13
Setiap 1 Desember seluruh dunia akan memperingatinyasebagai Hari AIDS sedunia. Hari yang dieringati untuk mengingatkan kita bahwa HIV-AIDS belum dapat disembuhkan. Belum ada obat yang dapat mengobati penyakit ini dengan sempurna. Obat ARV hanya dapat memperlambat atau menghentikan perkembangan virus HIV saja. Wacana tentang HIV-AIDS menjadi tajuk berita yang hangat diberitakan di setiap media massa. Peningkatan jumlah kasus HIV-AIDS atau ODHA terjadi dimana saja di seluruh dunia. Peningkatan jumlah kasus juga gterjadi di Kota Singkawang. Menurut Achmad Kismed (red; Kepala Dinkes Kota Singkawang) terjadi peningkatan jumlah kasus yang cukup signifikan setiap tahunnya. Peningkatan terjadi karena HIV- AIDS mempunyai fenomena gunung es. Fenomena gunung es ini yang membuat HIV-AIDS menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat. HIV-AIDS menjadi momok yang sangat menakutkan bagi manusia diseluruh dunia. Hal ini wajar saja,dengan alasan belum adanya obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini,kemampuan HIV-AIDS sebagai pembunuh tidak pandang bulu. HIV-AIDS dapat menyerang siapa saja. Dari usia bayi sampai dewasa dapat mengidap dan hidup dengan virus ini. Stigma yang buruk dari masyarakat terhadap ODHA juga menjadi alasan lainnya HIV-AIDS sebagai momok menakutkan. Stigma masyarakat yang buruk harus dapat dihilangkan terhadap ODHA. Stigma tersebut mempunyai efek negatif yang lebih berbahaya kepada masyarakat. Penderita ODHA yang dikucilkan oleh masyarakat akibat stigma tersebut bukanlah obat penyembuh maupun pelipur lara bagi mereka.stigma tersebut hanya akan membuat rasa frustasi yang berkepanjangan bagi penderita ODHA.Stigma yang membuat rasa frustasi bagi ODHA haya dapat diubah dan dihilangkan dengan memberikan pendidikan dan pengetahuan yang luas terhadap masyakat tentang HIV-AIDS. Social Marketing atau pemasaran sosial merupakan salah satu cara yang dapat diterapkan secara luas dalam memberikan pengetahuan positif bagi masyarakat luas. PEMSASARAN SOSIAL Dua aspek penting yang menarik dari ungkapan Les Robinson yang terkenal lewat teori social marketing The Seven

Hiv Aids Rika

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Aids

Citation preview

Page 1: Hiv Aids Rika

Setiap 1 Desember seluruh dunia akan memperingatinyasebagai Hari AIDS sedunia. Hari yang dieringati untuk mengingatkan kita bahwa HIV-AIDS belum dapat disembuhkan. Belum ada obat yang dapat mengobati penyakit ini dengan sempurna. Obat ARV hanya dapat memperlambat atau menghentikan perkembangan virus HIV saja.

Wacana tentang HIV-AIDS menjadi tajuk berita yang hangat diberitakan di setiap media massa. Peningkatan jumlah kasus HIV-AIDS atau ODHA terjadi dimana saja di seluruh dunia. Peningkatan jumlah kasus juga gterjadi di Kota Singkawang. Menurut Achmad Kismed (red; Kepala Dinkes Kota Singkawang) terjadi peningkatan jumlah kasus yang cukup signifikan setiap tahunnya. Peningkatan terjadi karena HIV-AIDS mempunyai fenomena gunung es. Fenomena gunung es ini yang membuat HIV-AIDS menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat.

HIV-AIDS menjadi momok yang sangat menakutkan bagi manusia diseluruh dunia. Hal ini wajar saja,dengan alasan belum adanya obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini,kemampuan HIV-AIDS sebagai pembunuh tidak pandang bulu. HIV-AIDS dapat menyerang siapa saja. Dari usia bayi sampai dewasa dapat mengidap dan hidup dengan virus ini. Stigma yang buruk dari masyarakat terhadap ODHA juga menjadi alasan lainnya HIV-AIDS sebagai momok menakutkan.

