27
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masalah pencemaran lingkungan khususnya air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius. Penyebab dari pencemaran itu sendiri tidak hanya berasal dari buangan industi dari pabrik-pabrik yang membuang begitu saja air limbahanya tanpa pengolahan lebih dahulu ke sungai atau ke laut, tetapi juga yang tidak kalah memegang andil baik secara sengaja atau tidak adalah masyarakat Jakarta itu sendiri, yakni akibat air buangan rumah tangga yang jumlahnya makin hari makin besar sesuai dengan perkembangan penduduk maupun perkembangan kota Jakarta. Ditambah lagi rendahanya kesadaran sebagian masyarakat yang ada di Jakarta.

Greywater System

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas kuliah

Citation preview

Page 1: Greywater System

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masalah pencemaran lingkungan khususnya air di kota besar di Indonesia, telah

menunjukkan gejala yang cukup serius. Penyebab dari pencemaran itu sendiri tidak

hanya berasal dari buangan industi dari pabrik-pabrik yang membuang begitu saja air

limbahanya tanpa pengolahan lebih dahulu ke sungai atau ke laut, tetapi juga yang tidak

kalah memegang andil baik secara sengaja atau tidak adalah masyarakat Jakarta itu

sendiri, yakni akibat air buangan rumah tangga yang jumlahnya makin hari makin besar

sesuai dengan perkembangan penduduk maupun perkembangan kota Jakarta. Ditambah

lagi rendahanya kesadaran sebagian masyarakat yang ada di Jakarta.

Dengan semakin besarnya laju perkembangan penduduk di Jakarta, telah

mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan dengan tidak disadari. Berikut

adalah grafik pertumbuhan penduduk di Jakarta yang berasal dari data BPS :

1971 1980 1990 1995 2000 20100

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

4,579,303

6,503,449

8,259,266

9,112,652

8,389,443

9,607,787

Peningkatan Penduduk Wilayah DKI Jakarta

TAHUN

JUM

LA

H P

EN

DU

DU

K

Gambar 1.1 Grafik peningkatan jumlah penduduk Jakarta.

Page 2: Greywater System

2

Air limbah kota-kota besar di Indonesia khususnya Jakarta secara garis besar

dapat dibagi menjadi tiga yaitu air limbah industri dan air limbah domestic yakni berasal

dari buangan rumah tangga dan yang ketiga yakni berasal dari buangan rumah tangga

dan pertokoan (daerah komersial). Saat ini pemcemaran akibat limbah industri,

pencemaran akibat limbah domestic telah menunjukkan tingkat yang cukup serius. Di

Jakarta misalnya, sebagai akibat masih minimnya fasilitas pengolahan air limbah kota

(sewerage system) mengakibatkan tercemarnya badan-badan sungai oleh air limbah

domestic, bahkan badan sungai yang diperuntukkan sebagai bahan baku air minimpun

telah tercemar pula.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI

Jakarta bersama-sama dengan tim JICA (1989), jumlah unit air buangan dari rumah

tangga per orang per hari adalah 118 lilter dengan konsentrasi BOD rata-rata 236 mg/ltd

an pada tahun 2010 meningkat menjadi 147 liter dengan konsentrasi BOD rata-rata 224

mg/lt.

Tabel 1.1 Perkiraan Jumlah Air Limbah Rumah Tangga per kapita di wilayah

DKI Jakarta.

Kondisi tahun 1989 Kondisi tahun 2010Air Limbah Rumah

Tangga (non-Toilet)

Gol Atas

Gol Menengah

Gol Bawah

Rata-Rata

Gol Atas

Gol Menengah

Gol Bawa

h

Rata-Rata

Unit Air Limbah (l/org.hari)

167 107 77 95 227 127 77 124

Konsentrasi BOD (mg/l)

182 182 185 183 182 182 185 182

Beban Polusi (gr.BOD/org.hari)

30.4 14.2 14.2 17.4 41.3 23.1 14.2 22.6

Page 3: Greywater System

3

Limbah Toilet

Unit Air Limbah (l/org.hari)

