hakikat ilmu pendidikan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

menjelaskan bagaimana hakikat ilmu pendidikan dan hakikat manusia

Citation preview

FILSAFAT PENDIDIKANHAKIKAT ILMU PENDIDIKANDISUSUN OLEH KELOMPOK VI1. DEWI NOVITA SARI / 41233210052. DEWI SARTIKA TAMBUNAN / 41233210123. JUNI SIBURIAN / 4123321026

FISIKA EKSTENSI A 2012FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN2014KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul HAKIKAT ILMU PENDIDIKAN . Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah FILSAFAT PENDIDKAN.Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi semua dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Terima kasih.

Medan , Oktober 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang11.2 Rumusan Masalah21.3 Tujuan2BAB II PEMBAHASAN2.1 Pengertian Pendidikan32.2 Tujuan Pendidikan32.3 Pilar Pendidikan42.4 Aliran Aliran pendidikan52.5 Hakikat Manusia72.6 Eksistensi manusia82.7 Pengembangan Dimensi-Dimensi Manusia dalam Proses Pendidikan10BAB III PENUTUP3.1 Kesimpulan123.2 Saran12DAFTAR PUSTAKA13

ii

BAB IPENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGPendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup dalam hidup dan penghidupan manusia yang mengemban tugas dari Sang Kholiq untuk beribadah.Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah Subhanaha wattaalla dengan suatu bentuk akal pada diri manusia yang tidak dimiliki mahluk Allah yang lain dalam kehidupannya, bahwa untuk mengolah akal pikirnya diperlukan suatu pola pendidikan melalui suatu proses pembelajaran.Berdasarkan undang-undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab I, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir memiliki makna bahwa pendidikan tersebut dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan dasar dan tujuan yang jelas, ada tahapannya dan ada komitmen bersama didalam proses pendidikan itu. Berencana mengandung arti bahwa pendidikan itu direncanakan sebelumnya, dengan suatu proses perhitungan yang matang dan berbagai sistem pendukung yang disiapkan. Berlangsung kontinyu artinya pendidikan itu terus menerus sepanjang hayat, selama manusia hidup proses pendidikan itu akan tetap dibutuhkan, kecuali apabila manusia sudah mati, tidak memerlukan lagi suatu proses .Selanjutnya diuraikan bahwa dalam upaya membina tadi digunakan asas/pendekatan manusiawi/humanistik serta meliputi keseluruhan aspek/potensi anak didik serta utuh dan bulat (aspek fisiknon fisik : emosiintelektual ; kognitifafektif psikomotor), sedangkan pendekatan humanistik adalah pendekatan dimana anak didik dihargai sebagai insan manusia yang potensial, (mempunyai kemampuan kelebihan kekurangannya dll), diperlukan dengan penuh kasih sayang hangat kekeluargaan terbuka objektif dan penuh kejujuran serta dalam suasana kebebasan tanpa ada tekanan/paksaan apapun juga.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Apa itu Pengertian Pendidikan ?1.2.2 Apa itu Tujuan Pendidikan ?1.2.3 Apa itu Pilar Pendidikan ?1.2.4 Apa itu Aliran Aliran pendidikan ?1.2.5 Apa itu Hakikat Manusia ?1.2.6 Apa itu Eksistensi manusia ?1.2.7 Apa itu Pengembangan Dimensi-Dimensi Manusia dalam Proses Pendidikan ?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Kita dapat mengetahui pengertian dari pendidikan1.3.2 Kita dapat mengetahui Tujuan Pendidikan1.3.3 Kita dapat Mengetahui Pilar Pendidikan1.3.4 Kita dapat Mengetahui Aliran Aliran Pendidikan1.3.5 Kita dapat Mengetahui Hakikat Manusia 1.3.6 Kita dapat Mengetahui Eksistensi Manusia1.3.7 Kita dapat Mengetahui Pengembangan Dimensi-Dimensi Manusia dalam Proses Pendidikan