Stigma masyarakat yang buruk harus dapat dihilangkan terhadap ODHA. Stigma tersebut mempunyai efek negatif yang lebih berbahaya kepada masyarakat. Penderita ODHA yang dikucilkan oleh masyarakat akibat stigma tersebut bukanlah obat penyembuh maupun pelipur lara bagi mereka.stigma tersebut hanya akan membuat rasa frustasi yang berkepanjangan bagi penderita ODHA.Stigma yang membuat rasa frustasi bagi ODHA haya dapat diubah dan dihilangkan dengan memberikan pendidikan dan pengetahuan yang luas terhadap masyakat tentang HIV-AIDS. Social Marketing atau pemasaran sosial merupakan salah satu cara yang dapat diterapkan secara luas dalam memberikan pengetahuan positif bagi masyarakat luas.

PEMSASARAN SOSIAL

Dua aspek penting yang menarik dari ungkapan Les Robinson yang terkenal lewat teori social marketing “The Seven Door Approach”, yaitu perkembangan masyarakat (community development) dan pendidikan (education). Social marketing memang bukan sekadar memasarkan sebuah gagasan untuk tujuan non-profit. Social marketing atau pemasaran sosial pada intinya adalah upaya mengubah pandangan dan perilaku masyarakat melalui perubahan sosial. Cara yang dipandang paling tepat untuk melakukannya menurut Les adalah melalui pendidikan.

Philip Kotler dan Gerald Zaltman, istilah “social marketing” memiliki makna yang tak jauh dari arti kata “pemasaran” dalam dunia bisnis itu sendiri. Social marketing mengacu pada penerapan strategi pemasaran dalam memecahkan masalah sosial dan kesehatan masyarakat, pada awalnya. Dalam kenyataan, teknik dan strategi pemasaran secara luar bisa telah berhasil mendorong masyarakat untuk membeli sebuah produk, sehingga secara teori para ahli melihat teknik-teknik menjual semacam itu juga bisa diadaptasi untuk “menjual” gagasan dan perilaku dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Selama ini, berbagai masalah sosial dan kesehatan dipicu oleh perilaku tertentu. Sebagai contoh penyebaran HIV-AIDS, kecelakaan lalu lintas atau kehamilan yang tidak diinginkan sangat terkait dengan perilaku dan pandangan yang perlu diubah. Masalah-masalah kesehatan sendiri memang memiliki dimensi sosial, sekaligus individual. Sebagai contoh, hasil penelitian yang pernah dilakukan di Inggris memperlihatkan, kemiskinan merupakan indikator yang bersifat konsisten dan dasar dari sehat tidaknya masyarakat di Inggris. Kurangnya kesempatan, pilihan dan pemberdayaan

Page 2: Hiv Aids Rika

memicu sulitnya masyarakat menerapkan gaya hidup sehat. Di sini, social marketing menawarkan sebuah solusi dengan mempengaruhi perilaku, tak hanya warga negara secara individu, namun juga kelompok masyarakat yang berpengaruh dan pembuat kebijakan. Para pelaku pemasaran sosial, bisa menyasar pada media, organisasi- organisasi dan penyusun kebijakan dan peraturan. Social marketing sebagaimana pemasaran secara generik bukanlah teori yang berdiri sendiri. Pemasaran sosial merupakan sebuah kerangka atau struktur kerja yang tersusun atas berbagai pengetahuan lain seperti teori ilmu-ilmu psikologi, sosiologi, antropologi dan komunikasi dalam rangka memahami cara mempengaruhi perilaku masyarakat. Sebagaimana juga dasar marketing bisnis, pemasaran sosial didasarkan pada proses perencanaan logis yang melibatkan riset yang berorientasi pada konsumen, analisis pemasaran, segmentasi pemasaran, menentukan sasaran dan identifikasi strategi dan taktik pemasaran.

