menyatakan bahwa sedimen adalah pecahan, mineral, atau material
organik yang ditransforkan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin,
es, atau oleh airdan juga termasuk didalamnya material yang diendapakan dari material
yang melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia. Sedangkan Gross (1990)
mendefinisikan sedimen laut sebagai akumulasi dari mineral-mineral dan pecahan-pecahan
batuan yang bercampur dengan hancuran cangkang dan tulang dari organisme laut serta
beberapa partikel lain yang terbentuk lewat proses kimia yang terjadi di laut. Sedangkan
Gross (1990) mendefinisikan sedimen laut sebagai akumulasi dari mineral-mineral
dan pecahan-pecahan batuan yang bercampur dengan hancuran cangkang dan tulang dari
organisme laut serta beberapa partikel lain yang terbentuk lewat proses kimia yang terjadi
di laut. (Umi dan Agus, 2002).
Sedimen dapat berada di berbagai lokasi dalam aliran, tergantung pada keseimbangan
antara kecepatan ke alas pada partikel (gaya tarik dan gaya angkat) dan kecepatan
pengendapan partikel. Ada 3 (tiga) macam pergerakan angkutan sedimen yaitu:
1) Bed Load Transport
Partikel kasar yang bergerak di sepanjang dasar sungai secara keseluruhan disebut
dengan bed load. Adanya bed load ditunjukkan oleh gerakan partikel di dasar sungai
yang ukurannya besar, gerakan itu dapat bergeser, menggelinding atau meloncat-loncat,
akan tetapi tidak pernah lepas dari dasar sungai. Pada kondisi ini pengangkutan material
terjadi pada aliran yang mempunyai kecepatan aliran yang relatif lambat, sehingga
material yang terbawa arus sifatnya hanya menggelinding sepanjang saluran.
2) Wash Load Transport
Wash load adalah angkutan partikel halus yang dapat berupa lempung (silk) dan
debu (dust), yang terbawa oleh aliran sungai. Partikel ini akan terbawa aliran sampai ke
laut, atau dapat juga mengendap pada aliran yang tenang atau pada air yang tergenang.
Sumber utama dari wash load adalah hasil pelapukan lapisan atas batuan atau tanah di
dalam daerah aliran sungai. Pada kondisi ini pengangkutan material terjadi pada aliran
yang mempunyai kecepatan aliran yang relatif cepat, sehingga material yang terbawa
arus membuat loncatan-loncatan akibat dari gaya dorong pada material tersebut.
3) Suspended Load Transport
Suspended load adalah material dasar sungai (bed material) yang melayang di
dalam aliran dan terutama terdiri dari butir pasir halus yang senantiasa mengambang di
atas dasar sungai, karena selalu didorong ke atas oleh turbulensi aliran. Jika kecepatan
aliran semakin cepat, gerakan loncatan material akan semakin sering terjadi
sehingga apabila butiran tersebut tergerus oleh aliran utama atau aliran turbulen ke
arah permukaan, maka material tersebut tetap bergerak (melayang) di dalam aliran
dalam selang waktu tertentu.
1. Transport Sedimen Pantai
Transpor sedimen pantai adalah gerakan sedimen di daerah pantai yang disebabkan
oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya. Transpor sedimen dibedakan menjadi 2
macam yaitu : transpor menuju dan meninggalkan pantai (onshore-offshore transport) yang
mempunyai arah rata-rata tegak lurus garis pantai, sedangkan transpor sepanjang pantai
(longshore transport) mempunyai arah rata-rata sejajar pantai. Transpor sedimen sepanjang
pantai terdiri dari dua komponen utama, yaitu transport sediment dalam bentuk mata
gergaji di garis pantai dan transport sepanjang pantai di surf zone. Pada waktu gelombang
menuju pantai dengan membentuk sudut terhadap garis pantai maka gelombang tersebut
akan naik ke pantai (uprush) yang juga membentuk sudut. Massa air yang naik tersebut
membentuk lintasan seperti mata gergaji, yang disertai dengan terangkutnya sediment
dalam arah sepanjang pantai. Komponen yang kedua adalh transport sediment yang
ditimbulkan oleh arus sepanjang pantai yang dibangkitkan oleh gelombang pecah.
Transpor sidimen ini terjadi di surf zone. Gelombang yang menjalar menuju pantai
membawa massa air dan momentum searah penjalarannya. Transpor massa dan momentum
tersebut akan menimbulkan arus di daerah dekat pantai. Gelombang pecah menimbulkan
arus dan turbulensi yang sangat besar yang dapat menggerakkan sedimen dasar. Di daerah
surf zone, kecepatan partikel air hanya bergerak searah penjalaran gelombangnya. Di swash
zone, gelombang yang memecah pantai menyebabkan massa air bergerak ke atas dan
kemudian turun kembali pada permukaan pantai. Gerak massa air tersebut disertai dengan
terangkutnya sedimen.
Sifat-sifat sedimen pantai dapat mempengaruhi laju transpor sedimen di sepanjang
pantai. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju sedimen antara lain :
• Karakteristik material sedimen (distribusi dan gradasi butir, kohesifitas faktor bentuk,
ukuran, rapat massa, dan sebagainya)
• Karakteristik gelombang dan arus (arah dan kecepatan angin, posisi pembangkitan
gelombang, pasang surut, dan kondisi topografi pantai yang bersangkutan)
Transpor sedimen sepanjang pantai, terbagi dalam 2 kondisi :
• Transpor sedimen dasar, yaitu angkutan sedimen dimana bahan sedimen bergerak
menggelinding, menggeser atau meloncat di dasar atau dekat sekali di atas dasar.
• Transpor sedimen suspensi, yaitu angkutan sedimen yang terjadi ketika bahan
sedimen yang telah terangkat terbawa bersama – sama dengan massa air yang
bergerak dan selalu terjaga di atas dasar oleh turbulensi air.
Meskipun pada kenyataannya sangat sulit diketahui kapan transport sedimen dasar
berakhir dan mulai disebut sebagai transpor sedimen suspensi, namun pengertian akan
adanya mekanisme tersebut perlu diperhatikan untuk memahami sifat – sifat angkutan
sedimen di pantai dalam hubungannya dengan permulaan gerak sedimen. Pada umumnya,
di daerah pantai transpor sedimen dasar lebih besar dari pada transpor sedimen susupensi.
Selain itu, pergerakan sedimen menuju dan meninggalkan pantai dapat terjadi pula pada
dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, sedimen bergerak kembali terbawa sirkulasi sel
yang berupa rip current dan yang kedua terbawa bersama aliran balik (back flows).
2. Mekanisme Transport Sedimen
a. Cara Pengangkutan Sedimen
Ada dua kelompok cara mengangkut sedimen dari batuan induknya ke tempat
pengendapannya, yakni supensi (suspendedload) dan bedload tranport. Di bawah ini
diterangkan secara garis besar ke duanya.
1) Suspensi
Dalam teori segala ukuran butir sedimen dapat dibawa dalam suspensi, jika arus
cukup kuat. Akan tetapi di alam, kenyataannya hanya material halus saja yang dapat
diangkut suspensi. Sifat sedimen hasil pengendapan suspensi ini adalah mengandung
prosentase masa dasar yang tinggi sehingga butiran tampak mengambang dalam masa
dasar dan umumnya disertai memilahan butir yang buruk. Cirilain dari jenis ini adalah
butir sedimen yang diangkut tidak pernah menyentuh dasar aliran.
2) Bedload transport
Berdasarkan tipe gerakan media pembawanya, sedimen dapat dibagi menjadi:
endapan arus traksi
endapan arus pekat (density current) dan
endapan suspensi.
Arus traksi adalah arus suatu media yang membawa sedimen didasarnya. Pada
umumnya gravitasi lebih berpengaruh dari pada yang lainya seperti angin atau pasang-
surut air laut. Sedimen yang dihasilkan oleh arus traksi ini umumnya berupa pasir yang
berstruktur silang siur, dengan sifat-sifat:
pemilahan baik
tidak mengandung masa dasar
ada perubahan besar butir mengecil ke atas (fining upward) atau ke bawah
(coarsening upward) tetapi bukan perlapisan bersusun (graded bedding).
Di lain pihak, sistem arus pekat dihasilkan dari kombinasi antara arus traksi dan
suspensi. Sistem arus ini biasanya menghasilkan suatu endapan campuran antara
pasir, lanau, dan lempung dengan jarang-jarang berstruktur silang-siur dan perlapisan
bersusun.
Arus pekat (density) disebabkan karena perbedaan kepekatan (density) media. Ini
bisa disebabkan karena perlapisan panas, turbiditi dan perbedaan kadar garam. Karena
gravitasi, media yang lebih pekat akan bergerak mengalir di bawah media yang lebih
encer. Dalam geologi, aliran arus pekat di dalam cairan dikenal dengan nama
turbiditi. Sedangkan arus yang sama di dalam udara dikenal dengan nuees ardentes
atau wedus gembel, suatu endapan gas yang keluar dari gunungapi.
Endapan dari suspensi pada umumnya berbutir halus seperti lanau dan lempung
yang dihembuskan angin atau endapan lempung pelagik pada laut dalam. Selley
(1988) membuat hubungan antara proses sedimentasi dan jenis endapan yang
dihasilkan, sebagai berikut .
Tabel Hubungan antara proses sedimentasi dan jenis endapan yang dihasilkan (Selley, 1988).
Sumber: ttp://jurnal-geologi.blogspot.com/2010/02/transportasi-sedimen_23.html
Kenyataan di alam, transport dan pengendapan sedimen tidak hanya
dikuasai oleh mekanisme tertentu saja, misalnya arus traksi saja atau arus pekat saja,
tetapi lebih sering merupakan gabungan berbagai mekanisme. Malahan dalam
berbagai hal, merupakan gabungan antara mekanik dan kimiawi. Beberapa sistem
seperti itu dalah:
sistem arus traksi dan suspensi
sistem arus turbit dan pekat
sistem suspensi dan kimiawi.
