21
U lang tahun PAPDI ke-54 yang jatuh pada 16 November 2011 lalu sangat istimewa. Pasalnya, pada ulang tahun ini pengurus PB PAPDI mendapat “kado” dari sesepuh dan para mantan Ketua Umum PB PAPDI. Para tokoh PAPDI ini meluangkan waktu h adir pada acara sarasehan dan diskusi dalam rang ka ulang tahun PAPDI y ang diselengg arakan pada 20 November 2011, di Hotel Boroburur. Sarasehan tersebut mengangkat tema “ PAPDI: Merajut Asa - Kini dan Masa Depan”. Pada kesempatan itu, Ketua Umum PB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP banyak menerima asupan dari para sesepuh. Mereka yang hadir adalah para mantan Ketua Umum PB PAPDI, yaitu Dr. Sjaifoellah Noer, SpPD, K-GEH, FINASIM, Prof. Dr. Slamet Suyono, SpPD, K-EMD, FINASIM, Prof. DR. Dr. Sjamsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI, FINASIM, FACP dan Prof. Dr. A. Aziz Rani, SpPD, K-GEH, FINASIM. Sedangk an Dr. Achm ad Dachlan, SpPD, mantan Ketua Umum PB PAPDI periode 1975 - 1978, dan 1978-1981 berhalangan hadir. Di samping itu, hadir pula mantan pengurus lain yang turut membesarkan PAPDI diantarany a Prof. DR. Dr. J ose Roesma, SpPD, K-G H, FINASIM, Prof. DR. Dr. Suhardjono, SpPD, K-GH , FINASIM, Prof. Dr. Herdiman T. Pohan, SpPD, K-PTI, FINASIM, dan Prof. Dr. H.A.M. Akil, SpPD, K-GEH, FINASIM. ”Acara ini menjadi sangat istimewa para sesepuh PAPDI hadir di tengah-tengah kita,” ujar Ketua Umum PB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K- HOM, FINASIM, FACP saat membuka acara. Dr. Aru mengatakan PAPDI berkembang seperti saat ini tak bisa dipisahkan dari proses perjalanan sebelumnya. Para Ketua Umum PB PAPDI sebelumnya telah meletakan anak tangga untuk mencapai puncaknya. “Begitu pula saya, mele- takkan anak tangga untuk pengurusan selanjutnya,” katanya. “Namun dalam menapaki anak tangga, ada kalanya berhen- ti sejenak untuk merenung dan mengevaluasi apa yang telah dicapai.” Pada sarasehan ini, Dr. Aru mengajak jajaran pengurus “menarik napas” berkontempelasi atas pencapaian – penca- paian selama kepengurusannya. “Telah banyak perubahan yang dilakukan sehingga PAPDI menjadi besar seperti saat ini. Saya kagum dan memberi apresiasi kepada Dr. Aru dan pengurus lain,” ujar Prof. Dr. Sjaifoellah Noer, SpPD, K-GEH, FINASIM yang juga diikuti oleh keempat mantan ketua dan sesepuh lain. (HI) Edisi 20 M are t 2012 4 7 9 10 15 HU TPA PD I Ke-54: Kado Dari Sesepuh W aspadai Rai bnya Pen didikanSu bsp es ial is UUPen didi kanKedokteran:Mesti Bisa Menj awab T antangan Global Prof. Dr. Nuzi rwan A cang , SpPD, K-HOM , FI NAS I M: AntaraMedis, Mus i kdanAdat Li m aCUntukMem buat I nf orme d Conse nt  Susunan Redaksi: Penanggung Jawab: DR. Dr. Aru. W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP *Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM *Bidang Materi dan Editing: Dr. lndra Marki, SpPD, FINASIM; Dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana, SpPD, FINASIM; Dr. Alvi n T ago r Harahap, SpPD; Dr. Nadia A. Mulansari, S pPD *Koresponden: Caban g Jakarta Raya, Cabang Ja wa Bara t, Cabang Surabaya , Cabang Yogyakarta, Caba ng Sumut, Cabang Semarang , Cabang Pada ng, Cabang Man ado, Caba ng Sumbagsel, Cabang Makassar, Cabang Ba li, Cabang Malang, Cabang Surakarta, Cabang Riau, Cabang Kaltim, Cabang Kalbar , Cabang Nanggroe Ace h Daruss alam, Cabang Kals elteng, Cabang Palu, Cabang Banten, Cabang Bogo r, Cabang Purwokerto, Cabang Lampung, Cabang Kupang, Cabang Jambi, Cabang Kepulauan Riau, Cabang Go ronta lo, Cabang Cirebon, Cabang Maluku, Cabang Tana h Papua, Cab ang Maluku Utara, Caba ng Bekasi, Cabang Nusa T engga ra Barat , Cabang Depok, Cabang Bengkulu *Sekretariat: sdr. M. Muc htar, sdr. Husni, sdr. M. Yunus, sdri. Oke Fitia, sdri. Anindya HUT Ke-54 PAPDI: Merajut Asa – Kini dan Masa Depan HUT Ke-54 PAPDI: Merajut Asa – Kini dan Masa Depan

Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

Page 1: Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 1/20

Ulang tahun PAPDI ke-54 yang jatuh pada 16 November 2011 lalu sangat istimewa. Pasalnya, pada ulang tahun ini

pengurus PB PAPDI mendapat “kado” dari sesepuh dan para mantan Ketua Umum PB PAPDI. Para tokoh PAPDI ini

meluangkan waktu hadir pada acara sarasehan dan diskusi dalam rangka ulang tahun PAPDI yang diselenggarakan

pada 20 November 2011, di Hotel Boroburur.

Sarasehan tersebut mengangkat tema “ PAPDI: Merajut Asa - Kini dan Masa Depan”. Pada kesempatan itu, Ketua

Umum PB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP banyak menerima asupan dari para sesepuh.

Mereka yang hadir adalah para mantan Ketua Umum PB PAPDI, yaitu Dr. Sjaifoellah Noer, SpPD, K-GEH, FINASIM, Prof. Dr.

Slamet Suyono, SpPD, K-EMD, FINASIM, Prof. DR. Dr. Sjamsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI, FINASIM, FACP dan Prof. Dr. A. Aziz

Rani, SpPD, K-GEH, FINASIM. Sedangkan Dr. Achmad Dachlan, SpPD, mantan Ketua Umum PB PAPDI periode 1975 - 1978,

dan 1978-1981 berhalangan hadir. Di samping itu, hadir pula mantan pengurus lain yang turut membesarkan PAPDI

diantaranya Prof. DR. Dr. Jose Roesma, SpPD, K-GH, FINASIM, Prof. DR. Dr. Suhardjono, SpPD, K-GH, FINASIM, Prof. Dr.

Herdiman T. Pohan, SpPD, K-PTI, FINASIM, dan Prof. Dr. H.A.M. Akil, SpPD, K-GEH, FINASIM. ”Acara ini menjadi sangat

istimewa para sesepuh PAPDI hadir di tengah-tengah kita,” ujar Ketua Umum PB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-

HOM, FINASIM, FACP saat membuka acara.

Dr. Aru mengatakan PAPDI berkembang seperti saat ini tak bisa dipisahkan dari proses perjalanan sebelumnya. Para

Ketua Umum PB PAPDI sebelumnya telah meletakan anak tangga untuk mencapai puncaknya. “Begitu pula saya, mele-

takkan anak tangga untuk pengurusan selanjutnya,” katanya. “Namun dalam menapaki anak tangga, ada kalanya berhen-

ti sejenak untuk merenung dan mengevaluasi apa yang telah dicapai.”

Pada sarasehan ini, Dr. Aru mengajak jajaran pengurus “menarik napas” berkontempelasi atas pencapaian – penca-

paian selama kepengurusannya. “Telah banyak perubahan yang dilakukan sehingga PAPDI menjadi besar seperti saat ini.

Saya kagum dan memberi apresiasi kepada Dr. Aru dan pengurus lain,” ujar Prof. Dr. Sjaifoellah Noer, SpPD, K-GEH,

FINASIM yang juga diikuti oleh keempat mantan ketua dan sesepuh lain. (HI)

Edisi 20 Maret 2012

4

7

9

10

15

HUTPAPDI Ke-54:Kado Dari Sesepuh

Waspadai RaibnyaPendidikan Subspesialis

UU Pendidikan Kedokteran:MestiBisa Menjawab Tantangan Global

Prof. Dr. Nuzirwan Acang, SpPD,K-HOM, FINASIM:Antara Medis, Musik dan Adat

Lima CUntuk MembuatInformed Consent 

Susunan Redaksi: Penanggung Jawab: DR. Dr. Aru. W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP *Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM *Bidang Materi dan Editing: Dr. lndra Marki, SpPD, FINASIM; Dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana, SpPD, FINASIM; Dr.Alvin Tago r Harahap, SpPD; Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD *Koresponden: Caban g Jakarta Raya, Cabang Ja wa Bara t, Cabang Surabaya , Cabang Yogyakarta, Caba ng Sumut, Cabang Semarang , Cabang Pada ng, Cabang Man ado, Caba ng Sumbagsel, Cabang Makassar, Cabang Ba li,Cabang Malang , Cabang Surakarta , Cabang Riau, Cabang Kaltim, Cabang Kalbar, Cabang Nanggroe Aceh Darussa lam, Cabang Kalse lteng , Cabang Palu , Cabang Banten, Cabang Bogo r, Cabang Purwokerto, Cabang Lampung, Cabang Kupang , Cabang Jambi, Cabang KepulauanRiau, Cabang Go ronta lo, Cabang Cirebon, Cabang Maluku, Cabang Tana h Papua, Cab ang Maluku Utara, Caba ng Bekasi, Cabang Nusa Tengga ra Barat , Cabang Depok, Cabang Bengkulu *Sekretariat: sdr. M. Muchtar, sdr. Husni, sdr. M. Yunus, sdri. Oke Fitia, sdri. AnindyaYustikasari *Alamat : PB PAPDI, Gedun g ICB Bumiputera, G round Floo r 2B, Jl. Proboling go No. 18, Go nda ngd ia, Ment eng , Jakart a 10350. Telp. (021) 2300818, Fax. (021) 2300588, 2300755; SMS 085695785909; Email: pb_papd [email protected] .id; Website: ww w.pbp apd i.org

HUT Ke-54 PAPDI: Merajut Asa –Kini dan Masa Depan

HUT Ke-54 PAPDI: M erajut Asa –Kini dan Masa Depan

Page 2: Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 2/20

Jumpa lagi dan salam sejahtera para Teman Sejawat yang budiman. Kami dari tim redaksi Halo Internis

menyapa kembali para pembaca dengan berita hasil sarasehan dalam rangka HUT PAPDI yang berisi

ungkapan, uraian, serta nasehat petuah dari mantan Ketua Umum PB PAPDI periode awal hingga

sekarang. Yang mengandung asa ke depan dalam rangka mengembangkan, membesarkan, dan mem-

bangun PAPDI, sebagai wadah organisasi profesi yang tidak saja sebagai alat mensejahterakan anggota

tetapi juga memperjuangkan aspirasi anggota di arena pelayanan kesehatan di Tanah Air. Serta mem-

bantu meningkatkan mutu profesi Penyakit Dalam guna menjawab kebutuhan masyarakat yang makin

tinggi. Hal ini dinarasikan oleh sejawat Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM.

Selain itu masalah Pendidikan Subspesialisasi menjadi arena pertarungan kepentingan pihak ter-tentu yang menafikan pendidikan Sp 2 cukup oleh Kolegium Ilmu Penyakit Dalam. Masalahnya pen-

gakuan Konsil Kedokteran Indonesia dalam mengeluarkan STR tergantung dari ijazah resmi oleh insti-

tusi pendidikan, bukan berdasarkan surat keterangan selesai pendidikan oleh Kolegium Ilmu Penyakit

Dalam. Sehinga dikhawatirkan dalam arena CAFTA dan WTO 1 Januari 2015 nanti Indonesia dianggap

tidak mempunyai Konsultan Spesialis dan ini akan menjadi lahan praktek dokter asing masuk

Indonesia. Hal ini sudah diperjuangkan melalui UU Pendidikan Kedokteran oleh Sejawat Pengurus

Besar PAPDI di komisi 10 DPR bersama-sama teman-teman Kolegium lain yang dirugikan oleh adanya

aturan itu.

Berita lain yaitu mengenai perjuangan kita meraih kesempatan menjadi tuan rumah WICIM 2016 di

Bali nanti, juga berita-berita lain yang merupakan kontribusi Sejawat daerah. Ada juga ulasan sejawat

Dr. Bambang Subagyo, SpPD, MM, FINASIM tentang informed consent yang dapat dipakai sebagai

acuan pelayanan di tempat kerja kita masing-masing.

Selamat membaca

S E K A P U R S IR IH

OM I N T ER N I Z

2 Halo Internis   Edisi 20   Maret 2012

BIDANG

HUMAS

PUBLIKASIDAN

MEDIA

Warna jas boleh sama,sumpah dokter boleh sama, kok

tentang Pendidikan Sp2 ribut ya...?

Page 3: Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 3/20

SOROT UTAMA 3Halo Internis   Edisi 20   Maret 2012

6 Juli 2006 di kota Palembang, DR. Dr. Aru W.

Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP yang barusaja terpilih menjadi Ketua Umum PB PAPDI perio-

de 2006-2009 mengaku was-was menerima jabat-

an ini. Pasalnya, dia paham benar, begitu banyak hal

yang harus dibereskan dalam menakhodai gerbong or-ganisasi ahli penyakit dalam untuk melalui waktu ke de-

pan. “Ini merupakan tanggung jawab yang tidak bisa

saya elakkan,” katanya, seperti dikutip HI edisi 15 pa-

da saat itu.

Dr. Aru, begitu biasa disapa, menyadari, organisasi

yang dipimpinnya cukup besar, sehingga hal pertama

yang dilakukannya saat itu adalah konsolidasi anggota.Ia sangat ingin menjadikan PAPDI sebagai suatu or-

ganisasi yang kuat. Penataan organisasi adalah hal

pertama yang mampir dipikirannya. “Pendataan anggo-

ta ini sangat penting. Tanpa data yang lengkap, ba-gaimana bisa menggalang kekuatan,” ujar ahli hema-

tologi-onkologi medik ini.

Rencananya berjalan mulus. Tiga tahun duduk se-

bagai ketua umum membawa banyak perubahan ke

arah lebih baik. Kepemimpinannya tak diragukan. Dr.Aru terpilih kembali menjadi Ketua Umum PB periode

2009-2012 secara aklamasi pada Kongres NasionalPerhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (KOPAP-

DI) XIV, di Jakarta, Nopember 2009 laluDimasa kepengurusan PB PAPDI J ilid II Dr. Aru

menata organisasi PAPDI lebih professional dan lebih

berperan aktif baik di tingkat nasional maupun inter-

national.

d. Tahun 2008 : Mengikuti World Congress of In- 

ternal Medicine 2008 di Buenoes Aires, Argen-

tina. Bidding  pertama menjadi tuan rumah

WCIM 2014 tidak diterima dengan alasan kea-

manan negara dan fasilitas yang kurang.e. Tahun 2010 : Mengikuti WCIM 2010 di Mel-

bourne, Australia. Dan bidding kedua untuk

menjadi tuan rumah WCIM. Berhasil diterima

menjadi tuan rumah WCIM 2016, di Bali, Indo-nesia.

6. Tahun 2009: Islah PAPDI-PERKI, menandatanganikesepakatan untuk saling menghargai.

7. Tahun 2009: Dr. Aru terpilih kembali secara akla-masi pada KOPAPDI XIV, J akarta.

8. Tahun 2011: Menempati kantor baru di Gedung

ICB Bumiputera, Cikini

9. Tahun 2011: Mengikuti Philiphine College of Phy- 

sicians (PCP), Manila dan mengaktifkan kembali

Asean Federation of Internal Medicine (AFIM) da-

lam rangka harmonisasi Asean.

10. Tahun 2011: Konferensi Kerja PAPDI XII di Batam11. Tahun 2011: Peluncuran buku panduanEmergen- 

cy in Internal Medicine (EIMED) PAPDI.

Momentum penting dua periodekepengurusan Dr. Aru1. Penataan organisasi: membuat tertib admnistra-

si, standar prosedur kerja (SOP), tertib keuangan,

mengurus akte notaris, pertanggungjawaban ke-

pada anggota, transparansi pajak, dan pemben-

tukan divisi advokasi2. Tahun 2009 : Roadshow tentang antibiotik, nutri-

si klinik, onkologi, lipid dan hipertensi, UMED dan

lain-lain. Di samping pertemuan ilmiah, roadshow 

 juga dimanfaatkan konsolidasi anggota PAPDI dicabang-cabang.

3. Pembukaan PAPDI cabang di daerah-daerah

4. PAPDI Store menyediakan merchandise PAPDI

5. Go international

a. Tahun 2007: Aktif mengikuti American College 

of Physicians (ACP ) 2007

b. Tahun 2007: Mengundang Presiden ISIM pada

Pertemuan Ilmiah Nasional (PIN) V 2007 diSolo, Jawa Tengah.

c. Tahun 2008 : Dr. Aru mengikuti Konvokasi pa-

da ACP, Internal Medicine 2008 di Washing-

ton, Amerika Serikat.

PENGUMUMANHalo Internis  edisi mendatang membuka rubrik

baru, yaitu :

Pojok Tanya Jawab. Rubrik ini ditujukan bagi

sejawat yang ingin berkonsultasi tentang kasus-

kasus yang ditemui di tempat praktik sejawat

Surat Pembaca. Kami menerima masukan beru-

pa kritik, saran serta tanggapan lain seputar

tabloid ini. Disamping itu, kami juga menerima

opini seputar hal-hal yang berkaitan dengan ke-dokteran.

Kirimkan pertanyaan, kritik, saran, tanggapan,atau opini Anda ke:

Kantor PB PAPDI

Gedung ICB Bumiputera, Ground Floor 2B, Jl. Probolinggo No. 18, Gondangdia, Menteng,

 Jakarta 10350.

 Telp. (021) 2300818;

Fax. (021) 2300688, 2300755

Website: www.pbpapdi.orgE-mail: [email protected]

Sesungg uhnya PAPDI itu besa r

dan tersebar di seluruh Indo-

nesia. Jadi sudah selayaknyaPAPDI dilihat dan didengar.

PAPDI-PERKI menandatangani k esepakatan unt uk saling menghargai

Syukuran kantor baru PB PAPDI di Gedung ICB Bumiputera,Cikini, Jakarta

Dr. Ceresna selaku juru bicara PB PAPDI pada saat bidding t uan rumahWCIM 2016 di WCIM 20 10, Austral ia.President ISIM hadir pada PIN V tahun 2007

Dr. Aru mengikuti konvokasi pada ACP, Internal Medicine 2008di Washington, Amerika Serikat.

Konker PAPDI XII di Batam

PB PAPDI: Lima Tahunyang Menentukan

PAPDI aktif mengikuti ACP pada 2007

   F   O   T   O  -   F   O   T   O  :   D   O   K .

   H   I

Page 4: Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 4/20

SOROT UTAMA4 Halo Internis   Edisi 20   Maret 2012

Di ulang tahun PAPDI ke-54 DR.

Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-

HOM, FINASIM, FACP beserta ja-

 jarannya mendapat “kado” isti-

mewa dari sesepuh PAPDI. Ha-

diah tersebut bukan berupa materi, na-

mun ucapan selamat dan apresiasi

yang tinggi dari para senior dan mantan

Ketua Umum PB PAPDI atas pencapai-

an yang telah diperoleh saat ini. Hal

tersebut disampaikan pada acara dis-

kusi dan sarasehan PAPDI dalam rang-

ka hari ulang tahun PAPDI di Hotel Bo-

robudur, 20 Nopember 2011 lalu.

“Saya sangat senang hadir pada

acara ini. Apa yang saya pikirkan sela-ma 30 tahun aktif di PAPDI, semuanya

sudah terealisasi lima tahun terakhir.

Lima tahun ini begitu besar loncatan-

nya,” ujar Prof. Dr. Sjaifoellah Noer,

SpPD, K-GEH, FINASIM, mantan Ketua

Umum PB PAPDI periode 1987-1990

dan 1990 – 1993, bangga.

Prof. Sjaifoellah, begitu biasa ia di-

sapa, mengatakan bahkan pencapaian

PAPDI saat ini di luar apa yang ada di-

benaknya. Dokter yang pernah praktik

di Amerika ini bangga melihat PAPDI di-

akui dan aktif di dunia international. Ke

depan, ia berharap PAPDI dapat mene-

lurkan penelitian-penelitian yang mem-

punyai hak paten dan anggota PAPDI

ada yang mendapat penghargaan inter-

national.”Kalau mungkin dapat Nobel,”

kata mantan pengurus yang selalu

mendapat peran sebagai sekretaris ini.

Hal senada juga disampai Prof. Dr.

Slamet Suyono, SpPD, K-EMD,

FINASIM yang berbicara setelah Prof.

Sjaifoellah pada acara itu. Prof. Sla-

met, begitu ia disapa, mengatakan

gembira berada ditengah-tengah pen-

gurus PB PAPDI. Ia memberikan apre-

siasi kepada Dr. Aru beserta pengurus

lain. Ia setuju PAPDI kini telah audit- 

able dan memiliki NPWP. Ia mengingat-

kan meski sudah berkembang, dalam

perjalanannya PAPDI mesti merujuk pa-

da anggaran dasar dan anggaran ru-

mah tangga (AD/ RT) PAPDI. Ia pun ber-

harap Dr. Aru dapat menyelesaikan

konflik PAPDI-PERKI disisa kepengurus-

annya. “Saya appreciate, begitu luas

dan banyak yang telah dicapai. Pengu-

rus ini yang kerjanya paling berat hing-

ga dapat gedung baru,“ kata mantan

Ketua Umum PB PAPDI periode 1993 –

1996 dan 1996 – 2000 ini, haru. “Sa-

ya jadi maklum, kenapa ia (Dr. Aru-red)

belum menjadi professor,” tambahnya

berkelakar.

