109
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN DENGAN POTENSI ATLIT ANAK KELUARGA WANITA PEMETIK TEH DI KEBUN MALABAR DAN PURBASARI PTPN VIII BANDUNG FAHMI ABDUL HAMID SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN DENGAN POTENSI ATLIT ANAK KELUARGA WANITA PEMETIK TEH DI KEBUN MALABAR DAN PURBASARI

PTPN VIII BANDUNG

FAHMI ABDUL HAMID

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Page 2: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis” Hubungan antara Status Gizi dan Aktivitas Bermain Dengan Potensi Atlit Anak Keluarga Wanita Pemetik Teh di Kebun Malabar dan Purbasari PTPN VIII Bandung ” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, 2008

Fahmi Abdul Hamid NIM : I051060061

Page 3: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

ABSTRACT

FAHMI ABDUL HAMID. The Relationship of Nutritional Status and Playing Activities to Athletic Potency among the Children of the Women Tea-Pickers’ at the Tea Plantation of Malabar and Purbasari, PTPN VIII Bandung. Under the Supervision of FAISAL ANWAR, and EUIS SUNARTI.

The human body obtains nutrients for an optimum level of physical growth, brain development, working capacity and health. The objective of the study was to examine the effect of food consumption, health status, haemoglobin (Hb) status in the blood, nutritional status (BW/BH), and playing activities on the athletic potency among the children of 48-72 months old in the Tea Plantation of Malabar and Purbasari PTPN VIII. The design of the study is of a cross-sectional type. The sampling was carried out through a census method. The data used in the study was the part of the data collected by the NHF Project entitled ‘Profile or Description of Women Tea Pickers, Socio-economics, Family Security, Food Consumption, Growth and Development of Children.’ The data processing and analysis was through the computer programs; namely, Office Exel 2003, SPSS version 13 and Nutrisurvey WHO 2005. The food consumption was measured with the method of 24-hour recall for two days. The health status was determined by examining the frequency of diarrheas and upper respiratory infections (ISPA). The blood haemoglobin (Hb) was measured by the sahli method. The measurement of nutritional status (BW/BH) used a microtoise with the accuracy level of 0.1 cm and the digital weighing scale of Camry EB 710 Tanita with the accuracy level of 0.1 kg. The athletic potency tested involved cardiovascular endurance, speed, muscle endurance and strength after being modified. The results of analysis showed that there was a significant correlation between energy consumption and athletic potency (p<0.05), but no significant relationship between protein consumption and athletic potency. There was a significant correlation between health status and athletic potency (p<0.01), but no significant correlation between the nutritional status (BW/BH) and athletic potency (p<0.05). There was a significant correlation of the status of blood haemoglobin (Hb) and playing activities to the athletic potency (p<0.05). Keywords: nutrition, hemoglobin (HB), playing activities, athletics

Page 4: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

RINGKASAN

FAHMI ABDUL HAMID. Hubungan antara Status Gizi dan Aktivitas Bermain dengan Potensi Atlit Anak Keluarga Wanita Pemetik Teh di Kebun Malabar dan Purbasari PTPN VIII Bandung. Dibimbing oleh: FAISAL ANWAR, dan EUIS SUNARTI.

Mencapai prestasi olahraga merupakan hal yang bersifat multikausal, oleh karena

banyak faktor mempengaruhinya. Secara umum potensi atlit dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi fisik, mental dan bakat. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan alam dan peralatan. Faktor internal bergantung potensi bawaan dan fisik sejak kecil yang berhubungan langsung dengan gizi. Hal tersebut terjadi jika tubuh memeperoleh cukup zat gizi untuk pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan yang optimal.

Tujuan penelitian adalah menganalisis hubungan antara konsumsi pangan, status kesehatan, status haemoglobin (Hb), status gizi (BB/TB), aktivitas bermain dengan potensi atlit usia 48-72 bulan di kebun teh Malabar dan Purbasari PTPN VIII. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Cara pengambilan contoh dengan metode sensus. Jenis data dalam penelitian adalah data primer dan sekunder. Data primer meliputi potensi atlit, konsumsi pangan, status kesehatan, status gizi, status haemoglobin (Hb) dan aktivitas bermain. Data sekunder meliputi profil desa, karakteristik keluarga dan contoh diperoleh dari data proyek NHF 2008, dengan judul penelitian” Keragaan Pemetik Teh Wanita, Sosial Ekonomi, Ketahanan Keluarga, Konsumsi Pangan, Pertumbuhan dan Perkembangan Anak”(Sunarti 2008).

Pengukuran konsumsi pangan (energi, protein, vitamin A dan Besi) dengan metode recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. Pengukuran status kesehatan (frekuensi sakit diare dan ISPA) dengan cara wawancara menggunakan kuesioner. Pengukuran status haemoglobin (Hb) dengan metode sahli. Pengukuran status gizi (BB/TB) menggunakan microtoise tingkat ketelitian 0,1 cm dan timbangan digital Camry EB 710 merek Tanita tingkat ketelitian 0,1 kg. Pengukuran potensi atlit dengan pengujian kecepatan, ketahanan otot tanggan, kekuatan otot dan ketahanan kardiovaskuler. Pengolahan dan analisis data dari hasil pengukuran menggunakan komputer program office excel 2003, SPSS versi 13 dan nutrisurvey WHO 2005.

Karakteristik keluarga contoh menunjukan prosentase terbesar ibu (37.25%) berusia antara 29 sampai 37 tahun dan prosentase terbesar bapak (47.05%) berusia antara 38 sampai 64 tahun; prosentase terbesar ibu (56.9%) dan prosentase terbesar bapak (62.74%) berpendidikan antara 6 sampai 8 tahun; dan sebagian besar suami (82%) bekerja sebagai buruh tani 82.35%. Prosentase terbesar keluarga (50.98%) berukuran sedang (anggota keluarga 5-7 jiwa), sisanya (49.1%) memiliki keluarga ukuran kecil (≤ 4 jiwa). Prosentase terbesar contoh (54.90%) berpendapatan total/bulan berkisar antara Rp.200.000 sampai Rp.699.999.

Hasil pengukuran potensi atlit menunjukkan jumlah yang setara antara contoh yang memiliki potensi atlit dengan kategori sedang dan kategori kurang (masing-masing 41.17% dan 49.01%). Prosentase terbesar contoh (45%) memiliki aktivitas bermain dengan kategori baik. Masih terdapat 25.5 % contoh yang sering mengalami sakit diare dan 45.09% mengalami frekuensi sakit ISPA 1 sampai 2 kali per bulan. Tingkat

Page 5: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

konsumsi energi rata rata adalah 76.78 %, tingkat konsumsi rata-rata protein 51.80%, tingkat konsumsi rata-rata Vitamin A adalah 39.55% %, sedangkan tingkat konsumsi rata-rata zat besi adalah 61.63%. Sebagian besar contoh (96%) memiliki status gizi (BB/TB) normal, namun terdapat 62.74% contoh mengalami anemia. Hasil analisis menunjukan terdapat hubungan nyata (p<0,05%) antara konsumsi energi, antara status haemoglobin (Hb), dan antara aktivitas bermain dengan potensi atlit; serta hubungan sangat nyata (p<0.01) antara status kesehatan dengan potensi atlit.

Kata kunci : gizi, haemoglobin (Hb), aktivitas bermain, atlit.

Page 6: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruhnya Karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

Page 7: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN DENGAN POTENSI ATLIT ANAK KELUARGA WANITA PEMETIK TEH DI MALABAR DAN PURBASARI

PTPN VIII BANDUNG

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Page 8: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S.

Page 9: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs
Page 10: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

PRAKATA

Puji syukur penulis sampaikan Kehadirat Allah Subhanahu Wata’alah, yang

telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan tesis ini. Judul penelitian ini adalah Hubungan antara Status Gizi dan

Aktivitas Bermain dengan Potensi Atlit Anak Keluarga Wanita Pemetik Teh di

Kebun Malabar dan Purbasari PTPN VIII Bandung.

Dasar pengambilan judul penelitian adalah prestasi olahranga menunjukan

penurunan yang sangat signifikan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Penelitian

ini sebagai satu strategi pencarian calon atlit perpotensi di daerah memiliki letak

geografis yang kondusif melahirkan calon atlit seperti Malabar dan Purbasari

PTPN VIII, Kabupaten Bandung Jawa Barat.

Selama mempersiapkan dan melakukan penelitian sampai akhirnya dapat

menyelesaikan tesis ini, saya mendapat banyak bimbingan dari pembimbing saya,

Bapak Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, M.S. (ketua komisi) dan Ibu Dr. Ir. Euis Sunarti,

M.S. (anggota). Kebijaksanaan, kesabaran dan ketelatenan bapak/ibu pembimbing

sangat berguna serta dapat memberikan pelajaran yang berharga. Penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S.

selaku penguji luar komisi yang telah banyak memberikan masukan, saran dan

koreksi demi penyempurnaan penulisan tesis ini.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan bantuan secara langsung dan tidak langsung dalam penyelesaian tesis

ini diantaranya yaitu:

1. H. Abas Ismail, Hamid Tjaba, Nur Maksut, Ati H. Rivai adalah bapak dan ibu

saya yang penuh perhatian dan kasih sayang serta doa-doanya yang tulus.

Kasih sayangmu tidak mampu dibalas akan selalu tertanam di dalam hati

sampai kapan pun.

2. Sri Sultan Ternate Bapak Drs. H. Mudaffar Sjah, SmHk, yang telah

memberikan dorongan kepada saya dalam rangka pengembangan sumberdaya

manusia di Moloku Kie Raha.

3. Bapak Drs. H. Sidik D. Sikona, M.Pd, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Kie Raha Ternate beserta

Page 11: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

civitas akademik yang telah memberikan dorongan kepada saya sehingga saya

dapat menyelesaikan pendidikan ini.

4. Kepala administrasi kebun teh Malabar dan Purbasari yang telah memberikan

kesempatan kepada kami untuk melakukan penelitian, penyediaan fasilitias

dan pelayanan sejak kami berada di lokasi penelitian.

5. Rektor dan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB, Ketua, Pengajar, dan Pegawai

Administrasi Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga IPB,

yang telah memberi perhatian, mengajar, dan memberikan pelayanan

administrasi dan akademik kepada saya selama kuliah di IPB.

6. Bapak H. Rivai Ismail, Ade Bangkola, Udin H. Rivai, SH, Husen H. Rivai,

Arif H. Rivai, Hamid Maksut, Amir Maksut, Ridwan Muhammad, Ibu Halima

Maksut, Wudyningsih Abaiyo, SKM, beserta sumai dan istrinya yang telah

membantu meringankan beban biaya pendidikan saya.

7. Kepada kakak dan adik-adik ku tercinta, Fadli Abas beserta istrinya, Liza

Ramadani dan Fahri Kurnia Hamid, yang telah memberikan kesempatan

kepada saya untuk melanjutkan pendidikan.

8. Teman-teman di Wisma Edelweis: Bapak Mardin SP, Laode Samsul, SE,

Ahmad Mansur, SP, Sanihu, SP, yang telah memberikan masukan lewat

diskusi sehingga penulisan tesis ini dapat terwujud.

9. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Maluku Utara, yang telah

memberikan dorongan dan masukan.

10. Teman-teman di Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga:

Ibu Nur Rahmi Amma, S.KM, Cica Yulia, S.Pd, Ibu Sri Darningsih, S.Pd,

Merynda Indriyani Syafutri, S.TP, Febrina Sulistyawati, S.TP, Rusman

Efendi, S.KM, Guspri Devi Artanti, S.Pd, Sri Catur lestari, SP, Nunung Cipta

Dainy, S.P, Nur Riska Tadjoedin, S.Pd, Mba Wiwik Widyawati, Nita

Yulianis, S.P, Arfiati, S.P, dan teman-teman lain yang tidak bisa sebutkan satu

persatu.

Page 12: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah mewarnai

hidup saya.

Mudah-mudahan karya tulis ini dapat bermanfaat.

Bogor, September 2008

Fahmi Abdul Hamid I051060061

Page 13: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 20 Pebruari 1983, dari pasangan

Bapak Hi. Abas Ismain dan ibu Nur Maksut. Penulis merupakan anak kedua dari

dua bersaudara. Penulis memasuki Sekolah Dasar Negeri Loto Tahun 1989 dan

lulus pada Tahun 1995. Penulis melanjutkan studi di Sekolah Menengah Pertama

Negeri (SMPN) 2 Ternate dan lulus pada Tahun 1998.

Penulis melanjutkan studi di Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) Kota Ternate dan

lulus pada Tahun 2001. Penulis melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Masyarakat (STIK) Tamalatea Makassar, Jurusan Adminstrasi Kebijakan Kesehatan

dan lulus pada Tahun 2005, dengan gelar Sarjana Kesehatan masyarakat (SKM).

Penulis melanjutkan studi Program Magister Sains (S2) pada Tahun 2006 di

Program Studi Pengelolaan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMSK)

pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).

Page 14: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL............................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii

PENDAHULUAN Latar Belakang ........................................................................................... 1 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3 Hipotesis Penelitian.................................................................................... 4 Tujuan ........................................................................................................ 4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5

TINJAUAN PUSTAKA Potensi atlit................................................................................................. 6 Konsumsi Pangan....................................................................................... 12 Diare........................................................................................................... 13 Infeksi ISPA............................................................................................... 15 Status Gizi .................................................................................................. 16 Status Anemia ............................................................................................ 19 Aktivitas Bermain ...................................................................................... 21 Karakteristik keluarga ................................................................................ 22

KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................................ 24

METODE PENELITIAN Desain Penelitan......................................................................................... 26 Tempat dan Waktu ..................................................................................... 26 Populasi dan Contoh .................................................................................. 26 Jenis dan Cara Pengumpulan Data............................................................. 27 Pengolahan dan Analisis Data.................................................................... 28 Definisi Operasional .................................................................................. 31

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadan Umum Lokasi Penelitian .............................................................. 33 Fasilitas Sosial dan Kesehatan ................................................................... 34 Karakteristik Keluarga Contoh .................................................................. 36 Potensi Atlit Contoh................................................................................... 42 Aktivitas Bermain Contoh.......................................................................... 51 Status Kesehatan Contoh ........................................................................... 54 Konsumsi Pangan contoh........................................................................... 56 Status Haemoglobin (Hb) Contoh............................................................. 59 Status Gizi Contoh ..................................................................................... 60 Hubungan Konsumsi Pangan dengan Potensi Atlit ................................... 64 Hubungan Status Kesehatan dengan Potensi Atlit Contoh. .............. 66 Hubungan Status Gizi (BB/TB) dengan Potensi Atlit Contoh.................. 69 Hubungan Status Haemoglobin (Hb) dengan Potensi Atlit Contoh........... 70

xi

Page 15: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

Hubungan Aktivitas Bermain dengan Potensi Atlit contoh ....................... 72

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ................................................................................................... 75 Saran .......................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 77

LAMPIRAN..................................................................................................... 82

xii

Page 16: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

DAFTAR TABEL

No. Halaman 1 Standar pengukuran ketahan kadiovaskuler................................................. 9 2 Standar pengukuran kecepatan gerakan tubuh............................................. 9 3 Standar pengukuran ketahan otot lengan dan bahu...................................... 9 4 Standar pengukuran ketahan dan kekuatan otot perut.................................. 10 5 Standar pengukuran tenaga eksplosif ........................................................... 10 6 Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrit untuk batas anemia

pada populasi................................................................................................ 20 7 Jenis, cara dan alat pengumpulan data ......................................................... 28 8 Satus kesehatan anak satu bulan terakhir . ................................................... 29

9 Status gizi contoh berdasarkan BB/TB. ....................................................... 29 10 Aktivitas bermain contoh ........................................................................... 30 11 Ukuran standar dan modifikasi dalam pengukuran potensi atlit contoh ... 31 12 Standar penilaian potensi atlit .................................................................... 31 13 Sebaran fasilitas pendidikan di Desa Banjarsari dan Wanasuka................. 34 14 Sebaran fasilitas kesehatan di Desa Banjarsari dan Wanasuka................... 35 15 Sebaran tempat penitipan anak (TPA) dan pengasuh. ................................ 36 16 Sebaran ibu dan bapak berdasarkan umur............................................... 37 17 Ibu dan bapak berdasarkan tingka pendidikan ..................................... 37 18 Sebaran ibu dan bapak berdasarkan lama mengikuti pendidikan formal. ......................................................................................................... 38 19 Sebaran bapak berdasarkan jenis pekerjaan................................................ 38 20 Sebaran anggota keluarga berdasarkan jumlah ........................................ 39 21 Sebaran keluarga contoh berdasarkan besar pendapatan total

keluarg/bulan ............................................................................................. 40

xiii

Page 17: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

22 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendapatan total /kapita/bulan ..... 40

23 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategorik miskin dan tidak miskin........................................................................................................ 41

24 Sebaran contoh berdasarkan umur dan jenis kelamin ............................... 42 25 Sebaran contoh berdasarkan pengujian lari cepat 100 meter .................... 42 26 Sebaran contoh berdasarkan pengujian gantung siku tekuk ..................... 44 27 Sebaran contoh berdasarkan pengujian sit-up .......................................... 45

28 Sebaran contoh berdasarkan pengujian lompat tegak ............................... 46 29 Sebaran contoh berdasarkan tes lari 300 meter......................................... 47

30 Sebaran contoh berdasarkan lima ukuran dan potensi atlit ........................ 49 31 Sebaran contoh berdasarkan potensi atlit dan jenis kelamin....................... 51

32 Sebaran contoh berdasarkan jenis permainan tradisional .......................... 52 33 Sebaran contoh berdasarkan akitivitas bermain . ...................................... 54

34 Sebaran contoh berdasarkan aktivitas bermain dan jenis kelamin............. 54 35 sebaran contoh berdasarkan frekuensi diare dan ISPA ........................... 55 36 Sebaran tempat pengobatan bila sakit ........................................................ 56

37 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi zat gizi rata-rata

dan rasio kecukupan................................................................................... 56 38 Sebaran contoh berdasarkan status haemoglobin(Hb) ............................... 59

39 Sebaran contoh berdasarkan hemoglobin (Hb) dan jenis kelamin............. 60 40 sebaran contoh berdasarkan status gizi BB/U ........................................... 61 41 Sebaran contoh berdasarkan status gizi (BB/U) dan jenis kelamin. ........... 61 42 sebaran contoh berdasarkan status gizi TB/U ........................................... 62

43 Sebaran contoh berdasarkan status gizi TB/U dan jenis kelamin ............ 62 44 Sebaran contoh berdasarkan status gizi BB/TB......................................... 63

xiv

Page 18: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

45 Sebaran contoh berdasarkan status gizi BB/TB dan jenis kelamin............ 63

46 Hubungan konsumsi pangan dengan potensi atlit contoh 48-72 ............ 64 47 Hubungan status kesehatan, status gizi, aktivitas bermain dengan

potensi atlit contoh 48-72 di kebun teh Malabar dan Purbasari............... 66

xv

Page 19: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman 1 Gambar kerangka kosep penelitian ............................................................... 25 2 Gambar kerangka tehnik pengambilan contoh.............................................. 27

xvi

Page 20: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman 1 Hasil pengukuran potensi atlit contoh........................................................... 82 2 Konsumsi rata-rata zat gizi dan rasio kecukupan contoh ............................ 83 3 Status biokimia (HB) dan status gizi (BB/TB) ............................................ 84 4 Hasil analisis hubungan korelasi (bivariate)................................................. 85 5 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dengan lima pengujian potensi

atlit mengunakan analisis cross-tab .............................................................. 86 6 Hasil analisis antara frekuensi diare dan ispa, status gizi, status biokimia, aktivitas bermain dan potensi atlit anak 48-72 bulan

menggunakan cross-tab. ............................................................................... 87 7 Sebaran hasil pengukuran gabungan potensi atlit kategori baik ................... 88

xvii

Page 21: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tertinggalnya prestasi olahraga nasional dengan negara-negara Asia lainnya

merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia. Percepatan (acceleration)

prestasi olahraga kita lebih lambat, dibandingkan Cina, Jepang, Korea, Thailand

bahkan Vietnam. Catatan prestasi Indonesia secara mengesankan hanya terjadi

pada Asian Games ke-IV Tahun 1962 di Jakarta. Ketika itu, Indonesia berada di

peringkat raner up, satu peringkat dibawa Jepang dengan perolehan 11 medali

emas. Setelah itu perlahan peringkat kian menurun sampai saat ini. Prestasi

Indonesia di kejuaraan SEA Games Filipina Tahun 2005, Indonesia berada di

peringkat 5 dari 11 negara dan SEA Games 2007 di Thailand, Indonesia berada di

peringkat 4 dari 12 negara. Gambaran ini menunjukan prestasi semakin menurun

di seluruh cabang olahraga. Untuk mengembalikan prestasi yang hilang tersebut,

dilakukan secara menyeluruh, oleh karena faktor yang berpengaruh terhadap

prestasi olahraga bersifat multikausal sala satunya adalah faktor gizi.

Mencapai prestasi olahraga harus dilakukan secara multidimensi, oleh

karena prestasi dipengaruhi banyak faktor. Tangkudung (2007) mengemukakan

faktor yang mempengaruhi potensi atlit terdiri dari dua faktor. Faktor internal

meliputi fisik, mental dan bakat. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan

alam dan peralatan. Faktor internal sesungguhnya bersumber dari kualitas calon

atlit itu sendiri, dimana calon atlit berkualitas memiliki potensi bawaan dan fisik

sejak kecil sesuai tuntutan cabang olahraga yang menunjang mencapai prestasi

misalnya bola basket, voli, atletik yang mengutamakan ukuran antropometri.

Dasar mencapai prestasi olahraga yang harus dimiliki seseorang calon atlit

berkualitas yaitu ukuran antropometri dan kerja fisik maksimal yang berhubungan

dengan kesegaran jasmani. Hasil penelitan Kartini et al (1998) tentang kesegaran

jasmani anak SD usia 8-9 tahun di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah,

memiliki tingkat kesegaran jasmani rendah kategori kurang sampai sangat kurang

adalah 34.7% dan gizi kurang 26.10%. Hasil penelitian tersebut dapat

Page 22: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

2

diasumsikan, sebagian besar anak-anak memiliki potensi kesegaran jasmani dan

status gizi indeks BB/TB baik.

Tubuh memperoleh cukup zat gizi digunakan secara efisien untuk

pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan yang

optimal (Almatsier 2005). Gerakan jasmani manusia juga tergantung

tersediaannya zat gizi, oleh karena bentuk kerja fisik yang dilakukan sehari-hari

pada dasarnya adalah perubahan (tranformasi) tenaga kimia yang mungkin terjadi,

bila faktor pendukung tersedia secara memadai (Depkes 1993).

Almatsier (2005) mengemukakan, makanan sehari-hari yang dipilih dengan

baik akan memberikan zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.

Sebaliknya, bila makan tidak dipilih dengan baik sehingga tidak memadai jumlah

dan mutunya, maka tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial

tertentu yang berdampak terhadap kesehatan. Pendekatan konsep Unicef Tahun

1998 dikutip dalam (WKNPG VIII 2004), faktor penyebab langsung yang

berpengaruh terhadap status gizi disebabkan oleh pengaruh asupan gizi dan

penyakit infeksi yang dialami anak. Meskipun anak memperoleh asupan gizi yang

baik namun sering mengalami diare dan ISPA, akan mengalami kekurangan gizi.

Penyakit infeksi pada anak, memiliki hubungan postif dengan status gizi, yang

berarti jika status gizi baik maka, peluang terkena penyakit infeksi akan semakin

rendah (Masithah et al 2005). Kurang gizi yang tinggi, dapat menyebabkan

kondisi kehidupan tidak sehat, status kesehatan memburuk akan meningkatkan

angka kematian bayi maupun anak prasekolah, terhambatnya pertumbuhan fisik

dan penyakit infeksi ( Izzaity 2005).

