Upload
keko-arantasari
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/28/2019 HK.KONTRAK INTERNASIONAL
1/5
Permasalahan hukum:
1. Bagaimanakah Mahkamah Agung menilai putusan Pengadilan Negeri Banda Aceh danPengadilan Tinggi Nangroe Aceh Darussalam?
2. Bagaimanakah Mahkamah Agung memutuskan permohonan Peninjauan Kembali dariBevordering Plattelandsontwikkeling BV dan Mr. Abraham Heijboer?
Putusan
1. Pada Putusan Mahakamah Agung Republik Indonesia No. 75 K/PDT/2002 tersebut telahdisebutkan secara khilaf dan keliru bahwa berdasarkan pertimbangan Mahkamah Agung
putusan Pengadilan tidak salah dalam menerapkan hukum dalam perkara ini dan tidak
bertentangan dengan undang-undang sehingga permohonan dari pemohon kasasi di tolak.
2. Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan diatas, maka permohonan peninjauankembali yang diajukan oleh Bevordering Plattelandsontwikkeling BV dan Mr. Abraham
Heijboertersebut adalah tidak beralasan sehingga harus ditolak. Bahwa karena permohonan
peninjauan kembali ditolak, maka biaya perkara dalam tingkat peninjauan kembali ini harus
dibebankan kepada Pemohon Peninjauan Kembali sebesar Rp. 2.500.000 (dua juta lima ratus
ribu rupiah).
Dasar Pertimbangan Putusan :
Menimbang, bahwa dengan Pasal 68, 69, 71 dan 72 Undang-Undang No. 14 Tahun 1985
sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004, permohonan peninjauan
kembali aquo beserta alasan-alasannya yang diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang
ditentukan undang-undang, formal dapat diterima ;
Menimbang, bahwa para Pemohon Peninjauan Kembali/para Penggugat telah mengajukan
alasan-alasan peninjauan kembali yang pada pokoknya sebagai berikut :
1. Menurut Undang-Undang Mahkamah Agung No. 14 Tahun 1985 Pasal 67 butir (f)disebutkan bahwa salah satu alasan pengajuan Peninjauan kembali adalah Apabila
dalam suatu putusan tersebut terdapat suatu kekhilafan Hakim atau suatu
kekeliruan yang nyata.
2. Dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 575 K/PDT/2002tertanggal 12 Mei 2004 ternyata bahwa Hakim Mahkamah Agung telah melakukan
7/28/2019 HK.KONTRAK INTERNASIONAL
2/5
suatu kekhilafan atau suatu kekeliruan yang nyata, sehingga Pemohon Kasasi
mengajukan Peninjauan Kembali ini. Berdasarkan Kekhilafan-kekhilafan dan
kekeliruan sebagai berikut. Pada Putusan Mahakamah Agung Republik Indonesia
No. 75 K/PDT/2002 tersebut telah disebutkan secara khilaf dan keliru bahwa
berdasarkan pertimbangan Mahkamah Agung putusan Pengadilan tidak salah dalam
menerapkan hukum dalam perkara ini dan tidak bertentangan dengan
undangundang sehingga permohonan dari pemohon kasasi di tolak.
Padahal dalam hal ini Mahkamah Agung telah salah mempertimbangkan hukumnya dengan tidak
menerima keberatan-kerberatan dalam memori kasasi yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan
Kembali yang intinya sebagai berikut;
bahwa Judex Factie telah salah menerapkan hukum dimana judex factie telah berpendapat
dalam pertimbangan hukumnya yang menyatakan Perjanjian yang dibuat pada tanggal 26
September 1997 yang berjudul Management Agreement tidak dapat dipisahkan dengan
perjanjian tertanggal 23 september 1997 yang berjudul Joint Operation Agreement.
