20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana strategis bagi peningkatan mutu sumber daya manusia, oleh karena itu pendidikan merupakan salah satu tolok ukur bagi tingkat kemajuan suatu bangsa. Atas dasar itu pula, upaya untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan akan senantiasa dilakukan. Pendidikan merupakan ujung tombak pembangunan nasional, karena didalamnya ada proses pembinaan untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang handal dan berkualitas. Untuk itu segala upaya positif senantiasa harus terus dilakukan dalam proses pendidikan agar pembangunan nasional khususnya di bidang pendidikan dapat tercapai. Untuk merekayasa Sumber Daya Manusia berkualitas, yamg mampu bersanding bahkan bersaing dengan negara maju, diperlukan guru dan tenaga kependidikan profesional yang merupakan penentu utama keberhasilan 1

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS II SMU LAB SCHOOL JAKARTA TIMUR

Embed Size (px)

DESCRIPTION

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGANPRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS II SMU LAB SCHOOL JAKARTA TIMUR

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN  PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS II   SMU LAB SCHOOL JAKARTA TIMUR

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu sarana strategis bagi peningkatan mutu

sumber daya manusia, oleh karena itu pendidikan merupakan salah satu tolok ukur

bagi tingkat kemajuan suatu bangsa. Atas dasar itu pula, upaya untuk meningkatkan

kualitas penyelenggaraan pendidikan akan senantiasa dilakukan.

Pendidikan merupakan ujung tombak pembangunan nasional, karena

didalamnya ada proses pembinaan untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM)

yang handal dan berkualitas. Untuk itu segala upaya positif senantiasa harus terus

dilakukan dalam proses pendidikan agar pembangunan nasional khususnya di bidang

pendidikan dapat tercapai. Untuk merekayasa Sumber Daya Manusia berkualitas, yamg

mampu bersanding bahkan bersaing dengan negara maju, diperlukan guru dan tenaga

kependidikan profesional yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Guru dan tenaga kependidikan tersebut dibina, dikembangkan, dan diberikan

penghargaan yang layak sesuai dengan tuntutan visi, misi dan tugas yang diembannya.

Salah satu masalah krusial yang dihadapi bangsa ini adalah rendahnya mutu

pendidikan, yang bermuara pada lemahnya daya saing Sumber Daya Manusia (SDM)

dan rendahnya produktifitas manusia Indonesia pada umumnya. Kualitas pendidikan

Indonesia yang oleh banyak kalangan masih dianggap rendah ini diperlihatkan dengan

indikator Human Development Index (HDI) Indonesia yang masih rendah pada tabel

1.1 di bawah ini (tahun 2004 peringkat 111 dari 117 negara dan tahun 2005 peringkat

110 di bawah Vietnam dengan peringkat 108). Bandingkan dengan negara Cina yang

1

Page 2: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN  PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS II   SMU LAB SCHOOL JAKARTA TIMUR

memiliki peringkat 111 pada tahun 1995 tetapi pada tahun 2005 sudah mencapai

peringkat 85, suatu kemajuan yang memiliki prestasi tersendiri.

Tebel 1.1 Ranking Indonesia berdasarkan HDI dibandingkan beberapa negara tahun 1995, 2000, 2003, 2004, dan 2005

No NegaraPeringkat Pada Tahun

1995 2000 2003 2004 2005123456

ThailandMalaysiaPhilipinaIndonesiaCinaVietnam

5859

100104111120

766177

10999

108

745885

112104109

765983

11194

112

736184

11085

108 Sumber : Kunandar 2007

Jika dibandingkan dengan kualitas sistem pendidikan dikaitkan dengan daya

saing tenaga kerja pada 12 negara Asia, peringkatnya sangat jauh dengan rasio 6,59

menempati posisi akhir paling bawah, bahkan di bawah negara Malaysia dan Vietnam

(tabel 1.2). Ini menunjukkan bahwa kualitas tenaga kerja di Indonesia tidak mampu

bersaing di tingkat Internasional khususnya di kawasan Asia.

