Upload
anandiprayogaramadhan
View
144
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/14/2018 Gerak_Dalam_2D_dan_3D - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gerakdalam2ddan3d 1/19
Rosari Saleh dan Sutarto
Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari gerak dalam
satu dimensi yang difokuskan pada analisa kecepatan dam
perpindahan benda. Dalam gerak satu dimensi kita dapat
dengan mudah menganalisa gerak suatu benda. Pada bab ini
kita akan mempelajari gerak dalam dimensi yang lebih
banyak yaitu dalam dua dan tiga dimensi. Tidak seperti pada
gerak satu dimensi, untuk menganalisa gerak benda dalam
dua dan tiga dimensi tidak cukup hanya menjelaskan,
misalnya besar kecepatan saja tanpa menunjukkan ke mana
arah gerak benda tersebut. Agar penjelasan terhadap gerak
benda menjadi lengkap maka kita harus menyertakan
penjelasan tambahan. Tidak hanya gerak benda, posisi suatu
benda dalam ruang dua dan tiga dimensi juga memerlukan
penjelasan yang lengkap agar posisi suatu tempat dapat
diketahui dengan mudah.
Pada gambar terlihat gedung rektorat Unievrsitas Indonesia.
Untuk menunjuk dimana lokasi rektorat kita memerlukanbanyak penjelasan misalnya jarak, arah dan lain sebagainya.
Pada bab ini kita akan mempelajari bagaimana cara
mengidentifikasi posisi dan gerak benda dalam ruang dua
dan tiga dimensi.
Bab yang akan dipelajari:
1. Vektor Posisi dan Kecepatan
2. Vektor Percepatan
3. Gerak Peluru
4. Gerak Melingkar Beraturan
5.
Kecepatan Relatif
Tujuan Pembelajaran:
1. Menentukan posisi benda dalam ruang dua
dan tiga dimensi dengan menggunakan
vektor.
2. Menentukan vektor kecepatan benda dari
informasi posisi.
3. Menentukan vektor percepatan.
4. Menganalisa mengapa benda dapat
mengalami percepatan saat kecepatan
konstan.
5. Menginterpretasi komponen percepatanpada arah tegak lurus dan searah gerak
benda.
6. Menganalisa bentuk kurva gerak peluru.
7. Menjelaskan prinsip utama gerak melingkar
dengan kecepatan konstan dan tidak
konstan.
8. Menjelaskan hubungan antara kecepatan
benda bergerak dipandang dari dua kerangka
acuan yang berbeda.
5/14/2018 Gerak_Dalam_2D_dan_3D - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gerakdalam2ddan3d 2/19
Rosari Saleh dan Sutarto
5/14/2018 Gerak_Dalam_2D_dan_3D - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gerakdalam2ddan3d 3/19
Bab 3 Gerak dalam Dua dan Tiga Dimensi | 43
Rosari Saleh dan Sutarto
Gambar 3.1 Peta sebagian daerah
Universitas Indonesia yang
menunjukkan daerah Balairung,Rotunda dan Rektorat Universitas
Indonesia.
Pada suatu hari, ada seseorang yang bertanya kepada Anda dimanakah
letak gedung rektorat Universitas Indonesia. Pada saat itu Anda
berada di gedung Balairung. Jika anda menjawab, “ gedung rektorat
UI berada pada jarak 200 m dari sini”, tentu saja orang yang bertanya
akan kebingungan, 200 m ke arah mana? Lain halnya jika Andamenjawab, “ gedung rektorat UI berada di 200 m ke arah utara dari
gedung ini.”
Mendeskripsikan posisi suatu tempat tidak cukup hanya menyebutkan
“ jarak ” atau “arah” saja. Agar suatu informasi yang ingin
disampaikan mudah dipahami orang lain maka informasi tersebut
harus jelas. Pada ilustrasi singkat di atas, terdapat penggalan informasi
yang tidak jelas ketika Anda menjawab, “ gedung rektorat UI berada
pada jarak 200 m dari sini”. Hal yang menyebabkan informasi yang
Anda sampaikan tidak jelas adalah informasi Anda tidak lengkap.
Artinya, hal-hal pokok yang harus diketahui untuk menuju rektorat UI
harus disampaikan dan dipahami oleh orang yang mencari informasi
pada Anda. Dengan menambahkan keterangan “… ke arah utara dari
gedung ini”, Anda telah memberikan informasi yang bersifat spesifik.
Dalam Fisika, besaran diklasifikasikan menjadi dua yaitu besaran
skalar dan besaran vektor. Dalam bahasa Fisika, ketika Anda
menyebutkan “ gedung rektorat UI berada pada jarak 200 m dari
sini”, Anda sedang berbicara tentang besaran skalar. Ketika Anda
menambahkan keterangan “… ke arah utara dari gedung ini”
sehingga informasi yang Anda sampaikan menjadi “ gedung rektorat UI berada di 200 m ke arah utara dari gedung ini”, Anda sedang
membicarakan tentang besaran vektor.
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa sadar kita sering menggunakan
deskripsi yang mengandung informasi “ jarak ” dan “arah” atau
“kecepatan” dan “arah” untuk menjelaskan letak suatu tempat atau
arah laju kendaraan yang bergerak. Dengan kata lain, hampir setiap
hari kita menggunakan deskripsi yang bersifat vektoris untuk
mengutarakan informasi tertentu terutama yang berkaitan dengan
posisi suatu tempat.