Bedasarkan data Ditjen PPM&PL 2004, terdapat kasus ISPA pada balita

diseluruh Indonesia sebesar 626.611 kasus yang merupakan penyebab utama

kematian balita. Sedangkan penyakit diare berada pada urutan ke dua dengan

jumlah kasus diare 596.050 tahun 2004. Data tersebut menunjukan kasus diare

mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Namun penurunan

tersebut tidak dapat kita sebutkan insiden diare menurun, tetapi cakupan laporan

pada tahun 2004 juga menurun (Profil Depkes. RI 2004).

Tuntutan hidup makin berat akibat desakan faktor ekonomi akan

mempengaruhi akses bahan pangan dan biaya kesehatan yang berdampak terhadap

Page 23: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

3

masalah gizi anak. Masalah gizi yang ditimbulkan mengancam generasi penerus

bangsa secara fisik, mental maupun spiritual. Ancaman ini akan melahirkan

generasi Indonesia yang tidak berkualitas dari segi sumberdaya manusia.

Sedangkan setiap anak memiliki keistimewaan dan potensi yang berbeda-beda

pada setiap individu yang menjadi dasar bagi masa depannya. Keistimewaan yang

dimiliki secara alamiah sejak lahir dan didukung oleh lingkungan. Terjadi

kecenderungan, anak yang berada di daerah ketinggian mempunyai daya tahan

tubuh baik dibandingkan anak di dataran rendah. Sistem fisiologis yang

menyebabkan tubuh beradaptasi dengan lingkungan dengan kadar oksigen rendah

sehingga penggunaan oksigen digunakan secara efektif (Tangkudung 2006).

Daerah Pangalengan memiliki iklim yang mendukung melahirkan calon atlit

yang berpotensi, oleh karena letak geografis berada di dataran tinggi yang sangat

kondusif. Dengan demikian, anak-anak yang berada di kebun the Malabar dan

Purbasari PTPN VIII perlu dilakukan identifikasikan potensi atlit sejak dini,

sebagai satu strategi dalam pembinaan atlit usia dini, untuk melahirkan calon atlit

berpotensi yang mengembalikan prestasi olahraga Indonesia di masa akan datang.

Atlit Indonesia berprestasi seperti Taufik Hidayat dan Robidarwis

merupakan atlit yang lahir dan dibesarkan di daerah ketinggian. Potensi yang

dimiliki anak-anak bertempat tinggal di daerah ketinggian tersebut, perlu

dilakukan penelitian untuk mengidentifikasikan potensi atlit secara fisik, sehingga

dapat menujang keistimewaan yang dimiliki anak-anak tersebut. Potensi atlit

secara fisik, memiliki hubungan dengan konsumsi pangan, status kesehatan, status

gizi, haemoglobin (Hb) dan aktivitas bermain.

Rumusan Masalah

Berdasarkan gambaran pada latar belakang maka rumusan masalah

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan antara konsumsi pangan dengan potensi atlit ?

2. Apakah terdapat hubungan antara status kesehatan dengan potensi atlit ?

3. Apakah terdapat hubungan status gizi dengan potensi atlit ?

4. Apakah terdapat hubungan haemoglobin (Hb) dengan potensi atlit ?

5. Apakah terdapat hubungan aktivitas bermain dengan potensi atlit ?

Page 24: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

4

Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan antara konsumsi pangan dengan potensi atlit.

2. Terdapat hubungan antara status kesehatan dengan potensi atlit.

3. Terdapat hubungan antara status gizi dengan potensi atlit.

4. Terdapat hubungan antara status haemoglobin (Hb) dengan potensi atlit.

5. Terdapat hubungan antara aktivitas bermain dengan potensi atlit.

Tujuan

Tujuan umum

Tujuan umum dalam penelitian adalah untuk melihat hubungan antara

konsumsi pangan, status kesehatan, status gizi, haemoglobin (Hb), aktivitas

bermain dengan potensi atlit usia 48-72 bulan anak pemetik teh di Malabar dan

Purbasari PTPN VIII Bandung.

Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi karakterisitik keluarga yaitu besar keluarga, pendidikan,

pekerjaan, pendapatan, konsumsi pangan contoh, status kesehatan, status

gizi, haemoglobin (Hb), aktivitas bermain dan potensi atlit.

2. Menganalisis hubungan antara konsumsi pangan dengan potensi atlit usia

48-72 bulan.

3. Menganalisis hubungan antara status kesehatan dengan potensi atlit usia

48-72 bulan.

4. Menganalisis hubungan antara status gizi dengan potensi atlit usia

48-72 bulan.

5. Menganalisis hubungan antara haemoglobin (Hb) dengan potensi atlit usia

48-72 bulan.

6. Menganalisis hubungan antara aktivitas bermain dengan potensi atlit usia

48-72 bulan.

Page 25: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

5

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menyediakan informasi dan masukan bagi

Pemerintah Kabupaten Bandung serta perusahan PTPN VIII sebagai bahan

pertimbangan pembinaan atlit usia dini, pada anak keluarga wanita pemetik teh

dalam rangka pengembangan prestasi bidang olahraga baik tingkat daerah,

nasional maupun internasional. Disamping itu sebagai bahan masukan bagi

penelitian berikutnya yang mengkaji gizi olahraga.

Page 26: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

6

TINJAUAN PUSTAKA

Potensi Atlit

Perkembangan fisiologis berkaitan dengan perkembangan fisik yang

mencakup, perkembangan otak dan susunan syaraf pusat. Sejalan dengan itu,

susunan syaraf pusat turut pula berkembang sehingga membuat anak mampu

mengfungsikan susunan syaraf pusat dalam melakukan berbagai kegiatan

perkembangannya. Perkembangan fisiologis menyangkut gerakan fisik yang

berkaitan gerakan motorik kasar seperti berdiri, berlari, melompat, mendorong

dan sebagainya. Perkembangan fisiologis menyangkut perkembangan kelenturan

koordinasi gerakan motorik dan visual, seperti mengkoordinasikan gerakkan mata

dan tangan pada waktu membaca atau menulis, melakukan berbagai kegiatan

akademik lainnya, serta pertambahan tinggi dan berat badan berkembang

berdasarkan siklus pertumbuhan dan perkembangan ( Papalia dan Olds 1995).

Pudjiadi (2005) mengemukakan, faktor herditas dan faktor lingkungan

menentukan pertumbuhan anak. Faktor herditas menetapkan berapa panjang

tulang akan tumbuh dan bentuk fisiknya. Faktor lingkungan diet dan kesehatan

merupakan faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan normal.

Pengembangan potensi atlit sejak dini akan lebih menguntungkan, oleh

karena: (1) Organ tubuh anak seperti jantung, paru-paru mengenai kemampuan

aerobik dan anaerobiknya sudah berkembang sejak dini; (2) Kelenturan dan

kekuatan ototnya lebih mudah dikembangkan sehingga kemampuan otot akan

menjadi lebih baik; (3) Indra dan syaraf sudah mulai dilatih dan dipacu sejak dini

sehingga lebih peka baik terhadap penglihatan, perasaan, rangsangan maupun

gerakan ; (4) Pertumbuhan dan perkembangan akan berjalan secara harmonis

(Tangkudung 2006). Kunst dan Florescu (1971) dikutip dalam (Anonim 2007)

mengemukakan, identifikasi potensi atlit usia dini secara umum dilakukan dengan

mempertimbangkan tiga hal mendasar yaitu: (1) Motor capacity; (2) Psycological

capacity dan (3) Biometric qualities.

Pusat pengembangan kualitas jasmani (2000), menyatakan bahwa seseorang

yang mempunyai potensi dasar untuk menjadi calon atlit harus memiliki

komponen-komponen yaitu:

Page 27: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

7

a. Daya tahan kardiovaskuler.

Daya tahan kardiovaskuler adalah kemampuan jantung dan paru-paru untuk

menunjang system kerja otot. Kemampuan untuk terus-menerus dengan tetap

menjalani kerja fisik mencakup sejumlah besar otot dalam waktu tertentu

(Depkes 1987). Kemampuan sistem peredaran darah dan system pernafasan

untuk menyesuaikan diri terhadap efek seluruh beban kerja fisik. Daya tahan

jantung merupakan faktor utama dalam kesegaran jasmani (Pusegjas 2000).

Peradaran darah dapat mengsuplai oksigen yang cukup pada otot-otot

menjalankan fungsinya. Semakin baik ketahanan jantung dan peredaran darah,

otot-otot semakin dapat bertahan lebih lama menjalankan fungsinya. Untuk

memperbaiki ketahanan jantung dan peredaran darah, diperlukan latihan dan

olahraga secara terus-menerus dan teratur paling sedikit 20-30 menit

(Mangoenprasodjo 2005).

b. Daya tahan otot.

Ketahanan otot adalah kemampuan otot melakukan suatu pekerjaan yang

berulang-ulang atau berkontraksi pada waktu yang lama. Untuk memperbaiki

ketahanan otot, diperlukan latihan-latihan beban, dengan beban yang ringan

tetapi dilakukan terus-menerus (Mangoenprasodjo 2005).

c. Kekuatan otot.

Kekuatan otot adalah kemampuan otot yang bekerja berulang-ulang dengan

beban submaksimal atau kemampuan untuk melaksanakan kekuatan

dan mempertahankannya semaksimal mungkin. Latihan kekuatan akan

menghasilkan pembesaran pada otot dan peningkatan kekuatan. Kekuatan ini,

dapat diukur dengan melihat beban maksimal yang dapat diangkat dengan

gerakan khusus (Depkes 1994).

d. Kelenturan.

Kelenturan adalah kemampuan menggerakan sendi , menekuk, merengang dan

memutar dengan kata lain kelenturan adalah keluasaan gerak tubuh pada

persendian sangat dipengaruhi oleh elastisitas otot, tendon dan ligament

sekitar sendi dan sendi itu sendiri. Untuk memperbaiki kelenturan dan

memeliharnya maka diperlukan megerakan persendian pada daerah

gerakannya yang maksimal secara teratur (Mangoenprasodjo 2005).

Page 28: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

8

e. Kecepatan gerak.

Kecepatan gerak adalah kemampuan atau laju gerakan yang dapat berlaku

untuk tubuh secara keseluruhan atau bagian tubuh tertentu

(Moeloe (1984) dikutip dalam (syukur 2004).

f. Kelicahan.

Kelincahan adalah kemampuan gabungan secara cepat arah tubuh atau bagian

tubuh tanpa gangguan keseimbangan, diperlukan tidak hanya dalam olahraga

tetapi jugas dalam kerja dan situasi reaksi. Kelincahan tergantung pada faktor

kekuatan, kecepatan, waktu reaksi keseimbangan dan koordinasi faktor-faktor

tersebut (Moeloe (1984) dikutip dalam (syukur 2004).

g. Keseimbangan.

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan sikap tubuh yang

tepat pada saat melakukan gerakan. Bergantung pada kemampuan intergirtas

antara kerja indra penglihatan, pendengaran dan respon pada otot, yang

diperlukan tidak hanya pada olahraga tetapi juga pada kehidupan sehari-hari

(Moeloe (1984) dikutip dalam (syukur 2004).

h. Kecepatan reaksi.

Kecepatan reaksi adalah waktu tersingkat yang dibutuhkan untuk memberikan

reaksi setelah menerima rangsangan. Hal ini berhubungan dengan waktu

reflek, waktu gerakan dan waktu respon (Moeloe (1984) dikutip dalam

(syukur 2004).

i. Koordinasi.

Koordinasi menyatakan hubungan harmonis sebagai faktor yang terjadi pada

suatu gerakan ( Depkes, 1994). Pada gerakan yang tidak terkoordinasi baik,

akan mengakibatkan kerugian atau pengeluaran tenaga yang berlebihan,

menggangu keseimbangan, bahkan memungkinkan terjadinya cedera,

(Moeloe Moeloe (1984) dikutip dalam (syukur 2004).

Pusat pengembangan kualitas jasmani (2005), dalam menilai potensi

kesegaran jasmani pada anak terdapat lima tahap pengukuran yang dilakukan

memiliki standar baku terdiri dari:

Page 29: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

9

a. Lari jarak menengah 300 meter merupakan kegiatan yang bertujuan dalam

menilai ketahanan kardiovaskuler. Standar yang digunakan dalam penilaian ini

disajikan pada tabel 1.

Tabel 1 Standar pengukuran ketahanan kardiovaskuler (menit/detik).

6-9 tahun Putera Satuan Putri Satuan

Skor

s.d.-5.5 5.6-6.1 6.2-6.9 7.0-8.6 8.7-dst.

Menit/detik Menit/detik Menit/detik Menit/detik Menit/detik

S.d.-5.8 5.9-6.6 6.7-7.8 7.9-9.2 9.3-dst.

Menit/detik Menit/detik Menit/detik Menit/detik Menit/detik

5 4 3 2 1

Sumber: Pusekjas (2005)

b. Lari cepat 100 meter merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menilai

kecepatan gerak tubuh. Standar yang digunakan disajikan pada tabel 2.

Tabel 2 Standar pengukuran kecepatan gerakan tubuh (menit/detik). 6-9 tahun

Putera Satuan Putri Satuan

Skor s.d.-2.39 2.40-3.00 3.01-3.45 3.46-4.48 4.49- dst.

Menit/detik Menit/detik Menit/detik Menit/detik Menit/detik

s.d.-2.53 2.54-3.23 3.24-4.08 4.09-5.03 5.04-dst.

Menit/detik Menit/detik Menit/detik Menit/detik Menit/detik

5 4 3 2 1

Sumber: Pusekjas (2005)

c. Menggantung dengan siku tekuk merupakan gerakan untuk menilai kekuatan

dan ketahanan otot lengan dan otot bahu. Gantung siku tekuk untuk semua

kelompok umur kecuali kelompok umur 13-15 tahun dan 16-19 tahun putera.

Gantung angkat tubuh khusus bagi putera kelompok umur 13-15 tahun dan

16-19 tahun pencatatan dilakukan selama 60 detik. Standari yang digunakan

disajikan pada tabel 3.

Tabel 3 Standar pengukuran ketahanan otot lengan dan bahu (menit/detik) 6-9 tahun

Putera Satuan Putri Satuan

Skor 40>

22-39 9-21 3-8 0-2

Detik Detik Detik Detik Detik

33> 18-32 9-17 3-8 0-2

Detik Detik Detik Detik Detik

5 4 3 2 1

Sumber: Pusekjas (2005)

Page 30: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

10

d. Baring duduk atau sit-up merupakan gerakan untuk mengukur kekuatan dan

ketahanan otot perut. Waktu yang digunakan dalam penilaian ini adalah

kelompok umur 6-9 tahun 60 detik seperti tabel 4.

Tabel 4 Standar pengukuran ketahanan dan kekuatan otot perut (60 detik) 6-9 tahun

Putera Satuan Putri Satuan Skor

17> 13-16 7-12 2-6 0-1

Kali Kali Kali Kali Kali

15> 11-14 4-10 2-3 0-1

Kali Kali Kali Kali Kali

5 4 3 2 1

Sumber: Pusekjas (2005)

e. Loncat tegak merupakan gerakan untuk mengukur tenaga eksplosif. Hasil

Selisih rahian loncatan tertinggi dikurangi rahian tegak (sikap awal)

merupakan cara dalam menilai gerakan ini. Standar yang digunakan disajikan

pada tabel 5.

Tabel 5 Standar pengukuran tenaga eksplosif (cm). 6-9 tahun

Putera Satuan Putri Satuan

Skor 40>

22-39 9-21 3-8 0-2

cm cm cm cm cm

33> 18-32 9-17 3-8 0-2

Cm cm cm cm Cm

5 4 3 2 1

Sumber: Pusekjas (2005)

Kemampuan yang dihubungkan dengan sikap dan bentuk badan seseorang

yang digunakan dalam mengidentifikasi potensi dapat ditempuh dengan beberapa

langkah diantaranya: (1) Melakukan analisis lengkap dari fisik dan mental sesuai

dengan karakteristik cabang olahraga; (2) Melakukan seleksi pemanduan khusus

dengan menggunakan instrumen dari cabang olahraga yang bersangkutan; (3)

Melakukan seleksi berdasarkan karakteristik antropometrik dan kemampuan fisik,

serta disesuaikan dengan tahapan perkembangan fisik; (4) Mengevaluasi

berdasarkan data yang komprehensif dengan memperhatikan setiap anak terhadap

olahraga di dalam dan luar sekolah (Anonim, b 2007). Prestasi yang optimal

membutuhkan kriteria calon atlit yang optimal pula. Objektivitas dan kehandalan

Page 31: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

11

kriteria seleksi telah menjadi perhatian beberapa ahli seperti; Radut, (1967),

Mazilu Focseneanu (1976) dan Dragan (1979), dikutip dalam (Anonim 2007)

Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

a. Sehat.

Sehat fisik merupakan hal yang paling penting bagi seorang yang

berpartisipasi dalam pelatihan, maka sebelum diterima dalam klub tertentu

setiap pemula harus mendapatkan pemeriksaan medis yang seksama. Dokter

dan pelatih harus sepakat untuk memilih individu yang paling sehat. Selama

pemeriksaan spesialis medis dan pengetesan harus mengetahui apakah anak

tersebut mempunyai cacat fisik. Untuk cabang olahraga dinamik

(hockey, bolabasket, track and field, swimming, tinju). Seseorang yang

memiliki cacat tubuh harus tidak dipilih, tetapi untuk cabang yang statis

seperti menembak, panahan, bowling kriterianya yang digunakan

lebih longgar.

b. Kualitas biometrik.

Kapasitas antropometri seseorang merupakan hal penting pada beberapa

cabang olahraga, maka dari itu menjadi pertimbangan utama pada kriteria

identifikasi potensi atlit. Tinggi dan berat atau panjang dari anggota badan

seringkali berperan penting dalam cabang olahraga tertentu dan tahap awal

identifikasi bakat pada cabang tertentu dilakukan pada umur 3-6 tahun.

c. Hereditas.

Fenomena biologis yang komplek seringkali memainkan peranan penting

dalam latihan. Anak-anak cenderung mewariskan karakteristik biologis dan

psikologis orang tuanya meskipun dengan pendidikan, pelatihan dan

pengkondisian sosial hal-hal yang diwarisi tersebut dapat sedikit diubah.

Radut (1976) mengemukakan, faktor keturunan mempunyai peran yang

penting, namun tidak mutlak dalam latihan. Klissouras et al (1973)

mengemukakan, kemampuan fisiologis akan sangat dibatasi oleh potensi

genetik calon atlet tersebut. Sistem dan fungsi ditentukan secara genetik,

terutama sistem asam laktat sampai 81.4%, heart rate, 85.9% dan VO2max

93.4%. Sedangkan proporsi antara serat otot merah dan putih pada manusia

Page 32: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

12

sudah dibentuk secara genetik sebab fungsi metabolic dari kedua otot ini

berbeda.

d. Kemampuan spesialis.

Kemampuan spesialis atau pengetahuan dari seorang pelatih pada identifikasi

bakat serta pengujian, juga menentukan seleksi kandidat. Semakin banyak dan

rumit metode ilmiah digunakan untuk identifikasi bakat, semakin tinggi pula

kemungkinan menemukan bakat yang superior untuk cabang tertentu.

Konsumsi Pangan

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang diperlukan untuk

pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Oleh karena itu, pangan harus tetap

tersedia setiap saat dan tepat dengan mutu yang memadai. Pangan dengan nilai

gizi yang cukup seimbang, merupakan pilihan terbaik untuk konsumsi guna

mencapai status gizi dan kesehatan yang optimal.

Bagi tubuh, nilai suatu bahan pangan ditentukan oleh isi atau zat gizi apa

yang dikandungnya. Zat gizi yang terkandung dalam pangan digunakan sebagai

sumber energi oleh tubuh, untuk tumbuh dan memperbaiki jaringan-jaringan

tubuh yang telah rusak serta mengatur proses dalam tubuh. Maka dari itu, nilai

gizi pangan menyangkut ketersediaannya secara biologis atau dapat tidaknya zat

gizi tersebut digunakan tubuh. Pangan dengan kandungan gizi yang lengkap,

dalam jumlah yang proporsional mempunyai potensi besar untuk menjadi pangan

yang bergizi tinggi.

Tinggi rendahnya nilai gizi satu pangan merupakan kriteria yang dapat

digunakan untuk menilai mutu pangan tersebut. Selain nilai gizi, mutu pangan

juga ditentukan oleh keadaan fisik, mikrobiologis serta penerimaan secara indrawi

atau organoleptik (Rimbawan 1999).Konsumsi pangan adalah jumlah pangan

tungal atau beragam yang dimakan seseorang atau sekelompok orang dengan

tujuan tertentu. Tujuan konsumsi pangan adalah untuk memperoleh zat gizi yang

diperlukan tubuh (Hardinsyah & Martianto 1989).

Kebiasaan dalam mengkonsumsi pangan yang baik, akan menyebabkan

status gizi baik dan keadaan ini dapat terlaksana bila tercipta keseimbangan antara

Page 33: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

13

banyaknya zat gizi dikonsumsi dengan banyak jenis zat gizi yang dibutuhkan

tubuh (Suhardjo 1990).

Hardiansyah dan Briawan (1992) mengemukakan, konsumsi pangan pada

tingkat individu atau rumah tangga dapat diterjemahkan ke dalam bentuk energi,

protein, lemak, vitamin dan mineral per orang per hari. Rasio energi dan gizi

lainnya terhadap kecukupan yang dianjurkan menggambarkan tingkat individu

atau rumah tangga, agar dapat hidup sehat dan sekaligus mempertahankan

kesehatan.

Manusia memerlukan zat gizi diperoleh melalui konsumsi pangan yang

harus mencukupi kebutuhan tubuh untuk melakukan kegiatan, pemeliharaan tubuh

dan pertumbuhan serta aktivitas sehari-hari. Untuk mencapai gizi yang optimal

pada anak usia diatas >3 tahun, baik kecukupan energi, protein, vitamin dan

mineral diharapakan pola makan anak selalu mengacu pada makan seimbang guna

menjamin berlangsungnya tumbuh kembang anak secara optimal (Moehyi 2008).

Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang

dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok pada waktu tertentu yang dipengaruhi

oleh faktor ekonomi dan harga serta sosial budaya ( Mudanijah et al 2006).

Supariyasa (2002) mengemukakan, tujuan dalam studi konsumsi pangan

adalah untuk mengetahu konsumsi pangan yang dimakan seseorang atau individu

yang dapat dipelajari dengan 5 metode yaitu: (1) Metode recall 24 jam; (2)

Metode esitiaited food record; (3) Motede penimbangan makan (food wighing);

(4) Metode dietary histori; (5) Metode frekuensi makanan (food frequency).

