Click here to load reader
Upload
adiksh
View
601
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU GULMA
ACARA V
UJI EFIKASI BEBERAPA MACAM HERBISIDA DALAM MENGENDALIKAN
GULMA
Disusun oleh
Nama : Wiwit Wicaksono Jati
NIM : 9249 / PN
Jurusan : HPT
Kelompok : 6
LABORATORIUM MANAJMEN DAN PRODUKSI TANAMAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GAJAH MADA
YOGYAKARTA
2004
ACARA V
UJI EFIKASI MACAM HERBISIDA DALAM MENGENDALIKAN GULMA
I PENDAHULUAN
Gulma tumbuh dengan baik walaupun lingkungan kurang sesuai atau
pertumbuhannya sangat cepat. Gulma berpengaruh negatif pada pertanaman
sehingga dapat merugikan hasil tanaman. Pengendalian yang biasa dilakukan yaitu
dengan cara pemberian herbisida sesuai dengan dosis. Pengendalian gulma dengan
herbisida disesuaikan dengan jenis gulmanya. Jenis gulma dibedakan menjadi
gulma tahunan dan semusim sehingga herbisida yang digunakan berlainan. Untuk
gulma tahunan digunakan herbisida sistemik sedangkan untuk gulma semusim
dengan menggunakan herbisida kontak. Untuk penggunaan herbisida kontak tidak
berlangsung lama sehingga pemakaiannya harus dilakukan secara teratur sedangkan
untuk herbisida sistemik pemakaiannya dalam jangka waktu yang panjang atau
efeknya lama karena dapat masuk kedalam jaringan tanaman.
Tujuan dari praktikum acara uji efikasi beberapa macam herbisida dalam
mengendalikan gulma adalah untuk mengetahui tingkat keracunan gulma oleh
herbisida kontak dan sistemik.
II TINJAUAN PUSTAKA
Aplikasi herbisida pada pagi hari memakai herbisida pra tumbuh dan purna
tumbuh. Herbisida yang dianjurkan untuk digunakan seperti yang tercantum dalam
tabel herbisida pra tumbuh. Aplikasi herbisida pra tumbuh dilakukan sehari setelah
biji leguminosa di tanam menurut pola tanam hanya mampu mematikan biji – biji
yang berkecambah , maka harus dibersihkan terlebih dahulu dari gulma yang
tumbuh. Demikian juga sewaktu menanam biji leguminosa perlu mendapatkan
perhatian yakni biji ditanam sedalam 2 – 3 cm , kemudian lubang ditutup dengan
tanah , agar biji terlindungi sewaktu aplikasi herbisida ( Mangoensoeharjo , 1983).
Dengan didapatkan herbisida yang sesuai , masalah tenaga kerja dapat diatasi
, waktu pengendalian gulma lebih cepat dan sisa waktu dapat digunakan untuk
menambah pendapatan di sektor lainnya. Selain itu karena pertumbuhan gulma
ditentukan oleh ruang tumbuh , maka populasi suatu tanaman padi yang tinggi
juga akan mengurangi biaya dalam melakukan pengendalian , apalagi bila
pertumbuhannya sangat cepat ( Bangun et al . , 2001 ).
Aplikasi herbisida purna tumbuh dilakukan 1 bulan setelah biji leguminosa
di tanam , menurut pola tanam. Penyemprotan hanya dilakukan terhadap gulma
yang tumbuh diantara kebun pokok jalur selebar 2 – 2,5 m. Sedangkan gulma yang
tumbuh dalam jalur tanam leguminosa , pengendalian dilakukan dengan mencabut /
mengkored ( Mangoensoeharjo , 1983 ).
Untuk melakukan pengendalian gulma perlu diperhatikan terlebih dahulu
spesies gulma yang terdapat dalam tanaman budidaya dan cara perkembangbiakan serta
cara penyebaran gulma tersebut. Keberhasilan dalam pengendalian gulma harus
didasari dengan pengetahuan yang cukup mengenai sifat biologi gulma tersebut
misalnya dengan melakukan identifikasi, mencari dalam pustaka, dan bertanya pada
para pakar atau ahlinya ( Sukman dan Yakup , 1991 ).
