65
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan a. Pengertian kehamilan Kehamilan adalah masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifuddin, 2002). Kehamilan adalah proses mulai dari ovulasi sampai partus, lamanya 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu) (Winkjosastro, 2005). b. Fisiologi Kehamilan Fisiologi berhubungan dengan fertilasi yang mempunyai arti pembuahan yang terjadi umumnya di ampula tuba. Proses pembuahan dimana ovum dibuahi dalam 12 jam setelah ovulasi atau bila tidak akan segera mati dalam 24 jam. Dalam saluran reproduksi wanita, spermatozoa mengalami kapasitasi sebelum membuahi ovum kemudian dilepaskan enzim Corona Penetrating Enzyme (CPE) unutk mencerna korona radiate dan hialuronidase unutk mencerna zona

Hi Per Emesis

  • Upload
    anie

  • View
    229

  • Download
    4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

j

Citation preview

Page 1: Hi Per Emesis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Kehamilan

a. Pengertian kehamilan

Kehamilan adalah masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya

janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan

7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifuddin, 2002).

Kehamilan adalah proses mulai dari ovulasi sampai partus,

lamanya 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu)

(Winkjosastro, 2005).

b. Fisiologi Kehamilan

Fisiologi berhubungan dengan fertilasi yang mempunyai arti

pembuahan yang terjadi umumnya di ampula tuba. Proses pembuahan

dimana ovum dibuahi dalam 12 jam setelah ovulasi atau bila tidak akan

segera mati dalam 24 jam. Dalam saluran reproduksi wanita,

spermatozoa mengalami kapasitasi sebelum membuahi ovum kemudian

dilepaskan enzim Corona Penetrating Enzyme (CPE) unutk mencerna

korona radiate dan hialuronidase unutk mencerna zona

(Saifuddin, 2002).

c. Klasifikasi kehamilan

Menurut Manuaba (2007), klasifikasi kehamilan meliputi :

1) Kehamilan trimester 1 : 0 sampai 14 minggu

2) Kehamilan trimester II : 14 sampai 28 minggu

3) Kehamilan trimester III : 28 sampai 40 minggu

9

Page 2: Hi Per Emesis

10

d. Proses kehamilan

Menurut Wiknjosastro (2006), proses kehamilan merupakan mata

rantai yang berkesinambungan yang terdiri atas :

1) Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem

hormon yang kompleks.

2) Terjadinya migrasi spermatozoa dan ovum dengan gerak aktif tuba

yang memiliki fibriae, maka ovum diangkap dan menuju uterus,

sedangkan spermatozoa masuk kedalam alat genetalia menuju tuba

fallopi.

3) Konsepsi dan pertumbuhan zigot adalah pertemuan inti ovum

dengan inti spermatozoa.

4) Nidasi (implantasi) pada uterus adalah proses penempelan hasil

konsepsi di dalam endometrium.

5) Pembentukan plasenta.

6) Tumbuh kembang hasil konsepsi hingga aterm.

e. Tanda-tanda Kehamilan

1) Tanda-tanda kemungkinan hamil

Tanda-tanda kemungkinan hamil menurut Wiknjosastro (2007),

adalah :

a) Amenorhoe, (tidak dapat haid) gejala ini penting karena wanita

hamil tidak dapat haid lagi.

b) Nause (enek) dan emesis (Mual), enek terjadi umumnya pada

bulan-bulan pertama kehamilan disertai kadang-kadang oleh

emesis sering terjadi di pagi hari.

c) Sering buang air kecil.

Page 3: Hi Per Emesis

11

d) Rasa tergelitik, nyeri tekan, pembengkakan pada payudara.

e) Perubahan warna pada jaringan vagina dan servik.

f) Areola berwarna lebih gelap dan kelenjar-kelenjar di sekitar

puting menjadi menonjol.

g) Mengidam, sering terjadi pada bulan pertama tetapi menghilang

dengan makin tuanya kehamilan.

h) Pembesaran rahim dan perut.

i) Kontraksi sebentar-sebentar terasa nyeri.

2) Tanda-tanda tidak pasti kehamilan

Menurut Wiknjosastro (2007), tanda-tanda pasti hamil, yaitu :

a) Rahim membesar sesuai dengan tuanya kehamilan.

b) Tanda hegar, perlunaan pada daerah segmen bawah uterus.

c) Tanda chadwick, vagina livid, terjadi kira-kira minggu ke-6

d) Tanda piscaseck, uterus membesar kesalah satu jurusan.

e) Tanda Braxton hicks, uterus berkontraksi bila dirangsang. Tanda

ini khas untuk uterus pada kehamilan.

f) Suhu basal, meningkat terus antara 37,20 – 37,80 C

g) Tes kehamilan, yang banyak dipakai adalah pemeriksaan

hormone korionik gonadotropin (HCG dalam urin)

3) Tanda-tanda pasti kehamilan

Tanda-tanda pasti hamil menurut Wiknjosastro (2006), yaitu :

a) Gambaran janin atau kantong gestasi pada ultrasonografi.

b) Detak jantung janin didengarkan menggunakan stetoskop leenex

dan dilihat melalui gambaran USG.

c) Gerakan janin terasa melalui dinding perut.