Status Kesehatan

Diare

Diare adalah buang air besar yang tidak normal, atau bentuk tinja yang encer

dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya atau lebih dari tiga kali pada anak

(Anonim c 2007). Penyebab diare terdiri dari: (1) Faktor infeksi. Infeksi saluran

pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi tersebut terdiri

dari infeksi enteral yaitu infeksi bakter (vibrio, E.ecoli, salmonella, shigella

campylo-bacter, yersinia, aeromonas dan sebagainya); Infeksi virus (Enterovirus,

Page 34: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

14

Adenovirus, Rotavirus, dan sebagainya), dan parasit (cacing: Ascaris, Trichiuris,

Oxyuris, strongylodes; protozoa: Entamoba histolytica, Gradia lambidia, Tria-

chomonas hominis; jamur: (Candidaalbincans ); Infeksi parenteral yaitu infeksi

yang terjadi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti Otitis media akut

(OMA), Tonsilofaringitis, Bron-kopenumonia, Ensefalitas dan sebagainya; (2)

Faktor malabsorbsi yang terdiri dari malabsorbsi karbohidrat: disakarida

(intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intorerasiglukosa,

fruktosa dan galaktosa) terutama pada anak yang intoleransi laktosa serta

malabsorbsi lemak dan malabsorbsi protein; (3) Faktor makanan yaitu makanan

yang dimakan telah basih, beracun, alergi terhadap makanan; (4) Faktor

psikologis yaitu di sebabkan oleh rasa takut atau cemas, tapi jarang terjadi pada

anak

Mekanisme patogenesis dasar yang menyebabkan timbulnya diare pada anak

disebabkan oleh: (1) Gangguan osmotik yaitu akibat terdapatnya makanan atau

zat yang tidak dapat diserap, akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga

usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektorit ke dalam rongga usus.

Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk

mengeluarkannya sehingga menimbulkan diare; (2) Gangguan sekresi yaitu

akibat rangsangan tertentu (misalnya oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi

sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus, dan selanjutnya diare timbul

karena terdapat peningkatan isi rongga usus; (3) Gangguan mortilitas usus yaitu

terjadi hiperperstaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk

menyerap makanan yang timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun

akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan dapat menimbulkan diare pula

(Anonim 2007).

Jenis-jenis diare terdiri dari (1) Diare akut merupakan diare yang

disebabkan oleh virus yang disebut rotavirus yang ditandai dengan buang air

besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya biasanya 3 kali

atau lebih dalam sehari dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare rotavirus ini

merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan pertama, sebagai penyebab

diare akut pada anak; (2) Diare bermasalah merupakan diare yang disebabkan

oleh infeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi.

Page 35: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

15

Penularan terjadi secara fecal- oral, kontak dari orang ke orang atau kontak orang

dengan alat rumah tangga. Diare ini umumnya diawali dengan diare cair

kemudian pada hari kedua atau ketiga baru muncul darah maupun tanpa lendir

diikutsertakan sakit perut , panas disertai hilangnya nafsu makan dan badan terasa

lemah; (3) Diare persisten merupakan diare akut yang menetap, dimana titik

sentral patogenesis diare persisten adalah kerusakan mukosa usus. Penyebab diare

persisten sama dengan diare akut (Anonim 2007).

Infeksi ISPA

Penyakit pernafasan merupakan penyakit yang disebabkan oleh gangguan

akut fungsional dan menyebabkan gangguan kronis. Penyakit infeksi sistem

pernafasan sering menyerang anak-anak terutama usia dibawa 5 tahun. Penyakit

infeksi pernafasan akut berhubungan dengan gejala sistemik seperti anoreksia,

kelelahan dan tidak enak badan. Gejala tersebut jika dikombinasi dengan batuk

dan sesak napas akan mengakibatkan terganggunya intik makanan (Johnson Chin

dan Haponik (1999) dikutip dalam (Ingtyas 2004).

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai dengan 14

hari. Berat dan ringannya penyakit ISPA tergantung lamanya sakit dan

tanda-tanda yang menyertainya. Penderita ISPA digolongkan ringan jika sakit

panas 2-3 hari dan ISPA sedang jika gejalanya ditambah frekuensi pernafasan

lebih dari 50 kali per menit atau panas tinggi dengan suhu tubuh >39 0C, sakit

telinga dan campak. Sedangkan ISPA berat jika ditambah gejala napas cuping

hidung, kejang, dehidrasi dan kesadaran menurun (Handayani 1997).

Kurangnya konsumsi pangan dan peningkatan proses metabolisme, dapat

menyebabkan keseimbangan nitrogen, karena proses katabolisme protein serta

gangguan fungsi kekebalan tubuh. Seseorang yang menderita ISPA juga akan

mengalami keseimbangan energi negatif.

Berbagai penelitian laboratorimum dan klinik menunjukan bahwa dampak

utama gizi kurang terhadap sistem pernafasan adalah struktur pernafasan dan daya

tahan tubuh (Johnson, Chin&Haponik (1999), dikutib dalam Ingtyas 2004).

Infeksi salauran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit infeksi yang

Page 36: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

16

penularan melalui udara, sehingga lingkungan rumah yang buruk dan tidak

memenuhi syarat akan memudahkan terjadinya penularan penyakit infeksi

(Handayani 1997).

Status Gizi

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok

orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan penggunaan

(utilization) zat gizi (Riyadi 1995). Pertumbuhan merupakan perubahan kuantitatif

berupa perubahan ukuran dan struktur tubuh secara berurutan yang dinyatakan

dalam ukuran satuan tertentu seperti berat badan, tinggi badan dan sebagainya

(Hurlock 1995).

Caplin (2002) dikutip dalam (Desmita 2006) mengemukakan, pertumbuhan

merupakan suatu kenaikan badan dan ukuran dari bagian-bagian tubuh atau

organisme sebagai suatu keseluruhan. Aspek pertumbuhan pada anak biasanya

dinyatakan dalam status gizi, yang merupakan keadaan fisik dan kesehatan

seseorang diakibatkan oleh konsumsi makan dan zat gizi sebagai unsur penting

dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Proses pertumbuhan seorang

manusia terdapat dua prinsip yaitu prinsip proxmodistal yaitu proses pertumbuhan

yang dimulai dari bagian pusat syaraf kebagian-bagian luar tubuh dan prinsip

cephallocaudal yaitu proses pertumbuhan dari organ kepala ke bagian tubuh yang

lain (Papalia & Feldeman (2004) dikutip dalam (Dariyo 2007).

Pertumbuhan yang terjadi pada seseorang tidak hanya meliputi apa yang

terlihat secara fisik, tetapi juga pada perkembangan aspek yang lain. Salah satu

faktor berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah terpenuhinya kebutuhan akan

zat gizi, namun kebutuhan zat gizi berbeda untuk tiap orang dipengaruhi oleh

umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, ukuran tubuh, derajat pertumbuhan serta

kebutuhan energi untuk metabolisme dasar. Ukuran yang digunakan dalam

penilaian status gizi dilakukan dengan cara langsung dan tidak langsung

(Ahmad et al 2007).

Pendekatan yang digunakan dalam penilaian status gizi terdiri dari

bermacam-maca metode. Gibson (1990) mengemukakan, untuk menilai status gizi

Page 37: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

17

terdapat pendekatan yang dapat digunakan yaitu: (1) Konsumsi makanan; (2)

Biokimia; (3) Antropometri dan (4) Klinis.

Indikator yang digunakan untuk mengukur kemajuan pertumbuhan yaitu

menggunakan berat dan tinggi badan, dilakukan secara priodik, teratur disertai

dengan pencatatan pengukuran. Pertumbuhan anak dapat dipantau dengan

menggunakan antropometri sebagai suatu pendekatan. Kumaidi (1998)

mengemukakan, jenis antropometri tinggi badan dan berat badan merupakan

pendekatan antropometri terhandal dan mudah dilakukan. Untuk membandingkan

hasil pengukuran, dapat digunakan standar baku yang dianjurkan oleh

WHO/NCHS dengan perkiraan maupun membedakan struktur tubuh proposional,

dengan mereka yang terlalu kurus atau terlalu gemuk, berdasarkan baku harvard

status gizi menurut WHO/NCHS.

Indikator Status Gizi

Indeks BB/U

Masa tubuh adalah ukuran yang sangat sensitif terhadap perubahan

mendadak diakibatkan oleh penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau

kurang konsumsi pangan. Berat badan merupakan antropometir yang sangat labil,

bila kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi kebutuhan zat gizi

terjamin, maka pertumbuhan normal berkembang mengikuti usia yang dimiliki.

Berdasarkan karakteristik berat badan yang labil maka, Indeks BB/U digunakan

untuk menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Supariyasa 2002).

Indikator antropometri dengan indeks BB/U memiliki kelebihan dan

kekurangan. Kelebihan antropometri dengan indeks BB/U yaitu: (1) Lebih mudah

dan cepat dimengerit oleh masyarakat umum; (2) Baik untuk mengukur status

gizi kronis atau akut; (3) Berat badan dapat berflektuasi; (4) Sangat sensitif

terhadap perubahan kecil; (5) Dapat mendeteksi kegemukan. Sedangkan

kelemahan antropometri indeks BB/U yaitu: (1) Dapat menginterpertasi status gizi

yang keliru bila terdapat edema maupun asites; (2) Pada daerah pedesaan umur

sering sulit ditaksir karena pencatatan masih belum baik; (3) Memerlukan data

umur yang akurat terutama anak usia dibawah 5 tahun; (4) Sering terjadi

Page 38: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

18

kesalahan dalam pengukuran terutama pakaian dan gerakan anak saat ditimbang;

(6) Secara sosial mengalami hambatan karena masalah sosial budaya

(Supariyasa 2002).

Indeks TB/U

Status gizi kurang diukur dengan pendekatan indeks TB/U dikategorikan

sebagai stunded, diterjemahkan sebagai ukuran tubuh pendek tidak sesuai umur.

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan selektal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan

pertambahan umur. Perubahan tinggi badan tidak seperti berat badan, lebih relatif

dan tidak sensitif terhadap kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Dengan

demikian Beaton & Begoa (1973) mengemukakan, indeks TB/U disamping

menggambarkan status gizi masa lampau, juga lebih erat dengan faktor status

sosial ekonomi (Supariyasa 2002).

Supariasa (2002) mengemukakan, indikator status gizi dengan indeks TB/U

memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan dari indikator menggunakan

indeks TB/U yaitu digunakan sebagai indikator dalam mengukur stauts gizi masa

lampau, murah dan mudah dibawah. Sedangkan kelemahan dari indikator status

gizi dengan indeks TB/U yaitu tinggi badan tidak cepat naik atau turun,

pengukuran relatif lebih sulit dilakukan, oleh karena anak harus berdiri tegak

sehingga memerlukan dua orang melakukannya dan ketepatan umur sulit

didapatkan pada masyarakat di pedesaan.

Indeks BB/TB

Berat badan mempunyai hubungan linier terhadap tinggi badan. Dalam

keadaan normal, perkembangan berat badan seara pertumbuhan tinggi badan

dengan kecepatan tertentu. Jelliffe (1966), telah memperkenalkan indeks ini untuk

mengidentifikasi status gizi. Status gizi dengan indeks BB/TB sangat efektif

digunakan untuk mengukur status gizi saat kini (sekarang). Indeks BB/TB

memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan dari indeks BB/TB yaitu tidak

membutuhkan data umur dan dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal,

kurus). Sedangkan kelemahan dari indeks BB/TB yaitu tidak dapat

Page 39: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

19

menggambarkan apakah anak itu pendek, cukup tinggi badan atau kelebihan

tinggi badan menurut umur, oleh karena faktor umur tidak dipersoalkan.

Pengukuran relatif lebih lama dilakukan, membutukan dua orang untuk

melakukannya dan sering terjadi kesalahan dalam membaca hasil pengukuran

(Supariyasa 2002).

Status Anemia

Penilaian status gizi secara laboratorium atau biokimia digunakan untuk

mendeteksi tahap defisiensi subklinis untuk mengkonfirmasi diaknosa secara

klinis pada seseorang. Cari ini merupakan metode yang dinilai secara objektif,

oleh karena tidak melibatkan emosi dan faktor subjektif lainnya. Kekurangan zat

gizi dalam tubuh tidak terjadi secara langsung tetapi terjadi secara bertahap.

Untuk mengetahui seberapa besar kekurangan zat gizi yang dialami seseorang,

maka dilakukan dengan uji biokimia dalam cairan dan jaringan tubuh seseorang.

Metode yang digunakan dalam menilai seseorang mengalami anemia dilakukan

dengan pengukuran haemoglobin (Hb) (Gibson 2005).

Haemoglobin (Hb) adalah pigmen merah pembawa oksigen yang terdapat

dalam sel darah merah. Haemoglobin (Hb) merupakan suatu protein kaya akan zat

besi. Konsentrasi haemoglobin (Hb) normal pada manusia dewasa yaitu 14-16

g/dl darah atau rata-rata 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya

disebut ”100 persen” (Ganong 1983). Diduga terdapat kira-kira 750 gram

haemoglobin (Hb) d darah alam seluruh darah yang beredar.

Haemoglobin (Hb) sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, oleh

karena Haemoglobin (Hb) berfungsi membawa dan mengirim oksigen ke

jaringan-jaringan. Sekitar 400 juta molekul haemoglobin (Hb) berada dalam sel

darah merah yang meliputi 95% dari berat keringnya. Sedangkan sintesis

haemoglobin (Hb) dan proses destruksinya seimbang dalam kondisi fisiologis dan

terdapat gangguan dapat menimbulkan gangguan hematologis yang nyata (Tortora

dan Anagnostakos 1990).

Haemoglobin (Hb) mengandung senyawa protein berisi globin dan heme.

Setiap gram haemoglobin (Hb) berisi 3.34 mg zat besi dan membawa 1.34 ml

Page 40: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

20

oksigen. Setiap molekul haemoglobin (Hb) berisi 4 unit heme dan masing-masing

bergabung dengan satu rangkaian globin yang mempunyai residu asam amino.

Haemoglobin (Hb) dilepaskan dalam bentuk bebas bila terjadi hemolisis

sedangkan batas antara haemoglobin (Hb) dan stroma sel darah merah mengalami

kerobekan yang disebabkan oleh agen penyebab hemolisis. Haemoglobin (Hb)

yang bebas dalam plasma amat cepat terbuang, dengan oksidasi menjadi bentuk

yang tak berguna dan hilang melalui ginja. Haemoglobin (Hb) dilepaskan dari sel

darah merah, dimusnahkan oleh ”macrophage”, kemudian dikatabolisme secara

bertahap. Sel darah merah hidup sekitar 120 hari. Sel darah merah mengalami

kerusakan, maka bagian porfirin haemoglobin (Hb) dipecahkan dan membentuk

pigmen empedu billiverdin dan billirubin, yang dibawa ke hati untuk disekresi ke

dalam usus melalui empedu (Tortora dan Anagnostakos 1990).

Anak-anak yang berumur 2-4 tahun mempunyai kadar haemoglobin (Hb)

rata-rata 12.5 -15.5 g/dl, dengan batas terendah 11.0 g/dl. Sedangkan pada umur

4-8 tahun mempunyai nilai rata-rata haemoglobin (Hb) 13.0 g/dl dengan batas

terendah 11.5 g/dl. Nilai-nilai ini merupakan standar normal bagi anak-anak dari

keluarga berkulit putih (caucasian family). Nilai haemoglobin (Hb) untuk bangsa

Asia dan Negro 0.5 g/dl lebih rendah nilai haemoglobin (Hb) untuk semua umur

kecuali pada masa prenatal. Perbedaan ini disebabkan oleh, adanya defisiensi zat

besi maupun dan perbedaan status sosial ekonomi (Piliang dan Djojosoebagio

2006). Kadar haemoglobin (Hb) yang dipergunakan untuk menentukan anemia

adalah dibawa batas yang ditetapkan WHO (2001). Batas tersebut adalah 110 g/L

untuk wanita hamil dan anak usia 6 bulan sampai 5 tahun 120 g/L, untuk wanita

tidak hamil dan 130 g/L untuk pria yang berusia di atas 15 tahun. Batas kadar

haemoglobin (Hb) dan hemotokrit disajikan pada tabel tabel 6.

Tabel 6 Kadar haemoglobin (Hb) dan hematokrit untuk batas anemia pada populasia

Haemoglobin (Hb) Haematokrit Kelompok umur dan Jenis kelamin g/l mmol/l l/l

Anak 6-59 bulan Anak 5-11 tahun Anak 12-14 tahun

110 115 120

6.83 7.13 7.45

0.33 0.34 0.36

a Faktor konversi yang umum dipergunakan: 100 g hemoglobin = 6,2 mmol hemoglobin = 0,30 l/l hematokrit. Sumber: WHO (2001)

Page 41: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

21

Aktivitas Bermain

Bermain dan belajar anak merupakan suatu kesatuan dan proses yang terus

menerus terjadi dalam kehidupannya. Bermain merupakan tahap awal dari proses

belajar anak yang dialami hampir semua orang. Melalui kegiatan bermain yang

menyenangkan, seorang anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan

pengalaman yang banyak. Baik pengalaman dengan diri sendiri, orang lain

maupun dengan lingkungan disekitarnya. Melalui bermain anak dapat

mengorganisasikan berbagai pengalaman dan kemampuan motorik maupun

kongnitifnya (Sekartini 2006).

Dariyo (2007) mengemukakan, fungsi dan manfaat dalam bermain anak

yaitu: (1) Mengembangkan kreativitas anak; (2) Mengembangkan keterampilan

sosial anak; (3) mengembangkan psikomotorik anak; (4) Mengembangkan

kemampuan berbahasa; (5) Sebagai saran terapi untuk mengatasi masalah

psikologis, karena memurut Singmund Freud bermain mengatasi ketegangan-

ketegangan emosi anak. Upaya stimulasi yang diberikan pada anak, hendak

dilakukan dalam situasi yang menyenangkan. Dengan pendekatan pola bermain

anak diajak untuk berkolaborasi, menemukan dan memanfaatkan objek yang

dekat dengannya, sehingga kegiatan lebih bermakna (Sumantri 2005). Bermain

pada anak bukan sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan, seperti

halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak memerlukan variasi

bermain untuk kesehatan, pertumbuhan fisik, mental dan perkembangan

emosinya. Melalui bermain anak tidak hanya mengstimulasi pertumbuhan otot-

ototnya, tetapi lebih dari itu. Anak tidak saja melompat, menendang, melempar

atau berlari, tetapi mereka bermain dengan menggunakan seluruh perasaan dan

pikirannya (Soetjiningsih 1995). Untuk menjaga kualitas bermain sehingga anak

dapat bermain dan memperoleh stimulasi cukup maka diperlukan: (1) Ekstra

energi; (2) Waktu bermain ; (3) Alat bermain; (4) Ruang untuk bermain; (5)

Pengetahuan cara bermain; (6) Teman bermain. Sedangkan anak yang aktif dalam

bermain memiliki keunggulan diperoleh dari permainan tersebut antara lain: (1)

Membuang ekstra energi; (2) Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian

tubuh, seperti tulang, otot tubuh dan organ-organ; (3) Aktivitas yang dilakukan

Page 42: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

22

dapat meningkatkan nafsu makan; (4) Anak belajar mengontrol diri; (5)

Berkembangnya keterampilan yang akan berguna sepanjang hidup; (6)

Meningkatkan daya kreativitas; (7) Mendapatkan kesempatan menemukan arti

dari benda-benda yang ada disekitar anak; (8) Merupakan cara untuk mengatasi

kemarahan, kekuatiran, iri hati dan kedudukan; (9) Kemampuan belajar bergaul

dengan anak yang lain; (10) belajar untuk menjadi pihak yang kalah dan menang

dalam permainan; (11) Kesempatan belajar untuk mengikuti aturan-aturan; (12)

Dapat mengembang kemampuan intelektualnya (Soetjiningsih 1995).

Aktivitas bermain anak harus seimbang antar bermain aktif dan pasif yang

biasanya disebut sebagai hiburan. Permainan yang masuk dalam kategori aktif

yaitu bermain pengamatan atau penyelidikan, bermain konsentrasi, bermain drama

dan bermain bola atau bermain tali. Sedangkan bermain yang pasif yaitu

permainan dilakukan dengan melihat gambar-gambar dibuku, mendengar cerita

atau musik, menonton televisi dan sebagainya.

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Orang Tua

Munandar (1992) mengemukakan, sikap orang tua dalam mendidik anak

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: (1) Tingkat pendidikan dan status

sosial ekonomi orang tuanya. Bila tingkat pendidikan dan status ekonominya

rendah terjadi kecenderungan ke sikap menuruti; (2) Hubungan suami istri, jika

hubungan hangat dan baik maka sikap anak lebih menunjukan sikap lebih

perhatian dan toleran; (3) Jumlah anak dalam keluarga kecil cenderung lebih

memanjakan dan menuntut lebih banyak karena, anak merupakan tumpuan

harapan orang tua; (4) Kepribadian orang tua, sering orang tua bersikap otoriter,

demokrasi atau terlalu menuruti kemauan anak; (6) Pengalaman orang tua,

pengaruh sikap orang tua terhadap anaknya karena pengalaman hidupnya.

Pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga dapat dinilai dengan melihat status ekonomi suatu

keluarga. Gerungan (1998) mengemukakan, keadaan ekonomi mempunyai peran

Page 43: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

23

yang sangat besar dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang memberikan

kesejahteraan kepada anggota keluarga. Keadaan perekonomian yang cukup pada

suatu keluarga, maka lingkungan material anak akan lebih luas serta memberikan

kesempatan pada anak untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang

tidak dapat dikembangkan bila tidak ada fasilitas dan dukungan yang dibutuhkan.

Gunasra & Gunarsa (2001) mengemukakan, kondisi ekonomi yang kurang

akan berpengaruh terhadap kondisi mental dan pisikis individu yang hidup dalam

keluarga, dan menentukan corak serta kualitas hubungan antara pribadi dalam

keluarga.

Besar keluarga

Keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga akan berpengaruh

terhadap konsumsi pangan terutama pada keluarga tidak mampu. Suharjo (1989)

mengemukakan, ada hubungan yang sangat nyata dalam keluarga dengan kurang

gizi pada masing-masing keluarga. Jumlah anggota keluarga yang semakin besar,

tanpa dibebani dengan peningkatan pendapatan akan menyebabkan

pendistribusian konsumsi pangan semakin tidak merata pada setiap anggota

keluarga. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga besar, mungkin hanya cukup

untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut. Jumlah anak

menederita kelaparan pada keluarga besar, empat kali lebih besar dibandingkan

dengan keluarga kecil. Anak-anak yang mengalami gizi kurang pada keluarga

beranggota banyak, lima kali lebih besar daripada keluarga beranggota keluarga

sedikit (Berg 1986).

Dalam keluarga kecil seorang anak tidak perlu memperjuangkan kasih

sayang dari orang tua, tetapi anak-anak dari keluarga besar harus berjuang untuk

mendapatkan kasih sayang. Apabila jumlah anak dalam keluarga bertambah maka

perhatian dan kehangatan pada anak-anak berkurang. Dengan kata lain bahwa

dengan semakin banyak anak maka curahan waktu , perhatian , tingkat keeratan

diberi orang tua pada anaknya akan terbagi pada sejumlah anak yang berhak untuk

mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang sama sesama anak (Gunasa 1997).

Page 44: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

24

KERANGKA PEMIKIRAN

Pembinaan dan pengembangan atlit sejak dini merupakan salah satu strategi

dalam pencarian bibit-bibit atlit berprestasi. Untuk memperoleh dan mencapai hal

tersebut merupakan satu langka yang tidak mudah dilakukan dan penuh dengan

tantangan baik itu eksternal maupun internal. Faktor utama berhubungan terhadap

pertumbuhan fisik atau potensi atlit pada anak usia 48-72 bulan adalah konsumsi

makan kurang memenuhi syarat gizi atau kebutuhan anak usia 48-72 bulan, yang

digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan konsumsi pangan

itu sendiri dipengaruhi oleh status sosial ekonomi keluarga seperti jumlah anggota

keluarga, pekerjaan keluarga dan pendapatan keluarga. Konsumsi pangan yang

tidak beragam ditemukan pada masyarakat berpendapatan rendah, disebabkan

oleh ketidakmampuan daya beli bahan pangan, dalam memenuhi kebutuhan

keluarga terutama pemenuhan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Tidak

terpenuhinya kebutuhan zat gizi dapat berdampak pada rendahnya kadar

haemoglobin (Hb) pada anak dan akan menyebabkan terjadinya kurang gizi dan

gangguan kesehatan pada anak usia 48-72 bulan. Status gizi yang buruk pada anak

usia 48-72 bulan, berhubungan erat dengan terjadinya penyakit infeksi terutama

diare dan ISPA. Bila anak mengalami gizi kurang dan sering sakit akan

menyebabkan berkurangnya aktivitas bermain anak, berfungsi untuk merangsang

pertumbuhan fisik.

