Upload
romario-vianney-langowuyo
View
17
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
GLAUKOMA
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Glaukoma adalah kelainan mata dengan peningkatan tekanan intra okuler
(TIO), dimana dapat mengakibatkan pengaunggan atau pencekungan papil syaraf
optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam penglihatan.
Glukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler
yang meningkat mendadak sangat tinggi, sedangkan glukoma kronik adalah
penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi
kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
Penyakit ini disebabkan oleh bertambahnya produksi humor akueus
(cairan mata) oleh badan siliar atau berkurangnya pengeluaran humor akueus
(cairan mata) di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil.
Diseluruh dunia glaukoma dianggap sebagai penyebab kebutaan yang
tinggi. Sekitar 2% dari penduduk yang berusia lebih dari 40 tahun memderita
glaucoma. Glaucoma juga dapat didapatkan pada usia muda walaupun itu sangat
jarang. Di Amerika Serikat sekitar 2,5 juta orang menderita glaucoma dengan
130.000 orang menjadi buta akibat penyakit ini.
Glaukoma kronik ataupun biasa disebut dengan glaukoma sudut terbuka
merupakan jenis glaukoma yang paling sering terjadi jika dibandingkan dengan
jenis glaukoma lainnya.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS PASIEN :
Nama : Ny. MK
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 57 tahun
Pekerjaan : Guru
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Kuanino
Kontrol Poli : 28 April 2014
2.2 ANAMNESIS (Autoanamnesis dan Alloanamnesis)
Keluhan Utama : penglihatan pasien pada mata kanan semakin
meurun setiap harinya sejak November 2014.
Keluhan Penyerta : sakit kepala, mata merah, lihat cahaya lampu
maupun matahari mata sakit seperti ditusuk jarum, mata kalau air mata keluar
suka sakit, kalau lihat cahaya pasien suka seperti melihat ada lingkaran –
lingkaran disekitar cahaya.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli untuk mengontrol keadaan mata pasien dan juga
karena obat pasien sudah habis. Saat ini pasien mengeluhkan kalau mata kanan
pasien makin susah digunakan untuk melihat tidak hanya benda – benda atau
tulisan jauh tetapi juga tulisan dekat, selain itu pasien mengeluhkan bahwa mata
kanan pasien menjadi masih merah akhir – akhir ini, sakit kepala serta mata jika
melihat lampu atau sinar matahari dan juga kalau melihat cahaya pasien seperti
melihat ada lingkarang disekitar cahaya dan jika air mata keluar pasien merasa
matanya sakit. Sakit mata yang di derita pasien bermula sejak tahun 2013 bulan
November saat itu pasien mengeluhkan bahwa mata pasien mulai sering sakit jika
pasien bermain laptop. Selain matanya sakit, saat itu pasien juga mengeluhkan
2
bahwa jika melihat lampu pasien seperti melihat kristal – kristal atau lingkaran –
lingkaran pada cahaya lampu tersebut, mata pasien menjadi merah, kepala sakit
dan penglihatan jauh pasien mulai menurun sejak saat itu. Awal mulanya hanya
mata kanan pasien yang seperti itu tetapi kemudian mata kiri pasien juga pelan –
pelan mulai mengalami hal yang sama walaupun tidak separah mata kanan pasien.
Pasien juga mengeluhkan matanya sakit jika keluar air mata, kadang- kadang
pasien seperti merasa matanya berair.
Demam (-), mual (+), muntah(-), mata terasa gatal (-), kotoran mata (+). Mata kiri
pasien juga dirasakan bertambah kabur namun pasien masih dapat melihat.
Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Riwayat tekanan darah tinggi (-), diabetes (-), asma (-), alergi (-),
Riwayat operasi mata (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.
Riwayat Pengobatan : sejak menderita penyakit mata ini pasien selalu rajin
untuk mengontrol mata pasien setiap kali obat habis atau jika dirasakan matanya
bertambah sakit.
2.3 PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : Nadi : 88x/mnt
RR : 20x/mnt
3
Status Oftalmologi :
Pemeriksaan Kanan Kiri
Palpebra Edema (-) Edema (-)
Konjungtiva Hiperemis (+) Hipermis (-)
Kornea Jernih, keruh pada tepi Jernih, keruh pada tepi
C.O.A Dangkal Dalam
Iris Bulat,letak sentral Bulat,letak sentral
Pupil Midriasis, ∅ 3,5mm, reflex cahaya hanya sedikit.
