GMB Kuantitai

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud

Mengetahui litologi dan menentukan batasnya litologi berdasarkan data log

Menghitung setiap kualitas dan kuantitas suatu sumur log Menentukan jumlah zona saturasi suatu kedalaman Menentukan facies dan lingkungan pengendapatn berdasarkan data log.

1.2 Tujuan

Dapat mengetahui litologi dan menentukan batasnya litologi berdasarkan data log

Dapat menghitung setiap kualitas dan kuantitas suatu sumur log Dapat menentukan jumlah zona saturasi suatu kedalaman Dapat menentukan facies dan lingkungan pengendapatn berdasarkan data log.

1.3 Waktu dan Tanggal Pelaksanaan

Hari/Tanggal : Selasa/ 24 april dan 1 mei 2013

Jam

: 15.00-17.00

Tempat

: Ruang 201 Gedung Pertamina Sukowati

BAB II

DASAR TEORI

2.1Pengertian Log Log adalah suatu grafik kedalaman (atau waktu) dari satu set yang menunjukkan parameter fisik, yang diukur secara berkesinambungan dalam sebuah sumur (Harsono, 1997). Logging adalah pengukuran atau pencatatan sifat-sifat fisika batuan di sekitar lubang bor secara tepat dan kontinyu pada interval kedalaman tertentu (Schlumberger, 1986). Maksud dari logging adalah untuk mengukur parameter fisika sehingga dapat diinterpretasi litologi penampang sumur, karakteristik reservoir antara lain porositas, permeabilitas dan kejenuhan minyak. Well logging merupakan suatu teknik untuk mendapatkan data bawah permukaan dengan menggunakan alat ukur yang dimasukkan kedalam lubang sumur, untuk evaluasi formasi dan identifikasi ciri-ciri batuan dibawah permukaan (Schlumberger, 1958). Tujuan dari well logging adalah untuk mendapatkan informasi litologi, pengukuran porositas, pengukuran resistivitas, dan kejenuhan hidrokarbon. Sedangkan tujuan utama dari penggunaan log ini adalah untuk menentukan zona, dan memperkirakan kuantitas minyak dan gas bumi dalam suatu reservoir. 2.2 Macam Macam Log Log itu sendiri diartikan sebagai suatu grafik kedalaman (atau waktu) dari satu set yang menunjukkan parameter fisik, yang diukur secara berkesinambungan dalam sebuah sumur (harsono,1997). Data log yang ada pada pengamatan analisis kualitatif adalah Log S( Spontaneous potensial ), Log GR ( Gamma Ray ), Log resistivitas, Log RHOB ( Densitas ), dan Log NPHI ( Neutron ).Ada 4 jenis log yang sering digunakan dalam interpretasi yaitu : Log listrik terdiri dari log resistivitas dan log SP Log radioaktif terdiri dari log GR (Gamma Ray), log porositas yaitu terdiri dari log densitas dan log neutron Log akustik berupa log sonic Log caliper 2.2.1 Log Spontaneous Potensial (Log SP) Log SP adalah rekaman perbedaan potensial listrik antara elektroda dipermukaan yang tetap dengan elektroda yang terdapat di dalam lubang bor yang bergerak naik turun.Supaya SP dapat berfungsi, lunamg bor harus diisi dengan lumpur konduktif.Skala SP adalah dalam milivolt, tidak ada harga mutlak yang dama dengan mol karena hanya perubahan potemsial yang dicatat. Kita bayangkan sebuah lubang sumur yang terdiri dari lapisan permeabel dan tak permeabel.Secara alamiah karena perbedaan kandunagn garam air, arus listrik hanya mengalir di sekeliling perbatasan formasi di dalam lubang bor. Di lapisan serpih dimana tidak ada aliran listrik, sehingga potensialnya adalah konstan sengan kata lain SP-nya rata.Pembacaan ini disebut garis dasar serpih (Shale Base Line). Mendekati lapisan-permeabel, aliran listrik mulai terjadi, yang