Keluarga yang status ekonomi rendah, orang tua selalu berkonsentrasi pada

pekerjaan untuk perbaikan ekonomi keluarga. Sedikit sekali waktu diberikan

kepada anak dalam bermain bersama dan bimbingan. Aktivitas bermain anak

bukan saja memberikan kesenangan dan kebahagiaan kepada anak tetapi juga

merangsang pertumbuhan fisik terutama gerakan otot, kecepatan, keseimbangan

dan terjadinya koordinasi antara indra dan gerakan fisik. Kombinasi dari aktivitas

bermain ini, akan melahirkan potensi atlit yang dimiliki oleh anak-anak usia

48-72 bulan terutama struktur tubuh yang ideal sebagai dasar menuju kedewasaan.

Melahirkan calon atlit yang berprestasi merupakan hal yang sangat

diharapkan dalam dunia olahraga, namun mencapai hal tersebut dipengaruhi oleh

banyak faktor. Dalam penelitian ini akan menguraikan faktor yang berhubungan

Page 45: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

25

dengan potensi atlit. Berdasarkan pada dasar pemikiran ini maka kerangka konsep

yang disusun berdasarkan pada gambar 1.

Status kesehatan • Diare • ISPA

Aktivitas bermain

anak

Karakteristik keluarga • Pendidikan orang tua • Pendapatan keluarga • Pekerjaan orang tua • Besar keluarga

Konsumsi pangan Energ, Protein Vit. A dan Besi (Fe)

Kadar Haemoglobin

Gamb

Status gizi• BB/U • TB/U • BB/TB

ar 1 Kerangka Konsep

Potensi atlit • Kecepatan gerak fisik • Daya tahan otot • Kekuatan otot • Daya tahan • kardiovaskuler

Penelitian

Page 46: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

26

METODE PENELITIAN

Desain Penelitan

Desain yang digunakan dalam penelitian adalah cross-sectional study

(Murti 1997). Pada contoh, peneliti melakukan pengamatan, pengukuran dalam

satu waktu bersamaan dan dilakukan satu kali terhadap karakterisitik sosial

ekonomi keluarga yang terdiri dari: Besar keluarga, pendidikan, pekerjaan,

pendapatan dan data karakteristik anak terdiri dari: Usia anak, jenis kelamin.

pengukuran potensi atlit, konsumsi pangan status kesehatan, sataus gizi serta

aktivitas bermain usia 48-72 bulan.

Tempat dan Waktu

Penelitian ini bertempat di kebun teh PTPN VIII Kabupaten Bandung yaitu

kebun teh Malabar dan Purbasari. Tempat penelitian ini dipilih secara purporsive

dengan mempertimbangkan luas wilayah, biaya penelitian dan waktu untuk

mempermudah proses penelitian yang akan dilakukan. Waktu pengumpulan data

dalam penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dimulai pada Maret 2008 dan

bagian dari penelitian NHF dengan judul penelitian” Peningkatan Ketahanan

Keluarga dan Kualitas Pengasuhan Untuk Peningkatan Gizi Anak Usia Dini”

(Sunarti 2008).

Populasi dan Contoh

Populasi penelitian adalah seluruh rumah tangga keluarga wanita pemetik

teh di kebun teh Malabar dan Purbasari PTPN VIII Bandung yang berjumlah 192

orang anak usia 0-72 bulan. Kerangka contoh dalam penelitian adalah anak

keluarga wanita pemetik teh usia 48-72 bulan. Cara pengambilan contoh dalam

penelitan ini dengan metode sensus, oleh karena jumlah populasi dalam penelitian

terbatas sehingga digunakan seluruh populasi sebagai unit analisis yaitu berjumlah

51 orang anak usia 48-72 bulan (Singarimbun & Effendi, 1987), yang disajikan

pada gambar 2.

Page 47: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

27

Malabar n : 30

Purbasari n : 21

n : 51

Malabar N : 102 Purbasari N: 90

Gambar 2 Kerangkah pengambilan contoh

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dengan metode wawancara, pengamatan

pemeriksaan serta pengukuran. Data karakteristik keluarga terdiri dari:

(Pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, besar keluarga dan pendapatan

keluarga). Data karakteristik anak terdiri dari: (Usia anak, jenis kelamin). Data

konsumsi pangan usia 48-72 diukur dengan menggunakan recall 24 jam selama 2

hari. Data status kesehatan diukur menggunakan kuesioner dan diwawancarai

secara langsung orang tua contoh. Data haemoglobin (Hb) dengan cara

pemeriksaan darah menggunakan metode sahli. Data aktivitas bermain anak

diukur menggunakan kuesioner dengan cara pengamatan dan diwawancarai orang

tua/pengasuh. Sedangkan data pengukuran status gizi terdiri dari ukuran

antropometri yaitu BB/U, TB/U dan BB/TB. Pengukuran tinggi badan

menggunakan microtoise, tingkat ketelitian 0,1 cm dan berat badan dilakukan

dengan penimbangan menggunakan timbangan digital Camry EB 710 merek

Tanita pada tingkat ketelitian 0,1 kg. Data potensi atlit diukur dengan pendekatan

pengukuran kesegaran jasmani Indonesia (TKJI 2005) khusus anak yang telah

dimodifikasi yang terdiri dari: Daya tahan kardiovaskuler, kecepatan, daya tahan

otot, kekuatan otot. Data sekunder meliputi profil daerah setempat. Data ini

bersumber dari pemerintah setempat, tempat penitipan anak (TPA) dan posyandu

di daerah tersebut.

Page 48: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

28

Tabel 7 Jenis, cara dan alat pengumpulan data. Jenis Data Cara Pengumpulan Alat

Karakteristik keluarga dan anak.

Wawancara orang tua contoh menggunakan kuesioner. Kuesioner.

Konsumsi pangan anak. Wawancara orang tua contoh dan recall 24 jam

Daftar recall 24 jam.

Status kesehatan anak :Diare dan ISPA.

Wawancara oranga tua contoh menggunakan kuesioner. Kuesioner.

Haemoglobin (Hb). Analisis Sahli. Tabung sahli Pipet sahli HCL 0,1%

Aktivitas bermain anak. Wawancara pada ibu serta pengamatan terhadap aktivitas bermain anak.

Kuesioner.

Status Gizi dengan antropometri; BB/TB.

Mengukur dan mencatat berat badan dan tinggi badan anak usia 36-60 bulan.

Timbangan Camry EB 710 Tanita. Microtoise.

Potensi atlit. Kecepatan gerak fisik, daya tahan otot, kekuatan, otot dan daya tahan kardiovaskuler.

Arloji/Stop Watch. Kuesioner. Alat menggantung. Matras .

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dalam penelitian dengan cara dilakukan pengkodean, entri

data, edeting. Selanjutnya ditabulasi dalam satu tabel untuk memudahkan dan

mencegah terjadi kesalahan dalam mengolah data. Data karakteristik keluarga

yang terdiri dari: Lama mengikuti pendidikan formal menjadi lima kategorik yaitu

“0-2 tahun”, “3-5 tahun”,” 6-8 tahun”, “9-11 tahun” dan “≥ 12 tahun”. Data

pekerjaan bapak/suami terdiri dari 7 kategorik terdiri dari : (Tidak bekerja, petani,

pedagang, buru tani, buru non tani, PNS/ABRI/PORLI dan Pelayanan Jasa).

Besar keluarga berdasarkan kriteria BPS (2001) ”keluarga kecil” jika anggota

keluarga ≤ 4 orang, ”keluarga sedang” dengan jumlah anggota keluarga 5-7 orang

dan ”keluarga besar” dengan jumlah anggota lebih dari ≥7 orang. Pendapatan

keluarga dikategorikan berdasarkan indikator lokal yang diterbitkan oleh

Pemerintah Kabupaten Bandung yang dibagi menjadi dua kategorik yaitu

”miskin” ≤ Rp.144.000 dan ” tidak miskin ≥ Rp. 144.000. Data karakteristik anak

(usia, jenis kelamin) dalam bentuk kelompok dan dikategorikan. Data-data

Page 49: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

29

tersebut dianalisis secara deskriptif mengunakan komputer program microsoct

office exel 2003. Data konsumsi pangan anak diperoleh dari hasil recall 24 jam

selama 2 hari. Data ini kemudian dikonversikan ke dalam bentuk jumlah zat gizi,

dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan atau DKBM (Hardinsyah

dan Briawan 1990). Konsumsi pangan dalam penelitian ini adalah konsumsi zat

gizi energi, protein, vitamin A dan besi (Fe) per individu. Selanjutnya data

konsumsi zat gizi aktual tersebut dibandingkan dengan angka kecukupan gizi

(AKG) per individu (WNPG 2004). Data konsumsi pangan yang digunakan untuk

melakukan pengujian statistik dalam penelitian yaitu zat gizi energi dan protein.

Data status kesehatan anak terdiri dari penyakit menular yaitu diare dan

ISPA yang diderita anak satu bulan terakhir dan saat penelitian. Riwayat penyakit

anak dengan melihat frekuensi sakit anak tersebut dalam satu bulan terakhir. Data

status kesehatan anak diolah menggunakan komputer program SPSS versi 13.

Data status kesehatan usia 48-72 bulan dikategorikan menjadi tiga kelompok

disajikan pada tabel 8.

Tabel 8 Satus kesehatan anak satu bulan terakhir berdasarkan frekuensi sakit.

Kategori Frekuensi sakit

Tidak pernah sakit Pernah sakit Sering sakit

0 1-2 ≥3

Penilaian status gizi dengan pendekatan Antropometri yaitu BB/TB untuk

mengukur status gizi. Data tersebut diolah menggunakan program nutri survey

WHO 2005 dan SPSS versi 13. Status gizi tersebut dibagi menjadi 4 kelompok

disajikan pada tabel 9.

Tabel 9 Status gizi anak usia 48-72 bulan berdasarkan BB/TB. Kategori Nilai Z-score

Sangat kurus Kurus Normal Gemuk

<-3 -3 s/d-2 -2 s/d 2

>2 Sumber: WHO (2005)

Page 50: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

30

Status biokimia dengan pengukuran haemoglobin (Hb) pada anak dianalisis

dengan metode sahli. Hemoglobin darah anak dikategorikan berdasarkan pada

standar WHO (2001) yaitu usia 48-59 bulan dengan kadar haemoglobin (Hb)

110g/l dan usia 60-72 bulan dengan kadar haemoglobin (Hb) 115g/l.

Pengukuran aktivitas bermain usia 48-72 menggunakan 10 item pertanyaan

dan pengamatan terhadap aktivitas bermain. Setiap jawaban ”ya” di berikan skor

1 dan jawaban ”tidak” diberikan skor 0 serta dikelompokkan menjadi lima

kategori untuk menilai aktivitas bermain contoh. Data aktivitas bermain diolah

menggunakan komputer program microsoct office exel 2003 dan SPSS versi 13.

Aktivitas bermain anak usia 48-72 bulan dikelompokkan seperti disajikan pada

tabel 10.

Tabel 10 Aktivitas bermain usia 48-72 bulan. Kategori Skor

Sangat baik Baik Sedang Kurang Sangat kurang

9-10 7-8 5-6 3-4 1-2

Pengukuran potensi atlit usia 48-72 bulan, menggunakan standar

pengukuran kesegaran jasmani khusus untuk anak yang telah dimodifikasi yaitu

mengukur ketahanan kardiovasluler dengan pengujian lari jarak menengah dari

600 meter. Pengujian kecepatan gerakan fisik dengan lari cepat 100 meter.

Pengujian otot lengan dan bahu dengan cara menggantung siku tekuk selama 60

detik. Menguji ketahanan dan kekuatan otot perut dengan cara gerakan baring

duduk (si-up) serta mengukur tenaga eksplosif dengan cara lompat tegak.

Standar yang dimodifikasi atas dasar pertimbangan hasil uji fisik pada 5

orang anak usia 48-72 bulan di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga tidak

mampuh menempuh jarak 600 meter dan menggantung dengan siku tekuk.

Sedangkan pada tes lari 100 meter, sit-up dan lompat tegak dapat dilakukan

dengan baik. Ukuran standar yang digunakan dan dimodifikasi disajikan

pada tabel 11.

Page 51: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

31

Tabel 11 Ukuran standar dan dimodifikasi dalam pengukuran potensi atlit. Nama gerakan Standar Modifikasi

Lari cepat Menggantung Sit-Up Lompat tegak Lari jarak menengah

100 meter Siku tekuk (60) detik Sit-Up (60) Lompat tegak 600 meter

Tidak dimodifikasi Tanpa siku tekuk (60) detik Tidak dimodifikasi Tidak dimodifikasi 300 meter

Sebelum melakukan penilaian potensi atlit, contoh lebih dahulu diajarkan

gerakan-gerakan dasar yang akan dilakukan sehingga hasil pengukuran dilakukan

benar-benar dicapai. Hasil pengukuran dikonversikan ke dalam metode

perhitungan potensi kesegaran khusus anak. Potensi atlit usia 48-72 bulan dibagi

menjadi lima kategori disajikan pada tabel 12.

Tabel 12 Standar penilaian potensi atlit usia 48-72 bulan. Potensi atlit Skor

Sangat kurang Kurang Sedang Baik Sangat baik

5-9 10-13 14-17 18-21 22-25

Sumber : Pusegjas (2005).

Definisi Operasional

1. Karakterisitik keluarga adalah ciri-ciri khas yang dimiliki oleh

masing-masing keluarga seperti umur orang tua, umur anak, pendidikan,

pekerjaan, pendapatan dan jumlah anggota keluarga.

2. Besar keluarga adalah banyaknya individu yang tinggal/ menetap bersama

dalam satu rumah/keluarga dan hidup dari penghasilan yang sama. yaitu

keluarga kecil” jika anggota keluarga ≤ 4 orang, ”keluarga sedang” dengan

jumlah anggota keluarga 5-7 orang dan ”keluarga besar” dengan jumlah

anggota lebih dari >7 orang BPS (2001).

3. Pendapatan keluarga adalah jumlah seluruh penghasilan yang diperoleh oleh

seluruh anggota keluarga dari status pekerjaan dan sumberdaya yang dimiliki.

Page 52: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

32

yang dibagi menjadi 2 kategorik yaitu ”miskin” < Rp.144.000 dan ” tidak

miskin ≥ Rp. 144.000.

4. Pendidikan orang tua adalah lama waktu yang digunakan dalam mengikuti

pendidikan formal di sekolah.

5. Konsumsi pangan adalah nilai dari zat gizi energi, potein, vitamin A, dan

besi (Fe) dari jenis pangan yang dikonsumsi anak usia 48-72-72 bulan

diperoleh melalui recall 2 x 24 jam, dibandingkan dengan angka kecukupan

rata-rata per individu.

6. Status kesehantan adalah riwayat penyakit yang pernah di derita meliputi

diare dan ISPA pada saat satu bulan yang lalu dan saat penelitian berlangsung.

7. Diare adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar (tinja) lebih sering

dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari dan disertai dengan perubahan

konsistensi dan bentuk tinja dan kadang kadang disertai dengan darah atau

lendir.

8. Infeksi saluran pernafasa adalah penyakit menular yang tranmisinya melalui

udara yang ditandai dengan gejala panas atau flu, batuk sesak nafas dan

kadang-kadang disertai dengan kejang atau hilang kesadaran.

9. Haemogobin (Hb) adalah cairan merah dalam darah berfungsi mengangkut

oksigen yang disebarkan ke seluruh tubuh.

10. Aktivitas bermain adalah aktivitas permainan usia 48-72 bulan melibatkan

kombinasi organ fisik yang merangsang pertumbuhan.

11. Staus gizi adalah keadaan gizi usia 48-72 bulan secara atropometri dengan

menggunakan indeks BB/TB.

12. Potensi Atlit adalah kompentensi gerakan fisik yang berhubungan kesegaran

jasmani yaitu: Kecepatan, daya tahan otot, kekuatan otot dan daya tahan

kardiovaskuler.

Page 53: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

33

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Letak Geografis.

Lokasi penelitian bertempat di kebun teh Malabar dan Purbasari PTPN VIII

Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung Jawa Barat. Secara administrasi

kebun teh Malabar dan Purbasari berada dibawah daerah administrasi

pemerintahan Desa Banjar Sari dan Wanasuka.

Desa Banjar Sari terletak diketinggian ±1.500 meter di atas permukaan air

laut, yang memiliki luas wilayah 2208,97 Ha. Bagian barat berbatasan dengan

Desa Margaluyu, bagian utara berbatasan dengan Desa Sukamanah, bagian selatan

berbatasan dengan Desa Wanasuka, dan bagian timur berbatasan dengan Desa

Tarumajaya Kertasari. Jumlah penduduk desa Banjar Sari adalah 5641 jiwa,

dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 2811 jiwa dan perempuan sebanyak 2830

jiwa. Jumlah keluarga di desa Banjar Sari adalah 314 kepala keluarga. Sedangkan

jumlah keluarga miskin di desa Banjar Sari adalah 733 kepala keluarga dengan

jumlah 2.164 jiwa.

Desa Wanasuka terletak diketinggian ±1550 di atas permukaan air laut yang

memiliki luas wilayah 4555,96 Ha. Bagian utara berbatasan dengan Desa

Margamukti, bagian selatan berbatasan dengan Desa Margaluyu, bagian timur

berbatasan dengan Desa Santosa, dan bagian barat berbatasan dengan Desa Banjar

Sari. Jumlah penduduk di Desa Wanasuka adalah 4880 jiwa, dengan jenis

kelamin laki-laki sebanyak 2393 jiwa dan perempuan sebanyak 2487 jiwa. Jumlah

kepala keluarga di Desa Wanasuka adalah 1548 kepala keluarga, dengan jumlah

keluarga miskin sebanyak 876 kepala keluarga.

Kebun teh Malabar merupakan peninggalan masa penjajahan Hindia

Belanda. Kebun ini merupakan kebun teh pertama dan tertua, yang dirintis oleh

seorang warga negara Belanda yaitu Karl Albert Rudolf Bossca pada tahun 1896.

Beliau merupakan utusan dari Firma John Peet dan Co. Setelah masa penjajahan

berakhir, kebun ini dikelola oleh masyarakat pribumi dalam bentuk BUMN dan

melakukan perluasan lahan menjadi beberapa kebun, sala satunya adalah kebun

Page 54: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

34

teh Purbasari. Kebun teh Malabar memiliki luas wilayah 2022,14 Ha, yang terdiri

dari 4 afdeling yaitu afdeling malabar utara dengan luas kebun 444,41 Ha,

afdeling malabar selatan dengan luas kebun 624,72 Ha, afdeling sukaratu dengan

luas kebun 458,42 Ha, dan afdeling tanara dengan luas kenun 494,69 Ha. Jumlah

kepala keluarga yang berdomisili di kebun teh Malabar adalah sebagai berikut :

afdeling malabar utara berjumlah 69 kepala keluarga, afdeling malabar selatan

berjumlah 152 kepala keluarga, afdeling sukaratu berjumlah 190 kepala keluarga

dan afdeling tanara berjumlah 30 kepala keluarga.

Kebun teh Purbasari memiliki luas kebun 2115,97 Ha, yang terdiri 4

afdeling yaitu afdeling purbasari, afdeling kiararoa, afdeling Sri dan afdeling

Citawa. Kepala keluarga yang berdomisili di kebun teh Purbasari adalah sebagai

berikut : afdeling purbasari berjumlah 85 kepala keluarga, afdeling kiararoa

berjumlah 78 kepala keluarga, afdeling sri berjumlah 165 kepala keluarga, dan

afdeling citawa berjumlah 81 kepala keluarga.

Fasilitas Sosial dan Kesehatan

Untuk meningkatkan dan menciptakan kualitas kehidupan sosial di

masyarakat dalam upaya peningkatan sumberdaya manusia dan derajat kesehatan

masyarakat, pemerintah Kabupaten Bandung dan pihak PTPN VIII telah

menyediakan sarana dan prasarana dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat

di daerah tersebut. Salah satunya dengan menyediakan fasilitas pendidikan yang

disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Sebaran fasilitas pendidikan di kebun Desa Banjarsari dan Wanasuka

Lokasi Fasilitas Pendidikan Banjar Sari % Wanasuka %

TK SD

SLTP

3 4 1

37.5 50

12.5

2 4 0

33.33 66.66 0.00

Total 8 100 6 100 Sumber :Profil desa Banjar Sari dan Wanasuka 2007

Hasil analisis data profil Desa Banjar Sari dan Wanasuka Tahun 2007

menunjukkan bahwa fasilitas pendidikan terbayak adalah tingkat sekolah dasar

(SD), dengan persentase masing-masing adalah 50% untuk Desa Banjar dan

Page 55: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

35

66.66% untuk Desa Wanasuka. Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap

rumah tangga yang memiliki anak usia pra sekolah, diperoleh informasi bahwa

keluarga tersebut mengalami kesulitan dalam memberikan pendidikan usia dini

(TK) pada anaknya. Faktor penyebabnya yaitu jumlah fasilitas pendidikan tingkat

usia dini (TK) yang terbatas dan jarak antara fasilitas pendidikan dengan

pemukiman penduduk (terutama untuk Desa Wanasuka).

Hak memperoleh pendidikan bagi setiap individu merupakan tanggung

jawab pemerintah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 sehingga

harus dilaksanakan. Oleh karena itu diperlukan penambahan fasilitas

pembangunan fisik khususnya untuk pendidikan usia dini (TK) di wilayah Desa

Wanasuka, sebagai bentuk pemerataan pendidikan di masyarakat.

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan kesehatan

masyarakat di tingkat dasar merupakan satu strategi menuju Indonesia sehat 2010

harus dilakukan secara sinergis. Oleh karena itu pemerintah Kabupaten Bandung

dan PTPN VIII menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan di Desa Banjarsari dan

Wanasuka. Sebaran fasilitas pelayanan kesehatan di Desa Banjar Sari dan

Wanasuka tersebut disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Sebaran fasilitas pelayanan kesehatan di Desa Banjar Sari dan Wanasuka Desa Fasilitas kesehatan Banjar Sari % Wanasuka %

Balai pengobatan Tempat praktek bidan Posyandu Polindes

1 1 7 1

10.00 10.00 70.00 10.00

1 0 8 1

10.00 0.00 80.00 10.00

Total 10 100 10 100 Sumber :Profil desa Banjar Sari dan Wanasuka 2007.

Hasil analisis data profil Desa Banjar Sari dan Wanasuka Tahun 2007,

menunjukkan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan sebagian besar adalah

posyandu, dengan persentase masing-masing adalah 70% untuk Desa Banjar Sari

dan 80% untuk Desa Wanasuka. Menurut Notoatmojo (2003), pelayanan

kesehatan merupakan faktor penentu yang ikut berpengaruh terhadap status

kesehatan individu, keluarga dan masyarakat.

Kegiatan posyandu di Desa Banjar Sari dan Wanasuka diantaranya adalah

dengan memberikan pelayanan kesehatan penimbangan, pemeriksaan ibu hamil

Page 56: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

36

dan pemberian makanan tambahan pada anak balita, yang dilakukan secara rutin

setiap bulan. Keterlibatan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan operasional

posyandu berjalan dengan baik. Proses pelayanan kesehatan tersebut dijalankan

oleh kader posyandu, meskipun fasilitas yang tersedia sangat terbatas.