3 – 1 Vektor posisi dan Vektor kecepatan
Perhatikan peta pada Gambar 3.1. Arasy yang berada di balairung
hendak menuju ke rektorat. Arasy dapat memilih beberapa lintasan
untuk sampai ke rektorat antara lain melalui lintasan (1), balairung–
rotunda–rektorat , lintasan (2), balairung–rektorat , atau lintasan (3),
balairung–tepi danau Salam UI–rektorat. Ketiga lintasan tersebut
berawal dari posisi yang sama yaitu balairung dan berakhir padaposisi yang sama pula yaitu rektorat. Pada Bab 2 kita telah ditempuh
oleh orang atau benda hanya berupa garis lurus.
5/14/2018 Gerak_Dalam_2D_dan_3D - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gerakdalam2ddan3d 4/19
44 | Bab 3 Gerak dalam Dua dan Tiga Dimensi
Rosari Saleh dan Sutarto
Dari Gambar 3.1, terlihat bahwa lintasan-lintasan yang dapat dilalui
Arasy tidak ada yang mutlak berupa garis lurus. Pada setiap lintasan
terdapat belokan. Jika diasumsikan bahwa rektorat dan balairung
berada pada permukaan tanah yang datar maka ketiga lintasan tersebut
terletak pada permukaan yang datar pula. Sistem lintasan semacam itudikatakan sebagai sistem dua dimensi. Jika Arasy memutuskan untuk
mengambil lintasan (1) maka lintasan yang ditempuh Arasy dapat
digambarkan dalam sistem koordinat Cartesian seperti terlihat pada
Gambar 3.2.Titik acuan (0, 0) diambil pada posisi awal yaitu di
balairung. Dengan menggunakan sistem koordinat Cartesian, posisi
dan perpindahan yang dilakukan Arasy dapat ditentukan. Posisi awal
Arasy adalah di titik o, dituliskan 0r
. Ketika Arasy berjalan dan
sampai di Rotunda, posisi Arasy sekarang adalah di Ar
dan ketika
Arasy telah sampai di Rektorat, posisi Arasy adalah Br
.
Notasi 0r
, Ar
dan Br
disebut sebagai vektor posisi. Perhatikan bahwa
vektor posisi 0r
, Ar
dan Br
dapat dinyatakan dalam komponen
koordinat x dan y. Jika dinyatakan dalam komponen koordinat x dan y
maka vektor posisi 0r
, Ar
dan Br
dapat dituliskan sebagai berikut:
( )00,y0x00 →+=
r
) y x y x A A A A Ar ,yx →+=
) y x y x B B B B Br ,yx →+=
A x dan A y disebut komponen vektor posisi yang masing-masing
menyatakan komponen A di x dan y. Notasi x dan y
menyatakan
vektor satuan yang menunjukkan pada arah mana atau sumbu
koordinat apa suatu komponen vektor berada. Notasi dalam tanda
kurung, (0, 0), ( A x, A y) dan ( B x, B y), merupakan cara penulisan
alternatif untuk menuliskan koordinat suatu titik.
Dari Gambar 3.2, terlihat bahwa posisi Arasy ditentukan dengan
mengacu pada suatu titik acuan tertentu yaitu balairung. Secara
umum, titik acuan digunakan sebagai titik referensi untuk mengukur
dan menentukan posisi suatu titik. Ketika Arasy berpindah dari titik
0r
ke titik Ar
perpindahan Arasy dapat ditentukan dengan mengukur
selisih posisi akhir terhadap posisi mula-mula.
yx00
y x A A A Ar r r +=−=∆ (*)
Demikian juga ketika Arasy berpindah dari posisi Ar
ke posisi Br
,
perpindahan Arasy dapat ditentukan dengan:
( ) )yx
y y x x A B BA A B A Br r r −+−=−=∆ (**)
O
A
B
y
x
Balairung
Rotunda
Rektorat
Gambar 3.2 Lintasan (1) yang
ditempuh Arasy untuk menuju
Rektorat melewati Rotunda yang
digambarkan dalam koordinat
5/14/2018 Gerak_Dalam_2D_dan_3D - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gerakdalam2ddan3d 5/19
Bab 3 Gerak dalam Dua dan Tiga Dimensi | 45
Rosari Saleh dan Sutarto
Peprindahan yang dilakukan Arasy dipengaruhi oleh posisi awal dan
posisi akhir namun tidak dipengaruhi oleh titik acuan yang digunakan.