Refleks cahaya (+),∅ 2mm.
Lensa Keruh Keruh
Vitreous Humor Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
Visus dan Refraksi :
Tanggal 28 April 2014
VOD : 1/60
VOS : 5/60
Tanggal 26 Maret 2014
VOD : 2/60 koreksi tetap
VOS : 5/10 S + 0,75 5/6
Add : S + 2,75
PD : 57/55
Tanggal 27 Februari 2014
VOD : 3/60
VOS : 5/6
Tanggal 7 Januari 2014
VOD : 3/60
VOS : 5/15
Tanggal 4 Desember 2013
VOD : 5/30
4
VOS : 5/20
Tanggal 5 Februari 2013
VOD : 5/60 S – 2,00 5/20
VOS : 5/10 S + 0,75 5/6
Tonometri (beban : 5,5)
Tanggal 27 Februari 2014
OD : 42,1 mmHg
OS : 24,4 mmHg
Tanggal 26 Maret 2014
OD : 24,4 mmHg
OS : 9,0 mmHg
Tanggal 4 Desember 2013
OD : 81,7 mmHg
2.4 ASESSMENT :
Glaukoma Kronik ODS
2.5 TERAPI :
1. Timolol 3 x ODS
2. Vit. BC 1 x 1 tablet
3. Vit. B6 1 x 1 tablet
2.6 RESUME
Ny. MK, 57 tahun datang datang ke poli untuk mengontrol keadaan mata
pasien dan juga karena obat pasien sudah habis. Saat ini pasien mengeluhkan
kalau mata kanan pasien makin susah digunakan untuk melihat tidak hanya benda
– benda atau tulisan jauh tetapi juga tulisan dekat, selain itu pasien mengeluhkan
bahwa mata kanan pasien menjadi masih merah akhir – akhir ini, sakit kepala
serta mata jika melihat lampu atau sinar matahari dan juga kalau melihat cahaya
pasien seperti meihat ada lingkarang disekitar cahaya dan jika air mata keluar
pasien merasa matanya sakit. Sakit mata yang di derita pasien bermula sejak
5
tahun 2013 bulan November saat itu pasien mengeluhkan bahwa mata pasien
mulai sering sakit jika pasien bermain laptop. Selain matanya sakit, saat itu pasien
juga mengeluhkan bahwa jika melihat lampu pasien seperti melihat kristal –
kristal atau lingkaran – lingkaran pada cahaya lampu tersebut, mata pasien
menjadi merah, kepala sakit dan penglihatan jauh pasien mulai menurun sejak saat
itu. Awal mulanya hanya mata kanan pasien yang seperti itu tetapi kemudian mata
kiri pasien juga pelan – pelan mulai mengalami hal yang sama walaupun tidak
separah mata kanan pasien. Pasien juga mengeluhkan matanya sakit jika keluar
air mata, kadang- kadang pasien seperti merasa matanya berair.
Demam (-), mual (+), muntah(-), mata terasa gatal (-), kotoran mata (+).
Mata kiri pasien juga dirasakan bertambah kabur namun pasien masih dapat
melihat. Riwayat tekanan darah tinggi (-), diabetes (-), asma (-), alergi (-),
Riwayat operasi mata (-).
Pada pemeriksaan fisis umum didapatkan tanda vital normal. Pemeriksaan
oftalmologi mata kanan didapatkan konjungtiva hiperemis, tepi kornea keruh,
sudut bilik mata depan dangkal, pupil midriasis, ∅ 3,5mm, reflex cahaya hanya
sedikit, disertai kekeruhan pada lensa. Pada mata kiri didapatkan lensa keruh.
Pemeriksaan visus didapatkan mata kanan 1/60 dan mata kiri LP 5/60 dan
memakai koreksi seperti pada pemeriksaan pada bulan Maret. Tonometri terakhir
pada bulan Maret 2014 didapatkan tekanan intra okular pada mata kanan
(24,4/5.5)mmHg dan pada mata kiri (9,0/5,5)mmHg.