Page 4: Hi Per Emesis

12

f. Komplikasi kehamilan

Menurut Wiknjosastro (2007), komplikasi yang mungkin terjadi pada

ibu hamil adalah

1) Keguguran (aborsi spontan) dan kelahiran mati. Keguguran adalah

kehilangan janin karena penyebab alami sebelum usia kehamilan

mencapai 20 minggu, sedangkan kelahiran mati (stillbirth)

kehilangan janin karena penyebab alami pada usia kehamilan

mencapai lebih dari 20 minggu.

2) Kehamilan ektopik (kehamilan diluar kandungan) kehamilan di mana

janin berkembang diluar rahim yaitu di dalam tuba falopi (saluran

telur), kanalis servikalis (saluran leher rahim) dan rongga panggul

maupun rongga perut.

3) Anemia, keadaan di mana jumlah sel darah merah atau jumlah

hemoglobin (protein pengangkut O2) kurang dari normal. Selama

hamil volume darah bertambah sehingga penurunan konsentrasi sel

darah merah dan hemoglobin yang sifatnya mencegah adalah

normal.

4) Abrupsio plasenta dan plasenta previa. Abrupsio plasenta adalah

pelepasan plasenta yang berada dalam posisi normal pada dinding

rahim sebelum waktunya yang terjadi pada saat kehamilan.

Sedangkan plasenta previa di mana plasenta yang tertanam di atas

atau di dekat servik (leher rahim) pada rahim bagian bawah. Di

dalam rahim plasenta bisa menutupi lubang serviks secara

keseluruhan atau sebagian. Plasenta previa biasanya terjadi pada

wanita yang telah hamil lebih dari satu kali atau wanita yang

memiliki kelainan rahim misalnya fibroid.

Page 5: Hi Per Emesis

13

5) Hiperemesis gravidarium salah satu komplikasi kehamilan di mana

mual dan muntah yang berlebihan selama masa hamil yang dapat

menyebabkan dehidrasi dan kelaparan.

6) Pre-eklamsi merupakan tekanan darah tinggi yang disertai dengan

proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan

cairan) yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu

pertama setelah persalinan.

2. Hiperemesis gravidarum

a. Pengertian

Menurut Manuaba (2008), hiperemesis gravidarum adalah mual

atau muntah yang berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktifitas

sehari hari dan bahkan dapat membahayakan hidup ibu hamil.

Hiperemesis gravidarum adalah gejala klinis yang memerlukan

perawatan, seperti muntah yang berlebihan yang dapat menyebabkan

terjadinya dehidrasi dan berat badan menurun.

Menurut Wiknjosastro (2005), hiperemesis gravidarum adalah

perasaan mual dan muntah yang disebabkan karena meningkatnya kadar

hormon estrogen dan HCG, sering terjadi pada kehamilan trimester I.

b. Etiologi Hiperemesis gravidarum

Penyebab hiperemesis gravidarium belum diketahui secara pasti.

Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan

saraf disebabkan kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi.

Page 6: Hi Per Emesis

14

Menurut Manuaba (2008), faktor-faktor penyebab hiperemesis

gravidarium yang ditemukan, antara lain :

1) Faktor predisposisi, sering terjadi pada primigravida, mola

hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar

HCG. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan

ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor horman memegang

peranan karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik

gonadrotopin dibentuk berlebihan.

2) Faktor organik, masuknya vili khorialis dalam siklus maternal dan

perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari

pihak ibu.

3) Faktor alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan

4) Faktor psikologis, faktor ini memegang peran penting pada

hiperemesis gravidarium walaupun hubungannya dengan terjadinya

hiperemesis gravidarium belum diketahui secara pasti. Sebagai

contoh rumah tangga yang rusak, kehilangan pekerjaan, takut

terhadap kehamilan dan persalinaan takut terhadap tanggung jawab

sebagi ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat

memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap

keengganan menjadi hamil atau sebagai sebagai pelarian karena

kesuksesan hidup.

Page 7: Hi Per Emesis

15

c. Patofisiologi Hiperemesis gravidarum

Patofisologi hiperemesis gravidarum menurut Manuaba (2008),

diawali dengan mual muntah yang berlebihan sehingga dapat

menimbulkan dehidrasi, tekanan darah turun dan diuresis menurun. Hal

ini menimbulkan perfusi ke jaringan, menutup untuk memberikan

nutrisi dan mengkonsumsi O2. Oleh karena itu dapat terjadi perubahan

metabolisme menuju ke arah anaerobik yang menimbulkan benda keton

dan asam laktat. Muntah yang berlebih dapat menimbulkan perubahan

elektrolit sehingga pH darah menjadi lebih tinggi. Dampak dari semua

itu masalah tersebut menimbulkan gangguan fungsi alat vital sebagai

berikut :

1) Hepar

a) Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 menurun.

b) Gangguan fungsi sel liver dan terjadi ikterus.

c) Terjadi perdarahan pada parenkin liver sehingga menyebabkan

gangguan fungsi umum.

2) Ginjal

a) Dehidrasi penurunan diuresis sehngga sisa metabolisme

tertimbun.

b) Terjadi perdarahan dan nekrosis sel ginjal

c) Sistem saraf pusat, terjadi nekrosis dan perdarahan otak

diantaranya perdarahan ventrikel.

