15
MAJALAH ILMU KEFARMASIAN 160 Mahdi Jufri, Asnimar Binu, Julia Rahmawati * Departemen Farmasi FMIPA-UI Depok PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Daya kelarutan suatu zat ber- khasiat memegang peranan penting dalam formulasi suatu sediaan far- masi (Kim CK, 1999). Lebih dari 50% senyawa kimia baru yang ditemukan saat ini bersifat hidrofobik. Kegunaan secara klinik dari obat-obat hidro- fobik menjadi tidak efisien dengan rendahnya daya kelarutan, dimana akan mengakibatkan kecilnya pe- netrasi obat tersebut di dalam tubuh (Lawrence, 2000)). Kelarutan suatu zat berkhasiat yang kurang dari 1 mg/ml mempunyai tingkat disolusi yang kecil karena kelarutan suatu FORMULASI GAMEKSAN DALAM BENTUK MIKROEMULSI Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.3, Desember 2004, 160 - 174 ISSN : 1693-9883 ABSTRACT The clinical use of the poorly water-soluble drug substance become inefficient by means of low level penetration of such kind drug in the body. Microemulsion is a dispersion system like an emulsion which could help to increase the solubility of poorly water-soluble drug. In this research, poorly water-soluble drug is made in a dosage form of microemulsion with Gamexan as a model. An experiment has been conduct by using benzyl benzoate as an oil phase, Tween 20 with variety concentra- tion (35%;40%;45%) and sodium lauryl ether sulphate as surfactant components. The evaluation are consist of determining the amount of Gamexan in the microemulsion and stability test both physic and chemically. The result shows that all three of the microemulsion formula dosage form indicate good stability during two months of storing. Key words : microemulsion, Gamexan, surfactant. Corresponding author : E-mail : mahdi60far yahoo.com obat dengan tingkat disolusi obat tersebut sangat berkaitan. Salah satu cara yang diterapkan oleh industri farmasi saat ini untuk meningkatkan kelarutan suatu obat yang bersifat lipofilik atau hidrofobik adalah dengan membuat sediaan emulsi. Penerimaan oleh pasien men- jadi alasan yang paling penting mengapa emulsi menjadi bentuk sediaan farmasi yang terkenal. Untuk obat yang mempunyai rasa tidak menyenangkan dapat dibuat lebih enak pada pemberian oral bila di- formulasikan menjadi emulsi. Sebagai contoh minyak mineral yang mem- punyai efek sebagai laksatif, vitamin yang larut dalam minyak, dan pre- parat-preparat makanan yang ber-

gamaksen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

obat skabies

Citation preview

Page 1: gamaksen

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN160

Mahdi Jufri, Asnimar Binu, Julia Rahmawati *Departemen Farmasi FMIPA-UI Depok

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Daya kelarutan suatu zat ber-khasiat memegang peranan pentingdalam formulasi suatu sediaan far-masi (Kim CK, 1999). Lebih dari 50%senyawa kimia baru yang ditemukansaat ini bersifat hidrofobik. Kegunaansecara klinik dari obat-obat hidro-fobik menjadi tidak efisien denganrendahnya daya kelarutan, dimanaakan mengakibatkan kecilnya pe-netrasi obat tersebut di dalam tubuh(Lawrence, 2000)). Kelarutan suatuzat berkhasiat yang kurang dari1 mg/ml mempunyai tingkat disolusiyang kecil karena kelarutan suatu

FORMULASI GAMEKSANDALAM BENTUK MIKROEMULSI

Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.3, Desember 2004, 160 - 174ISSN : 1693-9883

ABSTRACTThe clinical use of the poorly water-soluble drug substance become inefficient

by means of low level penetration of such kind drug in the body. Microemulsion is adispersion system like an emulsion which could help to increase the solubility ofpoorly water-soluble drug. In this research, poorly water-soluble drug is made in adosage form of microemulsion with Gamexan as a model. An experiment has beenconduct by using benzyl benzoate as an oil phase, Tween 20 with variety concentra-tion (35%;40%;45%) and sodium lauryl ether sulphate as surfactant components.The evaluation are consist of determining the amount of Gamexan in themicroemulsion and stability test both physic and chemically. The result shows thatall three of the microemulsion formula dosage form indicate good stability duringtwo months of storing.

Key words : microemulsion, Gamexan, surfactant.

Corresponding author : E-mail : mahdi60far yahoo.com

obat dengan tingkat disolusi obattersebut sangat berkaitan.