Dalam upaya memenuhi permintaan konsumen, pihak PTPN VIII

diwajibkan meningkatkan produksi teh dengan cara meningkatkan produktivitas

kerja. Sebagian besar tenaga kerja pemetik teh adalah ibu rumah tangga, sehingga

pihak PTPN VIII menyediakan fasilitas tempat penitipan anak (TPA) dan

pengasuh di kebun teh Malabar dan Purbasari untuk tenaga kerja yang memiliki

anak usia dini. Sebaran tempat penitipan anak (TPA) dan pengasuh di kebun teh

Malabar dan Purbasari disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Sebaran tempat penitipan anak (TPA) dan pengasuh. Tempat Penitipan Anak (TPA) Lokasi Jumlah TPA % Pengasuh %

Malabar Purbasari

4 5

40 60

7 8

40 60

Total 9 100 15 100 Sumber :Laporan tahun 2007 kebun teh Malabar dan Purbasari.

Hasil analisis laporan data Tahun 2007 menunjukkan bahwa persentase

sebaran fasilitas tempat penitipan anak (TPA) di kebun teh Malabar yaitu sebesar

40% dan di kebun teh Purbasari sebesar 60%. Sedangkan persentase sebaran

pengasuh di kebun teh Malabar yaitu sebesar 40% dan di kebun teh Purbasari

sebesar 60%. Orang tua pengasuh yang bekerja di tempat penitipan anak (TPA)

merupakan karyawan PTPN VIII.

Karakteristik Keluarga

Karakterisitik keluarga dalam penelitian adalah ciri khas yang dimiliki oleh

masing-masing keluarga yang terdiri dari: umur orang tua, umur anak, jenis

kelamin anak, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua

dan jumlah anggota keluarga. Sebaran ibu dan bapak contoh berdasarkan umur

disajikan pada Tabel 16.

Page 57: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

37

Tabel 16 Sebaran ibu dan bapak contoh berdasarkan umur. Ibu Ayah Umur n % n %

20-28 29-37 38-46 47-52

10 15 24 2

19.60 29.41 47.05 3.92

13 19 14 5

25.49 37.25 27.45 9.80

Total 51 100 51 100

Tabel 16 menunjukkan bahwa sebaran umur ibu di kebun teh Malabar dan

Purbasari terbanyak adalah berkisar antara 38 sampai 64 tahun atau sebesar

47.05%. Sedangkan sebaran umur bapak di kebun teh Malabar dan Purbasari

terbanyak adalah berkisar antara 29 sampai 37 tahun atau sebesar 37.25%.

Pasangan suami istri di dua kebun terseut merupakan pasangan keluarga muda

yang produktif.

Tingkat pendidikan adalah variabel penentu terhadap jenis pekerjan dan

pendapatan keluarga. Hasil analisis data sebaran ibu dan bapak contoh

berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17 Sebaran ibu dan bapak contoh berdasarkan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan

Ibu Bapak Kategori n % n %

Tidak Sekolah Tidak Tamat SD SD/Sederajat SLTP/ Sederajat SMA/Sederajat

4 14 29 3 1

7.84 27.45 56.86 5.88 1.96

3 10 29 9 0

5.88 19.60 56.86 17.64

0

Total 51 100 51 100

Tabel 17 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu dan bapak yang berada di

kebun teh Malabar dan Purbasari memiliki tingkat pendidikan SD/sederajat

dengan persentase masing-masing sebesar 56.86%. Rendahnya tingkat pendidikan

orang tua contoh di kebun teh Malabar dan Purbasari disebabkan oleh biaya

pendidikan yang tinggi sehingga sulit dijangkau oleh masyarakat pada saat itu.

Pendidikan orang tua memiliki hubungan terhadap pengetahuan praktek

kesehatan dan gizi anak. Orang tua yang berpendidikan tinggi, cenderung memilih

makanan yang lebih baik dan berkualitas dibandingkan dengan orang tua yang

Page 58: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

38

berpendidikan rendah. Orang tua yang berpendidikan tinggi memiliki kesempatan

lebih luas dalam mendapatkan pengetahuan mengenai kesehatan dan gizi anak.

Pendidikan rendah dan kemiskinan merupakan faktor dasar masalah gizi dan

kesehatan, yang berdampak terhadap rendahnya sumberdaya manusia

(Syarif 1997). Pendidikan merupakan variabel penentu dalam memperoleh

pekerjaan dan pendapatan. Seseorang yang berpendidikan tinggi memiliki akses

kerja yang lebih luas dan akses pekerjaan yang lebih baik bila dibandingkan

dengan seseorang yang berpendidikan rendah. Sebaran ibu dan bapak berdasarkan

lama mengikuti pendidikan formal, serta sebaran bapak berdasarkan jenis

pekerjaan disajikan pada Tabel 18 dan 19.

Tabel 18 Sebaran ibu dan bapak contoh berdasarkan lama mengikuti pendidikan formal.

Ibu Ayah Tahun n % n %

0-2 3-5 6-8

9-11 12

8 10 29 3 1

17.64 19.60 56.86 5.88 1.96

7 4

32 8 0

13.72 7.84

62.74 15.68

0 Total 51 100 22 100

Tabel 18 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu dan bapak di kebun teh

Malabar dan Purbasari memiliki lama mengikuti pendidikan formal berkisar

antara 6 sampai 8 tahun, dengan persentase masing-masing sebesar 56.86% dan

62.74%. Lama mengikuti pendidikan formal menunjukkan tingkat pendidikan,

pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh seseorang.

Tabel 19 Sebaran bapak berdasarkan jenis pekerjaan. Bapak Pekerjaan n %

Tidak bekerja Petani Pedagang Buru tani Buru non tani PNS/ABRI/POLRI Pelayanan Jasa

5 0 1

42 3 0 0

9.80 0

1.96 82.35 5.88

0 0

Total 51 100

Page 59: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

39

Tabel 19 menunjukkan bahwa sebagian besar bapak di kebun teh Malabar

dan Purbasari bekerja sebagai buruh tani, yaitu sebesar 82.35%. Kartasapoetra

dan Marsetoyo (2003) menyatakan bahwa jenis pekerjaan orang tua merupakan

indikator penentu besarnya pendapatan keluarga. Semakin besar penghasilan yang

diperoleh, maka konsumsi pangan keluarga semakin baik terutama yang

berhubungan dengan harga dan jenis pangan berkualitas.

Selain faktor harga, distribusi pangan dalam keluarga menjadi penyebab

masalah gizi kurang terutama keluarga besar. Jenis keluarga dan sebaran keluarga

contoh berdasarkan besar pendapatan total/bulan disajikan pada Tabel 20 dan 21.

Tabel 20 Sebaran jenis keluarga contoh.

Jenis keluarga Kategori n % Keluarga kecil ≤4 Keluarga sedang 5-7 Keluarga besar ≥8

25 26 0

49.01 50.98 0.00

Total 51 100

Tabel 20 menunjukkan bahwa jenis keluarga yang ada di kebun teh Malabar

dan Purbasari didominasi oleh keluarga sedang (jumlah anggota keluarga 5

sampai 7 jiwa) dan keluarga kecil (jumlah anggota keluarga ≤ 4 jiwa) dengan

persentase masing-masing sebesar 50.98% dan 49.01%. Besar keluarga

merupakan faktor yang berpengaruh terhadap distribusi pangan, terutama

keluarga dengan pendapatan rendah. Jumlah keluarga yang besar dan tidak

didukung oleh pendapatan akan memiliki resiko kurang gizi yang tinggi, yang

disebabkan oleh konsumsi gizi yang rendah dan bahan makan yang tidak

berkualitas.

Berg (1986) menyatakan bahwa jumlah anak yang menderita kelaparan pada

keluarga besar adalah empat kali lebih besar bila dibandingkan dengan keluarga

kecil. Anak-anak yang mengalami gizi kurang pada keluarga yang beranggota

banyak adalah lima kali lebih besar daripada keluarga yang beranggota keluarga

sedikit.

Page 60: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

40

Tabel 21 Sebaran keluarga contoh berdasarkan besar pendapatan total/bulan. Pendapatan/ bulan Kategori n %

Rp.200.000-699.999 Rp.700.000-1.199.999 Rp.1.200.000-1.699.999 Rp.1.700.000≥

28 11 10 2

54.90 21.56 19.60 3.92

Total 51 100

Tabel 21 menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga (54.90%) di kebun

teh Malabar dan Purbasari memiliki pendapatan total/bulan berkisar antara

Rp.200.000 sampai Rp.699.999, dengan rata-rata pendapatan total/bulan sebesar

Rp.583.333. Rendahnya pendapatan keluarga disebabkan oleh sumber

pendapatan keluarga yang hanya mengandalkan upah kerja dan tidak terdapatnya

sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan.

Mudanijah et al (2006) menyatakan bahwa pendapatan berpengaruh

terhadap daya beli pangan keluarga. Keluarga yang memiliki pendapatan tinggi,

cenderung memilih bahan pangan yang berkualitas. Pendapatan total

keluarga/bulan bila didistribusi berdasarkan pendapatan perkapita/bulan dapat

dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendapatan per kapita/bulan.

Pendapatan/kapita/bulan Kategori n %

Rp. 50.000-147.999 Rp.148.000-245.999 Rp.246.000-343.999 Rp.344.000≥

29 11 8 3

56.86 21.56 15.68 5.88

Total 51 100

Tabel 22 menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga contoh (56.86%) di

kebun teh Malabar dan Purbasari memiliki pendapatan total/kapita/bulan berkisar

antara Rp.50.000 sampai 147.999, dengan rata-rata pendapatan total/kapita/bulan

sebesar Rp.170.890. Rendahnya pendapatan keluarga disebabkan oleh, jenis

keluarga di kebun teh Malabar dan Purbasari sebagian besar adalah keluarga

sedang dengan jumlah anggota keluarga 5 sampai 7 jiwa, dan hal ini akan

berpengaruh terhadap distribusi pendapatan. Kecilnya pendapatan total/kapita

Page 61: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

41

keluarga, disebabkan oleh sumber pendapatan yang masih mengandalkan orang

tua terutama pada keluarga ukuran sedang. Misalnya anak usia produktif (pada

keluarga sedang) yang belum bekerja, sehingga menyebabkan seluruh beban biaya

hidupnya ditanggung oleh orang tuanya. Bila pendapatan perkapita tersebut

dibandingkan dengan indikator kemiskinan Kabupaten Bandung, maka keluarga

contoh yang termasuk kategori tidak miskin dan miskin dapat dilihat

pada Tabel 23.

Tabel 23 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori miskin dan tidak miskin. Keluarga contoh Kategorik

n % Tidak miskin ≥Rp.144.000 Miskin <Rp. 144.000

29 22

56.86 43.14

Total 51 100

Berdasarkan indikator kemiskinan lokal yang ditentukan oleh pemerintah

Kabupaten Bandung maka 56.86% keluarga contoh di kebun teh Malabar dan

Purbasari dapat dikategorikan sebagai keluarga tidak miskin dan 43.14% dapat

dikategorikan sebagai keluarga miskin.

Menurut Suhardjo (1987), masalah kemiskinan yang dialami keluarga

merupakan faktor penyebab yang berhubungan dengan konsumsi pangan dan

buruknya status gizi anak. Syarif (1997) menambahkan bahwa kemiskinan akan

menyebabkan akses pangan dan kesehatan tidak memadai, dan berakibat terhadap

konsumsi pangan yang rendah serta angka kesakitan tinggi, sehingga akan

melahirkan anak kurang gizi dan sumberdaya manusia menjadi rendah.

Sebaran contoh berdasarkan umur dan jenis kelamin di kebun teh Malabar

dan Purbasari disajikan pada Tabel 24. Hasil analisis data sebaran contoh

berdasarkan umur dan jenis kelamin di kebun teh Malabar dan Purbasari sangat

bervariasi. Contoh laki-laki didominasi oleh umur berkisar antara 63 sampai 67

bulan atau sebesar 33.33%, sedangkan contoh perempuan didominasi oleh umur

berkisar antara 48 sampai 52 bulan atau sebesar 42.86%.

Page 62: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

42

Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan umur dan jenis kelamin. Laki-laki Perempuan Total

Umur (bulan) n % n % n % 48-52 53-57 58-62 63-67 68-72

7 3 8

10 2

23.33 10.00 26.67 33.33 6.67

9 5 4 1 2

42.86 23.81 19.05 4.76 9.52

16 8

12 11 4

31.37 15.69 23.53 21.57 7.84

Total 30 100 21 100 51 100

Potensi Atlit Anak Usia 48-72 Bulan

Mengidentifikasi potensi atlit usia dini merupakan solusi terbaik dalam

pencarian atlit yang berbakat. Usia 48-72 bulan merupakan usia minimal yang

digunakan untuk menentukan potensi calon atlit usia dini. Potensi atlit usia dini

dalam penelitian adalah kompetensi gerakan fisik yang berhubungan dengan

kesegaran jasmani yang terdiri dari: kecepatan gerak , daya tahan otot, kekuatan

otot dan daya tahan kardiovaskuler.

Hasil pengukuran potensi atlit usia dini yang dilakukan pada anak keluarga

wanita pemetik teh di kebun teh Malabar dan Purbasari, secara umum diperoleh

nilai yang bervariasi yaitu berkisar antara skor 1 sampai 5. Hasil pengukuran

kecepatan gerak fisik yang dilakukan dengan metode lari cepat 100 meter

disajikan pada Tabel 25.

Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan lari cepat 100 meter. Lari 100 meter Kategori n %

Sangat kurang Kurang Sedang Baik Sangat baik

4 26 18 3 0

7.8 51.0 35.3 5.9 0

Total 51 100

Tujuan pengukuran lari 100 meter berfungsi untuk menilai kecepatan gerak

fisik. Tabel 25 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh 51.0% memiliki

kecepatan gerak fisik yang termasuk kategori kurang. Skor maksimum yang

diperoleh dalam pengukuran adalah 4 dan skor minimum adalah 1, dengan skor

Page 63: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

43

pengukran rata-rata adalah 2.39±0.72. Pengukuran kecepatan gerak fisik contoh

dengan metode lari cepat 100 meter merupakan ukuran yang tidak dimodifikasi.

Tabel 25 juga menunjukkan bahwa sebanyak 5.9% contoh memiliki

kecepatan gerak fisik yang dikategorikan baik. Pencapaian hasil yang maksimal

disebabkan oleh hasil pengukuran yang mencapai skor 4 berdasarkan pengujian

kecepatan gerak fisik. Pada pengujian kecepatan gerak fisik diperoleh hasil bahwa

sebagian besar contoh dikategorikan kurang. Hal ini disebabkan oleh koordinasi

sistem motorik anak usia 48-72 bulan masih dalam tahap perkembangan. Menurut

Sumantri (2005), kecepatan gerak motorik atau fisik merupakan satu perpaduan

sistem syaraf dan sistem otot yang saling bekerja sama untuk melakukan suatu

gerakan tubuh.

Pengukuran kecepatan gerak fisik pada contoh laki-laki lebih baik bila

dibandingkan pada contoh perempuan. Pengukuran yang dilakukan pada 31

contoh laki-laki menunjukkan hasil bahwa 10% contoh memiliki potensi

kecepatan gerak fisik yang baik. Pada contoh perempuan diperoleh hasil bahwa

47.61% contoh memiliki kecepatan gerak fisik yang termasuk kategori kurang

(Lampiran 5). Hasil pengukuran yang cukup maksimal ini disebabkan oleh contoh

laki-laki cenderung melakukan permainan-permainan yang lebih banyak

melibatkan aktivitas fisik tinggi dibandingkan contoh perempuan sehingga

menunjang hasil pengukuran.

Hasil pengukuran kecepatan gerak fisik ini dibandingkan dengan hasil

penelitian yang dilakukan Sumantri (2005) dalam menguji motorik kasar 269 anak

laki-laki dan perempuan usia 3-6 tahun dengan tes lari cepat. Hasil pengujian

membuktikan bahwa anak laki-laki memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan

anak perempuan dan hasil yang sama ditemukan dalam penelitian ini. Untuk

mencapai hasil maksimal dalam pengukuran kecepatan gerak fisik, diperlukan

latihan yang dilakukan secara teratur dan terus-menerus, sehingga dapat

beradaptasi terhadap gerakan fisik terutama sistem syaraf dan otot yang lebih peka

dan sensitif terhadap stimulasi dari luar tubuh.

Pengukuran tes menggantung pada penelitian ini berfungsi untuk mengukur

ketahanan otot tangan secara menyeluruh. Ukuran yang digunakan dalam

pengujian ketahanan otot tangan adalah dengan metode menggantung,

Page 64: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

44

dimodifikasi dari menggantung siku tekuk dirubah ke menggantung tanpa siku

tekuk. Menurut Dewi (2005), contoh yang berusia 48-72 bulan tidak dapat

melakukan gerakan menggantung dengan siku tekuk, disebabkan oleh

perkembangan motorik kasar terutama otot besar pada tangan belum mampu

melakukan gerakan tersebut. Hasil pengukuran tes menggantung pada contoh

disajikan pada Tabel 26.

Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan pengujian menggantung. Menggantung Kategori

n % Sangat kurang Kurang Sedang Baik Sangat baik

0 5

27 17 2

0 9.8

52.9 33.3 3.9

Total 51 100

Tabel 26 menunjukkan bahwa 52.9% contoh memiliki ketahanan otot tangan

yang termasuk kategori sedang. Skor pengukuran maksimum adalah 5 dan skor

minimum 1, dengan skor rata-rata adalah 3.31±0.70. Analisis data juga ditemukan

ketahanan otot baik 33.33% dan sangat baik 3.9%. Hasil yang maksimal ini

disebabkan oleh anak usia 48-72 bulan memiliki perkembangan sistem motorik

halus yang sudah baik terutama kemampuan memegang dan menjepit jari tangan

(Soetjiningsih 1995).

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pada contoh laki-laki didominasi

oleh ketahanan otot tangan yang dikategorikan sedang 46% dan baik 43.33%

(Lampiran 5). Sedangkan hasil pengukuran pada contoh perempuan menunjukkan

bahwa sebagian besar contoh 61.90% memiliki ketahanan otot tangan yang

dikategorikan sedang (Lampiran 5). Pengukuran yang dilakukan menunjukkan

bahwa seluruh contoh dapat melakukan gerakan menggantung, namun hasil

pengukuran ketahanan otot tangan secara menyeluruh belum dapat dilakukan

secara maksimal. Untuk mencapai hasil maksimal dalam pengukuran ketahanan

otot tangan, diperlukan latihan secara teratur dan terus menerus sehingga otot-

otot tangan dapat berkembang dan beradaptasi dengan gerakan yang dilakukan.

Gerakan menggantung dapat dilibatkan dalam permainan yang dilakukan contoh

sehari-hari.

Page 65: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

45

Pengukuran tes baring duduk atau sit-up merupakan tes yang berfungsi

untuk mengukur kekuatan otot perut. Pengukuran kekuatan otot perut dengan

metode sit-up merupakan ukuran yang tidak dimodifikasi berdasarkan standar

TKJI tahun 2005 khusus anak yang dikeluarkan oleh Depatemen Pendidikan

Nasional. Hasil pengujian sit-up disajikan pada Tabel 27.

Tabel 27 Sebaran contoh berdasarkan pengujian sit-up. Sit-up Kategori

n % Sangat kurang Kurang Sedang Baik Sangat baik

1 8

37 5 0

2.0 15.7 72.5 9.8 0

Total 51 100

Tabel 27 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh 72.5% memiliki

potensi kekuatan otot perut yang dikategorikan sedang. Skor pengukuran

maksimum adalah 4 dan skor minimum adalah 1, dengan skor pengukuran

rata-rata adalah 2.90±0.57. Hasil pengukuran tersebut disebabkan oleh hasil

pengujian sebagian besar baru mencapai skor 3. Pada pengukuran kekuatan otot

perut dengan metode sit-up, juga ditemukan contoh yang memiliki potensi

kekuatan otot perut yang dapat dikategorikan baik yaitu sebesar 9.8% contoh.

Hasil yang maksimal ini disebabkan oleh skor hasil pengukuran kekuatan otot

perut sudah mencapai skor 4. Pada pengukuran berdasarkan jenis kelamin

diperoleh hasil bahwa 73.33% contoh laki-laki dan 71.42% contoh perempuan

dapat dikategorikan sedang (Lampiran 5). Pengukuran yang dilakukan pada

contoh laki-laki dan perempuan belum mendapatkan hasil yang maksimal, karena

pertumbuhan dan perkembangan otot perut contoh belum mencapai

kesempurnaan. Untuk mencapai hasil yang maksimal, gerakan-gerakan tersebut

perlu dilibatkan dalam pola bermain anak sehari-hari, sehingga gerakan tersebut

dapat dilakukan dengan mudah.

Pengukuran lompat tegak yang dilakukan berfungsi untuk mengukur tenaga

eksplosif. Ukuran yang digunakan dalam pengukuran tenaga eksplosif tidak

dimodifikasi dan menggunakan standar TKJI tahun 2005 khusus anak yang

Page 66: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

46

dikeluarkan oleh Depatemen Pendidikan Nasional. Hasil pengukuran disajikan

pada Tabel 28.

Tabel 28 Sebaran contoh berdasarkan pengujian lompat tegak. Lompat tegak Kategori n %

Sangat kurang Kurang Sedang Baik Sangat baik

0 15 33 3 0

0 29.4 64.7 5.9 0

Total 51 100

Tabel 28 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh 64.7% memiliki tenaga

eksplosif yang dikategorikan sedang. Skor nilai maksimum dari pengukuran

tengan eksplosif adalah 4 dan skor minimum 1, dengan skor rata-rata adalah

2.76±0.55. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengukuran tenaga eksplosif

sebagian besar mencapai skor 3. Pada pengukuran tenaga eksplosif, juga

ditemukan 5.9% contoh yang memiliki tenaga eksplosif yang dikategorikan baik.

Hasil maksimal tersebut disebabkan oleh nilai pengukuran sudah mencapai skor 4.

Faktor yang diduga berhubungan dengan hasil yang maksimal ini adalah ukuran

tubuh yang besar terutama panjang tulang yang berpengaruh terhadap kecepatan,

sedangkan besar otot memiliki kekuatan tinggi dalam memberikan reaksi

(Tangkudung 2007).

Dewi (2005) menyatakan bahwa sistem motorik kasar pada anak usia 48-72

bulan, dengan gerakan melompat dan mengangkat tubuh baik dengan tumpuan

satu kaki ataupun bergantian dapat dilakukan berdasarkan teori perkembangan

anak. Namun berdasarkan hasil penelitian ini gerakan tersebut tidak dilatih

sehingga menghasilkan gerakan yang tidak sempurna berdasarkan pengukuran

potensi tenaga eksplosif. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pengukuran

tenaga eksplosif, diperlukan keseimbangan badan dan kekuatan otot kaki.

Pengukuran kekuatan eksplosif dengan metode lompat tegak berdasarkan

jenis kelamin menunjukkan hasil bahwa 705 anak laki-laki dan 57.14% anak

perempuan memiliki kekuatan eksplosif yang dikategorikan sedang (Lampiran 5).

Faktor yang menyebabkan hasil pengukuran tersebut adalah karena pengujian

kekuatan eksplosif merupakan pengujian untuk menghasilkan gerakan yang

Page 67: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

47

berkualitas tinggi yang harus didukung oleh otot yang besar dan kematangan

sistem motorik kasar maupun halus. Sedangkan usia 48-72 bulan merupakan usia

dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan fisik. Untuk menghasilkan lompatan

yang berkualitas diperlukan latihan secara teratur dan terus-menerus sehingga

seluruh otot besar tumbuh berkembang dengan baik terutama otot kaki dan tubuh

yang berhubugan dengan gerakan lompat tegak yang dilakukan. Gerakan-gerakan

tersebut dapat dilibatkan dalam permainan sehari-hari, karena pada usia 48-72

bulan, anak-anak sering melakukan permainan yang berhubungan dengan gerakan

yang digunakan dalam pengujian potensi atlit.

