51
PAJAK INTERNASIONAL BY SUHARTINI

PAJAK INTERNASIONAL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PAJAK INTERNASIONAL. BY SUHARTINI. BAHAN/REFERENSI :. UU No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana yg diubah terakhir dng UU No. 36 tahun 2008. Perpajakan Internasional , Gunadi , FEUI, 2007 - PowerPoint PPT Presentation

Citation preview

Page 1: PAJAK INTERNASIONAL

PAJAK INTERNASIONAL

BY SUHARTINI

Page 2: PAJAK INTERNASIONAL

BAHAN/REFERENSI :

• UU No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana yg diubah terakhir dng UU No. 36 tahun 2008.

• Perpajakan Internasional, Gunadi , FEUI, 2007• Konsep Dan Aplikasi Perpajakan Internasional , Danny

Darussalam, Danny Darussalam Tax center ,2010• Pajak Internasional, Anang Mury Kurniawan, Ghalia Indonesia,

2011• Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) Suatu Kajian

terhadap Kebijakan Indonesia, Salemba Empat, 2011• Tax Treaty, Anang Mury Kurniawan, MUC Consulting Group ,

2012

Page 3: PAJAK INTERNASIONAL

• Hukum Internasional dalam arti luas yaitu termasuk pengertian hukum bangsa-bangsa, sebaliknya dalam arti sempit yaitu mengatur hubungan antara negara – negara.

• Indonesia merupakan subjek hukum internasional , karena itu ia telah mengikuti dan menandatangani Konvensi Wina.

• Konvensi internasional memiliki kekuatan hukum yg mengikat antar negara yg ikut menanda tangani tsb, karena:

a. Hk. Internasional merupakan bg dari hk. yg lebih tinggi dr pd hukum nasional, krn menyangkut kepentingan lebih banyak masy. Internasional .

b. Hk. Internasional merupakan kehendak negara itu sendiri pd hukum onternasional, dan jg merupakan kehendak bersama.

c. Kenyataan sosial bhw mengikatnya hk. itu mutlak untk dpt terpenuhinya kebutuhan bangsa

Page 4: PAJAK INTERNASIONAL

Hukum Pajak Internasional :

Adalah keseluruhan peraturan yang mengatur tata tertib hukum dan yang mengatur tentang hak pengenaan pajak di masing-masing negara. Pengertian hukum pajak internasional itu merupakan suatu pengertian yang menggabungkan daripada pengertian pajak ganda dan hukum pajak nasional.

Page 5: PAJAK INTERNASIONAL

Pengertian dan Dimensi Perpajakan Internasional

5

Page 6: PAJAK INTERNASIONAL

IBFD International Tax Glossary 5th Ed. 2005:- Traditionally refers to treaty provision relieving international

double taxation - In broader terms, it includes domestic legislation covering

foreign income of residents (worldwide income) and domestic income of non residents.

Brian Arnold, International Tax Primer, 1995:

“…the international aspects of the income tax laws of particular countries.”

6

Pengertian Perpajakan Internasional

Page 7: PAJAK INTERNASIONAL

Kesepakatan perpajakan yg berlaku di antar negara yang mempunyai Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda dan pelaksanaannya dilakukan dengan niat baik sesuai dengan Konversi Wina (Pacta Sunservanda)

Pajak internasional :

7

Page 8: PAJAK INTERNASIONAL

Adalah suatu perbuatan hukum yang mengikat negara pada bidang-bidang perpajakan. Bentuknya adalah: persetujuan penghindaran pajak berganda

(tax treaty) Cara penerapan (mode of application) Tata cara persetujuan bersama ( mutual

agreement procedure)

Perjanjian perpajakan internasional:

8

Page 9: PAJAK INTERNASIONAL

Elemen Perpajakan Internasional

Termasuk tax treaty dengan 58 negara

Yang mempunyai aspek mengatur perpajakan atas

transaksi internasional

Ketentuan perpajakan domestik suatu negara

PERPAJAKAN INTERNASIONAL

Page 10: PAJAK INTERNASIONAL

10

Dimensi Perpajakan Internasional (4)