Page 8: Hi Per Emesis

16

d. Gejala dan tingkat Hiperemesis Gravidarum,

Menurut Manuaba (2008), gejala Hiperemesis Gravidarum secara

klinis dapat dibagi menjadi 3 tingkat, meliputi :

1) Hiperemesis gravidarum grade I dengan gejala mual dan muntah

terus-menerus, dehidrasi, turgor kulit berkurang, lidah kering,

tekanan darah turun dan suhu naik, nyeri epigastrum.

2) Hiperemesis gravidarum grade II dengan gejala dehidrasi

bertambah, turgor kulit makin berkurang, lidah kering dan kotor,

mata cekung, tekanan darah turun dan nadi meningkat, mata ikterik,

urine berkurang, nafas berbau aseton.

3) Hiperemesis gravidarum grade III dengan gejala dehidrasi makin

berat, mual dan muntah berhenti, terjadi perdarahan dari esofagus,

lambung, dan retina, gangguan fungsi hati bertambah, ikterus

meningkat, gangguan kesadaran (somnolen sampai koma).

e. Diagnosis

Diagnosis Hiperemesis gravidarum biasanya tidak terlalu sukar

karena penyakit ini berkaitan dengan gestose (gestatid-hamil), yaitu

hanya terdapat pada ibu hamil (Manuaba, 2008).

Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan

kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin,

sehingga pengobatan perlu segera diberikan (Wiknjosastro, 2005).

f. Pencegahan Hiperemesis Gravidarum

Prinsip pencegahan menurut (Mansjoer, 2002), adalah dengan

memberikan informasi dan edukasi bahwa kehamilan dan persalinan

merupakan proses fisiologis. Juga tentang diet ibu hamil yaitu makan

Page 9: Hi Per Emesis

17

sedikit-sedikit tapi sering, memberikan makanan selingan seperti

biskuit, roti kering dengan teh hangat saat bangun pagi dan sebelum

tidur, menghindari makanan yang berminyak dan berbau dan makanan

sebaiknya dalam keadaan panas atau sangat dingin. Defekasi hendaknya

diusahakan teratur.

g. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum

Bila pencegahan tidak berhasil, maka diperlukan pengobatan, yaitu :

1) Terapi obat menggunakan sedatif, yang sering di berikan adalah

Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan, adalah vitamin B1 dan B6.

Anti histamin juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin. Pada

keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti hidrokhloride atau

khlorpromasin.

2) Penanganan Hiperemesis Gravidarum yang lebih berat perlu

dikelola di rumah sakit.

3) Isolasi, penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah

dan peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk.

Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar

penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak

diberikan makan dan minum selama 24 jam. Kadang-kadang dengan

isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa

pengobatan.

4) Terapi Psikologik, perlu diyakinkan kepada penderita bahwa

penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena

kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan

konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

Page 10: Hi Per Emesis

18

5) Cairan parenteral, berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit,

karbohidrat dan protein dengan glukose 5% dalam cairan garam

fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah

kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C

dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino

secara intravena.

6) Penghentian kehamilan, pada sebagian kecil kasus keadaan tidak

menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan

medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan,

takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi

komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan

untuk mengakhiri kehamilan (Winkjosastro, 2006).

h. Prognosis Hiperemesis Gravidarum

Dengan penanganan yang baik prognosis Hiperemesis

Gravidarum sangat memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi

diri, namun demikian pada tingkatan yang berat penyakit ini dapat

mengancam jiwa ibu dan janin (Winkjosastro, 2006).

3. Hiperemesis Gravidarum Grade II

a. Pengertian

1) Hiperemesis Gravidarum Grade II adalah mual dan muntah yang

sering kedapatan pada trimester I, gejala ini kurang lebih terjadi 6

minggu setelah hari pertama haid terakhir dan belangsung selama

kurang 10 minggu (Winkjosastro, 2005).

Page 11: Hi Per Emesis

19

2) Hiperemesis Gravidarum Grade II adalah mual muntah berlebihan

sehingga mengakibatkan aktivitas sehari-hari menjadi terganggu dan

dapat membahayakan hidupnya (Manuaba, 2007).

b. Etiologi Hiperemesis Gravidarum Grade II

Menurut Hacker (2002), penyebab yang mendasari mual dan

muntah-muntah selama kehamilan tidak diketahui dengan baik. Ada

beberapa hipotesis diusulkan :

1) Peristiwa psikis. Pasien yang berada dalam stress kejiwaan akan

lebih mungkin untuk mengalami mual dan muntah-muntah.

2) Perubahan neuroendokrin, timbulnya mual dan muntah-muntah

diperkirakan sejajar dengan peningkatan korionik gonadotropin

serum.

3) Gangguan fungsi adrenal dan hipofisis, pasien dengan penyakit

addison atau insufisiensi adrenokotikal setelah adrenalektomi akan

mengeluh mual dan muntah-muntah. Pemberian hormon

adrenokortiko tropic (ACTH) pada pasien dengan hiperemesis

guavidarum sering menimbulkan respon terapeutik. Tetapi kedua

kelenjar berfungsi secara normal pada pasien hiperemesis.

4) Hipertiroksemia. Hipertirosemia terdapat pada sekitar 70% pasien

dengan hiperemesis gravidarum.