Penghargaan juga disampaikan

Prof. DR. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD,

K-AI, FINASIM, FACP. Prof. Samsuridjal,

sapaan akrabnya, mengatakan meski

fasilitas jauh lebih baik, namun periode

Dr. Aru merupakan kepengurusan “pe-ngorbanan”. Bukan hanya waktu yang

diberikan, kepengurusan saat ini me-

nguras tenaga, pikiran dan menurun-

nya pendapatan lantaran harus sering

meninggalkan praktik. “Apa yang telah

dicapai kepengurusan PAPDI sekarang

beyond expectations . Bukan sekadar

baik, tapi diluar dugaan. Maka hal-hal

ini mesti dilanjutkan dan dikembang-

kan oleh kepengurusan yang akan da-

tang,” ungkap mantan Ketua Umum PB

PAPDI periode 2000 – 2003 ini, salut.

Kendati demikian, Ketua Kolegium

Ilmu Penyakit Dalam ini mengatakan

tantangan PAPDI juga tak kalah besar-

nya. Tantangan ini, menurutnya, adalah

fragmentasi di tubuh penyakit dalam.

Ada kekuatan dari luar, di tambah ke-

inginan beberapa internis, yang ingin

mengotak-kotakan pelayanan kesehat-

an di tubuh penyakit dalam. Hal ini

mesti diantisipasi, PAPDI harus mem-

pertahankan pelayanan kesehatan

holistik. “Karena itu, saya rasa kita

harus menjawab dengan membuat bu-

ku putih melalui sejarah PAPDI dan ka-

lau boleh menulis kembali pidato Prof.

Slamet supaya dapat dipahami oleh

anggota – anggota yang lain dengan

baik,” ungkap Prof. Samsuridjal.

Soal fragmentasi ini, lanjutnya, ma-

syarakat dan negara akan menanggung

tingginya biaya pelayanan kesehatan.

Amerika Serikat, misalnya, mengalami

fragmentasi namun karena biaya kese-

hatan begitu tinggi, akhirnya mereka

kembali ke holistik. “Apakah kita akan

mengikuti Amerika? Kita terfragmen-

tasi dulu, kemudian ketika kita sadar

tidak mampu melakukan pelayanan ter-

kotak-kotak lalu kembali ke holistik,”

tegasnya.

Persoalan lain, adalah membina hu-

bungan baik dengan profesi lain, ter-

utama dokter umum. Menurut Prof.

Samsuridjal PAPDI harus dekat dengan

dokter umum. Kalau perlu, tambahnya,

pada saat KOPAPDI atau PIN PAPDI

dokter umum diberi tempat khusus.

Kemudian, PAPDI mesti memberi

perhatian lebih pada divisi psikosoma-tik. Bidang ini kurang berkembang di

banding yang lain. Padahal, dari segi

konsep, psikosomatik sudah cukup

kuat. Prof. Samsuridjal juga meng-

ingatkan, dalam kepengurusan PAPDI

tetap menjunjung kepemimpinan kole-

gial dan cost effectiveness.

Selanjut, Prof. Dr. A. Aziz Rani,

SpPD, K-GEH, FINASIM menyampaikan

pandangannya. Menurutnya kepengu-

rusan saat ini sudah menjalankan

PAPDI sangat luar biasa. Periode ini,

lanjutnya, telah meletakkan model or-

ganisasi yang professional untuk perio-

de berikutnya. “Pengurusan saat ini su-

dah menjawab tantangan yang ada pa-

da masanya. Selamat kepada kepengu-

rusan saat ini,” kata mantan Ketua

Umum PB PAPDI periode 2003-2006

ini.

Prof. Aziz, begitu biasa disapa, men-

dukung rencana Dr. Aru membentuk

foundation.Menurutnya foundationme-

rupakan perpanjangan tangan dari or-

ganisasi profesi. Dengan begitu ruang

gerak PAPDI lebih luas dan dapat lebih

dekat dengan masyarakat.

Berkaitan dengan PAPDI Medical Re-

lief (PMR), Prof. Aziz mengusulkan agar

PMR masuk dalam AD/ART di bawah

PB PAPDI. Namun tetap diberi kemandi-

rian dalam hal mengelola kelengkapan

organisasi. Hal ini terkait dengan suatu

lembaga kemanusiaan yang bersifat

nirlaba dituntut untuk transparan me-

ngatur dana dari donator. ”Silahkan di-

 jadikan anak atau anak angkat. Karena

PMR juga menjalankan misi PAPDI,”

tukasnya.

Sesepuh lain, Prof. Dr. A.M. Akil,SpPD, K-GEH, FINASIM, Prof. Dr. Jose

Roesma, SpPD, K-GH, FINASIM, Prof.

Dr. Herdiman Pohan, SpPD, K-PTI,

FINASIM, Prof. Dr. Suhardjono, SpPD,

K-GH, FINASIM juga memberi apresiasipada pengurus saat ini. Mereka sepen-

dapat apa yang dilakukan Dr. Aru ber-

sama pengurus lain telah jauh dari apa

yang dipikirkan. “Saya sangat bangga

pengurus PAPDI saat ini. Dr. Aru sangat

luar biasa, setiap saat ia pergi me-

ngunjungi daerah-daerah,“ ujar Prof.

Akil selaku penasehat PB PAPDI pe-

riode ini.

Prof. Akil sependapat dengan Prof.

Samsuridjal. Ia menegaskan perlunya

pemahaman yang lebih dalam tentang

holistik. Konsep ini tetap dipertahan-

kan, boleh saja mendalami satu bidang

tapi tetap dalam kerangka holistik.

“Untuk itu perlu komunikasi lebih inten

ke Kemenkes, IDI, dan fakultas-fakul-

tas kedokteran,” ujar Prof. Akil.

Sementara Prof. Herdiman T. Pohan

senada dengan Prof. Aziz. Ia setuju di-

bentuk yayasan. “Banyak yang bisa di-

kelola. Kita akan sukses karena PAPDI

punya asset anggota dan scientif po-

wer,” ungkapnya. Sedangkan Prof. Su-

hardjono menambahkan PAPDI sudah

perlu merekrut sekretaris eksekutif 

agar lebih professional.

Diantara sesepuh PAPDI yang hadir,

sayangnya Dr. Achmad Dachlan, SpPD

mantan Ketua Umum PB PAPDI periode

1975-1978 dan 1978-1981 berhalang-

an hadir karena ada keperluan keluar-

ga yang sangat mendesak. Namun keti-

ka ditemui tim Halo Internis di tempat

kediamannya di bilangan Cinere, De-

pok, ia mengatakan sangat terharu de-

ngan kepengurusan sekarang yang se-

lalu menjalin komunikasi dan memberi

perhatian kepadanya. “Meski kami ku-

rang mengikuti perkembangan PAPDI,

tapi kami selalu diundang ke acara

PAPDI. Terima kasih atas perhatian-

nya,” ujar Dr. Achmad Dachlan yang du-

duk didampingi istrinya. (HI)

HUT PAPDI ke-54:

Kado Dari Sesepuh

Apa yang telah dica pai kepengurusa n PAPDI

sekarang beyond expectations . Buka n sekada r

ba ik, tapi d ilua r dug a a n. Ini mesti di la njutkan

da n d ikemba ngkan o leh kepengurusan yang

a k a n d a t a n g .

Ketua Umum PB PAPDI, Dr. Aru W. Sudoyo (tengah) bersama mantan k etua PB PAPDI. (kiri-kanan) Prof. Samsuridjal Djauzi, Prof. Slamet Suyono, Prof. Sjaifoellah Noer

dan Prof. Aziz Rani.

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

Page 5: Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 5/20

SOROT UTAMA 5Halo Internis   Edisi 20   Maret 2012

Saat ini PAPDI telah

memberi kontribusi

dan manfaat yang

baik bagi anggotanya.

Adanya program-programseperti symposium ilmi-

ah, baik dalam skala ke-

cil, regional mapun na-

sional, mampu memban-

tu meng-update  penge-

tahuan, sesuai tuntutan

profesi.

Hal tersebut disam-

paikan Dr. H. Amrizal,

SpPD, FINASIM. Akan te-

tapi kontribusi ini tidak

akan maksimal tanpa

peran aktif sendiri dari

anggotanya. Sejak dires-

mikannya PAPDI Cabang

Sumatera selatan pada2007, organisasi ini ti-

dak hanya menjadi ajang

menjalin komunikasi se-

cara kekeluargaan, per-

sonal hingga institusional saja, tapi ju-

ga memberi sumbangsih bagi internis

di daerah dalam meng-update perkem-

bangan dan ilmu pengetahuan.

Memasuki usianya ke-54, PAPDI ju-

ga dihadapkan pada tantangan teruta-

ma menghadapi era global. “Kami ber-

syukur saat ini di UNSRI Palembang te-

lah membuka jenjang pendididikan sub-

spesialis. Ini adalah bagian dari upaya

menghadapi tantangan zaman,” ujar

dokter kelahiran Palembang, 25 Okto-

Era globalisasi yang memungkinkan

dokter penyakit dalam asing masuk

ke Indonesia. Situasi ini, menurut

Dr. Harlinda Haroen, SpPD, K-HOM, FI-

NASIM menjadi tantangan bagi PAPDI

untuk tetap dapat mempertahankan

kompetensinya.

Sebagai organisasi profesi, PAPDI

menjadi wadah untuk tukar pikiran dan

memperoleh informasi dalam berbagai

soal yang menyangkut ilmu penyakit

dalam yang sedang dihadapi masyara-

kat Indonesia. Bagi Dr. Harlinda, PAPDI

berperan mendorong dan meningkat-

kan penelitian dalam bidang penyakit

dalam. Kegiatan-kegiatannya merupa-

kan salah satu wadah untuk upgrade 

dan sharing ilmu pengetahuan terkini.

Dr. Harlinda menilai, PAPDI sejauh ini

telah memiliki kinerja dan peran yang

baik. “Penyelenggaraan Kongres Nasio-

nal PAPDI yang dilaksanakan setiap 3

tahun merupakan program yang paling

baik dan sukses selama ini,” ujar ben-

dahara PAPDI Cabang

Manado tersebut.

Namun demikian,

pihaknya berharap

roadshow  yang terse-

lenggara tidak hanya

terpusat terpusat di

 Jakarta. “Sebaiknya bi-

sa sampai juga ke dae-

rah-daerah,” ungkap-

nya. Selain itu, untuk

kegiatan roadshow ,

bukan sekadar sharing 

ilmu namun ia ber-

harap dapat menjadi

wadah membahas ma-

salah organisasi baik

di cabang maupun di

pusat. Ke depan, ia

ingin PAPDI tetap da-

pat menjadi induk bagi

organisasi-organisasi

sub-spesialisasi lain-

nya. (HI)

Perhimpunan Dokter Spesialis Penya-

kit Dalam Indonesia (PAPDI) adalah

perhimpunan yang menjadi wadah

berkumpul dan bersatunya seluruh In-

ternis yang berada di Indonesia. Sejak

dibentuk tahun 1957, PAPDI saat ini

telah memiliki 35 Cabang yang terse-

bar mulai dari Nangroe Aceh Darussa-

lam hingga dengan Tanah Papua. PAPDI

telah memiliki anggota sebanyak 2416

Internis dengan jumlah Konsultan se-

banyak 544 pada masing-masing bi-

dang Ilmu Penyakit Dalam yang berjum-

lah 12 divisi. Selain itu sebanyak 761

Internis sudah memiliki gelar FINASIM

(Fellow of The Indonesian Society of 

Internal Medicine).

Sebagai wadah induk kalangan pro-

fesional dokter penyakit dalam di Indo-

nesia, sudah menjadi kewajiban PAPDI

untuk mampu meningkatkan kualitas

anggotanya. Apalagi dalam kancah

menghadapi pertarungan global saat

ini. Menurut Dr. Nyoman Suarjana,

SpPD, K-R anggota PAPDI Cabang Ka-

limantan Selatan, melalui berbagai ke-

giatan yang dibentuk seperti lokakarya,

simposium, penerbitan buku ajar mau-

pun majalah ilmiah, PAPDI telah cukup

banyak ambil peran meningkatkan kua-

litas para anggotanya.

“Penerbitan buku EIMED, sangat

baik karena bisa menjadi panduan da-

lam penatalaksanaan pasien khusus-

nya bagi anggota PAPDI yang ada di

daerah,” ujar dokter yang sehari-hari

berpraktek di RSUD Ulin Banjarmasin

ini. Namun dokter kelahiran Tabanan,

24 Oktober 1965 ini menilai, program

Emergency in Internal Medicine sebaik-

nya diperuntukkan bagi dokter umum.

“Program ini bisa menjadi standar

pengetahuan dan ketrampilan kedaru-

ratan dibidang ilmu penyakit dalam,

yang nantinya dipakai sebagai salah

satu syarat yang harus dimiliki oleh

dokter umum, khususnya yang bertu-

gas di rumah sakit/ unit gawat daru-

rat,” ungkapnya. Menurut Dr. Nyoman,

sertifikat tersebut nantinya bisa diseja-

 jarkan dengan ACLS maupun ATLS, se-

dangkan untuk anggota PAPDI nantinya

harus memiliki sertifikat EIMED. (HI)

“P

APDI sudah 54 tahun! Congratu-

lations!,” sapa Prof. Dr. Hans

 Tandra, SpPD , K-EMD, FINASIM,PhD, FACE mengawali wawancara de-

ngan Halo Internis . Menurut dokter ke-

lahiran Samarinda 54 tahun silam ini,

di era globalisasi PAPDI dituntut lebih

berperan aktif, baik nasional maupun

international. Pasalnya, ke depan PAP-

DI bakal banyak menghadapi tantangan

dari segi perkembangan keilmuan, tun-

tutan masyarakat atau regulasi global.

”Untuk itu, semua anggota turut berpe-

ran aktif,” ujarnya

Prof. Hans mengatakan PAPDI ada-lah organisasi yang dapat menyatukan

para internis, dan mampu menjadi pe-

lindung dan pengayom mereka. Sudah

banyak yang diberikan PAPDI, mulai su-

rat edaran, Halo Internis, Acta Medica

Indonesiana, ataupun website PAPDI.

“Bagi dokter yang gemar membaca

apalagi menulis, semua itu pasti akan

terasa kurang, sebaliknya bagi yang

malas, semua info itu mungkin ti-

dak memberikan banyak dam-

pak,” kata Prof. Hans.

Prof. Hans menambahkan

membaca adalah satu dari se-

kian aktivitas wajib yang harus

dilakukan oleh seorang dokter. Iasendiri selalu menyempatkan

waktu membaca hal-hal yang

berkaitan dengan penambahan

kemampuaannya di bidang endo-

krin. Hampir setiap hari ia mene-

rima email newsletter atau jurnal

international.

Kini ia berharap, kelak ada

newsletter PAPDI yang mencakup

informasi organisasi, berita-beri-

ta, ataupun artikel ilmiah, yang

dapat dikirim langsung via email

ke setiap dokter. ”Tapi tentu bu-

tuh tenaga khusus untuk ini,” aku

Prof. Hans. Semoga harapan ini

segera terwujud. (HI)

ber 1964 ini.

Selain itu dokter yang sehari-hari

berpraktek di RSU Kundur Palembang

ini juga mengatakan kemajuan teknolo-

gi yang kian pesat, menutut PAPDI se-

bagai anggota profesi untuk turut mam-

pu memaksimalkan akses teknologi

yang semakin canggih tersebut. “Bah-

kan hal sederhana seperti grup PAPDI

di Blackberry saja mampu memberi

manfaat yang banyak, seperti yang sa-

ya rasakan,” ujarnya. (HI)

Dr. H. Amrizal, SpPD, FINASIM

Maksimalkan Akses Teknologi

Dr. Harlinda Haroen, SpPD, K-HOM, FINASIM

Roadshow  Lebih Diperbanyak Dr. Nyoman Suarjana, SpPD, K-R

EIMED Sebaiknya untuk Dokter Umum

Prof. Dr. Hans Tandra, SpPD, K-EMD, FINASIM, PhD, FACE

Newsletter PAPDI LangsungVia Email

Dr. H. Amrizal, SpPD, FINASIM

Prof. Dr. Hans Tandra, SpPD, K-EMD, FINASIM, PhD, FACE

Dr. Nyoman Suarjana, SpPD, K-R, FINASIM

Dr. Harlinda Haroen, SpPD, K-HOM, FINASIM

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

Page 6: Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 6/20

SOROT UTAMA6 Halo Internis   Edisi 20   Maret 2012

peran strategis perhimpunan dokter

dalam menentukan arah sistem kese-

hatan. Para sejawat dari organisasi pro-

fesi mendapat paparan bagaimana

keterlibatan organisasi profesi kedokter-

an disana terhadap kebijakan kese-

hatan di negeri Kangguru ini. Seperti

diketahui Australia sendiri adalah salah

satu negara yang memiliki sistem kese-hatan yang baik. Di sana organisasi pro-

fesi memiliki andil besar dalam menen-

tukan kebijakan pelayanan kesehatan.

Misalnya: ada beberapa aspek dasar,

seperti jumlah dokter, distribusi, pen-

dapatan, dan kompotensi dokter diatur

oleh pemerintah bersama dengan ko-

legium.

Hal lain yang menarik, lanjut Dr. Sally,

paparan dari CEO Rural Doctors Asso-

ciation of Australia Dr. jenny Jhonson

dan Dr. Ian Fraser dari Royal Australia

College of Physicians mengenai bagai-

mana mengatasi ketimpangan soal dis-

tribusi dokter di sana. Persoalan mal 

distributiondokter juga menjadi kendala

di Australia. Dokter-dokter yang meru-

pakan warga Australia enggan di tem-

patkan dipedesaan. Padahal, pemerin-

tah telah menjamin dokter tersebut be-

serta keluarganya akan menerima pen-

dapatan yang sangat pantas. Untuk me-

ngisi tenaga medis pada rural doctor pe-

merintah mendatangkan dokter asing

yang umumnya dari negara-negara com- 

monwealth. “Dokter-dokter dari negara

persemakmuran Inggris memiliki sistem

Secangkir kopi Phoenam menanti di

Makassar, Sulawesi Selatan. Tuan

rumah Pertemuan Ilmiah Nasional

Perhimpunan Dokter Spesialis Pe-

nyakit Dalam Indonesia ke-9, PAPDI ca-

bang Sulawesi Selatan menyuguhkan

kopi dengan cita rasa tinggi ini bagi se-

 jawat penyuka kopi. Bila ke Makassar

belum lengkap rasanya bila tidak me-nyempatkan ke kedai kopi Phoenam.

Alih-alih menyeruput kopi campuran

robusta dan arabica ini, Dr. Sally Aman

Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM berte-

patan dengan PIN IX di Makassar malah

bertolak ke Melbourne, Australia. Wakil

Sekretaris Jenderal PB PAPDI ini menja-

di delegasi PAPDI mengikuti workshop 

“Perhimpunan Profesi Kedokteran Kese-

hatan Dalam Memperkuat Sistem Kese-

hatan yang Berkeadilan” yang diseleng-

garakan pada 12 – 14 Oktober 2011 di

Melbourne, Australia.“Saya mendapat

tugas dari PB mesti ke Melbourne. Mo-

hon maaf kepada tuan rumah PIN, tidak

bisa datang ke Makassar. Padahal kopi

Phoenam sudah menanti disana.” Ujar

Dr. Sally kepada Prof. Dr. H. AM. Akil,

SpPD, K-GEH, FINASIM saat sarasehan

PB PAPDI.

Dr. Sally hadir atas undangan Pusat

Managemen Pelayanan Kesehatan Fa-

kultas Kedokteran Universitas Gajah

Mada (PMPK FK UGM) dan Nossal Ins-

titute, Melbourne University. Selain

PAPDI, ada tiga perhimpunan dokter

spesialis lain yang diundang pada aca-

ra itu, yaitu IDAI, POGI, dan IDSAI.

Dan peserta lainnya adalah dari induk

kedokteran IDI, Konsil Kedokteran In-

donesia (KKI) dan Kementerian Kese-

hatan. Nossal Institute adalah pusat

kajian kesehatan masyarakat yang ba-

nyak berkontribusi terhadap sistem

kesehatan di Australia. Lembaga ini

melakukan kerjasama dengan lembaga

serupa di beberapa negara termasuk

Indonesia. Sebelumnya, Nossal Insti-

tute telah menjalin kerjasama dengan

PMPK FK UGM membuat kajian dengan

fokus pada sistem kesehatan di In-

donesia.

Pada acara itu, menurut Konsultan

Kardiovakular ini, banyak membahas

pendidikan kedokteran yang sama

sehingga mudah beradapta-

si dengan sistem pen-

didikan di Austra-

lia,” jelas Dr.

Sally.

K e n d a l a

mal distribusi juga terjadi di

Indonesia. Dr.

Sally, setelah

Dr. Ian Fraser,

mempresenta-

sikan distribusi

dokter spesialis de-

ngan fokus tentu saja

dokter spesialis penyakit dalam di Indo-

nesia. Kondisinya sangat berbeda de-

ngan di Australia. Pemerintah Australia

telah sukses mengatasi persoalan ter-

sebut dengan memberi apresiasi beru-

pa kesejahteraan bagi dokter yang be-

kerja di pedesaan. Sementara di Indone-

sia, penyebaran dokter yang tidak mera-

ta bahkan banyak daerah yang belum

tersentuh dokter yang telah terjadi lama

hingga kini belum ada jalan keluarnya.

