Upload
matt
View
242
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bio
Citation preview
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada perkembangan Generatif makhluk hidup, sifat-sifat dan karakteristik
dari kedua induk diwariskan kepada keturunannya. Sifat-sifat dan karakteristik
tersebut dikendalikan dan dikuasai oleh faktor-faktor genetik. Faktor-faktor
genetik yang mengendalikan dan menguasai sifat-sifat tersebut berada didalam
kromosom, tepatnya pada gen. Gen terdapat pada lokus yag berupa substansi
protein dan tersusun oleh DNA dengan susunan yang kompleks.
Istilah Gen dikemukakan oleh W. Johhansen (1898) untuk mengganti
istilah faktor, elemen, atau determinan pada zaman Mendell. Menurut Morgan,
gen adalah suatu zarah yang kompak dan menempati suatu lokus pada krmosom
yang mengandung suatu informasi genetika dan mengatur sifat menurun tertentu.
Tempat gen dalam kromosom yang homolog (kromosom berada dalam pasangan
dua) disebut lokus. Sederetan lokus berisi gen yang sealela. Secara kimis, gen
dibangun oleh DNA. DNA dibentuk oleh tigam macam molekul, yaitu gula
pentose (deoksiribosa), asam fosfat, dan basa nitrogen.
Kromosom terdiri atas DNA dan protein. Informasin genetik yang
mengatur aktivitas sel terletak dalam struktur DNA-nya dan bukan pada
proteinnya. Makin banyak jumlah kromosom, makin besar kandungan DNA-nya.
DNA terdiri atas rangkaian beberapa nukleotida. Nukelotida mengandung
beberapa nukleosida yang terikat dengan asam fosfat, sedangkan nukleosida
terdiri atas basa nitrogen.
Oleh karena itu, tujuan dilakukannya percobaan Genetik agar kita dapat
mengetahui bagaimana pola kromosom yang berisi faktor-faktor genetik Selain
itu, kita juga dapat mengetahui struktur kimia didalam materi genetik yang telah
kita pelajari pada percobaan Genetik.
1.2 Tujuan Percobaan
Mengetahui fungsi gen yang terdapat didalam kromosom.
Mengetahui bentuk-bentuk kromosom pada tiap fase pertumbuhan dan
pembelahan mitosis.
Menjelaskan replikasi DNA dalam metode genetik.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Melalui percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Morgan mengatakan gen adalah suatu zarah yang kompak dan menempati
suatu lokus pada kromosom yang mengandung suatu informasi genetika dan
mengatur sifat menurun tertentu. Jadi, fungsi gen adalah sebagai pengatur
pertumbuhan atau perkembangan terhadap metabolisme makhluk hidup.
Selain itu juga berfungis untuk menyampaikan informasi genetik dari
generasi ke generasi berikutnya.
Setiap kromosom terdiri atas sentromer atau lengan. Berdasarkan letak
sentromer atau lengan, bentuk kromosom dibedakan menjadi empat macam ;
bentuk telosentrik, yaitu jika letak sentromer berada diujung ; bentuk
akrosentrik, yaitu jika letak sentromer mendekati ujung ; bentuk
submetasentrik, yaitu jika letak sentromer agak jauh dari ujung kromosom
dan biasanya membentuk huruf L atau J ; dan yang terakhir yaitu bentuk
metasentrik, yaitu jika letak sentromer berada ditengah sehinggan panjang
masing-masing lengan adalah sama.
DNA mempunyai kemampuatn heterokatalik, yaitu mampu membentuk
molekul kimia lain dari sebagian rantainya dan autokatalik, yaitu mampu
memperbanyak diri. Ketika terjadi pembelahan mitosis, pita kembar yang
berpilin pada DNA, akan dilepas sebagian oleh enzim DNA polimerase pada
ikatan hidrogen antara purin dan pirimidin. Ikatan tersebut lemah, sehingga
mudah pecah dibandingkan dengan ikatan kovalen antara fosfat dan
deoksiribosa , inilah yang disebut dengan replikasi DNA.
5.2 Saran
Pada percobaan genetika selanjutnya diharapkan agar kancing yang
digunakan dapat diganti dengan menggunakan dadu kocok, agar kita dapat
mengetahui hasil dari pengocokan tersebut, apakah hasil yang didapatkan dapat
menyesuaikan dengan hasil pada saat menggunakan kancing.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Genetika adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat dari induk kepada
keturunannya. Pewarisan sifat mengikuti pola-pola tertentu. Orang yang pertama
kali mengadakan percobaan tentang pewarisan sifat adalah Gregor Johann
Mendel (1822-1884), seorang biarawan di sebuah biara di Brunn, Austria.