3. Mekanisme Gerakan Sedimen
Pada dasarnya butir-butir sedimen bergerak di dalam media pembawa, baik berupa
cairan maupun udara, dalam 3 cara yang berbeda: menggelundung(rolling), menggeser
(bouncing) dan larutan (suspension) seperti Gambar berikut.
4. Gravity
Sedimen yang bergerak karena hanya pengaruh gaya gravitasi ini, ada 3 macam sedimen :
Debris flows (umumnya mud flows)
Grain flows
Fluidized flows
Mud flows (interparticle interaction)
Terdapat 2 di bawah air dan di darat Ciri sedimen hasil mud flows:
dikuasai matrik (matrix-dominated sediment)
sortasi jelek
pejal (tak berlapis)
Grain flows (grain interaction) Ciri
sedimen hasil grain flows:
dikuasai kepingan (fragment dominated-sediment)
terpilah baik dan bebas lempung
Fluidized flows
Ciri sedimennya:
tebal, non-graded clean sand
batas atas dan bawahnya kabur
umumnya terdapat struktur piring (dish structures).
Transportasi sedimen oleh gravitasi dapat terjadi di lingkungan subaerial maupun
subaqueous (darat dan berair). Transport gravitasi pada lingkungan bawah laut cukup
umum terjadi. Karakteristik transport sedimen oleh gravitasi adalah adanya pergerakan
massa sedimen (bukan lagi per partikel seperti pada fluida tapi massa besar!). Istilah
pergerakan massa sedimen oleh gravitasi ini dikenal sebagai gravity mass movement dan
jenisnya macam-macam: ada rock falls, slide, dan sediment gravity flow. Rock fall
mencakup blok atau klastika yang lepas jatuh bebas dari tebing atau lereng yang curam.
Slide merpakan mekanisme pergerakan massa dari batuan atau sedimen karena longsor atau
shear failure yang terjadi pada suatu massa batuan yang mengalami deformasi internal.
Sediment gravity flow merupakan tipe pergerakan ‘fluida’ dari suatu massa batuan yang
mengalami deformasi internal (longsoran pada lereng lingkungan berair).
Di lingkungan subaerial gravity flow juga terjadi contohnya longsoran (avalanche),
aliran piroklastik dan base surge flow yang dihasilkan oleh hasil erupsi volkanik, grain
flow dari pasir kering pada bidang sentuh gumuk pasir, dan lingkungan volcanic dan non
volcanic tempat tejradinya aliran debris dan aliran lumpur (debris flow dan mud flow).
Di lingkungan subaqueous fenomena sediment gravity flow yang umum berupa grain
flow, debris flow, turbidite flow dan liquified sediment flow (atau dikenal juga sebagai
liquifaction flow atau di beberapa buku disebut juga sebagai liquidized flow). Sediment
gravity flow terjadi jika dan hanya jika butiran terpisah dari massanya dan sudut geser
dalam meluas kemudian kosehifitas (kerekatan) batuan dengan massa utuhnya berkuang
akibat beban massa tidak stabil lagi menahan beban yang akan bergerak turun karena gaya
gravitasi.Empat jenis teoritis dari mekanisme dispersif dan support butiran dalam aliran
yang sesuai dengan reduksi (pengurangan) internal strength yaitu: aliran turbulen, upward
escape dari fluida intergranular (pergerakan keatas karena goncangan),grain interaction
(dispersive pressure), dan support cohesive matrix.
D. Teori Gelombang
Teori gelombang adalah formulasi pendekatan dari gelombang yang terjadi
sebenarnya. Teori gelombang mendeskripsikan fenomena alam dengan yang memenuhi
suatu asumsi tertentu. Teori gelombang mungkin tidak valid/salah dalam mendeskripsikan
fenomena lain yang tidak memenuhi asumsi tersebut (CERC, 2007). Sebelum belajar Teori
gelombang, wajib dipahami terlebih dahulu mengenai besaran/karakteristik gelombang,
yaitu:
Tinggi Gelombang/wave height (H), merupakan jarak vertical dari lembah
gelombang (trough) ke puncak gelombang (crest)
Periode Gelombang/wave period (T), merupakan waktu yang ditempuh untuk
mencapai satu panjang gelombang.
Amplitude Gelombang/wave amplitude (A), diukur dari permukaan air tenang (Still
Water Level / SWL) ke puncak gelombang atau dari SWL ke lembah gelombang.
Panjang Gelombang/wave length (L), yaitu jarak horizontal dari puncak gelombang
ke puncak berikutnya.
Angka Gelombang/ wave number (k), didefinisikan sebagai 2*pi/L
Kecepatan Gelombang/ wave celerity (C). Kecepatan gelombang menjalar,
didefinisikan L/T
Macam-macam teori gelombang laut antara lain:
1. Teori Gelombang Linear
Gelombang dikategorikan linear artinya puncak dan lembah gelombang memiliki
amplitudo yang sama atau sinusoidal dengan SWL sebagai acuannya.
a. Teori Gelombang Airy
Teori gelombang yang paling sering digunakan dalam menghitung beban
gelombang (wave load) yang terjadi pada struktur. Teori Gelombang Airy juga bisa
disebut dengan teori gelombang amplitude kecil, bahwa asumsi tinggi gelombang
adalah sangat kecil jika dibandingkan terhadap panjang gelombang atau kedalaman
laut.
Periode gelombang diasumsikan sebagai variable konstan yang tidak berubah
terhadap waktu. Jadi jika dilaut diukur periode gelombang adalah 10 detik, maka
periodenya akan tetap 10 detik selama gelombang tersebut menjalar.
Nama Teori Gelombang Airy merupakan penghargaan kepada Sir. George
Biddell Airy (1845)atas dedikasinya yang menemukan teori gelombang ini.
Gelombang Linear yang sering diidealisasikan sebagai teori gelombang aplitudo
kecil (airy) menggunakan 2 parameter nondimensional, yaitu wave stepness
(H/L)dan relative depth (d/L) . Wave Stepness ataukecuraman gelombang adalah
perbandingan antara tinggi gelombang dibagi dengan panjang gelombang. Harga
wave stepness yang besar menyebabkan teori gelombang Airy tidak valid digunakan.
Sedangkan relative depth atau kedalaman relatif adalah perbandingan kedalaman
dibagi panjang gelombang. Kedalaman relatif menentukan apakah gelombang
terdispersi atau tidak dan menentukan apakah kecepatan gelombang menjalar,
panjang dan tinggi gelombang dipengaruhi oleh kedalaman.
Berdasarkan kedalaman relatif (d/L) didefinisikan kondisi dari gelombang yang
terjadi, yaitu diklasifikasikan menjadi 3 kondisi, Shallow
Water, Transitional dan Deep Water.
Gelombang di Laut Dangkal (Shallow Water) jika d/L ≤ 1/25
Gelombang di Laut Transisi (Transitional )jika 1/25 < d/L < 1/2
Gelombang di Laut Dalam (Deep Water) jika d/L ≥ 1/25
Hal inipenting karena persamaan yang digunakan akan berbeda pada setiap kondisi. Berikut
rangkuman dari teori gelombang Linear Airy.
Teori Gelombang Non linear
Gelombang non linear artinya amplitude gelombang pada puncak dan lembah
besarnya berbeda, dengan acuan dari SWL (Still Water Level).
Teori Gelombang Stokes
Stokes (1847, 1880) mengembangkan formulasi dari teori gelombang Airy
yang mengasumsikan tinggi gelombang adalah sangat kecil jika dibandingkan
dengan panjangnya atau kedalamannya. Apabila tinggi gelombang relative
besar, maka digunakan teori gelombang yang memiliki orde lebih tinggi,
yaitu teori gelombang Stokes atau teori gelombang lain. Teori gelombang
stokes dapat bervariasi sesuai tinggi orde yang digunakan. Semakin tinggi orde
semakin banyak suku ‘tambahan” pada formula besaran2 gelombang. Teori
gelombang stokes orde 2, orde 3, orde 4, orde 5 dan seterusnya.
Teori Gelombang Lain
Teori Gelombang Soliter, atau teori gelombang tunggal yaitu gelombang yang
terdiri dari satu puncak gelombang. Apabila gelombang memasuki perairan
dangkal maka amplitudo gelombang menjadi semakin tinggi. Puncaknya
menjadi tajam dan lembahnya datar.
Teori Gelombang Cnoidal, merupakan teori gelombang untuk gelombang yang
bersifat periodik dengan puncak tajam dan dipisahkan oleh lembah yang
panjang.
Perbandingan teori gelombang diatas adalah semakin tinggi ordenya maka puncak
gelombang akan semakin curam dan lembah gelombang semakin landai. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar berikut.
Gelombang yang terjadi di laut lepas kenyataannya adalah
gelombang irregular (acak). Namun untuk memudahkan perhitungan dapat digunakan teori
gelombang diatas.
Untuk mengetahui teori gelombang yang cocok atau sesuai digunakan dengan
kondisi yang ada maka dari itu digunakan Grafik Region of Validity sebagai acuan.
Jika diketahui besarnya tinggi gelombang H, periode gelombang T, dan kedalaman laut
d, maka kita dapat menggunakan grafik diatas. Caranya dengan menghitung dimensionless
parameterd/gT2 dan H/gT2 kemudian tarik garis horizontal ke kanan dari nilai
H/gT2 dan tarik garis vertical ke atas dari d/gt2. Titik Perpotongan dari kedua garis diatas
akan berada dalam daerah teori gelombang yang cocok digunakan.
Interaksi Antar Gelombang
Pengamatan seksama tentang gelombang laut ternyata menunjukkan bahwa air
gelombang tidak bergerak maju, melainkan bergerak melingkar, sehingga air hanya bergerak
naik-turun begitu gelombang melintas. Tepi pantai menahan dasar gelombang, sehingga
puncak gelombang bergerak lebih cepat untuk memecah di tepi pantai. Gelombang bergerak
melintasi jarak yang jauh, tetapi medium (cair, padat, atau gas) hanya dapat bergerak
terbatas. Dengan demikian, walaupun gelombang bukan merupakan materi, pola gelombang
dapat merambat pada materi.