Perhatikan bahwa vektor posisi 0r
, Ar
dan Br
diukur terhadap titik
acuan (0, 0). Jika titik acuan kita geser ke ( p, q) maka vektor posisi
0r
, Ar
dan Br
sekarang menjadi:
( )q pq pr ,yx0 →+=
( ) ) ( ) ))q A p Aq A p Ar y x y x A −−→−+−= ,yx
( ) ) ( ) ))q B p Bq B p Br y x y x B −−→−+−= ,yx
Perpindahan Arasy dari titik o ke titik A dapat ditentukan sebagai
berikut:
( ) ) [ ]
yx
yxyx00
y x
y x A A
A A
q pq A p Ar r r
+=
+−−+−=−=∆
Bandingkan dengan persamaan (*), perpindahan Arasy tetap sama
walaupun titik acuan diubah dari (0, 0) menjadi ( p, q). Perpindahan
Arasy dari titik A ke titik B dapat ditentukan dengan cara sebagai
berikut:
( ) ) ( ) )
( ) ( )yx
yxyx
y y x x
y x y x A B BA
A B A B
q A p Aq B p Br r r
−+−=
−+−−−+−=−=∆
Bandingkan dengan hasil pada persamaan (**), hasilnya adalah sama.
Dengan demikian kita dapat menarik kesimpulan bahwa perpindahan
tidak dipengaruhi oleh titik acuan melainkan hanya dipengaruhi oleh
titik akhir dan titik awal.
Secara umum, posisi suatu benda dalam ruang dua dimensi dapat
dinyatakan dengan persamaan:
( ) ( ) ( )yx
t yt xt r += (3–1)
Yang mana variabel (t ) menunjukkan bahwa posisi tersebut
bergantung terhadap waktu. Kita kembali ke Arasy, misalnya Arasy
menuju ke Rektorat dengan berjalan kaki. Arasy menempuh lintasan
OA selama 60 detik sedangkan lintasan AB ditempuh selama 50 detik.
Pada Bab 2 kita telah mempelajari tentang kecepatan rata-rata yaitu
perpindahan rata-rata tiap satu satuan waktu. Misal titik A berada pada
koordinat A (80 m, 80 m) dan titik B berada pada koordinat B (90 m,
200 m) maka kecepatan rata-rata Arasy dapat ditentukan dengan cara:
5/14/2018 Gerak_Dalam_2D_dan_3D - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gerakdalam2ddan3d 6/19
46 | Bab 3 Gerak dalam Dua dan Tiga Dimensi
Rosari Saleh dan Sutarto
( )
( ) ( ) ( )
( )( ) m/sy2x9,0
4060
y200x80
4060
y200x900
+=++
=
++
=∆+∆−+−
=
∆∆
=
v
t t r r r r v
t
t r v
ABOA
A B A
Kecepatan Arasy adalah 0,9 m/s pada arah x dan 2 m/s pada arah y.
Dalam praktek keseharian, menyatakan kecepatan dalam komponen
koordinat agak sulit untuk dimengerti karena, kadang, membutuhkan
visualisasi yang agak rumit. Kecepatan termasuk dalam besaran
vektor yang memiliki besar dan arah. Besar kecepatan Arasy dapat
ditentukan dengan teorema Phytagoras:
( ) ( )
m/s19,2
y2x9,022
=
+=
v
Arah kecepatan menunjukkan arah gerak. Pada Gambar 3.3, sudut θ
menunjukkan arah vektor kecepatan sekaligus arah perpindahan.
Sudut θ dapat ditentukan dengan cara:
08,659,0
2
tan
=→=
=
θ
θ x
y
v
v
Gerak yang dilakukan oleh Arasy adalah salah satu contoh dari sekian
banyak gerak dua dimensi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh gerak dua dimensi lainnya adalah gerak bola billiard yang
menyusur papan billiard , gerak cicak yang merayap di dinding, dan
gerak perahu yang berlayar di lautan. Bagi Anda yang suka melihat
sepak bola tentu pernah melihat gerak bola yang ditendang
membentuk lintasan melengkung. Para penggemar bola sering
menyebutnya sebagai tendangan pisang dan tendangan semacam itu
biasanya sangat menyulitkan penjaga gawang.
Pada saat mengoper bola antar pemain, kadang para pemain
melakukan umpan-umpan pendek dengan menendang bola menyusur
lapangan. Gerak bola menyusur lapangan termasuk dalam gerak dua
dimensi. Berbeda dengan gerak bola semacam itu, gerak bola hasil
tendangan pisang membentuk gerak tiga dimensi. Posisi bola pada
gerak tiga dimensi diidentifikasi dengan tiga sumbu koordinat yaitu x,
y, dan z.
( ) ( ) ( ) ( )zyx
t zt yt xt r ++= (3–3)
(3–2)
Gambar 3.3 Vektor kecepatan dan
penjumlahan vektor kecepatan
langkah kaki Arasy.
80 m
O
A
B
y
x
90 m
80 m 200 m
0 Ar ∆
BAr ∆
0 Br ∆
θ
5/14/2018 Gerak_Dalam_2D_dan_3D - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gerakdalam2ddan3d 7/19
Bab 3 Gerak dalam Dua dan Tiga Dimensi | 47
Rosari Saleh dan Sutarto
Yang mana x (t ), y (t ) dan z (t ) masing-masing menyatakan komponen
vektor posisi pada sumbu x, y, dan z. Kecepatan rata-rata bola dapat
ditentukan dengan persamaan (3–2), tentu saja dengan menambahkan
komponen vektor posisi pada sumbu z.