BAB III
PEMBAHASAN
6
3.1 Anatomi
Bilik mata depan merupakan struktur penting dalam hubungannya dengan
pengaturan tekanan intraokuler. Hal ini disebabkan karena pengaliran cairan
aquos harus melalui bilik mat depan terlebih dahulu sebelum memasuki kanal
Schlemm. Bilik mata depan dibentuk oleh persambungan antara kornea perifer
dan iris.
Bagian terpenting mata dalam glaukoma adalah sudut filtrasi. Sudut filtrasi
ini terdapat didalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang dibatasi oleh garis
yang menghubungkan akhir dari membran Descemet dan membran Bowman lalu
ke posterior 0,75 mm, kemudian ke dalam mengelilingi kanal Schlemn dan
trabekula sampai ke COA. Akhir dari membran Descemet disebut garis Schwalbe.
Limbus terdiri dari 2 lapisan, epitel dan stroma. Epitelnya dua kali setebal epitel
kornea. Di dalam stromanya terdapat serat-serat saraf dan cabang akhir dari a.
siliaris anterior.
Bagian terpenting dari sudut filtrasi adalah trabekula yang terdiri dari :
Trabekula korneoskleral, serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma kornea
dan menuju kebelakang, mengelilingi kanal Schlemn intuk berinsersi pada
sclera.
Trabekula uveal, serabut berasal dari lapisan dalam stroma kornea, menuju ke
scleralspur (insersi dari m. siliaris) dan sebagian ke m. siliaris meridional.
Serabut berasal dari akhir membrane Descement (garis Schwalbe) menuju ke
jaringan pengikat m. siliaris radial dan sirkularis.
Ligamentum pektinatum rudimenter, berasal dari dataran depan iris menuju
ke depan trabekular.
Trabekula terdiri dari jaringan kolagen, jaringan homogen, elastik dan
seluruhnya diliputi endotel. Keseluruhannya merupakan spons yang tembus
pandang sehingga bila ada darah di dalam kanal Schlemn, dapat terlihat dari luar.
Kanal Schlemn, merupakan kapiler yang dimodifikasi yang mengelilingi kornea.
Dindingnya terdiri dari satu lapisan sel, diameternya 0,5 mm. Pada dindingnya
sebelah dalam terdapat lubang-lubang sebesar 2U, sehingga terdapat hubungan
langsung antara trabekula dan kanal Schlemn. Dari kanal Schlemn, keluar saluran
7
kolektor, 20-30 buah, yang menuju ke pleksus vena di dalam jaringan sklera dan
episkleradan v. siliaris anterior di badan siliar.
3.2 Fisiologi Aquos Humor
Tekanan intraokular ditentukan oleh produksi aqueous dan tahanan aliran
keluar aqueous. Aqueous merupakan cairan jernih yang mengisi kamera okuli
8
anterior dan posterior. Volumenya sebanyak sekitar 250 mikroliter dan
produksinya sekitar 2,5 mikroliter/menit. Tekanan osmotiknya sedikit lebih tinggi
dibandingkan plasma. Komposisinya mirip dengan plasma tetapi konsentrasi
askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi, dan konsentrasi protein, urea, dan
glukosa lebih rendah.
Aqueous diproduksi badan siliaris. Ultrafiltrat plasma diproduksi pada
stroma prosesus siliaris, kemudian dimodifikasi dengan sekresi epitel prosesus
siliaris. Memasuki kamera okuli posterior, aqueous melewati pupil menuju
kamera okuli anterior kemudian ke trabecular meshwork pada sudut kamera okuli
anterior dimana terjadi pertukaran komponen dengan darah di iris.
Trabecular meshwork terdiri atas kolagen dan jaringan elastin yang
dilapisi sel trabekular yang membentuk filter dengan ukuran pori yang semakin
mengecil ketika mendekati kanal Schlemm. Kontraksi muskulus siliaris melalui
insersinya pada trabecular meshwork memperbesar ukuran pori sehingga
meningkatkan drainase aqueous. Jalan menuju kanal Schlemm tergantung dari
formasi siklik kanal transelular pada lapisan endotel. Kanal eferen dari kanal
Schlemm menyalurkan cairan ke vena. Sebagian aqueous melewati muskulus
siliaris dan melalui sklera (aliran uveoskleral).
Tahanan aliran keluar aqueous dari kamera okuli anterior adalah lapisan
endotel pada kanal Schlemm dan sebagian trabecular meshwork. Tekanan pada
jaringan vena di episklera menentukan tekanan intraokular minimal yang dapat
dicapai dengan terapi medis.