Mendel menyilangkan (mengawinkan secara silang) kacang kapri (Pisum
sativum), kemudian hasil persilangannya ditanam dan diamati. Mendel
mengawinsilangkan hingga diperoleh keturunan kedua. Mendel melakukan
percobaannya selama 12 tahun (Sabani dkk., 1984).
Alasan Mendel memilih kapri sebagai bahan percobaannya adalah karena
kapri:
1. Memiliki pasangan sifat beda yang mencolok
2. Melakukan pernyebukan sendiri (autogami). Tumbuhan yang melakukan
pernyebukan sendiri cenderung memiliki sifat konstan, yaitu sifat yang turun-
temurun tetap. Tumbuhan yang memiliki sifat yang konstan dikenal sebagai
galur murni
3. Mudah dilakukan pernyebukan silang, dengan jalan mengambil serbuk sari
dari satu kapri dan diletakkan di kepala putik dari kapri yang lain.
4. Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan keturunan cepat, hanya dalam
beberapa bulan sudah diketahui hasilnya.
5. Mempunyai keturunan yang banyak
Pasangan sifat beda yang mencolok pada kacang kapri
No. Ciri Tanaman Sifat Beda
1 Bentuk biji Bulat >< keriput
2 Warna biji Kuning >< hijau
3 Warna bunga Ungu >< putih
4 Warna polong Gembung >< keriput
5 Warna polong Hijau >< kuning
6 Letak bunga Aksial (ketiak daun)
> < terminal (ujung
batang)
7 Panjang batang Panjang (2-2,5 m) >
< pendek (0,25-0,5
m)
(Thomi, 2005)
2.1 Genotip dan Fenotip
Genotip adalah sifat atau karakter yang ditentukan oleh gen. Ada yang
menyebut genotip sebagai faktor bakat atau bawaan. Genotip bersifat menurun
dan diwariskan kepada keturunannya. Sifat yang tampak dari luar disebut fenotip.
Fenotip merupakan panduan antara genotip dengan lingkungannya. Dalam
diagram persilangan, sifat genotip biasanya ditampilkan dalam bentuk simbol
huruf. Contohnya, genotip untuk tumbuhan berfenotip buah bulat. Jadi, B adalah
genotip sedangkan bulat adalah fenotip.
Misalkan air, memiliki genotip H2O. Pada suhu 0oC hingga 100oC, air
menampakkan sifat cair (fenotip cair). Pada suhu di atas 100oC fenotipnya berupa
uap dan pada suhu di bawah 0oC fenotipnya berupa es yang padat. Jadi meskipun
air genotipnya H2O, fenotipnya dapat berupa padat, cair, atau gas, tergantung
pada lingkungan suhu di sekitarnya. Contoh yang lain adalah bakat melukis pada
seorang anak. Misalnya bakat melukis ditentukan oleh gen, sehingga bakat
melukis adalah genotip. Genotip melukis tidak menampakkan hasilnya jika anak
itu tidak pernah diberi pelajaran menggambar. Pelajaran menggambar adalah
lingkungan. Anak yang bebakat melukis (genotip) kemudian diberi pelajaran
menggambar (lingkungan) akan menampakkan keterampilan melukis (fenotip)
(Thomi, 2005).
2.2 Hukum Mendel I
Hukum Mendel I dikenal sebagai hukum segregasi. Selama proses
meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan
tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel
gamet. Misal, set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Misal, induk
Mm akan menghasilkan gamet M dan m. Prinsip demikian setiap sel gamet hanya
mengandung satu gen dari alelnya. Pada waktu fertilisasi, sperma bersatu secara
acak dengan ovum untuk membentuk individu baru. Hukum Mendel I dapat
kalian kaji dari persilangan monohibrid, yaitu persilangan dengan satu sifat beda,
pada uraian berikut.
Mendel menyilangkan sejenis kapri dengan memperhatikan satu sifat beda
yang mencolok, misalnya, kapri berbiji bulat disilangkan dengan kapri berbiji
keriput, kapri dengan biji warna kuning disilangkan dengan biji warna hijau,
kapri berbunga merah dengan bunga putih, dan seterusnya.