Pemasaran sosial (marketing social) merupakan aplikasi strategi pemasaran komersil untuk menjual gagasan dalam rangka mengubah sebuah masyarakat, terutama dalam manejemen yang mencakupanalisis,perencanaan,implementasi,danpengawasan.

UNSUR-UNSUR PEMASARAN SOSIAL

1.      Produk Sosial

Yang termaksud produk sosial adalah berupa gagasan dan praktek. Perubahan gagasan atau perilaku yang sifatnya merugikan masyarakat kepada gagasanatau perilaku baru yang lebih baik adalah tujuan dari adalah tujuan dari pemasaran sosial.Gagasan dan perilaku adalah produk yang dipasarkan.

2.      Target adopter

Tujuan-tujuan pemasaran sosial mengarah pada satu kelompok atau lebih terget adopter. Ada sejumlah kelompok yang dapat diatasi dengan cara-cara yang beragam seperti atas dasar usia, status sosial ekonomi, jumlah keluarga atau lokasi geografis. Ketiga itu termaksud dalam teknologi Manajemen Perubahan Sosial.

3.       Mendefinisikan Pengiriman Produk

Kebutuhan pertama dalam keberhasilan pemasaran sosial salah satunya adalahmenciptakan suatu produk sosial baru untuk mempertemukan suatu kebutuhan yang tidak terpuaskan atau untuk merancang produk yang lebih baik yang dapat diterima. Tugasmendefinisikan kampanye perubahan sosial adalah salah satunya berasal dari penonjolansuatu hal yang dianggap paling berpengaruh.

4.      Merancang Pemasaran Produk Sosial

Tugas ahli pemasaran sosial selanjutnya adalah menghadirkan solusi secara efektif untuk kelompok target adopter.

5.      Memasarkan Ke Target Adopter

Ahli pemasaran sosial harus harus siap mengirimkan atau memasarkan praktik sosial darisuatu kegiatan perubahan sosial, yang mulai diminati masyarakat target adopternya.

6.       Mempertahankan Pasar

Tugas akhir dari ahli pemasaran sosial adalah menjaga keberlangsungan perubahansosial, yaitu berupa tanggapan yang sesuai dengan yang diharapkan dari lingkungansekitar populasi target adopter.

Page 3: Hiv Aids Rika

Adapun proses kegiatan pemasaran sosial adalah :

Langkah pertama proses pengelolaan pemasaran social adalah menganalisis secara dini berkenaan dengan kampanye social yang khusus.

Meneliti populasi target adopter maksudnya Perlu dimengerti target adopter berikut kebutuhan-kebutuhannya. Setiap kelompok memiliki karakteristik tertentu dalam menanggapi kampanye social.

Merancang tujuan dan strategi pemasaran sosial, maksudnya tujuan pemasaran sosial haruslah spesifik, terukur (measurable) dan dapat dicapai. Seringkali tujuan tidak diungkapkan secara spesifik, dengan demikian akan sulit untuk diukur, misalnya "peningkatan kesejahteraan anak-anak" atau "peningkatan kualitas hidup"

Merencanakan program pemasaran sosial, maksudnya setelah strategi dirancang, maka harus disiapkan rincian program social marketing-mix-nya. Elemen-elemen social marketing-mix dari media massa harus selektif dan dikembangkan dalam program yang taktis. 

Produk sosial terdapat tiga tipe, yaitu :

Social Idea, maksudnya tipe produk social pertama adalah Gagasan Sosial berupa suatu kepercayaan (belief), sikap (attitude), atau nilai (value).

Social Practice, maksudnya tipe produk social kedua adalah Praktik Sosial berupa peristiwa yang terjadi akibat aksi perorangan, seperti yang ditunjukkan pada vaksinasi atau keikutsertaan (partisipasi politik) dalam pemilihan umum. Juga bisa berupa pola perilaku yang sukar dirubah.