Program dokter Pegawai Tidak Tetap

(PTT) yang diharapkan dapat menjemba-

tani kendala ini tidak berhasil dikarena-

kan statusnya yang semula diwajibkan

bagi calon dokter, kini menjadi sukarela

sifatnya. Sedangkan program tugas be-

lajar (tubel) yang baru-baru ini digulirkan

pemerintah untuk mengisi tenaga medis

di daerah, rentan dengan sistem rekrut-

men yang belum jelas lantaran lemah-nya regulasi. “Saya beberapa kali men-

dapatkan mahasiswa tubel yang mereka

tidak mengenal daerah yang mengutus-

nya. Bahkan ada yang baru satu bulan

di daerah tersebut langsung dapat tu-

bel, sementara dokter yang sudah lama

praktik disana belum mendapatkan ke-

sempatan. Ini baru yang di penyakit da-

lam RSCM/ FKUI, hal yang sama juga

terjadi di tempat lain. Seleksi mahasis-

wa tubel mesti dibenahi dengan ketat

untuk menghindari ada

penyelewengan. Se-

hingga niat mulia peme-

rintah saat mencanang-

kan program ini dapattercapai tujuannya,” ka-

ta Dr. Sally yang juga

salah satu tim penerima-

an mahasiswa tubel di

Departemen Ilmu Penya-

kit Dalam RSCM/ FKUI.

 Tak jarang kebijakan

yang dibuat sulit diaplika-

sikan atau kontraproduktif. Pasal-

nya, regulasi yang terkait tenaga

medis sering diputuskan se-

pihak tanpa melibatkan

organisasi kedokteran

yang memiliki ang-

gota tersebar di ber-

bagai daerah. “DiIndonesia organisa-

si profesi belum

optimal dilibatkan

dalam mengambil

kebijakan pemerintah

dalam sistem kesehat-

an. Banyak kebijakan

yang tidak sejalan dengan

institusi kedokteran. Ada dua isu

penting yang menjadi perhatian yaitu

mal distribusi dan soal pendapatan dok-

ter.” ungkap Dr. Sally

Dari workshop “Health Care Pro- 

fessional Association (HCPAs) and Their 

Role in Achieving MDGs” yang diseleng-

garakan di Dhaka, Bangladesh, pada

2008 dijelaskan bahwa organisasi pro-

fesi belum memberikan kontribusi yang

optimal terhadap peningkatan sistem

pelayanan kesehatan secara global, ter-

utama yang berkaitan dengan pencapai-

an MDGs. Penyebabnya adalah perbe-

daan fokus perhatian organisasi profe-

si, pengelola organisasi profesi, dan ku-

rangnya integrasi antar-profesi dalam

sistem pelayanan kesehatan. Untuk itu,

workshop tersebut merekomendasikan

meningkatkan keterlibatan organisasi

profesi dalam pencapaian MDGs.

Lalonde dan Peron (2006) dalam ma-

kalahnya menyatakan bahwa organisasi

profesi kebidanan dan kandungan di Ka-

nada memberikan peran yang sangat

besar dalam perbaikan kesehatan re-

produksi di negara berkembang. Kepe-

mimpinan dari organisasi ini menjadi

motor penggerak sistem pelayanan ke-

sehatan. Kedua peneliti tersebut me-

nyebutkan langka-langkah yang mesti

dilakukan organisasi profesi, diantara-

nya penguatan pengelolaan organisasi,

peningkatan kapasitas teknis anggota,

dan peningkatan kredibilitas serta kemi-

traan. (HI)

Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, Wakil Sekretaris J enderal PB PAPDI

Peran Strategis Organisasi Profesi

dalam MenentukanSistem Kesehatan

Dua isu penting

yaitu ma l distribusi

d a n g a p p e n d a pa t a n

yang sign if ika n.

Orga nisa si profesi mem -

beri kontribusi dalam

menent ukan sistem

kesehatan.

Delegasi Indonesia di Nossal Institute, Australia. Tampak diantaranya Dr. Sally A. Nasution, Wasekjen PB

PAPDI (ketiga dari kiri), dan Ketua Umum PB IDI, Dr. Priyo Sidipratomo, SpRad (paling kanan). Dr . S al l y  A. Nasut i o n memp r esent asi k an m a l d i s t r i b u t i o n  d o k t er  sp esi al i s d i   Ind o nesi a.

Dr. Ian Fraser dari Royal Australia College of Physicians mempresentasikan bagaimana mengatasi maldistribusidokter di Australia.

   F   O   T   O  -   F   O   T   O  :   D   O   K .

   P   A   P   D   I

Page 7: Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 7/20

7Halo Internis   Edisi 20   Maret 2012SOROT UTAMA

Hotel Holiday, Batam sore menje-

lang malam. Dr. Pranawa, SpPD,

K-GH, FINASIM tampak geram. Ia

segera mencetak surat elektronik

yang baru sore tadi diterima da-

lam perjalanannya dari Jakarta ke Batam

untuk menghadiri Konferensi Kerja (KON-

KER) PAPDI, Juni 2011 lalu. Dalam hi-

tungan menit, malam itu ia memutuskan

kembali ke Jakarta. “Ini darurat, ayat

tentang pendidikan subspesialis dalam

draft Undang-Undang Pendidikan Kedok-

teran, hilang. Pak Ketua saya minta izin

kembali ke Jakarta,” kata Dr. Pranawa

kepada Ketua Umum PB PAPDI, DR. Dr.Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM,

FACP.

Kegalauan Dr. Pranawa cukup ber-

alasan. Ketua IDI Jawa Timur ini aktif da-

lam penggodokan UU Pendidikan Kedok-

teran (UU Dikdok). Ia tahu persis pasal

26 point c tentang Pendidikan Subspe-

sialis yang mengundang kontroversi, se-

mentara disepakati masuk dalam RUU

Dikdok. Namun dalam proses pemba-

hasan pasal tersebut masih diwarnai ta-

rik-ulur antara pihak yang setuju dima-

sukkan dan tidak.”Memang ada pihak

yang tidak setuju pendidikan subspesial-

is masuk dalam jenjang pendidikan ke-

dokteran. Pihak ini cukup kuat. Ini mesti

dikawal dengan ketat, kalau itu tidak ma-

suk, runtuh apa yang telah dibangun se-

lama ini,” tegasnya.

Hilangnya pasal tersebut memicu ba-

nyak reaksi dari berbagai pihak, terma-

suk Perhimpunan Dokter Spesialis Pe-

nyakit Dalam (PAPDI). Pengurus Besar

PAPDI menggelar Media Gathering pada

awal Februari 2012 lalu untuk menge-

laborasi duduk perkaranya. Menurut DR.

Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINA-

SIM, MMB, FACP dalam RUU Didok pen-

didikan kedokteran hanya dibatasi sam-

pai jenjang pendidikan spesialis. Sebe-

lumnya, UU inisiatif DPR itu mencan-

tumkan jenjang pendidikan subspesialis

pada pasal 26, kemudian point tersebut

dihilangkan oleh salah satu tim panja.

Padahal, lanjut Dr. Ari, pendidikan sub-

spesialis di beberapa fakultas kedokter-

an, termasuk FKUI telah terselenggara

lama.

“Ada upaya penghapusan program

pendidikan subspesialis. Bila jenjang

pendidikan subspesialis ini tidak dimuat

dalam UU, maka proses pendidikan sub-

spesialis di fakultas kedokteran akan di-

hapuskan. Ini berarti menutup pengem-

bangan ilmu kedok-

teran. Dampaknya,

masyarakat tidak

mendapatkan jen-

 jang pelayanan kese-

hatan tersier dari

dokter konsultan.

 Tentu, kondisi akan

dimanfaatkan dokter

konsultan asing

untuk masuk ke

Indonesia melakuan

praktik subspesialis.

Boleh jadi ini adalah

pesanan pihak-pihaktertentu. kami akan

berjuang melawan,” tegas Koordinator

Bidang Advokasi PB PAPDI ini.

Hal senada disampaikan Ketua

Umum PB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo,

SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP. Hilangnya

pasal jenjang pendidikan subspesialis,

menurut Dr. Aru, akan merugikan fakul-

tas kedokteran. Sebab, seorang subspe-

sialis atau konsultan merupakan

tenaga pendidik bagi jenjang spe-

sialis. Hal ini, tentu akan

menghambat pertambahan

dokter yang saat ini masih

sangat kurang jumlahnya.

“Jumlah dokter dan mal

distribusi dokter masih

menjadi kendala dalam

sistem kesehatan,”

ujarnya.

Berkaitan “mahalnya”

biaya konsul ke subspe-

sialis, Dr. Aru mengatakan

hal itu bersifat sementara dan

bisa diatasi dengan sistem

rujukan. Praktik subspesialis

adalah layanan kesehatan tersier. Bila

sistem pembiayaan kesehatan sudah

berbasis asuransi maka sistem rujukan

ini akan dapat diselenggarakan dengan

baik. Seorang pasien yang telah di-

tanggung asuransi, baru akan mendapat

layanan subspesialis bila mendapat ru-

 jukan dari dokter sebelumnya. “Dengan

disahkannya UU SJSN dan BPJS, pada

2014 akan berlaku universal coverage ,

masyarakat akan dijamin pembiayaan

kesehatannya dengan asuransi. Ketika

itu sistem rujukan dapat terselenggara

dengan efektif,” katanya

Dr. Aru mengumpamakan “kalau mau

irit, jangan tangan yang diamputasi, me-

lainkan sistemnya yang harus diatur. Ja-

di jangan karena biaya, ada kemampuan

dan keahlian dibidang kedokteran yang

dihilangkan. Ini dua persoalan yang mes-

ti dipisahkan.”

Pendapat Dr. Aru diamini mantan Ke-

tua Umum PP Ikatan Dokter Spesialis

Anak Indonesia (PP IDAI) DR.Dr Sukman

 T. Putra, SpA(K), FACC, FESC. Dr. Suk-

man mengatakan sistem pembiayaan

kesehatan belum berbasis asuransi.

“Saat ini, sistem kesehatan di negeri ini

masih amburadul. Soal mal distribusi,

sudah 40 tahun tak beres-beres. Bagi

dokter, praktik di kota-kota besar meru-

pakan pilihan, dan tak bisa disalahkan

lantaran mereka membiayai sendiri stu-

dinya. Berbeda di luar negeri, dokter

yang mengambil pendidikan spesialis

atau subspesialis tidak membayar, ma-

lah mereka mendapat gaji karena mere-

ka juga melakukan praktik di rumah sakit

pendidikan,” ujar Ketua Program Studi

Subspesialis J antung Departemen Ilmu

Kesehatan Anak RSCM/FKUI ini.

Untuk itu,

lanjut Dr. Sukman,

regulasi perlu dibenahi, termasuk mem-

buat UU Dikdok. UU ini penting dan

mendesak karena dokter, termasuk kon-

sultan bekerja harus dapat dipertang-

gungjawabkan mutunya. Oleh karenanya,

 jenjang pendidikan ini hendaknya dise-

lenggarakan oleh institusi pendidikan

yang terstandar. Dengan demikian, pihak

fakultas kedokteran dapat mengelu-

arkan bukti kompotensi berupa ijazah

kepada peserta didik sebagai pertang-

gungjawaban atas kompetensinya.

Sayangnya, tambah Dr. Sukman, pe-

serta didik subspesialis hanya meneri-

ma sertifikat yang ditandatangani dekan

dan ketua kolegium. Sesuai dengan UU

Praktik Kedokteran, sertifikat ini tidak

memiliki legalitas untuk mendapat Surat

 Tanda Registrasi dari Konsil Kedokteran

Indonesia (KKI). Sebab, KKI hanya me-

ngeluarkan STR berdasar ijazah, bukan

sertifikat dari Dekan.” Indonesia bisa di-

anggap belum memiliki subspesialis ka-

rena dokter konsultan belum memiliki

ijazah sehingga tidak dapat mengurus

STR subspesialis. Silahkan saja dokter

asing masuk, tapi kenapa kita yang su-

dah ada tidak dianggap,” ujar Dr. Suk-

man.

Hilangkan PendidikanSubspesialis, UUDikdok Inkonsisten

Profesi dokter berbeda dengan profe-

si lain. Profesi ini bekerja sarat dengan

regulasi dan undang-undang. Semesti-

nya antara undang-undang yang satu de-

ngan yang lain saling sinergis. Tapi tidak

pada UU Dikdok tentang pendidikan sub-

spesialis. “Dari undang-undang yang

ada, semuanya memuat peran dan pen-

tingnya pendidikan konsultan. Oleh kare-

na itu pendidikan subspesialis mutlak di-

perlukan,” kata mantan Ketua Kolegium

Ilmu Penyakit Dalam Prof.Dr. Zubairi

Djoerban, SpPD, K-HOM, FINASIM.Prof. Zubairi mengatakan dalam sis-

tem Kesehatan Nasional (SKN 2009)

menyebutkan bahwa pelayanan kese-

hatan diselenggarakan secara berjen-

 jang mulai dari pelayanan primer, sekun-

der dan tersier. Setiap jenjang pelayanan

ini dipegang oleh tenaga kesehatan yang

sesuai dengan kemampuan dan kompe-

tensinya. “Kalau mengacu SKN maka

pendidikan subspesialis memang diper-

lukan dan harus ada,” ungkapnya

Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional (UU Sisdiknas tahun 2003) le-

bih menguatkan peran konsultan dalam

institusi pendidikan. UU itu menyebutkan

bahwa dalam penyelenggaraan pendidik-

an maka pendidikan pada satu strata ha-

rus dilaksanakan oleh pendidik satu

strata di atasnya. Jadi, calon dokter spe-

sialis dididik oleh dokter konsultan. De-

ngan demikian pendidikan dokter sub-

spesialis harus dilaksanakan secara for-

mal dan terstruktur.

Sedangkan dalam Undang-Undang

Praktik Kedokteran (UU PK) tahun 2004

menegaskan legalitas pendidikan sub-

spesialis. Di UU PK dijelaskan untuk me-

laksanakan pelayanan kesehatan diperlu-

kan STR untuk mendapatkan Surat Izin

Praktik (SIP). Untuk mendapatkan STR di-

perlukan surat pernyataan dari profesi

dan ijazah dari perguruan tinggi (PT).

Dengan demikian pendidikan subspesia-

lis juga harus memiliki ijazah dari PT.

Oleh karenanya, Ketua Senat Akade-

mik FKUI ini menegaskan dari ketiga hu-

kum tersebut maka pendidikan subspe-

sialis harus diselenggarakan oleh insti-

tusi pendidikan secara formal dan ter-

struktur. Nah, aneh bila UU Dikdok tanpa

pendidik subspesialis. Atau kalau UU ini

dipaksakan maka harus melakukan yudi-

sial review terhadap UU yang lebih dulu

ada. Ehmm (HI)

Ada upaya

pengha pusan program

pendidikan subspesialis. Ini

berar t i menutup pengem-ba nga n i lmu kedokteran .

Dampa knya , ma syarakat t idak

menda pat kan jenjang

pelaya nan kesehat an ter-

sier da ri do kter kon-

sultan.

Waspadai RaibnyaPendidikan Subspesialis

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

Media Gathering PAPDI tent ang RUU Dikdok.

Dari kiri ke kanan: DR. Dr. Sukman T. Putra, SpA; Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD,K-HOM, FINASIM; DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP; denganmoderat or DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MM B, FACP.

Page 8: Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 8/20

8 Halo Internis   Edisi 20   M aret 2012

beri gelar profesi untuk jenjang perta-

ma, kedua (spesialis) dan ketiga (sub-

spesialis). Maka, Dr. Ratna, mengata-

kan FKUI telah menyelenggarakan pen-

didikan subspesialis dan telah meng-

hasilkan 350 konsultan dari 12 depar-

temen. Ini artinya FKUI sebagai institu-

si sudah menyelenggarakan pendidik-

an Sp2 tanpa adanya kendala-kendala

yang signifikan dan mereka yang lulus

diterima dimasyarakat dan telah mem-

baktikan dirinya dengan baik. “Pendi-

dikan subspesialis sudah direncana-kan, bukannya tiba-tiba ada. Ini meru-

pakan kebutuhan untuk menjawab tan-

tangan saat ini. Perkembangan sub-

spesialistik tak bisa ditahan-tahan lagi.

Hal ini juga terjadi diseluruh dunia,”

ujarnya.

Namun, tambah Dr. Ratna, mesti

ada yang dapat menjamin mutu kom-

petensi seorang konsultan. Oleh kare-

na itu, pendidikan subspesialis harus

diselenggarakan secara formal oleh

institusi pendidikan yang memiliki kua-

lifikasi standar bukan non formal.

Sayangnya, pendidikan subspesialis

belum diakui oleh konsil kedokteran In-

donesia (KKI). Lulusan pendidikan ini

hanya menerima bukti lulus berupa ser-

tifikat yang ditandatangi oleh dekan

dan KPS nya, bukan ijazah. Padahal,

kata Dr. Ratna, “Tidak ada perbedaan

yang signifikan dalam menyelenggara-

kan pendidikan spesialis dan subspe-

silasi. Lalu kenapa institusi pendidikan

tidak boleh menyelenggarakan pendi-

dikan sp2? Mesti ada jawab yang te-

gas” katanya.

Untuk kondisi Indonesia, menurut Dr.

Ratna, subspesialis di bawah perguruan

tinggi adalah pilihan tepat. Pasalnya,

institusi pendidikan dan rumah sakit

berada pada departemen yang berbeda.

Sedangkan di John Hopkins Hospital

Mayo Clinic, misalnya, yang menganut

hospital base . Disana tak ada kendala

karena antara perguruan tinggi dan

rumah sakit berada satu atap.

MeneropongPerseteruanSubspesialis

 Tarik ulur pembahasan jenjang pen-

didikan subspesialis cukup alot. Se-

waktu-waktu pasal tersebut bisa hilang

timbul. UU inisiatif Dewan ini melibat-

kan Dikti, IDI, KKI dan Komisi X. se-

mentara Panja DPR dengan suara bulat

menyatakan setuju dimasukan pasal

 jenjang pendidikan subspesialis. “Dari

kami, Panja DPR seluruhnya setuju di-

masukan pembahasan tentang jenjang

pendidikan subspesialis,” kata Ketua

Komisi X Prof. Dr. Mahyuddin NS,

SpOG(K).

Suara berseberangan terdengar ke-

ras dari Panja Pemerintah. Tapi

sayangnya ketika RDPU tak ada per-

wakilan dari pemerintah yang memberi

alasan kenapa dihilangkan. Bahkan

yang terjadi sebaliknya, perwakilan

Dikti malah berbalik mendukung pen-

didikan subspesialis masuk dalam UU

Dikdok. ”Meski Panja Pemerintah men-

coret pasal pendidikan subspesialis,

tapi dalam batang tubuh tetap ada. Ini

 jelas inkonsistensi. Saya pribadi

berpandangan bahwa psp2 mesti

dimasukan dalam pendidikan formal.

Karena secara de facto ini sudah

berlangsung di fakultas kedokteran.

Dan sistem pendidikan kedokteran

harus berpegang pada prinsip tiga

tungku, yaitu kolegium, institusi pen-

didikan dan rumah sakit. Untuk itu

saya menyarankan panja RUU mesti

melihat realitas di lapangan,” tegas

Prof. Dr. Laksono Triantoro dari Uni-

versitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Berkaitan dengan sikap panja peme-rintah, Prof. Mahyuddin menambahkan,

pemerintah melalui Perpres telah me-

netapkan subspesialis masuk dalam

konsep jenjang pendidikan dan posisi-

nya stara dengan doktor.

Pendapat berbeda di sampaikan

Prof. Dr. Errol Hutagalung, SpB dari IDI.

Menurut Ketua MKKI ini pendidikan

subspesialis tidak bisa lepas dari in-

duk spesialisnya. Spesialis beserta tu-

runannya jangan dipisah-pisahkan da-

lam jenjang pendidikannya. “Spesialis

beserta turunannya biar dalam satu ke-

ranjang,” ujar Prof. Errol.

 Jadi, tambahnya, saat ini yang mesti

dilakukan adalah mendapat pengakuan

secarade jure . Sementara seorang kon-

sultan tetap bisa memberi praktik spe-

sialis. Dengan demikian dalam STR nya

seorang konsultan tidak tertera sub-

spesialisnya tapi hanya spesialisnya.

Sejauh ini, lanjut Prof. Errol, MKKI

sudah menyiapkan konsep akademik

Sp2 dan melakukan loby-loby ke Dikti

dan KKI. Diharapkan konsep ini diteri-

ma dan dapat dikeluarkan per Konsil.

Diharapkan naskah ini sinergi dengan

UU Dikdok.

Pandangan Prof. Errol disanggah

DR. Dr Sukman T. Putra, SpA(K), FACC,

FESC. Menurut Dr. Sukman, jenjang pe-

ndidikan itu mesti melihat tingkat kom-

petensinya. Pendidikan subspesialis

memiliki kompetensi berbeda dengan

spesialis. ”Pendidikan subspesialis

berbeda dengan spesialis karena kom-

petensi berbeda,” ujarnya.

Pendapat Dr. Sukman didukung Dr.

Ratna. Dekan FKUI ini mengatakan

pendidikan subspesialis merupakan

pendidikan berkelanjutan yang mesti

diformalkan agar mutunya terjamin dan

melindungi dokternya. “Jadi jangan di-

katakan pendidikan subspesialis cuma

sekeranjang dari spesialis. Tapi ini ada-

lah pendidikan berkelanjutan yang me-

mang dibutuhkan. “Memang KKI tidak

memiliki faham yang sama dengan fa-

kultas,” tandasnya. (HI)

Raibnya pasal tentang pendidikan

subspesialis membuat geram

institusi pendidikan, tak terke-

cuali Fakultas Kedokteran Univer-

sitas Indonesia. Dekan FKUI Dr.