Tebel 1.2. Kualitas Sistem Pendidikan Dikaitkan dengan Daya Saing Tenaga Kerja pada 12 Negara Asia

No Negara Skor...789101112

MalaysiaHongkongPhilipinaThailandVietnamIndonesia

4,414,725,475,966,216,59

Sumber : PERC dalam Kunandar 2007

Persoalan yang dihadapi sektor pendidikan amatlah kompleks, salah satunya

adalah masalah yang berkaitan dengan aspek substansial seperti kelayakan mengajar

dan sulitnya mengimplementasikan kurikulum yang memiliki basis kompetensi. Tabel

1.3 tampak jelas pada semua jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA dan SMK)

2

Page 3: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN  PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS II   SMU LAB SCHOOL JAKARTA TIMUR

persentase guru yang tidak layak mengajar masih cukup besar, terlebih pada jenjang

Sekolah Dasar.

Tebel 1.3 Guru menurut Kelayakan Mengajar Tahun 2002/2003

No Jenjang Pendidikan Negeri % Swasta % Jumlah %1

2

3

4

SD

JumlahSMP

JumlahSMA

JumlahSMK

Jumlah

LayakTidak

LayakTidak

LayakTidak

LayakTidak

584.395558.675

1.143.070202.720108.811311.53187.37935.424

122.80327.96720.67848.645

47,345,292,643,423,366,738,015,453,419,014,033,0

41.31550.54291.85796.38558.832

155.21767.05140.260

107.31155.63143.28398.914

3,34,17,420,712,633,329,117,546,637,729,367,0

625.710609.217

1.234.927299.105167.643466.748154.43075.648

230.11483.59863.961

147.559

50,749,310064,135,910067,132,910056,743,3100

Sumber : Balitbang Depdiknas dalam Kunandar 2007

Undang-undang no.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab XI pasal 39 seperti

yang dikutif AKSI (2005:18) mendefinisikan pendidikan dengan jelas. Ayat (1) ;

Pendidikan merupakan tenaga profesional yang harus merencanakan dan melaksanakan

proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan

pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat, terutama bagi

pendidik pada perguruan tinggi. Ayat (2) : Tenaga Kependidikan bertugas

melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayan

teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.

Guru merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan anak

didik dalam melakukan proses pembelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi serta

internalisasi etika dan moral. Oleh karenanya guru harus senantiasa belajar.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dan keadaan zaman

yang cepat berubah di berbagai bidang, menuntut sigapnya para guru untuk selalu

mengikutinya. Sudah seharusnya guru mempunyai kegemaran membaca yang kuat

3

Page 4: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN  PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS II   SMU LAB SCHOOL JAKARTA TIMUR

serta mengikuti informasi setiap saat. Baik melalui membaca buku, surat kabar, televisi,

jelajah internet serta mengikuti berbagai seminar tentang pendidikan.

Tenaga kependidikan terdiri dari :

1) Pengelola satuan pendidikan (kepala sekolah), bertugas mengelola sekolah

dengan memberdayakan sumber daya agar terjadi pembelajaran efektif

2) Penilik/pengawas sekolah, bertugas melakukan supervise terhadap kinerja

sekolah dan pembelajaran serta dokumen penunjang.

3) Tata usaha sekolah, melaksanakan administrasi sekolah dan pelayanan kepada

pelanggan

4) Pustakawan, melaksanakan pelayanan penggunaan sumber belajar

5) Laboran, melaksanakan penggunaan laboratorium; dan

6) Teknisi sumber belajar, melaksanakan pelayanan dan pemeliharaan peralatan,

dan berbagai kategori-kategori yang nanti berkembang.

Paradigma baru manajemen pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas

secara efektif dan efisien, perlu didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas.

Dalam hal ini, pengembangan SDM merupakan proses peningkatan kemampuan

manusia agar mampu melakukan pilihan-pilihan. Pengertian ini memusatkan perhatian

pada pemerataan dalam peningkatan kemampuan manusia dan pemanfaatan

kemampuan itu. Rumusan tersebut menunjukan bahwa pengembangan SDM tidak

hanya sekedar meningkatkan kemampuan, akan tetapi juga menyangkut pemanfaatan

kemampuan tersebut.