Social Difference, maksudnya tipe produk social ketiga adalah suatu tujuan perubahan social yang melibatkan produk kasat mata (tangible product) Produk tangible menunjuk pada produk fisik yang menyertai suatu kampanye social. Seperti pilkontrasepsi atau kondom yaitu alat-alat yang berguna dalam menyempurnakan praktik social, dalam konteks praktik keluarga berencana. (http:// id.Wiki pedia.org/wiki/Pemasaran_sosial)

Sebelum mengembangkan strategi atau program pemasaran untuk suatu produk, jasa, ataupun liniu produk yang berkaitan, manejer harus mengetahui peranan yang akan dimainkan oleh produk tersebut dalam rencana jangka panjang organisasi.

Ada dua macam keputusan manejer puncak yang terlibat dalam perencanaan pemasaran perusahaan, di antaranya :

Manejemen puncak harus mengenali bisnis – bisnis apa yang akan dimaksudkan dalam perusahaan dimasa yang akan datang dengan memilih strategi perusahaan yang merinci produk – produk yang akan dihasilkan dan pasar – pasar yang akan dilayani oleh perusahaan secara keseluruhan.Manejemen puncak harus harus menentukan macam distribusi yang diharapkan akan diberikan oleh tiap –tiap produk terhadap strategi perusahaan jangka panjang.

Strategi bauran produk adalah keputusan manejemen puncak yang merincikan :

Bagian relatif dari sumber dana yang langka yang akan diterima oleh tiap –tiap produk atau lini produk.Basaran utama (misalnya pertumbuhan penjualan atau bagian

Page 4: Hiv Aids Rika

pasar ataupun kemampulabaan). Yang harus dicapai oleh para manejemen untuk masing – masing produk atau lini produk. (http://atika-cute.blogspot.com/2012/10/makala-pemasaran-sosial.html)

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM KAMPANYE PRODUK SOSIAL

Pemasaran sosial seringkali digunakan untuk menyebarluaskan gagasan yang menyangkut isu kesehatan, isu kemiskinan, maupun isu lingkungan. Sosialisasi isu-isu sosial seperti HIV-AIDS belakangan ini cukup banyak berkembang dan komplek yang perlu untuk segera diselesaikan. Isu HIV-AIDS diangkat karena sampai saat ini HIV-AIDS masih menjadi perhatian utama dan pokok permasalahan yang dapat mengancam kesehatan masyarakat itu sendiri apabila tidak diselesaikan dengan cara yang tepat. Budaya masyarakat yang menciptakan stigma buruk HIV-AIDS sudah sangat mengakar dalam masyarkat. Stigma buruk HIV-AIDS membuat citra buruk bagi ODHA sehingga mereka dikucilkan oleh masyarakat. Untuk memperbaiki citra yang buruk langkah pertma yang dapat dilakukan adalah dengan komunikasi yang baik. Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang dapat diterima dengan baik oleh masyarakat luas tanpa memberikan efek negatif dan memberikan respon yang positif dalam merubah stigma mayarakat dan juga perilaku masyarakat luas.

Pengertian komunikasi menurut para ahli

Berbicara mengenai definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar maupun salah. Begitu juga model atau pun teori, definisi harus dilihat dari manfaatannya untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan kemudian mengevaluasinya. Menurut Carl I. Hovland, komunikasi merupakan proses mengubah perilaku orang lain. “Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (comunicate)” (Mulyana, 2010:68). Proses komunikasi tersebut menunjukkan bahwa komunikasi tidak sekedar penyampaian pesan atau tidak hanya bersifat informatif, melainkan agar orang lain mengetahui sesuatu, tetapi juga harus bersifat persuasif dengan tujuan agar masyarakat bersedia menerima suatu paham, keyakinan dan atau melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan. Sedangkan menurut paradigma Lasswell, dapat dipahami bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Mulyana, 2010:71). Kegiatan komunikasi dapat dilihat dengan menjawab pertanyaan who (komunikator), says what (pesan), in which channel (saluran atau media), to whom (khalayak sasaran), with what effect (efek).