3.3 Patofisiologi
Pada glaukoma kronik, adanya peningkatan TIO dapat disebabkan karena
beberapa hal antara lain terjadinya obstruksi trabekular, adanya kehilangan sel
9
endotel trabekular, kehilangan kemampuan densitas trabekular dan menyempitnya
kanal Schlemm, kehilangan vakuola di dinding endotel kanal schlemm, gangguan
aktivitas fagositik, gangguan metabolisme KS, disfungsi kontrol adrenergik, dan
proses imunologik abnormal. Dikatakan bahwa fitur patologis utama dari
glaukoma kronik sudut terbuka adalah degenerasi trabecular meshwork di mana
terdapat deposit ekstraseluler di dalamnya serta terdeposit juga di bawah lapisan
endotel kanal Schlemm.
Glaukoma kronik sudut terbuka sendiri ditandai dengan sudut bilik mata
depan yang lebar, adanya hambatan aliran humor aqueous mungkin terdapat pada
trabekulum, kanal Schlemm, maupun pleksus vena di daerah intrasklera. Hal ini
dibuktikan dengan pemeriksaan patologi anatomi dimana terjadi proses degenerasi
dari trabekulum dan kanal schlemn. Dapat juga nampak penebalan serta sklerosis
dari serat trabekulum, vakuol dalam endotel, dan endotel yang hiperseluler, yang
menutupi trabekulum dan kanal schlemn. Beberapa pendapat mengemukakan
bahwa proses penuaan memegang peranan dalam proses sklerosis ini, yang
dipercepat bila mata tersebut mempunyai bakat glaukoma, yaitu pada pasien
dengan kerabat dekat yang menderita glaukoma.
10
Pada peningkatan TIO mendahului perubahan diskus optik dan pengeluhan
dalam jangka waktu bulanan hingga tahunan. Terdapat asosiasi yang jelas antara
tingkat TIO dan keparahan laju penurunan visus, namun hal ini sangat bervariasi
antar-individu. Beberapa mata dapat menoleransi peningtkatan TIO tanpa adanya
perubahan simptomatik (hipertensi okular), namun beberapa bisa saja mengalami
gejala glaukomatosa dengan TIO yang ”normal” (low-tension glaucoma). Akan
tetapi, peningkatan TIO yang lebih tinggi terasosiasi dengan penurunan lapang
pandang yang lebih luas. Saat terdapat penurunan lapangan pandang
glaukomatosa saat pemeriksaan pertama, terdapat risiko sangat besar untuk
progresi. Karena TIO merupakan faktor risiko yang dapat dimodifikasi, hal
tersebut tetap menjadi fokus terapi. Setiap reduksi 1 mmHg TIO, terdapat
penurunan risiko progresi glaukoma sebesar 10%. Apabila terdapat perubahan
visus atau diskus optik yang ekstensif, sangat direkomendasikan untuk
menurunkan TIO sebanyak mungkin, kalau bisa < 15 mmHg.
Mekanisme utama penurunan penglihatan adalah dengan terjadinya atrofi
sel ganglion difus yang ditandai dengan penipisan lapisan serat saraf dan inti
bagian dalam retina serta berkurangnya jumlah sel akson di saraf optikus.
Beberapa postulat telah diajukan untuk menerangkan terjadinya proses tersebut.
Tatapi hingga kini hanya ada dua postulat yang dapat menjelaskan proses ini
secara lengkap yaitu:
11
1) Teori iskemik: gangguan pembuluh darah kapiler akson nervus optikus,
memainkan peranan penting pada patogenesis kerusakan akibat glaukoma.
Mekanime yang terjadi:
a) Hilangnya pembuluh darah
b) Perubahan aliran darah kapiler
c) Perubahan yang mempengaruhi penghantaran nutrisi ataupun pembuangan
produk metabolit dari akson
d) Kegagalan pengaturan aliran darah
e) Penghantaran substansi vasoaktif yang bersifat merusak ke dalam
pembuluh darah saraf optikus.