Perpajakan Internasional Extra Territorial

Perpajakan Domestik

Perpajakan Internasional

Penghasilan

Luar Negeri

Dalam Negeri

Dalam Negeri

1

2

Penghasilan

Luar Negeri

Subjek Pajak

Subjek Pajak

4

3

Page 11: PAJAK INTERNASIONAL

11

Ruang Lingkup Perpajakan Internasional

SUBJEK PAJAK SUMBER PENGHASILAN

ISTILAH

Dalam Negeri Luar Negeri Taxing Inbound Income

Luar Negeri Dalam Negeri Taxing Outbound Income

Page 12: PAJAK INTERNASIONAL

Pemajakan Pada Transaksi Internasional

Penyetoran Modal

Dividen

Negara S Negara sumberDiskusikan:Bagaimana cara Negara S mengenakan pajak atas penghasilan dividen?

Negara S

Negara D

Negara D Negara domisiliDiskusikan:Bagaimana cara Negara D mengenakan pajak atas penghasilan dividen?

X Co.

Ali

12

Page 13: PAJAK INTERNASIONAL

Perpajakan Internasional Indonesia

13

Page 14: PAJAK INTERNASIONAL

Pengertian:• UU PPh dan aturan pelaksanaannya:

– Peraturan Pemerintah,– Peraturan Menteri Keuangan,– Peraturan Dirjen Pajak,

• yang mengatur perlakuan pajak atas:– penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diperoleh Subjek Pajak

luar negeri (taxing outbound income), dan – Penghasilan yang diperoleh subjek pajak dalam negeri (taxing inbound

income)

• termasuk tax treaty antara Indonesia dengan 58 negara mitra (per 1 Januari 2010).

14

Perpajakan Internasional Indonesia (1)

Page 15: PAJAK INTERNASIONAL

15

Perpajakan Internasional Indonesia (2)Aspek Internasional dalam UU PPh:Subjek Pajak Pasal 2 dan Pasal 3Objek Pajak Pasal 4 ayat (1),

Pasal 5 ayat (1), dan Pasal 26 ayat (1), (2), dan (4)

Menghitung PPh terutang Pasal 16, Pasal 17, dan Pasal 26

Kredit Pajak Luar Negeri Pasal 24

Anti Penghindaran Pajak Pasal 18Tax Treaty Pasal 32A

Page 16: PAJAK INTERNASIONAL

16

Aspek Internasional

Dimensi Pajak

Taxing Inbound Income

Taxing Outbound Income

Subjek Pajak SP DN SP LN BUT SP LN non BUT

Objek Pajak Pasal 4 ayat (1) minus ayat (3)

Pasal 5 ayat (1) a, b, dan c

Pasal 26 ayat (1), (2) , dan (4)

Pengurang Pasal 6 dan 9 Pasal 5 ayat (2) minus ayat (3), Pasal 6

Menghitung Pajak

Pasal 16 ayat (1), (2), dan (4)

Pasal 16 ayat (3) Pasal 26 ayat (1), (2) , dan (4)

Tarif Pajak Pasal 17 ayat (1) a/b

Pasal 17 ayat (1) b

Pasal 26 ayat (1), (2) , dan (4)

Penghilangan Pajak Berganda

Pasal 24

Pelunasan Pajak

Self Assessment & Withholding

Self Assessment & Withholding

Withholding

Perpajakan Internasional Indonesia (3)

Page 17: PAJAK INTERNASIONAL

17

Pemajakan atas Subjek Pajak dalam negeri yang memperoleh penghasilan yang bersumber dari luar negeri.

Subjek Pajak: SPDN (Orang Pribadi dan Badan) Objek Pajak: Pasal 4 ayat (1) tidak termasuk ayat (3) Menghitung Pajak: Pasal 16 ayat (1), (2), dan (4) Tarif pajak: Pasal 17 ayat (1) a atau b Penghilangan pajak berganda: Pasal 24

TAXING INBOUND INCOME (1)

Page 18: PAJAK INTERNASIONAL

Orang Pribadi Badan• Bertempat tinggal di Indonesia,• Berada di Indonesia lebih dari 183 hari

dalam jangka waktu 12 bulan, atau• Berada di Indonesia dan mempunyai niat

untuk bertempat tinggal di Indonesia(Pasal 2 ayat (3) a UU PPh)