Gerakan lari 300 meter berfungsi untuk mengukur ketahanan

kardiovaskuler. Ukuran yang digunakan dalam pengujian ketahanan

kardiovaskuler dengan metode lari 300 meter, merupakan ukuran yang

dimodifikasi dari lari 600 meter. Faktor yang menjadi pertimbangan dalam

modifikasi ukuran pengujian ketahanan kardiovaskuler yaitu umur, kekuatan dan

kemampuan fisik contoh. Hasil pengukuran gerakan lari 300 meter disajikan

pada Tabel 29.

Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan tes lari 300 meter. Lari 300 meter Kategori

n % Sangat kurang Kurang Sedang Baik Sangat baik

17 28 6 0 0

33.3 54.9 11.8

0 0

Total 51 100

Tabel 29 menunjukan bahwa 54.9% contoh memiliki potensi ketahanan

kardiovaskuler yang dikategorikan kurang. Skor pengukuran maksimum adalah 3

dan skor minimum 1, dengan skor rata-rata adalah 1.78±0.64. Pengukuran

ketahanan kardiovaskuler memiliki nilai yang rendah karena sebagian besar

contoh baru mencapai skor 2. Tingkat pencapaian hasil pengukuran tersebut

menunjukan daya tahan kardiovaskuler contoh belum dapat beradaptasi dengan

baik saat melakukan aktivitas fisik tinggi, sehingga daya kerja jantung tidak

maksimal dan berpengaruh terhadap kelelahan yang terjadi secara cepat.

Page 68: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

48

Hasil pengukuran ketahanan kardiovaskuler berdasarkan jenis kelamin

menunjukkan hasil bahwa 56.66% contoh laki-laki dan 52.38% contoh perempuan

dikategorikan kurang (Lampiran 5). Rendahnya hasil pengukuran ketahanan

kardiovaskuler diduga disebabkan oleh otot jantung yang belum mencapai

perkembangan maksimal, sehingga tidak dapat bekerja dan beradaptasi dengan

baik dalam sistem sirkulasi darah jantung. Aktivitas fisik seperti ini sangat

membutuhkan kerja jantung yang maksimal, karena jantung merupakan organ

tubuh vital yang berfungsi sebagai organ pemompa darah ke seluruh tubuh

melalui arteri dan vena (Evelyn 2006).

Faktor yang juga diduga berhubungan dengan rendahnya skor yang

diperoleh pada pengujian ketahanan kardiovaskuler dengan metode lari 300 meter

adalah daya kerja paru-paru dalam menampung oksigen. Pada usia 48-72 bulan,

ukuran paru-paru anak tidak seperti ukuran orang dewasa, sehingga tidak dapat

menampung oksigen yang dihirup melalui sistem saluran pernapasan dalam

jumlah besar. Rendahnya oksigen menyebabkan terjadinya kelelahan pada otot,

karena oksigen merupakan salah satu faktor yang membantu dalam proses

percepatan metabolisme energi terutama pada kegiatan fisik.

Mencapai ketahanan kardiovaskuler yang baik, dapat diperoleh melalui

latihan secara teratur dan terus-menerus, sehingga otot jantung dan paru-paru

dapat beradaptasi dengan aktivitas fisik yang tinggi. Bila tubuh dilatih dengan

gerakan-gerakan yang dapat memacu kerja jantung dan paru-paru secara

terus-menerus maka akan berdampak positif terhadap ketahanan kardiovaskuler.

Untuk meningkatkan ketahanan kardiovaskuler contoh, gerakan-gerakan yang

berhubungan (seperti gerakan lari 300 meter) dapat dilibatkan dalam aktivitas

bermain terutama dalam permainan-permainan yang aktif.

Penilaian pengujian kecepatan gerak tubuh dengan metode lari 100 meter,

ketahanan otot tangan dengan metode menggantung, kekuatan otot perut dengan

metode sit-up, kekuatan eksplosif dengan metode lompat tegak dan ketahanan

kardiovaskuler dengan metode lari 300 meter yang dimiliki contoh adalah

mengukur potensi atlit secara menyeluruh dan hasilnya disajikan pada Tabel 30.

Page 69: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

49

Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan lima parameter dan potensi atlit. 1 2 3 4 5 Potensi atlit Kategori % % % % % n %

Sangat kurang Kurang Sedang Baik Sagat baik

7.8 51.0 35.3 5.9 0

0 9.8

52.9 33.3 3.9

2.0 15.7 72.5 9.8 0

0 29.4 64.7 5.9 0

33.3 54.9 11.8

0 0

3 25 21 2 0

5.88 49.01 41.17 3.92

0 Total 100 100 100 100 100 51 100

Ket : 1 (lari 100 meter), 2 (mengantung), 3 (Sit-up), 4 (lompat tegak), 5 (lari 300 meter).

Tabel 30 menunjukkan bahwa 49.01 % contoh dikategorikan sebagai potensi

atlit kurang dan 41.17% contoh dikategorikan sebagai potensi atlit sedang. Skor

pengukuran maksimum adalah 18 dan skor minimum adalah 9, dengan skor rata-

rata adalah 13.15±1.98. Rendahnya potensi atlit contoh di kebun teh Malabar dan

Purbasari disebabkan oleh hasil pengukuran potensi atlit sebagian besar berkisar

antara skor 10 sampai 13, dan 14 sampai 17. Faktor yang diduga menyebabkan

rendahnya potensi atlit contoh yaitu otot besar dan kontrol terhadap motorik halus

seperti kontrol tangan, belum berkembang secara sempurna. Anak-anak belum

terampil dan tidak dapat melakukan gerakan tubuh yang rumit (Sumantri 2005).

Rendahnya potensi atlit contoh disebabkan oleh hasil pengukuran lima

parameter yang digunakan untuk mengukur dan menilai sebagian besar belum

maksimal. Hasil pengukuran lari 100 meter, didominasi oleh kecepatan gerak

fisik kategori kurang (51.0%) dengan skor rata-rata 2.39±0.72, pengukuran

menggantung didominasi ketahanan otot tangan kategori sedang (52.9%) dengan

skor rata-rata 3.31±0.70, pengukuran sit-up sebagian besar memiliki otot perut

kategori sedang 72.5% dengan skor rata-rata 2.90±0.57, sedangkan pengukuran

lompat tegak didominasi tenaga eksplosif kategori sedang 64.7% dengan skor

rata-rata 2.76±0.55, serta pengukuran lari 300 meter didominasi ketahanan

kardiovaskuler kategori kurang 54.9% dengan skor rata-rata 1.78±0.64. Nilai-nilai

tersebut berpengaruh terhadap potensi atlit yang rendah pada contoh dengan usia

48-72 bulan di kebun teh Malabar dan Purbasari.

Pada hasil pengukuran, juga ditemukan contoh yang memiliki potensi atlit

yang dapat dikategorikan baik yaitu sebesar 3.92%. Hasil yang maksimal

disebabkan oleh lima ukuran terutama kecepatan fisik, ketahanan otot, kekuatan

Page 70: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

50

otot dan tenaga eksplosif sudah mencapai tingkat nilai maksimal. Pada

pengukuran lari 100 meter diperoleh kecepatan gerak fisik yang dikategorikan

baik yaitu sebesar 5.9%. Contoh yang memiliki kecepatan fisik yang baik,

diperlukan pembinaan sejak dini, oleh karena contoh memiliki kecepatan gerak

fisik yang maksimal. Jenis olahraga yang diarahkan adalah jenis olahraga atletik

dan sepak bola. Hasil pengukuran penggabungan antara kecepatan gerak fisik dan

tenaga eksplosif kategori baik adalah 11.8%, sehingga bisa diarahkan ke jenis

olahranga lari halang lintar dan bola voli. Sedangkan pada pengukuran

menggantung, juga ditemukan ketahanan otot kategori baik 33.3% dan sangat baik

3.9%. Contoh yang memiliki ketahanan otot yang baik dapat dibina sejak dini,

karena pada usia ini contoh telah memiliki kekuatan otot maksimal untuk

melahirkan calon atlit-atlit berprestasi. Jenis olahraga yang harus diarahkan yaitu

angkat besi, lempar lembing, lempar cakram, tolak peluru, tinju, panjat tebing dan

olahraga lainnya yang berhubungan dengan kekuatan otot tangan.

Hasil pengukuran sit-up, ditemukan contoh yang memiliki kekuatan otot

perut kategori baik 9.8%, sehingga diperlukan pembinaan sejak dini untuk

diarahkan ke jenis olahraga yang berhubungan dengan kekuatan otot perut seperti

tinju dan lain-lain. Pada pengukuran lompat tegak, juga ditemukan contoh yang

memiliki potensi tenaga eksplosif kategori baik 5.9%. Jenis olahraga yang

diarahkan yaitu lompat jauh, lompat tinggi, sepak bola dan olahraga yang

berhubungan dengan kekuatan kaki, karena pada usia ini contoh telah memiliki

tenaga eksplosif maksimal yang dapat dikembangkan.

Berdasarkan Lampiran 7, penggabungan nilai pengukuran kecepatan gerak

fisik dan kekuatan otot tangan kategorik baik dengan prosentasi 19.6%. pada

pengukuran kecepatan gerak fisik, kekuatan dan ketahanan otot kategori baik

dengan prosentase 16.33%. Sedangkan pengukuran kecepatan gerak fisik,

kekuatan otot tangan, ketahanan dan kekuatan eksplosif kategori baik dengan

prosentasi 13.72%. Pengukuran kecepatan gerak fisik, kekuatan, ketahanan otot,

tenaga eksplosif dan ketahanan kardiovaskuler karegori baik yaitu 10.98. Jenis olahraga

yang perlu diarahkan adalah bola voli dan basket, sepak bola, atletik dan olahraga

lainnya. Pengujian potensi atlit tersebut bila dibedakan berdasarkan jenis kelamin,

Page 71: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

51

maka contoh laki-laki memiliki hasil lebih baik dibandingkan contoh perempuan.

Hasil pengujian disajikan pada Tabel 31.

Tabel 31 Sebaran contoh usia 48-72 bulan berdasarkan potensi atlit dan jenis kelamin.

Laki-laki Perempuan Total Kategori n % n % n % Sangat kurang Kurang Sedang Baik Sangat baik

0 14 14 2 0

0.00 46.67 46.67 6.66

0

7 11 3 0 0

33.33 52.38 14.29

0 0

3 25 17 2 0

13.73 49.02 33.33 3.92

0 Total 30 100 21 100 51 100

Tabel 31 menunjukkan bahwa 46.7% dari 30 contoh laki-laki memiliki

potensi atlit yang dikategorikan sedang dan kurang yaitu 46.7%, sedangkan 52.4%

dari 21 contoh perempuan memiliki potensi atlit yang dikategorikan kurang.

Rendahnya potensi atlit contoh di kebun teh Malabar dan Purbasari dipengaruhi

oleh hasil pegukuran lima parameter berdasarkan jenis kelamin terutama

pengujian ketahanan kardiovaskuler dan kecepatan gerak yang memiliki hasil

yang rendah pada contoh perempuan. Hal ini menunjukan bahwa dari lima

parameter tes potensi atlit yang dilakukan, 6.6% dari 30 contoh laki-laki memiliki

potensi atlit yang mencapai hasil cukup maksimal. Faktor yang diduga

mempengaruhi perbedaan hasil pengukuran pada contoh laki-laki dan perempuan

adalah struktur fisik yang dimiliki. Anak laki-laki memiliki ketahanan fisik lebih

baik dibandingkan anak perempuan. Sumantri (2005) menyatakan bahwa anak

laki-laki cenderung sedikit lebih tinggi dan besar dari anak perempuan. Faktor

tersebut diduga menyebabkan terdapatnya perbedaan kemampuan kerja fisik

contoh.

Aktivitas Bermain Anak Usia 48-72 Bulan

Bermain merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan, spontan dan

didorong oleh motivasi internal yang umumnya dilakukan oleh anak-anak

(Dariyo 2007). Aktivitas bermain dalam penelitian adalah aktivitas bermain usia

48-72 bulan yang melibatkan kombinasi organ fisik untuk merangsang

Page 72: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

52

pertumbuhan. Pengukuran aktivitas bermain anak dalam penelitian menggunakan

10 item yang terdiri dari pertanyaan dan pengamatan yang dilakukan melalui

wawancara kepada responden serta pengamatan langsung kegiatan bermain

contoh. Hasil pengukuran disajikan pada Tabel 32 .

Tabel 32 Sebaran contoh berdasarkan jenis permainan tradisional. Ya Tidak Total Jenis permainan n % n % n %

Waktu bermain >3 Jam Bermain kejar-kejaran Bermain kucing-kucingan Bola tangan Bola kaki Lompat tali Mengelilingi lingkaran Melompat satu kaki Melompat dua kaki Permainan dilakukan dua minggu terakhir

48 51 50 6

27 40 51 47 44 51

94.11 100

98.03 11.76 52.94 78.43 100

92.15 86.27 100

3 0 1

45 23 11 0 4 7 0

5.89 0

1.07 88.24 47.06 21.57

0 7.85 13.73

0

51 51 51 51 51 51 51 51 51 51

100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Dari hasil analisis, contoh memiliki waktu bermain di kebun teh Malabar

dan Purbasari >3 jam adalah sebesar 95.11%. Jenis permainan yang melatih

kecepatan yaitu bermain kejar-kejaran bermain kucing-kucingan di kebun teh

Malabar dan Purbasari adalah jenis yang sering dilakukan, dengan persentase

masing-masing 100% dan 98.03%. Permainan tradisional bola kasti untuk melatih

kekuatan tangan dan kecepatan adalah jenis permainan yang paling sering tidak

dilakukan (88.24%). Hal ini disebabkan oleh jenis permainan bola kasti tidak

diminati contoh terutama oleh contoh berjenis kelamin perempuan.

Sebanyak 52.94% contoh melakukan permainan tradisional bola kaki di

kebun teh Malabar dan Purbasari, terutama didominasi oleh contoh laki-laki.

Budaya saat ini masih beranggapan bahwa permainan sepak bola hanya

dikhususkan untuk laki-laki. Sebanyak 78.43% contoh melakukan permainan

lompat tali yang berfungsi mengasah kekuatan otot kaki. Permainan ini

merupakan permainan yang diminati oleh anak baik laki-laki maupun perempuan.

Sedangkan untuk permainan lari mengelilingi lingkaran untuk melatih kecepatan

dan keseimbangan tubuh, sebanyak 100% contoh baik laki-laki maupun

perempuan melakukan permaian tersebut.

Page 73: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

53

Permainan yang melatih kekuatan otot dan kelincahan kaki dengan

melompat tumpuhan satu kaki dan saling berganti, sebagian besar contoh dapat

melakukan gerakan tersebut, yaitu 92.15% untuk satu kaki 92.15% dan 86.27%

untuk dua kaki. Dari gambaran deskriptif berdasarkan wawancara dan

pengamatan terhadap kegiatan bermain, diperoleh aktivitas bermain contoh di

kebun teh Malabar dan Purbasari yang disajikan pada Tabel 33.

Tabel 33 Sebaran contoh berdasarkan akitvitas bermain. Aktivitas bermain Kategori n %

Sangat kurang Kurang Sedang Baik Sangat baik

0 1

10 23 17

0 1.96 19.60 45.09 33.33

Total 51 100

Tabel 33 menunjukkan bahwa 45.09% contoh memiliki aktivitas bermain

yang dikategorikan baik. Skor nilai maksimum adalah 10 dan skor minimum

adalah 5, dengan nilai rata-rata adalah 8.13±1.05. Tingginya aktivitas bermain

disebabkan seluruh contoh memiliki waktu bermain diatas >3 jam. Selain waktu

bermain, sebagian besar permainan tradisional seperti bermain kejar-kejaran,

kucing-kucingan, lompat tali, lari mengelilingi lingkaran, melompat dengan satu

kaki dan dua kaki dengan cara saling berganti sering dilakukan dalam aktivitas

bermain contoh sehari-hari.

Tingginya aktivitas bermain anak diduga disebabkan juga oleh faktor usia,

dimana usia 48-72 bulan merupakan usia aktif. Hampir seluruh waktu digunakan

untuk tidur dan bermain dengan teman-temannya. Permainan ini bukan hanya

mengasah ketangkasan organ motorik semata, tetapi juga perkembangan emosi

dan sosial (Dewi 2005).

Perkembangan ketrampilan motorik kasar dengan melakukan gerakan lari,

melompat dalam permainan kelihatannya sederhana, namun gerakan kaki, tangan

dan seluruh tubuh merupakan aktivitas otot yang cukup rumit. Ketrampilan yang

diasah melalui aktivitas bermain menuntut kematangan dalam koordinasi seluruh

gerakan otot. Akitivitas bermain berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

Tabel 34.

Page 74: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

54

Tabel 34 Sebaran contoh berdasarkan aktivitas bermain dan jenis kelamin. Laki-laki Perempuan Total

Kategori n % n % n %

Sangat kurang Kurang Sedang Baik Sangat baik

0 0 2

14 14

0 0

6.66 48.66 48.66

0 1 8 9 3

0 4.47 38.09 42.85 14.85

0 1

10 23 17

0 1.96 19.61 45.10 33.33

Total 30 100 21 100 51 100

Tabel 34 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh laki-laki 48.66% dari

30 orang contoh memiliki aktivitas bermain yang dikategorikan sangat baik dan

baik. Faktor yang menyebabkan tingginya aktivitas bermain pada contoh laki-laki

adalah waktu bermain dan jenis permainan tradisional yang sering dimainkan,

dimana seluruh jenis permainan tradisional yang diamati sering dimainkan sehari-

hari oleh contoh laki-laki. Jenis permainan yang dominan dilakukan oleh contoh

laki-laki adalah sepak bola dan bola kasti atau bola tangan. Nilai tersebut

mempengaruhi hasil pengukuran contoh laki-laki. Pada contoh perempuan,

sebagian besar 42.85% dari 21 orang contoh memiliki aktivitas bermain yang

dikategorikan baik. Hasil pengukuran aktivitas bermain contoh perempuan adalah

belum maksimal karena dua jenis permainan terutama bola kasti atau bola tangan

jarang dimainkan. Sedangkan permainan bola kaki tidak pernah dimainkan contoh

perempuan. Jenis permainan merupakan ciri budaya setempat yang ikut

berpengaruh dalam membatasi pemilihan permainan. Aktivitas bermain yang

melibatkan organ fisik cenderung dilakukan contoh laki-laki daripada perempuan.

Status Kesehatan

Status kesehatan menurut Undang-undang Kesehatan nomor 23 Tahun 1992

adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan

setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Status kesehatan dalam

penelitian adalah riwayat penyakit yang pernah diderita, meliputi diare dan ISPA

yang dialami contoh satu bulan yang lalu dan saat penelitian berlangsung. Hasil

analisis data status kesehatan contoh berdasarkan frekuensi sakit diare dan ISPA

disajikan pada Tabel 35.

Page 75: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

55

Tabel 35 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi sakit diare dan ISPA. Diare ISPA Frekuensi sakit n % n %

Tidak pernah (0) Perna sakit(1-2) Sering sakit(≥3)

38 13 0

74.50 25.50

0

19 23 9

37.25 45.09 17.64

Total 51 100 51 100

Tabel 35 menunjukkan bahwa 74.50% contoh tidak pernah mengalami sakit

diare dengan frekuensi sakit rata-rata 0.31± 0.54 per bulan, dan 45.09% contoh

pernah mengalami sakit ISPA (1 sampai 2 kali per bulan) dengan frekuensi sakit

rata-rata 1.07±1.09 per bulan. Tingginya frekuensi sakit disebabkan contoh

mengalami frekuensi sakit berkisar 1 sampai 2 kali per bulan terutama penyakit

ISPA. Faktor yang diduga menyebabkan tingginya frekuensi sakit ISPA yaitu

keadaan sanitasi rumah masih belum memadai terutama jendela yang berfungsi

mengatur sirkulasi udara. Jumlah ventilasi udara belum dapat mengatur sirkulasi

udara secara maksimal. Syarat rumah sehat untuk ventilasi udara yaitu 20% dari

luas ruangan tidak dipenuhi, dan jumlah penghuni yang menempati rumah begitu

padat. Ventilasi udara dan padatnya penghuni menyebabkan tidak maksimalnya

sirkulasi udara sehingga mendukung terjadinya penularan ISPA.

Tabel 35 juga menunjukkan bahwa 25.40% contoh pernah mengalami sakit

diare (1 sampai 2 kali per bulan). Faktor yang diduga berhubungan dengan

frekuensi sakit diare yaitu air minum yang digunakan oleh keluarga contoh,

dimana air tersebut bersumber dari mata air dan air tanah, sehingga kurang

terjamin kebersihannya jika tidak ditangani dengan baik. Rendahnya frekuensi

sakit diare diderita contoh masih memiliki dampak yang cukup besar terhadap

kesehatan contoh.

Penyebab utama kematian anak di Indonesia saat ini disebabkan oleh

penyakit ISPA dan infeksi diare (Depkes 2004). Kedua penyakit tersebut

memiliki hubungan terhadap sanitasi lingkungan dan perilaku masyarakat. Blum

dalam Notoatmojo (2003) menyatakan bahwa status kesehatan baik individu

maupun masyarakat dipengaruhi oleh lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan

dan keturunan. Sebaran tempat pengobatan contoh yang mengalami sakit dilihat

pada Tabel 36.

Page 76: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

56

Tabel 36 Sebaran tempat pengobatan bila contoh mengalami sakit. Tempat Pengobatan n % Tidak pernah Rumah sakit Dokter Puskesmas Beli obat di warung Pengobatan tanaman obat Pengobatan lain

4 1 7

26 7 5 1

7.84 1.96 13.73 50.98 13.73 9.80 1.96

Total 51 100

Berdasarkan Tabel 36, 50.98% contoh yang mengalami sakit berobat di

puskesmas. Tingginya kunjungan ke puskesmas disebabkan oleh akses ke

puskesmas yang ada di kebun teh Malabar dan Purbasari mudah dijangkau

masyarakat, serta biaya pelayanan kesehatan yang murah dengan pelayanan

kesehatan yang berkualitas. Tabel 36 juga menunjukkan bahwa 9.80% contoh

diberikan tanaman obat bila mengalami sakit, hal ini menggambarkan

kemandirinan orang tua dalam penanggulangan kesehatan anak. Selain itu ada

13.73% contoh yang diberikan obat yang dibeli dari warung bila mengalami

sakit. Hal ini terjadi dengan alasan bahwa orang tua contoh tidak memiliki biaya

untuk pergi ke tempat pelayanan kesehatan. Notoatmojo (2003) menyatakan

bahwa kemiskinan merupakan faktor penyebab rendahnya akses pelayanan

kesehatan.

Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan dalam penelitian adalah nilai dari zat gizi energi, protein,

vitamin A dan zat besi (Fe), dari jenis pangan yang dikonsumsi anak usia 48-72

bulan yang diperoleh melalui recall 2 x 24 jam, selama 2 hari yang dibandingkan

dengan angka kecukupan rata-rata individu yang dianjurkan per orang per hari.

Hasil analisis data konsumsi zat gizi disajikan pada Tabel 37.

Tabel 37 Sebaran contoh usia 48-72 berdasarkan konsumsi zat gizi rata-rata dan rasio kecukupan.

