Upload
anie
View
229
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
j
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Kehamilan
a. Pengertian kehamilan
Kehamilan adalah masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya
janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan
7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifuddin, 2002).
Kehamilan adalah proses mulai dari ovulasi sampai partus,
lamanya 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu)
(Winkjosastro, 2005).
b. Fisiologi Kehamilan
Fisiologi berhubungan dengan fertilasi yang mempunyai arti
pembuahan yang terjadi umumnya di ampula tuba. Proses pembuahan
dimana ovum dibuahi dalam 12 jam setelah ovulasi atau bila tidak akan
segera mati dalam 24 jam. Dalam saluran reproduksi wanita,
spermatozoa mengalami kapasitasi sebelum membuahi ovum kemudian
dilepaskan enzim Corona Penetrating Enzyme (CPE) unutk mencerna
korona radiate dan hialuronidase unutk mencerna zona
(Saifuddin, 2002).
c. Klasifikasi kehamilan
Menurut Manuaba (2007), klasifikasi kehamilan meliputi :
1) Kehamilan trimester 1 : 0 sampai 14 minggu
2) Kehamilan trimester II : 14 sampai 28 minggu
3) Kehamilan trimester III : 28 sampai 40 minggu
9
10
d. Proses kehamilan
Menurut Wiknjosastro (2006), proses kehamilan merupakan mata
rantai yang berkesinambungan yang terdiri atas :
1) Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem
hormon yang kompleks.
2) Terjadinya migrasi spermatozoa dan ovum dengan gerak aktif tuba
yang memiliki fibriae, maka ovum diangkap dan menuju uterus,
sedangkan spermatozoa masuk kedalam alat genetalia menuju tuba
fallopi.
3) Konsepsi dan pertumbuhan zigot adalah pertemuan inti ovum
dengan inti spermatozoa.
4) Nidasi (implantasi) pada uterus adalah proses penempelan hasil
konsepsi di dalam endometrium.
5) Pembentukan plasenta.
6) Tumbuh kembang hasil konsepsi hingga aterm.
e. Tanda-tanda Kehamilan
1) Tanda-tanda kemungkinan hamil
Tanda-tanda kemungkinan hamil menurut Wiknjosastro (2007),
adalah :
a) Amenorhoe, (tidak dapat haid) gejala ini penting karena wanita
hamil tidak dapat haid lagi.
b) Nause (enek) dan emesis (Mual), enek terjadi umumnya pada
bulan-bulan pertama kehamilan disertai kadang-kadang oleh
emesis sering terjadi di pagi hari.
c) Sering buang air kecil.
11
d) Rasa tergelitik, nyeri tekan, pembengkakan pada payudara.
e) Perubahan warna pada jaringan vagina dan servik.
f) Areola berwarna lebih gelap dan kelenjar-kelenjar di sekitar
puting menjadi menonjol.
g) Mengidam, sering terjadi pada bulan pertama tetapi menghilang
dengan makin tuanya kehamilan.
h) Pembesaran rahim dan perut.
i) Kontraksi sebentar-sebentar terasa nyeri.
2) Tanda-tanda tidak pasti kehamilan
Menurut Wiknjosastro (2007), tanda-tanda pasti hamil, yaitu :
a) Rahim membesar sesuai dengan tuanya kehamilan.
b) Tanda hegar, perlunaan pada daerah segmen bawah uterus.
c) Tanda chadwick, vagina livid, terjadi kira-kira minggu ke-6
d) Tanda piscaseck, uterus membesar kesalah satu jurusan.
e) Tanda Braxton hicks, uterus berkontraksi bila dirangsang. Tanda
ini khas untuk uterus pada kehamilan.
f) Suhu basal, meningkat terus antara 37,20 – 37,80 C
g) Tes kehamilan, yang banyak dipakai adalah pemeriksaan
hormone korionik gonadotropin (HCG dalam urin)
3) Tanda-tanda pasti kehamilan
Tanda-tanda pasti hamil menurut Wiknjosastro (2006), yaitu :
a) Gambaran janin atau kantong gestasi pada ultrasonografi.
b) Detak jantung janin didengarkan menggunakan stetoskop leenex
dan dilihat melalui gambaran USG.
c) Gerakan janin terasa melalui dinding perut.
12
f. Komplikasi kehamilan
Menurut Wiknjosastro (2007), komplikasi yang mungkin terjadi pada
ibu hamil adalah
1) Keguguran (aborsi spontan) dan kelahiran mati. Keguguran adalah
kehilangan janin karena penyebab alami sebelum usia kehamilan
mencapai 20 minggu, sedangkan kelahiran mati (stillbirth)
kehilangan janin karena penyebab alami pada usia kehamilan
mencapai lebih dari 20 minggu.
2) Kehamilan ektopik (kehamilan diluar kandungan) kehamilan di mana
janin berkembang diluar rahim yaitu di dalam tuba falopi (saluran
telur), kanalis servikalis (saluran leher rahim) dan rongga panggul
maupun rongga perut.