( )( ) ( ) z y xr t r
t
t r v ,,∆=∆→
∆∆
= (3–4)
Dalam gerak dua dan tiga dimensi juga dikenal istilah kecepatan
sesaat. Dengan analogiyang sama pada penurunan kecepatan sesaat
pada bab gerak satu dimensi maka kecepatan sesaat pada gerak dua
dimensi dapat dituliskan sebagai berikut:
( ) ( )( ) ( ) ( )
yx
yxyx
lim0t
y x vvv
dt
t dy
dt
t dx
dt
t yt xd v
dt
r d
t
r v
+=
+=+
=
=∆∆
=→∆
Besar kecepatan dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
( ) ( )22yx
y x vvv += (3–6)
Dengan arah vektor kecepatan dapat dicari dengan persamaan:
x
y
v
v=θ tan (3–7)
Kecepatan sesaat pada gerak tiga dimensi dapat dinyatakan dengan
persamaan:
( ) ( ) ( )( )
( ) ( ) ( )zyx
zyx
lim0t
dt
t dz
dt
t dy
dt
t dxv
dt
t zt yt xd v
dt
r d
t
r v
++=
++=
=∆∆
=→∆
Besar kecepatan ditentukan dengan persamaan:
( ) ( ) ( )222zyx
z y x vvvv ++= (3–9)
3 – 2 Vektor percepatan
Pada Bab 2 kita telah mempelajari mengenai GLB dan GLBB. Pada
GLBB, kecepatan benda berubah setiap saat. Perubahan kecepatan
(3–5)
(3–8)
5/14/2018 Gerak_Dalam_2D_dan_3D - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gerakdalam2ddan3d 8/19
48 | Bab 3 Gerak dalam Dua dan Tiga Dimensi
Rosari Saleh dan Sutarto
gerak benda menunjukkan adanya percepatan. Perubahan kecepatan
dapat berarti besar kecepatan benda saja yang berubah atau arah gerak
benda saja yang berubah atau besar dan arah kecepatannya yang
berubah. Dengan menggunakan analogi pada gerak satu dimensi,
percepatan benda pada gerak dua dimensi dapat ditentukan denganpersamaan:
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( ) ( )yx
lim0t
dt
t dv
dt
t dv
dt
t vd a
t
t vt t va
t
v
t
t vt t va
y x +==
∆−∆+
=
∆∆
=∆
−∆+=
→∆
Karena ( ) ( ) yx
dt t dy
dt t dxv += , maka persamaan vektor percepatan
dapat juga ditulis dengan:
( ) ( )
( ) ( )yx
yx
2
2
2
2
dt
t yd
dt
t xd a
dt
dt
t dyd
dt
dt
t dxd
a
+=
⎟ ⎠ ⎞
⎜⎝ ⎛
+⎟ ⎠ ⎞
⎜⎝ ⎛
=
Untuk benda yang bergerak dalam ruang tiga dimensi, percepatan
benda dapat ditentukan dengan persamaan:
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )zyx
lim0t
dt
t dv
dt
t dv
dt
t dv
dt
t vd a
t
t vt t va
t
v
t
t vt t va
z y x ++==
∆−∆+
=
∆∆
=∆
−∆+=
→∆
Dan juga,
( ) ( ) ( )zyx
2
2
2
2
2
2
dt
t zd
dt
t yd
dt
t xd a ++=
3 – 3 Gerak peluru
Perhatikan Gambar 3.4, sebuah bola yang dilempar vertikal
ke atas oleh seseorang yang bergerak dengan menggunakan skateboard menunjukkan lintasan yang berbeda ketika diamati
oleh dua orang yang posisinya berbeda.
(3–10)
(3–11)
(3–12)
5/14/2018 Gerak_Dalam_2D_dan_3D - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gerakdalam2ddan3d 9/19
Bab 3 Gerak dalam Dua dan Tiga Dimensi | 49
Rosari Saleh dan Sutarto
Gambar 3.4 Diagram gerak lintasan bola yang dilempar secara vertikal
dan diamati oleh dua orang yang berbeda, telrihat memiliki lintasan
yang berbeda.
Jika kita gunakan acuan pengamat B yang berdiri diam maka kita
dapat menggambarkan komponen kecepatan bola sebagai berikut:
Gambar 3.5 Lintasan bola yang diamati oleh pengamat B.
Diasumsikan bahwa kecepatan skateboard konstan. Lintasan bola
membentuk parabola disebabkan adanya komponen kecepatan pada
arah arah mendatar yaitu kecepatan skateboard . Pada arah vertikal
kecepatan bola berubah-ubah karena dipengaruhi oleh percepatan
gravitasi. Ingat kembali pembahasan gerak vertikal pada Bab 2,
kecepatan bola ke atas makin lama makin melambat dan ketika
mencapai titik tertinggi kecepatan arah vertikalnya nol. Bola tetapbergerak karena masih memiliki kecepatan pada arah mendatar.