Setiap individu jantan maupun betina memiliki peranan yang sama dalam
pewarisan sifat. Dalam menyilangkan kapri berbiji bulat dan kapri berbiji keriput
misalnya, Mendel tidak membedakan apakah kapri berbiji bulat atau keriput yang
digunakan, diambil sel kelamin jantan ataukah betinanya. Baik bukat atau keriput
berjenis kelamin jantan maupun betina akan menghasilkan keturunan yang sama.
Untuk memudahkan mempelajariya, tiap-tiap persilangan diberi simbol.
Pada saat menyilangkan, tanaman induk diberi notasi P (singkatan dari
parental=induk). Keturunan I (keturunan pertama) yang dihasilkan disebut filial I
(filial=keturunan) yang disingkat F1. Untuk mendapatkan keturunan II (F2),
dilakukan persilangan antarsesama F1. Caranya, Mendel menanam tumbuhan F1
yang kemudian disilangkan dengan tanaman F1 yang lain (Yatim, 1996).
No. Sifat Beda atau
Parental(P)
Banyaknya
Individu F1
(keturunan 1)
Banyaknya
Individu F2
(keturunan 2)
Perbandingan
1 Biji bulat ><
keriput
Semua bulat 5.474 bulat :
1.850 keriput
2,96:1
2 Biji kuning ><
hijau
Semua kuning 6.022
kuning :
2.001 hijau
3,01:1
3 Bunga ungu ><
putih
Semua merah 705 merah :
224 putih
3,15:1
4 Polong gembung
>< keriput
Semua
gembung
882
gembung :
2,95:1
299 kurus
5 Polong hijau ><
kuning
Semua hijau 428 hijau :
152 kuning
2,82:1
6 Bunga aksial ><
terminal
Semua aksial 651 aksial :
207 terminal
3,14:1
7 Batang panjang ><
pendek
Semua
panjang
787 panjang :
277 pendek
2,84:1
Perbandingan rata-rata 3:1
Berdasarkan hasil percobaan Mendel pada tabel dapat dikemukakan
beberapa prinsip sebagai berikut.
a. Sifat yang muncul pada F1 disebut sifat dominan (menang), sedangkan
yang tidak muncul disebut sifat yang resesif (kalah). Pada contoh nomor 1
pada tabel, bentuk biji bulat dominan terhadap keriput, dan biji keriput resesif
terhadap bulat. Pada contoh nomor 2 pada tabel, warna biji kuning dominan
terhadap hijau, dan hijau resesif terhadap kuning, dan seterusnya.
b. Banyaknya individu (tanaman) yang muncul pada F2 antara yang dominan
dan resesif memiliki perbandingan rata-rata 3:1. Pada contoh nomor 1,
tanaman yang menghasilkan biji bulat sebanyak s.474 pohon, sedangkan yang
menghasilkan biji keriput sebanyak 1.850 pohon. Bulat : keriput = 2,96 : 1,
atau dibulatkan menjadi bulat : keriput = 3 : 1.
Jika dilihat contoh nomor 3, bunga kapri ungu disilangkan dengan
tanaman kapri bunga putih. Biji hasil persilangan ditanam dan akan menghasilkan
keturunan pertama (F1). Ternyata semua tanaman F1 menghasilkan berwarna
ungu, tidak ada satupun tanaman yang menghasilkan bunga berwarna putih. Oleh
karena itu dikatakan warna ungu dominan(menang) dan warna putih resesif
(kalah). Jika biji tanaman berwarna ungu ini disilangkan sesamanya (F1><F1), dan
hasil persilangannya ditanam, akan diperoleh keturunan kedua (F2) sebanyak 705
tanaman berbunga ungu dan 224 tanaman berwarna putih, atau perbandingan
rata-rata antara dominan : resesif = 3:1.
Oleh Mendel, induk yang dominant homozigot diberi simbol dengan
huruf pertama dari sifat dominan, dengan menggunakan huruf besar yang ditulis
dua kali. Sifat resesif diberi simbol dengan huruf kecil dari sifat dominan tadi.
Misalnya, biji bulat yang ditulis dua kali atau sepasang karena kromososm selalu
berpasangan. Setiap gen pada kromosom yang satu memiliki pasangan pada
kromosom homolognya.