menyebabkan beda potensial negatif (relatif terhadap serpih). Penurunan kurva SP tidak pernah tajam saat melewati dua lapisan yang berbeda, melainkan selalu mempunyai sudut kemiringan.Jika lapisan permeabel itu cukup tebal maka SP menjadi konstan mendekati nilai maksimumnya (SSP-StaticSP). Memasuki lapisan serpih lagi, situasi sebaliknya akan terjadi, dan potensial kembali ke nilai serpih secara teratur. Kurva SP biasanya tidak mampu dengan tepat memberikan ukuran ketebalan lapisan, karena sifatnya yang malas atau lentur.Perubahan dari posisi garis-dasar-serpih ke daris permeabel tidak tajam melainkan molor, sehingga garis batas tidak mudah dengan tepat ditentukan.Garis batas tersebut tidak harus setengah dari garis lenturnya. Tahap pertama yang dilakuakan dalam analisis log adalah mengenal lapisan-permeabel, dan serpih yang tak-permeabel. Untuk itu digunakan log SP dan juga dengan bantuan dari log Gamma Ray ( GR ). Log GR dan SP membedakan serpih dari yang bukan serpih dengan cara yang berbeda. SP adalah pengukuran secara elektrik, sedangkan GR adalah pengukuran secara radioaktif.Keduanya bisa sangat berbeda dalam penampilan. Penyajiannya adalah : pembacaan serpih disebelah kanan sedang pasir yang permeabel disebelah kiri dalam kolom 1. Pada formasi lunak, SP memberikan perbedaan yang lebih kontras antara serpih dan pasir daripada GR. Sebaliknya pada formasi karbonat yang keras perubahan SP sangat kecil, sehingga tidak dapat membedakan formasi yang permeabel dari yang tak-permeabel. Dalam kondisi ini log GR adalah cara terbaik, karena memberikan resolusi lapisan yang baik.Log SP digunakan untuk : Identifikasi lapisan-lapisan permeabel. Mencari batas-batas lapisan permeabel dan korelasi antar sumur berdasarkan batas lapisan itu. Menentukan resistivitas air-formasi,Rw. Memberikan indikasi kualitatif lapisan serpih. 2.2.2Log Gamma Ray (Log GR) Sejarah Log Sinar Gamma (GR) sudah lama, tapi hanya sedikit pengembangan yang dilakukan pada alat GR atau cara interpretasinya. Dengan kehadiran GR spektroskopi beberapa tahun silam telah membuka era baru bagi kemungkinan interpretasi yang lebih rinci.Dengan alat seperti NGT (Natural spectroscopy Gammaray Tool) kita dapat mendeteksi unsur-unsur sumber radioaktif. Prinsip Log GR adalah suatu rekaman tingkat radioaktivitas alami yang terjadi karena tiga unsur : uranium (U), thorium (Th), dan potassium (K) yang ada pada batuan. Pemancaran yang terus menerus terdiri dari semburan pendek tenaga tinggi sinar gamma, yang mampu menembus batuan, sehingga dapat dideteksi oleh detektor yang memadai (biasanya jenis detektor scintillation). Sinar Gamma sangat efektif dalam membedakan lapisan permeabel dan yang tak permeabel karena unsur-unsur radioaktif cenderung berpusat di dalam serpih yang tak-permeabel, dan tidak banyak terdapat dalam batuan karbonat atau pasir secara umum adalah permeabel. Kadangkala lumpur bor mengandung sejumlah unsur potassium, karena zat potassiumchlorida ditambahkan kedalam lumpur untuk mencegah pembengkakan serpih. Radioaktivitas dari lumpur akan mempengaruhi pembacaan log GR berupa tingkatan latar belakang radiasi yang tinggi. Koreksi pengaruhi unsur potassium lumpur ini hanya ada pada alat NGT. Log GR diskala dalam satuan API (GAPI). Satu GAPI = 1/200 dari tanggapan yang didapat dari kalibrasi standar suatu formasi tiruan yang berisi Uranium, Thorium dan Potassium dengan kuantitas