Dalam usaha menjelaskan proses tumbuhnya gelombang di laut, banyak teori
dikemukakan para ahli, tetapi hanya ada dua teori yang saling melengkapi dan dapat
menjelaskan pertumbuhan gelombang di lautan.
1. Teori yang pertama dikemukakan oleh Phillips (1957), menyatakan bahwa:
Turbulensi dalam angin menyebabkan fluktuasi acak permukaan laut yang menghasilkan
gelombang-gelombang kecil-kecil (riak) dengan panjang gelombang beberapa sentimeter.
Gelombang-gelombang kecil-kecil ini kemudian tumbuh secara linear melalui proses
resonansi dengan fluktuasi tekanan turbulensi.
2. Teori yang kedua dikemukakan oleh Miles (1957), dan dikenal dengan teori
ketidakstabilan atau mekanisme arus balik (feed-back Mechanisme), menyatakan bahwa:
Ketika ukuran gelombang-gelombang kecil yang sedang tumbuh mulai mengganggu aliran
udara di atasnya, angin yang bertiup memberikan tekanan yang semakin kuat seiring dengan
meningkatnya ukuran gelombang, sehingga gelombang tumbuh menjadi besar. Proses
pemindahan energi ini berlangsung secara tak stabil, semakin besar ukuran gelombang
semakin cepat gelombangnya. Ketidakstabilan menyebabkan gelombang tumbuh secara
eksponensial.
Seiring dengan proses pertumbuhannya, gelombang-gelombang yang sedang tumbuh yang
beragam energi dan frekuensinya saling berinteraksi untuk menghasilkan gelombang yang
lebih panjang. Interaksi yang terjadi melibatkan proses pemindahan energi secara tak linear
dari gelombang-gelombang frekuensi tinggi ke gelombang yang frekuensinya yang lebih
rendah. Teori tentang interaksi tak linear dikemukan oleh Hasselmann (1961; 1963), dan
Hasselmann, et al., 1973. Proses transfer energi ini menyebabkan gelombang-gelombang
periode panjang mempunyai energi yang lebih tinggi. Jika periode gelombang cukup
panjang, cepat rambat gelombang dapat melebihi kecepatan angin pembentuknya, sehingga
gelombang dapat keluar dari daerah pertumbuhannya.
Bentuk dari sebuah gelombang menunjukkan gerakan partikel-partikel air yang ada di dalam
gelombang. Walaupun gelombang bergerak makin maju ke depan, partikel-partikel di dalam
gelombang akan meninggalkan jejak yang membentuk lingkaran. Jejak lingkaran yang
dibuat oleh partikel-partikel akan menjadi lebih kecil sesuai dengan makin besarnya
kedalaman di bawah permukaan gelombang.
Bentuk & Bagian-bagian Gelombang
Gelombang yang terbentuk di daerah pertumbuhannya disebut ”Sea” dan gelombang yang
telah atau dapat keluar dari daerah pertumbuhannya disebut ”swell”. Di daerah
pertumbuhannya, gelombang mempunyai variasi frekuensi, ukuran, dan arah rambat yang
beragam, sehingga permukaan laut tampak tidak teratur. Variasi ukuran dan frekuensi swell
terbatas pada gelombang frekuensi rendah yang saling berdekatan, sehingga perambatan
gelombang teratur dan nampak jelas di permukaan laut.
Penjelasan tentang proses tumbuhnya gelombang menunjukkan bahwa gelombang-
gelombang pendek tumbuh dengan sangat cepat, jauh lebih cepat daripada gelombang-
gelombang yang lebih panjang. Ini berarti bahwa gelombang pendek mendapat suplai energi
yang lebih besar dari angin daripada gelombang panjang.
Klasifikasi gelombang berdasarkan ukuran dan penyebabnya (Pond and Pickard, 1983):
1. Riak (ripples) / gelombang kapiler (capillarywave) dengan panjang gelombang 1,7
meter dan periode kurang dari 0,2 detik disebabkan oleh adanya tegangan permukaan dan
tiupan angin yang tidak terlalu kuat pada permukaan laut.
2. Gelombang angin (seas/wind waves) dengan panjang gelombang sampai kira-kira
130 meter dan periode 0,2- 0,9 detik ditimbulkan angin.
3. Alun (swell) dengan panjang gelombang sampai ratusan meter dan periode 0,9-15
detik ditimbulkan oleh angin yang bertiup lama.
4. Gelombang pasang surut (tidal wave) dengan panjang gelombang beberapa kilometer
dengan periode 5 jam,12 jam, dan 25 jam oleh fluktuasi gaya gravitasi Matahari dan Bulan
E. Refraksi dan Difraksi Gelombang
1. Refraksi Gelombang
Refraksi terjadi karena pengaruh perubahan kedalaman laut. Didaerah dimana
kedalaman air lebih besar dari setengah panjang gelombang, yaitu di laut dalam,
gelombang menjalar tanpa dipengaruhi dasar laut. Tetapi di laut transisi dan dangkal,
dasar laut mempengaruhi gelombang. Di daerah ini, apabila ditinjau suatu garis puncak
gelombang, bagian dari puncak gelombang yang berada di air yang lebih dangkal akan
menjalar dengan kecepatan yang lebih kecil daripada bagian di air yang lebih dalam.
Akibatnya garis puncak gelombang akan membelok dan berusaha untuk sejajar dengan
garis kontur dasar laut. Garis ortogonal gelombang, yaitu garis yang tegak lurus dengan
garis puncak gelombang dan menunjukkan arah penjalaran gelombang juga akan
membelok dan berusaha untuk menuju tegak lurus dengan garis kontur dasar laut
(Triatmodjo, 1999).
Gambar Refraksi Gelombang
Gambar Refraksi Gelombang Arah Sejajar
Proses refraksi gelombang adalah sama dengan refraksi cahaya karena cahaya
melintasi dua media perantara yang berbeda. Dengan kesamaan tersebut, maka
pemakaian hukum Snell pada optik dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
refraksi gelombang karena perubahan kedalaman (Triatmodjo, 1999).
Pada gambar di yang ada dilampiran, suatu deretan gelombang menjalar dari laut
dengan kedalaman d1 menuju kedalaman d2. Karena adanya perubahan kedalaman maka
cepat rambat dan panjang gelombang berkurang dari C1 dan L1 menjadi C2 dan L2. Sesuai
hukum Snell, berlaku (dalam Triatmodjo, 1999) :
dimana :
α1 = sudut antara garis puncak gelombang dengan kontur dasar dimana gelombang
melintas
α2 = sudut yang sama yang diukur saat garis puncak gelombang melintasi kontur dasar
berikutnya
C1 = kecepatan gelombang pada kedalaman di kontur pertama
C2 = kecepatan gelombang pada kedalaman di kontur kedua
Sehingga koefisien refraksi adalah ( dalam Triatmodjo, 1999 ) :
dimana :
Kr = koefisien refraksi
α1 = sudut antara garis puncak gelombang dengan kontur dasar dimana
gelombang melintas
α2 = sudut yang sama yang diukur saat garis puncak gelombang melintasi kontur
dasar berikutnya.
2. Difraksi Gelombang
Apabila gelombang datang terhalang oleh suatu rintangan seperti pemecah
gelombang atau pulau, maka gelombang tersebut akan membelok di sekitar ujung
rintangan dan masuk di daerah terlindung dibelakangnya, seperti terlihat dalam gambar
dibawah ini. Fenomena ini dikenal dengan difraksi gelombang.
Dalam difraksi gelombang ini terjadi transfer energi dalam arah tegak lurus
penjalaran gelombang menuju daerah terlindung. Seperti terlihat dalam gambar dibawah
ini, apabila tidak terjadi difraksi gelombang, daerah di belakang rintangan akan tenang.
Tetapi karena adanya proses difraksi maka daerah tersebut terpengaruh oleh gelombang
datang. Transfer energi ke daerah terlindung menyebabkan terbentuknya gelombang di
daerah tersebut, meskipun tidak sebesar gelombang diluar daerah terlindung
(Triatmodjo, 1999).
F. Karakteristik Gelombang Laut
1. Informasi Angin Untuk Memprediksi Tinggi Gelombang
Pada tahun 1779, Benyamin franklin megatakan, “Udara yang bergerak yaitu angin,
melewati permukaan yang halus, akan mengganggu permukaan, dan menjadikan
permukaan tersebut bergelombang, jika angina bertiup terus, maka menjadi elemen
gelombang”.
Dengan kata lain, jika dua lapisan fluida yang mempunyai perbedaan kecepatan
bertemu, maka akan ada tegangan friksi diantara keduanya, maka akan ada transfer
energi. Di permukaan laut, kebanyakan energi yang ditransfer merupakan hasil dari
gelombang, namun dengan proporsi yang kecil merupakan hasil dari arus yang
dibangkitkan oleh angin. Pada tahun 1925 Harold Jeffrey S. menganggap gelombang
memperoleh energi dari angin karena perbedaan tekanan yang disebabkan efek dari
puncak gelombang. (Gambar 3) Walaupun hipotesa dari Jeffrey gagal menjelaskan
bentuk gelombang yang sangat kecil, tapi berlaku jika :
Kecepatan angin lebih besar dari kecepatan gelombang.
Kecepatan angin melebihi 1 m/s
Gelombang cukup curam untuk memberikan efek berlindung /naungan.
Secara empiris, dapat ditunjukkan bahwa efek naungan akan maksimum jika
kecepatan angin diperkirakan tiga kalilebih besar dari kecepatan gelombang. Di laut
yang terbuka, gelombang yang dibangkitkan oleh angina mempunyai kecuraman (H/L)
sekitar 0,03 – 0,06. Secara umum, semakin besar perbedaan kecepatan dan gelombang,
semakin curam gelombangnya. Namun seperti yang kita lihat kemudian, kecepatan
gelombang di laut dalam tidak ada hubungannya dengan kecuraman gelombang, tetapi
panjang gelombangnya, semakin besar panjang gelombang, semakin cepat gelombang
berjalan.