Walaupun demikian, lintasan bola tidaklah mendatar melainkan
v y = kecepatan lempar ke atas
v0y
v1 y
v x = kecepatan skateboard
v2 y = 0
v0 x
v1 x
v2 x
v3 x
v3 y
Bentuk lintasan bola
yang diamati oleh A Bentuk lintasan bola
yang diamati oleh B
5/14/2018 Gerak_Dalam_2D_dan_3D - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gerakdalam2ddan3d 10/19
50 | Bab 3 Gerak dalam Dua dan Tiga Dimensi
Rosari Saleh dan Sutarto
melengkung, seperti terlihat pada Gambar 3.5. Hal ini dikarenakan
adanya percepatan gravitasi yang bekerja pada bola sehingga
disamping kecepatan pada arah mendatar, bola memiliki kecepatan
pada arah vertikal. Bola bergerak dengan dua komponen kecepatan
yaitu kecepatan pada arah mendatar dan kecepatan pada arah vertikal.Gerak semacam ini termasuk dalam gerak dua dimensi. Gerak
semacam itu disebut dengan gerak parabola.
Gerak parabola banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya antara lain gerak bola yang ditendang oleh penjaga
gawang ketika terjadi bola mati, gerak bola golf dan lain sebagainya.
Dalam kasus yang lebih umum, lintasan gerak parabola dapat dilihat
pada Gambar 3.6. Sebuah benda ditembakkan dengan kecepatan awal
v0 dengan sudut kemiringan tertentu yaitu θ .
Dalam keadaan nyata, sebenarnya gerak peluru merupakan model
gerak yang cukup rumit karena banyak faktor eksternal yang
mempengaruhinya antara lain gesekan udara, gerakan bumi dan
variasi percepatan gravitasi. Untuk memudahkan analisis dan
memberikan pemahaman terhadap konsep dasar dari model gerak
peluru ini maka faktor-faktor eksternal tersebut diabaikan.
Gambar 3.6 Grafik yang menunjukkan model gerakan parabola dari
benda yang ditembakkan dengan kecepatan dan sudut tertentu.
Gerak peluru dipengaruhi oleh besar kecepatan awal, sudut, dan
percepatan gravitasi. Gerak peluru dapat kita pecah menjadi dua yaitu
gerak pada arah vertikal dan arah horisontal. Jika kecepatan awal
benda adalah v0 dan besar sudutnya adalah θ0 maka komponen
kinematika pada arah vertikal (arah y) adalah:
- Besar kelajuan pada arah vertikal ( y):
vy = v0 sin θ0
5/14/2018 Gerak_Dalam_2D_dan_3D - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gerakdalam2ddan3d 11/19
Bab 3 Gerak dalam Dua dan Tiga Dimensi | 51
Rosari Saleh dan Sutarto
- Benda mengalami perlambatan oleh gravitasi bumi, ay = – g ,
sehingga komponen kecepatan menjadi adalah:
v y (t ) = v0 sin θ0 – gt
- Jarak yang ditempuh setiap saat pada arah vertikal adalah:
y (t ) = (v0 sin θ0)t – ½ gt 2
Sedangkan komponen pada arah horisontal (arah x) antara lain:
- Besar kelajuan pada arah horisontal:
vx = v0 cos θ 0
kecepatan benda pada arah x tidak bergantung pada t dan terlihat
bahwa nilai kecepatan v x adalah konstan karena variabel v0 dan
sudut θ 0 adalah konstan.
- Jarak yang ditempuh setiap saat adalah:
x = (v0 cos θ0) t
Analisis keadaan benda di berbagai posisi:
Gambar 3.7 Grafik gerak parabola suatu benda yang ditembakkan dengan
kecepatan v0 dan sudut θ 0.
Waktu yang dibutuhkan benda untuk kembali lagi ke tanah (t ) adalah:
(v0 sin θ0)t – ½ gt 2
= 0
g
vt 00sin2 θ = (3–13)
y (m)
θ 0
Jangkauan
Tinggi maksimum
x
hmaks
v0
x (m)
vx
vy
5/14/2018 Gerak_Dalam_2D_dan_3D - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gerakdalam2ddan3d 12/19
52 | Bab 3 Gerak dalam Dua dan Tiga Dimensi
Rosari Saleh dan Sutarto
Dengan demikian, jangkauan peluru ( x) adalah:
g
v x
g
v
osv x
t osv x
020
00
00
00
sin2
sin2
c
c
θ
θ
θ
θ
=
⎟⎟ ⎠
⎞
⎜⎜⎝
⎛
=
=
Gambar 3.8 menunjukkan grafik jangkauan dari benda untuk sudut
tembak yang berbeda-beda. Terlihat bahwa pada sudut 450 benda
mencapai jangkauan terjauh. Pada persamaan jangkauan x, persamaan
(3–14), terlihat bahwa jangkauan maksimum dicapai benda pada sudut
tembak θ0 = 450 karena sin 2θ mencapai nilai maksimum pada saat
sudutnya 900
atau 2θ = 900
, dengan kata lain θ = 450.
Tinggi maksimum (hmaks) dicapai saat benda menempuh jarak ½ x atau
setelah bergerak selama t maks = ½ t sehingga hmaks adalah:
g
v y
g
v g
g
vv y
maks
maks
2
sin
sin
2
1sinsin
022
0
2
000000
θ
θ θ θ
=
⎟⎟ ⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ −⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ =
3 – 4 Gerak melingkar beraturan
Gambar 3.9 Sebuah model satelit yang mengelilingi bumi dengan jari-jariorbit tertentu. Satelit dapat berputar pada orbitnya dan tidak jatuh ke bumi.