3) Anemia, keadaan di mana jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pengangkut O2) kurang dari normal. Selama
hamil volume darah bertambah sehingga penurunan konsentrasi sel
darah merah dan hemoglobin yang sifatnya mencegah adalah
normal.
4) Abrupsio plasenta dan plasenta previa. Abrupsio plasenta adalah
pelepasan plasenta yang berada dalam posisi normal pada dinding
rahim sebelum waktunya yang terjadi pada saat kehamilan.
Sedangkan plasenta previa di mana plasenta yang tertanam di atas
atau di dekat servik (leher rahim) pada rahim bagian bawah. Di
dalam rahim plasenta bisa menutupi lubang serviks secara
keseluruhan atau sebagian. Plasenta previa biasanya terjadi pada
wanita yang telah hamil lebih dari satu kali atau wanita yang
memiliki kelainan rahim misalnya fibroid.
13
5) Hiperemesis gravidarium salah satu komplikasi kehamilan di mana
mual dan muntah yang berlebihan selama masa hamil yang dapat
menyebabkan dehidrasi dan kelaparan.
6) Pre-eklamsi merupakan tekanan darah tinggi yang disertai dengan
proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan
cairan) yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu
pertama setelah persalinan.
2. Hiperemesis gravidarum
a. Pengertian
Menurut Manuaba (2008), hiperemesis gravidarum adalah mual
atau muntah yang berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktifitas
sehari hari dan bahkan dapat membahayakan hidup ibu hamil.
Hiperemesis gravidarum adalah gejala klinis yang memerlukan
perawatan, seperti muntah yang berlebihan yang dapat menyebabkan
terjadinya dehidrasi dan berat badan menurun.
Menurut Wiknjosastro (2005), hiperemesis gravidarum adalah
perasaan mual dan muntah yang disebabkan karena meningkatnya kadar
hormon estrogen dan HCG, sering terjadi pada kehamilan trimester I.
b. Etiologi Hiperemesis gravidarum
Penyebab hiperemesis gravidarium belum diketahui secara pasti.
Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan
saraf disebabkan kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi.
14
Menurut Manuaba (2008), faktor-faktor penyebab hiperemesis
gravidarium yang ditemukan, antara lain :
1) Faktor predisposisi, sering terjadi pada primigravida, mola
hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar
HCG. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan
ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor horman memegang
peranan karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik
gonadrotopin dibentuk berlebihan.
2) Faktor organik, masuknya vili khorialis dalam siklus maternal dan
perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari
pihak ibu.
3) Faktor alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan
4) Faktor psikologis, faktor ini memegang peran penting pada
hiperemesis gravidarium walaupun hubungannya dengan terjadinya
hiperemesis gravidarium belum diketahui secara pasti. Sebagai
contoh rumah tangga yang rusak, kehilangan pekerjaan, takut
terhadap kehamilan dan persalinaan takut terhadap tanggung jawab
sebagi ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap
keengganan menjadi hamil atau sebagai sebagai pelarian karena
kesuksesan hidup.
15
c. Patofisiologi Hiperemesis gravidarum
Patofisologi hiperemesis gravidarum menurut Manuaba (2008),
diawali dengan mual muntah yang berlebihan sehingga dapat
menimbulkan dehidrasi, tekanan darah turun dan diuresis menurun. Hal
ini menimbulkan perfusi ke jaringan, menutup untuk memberikan
nutrisi dan mengkonsumsi O2. Oleh karena itu dapat terjadi perubahan
metabolisme menuju ke arah anaerobik yang menimbulkan benda keton
dan asam laktat. Muntah yang berlebih dapat menimbulkan perubahan
elektrolit sehingga pH darah menjadi lebih tinggi. Dampak dari semua
itu masalah tersebut menimbulkan gangguan fungsi alat vital sebagai
berikut :
1) Hepar
a) Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 menurun.
b) Gangguan fungsi sel liver dan terjadi ikterus.
c) Terjadi perdarahan pada parenkin liver sehingga menyebabkan
gangguan fungsi umum.
2) Ginjal
a) Dehidrasi penurunan diuresis sehngga sisa metabolisme
tertimbun.
b) Terjadi perdarahan dan nekrosis sel ginjal
c) Sistem saraf pusat, terjadi nekrosis dan perdarahan otak
diantaranya perdarahan ventrikel.
16
d. Gejala dan tingkat Hiperemesis Gravidarum,
Menurut Manuaba (2008), gejala Hiperemesis Gravidarum secara
klinis dapat dibagi menjadi 3 tingkat, meliputi :
1) Hiperemesis gravidarum grade I dengan gejala mual dan muntah
terus-menerus, dehidrasi, turgor kulit berkurang, lidah kering,
tekanan darah turun dan suhu naik, nyeri epigastrum.