Salah satu cara yang diterapkanoleh industri farmasi saat ini untukmeningkatkan kelarutan suatu obatyang bersifat lipofilik atau hidrofobikadalah dengan membuat sediaanemulsi. Penerimaan oleh pasien men-jadi alasan yang paling pentingmengapa emulsi menjadi bentuksediaan farmasi yang terkenal. Untukobat yang mempunyai rasa tidakmenyenangkan dapat dibuat lebihenak pada pemberian oral bila di-formulasikan menjadi emulsi. Sebagaicontoh minyak mineral yang mem-punyai efek sebagai laksatif, vitaminyang larut dalam minyak, dan pre-parat-preparat makanan yang ber-

Page 2: gamaksen

161Vol. I, No.3, Desember 2004

kadar lemak tinggi dapat diberikandalam bentuk emulsi m/a. Peng-gunaan sediaan emulsi dapat me-ningkatkan absorpsi dari obat ter-sebut (Tamilvanan, 2002).

Mikroemulsi merupakan suatusistem dispersi yang dikembangkandari sediaan emulsi. Bila dibanding-kan dengan emulsi, banyak karak-teristik dari mikroemulsi yangmembuat sediaan ini menarik untukdigunakan sebagai salah satu sistempenghantaran obat (drug delivery sys-tem). Antara lain mempunyai kesta-bilan dalam jangka waktu lama secaratermodinamika, jernih dan transpa-ran, dapat disterilkan secara filtrasi,biaya pembuatan murah, mempunyaidaya larut yang tinggi serta mempu-nyai kemampuan berpenetrasi yangbaik. Karakteristik tersebut membuatmikroemulsi mempunyai perananpenting sebagai alternatif dalam for-mula untuk zat aktif yang tidak larut(Gao Z G, 1998)).

Penelitian sebelumnya menun-jukkan bahwa dalam bidang farmasi,sediaan mikroemulsi telah diterap-kan sebagai salah satu sistem peng-hantaran obat untuk zat aktif sepertisteroid, hormon, insulin, vasopresindan imunosupresive. Mikroemulsidapat dibuat untuk sediaan topikal,intradermal, pulmonal, okular, intra-muskular dan sediaan oral.

Pada penelitian ini, akan dila-kukan percobaan pendahuluan pem-buatan sediaan mikroemulsi dengangameksan sebagai model obat.Gameksan adalah suatu zat aktif yangbersifat hidrofobik dan dikenal luas

penggunaannya dalam bidang far-masi sebagai obat anti kutu dan antitungau (Nantel AJ, 2001).

B. TUJUAN PENELITIAN

Membuat sediaan mikroemulsiuntuk zat yang tidak larut denganmenggunakan variasi konsentrasisurfaktan dan gameksan sebagaimodel obat.

BAHAN DAN CARA KERJA

A. BAHANGameksan (Andenex Chemie),

Tween 20 (Harum Sari), Benzilbenzoat (Brataco), Natrium lauril etersulfat (Henkel), Aquadest, n-heksan(Sigma).

B. ALATAlat gelas, corong pisah, neraca

analitis, aerator, viscometer Brook-field RVF, hot plate Thermolyne type1000 Stir Plate, motor pengaduk RW20 Janke & Kunkel IKA-Werk, Table-top Centrifuge 5100 Kubota, pH-meter Jenway 3010, GC-7A Shima-dzu.

C. CARA KERJA

1. Pembuatan Sediaan Mikro-emulsiTween 20 dilarutkan dalam

aquades dan diaduk konstan denganmenggunakan motor pengaduk padakecepatan 750 rpm sehingga dida-patkan suatu larutan jernih. Setelah

Page 3: gamaksen

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN162

itu, natrium lauril eter sulfat dima-sukkan kedalam larutan dan diadukkonstan pada suhu 40°C. Gameksandilarutkan dalam benzil benzoatkemudian didispersikan kedalamfase air dengan pengadukan konstanyang dijaga pada suhu 40°C hinggatercapai suatu sediaan mikroemulsiyang jernih dan transparan.

3. Menentukan Bobot Jenis (20)Bobot jenis diukur menggunakan

piknometer pada suhu 25°C.

4. Uji pH (21)pH sediaan diukur dengan

menggunakan pH-meter. Pengu-kuran dilakukan pada suhu ruangselama 8 minggu setiap 1 minggusekali.

5. Stabilitas Sediaan MikroemulsiStabilitas sediaan mikroemulsi

secara fisik meliputi bau, warna,homogenitas, pH dan viskositas,dievaluasi pada suhu kamar (26-29°C), temperatur tinggi dan tem-peratur rendah( freeze thaw) dalamwaktu 8 minggu dengan pengamatansetiap 1 minggu sekali.