(3–14)
(3–15)
Gambar 3.8 Grafik yang menunjukkan
besar jangkaun pada arah horisontal
benda yang ditembakkan dengan sudut
yang berbeda-beda.
5/14/2018 Gerak_Dalam_2D_dan_3D - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gerakdalam2ddan3d 13/19
Bab 3 Gerak dalam Dua dan Tiga Dimensi | 53
Rosari Saleh dan Sutarto
Gerak benda melingkar tentu sudah tidak asing lagi bagi kita. Mulai
dari hal yang paling sederhana, roda sepeda yang berputar, bumi
mengelilingi matahari dalam orbit yang nyaris berbentuk lingkaran,
dan masih banyak lagi benda-benda yang bergerak melingkar. Pada
Gambar 3.9, terlihat sebuah satelit yang bergerak melingkar dengan jari-jari orbit tertentu. Pada gerak melingkar, besar kelajuan satelit
adalah konstan namun kecepatannya berubah-ubah. Dalam kondisi
seperti ini dikatakan bahwa bahwa benda mengalami percepatan.
Benda yang bergerak dipercepat tidak selalu gerakannya makin lama
makin cepat. Berangkat dari definisi dasar percepatan yang
merupakan perubahan kecepatan selama selang waktu tertentu maka
jika kecepatan berubah maka benda tersebut memiliki percepatan.
Perubahan kecepatan tidak harus berupa “besar” kecepatannya tetapi
jika arah dari kecepatan berubah berarti kecepatan dapat dikatakan
berubah.
Bagaimana, satelit tersebut dapat mempertahankan posisi orbitnya
sehingga tidak jatuh ke bumi atau justru terbang ke angkasa bebas?
Pada kenyataannya satelit tersebut masih dipengaruhi oleh gravitasi
bumi. Perhatikan Gambar 3.10, satelit mengorbit bumi pada
ketinggian ( R + h) di atas permukaan tanah. Jika satelit tidak
dipengaruhi oleh gravitasi bumi maka satelit akan bergerak sepanjang
lintasan garis lurus AB tetapi karena pengaruh gravitasi bumi maka
vektor kecepatan satelit berubah ke arah AB’ . Pada gerak ini satelit
memiliki kecepatan ke arah pusat lingkaran sebesar v2 / R dan disebut
percepatan sentripetal.
Dengan analogi sederhana pada gerak jatuh bebas kita akan
membuktikan bahwa satelit ini memiliki percepatan walaupun
kelajuannya konstan. Dilihat dari diagram di atas sesungguhnya satelit
seolah-olah mengalami gerak jatuh bebas dari B’ ke B dan menempuh
jarak h. Vektor R
, t v
dan ( )h R
+ membentuk segitiga siku-siku
dengan ( R + h) sebagai sisi miring segitiga siku-siku. Dengan teorema
Pythagoras (yang telah kita pelajari sejak SD) kita peroleh persamaan:
R2
+ (vt )2
= ( R + h)2
R2 + (vt )
2= R
2+ 2 Rh + h
2
(vt )2
= 2 Rh + h2
(vt )2= h (2 R + h)
Dengan mengasumsikan bahwa h R maka:
(vt )2 = 2 Rh
Ah
Bvt
R B
Gambar 3.10 Diagram gerak satelit
mengelilingi planet bumi dalam
lintasan yang berbentuk lingkaran.
5/14/2018 Gerak_Dalam_2D_dan_3D - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gerakdalam2ddan3d 14/19
54 | Bab 3 Gerak dalam Dua dan Tiga Dimensi
Rosari Saleh dan Sutarto
22
2
1t
R
vh ⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ = (3–16)
Analogi dengan gerak jatuh bebas:
h = ½ at 2
maka pada persamaan (3–16), nilai dari R
v2
sama dengan
percepatan a. Percepatan inilah yang disebut sebagai percepatan
sentripetal yang arahnya menuju pusat lingkaran.
R
va s
2
= (3–17)
Bagaimana jika persamaan (3–17) diturunkan berdasarkan vektor
kecepatan dan posisi benda yang bergerak melingkar? Kita akanmembuktikan bahwa hasil pada persamaan (3–17) konsisten untuk
semua kasus gerak melingkar beraturan.
Perhatikan diagram gerak melingkar pada Gambar 3.11. Benda
bergerak melingkar mengikuti lintasan garis titik-titik. Pada suatu saat
kecepatan benda adalah v1 yang tegak lurus terhadap vektor r 1.
Beberapa saat kemudian posisi benda berada di r 2 dan kecepatan
benda pada saat itu adalah v2. Vektor kecepatan v2 tegak lurus
terhadap vektor jarak r 2. Untuk selang waktu yang sangat kecil (∆t
0) besar perpindahan ⏐∆r ⏐ hampir sama dengan jarak tempuh busur
∆S . Pada gambar kedua (Gambar 3.11 bawah), perubahan vektor
kecepatan ∆v adalah ∆v = v2 – v1. Perubahan kecepatan tersebut
sebanding dengan ∆ϕ karena vektor kecepatan tegak lurus terhadap
vektor posisi.