Sebenarnya Perjanjian tanggal 26 September 1997 dan Perjanjian tanggal 23 September
1997 merupakan perjanjian yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri. Hal ini dapat dilihat
dimana dalam Perjanjian tanggal 26 September 1997 tentang Management Agreement yang
menjadi para pihak adalah Joint Operation Holland Coffe BV dan Perusahaan Daerah Genap
Mupakat sebagai pihak pertama dan Beplet BV sebaga pihak kedua. Sedangkan dalam Joint
operation Agreement tanggal 23 September 1997 para pihaknya adalah Holland Coffe BV
dan Perusahan Daerah Genap Mupakat;
Dari hal tersebut di atas maka secara hukum antara Tergugat-Tergugat/Para Termohon
Kasasi dengan Penggugat-Penggugat/Para Pemohon Kasasi terikat pada perjanjian tanggal 26
September 1997. Berdasarkan ketentuan Pasal 1328 KUHP Perdata, perjanjian merupakan undang-
undang bagi yang membuatnya. Oleh karenanya para Pemohon kasasi harus menundukkan dirinya
pada Perjanjian tanggal 26 September 1997 yang merupakan Lex Specialis terhadap perjanjian
tanggal 23 September 1997 dan oleh sebab itu pula secara hukum Pengadilan Negeri Banda Aceh
berwenang untuk mengadili perkara ini.
Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan peninjauan kembali tersebut Mahkamah Agung
berpendapat :
bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena alasan-alasan tersebut
tidak termasuk dalam salah satu alasan permohonan peninjauan kembali sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 67 a s/d f Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana yang
telah diubah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan diatas, maka permohonan peninjauan
kembali yang diajukan oleh: Bevordering Plattelandsontwikkeling BV dan Mr. Abraham Heijboer
7/28/2019 HK.KONTRAK INTERNASIONAL
3/5
tersebut adalah tidak beralasan sehingga harus ditolak ;
Menimbang, bahwa karena permohonan peninjauan kembali ditolak, maka biaya perkara
dalam tingkat peninjauan kembali ini harus dibebankan kepada Pemohon Peninjauan Kembali ;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 dan Undang-Undang No.
14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dan Hal. 14 dari 14 hal. Put. No.389 PK/Pdt/2007
ditambah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 serta peraturan perundang-undangan lain yang
bersangkutan ;
ANALISA
1. Klausa pemilihan hukum berfungsi jika timbul sengketa yang tidak dapat diselesaikan parapihak maka penyelesaian sengketa akan merujuk pada governing law. Pilihan ini hanya dapat
dilaksanakan terhadap hukum materil mengenai pokok sengketa. Prinsip-prinsip yang
penting dalam pilihan hukum ini adalah kebebasan para pihak, real connection dan
bonafide. Pembatasan terhadapnya hanyalah :
Hanya berlaku terhadap kontrak di bidang perdagangan/bisnis Tidak untuk kontrak dengan obyek benda tidak bergerak (tanah) Tidak untuk bidang perburuhan Tidak untuk kontrak-kontrak konsumen Tidak untuk menyelundupkan hukum Tidak melanggar aturan hukum setempat yang bersifat memaksa Tidak melanggar itikad baik Tidak untuk kontrak yang bersifat hukum publik
2. Klausul pemilihan yurisdiksi mengacu pada kewenangan untuk mengadili. Apabila para pihaktelah menentukan pilihan yurisdiksinya, maka hanya pengadilan di negara yang dipilih atau
ditunjuk itulah yang memiliki kewenangan untuk memeriksa dan mengadili sengketa yang
timbul dari kontrak intenasional tersebut. Pengadilan yang memiliki kewenangan untuk
memeriksa dan mengadili sengketa itu hanya bisa melakukan pemeriksaan dan menjatuhkan
putusan tentang sengketa itu jika menggunakan aturan-aturan hukum, dalam hubungannya
dengan masalah pilihan hukum, maka pengadilan yang memiliki yurisdiksi itu akan
menggunakan hukum yang dipilih itu tadi.
3. Sedangkanklausul pilihan forum mengacu pada tempat atau badan yang berwenangmemeriksa dan mengadili. Choice of forum adalah jika para pihak sepakat untuk memilih
7/28/2019 HK.KONTRAK INTERNASIONAL
4/5
7/28/2019 HK.KONTRAK INTERNASIONAL
5/5
partnership" or "private partnership" and it is the most common form of enterprise in the
Netherlands.
A BV may be created by one or more individuals or legal entities, Dutch or foreign, with a
minimum paid in capital of 18,000. After the Ministry of Justice issues a statement of no-
objection, a deed of incorporation is executed and filed. The deed must be in Dutch; it
contains details of the incorporators and of the initial Members of the Board, their amounts
of participation and payments of initial capital.