6. Uji Volume SedimentasiMikroemulsi dimasukkan ke

dalam gelas ukur 100 ml sebanyak 50ml, ditutup dengan kertas aluminiumfoil. Kemudian diamati sedimentasiyang terbentuk selama 24 jam, 48 jam,72 jam hingga 1 minggu pada suhukamar (25°C), dengan mengukur per-bandingan tinggi endapan dengantinggi larutan mikroemulsi.

7. Uji RedispersiMikroemulsi dimasukkan ke

dalam botol 100 ml, sebanyak 100 mldan didiamkan selama 8 minggu.Setelah 8 minggu dilakukan redis-persi dengan cara membalikkanbotol dengan sudut 90° kemudian di-catat jumlah pengocokan yang diper-lukan hingga mikroemulsi terdispersidengan baik.

2. Penetapan Kadar Gameksandalam Mikroemulsi

Penetapan kadar sampel

Penetapan kadar sampel dilaku-kan setelah dibuat kurva kalibrasi.Larutan sampel 10 ppm disuntikkandengan volume injeksi sebesar 3 µlke dalam alat kromatografi gas,rekam kromatograf dan luas areautama. Sistem kromatografi. Kroma-tografi gas yang dilengkapi dengandetector ECD (Electron CaptureDetector),menggunakan packed columndengan fase diam adalah OV-101.Fase gerak adalah gas N2 denganaliran 74 ml/menit dan gas Hedengan aliran 72 ml/menit. Kondisikromatografi gas pada saat pene-tapan kadar sampel adalah suhukolom 160°C dan suhu injeksi 220°C.

Tabel 1. Rancangan Formulasi SediaanMikroemulsi

Formula (% b/v) A B C12350,54

48,5

12400,54

43,5

Benzil BenzoatTween 20GameksanNa Lauril Eter SulfatAquadest

12450,54

38,5

Page 4: gamaksen

163Vol. I, No.3, Desember 2004

8. Uji SentrifugasiSediaan mikroemulsi dima-

sukkan ke dalam tabung sentrifugasikemudian dilakukan pengocokanatau sentrifugasi pada kecepatan3000 rpm selama 30 menit.

9. Uji ViskositasPengukuran dilakukan dengan

viskometer Brookfield yang meng-gunakan kecepatan 2, 4, 10, 20 rpm.Pengamatan viskositas mikroemulsidilakukan selama 8 minggu setiap 1minggu sekali.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Pembuatan Sediaan Mikro-emulsiPada percobaan utama dilakukan

setelah dilakukan percobaan penda-huluan. Pada percobaan utama di-buat formula sediaan mikroemulsidengan variasi konsentrasi Tween 20yaitu 35%, 40% dan 45%, konsentrasinatrium lauril eter sulfat 4% dankonsentrasi benzil benzoat 12%.

Sediaan mikroemulsi yang di-buat berdasarkan ketiga formulayang telah ditentukan menghasilkansuatu larutan yang memiliki tampilanfisik jernih, transparan, berwarnakuning yang berasal dari warnaTween 20 yang digunakan, mem-punyai bau khas dan sedikit agakkental.

2. Penetapan Kadar Gameksandalam MikroemulsiHasil penetapan kadar yang

dilakukan setelah pembuatan sedia-an menunjukkan persamaan kurvakalibrasi yang diperoleh adalah

y = 51525,59 + 603, 99x denganr = 0,993.

Apabila luas area dari sampeldiplot pada persamaan kurva kali-brasi diatas, maka diperoleh padaformula A, kadar gameksan sebesar107,87%. Formula B, kadar gameksansebesar 99,87% dan formula C, kadargameksan sebesar 106,85%. Apabilaluas area sampel dibandingkandengan luas area standar pada kon-sentrasi yang sama dengan meng-gunakan cara manual, diperolehpada formula A kadar gameksansebesar 87,19%, formula B sebesar97,56% dan formula C sebesar107,32%. Hasil selengkapnya dapatdilihat pada Tabel 2, 3 dan Gambar1, 15-18.

3. Menentukan Bobot JenisSediaan mikroemulsi formula A

mempunyai bobot jenis sebesar1,0989. Mikroemulsi formula Bmempunyai bobot jenis 1,0995 danformula C sebesar 1,1003 (Tabel 4).