Gambar 3. Model pembentukan gelombang Jeffrey (Sumber: The Open University, 2004)
Perhatian urutan kejadian jika, setelah cuaca tenang. Angin mulai bertiup, sampai bertiup
kencang untuk beberapa waktu. Petumbuhan gelombang yang tidak signifikan terjadi jika
kecepatan angin melebihi 1 m/s. kemudian gelombang curam yang kecil akan terbentuk
dengan meningkatnya kecepatan angin. Bahkan sampai angin mencapai kecepatan yang
konstan, gelombang terus tumbuh dengan kenaikan yang cepat sampai mencapai ukuran dan
panjang gelombang (dan kemudian kecepatan) yang sebanding dengan 1/3 kecepatan angin.
Dibawah posisi ini, gelombang terus meningkat ukurannya, panjang gelombang dan
kecepatannya, tetapi dengan laju yang berkurang. Selanjutnya mungkin diharapkan
gelombang tumbuh terus sampai kecepatan yang sama dengan kecepatan angin, namun
dalam prakteknya pertumbuhan gelombang berhenti pada saat kecepatan gelombang masih
dibawah kecepatan angin, hal ini karena :
Beberapa energi angin ditransferkan ke permukaan laut melalui gaya tangensial,
yang kemudian menghasilkan arus permukaan
Beberapa energi angin didisipasikan/dikurangi oleh gesekan.
Energi hilang dari gelombang lebih besar sebagai hasil dari While Chapping yaitu
pecahnya puncak gelombang karena dibawa kedepan oleh angin yang lebih cepat
dari perjalanan gelombang itu sendiri.
Banyak pengurangan/disipasi energi selama while Chapping dikonversikan menjadi
momentum air, memperkuat arus permukaan yang diawali oleh proses 1 diatas.
a. Fetch
Fetch adalah daerah dimana kecepatan dan arah angin adalah konstan. Arah angin
masih bisa dianggap konstan apabila perubahan–perubahannya tidak lebih dari 15°.
Sedangkan kecepatan angin masih dianggap konstan jika perubahannya tidak lebih dari 5
knot (2,5 meter/detik) terhadap kecepatan rerata. Di dalam tinjauan pembangkitan
gelombang di laut, fetch dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut. Di daerah
pembentukan gelombang, gelombang tidak hanya dibangkitkan dalamarah yang sama
dengan arah angin tetapi juga dalam berbagai sudut terhadap arah angin (Triadmodjo,
1999).
Fetch rerata efektif diberikan oleh persamaan berikut (dalam Triatmodjo, 1999) :
dimana:
Feff = fetch rerata efektif (kilometer)
Xi = panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke ujung
akhir
fetch (km)
α = deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan pertambahan
6° sampai sudut sebesar 42° pada kedua sisi dari arah angin.
2. Statistik Gelombang
Pengukuran gelombang di suatu tempat memberikan pencatatan muka air sebagai
fungsi waktu. Pengukuran dilakukan dalam waktu cukup panjang sehingga data
gelombang akan sangat banyak. Mengingat kompleksitas dan besarnya jumlah data,
maka gelombang alam dianalisa secara statistik untuk mendapatkan bentuk gelombang
yang bermanfaat. Ada dua metode untuk menentukan gelombang yaitu zero upcrossing
method dan zero downcrossing method (Triatmojo, 1999). Untuk menjelaskan metode
tersebut, maka ditetapakan elevasi rerata dari permukaan air berdasarkan fluktuasi muka
air pada waktu pencatatan. Muka air tersebut didefinisikan sebagai garis nol. Kemudian
kurva gelombang ditelusuri dari awal sampai akhir. Pada metode zero upcrossing diberi
tanda titik pertolongan antara kurva naik dan garis nol, dan titik tersebut ditetapkan
sebagai awal dari satu gelombang. Mengikuti naik turunnya kurva, penelusuran
dilanjutkan untuk untuk mendapatkan perpotongan antara kurva naik dan garis nol
berikutnya. Titik tersebut ditetapkan sebagai akhir dari gelombang pertama dan awal dari
gelombang kedua. Jarak antara kedua titik tersebut adalah periode gelombang pertama
(T1). Sedang jarak vertikal antara titik tertinggi dan terendah di antara kedua titik
tersebut adalah tinggi gelombang pertama (H1). Penelusuran dilanjutkan lagi untuk
mrndapatkan gelombang kedua, ketiga dan seterusnya. Metode zero downcrossing
mempunyai prosedur yang sama, tetapi titik yang dicatat adalah pertemuaan antara kurva
turun dan garis nol.
G. Material Litoral dan Kondisi Gelombang Litoral
Sorensen (1978) dalam Supriyatno (2003) menjelaskan bahwa proses litoral merupakan
proses yang terjadi di daerah pantai akibat interaksi dari angin, gelombang, arus, pasang-
surut, sedimen, dan lain-lain seperti aktivitas manusia. Dinamika litoral yang berdampak
pada morfologi daerah nearshore utamanya disebabkan oleh litoral transport. Litoral
transport merupakan gerakan sedimen di daerah nearshore yang disebabkan oleh
gelombang dan arus. Material atau sedimen yang dimaksud disebut dengan litoral drift
(Triatmodjo, 1999). Sorensen (1978) mengklasifikasikan litoral transport menjadi dua
jenis, yaitu :
Onshore-Offshore transport, adalah perpindahan sedimen pantai yang menuju dan
meninggalkan pantai atau arah perpindahan sedimennya tegak lurus pantai.
Longshore transport, adalah perpindahan sedimen yang mempunyai arah rata-rata
sejajar garis pantai. Arah perpindahan bergantung dari arah arus sejajar pantai
Sedangkan abrasi pantai adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut
dan arus laut yang bersifat merusak (Setiyono, 1996). Yuwono (2005) membedakan
antara erosi pantai dengan abrasi pantai. Erosi pantai diartikannya sebagai proses
mundurnya garis pantai dari kedudukan semula yang disebabkan oleh tidak adanya
keseimbangan antara pasokan dan kapasitas angkutan sedimen. Sedang abrasi pantai
diartikan dengan proses terkikisnya batuan atau material keras seperti dinding atau
tebing batu yang biasanya diikuti oleh longsoran dan runtuhan material
Akresi atau sedimentasi adalah pendangkalan atau penambahan daratan pantai akibat
adanya pengendapan sedimen yang dibawa oleh air laut. Akresi juga dapat merugikan
masyarakat pesisir, karena selain mempengaruhi ketidak stabilan garis pantai, akresi
juga dapat menyebabkan pendangkalan muara sungai tempat lalu lintas perahu-perahu
nelayan yang hendak melaut.
H. Sedimen Budget ( Sumber Sedimen)
Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa sumber yang
menurut Reinick (Kennet, 1992) dibedakan menjadi empat yaitu :
1. Lithougenus sedimen
Lithous Sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material hasil erosi
daerah up land. Material ini berasal dari sisa pengikisan batu-batuan di darat, hal ini
terjadi karena adanya kondisi fisik yang ekstrim, seperti adanya proses pemanasan dan
pendinginan yang terjadi berulang-ulang di padang pasir. Material ini dapat sampai ke
dasar laut melalui proses mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut
dan akan terendapkan jika energi tertransforkan telah melemah. Saat sedimen sampai
pada laut penyebarannya ditentukan oleh sifat fisik dari partikel-patikel itu sendiri.
Khusunya oleh lama dan ukuran partikel tersebut melayang di lapisan air. Partikel yang
berukuran besar akan cepat tenggelam daripada partikel yang kecil di mana partikel yang
berukuran besar misalnya pasir akan cepat diendapkan ketika sampai dilaut dan
cenderung mengumpul di daerah dekat daratan (pantai). Sedangkan partikel yang
berukuran kecil seperti lumpur dan tanah liat diangkut lebih jauh ke tengah laut dan akan
mengendap di daerah Continental Shelf dan partikel-partikel yang berukuran sangat kecil
diendapkan pada dasar laut yang paling dalam. Beberapa sungai di dunia yang mengalir
di daerah daratan yang begitu luas akan memindahkan sejumlah besar sedimen ke laut.
2. Biogeneuos sedimen
Biogeneuos Sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang
hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang mengalami
dekomposisi. Sedimen ini berasal dari sisa-sisa kerangka organisme hidup yang akan
membentuk endapan partikel-partikel halus yang dinamakan ooze yang mengendap pada
daerah yang jauh dari pantai. Sedimen ini digolongkan menjadi 2 tipe. yaitu: Calcareous
dan Siliseous Ooze. Hal ini tergantung oleh organisme darimana mereka berasal.
3. Hidreogenous sedimen
Hidreogenous Sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia di
dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga akan
tenggelam ke dasar laut. Sebagai contoh manganese nodules (bongkahan-bongkahan
mangan) berasal dari endapan lapisan oksida dan hidroksida dari besi dan mangan yang
terdapat di dalam sebuah rangkaian lapisan konsentris di sekitar pecahan batu atau
runtuhan puing-puing. Jenis logam-logam lain seperti copper (tembaga), cobalt dan nikel
juga tergabung di dalamnya. Reaksi kimia yang terjadi di sini bersifat sangat lambat, di
mana untuk membentuk sebuah nodule yang besar diperlukan waktu berjuta-juta tahun
dan proses ini akan berhenti sama sekali jika nodule telah terkubur dalam sedimen.
Sebagai akibatnya nodule-nodule ini menjadi begitu banyak dijumpai di Lautan Pasifik
daripada di Lautan Atlantik. Hal ini disebabkan karena tingkat kecepatan proses
sedimentasi untuk mengukur nodule-nodule yang terjadi di Lautan Pasifik lebih lambat
jika dibandingkan dengan di Lautan Atlantik.