BAB IIPEMBAHASAN2.1 PENGERTIAN PENDIDIKANPendidikan berasal dari kata pedagogi (paedagogie, Bahasa Latin) yang berarti pendidikan dan kata pedagogia (paedagogik) yang berarti ilmu pendidikan yang berasal dari bahasa Yunani. Pedagogia terdiri dari dua kata yaitu Paedos (anak, pen) dan Agoge yang berarti saya membimbing, memimpin anak. Sedangkan paedagogos ialah seorang pelayan atau bujang (pemuda, pen) pada zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak (siswa, pen) ke dan dari sekolah.Perkataan paedagogos yang semula berkonotasi rendah (pelayan, pembantu) ini, kemudian sekarang dipakai untuk nama pekerjaan yang mulia yakni paedagoog (pendidik atau ahli didik atau guru). Dari sudut pandang ini pendidikan dapat diartikan sebagai kegiatan seseorang dalam membimbing dan memimpin anak menuju ke pertumbuhan dan perkembangan secara optimal agar dapat berdiri sendiri bertanggungjawab.2.2 TUJUAN PENDIDIKANTujuan pendidikan secara umum dapat dilihat sebagai berikut:1. Tujuan pendidikan terdapat dalam UU No2 Tahun 1985 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan dan bertagwa kepada tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan kerampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa.2. Tujuan Pendidikan nasional menurut TAP MPR NO II/MPR/1993 yaitu Meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja profesional serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan jiwa patriotik dan memepertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawaan sosial, serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi masa depan.3. TAP MPR No 4/MPR/1975, tujuan pendidikan adalah membangun di bidang pendidikan didasarkan atas falsafah negara pancasila dan diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangun yang berpancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat mengembangkan kreatifitas dan tanggung jawab dapat menyuburkan sikap demokratis dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945.2.3 PILAR PENDIDIKANUpaya meningkatkan kualitas suatu bangsa tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu UNESCO mencanangkan empat pilar pendidikan sekarang dan masa depan yaitu: (1) learning to Know, (2) learning to do (3) learning to be, dan (4) learning to live together.Untuk mengimplementasikan learning to know (belajar untuk mengetahui), Guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai fasilitator. Di samping itu guru dituntut untuk dapat berperan ganda sebagai kawan berdialog bagi siswanya dalam rangka mengembangkan penguasaan pengetahuan siswa.Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar seyogjanya memfasilitasi siswanya untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) dapat terrealisasi. Walau sesungguhnya bakat dan minat anak dipengaruhi faktor keturunan namun tumbuh dan berkembangnya bakat dan minat juga bergantung pada lingkungan. Seperti kita ketahui bersama bahwa keterampilan merupakan sarana untuk menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan semataPilar ketiga yang dicanangkan Unesco adalah learning to be (belajar untuk menjadi seseorang).Hal ini erat sekali kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan fisik, kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Misal : bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa yang pasif, peran guru sebagai kompas penunjuk arah sekaligus menjadi fasilitator sangat diperlukan untuk menumbuhkembangkan potensi diri siswa secara utuh dan maksimal.Terjadinya proses learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama), pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan disekolah. Kondisi seperti inilah yang memungkinkan tumbuhnya sikap saling pengertian antar ras, suku, dan agamaUntuk itu semua, pendidikan di Indonesia harus diarahkan pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian dan moral. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian maka pada gilirannya akan menjadikan masyarakat Indonesia masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat dunia.2.4 ALIRAN ALIRAN PENDIDIKAN1. Aliran empirismeTokoh perintis pandangan ini adalah seorang filsuf Inggris bernama John Locke (1632-1704) yang mengembangkan teori Tabula rasa anak lahir di dunia bagaikan meja lilin atau kertas putih yang bersih. Pengalaman empiric yang dipoerleh dari lingkungan yang berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak. Menurut pandangan empirisme (biasa pula disebut environtalisme) pendidik memegang peranan yang sangat penting sebab pendidikan dapat menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman. Pengalaman-pengalaman itu dapat membentuk perilaku yang sesuai dengan tujuan pendidikan.2. Aliran nativismeAliran nativisme bertolak dari Leibnitrian tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak, karena hasil pendidikan tergantung pada pembawaan. Schoompnheaur (filsuf Jerman 1788-1860) berpendpat bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawah sejak lahir.Berdasarkan pandangan ini maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak akan menjadi jahat, dan yang baik akan menjadi baik. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri. Istilah nativisme dari asal kata natives yang artinya adalah terlahir. Bagi nativisme, lingkungan sekitar dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya, kalau anak mempunyai pembawaan baik maka dia akan baik. Pembawaan buruk dan baik ini tidak dapat diubah kekuatan dari luar.3. Aliran naturalismPandangan yang ada persamaan dengan nativisme adalah aliran naturalism yang dipelopori oleh seorang filsuf Prancis J.J. Rousseau (1712-1778). Berbeda dengan Schopenhauer, Rosseau berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik, dan tidak satupun dengan pembawaan buruk. Namun pembawaan baik itu akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan.Rosseau juga berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang dewasa malahan dapat merusak pembawan anak yang baik itu. Aliran ini juga disebut negativism, karena berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak didik dan diserahkan saja pada alam. Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Yang dilaksankan adalah menyerahkan anak didik ke alam, agar pembawaan yang baik itutidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan itu. J.J. Rausseau ingin menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat sehingga kebaikan anak-anak yang diperoleh secara alamiah sejak saat kelahirannya itu dapat berkembang secara spontan dan bebas.Ia mengusulkan perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaanya, kemampuannya, dan kecenderungannya. Pendidikan harus dijauhkan dalam perkembangan anak karena hal itu berarti dapat menjauhkan anak dari segala hal yang bersifat berbuat-buat dan dapat membawa anak kembali kea lam untuk mempertahankan segala yang baik. Seperti diketahui, gagasan naturalism yang menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini malahan terbukti sebaliknya pendidikan makin lama makin diperlukan.4. Aliran konvergensiWilliam Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa ldama proses perkembangan anak, baik faktor pembawan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lanir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu.Sebaliknya lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk pengembangan itu. Sebagai contoh pada hakikatnya kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata, adalah juga hasil konvergensi. Pada anak manusia ada pembawana untuk berbicara dan melalui situasi lingkungannya anak belajar berbicaradalam bahasa tertentu. Lingkungan pun mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan pembawaan bahasanya. Karena itu anak manusia mula-mula menggunakan bahasa lingkungannya.2.5 HAKIKAT MANUSIAHakekat manusia adalah sebagai berikut :1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.3. yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.4. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati6. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas7. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.8. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