• Didirikan di Indonesia, atau • Bertempat kedudukan di Indonesia.(Pasal 2 ayat (3) b UU PPh)

Kewajiban Pajak Subjektif:Dimulai: saat orang pribadi dilahirkan, berada, atau berniat untuk bertempat tinggal di Indonesia,Berakhir pada saat meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.(Pasal 2A ayat (1) UU PPh)

Kewajiban Pajak Subjektif:Dimulai pada saat badan didirikan atau bertempat kedudukan di IndonesiaBerakhir pada saat dibubarkan atau tidak lagi bertempat kedudukan di Indonesia(Pasal 2A ayat (2) a UU PPh)

18

TAXING INBOUND INCOME (2)Subjek Pajak

Page 19: PAJAK INTERNASIONAL

PER. DIRJEN PAJAK NO.PER-2/PJ./2009:Dalam rangka memberi kepastian atas perlakuan PPh bagi

orang pribadi WNI yang bekerja di luar negeri,Diatur tentang Pekerja Indonesia yaitu:

Orang pribadi WNI yang bekerja di luar negeri > 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan adalah Subjek Pajak luar negeri (SPLN),

Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri sehubungan dengan pekerjaannya di luar negeri dan telah dikenai pajak di luar negeri, tidak dikenai PPh di Indonesia.

19

Pekerja Indonesia Sebagai SPLN

TAXING INBOUND INCOME (3)

Page 20: PAJAK INTERNASIONAL

Objek Pajak bagi SPDN adalah Penghasilan, yaitu:

setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau

diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia

maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk

konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang

bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.(Pasal 4 ayat (1) UU PPh)

20

TAXING INBOUND INCOME (4)

Page 21: PAJAK INTERNASIONAL

Elemen-elemen dalam definisi Penghasilan mencakup semua:

1. Apapun jenis penghasilan (makna ekonomis, Global Income Taxation)

2. Apapun jenis saat pengakuan (cash atau accrual basis),

3. Dari manapun sumber geografis penghasilan (worldwide income),

4. Apapun cara pemanfaatannya,

5. Apapun nama dan bentuknya.

21

TAXING INBOUND INCOME (5)

Page 22: PAJAK INTERNASIONAL

Worldwide Income Principle: WPDN terutang pajak atas Penghasilan Kena Pajak yang berasal dari seluruh penghasilan termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.

Penggabungan penghasilan yang berasal dari luar negeri dilakukan sebagai berikut:a. untuk penghasilan dari usaha, dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya

penghasilan tersebut;b. untuk penghasilan lainnya, dilakukan dalam tahun pajak diterimanya

penghasilan tersebut;c. untuk dividen dalam Pasal 18 ayat (2) UU PPh, dilakukan dalam tahun pajak

pada saat perolehan deviden tersebut ditetapkan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Kerugian yang diderita di luar negeri tidak boleh digabungkan dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak.

KMK-164/KMK.03/200222

Penghasilan Dari Luar Negeri

Page 23: PAJAK INTERNASIONAL

Cara menghitung penghasilan neto (umum):

23

PEREDARAN BRUTO

PENGURANG

Pasal 4 ayat (1) – Pasal 4 ayat (3)

Pasal 6 (1) dan Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf

e, dan huruf g

PENGHASILAN NETO

TAXING INBOUND INCOME (6)

Page 24: PAJAK INTERNASIONAL

Cara menghitung penghasilan neto (norma penghitungan):

24

PEREDARAN BRUTO

NORMA PENGHITUNGAN

Pasal 4 ayat (1) – Pasal 4 ayat (3)

Pasal 14 dan Pasal 15

PENGHASILAN NETO

TAXING INBOUND INCOME (7)

Page 25: PAJAK INTERNASIONAL

25

PENGHASILAN NETO

PTKP dan SISA KERUGIAN TH. SEBELUMNYA

Pasal 6 ayat (3) dan Pasal 7, Pasal 6 ayat (2)

PENGHASILAN KENA PAJAK Pasal 16 ayat (1) dan (2)

TARIF PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a atau b

PPh TERUTANG

PELUNASAN PPH DLM TH BERJALANPasal 20, Pasal 24 , Pasal 26 ayat

(5)