yang diketahui dengan tepat dan diawasi oleh American Petroleum Institute ( API) di Houston, Texas. Log GR biasanya ditampilkan pada kolom pertama, bersamasama kurva SP dan Kaliper.Biasanya diskala dari kiri ke kanan dalam 0-100 atau 0-150 GAPI. Tingkat radiasi serpih lebih tinggi dibandingkan batuan lain karena unsur-unsur radioaktif cenderung mengendap di lapisan serpih yang tidak permeabel, hal ini terjadi selama proses perubahan geologi batuan. Pada formasi permeabel tingkat radiasi GR lebih rendah, dan kurva akan turun ke kiri. Sehingga log GR adalah log permeabilitas yang bagus sekali karena mampu memisahkan dengan baik antara lapisan serpih dari lapisan permeabel. Secara khusus log GR berguna untuk definisi lapisan permeabel disaat SP tidak berfungsi karena formasi yang sangat resistif atau bila kurva SP kehilangan karakternya (Rmf = Rw), atau juga ketika SP tidak dapat direkam karena lumpur yang digunakan tidak konduktif (oil base mud). Log GR dapat digunakan untuk mendeteksi dan evaluasi terhadap mineral-mineral radioaktif, seperti biji potasium atau uranium.Log GR juga dapat digunakan untuk mendeteksi mineralmineral yang tidak radioaktif, termasuk lapisan batubara.Log GR digunakan secara luas untuk korelasi pada sumur-sumur berselubung. Gabungan perekaman GR dengan CCL (casing collar locator) memungkinkan alat perforasi diposisikan dengan akurat di depan lapisan yang akan dibuka. Korelasi dari sumur ke sumur sering dilakukan dengan menggunakan log GR, dimana sejumlah tanda-tanda perubahan litologi hanya terlihat pada log GR.Ringkasan dari kegunaan Log GR : Evaluasi kandungan serpih Menentukan lapisan permeabel Evaluasi biji mineral yang radioaktif maupun yang tidak radioaktif Korelasi log pada sumur yang berselubung Korelasi antar sumur 2.2.3Log Resistiviy Log ini mengukur tahanan jenis formasi, untuk medapatkan sifat sifat fisik batuan.Tahanan jenis suatu media adalah tahanan / hambatan yang diberikan oleh suatu media tersebut terhadap aliran arus listrik yang melewatinya. Tahanan jenis diukur dengan alat normal, yang mengukur Ra ( tahanan jenis semu dari formasi ) dan alat lateral dan induksi yang dapat mengukur tahanan jenis sebenarnya Rt. Log tahanan jenis dapat dibagi lagi menjadi tiga berdasarkan tempat pengambilan datanya, yaitu : 1. Log tahanan jenis dangkal digunakan untuk mengukur tahanan jenis zona invasi yakni zona yang berada di sekitar tabung bor. Zona ini dapat dipengaruhi oleh air lumpur bor atau mud filtrat. Log ini disebut juga Laterallog Shallow (LLS). 2. Log tahanan jenis menengah, log ini menguur tahanan jenis zona transisi yakni zona yang sebagian dari fluidanya terusir oleh mud filtrat dan sebagian masih merupakan fluida asli. Log ini disebut juga Spherically FocusLog (SFL) 3. Log tahanan jenis dalam, log ini mengukur tahanan jenis formasi yang tidak terganggu oleh proses pemboran.Tujuan penggunaan adalah untuk mengukur tahanan jenis asli ( Rt ), membantu mengetahui porositas dan permeabilitas batuan. Juga untuk menghitung Sw dan untuk korelasi.Log ini disebut juga Laterallog Deep (LLD). 2.3 Analisis Log Kuantitatif a. Perhitungan Volume Shale a. Volume Shale Gamma Ray = b. Volume Shale Spontaneous Potential = c. Volume Shale Neutron = Log neutron, hasil pembacaan dari log neutron adalah standarpengukuran batugamping, untuk mengkonversikan kepada batupasir kita ubah dengan menggunakan chart Por-13b.