23 23

Konsentrasi BOD (mg/l)

457 457

Beban Polusi (gr.BOD/org.hari)

10.5 10.5

Total

Unit Air Limbah (l/org.hari)

190 130 100 118 250 150 100 147

Konsentrasi BOD (mg/l)

21.5 231 24.7 236 207 224 247 224

Beban Polusi (gr.BOD/org.hari)

40.9 30 24.7 27.9 51.8 33.6 24.7 33.4

Jumlah air buangan secara keseluruhan di DKI Jakarta diperkirakan sebesar

1.316.113 m3/hari yakni untuk air buangan domestic 1.316.113 m3/hari, buangan

perkantoran dan daerah komersil 448.933 m3/hari dan buangan industry 105.437 m3/hari.

Dilihat dari segi jumlah, air limbah domestik (rumah tangga) memberikan kontribusi

terhadap pencemaran air sekitar 75%.

Pencemaran oleh air limbah rumah tanga di wilayah DKI Jakarta lebih

diperbutuk lagi akibat berkembangnya lokasi pemukiman di daerah penyangga yang ada

di sekitar Jakarta, yang mana tanpa dilengkapi fasilitas pengolahan air limbah, sehingga

seluruh air limbah dibuang ke saluran umum dan akhirnya mengalir ke badan-badan

sungai yang ada di wilayah DKI Jakarta.

Berdasarkan permasalahan yang ada, dapat diketahui bahwa air limbah rumah

tangga berpengaruh besar terhadap pencemaran air yang ada di Jakarta. Oleh karena itu

harus ada sebuah kebijakan untuk menangani masalah tersebut.

Page 4: Greywater System

4

Air limbah rumah tangga dapat dibagi menjadi dua yakni air limbah toilet

(blackwater) dan air limbah non toilet (greywater). Air limbah toilet terdiri dari tinja, air

kencing serta bilasan, sedangkan air limbah non toilet yakni limbah dapur, wastafel, dan

lainnya. Secara umum jumlah air limbah rumah tangga berkisar antara 200 – 300

liter/orang.hari.

Sebenarnya air yang telah digunakan seperti mandi dan cuci bisa di-recycling

kembali dengan metode yang sering disebut Metode Greywater System. Greywater

sendiri bisa diolah kembali menjadi air bersih dan bisa digunakan kembali untuk

kepentingan seperti menyiram tanaman, flushing toilet, dll.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

Memperkenalkan dan menjelaskan apa itu Greywater System.

Mengetahui berapa banyak air bersih yang akan menjadi limbah air rumah

tangga.

1.3 Sasaran

Sasaran dari pembuatan makalah ini adalah :

Menghitung air limbah rumah tangga yang dapat dikelola menjadi air

bersih dengan menggunakan Metode Greywater System.

Mengetahui seberapa hemat air jika menerapkan Metode Greywater

System.

Page 5: Greywater System

5

1.4 Ruang Lingkup

Metode Greywater System sangat banyak jenisnya dari yang paling murah

sampai dengan yang paling mahal. Tetapi pastinya masyarakat akan mencoba sesuatu

yang paling efektif dan harganya masih terjangkau. Ruang Lingkup dalam makalah ini

hanya akan menjelaskan jenis penggunaan Metode Greywater System dengan kombinasi

antara bakteri ABR-Anaerobic Filter. Dengan metode demikian, akan didapatkan berapa

banyak air yang bisa di daur ulang oleh masyarakat. Jangkauan wilayah yang akan

dibahas adalah hanya wilayah Jakarta karena pertumbuhan penduduknya kian meningkat

drastis.