PPH YMH/(LEBIH) DIBAYAR Pasal 28

TAXING INBOUND INCOME (8)

Page 26: PAJAK INTERNASIONAL

Penghilangan Pajak Berganda:Diatur dalam Pasal 24 UU PPh;Berlaku bagi WPDN dan BUT;Metode: kredit, per country limitation,Mengatur tentang negara sumber penghasilan

(source rules)

26

TAXING INBOUND INCOME (9)

Page 27: PAJAK INTERNASIONAL

Tata Cara Pengkreditan Pajak Luar Negeri:WP wajib menyampaikan permohonan kepada Dirjen

Pajak dengan dilampiri:1. Laporan Keuangan dari penghasilan yang berasal dari

luar negeri;2. Fotokopi SPT Pajak yang disampaikan di luar negeri; dan3. Dokumen pembayaran pajak di luar negeri.

Penyampaian permohonan dilakukan bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan PPh.

(KMK-164/KMK.03/2002)

27

TAXING INBOUND INCOME (10)

Page 28: PAJAK INTERNASIONAL

Source Rule dalam Pasal 24 UU PPh , diantaranya:

a. penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta capital gainnya negara tempat badan yang menerbitkan saham atau sekuritas tersebut didirikan atau bertempat kedudukan;

b. penghasilan bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta gerak negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bertempat kedudukan atau berada;

c. penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak negara tempat harta tersebut terletak;

d. penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat kedudukan atau berada;

28

TAXING INBOUND INCOME (11)

Page 29: PAJAK INTERNASIONAL

Taxing Outbound Income

29

Page 30: PAJAK INTERNASIONAL

30

Pemajakan atas Subjek Pajak luar negeri (SPLN) yang memperoleh penghasilan yang bersumber dari dalam negeri.

Subjek Pajak: SPLN (Orang Pribadi atau Badan) Objek Pajak: Pasal 26 ayat (1), (2), dan (4) Menghitung Pajak: Pasal 26 ayat (1), (2), dan (4) Tarif pajak: Pasal 26 ayat (1), (2), dan (4) Penghilangan pajak berganda: Tidak ada

TAXING OUTBOUND INCOME (1)

Page 31: PAJAK INTERNASIONAL

31

TAXING OUTBOUND INCOME (2)Subjek Pajak

Orang Pribadi Badan• Tidak bertempat tinggal di Indonesia,

atau • Berada di Indonesia tidak lebih dari

183 hari dalam jangka waktu 12 bulan

(Pasal 2 ayat (4) UU PPh)

• Tidak didirikan, dan • Tidak bertempat kedudukan di

Indonesia. (Pasal 2 ayat (4) UU PPh)

Kewajiban Pajak Subjektif:•Dimulai pada saat orang pribadi menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia, •Berakhir pada saat orang pribadi tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan tersebut.(Pasal 2A ayat (4) UU PPh)

Kewajiban Pajak Subjektif:•Dimulai pada saat badan menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia, •Berakhir pada saat badan tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan tersebut.(Pasal 2A ayat (4) UU PPh)

Page 32: PAJAK INTERNASIONAL

Objek Pajak bagi SPLN:Berdasarkan Pasal 26 ayat (1), yaitu penghasilan dengan karakteristik sebagai berikut:1.Penghasilan tertentu (positive/closed list), 2.Menerapkan konsep substance over form,3.Saat terutang: saat dibayarkan, disediakan untuk

dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya,4.Pemotong Pajak: Badan pemerintah, SPDN,

penyelenggara kegiatan, BUT, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya,

32

TAXING OUTBOUND INCOME (3)

Page 33: PAJAK INTERNASIONAL

Objek Pajak SPLN Pasal 26 ayat (1):a. dividen;b. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan

sehubungan dengan jaminan pengembalian utang;c. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan

penggunaan harta;d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;e. hadiah dan penghargaan;f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya; g. premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atauh. keuntungan karena pembebasan utang.