5) Ketidakseimbangan steroid seks. Defisiensi progesterone dan

kelebihan estrogen telah terlibat, meskipun tidak ada data yang

memperkuat pernyataan ini.

Page 12: Hi Per Emesis

20

6) Obat-obat dan bahan kimia dapat mencetuskan mual dan muntah-

muntah melalui perubahannya dari khemo reseptor pada dasar

vertikel keempat, prostaglandin, obat glikosuda jantung diperkirakan

dapat bekerja melalui mekanisme semacam itu.

c. Tanda dan Gejala Hiperemesis Gravidarum Grade II

1) Dehidrasi bertambah, turgor kulit makin berkurang, lidah kering dan

kotor, mata cekung.

2) Berat badan turun.

3) Tekanan darah turun dan nadi meningkat.

4) Mata ikterik

5) Gejala hemokonsentrasi makin tampak, urine berkurang, terdapat

aseton dalam urine.

6) Terjadi gangguan buang air besar

7) Nafas berbau aseton.

d. Pencegahan Hiperemesis Gravidarum Grade II

Prinsip Pencegahan menurut Mansjoer (2001), adalah mengobati

emesis agar tidak terjadi hiperemesis, yaitu :

1) Penerapan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses

fisiologis.

2) Makan sedikit-sedikit tetapi sering, berikan makanan selingan

seperti, biscuit, roti kering dan teh hangat saat bangun tidur dan

sebelum tidur. Hindari makanan berminyak dan berbau, sebaiknya

dihidangkan dalam keadaan panas atau saat dingin.

Page 13: Hi Per Emesis

21

e. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum Grade II

Menurut Manuaba (2008), bila pencegahan tidak berhasil, maka

diperlukan pengobatan yaitu :

1) Penderita diisolasi dalam kamar yang tenang dan cerah dengan

pertukaran udara yang baik, kalori diberikan secara parental dengan

glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2 – 3 liter sehari

2) Diuresis selalu dikontrol untuk menjaga keseimbangan cairan.

3) Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum

menjadi baik, coba berikan minuman makanan yang sedikit demi

sedikit ditambah.

4) Sedative yang diberikan adalah fenobarbital.

5) Dianjurkan pemberian vitamin B1 dan B6 tambahan.

6) Pada keadaan lebih berat berikan antiemetik seperti metokloramid,

disiktomin hiroklorida atau klorpromasin.

7) Berikan terapi psikologis untuk menyakinkan pasien penyakitnya

bisa disembuhkan serta menghilangkan rasa takut hamil dan konflik

yang melatarbelakangi hiperemesis gravidarum.

8) Berikan obat anti histamine, seperti dramamin, Avomin.

f. Pemeriksaan Penunjang Hiperemesis Gravidarum Grade II

Pada kasus hiperemesis gravidarum grade II pemeriksaan yang

dilakukan: elektrolit darah (misalnya Hb) dan urinalisis (misalnya

kadar keton dan natrium) (Akbar, 2011). Pada kasus hiperemesis

gravidarum Grade II urine terdapat aseton (Mansjoer, 2001).

Page 14: Hi Per Emesis

22

B. Teori Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah metode pendekatan dengan

menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah sehingga merupakan

alur kerja dan pengorganisasian, pemikiran serta langkah-langkah dalam

suatu urutan yang logis, yang menguntungkan baik bagi klien maupun

bidan (Varney, 2004).

2. Proses Manajemen kebidanan

Penyusunan studi kasus ini penulis mengacu pada penerapan

manajemen kebidanan pada ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum

menurut 7 langkah Varney karena metode dan pendekatannya sistematik

dan analitik sehingga memudahkan dalam pengarahan pemecahan masalah

terhadap klien. Dalam proses ketujuh langkah tersebut dimulai dari

pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi, yaitu :

Langkah I : Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses kebidanan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien (Nursalam, 2008).

Pengumpulan data ini meliputi :

a. Data Subyektif

Data subyektif adalah data yang di dapat dari klien sebagai suatu

pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak

dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independen tetapi

melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2002).

Page 15: Hi Per Emesis

23

Data subyektif di sini meliputi :

1) Identitas klien dan suami menurut (Nursalam, 2002)

a) Nama

Dikaji untuk mengenal dan mengetahui pasien, agar tidak keliru

dalam memberikan penanganan.

b) Umur

Dikaji untuk mengetahui umur pasien. Umur ibu hamil yang

terlalu muda lebih potensial terhadap Hiperemesis Gravidarum.

c) Agama

Dikaji untuk memberi motivasi pasien sesuai dengan agamanya.

d) Suku / Bangsa

Dikaji untuk mengetahui faktor bawaan atau ras pasien.

e) Pendidikan

Dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien, sehingga

mempermudah dalam memberikan pendidikan kesehatan.

Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap dan perilaku ibu

terhadap terjadinya Hiperemesis gravidarum.

f) Pekerjaan

Dikaji untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan

terhadap permasalahan kesehatan, serta dapat menunjukkan

tingkat keadaan ekonomi keluarga.

g) Alamat

Dikaji untuk mengetahui tempat tinggal pasien, serta

mempermudah pemantauan.