4. Cosmogenous sedimen
Cosmogeneous Sedimen yaitu sedimen yang berasal dari berbagai sumber dan masuk
ke laut melalui jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar
angkasa, aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat yang terbawa angin. Material
yang berasal dari luar angkasa merupakan sisa-sisa meteorik yang meledak di atmosfir
dan jatuh di laut. Sedimen yang berasal dari letusan gunung berapi dapat berukuran halus
berupa debu volkanik, atau berupa fragmen-fragmen aglomerat. Sedangkan sedimen yang
berasal dari partikel di darat dan terbawa angin banyak terjadi pada daerah kering dimana
proses eolian dominan namun demikian dapat juga terjadi pada daerah subtropis saat
musim kering dan angin bertiup kuat.
I. Perlindungan Pantai
Perlindungan pantai dapat dilakukan dengan soft solution atau hard solution. Cara
soft solution (non struktur) dapat berupa penanaman pohon bakau (mangrove), pengisian
pasir pada pantai (sand nourishment), pemeliharaan karang laut dan gundukan pasir
(dunes) di pinggir pantai. Cara hard solution (struktur) penanganan dengan jalan
membuat struktur bangunan pelindung pantai, seperti dinding pantai (seawall), groin,
jetty atau pemecah gelombang (breakwater).
1. Soft Solution (Non Struktur)
a. Penanaman Tumbuhan Pelindung Pantai
Penanaman tumbuhan pelindung pantai (bakau, nipah dan pohon api-api)
dapat dilakukan terhadap pantai berlempung, karena pada pantai berlempung
pohon bakau dan pohon api-api dapat tumbuh dengan baik tanpa perlu perawatan
yang rumit. Pohon bakau dan pohom api-api dapat mengurangi energi
gelombang yang mencapai pantai sehingga pantai terlindung dari serangan
gelombang.
Penanaman pohon bakau juga dapat mempercepat pertumbuhan pantai
karena akar-akar pohon bakau akan menahan sedimen/lumpur yang terbawa arus
sehingga akan terjadi pengendapan di sekitar pepohonan bakau. Pohon bakau
juga dapat berfungsi sebagai tempat berlindung biota laut dan bagi ikan,
sehingga dapat melestarikan kehidupan di sekitar pantai tersebut. Pohon bakau
juga berfungsi sebagai penghasil oksigen dan sebagai penyeimbang untuk
kelestarian lingkungan pantai (Triatmodjo, 1999).
Agar dapat berfungsi dengan efektif diperlukan banyak bibit pohon bakau
dan diperlukan area yang sangat luas untuk pelestarian pohon bakau. Perawatan
pada masa-masa awal penanaman bakau juga diperlukan, karena pohon bakau
memerlukan waktu yang lama agar dapat berfungsi dengan baik sebagai penahan
gelombang. Untuk itu diperlukan perencanaan yang matang dan terpadu mulai
menanam, memelihara dan perawatan tanaman bakau.
b. Pengisian Pasir (Sand Nourishment)
Perlindungan pantai dengan sand nourishment dipilih berdasar pertimbangan
kesesuaian dan keharmonisan dengan lingkungan. Metode sand nourishment
biasanya memerlukan biaya investasi lebih murah dibandingkan metode
lainnya, tetapi biaya operasi dan perawatannya relatif lebih mahal (Triatmodjo,
1999).
Prinsip kerja sand nourishment yaitu dengan menambahkan suplai sedimen
ke daerah pantai yang potensial akan tererosi. Penambahan sedimen dapat
dilakukan dengan menggunakan bahan dari laut maupun dari darat, tergantung
ketersediaan material dan kemudahan transportasi. Suplai sedimen berfungsi
sebagai cadangan sedimen yang akan di bawa oleh badai (gelombang yang
besar) sehingga tidak mengganggu garis pantai. Diusahakan kualitas pasir urugan
harus lebih baik atau sama dengan kualitas pasir yang akan diurug atau diameter
pasir urugan diusahakan lebih besar atau sama dengan diameter pasir asli
(Triatmodjo, 1999).
Sand nourishment merupakan cara yang cukup baik dan tidak memberikan
dampak negatif pada daerah lain, namun perlu dilakukan secara terus-menerus
sehingga memerlukan biaya perawatan yang mahal. Mengingat biaya operasional
yang mahal maka sand nourishment hanya dilakukan jika memberikan
keuntungan yang cukup besar dan nyata, seperti pantai untuk pariwisata.
2. Hard Solution (Struktur)
a. Dinding Pantai (Seawall) dan Revetment
Dinding pantai (seawall) dan revetment adalah bangunan yang
memisahkan daratan dan peraiaran pantai, yang terutama berfungsi sebagai
pelindung pantai terhadap erosi dan limpasan gelombang (overtopping) ke darat.
Daerah yang dilindungi adalah daratan tepat di belakang bangunan (daerah
reklamasi). Dinding pantai biasanya berbentuk dinding vertikal sedang revetment
mempunyai sisi miring.
Dalam perencanaan dinding pantai dan revetment perlu ditinjau fungsi dan
bentuk bangunan, lokasi, panjang, tinggi, stabilitas bangunan dan tanah pondasi,
elevasi muka air baik di depan maupun di belakang bangunan , ketersediaan
bahan bangunan dan sebagainya. Fungsi bangunan akan menentukan pemilihan
bentuk. Permukaan bangunan dapat berbentuk sisi tegak, miring, lengkung atau
bertangga. Bangunan sisi tegak kurang efektif tehadap serangan gelombang,
terutama terhadap limpasan dibanding dengan bentuk lengkung (konkaf).
Pemakaian sisi tegak dapat mengakibatkan erosi yang cukup besar apabila kaki
atau dasar bangunan berada di air dangkal. Untuk mencegah erosi tersebut
diperlukan perlindungan di dasar bangunan yang berupa batu dengan ukuran dan
gradasi tertentu untuk mencegah keluarnya butir-butir tanah halus melalui sela-
sela batuan yang dapat berakibat terjadinya penurunan bangunan, pada dasar
pondasi diberi lapisan geotekstil. Sisi miring dan kasar dapat menghancurkan dan
menyerap energi gelombang, mengurangi kenaikan gelombang (wave run-up),
limpasan gelombang dan erosi dasar.
Gambar 2.15 Contoh
revetment
Sumber : Teknik Pantai
(1999)
Gambar 2.16 Revetment yang terbuat dari beton pracetak dan pasangan batu
Sumber : Perencanaan Bangunan Pengaman Reklamasi Pantai Marina Semarang
(2006)
Gambar 2.17 Contoh dinding pantai dari kayu dan baja
Sumber : Perencanaan Bangunan Pengaman Reklamasi Pantai Marina Semarang
(2006)
Gambar 2.18 Revetment yang Terbuat dari Tumpukan bronjong
Sumber : Perencanaan Bangunan Pengaman Reklamasi Pantai Marina Semarang
(2006)
Gambar 2.19 Dinding pantai yang terbuat dari tumpukan-tumpukan pipa (buis)beton
Sumber : Perencanaan Bangunan Pengaman Reklamasi Pantai Marina Semarang
(2006)
Gambar 2.20 Contoh revetment dari tumpukan batu
Sumber : Perencanaan Bangunan Pengaman Reklamasi Pantai Marina Semarang
(2006)
b. Jetty
Jetty adalah bangunan tegak lurus pantai yang diletakkan pada kedua sisi muara
sungai yang berfungsi untuk mengurangi pendangkalan alur oleh sedimen pantai. Pada
penggunaan muara sungai sebagai alur pelayaran, pengendapan di muara dapat
mengganggu lalu lintas kapal. Untuk keperluan tersebut jetty harus panjang sampai
ujungnya berada di luar gelombang pecah. Dengan jetty panjang transport sediment
sepanjang pantai dapat tertahan, dan pada alur pelayaran kondisi gelombang tidak
pecah sehingga memungkinkan kapal masuk ke muara sungai .
Selain untuk melindungi alur pelayaran, jetty juga dapat digunakan untuk mencegah
pendangkalan di muara dalam kaitannya dengan pengendalian banjir. Sungai-sungai
yang bermuara pada pantai berpasir dengan gelombang cukup besar sering
mengalami penyumbatan muara oleh endapan pasir. Karena pengaruh gelombang dan
angin, endapan pasir terbentuk dimuara. Transpor sedimen sepanjang pantai juga
sangat berpengaruh terhadap pembentukan endapan tersebut. Pasir yang melintas di
depan muara akan terdorong oleh gelombang masuk ke muara dan kemudian
diendapkan. Endapan yang sangat besar dapat menyebabkan tersumbatnya muara sungai
Gambar 2.27 memberikan bentuk dari masing-masing bangunan tersebut, disertai
dengan perubahan garis pantai yang ditimbulkannya. Seperti halnya dengan groin,
jetty dapat juga dibuat dari tumpukan batu, beton, tumpukan buis beton, turap, dan
sebagainya.
Gambar 2.27 Beberapa tipe jetty
Sumber : Teknik Pantai (1999)
J. Breakwater
Pemecah gelombang atau dikenal sebagai juga sebagai pemecah ombak atau
bahasaInggris breakwater adalah prasanana yang dibangun untuk memecahkan ombak
/gelombang, dengan menyerap sebagian energi gelombang. Pemecah gelombang digunakan
untuk mengendalikan abrasi yang menggerus garis pantai dan untuk menenangkan
gelombang dipelabuhan sehingga kapal dapat merapat dipelabuhan dengan lebih mudah dan
cepat.
Pemecah gelombang harus didesain sedemikian sehingga arus laut tidak menyebabkan
pendangkalan karena pasir yang ikut dalam arus mengendap di kolam pelabuhan. Bila hal ini
terjadi maka pelabuhan perlu dikeruk secara reguler. Pada pelabuhan fungsi pemecah
gelombang sangat diperlukan untuk membuat kolam labuh di mana kapal-kapal dapat
bersandar dengan tenang.