Ratna Sitompul, SpM (K) beserta

 jajarannya menyambangi Komisi X DPR

untuk melaksanakan Rapat Dengar

Pendapat Umum pada 2 Februari

2012.

Pada RDPU itu, selain dari FKUI ha-

dir pula dari panja pemerintah yang ter-

diri dari Dikti, IDI, dan KKI, dan panjaDPR. Rapat yang dipimpin Ketua Komi-

si X Prof. Dr. Mahyuddin, SpOG men-

dengarkan masukan dan saran dari De-

kan FKUI. Dr. Ratna mengatakan jen-

 jang pendidikan subspesialis harus di-

masukan dalam UU Pendidikan Kedok-

teran. Pasalnya, hal tersebut merupa-

kan amanat yang terdapat dalam bebe-

rapa regulasi seperti UU Praktik Kedok-

teran tahun 2004, UU Sisdiknas tahun

2003, sesuai dengan Sistem Kesehat-

an Nasional 2009, serta beberapa re-

gulasi lain. “Dari regulasi sebelumnya

pendidikan subspesialis mesti ada dan

masuk dalam UU Dikdok,” tegas Dr.

Ratna.

Dalam SKN misalnya, Dr. Ratna

mencontohkan, disebutkan bahwa pe-

layanan kesehatan terselenggara seca-

ra berjenjang mulai dari primer, sekun-

der dan tersier. Setiap jenjang dilaksa-

nakan oleh tenaga medis yang sesuai

dengan kemampuan dan kompetensi-

nya. Untuk itu, pelayanan tersier hanya

dapat dilakukan oleh dokter subspe-

sialis.

Dari sisi pendidikan, tenaga subspe-

sialis merupakan tenaga pendidik spe-

sialis. Hal tersebut telah tertuang da-

lam UU Tentang Guru dan Dosen tahun

2005 dan UU Sisdiknas tahun 2003.

Disana dikatakan bahwa lulusan dokter

spesialis merupakan tenaga didik un-

tuk calon dokter, lulusan dokter sub-

spesialis adalah tenaga didik untuk ca-

lon dokter spesialis dan subspesialis.

Institusional Base VS Hospital Base 

Sesuai dengan Keputusan Majelis

Wali Amanat UI tahun 2009 yang me-

nyatakan Universitas Indonesia mem-

Dekan FKUI DR. Dr. Ratna Sitompul, SpM(K):

Pendidikan Subspesialis

Mesti Diformalkandan Terstruktur

Prof.Dr. Bambang Supriyanto, SpA(K), DR.Dr.Zulkifli Amin, SpPD, K-P, DR.Dr.Iman Subekti, SpPD,K-EMD, Dekan FKUI DR. Dr. Ratna Sitompul, SpM, Prof.Dr. ZubairiDjoerban, SpPD, K-HOM, DR.Dr.Siti Setiat i, SpPD, K-Ger, DR.Dr. Sukman T. Putra, SpA dan DR.Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH

Rapat dengar pendapat um um RUU Dikdok , FKUI bersama Komisi X DPR dan panja pemerint ah di ruang sidangkomisi X, Senayan.

SOROT UTAMA

Ta rik ulur pem ba ha s-an jenjan g pendidik-

a n subspesia lis cukup

a lot. Meski tida k di-

a kui KKI, secara de 

facto  fa kulta s kedo k-

teran te lah menye-

lengg arakan pendi-

dika n sub spesialis.

Kena pa institusi pen-

didikan t ida k boleh

menyelenggarakanpendidikan subspe-

sia lis. Mema ng KKI

tidak memiliki faham

yang sama d engan

fakultas.

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

Page 9: Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 9/20

Tenggat waktu Rancangan Undang-

Undang Pendidikan Kedokteran

tinggal hitungan hari. RUU Dikdok

ini mesti masuk dalam rapat pleno

DPR pada 29 Maret 2012. Namun

materi yang tersusun masih mengun-

dang perdebatan. Menurut Ketua Komi-

si X DPR Prof. Dr. Mahyuddin, NS,

SpOG dari 540 masalah yang sudahterselesaikan 300 masalah. Masih ada

240 masalah yang masih dalam pem-

bicaraan. Diantaranya adalah tentang

 jenjang pendidikan subspesialis. “Pen-

didikan kedokteran berbeda dengan

pendidikan profesi lain. Oleh karena itu

DPR berinisiatif menggagas UU ini,” ka-

ta Prof. Mahyuddin pada Seminar RUU

Pendidikan Kedokteran di aula FKUI,

24 Februari 2012.

Prof. Mahyuddin bersama panja DPR

lainnya mendapat asupan soal pendi-

dikan dari pakar yang hadir acara itu.

Seminar yang diketuai oleh DR. Dr. Siti

Setiati, SpPD, K-Ger, FINASIM, MEpid

ini mengundang pembicara dari berba-

gai institusi kedokteran, seperti Sekre-taris Jenderal AIPKI DR. Dr. Ratna Si-

tompul, SpM, Ketua MPPK IDI Prof.Dr.

Zubairi Djoerban, SpPD, K-HOM, FINA-

SIM, Panja Pemerintah Prof. DR. Dr. Ak-

mal Taher, SpU, Ketua Pendidikan Sub-

spesialis Departemen Ilmu Kesehatan

Anak FKUI-RSCM DR. Dr. Sukman T.

Putra, SpA, Dekan FK Unsri Palembang

Dr. H.M Zulkarnain, MMed, ScPKK dan

Panja DPR Prof. Mahyuddin, SpOG.

Dr. Ratna mengatakan jenjang pen-

didikan subspesialis telah terselengga-

ra di beberapa fakultas kedokteran di

Indonesia. Tenaga-tenaga subspesialis

ini merupakan kebutuhan fakultas yang

akan menjadi pengajar pada jenjang

spesialis. Untuk itu, tenaga konsultan

ini mesti diatur baik jumlah maupun

mutunya oleh institusi pendidikan.

“Penjaminan mutu subspesialis harus

dilakukan oleh institusi pendidikan

yang telah terstandar,” tegasnya.

Salah satunya adalah FK Universitas

Sriwijaya, Palembang yang telah me-

nyelenggarakan pendidikan subspesia-

lis. Menurut Dr. Zulkarnain, hal terse-

but sesuai dengan UU Sisdiknas danPeraturan Pemerintah No 19 tahun

2005 tentang standar pendidikan.

“Baik dokter umum, spesialis, subspe-

sialis secara berjenjang diselenggara-

kan oleh perguruan tinggi agar mutu

pendidikannya terjamin,” ujarnya.

Pendapat Dr. Zulkarnain senada de-

ngan DR. Dr. Sukman T. Putra, SpA.

Menurut DR. Sukman jenjang pendi-

dikan subspesialis dapat disetarakan

dengan jenjang akademik doktor de-

ngan beberapa penambahan bidang

studi yang diambil. Oleh karena itu,

tambah Dr. Sukman, sejatinya pendi-

dikan kedokteran dalam berbagai jen-

 jang merupakan pendidikan formal, bu-

kan non formal.

Dengan demikian, ada penjaminan

mutu yang akan berimplikasi pada pe-

layanan kesehatan. Menurut Prof. Ak-

mal pelayanan yang baik di rumah sakit

pendidikan mencerminkan proses pen-

didikan yang baik. Oleh karena itu,

Prof. Akmal mengusulkan agar dalam

UU Pendidikan Kedokteran perlu diinte-

grasikan rumah sakit pendidikan de-

ngan fakultas kedokteran. “Dari berba-

gai penelitian, tidak diragukan lagi inte-

grasi antara rumah sakit dengan insti-

tusi pendidikan akan membangun sis-

tem pelayanan kesehatan yang opti-

mal,” ujar Direktur Utama RSCM ini.

Pelayanan kesehatan yang baik di

era globalisasi ini merupakan tuntutan

yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Prof.

Zubairi Djoerban mengatakan hendak-

nya Undang-Undang Dikdok ini juga

mempertimbangkan kompetensi-kom-

petensi kesehatan global. Dengan begi-

tu, mahasiswa kedokteran akan dibe-

kali kompetensi tersebut yang nantinya

dapat menjawab tantangan di era kese-

hatan global ini. (HI)

9Halo Internis   Edisi 20   Maret 2012

Pelaya nan yang b aik

di rumah sakit pen-

didikan mencer-

minkan pro ses pen-

didikan yang ba ik.

Penjaminan mutu

subspesia lis ha rusdilakukan o leh insti-

tusi pendidikan yang

te lah tersta nda r

Para pembicara pada Seminar RUU Pendidikan Kedokteran di aula FKUI.

SOROT UTAMA

Seminar RUU Pendidikan Kedokteran-FKUI

UU Pendidikan Kedokteran

Mesti Bisa MenjawabTantangan Global

Ketua Komisi X DPR Prof. Dr. Mahyuddin, NS, SpOG.

Prof. DR. Dr. Akmal Taher, SpU.

   F   O   T   O  -   F   O   T   O  :   D   O   K .

   P   A   P   D   I

Page 10: Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 10/20

PROF IL10 Halo Internis   Edisi 20   Maret 2012

Tahun 2011 lalu, Prof. Dr. Nuzir-

wan Acang SpPD, K-HOM, FINA-

SIM memasuki usia pensiun. Ta-

pi, momen tersebut ternyata ti-

dak mampu membuat aktivitas-

nya terhenti. Meski telah pensiun, FK 

Universitas Andalas Padang tetap me-

minta Prof. Acang untuk membaktikan

tenaga, waktu, dan pikirannya.

Untunglah, fisik dan stamina Prof 

Acang mampu memanipulasi usianya.Di usia lebih dari 65 tahun, ia masih

segar menjalankan kegiatannya. Saat

ini, ia menjabat sebagai Ketua Program

Studi PPDS Konsultan Bagian Penyakit

Dalam FK Unand. Di organisasi, ia

adalah penasehat PB PAPDI, Ketua

Perhimpunan Hematologi dan Transfusi

Darah Indonesia Cabang Padang, Wakil

Ketua PMI Wilayah Sumbar, dan Wakil

Ketua I PP Perhimpunan Hematologi

dan Onkologi Medik Penyakit Dalam

Indonesia.

Kesibukannya baik di profesi mau-

pun organisasi, menurutnya telah bia-

sa dilakukan. Dan, Prof. Acang tidak

merasa terbebani dengan jadwal yang

padat. "Disiplin adalah kuncinya," ujar-

nya. Dengan disiplin, ia justru merasa

bebas sesibuk apapun.

Hal yang sama berusaha ia tanam-

kan di lingkungan kerjanya. Prof. Acang

dikenal tegas dalam menjalankan ko-

mitmen yang telah ditetapkan bersa-

ma. Pernah suatu ketika ada staf yang

tidak masuk selama tiga kali berturut-

turut, maka Prof. Acang tidak segan

memberikan teguran hingga sanksi.

"Semua untuk kebaikan bersama. Ka-

rena jika tetap seperti itu akan meng-

ganggu yang lain, yang sudah disiplin,"

ujar pria kelahiran 11 Juli 1946 ini.

Di sisi lain, Prof. Acang tidak segan

memberikan reward , misalnya dengan

mengajak staf ikut serta jika Prof 

Acang harus ke luar kota. "Meski tidak

ada dana, saya coba usahakan," ujar-nya. Selain stafnya dapat melihat ritme

kerja di tempat lain, ke luar kota, mi-

salnya ke Jakarta, juga akan memberi-

kan suasana yang berbeda dengan ru-

tinitas sehari-hari.

Dengan disiplin itu pula

ia menjalankan aktivi-

tasnya yang lain, yaitu sebagai

Manager PIU Pembangunan University

Hospital Universitas Andalas Padang.

Project ini merupakan bagian dari proj-

ect pemerintah di bawah supervisi

DIKTI yang pada saat yang sama dia-

manatkan kepada FKUI, FK 

UNS, dan FK Unand.

"Sekarang sedang da-

lam tahap pre de-

sain," ujarnya. Prof 

Acang menggambarkan

nantinya desain harus

mampu mengakomodasi kebutuhan

baik untuk pendidikan maupun peneliti-

an disamping untuk pelayanan.

Prof. Acang mengatakan ia tidak kua-

sa menolak ketika diminta oleh Rektor

Unand untuk menjalankan amanat seba-

gai Manager PIU dalam membangun uni-

versity hospital untuk mengembangkan

pendidikan dan penelitian di Unand. Pa-

dahal saat itu, Prof Acang sudah hampir

memasuki usia pensiun. Menurutnya,

untuk urusan pendidikan, ia akan selalu

menyediakan waktu dan tenaganya.

Motivasi untuk mengembangkan

pendidikan pula yang mendorongnya

memasuki departemen penyakit dalam

ketika ia lulus dari Unand tahun 1973.

Saat itu, Unand masih sangat kekuran-

gan staf pengajar dan bidang ilmu

penyakit dalam menarik minatnya.

"Begitu lulus, saya langsung mengikuti

pendidikan," ujarnya. Selama 8 tahun

ia menjalani pendidikan penyakit dalam

tidak hanya di Padang, melainkan juga

di Jakarta. "Saya menjalani pendidikan

di sub-bagian jantung, metabolik-

endokrin dan ginjal di FKUI," katanya.

Usai menyelesaikan pendidikan pe-

nyakit dalam, Prof Acang menjalani

pendidikan di bidang penyakit tropik

infeksi. Namun bidang hematologi saat

ituurgentmembutuhkan staf, sehinggaProf. Dr. Nuzirwan Acang SpPD, K-HOM, FINASIM bersama keluarga

usai mendapatkan diploma di bidang

penyakit tropik dan infeksi di Bangkok,

 Thailand pada tahun 1979, Prof. Acang

mendalami bidang hematologi.

Untuk lebih menyelami ilmunya, Prof 

Acang mengambil pendidikan kemotera-

pi di Paris Perancis pada 1995 dan Vie-

na Austria pada 2005.

Disiplin Sejak BeliaProf. Acang mengenang, sosok yang

mendorongnya untuk memasuki dunia

medis adalah ibunda. Sang ibu, adalah

seorang bidan di jaman pendudukan

Belanda. Prof . Acang yang merupakan

anak kedua dari sembilan bersaudara

diminta ibunya untuk menjadi dokter,

karena anak pertama lebih tertarik

menekuni teknik.

Dari ibunya pula, pendidikan disiplin

itu ditanamkan dalam keluarga Prof.

Acang. "Mungkin karena ibu saya hasil

didikan Belanda, maka ia mendidik ka-

mi dengan cara Belanda juga," ujarnya.

Sejak bangun tidur pagi hari, setiap

anak harus mengerjakan kewajiban un-

Ta k heran jika jiw a seni beg itu leka t pa da

puteranya . Pro f . Acang sew aktu muda ,

a da la h seorang pemusik. Ia di Kot a

Bukitt ingg i Suma tera Ba rat b a hkan mem iliki

grup musik yang kerap diundang saa t a da

haja ta n di kampung.

Prof. Dr. Nuzirwan Acang SpPD, K-HOM, FINASIM

Antara Medis, Musik, danAdat MinangAntara Medis,

Musik, danAdat Minang

Prof. Dr. Nuzirwan Acang, SpPD, K-HOM, FINASIM

Page 11: Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 11/20

PROF IL

tuk sekolah maupun pekerjaan rumah.

Sang ayah pun tak kalah keras dalam

mendidik anak yang menekankan agar

bekerja giat, berbuat yang terbaik bukan

semata hanya mengharapkan sesuatu.

Meski keluarganya tidak kekurangan da-

lam sisi materi, sang ayah tidak mento-

lerir jika anaknya hidup berleha-leha.

Prof . Acang menjalankan apa yangditanamkan kedua orang tuanya. Tak

heran jika Prof. Acang dipercaya untuk

menduduki berbagai jabatan. Namun ia

menekankan, ia tidak pernah mengha-

rapkan suatu kedudukan. Bahkan keti-

ka ia diminta untuk menjadi Wakil Di-

rektur Administrasi dan Keuangan RS

Dr. M. Djamil Padang pada 1999, ia

sempat menolak. Namun karena direk-

tur periode sebelumnya juga turut me-

minta Prof. Acang membantu, ia pun

tak kuasa menolak.

Disiplin dan kerja keras pula yang ia

terapkan pada kedua anaknya, Ikhsan

Perdana, Bc. Hon. Music Engineer dan

Fikrian Hadi, S.T. Tidak seperti dirinyayang diminta untuk menekuni dunia

medis, Prof. Acang membebaskan put-

eranya untuk memilih bidang yang

disukai. Dan, tak satupun yang terjun

di dunia medis.

Putera kedua Prof Acang telah lulus

dari ITB. Dan yang unik, putera perta-

ma justru memilih melanjutkan sekolah

musik di Malaysia dan kini menjadi

komposer musik di Kuala Lumpur.

Meski awalnya kaget karena putera

pertamanya menggeluti hobi bermusik-

nya, Prof. Acang dan istri tidak mampu

berbuat apa-apa. Sampai suatu ketika,

ia dan istri diundang ke Malaysia untuk

menonton pertunjukan anaknya. Ter-nyata, istrinya sedemikian terpukau

mendengar hasil karya anaknya. Usai

pertunjukan, istrinya menangis sambil

berkata, "Mama rela Pa, mama seka-

rang rela ia memilih musik."

Sebenarnya, tak heran jika jiwa seni

begitu lekat pada puteranya. Prof.

Acang sewaktu muda, adalah seorang

pemusik. Ia di Sumatera Barat bahkan

memiliki grup musik yang kerap diun-

dang saat ada hajatan di kampung.

Perhatiannya di luar dunia medis, ki-

ni tercurahkan pada kampung hala-

mannya Koto Gadang. Sekitar 8 tahun

lalu, Prof. Acang diangkat sebagai "Da-

tuk", tetua di antara kerabat di kam-

pungnya. Selain bertanggung jawab pa-

da masalah kemasyarakatan sukunya,ia juga harus menjaga adat istiadat

kampungnya. Dan soal adat istiadat ini

menjadi titik perhatiannya.

Bicara soal adat, Prof. Acang mengi-

sahkan, salah satu upaya agar adat is-

tiadat tetap lestari adalah dengan perni-

kahan yang kedua mempelai berasal

dari daerah yang sama. "Ketika seseo-

rang menikah dengan orang lain daerah,

kecil kemungkinan ia akan selalu kem-

bali ke kampung halaman, termasuk un-

tuk melestarikan pusaka adat," ujarnya.

Meski demikian, ia tak akan me-

maksakan adat Siti Nurbaya pada ke-

dua puteranya yang belum menikah.

"Sekarang sudah bukan jamannya,"

ujarnya. Tapi, perkawinan orang tua pa-

da jaman dahulu, meski dijodohkan,banyak yang masih langgeng. "Mungkin

karena kami tidak banyak menuntut

apa-apa dan saling menerima pasang-

an kami," ujar Prof. Acang. "Istri saya

misalnya, menerima saya dengan kesi-

bukan saya, dan saya sepenuh hati

menjaga kepercayaan yang diberikan

oleh istri saya."

Prof Acang kini tengah membuat

buku mengenai adat istiadat Kotoga-

dang termasuk tata cara menjalankan

adat, seperti menyelenggarakan perni-

kahan atau upacara kematian. Prof 

Acang memiliki tim untuk mengumpul-

kan data dan riset. Ia sendiri lebih ber-

peran sebagai editor. "Sejauh ini sudah

rampung 2 buku," ujarnya. Buku terse-

but akan diwariskan kepada generasiselanjutnya. "Malu saya jika sampai

mereka tidak paham (adat istiadat),"

ujar Prof Acang.

Bagi Prof Acang semua yang dila-

kukannya kini lebih merupakan amal

ibadah sebagai bekal kehidupan selan-

 jutnya. "Semuanya Lillahi Ta'ala," ujar

Prof Acang. Dan ia tampak menikmati

waktu dan kesibukannya. (HI)

11Halo Internis   Edisi 20   Maret 2012

PAPDI Store menyediakan pernak-pernikdengan berlogokan PAPDI.Merchandise 

ini untuk mensosialisasikan logo PAPDIsebagai suatu merek yang telah dipaten-kan,di kalangan sejawat, terutama inter-nis.Dengan begitusemoga PAPDI lebihdekat lagi di hatianggotanya.

Untuk pemesanan

Hubungi (021) 2300818

PAPDIMerchandise

Workshop: Penatalaksanaan Nyeri Kanker

No. Cabang Tanggal1 Sumatera Utara 10 Maret2 Makassar Tbc3 Pekanbaru Tbc4 Denpasar Tbc5 Palembang 17 Maret6 Padang 24 Maret7 Jakarta Raya 31 Maret8 Semarang 7 April9 Jawa Barat 14 April10 Surabaya 21 April11 Malang 19 Mei12 Solo 15 Sept.13 Banten 29 Sept.14 Bekasi 13 Oktober15 Pontianak 20 Oktober

Workshop: Comprehensive Management of 

Lipid Disorders And Hypertension in Daily Practice 

No Cabang Tanggal

1 Jakarta 10 Maret2 Medan 14 April3 Bandung 5 Mei4 Solo 9 Juni5 Palu 16 Juni6 Banjarmasin 7 Juli7 Bandarlampung 15 Sept8 Pekanbaru 6 Okt

Workshop: Nutrisi

No. Cabang Tanggal1 Bogor 31 Maret – 1 April2 Sumatera Barat 26 – 27 Mei3 Kupang 20 – 21 Oktober

Workshop: Update on Rheumatology 2012 

No Cabang Tanggal

1 Surabaya 5 Mei2 Denpasar 14 April3 Makasar 17 Maret4 Palembang 9 Juni5 Pekanbaru 14 Juli

Workshop: Controling All Key BP Parameters: The Next Big Target in Hypertension 

No Cabang Tanggal

1 Jakarta 3 Maret

2 Surabaya 18 Maret3 Medan 28 April4 Bali 9 Juni5 Pontianak 19 Mei

Workshop: Comprehensive Management ofNausea-Vomiting & Acid Related Diseases

No Cabang Tanggal

1 Surabaya 21 April2 Sumatera Utara 5 Mei3 Yogyakarta 2 Juni

*Jadwal dapat berubah bila diperlukan 

AGENDA KEGIATAN ROADSHOW PAPDI TAHUN 2012*

Page 12: Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 12/20

karena kasus-kasus

emergensi di rumah

sakit yang merupa-

kan kompetensi pe-

nyakit dalam besar

sekali. EIMED ini se-

moga bisa dilaku-

kan di daerah-daerah, sehingga internis

di daerah dapat meningkatkan kemam-

puannya di bidang ini. EIMED yang per-

tama di dunia.