33

TAXING OUTBOUND INCOME (4)

Page 34: PAJAK INTERNASIONAL

Objek Pajak SPLN Pasal 26 ayat (2):

1. Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia, kecuali yang diatur dalam Pasal 4 ayat (2), yang diterima atau diperoleh WPLN selain BUT di Indonesia, dan

2. Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri

Saat terutang: diatur lebih lanjut dengan PMK;

Dasar pengenaan pajak: penghasilan neto yang diatur dengan PMK;

Perkiraan penghasilan neto: diatur lebih lanjut diatur lebih lanjut dengan PMK

Mekanisme pelunasan: pemotongan/pemungutan34

TAXING OUTBOUND INCOME (5)

Page 35: PAJAK INTERNASIONAL

Pemotongan PPh Pasal 26 ayat (2):1. Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di

Indonesia:Untuk pengalihan saham sesuai KMK-434/KMK.04/1999 perkiraan penghasilan neto 25%,

2. Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri, perkiraan penghasilan neto:50% bila yang membayar tertanggung, 10% bila yang membayar perusahaan asuransi,5% bila yang membayar perusahaan reasuransi.

35

TAXING OUTBOUND INCOME (6)

Page 36: PAJAK INTERNASIONAL

PASAL 26 AYAT (1):

36

PEREDARAN BRUTO

TARIF 20%

Pasal 26 ayat (1) huruf a s.d. h

PPH TERUTANG

TAXING OUTBOUND INCOME (7)

Page 37: PAJAK INTERNASIONAL

PASAL 26 AYAT (2):

37

PEREDARAN BRUTO

TARIF 20%

Pasal 26 ayat (2)

PPH TERUTANG

PERKIRAAN PENGHASILAN NETO

Diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan

TAXING OUTBOUND INCOME (8)

Page 38: PAJAK INTERNASIONAL

Branch Profit Tax Pasal 26 ayat (4):

38

PENGHASILAN KENA PAJAK BUT

TARIF 20%

BRANCH PROFIT

PPH TERUTANG

TARIF PPH PASAL 17

BRANCH PROFIT TAX

TAXING OUTBOUND INCOME (9)

Page 39: PAJAK INTERNASIONAL

Tujuan P3B:1. Penghindaran pajak berganda, 2. Pencegahan pengelakan pajak,3. Peningkatan hubungan ekonomi dan

perdagangan dengan negara lain,4. Memberikan kepastian hukum.

[Pasal 32A UU PPh]

P3B DALAM UU PPh (1)

Page 40: PAJAK INTERNASIONAL

40

Kedudukan hukum P3B di hadapan UU PPh

Kedudukan tax treaty: lex specialis dari UU PPh. (Penjelasan Pasal 32 A UU PPh)

Bila terjadi perbedaan pengaturan antara UU PPh dan tax treaty, maka ketentuan dalam tax treaty yang diberlakukan (”Tax Treaty Superceeding Domestic Tax Laws”).

P3B DALAM UU PPh (2)

Page 41: PAJAK INTERNASIONAL

41

AustraliaBangladeshBrunei DarussalamIndia Jepang JordanKorea UtaraKorea SelatanKuwait MalaysiaMongoliaNew ZealandPakistanPhilippinesQatarSaudi ArabiaSingapuraSrilangkaSyriaTaiwanThailand

RRCUni Emirat ArabVietnamAlgeriaKanadaMesirMauritius (dihentikan)MexicoSeychellesAfrika SelatanSudanTunisiaAmerika SerikatVenezuelaAustriaBelgiaBulgariaCekoDenmarkFinlandia

PrancisJermanHungariaItaliaLuxemburgBelandaNorwegiaPolandiaRumaniaRusiaSlovakiaSpanyolSwediaSwitzerlandTurkiUkrainaUnited KingdomUzbekistan

DAFTAR P3B INDONESIA YANG BERLAKU EFEKTIF: 58 Negara

Page 42: PAJAK INTERNASIONAL

42

INTERAKSI UU PPH DAN P3BStart

Identifikasi Transaksi Internasional, seperti:Subjek & Objek Pajak

Tentukan Perlakuan Pajak menurut UU

PPh

Ada PPh terutang

?

P3B dite-

rapkan?

P3B Konflik dng UU PPh?

Perlakuan Pajak menurut P3B, khusus untuk isu yang berkonflik.