Dasar dari pengendalian gulma adalah suatu usaha untuk mengubah
keseimbangan ekologis yang bertujuan menekan pertumbuhan gulma tetapi tidak
berpengaruh negatif terhadap tanaman budidaya. Tujuan dari pengendalian gulma
adalah menekan populasi gulma sampai tingkat populasi yang tidak merugikan
secara ekonomik atau tidak melampaui ambang ekonomik (economic threshold)
sehingga tidak bertujuan menekan populasi gulma sampai 0 atau memusnahkan
keberadaan gulma (Moenandir, 1993).
III METODOLOGI
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 2004 di Laboratorium
Manajmen dan Produksi Tanaman Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Bahan yang digunakan adalah vegetasi,
herbisida parakuat (Gramoxone) dan Glifosat (Roundup), tali rafia, dan air.
Sedangkan alat alat yang digunakan adalah knapsack sprayer, gelas ukur, beacker
glass, pipet, ember, pasak bambu, dan alat tulis.
Ditimbang atau ditakar herbisida sesuai dengan dosis yang dianjurkan untuk
parakuat 3 l / ha dan glifosat 6 l / ha. Kemudian dibuat larutan herbisida
berdasarkan dosis volume semprot 1000 liter / ha. Setelah itu larutan herbisida
diisikan ke dalam tangki secukupnya. Sementara itu dilakukan analisis vegetasi awal
gulma di lahan yang akan diaplikasikan. Sprayer dipompa dan disemprotkan ke
dalam gelas ukur dengan diatur tinggi nozzle dan tekanan dalam tangki tetap
sampai diperoleh volume herbisida sebanyak 1000 ml. Kemudian waktu yang
diperlukan dicatat selama berlangsungnya penyemprotan misalnya t detik. Dengan
pengatur tinggi nosel, tekanan dalam tangki tetap dan pola sebaran hasil penyemprotan
saling tumpang tindih maka penyemprotan selama 1000 x t detik akan mengeluarkan
cairan herbisida sebanyak 1000 liter per hektar. Kemudian tingkat keracunan herbisida
diamati setiap hari selama 3 minggu. Beri nilai skoring pada gejala keracunan dan
digambar grafik tingkat keracunan gulma untuk masing – masing herbisida.
V PEMBAHASAN
Herbisida merupakan suatu senyawa kimia yang dapat meracuni gulma.
Efek atau pengaruhnya akan cepat terlihat dalam mengendalikan gulma. Tetapi
penggunaannya harus disesuaikan dengan sifat dan macam gulma yang
dikendalikan. Aplikasi herbisida akan berfungsi dengan baik jika tepat sasaran
yaitu pada gulma yang dikendalikan. Herbisida memiliki kemampuan untuk
meracun tanaman yang berbeda – beda sesuai dengan jenisnya. Herbisida dapat
dibedakan menjadi herbisida kontak dan sistemik.
Herbisida kontak dapat digunakan untuk mengendalikan gulma semusim dan
dalam penggunaannya dapat dilakukan berulang - ulang secara periodik karena
pengaruhnya kecil atau persistensinya rendah. Pada herbisida kontak hanya dapat
mengendalikan gulma yang terkena secara langsung atau mengadakan kontak
dengan gulma. Sedangkan pada herbisida sistemik digunakan untuk gulma tahunan
dan mempunyai kemampuan atau pengaruh meracunnya lama serta herbisida jenis
ini masuk cairannya masuk kedalam jaringan tanaman atau kedalam gulma
sehingga dapat mengendalikan gulma secara keseluruhan tidak hanya bagian
tertentu dari gulmanya.