Konsumsi zat gizi Kosumsi rata-rata zat gizi Rasio kecukupan rata-rata Energi (kkal) Protein (g) Vitamin A (RE) Zat besi (mg)

1215±1204.57 21,15±9,15

281,76±243.63 6,40±2.76

76,78±11,70% 51,80±20,54% 39,55±27,38% 61,63±17,64%

Rata-rata ±SD

Page 77: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

57

Konsumsi energi rata-rata per orang per hari di kebun teh Malabar dan

Purbasari adalah 1215±1204,57 kkal dengan nilai konsumsi maksimum sebesar

1681,57 kkal dan nilai konsumsi minimum sebesar 808,73 kkal. Konsumsi energi

dari 51 contoh belum memenuhi angka kecukupan konsumsi energi yang

dianjurkan per orang per hari (1550 kkal), dengan rasio kecukupan energi sebesar

76.78±11.70%. Tingginya rasio kecukupan disebabkan oleh terdapatnya variasi

data konsumsi energi dari 51 contoh. Kebutuhan energi contoh telah terpenuhi,

karena rasio kecukupan energi sudah diatas 70%. Konsumsi energi contoh di

kebun teh Malabar dan Purbasari sebagian besar bersumber dari karbohidrat yaitu

nasi yang merupakan makanan pokok utama. Menurut Ahmad et al. (2007),

energi berasal dari bahan pangan yang dikonsumsi yang bersumber dari

karbohidrat, lemak dan protein.

Fungsi protein untuk tubuh manusia adalah sebagai berikut : 1) membangun

sel tubuh, 2) mengganti sel tubuh, 3) membuat air susu dan hormon, 4) membuat

protein darah, 5) menjaga asam-basa cairan tubuh, dan 6) pemberi kalori (Irianto

2007). Konsumsi protein contoh di kebun teh Malabar dan Purbasari rata-rata per

orang per hari adalah 21,15±9,16 gram. Konsumsi protein maksimum adalah

45,16 gram dan minimum adalah 6,73 gram. Bila dibandingkan dengan angka

kecukupan protein yang dianjurkan (39 gram), maka rata-rata konsumsi protein

dari 51 contoh belum terpenuhi. Rasio kecukupan protein contoh adalah

51.80±20.54%, dan hal ini menggambarkan bahwa konsumsi protein contoh di

kebun teh Malabar dan Purbasari belum terpenuhi. Rendahnya konsumsi protein

contoh di kebun teh Malabar dan Purbasari disebabkan oleh sumber protein yang

dikonsumsi contoh sebagian besar mengandalkan protein nabati yaitu tempe dan

tahu. Tempe dan tahu merupakan sumber protein nabati, namun konsumsi protein

nabati tersebut juga masih sangat rendah sehingga tidak memenuhi kecukupan

protein yang dianjurkan.

Konsumsi protein yang bersumber dari protein hewani seperti ikan dan telur

masih rendah. Almatsier (2005) menyatakan bahwa sumber kandungan protein

tertinggi terdapat pada bahan makanan hewani. Rendahnya konsumsi protein

diduga juga disebabkan oleh faktor kemiskinan, sehingga masyarakat belum

mampu menjangkau bahan pangan yang berkualitas. Menurut Mundanijah et al.

Page 78: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

58

(2006), faktor ekonomi dan harga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap

konsumsi pangan.

Konsumsi vitamin A yang cukup sangat baik untuk tubuh. Vitamin A

berfungsi dalam hal penglihatan, pertumbuhan dan perkembangan, diferensiasi

sel, reproduksi dan kekebalan tubuh (Ahmad et al 2007). Jenis makanan hewani

dan nabati yang kaya akan kandungan vitamin A yaitu hati, telur, wortel, sayur

berwarna hijau, produk susu dan keju (Irianto 2007). Konsumsi vitamin A contoh

di kebun teh Malabar dan Purbasari rata-rata adalah 281,76±243,63, dengan nilai

maksimum adalah 478 RE dan nilai minimum adalah 116 RE. Bila dibandingkan

dengan angka kecukupan vitamin A yang dianjurkan (450 RE), maka rata-rata

konsumsi vitamin A contoh termasuk kategori kurang atau belum terpenuhi,

dengan rasio kecukupan 39.55±27.38%. Rendahnya konsumsi vitamin A karena

rendahnya konsumsi sayur-sayuran dan pangan hewani contoh di kebun teh

Malabar dan Purbasari.

Rata-rata konsumsi zat gizi besi (Fe) contoh di kebun teh Malabar dan

Purbasari adalah 6,40±2,76, dengan nilai maksimum sebesar 16.32 mg dan nilai

minimum sebesar 2.78 mg. Bila dibandingkan dengan angka kecukupan zat besi

rata-rata yang dianjurkan (9 mg), maka rata-rata konsumsi zat gizi besi (Fe)

contoh belum memenuhi angka kecukupan yang dianjurkan. Bila dikonversikan

ke rasio kecukupan konsumsi besi (Fe), maka diperoleh rasio kecukupan zat gizi

besi (Fe) sebesar 61.63±17.64. Rendahnya kosumsi zat gizi besi (Fe) disebabkan

oleh masih rendahnya konsumsi pangan hewani dan sayuran. Bahan pangan kaya

akan zat gizi besi (Fe), dan sebagian besar tekandung pada bahan makanan

hewani. Untuk mendapatkan zat gizi yang berkulaitas dalam bahan makanan,

diperlukan konsumsi makanan yang beragam, karena seluruh zat gizi makro,

mikro, vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh tidak terdapat dalam satu jenis

bahan pangan. Tubuh memerlukan zat gizi dalam batas tertentu, bila konsumsi

melebihi kebutuhan tubuh, maka akan berdampak terhadap kesehatan. Konsumsi

zat gizi yang cukup digunakan sebagai sumber energi, zat pembangun, zat

pembentuk dan zat pengatur dalam menjalankan proses tubuh. Kebutuhan zat gizi

seseorang dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur aktivitas fisik, berat badan, tinggi

badan, genetik serta keadaan fisiologis seseorang (Karyadi dan Muhilal 1998).

Page 79: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

59

Jumlah zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan normal juga tergantung

dari kualitas zat gizi yang dimakan seperti bagaimana zat gizi itu mudah dicerna

(digestibility) dan diserap (absorbability) (Pudjiadi 2005).

Status Anemia

Penilaian status gizi secara laboratorium atau biokimia digunakan untuk

mendeteksi tahap defisiensi subklinis dan untuk mengkonfirmasi diagnosa secara

klinis terhadap seseorang. Cara ini merupakan metode yang dinilai secara objektif,

karena tidak melibatkan emosi dan faktor subjektif lainnya. Untuk menilai apakah

seseorang mengalami anemia, dapat dilakukan dengan pengukuran haemoglobin

(Hb) (Gibson 2005). Haemoglobin (Hb) adalah cairan merah dalam darah yang

berfungsi mengangkut oksigen yang disebarkan ke seluruh tubuh. Metode yang

digunakan dalam penelitian adalah metode sahli. Metode ini digunakan sebagai

pengganti dari metode sianmethemoglobin, karena di tempat pelayanan kesehatan

masyarakat (puskesmas) di daerah penelitian tidak tersedia metode

sianmethemoglobin, dimana metode ini merupakan metode yang

direkomendasikan oleh WHO. Metode sahli akan lebih baik dilakukan bila

menggunakan tenaga ahli yang telah mengikuti pendidikan, pelatihan dan

berpengalaman (Muhilal & Saidin 1980). Untuk mencegah bias lebih besar, maka

dalam pengukuran haemoglobin (Hb), ujung jari anak-anak setelah terlebih

dahulu dibersihkan dengan alkohol, kemudian daerah tersebut dibersihkan lagi

dengan tisu untuk mencegah terjadi percampuran alkohol dan plasma darah.

Hasil pengukuran haemoglobin (Hb), yang dilakukan selama dua hari di

kebun teh Malabar dan Purbasari, menyatakan bahwa sebagian besar contoh

mengalami kekurangan haemoglobin (Hb) dalam darah atau anemia. Hasil

pengukuran status biokimia tersebut disajikan pada Tabel 38.

Tabel 38 Sebaran contoh berdasarkan haemoglobin (Hb). Haemoglobin (Hb) n %

Normal (≥110g/l atau 115g/l) Anemia (<110g/l atau 115g/l)

19 32

37.25 62.74

Total 51 100

Page 80: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

60

Tabel 38 menunjukkan bahwa sebanyak 62.74% contoh di kebun teh

Malabar dan Purbasari mengalami status anemia dan 37.25% contoh memiliki

haemoglobin (Hb) normal yaitu, dengan nilai rata-rata 11.10±0.79. Rendahnya

haemoglobin (Hb) contoh karena masih rendahnya konsumsi zat gizi terutama zat

gizi besi (Fe) dan protein. Konsumsi zat gizi besi (Fe) rata-rata adalah 6,40±2,76

dan protein adalah 21,15±9,16 (Tabel 35). Kedua zat gizi tersebut merupakan

bahan yang dibutuhkan tubuh dalam pembentukan haemoglobin (Hb) darah.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia antara lain asupan zat gizi besi (Fe)

yang tidak memadai, terjadi peningkatan kebutuhan fisiologis dan kehilangan

banyak darah (Ahmad et al. 2007). Sebaran haemoglobin (Hb) berdasarkan jenis

kelamin disajikan pada Tabel 39.

Tabel 39 Sebaran contoh berdasarkan haemoglobin (Hb) dan jenis kelamin. Laki-laki Perempuan Total Haemoglobin (Hb)

n % n % n % Normal (≥110g/l atau 115g/l) Anemia (<110g/l atau 115g/l)

10 20

33.33 66.66

9 12

42.85 57.14

19 32

37.25 62.75

Total 30 100 21 100 51 100

Tabel 39 menunjukkan bahwa 66.66% (dari 31 contoh) contoh laki-laki dan

57.14% (dari 21 contoh) contoh perempuan memiliki status anemia. Rendahnya

kadar haemoglobin (Hb) diduga disebabkan oleh rendahnya konsumsi zat gizi

besi (Fe). Jika jumlah masukan zat gizi besi (Fe) melalui makanan sehari-hari

tidak dapat mencukupi, adanya kebutuhan fisiologis atau kehilangan zat gizi besi

(Fe) yang meninggi, mengakibatkan keadaan kekurangan zat gizi besi (Fe) dalam

tubuh. Anemia yang tinggi juga akan berdampak terhadap rendahnya produktifitas

tubuh, menurunnya kemampuan berpikir dan suplai oksigen yang tidak maksimal

ke seluruh jaringan tubuh (Pudjiadi 2005).

Status Gizi

Kumaidi (1998) menyatakan bahwa jenis antropometri tinggi badan dan

berat badan merupakan pendekatan antropometri yang terhandal dan mudah

dilakukan. Status gizi dalam penelitian ini adalah keadaan gizi anak usia 48-72

Page 81: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

61

bulan secara antropometri dengan menggunakan indeks BB/U, TB/U, BB/TB

WHO/NCHS, yang dianalisis menggunakan program nutrisurvey 2005. Hasil

analisis data status gizi berdasarkan indeks BB/U disajikan pada Tabel 40.

Tabel 40 Sebaran contoh berdasarkan status gizi BB/U. Status gizi Kategori n %

Buruk ( Z-score<-3) Kurang (Z-score -3 sd -2) Normal (Z-score -2 sd 2

2 16 33

3.92 31.37 64.70

Total 51 100

Tabel 40 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh 64.70% memiliki

status gizi normal, dengan nilai rata-rata Z-score sebesar -1.66±0.80. Indikator

pengukuran status gizi dengan indeks BB/U mencerminkan keadaan status gizi

saat ini. Rendahnya nilai Z-score berdasarkan indeks BB/U merupakan indikator

kekurangan gizi kronis (Gibson 2005). Sebaran contoh berdasarkan indeks status

gizi BB/U dan jenis kelamin di kebun teh Malabar dan Purbasari disajikan pada

Tabel 41.

Tabel 41 Sebaran contoh berdasarkan status gizi (BB/U) dan jenis kelamin.

Laki-laki Perempuan Total Status Gizi n % n % n % Buruk ( Z-score<-3) Kurang (Z-score -3 sd-2) Normal (Z-score -2 sd 2)

0 10 20

0,00 33.33 66.66

2 6

13

9.52 28.57 61.90

2 16 33

3.92 31.37 64.70

Total 30 100 21 100 51 100

Tabel 41 menunjukkan bahwa 64.70% contoh berjenis kelamin laki-laki dan

61.90% contoh berjenis kelamin perempuan memiliki status gizi normal

berdasarkan indeks BB/U. Tabel 41 juga menunjukkan bahwa masih terdapat

contoh berjenis kelamin perempuan yang mengalami status gizi buruk dan kurang,

yaitu masing-masing sebesar 9.52% dan 28.57%. Pengukuran status gizi

berdasarkan indeks TB/U pada contoh dikebun teh Malabar dan Purbasari

disajikan pada Tabel 42.

Page 82: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

62

Tabel 42 Sebaran contoh berdasarkan status gizi TB/U. Status gizi Kategori n %

Kurang (Z-score <-2) Normal (Z-score -2 sd 2)

37 14

72.54 27.45

Total 51 100

Berdasarkan Tabel 42 di atas, 72.54% contoh yang berusia 48-72 bulan di

kebun teh Malabar dan Purbasari, memiliki status gizi kurang berdasarkan indeks

TB/U, dengan nilai rata-rata Z-score sebesar 2.40±0.96. Sebagian besar contoh

mengalami kurang gizi stunted atau pendek. Anak-anak yang mengalami kurang

gizi stunted atau pendek biasanya disebabkan oleh kualitas makanan yang

dikonsumsi tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi dan sering mengalami sakit

terutama penyakit infeksi (Allen dan Gillespie 2001). Stunted atau pendek masih

menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia. Dari berbagai survei yang

dilakukan antara tahun 1990 sampai 2001 menunjukkan hasil bahwa prevalensi

anak pra-sekolah yang stunted atau pendek masih sangat tinggi yaitu lebih dari

40%, dan cenderung tidak ada perubahan. Sehingga dapat diasumsikan bahwa

hampir separuh dari anak pra-anak sekolah dari berbagai survei tersebut telah

mengalami kurang gizi secara berulang sehingga mengakibatkan pertumbuhan

yang tidak optimal (Achadi 2008).

Supariasa (2002) menyatakan bahwa indikator status gizi berdasarkan indeks

TB/U digunakan sebagai indikator untuk mengukur status gizi masa lampau.

Dengan demikian contoh di kebun teh Malabar dan Purbasari tersebut,mengalami

status gizi buruk dan kurang di masa lampau, sehingga mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan normal saat ini. Status gizi berdasarkan indeks

TB/U pada contoh berusia 48-72 bulan berdasarkan jenis kelamin disajikan pada

Tabel 43.

Tabel 43 Sebaran status gizi TB/U usia 48-72 bulan berdasarkan jenis kelamin. Laki-laki Perempuan Total

Status Gizi n % n % n % Kurang (Z-score < -2) Normal (Z-score -2 sd 2)

23 7

79.31 24.13

14 7

63.63 31.81

37 14

Total 30 100 21 100 51 100

Page 83: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

63

Tabel 43 menunjukkan bahwa status gizi berdasarkan indeks TB/U sebagian

besar contoh berusia 48-72 bulan adalah termasuk gizi kurang, dengan persentase

masing-masing sebesar 79.31% untuk contoh berjenis kelamin laki-laki dan

63.63% untuk contoh berjenis kelamin perempuan yang berada di kebun teh

Malabar dan Purbasari. Hasil pengukuran status gizi berdasarkan indeks BB/TB

disajikan pada Tabel 44.

Tabel 44 Sebaran contoh berdasarkan status gizi BB/TB. Status gizi Kategori n %

Sangat kurus z-score <-3 Kurus z-score-3s/d-2 Normal z-score-2s/d2 Gemuk z-score>2

1 1

49 0

1.96 1.96 96.07

0 Total 51 100

Berdasarkan Tabel 44, status gizi sebagian besar contoh 96.07% berdasarkan

indeks BB/TB di kebun teh Malabar dan Purbasari adalah normal, dengan nilai

rata-rata Z-score sebesar 0.28±1.03. Status gizi berdasarkan indeks BB/TB adalah

indikator yang digunakan untuk mengukur status gizi saat ini Supariasa (2002).

Status gizi berdasarkan indeks BB/TB berdasarkan jenis kelamin disajikan pada

Tabel 45.

Tabel 45 Sebaran contoh berdasarkan status gizi BB/TB dan jenis kelamin. Laki-laki Perempuan Total Status Gizi n % n % n %

Sangat kurus z-score <-3 Kurus z-score-3s/d-2 Normal z-score-2s/d2 Gemuk z-score>2

0 0

30 0

0. 0

100 0

1 1

19 0

4.76 4.76 90.47

0

1 1

49 0

1.96 1.96 96.08

0 Total 30 100 21 100 51 100

Tabel 45 di atas menunjukka bahwa 100% contoh berjenis kelamin laki-laki

dan 90.47% contoh berjenis kelamin perempuan yang berada di kebun teh

Malabar dan Purbasari memiliki status gizi normal. Selain itu juga masih

ditemukan contoh berjenis kelamin perempuan yang mengalami satus gizi

kategori kurus dan sangat kurus yaitu sebesar 4.76%.

Page 84: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

64

Hubungan Antara Konsumsi Pangan Dengan Potensi Atlit

Konsumsi pangan yang digunakan sebagai parameter dalam pengujian

statistik dengan potensi atlit berusia 48-72 bulan adalah zat gizi energi dan

protein, karena kedua zat gizi makro tersebut digunakan sebagai parameter dalam

penilaian status gizi berdasarkan konsumsi pangan. Hasil analisis korelasi antara

konsumsi pangan dengan potensi atlit usia 48-72 bulan disajikan pada Tabel 46.

Tabel 46 Hubungan antara konsumsi energi, protein, vitamin A dan besi (Fe) dengan potensi atlit contoh.

Potensi atlit contoh Konsumsi pangan

Koefisien korelasi p

Energi 0.33* 0.01

Protein -0.04 0.74

Vitamin A -0.03 0.82

Besi (Fe) -0.05 0.75

Keterangan: * hubungan nyata (p<0.05)

Berdasarkan Tabel 46, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan nyata

(p<0.05) antara konsumsi energi dengan potensi atlit usia 48-72 bulan. Hal ini

berarti bahwa terjadi peningkatan konsumsi energi contoh menuju angka

kecukupan yang dibutuhkan sehingga potensi atlit contoh juga akan meningkat.

Terdapatnya hubungan nyata antara konsumsi energi dengan potensi atlit usia

48-72 bulan karena nilai konsumsi energi rata-rata adalah sebesar 1215±1204,57

kkal (Tabel 37), dengan rasio kecukupan energi sebesar 76.78±11.70.

Konsumsi energi memberikan dampak terhadap potensi atlit. Gerakan fisik

yang dilakukan memerlukan energi yang diperoleh dari konsumsi zat gizi. Zat gizi

tersebut dicerna melalui saluran pencernaan dan diuraikan dalam tubuh untuk

digunakan sebagai sumber tenaga. Bila konsumsi melebihi kebutuhan tubuh,

maka akan tersimpan di hati dalam bentuk lemak serta glikogen otot yang

berperan sebagai cadangan energi tubuh (Suhardjo dan Kusharto 1992). Pengujian

potensi atlit yang dilakukan sepenuhnya melibatkan aktivitas kegiatan fisik yang

tinggi, sehingga tubuh membutuhkan energi yang cukup untuk digunakan.

Page 85: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

65

Cadangan zat gizi utama yang digunakan untuk aktivitas fisik tinggi yaitu

glukosa dan glikogen otot yang tersimpan dalam tubuh, yang terlebih dahulu

diuraikan melalui proses glikolisis sehingga menghasilkan energi yang

dibutuhkan. energi yang dibutuhkan tubuh diperoleh melalui dua sistem energi

yaitu anaerobik dan aerobik. Proses perubahan zat gizi menjadi energi melalui

proses anaerobik dilakukan dalam waktu yang cepat. Poses perombakan zat gizi

menjadi energi ini, dapat menghasilkan asam laktat dan energi yang kecil yaitu

2-3 ATP. Asam laktat terkumpul dan terbentuk, sehingga sel menjadi asam akan

mempengaruhi efisiensi kerja otot, nyeri otot dan kelelahan. Sedangkan pada

proses aerobik, tubuh dapat menghasilkan energi lebih banyak dua puluh kali lipat

dari anaerobik yakni sejumlah 38-39 ATP (Irianto 2007). Proses aerobik ini

sangat ditentukan oleh aktivitas, bila tubuh melakukan kerja diatas dua menit

maka proses aerobik akan terjadi dengan bantuan oksigen. Bila kebutuhan energi

menuju angka keseimbangan tubuh, maka tubuh mengalami proses kerja yang

baik dan menyebabkan terjadi peningkatan potensi atlit atau kemampuan kerja

fisik. Kebutuhan energi tergantung oleh aktivitas fisik, bila aktivitas fisik rendah,

maka kebutuhan energi sedikit dan bila terjadi peningkatan aktivitas fisik

kebutuhan energi juga ikut meningkat sesuai aktivitas fisik yang dilakukan.

Pengujian fisik yang digunakan dalam penilaian potensi atlit merupakan pengujian

fisik dan memiliki durasi waktu yang tinggi, sehingga didukung oleh konsumsi zat

gizi seimbang sehingga dapat digunakan untuk sumber tenaga.

Ahmad et al. (2007) menyatakan bahwa kebutuhan energi yang diperoleh

dari bahan makanan diperlukan manusia untuk metabolisme basal, aktivitas fisik

dan efek makanan (Spesific Dynamic Action/SDA). Ketiga kebutuhan energi besar

digunakan untuk metabolisme basal, kurang lebih dua pertiga dari total energi

yang dikeluarkan seseorang. Anak-anak mengalami kekurangan energi dan

protein akibat dari konsumsi pangan yang tidak mencukupi sehingg akan

berdampak pada kesehatan dan perkembangan fisik secara normal, dan akan

beresiko tinggi terhadap kematian (Akner dan Cenderholem 2005). Berdasarkan

hasil penelitian Rusyantia et al. (2006), anak yang memiliki tingkat kecukupan

energi akan memiliki status gizi yang baik, sehingga konsumsi energi yang cukup

akan berpengaruh terhadap kerja fisik.

Page 86: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

66

Hasil analisis data antara konsumsi protein dengan potensi atlit usia

48-72 bulan menunjukkan hubungan yang tidak nyata. Hal ini disebabkan oleh

yerjadinya variasi data konsumsi protein pada contoh. Faktor yang diduga

menyebabkan tidak terdapat hubungan nyata antara konsumsi protein dengan

potensi atlit usia 48-72 bulan, yaitu energi yang digunakan dalam aktivitas fisik

masih bersumber dari cadangan zat gizi yang diperoleh dari karbohidrat yaitu

dalam bentuk glukosa dan glikogen otot. Protein dapat digunakan sebagai sumber

energi, bila seluruh cadangan energi yang tersimpan telah habis digunakan oleh

tubuh akibat kelaparan. Hal ini terjadi terutama pada anak-anak yang mengalami

kurang gizi. Proses perombakan protein menjadi ATP sangat sulit, karena terdapat

kandungan nitrogen. Namun dalam keadaan memaksa atau situasi kelaparan,

protein dapat dirombak menjadi ATP melalui deaminasi asam amino. Atom

nitrogen harus diuraikan melalui daur urea dan selanjutnya dibuang melalui urin,

tetapi memerlukan waktu lama (Irianto 2007).

Hubungan yang tidak nyata juga terdapat pada konsumsi vitamin A dan besi

(Fe). Faktor yang diduga tidak terdapat hubungan nyata, oleh karena sebaran data

konsumsi vitamin A dan besi (Fe) yang rendah.