Mendel juga mengatakan bahwa pada saat pembentukkan gamet (sel
kelamin), terjadi pemisahan bebas dari sifat atau gen yang dikandung oleh
induknya. Artinya, setiap gamet akan mendapatkan gen yang dikandung oleh
induknya. Artinya, dikenal sebagai prinsip segregasi bebas. Misalnya, induk
heterozigot Bb akan menghasilkan keturunan BB, Bb, bb, karena tiap individu
jantan dan betina menghasilkan gamet B dan b. Untuk induk dengan dua sifat
beda (dihibrid), misalnya BbPp (biji bulat, batang panjang), akan menghasilkan
gamet BP, Bp, bP, dan bp. Prinsi ini disebut prinsip kombinasi secara bebas.
Individu yang mengandung notasi dominan-dominan atau dominan-resesif
akan menampakkan fenotip resesif. Jadi, genotip BB dan Bb menampakkan
fenotip bulat, sedangkan genotip bb akan menampakkan fenotip keriput (Sabani
dkk., 1984).
2.3 Hukum Mendel II
Hukum Mendel II dikenal pula sebagai Hukum Asortasi atau Hukum
Berpasangan Secara Bebas. Menurut hukum ini, setiap gen atau sifat dapat
berpasangan secara bebas dengan gen atau sifat lain. Meskipun demikian, gen
untuk satu sifat tidak berpengaruh pada untuk sifat yang lain yang bukan alelnya.
Hukum Mendel II ini dapat dijelaskan melalui persilangan dihibrid, yaitu
persilangan dua sifat beda, dengan dua alel berbeda. Misalnya, bentuk biji
(bulat+keriput) dan warna biji (kuning+hijau). Pada persilangan antara tanaman
tanaman biji bulat warna kuning dengan biji keriput warna hijau diperoleh
keturunan biji bulat warna kuning. Dari hasil persilangan tersebut dapat diduga
bahwa sifat bulat dan kuning merupakan sifat dominan sedangkan sifat keriput
dan hijau merupakan sifat resesif. Oleh karena setiap gen dapat berpasangan
secara bebas maka hasil persilangan antar sesama F1 memperoleh hasil tanaman
bulat kuning, keriput kuning, bulat hijau, dan keriput hijau.
Hukum Mendel II ini hanya berlaku untuk gen yang letaknya berjauhan.
Jika kedua gen itu letaknya berdekatan, hukum ini tidak berlaku. Hukum Mendel
II ini juga tidak berlaku untuk persilangan monohibrid.
Perhatikan analisis papan catur berikut ini tentang kapri dengan dua sifat
beda (dihibrid). Kapri biji bulat berwarna kuning disilangkan dengan biji keriput
berwarna hijau. Keturunan pertama semuanya biji berbiji bulat berwarna kuning.
Artinya, sifat bulat terhadap keriput dan kuning dominant terhadap hijau.
Persilangan atar F1 menghasilkan keturunan kedua F2 sebagai berikut: 315
tanaman bulat kuning, 108 tanaman bukat hijau, dan 32 keriput hijau. Jika
diperhatikan, perbandingan antara tanaman bulat kuning:keriput kuning:bulat
hijau : keriput hijau mendekati 9:3:3:1 (Yatim, 1996).
P : BBKK (bulat, kuning) >< bbkk (keriput, hijau)
F1 : BbKk (bulat, kuning)
F1 X F1: BbKk (bulat, kuning) >< BbKk (bulat, kuning)
Gamet : BK,Bk,bK,bk BK,Bk,bK,bk
Gamet-gamet ini dapat berpasangan secara bebas (Hukum Mendel II)
sehingga F2 dapat digambarkan sebagai berikut:
Gamet BK Bk bK bk
BKBBKK
1
BBKk
2
BbKK
3
BbKk
4
BkBBKk
5
BBkk
6
BbKk
7
Bbkk
8
bKBbKK
9
BbKk
10
bbKK
11
Bbkk
12
BkBbkk
13
Bbkk
14
bbKk
15
Bbkk
16
Keterangan: Bulat kuning: 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13
Keriput kuning: 11, 12, 15
Bulat hijau: 6, 8, 14
Keriput hijau: 16
− Tanaman bulat kuning pada kotak nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13, jumlah 9
− Tanaman bulat hijau pada kotak nomor: 6, 8, 14 jumlah 3
− Tanaman keriput hijau pada kotak nomor: 16, jumlah 1
− Jadi, perbandingan bulat kining : Bulat hijau : keriput kuning : keriput hijau
= 9 : 3 : 3 : 1.