Pada praktikum ini dilakukan analisis vegetasi untuk mengetahui jenis
gulma yang ada yang menyusun komunitas. Gulma yang ada dikelompokkan
menjadi gulma tahunan atau semusim. Gulma dominan dalam praktukum ini
ditentukan berdasarkan nilai SDR yang diperoleh. Untuk tanaman semusim gulma
dominannya adalah gulma yang memiliki nilai SDR paling besar yaitu Oldenlandia
corembosa dengan nilai SDR 39,96 % yang diaplikasikan dengan herbisida
parakuat sedangkan untuk jenis tahunan didominasi oleh gulma yang sama.
Setelah dilakukan analisis vegetasi maka akan dapat diketahui jenis gulma
yang diaplikasikan. Tetapi terdapat dominasi yang besar untuk kedua macam cara
aplikasi herbisida. Dalam praktikum ini tidak diketahui adanya pengaruh
penggunaan herbisida terhadap vegetasi. Hal itu dikarenakan sebelum pengamatan
sudah digunakan untuk praktikum yang lain dan skoring tidak dapat dilakukan.
Tetapi secara umum herbisida tersebut dapa meracun tanaman hingga
tanaman mengalami kematian. Efektifitas herbisida dalam mengendalikan gulma
dapat terhambat ketika gulma dalam keadaan dormansi. Tetapi apabila herbisida
yang digunakan sesuai dengan jenis gulma dan jenis herbisidanya tepat maka biji
gulma yang dormansi dapat dimatikan sehingga tidak akan berkecambah.
Untuk herbisida kontak yang perlu dilakukan adalah penyemprotan yang
dilakukan agar tepat sasaran dan penyebaran semprot yang merata sehingga seluruh
bagian gulma dapat terkena. Dengan demikian diharapkan herbisida dapat bekerja
secara efektif. Tingkat keracunan gulma bervariasi tergantung jenis gulmanya dan
cara aplikasi serta dosis yang sesuai. Penggunaan herbisida yang terlalu berlebihan
akan membahayakan tanaman karena menimbulkan residu. Residu bahan aktif dari
herbisida berada dalam tanah , jika tanah ditanami oleh tanaman maka dapat
menimbulkan kematian bagi tanaman.
Pada herbisida sistemik efektifitasnya tergantung pada sifat gulmanya. Jenis
daun akan berpengaruh terhadap herbisida yang digunakan. Daun yang
permukaannya licin tertutup oleh lapisan lilin sehingga cairan herbisida menjadi
terhalang untuk masuk kedalam jaringan gulma. Hal itu menyebabkan gulma
menjadi tahan terhadap herbisida. Selain menyebabkan residu herbisida
menyebabkan gulma menjadi tahan karena herbisida tersebut telah digunakan
secara terus menerus dan gulma telah mampu membuat ketahanan diri terhadap
herbisida tertentu.
VI KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Herbisida merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan
gulma minimal dapat menekan pembentukan organ perbanyakan.
2. Herbisida dibedakan menjadi herbisida sistemik dan Herbisida kontak.
3. Jenis gulma dapat mempengaruhi efektifitas herbisida .
4. Dalam praktikum dilakukan analisis vegetasi dimaksudkan untuk mengetahui
cara pengendalian atau herbisida yang sesuai dengan jenig gulma.
5. Agar herbisida yang diaplikasikan memiliki efektifitas yang tinggi maka
diperhatikan cara aplikasi herbisidanya.
Saran
1. Dalam melakukan aplikasi agar disesuaikan dengan jenis gulma berdasarkan
analisis vegetasi.
2. Selain itu perlu diperhatikan pengaruh herbisida terhadap tanaman atau
dampak negatif herbisida.
DAFTAR PUSTAKA
Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma dalam Sistem Pertanian. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sukman, Y. dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Press, Jakarta.
Mangoensoeharjo , S . 1983. Gulma dan Cara Pengendalian Pada Budidaya
Perkebunan. Departemen Pertanian Dirjen Perkebunan , Direktorat
Perlindungan Tanaman Perkebunan . 74 p.
Bangun , P. ; Suyono ; H . Siregar. 2001 . Pengendalian gulma secara terpadu pada
pertanaman padi tanam benih langsung. Jurnal Penelitian Pertanian 2 (2) :
39 – 40 p .