Dr. R. Bowo Pramono, SpPD,K-EMD, dari PAPDI Cabang

Yogyakarta

EIMED mempermu-

dah memahami

emergensi penyakit

dalam. Modul-mo-

dul EIMED dapat

diterapkan di pusat-

Setelah sukses meluncurkan buku

EIMED (Emergency in Internal Me- 

dicine) PAPDI, PB PAPDI melanjut-

kan program kegawatdaruratan pe-

nyakit dalam ini dengan mengadakan

workshop  “Pelatihan Narasumber EI-

MED PAPDI” pada 17-19 Februari 2012

di Hotel Harris, J akarta. Pelatihan ini di-

ikuti oleh para tutor dari seluruh cabang

PAPDI di Indonesia. “Pada acara ini se-

ngaja kita memilih sejawat dari tiap-tiap

cabang yang ada, agar nantinya bisa

membantu workshop  ke daerah-dae-

rah,” ujar Koordinator EIMED Dr. Bam-

bang Setyohadi, SpPD, K-R.

Program ini, lanjut Dr. Bambang,

akan dilanjutkan dengan penerbitan bu-

ku jilid dua dan tiga yang disertai de-

ngan pelatihan EIMED bagi internis dan

dokter umum. “EIMED menjadi standar

kegawatdarurutan ilmu penyakit dalam.

Kelebihan EIMED materinya telah dise-

suaikan dengan kondisi dan kasus-ka-

sus yang sering terjadi di Indonesia,” ka-

tanya

Dr. Haerani Rasyid, SpPD, K-GH, FINASIM, dari PAPDI Ca-bang Makassar, Sulawesi Selatan

EIMED ini penting

sekali karena ka-

sus-kasus emer-

gensi penyakit da-

lam cukup besar,

sekitar 40 persen.

Seorang internis ha-

rus meningkatkan kompetensi ini, se-

hingga kasus-kasus emergensi penyakit

dalam dapat ditangani oleh internis, bu-

kan bidang lain bukan kompetensinya.

Workshop seperti ini bermafaat sekali

sebaiknya dapat dilakukan berkala, mi-

nimal 2 kali setahun.

Dr. Samuel MaripadangBaso, SpPD, FINASIM, dariPAPDI Cabang Tanah Papua

Kegawatdarurutan penyakit dalam su-

dah lama dipikirkan. Baru periode Dr. Aru

bisa berjalan. Ini merupakan hal penting

   D   O   K .

   H   I

12 Halo Internis   Edisi 20   Maret 2012

pusat pendidikan karena materinya cu-

kup up to date dan dibuat oleh ahlinya.

EIMED dapat setara dengan ACLS, jadi

dokter umum dapat mengambil work- 

shop ini.

Dr. C. Singgih Wahono, SpPDdari PAPDI Cabang Malang

EIMED dapat men-

 jawab kebutuhan

kami dalam mena-

ngani kasus-kasus

emergensi penyakit

dalam yang cukup

dominan di rumah

sakit. Program ini

mesti dibuat standarnya dan dilakukan

terjadwal terutama ke daerah-daerah.

Seorang internis harus memiliki skill ini,

ia harus bisa dan lebih bisa menangani

pasien-pasien emergensi. (HI)

KABAR PAPDI

Ilmu kedokteran merupakan perpadu-

an ilmu pengetahuan alam dan ilmu

pengetahuan sosial. Keputusan me-

dis yang didasari ilmu kedokteran

berimplikasi terhadap kehidupan pa-

sien. Keputusan medis ditetapkan se-

cara profesional dengan memperhati-

kan kondisi pasien. Bahkan dokter di-

tuntut dapat mengambil tindakan me-

dis dikala kondisi emergensi. Tentu ini

bukan perkara mudah, mengambil ke-

putusan yang tepat di tengah waktu

yang sempit. Salah-salah nyawa pasien

taruhannya.

Namun seorang internis tak bisa le-

pas dari pasien gawat darurat. Berkait-

an hal tersebut, PB PAPDI mengakomo-

dasi kebutuhan internis dengan mener-

bitkan buku Emergency in Internal Me- dicine  (EIMED) PAPDI sebagai upaya

untuk meningkatkan kompetensi ang-

gotanya dalam menangani kasus-ka-

sus kegawatdaruratan penyakit dalam.

“Kami (PAPDI) berharap internis dapat

lebih baik memberikan pelayanan

emergensi dan tidak menolak pasien

emergensi,” kata Dr. Bambang Setyo-

hadi, SpPD, K-R, FINASIM, salah satu

editor EIMED PAPDI.

Buku Emergency in Internal Medicine 

(EIMED) PAPDI bukan sekadar mem-

perkaya khazanah literatur kedokteran

di Indonesia, namun juga menjawab

kebutuhan para dokter, terutama in-

ternis dalam menghadapi kasus-kasus

kegawatdaruratan medik. Berbeda den-

gan referensi kegawatdaruratan lain,

EIMED PAPDI adalah buah karya 50

pakar-pakar ahli penyakit dalam di In-

donesia. Kasus-kasus kegawatdarurat-

an penyakit dalam, termasuk kardiologi

dan paru, dibahas secara paripurna.

Lebih menarik lagi, buku ini bukan saja

membekali internis ketika menerima

pasien emergensi di rumah sakit, tapi juga memberi penjelasan basic life sup- 

port seperti resustasi jantung dan paru

agar mampu menghadapi kasus emer-

gensi di prehospital , termasuk pada

kegawatdaruratan saat bencana alam.

Buku terbitan Interna Publishing ini

disuguhkan secara sistematis dan mu-

dah dipahami. Dengan begitu, diharap-

kan dapat membantu internis meng-

ingat kembali materi-materi kegawatda-

ruratan yang pernah diperoleh saat

menjadi residen. EIMED PAPDI ini diba-

gi menjadi tiga jilid. Pada jilid pertama,

mengenai EIMED dasar dan kegawat-

daruratan penyakit dalam ditinjau dari

gejala-gejala yang dirasakan pasien pa-

da waktu datang ke unit gawat darurat.

 Jilid kedua mengenai kegawatdarurat-

an ditinjau dari pendekatan penyakit,

dan jilid ketiga membahas prosedurdan tindakan dalam kegawatdaruratan

penyakit dalam.

Serupa dengan ACLS atau ATLS, ta-

pi EIMED dirancang sebagai panduan

untuk mempelajari kegawatdaruratan

penyakit dalam. Layaknya suatu buku,

EIMED PAPDI mengacu pada standar

prosedur emergensi

nan ideal, namun aplikasinya dapat dit-

erapkan untuk kondisi di Indonesia.

Untuk lebih memahami penerapan

kegawatdaruratan, PB PAPDI menga-

dakan kursus kegawatdaruratan sela-

ma tiga hari. Kursus ini terdiri dari

empat modul yang akan mengulas

berbagai kasus kegawatdaruratan yang

kompleks bersama para pakar dibidan-

gnya. “Kita akan mendiskusikan kasus-

kasus yang rumit. Dan kita akan mem-buka wawasan internis bagaimana

menangani kegawatdaruratan pada

prehospital. Bukan hal yang tidak

mungkin internis turun dalam prehos- 

pital atau bencana,” ujar Dr. Bambang.

Berkaitan dengan pelatihan EIMED,

Dr. Bambang mengatakan PAPDI semen-

tara akan menyelenggarakan Training of 

Tranee  (TOT) EIMED, pada 17-19 Fe-

bruari 2012.Buku EIMED jilid pertama

sudah terbit Oktober 2011 lalu. J ilid per-

tama terdiri dari 50 bab yang ditulis oleh

50 pakar. Sementara jilid kedua dan

ketiga masih dalam proses penulisan.

Seiring dengan perkembangan ilmu ke-

dokteran, PAPDI akan selalu memperba-harui isinya. Dan PAPDI terbuka atas sa-

ran atau kritik untuk kesempurnaan bu-

ku ini. Dengan begitu, diharapkan inter-

nis memiliki kompetensi yang lebih baik

dalam menangani kasus-kasus emer-

gensi yang mengancam keselamatan

 jiwa pasien di negeri ini. (HI)

Seoran g internis dituntut ma mpu berlomb adeng an w aktu dalam menentukan keputusanmedis bagi pasien emergensi. Menghasilkankeputusan tepa t d an cepa t d i t enga h w aktuyang ketat merupakan perkara sulit . PB PAPDImenjaw ab nya denga n menerbi tkan bukuEIMED da n pela t ihan kega w at da rurata n .

Buku Emergency in Internal Medicine (EIMED) PAPDI:

Bangkitkan Sen se Of Em ergen cy In t e rn i s 

Dr. Bambang Setyohadi, SpPD, K-R, FINASIM, salah

seorang editor EIMED PAPDI

TOT EIMED PAPDI:

Mengasah Kompetensi Emergensi

Penyakit DalamSuasana workshop “ Pelatihan Narasumber EIMED PAPDI”.

   F   O   T   O  -   F   O   T   O  :   D   O   K .

   H   I

Page 13: Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 13/20

13Halo Internis   Edisi 20   Maret 2012KABAR PAPDI

KKasus hepatitis A yang merebak di

beberapa daerah membuat resah

masyarakat. Pada waktu bersama-

an beberapa daerah di Jawa Barat

seperti Bandung, Depok, Tasikmalaya,

dan Bogor telah ditetapkan sebagai Ke-

 jadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis A.

Kondisi ini menjadi perhatian PB

PAPDI. Untuk itu, PB PAPDI bersama

Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia

(PPHI) berbagi informasi dalam Konfe-

rensi Pers seputar Hepatitis A, di Kan-

tor PB PAPDI, Gedung ICB Bumiputera,

Cikini. Hadir sebagai narasumber Ke-

tua Umum PPHI DR. Dr. Rino A. Gani,

SpPD, K-GEH, FINASIM yang didampin-

gi Wakil Sekretaris J enderal PB PAPDI

Dr. Sally A. Nasution, SpPD,K-KV,

FINASIM selaku moderator.

Menurut Dr. Rino, gejala klinis infek-

si virus hepatitis A sangat bervariasi,

mulai dari tanpa gejala hingga ganggu-

an fungsi hati, namun umumnya tidak

berat. Kebanyakan 80 persen pasien

yang terinfeksi hepatitis tidak meng-

alami suatu gejala, sehingga pasien ti-

dak sadar kalau dirinya sudah terinfek-

si virus. Hanya sekitar 20 persen saja

yang menunjukkan gejala.

Ia menambahkan, setelah melewati

masa inkubasi selama 15-49 hari,

barulah pasien dapat merasakan geja-

la seperti misalnya, lemas, mual, mun-

tah, demam, dan kadang diare. "Hepa-

titis A termasuk jenis yang akut (ber-

langsung kurang dari 6 bulan). Sedang-

kan hepatitis B dan C biasanya hepati-

tis kronik (lebih dari 6 bulan)," katanya.

Untuk pengobatan infeksi virus he-

patitis A dapat dilakukan secara supor-

tif. Karena menurut Dr. Rino, tidak ada

obat untuk membunuh virus tersebut

secara langsung dan memang tidak

diperlukan obat-obatan. Pasalnya, virus

tersebut akan hilang dengan sendirinya

dalam darah. "Pengobatan suportif 

yang dimaksud misalnya, kalau pasien

muntah harus diberikan obat untuk me-

ngurangi muntahnya. Atau jika pasien

kekurangan cairan, dapat diberikan

cairan infus untuk mengatasi kekurang-

an cairan tersebut," jelasnya.

Pertemuan Ilmiah Nasional (PIN)PAPDI adalah kegiatan ilmiah Pe-

ngurus Besar Perhimpunan Dokter

Spesialis Penyakit Dalam Indone-

sia yang diselenggarakan setiap tahun

dengan mengulas perkembangan terba-

ru mengenai diagnosis dan tata laksana

seputar penyakit dalam. Pada 2011 la-

lu, PB PAPDI bekerjasama dengan PAPDI

Cabang Makassar menggelar PIN IX di

Hotel Clarion, Makassar, Sulawesi Sela-

tan, 14-16 Oktober 2011 lalu. Kegiatan

ilmiah ini mengedepankan tema “Up- 

date in Diagnostic Procedures and 

Treatment in Internal Medicine”.

Ketua Panitia PIN IX Prof. DR. Dr.

Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC,FESC, FAPSIC mengatakan kegiatan PIN

ini bertujuan membantu internis di selu-

ruh Indonesia untuk meningkatkan ke-

trampilan dan meng-update ilmu penge-

tahuan khususnya di bidang Ilmu Penya-

kit Dalam. Dengan begitu, diharapkan

para internis mampu memperoleh pe-

ngetahuan dan ketrampilan tambahan

dalam rangka peningkatan pelayanan

secara holistik kepada pasien.

PIN IX dibuka langsung oleh Ketua

Umum PB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo,

SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP. Selanjut-

nya, acara diisi dalam bentuk simpo-

sium, temu ahli dan lokakarya dengan

pembicara yang kompeten. “Dalam pe-

laksanaan PIN, PIN di Makassar meru-

pakan PIN dengan jumlah peserta terba-

nyak,” kata Dr. AruMeningkatnya jumlah peserta PIN di-

akui Ketua PAPDI Cabang Makassar,

Prof. DR. Dr. Syamsu, SpPD, K-AI, FINA-

SIM. Menurut Prof. Syamsu yang men-

 jadi daya tarik dari setiap kegiatan PIN

adalah materi yang disuguhkan panitia.

Begitu pula dengan kemasan acara yang

apik, sangat memungkinkan peserta un-

tuk dapat menjalin interaksi dengan pa-

ra pembicara. “Tema-tema yang disu-

guhkan sesuai dengan kebutuhan seja-

wat ketika berpraktik, terutama bagi se-

 jawat yang ada di daerah. Selain itu, PIN

Makassar menjadi kesempatan bagi

dokter-dokter di wilayah Timur untuk sal-

ing bersilaturahmi,” ujar Prof. Syamsu.

Pada kegiatan PIN ini materi di bi-

dang ilmu penyakit dalam di bahas se-

cara holistik. Salah satu perserta dari

Kepulauan Riau, Dr. Rayendra, SpPD,

FINASIM mengatakan yang menarik per-

hatiannya mengikuti PIN ini karena

tema-tema yang dihadirkan cukup luas

dan menyeluruh. Ini yang membedakan

dengan kegiatan ilmiah dari subspe-

sialis tertentu.”PIN menjadi agenda

wajib tahunan. Karena tema-temanya

bersifat holistik. Dengan ini seorang in-

ternis dapat selalu meng-update  ke-

mampuan yang diperlukan dalam men-

 jalankan profesinya,” ujar internis yang

berpraktik di RSUD Dr. Arifin Ahmad

Riau ini.

Lebih jauh, Dr. Rayendra yang juga

Ketua PAPDI Cabang Riau ini mengakui

mendapat manfaat yang besar meng-

ikuti PIN. Menurutnya tema-tema PIN

dapat diaplikasikan ketika praktik. De-

ngan begitu ia dapat meningkatkan kua-

litas pelayanan kesehatan kepada ma-

syarakat.

 Tema yang menarik membuat acara

yang berlangsung tiga hari ini setiap se-

sinya selalu dipadati peserta. Beberapa

tema workshop yang menarik perhatian

peserta diantaranya: resusitasi jantungparu (RJP), strategi pemakaian obat anti

hipertensi pada hipertensi emergensi,

penanganan DHF berat, terapi insulin,

pemasangan akses vena & permasala-

hannya, terapi non operatif pada hemo-

roid, penatalaksanaan perioperative pa-

sien penyakit dalam, endoskopi saluran

cerna: teknik dan interpretasinya dan

lain-lain.

Pada PIN IX ini juga dikenalkan pro-

gram baru PB PAPDI yaitu Emergency in

Internal Medicine  (EIMED) PAPDI. Pro-

gram ini diawali dengan meluncurkan

buku panduan EIMED PAPDI. Menurut

Koodinator EIMED PAPDI, Dr. Bambang

Setiyohadi, SpPD, K-R, FINASIM buku iniberisi kasus-kasus kegawatdaruratan

dalam Ilmu Penyakit Dalam. Buku ini ter-

diri dari tiga jilid, dan selanjutkan akan

diadakan workshop  kegawatdaruratan

penyakit dalam bagi internis. Selain un-

tuk internis, PB PAPDI juga merancang

program EIMED untuk dokter umum.

Di samping memperoleh ilmu dan

keahlian yang memang dibutuhkan da-

lam praktik, Kota Makassar menawar-

kan beberapa tempat wisata alam nan

indah. Tak ayal, sebagian peserta me-

manfaatkan kesempatan ini dengan

berwisata di kota Angin Mamiri. “Suatu

kehormatan bagi PAPDI Cabang Ma-

kassar dapat mengadakan PIN ini. Te-

rimakasih kepada para sejawat turut

mensukseskan kegiatan ini sembari me-

nikmati wisata di Makassar,” ujar Ketua

PAPDI Cabang Makassar ini. (HI)

PB PAPDI bersama PPHI menggelar Konferensi Pers tent ang Hepatit is A di Kantor PB PAPDI, Gedung ICBBumiput era, Cikini, Jakar ta. Hadir sebagai narasumber Ketua Umum PPHI DR. Dr. Rino A.Gani, SpPD, K-GEH,

FINASIM dan sebagai moderator Wakil Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM.

PAPDI PeduliKLB Hepatitis A

PIN IX Makassar:

Meng-update Ilmu

di Kota Angin Mamiri

PIN men yugu hkan

tema-tema menarikyang diula s secara ho -listik. Bag i pa ra seja-w a t te ru tama se jaw a tdi daerah, tema inimenjad i daya ta r iksehingg a da pat d i-aplikasikan di kamarpraktik.

Ketua Panitia PIN IX Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC memberi sambutanpada pembukaan PIN IX di Makassar.

Suasana salah satu sessi ilmiah pada PIN IX M akassar. Tampak Dr. Faridin Pango, SpPD, K-R,FINASIM sebagai pembicara.

Salah satu work shop pada PIN IX Makassar, Dr. Dono Antono, SpPD,K-KV, FINASIM sebagai narasumber.

   D   O   K .

   H   I

   D   O   K .

   H   I

   D   O   K .

   H   I

Page 14: Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 14/20

14

International Sepsis Forum (ISF), 27 – 28 Oktober

2011 lalu, di Beijing merupakan kegiatan tahunanpakar sepsis dunia, untuk membicarakan berbagai

perkembangan terbaru dan hasil penelitian terakhir

dalam berbagai aspek yang terkait dengan guide- 

lines , imunopatogenesis, penelitian biomolekuler dan

penatalaksanaan mengenai sepsis.

Beberapa dokter dari Perhimpunan Dokter Spesialis

Penyakit Tropik Infeksi Indonesia (PETRI) hadir pada

acara tersebut. Diantaranya adalah Prof. Dr. Iskandar

Zulkarnain, SpPD, K-PTI, Prof. Dr. Djoko Widodo, DTM &

H, SpPD, K-PTI, Prof. Dr. Herdiman Pohan, SpPD, K-PTI,

Dr. Budi Riyanto, SpPD, K-PTI, DR. Dr. Suhendro, SpPD,

K-PTI, Dr. Samsirun Halim, SpPD, K-PTI,Dr. Soroy Lardo,

SpPD dan Dr. Hambali.

Pada forum itu, PETRI, setelah melalui suatu seleksi

yang ketat, mendapat kesempatan mempresentasikan

tiga poster penelitian dan satu laporan kasus. Keempattulisan tersebut dimuat dalam Critical Care 2011, 15

(Suppl 3). Ketiga judul penelitian diantaranya Lactate 

Clearance as simple bedside instrument to predict 

short term mortality of severe septic patients ( W Ham-

bali, K Chen, D Widodo, E Dewiasty, HT Pohan, S Su-

warto),Effect of low dose steroid on NF-kB and caspace- 

3 intestinal expression in a sepsis mouse model. (HA

Guntur, HP Diding, HT Pohan, D Widodo). Low – dose 

corticosteroid effect clinical improvement sepsis 

patients with APACHE II score (S Devi, AG Hermawan).

Satu Laporan Kasus dari RSPAD Gatot Soebroto dengan

 judul Pulmonary Embolism in Sepsis Patient Following 

Appendectomy Surgery (S Lardo, A Arianne, K Chen).

Dalam kegiatan tersebut yang mendapatkan The 

2011 Stephen F Lowry Young Investigator Award  So-

phie Mwinsa Chimese dari Department Of Internal Me-dicine, University Of Zambia, Lusaka Zambia dengan

 judul Clinical characteristic, management, and out- 

comes of sepsis in Lusaka, Zambia. Penelitian ini mu-

dah-mudahan memicu PETRI untuk melakukan pene-

litian karakteristik dan manajemen sepsis di Indonesia.

Kegiatan Ilmiah

Pada forus tersebut ada tiga sesi, yaitu plenary ses- 

sion, palarel session danclinical trials. Dalam plenary 

session dibahas tentang definisi dan paradigma baru

Sepsis. Kriteria Sepsis yang dicetuskan oleh Riger

Bone dengan Bone Criteria perlu penegasan kembalidengan paradigma terbaru dimana sepsis terdiri dari

dua kriteria, yaitu sepsis dan syok sepsis.