Kompetensi merupakan sebuah perwujudan atau aktualisasi potensi yang harus

dikembangkan. Sebuah kenyataan yang harus dihadapi bahwa pengembangan

pendidikan dengan segala konsep inovasinya menuntut kompetensi yang tinggi dari

para pengelola dan pelaksananya. Guru sebagai ujung tombak penyelenggara

4

Page 5: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN  PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS II   SMU LAB SCHOOL JAKARTA TIMUR

pendidikan merupakan komponen utama yang harus memiliki sejumlah kompetensi

handal yang mampu melahirkan anak didik yang memiliki kecakapan hidup baik secara

general maupun specific (general life skills dan specific life skills). Kompetensi guru

harus berkembang lebih maju dibandingkan dengan konsep-konsep pendidikan itu

sendiri. Apalah artinya konsep, program, atau pendekatan yang digunakan dalam

pendidikan apabila kompetensi guru tidak dikembangkan dan ditingkatkan. Karena hal

itu akan mengakibatkan konsep dan program tersebut tidak akan mencapai keberhasilan

yang optimal, bahkan cenderung hanya menumpang lewat begitu saja, padahal

pemerintah dan para pakar pendidikan telah merancangnya sedemikian rupa dalam

rangka peningkatan mutu.

Upaya peningkatan mutu pendidikan tentu tidak semudah membalikkan telapak

tangan, tetapi membutuhkan kerja keras dari semua pihak, baik pemerintah, guru,

tenaga kependidikan, dan masyarakat. Dalam hal ini, guru mempunyai peranan yang

sangat penting dalam mewujudkan harapan tersebut. Guru sebagai ujung tombak

pelaksana pendidikan di lapangan harus benar-benar profesional dalam menjalankan

tugasnya.

Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di

sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk

mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia

adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang

lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal. Semua ini menujukan bahwa setiap orang

membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik;

ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga menaruh harapan

terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.

5

Page 6: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN  PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS II   SMU LAB SCHOOL JAKARTA TIMUR

Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik

tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu

memperhatikan peserta didik secara individual, karena antara satu peserta didik dengan

yang lainnya memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Betapa besar jasa guru dalam

membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Mereka memiliki peran

dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan

dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat,

kemajuan Negara, dan bangsa.

Hal itu menyadarkan kita bahwa upaya peningkatan kompetensi guru sungguh

bukanlah hal yang mudah dilakukan. Padahal Undang-undang Guru dan Dosen No. 14

Tahun 2005 mengamanatkan bahwa guru sebagai tenaga profesional harus memiliki

kompetensi yang memenuhi standar (teruji dan bersertifikat). Berkenaan dengan

implementasi Undang-undang tersebut, Departemen Pendidikan Nasional sejak tahun

2007 telah melakukan ujian sertifikasi bagi para guru secara bertahap, diharapkan

dalam kurun waktu 10 tahun ke depan semua guru sudah mendapat sertifikasi

kompetensi.

Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dalam BAB III

tentang Prinsip Profesionalitas dikatakan : Guru wajib memiliki kualifikasi akademik,

kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan

untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (Pasal 8). Kualifikasi akademik

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program

sarjana atau program diploma empat (Pasal 9) Kompetensi guru sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan

profesi. (Pasal 10 point 1).

6

Page 7: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN  PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS II   SMU LAB SCHOOL JAKARTA TIMUR

Untuk meningkatkan kualitas guru, perlu dilakukan sistem pengujian terhadap

kompetensi guru. Sejalan dengan kebijakan otonomi daerah, beberapa daerah telah

melakukan uji kompetensi guru. Mereka melakukannya terutama untuk mengetahui

kemampuan guru di daerahnya, untuk kenaikan pangkat dan jabatan, serta untuk

mengangkat kepala sekolah dan wakil kepala sekolah.

Pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang

dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan

dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,

kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.

Permasalahan yang dihadapi saat ini menyangkut kompetensi guru adalah masih

rendahnya kompetensi yang dimiliki guru dalam melaksanakan proses pendidikan.

Kekuatan untuk melakukan perilaku produktif dan efisien, tergantung pada kekuatan

sebuah pengharapan dimana tindakan tersebut akan diikuti dengan pemberian out come

dan ketertarikan out come tersebut kepada individu yang akan melakukan tindakan.

Dengan pemberian out come yang dapat memotivasi seseorang untuk meningkatkan

produktivitasnya, sehingga dapat mengakibatkan kinerjanya meningkat.

Faktor pemuas atau motivator yang merupakan kondisi intrinsik yang dapat

memotivasi prestasi kerja seseorang. Faktor-faktor seperti tantangan tugas,

penghargaan atas hasil kerja yang baik, peluang untuk mencapai kemajuan,

pertumbuhan pribadi, dan pengembangan dapat memotivasi perilaku.