Page 16: Hi Per Emesis

24

2) Keluhan Utama

Keluhan utama adalah keluhan yang harus ditanyakan dengan

singkat dengan menggunakan bahasa yang di pakai si pemberi

keterangan. Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan

klien datang, apakah untuk memeriksakan kehamilan atau untuk

memeriksakan keluhan lain. Keluhan yang muncul pada kasus

hiperemesis gravidarum grade II adalah mual-muntah 8-10 x/hari

(Wiknjosastro, 2006).

3) Riwayat haid / menstruasi

Dikaji untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain adalah

menarche, siklus menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya

darah, teratur atau tidak teratur, sifat darah, keluhan utama yang

dirasakan saat haid, dan menstruasi terakhir yang dapat digunakan

sebagai dasar untuk perhitungan tanggal kehamilan dan perkiraan

kelahiran (Wiknjosastro, 2006).

4) Riwayat kehamilan sekarang

Dikaji untuk mengetahui tanda-tanda dan gejala- gejala yang

ditemukan ibu hamil, pemakaian obat yang dikonsumsi selama

hamil, mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak, penyuluhan

yang pernah didapatkan, sudah mendapat imunisasi TT (tetanus

toxoid) atau belum kapan dan berapa kali, serta dapat memberikan

petunjuk dini adanya keluhan ibu terhadap kehamilannya, yang

mungkin diperlukan terapi untuk mengatasi gejala dini atau

penyelidikan lebih lanjut jika terdapat gejala abnormal

(Farrer, 2002). Pada keadaan ibu hamil dengan Hiperemesis

Page 17: Hi Per Emesis

25

Gravidarum grade II sudah terdapat gejala-gejala klinis yang

memerlukan perawatan, seperti muntah berlebihan yang

menyebabkan terjadinya dehidrasi, berat badan turun, dan keluhan

mental (Manuaba, 2008).

5) Riwayat Penyakit

a) Riwayat penyakit sekarang

Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini, apakah pada

keadaan ibu hamil hiperemesis gravidarum grade II menderita

sakit flu, batuk dan demam (Winkjosastro, 2005).

b) Riwayat penyakit sistemik

Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit sistemik pada ibu

hamil diantaranya jantung, ginjal, asma/TBC, hepatitis,

diabetes melitus, hipertensi, dan epilepsi yang dapat

mempengaruhi kehamilan (Wiknjosastro, 2005).

c) Riwayat penyakit keluarga

Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit menurun dalam

keluarga seperti asma, DM, hipertensi, jantung dan riwayat

penyakit menular seperti TBC dan hepatitis, baik dalam

kelurga ibu maupun ayah yang dapat mempengaruhi

kehamilan (Farrer, 2002).

d) Riwayat keturunan kembar

Dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang

mempunyai riwayat keturunan kembar (Saifuddin, 2002).

Page 18: Hi Per Emesis

26

e) Riwayat operasi

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah dilakukan

tindakan operasi atau belum, yang sekiranya dapat

mengganggu dalam proses kehamilan ini (Winkjosastro, 2006).

6) Riwayat perkawinan

Dikaji untuk mengetahui sudah berapa lama ibu menikah, dengan

suami sekarang merupakan istri yang ke berapa, dan mengetahui

berapa jumlah anaknya (Varney, 2004).

7) Riwayat keluarga berencana

Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi apa yang pernah dipakai

dan berapa lama memakai alat kontrasepsi, dan adakah keluhan

selama menggunakan kontrasepsi (Ambarwati&Wulandari, 2008).

8) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu:

a) Kehamilan : dikaji untuk mengetahui berapa umur kehamilan

janin (Wiknjosastro, 2006).

b) Persalinan : dikaji untuk mengetahui persalinan ibu yang lalu

spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur,

ada perdarahan, waktu persalinan di tolong oleh

siapa, dimana tempat melahirkan

(Wiknjosastro, 2006).

c) Nifas : dikaji untuk mengetahui adakah komplikasi pada

masa nifas sebelumnya, untuk dapat melakukan

pencegahan atau waspada terhadap kemungkinan

kekambuhan komplikasi (Farrer, 2001).

Page 19: Hi Per Emesis

27

d) Anak : dikaji untuk mengetahui riwayat anak, jenis

kelamin, hidup atau mati, kalau meninggal pada

usia berapa dan sebab meninggal, berat badan dan

panjang badan waktu lahir (Wiknjosastro, 2006).

e) Riwayat laktasi

Dikaji untuk mengetahui berapa lama ibu pernah menyusui,

adakah keluhan atau tidak saat menyusui (Wiknjosastro, 2005).

9) Pola kebiasaan sehari-hari sebelum dan selama hamil

a) Nutrisi

Dikaji untuk mengetahui status gizi pasien sebelum dan selama

hamil apakah mengalami perubahan, frekuensi makan, jenis

makanan, kualitas dan kuantitas makanan, serta berapa banyak

ibu minum dalam satu hari. Pada ibu hamil dengan hiperemesis

gravidarum grade II asupan makan dan minum ibu berkurang,

ibu mengalami mual dan muntah setelah makan

(Manuaba, 2008).

b) Eliminasi

Dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAB dan BAK pasien

sebelum dan selama hamil, BAB meliputi frekuensi, jumlah,

konsistensi, dan bau, serta kebiasaan BAK meliputi frekuensi,

warna, dan jumlah. Pada kasus hiperemesis gravidarum

frekuensi urine berkurang,di akibatkan karena adanya dehidrasi

(Manuaba, 2008).