2) Hiperemesis gravidarum grade II dengan gejala dehidrasi
bertambah, turgor kulit makin berkurang, lidah kering dan kotor,
mata cekung, tekanan darah turun dan nadi meningkat, mata ikterik,
urine berkurang, nafas berbau aseton.
3) Hiperemesis gravidarum grade III dengan gejala dehidrasi makin
berat, mual dan muntah berhenti, terjadi perdarahan dari esofagus,
lambung, dan retina, gangguan fungsi hati bertambah, ikterus
meningkat, gangguan kesadaran (somnolen sampai koma).
e. Diagnosis
Diagnosis Hiperemesis gravidarum biasanya tidak terlalu sukar
karena penyakit ini berkaitan dengan gestose (gestatid-hamil), yaitu
hanya terdapat pada ibu hamil (Manuaba, 2008).
Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan
kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin,
sehingga pengobatan perlu segera diberikan (Wiknjosastro, 2005).
f. Pencegahan Hiperemesis Gravidarum
Prinsip pencegahan menurut (Mansjoer, 2002), adalah dengan
memberikan informasi dan edukasi bahwa kehamilan dan persalinan
merupakan proses fisiologis. Juga tentang diet ibu hamil yaitu makan
17
sedikit-sedikit tapi sering, memberikan makanan selingan seperti
biskuit, roti kering dengan teh hangat saat bangun pagi dan sebelum
tidur, menghindari makanan yang berminyak dan berbau dan makanan
sebaiknya dalam keadaan panas atau sangat dingin. Defekasi hendaknya
diusahakan teratur.
g. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum
Bila pencegahan tidak berhasil, maka diperlukan pengobatan, yaitu :
1) Terapi obat menggunakan sedatif, yang sering di berikan adalah
Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan, adalah vitamin B1 dan B6.
Anti histamin juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin. Pada
keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti hidrokhloride atau
khlorpromasin.
2) Penanganan Hiperemesis Gravidarum yang lebih berat perlu
dikelola di rumah sakit.
3) Isolasi, penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah
dan peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk.
Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar
penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak
diberikan makan dan minum selama 24 jam. Kadang-kadang dengan
isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
4) Terapi Psikologik, perlu diyakinkan kepada penderita bahwa
penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena
kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan
konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
18
5) Cairan parenteral, berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit,
karbohidrat dan protein dengan glukose 5% dalam cairan garam
fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah
kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C
dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino
secara intravena.
6) Penghentian kehamilan, pada sebagian kecil kasus keadaan tidak
menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan
medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan,
takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi
komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan
untuk mengakhiri kehamilan (Winkjosastro, 2006).
h. Prognosis Hiperemesis Gravidarum
Dengan penanganan yang baik prognosis Hiperemesis
Gravidarum sangat memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi
diri, namun demikian pada tingkatan yang berat penyakit ini dapat
mengancam jiwa ibu dan janin (Winkjosastro, 2006).
3. Hiperemesis Gravidarum Grade II
a. Pengertian
1) Hiperemesis Gravidarum Grade II adalah mual dan muntah yang
sering kedapatan pada trimester I, gejala ini kurang lebih terjadi 6
minggu setelah hari pertama haid terakhir dan belangsung selama
kurang 10 minggu (Winkjosastro, 2005).
19
2) Hiperemesis Gravidarum Grade II adalah mual muntah berlebihan
sehingga mengakibatkan aktivitas sehari-hari menjadi terganggu dan
dapat membahayakan hidupnya (Manuaba, 2007).
b. Etiologi Hiperemesis Gravidarum Grade II
Menurut Hacker (2002), penyebab yang mendasari mual dan
muntah-muntah selama kehamilan tidak diketahui dengan baik. Ada
beberapa hipotesis diusulkan :
1) Peristiwa psikis. Pasien yang berada dalam stress kejiwaan akan
lebih mungkin untuk mengalami mual dan muntah-muntah.
2) Perubahan neuroendokrin, timbulnya mual dan muntah-muntah
diperkirakan sejajar dengan peningkatan korionik gonadotropin
serum.
3) Gangguan fungsi adrenal dan hipofisis, pasien dengan penyakit
addison atau insufisiensi adrenokotikal setelah adrenalektomi akan
mengeluh mual dan muntah-muntah. Pemberian hormon
adrenokortiko tropic (ACTH) pada pasien dengan hiperemesis
guavidarum sering menimbulkan respon terapeutik. Tetapi kedua
kelenjar berfungsi secara normal pada pasien hiperemesis.
4) Hipertiroksemia. Hipertirosemia terdapat pada sekitar 70% pasien
dengan hiperemesis gravidarum.
5) Ketidakseimbangan steroid seks. Defisiensi progesterone dan
kelebihan estrogen telah terlibat, meskipun tidak ada data yang
memperkuat pernyataan ini.