4. Uji pHHasil penetapan pH mikroemulsi

menunjukkan pH sediaan yang cen-derung tidak berubah besar walau-pun terjadi penurunan dan pening-katan pH selama penyimpanan.Terlebih dahulu dilakukan pengu-kuran pH media untuk masing-masing formula. Media formula Amempunyai pH 6,38, media formula

Page 5: gamaksen

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN164

Tabel 3. Data Serapan Larutan sampel3 ml pada suhu kolom 160oC dan suhuinjeksi 220oC

Sampel Konsentrasi Luas Area Tinggi(ng) (A) (H)

A 30,273 71251 2040B 32,037 70851 2074C 30,291 89371 2320

Gambar 1. Kurva kalibrasi Gameksan standar

B mempunyai pH 6,43 dan media for-mula C mempunyai pH sebesar 5,74.Untuk mikroemulsi formula A, hargapH 5,74 pada minggu ke-1 dan men-jadi 5,71 pada akhir pengamatan.Untuk formula B, mempunyai hargapH 5,72 pada minggu ke-1 danmenjadi 5,56 pada minggu ke-8. Danuntuk formula C, pada minggu ke-1mempunyai harga pH 5,76 dan men-jadi 5,62 pada akhir pengamatan.Hasil selengkapnya dapat dilihatpada Tabel 5 dan Gambar 2.

Tabel 4. Bobot Jenis Sediaan Mikro-emulsi

Formula Bobot jenis (gram/ml)

A 1,0989

B 1,0995

C 1,1003

Tabel 2. Data Kurva kalibrasi Gameksanstandar pada suhu kolom 160oC dansuhu injeksi 220oC

Konsentrasi Luas Area Tinggi(ng) (A) (H)

20,08 61766 1910

30,12 71234 2038

40,16 81541 2190

50,20 86222 2246

60,24 89782 2286

80,32 98537 2358

Page 6: gamaksen

165Vol. I, No.3, Desember 2004

5. Stabilitas Sediaan Mikroemulsia. Pada suhu kamar

Ketiga formula sediaan mikro-emulsi pada penyimpanan yangdilakukan pada suhu kamar tidakmenunjukkan perubahan yang ber-

Gambar 2. Kurva hubungan pH formula A, B, C dengan waktu penyimpanan

Tabel 5. Hasil Pengamatan pH FormulaA,B,C

pH FormulaMinggu A B C

Media 6,38 6,43 5,74I 5,74 5,72 5,76II 5,71 5,70 5,72III 5,72 5,68 5,69IV 5,66 5,68 5,67V 5,74 5,69 5,75VI 5,75 5,69 5,73VII 5,67 5,64 5,69VIII 5,64 5,56 5,62

arti. Ketiga sediaan mikroemulsitetap transparan, jernih dan homo-gen. Warna dan bau tidak mengalamiperubahan yang mendasar. Hasildapat dilihat pada Tabel 6, 7 dan 8.

b. Pada suhu tinggi (60°C)Ketiga formula sediaan mikro-

emulsi disimpan pada suhu 60°Cselama 7 hari berturut-turut. Darihasil pengamatan diperoleh baik for-mula A, B dan C tidak mengalamipengendapan, tidak pecah dan tidakterbentuk gumpalan.

c. Pada suhu rendah (4 - 8°C)Ketiga formula sediaan mikro-

emulsi disimpan pada suhu dinginselama 24 jam pada suhu 4°C, laludikeluarkan dan ditempatkan padasuhu kamar selama 24 jam pula. Pe-ngamatan yang dilakukan menun-jukkan bahwa ketiga formula sediaan

Page 7: gamaksen

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN166

Tabel 6. Hasil pengamatan warna, bau & penyimpanan Formula A pada suhu kamar

Formula AMinggu Warna Bau Pemisahan Endapan

I KJ Khas Homogen -II KJ Khas Homogen -III KJ Khas Homogen -IV KJ Khas Homogen -V KJ Khas Homogen -VI KJ Khas Homogen -VII KJ Khas Homogen -VIII KJ Khas Homogen -

Tabel 7. Hasil pengamatan warna, bau & penyimpanan Formula B pada suhu kamar

Formula BMinggu Warna Bau Pemisahan Endapan

I KJ Khas Homogen -II KJ Khas Homogen -III KJ Khas Homogen -IV KJ Khas Homogen -V KJ Khas Homogen -VI KJ Khas Homogen -VII KJ Khas Homogen -VIII KJ Khas Homogen -

Keterangan : KJ = kuning jernih

Tabel 8. Hasil pengamatan warna, bau & penyimpanan Formula C pada suhu kamar

Formula CMinggu Warna Bau Pemisahan Endapan

I KJ Khas Homogen -II KJ Khas Homogen -III KJ Khas Homogen -IV KJ Khas Homogen -V KJ Khas Homogen -VI KJ Khas Homogen -VII KJ Khas Homogen -VIII KJ Khas Homogen -

Page 8: gamaksen

167Vol. I, No.3, Desember 2004

mikroemulsi pada suhu dingin meng-alami perubahan warna dan kejer-nihan dimana sediaan menjadi keruhdan berwarna putih susu serta men-jadi lebih kental bila dilihat dari lajualirnya. Ketika ditempatkan padasuhu kamar, ketiga formula sediaanmikroemulsi dapat kembali ke kea-daan semula, yaitu larutan yangjernih dan transparan. Hal ini terjadiselama tiga siklus berturut-turut.