Tanaman homozigot terletak pada kotrak nomor 1, 6, 11, dan 16,
sedangkan lainnya heterozigot. Bastar konstan atau individu baru terdapat pada
kotak 6 dan qq. Bastar konstan atau individu baru adalah keturunan homozigot
yang memiliki sifat baru (berbeda dari kedua induknya), sehingga dalam
persilangan antarsesamanya tidak memisah (konstan).
2.4 Macam Gamet dan Macam Fenotipe dari Persilangan
1. Persilangan Resiprok
Dalam persilangan, Hukum Mendel tidak mempersoalkan jenis kelamin.
Artimya, Hukum Mendel I dan II berlaku sama pada jenis kelamin jantan dan
betina. Ini berarti bahwa baik jantan maupun betina mendapatkan kesempatan
yang sama dalam pewarisan sifat. Misalnya, persilangan antara bunga merah
dengan putih akan menghasilkan keturunan yang sama, apabila serbuk sari
diambil dari bunga merah atau putih. Persilangan yang demikian dikenal sebagai
persilangan resiprok.
2. Back Cross dan Test Cross
Back cross adalah mengawinkan F1 dengan salah satu induknya, baik
induk homozigot dominan atau resesif. Tujuannya adalah untuk mengetahui
genotip induk yang belum diketahui.
Tess Cross (uji silang) adalah mengawinkan suatu individu hasil
persilangan dengan salah satu induknya yang homozigot resesif. Uji silang ini
bertujuan untuk mengetahui apakah genotip individu yang diuji itu homozigot
ataukah heterozigot. Apabila hasil uji silang menunjukkan perbandingan fenotip
keturunannya memisah,maka kesimpulannya individu yang diuji adalah
heterozigot, bukan homozigot. Akan tetapi apabila hasil uji silang 100%
berfenotip sama, maka individu tersebut homozigot (Sabani dkk. 1984)
BAB IIIMETODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
− Alat tulis
− Kertas gambar
3.1.2 Bahan
− Dua kancing merah dan putih yang telah dilekatkan; warna merah untuk
alel R dan warna putih untuk alel r. R pembawa sifat warna bunga merah
dan alel r untuk bunga warna putih
− Kancing plastik dengan kombinasi warna: merah-hitam, merah-hijau,
putih-hitam, putih-hijau, dan kantong kain.
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Persilangan monohibrid
− Setiap kantong menerima dua buah kantong yang masing-masing berisi
16 kancing plasstik yang terdiri dari:
1. 4 merah-hitam (RB) = bunga merah, buah bulat
2. 4 merah-hijau (Rb) = bunga merah, buah oval
3. 4 putih-hitam (rB) = bunga putih, buah bulat
4. 4 putih-hijau (rb) = bunga putih, buah oval
− Kantong tersebut diumpamakan alat kelamin individu dihibrid (RrBb),
sedangkan kombinasi kancing seperti di atas merupakan gamet-gamet
yang dibentuk oleh dihibrid.
− Diambill dengan tangan kiri di kantong kiri dan dengan tangan kanan di
kantong kanan pada waktu yang bersamaan sehingga diperoleh sebuah
kombinasi kancing pertemuan dari dua kombinasi kancing di kedua belah
tangan merupakan zigot. Setelah dicatat hasilnya, dikembalikan
kombinasi itu ke dalam kantong asalnya, dan dikocoklah kantong itu agar
kombinasi kantong itu bercapur kembali. Diulangi pengambilan
kombinasi kancing tersebut sampai 200 kali.
− Dilakukan pengujian X2 untuk melakukan percobaan dihibrid dan
monohibrid. Bagaimana kesimpulan untuk data percobaan yang diperoleh.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data sebagai berikut:
4.1.1 Persilangan Monohibrid
Gamet Observasi (o) Harapan (ɛ) X2=
RR 43 50 0,98
Rr 99 100 0,01
rr 58 50 1,28
X2hitung = 2,27
4.1.2 Tabel persilangan Monohibrid
X2 tabel = 5,99
Pengamatan
GametDiamati (O) Harapan (E) X2 =
RR
Rr
rr
43
99
58
50
100
50
X2 = 0,98
X2 = 0,01
X2 = 1,28
Total 200 200 hitung = 2,27
X2 hitungan = 0,32
Db= K-1
= 3-1 = 2
Dengan taraf kepercayaan 95%
Hipotesis:
H0 = bila x2 hit < x2 tabel = maka di terima bahwa sebaran pengamatan tidak
berbeda nyata dengan sebaran harapan.