Pada sesi lain juga dibahas aspek biomolekuler dan

imunologi sepsis. Topik The epithelium in sepsis mem-

bahas bahwa suatu kejadian MODS terkait dengan

berbagai pathway yang menyebabkan disregulasi sis-

tem imun berelaborasi dengan sitokin, oksidan, enzim

yang merusak jaringan dan mediator proinflamasi lain-

nya. Walaupun sampai saat ini proses biokimia dan

basis biologi yang mendasari belum dipahami terkait

dengan histopatologi MODS. Namun yang diyakini saat

ini MODS disebabkan oleh disfungsi sel parenkim pada

multipel organ yang disebabkan memburuknya sistem

kontrol respon inflamasi. Terdapat harapan bahwa de-

rangements formasi dan fungsi struktur khusus pada

sel epitel TJs (tight junctions ) mungkin merupakan fak-tor utama terhadap disfungsi pada paru, hati, sistem

saluran cerna dan ginjal yang dikaitkan dengan sepsis

yang disebabkan disregulasi proses inflamasi.

Beberapa Clinical Trial

Dalam sessi yang lain, dipresentasikan beberapa cli- 

nical trial yang sedang berjalan dan direncanakan de-

ngan skala besar. Diantaranya penelitian ACCES – Erito-

rian, TLR4 antagonist pada sepsis berat sebagai anta-

gonis yang berfungs sebagai inhibitor kompetitif terha-

dap endotoksin pada level kompleks MD2TLR4, yang

sudah fase III dengan target

 TLR pada inflamasi sistemik.Penelitian lain adalah

PROWESS Shock: activated 

protein C in septic shock 

sebagai studi penting, walau-

pun belum merupakan obat

yang menjanjikan namun te-

tap dalam tataran riset.

Selain itu ada penelitian

tentang EGDT melalui Pro-

CeSS, ARISE and ProMISE

untuk memfasilitasi standar-

isasi EGDT dalam optimal-

isasi tim sepsis dalam pena-

talaksanaan sepsis. Clinical 

Trial  yang akan dilaksanakan

ke depan adalah A large trial of corticosteroid treat- ment of septic shock – The Escape Study. Penelitian ini

bertitik tolak terhadap ‘jatuh bangunnya’ pemberian

steroid. Dalam The Surviving Sepsis Campaign 2008 

penggunaan dosis rendah kortikosteroid masuk low 

grade recommendation. Berdasarkan kontroversi terse-

but, akan dilakukan suatu studi multisenter dengan

 jumlah kasus yang besar yaitu ESCAPE study melalui

ANZICS clinical trials group .

Sepsis Sebagai TantanganAhli Penyakit Dalam

Bagaimanapun dengan meningkatnya kasus infeksi

dengan berbagai komorbid penyakit, baik di daerah

maupun di pusat rujukan, kasus sepsis hendaknyamenjadi perhatian penting bagi setiap ahli penyakit

dalam, terutama dalam pemahaman EGDT berdasar-

kan Sepsis Campaign. Hal utama yang perlu menjadi

perhatian adalah upaya dan usaha bersama untuk se-

nantiasa belajar dan berusaha meningkatkan kompe-

tensi dalam penatalaksanaan sepsis dengan berusaha

‘berguru’ pada pakarnya serta selalu sharing dari

berbagai kasus sepsis yang dihadapi. Dengan demi-

kian, melalui kolaborasi sebagai tim sepsis, kesung-

guhan, keikhlasan dan jangan lupa “bekerjasama” de-

ngan keluarga pasien menjadi hal penting dalam keber-

hasilan penatalaksanaan sepsis. (HI)

Halo Internis   Edisi 20   Maret 2012

Rombongan Petri Indonesia dari kiri: DR. Dr. Suhendro, SpPD, K-PTI; Dr. Samsirun Halim, SpPD; Prof. Dr. DjokoWidodo, SpPD, K-PTI; Prof. Dr. Herdiman Pohan, SpPD, K-PTI; Prof. Dr. Iskandar Zulkarnain, SpPD, K-PTI;

Dr. Budi Riyanto, SpPD, K-PTI; Dr. Soroy Lardo, SpPD dan Dr. Hambali.

I N F O M E D I S

INTERNATIONAL SEPSIS FORUM 2011, Bei jing, China:

An Up Dat e on Sep sis 

Bertepatan Hari AIDS Sedunia, PB PAPDI menggelar

Konferensi Pers mengenai “Pedoman Nasional

Pelayanan Kedokteran (PNPK) HIV/AIDS”, di Mu-

nik Restoran, Matraman, Jakarta pada 1 Desember

2011 lalu. Memerangi penyakit HIV/ AIDS merupakan

salah satu dari delapan target pembangunan untuk

pencapaian Millenium Development Goals  (MDGs).

Hingga kini, berbagai upaya menekan prevalensi

HIV/AIDS telah dilakukan tetapi belum optimal. Pada

kenyataan terdapat empat masalah utama dalam

pemberantasan penyakit ini di Indonesia yaitu deteksi

dini infeksi HIV, ketersediaan obat yang terbatas di

Masyarakat, kemampuan petugas kesehatan yang be-

lum optimal dalam penanganan kasus-kasus HIV, baik

dalam aspek preventif, promotif, kuratif, dan rehabili-

tasi serta keterbatasan sarana dan prasarana.

Untuk itu, PB PAPDI terpanggil me+nyusun PNPK 

HIV/AIDS sebagai panduan bagi para petugas kese-

hatan dalam menangani kasus-kasus HIV/AIDS. PNPK 

HIV/AIDS dibuat oleh tim yang berasal dari multidisiplin

baik dari profesi kesehatan maupun institusi pendidik-

an kedokteran. Selanjutnya, PNPK akan disahkan oleh

Kementerian Kesehatan dan menjadi asupan bagi selu-

ruh petugas kesehatan terutama yang bekerja di rumah

sakit dalam menangani pasien HIV/AIDS. "Keberadaan

buku pedoman ini sangat penting bagi para medis di

rumah sakit hingga klinik, karena dapat dipakai pe-

gangan dalam mengobati penderita HIV/AIDS," ungkap

Ketua Umum PB PAPDI DR. dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-

HOM, FINASIM, FACP.

Koordinator Tim PNPK, DR. Dr. Ari Fahrial Syam,

SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACP menjelaskan

panduan ini berisi tentang strategi: pencegahan HIV,

diagnosis HIV, pencegahan dan tatalaksana infeksi

oportunistik, obat anti retroviral (ARV) dan pence-

gahan penularan HIV dari ibu ke bayi. Buku ini juga

menyampaikan 72 rekomendasi untuk penanganan

kasus HIV/ AIDS di Indonesia.”Kemampuan petugas

kesehatan yang belum optimal dalam menangani ka-

sus HIV/AIDS menjadi salah satu kendala pemberan-

tasan penyakit ini. Pedoman ini bisa menjadi panduan

bagi petugas kesehatan,” ujar Dr. Ari yang juga koor-

dinator bidang advokasi PB PAPDI.

 Terapi antiretroviral dapat menurun-

kan risiko penularan. Hal tersebut didu-

kung oleh suatu peer-reviewed study 

yang mendapatkan bahwa pemberian

terapi ARV kepada orang dengan

HIV/ AIDS (ODHA) dapat menurunkan

penyebaran virus Human Immunodeffi- 

ciency Virus  (HIV) hingga 92%. Untuk

itu, Prof.Dr. Zubairi Djoerban, SpPD,K-

HOM, FINASIM, Tin PNPK sekaligus

penggiat HIV/ AIDS menghimbau peme-

rintah agar ketersediaan dan keleng-

kapan ARV terus diupayakan. (HI)

PNPK HIV/ AIDS:Harapan Baru dalam UpayaPenanggulangan AIDS

PB PAPDI menggelar Konferensi Pers dalam rangk a Hari AIDS Sedunia. Pada acara ters ebuthadir sebagai narasumber Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD, K-HOM, FINASIM, dan

Kooordinator PNPK DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH ,FINASIM, MMB, FACP.

KABAR PAPD I

   D   O

   K .

   H   I

   D   O   K .

   H   I

Page 15: Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 15/20

15

Pertanyaanya adalah, bagaimana dokter harus me-

lakukan komunikasi tersebut? Prinsip dari suatu komu-

nikasi dokter-pasien yang etis, adalah komunikasi dua

arah yang bersifat horizontal, sederajat, antara pasien

dan dokter. Lebih ideal lagi apabila komunikasi berjalan

timbal-balik ini, dan bisa berkembang menjadi semacam

diskusi. Disini dokter karena keilmuannya menjadi nara-

sumber, karena lebih memahami masalah medis yang

dihadapi pasien. Namun pasien adalah pemilik sah dari

tubuhnya, yang posisinya harus dihormati oleh dokter.

Siapapun tanpa izin pasien, tidak berhak melakukan tin-dakan medis pada tubuhnya .

Problemnya adalah dokter harus

memberikan informasi pada seseo-

rang yang sedang mengalami kondisi

yang tidak biasa, pasien yang sedang

berada dalam kondisi bingung, stres,

kesakitan, dan lain sebagainya,

umumnya sulit untuk menerima infor-

masi Bagaimanapun juga, dokter ha-

rus bisa memberikan informasi tsb,

dan pasien harus dapat memahami

materi yang diinformasikan oleh dok-

ter Harus diingat tujuan dari lang kah

pertama ini, adalah agar pasien memahami informasi

yang diberikan dokter, Atau dengan kata lain, dokter ha-

rus mampu membuat pasien menjadi informed

Kedua, hal lain yang sangat penting, sehingga ha-

rus diperhatikan oleh dokter, ialah dokter harus me-

mahami bagaimana kondisi klinis pasien dan terutama

kompetensi dari pasien, pada saat dokter akan membe-

rikan informasi tersebut. J ika yang dihadapi dokter, ada-

lah pasien dewasa yang sadar dan kompeten, maka in- 

formed consent harus terjadi antara dokter dan pasien-

nya. Artinya informasinya harus diberikan oleh dokter,

dan consent -nya harus diberikan oleh pasien nya sendi-

ri. Tetapi untuk pasien anak-anak, atau pasien dewasa

yang tidak kompeten secara hukum, maka hukum

mengharuskan consent  diberikan oleh pihak ketiga,

yaitu: orang tua, wali, atau orang yang dikuasakan, dan

lain-lain, tentu saja setelah mereka memperoleh infor-

masi yang cukup dari dokter

Apakah yang dimaksudkan dengan pasien yang kom-

peten? Dalam llmu hukum yang dimaksudkan dengan

individu yang tidak kompeten, adalah mereka yang kare-

na sesuatu hal, dianggap tidak mampu bertindak seba-

gai subyek hukum. Tidak sah untuk bertindak mewakili

dirinya sendiri, termasuk memberikan persetujuan pada

informed consent . Adapun yang termasuk pada orang-

orang yang tidak kompeten menurut hukum, diantara-

nya adalah: mereka yang belum dewasa, penderita ke-

terbelakangan mental, tidak sadar, pikun, gila dan se-

bagainya. Pada pasien yang tidak sadar, tetapi memer-

lukan tindakan darurat untuk menyelamatkan jiwanya,

untuk sementara informed consent dapat ditinggalkan.

 Tindakan penyelamatan jiwa harus didahulukan, tetapi

informed consent  tetap harus dilakukan, yaitu nanti

pada saat pasien tadi telah sadar, dan mampu meneri-

ma informasi

 Jadi pemahanan dokter pada kondisi klinis pasien

dan kompetensi pasien sangat penting, karena menen-

tukan kualitas dan sahnya suatu informed consent 

Mengingat kondisi pasien dan kompetensinya, adalah

dua hal yang kadang-kadang sulit dipisahkan. Maka

penilaian patients condition dancompetent  sebaiknya

dilakukan sekali jalan dalam satu langkah

Ketiga, selain memberikan informasi kepada pa-

sien, dokter juga harus mau memberikan penjelasan

(clarification). Minimal pasien harus tahu mengapa ha-

rus dilakukan tindakan medis itu, apa komplikasi/ risi-

ko yang akan dihadapi pasien, bila tidak dilakukan tin-

dakan medis, apakah ada alternatif tindakan medis di-

luar tindakan medis yang direncanakan, bagaimana tin-

dakan medis tadi akan dilakukan, seberapa besar pelu-

ang keberhasilannya, dan lain-lain.

Pasien/keluarganya harus mendapat informasi ten-

tang masalah masalah tersebut dengan sejelas-jelas-

nya. Bila diperlukan, pasien boleh melakukan klarifikasi

dan mencari second opinion pada dokter lain.Klarifikasi menjadi penting, karena dengan adanya

klarifikasi pasien akan memperoleh pencerahan dari

masalahnya. Artinya pasien/ keluarganya benar-benar

akan memahami alasan dokter merencanakan tindak-

an tersebut. Jadi pasien yang informed , ditambah de-

ngan klarifikasi, akan semakin meningkat pemaham-

annya, sehingga akan menjadi pasien yang tercerah-

kan (enlightened ).

Selain itu dokter juga harus melakukan klarifikasi

pada pasien. Harus dinilai apakah persepsi pasien/ -

keluarga terhadap tindakan medis yang direncanakan

oleh dokter, telah sesuai dengan persepsi yang diha-

rapkan oleh dokter. Bila ternyata belum ada kesamaan

persepsi antara dokter dan pasien, dokter jangan se-

gan mengulangi lagi langkah yang sudah dilakukan.

 Tujuan dari klarifikasi agar pasien/ keluarga benar-benar telah dapat memahami: men-

gapa, untuk apa, dan bagaimana tin-

dakan medis yang direncanakan oleh

dokter tadi. Jadi untuk memperoleh

informed consent harus ada clarifica- 

tion, yang dilakukan baik oleh dokter,

maupun oleh pasien.

Keempat, consent  merupakan

tujuan akhir dari proses informed 

consent. Karena setelah pasien/ke-

luarga telah mendapatkan klarifikasi,

diharapkan dengan pemahaman yang

telah diperoleh, pasien dapat mengambil keputusan

untuk mengabulkan, tindakan medis atau pasien

bersedia memberikan consent. Yang lebih penting lagi, adalah harus ada jaminan

bahwa consent yang diberikan oleh pasien, betul-betul

terjadi karena kesadaran dari pasien, bukan perse-

tujuan karena pasien menerima intimidasi, atau telah

direkayasa oleh dokter. Informed consent  yang dire-

kayasa, sehingga ada resiko pelanggaran etik dan hu-

kum. Dokter seharusnya menghindari informed con- 

sent yang demikian.

Dokter dan PasienYang Powered 

Informed consent yang baik, harus dibuat melalui

suatu aktivitas Communication dokter-pasien. Dimana

dokter harus selalu mempertimbangkan patient Condi- 

tion dan Competent  dari pasien tersebut. Lewat pro-

ses komunikasi, pasien yang semula tidak tahu masa-

lahnya, menjadi pasien yang informed, Selanjutnya dok-

ter maupun pasien, melakukan proses Clarification .

Sehingga pasien akan makin tercerahkan alias enlight- 

ened . Terakhir karena pasien sudah memahami masa-

lahnya, pasien tersebut akan menjadi powered , sehing-

ga Concent pada tindakan medis yang direncanakan

Suatu kebetulan kata kata : Communication, Condi- 

tion, Competent, Clarification dan Consent , semuanya

diawali oleh huruf C Sehingga dengan mengingat ada

lima C yang harus dilakukan dalam aktivitas pembuat-

an informed consent . Atau lewat jurus lima-C menjadi-

kan pembuatannya menjadi lebih mudah.

Dengan menjadikan lima-C ini menjadi jurus andalan

dalam pembuatan informed consent , diharapkan tidak

ada dokter yang tidak menguasai pembuatannya se-

hingga nanti tidak akan ada lagi, dokter yang harus

menghadapi masalah etika atau hukum terkait dengan

informed consent . Karena dokter akan makin enlight- 

ed tentang informed consent , sehingga menjadi po- 

wered . Semakin percaya diri karena telah piawai, se-

hingga jauh dari pembuatan informed consent yang ti-

dak benar

 Tentu saja jurus lima-C ini, masih jauh dari sempur-

na, Namun rasanya jurus ini bisa diandalkan, cukup

memadai untuk digunakan sebagai panduan praktis

dalam praktik dokter sehari hari.

Halo Internis   Edisi 19   Maret 2012I N F O M E D I S

Dr.Bambang Subagyo,SpPD,FINASIM,MM

Tim Advokasi Medicolegal PAPDI Cabang Jakarta Raya, Dewan Etik dan Pembelaan Anggota PB PAPDI

Lima C Untuk MembuatIn f o rm ed Con sen t 

Informed consent merupakan salah satu isu sentral

dari etika medis yang berlaku pada saat ini, karena

terkait penghormatan dokter pada otonomi pasien.

Sehingga pada saat ini dokter akan dianggap me-

langgar kode etik, apabila nekat melakukan tindakan

medis, tanpa informed consent. Bahkan dimasa seka-

rang pelanggaran etika terkait informed consent , ber-

potensi menjadi sengketa hukum karena beberapa ne-

gara telah memberlakukan pelanggaran informed con- 

sent , sebagai pelanggaran hukum yang bisa dipidana.

Walaupun begitu sampai sekarang masih ada dokteryang merasa kesulitan dalam membuat informed con- 

sent . Padahal ketrampilan ini, merupakan ketrampilan

dasar yang mutlak harus sudah dikuasai oleh semua

dokter pada saat ini.

Meskipun telah banyak diterbitkan buku, juga tu-

lisan dalam majalah medis, tentang informed consent ,

bahkan banyak juga penulis yang membahas dengan

panjang lebar, akan tetapi tidak banyak yang menulis

dari sisi praktisnya. Khususnya bagaimana membuat

informed consent yang praktis, tetapi memenuhi per-

syaratan etika dan hukum. Padahal resep praktis se-

perti itu, sangat diperlukan oleh para dokter

Empat Langkah, LimaAktivitas

Kita ketahui bahwa proses informed consent  harus

melewati serangkaian langkah, dimulai pada saat dok-

ter memberikan informasi kepada pasien, dan diakhiri

sewaktu pasien telah memberikan consent  kepada

dokter. Informasi yang diberikan dokter harus jelas, se-

hingga pasien dapat memahami maksudnya. Sedang-

kan consent yang diberikan pasien kepada dokter ,juga

harus jelas dan dapat dibuktikan keabsahannya secara

hukum.

Informed consent adalah aktivitas bersama dokter-

pasien. Minimal harus ada empat langkah dari aktivi-

tas-aktivitas yang dilakukan dokter dan pasien, pada

pembuatan suatu informed consent  yang baik dan

benar, yaitu:

Pertama, informed consent harus dibuat melalui

komunikasi dokter pasien. Jadi langkah dokter paling

awal adalah menciptakan communication dengan pa-

sien. Namun disini bukan sembarang komunikasi ka-

rena ini merupakan komunikasi etis, dan komunikasi

yang harus bisa memberi pencerahan pada pasien. Di-

sebut komunikasi etis, karena tidak boleh menabrak

rambu-rambu etika, termasuk etika medis. Dan men-

 jadi komunikasi yang mencerahkan, karena informasi

yang diberikan harus membuat pasien mampu mema-

hami, alasan mengapa diperlukan tindakan medis

tersebut.

Lima C untukInformed consent :• Commun icatio n 

• Con di t io n 

• Com pet en t 

• Clar if icati on 

• Con cen t 

Page 16: Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 16/20

16

Awal tahun 2012, Prof. DR. Dr.

Idrus Alwi SpPD, KKV, FINASIM,

FACC, FESC, FAPSIC telah mele-

wati satu lagi pencapaian dalam

perjalanan hidupnya. Dalam

usia relatif muda, ia resmi dikukuhkan

sebagai Guru Besar Tetap dalam Ilmu

Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Dalam pidato-

nya, ia memaparkan mengenai sel pun-

ca (Stem Cell ), bidang yang dapat dika-

takan masih baru namun sangat mem-

beri harapan dalam dunia kedokteran.

"Sel punca, memang belum sampai

pada tahap aplikasi secara luas padapasien. Sejauh ini, aplikasi sel punca

pada penyakit kardiovaskular masih pa-

da tahap riset," ujar pria kelahiran

Palembang, 22 Maret 1962 ini. Namun

harapan yang dibawa oleh sel punca

sedemikian luar biasa, sehingga riset

bidang ini di dunia mengalami perkem-

bangan pesat beberapa dasawarsa ter-

akhir. "Stem sel di bidang jantung dila-

kukan pada penyakit jantung tahap akhir

dan untuk pasien dengan infark miokard

akut," ujarnya dalam perbincangan de-

ngan Halo Internis .

Dan Indonesia, untuk bidang satu

ini tidak mau ketinggalan. Selain seba-

gai salah satu pelopor terapi sel puncadi Asia Tenggara, Indonesia juga meru-

pakan salah satu negara pertama di

Asia selain Hongkong yang memiliki

alat NOGA. "Alat tersebut digunakan

dalam pemetaan (mapping ) dan injeksi

stem sel pada otot jantung," ujar Prof.

Idrus.

Di negara ini, Prof. Idrus merupakan

salah satu ahli yang ingin mengem-

bangkan sel punca untuk penyakit jan-

tung. Ia tertarik mendalami sel punca

karena stem sel dianggap sebagai ba-

tas akhir pengobatan berbagai penya-

kit. "Ini opsi terakhir. Salah satu terapi

untuk jantung memang bisa dilakukan

pemasangan stent tapi hal tersebut

tidak mampu memperbaiki jaringan

yang rusak. Sedangkan transplantasi

 juga tidak mudah dilakukan," ujar pria

yang pernah mengunduh ilmu tentang

stem cell di Amerika ini.