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN SOSIAL

Strategi komunikasi pemasaran sosial dapat dipahami dengan menguraikan unsur-unsur pokoknya, yaitu strategi komunikasi dan pemasaran sosial. Adapun strategi koumunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication manajement) untuk mencapai suatu tujuan (goal). Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi (Effendy, 2004:29). Strategi komunikasi erat hubungannya antara tujuan yang hendak dicapai dengan konsekuensi-konsekuensi (masalah) yang harus diperhatikan, kemudian

Page 5: Hiv Aids Rika

merencanakan bagaimana konsekuensi-konsekuensi sesuai dengan hasil yang diharapkan atau tujuan yang akan dicapai.

Pemasaran sosial merupakan proses perencanaan yang membutuhkan waktu dan usaha untuk mengatasi masalah sosial, seperti yang diungkapkan oleh Thomas, Janes dalam journal of communication in healthcare yang menyatakan bahwa: It is a planned process that requires time and effort to be spent in effective scoping of the problem and development of appropriate activities (Thomas, Jane. 2009). Dalam konsep pemasaran sosial, pemasar menentukan tujuan perilaku yang ingin dilakukan oleh audience sasaran termasuk apa yang harus mereka ketahui dan percaya untuk menciptakan perubahan perilaku. Tujuan dalam pemasaran sosial harus ditargetkan secara spesifik dan realistik, hal ini digunakan untuk mengevaluasi efek dari pemasaran sosial sehingga dapat diukur secara nyata. Perubahan perilaku dalam pemasaran sosial dapat dikatakan sebagai hasil pertukaran antara pemasar yang menawarkan keuntungan dan biaya minimal dengan konsumen yang mendapat imbalan atas persetujuan atau kerjasama aktif.

Mengembangkan Komunikasi Pemasaran Efektif

Ketepatan strategi yang disusun ditentukan oleh bagaimana strategi dijabarkan dalam sebuah perencanaan kegiatan. Analisis situasi atau sering disebut dengan analisis SWOT dibutuhkan untuk membantu menyusun perencanaan. Analisis SWOT merupakan analisa tentang strength (kekuatan) dan weakness (kelemahan) organisasi, serta opportunity (peluang) dan threat (ancaman) eksternal yang dihadapi organisasi, dengan demikian pemasar dapat mengetahui fokus keunggulan produk yang dipromosikan, kelemahan produk yang harus direduksi, apa saja peluang produk dalam upaya merebut pasar dan apa saja ancaman yang menghadang produk, baik kompetitor dan pasar. Komunikasi secara efektif dan strategis prinsipnya adalah bagaimana mengubah sikap, mengubah persepsi, dan mengubah perilaku target adopter. Komunikasi efektif ditandai dengan adanya saling pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tindakan. (Rahmat, 2008:13). Untuk mengembangkan komunikasi pemasaran yang efektif, Kotler dalam (Uyung Sulaksana, 2006:50) merumuskan delapan langkah yang harus diperhatikan, yaitu:

Mengidentifikasi Target Audience

Proses komunikasi pemasaran harus diawali dengan pendefinisian yang jelas tentang audiens sasaran, dalam hal ini berhubungan dengan segmentasi pasar yaitu pemasar menentukan siapa target audiens-nya. Dalam pemasaran sosial, segmentasi pasar dapat dibagi melalui beberapa variabel, yaitu variabel demografis adalah yang paling familiar, terbagi ke dalam beberapa kelompok berdasarkan faktor-faktor seperti usia, ukuran keluarga, siklus hidup, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, generasi, dan kebangsaan. Variabel geografis, pada umumnya mereka merujuk dimana khalayak sasaran hidup, bekerja, atau perjalanan. Variabel psikografis membedakan kelompok berdasarkan factor-faktor seperti karakteristik kepribadian, norma budaya, nilai dan gaya hidup. Kita semua tahu dengan siapa kita berbagi profil demografis dan geografis yang sama, namun kita memiliki keinginan berbeda, kebutuhan, kebutuhan rekreasi, buku yang disuka, kandidat pilihan kita. Perilaku membagi segmentasi pasar berdasarkan pengetahuan, sikap, dan perilaku relatif terhadap produk yang dijual. Variabel yang termasuk di dalamnya yaitu kesempatan untuk penggunaan, manfaat yang dicari, dan kesiapan pembeli. (Kotler and Lee, 2009:83).