2) Teori mekanik langsung menjelaskan bahwa peningkatan tekanan intraokuler
yang bersifat kronik merusak saraf retina secara langsung pada saat saraf
tersebut melewati lamina kribosa. Kenaikan tekanan intraokuler memicu
kolapsnya serta perubahan pada lempeng laminar serta perubahan susunan
kanal aksonal, serta menyebabkan penekanan secara langsung pada serat saraf
dan juga menyebabkan gangguan aliran darah serta penurunan hantaran
nutrien kepada akson pada papil saraf optikus.
3.4 Faktor Predisposisi Terjadinya Glaukoma Sudut Terbuka
Ras
Wilensky (1994) yang didukung oleh beberapa penelitian menyatakan,
bahwa faktor ras dan atau kulit berwarna mempunyai prevalensi glaukoma
sudut terbuka primer yang lebih tinggi daripada orang kulit putih dan
penderita yang berasal dari daerah oriental. Di Amerika Serikat
perbandingan prevalensinya sekitar 2:1 untuk ras kulit berwarna.
Sementara pada populasi lain tampak¬nya perbandingan tersebut lebih
besar lagi. Hasil survei yang dilakukan di Kepulauan Karibia pada
populasi umur di atas 40 tahun, dinyatakan bahwa prevalensi pada kulit
berwarna sekitar 14%, sedang pada kulit putih hanya sekitar 2%.
12
Diperkirakan juga bahwa beratnya kasus glaukoma pada kulit berwarna
lebih berbahaya daripada kulit putih. Sementara, kasus yang menjadi buta
pada orang kulit berwarna insidensinya 8 kali lebih banyak daripada kulit
putih. Di samping itu ditinjau dari hasil pengobatan maupun tindakan
pembedahan, hasilnya lebih baik pada kulit putih daripada kulit berwarna.
Faktor Umur
Faktor bertambahnya umur mempunyai peluang lebih besar untuk
menderita glaukoma sudut terbuka primer. Vaughan (1995), menyatakan
bahwa frekuensi pada umur sekitar 40 tahun adalah 0.4%–0.7% jumlah
penduduk, sedangkan pada umur sekitar 70 tahun frekuensinya meningkat
menjadi 2%–3% dari jumlah penduduk. Framingham Study dalam
laporannya tahun 1994 menyatakan bahwa populasi glaukoma adalah
sekitar 0.7% penduduk yang berumur 52–64 tahun, dan meningkat
menjadi 1.6% penduduk yang berumur 65–74 tahun, serta 4.2% pada
penduduk yang berusia 75–85 tahun.
Faktor Keluarga
Glaukoma sudut terbuka primer merupakan suatu penyakit yang
dipengaruhi faktor keluarga. Hal ini dapat ditunjukkan oleh beberapa
survei yang dilakukan, namun hasil survei tersebut tidak lengkap karena
tidak mengikut-sertakan anak-anak dan orang yang belum mencapai umur
40 tahun yang kemungkinan dicurigai menderita glaukoma. Walaupun
demikian hasil survei tersebut cukup bermanfaat karena dapat
menunjukkan adanya indikasi bahwa 1 dari 10 orang pada garis keturunan
pertama atau first degree menderita glaukoma seperti yang diderita
orangtua mereka.
Penyakit Sistemik
Insiden dari glaukoma sudut terbuka primer seringkali dihubungkan
dengan dua penyakit sistemik, yaitu Diabetes Mellitus dan Hipertensi
arterial. Sehubungan dengan hal tersebut dilaporkan bahwa glaukoma
sudut terbuka primer prevalensinya akan meningkat 3 kali lebih tinggi
pada Diabetes Mellitus daripada non Diabetes Mellitus.
13
Dari beberapa faktor predisposisi terjadinya glaukoma sudut terbuka yang sudah
dipaparkan diatas faktor predisposisi yang didapatkan pada pasien adalah ras
pasien sebagai ras asia dengan kulit berwarna hitam dan umur pasien berada pada
rentang umur yang beresik untuk terkena glaukoma kronik sudut terbuka.
3.5 Gejala Klinik
Biasanya terjadi secara perlahan – lahan dan asimptomatik, sampai terjadi
penurunan penglihatan dan umumnya terjadi secara bilateral.
Pasien mengeluhkan sakit kepala dan nyeri pada bola mata
Pasien mengakui melihat halo ( seperti pelangi atau lingkaran disekitar
objek sinar atau cahaya)
Beberapa pasien mengeluhkan adanya defek lapangan pandang jika sudah
mencapai stadium lanjut.