H1 = bila x2 hit > x2 tabel = maka di terima bahwa sebaran pengamatan tidak
berbeda nyata dengan sebaran harapan.
Kesimpulannya: Berdasarkan percobaan maka Ho di terima dengan x2 hit < x2
tabel, maka di terima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata denga
sebaran harapan.
4.1.3 Persilangan Dihibrid
Gamet Observasi Harapan X2= (o - ɛ)2/ ɛ
R_B_ 109 112,5 0,11
R_bb 52 37,5 5,61
rrB_ 26 37,5 3,53
rrbb 13 12,5 0,02
200 200 9,27
X2 tabel = 7,82
X2 hitungan = 9,27
Db = K-1
= 4-1
= 3
Hipotesis:
H0 = bila x2 hit < x2 tabel = maka di terima bahwa sebaran pengamatan tidak
berbeda nyata dengan sebaran harapan.
H1 = bila x2 hit > x2 tabel = maka di terima bahwa sebaran pengamatan tidak
berbeda nyata dengan sebaran harapan.
Kesimpulannya: Berdasarkan percobaan maka H0 di terima dengan x2 hit < x2
tabel, maka di terima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata denga
sebaran harapan.
4.2 Pembahasan
Dari percobaan persilangan monohibrid dan dihibrid mendel dapat
disimpulkan bahwa:
Hipotesis pada persilangan monohibrid hit db α, maka di terima bahwa
sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran hitungan. Dengan x2
tabel = 5,99 , x2 hitungan = 0,32
Hipotesis pada persilangan dihibrid hit db α, maka di terima bahwa
sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran hitungan. Dengan x2
tabel = 7,28 , X2 hitungan = 9,27
Dari hasil percobaan monohibrid dan dihibrid dikatakan bahwa percobaan
sudah sesuai dengan hukum mendel. Pada Hukum Mendal I, yaitu pada waktu
pembentukan gamet, gen-gen dari sepasang gen suatu sifat akan bersegresi bebas
dan menghasilkan empat fenotip dengan perbandingan 9:3:3:1 dan pada Hukum
Mendel II, yaitu pada waktu pembentukan F1 masing-masing gen suatu sifat dari
tetua betina berpadu bebas dengan masing-masing gen suatu sifat dari tetua
jantan.
Gen adalah suatu sifat pewarisan yang diturunkan oleh sang induk kepada
seorang anak.
Dalam halnya persilangan monohibrid adalah persilangan antaradua
spesies yang sama dengan satu sifat beda persilangan monohibrid ini sangat
berkaitan dengan hukum mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi.
Hukum ini berbunyi pada pembentukan gametuntu gen yang merupakan
pasangan akan disegresikan kedalam dua anakan. Mendel pertama kali
mengetahui sifat monohibrid pada saat melakukan percobaan penyilangan pada
kacang ercis (Pisum sativum). Sehingga sampai saat ini didalam persilangan
monohibrid selalu berlaku hukum mendel I. Sesungguhnya di masa hidup Mendel
belum diketahui sifat keturunan modern, belum diketahui adanya sifat kromosom
dan gen, apalagi asam nukleat yang membina bahan genetik itu. Mendel
menyebut bahan genetik itu hanya faktor penentu (determinan) atau disingkat
dengan faktor. Hukum Mendel I berlaku pada gemetogenesis F1 x F1 itu
memiliki genotif heterozigot. Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada
kromosom, pada waktu gametogenesis gen sealel akan terpisah, masing-masing
pergi ke satu gamet.Karakter R yang dominan terhadap r rendah atau resesif pada
bahan percobaan yang kami gunakan yaitu kancing baju.
Persilangan dihibrid merupakan perkawinan dua individu dengan dua
tanda beda. Persilangan ini membuktikan kebenarannya pada Hukum Mendel II
yaitu bahwa gen-gen yang terletak pada kromosom yang berlainan akan
bersegrasi secara bebas dan dihasilkan empat macam fenotip dengan
perbandingan 9:3:3:1. Kenyataannya, seringkali terjadi penyimpangan atau hasil
yang berbeda dari apa yang diharapkan yang mungkin disebabkan oleh beberapa
hal seperti adanya interaksi gen, adanya gen yang bersifat homozigot letal dan
sebagainya.