1. Fungsi Pemecah Gelombang (Break Water)
Bangunan ini berfungsi untuk melindungi pantai yang terletak dibelakangnya dari
serangan gelombang yang dapat mengakibatkan erosi pada pantai. Perlindungan oleh
pemecahan gelombang lepas pantai terjadi karena berkurangnya energi gelombang yang
sampai di perairan dibelakang bangunan. Karena pemecah gelombang ini dibuat terpisah
kearah lepas pantai, tetapi masih di dalam zona gelombang pecah (breaking zone). Maka
bagian sisi luar pemecah gelombang memberikan perlindungan dengan meredam energi
gelombang sehingga belakangnya dapat dikurangi.
Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam gelombang sebagian
energinya akan dipantulkan (refleksi), sebagian diteruskan (transmisi) dan sebagian
dihancurkan (dissipasi) melalui pecahnya gelombang, kekentalan fluida, gesekan dasar dan
lain-lainnya. Pembagian besarnya energi gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan
diteruskan tergantung karakteristik gelombang datang (periode, tinggi, kedalaman air), tipe
bangunan peredam gelombang (permukaan halus dan kasar, lulus air dan tidak lulus air)
dan geometrik bangunan peredam (kemiringan, elevasi, dan puncak bangunan).
Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan mengurangi pengiriman
sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang pantai yang berasal dari
daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan. Pantai belakang struktur akan
stabil dengan terbentuknya endapan sediment tersebut.
Maka dapat disimpulkan fungsi dari Pemecah Gelombang (Breakwater) yaitu :
Perlindungan terhadap gelombang.
Perlindungan terhadap pengendapan lumpur (Silting).
Jaminan keselamatan pelayaran.
Mengarahkan arus (Guidance of Currents).
2. Jenis-jenis Pemecah Gelombang (Break Water)
Berdasarkan bentuknya, pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam:
a. Pemecah gelombang sisi tegak
Ditempatkan di laut dengan kedalaman lebih besar dari tinggi gelombang.
Pemecah ini dibuat apabila tanah dasar mempunyai daya dukung besar dan
tahan terhadap erosi.
Bisa dibuat dari blok-blok beton massa yang disusun secara vertical, kaison
beton, turap beton, atau baja.
syarat yang harus diperhatikan :
Tinggi gelombang maksimum rencana harus ditentukan dengan baik.
Tinggi dinding harus cukup untuk memungkinkan.
Pondasi dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terjadi erosi pada kaki bangunan
yang dapat membahayakan stabilitas bangunan.
b. Pemecah gelombang sisi miring
Dibuat dari tumpukan batu alam yang dilindungi oleh lapis pelindung berupa
batu besar atau beton dengan ukuran tertentu.
Bersifat fleksible. Kerusakan yang terjadi karena serangan gelombang tidak
secara tiba-tiba.
Jenis lapis pelindung : Quadripod, Tetrapod, Dolos.
c. Pemecah Gelombang Campuran
Pemecah gelombang tipe ini dibuat apabila kedalaman air sangat besar dan tanah
dasar tidak mampu menahan beban dari pemecah gelombang sisi tegak.
Ada tiga macam pertimbangan tinggi sisi tegak dengan tumpukan batunya :
Tumpukan batu dibuat sampai setinggi air yang tertinggi, sedangkan bangunan
sisi tegak hanya sebagai penutup bagian atas
Tumpukan batu setinggi air terendah sedang bangunan sisi tegak harus
menahan air tertinggi
Tumpukan batu hanya merupakan tambahan pondasi dari bangunan sisi tegak
Berdasarkan fungsinya, pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi 2 macam:
Pemecah gelombang sambung pantai (Tipe ini banyak digunakan pada
perlindungan perairan pelabuhan).
Pemecah gelombang lepas pantai.
Pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai dan
berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Bangunan ini direncanakan untuk
melindungi pantai yang terletak dibelakangnya dan serangan gelombang. Tergantung
pada panjang pantai yang dilindungi, pemecah gelombang lepas pantai dapat dibuat dari
satu pemecah gelombang atau suatu seri bangunan yang terdiri dari beberapa ruas
pemecah gelombang yang dipisahkan oleh celah. Tipe ini untuk perlindungan pantai
terhadap erosi. Secara umum kondisi perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada
tipe pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi di sepanjang
pemecah gelombang.
3. Material Pemecah Gelombang (Break Water)
Material pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi beberapa macam :
a. Batu Pecah
b. Batu Alam
c. Batu Buatan
Untuk material yang digunakan tergantung dari tipe bangunan itu sendiri. Seperti
halnya bangunan pantai kebanyakan, pemecah gelombang lepas pantai dilihat dari bentuk
strukturnya bisa dibedakan menjadi dua tipe yaitu: sisi tegak dan sisi miring.Untuk tipe sisi
tegak pemecah gelombang bisa dibuat dari material-material seperti pasangan batu, sel turap
baja yang didalamnya di isi tanah atau batu, tumpukan buis beton, dinding turap baja atau
beton, kaison beton dan lain sebagainya.Dari beberapa jenis tersebut, kaison beton
merupakan material yang paling umum di jumpai pada konstruksi bangunan pantai sisi tegak.
Kaison beton pada pemecah gelombang lepas pantai adalah konstruksi berbentuk kotak dari
beton bertulang yang didalamnya diisi pasir atau batu. Pada pemecah gelombang sisi tegak
kaison beton diletakkan diatas tumpukan batu yang berfungsi sebagai fondasi. Untuk
menanggulangi gerusan pada pondasi maka dibuat perlindungan kaki yang terbuat dari batu
atau blok beton .
Sementara untuk tipe bangunan sisi miring, pemecah gelombang lepas pantai bisa
dibuat dari beberapa lapisan material yang di tumpuk dan di bentuk sedemikian rupa (pada
umumnya apabila dilihat potongan melintangnya membentuk trapesium) sehingga terlihat
seperti sebuah gundukan besar batu, Dengan lapisan terluar dari material dengan ukuran
butiran sangat besar.
Dapat kita gambarkan bahwa konstruksi terdiri dari beberapa lapisan yaitu:
Inti(core) pada umumnya terdiri dari agregat galian kasar, tanpa partikel-partikel
halus dari debu dan pasir.
Lapisan bawah pertama(under layer) disebut juga lapisan penyaring (filter layer)yang
melindungi bagian inti(core) terhadap penghanyutan material, biasanya terdiri dari
potongan-potongan tunggal batu dengan berat bervariasi dari 500 kg sampai dengan 1
ton.
Lapisan pelindung utama (main armor layer) seperti namanya, merupakan pertahanan
utama dari pemecah gelombang terhadap serangan gelombang pada lapisan inilah
biasanya batu-batuan ukuran besar dengan berat antara 1-3 ton atau bisa juga
menggunakan batu buatan dari beton dengan bentuk khusus dan ukuran yang sangat
besar seperti tetrapod, quadripod, dolos, tribar, xbloc accropode dan lain-lain
Secara umum, batu buatan dibuat dari beton tidak bertulang konvensional kecuali
beberapa unit dengan banyak lubang yang menggunakan perkuatan serat baja. Untuk unit-
unit yang lebih kecil, seperti Dolos dengan rasio keliling kecil, berbagai tipe dari beton
berkekuatan tinggi dan beton bertulang (tulangan konvensional, prategang, fiber, besi, profil-
profil baja) telah dipertimbangkan sebagai solusi untuk meningkatkan kekuatan struktur unit-
unit batu buatan ini. Tetapi solusi-solusi ini secara umum kurang hemat biaya, dan jarang
digunakan.
Seiring perkembangan jaman dalam konstruksi pemecah gelombang lepas pantai juga
mengalami perkembangan. Belakangan juga dikenal konstruksi pemecah gelombang
komposit. Yaitu dengan menggabungkan bangunan sisi tegak dan bangunan sisi miring.
Dalam penggunaan matrial pun dikombinasikan misalnya antara kaison beton dengan batu-
batuan sebagai pondasinya.
K. Sand Bypassing
Sand by passing adalah dengan memindahkan material dasar pantai dari daerah yang
terakresi ke daerah yang tererosi yang ditimbulkan dari pengaruh bangunan
pengaman pantai terhadap garis pantai.
L. Groins
Groin adalah banguna pelindung pantai yang biasanya dibuat tegak lurus garis pantai dan
berfungsi untuk menahan transpor sedimen sepanjang pantai sehingga bisa
mengurangi/menghentikan erosi yang terjadi. Bangunan ini juga bisa digunakan untk
menahan masuknya transport sedimen sepanjang pantai ke pelabuhan atau muara sungai.
Groin dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu tipe lurus, tipe T dan tipe L. Menurut
kontruksinya groin dapat berupa tmpukan batu, caisson beton, turap, tiang yang dipancang
berjajar, atau tumpukan buis beton yang didalamnya diisi beton.
Groin tipe lurus
Groin tipe L
Di dalam perencanaan groin masih dimungkinkan terjadinya suplai pasir melintasi groin ke
daerah hilir. Pasir dapat melintasi groin dengan melewati sisi atasnya (overpassing) atau
melewati ujungnya (endpassing).
Cara kerja Groin
Groin bekerja dengan menahan gerakan dari sedimen yang dibawa oleh arus. Arus ini
adalah arus sejajar pantai yang diakibatkan oleh gelombang laut yang datang tidak sejajar
pantai. Gelombang yang datang tidak tegak lurus pantai terpecah menjadi dua bagian, yaitu
gelombang tegak lurus dan gelobang sejajar pantai.
Gelombang yang menghantam pantai datang dengan sudut beragam dan tidak selalu tegak
lurus dengan garis pantai.
Gelombang akan pecah pada Breaker Line, sedangkan daerah pecahnya gelombang disebut
Surf Zone. Pada Surf Zone, akan terjadi penghancuran gelombang menjadi komponen energi
tegak lurus pantai dan komponen energi yang sejajar pantai. Komponen energi yang tegak
lurus garis pantai akan hancur dan komponen energi yang sejajar pantai akan memicu
terjadinya arus sejajar pantai.