Beberapa pandangan tentang manusia : 1. AristotelesBerbeda dengan Plato, ia memandang manusia sebagai satu kesatuan. Tubuh dan jiwa adalah satu substansi. Perbedaan keduanya bukan perbedaan esensial. Bagi Aristoteles jiwa manusia tidak terpenjara dalam tubuh. Ketidakbebasan manusia bukan dalam kondisi terpenjaranya jiwa oleh badan melainkan ketidakmampuan mereka menggunakan keseluruhan sistem psiko-fisik dalam memahami alam semesta dan ketidakmampuan mengembangkan dirinya dalam kehidupan sehari-hari,termasuk kehidupan sosial. 2. PlatoIa memandang manusia terdiri dari jiwa dan tubuh. Dua elemen manusia ini memiliki esensi dan karakteristik yang berbeda. Jiwa adalah zat sejati yang berasal dari dunia sejati, dunia idea. Jiwa tertanam dalam tubuh manusia. sementara tubuh manusia adalah zat semu yang akan hilang lenyap bersamaan dengan kematian manusia. sedangkan ide tetap abadi. Sesuatu yang abadi terperangkap di dalam sesuatu yang fana, itulah nasib jiwa.3. PsikoanalisaSigmund Freud adalah salah satu tokoh psikologi yang memandang manusia sebagai makhluk deterministik, dengan kata lain ia melihat manusia tidak bebas. Kepribadian manusia terdiri dari dua bagian yaitu kesadaran dan ketidaksadaran. Bagian ketidaksadaran jauh lebih luas dari bagian kesadaran.4. Psikologi BehaviorismeDua tokoh behaviorisme yang terkenal adalah J.B. Watson dan B.F. Skinner. Keduanya memandang manusia sebagai hasil pembiasaan stimulus-respons. Lingkungan berperan penting dalam menentukan kepribadian seseorang.2.6 EKSISTENSI MANUSIAEksistensi manusia dalam berbagai dimensi perlu dikenali batas-batasnya. Hal demikian perlu, karena secara tidak langsung menyoal kita sendiri. Kita butuh referensi mengenai itu. Eksistensi dapat di kategorikan sebagai berikut :