Hubungan antara ∆ϕ , ∆S , ∆v dan ∆t dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut:
v
v
r
S ∆=
∆=∆ϕ
Dengan r menyatakan jari-jari lingkaran dan v merupakan kelajuan
partikel. Sekali lagi, untuk selang waktu yang sangat kecil besar
perpindahan sama dengan busur ∆S sehingga ∆S = v∆t , sehingga
kita peroleh persamaan baru yaitu:
t
v
r
v
v
v
r
t v
∆
∆=
∆=
∆=∆
2
ϕ
∆ϕ ∆r
r1
r2
v2
v1
B
A
∆S
v1
v2∆v = v2–v1
∆ϕ
Gambar 3.11 Diagram vektoris yang
menggambarkan gerak melingkar.
5/14/2018 Gerak_Dalam_2D_dan_3D - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gerakdalam2ddan3d 15/19
Bab 3 Gerak dalam Dua dan Tiga Dimensi | 55
Rosari Saleh dan Sutarto
Percepatan rata-rata pada sistem tersebut adalah perbandingan antara
∆v terhadap ∆t . Berdasarkan definisi percepatan a maka a =t
v
∆
∆
sehingga:
r
v
t
va
2
=∆∆
= (3–18)
Percepatan ini sama dengan percepatan pada persamaan (3–17).
Dengan kata lain, percepatan tersebut adalah percepatan sentripetal.
Dalam gerak melingkar, sering digunakan juga satuan kecepatan sudut
yaitu besarnya sudut yang ditempuh tiap satu satuan waktu. Waktu
yang dibutuhkan benda untuk menempuh satu putaran penuh disebut
periode (T ) dimana:
ω =T
π 2
Satu putaran penuh berarti benda menempuh satu keliling lingkaran.
Panjang lintasan yang ditempuh adalah 2π R. Jika waktu yang
dibutuhkan untuk menempuh satu putaran ini adalah T maka besar
kecepatan liniernya adalah:
T
Rv
π 2=
Karena ω =T
π 2maka:
v = ω R (3–19)
dari persamaan (3–19), kita dapat menyatakan percepatan sentripetal
as yaitu sebagai berikut:
( )
2
2
2
2
4
2
T
Ra
R
RT
R
Ra
s
s
π
π
ω
=
⎟ ⎠ ⎞
⎜⎝ ⎛
==
3 – 5 Kecepatan relatif
Gambar 3.12 menunjukkan tiga buah kapal yang bergerak dalam
posisi yang sejajar satu sama lain. Jika kecepatan dan arah gerak
dipertahankan tetap sama selama selang waktu tertentu maka jarak
5/14/2018 Gerak_Dalam_2D_dan_3D - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gerakdalam2ddan3d 16/19
56 | Bab 3 Gerak dalam Dua dan Tiga Dimensi
Rosari Saleh dan Sutarto
antar kapal tidak berubah relatif satu dengan yang lain dalam selang
waktu tersebut. Seseorang yang berada di salah satu kapal akan
melihat bahwa kapal tetangganya tidak berpindah posisi dan dengan
demikian kecepatan kapal tetangganya tersebut adalah nol. Namun,
bagi seseorang berada di daratan akan melihat bahwa ketiga kapaltersebut bergerak dengan kecepatan tertentu dan setiap saat posisinya
berubah.
Gambar 3.12 Para nelayan menggunakan kemampuan insting –nya untuk
memprediksi seberapa cepat kecepatan angin dan gelombang laut sehingga
mereka dapat mengendalikan laju kapal dan menentukan arah geraknya.
Perhatikan kasus “ perahu menyeberang sungai” pada Gambar 3.13.
Kecepatan gerak perahu dapat diukur dari dua posisi yang berbeda,
oleh orang yang berada dalam perahu dan sesorang yang berada di
tepi sungai. Penjumlahan dan pengurangan vektor menjadi alat
perhitungan penting untuk sistem seperti ini. Oleh seseorang yang
berada dalam perahu, kecepatan perahu yang terukur adalah 3 m/s
relatif terhadap air sungai. Seseorang yang berada di tepi sungai akan
mengukur kecepatan perahu sebagai penjumlahan vektoris antara
kecepatan perahu dan dari sungai.
vrelatif = vCW + vWS
22WS CW relatif vvv +=
m/s61,313
23 22
==
+=
relatif
relatif
v
v
Jadi kecepatan relatif perahu adalah, vrelatif = 3,61 m/s. Arah gerak
perahu adalah tan θ = 2/3 = 33,70 jadi arah gerak perahu adalah
33,70, lihat Gambar 3.14.
vrE = 3 m/s
vrb = 2 m/s
vrelatif θ
Gambar 3.14 Diagram vektoris
gerak perahu menyeberangi sungai.
Gambar 3.13 Sebuah perahu
berusaha menyeberang sungai yang
memiliki kecepatan arus air 2 m/s.
Lebar sungai adalah 20 m dan
5/14/2018 Gerak_Dalam_2D_dan_3D - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gerakdalam2ddan3d 17/19
Lampiran Referensi Gambar
Bab 3 Gerak Dalam Dua Dan Tiga Dimensi Gambar Cover Bab 3 Gerak Dalam Dua dan tiga Dimensi
Sumber: Dokumentasi Penulis Gambar Sumber
Gambar 3.1 Peta sebagian daerah Universitas
Indonesia yang menunjukkan daerah
Balairung, Rotunda dan Rektorat Universitas
Indonesia.
http://www.naqsybandi.web.id
Gambar 3.2 Lintasan (1) yang ditempuh Arasy
untuk menuju Rektorat melewati Rotunda
yang digambarkan dalam koordinat Cartesian.