6. Uji Volume SedimentasiHasil pengukuran volume sedi-

mentasi selama 8 minggu menunjuk-kan bahwa ketiga formula sediaanmikroemulsi tidak memperlihatkanadanya sedimentasi yang terjadi.Dimana sediaan mikroemulsi tetapjernih dan transparan.

7. Uji RedispersiKetiga formula sediaan mikro-

emulsi tidak membutuhkan pengo-cokkan agar dapat terdispersi kem-bali dan laju alir kembali baik. Halini dikarenakan ketiga formulasediaan mikroemulsi tetap menun-jukkan suatu larutan yang terdispersisempurna dan tetap dapat mengalirdengan baik.

8. Uji SentrifugasiKetika dilakukan sentrifugasi

dengan kecepatan 3000 rpm selama30 menit, ketiga formula tidak me-nunjukkan adanya dua fase yangterpisah (creaming) melainkan tetapmerupakan suatu larutan tunggal.

9. Uji ViskositasHasil pengukuran viskositas mi-

kroemulsi selama 8 minggu dengan

menggunakan viskometer Brookfieldpada suhu kamar (27°C) menunjuk-kan bahwa sediaan mikroemulsi for-mula A mengalami peningkatanviskositas dari minggu ke-1 keminggu ke-2, yaitu dari 135 cpsmenjadi 147,5 cps. Pada minggu ke-3mengalami penurunan viskositasmenjadi 140 cps dan mengalamipeningkatan pada minggu ke-4menjadi 150 cps. Minggu ke-5 terjadipeningkatan viskositas menjadi 165cps dan minggu ke-6 mengalamipenurunan viskositas menjadi 152,5cps. Pada minggu ke-7 mengalamipeningkatan viskositas sebesar 162,5cps dan pada akhir pengamatanmengalami penurunan viskositasmenjadi 152,5 cps.

Pada formula B, dari minggu ke-1 ke minggu ke-2 mengalami pening-katan dari 135 cps menjadi 148 cps.Minggu ke-3 mengalami penurunanmenjadi 142,5 cps. Mulai minggu ke-4 hingga minggu ke-6 mengalamipeningkatan viskositas dari 150 cpsmenjadi 167,5 cps. Minggu ke-7hingga akhir pengamatan mengalamipenurunan viskositas dari 162,5 cpshingga 152,5 cps.

Untuk sediaan mikroemulsi for-mula C, mulai dari minggu ke-1 keminggu ke-2 mengalami peningkatanviskositas dari 135 cps menjadi 150cps. Mulai minggu ke-3 hinggaminggu ke-6 mengalami peningkatanviskositas dari 149 cps menjadi 170cps. Minggu ke-7 hingga akhir peng-amatan mengalami penurunan visko-sitas dari 167,5 cps hingga 150 cps.Hasil selengkapnya lihat Gb. 3-9.

Page 9: gamaksen

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN168

Gambar 3. Kurva hubungan viskositas formula A, B, C dengan waktu penyimpanan.

Gambar 4. Kurva viskositas formula A, B, C pada minggu ke-1.

Gambar 5. Kurva viskositas formula A, B, C pada minggu ke-4.

Page 10: gamaksen

169Vol. I, No.3, Desember 2004

Gambar 6. Kurva viskositas formula A, B, C pada minggu ke-8.

Gambar 7. Kurva viskositas formula A pada minggu ke-1, 4 & 8.

Gambar 8. Kurva viskositas formula B pada minggu ke-1, 4 & 8.