Menurut Mulyasa (2008:9), terdapat beberapa hal yang menyebabkan lemahnya

kinerja guru, antara lan, rendahnya pemahaman tentang strategi pembelajaran,

kurangnya kemahiran dalam mengelola kelas, rendahnya kemampuan melakukan dan

memanfaatkan penelitian tindakan kelas (Classroom action research), rendahnya

7

Page 8: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN  PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS II   SMU LAB SCHOOL JAKARTA TIMUR

motivasi berprestasi, kurang disiplin, rendahnya komitmen profesi, serta rendahnya

kemampuan manajemen waktu.

Belajar merupakan suatu kegiatan, dimana seseorang membuat atau

menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan,

sikap dan keterampilan. Dalam hal ini tingkah laku yang dimaksudkan adalah tingkah

laku yang positif dalam hubungannya untuk mencapai kesempurnaan hidupnya

(Sunaryo dalam Rianto dkk, 1988 : 3). Berdasarkan konsep belajar diatas maka peran

guru berfungsi sebagai Fasilitator, komunikator, Motivator dan Evaluator, yang

digambarkan sebagai berikut :

1) Guru berfungsi sebagai fasilitator berarti bahwa proses pembelajaran di

kelas, guru bertindak sebagai pendamping nara sumber bagi siswa dalam

pembelajaran

2) Guru berfungsi sebagai komunikator, berarti guru dalam melakukan proses

belajar mengajar di kelas, guru bertindak sebagai penghubung interaksi

pembelajaran antar siswa.

3) Guru berfungsi sebagai motivator, berarti bahwa dalam proses pembelajaran

, guru selalu memberi motivasi untuk lebih giat meningkatkan prestasi

belajar.

4) Guru berfungsi sebagai evaluator, berarti bahwa guru dalam menjalankan

proses pembelajaran di kelas, guru selalu menjalankan evaluasi pada awal

dan akhir pembelajaran.

Disamping keempat fungsi guru tersebut di atas, guru juga menjalankan tugas

sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar, guru selalu menjalankan proses

pembelajaran di kelas, sedangkan sebagai pendidik guru selalu mendidik siswa baik

8

Page 9: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN  PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS II   SMU LAB SCHOOL JAKARTA TIMUR

yang bermasalah maupun tidak bermasalah agar sikap dan tingkah lakunya dapat

berubah sesuai harapan masyarakat, bangsa dan Negara.

Dalam pendidikan persekolahan perubahan perilaku akibat pembelajaran

disebut dengan hasil belajar. Netra (1976) mengemukakan prestasi belajar adalah

kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan

pengetahuan atau nilai-nilai kecakapan. Dengan belajar seseorang memiliki sejumlah

kemampuan, pengetahuan dan keterampilan tertentu dengan aktivitas yang dialaminya.

Berkaitan dengan masalah ini Nurkancana (1986) mengatakan bahwa prestasi belajar

diartikan sebagai hasil pengukuran serta dinyatakan dalam bentuk angka (skor) yang

diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Kategori hasil belajar yang lainnya dikemukakan oleh Gagne (1972: 66) yang

meliputi lima hal, yaitu : informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

sikap dan keterampilan motorik.

Dalam perkembangan selanjutnya Bloom, dkk (1985 : 6-7) mengelompokkan

hasil belajar menjadi tiga, yaitu kognitif, afektif, psikomotor. Ketiga dominan inilah

sekaligus menjadi tujuan belajar dan merupakan pedoman pada proses pendidikan dan

kriteria untuk mengevaluasi keberhasilan belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka yang dimaksud dengan prestasi

belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dalam kegiatan belajar dalam kurun

waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai. Adapun hasil belajar

dalam penelitian ini ditunjukan dengan Nilai Ujian Akhir, yang dibatasi pada mata

pelajaran Geografi.

Dalam sistem pendidikan Nasional dikenal tiga macam bentuk pendidikan yang

dikembangkan masyarakat, yaitu : Pesantren, Sekolah dan Madrasah. Menurut

sejarahnya, pendidikan di Indonesia diawali dengan munculnya model pesantren yang

9

Page 10: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN  PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS II   SMU LAB SCHOOL JAKARTA TIMUR

dikembangkan oleh masyarakat Islam dalam rangka untuk Dakwah dan menanamkan

nilai-nilai Islam di Masyarakat. Melalui pesantren ini dikembangkan ilmu-ilmu

pengetahuan agama dan nilai-nilai keagamaan secara mendalam untuk mencetak ahli

agama.