Beberapa pasien mengeluhkan nyeri kepala, mual dan muntah.
Peningkatan TIO
Mata merah
Terkadang ada pemeriksaan penyinaran oblik atau dengan slit lamp
didapatkan bilik mata depan dangkal
Terkadang ditemukan pula pupil yang melebar serta reaksi yang kurang
atau tidak bereaksi dengan sinar.
Pada pasien gejala klinik yang didapatkan yaitu kejadian ini berlangsung
secara perlahan – lahan yang dimulai sejak November tahun 2013 yang pada
awalnya pasien mengeluhkan keluhan seperti pada penyakit mata lainnya yaitu
penglihatan menurun dan sakit mata jika melihat laptop. Gejala klinik lainnya
yang terdapat pada pasien yaitu penurunan penglihatan yang terjadi secara
bertahap dan perlahan dan terjadi secara bilateral walaupun mata kanan pasien
keadaannya lebih berat dari mata kiri pasien. Pasien uga mengeluhkan nyeri pada
kepala maupun mata terutama jika melihat cahaya tau sinar juga pasien sepeti
melihat lingkaran jika melihat lampu. Adanya defek lapangan pandang pasien
yang dibuktikan pada pemeriksaan visus dimana visus pasien selalu turun. TIO
pasien yang sempat meningkat dan menurun secara perlahan selama proses
pengobatan. Mata pasien merah, bilik mata depan terutama pada mata kanan
14
pasien dangkal dan ditemukan juga pupil pasien yang melebar serta kurang
bereaksi terhadap cahaya.
3.6 Diagnosis
Seperti pada umumnya pada penyakit lainnya untuk menegakkan
diagnosis pada glaukoma juga dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Anamnesis merupakan hal sangat penting dan mendasar dalam
mendiagnosis glaukoma. Sebuah anamnesis yang rinci dapat menentukan gejala-
gejala subjektifseperti penglihatan kabur, irisopsia, sakit mata, sakit kepala, selain
itudengan anamnesis dapat mengetahui riwayat untuk trauma okular, inflamasi,
operasi,infeksi, dan juga penting untuk menentukan riwayat penyakit sistemik
padapasien dan penggunaan obat-obatan tertentu. Hal – hal yang sering
dikeluhkan oleh pasien adalah :
Nyeri padamata
Nyeri kepala
Pandangankabur
Penyempitan lapangan pandang
Halo
Hiperemis
Hasil anamnesis pada pasien awalnya pasien mengeluhkan gejala yang
kurang khas yaitu sepeerti mata capai jika terlalu lama melihat pada computer,
lalu pada anamnesis selanjutnya didapatkan beberapa gejala klinik lainnya juga
seperti nyeri pada mata, nyeri kepala, pandangan kabur atau visus yang menurun
secara perlahan, halo dan juga mata yang hiperemis.
PemeriksaanVisus
15
Pemeriksaan visus dilakukan untuk mengetahui gangguan pandangan
berupa,pandangan kabur atau penyempitan lapangan pandang.
Pada pasien juga dilakukan pemeriksaan visus yang mana didapatkan visus pasien
yang perlahan – lahan mulai menurun sejak pemeriksaaan pertama yaitu dari
Desember 2013.
Slit-lampmikroskop
Mikroskop slit-lamp merupakan pemeriksaan yang paling mendasar
padaglaukoma. Dengan pemeriksaan ini, akan dinilai konjuctiva, anterior
chamber, iris, lensa, dan lain-lain, namun diperlukan lensa tambahan untuk sudut
bilik mata depan dan fundus okular.
Tonometri
Tonometri merupakan pemeriksaan tekanan intra okular. Pemeriksaaan
tekanan intra okular umumnya dilakukan pada kasus glaukoma karena pada kasus
– kasus glaukoma biasanya didapatkan peningkatan dari tekanan intra ocular.
Pada pasien ini sendiri juga rutin dilakukan pemeriksaan intra okular, dari
hasil pemeriksaan ini sendiri dipatkan tekanan intra okular dari pasien yang tinggi
dan seiring dengan pengobatan menjadi turun perlahan – lahan.