Swash adalah arus yang terbentuk akibat pecahnya gelombang. Swash akan
membawa pergi material. Setelah arus Swash kehilangan momentum, akan terjadi arus balik
ke arah laut yang dinamakan Backwash. Swash dan Backwash secara terus menerus
mengakibatkan perpindahan material sejajar pantai.
Seperti pada di gambar di atas, pasir bergerak ke selatan dibawa oleh arus, itu terjebak
oleh Groin. Akibatnya, pasir menumpuk di sisi utara struktur, tapi di sisi selatan pasir terus
bergerak ke selatan. Namun, pasir yang biasanya akan menggantikan sedimen mengikis pergi
ke selatan groin yang terperangkap di sisi utara struktur. Akibatnya, erosi menyebabkan
sedimen atau pantai akan hilang di sisi selatan dari groin. Dalam situasi seperti ini, pasir harus
ditambahkan pada sisi bawah saat Groin atau ditransfer dari sampai saat ini ke sisi bawah saat
ini struktur dalam rangka untuk mempertahankan pantai sana. Pemilik properti depan pantai
kadang-kadang membangun groin untuk melestarikan pantai mereka. Seperti sekarang
mungkin jelas, perlindungan dari satu properti dengan groin akan menyebabkan ke
tetangganyamemiliki masalah pantai erosi. Jika pergerakan sedimen dihentikan, daerah bawah
saat ini akan dicabut dari sedimen dan erosi akan menghasilkan kecuali "tindakan korektif"
(penambahan struktur namun lebih atau makanan pantai) diambil.
Keuntungan dan Kerugian membangun Groin
Keuntungan :
Dapat membuat pantai meluas yang bagus untuk perairan
Memperangkap pasir dan material lain sehingga mencegah erosi karang
Kerugian :
Menghambat pergerakan alami sedimen yang mana dapat merugikan pantai tetangga yang
akan terus mengalami erosi
Jenis-jenis Groin
Berdasarkan Metode Pembangunannya, Groin dapat dibagi menjadi dua, yaitu groin
Permeable dan Groin Impermeable
Groin dapat bersifat Permeable (air masih bisa menembusnya) tetapi dengan kecepatan yang
direduksi maupun bersifat Impermeable yang menahan dan membelokan arus.
a. Permeable Groin
Terbuat dari batu besar, bamboo dan kayu
b. Impermeable Groin
Groin padat atau groin armor batu dibangun menggunakan batu, kerikil, gabions.
Contoh :
Hurricane Isabel and Shore Erosion in Chesapeake Bay, Maryland Saat groin
baru dipasang:
Setelah groin dipasang dalam waktu yang lama
Contoh lain:
Groin di pantai Timur Inggris
Bournemouth, England
Schobüll,
Nordfriesland, Germany
Waal river, part of the Rhine in the Netherlands
M. Muara Sungai
Estuaria adalah perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan
laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar
(Pickard, 1967). Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar tersebut akan
menghasilkan suatu komunitas yang khas, dengan kondisi lingkungan yang
bervariasi, antara lain 1. tempat bertemunya arus sungai dengan arus pasang
surut, yang berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada
sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa
pengaruh besar pada biotanya. 2. pencampuran kedua macam air tersebut
menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat
air sungai maupun sifat air laut. 3. perubahan yang terjadi akibat adanya pasang
surut mengharuskan komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis
dengan lingkungan sekelilingnya. 4. tingkat kadar garam di daerah estuaria
tergantung pada pasang- surut air laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus
lain, serta topografi daerah estuaria tersebut.
Secara umum estuaria mempunyai peran ekologis penting antara lain :
sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang
surut (tidal circulation), penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang
bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari
makanan (feeding ground) dan sebagai tempat untuk bereproduksi dan/atau
tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies ikan dan
udang. Perairan estuaria secara umum dimanfaatkan manusia untuk tempat
pemukiman, tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan, jalur
transportasi, pelabuhan dan kawasan industri (Bengen, 2004).
Aktifitas yang ada dalam rangka memanfaatkan potensi yang terkandung di
wilayah pesisir, seringkali saling tumpang tindih, sehingga tidak jarang
pemanfaatan sumberdaya tersebut justru menurunkan atau merusak potensi yang
ada. Hal ini karena aktifitas-aktifitas tersebut, baik secara langsung maupun tidak
langsung, mempengaruhi kehidupan organisme di wilayah pesisir, melalui
perubahan lingkungan di wilayah tersebut. Sebagai contoh, adanya limbah
buangan baik dari pemukiman maupun aktifitas industri, walaupun limbah ini
mungkin tidak mempengaruhi tumbuhan atau hewan utama penyusun ekosistem
pesisir di atas, namun kemungkinan akan mempengaruhi biota penyusun lainnya.
Logam berat, misalnya mungkin tidak berpengaruh terhadap kehidupan
tumbuhan bakau (mangrove), akan tetapi sangat berbahaya bagi kehidupan ikan
dan udang- udangnya (krustasea) yang hidup di hutan tersebut (Bryan, 1976).
N. Masalah – Masalah yang Terjadi di Pantai
1. Akresi Pantai
Akresi pantai adalah perubahan garis pantai menuju laut lepas karena adanya proses
sedimentasi dari daratan atau sungai menuju arah laut. Proses sedimentasi di daratan dapat
disebabkan oleh pembukaan areal lahan, limpasan air tawar dengan volume yang besar
karena hujan yang berkepanjangan dan proses transport sedimen dari badan sungai menuju
laut. Akresi pantai juga dapat menyebabkan terjadi pendangkalan secara merata ke arah laut
yang lambat laun akan membentuk suatu dataran berupa delta atau tanah timbul. Proses
akresi pantai biasanya terjadi di perairan pantai yang banyak memiliki muara sungai dan
energi gelombang yang kecil serta daerah yang bebas terjadi badai.
Dampak dari akresi pantai jika ditinjau dari aspek strategis adalah bertambahnya luasan
di suatu kawasan dan terjadi pendangkalan yang dapat mengganggu navigasi dan alur
pelayaran kapal. Dampaknya jika ditinjau dari aspek lingkungan adalah terjadinya perubahan
atau bahkan hilangnya suatu habitat dari ekosistemnya. Luasan mangrove akan bertambah
jika habitatnya di daerah yang memiliki sedimentasi yang tinggi juga bertambah. Kondisi ini
dibeberapa tempat juga akan berasosiasi dengan bertambahnya habitat yang ditumbuhi oleh
padang lamun karena suplai nutrien dari sedimen tinggi. Jika terdapat habitat terumbu di
pantai tersebut maka akan menyebabkan matinya hewan-hewan terumbu karang karena
mengganggu fungsi metabolisme hewan karang dan meningkatkan kekeruhan serta
menurunnya penetrasi cahaya matahari.
Teknologi pemodelan memiliki kemapuan untuk memprediksi perubahan garis pantai
yang disebabkan oleh proses-proses akresi pantai. Skenario yang dibangun merupakan
skenario jangka panjang dengan kurun waktu tahunan sampai puluhan tahun. Hasil
pemodelan dapat memperlihatkan simulasi perubahan garis pantai dari waktu ke waktu dan
dapat mengetahui proses-proses fisis akresi pantai yang terlibat.
Modul model yang digunakan adalah modul Hidrodinamika dan Aliran Sungai untuk
mengkaji kondisi sirkulasi arus di laut dan aliran sungai, sumber-sumber sedimentasi dan
pola distribusinya disusun dengan skenario dari modul model sedimen meliputi modul
Pergerakan Sedimen Dasar, Pergerakan Sedimen Kolom Air dan Pergerakan Partikel.
Meskipun di daerah pantai yang terjadi akresi memiliki energi gelombang yang rendah, tetapi
pengaruh kecil dari gelombang dapat dilibatkan dengan menggunakan beberapa alternatif
modul gelombang meliputi Gelombang Spektral, Gelombang Spektral di Perairan Dangkal,
Parabolic Mild Slope, Elliptic Mild Slope, Refraksi-difraksi Gelombang dan Gelombang
Boussinesq untuk mengekstraksi parameter-parameter gelombang yang mengkin
berpengaruh terhadap terjadinya proses akresi pantai. Modul Morphologi Pantai dan Proses
Litoral dan Dinamika Garis Pantai digunakan untuk mensimulasi perubahan garis pantai dari
waktu ke waktu baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Hasil simulasi dari
beberapa modul model diintegrasikan dengan menggunakan modul GIS Kelautan untuk
membantu proses pemetaan dan anailisis lainnya dengan melibatkan data spatial pendukung
lainnya.
2. Rob
Banjir Rob (Laut Pasang), adalah banjir yang disebabkan oleh pasang air laut. Banjir
rop biasanya melanda kota muara baru di jakarta. Air laut yang pasang umumnya akan
menahan air sungai yang sudah menumpuk, akhirnya mampu menjebol tanggul dan
menggenangi daratan.
3. Intruisi Air Laut
Pengertian Intrusi Air LautIntrusi air laut Dengan bahasa yang mudah, dapat dikatakan
bahwa intrusi air laut berarti masuknya air laut ke daratan. Penyebab intrusi air laut adalah
berkurangnya air di daratan, sehingga konsentrasi air menurun. Air yang semakin berkurang
menimbulkan ruang di dalam tanah, akhirnya pori-pori atau lubang tersebut terisi oleh air
laut. Itulah proses singkat terjadinya intrusi air laut.
Bagan Proses Terjadinya Intrusi Air laut
Gambar 1. Kondisi yang alami dan kondisi sudah terjadi intrusi
Gambar 2. Pertemuan air tanah dan air laut
Proses Terjadinya Intrusi Air Laut
Proses masuknya air laut ini berlangsung dengan dua cara. Yang pertama adalah dengan
merembes ke dalam pori-pori tanah, sedangkan yang kedua adalah dengan naiknya
permukaan air laut sehingga air tersebut mengalir ke daratan.