Page 11: gamaksen

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN170

B. PEMBAHASAN

1. Pembuatan Sediaan Mikro-emulsiZat aktif yang digunakan sebagai

model obat pada pembuatan sediaanmikroemulsi ini adalah gameksan.Gameksan dikenal luas pengguna-anya dalam bidang farmasi sebagaiobat kutu dan tungau. Sediaan mikro-emulsi ini menggunakan benzil ben-zoat, suatu minyak sintetik dari asambenzoat sebagai fase minyak, dimanagameksan sangat mudah larut di-dalamnya. Adanya surfaktan non-ionik pada suatu formulasi sediaanmikroemulsi sudah mampu mem-bentuk mikroemulsi tanpa bantuanpenambahan kosurfaktan. Berdasar-kan penelitian terdahulu menunjuk-kan bahwa penggunaan kosurfaktanberupa alkohol rantai pendek meng-akibatkan masalah akibat toksisitasdan iritasi yang ditimbulkannya(Malcomson, 1998). Selain itu, ke-mampuan melarutkan dari kosur-

Gambar 9. Kurva viskositas formula C pada minggu ke-1, 4 & 8.

faktan dalam sediaan mikroemulsiM/A lebih tinggi bila dibandingkandengan surfaktan yang digunakan(MiltonJ1995). Konsekuensinya ketikamikroemulsi M/A dilarutkan, partisikosurfaktan akan lebih kuat ke faseair. Akibatnya konsentrasi kosur-faktan akan hilang pada permukaanminyak-air, yang pada akhirnyamengakibatkan ketidakstabilan padasistem mikroemulsi itu sendiri. Itulahsebabnya pada percobaan ini tidakdigunakan kosurfaktan.

2. Penetapan Kadar Gameksandalam MikroemulsiDari kromatogram yang diper-

oleh, terlihat waktu retensi gameksanstandar adalah 3,588. Sedangkanwaktu retensi gameksan dalam sam-pel berturut-turut adalah 3,610, 3,622dan 3,607. Berdasarkan hasil pene-tapan kadar yang dilakukan setelahpembuatan sediaan, menunjukkanbahwa jika luas area sampel diplotkanpada kurva kalibrasi maka penetapan

Page 12: gamaksen

171Vol. I, No.3, Desember 2004

kadar gameksan dalam formula Adan C menjadi lebih dari 100%.Sedangkan bila luas area sampeldibanding luas area standar padakonsentrasi yang sama, diperolehkadar gameksan pada formula Cmelebihi 100%. Hal ini menandakanketidakakuratan hasil percobaanpenetapan kadar gameksan denganmenggunakan kromatografi gas.Akan tetapi banyak faktor eksternaldan internal mempengaruhi hasilpenetapan kadar sediaan ini. Antaralain respon alat yang kurang maksi-mal, kurang berhasil dalam mengeks-traksi obat dari sediaan atau kesa-lahan ketika melakukan preparasisampel yang akan ditetapkan kadar-nya. Metode ini perlu diuji coba lagi.

Berdasarkan hasil pengamatanselama 8 minggu pada ketiga formulasediaan mikroemulsi menunjukkanhasil bahwa sediaan stabil bila di-simpan pada suhu kamar. Tampilanfisik yang tetap homogen, warnatidak berubah dan bau yang cende-rung tidak mengalami perubahanmemperlihatkan tidak adanya reaksikimia berarti yang dapat mengaki-batkan sistem menjadi tidak stabil.

Begitu juga ketika ketiga formulasediaan mikroemulsi disimpan padasuhu tinggi 60°C. Tidak adanya peru-bahan seperti pengendapan, pecahatau terjadinya gumpalan yang me-nunjukkan sediaan stabil pada suhutinggi. Hal ini juga menunjukkanbahwa fase air dan minyak denganbantuan surfaktan dapat membentuksuatu larutan tunggal yang terdis-persi dengan baik.

Ketika sediaan disimpan padasuhu rendah (4-8°C), berdasarkanhasil pengamatan terlihat ketiga for-mula sediaan menunjukkan peru-bahan tampilan secara fisik biladibandingkan dengan sediaan sebe-lum disimpan. Dimana sediaanmenjadi berwarna putih susu danmempunyai laju alir yang lebihkental. Hal ini kemungkinan dise-babkan adanya kecenderunganlarutan untuk menyusut. Fase minyakcenderung pula untuk membeku padasuhu rendah. Akibatnya partikel-partikel cenderung untuk bergabungmembentuk suatu ikatan antar par-tikel yang lebih rapat yang menga-kibatkan sediaan menjadi berwarnaputih susu karena struktur yang lebihrapat dan teratur. Laju alir punmenjadi berkurang dan kekentalanbertambah. Akan tetapi bila sediaandikembalikan pada suhu kamar,maka akan kembali ke keadaansemula dimana larutan menjadi jernihdan transparan, dan mudah dituang.