Page 6: Greywater System

6

BAB 2

LANDASAN TEORI

1.5 DASAR TEORI

Greywater merupakan bagian dari limbah cair domestik yang proses

pengalirannya tidak melalui toilet, misalnya seperti air bekas mandi, air bekas mencuci

pakaian, dan air bekas cucian dapur. Sekitar 60 – 85% dari total volume kebutuhan air

bersih akan menjadi limbah cair domestik (Metcalf, 1991). Bagian dari greywater adalah

sekitar 75% dari total volume limbah cair domestik (Hansen & Kjellerup (1994), dikutip

dari Eriksson et al (2001)). Penanganan greywater di Indonesia saat ini adalah langsung

dibuang ke saluran drainase tanpa pengolahan sebelumnya. Saluran drainase penyalur

greywater dan air hujan ini akan berujung di badan air permukaan atau di IPAL

(Instalasi Pengolah Air Limbah).

Jumlah air buangan secara keseluruhan di DKI Jakarta diperkirakan sebesar

1.316.113 m3/hari yakni untuk air buangan domestic 1.316.113 m3/hari, buangan

perkantoran dan daerah komersil 448.933 m3/hari dan buangan industry 105.437 m3/hari.

Dilihat dari segi jumlah, air limbah domestik (rumah tangga) memberikan kontribusi

terhadap pencemaran air sekitar 75%. Sedangkan kebanyakan masyarakat hanya

mengolah limbah blackwater mereka dengan membuat septic tank, tetapi tidak mengolah

limbah greywater yang mereka timbulkan, sehingga hampir seluruh greywater yang

ditimbulkan mengalir ke badan air permukaan atau ke IPAL (Instalasi Pengolah Air

Limbah).

Page 7: Greywater System

7

Karakteristik greywater pada umumnya banyak mengandung unsur nitrogen,

fosfat, dan potasium (Lindstrom, 2000). Unsur-unsur tersebut merupakan nutrien bagi

tumbuhan, sehingga jika greywater dialirkan begitu saja ke badan air permukaan maka

akan menyebabkan eutrofikasi pada badan air tersebut. Eutrofikasi adalah sebuah

peristiwa dimana badan air menjadi kaya akan materi organik, sehingga menyebabkan

pertumbuhan ganggang yang pesat pada permukaan badan air tersebut (Metcalf, 1991).

Peristiwa eutrofikasi ini dapat menurunkan kualitas badan air permukaan karena dapat

menurunkan kadar oksigen terlarut di dalam badan air tersebut. Sebagai akibatnya,

makhluk hidup air yang hidup di badan air tersebut tidak dapat tumbuh dengan baik atau

mungkin mati.

Persediaan air tanah yang sudah semakin menipis menyebabkan banyak orang

berpikir untuk mendayagunakan air limbah yang masih layak pakai. Jika dikelola

dengan baik, greywater dapat digunakan sebagai sumber air untuk keperluan

perkebunan, pertanian, atau untuk penggelontoran toilet.

Greywater selain digunakan untuk keperluan rumah tangga juga dapat digunakan

sebagai sumber air untuk keperluan perkebunan dan pertanian karena greywater

mengandung fosfat, potasium, dan nitrogen yang merupakan sumber nutrisi yang baik

bagi tumbuhan, dan greywater juga mengandung bakteri patogen yang lebih sedikit

dibandingkan dengan blackwater dan greywater terdekomposisi lebih cepat daripada

blackwater (Lindstrom, 2000). Hal tersebut membuat greywater lebih mudah untuk

dimanfaatkan kembali dibandingkan dengan blackwater yang harus melewati proses

pengolahan terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan kembali.

Page 8: Greywater System

8

BAB 3

ANALISA PENGARUH GREYWATER SYSTEM SKALA RUMAH

TANGGA DI JAKARTA

1.6 ANALISA PEMBUANGAN DI RUMAH TANGGA

Sistem pengelolaan limbah cair domestic skala individual yang dimaksudkan

adalah bahwa setiap rumah tangga harus mempunyai unit pengolahan limbah cair yang

mereka hasilkan. Unit pengolahan limbah cair skala individual merupakan unit

pengolahan yang mempunyai kapasitas terkecil. Limbah cair domestik dari setiap rumah

tangga biasanya berasal dari kegiatan mandi, cuci (termasuk cuci piring, pakaian, mobil,

dan alat-alat rumah atau alat-alat per individu), kakus dan masak (limbah cair dapur).