Page 6: Hiv Aids Rika

Menentukan Tujuan Komunikasi

Dalam hal ini pemasar menentukan tujuan komunikasinya, misalnya untuk menciptakan kesadaran, pengetahuan, kesukaan, pilihan, keyakinan, atau pembelian. Tujuan pemasaran dalam pemasaran sosial terbagi dalam tiga tahap, yaitu behavior objectives yakni menentukan perilaku yang diinginkan dalam perencanaan tersebut dengan tujuan untuk mempengaruhi, sebagai hasil dari kampanye atau program yang dibuat. Knowledge objectives, Mengemukakan fakta-fakta dan informasi yang diperlukan oleh target audiens, dengan tujuan agar mereka melakukan tindakan tertentu (Kotler & Lee, 2009:226).

Merancang pesan

Syarat – syarat perlu diperhatikan dalam menyusun pesan yaitu menentukan tema dan materi. Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu membangkitkan “perhatian”. Hal ini sesuai dengan rumus klasik AIDDA yang juga dikenal dengan adoption process, yaitu attention, Interest, desire, decision, dan action, artinya dimulai dengan membangkitkan perhatian (attention), kemudian menimbulkan minat dan kepentingan (interest), sehingga banyak memiliki hasrat (desire), untuk menerima keputusan untuk mengamalkan dalam tindakan (action).

Menyeleksi Saluran Komunikasi

Sebelum suatu pesan atau kebijaksanaan lembaga disampaikan kepada masyarakat perlu dipertimbangkan tentang penggunaan media atau saluran yang paling efektif. Didalam ilmu komunikasi dikenal komunikasi langsung (face to face) dan media massa. Jika sasarannya hanya terdiri dari beberapa orang saja dan lokasinya dapat dijangkau saja digunakan komunikasi langsung, termaksud jika sasarannya internal publik biasa digunakan pertemuan-pertemuan. Jika sasarannya banyak orang dan tersebar dimana-mana, maka salurannya yang sesuai adalah media massa.

Menetapkan jumlah anggaran promosi

Tahapan promosi yang paling krusial adalah menentukan anggaran, karena berhasil tidaknya suatu program yang sudah direncanakan bergantung pada anggaran yang dimiliki. Misalnya, untuk menentukan penggunaan media apa saja yang tergantung pada anggaran yang tersedia, atau pemasar berorientasi pada pencapaian sasaran promosi yang akan dicapai, sehingga sebesar itulah anggaran yang akan berusaha disediakan.

Menentukan bauran komunikasi

Langkah selanjutnya setelah menentukan anggaran promosi adalah menentukan alat promosi yang akan digunakan. Bauran promosi merupakan media komunikasi yang dipakai dapat mempengaruhi isi pesan. bauran komunikasi pemasaran (juga disebut dengan bauran promosi) terdiri dari lima 5 variabel yang ada dalam promotional mix, yaitu personal selling, mass selling (periklanan dan publisitas, promosi penjualan, public relations, dan penjualan langsung (direct marketing).

Page 7: Hiv Aids Rika

Mengukur hasil-hasil promosi

Setelah melakukan promosi, pemasar harus mengukur hasil atau dampak dari promosi pada target audience, apakah mereka mengenal atau mengingat pesan-pesan yang diberikan.