20
6) Obat-obat dan bahan kimia dapat mencetuskan mual dan muntah-
muntah melalui perubahannya dari khemo reseptor pada dasar
vertikel keempat, prostaglandin, obat glikosuda jantung diperkirakan
dapat bekerja melalui mekanisme semacam itu.
c. Tanda dan Gejala Hiperemesis Gravidarum Grade II
1) Dehidrasi bertambah, turgor kulit makin berkurang, lidah kering dan
kotor, mata cekung.
2) Berat badan turun.
3) Tekanan darah turun dan nadi meningkat.
4) Mata ikterik
5) Gejala hemokonsentrasi makin tampak, urine berkurang, terdapat
aseton dalam urine.
6) Terjadi gangguan buang air besar
7) Nafas berbau aseton.
d. Pencegahan Hiperemesis Gravidarum Grade II
Prinsip Pencegahan menurut Mansjoer (2001), adalah mengobati
emesis agar tidak terjadi hiperemesis, yaitu :
1) Penerapan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses
fisiologis.
2) Makan sedikit-sedikit tetapi sering, berikan makanan selingan
seperti, biscuit, roti kering dan teh hangat saat bangun tidur dan
sebelum tidur. Hindari makanan berminyak dan berbau, sebaiknya
dihidangkan dalam keadaan panas atau saat dingin.
21
e. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum Grade II
Menurut Manuaba (2008), bila pencegahan tidak berhasil, maka
diperlukan pengobatan yaitu :
1) Penderita diisolasi dalam kamar yang tenang dan cerah dengan
pertukaran udara yang baik, kalori diberikan secara parental dengan
glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2 – 3 liter sehari
2) Diuresis selalu dikontrol untuk menjaga keseimbangan cairan.
3) Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum
menjadi baik, coba berikan minuman makanan yang sedikit demi
sedikit ditambah.
4) Sedative yang diberikan adalah fenobarbital.
5) Dianjurkan pemberian vitamin B1 dan B6 tambahan.
6) Pada keadaan lebih berat berikan antiemetik seperti metokloramid,
disiktomin hiroklorida atau klorpromasin.
7) Berikan terapi psikologis untuk menyakinkan pasien penyakitnya
bisa disembuhkan serta menghilangkan rasa takut hamil dan konflik
yang melatarbelakangi hiperemesis gravidarum.
8) Berikan obat anti histamine, seperti dramamin, Avomin.
f. Pemeriksaan Penunjang Hiperemesis Gravidarum Grade II
Pada kasus hiperemesis gravidarum grade II pemeriksaan yang
dilakukan: elektrolit darah (misalnya Hb) dan urinalisis (misalnya
kadar keton dan natrium) (Akbar, 2011). Pada kasus hiperemesis
gravidarum Grade II urine terdapat aseton (Mansjoer, 2001).
22
B. Teori Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah metode pendekatan dengan
menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah sehingga merupakan
alur kerja dan pengorganisasian, pemikiran serta langkah-langkah dalam
suatu urutan yang logis, yang menguntungkan baik bagi klien maupun
bidan (Varney, 2004).
2. Proses Manajemen kebidanan
Penyusunan studi kasus ini penulis mengacu pada penerapan
manajemen kebidanan pada ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum
menurut 7 langkah Varney karena metode dan pendekatannya sistematik
dan analitik sehingga memudahkan dalam pengarahan pemecahan masalah
terhadap klien. Dalam proses ketujuh langkah tersebut dimulai dari
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi, yaitu :
Langkah I : Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses kebidanan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Nursalam, 2008).
Pengumpulan data ini meliputi :
a. Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang di dapat dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak
dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independen tetapi
melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2002).
23
Data subyektif di sini meliputi :
1) Identitas klien dan suami menurut (Nursalam, 2002)
a) Nama
Dikaji untuk mengenal dan mengetahui pasien, agar tidak keliru
dalam memberikan penanganan.
b) Umur
Dikaji untuk mengetahui umur pasien. Umur ibu hamil yang
terlalu muda lebih potensial terhadap Hiperemesis Gravidarum.
c) Agama
Dikaji untuk memberi motivasi pasien sesuai dengan agamanya.
d) Suku / Bangsa
Dikaji untuk mengetahui faktor bawaan atau ras pasien.
e) Pendidikan
Dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien, sehingga
mempermudah dalam memberikan pendidikan kesehatan.
Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap dan perilaku ibu
terhadap terjadinya Hiperemesis gravidarum.
f) Pekerjaan
Dikaji untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan
terhadap permasalahan kesehatan, serta dapat menunjukkan
tingkat keadaan ekonomi keluarga.
g) Alamat
Dikaji untuk mengetahui tempat tinggal pasien, serta
mempermudah pemantauan.
24
2) Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang harus ditanyakan dengan
singkat dengan menggunakan bahasa yang di pakai si pemberi
keterangan. Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan
klien datang, apakah untuk memeriksakan kehamilan atau untuk
memeriksakan keluhan lain. Keluhan yang muncul pada kasus
hiperemesis gravidarum grade II adalah mual-muntah 8-10 x/hari
(Wiknjosastro, 2006).