Jumlah limbah cair yang dihasilkan rata-rata per hari oleh satu rumah tangga berkisar

antara 500 liter sampai dengan 5000 liter, bergantung dari jumlah anggota keluarga dan

tingkat sosial ekonomi rumah tangga tersebut. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi

suatu keluarga,maka jumlah limbah cair yang diproduksi juga akan semakin besar. Jadi

unit pengolahan limbah cair domestik skala individual berkapasitas maksimum sekitar

5000 liter per hari.

Pengelolaan limbah cair domestik di daerah yang masih tidak tergolong padat

dan tidak memiliki pelayanan jaringan drainase (tertutup) perkotaan seharusnya dikelola

dengan teknologi tertentu, sehingga hasil pengolahannya dapat mencapai baku mutu

lingkungan. Kenyataan yang ada sekarang ini, yaitu hampir semua warga DKI Jakarta

memiliki Tangki Septik yang hanya sekedar tempat penampungan (tanpa pengolahan)

limbah WC (tinja). Seringkali Tangki Septik yang dimiliki berukuran terlalu kecil,

Page 9: Greywater System

9

sehingga air yang melimpas keluar dan kemudian meresap ke dalam tanah hampir sama

saja dengan air limbah yang baru masuk kedalamnya (air limbah segar). Sementara itu

untuk air bekas mandi, cuci dan masak (air buangan non toilet) dibuang ke saluran

terbuka, yaitu ke saluran/jaringan drainase kota. Hal ini menyebabkan masalah

pencemaran, yaitu pencemaran air tanah dari tangki septik yang memang sengaja

diresapkan dan pencemaran air permukaan dari air buangan non toilet. Karena itu

dibutuhkan suatu standar teknologi pengolahan air limbah domestik dan secara detail

diuraikan sampai bagianbagian atau ke setiap komponennya, serta bahkan sampai pada

cara pengoperasiannya.

Gambar 3.1 Grafik limbah rumah tangga yang dapat digunakan pada Greywater system

1.7 CARA KERJA PENGGUNAAN GREYWATER SYSTEM

Penerapan Greywater system pada limbah rumah tangga sangatlah membantu

mengurangi penggunaan air bersih dari yang seharusnya. Cara penggunaan sistem ini

sangatlah sederhana bila sudah direncanakan sebelum rumah dibangun, apabila rumah

sudah dibangun, greywater system tetap dapat diterapkan dengan sedikit melakukan

perubahan saluran pipa. Sistem Greywater ini memerlukan sistem pembuangan yang

Page 10: Greywater System

10

terpisah antara greywater dengan blackwater dimana nantinya air bekas cucian dan

lainnya akan masuk ke pipa pembuangan air khusus yang kemudian akan ditampung di

sebuah bak penampungan yang biasanya dilengkapi dengan filter untuk membersihkan

air buangan tersebut.

Setelah air bekas tersebut menjadi bersih atau setidaknya tidak berbahaya maka

air akan digunakan kembali untuk keperluan lain seperti mencuci mobil, menyiram

tanaman sampai air untuk flush toilet.

Gambar 3.2 Penggunaan Greywater System pada limbah rumah tangga

Memang tidak semua air limbah yang digunakan cukup aman dalam penerapan

greywater system, terutama detergent untuk cuci pakaian cukup aman sehingga

belakangan ini juga banyak detergent yang bertuliskan "Greywater Friendly Laundry

Detergent" yang artinya detergent ini aman untuk sistem greywater.