Stop

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Perlakuan Pajak menurut UU PPh JALAN TERUS!!!

Tidak

Ya

Untuk hal-hal lain yang tidak berkonflik dengan P3B: UU PPh

JALAN TERUS!!!

P3B DALAM UU PPh (3)

Page 43: PAJAK INTERNASIONAL

P3B diterapkan?

Ya

Tidak

P3B diterapkan apabila:

1. Indonesia memiliki P3B dengan negara residen, dan

2. WP luar negeri adalah residen dari negara mitra P3B Indonesia terdapat SKD yang sah

43

P3B DALAM UU PPh (4)

Page 44: PAJAK INTERNASIONAL

P3B konflik dengan UU

PPh?

Ya

Tidak

P3B dapat berkonflik dengan UU PPh dalam hal, seperti:

1. Status Subjek Pajak dalam negeri,

2. Keberadaan BUT,

3. Hak pemajakan,

4. Besarnya penghasilan (tax base)

5. Besarnya tarif pajak,

6. Definisi penghasilan/harta,

7. Sumber penghasilan44

P3B DALAM UU PPh (5)

Page 45: PAJAK INTERNASIONAL

Model dan Struktur P3B

45

Page 46: PAJAK INTERNASIONAL

46

Terdapat dua model P3B, yaitu OECD Model dan UN Model, yang dapat digunakan sebagai:

1. Referensi bagi para negara dalam membuat P3B,

2. Untuk menyamakan bentuk P3B yang hendak dirundingkan,

3. Bagi Indonesia (DJP), kedua model digunakan sesuai dengan kondisi dalam perundingan, dengan landasan dasar adalah kepentingan nasional.

MODEL DAN STRUKTUR P3B (1)

Page 47: PAJAK INTERNASIONAL

47

OECD Model mempunyai karakteristik utama melindungi hak pemajakan negara domisili dalam wujud:

Pencantuman definisi istilah ke dalam P3B untuk mencegah penggunaan definisi yang terdapat dalam hukum domestik negara sumber,

Pembatasan hak pemajakan negara sumber dalam bentuk seperti: syarat-syarat, time test yang lebih panjang, dan pembatasan tarif pajak.

UN Model lebih condong melindungi hak pemajakan negara sumber dibandingkan OECD Model.

MODEL DAN STRUKTUR P3B (2)

Page 48: PAJAK INTERNASIONAL

48

Pasal-pasal dalam P3B dapat dikelompokkan menjadi:1. Ruang Lingkup (Scope)2. Definisi3. Substansi (pembagian hak pemajakan atas

penghasilan)4. Anti Penghindaran Pajak,5. Metode menghilangkan pajak berganda, dan6. Lain-lain.

MODEL DAN STRUKTUR P3B (3)

Page 49: PAJAK INTERNASIONAL

49

Pasal Judul Jenis

1 Personal Scope Scope

2 Taxes Covered Scope

3 General Definitions Definisi

4 Resident Definisi

5 Permanent Establishment Definisi

6 Immovable Property Substansi

7 Business Profits Substansi

8 Shipping Substansi

9 Associated Enterprise Anti-avoidance

10 Dividend Substansi

11 Interest Substansi

12 Royalties Substansi

13 Capital Gain Substansi

14 [Independent Personal Services] Substansi

15 Dependent Personal Services Substansi

16 Directors Substansi

MODEL DAN STRUKTUR P3B (4)

Page 50: PAJAK INTERNASIONAL

50

Pasal Judul Jenis17 Artistes & Sportsmen Substansi

18 Pensions Substansi

19 Government Services Substansi

20 Students Substansi

21 Other Income Substansi

22 Capital Substansi

23 Elimination of Double Taxation Metode menghilangkan pajak berganda

24 Non Discrimination Lain-Lain

25 Mutual Agreement Procedure Metode menghilangkan pajak berganda

26 Exchange of Information Anti-avoidance

27 Diplomats Lain-Lain

28 Territorial Extension Lain-Lain

29 Entry into Force Scope

30 Termination Scope

MODEL DAN STRUKTUR P3B (5)

Page 51: PAJAK INTERNASIONAL

• Terima Kasih....

51

Sekian.