Porositas Densitas (D) D = Koreksi Porositas Densitas Dc = D (Dsh x Vsh) Porositas Neutron (N) N = Dibaca langsung dari kurva log Total Porositas (Tot) : tot = Porositas Neutron Shale Terdekat ( Nsh) Koreksi Porositas Neutron (Nc) Nc = N (Nsh x VSh) Porositas Densitas Neutron (e) e = c.Faktor Formasi (F) Faktor formasi merupakan faktor keras lunaknya batuan rata-rata yang tergantung dari mineral pembentuk batuan. a F=

m Catatan : Untuk batupasir a = 0,62; m = 2,15 Untuk batugamping a = 1; m = 2 d. Perhitungan True Resistivity (Rt) e. Perhitungan Water Restivity ( Rw ) Water Restivity Loose (Rwl) Rwl Water Restivity Consolid (Rwc) Rwl f. Perhitungan Resistivitas Batuan di Flushed Zone ( Rxo ) Rxo loose (Rxol) Rxol = Rxol = Rxo Consolid (Rxoc) g. Porositas Gabungan Kombinasi log densitas dan neutron, harga yang diperoleh dari pembacaan log densitas &neutron dengan menggunakan persamaan: (7 x D +2 x N) gab =

9 Keterangan : D : nilai porositas densitas N : nilai porositas neutron Tabel 2.1 Persentae Porositas Persentase Porositas Penilaian

0% - 5% dapat diabaikan (negligible)

5% - 10% buruk (poor)

10% - 15% cukup (fair)

15% - 20% baik (good)

20% - 25% sangat baik (very good)

> 25% istimewa (excellent)

( Koesoemadinata, 1980) h. Saturasi Air (Sw) Metode Archie Uninvaded Zone ( Zona Tak Terinvasi ) Determinasi harga kejenuhan air (Sw) dari log resistivitas dalam formasi yang bersih (non-shaly), berdasarkan pada rumus Archie (Harsono, 1997) :F.Rw Sw = Rt Keterangan : Sw: nilai kejenuhan air pada zona tidak terbilas F : nilai faktor formasi Rw: nilai resistivitas air Rt : nilai resistivitas zona tidak terbilas Invaded Zone ( Zona Terinvasi ) F.Rmf Sxo = Rxo Keterangan : Sxo: nilai kejenuhan air pada zona terbilas F : nilai faktor formasi Rmf: nilai resistivitas mud filtrate Rxo: nilai resistivitas zona terbilas Rxo diperoleh dari short normal, Rt dari Induction atau laterolog, sedangkan Rmf/Rw dari harga yang diukur. Dari harga Sw dan Sxo dapat diketahui Shr (saturasi hidrokarbon tersisa) Shr = 1 - Sxo Harga Shr dipakai untuk menentukan porositas batuan bat = kor-gab (1 0,1 Shr) ( Chabibie, Abdurrahman, dkk, 2008) Metode Simandoux Uninvaded Zone ( Zona Tak Terinvasi ) Sw Keterangan : C : Konstanta untuk litologi ( sandstone = 0,4, limestone = 0,45) Rsh : Restitivity shale terdekat dan tertinggi di suatu zonasi Invaded Zone ( Zona Terinvasi ) Sw 2.4 Lingkungan Pengendapan Lingkungan pengendapan adalah tempat mengendapnya material sedimen beserta kondisi fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan terjadinya mekanisme pengendapan tertentu (Gould, 1972).Interpretasi lingkungan pengendapan dapat ditentukan dari struktur sedimen yang terbentuk.Struktur sedimen tersebut digunakan secara meluas dalam memecahkan beberapa macam masalah geologi, karena struktur ini terbentuk pada tempat dan waktu pengendapan, sehingga struktur ini merupakan kriteria yang sangat berguna untuk interpretasi lingkungan pengendapan.Terjadinya struktur-struktur sedimen tersebut disebabkan oleh mekanisme pengendapan dan kondisi serta lingkungan pengendapan tertentu.Lingkungan Pengendapan DIbagi menjadi 3 , yaitu : 1. Continental / darat 2. Coastal / transisi 3. Marine / laut Klasifikasi lingkungan pengendapan dapat dibedakan menjadi: a. kontinetal, antara lain gurun atau eolian, fluvial termasuk braided river dan point bar river, dan limnic

Gambar 2.2 - Depositional model for peatland development associated with fluvial systems. Coals that develop from peatlands in fluvial systems tend to thicken away from channels and split toward channels. Areas of peatlands are removed by fire splays, crevasse splays or eroded by fluvial incision. b. peralihan, termasuk delta. lobate, esturine, litoral (pantai, laguna, dan barrier islands, offshore bar, tidal flat.