Dari percobaan genetika yang telah dilakukan, diperoleh hasil persebaran
nyata kemungkinan atau peluang yang dimiliki itu berbeda. Dan setiap
kemungkinan gen itu memiliki peluang, namun persentase peluang tiap gen
berbeda.
Gambaran tentang kemungkinannya gen-gen yang dibawa oleh gamet-
gamet akan bertemu secara acak (random) juga berbeda. Dalam pengamatan, tiap
uji percobaan memperlihatkan hasil yang berbeda-beda. Pada percobaan yang
kami lakukan hasil RR (Merah bulat) memperoleh hasil observasi 38 peluang
dengan harapan 50% dari 200% jika diambil nilai persentase garis besarnya
diperoleh 2,88%, dan Rr (Merah kisut) memperoleh hasil observasi 101 peluang
dengan harapan 100% dari 200% yang memperoleh hasil 0,01%, dan peluang
untuk rr (putih kisut) memperoleh hasil observasi 61 peluang dengan harapan
50% dari 200% dan memperoleh hasil ialah 2,42%. Nilai Db (drajat bebas)
merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi (3-1=2) nilai yaitu 5,99 dilihat
pada tabel 4.1.1 dengan Db = 2 terletak 200%.Dari dasil ini kita dapat
menyimpulkan jadi, Ho diterima (5,31 ≤ 5,99), maka sebaran pengamatan tidak
berbeda nyata dengan sebaran harapan, jadi hukum Mendel 1 diterima.
Pada tabel II persilangan monohibrid dominansi penuh (3:1) R-(dominan)
memperoleh observasi 139 dari hasil menjumlahkan RR (merah bulat) pada tabel
1 dan Rr (merah kisut) pada tabel 1(89+101=139) dan memperoleh harapan
150% dari 200% dan menghasilkan 0.81%. untuk rr (putih kisut) memperoleh
harapan hasil observasi 61 peluang dengan harapan 50% dari 200% dan
memperoleh hasil ialah 2,42%. Nilai Db (drajat bebas) merupakan banyaknya
kelas fenotip dikurangi (2-1=1) nilai yaitu 3,23% dilihat pada table 4.1.2 denagan
Db = 1. Dari hasil ini kita dapat menyimpulkan jadi, Ho diterima (3,23 ≤ 3,84),
maka sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran pengamatan tidak
berbeda nyata dengan sebaran harapan, jadi huum mendel 1 diterima.
Pada tabel III persilangan dihibrid (9:3:3:1) R-B (merah hitam dominan)
memperoleh observasi 81 peluang dengan harapan 112,5% dari 200% dan
memperoleh hasil ialah 8,82%, pada R-bb (merah dominan, hijau, dan putih)
memperoleh observasi 65 peluang dengan harapan 37,5% dari 200% dan
memperoleh hasil ialah 20,2%, pada rr-B (hijau, putih, dan hitam dominan)
memperoleh observasi 45 peluang dengan harapan 37,5% dari 200% dan
memperoleh hasil 1,5%, pada rr bb (hijau putih) memperoleh observasi 9 peluang
dengan harapan 12,5% dari 200% dan memperoleh hasil 0,98%. Nilai Db (drajat
bebas) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi (4-1=3) nilai yaitu 7,82
dapat disimpulkan jadi, ho di tolak (31,5 > 7,82), maka sebaran pengamatan
berbeda nyata dengan sebaran harapan, jadi huum mendel II diterima.
Dalam percobaan genetika memiliki faktor kesalahan yaitu sering
terjadinya kelebihannya peluang kancing yang diambil sehingga menyebabkan
lambatnya dalam pengambilan data dan perhitungan.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A. Reece, J.B. dan Mitchell, L.G. 2003. Biologi, jilid kedua edisi kelima. Erlangga. Jakarta
Campbell, N.A. Reece, J.B. dan Mitchell, L.G. 2004. Biologi, jilid ketiga edisi kelima. Erlangga. Jakarta
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Jilid 1.Yrama Widya. Bandung
James, J. Baker, C. dan Swain, H. 2008. Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan. Erlangga. Jakarta
Tjitrosomo, S.S. 1983. Botani Umum 2. Angkasa. Bandung