Page 20: Hi Per Emesis

28

c) Aktifitas

Dikaji untuk mengetahui pola aktifitas pasien sehari-hari. Pada

ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum grade II aktivitas

menjadi terganggu (Ambarwati&Wulandari, 2008).

d) Istirahat

Dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan tidur pasien, berapa

lama kebiasaan tidur siang dan tidur malam. Pada ibu hamil

dengan hiperemesis gravidarum kebutuhan istirahat akan

berkurang dikarenakan adanya gangguan rasa nyaman ibu

mengalami mual dan muntah, ibu dianjurkan untuk bedrest total

(Ambarwati&Wulandari, 2008)

e) Seksualitas

Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan

seksual dalam seminggu, ada keluhan atau tidak

(Saifuddin, 2002).

10) Psikososial budaya

Dikaji untuk mengetahui bagaimana perasaan ibu dalam menjalani

kehamilan ini, dukungan keluarga, jenis kelamin yang diharapkan,

kehamilan ini direncanakan atau tidak. Adakah pantangan makanan

selama kehamilan, kebiasaan atau adat istiadat dalam kehamilan.

Pada kasus hiperemesis gravidarum grade II yang takut terhadap

kehamilan dan persalinaan, takut terhadap tanggung jawab sebagi

ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat

mual dan muntah (Saifuddin, 2002).

Page 21: Hi Per Emesis

29

11) Penggunaan obat-obatan atau rokok

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu perokok dan pemakai obat-

obatan selama hamil atau tidak (Farrer, 2002).

b. Data Obyektif

Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur

(Nursalam, 2008) meliputi :

1) Pemeriksaan Fisik

(a) Keadaan umum

Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, lemah atau

buruk. Pada hiperemesis gravidarum grade II keadaan umum

ibu lemah (Alimul, 2006).

(b) Kesadaran

Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah

komposmentis, apatis, somnolen. Pada keadaan ibu hamil

dengan hiperemesis gravidarum grade II kesadaran ibu apatis

(Alimul, 2006).

(c) Tekanan darah

Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi

dengan nilai satuannya mmHg. Keadaan ini sebaiknya antara

90/60 – 130/90 mmHg atau peningkatan sistolik tidak lebih

dari 30 mmHg dan peningkatan diastolik tidak lebih dari 15

mmHg dari keadaan normal pasien atau paling sedikit pada

pengukuran 2 kali berturut-turut pada selisih 1 jam. Pada kasus

Hiperemesis Gravidarum grade II tekanan darah terjadi

penurunan (Manuaba, 2007).

Page 22: Hi Per Emesis

30

(d) Suhu

Untuk mengetahui suhu badan klien kemungkinan demam atau

febris yang merupakan gejala adanya infeksi yang berdampak

pada kehamilan Hiperemesis Gravidarum suhu di ukur dengan

menggunakan skala derajat celcius. Batas normal 36,5 –

37,50C (Saifuddin, 2002). Pada kasus hiperemesis gravidarum

grade II keadaan suhu badan mengalami kenaikan dari batas

normal karena dehidrasi (Manuaba, 2008).

(e) Nadi

Untuk mengetahui denyut nadi pasien yang di hitung dalam 1

menit, denyut nadi normal adalah 70x/menit sampai 88x/menit

(Saifuddin, 2002). Nadi pada hiperemesis gravidarum grade II

sekitar 100 kali permenit (Mansjoer, 2002).

(f) Respirasi

Untuk mengetahui frekuensi pernapasan yang di hitung dalam

1 menit, respirasi normal adalah 12x/menit sampai 20x/menit.

Pada kasus hiperemesis gravidarum grade II pernafasan akan

lebih cepat (Saifuddin, 2002).

(g) Berat badan

Untuk mengetahui status gizi ibu, berat badan ibu hamil

bertambah 0,5 kg per minggu, bila kurang perhatikan apakah

ada malnutrisi, malabsorbsi, atau pemakaian alkohol, obat-

obatan, atau rokok. Sebaliknya, bila lebih dari 0,5 kg,

Page 23: Hi Per Emesis

31

perhatikan adanya diabetes mellitus, kehamilan ganda,

hidramnion, atau oedema. Pada kasus Hiperemesis

Gravidarum II berat badan menurun sekitar 4-5% dari

badan sebelumnya (Markum, 2002).

(h) Tinggi badan

Untuk mengetahui tinggi badan pasien (Mansjoer, 2002).

(i) LILA

Untuk mengetahui status gizi ibu hamil,dengan batas lingkar

lengan normal, yaitu 23,5 cm (Wiknjosastro, 2006).

2) Pemeriksaan sistematis

a) Inspeksi

(1) Kepala, meliputi :

(a) Rambut

Untuk mengetahui rambut rontok atau tidak, menilai

warnanya, kelebatan, dan karakteristik rambut

(Alimul, 2006).

(b) Muka

Untuk mengetahui apakah simetris atau tidak (Alimul,

2006). Muka pucat atau tidak, ada oedem dan cloasma

gravidarum atau tidak. Pada ibu hamil hiperemesis

gravidarum grade II muka terlihat pucat

(Wiknjosastro, 2005).