1. Eksistensi manusia dalam seniBanyak definisi tentang seni pernah didengungkan. Diantaranya hanya menunjukkan perbedaan peristilahan, di antara yang lain tampak memperlihatkan pertentangan. Namun, seperti yang ditunjukkan Morris Weitz dalam Philosophy of the Arts (1950 : 2), berbagai perselisihan yang sia-sia dapat dihindari jika cap estetika tidak ditempelkan pada satu potong dari seluruh tubuh seni, tetapi dipakai secara terpisah sebagai unsur pokok dari proses penciptaan, benda estetis, dan pengalaman estetis. Dalam bukunya An Introduction to Aesthetics (London, 1949), Profesor E.F. Carrit mengutip pendapat sekitar 40 ahli estetika yang representatif, yang mengungkapkan bahwa seni, sebagai proses kreatif adalah dari suasana hati, perasaan dan jiwa. Jadi Seni adalah ungkapan atau jiwa, perasaan, dan suasana hati yang diungkapkan.2. Eksistensi manusia dalam ilmuJika Seni merupakan perwujudan nilai-nilai yang berkaitan dengan jiwa , maka ilmu lebih bergelut dengan fakta-fakta dan berurusan dengan akal yang mengarahkan dan membelokkan jiwa kepada hakikat benda.Ciri khas ilmu pengetahuan adalah mencari hubungan gejala-gejala yang faktawi. Ia tidak puas menyatakan benar sesuatu itu apa; begini dan begitu. Ia ingin tahu apa sebabnya sesuatu itu ada. Pengetahuan ilmiah mencoba mengintegrasikan yang terpotong-potong dalam pengetahuan pra ilmiah pada kesatuan. Dalam mencapai pengertian ilmu pengetahuan maju secara sistematis. Ia tidak bersifat menunggu saja seolah-olah pada waktunya dan dalam situasi tertentu terang pengetahuan akan menyingsing dengan sendirinya. Ilmu pengetahuan harus mengusahakan pengertian melalui penyelidikan. Ilmuwan tidak akan menerima sesuatu apapun sebagai fakta dan kebenaran kalau.3. Eksistensi manusia dalam filsafatJika kita disadarkan akan fakta-fakta ini dan menemukan bahwa, kendatipun pengetahuan kita lebih maju, masih tertinggal suatu ketidaktahuan, pintu menjadi terbuka untuk menggali suatu lapisan mengenal yang berikut, yaitu filsafat.Filsafat merupakan pemikiran sedalam-dalamnya tentang semua hal yang bersentuhan dengan manusia dan bagaimanapun juga caranya bersangkut paut dengan dia dan hidupnya. Jadi filsafat akan berurusan dengan benda-benda, situasi-situasi, pertanyaan dan masalah yang sebelumnya telah dijumpai baik di tingkat pengetahuan pra-ilmiah maupun di tingkat pengetahuan ilmiah, namun kali ini diselami ke dasar yang lebih dalam.4. Eksisteni manusia dalam agamaFilsafat dan Agama merupakan dua jalan yang saling berhubungan erat menuju pengenalan diri. Orang beragama yang berfilsafat tentang diri sendiri dan bertatap muka dengan banyak soal yang tidak terjawab olehnya, akan menyerahkannya pada Teologi, atau meninjau dirinya kembali di bawah sorotan cahaya Wahyu Illahi. Kalau filsafat telah mengubah dia menjadi orang yang bertanya-tanya, sapaan Tuhan akan diberi arti lebih besar, yakni sebagai bantuan bagi manusia yang bertanya. Kalau dia bukan orang yang bertanya-tanya di hadapan Allah, Tuhan dan sapaanya-Nya tidak akan dianggap kenyataan yang hidup.2.7 PENGEMBANGAN DIMENSI-DIMENSI MANUSIA DALAM PROSES PENDIDIKAN1. Pengembangan manusia sebagai mahluk individuPendidikan harus mengembangkan anak didik mampu menolong dirinya sendiri. Pestalozzi mengungkapkan hal ini dengan istilah/ucapan: Hilfe zur selbathilfe,yang artinya memberi pertolongan agar anak mampu menolong dirinya sendiri.Untuk dapat menolong dirinya sendiri, anak didik perlu mendapat berbagai pengalaman di dalam pengembangan konsep, prinsip, generasi, intelek, inisiatif, kreativitas, kehendak, emosi/perasaan, tanggungjawab, keterampilan ,dll. Dengan kata lain, anak didik harus mengalami perkembangan dalam kawasan kognitif, afektif dan psikomotor.Sebagai mahluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan tindakan instingtif, dan hal-hal ini hanya bisa diperoleh melalui pendidikan dan proses belajar.2. Pengembangan manusia sebagai mahluk sosialDisamping sebagai mahluk individu atau pribadi manusia juga sebagai mahluk social. Manusia adalah mahluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan secara seorang diri saja. Kehadiran manusia lain dihadapannya, bukan saja penting untuk mencapai tujuan hidupnya, tetapi juga merupakan sarana untuk pengembangan kepribadiannya. Hal ini ditunjukkan oleh adanya manusia srigala (wolgman), yaitu anak manusia yang berkembang menjadi srigala , karena dibesarkan oleh srigala, dan sama sekali tidak mau menerima kehadiran manusia lainnya. Ia menjadi bergaya hidup seperti srigala. Kehidupan social antara manusia yang satu dengan yang lainnya dimungkinkan tidak saja oleh kebutuhan pribadi seperti telah disebutkan di atas, tetapi juga karena adanya bahasa sebagai alat atau medium komunikasi.3. Pengembangan manusia sebagai mahluk susilaAspek yang ketiga dalam kehidupan manusia, sesudah aspek individual dan social, adalah aspek kehidupan susila. Hanya manusialah yang dapat menghayati norma-norma dalam kehidupannya sehingga manusia dapat menetapkan tingkah laku yang baik dan bersifat susila dan tingkah laku mana yang tidak baik dan bersifat tidak susila.Setiap masyarakat dan bangsa mempunyai norma-norma, dan nilai-nilainya. Tidak dapat dibayangkan bagaimana jadinya seandainya dalam kehidupan manusia tidak terdapat norma-norma dan nilai-nilai tersebut.