Metode ini digunakan untukmelihat kestabilan pada sediaanemulsi, krim dan larutan, apakahakan terjadi kristalisasi dan pengen-dapan. Dimana reaksi yang terjadibersifat reversibel atau sebaliknya.Dengan tiga kali siklus berturut-turut diharapkan dapat memper-jelas pengamatan yang terjadi ().Hasil pengamatan menunjukkanpada proses freeze-thaw, ketigaformula dapat melewati tiga siklusdengan baik dan menunjukkansifat perubahan yang terjadi adalahreversibel.

Page 13: gamaksen

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN172

Hasil pengukuran volume sedi-mentasi selama 8 minggu menun-jukkan bahwa ketiga formula sediaanmikroemulsi tidak memperlihatkanadanya sedimentasi, flokulasi atau-pun creaming yang terjadi. Dimanasediaan mikroemulsi tetap menam-pakkan keadaan fisik berupa suatularutan yang jernih dan transparan.Begitu juga untuk uji redispersi,dimana ketiga formula sediaanmikroemulsi tidak membutuhkanpengocokkan agar dapat terdispersikembali dan laju alir kembali baik.Dan ketika dilakukan sentrifugasipada kecepatan 3000 rpm selama 30menit, sediaan mikroemulsi tetaptidak menunjukkan adanya flokulasiatau creaming. Hal ini dikarenakanketiga formula sediaan mikroemulsitetap menunjukkan suatu larutanyang terdispersi sempurna dan tetapdapat mengalir dengan baik. Kese-muanya menunjukkan bahwa sediaanmikroemulsi cukup stabil.

Hasil pengukuran viskositasmikroemulsi selama 8 minggu de-ngan menggunakan viskometerBrookfield pada suhu kamar (27°C )menunjukkan bahwa sediaan mikro-emulsi formula A, B dan C mem-punyai viskositas yang cenderungmengalami peningkatan pada ming-gu-minggu pertama dan kemudiansetelah minggu ke-4 atau ke-5mengalami penurunan viskositas.Viskositas yang dihasilkan tidakbegitu besar menunjukkan bahwasediaan mikroemulsi mengandungpartikel-partikel yang mampu ter-dispersi dengan baik sehingga

mempunyai laju alir yang baik. Biladilihat dari diagram yang dihasilkanselama penyimpanan, ketiga formulasediaan cenderung menunjukkanaliran pseudoplastis dan mendekatialiran Newton. Hal ini dikarenakansediaan mikroemulsi mengandungukuran partikel yang kecil sepertisuatu larutan tunggal sehinggakekentalan sediaan cukup rendah.Pada sifat aliran pesudoplastis ada-nya peningkatan shearing stressmengakibatkan viskositas berkurangsecara kontinyu. Rheogram lengkunguntuk bahan-bahan pseudoplastisdisebabkan adanya aksi shearingterhadap bahan berantai panjangseperti Tween 20. Dengan mening-katnya shearing stress, molekul-molekul yang secara normal tidakberaturan mulai menyusun sumbuyang panjang dalam arah aliran.Akibatnya tahanan dalam bahan akanberkurang dan mengakibatkan rate ofshear yang lebih besar pada shearingstress berikutnya (13). Dari datapengamatan dapat disimpulkanbahwa semakin banyak konsentrasisurfaktan yang ditambahkan makaviskositasnya menjadi lebih kental.Adanya elektrolit dari surfaktananionik yaitu natrium lauril sulfat,akan menurunkan konsentrasi miselkritis (cmc) dari Tween 20. Dengankonsentrasi misel kritis (cmc) yangmenurun, agregat atau misel yangterbentuk menjadi semakin bertam-bah banyak, tidak simetris dan salingberikatan yang menyebabkan vis-kositas sediaan menjadi meningkat(23).

Page 14: gamaksen

173Vol. I, No.3, Desember 2004

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULANSediaan mikroemulsi dengan

Gameksan sebagai model obat hidro-fobik dapat dibuat pada suhu 40°Cdan kecepatan pengadukan sebesar750 rpm dengan benzil benzoatsebagai fase minyak serta meng-gunakan campuran surfaktan, yaituTween 20 dalam berbagai konsentrasidan Natrium lauril eter sulfat. Ketigaformula sediaan mikroemulsi yangdibuat cukup stabil baik secara fisikmaupun kimia selama dua bulanpenyimpanan.

B. SARANPerlu dilakukannya penelitian

lebih lanjut tentang pembuatansediaan mikroemulsi dengan meng-gunakan berbagai macam faseminyak dan komponen surfaktan.Selain itu perlu adanya studi lanjutanmengenai pengaruh surfaktan ter-hadap kelarutan obat hidrofobikditinjau dari segi pola pelepasan obatdan perbandingannya dengan bentuksediaan jadi yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Akbas, H., T. Sidim & M. Iscan. 2003.Effect of Polyoxyethylene ChainLength and Electrolyte on TheViscosity of Mixed Micelles. Jour-nals Tubitak. 27:357-363.