Gambar 2.3 Sequence stratigrafi Lingkungan Transisi marine, meliputi neritis atau laut dangkal, deep neiritis, batial, abisal.

Gambar 2.4- Depositional model for peatland development above regressive marine carbonates. Variation in coal thickness may be due to subtle changes in topography, where shallower areas that submerge before deeper areas are conducive to peat development.BAB IIIMETODELOGI

3.1 Alat dan Bahan

Pensil

Pensil Warna

Penghapus

Penggaris

Data Log

Data Peta Pemboran

3.2 Diagram Alir kualitatif

3.3 Diagram Alir kuantitatif

BAB IV

PENGOLAHAN DATA4.1 Analisis kualitatif4.2 Analisis KuantitatifBAB V

PEMBAHASAN5.1 Analisa Data Wireline LOG

Dari analisa kualitatif yang sudah dilakukan, didapatkan 2 litologi pada sumur ini, yakni sandstone dan shale. Sandstone yang dicirikan dengan data log Gamma Ray Yang rendah yaitu sekitar 40 - 60 g API, karena pada lapisan ini kemungkinan mempunyai kandungan radioaktif. Dari hasil log neutron (NPHI) yang menunjukan angka yang besar maka dapat diketahui bahwa batuan ini memiliki porositas yang besar. Dan dengan melihat dari Log Density (RHOB) maka dapat diketahui pula bahwa batuan ini memiliki densitas yang rendah yang dimungkinkan berasal dari jumlah porositas yang banyak, oleh karena itu batuan ini mempunyai porositas yang baik (permeable). Pada lapisan batupasir sangat jarang terjadi runtuhan dinding karena disebabkan nilai permeabilitasnya sangat besar sehingga tekanan Log pada sumur dinding tidak terlalu signifikan. Pada tekanan lapisan ini zona pemboran harus melakukan casing hal ini dilakukan agar tekanan gas dan bor tidak menganggu kerentanan dinding sehingga perlu dijaga besaran tekanan formasi untuk menjaga agar tidak terjadinya blow up. Untuk lebih menentukan apakah zona pemboran ini bersifat ekonomis maka dioverlay dengan data-data seismik untuk melihat main structure serta sebaran batuan reservoir yang ada dengan melihat amplitudo anomali yang terbentuk pada seismik tersebut untuk melihat nilai amplitudo yang terbentuk pada zona reservoir. Berdasarkan data wireline log, terdapat shale berdasarkan dari data log Gamma ray yang tinggi. Dalam hal ini terjadi karena pada lapisan ini tidak memungkinkan mempunyai kandungan radioaktif atau pada lapisan ini mempunyai kandungan radioaktif tetapi sangat rendah. Dari data NPHI untuk litologi shale menunjukkan angka yang kecil atau pada NPHI ini menunjukkan garis log yang menunjam ke kiri. Dari ciri-ciri tersebut menunjukkan bahwa pada batuan ini memiliki pororsitas yang kecil.

Sedangkan dilihat pada data log Density (RHOB) terlihat bahwa batuan ini memiliki densitas yang tinggi dan kemungkinan batuan ini berasal dari jumlah porositas yang sedikit sehingga bisa dikatakan bahwa batuan ini mempunyai porositas yang kecil atau impermeable.