BAB IIIPENUTUP3.1 KESIMPULANPada hakikatnya Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup dalam hidup dan penghidupan manusia yang mengemban tugas dari Sang Kholiq untuk beribadah.Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah Subhanaha wattaalla dengan suatu bentuk akal pada diri manusia yang tidak dimiliki mahluk Allah yang lain dalam kehidupannya, bahwa untuk mengolah akal pikirnya diperlukan suatu pola pendidikan melalui suatu proses pembelajaran.Untuk itu semua, pendidikan di Indonesia harus diarahkan pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian dan moral. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian maka pada gilirannya akan menjadikan masyarakat Indonesia masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat dunia.

3.2 SARAN

Kami sadar jika Makalah kami yang berjudul HAKIKAT ILMU PENDIDIKAN masih memiliki banyak kekurangan atau ketidaksempurnaan , Maka dari itu Kelompok kami sangat membutuhkan saran para pembaca untuk memperbaiki dan menyempurnakan makalah kami ini . Terima kasih juga buat para pembaca makalah kami ini , semoga makalah kami ini dapat bermanfaat bagi saudara saudari yang membaca nya .

DAFTAR PUSTAKA

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2043347-pengertian-pendidikan/#ixzz1cYCnUXZK http://bukittingginews.com/2010/10/makalah-dasar-dan-tujuan-pendidikan/ ujuan Pendidikan (Kemdiknas) (http://teddykw1.wordpress.com/2008/03/29/dimensi-eksistensi-manusia-dalam-seni-ilmu-filsafat-dan-agama/ )(http://tentangkomputerkita.blogspot.com/2010/01/pengembangan-dimensi-dimensi-pada.html )(http://www.masbied.com/2010/06/02/aliran-aliran-pendidikan/ )

10