Andasarie, T. 2002. Penelitian Pen-dahuluan Pembuatan Niosom Meng-gunakan Maltodekstrin DE 5-10 dariPati Singkong. Skripsi Program

Sarjana. Jurusan Farmasi, FMIPAUI, Depok: 3-5.

Anonim, 1993. British PharmacopeiaInternational Edition. London.

Bakan, J. A. 1994. Microemulsions.Dalam. Swarbick, J., Boylan, J. C.1994. Encyclopedia of Pharmaceu-tical Technology Volume 9. MarcelDekker Inc, New York: 375-421.

Block, Lawrence H. 1995. Emulsionsand Microemulsions. Dalam.Lieberman, Herbert A., Rieger,Martin M., 1995. PharmaceuticalDosage Forms: Disperse SystemVol. 2. Marcel Dekker, Inc, NewYork: 335-369.

Depkes. 1995. Farmakope Indonesia EdIV. Departemen KesehatanRepublik Indonesia. Jakarta.

Feely, J.,Johnson, K. & Williams, M.2001. Nanoencapsulated Micro-emulsions for Potential Oral De-livery of Insulin. http://www.otc.isu.edu/~das/Presentations-2001-pdf/insulin-pdf, 2 Januari2003, pkl. 13.00.

Gao, Z.-G., et al.1998. Physicochemi-cal Characterization and Evalu-ation of a Microemulsion Systemfor Oral Delivery of CyclosporinA. International Journal of Pharma-ceutics. 183: 75-86.

Kim, C-K. & Park, K.-M.1999. Prepa-ration and Evaluation of Flur-biprofren-loaded Microemulsionfor Parenteral Delivery. Interna-tional Journal of Pharmaceutics.181: 173-179.

Joshita. 1998. Stability Testing of Cos-metic Product. Personal Care In-gredients Asia Conference Pa-

Page 15: gamaksen

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN174

pers. Step Exhibition Limited.Turnbridge Wells.

Kim, C-K. & Park, K.-M.1999. Prepa-ration and Evaluation of Flurbi-profren-loaded Microemulsionfor Parenteral Delivery. Interna-tional Journal of Pharmaceutics.181: 173-179.

Kristensen, H.G. 1999. EnhancedDrug Dissolution and Absorp-tion. http://www. pharm.unito.it/itcrs/erasmus/erasmz.html.2 Januari 2003, pkl 13.00.

Lachman, L., Lieberman, Herbert A.,Kanig & Joseph L., 1994. Teoridan Praktek Farmasi Industri II.Terj. Dari The Theory and Practiseof Industrial Pharmacy, olehSuyatmi, Siti. UI-Press. Jakarta:1029-10901.

Lawrence ,M. Jayne and Rees, GarethD. 2000. Microemulsion-basedmedia as Novel Drug DeliverySystems. Advanced Drug DeliveryReviews. 45:1:89-121

Malcolmson, C., Satra, C., Kantaria,S., Sidhu, A. & Lawrence, M.J.1998. Effect of Oil on The Levelof Solubilization of TestoteronPropionate into Nonionic Oil-in-Water Microemulsions. Journal of

Pharmaceutical Sciences. 87: 109-116.

Martin, A., J. Swarbrick, dan A. Cam-marata. 1993. Farmasi Fisik Jilid2 Edisi III. Terj. dari Physical Phar-macy, Physical Chemical Principlesin the Pharmaceutical Sciences,oleh Yoshita, UI-Press. Jakarta:940-1010.7. Reynold, JEF (ed).1982.

Milton, J. 1995. Surfactants And Inter-facial Phenomena. Harwood Aca-demic Publishers, Switzerland:4-5.

Nantel, A.J. 2001. Lindane. http://www.inchem.org. 21 Juni 2003.pkl 10.29.

Sudarmo. 1999. Pestisida. PenerbitKanisius. Yogyakarta.

Tamilvanan, S., Gursay, R Neslihan& Benita S. 2002. Emulsion-basedDelivery Systems for EnhancedDrug Absorption. Business Brief-ing, Pharmatech: 156-161.

Wahyudin, I. 1997. Analisis ResiduLindan, Aldrin dan Heptaklor dalamSusu Sapi Perah di Daerah DepokSecara KGC. Skripsi ProgramSarjana. Jurusan Farmasi, FMIPAUI, Depok: 12-14.