Perimetri
Perimetri merupakan pemeriksaan untuk menilai gangguan lapangan
pandang pada glaukoma. Alat-alatyang dapat digunakan adalah automated
perimeter (misalnya Humphrey, Octopus,atau Henson), perimeter Goldmann,
Friedmann field analyzer, dan layar tangent.2
Oftalmoskopi
Dalam mendiagnosis glaukoma, deteksi perubahan morfologi pada optik
diskatau serat lapisan retina saraf sangat penting. Meskipun temuan patologis dari
disk optik atau saraf lapisan serat retina berhubungan dengan stadium penyakit
glaukoma, mereka sering terdeteksi sebelum terdapat kelainan bidang visual.
Padaglaukoma normal-tension khususnya,penyakit sering ditemukan dengan
pemeriksaan oftalmoskopi
.
Gonioskopi
16
Pada pemeriksaan ini dapat dilihat secara tepat variasi struktur sudut bilik
mata depan, seperti Schwalbe’sline, travecular meshwork, scleral spur, dan badan
siliaris. Pada pemeriksaan ini juga akan tampak keadaan patologi seperti, ocular
ischemic pada diabetikretinopati, oklusi vena retina dan oklusi arteri karotid
internal, danneovaskularisasi juga dapat terjadi di sudut bilik mata depan.
Pemeriksaanlain pada Glaukoma
a.Pemeriksaan tekanan bola mata
Pemeriksaan tekanan bola mata juga dapat dilakukan tanpa alat,
dasarpemeriksaannya adalah dengan merasakan lenturan bola mata (ballotement)
dilakukan penekanan bergantian dengan kedua jari tangan.
b. Uji minum kopi
Pasien meminum 1-2 gelas kopi pekat bila tekanan pada bola mata naik15-
20 mmHg sesudah meminum selama 20-40 menit, berarti pasien
menunjukkaanadanya galukoma.
c. Uji minum air
Minum air yang banyak akan menurunkan takanan osmotik sehingga air
akan banyak masuk kedalam bola mata yang akan menaikkan tekanan. Tekanan
bola mata diukur seltiap 15 menit. Bila tekanan bola mata naik 8-15 mmHg dalam
waktu 45 menit pertama menunjukkan pasien menderita glaukoma.
d. Uji steroid
Dilakukan pada pasien yang dicurigai adanya glaukoma terutama dengan
riwayat glaukoma pada keluarga. Dengan diteteskan betametason atau
dexametason0.1% 3-4 kali sehari. Dan tekanan bola mata di periksa setiap
minggu. Padapasien berbakat glaukoma maka tekanan bola mata akan naik setelah
2 minggu.
e. Uji variasi diurnal
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui apakah tekanan bola mata pada
pasien meninggi pada suatu saat dalam satu hari yang menimbulkan gejala
glaukoma. Nilai variasi normal pada mata harian adalah 2-3 mmHg, sedang
padamata glaukoma variasi dapat mencapai 15-20 mmHg.5
f. Uji kamargelap
17
Pada pengujian ini dilakukan pengukuran tekanan bola mata dan kemudian
pasien dimasukkan kedalam kamar gelap dan duduk dengan muka menghadap ke
mejaselama 60 – 90 menit. Pada akhir 90 menit tekanan bola mata diukur, 55%
pasienglaukoma akan menunjukkan hasil yang positif (tekanan bola mata naik
setelahmemasuki kamar gelap ± 8 mmHg).
3.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan glaukoma berujuan untuk mempertahankan
fungsi visual dengan mengendalikan tekanan intraokuler dan dengan begitu akan
mencegah atau menunda kerusakan saraf optik yang lebih lanjut. Pemberian
penatalaksanaan secara dini dapat meminimalisasi terjadinya gangguan
penglihatan. Penurunan tekanan intraokular dapat mencegah terjadinya kerusakan
pada nervus optikus.
1) Penatalaksanaan medikamentosa
Penatalaksanaan medikamentosa dibagi berdasarkan cara kerjanya dalam
menghambat produksi aqueus humor, fasilitasi aliran aqueus, reduksi volume
vitreus serta miotik, midriatik dan siklopegik. Obat-obatan yang digunakan
antara lain:
Beta-blockers: bekerja dengan menurunkan produksi aqueous humor,
contohnya Timolol, Betaxolol, dan Carteolol.