3) Riwayat haid / menstruasi
Dikaji untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain adalah
menarche, siklus menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya
darah, teratur atau tidak teratur, sifat darah, keluhan utama yang
dirasakan saat haid, dan menstruasi terakhir yang dapat digunakan
sebagai dasar untuk perhitungan tanggal kehamilan dan perkiraan
kelahiran (Wiknjosastro, 2006).
4) Riwayat kehamilan sekarang
Dikaji untuk mengetahui tanda-tanda dan gejala- gejala yang
ditemukan ibu hamil, pemakaian obat yang dikonsumsi selama
hamil, mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak, penyuluhan
yang pernah didapatkan, sudah mendapat imunisasi TT (tetanus
toxoid) atau belum kapan dan berapa kali, serta dapat memberikan
petunjuk dini adanya keluhan ibu terhadap kehamilannya, yang
mungkin diperlukan terapi untuk mengatasi gejala dini atau
penyelidikan lebih lanjut jika terdapat gejala abnormal
(Farrer, 2002). Pada keadaan ibu hamil dengan Hiperemesis
25
Gravidarum grade II sudah terdapat gejala-gejala klinis yang
memerlukan perawatan, seperti muntah berlebihan yang
menyebabkan terjadinya dehidrasi, berat badan turun, dan keluhan
mental (Manuaba, 2008).
5) Riwayat Penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini, apakah pada
keadaan ibu hamil hiperemesis gravidarum grade II menderita
sakit flu, batuk dan demam (Winkjosastro, 2005).
b) Riwayat penyakit sistemik
Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit sistemik pada ibu
hamil diantaranya jantung, ginjal, asma/TBC, hepatitis,
diabetes melitus, hipertensi, dan epilepsi yang dapat
mempengaruhi kehamilan (Wiknjosastro, 2005).
c) Riwayat penyakit keluarga
Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit menurun dalam
keluarga seperti asma, DM, hipertensi, jantung dan riwayat
penyakit menular seperti TBC dan hepatitis, baik dalam
kelurga ibu maupun ayah yang dapat mempengaruhi
kehamilan (Farrer, 2002).
d) Riwayat keturunan kembar
Dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang
mempunyai riwayat keturunan kembar (Saifuddin, 2002).
26
e) Riwayat operasi
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah dilakukan
tindakan operasi atau belum, yang sekiranya dapat
mengganggu dalam proses kehamilan ini (Winkjosastro, 2006).
6) Riwayat perkawinan
Dikaji untuk mengetahui sudah berapa lama ibu menikah, dengan
suami sekarang merupakan istri yang ke berapa, dan mengetahui
berapa jumlah anaknya (Varney, 2004).
7) Riwayat keluarga berencana
Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi apa yang pernah dipakai
dan berapa lama memakai alat kontrasepsi, dan adakah keluhan
selama menggunakan kontrasepsi (Ambarwati&Wulandari, 2008).
8) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu:
a) Kehamilan : dikaji untuk mengetahui berapa umur kehamilan
janin (Wiknjosastro, 2006).
b) Persalinan : dikaji untuk mengetahui persalinan ibu yang lalu
spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur,
ada perdarahan, waktu persalinan di tolong oleh
siapa, dimana tempat melahirkan
(Wiknjosastro, 2006).
c) Nifas : dikaji untuk mengetahui adakah komplikasi pada
masa nifas sebelumnya, untuk dapat melakukan
pencegahan atau waspada terhadap kemungkinan
kekambuhan komplikasi (Farrer, 2001).
27
d) Anak : dikaji untuk mengetahui riwayat anak, jenis
kelamin, hidup atau mati, kalau meninggal pada
usia berapa dan sebab meninggal, berat badan dan
panjang badan waktu lahir (Wiknjosastro, 2006).
e) Riwayat laktasi
Dikaji untuk mengetahui berapa lama ibu pernah menyusui,
adakah keluhan atau tidak saat menyusui (Wiknjosastro, 2005).
9) Pola kebiasaan sehari-hari sebelum dan selama hamil
a) Nutrisi
Dikaji untuk mengetahui status gizi pasien sebelum dan selama
hamil apakah mengalami perubahan, frekuensi makan, jenis
makanan, kualitas dan kuantitas makanan, serta berapa banyak
ibu minum dalam satu hari. Pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum grade II asupan makan dan minum ibu berkurang,
ibu mengalami mual dan muntah setelah makan
(Manuaba, 2008).
b) Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAB dan BAK pasien
sebelum dan selama hamil, BAB meliputi frekuensi, jumlah,
konsistensi, dan bau, serta kebiasaan BAK meliputi frekuensi,
warna, dan jumlah. Pada kasus hiperemesis gravidarum
frekuensi urine berkurang,di akibatkan karena adanya dehidrasi
(Manuaba, 2008).