Perhatiannya di bidang sel punca,

 juga membuktikan bahwa Prof Idrus

memiliki pikiran terbuka terhadap

berbagai bidang ilmu.

Sebelumnya, Prof. Idrus di bidang

penyakit jantung mendalami inflamasi

dan ketimbang meneliti obat-obatan

sintetis, ia justru meneliti kurkumin

sebagai anti inflamasi. Ketua Divisi

Kardiologi Departemen Penyakit Dalam

FKUI/ RSCM ini memilih herbal karena

ditinjau dari efek samping, relatif tidakmemiliki efek samping.

"Kita tidak boleh menutup mata ter-hadap perkembangan yang terjadi. Visi

kita tidak boleh satu titik. Tidak boleh

hanya fokus pada satu pandangan,"

ujarnya tentang berbagai riset yang

dilakukannya.

Untuk memperdalam bidang jantung

termasuk sel punca, Prof. Idrus menim-

ba ilmu ke manca negara dan juga ten-

tunya kepada ahli sel punca yang juga

ahli penyakit jantung, Prof. DR. Dr. T.

Santoso, SpPD, KKV, FACC, FESC. "Be-

liau memang mempersiapkan penerus

di bidang stem sel," ujar Koordinator

 Terapi Sel Punca pada Penyakit Jan-

tung FKUI/ RSCM ini.

Dengan tekun, Prof. Idrus terus

memperkaya ilmu pengetahuannya di

bidang medis terutama jantung. Ia

mengakui, jadwalnya padat, sehinggaia kini jarang melakukan olahraga fit-

ness yang dulu sering dilakukannya.

Meski demikian, Prof. Idrus selalu

tampil segar dan prima di setiap acara

ataupun dalam aktivitas keseharian. Sa-

lah satu resep Ketua Perhimpunan Ahli

Penyakit Dalam Indonesia Cabang Jakar-

ta Raya (PAPDI JAYA) ini adalah menik-

mati setiap kegiatan yang dilakukan.

Profesi, organisasi, keluarga, semua

mendapat prioritas dalam hidup Prof.

Idrus. "Justru semua hal itu membuat

hidup kita berwarna," ujarnya.

Prof. Idrus mengatakan tidak pernah

ngoyo untuk mencapai sesuatu. "Se-

mua sudah ada yang mengatur, yang

terpenting adalah kita melakukan apa-

pun sebaik-baiknya," ujarnya terse-

nyum.

Pernikahannya dengan DR. Dr Dwia-

na Ocviyanti, SpOG(K) telah mengha-

dirkan 3 orang anak yang juga meng-

ikuti jejak orang tuanya sebagai ahli

medis.

"Saya tidak pernah mengarahkan

mereka mau menjadi apa. Demikian ju-

ga dalam belajar, saya tidak pernah

mem-push anak-anak," ujarnya. "Mung-

kin saja mereka melihat orang tuanya

enjoy, maka mereka juga tertarik (de-

ngan dunia medis)."

Sama seperti halnya Prof. Idrus

saat remaja, ia juga tidak pernah dim-

inta orang tuanya untuk menjadi ahli

medis. Menurut Prof. Idrus, keluar-

ganya dulu tidak hidup kekurangan juga

tidak berlebih. Orang tuanya selalu

menekankan pentingnya pendidikan.

Salah satu pesan yang diingat Prof.

Idrus adalah, "J ika mau hidup senang,

harus dengan ilmu."

Maka selepas dari SMA Xaverius I,

Palembang, anak dari pasangan H. Alwi

Idrus Shahab (alm.) dan H. Nafisah

hengkang ke Jakarta untuk belajar diFKUI. Sebagai anak pertama, ternyata

langkah Prof. Idrus juga diikuti oleh adik-

adiknya. Dari 12 orang bersaudara, 9

orang menjadi dokter, 1 orang dokter

gigi, dan yang lain mendalami teknik.

Prof. Idrus tertawa ketika

ditanyakan bagaimana rasanya meng-

hadapi lingkungan yang 'serba dokter',

mulai dari lingkungan pekerjaan, anak,

isteri, hingga saudara kandung. "Saya

 jika bertemu adik-adik tidak bicara

kedokteran," ujarnya. "Keluarga besar

biasanya kumpul saat lebaran."

 Terlebih, beberapa saudaranya juga

bertempat tinggal di luar kota.

Hal yang sering dilakukan Prof. Idrus

bersama istri dan putranya saat libur

adalah travelling atau kuliner. Restoran

 Jepang adalah salah satu favorit kelu-

arga Prof. Idrus.

Di luar aktivitasnya di bidang kedok-

teran, Prof. Idrus menaruh perhatian

khusus pada organisasi PAPDI. "PAPDI

perlu berorientasi pada masyarakat un-

tuk memberikan pelayanan yang ter-

baik," ujarnya. Visi PAPDI ke depan ha-

rus memberikan yang terbaik untuk

masyarakat. "Intinya, selain untuk ke-

sejahteraan anggotanya, juga untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat khu-

susnya di bidang kesehatan."

Ia memaparkan, kualitas internis

yang baik lahir dari proses yang baik

dengan tiga pilar yaitu pendidikan, pe-

nelitian, dan pelayanan. Menurutnya,

upaya peningkatan kualitas harus dila-

kukan secara terus menerus. "Filosofi-

nya seperti orang berenang, jika ber-

henti maka akan tenggelam. Maka

agar tidak tenggelam, berenang bisa

dilakukan dengan berbagai gaya. Na-

mun semuanya harus punya arah, goal ,

dan sasaran bergerak," ujar Prof. Idrus

menutup pembicaraan. (HI)

Halo Internis   Edisi 20   Maret 2012

Prof. DR. Dr. Idrus Alwi SpPD, KKV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC.

Prof. Idrus dan istri, saat pengukuhan sebagai Guru Besar FKUI.

SOSOK

Prof. DR. Dr. Idrus Alwi SpPD, KKV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC

Terus Bergerak Terus Bergerak 

“ Filosofinya sepert i

oran g b erenan g, jika

berhenti maka a kan

teng gelam. Namun

semua nya h arus punya

arah, goal , dan sasaran

bergerak.”

Page 17: Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 17/20

17KABAR CABANGHalo Internis   Edisi 19   Maret 2012

Diagnosis dan pengobatan adekuat

hanya dapat dilakukan oleh dokter-

dokter yang kompeten. Peningkatan

kompetensi, baik ketrampilan maupun

ilmu pengetahuan kedokteran, dapat di-

peroleh lewat berbagai cara, diantara-

nya simposium, pelatihan dan lain-lain.

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter

Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB

PAPDI) setiap tahunnya menyelenggara-

kan Pertemuan Ilmiah Nasional (PIN)

PAPDI yang bertujuan membantu para

dokter, terutama internis yang tersebut

di seluruh Indonesia untuk meningkat-

kan skill dan meng up date ilmu penge-

tahuan, khususnya di bidang ilmu pe-nyakit dalam. ”Dengan adanya PIN ini di-

harapkan dokter spesialis penyakit da-

lam dapat memperoleh pengetahuan

dan ketrampilan tambahan dalam rang-

ka peningkatan pelayanan secara holis-

tik kepada pasien,” kata Ketua Pelaksa-

na PIN Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-

KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC

Pada 2012 ini pengurus pusat telah

menetapkan PAPDI cabang Kalimantan

 Timur menjadi tuan rumah PIN X. Panitia

yang terdiri dari pengurus pusat dan ca-

bang akan menggelar acara di Hotel

Grand Senyiur, Balikpapan, Kalimantan

 Timur, 28 Juni – 1 Juli 2012. Dengan

mengusung tema “Update in Diagnostic 

Procedures and Treatment in Internal 

Medicine ” diharapkan menjadi daya ta-

rik tersendiri bagi Internis untuk mem-pelajari kasus-kasus yang kerap dijum-

pai disaat praktik. Ditambah lagi dengan

kemasan yang menarik, berupa kuliah

P

erhelatan akbar Kongres Nasional

Perhimpunan Dokter Spesialis Pe-

nyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI)

XV akan digelar pada 12-15 De-

sember di Medan, Sumatera Utara.

PAPDI Cabang Sumatera Utara terpilih

menjadi tuan rumah tiga tahun lalu pa-

da KOPAPDI XIV di J akarta. Pada saat

itu, PAPDI cabang Sumatera Utara

merupakan kandidat yang dinilai paling

siap menjadi penyelenggara kongres.

“Sebelum berangkat ke Kongres di Ja-

karta, kami telah mempersiapkan diri

menjadi tuan rumah. Kami telah mem-

bawa surat dukungan dari Gubernur

Sumatera Utara,” kata Ketua PAPDI

cabang Sumatera Utara Prof. DR. Dr.

Harun Alrasyid, SpPD, SpGK, FINASIM,

pada kesempatan itu.

KOPAPDI XV mengusung tema “ 55

 Tahun Peran Professional PAPDI Mena-

pak Era Globalisasi di Tengah Masyara-

kat Indonesia dan Kedokteran Univer-

sal”. Menurut Prof. Harun, tema ini

mengingatkan internis untuk selalu me-

ningkatkan kemampuan dan pengeta-

huan supaya dapat memberikan pela-

yanan kesehatan lebih baik lagi di te-

ngah masyarakat global. Bagi Kota Me-

dan, tambah Prof. Harun, acara ini

akan membuktikan kepada masyarakat

Sumatera Utara bahwa internis di Indo-

nesia tak kalah dibanding negeri te-

tangga. “Ada sebagian masyarakat di-

sini yang mempercayai soal kesehatan-

nya untuk berobat ke Malaysia, pada-

hal kita juga memiliki skill yang cukup,”

kata Prof. Harun, menyayangkan.

Seperti biasa, KOPAPDI selalu ramai

dihadiri oleh internis. Begitu pula pada

KOPAPDI XV di Medan nanti. Para se-

 jawat akan tumpah ruah di empat hotel

bintang lima yaitu Hotel JW Marriot

International, Hotel Grand Aston, Hotel

Aryaduta International, dan Hotel San-

tika yang berdekatan. Berbagai acara

telah dikemas panitia dengan apik,

seperti sidang organisasi yang menjadi

agenda utama kongres, simposium

ilmiah, workshop, konvokasi, gala din-

ner, bakti sosial dan olah raga.

Rencananya, kongres akan dibuka

oleh Kementerian Kesehatan Dr. En-

dang Rahayu Sedyaningsih sekaligus

memberi orasi pada plenary lecture . Se-

mentara, Gubernur Sumatera Utara

akan bersama peserta kongres pada

malam keakraban. Dan yang memberi

orasi memorial lecture pada konvokasi

adalah Ketua PMI Yusuf Kalla yang juga

mantan wakil Presiden RI. Di samping

undangan dari institusi pemerintah dan

tokoh nasional, nuasa kongres lebih

terasa mendunia dengan diundangnya

Presiden Interna- 

tional Society of In- 

ternal Medicine 

(ISIM), dan Asean

Federation of In- 

ternal Medicine 

(AFIM).

Di tengah pa-

datnya acara, pe-

serta akan diman-

 jakan dengan ber-

bagai wisata di Ko-

ta Medan. Danau

 Toba menjadi tu-

 juan wisata yang

tak boleh dilewatkan. Panorama alam

Danau Toba nan indah akan menjadi

kenangan yang tak terlupakan. Begitu

pula dengan wisata budaya Istana Mai-

mun yang membuat decak kagum pe-

ngunjung. Istana Sultan Deli yang diba-

ngun 1888 ini bukan saja usianya yang

tua, tapi juga memiliki desain interior

yang indah dengan memadukan buda-

ya Melayu Islam, Spanyol, India, dan

Arab. Selain itu juga ada wisata kuliner

dengan cita rasa Nusantara yang terse-

bar di Kota Medan.

KOPAPDI kali ini akan selalu diingat

karena waktu pelaksanaanya yang unik,

serba dua belas. Panitia berencana akan

membuka kongres ini pada tanggal 12 di

bulan 12 tahun 2012 dan tepat pada pu-

kul 12 waktu setempat. “Tanggal ini ka-

rena kebetulan saja, tidak ada arti yang

aneh-aneh. Moment  ini unik, jadi kita

manfaatkan agar mudah dikenang, insya

Allah,” ujar Prof. Harun Alrasyid, berha-

rap. (HI) Website PB PAPDI: ww w.pbpapdi.org 

umum, temu ahli dan workshop, memu-

dahkan peserta untuk berinteraksi lebih jauh dengan para pembicara yang pakar

dibidangnya. “PIN diminati para dokter,

terutama internis. PIN X ini diperkirakan

lebih banyak pesertanya, karena berte-

patan dengan libur sekolah. Para dokter

dapat membawa keluarga sembari me-

nikmati tempat wisata di Kalimantan Ti-

mur. Panitia optimis dapat menyukses-

kan acara ini,” kata Ketua PAPDI cabang

Kalimantan Timur Dr. Carta Agrawanto

Gunawan, SpPD, K-PTI, FINASIM.

Dr. Carta menambahkan pada PIN di

Balikpapan nanti akan ada acara baru,

yaitu pelatihan Emergency In Internal 

Medicine (EIMED). Pelatihan EIMED dise-

lenggarakan selama tiga hari denganmembahas tema-tema kegawatdarurat-

an dalam Penyakit Dalam. Para peserta

akan dibekali ketrampilan menangani pa-

sien emergensi baik di hospital maupun

prehospital . Dengan begitu, diharapkan

internis mampu mengambil keputusanmedis yang terbaik di tengah keterbatas-

an fasilitas dan waktu yang ketat.

Di sampingup datepengetahuan, pa-

ra sejawat dapat menikmati tempat be-

lanja dan wisata alam Kota Modern Ba-

likpapan. Bagi yang ingin memiliki cin-

deramata berupa permata dan kerajinan

tangan khas Kalimantan Timur, dapat

mengunjungi Pasar Kebon Sayur. Se-

mentara budaya asli suku Dayak beser-

ta keseniaan khasnya dapat ditemui

wisata Budaya Pampang. Untuk menik-

mati keelokkan alam Tanah Borneo tem-

pat wisata seperti Pantai Melawai, Pan-

tai Manggar, Bukit Bangkirai (Canopy 

Bridge ), menjadi pilihan yang tepat.Penggemar kuliner tentunya tidak akan

melewatkan kelezatan kepiting, udang

galah, ikan patin yang banyak dijumpai

di Balikpapan. Selain itu, Pulau Dera-

wan, Kakaban, Sangalaki, dan Maratua

menawarkan keindahan wisata bawah

laut. Daerah wisata ini telah tersohor di

mancanegara surganya para penyelam

dengan keramahan habitat laut seperti

karang laut, ikan hias, penyu hijau, dan

ubur-ubur.

Kekayaan budaya Kalimantan Timur

serta keramahan wisata alam nan elok

akan memanjakan sejawat saat meng-

ikuti PIN. Besar harapan panitia, para

sejawat bersama keluarga dari seluruhIndonesia dapat hadir di PIN X. Kami

tunggu kedatangan sejawat di Kota

Balikpapan. (HI)

PIN X PB PAPDI, Balikpapan 28 Juni – 1 J uli 2012

Welcom e t o East Bo r n eo in Ce leb ra t i n g A Decad e o f PIN PAPDI 

KOPAPDI XV, Medan 12 – 15 Desember 2012

Selamat Datang di Kota Medan,Selamat Berkongres

Hotel Grand Senyiur, Balikpapan, tempat bakal berlangsungnya acara PIN X PAPDI.

Ketua PAPDI Cabang Kalimantan Timur Dr. CartaAgrawanto Gunawan, SpPD, K-PTI, FINASIM.

Danau Toba.

Ketua PAPDI Cabang Sumatera Uta ra Prof. DR. Dr.

Harun Alrasyid, SpPD, SpGK, FINASIM.

Page 18: Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 18/20

18 KABAR CABANG

Penyakit jantung ta k

be rdiri send iri,

melainkan diikuti

penyakit lain ya ng

mend a sari . Oleh kare-

na i tu , penangana n

pa sien ja ntung mesti

bersifat komprehensif.

I

lmu kedokteran terkait diagnosa dan

tatalaksana suatu penyakit sangat di-namis. Dari waktu ke waktu menga-

lami perkembangan. Tak heran, profes-

sional kedokteran terus meng update  il-

munya dengan berbagai cara, termasuk

mengikuti seminar dan workshop . Per-

himpunan Dokter Spesialis Penyakit Da-

lam (PAPDI) Cabang Semarang bersama

SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Undip-

RSUP Dr. Kariadi Semarang menyeleng-

garakan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT)

XV, di Patra Semarang Convention Hotel,

7-9 Oktober 2011 lalu.Pada PIT kali ini mengusung tema

“Hearts and Systemic Disease: A Com-

prehensive Approach”. Ketua Panitia

PIT XV, Dr. Arwedi Arwanto, SpPD,K-GH

mengatakan penyakit jantung dan pe-

nyakit sistemik masih menjadi masa-

lah kesehatan di banyak negara terma-

suk Indonesia. Prevalensinya kian me-

ningkat setiap tahun. Penyakit jantung

tak berdiri sendiri, melainkan diikuti pe-

nyakit sistemik lain. Oleh karena itu,

penanganan pasien jantung mesti ber-sifat komprehensif. “Pendekatan yang

komprehensif dalam hal preventif dan

kuratif mempunyai harapan yang cukup

baik dalam penanganan pasien-pasien

penyakit dalam, khususnya pasien jan-

tung,” kata Dr. Arwedi.

Untuk itu, PAPDI berupaya menjaga

kompetensi ilmu penyakit dalam para

dokter, terutama para anggotanya. Me-

nurut Ketua PAPDI Cabang Semarang

periode 2009-2012, Dr. Tony Suharto-

no, SpPD, K-EMD, FINASIM acara ilmi-

ah tahunan PAPDI Cabang Semarang

ini menjadi sarana bagi dokter, baik in-

ternis, dokter umum dan spesialis lain

untuk melakukan penyegaran dan me-

nambah pengetahuan seputar ilmu pe-

nyakit dalam. ”Kegiatan ilmiah ini di-

maksudkan untuk penyegaran bagi pa-

ra dokter agar dapat memberikan pe-layanan kesehatan kepada masyarakat

lebih professional,” katanya.

PIT XV lebih menarik perhatian pe-

serta karena menghadirkan para pem-

bicara dari berbagai pusat pendidikan

Kedokteran di Indonesia dan beberapa

pembicara asing. Mereka memaparkan

berbagai perkembangan penyakit jan-

tung dan penyakit sistemik. Event  ini

terdiri dari delapan topik workshop 

yang diadakan pada hari pertama, 7

Oktober, kemudian dilanjutkan 12 topik

symposium. Lebih dari 500 peserta

antusias mengikuti acara yang berlang-

sung selama tiga hari itu. ”Para peser-

ta diberi asupan kasus-kasus jantungagar dapat menangani pasien-pasien

 jantung lebih baik lagi,” ujarnya.

Di samping acara ilmiah, pada ke-

sempatan itu juga diadakan malam ha-

lal bil halal dan rapat PAPDI Cabang Se-

marang beserta anggotanya. Sessi ini

bersifat internal untuk konsolidasi ang-

gota dan mempererat silaturahmi para

internis lulusan FK Undip yang hadir

dari berbagai daerah. (HI)

Halo Internis   Edisi 20   Maret 2012

PAPDI Cabang SemarangPIT XV 2011:Hear t s an d Sy st em ic Di sease,A Com p rehen si ve A pp roach 

Ketua PAPDI Cabang Semarang Dr. Tony Suharto no, SpPD, K-EMD, FINASIM membuka PIT XV 2011 .

Ibadah haji membutuhkan kesehatan

 jasmani dan fisik nan prima. Pasal-

nya, kondisi geografis yang sangat

berbeda dengan Indonesia memaksa

tubuh dapat beradaptasi dengan iklim

disana. Ditambah, jutaan umat dari se-

luruh penjuru dunia berkumpul di satu

tempat melakukan bersama-sama ri-

tual haji. “Ini menjadi beban stress fi-

sik dan metabolik karena suhu di

Makkah pada saat ibadah haji musim

panas diperkirakan berkisar 500 C ser-

ta risiko tertular penyakit infeksi menu-

lar misal meningitis serta ISPA,” ung-

kap Dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana,

SpPD, FINASIM, Humas PB PAPDI.

Untuk mengurangi angka kesakitan

selama haji, jemaah haji hendaknya

mempersiapkan kesehatan sebaik-

baiknya dan membekali diri dengan be-

berapa informasi kesehatan. Guna

membantu masyarakat terutama je-

maah haji, PB PAPDI menyelenggara-

kan PAPDI Forum dengan tema “Sehat

Fisik Dan Jasmani Selama Ibadah Haji”

di Aula FKUI, 13 September 2011. Se-

minar untuk awam ini, menghadirkan

pembicara yang pakar dibidangnya,

yaitu DR. Dr. Hj. Iris Rengganis, SpPD,

K-AI, FINASIM, DR. Dr. Hj. Dwiana Ocvi-

yanti SpOG, Dr. Hj. Nina Kemalasari,

SpPD, K-Ger, FINASIM, Drs. H.A. Kar-

tono Direktur Pembinaan Haji dan Um-

rah Kementerian Agama RI, dan Mah-

dalena Lubisdari Prodia.

Dr. Agasjtya mengatakan melalui

PAPDI Forum ini diharapkan kiat sehat

seama ibadah haji ini dapat berguna

bagi jemaah yang akan menjalankan

haji sehingga angka kesakitan dan ke-

matian dapat dikurangi secara bermak-

na dan kembali ke Indonesia dengan

kondisi sehat dan mabrur.