Dilihat pada log Gamma Ray yang bergerigi melewati shale baseline, menunjukkan bahwa litologi tersebut adalah sandstone yang berselingan dengan shale. Kedua litologi tersebut disesuaikan dengan kenampakan log resistivity yang hasilnya akan menunjukkan nilai besar dari log NPHI yang arahnya ke arah negative atau mengaraah ke kiri dan berhimpit dengan log RHOB dengan nilai yang sedang. Dari pengamatan analisis well log tersebut dapat menunjukkan bahwa pada daerah sandstone tersebut kemungkinan terdapat hidrokarbon yaitu oil yang diberi tanda warna kuning.

Dari system trak diatas kita mendapatkan progradasi yang ditandai dengan LST. Pada bagian ini suplai sedimen dari darat lebih dominan daripada daya akomodasi suatu cekungan sehingga terendapkan dominan pasir yang mencirikan endapan darat. Terdapat pula Aggradasi yang ditandai dengan TST. Pada bagian ini suplai sedimen dari darat seimbang dengan daya akomodasi cekungan dan ditamabah dengan sedimen dari laut sehingga terendapkan perselingan antara batupasir dan batulanau/batulempung. Pada bagian yang ketiga terjadi retrogradasi atau suplai sedimen lebih sedikit dari akomodasi cekungan, sehingga yang terendapkan adalah sedimen dari laut berupa batulanau/batulempung.

5.2 Analisis log kuantitatif Pada pembahasan kali ini dibahas pada kedalaman 2960 feet dengan 2965 feet yang mana kedalaman tersebut bersama sama didapat dari sumur geologi 2. Dan pada kedalaman yang dianalisis oleh praktikan adalah kedalaman yang dianalis kualitatif sebagai reservoar. Untuk mengetahui seberapa baikkah zona hidrokarbon ini, maka dilakukan anlisis kuantitatif. Pertama adalah dengan menghitung porositasnya. Dari hasil perhitungan, didapatkan prorsitas densitas (D) adalah sebesar 33.9 %, porositas neutron (N) diperoleh nilai 30 %, dan porositas gabungan antara porositas densitas dan neutron diperoleh nilai 26,27 %, angka ini menunjukan bahwa porositas batupasir adalah baik (skala nilai porositas batuan Koesoemadinata, 1980).

Selanjutnya adalah menghitung faktor formasi (F) dan didapatkan hasil sebesar 10.973 pada keadaam loose dan 14.336 pada keadaan consolid. Mencari nilai faktor formasi bertujuan untuk mengetahui nilai rata-rata keras lunaknya suatu batuan yang tergantung dari mineral pembentuk batuan. Langkah ketiga adalah menghitung kandungan serpih (Vsh) dan didapatkan hasil sebesar 0.286, yang berarti bahwa kandungan shale dalam reservoir ini sangat kecil. Kemudian ynag terakhir adalah menghitung Saturasi air dan Saturasi Hidrokarbon. Pada saturasi air zona terbilas (Sw), didapatkan nilai kejenuhan air sebesar 1.284 dan kejenuhan air pada zona terbilas (Sxo) adalah sebesar 0.955. Sedangkan nilai saturasi hidrokarbon dari hasil perhitungan adalah sebesar 0.412.Dari hasil perhitungan kedalaman kedua, didapatkan prorsitas densitas (D) adalah sebesar 36.4 %, porositas neutron (N) diperoleh nilai 25 %, dan porositas gabungan antara porositas densitas dan neutron diperoleh nilai 31.7 %, angka ini menunjukan bahwa porositas batupasir adalah sangat baik (skala nilai porositas batuan Koesoemadinata, 1980).