Pada kondisi alami, airtanah akan mengalir secara terus menerus ke laut. Berat jenis air
asin sedikit lebih besar daripada berat jenis air tawar, maka air laut akan mendesak air tawar
di dalam tanah lebih ke hulu. Tetapi karena tinggi tekanan piezometric airtanah lebih tinggi
daripada muka air laut, desakan tersebut dapat dinetralisir dan aliran air yang terjadi adalah
dari daratan kelautan, sehingga terjadi keseimbangan antara air laut dan airtanah, sehingga
tidak terjadi intrusi air laut. Intrusi air laut terjadi bila keseimbangan terganggu. Aktivitas
yang menyebabkan intrusi air laut diantaranya pemompaan yang berlebihan, karakteristik
pantai dan batuan penyusun, kekuatan airtanah ke laut, serta fluktuasi airtanah di daerah
pantai. Proses intrusi makin panjang bisa dilakukan pengambilan airtanah dalam jumlah
berlebihan. Bila intrusi sudah masuk pada sumur, maka sumur akan menjadi asing sehingga
tidak dapat lagi dipakai untuk keperluan sehari-hari.
Upconning adalah proses kenaikan interface secara lokal akibat adanya pemompaan pada
sumur yang terletak sedikit di atas interface. Pada saat pemompaan dimulai, interface dalam
keadaan horisontal. Makin lama interface makin naik hingga mencapai sumur. Bila
pemompaan dihentikan sebelum interface mencapai sumur, air laut akan cenderung tetap
berada di posisi tersebut daripada kembali ke keadaan semula.
Kawasan pantai adalah kawasan yang secara topografi merupakan dataran rendah dan
dilihat secara morfologi berupa dataran pantai. Secara geologi, batuan penyusun dataran
umumnya berupa endapan aluvial yang terdiri dari lempung, pasir dan kerikil hasil dari
pengangkutan dan erosi batuan di bagian hulu sungai. Umumnya batuan di dataran bersifat
kurang kompak, sehingga potensi airtanahnya cukup baik. Akuifer di dataran pantai yang
baik umumnya berupa akuifer tertekan, tetapi akuifer bebas pun dapat menjadi sumber
airtanah yang baik terutama pada daerah-daerah pematang pantai/gosong pantai.
Permasalahan pokok pada kawasan pantai adalah keragaman sistem akuifer, posisi dan
penyebaran penyusupan/intrusi air laut baik secara alami maupun secara buatan yang
diakibatkan adanya pengambilan airtanah untuk kebutuhan domestik, nelayan, dan industri.
Oleh karena itu, kondisi hidrogeologi di kawasan ini perlu diketahui dengan baik, terutama
perbandingan antara kondisi alami dan kondisi setelah ada pengaruh eksploitasi.
Persamaan Intrusi Air Laut
Menurut konsep Ghyben – Herzberg, air asin dijumpai pada kedalaman 40 kali tinggi
muka airtanah di atas muka air laut. Fenomena ini disebabkan akibat perbedaan berat jenis
antara air laut (1,025 g/cm3) dan berat jenis air tawar (1,000 g/cm3).sehingga didapat nilai
z = 40 hf
keterangan:
hf = elevasi muka airtanah di atas muka air laut (m)
z = kedalaman interface di bawah muka air laut (m)
ρs = berat jenis air laut (g/cm3)
ρf = berat jenis air tawar (g/cm3)
O. Sempadan Pantai
Sempadan Pantai merupakan dearah sepanjang pantai yang diperuntukkan bagi
pengamanan dan pelestarian pantai. Kawasan Sempadan pantai berfungsi untuk
mencegah terjadinya abrasi pantai dari kegiatan yang dapat menggangu/merusak fungsi
dan kelestarian kawasan pantai.
Sempadan pantai sebagaimana dimaksud dalam uraian diatas ditetapkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam hal ini Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang
mengamantkan kepada Pemerintah daerah untuk menetapkan batas sempadan pantai yang
disesuaikan dengan karakteristik topografi, biofisik, hidro-oseanografi pesisir, kebutuhan
ekonomi dan budaya.
Sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional
dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang
tertinggi ke arah darat.
P. Low Level Water
Muka air rendah terendah (lowest low high level, LLWL) : air terendah pada saat
pasang-surut purnama atau bulan mati.
Q. High Level Water
Muka air tinggi (high water level, HWL) : muka air tertinggi yang dicapai pada saat
air pasang dalam satu siklus pasang-surut.
R. Erosi Pantai
Erosi pantai adalah proses terkikisnya material penyusun pantai oleh gelombang dan
material hasil kikisan itu terangkut ke tempat lain oleh arus.Dari sudut pandang
keseimbangan interaksi antara kekuatan-kekuatan asal darat dan kekuatan-kekuatan asal
laut, erosi pantai terjadi karena kekuatan-kekuatan asal laut lebih kuat daripada kekuatan-
kekuatan asaal darat.
Aktifitas gelombang di pantai adalah faktor utama yang aktif menyebabkan erosi
pantai. Dengan demikian, tiupan angin menjadi faktor penting yang menentukan terjadi
atau tidaknya erosi pantai di tempat-tempat atau segmen-segmen pantai tertentu dan pada
musim-musim tertentu. Arah angin menentukan segmen-segmen pantai yang akan
tererosi, sedang kecepatan angin dan “fetch” menentukan kekuatan gelombang yang
terbentuk dan memukul ke pantai.
Arus dekat pantai menentukan arah pergerakan muatan sedimen di sepanjang pantai.
Arus itu memindahkan muatan sedimen dari satu tempat ke tempat lain di sepanjang
pantai atau membawa muatan sedimen dari satu sel pantai ke sel pantai yang lain atau
membawa muatan sedimen keluar ke perairan lepas pantai. Pola arus dekat pantai
perkembangannya ditentukan oleh geErosi pantai berlangsung perlahan dan
menerus. Laju erosi pantai ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain orientasi garis
pantai, konfigurasi garis pantai, batuan penyusun pantai, arah dan kecepatan angin, serta
aktifitas manusia. Dalam satu siklus musim, erosi pantai yang paling efektif atau laju
erosi yang tinggi terjadi pada saat angin kencang bertiup dengan arah tegak lurus atau
menyerong terhadap orientasi garis pantai. Di Indonesia, erosi yang efektif terjadi pada
saat musim barat dan musim timur. Selain itu laju erosi dapat mengalami perlambatan
bila konfigurasi garis pantai mencapai kondisi keseimbangan tertentu dimana energi
gelombang tidak dapat menggerus lagi material penyusun pantai atau transportasi muatan
sedimen yang masuk dan keluar dalam satu siklus musim sama volumenya. Pada
prinsipnya erosi pantai pantai di suatu segmen pantai tertentu tidak dapat dihentikan
sebelum kondisi keseimbangan tersebut tercapai. Dengan kata lain, erosi pantai akan
terus berlangsung selama kondisi keseimbangan konfigurasi garis pantai belum
tercapai.lombang yang bergerak menghampiri pantai. Dengan demikian, faktor angin
juga secara tidak langsung mempengaruhi transportasi muatan sedimen.
Erosi pantai dapat diprediksi kejadiannya berdasarkan pada pola arah angin dan
kecepatan angin yang terdapat disuatu kawasan, orientasi garis pantai, konfigurasi garis
pantai, dan material penyusun pantai. Tempat atau lokasi erosi terjadi tetap sepanjang
waktu, dan waktu erosi berlangsung pun tetap pada musim-musim tertentu
Dalam skala waktu besar, jangka panjang, erosi pantai berlangsung terus menerus
sampai kondisi keseimbangan konfigurasi garis pantai tercapai atau keseimbangan
berubah karena perubahan kondisi lingkungan dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Dalam jangka pendek, temporer, erosi pantai terjadi pada saat musim
angin tertentu berlaku, dan berhenti ketika musim berganti.
Ketika erosi pantai berlangsung, erosi hanya mengenai garis pantai dari segmen
pantai yang tererosi. Laju erosi yang terjadi menentukan berapa lebar lahan tepi pantai
yang hilang tererosi dalam suatu jangka waktu tertentu. Untuk jangka
panjang, membicarakan masalah erosi yang terjadi di suatu segmen pantai berarti
membicarakan kemungkinan luas lahan pantai yang akan hilang pada suatu periode
waktu tertentu. Dengan kata lain, berbicara masalah erosi untuk jangka panjang berarti
membicarakan lahan pantai yang terancam hilang oleh erosi.
DAFTAR PUSTAKA:
http://dokumen.tips/documents/jenis-jenis-pelindung-pantai.html
http://www.pu.go.id/uploads/services/infopublik20111223191440.pdf
http://hukum.unsrat.ac.id/pres/keppres_32_1990.htm
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/component/content/article/125-peraturan-presiden/2534-
rancangan-peraturan-presiden-tentang-batas-sempadan-pantai.html
http://www.berpendidikan.com/2015/06/pengertian-pantai-dan-pesisir-serta-perbedaannya.html
http://www.damandiri.or.id/file/erlanggaipbbab2.pdf
https://www.academia.edu/10008094/DINAMIKA_PANTAI_Abrasi_dan_Sedimentasi
https://oeits.wordpress.com/2012/09/12/review-kuliah-hidrodinamika-1/
Bambang Triatmodjo, 1999, Tenik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta.
http://eprints.undip.ac.id/34169/5/1661_chapter_II.pdf
https://wahyuancol.wordpress.com/2008/06/05/erosi-pantai/
http://www.zonabmi.org/aplikasi/perubahan-garis-pantai/akresi-pantai.html
http://www.artikelsiana.com/2015/08/pengertian-banjir-penyebab-dampak-cara.html#
https://www.academia.edu/16714672/intrusi_air_laut
https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1104105061-3-BAB+II.pdf
http://eprints.undip.ac.id/34057/9/1917_CHAPTER_VI.pdf
http://www.kajianpustaka.com/2016/01/teori-gelombang-laut.html
https://www.academia.edu/9047969/_Mekanisme_Transport_Sedimen_
http://www.slideshare.net/diniWithYunho/makalah-teknik-pantai