Mengelola dan Mengkoordinasi Proses Komunikasi

Karena jangkauan komunikasi yang luas dari alat pesan dan komunikasi yang tersedia untuk mencapai target audience, maka alat dan pesan perlu dikoordinasikan. Karena jika tidak, pesan-pesan itu akan menjadi lesu pada saat produk tersedia, pesan kurang konsisten atau tidak efektif lagi. Untuk itu, pemasar mengarah pada penerapan konsep komunikasi pemasaran yang terkoordinasi.

Evaluasi Komunikasi Pemasaran Sosial

Mengevaluasi merupakan bagian dari perencanaan strategis, walaupun pelaksanaan evaluasi baru dilakukan setelah implementasi dari pemasaran. The most visible stage of a social marketing project is the implementation and this is followed by an evaluation review and the important follow-up which is critical to ensure that short-term impacts are built into ongoing medium and longer-term work (Thomas, Jane. 2009). Pelaksanaan dan evaluasi sangat penting untuk menindaklanjuti dampak jangka pendek dan perubahan perilaku jangka panjang. Evaluasi menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas dan implementasi rencana selanjutnya. Untuk menjaga pemasaran tetap berada dijalurnya, dibutuhkan rencana untuk evaluasi saat pemasaran dilaksanakan.

Sosialisasi

Sosialisasi atau pemasyarakatan program adalah tahapan penting dalam program pengembangan masyarakat pedesaan. Kegiatan sosialisasi tidak hanya menyampaikan informasi dan jasa pelayanan melainkan juga mencari dukungan dari berbagai kelompok masyarakat. Sosialisasi adalah “penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan seseorang bertindak dan bersikap sebagai anggota masyarakat yang efektif, yang menyebabkan ia efektif, yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat” (Effendy, 2006:27). “Komunikasi sosial adalah sekaligus proses sosialisasi” demikian tulisan Astrid S. Susanto dalm bukunya, Komunikasi Sosial di Indonesia. (Astrid S. Susanto, 1985:hal.1) kajian tentang proses sosialisasi khususnya dan sosiologi umumnya, memang tidak bisa untuk menyinggung komunikasi. Karena proses sosialisasi terjadi melalui interaksi sosial yang harus didahului kontak dan komunikasi.

Analisis Situasi

Pemasaran sosial lebih kompleks dibandingkan dengan pemasaran produk, karena dibutuhkan pemahaman saat menerapkan langkah-langkah atau strategi sosial marketing, terutama dengan melakukan riset sosial dan kajian. Dalam menentukan strategi harus mempertimbangkan kondisi wilayah sasaran, target adopters serta faktor-faktor yang berpengaruh pada partisipasi masyarakat akan berbagai produk sosial. Permasalahan HIV-AIDS yang beragam dan semakin mengkawatirkan tersebut harus segera diatasi satu per satu.. Upaya untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan ramah bagi ODHA, perlu

Page 8: Hiv Aids Rika

disosialisasikan kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat mengantisipasi sedini mungkin munculnya penulran HIV-AIDS yang baru.

Mengenal audiens sasaran

Target audiens dalam hal ini adalah seluruh masyarakat. Luasnya ruang lingkup menyebabkan dibentuknya segmentasi khalayak sasaran. Pasar disegmentasi untuk membantu dalam pengambilan keputusan tentang usaha-usaha yang akan dilakukan untuk memasarkan program HIV-AIDS. Segmentasi pemasaran sosial HIV-AIDS terbagi dalam target primer yaitu kelompok ibu-ibu. Target primer dalam pemasaran sosial HIV-AIDS adalah kelompok TOGA,TOMA maupun pihak terkait lainnya dengan pertimbangan bahwa para TOGA,TOMA memiliki peran sentral dalam kehidupan sosial masyarakat. Kemudian target sekunder yaitu kelompok bapak-bapak dan remaja. Pada akhirnya semua kelompok-kelompok pertemuan yang ada di tersosialisasi mengenai penerapan HIV-AIDS.