28
c) Aktifitas
Dikaji untuk mengetahui pola aktifitas pasien sehari-hari. Pada
ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum grade II aktivitas
menjadi terganggu (Ambarwati&Wulandari, 2008).
d) Istirahat
Dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan tidur pasien, berapa
lama kebiasaan tidur siang dan tidur malam. Pada ibu hamil
dengan hiperemesis gravidarum kebutuhan istirahat akan
berkurang dikarenakan adanya gangguan rasa nyaman ibu
mengalami mual dan muntah, ibu dianjurkan untuk bedrest total
(Ambarwati&Wulandari, 2008)
e) Seksualitas
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan
seksual dalam seminggu, ada keluhan atau tidak
(Saifuddin, 2002).
10) Psikososial budaya
Dikaji untuk mengetahui bagaimana perasaan ibu dalam menjalani
kehamilan ini, dukungan keluarga, jenis kelamin yang diharapkan,
kehamilan ini direncanakan atau tidak. Adakah pantangan makanan
selama kehamilan, kebiasaan atau adat istiadat dalam kehamilan.
Pada kasus hiperemesis gravidarum grade II yang takut terhadap
kehamilan dan persalinaan, takut terhadap tanggung jawab sebagi
ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat
mual dan muntah (Saifuddin, 2002).
29
11) Penggunaan obat-obatan atau rokok
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu perokok dan pemakai obat-
obatan selama hamil atau tidak (Farrer, 2002).
b. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur
(Nursalam, 2008) meliputi :
1) Pemeriksaan Fisik
(a) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, lemah atau
buruk. Pada hiperemesis gravidarum grade II keadaan umum
ibu lemah (Alimul, 2006).
(b) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah
komposmentis, apatis, somnolen. Pada keadaan ibu hamil
dengan hiperemesis gravidarum grade II kesadaran ibu apatis
(Alimul, 2006).
(c) Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi
dengan nilai satuannya mmHg. Keadaan ini sebaiknya antara
90/60 – 130/90 mmHg atau peningkatan sistolik tidak lebih
dari 30 mmHg dan peningkatan diastolik tidak lebih dari 15
mmHg dari keadaan normal pasien atau paling sedikit pada
pengukuran 2 kali berturut-turut pada selisih 1 jam. Pada kasus
Hiperemesis Gravidarum grade II tekanan darah terjadi
penurunan (Manuaba, 2007).
30
(d) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan klien kemungkinan demam atau
febris yang merupakan gejala adanya infeksi yang berdampak
pada kehamilan Hiperemesis Gravidarum suhu di ukur dengan
menggunakan skala derajat celcius. Batas normal 36,5 –
37,50C (Saifuddin, 2002). Pada kasus hiperemesis gravidarum
grade II keadaan suhu badan mengalami kenaikan dari batas
normal karena dehidrasi (Manuaba, 2008).
(e) Nadi
Untuk mengetahui denyut nadi pasien yang di hitung dalam 1
menit, denyut nadi normal adalah 70x/menit sampai 88x/menit
(Saifuddin, 2002). Nadi pada hiperemesis gravidarum grade II
sekitar 100 kali permenit (Mansjoer, 2002).
(f) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernapasan yang di hitung dalam
1 menit, respirasi normal adalah 12x/menit sampai 20x/menit.
Pada kasus hiperemesis gravidarum grade II pernafasan akan
lebih cepat (Saifuddin, 2002).
(g) Berat badan
Untuk mengetahui status gizi ibu, berat badan ibu hamil
bertambah 0,5 kg per minggu, bila kurang perhatikan apakah
ada malnutrisi, malabsorbsi, atau pemakaian alkohol, obat-
obatan, atau rokok. Sebaliknya, bila lebih dari 0,5 kg,
31
perhatikan adanya diabetes mellitus, kehamilan ganda,
hidramnion, atau oedema. Pada kasus Hiperemesis
Gravidarum II berat badan menurun sekitar 4-5% dari
badan sebelumnya (Markum, 2002).
(h) Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan pasien (Mansjoer, 2002).
(i) LILA
Untuk mengetahui status gizi ibu hamil,dengan batas lingkar
lengan normal, yaitu 23,5 cm (Wiknjosastro, 2006).
2) Pemeriksaan sistematis
a) Inspeksi
(1) Kepala, meliputi :
(a) Rambut
Untuk mengetahui rambut rontok atau tidak, menilai
warnanya, kelebatan, dan karakteristik rambut
(Alimul, 2006).
(b) Muka
Untuk mengetahui apakah simetris atau tidak (Alimul,
2006). Muka pucat atau tidak, ada oedem dan cloasma
gravidarum atau tidak. Pada ibu hamil hiperemesis
gravidarum grade II muka terlihat pucat
(Wiknjosastro, 2005).