Dokumentasi Penulis
Gambar 3.3 Vektor kecepatan dan
penjumlahan vektor kecepatan langkah kaki
Arasy.
Dokumentasi Penulis
Gambar 3.4 Diagram gerak lintasan bola yang
dilempar secara vertikal dan diamati oleh dua
orang yang berbeda, telrihat memiliki lintasan
yang berbeda.
Dokumentasi Penulis
Gambar 3.5 Lintasan bola yang diamati oleh
pengamat B. Dokumentasi Penulis
Gambar 3.6 Grafik yang menunjukkan model
gerakan
parabola
dari
benda
yang ditembakkan dengan kecepatan dan sudut
tertentu.
Serway, R.A and Faughn, J.S., 1999.
College Physics,
7
th
Edition,
USA:
Harcourt Brace College Publisher.
Page: 61
Gambar 3.7 Grafik gerak parabola suatu
benda yang ditembakkan dengan kecepatan
v 0 dan sudut θ 0. Dokumentasi Penulis
Gambar 3.8 Grafik yang menunjukkan besar
jangkaun pada arah horisontal benda yang
ditembakkan dengan sudut yang berbeda‐
beda.
Serway, R.A and Faughn, J.S., 1999.
College Physics, 7th
Edition, USA:
Harcourt Brace College Publisher
page: 61
Gambar 3.9 Sebuah model satelit yang
mengelilingi bumi dengan jari‐ jari orbit
tertentu. Satelit dapat berputar pada orbitnya
dan tidak jatuh ke bumi.
http://www.nasa.gov
Gambar 3.10 Diagram gerak satelit
mengelilingi planet bumi dalam lintasan yang
berbentuk lingkaran. Dokumentasi Penulis
Gambar 3.11
Diagram
vektoris
yang
menggambarkan gerak melingkar. Dokumentasi Penuli
5/14/2018 Gerak_Dalam_2D_dan_3D - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gerakdalam2ddan3d 18/19
Gambar 3.12 Para nelayan menggunakan
kemampuan insting –nya untuk memprediksi
seberapa cepat kecepatan angin dan
gelombang laut
sehingga
mereka
dapat
mengendalikan laju kapal dan menentukan
arah geraknya.
Dick, Greg, et.al. 2001. Physics 11,
1st
Edition.
Canada:
McGraw
‐Hill
Ryerson, Page 105
Gambar 3.13 Sebuah perahu berusaha
menyeberang sungai yang memiliki kecepatan
arus air 2 m/s. Lebar sungai adalah 20 m dan
kecepatan perahu 3 m/s. Dokumentasi Penulis
Gambar 3.14 Diagram vektoris gerak perahu
menyeberangi sungai. Dokumentasi Penulis
5/14/2018 Gerak_Dalam_2D_dan_3D - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gerakdalam2ddan3d 19/19
Daftar Pustaka
Serway, R.A and Faughn, J.S., 1999. College Physics, 7th
Edition, USA: Harcourt Brace
College Publisher.
Dick, Greg, et.al. 2001. Physics 11, 1st
Edition. Canada: McGraw-Hill Ryerson.
Dick, Greg, et.al. 2001. Physics 12, 1st
Edition. Canada: McGraw-Hill Ryerson.
Fishbane, P.M., et.al. 2005. Physics for Scientists and Engineers with Modern Physics, 3rd
Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Huggins, E.R. 2000. Physics 2000. Moose Mountain Digital Press. Etna, New Hampshire
03750.
Tipler, P.A. and Mosca, G. Physics For Scientist and Engineers: Extended Version, 5th
Edition. W.H. Freeman & Company.
Young, Freedman. 2008. Sears and Zemanky’s University Physics with Modern Physics,
12th
Edition. Pearson Education Inc.
Crowell, B. 2005. Vibrations and Waves. Free Download at:
http://www.lightandmatter.com.
Crowell, B. 2005. Newtonian Physics. Free Download at:
http://www.lightandmatter.com.
Crowell, B. 2005. Conservations Law. Free Download at:
http://www.lightandmatter.com.
Halliday, R., Walker. 2006. Fundamental of Physics, 7th
Edition. John-Willey and Sons,
Inc.
Pain, H.J. 2005. The Physics of Vibrations and Waves, 6th
Edition. John Wiley & Sons
Ltd, The Atrium, Southern Gate, Chichester, West Sussex PO19 8SQ,
England.
Mason, G.W., Griffen, D.T., Merril, J.J., and Thorne, J.M. 1997. Physical Science
Concept, 2nd
Edition. Published by Grant W. Mason. Brigham Young
University Press.
Cassidy, D., Holton, G., and Rutherford, J. 2002. Understanding Physics, Springer-Verlag
New York, Inc.
Serway, R.A. and Jewet, J. 2003. Physics for Scientist and Engineers, 6th
Edition. United
State of America: Brooks / Cole Publisher Co.