Setelah penjajah Belanda datang ke Indonesia, maka berkembang pendidikan

model Barat dalam bentuk sekolah. Pendidikan model sekolah ini pada awalnya

merupakan pendidikan agama, namun kemudian berkembang menjadi lembaga

pendidikan umum yang secara khusus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pegawai

pemerintahan kolonial.

Melihat kelebihan dan kekurangan dari kedua model pendidikan tersebut, dalam

perkembangan berikutnya muncul sebuah gagasan dari masyarakat Islam untuk

memadukan pendidikan model sekolah – yang dikembangkan Barat – dengan model

pesantren – yang dikembangkan masyarakat Islam. Dari pemaduan ini lahirlah

pendidikan model Madrasah.

Dengan pendidikan madrasah tersebut diharapkan peserta didik memiliki

pengetahuan umum yang seimbang dengan pendidikan sekolah, tetapi juga menguasai

nilai-nilai agama yang sama dengan pendidikan pesantren. Jadi pendidikan madrasah

bisa menjadi bentuk pendidikan alternatif bagi masyarakat Islam, karena memadukan

pengetahuan umum dan pengetahuan agama secara seimbang.

Sekilas sejarah singkat Madrasah Aliyah Negeri Cililin Sebelum menjadi MAN

Cililin, sekolah ini awalnya bernama PGA Muslimin, pada tahun 1967 PGA Muslimin

berubah status menjadi negeri dengan nama PGA Negeri Cililin. Pada tahun 1978

terjadi perubahan status dari PGA Negeri Cililin menjadi Madrasah Aliyah Negeri

Cililin sampai sekarang. Madrasah Aliyah Negeri Cililin ini merupakan Madrasah

Aliyah Negeri Pertama di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Saat ini

10

Page 11: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN  PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS II   SMU LAB SCHOOL JAKARTA TIMUR

Madrasah Aliyah Negeri Cililin membina lebih dari 40 Madrasah Aliyah Swasta yang

tergabung dalam kegiatan Kelompok Kerja Madrasah (KKM’ 01) MAN CILILIN .

Dari uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan mendalami

tentang model pembelajaran di lingkungan Madrasah Aliyah dengan judul :”Pengaruh

Kompetensi Guru Geografi terhadap Hasil Belajar Peseta didik di Lingkungan

Madrasah Aliyah se-KKM 01 Cililin Kabupaten Bandung Barat.”

B. Perumusan Masalah

Berkaitan dengan identifikasi masalah maka dirumuskan masalah yang dijadikan

sebagai landasan penelitian lebih lanjut sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kualifikasi akademik guru Geografi Madrasah Aliyah se-KKM 01

Cililin Kab.Bandung Barat ?

2. Sejauhmanakah pengaruh Kompetensi guru Geografi terhadap hasil belajar siswa

Madrasah Aliyah se-KKM 01 Cililin Kab.Bandung Barat?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengidentifikasi dan memberi gambaran yang kongkrit bagaimana

pengaruh kompetensi guru geografi dalam pembelajaran di Madrasah Aliyah se-

Kabupaten Bandung Barat. Kondisi yang akan diteliti adalah kualifikasi guru geografi

terhadap hasil belajar siswa Madrasah Aliyah se-KKM 01 Cililin Kab.Bandung Barat.

11

Page 12: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN  PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS II   SMU LAB SCHOOL JAKARTA TIMUR

D. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan dapat diperoleh strategi pembelajaran yang

efektif dan efisien sehingga Guru Geografi di Lingkungan Madrasah Aliyah memiliki

kompetensi dan meningkatkan kreatifitas guru dalam melaksanakan pembelajaran di

sekolah. Serta diharapkan dari hasil penelitian ini menjadi sumbangan bagi berbagai

pihak :

1. Guru, dengan penelitian ini akan menambah pengetahuan, serta

menjadi bahan renungan (refleksi) dalam upaya memperbaiki

profesionalisme dan kompetensi guru.

2. Secara Praktis, menjadi referensi yang dapat dipakai untuk

mengembangkan program-program pemberdayaan ke depan, baik yang

dilaksanakan oleh MGMP, LPTK, LPMP, Dinas pendidikan, Kementrian

Agama dan pihak-pihak terkait lainnya sebagai bahan pertimbangan dalam

kebijakan kependidikan secara umum.

3. Kepala Sekolah, dapat mengembangkan suasana kondusif bagi

proses pembelajaran.

4. Bagi kegiatan penelitian, untuk menjadi informasi dan dasar

pengembangan penelitian selanjutnya.

12