Page 11: Greywater System

11

Gambar 3.3 Filtrasi pada limbah rumah tangga untuk Greywater system

Pengolahan air limbah dapat diolah menggunakan cara filtrasi yaitu mengalirkan

air limbah ke dalam suatu filter kemudian dapat juga dilakukan treatment-treatment

yang lain. Salah satu filter yang dapat digunakan adalah menggunakan saringan pasir

lambat dengan tujuan untuk mengurangi kandungan bakteri E.Coli dan kekeruhan dari

air baku. Peru merupakan salah satu Negara yang menggunakan saringan pasir lambat

untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan air minum, dimana penggunaan

saringan pasir lambat dapat menghilangkan kekeruhan dan coliform sampai 99,9% dan

setelah klorinasi dapat menghilangkan coliform 100%, sehingga kualitas air effluent

yang dihasilkan saringan pasir dapat layak diminum (Humphrey, 2005).

Saringan pasir lambat akan mengalami fase kematangan dalam menurunkan

bakteri E.Coli setelah dioperasikan selama 40 hari dan akan mengalami penurunan

sampai 85 hari (Droste,1997). Menurut Al-Layla (1997), kecepatan saringan pada

Page 12: Greywater System

12

saringan pasir lambat ini adalah sebesar 0,1 – 0,4 m/jam. Robert (1995) menunjukkan

bahwa penggunaan saringan pasir lambat di Cat Lake First Nation, Ontario, dapat

menghilangkan Giardia cysts and Cryptosporidium oocysts mencapai 99% dan

menurunkan kekeruhan dari 3 NTU menjadi 0,2 NTU. Cynthia (1995) menggunakan

saringan pasir lambat untuk mengatasi masalah air minum di Dover, Idaho, dimana

sistem ini dapat menghilangkan Giardia Cysts 99,9%. Gresham (2005) menggunakan

saringan pasir lambat untuk kebutuhan air minum di Afganistan yang dapat

menghilangkan organisme kontaminan sebesar 99%. Humphrey (2005) menggunakan

saringan pasir lambat di Peru untuk memenuhi kebutuhan air minum yang dapat

menghilangkan coliform 99,9% dan setelah khlorinasi dapat menghilangkan coliform

100%.

Greywater system juga digunakan untuk mengolah air dari efluent pengolahan air

limbah industri secara aerobik dengan menggunakan saringan pasir lambat untuk

mengurangi kandungan COD, menghilangkan bakteri E.Coli dan kekeruhan air,

sehingga diperoleh air yang dapat dimanfaafkan kembali.

Saringan pasir lambat adalah sistem yang sederhana dan mudah digunakan oleh

komunitas yang kecil. Sistem ini mirip dengan filtrasi kecepatan tinggi yang

mengunakan media tunggal, tetapi ada perbedaan yang penting dalam mekanisme

penggunaannya. Operasional filter dilakukan dengan cara melewatkan air melalui suatu

media pasir tanpa bantuan proses kimiawi ataupun mekanis. Hingga saat ini banyak di

kota-kota di Eropa yang masih menggunakan proses filtrasi dengan memakai prinsip

saringan pasir lambat tersebut (Droste, 1997).

Desain dan operasional saringan pasir lambat yang relatif lebih sederhana jika

dibandingkan dengan saringan pasir cepat, membuatnya menjadi alternatif primer bagi

Page 13: Greywater System

13

pemakaian di Negara berkembang. Keuntungan penggunaan dari saringan pasir lambat

antara lain:

Dapat menghasilkan air dengan kandungan silika, besi dan alum rendah

Tidak memerlukan pengolahan koagulasi dan flokulasi

Tidak membutuhkan bahan kimia (kecuali desinfektan)

Biaya operasi dan perawatan rendah

Mempunyai efisiensi penurunan bakteri yang baik; dan periode operasi

relatif lama.

Pembersihan dalam saringan dilengkapi dengan sejumlah mekanisme yaitu

penyaringan, sedimentasi, flokulasi, mekanisme kimia dan fisika lainnya. Secara umum

mekanisme yang paling dominan adalah difusi dan sedimentasi. saringan pasir lambat

berjalan melalui fase pematangan selama beberapa minggu setelah dimulai. Selama fase

ini banyak microbial zoogleal atau gelatinous yang tumbuh dengan sendirinya dilapisan

atas saringan. Pada lapisan ini banyak terjadi pembentukan partikel koloid. Setelah

beberapa lama, kerusakan meningkat ke ujung kasar dan lapisan kecil pada medium

telah menimbulkan pengikisan pada ujung atas saringan. Pertumbuhan biologis meluas

ke bawah lapisan yang rusak dan kinerja saringan tidak terganggu.