Page 24: Hi Per Emesis

32

(c) Mata

Untuk mengetahui ada oedema atau tidak, keadaan

conjungtiva pucat atau merah muda, warna sclera putih

atau kuning, mata cekung atau tidak. Pada ibu hamil

hiperemesis gravidarum grade II mata terlihat cekung,

mata ikterik (Alimul, 2006).

(d) Hidung

Untuk mengetahui keadaan hidung ada polip atau tidak

(Alimul, 2006).

(e) Telinga

Untuk mengetahui keadaan telinga simetris atau tidak,

ada serumen atau tidak (Alimul, 2006).

(f) Mulut

Untuk mengetahui keadaan mulut adakah caries, bersih

atau tidak, keadaan bibir kering atau tidak, lidah kotor

dan berbau aseton atau tidak. Pada ibu hamil dengan

hiperemesis gravidarum grade II mulut berbau aseton,

lidah kering (Alimul, 2006).

(2) Leher

Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar gondok atau

pembesaran kelenjar limfe (Alimul, 2006).

(3) Dada dan Axilla

Untuk mengetahui keadaan payudara membesar atau tidak,

putting susu menonjol atau tidak, areola hiperpigmentasi

atau tidak, keadaan axilla ada benjolan dan nyeri atau tidak

(Farrer, 2002).

Page 25: Hi Per Emesis

33

(4) Abdomen

Untuk mengetahui adanya pembesaran abdomen atau perut,

adanya jaringan parut, luka bekas operasi dan pergerakan

janin (Farrer, 2002).

(5) Genetalia

Untuk mengetahui adanya varices atau tidak, mengetahui

apakah ada pembengkakan kelenjar bartolini, mengetahui

pengeluaran yaitu perdarahan dan flour albus

(Wiknjosastro, 2005)

(6) Anus

Adanya haemoroid atau tidak adanya varices atau tidak

(Wiknjosastro, 2005)

(7) Ekstremitas

Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak, adanya

varices, reflek patella positif atau negatif, betis merah

lembek atau keras (Wiknjosastro, 2005).

(8) Kulit

Untuk mengetahui turgor kulit berkurang. Pada kasus

hiperemesis gravidarum grade II turgor kulit berkurang

(Mansjoer, 2002).

b) Palpasi

Menurut Manuaba (2007), yaitu :

(1) Leopold I : untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian

janin dalam fundus serta konsistensi uterus.

Page 26: Hi Per Emesis

34

(2) Leopold II : untuk menentukan bagian kanan dan kiri pada

perut ibu.

(3) Leopold III : untuk mengetahui bagian apa yang terdapat di

bagian bawah perut dan apakah bagian bawah

tersebut sudah atau belum masuk pintu atas

panggul.

(4) Leopold IV : untuk mengetahui seberapa masuknya bagian

bawah janin ke dalam rongga panggul.

c) Auskultasi

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya DJJ karena

merupakan tanda pasti kehamilan. Terdengarnya DJJ menunjukkan

bahwa janin dalam keadaan hidup (Manuaba, 2007).

3) Pemeriksaan penunjang

Untuk menegakkan diagnosa dari pemeriksaan fisik, pada kasus

Hiperemesis Gravidarum Grade II pemeriksaan yang dilakukan :

Elektrolit darah dan Urinalisis. Pada kasus Hiperemesis Gravidarum

Grade II urine terdapat aseton (Mansjoer, 2002).

Langkah II : Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa

atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas

data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik

(Varney, 2004).

Page 27: Hi Per Emesis

35

1. Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang di tegakkan bidan dalam

lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa

kebidanan. Diagnosa yang dapat di tegakkan pada kasus Hiperemesis

Gravidarum adalah “Ny X G…P…A…umur…tahun…hamil…minggu,

dengan Hiperemesis Gravidarum Grade II”.

Dasar :

Data Subyektif :

Menurut Wiknjosastro (2006), yaitu :

a. Ibu mengatakan hari pertama haid terkahir pada tanggal…..

b. Ibu mengatakan ini kehamilan yang ..........

c. Ibu mengatakan mual muntah 8 - 10 x/ hari.

d. Ibu mengatakan badannya lemas.

e. Ibu mengatakan nafsu makan berkurang.

f. Ibu mengatakan frekuensi BAK berkurang.

Data Obyektif :

Menurut Wiknjosastro (2006), yaitu :

a. HPL

b. Keadaan umum lemah dan kesadaran apatis.

c. Tekanan darah turun.

d. Nadi kecil sekitar 100 x/menit dan cepat.

e. Suhu kadang-kadang naik.

f. Berat badan turun.

Page 28: Hi Per Emesis

36

g. Turgor kulit berkurang.

h. Mata cekung.

i. Lidah mengering dan kotor.

j. Nafas berbau aseton.

k. Palpasi abdomen.

2. Masalah

Masalah adalah hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi

oleh bidan sesuai dengan pengkajian, sebagai contoh pada kasus

Hiperemesis Gravidarum Grade II adalah ibu merasa cemas dengan

kehamilannya (Mansjoer, 2002).

3. Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang di butuhkan pasien dan belum

teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang di dapatkan dengan

melakukan analisa data, sebagai contoh pada kasus Hiperemesis

Gravidarum Grade II adalah memberikan konseling dan motivasi

dukungan pada ibu (Mansjoer, 2002).