Menentukan tujuan komunikasi

Tujuan komunikasi pemasaran sosial HIV-AIDS sesuai dengan tahapan yang disampaikan Kotler (Kotler and Lee, 2009: 226), meliputi : Behavior Objective, merupakan desain perilaku yang ingin dihentikan oleh target audiens yakni stigma buruk terhadap ODHA. Knowledge Objective: Mengarah pada data statistik, fakta dan informasi yang membuat kelompok sasaran termotivasi. Informasi tentang HIV-AIDS dapat mendidik masyarakat untuk meninggalkan stigma buruk terhadap ODHA.

Merancang pesan

Dalam penyusunan pesan ini hal utama yang akan dilakukan adalah bagaimana menarik perhatian hingga dapat mengubah perilaku dan pola pikir masyarakat, sesuai dengan rumus klasik AIDDA yang juga dikenal dengan adoption process, yaitu attention, Interest, desire, decision, dan action. Dalam penyusunan pesan mensosialisasikan Program HIV-AIDS menggunakan campuran bahasa Indonesia, hal ini dimaksudkan agar mudah dimengerti oleh target audiens mengingat mayoritas adalah masyarakat asli Indonesia yang secara turun temurun tinggal Indonesia. Pesan-pesan yang disampaikan mengenai program HIV-AIDS yaitu pentingnya program ini bagi masyarakat serta menawarkan manfaat yang akan didapatkan apabila tahu dan mengerti tentang HIV-AIDS merupakan langkah pertama dalam pemberantasan HIV-AIDS.

Menyeleksi saluran komunikasi

Untuk meningkatkan keefektifan penyampaian pesan kepada khalayak yang beragam perlu digunakan berbagai saluran komunikasi, meliputi saluran komunikasi personal, dengan melibatkan dua orang atau lebih yang berkomunikasi langsung secara tatap muka. Kuatnya pengaruh komunikasi kelompok yaitu saluran berbasis komunitas melalui acara arisan rutin bulanan yang diadakan oleh masyarakat. Pemilihan saluran komunikasi personal melalui pertemuan arisan dalam mensosialisasikan program HIV-AIDS dirasa sudah tepat, karena dalam mempengaruhi pikiran dan tingkah laku masyarakat cukup dilakukan dengan cara sederhana akan tetapi dapat menyentuh emosi dan melihat respon umpan balik dari target audiens, tanpa terlalu banyak menghabiskan dana yang memang cukup terbatas. Sedangkan saluran komunikasi non personal yang digunakan meliputi, media display (baliho, papan reklame, poster), dan event. Saluran komunikasi non personal digunakan untuk membangun kesadaran masyarakat agar peduli dan mau terlibat dalam program HIV-AIDS tersebut.

Page 9: Hiv Aids Rika

Daftar Pustaka

Nasaruddin.(2014). Pengidap HIV/AIDS Singkawang Tertinggi di Kalbar. Terarsip.http:// http://pontianak.tribunnews.com/2014/04/02/pengidap-hivaids-singkawang-tertinggi-di-kalbar.Diakses 22 Februari 2015

Defri Werdiyono. (2009). Wah Yogya Penyumbang Sampah Terbesar. Terarsip http://regional.kompas.com/read/2009/10/12/20101527/wah...yogya.penyumbang.sampah.terbesar. Diakses22 Februari 2015

Mulyana Deddy. M.A. (2010). Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Fiske, John. (2004). Cultural and Communication Studies (Sebuah pengantar paling komprehensif). Yogyakarta: Jalasutra.

Thomas, Jane. Using Social Marketing to Address Obesity: The ongoing “Liverpool’s Challenge’ Social Marketing Programme”. Journal of Communication in Healthcare Volume 2 Number 3 2009.

Kotler, Philip dan Lee, Nancy R. (2009). Up and Out Of Poverty (The Social Marketing Solution). New Jersey: Pearson Education, Inc.

Rakhmat, Jalaluddin. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sulaksana, Uyung. (2007). Integrated Marketing Communications: Teks dan Kasus. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Uchjana Effendy, Onong. (2006). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Citra Aditya Bakti.