Siklus ini akan berulang-ulang, sehingga tersisa ketebalan minimum pada

medium saringan, sehingga perlu dibersihkan. Pertumbuhan biologis dalam saringan

bisa sangat mempengaruhi kinerja saringan dan mekanisme pembersihannya. Saringan

pasir lambat yang beroperasi dengan baik akan menyisihkan hampir 98 - 99,5 % dari

jumlah bakteri yang terdapat dalam air baku dimana dalam saringan sudah terbentuk

suatu lapisan tipis pada permukaan pasir, yang sudah terbentuk setelah lebih kurang

selama 2 minggu. Lapisan tipis ini disebut dengan lapisan Schmutzdecke (Salvato,1982).

Page 14: Greywater System

14

Lapisan Schmutzdecke secara biologi merupakan lapisan media yang sangat aktif, yaitu

dapat menyisihkan bahan-bahan organik tersuspensi dan mikroorganisme dengan proses

biodegradasi dan proses-proses lainnya. Lapisan ini terdiri atas lapisan mikroba yang

tumbuh dan berkembang biak. Bakteri, protozoa dan mikroorganisme besar lainnya

seperti helminthes dan materi mengapung sangat banyak dilapisan ini. Kandungan

E.Coli dalam air baku dapat dikurangi sebesar 102–103. Kista Giardia dan

Crytosporidium dapat dibersihkan dengan tingkatan mendekati sempurna (99,9%) dalam

operational saringan pasir lambat yang sempurna. Pada lapisan Schmutzdecke ini paling

banyak terjadi penguraian atau pengurangan partikel tersuspensi, bakteri dan bahan

organik. Namun setelah beberapa lama pengoperasian headloss akan meningkat

sehingga harus dilakukan pencucian dan pengurangan lapisan Schmutzdecke pada

permukaan saringan dengan dikeruk (Droste,1997).

Pada negara-negara beriklim tropis paling cocok menggunakan saringan pasir

lambat, dikarenakan pada iklim tropis mempunyai suhu yang hangat sehingga akan

membantu keaktifan dan keefisienan dari lapisan Schmutzdecke. Sedangkan untuk

daerah yang memiliki 4 musim filter harus ditutup untuk menjaga pertumbuhan bakteri

dan mikroba pada lapisan Schmutzdecke ini pada musim dingin (Droste, 1997).

Kekeruhan air umpan sebaiknya kurang dari 50 NTU agar operasional saringan

tidak terganggu, akan tetapi bila nilai kekeruhan melebihi angka itu dapat ditoleransi

dengan waktu operasi yang pendek (Huismann dan Wood, 1974). Juga dapat dilakukan

tindakan pretreatment seperti pembersihan sedimentasi atau memperkasar ukuran

saringan.

Pengoperasian saringan pertama-tama harus dilakukan dengan pengisian air dari

dasar atau secara upflow dengan air bersih. Hal ini akan mendorong keluarnya udara

Page 15: Greywater System

15

yang masuk melalui pori-pori media. Kemudian operasi filtrasi dapat dimulai dan

membutuhkan waktu beberapa minggu untuk membentuk lapisan Schmutzdecke dan

menghasilkan kualitas effluent yang dapat diterima.

Aliran air umpan pada saringan pasir dapat dikontrol dengan baik oleh katup

inlet dan outlet yang diatur secara harian. Apabila headloss yang melalui saringan telah

mencapai nilai maksimal yang diijinkan (head 1,0 – 1,5 m ), maka lapisan atas media

pasir harus dikeruk sekitar 1,5 – 2 cm dan operasional dapat dilanjutkan kembali.

Lapisan Schmutzdecke dapat berkembang kebawah hingga ketebalan 2 cm, dan membuat

kinerja saringan pasir lambat berjalan tidak signifikan.