Selanjutnya adalah menghitung faktor formasi (F) dan didapatkan hasil sebesar 10.508. Mencari nilai faktor formasi bertujuan untuk mengetahui nilai rata-rata keras lunaknya suatu batuan yang tergantung dari mineral pembentuk batuan. Langkah ketiga adalah menghitung kandungan serpih (Vsh) dan didapatkan hasil sebesar 0.25, yang berarti bahwa kandungan shale dalam reservoir ini sangat kecil. Kemudian ynag terakhir adalah menghitung Saturasi air dan Saturasi Hidrokarbon. Pada saturasi air zona terbilas (Sw), didapatkan nilai kejenuhan air sebesar 0.237 dan kejenuhan air pada zona terbilas (Sxo) adalah sebesar 5.83. Sedangkan nilai saturasi hidrokarbon dari hasil perhitungan adalah sebesar 0.49.Analisa log kuantitatif membedakan antara clean formation dan shaly formation. Shaly formation membutuhkan perlakukan yang berbeda di dalam penghitungan sifat petrofisikanya. Hal ini dikarenakan hadirnya serpih (shale) yang cukup tinggi di dalam batuan reservoar. Hasil studi berbagai cekungan di dunia menunjukkan bahwa serpih terutama terdiri atas 50% lempung (clay) sedangkan sisanya 25% silika, 10% feldspar, 10% karbonat, 3% oksida besi, 1% bahan organik dan 1% mineral lain (Dewan, 1983). Peralatan logging di dalam melakukan pengukuran akan merespon formasi yang mempunyai ketebalan vertikal minimal 2-4 feet. Hal ini mengakibatkan serpih tersebut tidak dapat dibedakan oleh peralatan logging. Penghitungan sifat petrofisika batuan reservoar dapat dilakukan tanpa memperhatikan serpih tersebut.

BAB VPENUTUP

5.1 Kesimpulan

Litologi yang mendominasi pada data log ialah batulempung, dan batupasir,

Pada daerah pengambilan data terjadi proses progradasi, dan aggradasi dan lingkungan pengendapanya adalah Delta zone Dari hasil perhitungan, didapat nilai porositas rata-rata kedalaman 2840 adalah sebesar 19,5 % sedangkan untuk kedalaman 2845 adalah sebesar 19,6%

Dari hasil perhitungan didapatkan nilai saturasi air (Sw) rata-rata sebesar 0,785 untuk kedalaman 2840, dengan menggunakan metode biasa, sedangkan dengan metode indonesia diperoleh nilai rata-rata 0,855. Sedangkan untuk kedalaman 2845 sebesar 0,942, dengan menggunakan metode biasa, sedangkan dengan metode indonesia diperoleh nilai rata-rata 0,655 Sedangkan untuk kandungan air pada zona terinvasi (Sxo) rata rata sebesar 0,7 untuk kedalaman 2840, dengan menggunakan metode biasa, sedangkan dengan metode indonesia diperoleh nilai rata-rata 0,2 dan 0,4. Sedangkan untuk kedalaman 2845 sebesar 1, dengan menggunakan metode biasa, sedangkan dengan metode indonesia diperoleh nilai rata-rata 0,3 dan 0,4.5.2 Saran Data log dengan kedalaman dekat mini memiliki perbedaan gamma ray, maka hasil tidak akan jauh beda.DAFTAR PUSTAKAKoesoemadinata, RP. 1980. Geologi Minyak dan GasBumi. Institut Teknologi Bandung. Bandung Samsuri A, Stiowiyoto J. 2006. Oil Water Contact and Hydrocarbon Saturation Estimation Based on Well Logging Data. Regional Postgraduate Conference on Engineering and science (RPCES 2006). Johor. Gambar 2.1

Kurva Kesamaan Porositas untuk Neutron Thermal

d. Volume

Shale Density-Neutron

=

b

. Perhitungan Porositas

Mulai

Mempersiapkan alat dan bahan (data log, penggaris,

penghapus, dan kalkulator, serta pensil)

Menghitung nilai Vsh Gamma Ray

Vsh GR =

Menghitung nilai Vsh SP

Vsh SP =

Menghitung nilai Vsh Neutron

Vsh N =

Menghitung nilai Vsh Neutron-Densitas

Vsh N-D =

Mencari nilai Vsh minimum dari nilai Vsh

keseluruhan

-

Mengepick

nilai

GR

log,

SP

log,

N

log

,

pada

depth

1282

1284

1283

,

-

Menentukan nilai GR

clean, SP clean, dan N

clean dari

sand

bersih

-

Menentukan

nilai

Gr

shale

,

Sp

shale

,

N

shale

dari

shale

bersih

-

Untuk nilai N log dan

N

dikonversi

clean

menggunakan

gaftar

por 13-b