Agonis alpha: bekerja dengan menurunkan produksi cairan sekaligus
meningkatkan aliran keluar aqueous humor contohnya Brimonidine dan
Apraclonidine.
Analog prostaglandin /prostamide: contohnya Latanaprost 0,005%
bekerja dengan meningkatkan aliran keluar aqueous humor melalui non-
conventional (uveo-scleral) outflow pathway.
Ihibitor karbonik anhidrase : contohnya Acetazolamide, Dorzolamide
dan Brinzolamide. Bekerja dengan menurunkan produksi aqueous
humor
18
Agonis kolinergik : contohnya pilokarpin. Bekerja dengan
meningkatkan aliran keluar aqueous humor melalui conventional
outflow pathway
Obat-obatan lain seperti epinefrin (meningkatkan outflow dan
menurunkan produksi aqueus humor)
Agen hiperosmotik untuk menurunkan volume badan vitreus seperti
gliserol, isosorbid, urea, dan manitol.
Pada pasien ini awalnya pasien mendapat terapi kombinasi dua macam obat untuk
membantu penurunan tekanan bola mata yang optimal pada pasien, lalu saat bola
mata pasien sudah mulai menurun, dokter mengurangi satu obat pasien sehingga
pasien hanya menggunakan satu jenis obat saja.
2) Penatalaksanaan bedah
Pada umumnya operasi ditangguhkan selama mungkin dan baru dilakukan bila
terjadi beberapa keadaan antara lain:
TIO tak dapat dipertahankan di bawah 22 mmHg
Lapang pandangan yang terus mengecil
Pada pasien yang tidak dapat dipercaya pengobatannya
Tidak mampu membeli obat untuk seumur hidup
Tak tersedia obat-obatan yang diperlukan
Teknik bedah yang dilakukan adalah dengan iridotomi perifer,
trabekuloplasti serta bedah untuk drainase (prosedur trabekulektomi). Jika
semua usaha bedah tersebut gagal dilakukan prosedur siklodestruktif untuk
menghancurkan badan silier. Prosedur siklodestruktif antara lain dengan
krioterapi, diatermi, ultrasonik frekuensi tinggi dan dengan termal neodynium.
3.8 Komplikasi
19
Tanpa pengobatan glaukoma sudut terbuka dapat berkembang secara
perlahan sehingga akhirnya menimbulkan kebutaan total.
3.9 Prognosis
Tanpa tatalaksana yang adekuat, glaukoma sudut terbuka dapat berprogresi
terus hingga menjadi kebutaan total. Apabila obat drop antiglaukoma dapat
mengontrol TIO pada mata yang belum mengalami kerusakan glaukomatosa yang
ekstensif, maka prognosisnya bagus (walaupun masih ada kemungkinan
penurunan visus). Saat terdeteksi dini, kebanyakan pasien glaukoma dapat
tertatalaksana secara medikamentosa dengan baik. Trabekulektomi adalah pilihan
yang bagus untuk pasien yang telah mengalami progresi glaukoma walaupun telah
mendapat terapi medikamentosa.
3.10 Edukasi
Penyakit ini tidak nyata dipengaruhi emosi
Olah raga merendahkan tekanan bola mata sedikit
Minum tidak boleh sekaligus banyak, karena dapat menaikkan tekanan
Tekanan darah naik cepat akan menaikkan tekanan bola mata
Tekanan darah tinggi lama bila diturunkan cepat akan mengakibatkan
bertambah terancamnya saraf mata oleh tekanan mata
Penderita memerlukan pemeriksaan papil saraf optic dan lapang pandang
enam bulan sekali
Bila terdapat riwayat keluarga glaukoma, buta, myopia tinggi, anemia,
hipotensi, penderita diabetes mellitus maka harus control lebih sering.
BAB III
PENUTUP
20
Telah dilaporkan sebuah kasus glaukoma kronik pada pasien Ny. MK usia
57 tahun yang datang dengan keluahan utama mata kanan makin susah untuk
melihat. Keadaan mata seperti ini sudah dialami pasien sejak bulan November
tahun 2013 yang menurut pasien keadaannya semakin memberat akhir – akhir ini.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis dan oftalmologi didapatkan
pasien mengalami glaukoma kronik. Tatalaksana yang diberikan adalah
medikamentosa golongan beta blocker yaitu timolol. Penanganan operasi tidak
direncanakan untuk dilakukan.
21