Unit saringan pasir lambat terbuat dari bahan akrilik. Saringan yang digunakan

mempunyai kemampuan beroperasi untuk mengalirkan fluida kebawah. Laju alir

saringan yang digunakan adalah 0,1 – 0,4 m/jam (35 liter/hari) dengan diameter saringan

sebesar 5 cm. Untuk ketinggian unit mengikuti ketebalan dari media, dan unit saringan

dapat ditunjukkan dalam Tabel berikut

Tabel 3.1 Unit Saringan pasir lambat

Lapisan Ketinggian ( cm )

Pasir ( diameter 0,5 – 0,8 mm ) 50

Pasir ( diameter 1,6 mm ) 10

Kerikil kecil 10

Lapisan Ketinggian ( cm )

Kerikil Besar 10

Tinggi air diatas media 100

Total ketinggian filter 180

Langkah awal dalam pengoperasian Saringan pasir lambat, air baku dialirkan ke

dalam filter dari dasar saringan sampai ke permukaan atas media pasir. Hal ini dilakukan

Page 16: Greywater System

16

untuk mengeluarkan udara yang terdapat pada pori-pori media media pasir dan kerikil

yang digunakan. Kemudian dilanjutkan dengan mengalirkan air baku kebawah kedalam

unit saringan pasir lambat. Selama operasi air yang ada pada unit saringan pasir lambat

ini harus selalu menggenangi media pasir untuk menjaga agar organisme yang ada pada

permukaan lapisan pasir tidak mati. Proses pengaliran air baku ini dilakukan secara

kontinyu, sehingga menyebabkan miokroorganisme tumbuh dengan sendirinya pada

lapisan paling atas media pasir (Gambar 1). Pada lapisan Schmutzdecke akan terjadi

proses pengurangan partikel tersuspensi, bahan organik, dan bakteri melalui proses

oksidasi biologis maupun kimiawi.

Gambar 3.4 Diagram proses system saringan pasir lambat

Page 17: Greywater System

17

1.8 DAMPAK PENGARUH LINGKUNGAN PADA GREYWATER SYSTEM

Pada penerapan greywater system ini, banyak membawa dampak pada

lingkungan sekitarnya, dan juga membawa dampak pada tempat yang menggunakan

greywater system ini, berikut dampak yang ditimbulkan oleh penerapan greywater

system.

1. Greywater system dapat mengurangi pemakaian air.

Greywater dapat menggantikan air tawar dalam banyak contoh, hemat uang

dan meningkatkan pasokan air. Daerah tempat tinggal menggunakan air

hampir merata dibagi antara dalam dan luar ruangan. Semua kecuali air toilet

bisa di luar daur ulang, hasil air yang dihasilkan pun hampir sama dengan air

yang di dapat dari alam.

2. Greywater system sangat efektif dalam memurnikan air

karena kita menggunakan air sisa cucian, maka system ini melindungi

kualitas alam dan air permukaan tanah.

3. Greywater system membantu hemat energi dan mengurangi penggunaan

bahan kimia

Bagi kita semua yang menyediakan air sendiri (sumur misalnya), keuntungan

mengurangi beban pada infrastruktur yang dirasakan secara langsung(biaya

listrik). agan agan sendiri pasti lebih sedikit membuang bahan kimia beracun

ke saluran pembuangan.

4. Greywater system membantu pertumbuhan tanaman

Air yang telah di daur ulang baik bagi tanaman dan lingkungan, jadi dapat

membantu pertumbuhan yang baik bagi tanaman.

Page 18: Greywater System

18

5. Greywater system meningkatkan kesadaran dan kepekaan terhadap siklus

alam

Penggunaan air secara bijak, meningkatkan tanggung jawab untuk menjaga

sumberdaya alam.

Pada prinsipnya, Greywater System sangatlah sederhana dan tidak butuh biaya

besar tetapi akan menjadi besar bila anda akan mengubah sistim pipa yang sudah ada

menjadi sistim ini (harus bongkar rumah).