(HI)

Sehat Fisik dan JasmaniSelama Ibadah Haji

KABAR PAPD I JADWAL KEGIATAN ILM U PENYAKIT DALAMTAHUN 2012

No Tanggal Nama Kegiatan Tempat Sekretariat / Pendaftaran

1 10-18 Maret KPPIK Hotel Grand Sahid J aya, CME FKUI, J l. Salemba Raya No. 6 J akarta Telp.: 021-3106737, CP: Ela

2 9-11 Maret Pertemuan Ilmiah Tahunan Hotel Pulman, PDUIDokter Umum ke 3 J akarta Telp.: 081382916195, CP : Ade

3 10-11 Maret Temu Ilmiah Psikosomatik Hotel Grand Sahid J aya, Divisi Psikosomatik(TIPS) 2012 J akarta Dept. Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM

 Telp.: 021-31930956/ 90616075Fax : 021-3142108 CP: Murti

4 24 Maret TB Day GD A Lt. 8 Divisi PulmonologiDept Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Telp.: 021-3149704 Fax : 021-31902461CP: Indah, Dr. Ibnu, Samsul, Supri

5 30-31 Maret Post Satellite Meeting Sanur Paradise Plaza Hotel Ikatan Keseminatanon Atherosclerosis & XI Holistic Bali Kardioserebrovaskular IndonesiaApproach in Cardiovascular Divisi Kardiologi FKUI/RSCMDisease Symposium d/a Dept. Ilmu Penyakit Dalam

 Telp.: 021-31934636 Fax : 021-3161467CP : Ella / Mumun

6 6-8 April Kursus Penyegar Ilmu Penyakit Departemen Ilmu Penyakit PKB IPD/ CME

Dalam untuk Dokter Primer Dalam FKUI/RSCM d/a Dept. IPD FKUI/RSCM Telp.: 021-31930956 / 3142108Fax : 021-3142108 CP : Nadya

7 19-22 April Temu Ilmiah Reumatologi (TIR) 19 April (RKPD ) Divisi Reumatologi20-22 April (Hotel Borobudur) d/a Dept. IPD FKUI/RSCM

 Telp.: 021-31930166 Fax : 021-31936736CP : Siti Mahfudzoh / Acep Yulianto

8 27-29 April 13th Jakarta Antimicrobial Hotel Grand Sahid J aya, Divisi Tropik InfeksiUpdate (J ADE)  J akarta d/a Dept. IPD FKUI/RSCM

 Telp.: 021 - 3908157/ 3925491/3920185 Fax: 021 - 319 1873

CP : Leni /Rita

9 5-6 Mei Simposium Jakarta Hotel Nikko, Jakarta Divisi Metabolik EndokrinologiEndocrinology Meeting (J EM) d/a Dept. IPD FKUI/RSCM

 Telp.: 021- 3907703 Fax : 021- 3103729CP : Ola & Anna

10 10-13 Mei J akarta Nephrology Hypertensi J akarta Sekt. PERNEFRI/Div. Ginjal HipertensiCare (J NHC) d/a Dept. IPD FKUI/RSCM

 Telp.: 021-3141203/3149208CP : Rusmini

11 26-27 Mei Simposium Jakarta Allergy and Jakarta Divisi Alergi Imunologi KlinikClinical Immunologi Network d/a Dept. IPD FKUI/RSCM

(J ACIN) Telp.: 021- 31902822/3141160Fax : 021- 3904546 CP : Enah

12 2-3 J uni Temu Ilmiah Geriatri IX (TIG) Hotel Grand Sahid J aya, Divisi Geriatri J akarta d/a Dept. IPD FKUI/RSCM

 Telp.: 021-31900275 Fax : 021-3146633CP : Cici / Indah

13 14 - 16 Juni Kongres Nasional PETRI XVI II Banda Aceh Divisi Tropik Infeksid/a Dept. IPD RS. Dr. Zainoel AbidinFK. Universitas Syiah Kuala Telp.: 0651-638290 Fax : 0651-26090CP : Ferdyan Fuad, Ahmad Oktahar

14 28 J uni - 1 J uli PIN PAPDI Balikpapan Kaltim PB PAPDI Ged. ICB Bumiputera lt. dasar Telp.: 021- 2300818Fax : 021- 2300858/2300755CP : Bp. Muchtar/Yunita

Pembicara PAPDI Forum Haji Direkt ur Pembinaan Haji dan Umroh Kementerian Agama Drs. H.A. Kart ono,DR.Dr.Iris Rengganis, SpPD, K-AI, FINASIM, DR.Dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG, Dr. Nina Kemalasari, SpPD, K-Ger

dengan moderator Dr. Alvin Harahap, SpPD

   D   O   K .

   H   I

Page 19: Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 19/20

19

Oleh: DR. Dr. Czeresna Heriawan Soejono,

SpPD, K-Ger, FINASIM, MEpid, FACPDirektur Pelayanan Medik RSCM 

Dunia kedokteran Indonesia berduka. Di penghu- jung 2011, salah satu tokoh pendidikan kedok-teran dan perintis geriatri telah kembali ke Sang

Khalik pada 27 Desember 2011 lalu. Ia meninggaldunia di usia 81 tahun karena sakit yang dirasakanbeberapa tahun ini.

Ia adalah Prof. Dr. Supartondo, SpPD, K-EMD, K-Ger, FINASIM, salah satu arsitek kurikulum pendidik-an kedokteran Indonesia. Pria kelahiran Purwakarta,7 Mei 1930 silam ini telah memberi kontribusi yangbesar dalam pendidikan kedokteran di negeri ini.

Pandangannya, pendidikan kedokteran mesti me-ngedepankan pendekatan holistik dengan menanam-kan nilai-nilai kemanusiaan. Prof. Supartondo amatrisau jika pasien mendapat pelayanan terkotak-kotak.Bahkan ia berani menentang pendekatan pelayanankesehatan berdasarkan organ-organ tubuh, apalagi jika hal tersebut terjadi pada pasien usia lanjut.

Perintis Geriatri NasionalPemikirannya menjangkau jauh ke depan, ia mene-

rapkan pendekatan bio-psiko-sosio-spiritual pada pa-sien geriatri. Sungguh paripurna. Pendekatan ini ber-hasil ia terapkan pada layanan terpadu geriatri diRSCM. Kemudian model layanan ini diaplikasikan pa-da pelayanan kesehatan pasien usia lanjut di Indo-nesia. Bahkan ia mengatakan pendekatan paripurnaini seyogyanya terhadap semua pasien.

Atas prakarsanya, pada Agustus 1996lahirlah Divisi Geriatri Ilmu Penyakit Dalam

“ RSimadibrata, Praktik internis”. Papan nama ituberdiri tegak di depan rumah, Jalan Sumatera

40, Jakarta Pusat. Di sana pemilik nama itumenghabiskan waktu tuanya melakukan praktik pe-nyakit dalam. Di salah satu sisi rumah yang beruku-ran sedang Dr. Rd. Rudolf Simadibrata Kolopaking,SpPD, K-GEH menerima pasien yang kebanyakan lan-sia. Akan tetapi, plang nama itu kini sudah tidak ber-tuan. Si pemilik nama telah berpulang ke haribaanSang Kuasa pada 20 Oktober 2011 di rumah sakitAbdi Waluyo, Jakarta Pusat. ”Bapak meninggal di ru-mah sakit pukul setengah lima sore,” ujar istri almar-hum Joyce Bhiyana Simadibrata dalam suasana ber-duka ketika ditemui HI di kediamannya.

Dr. Rd. Rudolf Simadibrata Kolopaking wafat diusia 86 tahun dengan tenang. Ia satu dari sekian to-koh pendidikan kedokteran di Indonesia. Ilmu gastro-enterologi yang diperoleh ketika fellow di Canada dibawa dan dikembangkan pertama kali di RSCM/ -FKUI. Namanya akan selalu dikenang sebagai pendiri

dan pelopor gastroenterologi di Indonesia. ”Beliaupertama kali membuka divisi gastro di penyakit da-lam, dan beberapa periode menjadi ketua Perhimpun-an Gastroenterologi Indonesia,” ujar staf Divisi Gas-troenterologi dan Hepatologi Departemen Ilmu Pe-nyakit Dalam RSCM/ FKUI Dr. Rd. Marcellus Simadi-brata Kolopaking, SpPD, K-GEH, PhD, FINASIM,FACG, FASGE, yang juga putra almarhum.

Kini, pendiri Gastroenterologi Indonesia itu telahtiada. Duka teramat sangat dirasakan keluarga. Saat-

saat ajal menjemput, keluarga sedang me-lakukan sembayang bersama yang dipimpin

oleh seorang pastor di kamar perawatan.“Setelah menjenguk bapak, pastor me-

ngajak kita berdoa bersama. Tapi tiba-tiba jantungnya berhenti dan dinya-takan meninggal,” kenang Joyce, 77tahun, dengan mata berkaca-kaca.

Memang Dr. Simadibrata telahsetahun terakhir sering keluarmasuk rumah sakit. Pada awal-nya, ia merasa tidak enak badandan minta dibawa ke rumah sakitAbdi Waluyo. Ketika itu, ia dirawatselama enam hari karena stroke.Kemudian, kondisi fisiknya punkian menurun hingga terkena infeksipneumonia dan akhirnya sepsis. ”Pe-nyakit papi dasarnya stroke kemudianinfeksi pneumonia akhirnya sepsis,” ujarDr. Marcel perihal sakit ayahnya.

Berdedikasi TinggiBagi Dr. Rd. Marcel, dan juga Dr. Rr. Christina Lani

Simadibrata Kolopaking dan Dr. Rd. Paulus Simadi-brata Kolopaking, SpPD kepergian ayah meninggalkankesedihan yang mendalam. Sosok ayah adalah inspi-rator dalam mengarungi hidup. Sifatnya yang pekerjakeras dan sangat disiplin dengan waktu menjaditeladan bagi mereka. Tak heran, ketiga anaknyamengikuti jejaknya menjadi dokter. Padahal, diakui Dr.Marcel, ayah tidak pernah memaksa anak-anaknyauntuk menjadi dokter. Ia memberi kebebasan memilih

untuk menjadi sarjana apa saja, asal dapatbermanfaat bagi masyarakat.“ Bagi kami,ayah itu selain sebagai orang tua, ia jugaguru dan temen. Ia temen yang dapat diskusi,memberi nasihat dan bimbingan. Kami tidak per-nah disuruh menjadi dokter. Boleh menentukanpilihan, yang penting berguna bagi masyarakat,”

ujar Dr. Marcel mengenang nasihat ayahnya.Berkat kerja keras dan disiplin, dokteryang gemar tennis ini dapat meraih

sukses di dunia kedokteran. Pada-

hal, dokter yang tergabung dalampaduan suara Hegasindo ini la-hir dari keluarga yang kurangmampu. Simadibrata muda hi-dup berpindah-pindah mengi-kuti pamannya, Dr. Sim KiAy, dokter keraton Yogyakar-ta. “Sebenarnya ayah masihada hubungan keluarga (ketu-runan) dengan Senopati Ma-taram, Raden Kolopaking. Ka-

rena dulu Keraton Kolopakingdihancurkan Belanda, jadi jatuh

miskin. Keluarga Simadibrata di Yo-gyakarta miskin. Ketika di Jakarta, ia

tidur diemperan sampai akhirnya diteri-ma di FKUI,” kata Dr. Marcel mengenang ceri-

ta ayahnya.Di tengah-tengah kesibukannya ia selalu punyawaktu untuk keluarga. Dedikasinya tinggi baik padapekerjaan maupun keluarga. Joyce menambahkan,ia sudah saling kenal sejak usia 12 tahun. Seiringwaktu, pada 1955 Simadibrata meminang Joyce.Dalam mengarungi bahtera keluarga, Simadibrata,diakui Joyce, cukup perhatian. Simadibrata selalumengajak Joyce bila ada konferensi di luar negeri.“Kami selau bersama-sama bila ke luar negeri. Tapikenapa sekarang ia pergi meninggalkan saya,”ujar Joyce dengan nada sedih. (HI)

RSCM/ FKUI hingga besar seper-ti sekarang. Pada 1998 MenteriKesehatan RI menganugerahkanpenghargaan sebagai PerintisGeriatri Nasional.

Pelayanan YangBerkesinambungan

Ia sangat akrab dengan pasien.Bahkan ia memahami apa yang dirasakanpasien. Pola laku pasien menjadi bahan renun-gan yang akhirnya menjadi suatu pemikiran yang dis-ampaikan dalam bentuk perkuliahan. Salah satu yang

menjadi perhatiannya dalam melayani pasien adalahpelayanan yang berkesinambungan. Sejak di rumahsakit dan akhirnya rawat jalan, pasien harus mendap-atkan pengelolaan yang lengkap. Ruang pelayanantidak terbatas di rumah sakit dan poliklinik, kunjunganke rumah pasien menjadi salah satu materi kuliahyang diajarkan pada mahasiswa. Ia mengatakan pen-didikan kedokteran harus bisa menghasilkan lulusanyang melayani.

Di mata teman-temannya, ia adalah sosok konsis-ten, satu kata dan perbuatan dan bertanggung jawab.Lulus tingkat pertama, ia dipercaya sebagai asistenProf. Kostermans, Guru Besar dalam bidang kimiauntuk membantu para mahasiswa FKUI dalam prak-tikum kimia. Dan ia pun sangat aktif di Senat Maha-siswa; pernah menjadi Wakil Ketua Senat MahasiswaFKUI.

Lulus menjadi dokter pada 1959, ia melanjutkan

pendidikan spesialis penyakit dalam. Pada 1964 iamenyandang gelar internis. Selanjutnya, pada 1970

ia menjadi Kepala Subbagian MetabolikEndokrin. Di bidang Endokrinologi, Prof.Supartondo banyak memainkan peran. Ia adalah

klinikus, guru dan organisatoris di dalamdan luar negeri. Denyut awal organisasi

diabetes dan endokrinologi diIndonesia, tak bisa lepas dari per-

annya.

Nilai kearifan dan keadilanyang kuat sudah tertanam se- jak kecil. Supartondo kecilhidup berpindah-pindah bersa-ma keluarga. Ketika Ayahnyaditugaskan ke Tasikmalaya, iaterpaksa dipindahkan ke Yog-yakarta untuk mendalami danmenekuni budaya leluhur. Ia

pun sudah mulai belajar untukmandiri, percaya diri dan bertang-

gungjawab meskipun jauh dari ke-luarga. Lulus dari AMS tahun 1950,

kemudian melanjutkan pendidikan keFakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Prof. Supartondo dikenal sebagai pendidik yangberorientasi pada masyarakat kecil. Ia mengingat-kan perlunya perhatian terhadap penerapan etik

kedokteran. Dari waktu ke waktu beliau berusahasecara konsisten menjadi pemerhati etik kedok-teran, dengan mengumpulkan berbagai macampemberitaan di surat kabar, terutama yang ber-kaitan dengan etik dan empati terhadap pasienkurang mampu.

Keberpihakannya kepada masyarakat yangkurang berdaya serta jiwa ingin menolong mengin-spirasi Direksi RSCM. Saat ini, sifat tersebut men- jadi nilai inti RSCM dalam transformasi budaya yangtengah berlangsung.

Untuk itu, pimpinan dan segenap warga RSCMmenyampaikan belasungkawa yang mendalam. Se-moga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Nilai-nilai yang engkau jaga selama ini, baikyang tertulis dalam tulisan maupun tertulis dalamperbuatan akan terus menemani perjalanan sejarahilmu kedokteran di negeri ini.

Selamat jalan Bapak pendidik kami. (HI)

Halo Internis   Edisi 19   M aret 2012OBITUARI

Prof. Dr. Supartondo, SpPD, K-EMD, K-Ger, FINASIM

Perintis Geriatri Nasionaldan Tokoh Pendidikan

Kedokteran Indonesia

Dr. Rd. Rudolf Simadibrata Kolopaking, SpPD, K-GEHPendiri dan PeloporGastroenterologi Indonesia

Page 20: Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 20/20

20 ALBUM PAPDI

◆Ketua Umum PB PAPDI, DR.Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP

melantik pengurus PAPDI Cabang Kalimantan Barat periode 2011-2012, di

Hotel Kapuas, pada 26 November 2011 lalu. Prosesi pelantikan berlangsung khid-

mat yang ditandai dengan penyematan PIN oleh Ketua Umum PB PAPDI kepada

Ketua PAPDI Cab. Kalimantan Barat Dr. B.A. Marbun, SpPD, FINASIM, Sekretaris Dr,

 Yustar Mulyadi, SpPD, FINASIM dan dilanjutkan keseluruh anggota PAPDI Cab.

Kalimantan Barat. Pelantikan ini disaksikan perwakilan IDI Wilayah Kalimantan

Barat.

◆Di akhir prosesi

p e l a n t i k a n

PAPDI Cabang Kali-

mantan Barat, para

pengurus berkesem-

patan foto bersama.

 Tampak Ketua Umum

PB PAPDI DR, Dr. Aru

W. Sudoyo, SpPD, K-

HOM, FINASIM, FACP

beserta Sekretaris

 Jenderal Dr. Chairul Rajab Nasution, SpPD, K-GEH, FINASIM, MKes, FACP, Wakil

Sekretaris J enderal Dr. Sally A.Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, Ketua PAPDI Cab.

◆Ketua Umum PB PAPDI, DR. Dr. Aru

W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM,

FACP melantik pengurus PAPDI Cabang

 Yogyakarta periode 2011-2012, di Hotel

Melia Purosani, pada 22 Oktober 2011

lalu. Pada prosesi pelantikan tampak Ke-

tua Umum PB PAPDI dan Ketua PAPDI Ca-

bang Yogyakarta Dr. Ibnu Purwanto,

SpPD, K-HOM, FINASIM saling menanda-

tangani berita acara pelantikan yang di-

saksikan oleh perwakilan IDI Wilayah

 Yogyakarta dan seluruh pengurus PAPDI Cabang Yogyakarta.

◆Foto bersama pengurus antara pengurus PB PAPDI dan PAPDI Cabang Yogyakar-

ta. Tampak Ketua Umum PB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM,

FINASIM, FACP beserta Sekretaris J enderal Dr. Chairul Rajab Nasution, SpPD, K-GEH,

FINASIM, MKes, FACP, Wakil Sekretaris Jenderal Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV,

FINASIM, Ketua PAPDI Cabang Yogyakarta Dr. Ibnu Purwanto, SpPD, K-HOM, FINASIM,

◆PB PAPDI menye-

l e n g g a r a k a n

“Scientific Meeting on

 Thrombolytic Agent”

pada, 17 Desember

2011 di Hotel Borobu-dur, J akarta Pusat.

Acara ini terselenggara

atas kerjasama antara

Perhimpunan Dokter

Spesialis Penyakit Da-

lam Indonesia (PAPDI),

Perhimpunan Hematologi-Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPE-

DIN), Ikatan Keseminatan Kardioserebrovaskular Indonesia (IKKI) dan PT Dexa Me-

dica. Ketua Umum PB PAPDI, DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP

pada pembukaan acara tersebut mengatakan acara ini memiliki nilai historis kare-

na baru pertama kalinya ada acara khusus yang diselenggarakan oleh dua sub-spe-

sialis penyakit dalam dengan mengambil suatu masalah bersama. Diharapkan hal

ini bisa ditindaklanjuti.

◆Acara ini melibatkan pembicara dari masing-masing organisasi profesi terse-

but. Pada sesi pertama menghadirkan pembicara, yaitu, DR. Dr. Lugyanti

Sukrisman, SpPD, K-HOM, FINASIM, Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM

dan DR. Raymond R. Tjandrawinata, MS, MBA, FCB, Ph.D. Sessi ini bertambah

menarik dengan dipandu DR. Dr. Djumhana Atmakusuma, Sp.PD, K-HOM dan Dr.Ika Prasetya W, SpPD, K-KV, FINASIM. Presentasi selanjutnya menyajikan beberapa

kasus penyakit yang disajikan oleh Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD dan Dr. Rachmat

Hamonangan, SpPD. Diskusi ini lebih hidup dengan dua moderator, Prof. DR. Dr. A.

Harryanto Reksodiputro, SpPD, K-HOM, FINASIM dan Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD,

K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FASPIC.

Halo Internis   Edisi 20   Maret 2012

◆PB PAPDI menerima kunjungan dari Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia (PP PDPI) pada 17 Januari 2012 di Kantor PB PAPDI Gedung ICB

Bumiputera, Cikini J akarta. Kunjungan ini dalam rangka silaturahmi dari pengurus

baru PP PDPI periode 2011-2014. Hadir dalam pertemuan itu dari PB PAPDI adalah

Ketua Umum PB PAPDI, DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP, Wakil

Sekretaris J enderal Dr. Sally A. Nasution, SpPD,K-KV, FINASIM, Ketua Bidang

Organisasi Dr. Tunggul D. Situmorang, SpPD, K-GH, FINASIM, Dr. Anna Uyainah

Nazir, SpPD,K-P, Mars dan Dr. Ceva W. Pitoyo, SpPD, K-P, FINASIM, KIC perwakilan

dari PERPARI. Sedangkan dari PP PDPI Ketua Umum PP PDPI Dr. Arifin Nawas,SpP(K), Mars, Bendahara Umum Dr. Temmasonge R. Pakki, SpP(K), Ketua Bidang

Profesi Dr. Budhi Antariksa, SpP (K), dan Dr. Erlina B, SpP(K) sebagai Ketua Bidang

International PP PDPI.

◆Ketua Umum PB PAPDI, DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP,

menerima cindera mata dari Ketua Umum PP PDPI Dr. Arifin Nawas, SpP(K),

Mars.

PB PAPDI PB PAPDI

Pelantikan PAPDI Cabang Kalimantan Barat Pelantikan PAPDI Cabang Yogyakarta

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

   D   O   K .

   P   A

   P   D   I

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

   D   O   K .

   P   A   P   D   I