32
(c) Mata
Untuk mengetahui ada oedema atau tidak, keadaan
conjungtiva pucat atau merah muda, warna sclera putih
atau kuning, mata cekung atau tidak. Pada ibu hamil
hiperemesis gravidarum grade II mata terlihat cekung,
mata ikterik (Alimul, 2006).
(d) Hidung
Untuk mengetahui keadaan hidung ada polip atau tidak
(Alimul, 2006).
(e) Telinga
Untuk mengetahui keadaan telinga simetris atau tidak,
ada serumen atau tidak (Alimul, 2006).
(f) Mulut
Untuk mengetahui keadaan mulut adakah caries, bersih
atau tidak, keadaan bibir kering atau tidak, lidah kotor
dan berbau aseton atau tidak. Pada ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum grade II mulut berbau aseton,
lidah kering (Alimul, 2006).
(2) Leher
Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar gondok atau
pembesaran kelenjar limfe (Alimul, 2006).
(3) Dada dan Axilla
Untuk mengetahui keadaan payudara membesar atau tidak,
putting susu menonjol atau tidak, areola hiperpigmentasi
atau tidak, keadaan axilla ada benjolan dan nyeri atau tidak
(Farrer, 2002).
33
(4) Abdomen
Untuk mengetahui adanya pembesaran abdomen atau perut,
adanya jaringan parut, luka bekas operasi dan pergerakan
janin (Farrer, 2002).
(5) Genetalia
Untuk mengetahui adanya varices atau tidak, mengetahui
apakah ada pembengkakan kelenjar bartolini, mengetahui
pengeluaran yaitu perdarahan dan flour albus
(Wiknjosastro, 2005)
(6) Anus
Adanya haemoroid atau tidak adanya varices atau tidak
(Wiknjosastro, 2005)
(7) Ekstremitas
Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak, adanya
varices, reflek patella positif atau negatif, betis merah
lembek atau keras (Wiknjosastro, 2005).
(8) Kulit
Untuk mengetahui turgor kulit berkurang. Pada kasus
hiperemesis gravidarum grade II turgor kulit berkurang
(Mansjoer, 2002).
b) Palpasi
Menurut Manuaba (2007), yaitu :
(1) Leopold I : untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian
janin dalam fundus serta konsistensi uterus.
34
(2) Leopold II : untuk menentukan bagian kanan dan kiri pada
perut ibu.
(3) Leopold III : untuk mengetahui bagian apa yang terdapat di
bagian bawah perut dan apakah bagian bawah
tersebut sudah atau belum masuk pintu atas
panggul.
(4) Leopold IV : untuk mengetahui seberapa masuknya bagian
bawah janin ke dalam rongga panggul.
c) Auskultasi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya DJJ karena
merupakan tanda pasti kehamilan. Terdengarnya DJJ menunjukkan
bahwa janin dalam keadaan hidup (Manuaba, 2007).
3) Pemeriksaan penunjang
Untuk menegakkan diagnosa dari pemeriksaan fisik, pada kasus
Hiperemesis Gravidarum Grade II pemeriksaan yang dilakukan :
Elektrolit darah dan Urinalisis. Pada kasus Hiperemesis Gravidarum
Grade II urine terdapat aseton (Mansjoer, 2002).
Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik
(Varney, 2004).
35
1. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang di tegakkan bidan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan. Diagnosa yang dapat di tegakkan pada kasus Hiperemesis
Gravidarum adalah “Ny X G…P…A…umur…tahun…hamil…minggu,
dengan Hiperemesis Gravidarum Grade II”.
Dasar :
Data Subyektif :
Menurut Wiknjosastro (2006), yaitu :
a. Ibu mengatakan hari pertama haid terkahir pada tanggal…..
b. Ibu mengatakan ini kehamilan yang ..........
c. Ibu mengatakan mual muntah 8 - 10 x/ hari.
d. Ibu mengatakan badannya lemas.
e. Ibu mengatakan nafsu makan berkurang.
f. Ibu mengatakan frekuensi BAK berkurang.
Data Obyektif :
Menurut Wiknjosastro (2006), yaitu :
a. HPL
b. Keadaan umum lemah dan kesadaran apatis.
c. Tekanan darah turun.
d. Nadi kecil sekitar 100 x/menit dan cepat.
e. Suhu kadang-kadang naik.
f. Berat badan turun.
36
g. Turgor kulit berkurang.
h. Mata cekung.
i. Lidah mengering dan kotor.
j. Nafas berbau aseton.
k. Palpasi abdomen.
2. Masalah
Masalah adalah hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi
oleh bidan sesuai dengan pengkajian, sebagai contoh pada kasus
Hiperemesis Gravidarum Grade II adalah ibu merasa cemas dengan
kehamilannya (Mansjoer, 2002).
3. Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang di butuhkan pasien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang di dapatkan dengan
melakukan analisa data, sebagai contoh pada kasus Hiperemesis
Gravidarum Grade II adalah memberikan konseling dan motivasi
dukungan pada ibu (Mansjoer, 2002).