Langkah III : Diagnosa Potensial.

Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial

lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi

(Nursalam, 2004).

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila

diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. Dan yang paling

penting adalah melakukan asuhan yang aman. Dari kasus Hiperemesis

Page 29: Hi Per Emesis

37

gravidarum grade II didapatkan diagnosa potensial terjadinya dehidrasi dan

terganggunya keseimbangan elektrolit, dan dapat mengarah ke Hiperemesis

Gravidarum Grade III yang dapat membahayakan hidup ibu dan janin

(Varney, 2004).

Langkah IV : Antisipasi

Antisipasi adalah mengidentifikasi tindakan segera oleh bidan atau dokter dan

atau untuk dikonsultasikan atau di tangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien (Sofyan, 2006). Antisipasi

dalam kasus hiperemesis gravidarum grade II yaitu kolaborasi dengan dokter

untuk pemberian terapi Vit B1, B6, Sedative, Anti emetik dan Anti histamin,

serta motivasi untuk bedrest total (Wiknjosastro, 2006).

Langkah V : Perencanaan

Perencanaan adalah merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau

masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi

atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. semua keputusan yang

dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar

valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan

asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien (Varney, 2004).

Rencana Asuhan dari diagnosa yang akan diberikan dalam kasus Hiperemesis

Gravidarum Grade II menurut Manuaba (2008), adalah :

1. Isolasi penderita dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran

udara yang baik, kalori diberikan secara parental dengan glukosa 5%

dalam cairan fisiologis sebanyak 2 – 3 liter sehari

2. Jaga keseimbangan cairan.

Page 30: Hi Per Emesis

38

3. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum menjadi

baik, diberikan minuman makanan yang sedikit demi sedikit ditambah.

4. Berikan sedative yaitu fenobarbital.

5. Anjurkan pemberian vitamin B1 dan B6 tambahan.

6. Berikan antiemetik seperti metokloramid, disiktomin hiroklorida atau

klorpromasin.

7. Berikan terapi psikologis untuk menyakinkan pasien penyakitnya bisa

disembuhkan serta menghilangkan rasa takut hamil dan konflik yang

melatarbelakangi hiperemesis gravidarum.

8. Berikan obat anti histamine, seperti dramamin, Avomin.

Langkah VI : Pelaksanaan ( Implementasi)

Menurut Varney, H (2004), pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh

seperti yang diuraikan pada langkah kelima, dilaksanakan secara efisien dan

aman. Penatalaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian

oleh klien atau tenaga kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak

melakukannya sendiri tetapi dia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan penatalaksanaannya

(misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar terlaksana)

(Varney, 2004).

1. Mengisolasi penderita dalam kamar yang tenang dan cerah dengan

pertukaran udara yang baik, kalori diberikan secara parental dengan

glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2 – 3 liter sehari

2. Menjaga keseimbangan cairan.

3. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum menjadi

baik, memberikan minuman makanan yang sedikit demi sedikit ditambah.

Page 31: Hi Per Emesis

39

4. Memberikan sedative yaitu fenobarbital.

5. Menganjurkan pemberian vitamin B1 dan B6 tambahan.

6. Memberikan antiemetik seperti metokloramid, disiktomin hiroklorida atau

klorpromasin.

7. Memberikan terapi psikologis untuk menyakinkan pasien penyakitnya bisa

disembuhkan serta menghilangkan rasa takut hamil dan konflik yang

melatarbelakangi hiperemesis gravidarum.

8. Memberikan obat anti histamine, seperti dramamin, Avomin.

(Wiknjosastro, 2006)

LangkahVII : Evaluasi

Evalusi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan

menandakan seberapa jauh rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah

berhasil dicapai (Nursalam, 2008). Pada langkah ini dilakukan evaluasi

keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan

akan bantuan apakah benar-benar telah dipenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar

efektif dalam pelaksanaannya (Varney, 2004).

a. Mual muntah berkurang.

b. Keadaan umum baik

c. Ibu dan janin sehat

d. Nafsu makan sudah baik

e. Berat badan naik

f. Tidak terjadi dehidrasi

g. Tidak terjadi Hiperemesis Gravidarum Grade III

Page 32: Hi Per Emesis

40

3. Data Perkembangan

Di dalam memberikan asuhan lanjutan digunakan tujuh langkah

manajemen Varney, sebagai catatan perkembangan dilakukan asuhan

kebidanan SOAP dalam pendokumentasian. Menurut Varney. (2004),

sistem pendokumentasian asuhan kebidanan dengan menggunakan SOAP,

yaitu :

a. S (Subyektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil

pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai

langkah satu Varney.

b. O (Obyektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil

pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes

diagnostic lain yang dirumuskan dalam data fokus

untuk mendukung asuhan langkah satu Varney.

c. A (Assesment) : Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa

dan intepretasi data subyektif dan obyektif suatu

identifikasi:

1) Diagnosa atau masalah

2) Antisipasi diagnosa atau masalah

3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,

konsultasi atau kolaborasi dan atau rujukan

sebagai langkah II, III, IV Varney.

d. P (Planning) : Mengambarkan pendokumentasian dari tindakan

dan evaluasi, perencanaan berdasarkan assessment

sebagai langkah V, VI, VII Varney.

Page 33: Hi Per Emesis