Langkah III : Diagnosa Potensial.
Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi
(Nursalam, 2004).
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. Dan yang paling
penting adalah melakukan asuhan yang aman. Dari kasus Hiperemesis
37
gravidarum grade II didapatkan diagnosa potensial terjadinya dehidrasi dan
terganggunya keseimbangan elektrolit, dan dapat mengarah ke Hiperemesis
Gravidarum Grade III yang dapat membahayakan hidup ibu dan janin
(Varney, 2004).
Langkah IV : Antisipasi
Antisipasi adalah mengidentifikasi tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau untuk dikonsultasikan atau di tangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien (Sofyan, 2006). Antisipasi
dalam kasus hiperemesis gravidarum grade II yaitu kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian terapi Vit B1, B6, Sedative, Anti emetik dan Anti histamin,
serta motivasi untuk bedrest total (Wiknjosastro, 2006).
Langkah V : Perencanaan
Perencanaan adalah merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau
masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi
atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. semua keputusan yang
dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar
valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan
asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien (Varney, 2004).
Rencana Asuhan dari diagnosa yang akan diberikan dalam kasus Hiperemesis
Gravidarum Grade II menurut Manuaba (2008), adalah :
1. Isolasi penderita dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran
udara yang baik, kalori diberikan secara parental dengan glukosa 5%
dalam cairan fisiologis sebanyak 2 – 3 liter sehari
2. Jaga keseimbangan cairan.
38
3. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum menjadi
baik, diberikan minuman makanan yang sedikit demi sedikit ditambah.
4. Berikan sedative yaitu fenobarbital.
5. Anjurkan pemberian vitamin B1 dan B6 tambahan.
6. Berikan antiemetik seperti metokloramid, disiktomin hiroklorida atau
klorpromasin.
7. Berikan terapi psikologis untuk menyakinkan pasien penyakitnya bisa
disembuhkan serta menghilangkan rasa takut hamil dan konflik yang
melatarbelakangi hiperemesis gravidarum.
8. Berikan obat anti histamine, seperti dramamin, Avomin.
Langkah VI : Pelaksanaan ( Implementasi)
Menurut Varney, H (2004), pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh
seperti yang diuraikan pada langkah kelima, dilaksanakan secara efisien dan
aman. Penatalaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
oleh klien atau tenaga kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak
melakukannya sendiri tetapi dia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan penatalaksanaannya
(misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar terlaksana)
(Varney, 2004).
1. Mengisolasi penderita dalam kamar yang tenang dan cerah dengan
pertukaran udara yang baik, kalori diberikan secara parental dengan
glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2 – 3 liter sehari
2. Menjaga keseimbangan cairan.
3. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum menjadi
baik, memberikan minuman makanan yang sedikit demi sedikit ditambah.
39
4. Memberikan sedative yaitu fenobarbital.
5. Menganjurkan pemberian vitamin B1 dan B6 tambahan.
6. Memberikan antiemetik seperti metokloramid, disiktomin hiroklorida atau
klorpromasin.
7. Memberikan terapi psikologis untuk menyakinkan pasien penyakitnya bisa
disembuhkan serta menghilangkan rasa takut hamil dan konflik yang
melatarbelakangi hiperemesis gravidarum.
8. Memberikan obat anti histamine, seperti dramamin, Avomin.
(Wiknjosastro, 2006)
LangkahVII : Evaluasi
Evalusi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
menandakan seberapa jauh rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai (Nursalam, 2008). Pada langkah ini dilakukan evaluasi
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
akan bantuan apakah benar-benar telah dipenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar
efektif dalam pelaksanaannya (Varney, 2004).
a. Mual muntah berkurang.
b. Keadaan umum baik
c. Ibu dan janin sehat
d. Nafsu makan sudah baik
e. Berat badan naik
f. Tidak terjadi dehidrasi
g. Tidak terjadi Hiperemesis Gravidarum Grade III
40
3. Data Perkembangan
Di dalam memberikan asuhan lanjutan digunakan tujuh langkah
manajemen Varney, sebagai catatan perkembangan dilakukan asuhan
kebidanan SOAP dalam pendokumentasian. Menurut Varney. (2004),
sistem pendokumentasian asuhan kebidanan dengan menggunakan SOAP,
yaitu :
a. S (Subyektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai
langkah satu Varney.
b. O (Obyektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes
diagnostic lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan langkah satu Varney.
c. A (Assesment) : Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa
dan intepretasi data subyektif dan obyektif suatu
identifikasi:
1) Diagnosa atau masalah
2) Antisipasi diagnosa atau masalah
3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,
konsultasi atau kolaborasi dan atau rujukan
sebagai langkah II, III, IV Varney.
d. P (Planning) : Mengambarkan pendokumentasian dari tindakan
dan evaluasi, perencanaan berdasarkan assessment
sebagai langkah V, VI, VII Varney.