Hubungan Status Kesehatan Dengan Potensi Atlit Usia 48-72 Bulan

Hasil analisis korelasi, hubungan antara status kesehatan (diare dan ISPA)

dengan potensi atlit usia 48-72 bulan disajikan pada Tabel 47.

Tabel 47 Hubungan antara status kesehatan, haemoglobin (Hb), status gizi, aktivitas bermain dengan potensi atlit contoh.

Potensi atlit contoh

Koefisien korelasi p

Status Kesehatan 0.62** 0.000

Status Gizi (BB/TB) -0.13 0.344

Status Biokimia 0.34* 0.014

Aktivitas Bermain 0.30* 0.030

Keterangan: ** hubungan sangat nyata pada p<0.01

* hubungan nyata pada p<0.05

Page 87: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

67

Tabel 47 menunjukkan bahwa terdapat hubungan sangat nyata (p<0.01)

antara status kesehatan dengan potensi atlit usia 48-72 bulan. Hal ini berari bahwa

semakin rendah frekuensi sakit diare dan ISPA yang dialami contoh, sehingga

potensi atlit membaik. Tingkat hubugan sangat nyata antara status kesehatan diare

dan ISPA dengan potensi atlit anak usia 48-72 bulan di kebun teh Malabar dan

Purbasari disebabkan oleh rendahnya frekuensi diare yang dialami yaitu 25.50%,

(Tabel 33) dengan rata-rata 0.31±0.54 per bulan, dan sebaran contoh yang

mengalami frekuensi sakit ISPA yaitu 41.17% (Tabel 35) dengan rata-rata

1.07±1.09 per bulan.

Hasil analisis cross-tab antara frekuensi diare dengan potensi atlit

menunjukkan bahwa 48.65% contoh yang tidak mengalami sakit memiliki potensi

atlit kategori sedang, sedangkan 71.43% contoh yang mengalami sakit diare

(antara 1 sampai 2 kali per bulan) memiliki potensi atlit kategori kurang. Hasil

tersebut menggambarkan bahwa frekuensi sakit yang tinggi berdampak besar

terhadap potensi atlit yang dimiliki oleh contoh. Hasil analisis cross-tab juga

ditemukan bahwa 5.41% contoh yang tidak pernah sakit diare memiliki potensi

atlit kategori baik (Lampiran 6). Hasil maksimal yang diperoleh menunjukan

bahwa contoh yang tidak mengalami frekuensi diare akan berdampak positif

terhadap potensi atlit.

Anak-anak yang mengalami frekuensi diare tinggi akan kehilangan cairan

tubuh yang menyebabkan berkurang atau rendahnya cadangan air dalam tubuh

sehingga dapat mempengaruhi metabolisme energi, protein dan zat gizi lain (tidak

dapat dicerna dengan baik), hal ini disebabkan oleh fungsi air sebagai pelarut

dalam sistem metabolisme tubuh. Tidak efektifnya fungsi sistem pencernaan

menyebabkan rendahnya cadangan zat gizi yang tersimpan dalam tubuh yang

dapat digunakan sebagai sumber energi bila tubuh membutuhkan (terutama dalam

aktivitas fisik). Frekuensi diare pada contoh memberikan kontribusi besar

terhadap hilangnya cadangan air dan energi dalam tubuh yang berakhir dengan

kematian bila tidak diatasi.

Faktor yang diduga menyebabkan rendahnya potensi atlit yaitu kekurangan

cairan tubuh pada contoh yang mengalami frekuensi diare tinggi.

Doglas et al. (2005) menyatakan bahwa aktivitas fisik yang tinggi akan

Page 88: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

68

menyebabkan terjadinya kekurangan cairan tubuh dalam situasi tertentu yang

menggangu sistem metabolisme dalam tubuh, karena air merupakan zat pelarut

untuk metabolisme zat gizi. Kekurangan cairan ini disebabkan cadangan air dalam

tubuh mengalami penipisan akibat diare. Frekuensi diare tinggi juga menyebabkan

tubuh melakukan reaksi alami untuk menguraikan cadangan energi yang

tersimpan dalam hati, lemak dan glikogen otot sebagai sumber energi. Pada saat

melakukan aktivitas fisik, tubuh mengalami kekurangan energi, karena rendahnya

cadangan yang tersimpan dalam tubuh.

Hasil analisis menggunakan cross-tab antara frekuensi ISPA dengan potensi

atlit, menunjukkan bahwa 78.95% contoh yang tidak mengalami ISPA memiliki

potensi atlit kategori sedang. Selain itu, 60.87% dan 88.89% contoh yang

mengalami frekuensi ISPA dengan kisaran 1-2 kali dan ≥3 kali per bulan,

memiliki potensi atlit kategori kurang dan sangat kurang. Hasil ini menunjukkan

bahwa contoh yang memiliki frekuensi ISPA tinggi akan berakibat terhadap

rendahnya potensi atlit di kebun teh Malabar dan Purbasari. Hasil analisis

cross-tab juga menunjukkan bahwa 8.70% contoh yang mengalami frekuensi sakit

ISPA dengan kisaran 1-2 kali per bulan memiliki potensi atlit kategori baik. Hasil

yang maksimal tersebut dipengaruhi oleh distribusi dari lima pengukuran potensi

atlit terutama pengujian kekuatan otot dengan metode menggantung dan pengujian

tenaga eksplosif dengan metode lompat tegak.

Frekuensi ISPA yang tinggi akan berdampak terhadap kerja fisik, karena

aktivitas fisik yang tinggi memerlukan oksigen dalam proses pembakaran zat gizi

menjadi energi sebagai sumber tenaga. Contoh yang mengalami ISPA akan

mengalami gangguan proses sirkulasi oksigen yang dihirup melalui saluran

pernapasan dan akan berhubungan pada proses pembuangan karbon dioksida.

Anak-anak yang mengalami ISPA akan kesulitan bernapas, karena pada

saluran pernapasan terdapat cairan. Aktivitas fisik yang tinggi menyebabkan

kebutuhan oksigen meningkat, sedangkan suplai oksigen rendah akan menggangu

proses sirkulasi, sehingga oksigen yang ditampung oleh paru-paru yang diterima

dari luar tubuh melalui saluran pernapasan sangat terbatas. Sistem kerja paru-paru

menerima oksigen dari luar berbanding lurus dengan karbon dioksida yang

dibuang keluar tubuh (Pearce 2006).

Page 89: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

69

Kebutuhan oksigen selama aktivitas fisik tinggi sehingga akan

meningkatkan kerja paru-paru dan oksigen tiga kali lipat dari aktivitas normal.

Peningkatan ini disebabkan oleh pembukaan sejumlah kapiler paru-paru yang

tidak aktif dan terjadinya dilatasi semua kapiler paru-paru yang terbuka, yang

menambah luas permukaan sehingga memerlukan oksigen yang banyak. Oleh

karena itu, selama gerakan fisik yang berat, oksigen darah ditingkatkan tidak

hanya pada sistem fentilasi alveulus, tetapi juga kapasitas membran respirasi

untuk menerima oksigen dari atmosfer yang dibawa oleh haemoglobin (Hb) darah

ke seluruh jaringan (Guyton 1996).

Hubungan Antara Status Gizi (BB/TB) Dengan Potensi Atlit

Berdasarkan analisis korelasi, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat

hubungan nyata antara status gizi berdasarkan indeks BB/TB dengan potensi atlit

(Tabel 47), karena status gizi 96.07% contoh di kebun teh Malabar dan Purbasari

adalah normal (Tabel 44), dengan nilai rata-rata Z-score berdasarkan indeks

BB/TB yaitu 0.28±1.03. Variasi data dari kedua peubah yang diduga

menyebabkan tidak terjadinya hubungan yang nyata.

Hasil analisis cross-tab antara status gizi berdasarkan indeks BB/TB dengan

potensi atlit, menunjukkan bahwa 48.98% dan 40.82% contoh memiliki status gizi

dengan potensi atlit kategori kurang dan sedang (Lampiran 6). Hasil tersebut

dipegaruhi oleh hasil pengukuran potensi atlit yang lain. Hasil anlisis cross-tab

juga menunjukkan bahwa 4.08% contoh yang berstatus gizi normal memiliki

potensi atlit kategori baik (Lampiran 6). Hasil yang maksimal tersebut

menunjukan bahwa status gizi berdasarkan indeks BB/TB memberikan

konstribusi besar terhadap potensi atlit, karena struktur fisik yang baik terutama

panjang tulang dan otot yang besar berpegaruh terhadap kecepatan gerak,

kekuatan dan ketahanan otot (Tangkudung 2007).

Tidak terdapat hubungan nyata antara status gizi berdasarkan indeks BB/TB

dengan potensi atlit, karena aktivitas fisik atau gerakan tubuh anak belum terlatih

atau kurang melakukan gerakan-gerakan yang digunakan dalam pengujian potensi

atlit. Meskipun dalam kegiatan bermain sebagian besar memiliki aktivitas baik,

Page 90: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

70

namun waktu gerakan fisik dalam permainan yang berhubungan dengan

pengujian potensi atlit belum dapat diukur.

Tangkudung (2006) menyatakan bahwa aktivitas fisik yang dilatih

terus-menerus akan memberikan efek positif terhadap daya tahan tubuh. Tubuh

dapat menggunakan energi dengan baik dalam menjaga keseimbangan kebutuhan

energi dibutuhkan. Faktor tersebut yang menyebabkan tidak terdapat hubugan

nyata dari kedua peubah. Aktivitas fisik yang dilatih terus-menerus akan

menghasilkan pembentukan otot-otot yang banyak menyimpan energi dimana

sewaktu-waktu energi tersebut dapat digunakan untuk melakukan aktivitas berat.

Dengan demikian, anak-anak yang memiliki status gizi baik namun tidak diikuti

dengan latihan fisik maka akan mempengaruhi ketahanan kardiovaskuler,

kekuatan otot, ketahanan otot dan kecepatan gerak fisik.

Hubungan Haemoglobin (Hb) Dengan Potensi Atlit

Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubugan yang nyata

(p<0.05) antara haemoglobin (Hb) dengan potensi atlit usia 48-72 bulan pada

(Tabel 47). Hal ini berarti bahwa dengan haemoglobin (Hb) yang normal maka

potensi atlit juga akan membaik. Sebagian besar (62.74%) contoh mengalami

anemia (Tabel 38) dengan nilai rata-rata haemoglobin (Hb) sebesar 11.10±0.79.

Hasil analisis cross-tab antara haemoglobin (Hb) dengan potensi atlit

menunjukkan bahwa 47.37% contoh yang tidak mengalami anemia memiliki

potensi atlit kategori sedang (Lampiran 6), sedangkan 56.25% contoh yang

mengalami anemia memiliki potensi atlit kategori kurang (Lampiran 6). Hasil

tersebut menunjukan bahwa contoh yang mengalami anemia yang tinggi akan

berdampak terhadap renahnya potensi atlit. Hasil analisis cross-tab juga

menunjukkan bahwa 10.53% contoh yang tidak mengalami anemia memiliki

potensi atlit kategori baik (Lampiran 6). Hasil yang maksimal ini menunjukkan

bahwa contoh yang tidak mengalami anemia akan memberikan kontribusi

terhadap kemampuan kerja fisik yang berhubungan dengan potensi atlit.

Hasil analisis cross-tab juga menunjukkan bahwa 37.5% contoh yang

mengalami anemia memiliki potensi atlit kategori sedang. Hal ini diduga

Page 91: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

71

disebabkan oleh transportasi oksigen yang diangkut oleh haemoglobin (Hb) pada

manusia terutama didataran tinggi (Guytion 1996). Analisis yang sama

menunjukkan bahwa 56.25% contoh yang kekurangan haemoglobin (Hb)

memiliki potensi atlit kategori kurang. Hasil ini menunjukkan bahwa haemoglobin

(Hb) memiliki peranan yang besar terhadap kekuatan fisik terutama dalam

mengsuplai oksigen, karena fungsi haemoglobin (Hb) adalah pembawa oksigen

untuk keperluan pembakaran di dalam sel tubuh (Piliang dan Djojosoebagio

2006).

Pengujian potensi atlit yang dilakukan merupakan pengujian fisik secara

total sangat membutuhkan oksigen yang cukup. Rendahnya haemoglobin (Hb)

dalam darah akan menyebabkan sedikitnya oksigen yang diangkut dari paru-paru

ke seluruh organ tubuh melalui darah untuk aktivitas kerja tubuh. Terjadinya

transport oksigen dalam darah melalui dua bentuk yaitu terlarut dalam plasma dan

terikat dengan haemoglobin (Hb) (Fikri dan Ganda 2005). Hal tersebut terjadi,

karena molekul oksigen bergabung secara longgar dan revelsibel dengan bagian

heme dari haemoglobin (Hb). Bila tekanan dalam kapiler paru-paru tinggi, maka

oksigen akan berikatan dengan hemoglobin (Hb), tetapi jika tekanan dalam kapiler

rendah maka jaringan oksigen dilepas dari haemoglobin (Hb). Jumlah maksimum

oksigen yang bergabung dengan haemogobin (Hb) darah orang normal

mengandung kira-kira 15 gram haemoglobin (Hb) dalam 100 ml darah, dan tiap

gram haemoglobin (Hb) dapat berikatan dengan maksimum kira-kira 1.34 ml

oksigen (Guyton 1996).

Haemoglobin (Hb) rendah dalam darah berpengaruh secara negatif terhadap

kelelahan dan ketahanan otot (Brutsaert 2004). Hal tersebut telah ditemukan pada

contoh yang memiliki haemoglobin (Hb) rendah saat pengujian potensi atlit

berlangsung. Contoh mudah mengalami kelelahan terutama pada pengujian lari

100 meter dan 300 meter, hal ini dipengaruhi oleh rendahnya konsumsi oksigen

dari luar yang membantu dalam penguraian asam laktat akibat dari pembentukan

energi yang terjadi secara anaerobik.

Oksigen memegang peranan penting dalam metabolisme energi terutama

aktivitas fisik berat dan waktu yang sangat lama. Metabolisme zat gizi menjadi

energi terjadi secara anaerobik dan aerobik (Irianto 2007). Pengujian potensi atlit

Page 92: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

72

contoh dengan aktivitas fisik berat dan waktu yang lama, menybabkan kebutuhan

oksigen juga meningkat karena oksigen digunakan pada proses pembakaran zat

gizi yang tersimpan dalam tubuh terjadi secara aerobik.

Pengujian potensi atlit yang dilakukan dalam penelitian menggunakan

pengujian fisik. Oleh karena itu, contoh yang memiliki haemoglobin (Hb) rendah,

akan berdampak negatif terhadap kerja fisik. Kekurangan besi (Fe) terutama

terjadi pada masyarakat sosial ekonomi rendah (Silva et al. 2006). Hasil analisis

dalam penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat keluarga dengan status

ekonomi yang termasuk kategori miskin.

Hubungan Aktivitas Bermain Dengan Potensi Atlit

Aktivitas bermain anak merupakan kegiatan yang sering dan senang

dilakukan, terutama pada anak berusia 48-72 bulan. Aktivitas bermain anak dalam

penelitian adalah aktivitas bermain contoh yang melibatkan kombinasi organ fisik

yang merangsang pertumbuhan. Hasil analisis korelasi antara aktivitas bermain

dengan potensi atlit contoh dikebun teh Malabar dan Purbasari menunjukkan

bahwa terdapat hubungan nyata (p<0.05) (Tabel 47). Hal ini berarti bahwa

semakin sering contoh melakukan aktivitas bermain yang melibatkan organ fisik,

maka potensi atlit juga membaik. Faktor yang menyebabkan terdapat hubungan

yang nyata antara aktivitas bermain dengan potensi atlit adalah sebagian besar

45.09% contoh yang memiliki aktivitas bermain baik, dengan rata-rata 8.13±1.05.

Hasil analisis cross-tab antara aktivitas bermain dengan potensi atlit

menunjukkan bahwa 52.94% contoh dengan aktivitas bermain sangat baik,

memiliki potensi atlit kategori sedang (Lampiran 6), sedangkan 100% contoh

dengan aktivitas bermain kurang memiliki potensi atlit kategori sangat kurang

yaitu. Hasil analisis cross-tab juga menunjukkan bahwa 8.70% contoh dengan

aktivitas bermain baik memiliki potensi atlit kategori baik. Data ini menunjukkan

bahwa aktivitas bermain berdampak besar terhadap potensi atlit meskipun

hasilnya belum maksimal.

Tingginya aktivitas bermain contoh di kebun teh Malabar dan Purbasari

disebabkan oleh waktu bermain contoh >3 jam dalam sehari. Contoh di kebun teh

Page 93: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

73

Malabar dan Purbasari senang bermain kejar-kejaran, melompat, dan bermain

kucing-kucingan dimana jenis-jenis permainan tersebut merupakan permainan

tradisional yang dapat membantu merangsang pertumbuhan untuk menunjang

potensi atlit yang dimiliki contoh. Melalui kegiatan bermain anak yang melibatkan

kegiatan fisik seperti lari, melompat, memanjat, melempar dan permainan fisik

lainnya, maka akan melatih gerakan motorik kasar dan halus (Sumantri 2005).

Anak usia 4-5 tahun dapat melakukan gerakan motorik halus seperti

menggambar dan memotong atau menggantung. Sedangkan perkembangan

motorik kasar yang dapat dilakukan anak usia ini yaitu menendang bola dengan

baik, lari, melompat satu kaki, menggantung dan memanjat. Sedangkan anak usia

5-7 tahun dapat melakukan lompat jauh dan permainan keseimbangan badan

(Depkes 1997). Tahap-tahap perkembangan tersebut memberikan kontribusi besar

terhadap hasil pengujian potensi atlit yang dilakukan pada contoh, walaupun hasil

pengukuran belum maksimal.

Tingginya aktivitas bermain contoh disebabkan terdapatnya fasilitas bermain

yang disediakan oleh pihak PTPN wilayah VIII. Hurlock (1997) menyatakan

bahwa alat bermain dan aktivitas bermain ikut menentukan kelanjutan

perkembangan anak. Dengan bermain akan terjadi koordinasi antara gerakan

tubuh dan panca indra. Aktivitas bermain merupakan cara pembelajaran untuk

memperoleh ketrampilan yang menjadi dasar menuju kedewasaan (Johonson dan

Yawkey 1999 dalam Dariyo 2006).

Jenis permainan yang dimainkan contoh yaitu jenis permainan kelompok,

sehingga selain dapat mengasah organ motori, permainan ini juga dapat mengasah

kemampuan sosial. Kegiatan bermain akan memberikan manfaat positif untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak. Potensi tersebut adalah

kecerdasan, bakat, kreativitas, ketrampilan motorik (motoric skill), ketrampilan

bergaul (sosial skill) dan ketrampilan komunikasi (communication skill) pada anak

(Dariyo 2006). Tedjasaputra (2001) menyatakan bahwa dalam situasi bermain

anak dapat mengembangkan dan mengekspresikan potensi-potensi bakat,

kecerdasan yang dimiliki anak tersebut, kreativitas maupun dorongan untuk

bergaul dan berinteraksi yang dilakukan dalam situasi bermain dengan temannya.

Aktivitas bermain anak memiliki 12 keunggulan yang diperoleh dari aktivitas

Page 94: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

74

bermain, salah satunya adalah dapat mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian

tubuh, seperi tulang, otot dan organ-organ lain (Soetjinigsih 1995).

Simulasi dari lingkungan keluarga, berupa dukungan, pujian dan

kesempatan memberikan motovasi bagi anak untuk menggerakkan semua bagian

tubuh terutama menggerakan otot kaki dan tangan, akan semakin mempercepat

perkembangan motorik kasar (Dewi 2005). Permainan dan gerakan-gerakan

tersebut akan membantu dalam pertumbuhan dan perkembangan untuk menunjang

potensi atlit yang dimiliki contoh.

Page 95: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

75

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Simpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ukuran keluarga di kebun teh Malabar dan Purbasari didominasi oleh kategori

keluarga sedang. Lama mengikuti pendidikan formal ibu dan bapak di kebun

teh Malabar dan Purbasari sebagian besar berkisar antara 6 sampai 8 tahun.

Pekerjaan tetap bapak di kebun teh Malabar dan Purbasari sebagian besar

buru tani (82.35%), dengan pendapatan total/keluarga/bulan di kebun teh

Malabar dan Purbasari berkisar antara Rp.200.000 sampai Rp.699.999 dan

pendapatan perkapita/bulan berkisar antara Rp.50.000 sampai 147.000.

Konsumsi energi, protein, vitamin A dan zat gizi besi (Fe) masih rendah.

Frekuensi sakit contoh di kebun teh Malabar dan Purbasari didominasi oleh

kategorik pernah sakit. Status gizi indeks BB/TB contoh di kebun teh

Malabar dan Purbasari sebagian besar kategorik normal. Haemoglobin (Hb)

contoh sebagian besar mengalami anemia. Aktivitas bermain contoh di kebun

teh Malabar dan Purbasari didominasi aktivitas bermain baik. Potensi atlit

contoh di kebun teh Malabar dan Purbasari didominasi potensi atlit kurang.

2. Terdapat hubungan nyata antara konsumsi pangan energi dengan potensi atlit

usia 48-72 bulan dan tidak nyata pada konsumsi protein, vitamin A, besi (Fe).

3. Terdapat hubungan sangat nyata antara status kesehatan (diare dan ISPA)

dengan potensi atlit usia 48-72 bulan.

4. Tidak ada hubungan nyata antara status gizi (BB/TB) dengan potensi atlit usia

48-72 bulan.

5. Terdapat hubungan nyata antara haemoglobin (Hb), aktivitas bermain dengan

potensi atlit usia 48-72 bulan.

Page 96: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

76

Saran

Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1. Diperlukan perbaikan pola konsumsi energi, protein, vitamin A dan zat gizi

besi (Fe) contoh untuk meningkatkan haemoglobin (Hb) dan status kesehatan

dengan cara meningkatkan pendapatan keluarga dan pengetahuan gizi orang

tua contoh.

2. Diperlukan keterlibatan instansi terkait terhadap tindakan preventif melaui

kegiatan penyehatan lingkungan dan pola hidup sehat dalam pencegahan diare

dan ISPA.

3. Penyediaan dan penambahan fasilitas yang berhubungan dengan aktivitas

bermain anak di tempat penitipan anak (TPA).

4. Anak yang memiliki potensi atlit kategori baik dan sangat baik, perlu

dilakukan pembinaan sejak dini.

5. Diperlukan penelitian lanjutan untuk menyusun instrumen pengukuran dalam

penilaian potensi atlit usia 48-72 bulan, karena instrumen yang dimodifikasi

belum memperoleh hasil yang maksimal.

Page 97: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

77

DAFTAR PUSTAKA

Achadi E. L. 2008. Konsekuensi Kurang Gizi Pada Usia Dini Terhadap Terjadi Penyakit Generatif. Makalah Yang Disampaikan Pada Pertemuan Satelit Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi ke XI. di DIKTI Jakarta (tanggal 23 Agustus 2008) 1:12.

Ahmad S, Setiarini, Utari, Acmadi, Khusharisupeni et al. 2007. Gizi dan

Kesehatan Masyarakat. FKM.UI: Jakarta. Rajagralindo Persada. Akner G, Cederholm T. 2005. Treatment of protein-energy malnutrition in chronic

nonmalignant disorders Ma J Clin Nutr. 42:6-23 [13 Juni 2008] Anwar F, Baliwati F.Y, Mandanijah, Khomsan A., Riyadi H, Setiawan B et al.

2006. Pengatar Pangan Dan Gizi.Jakarta :Penebar Swadaya. [Anonim]. 2007. http://www.litbang.depkes.go.id. Jangan Kalah Dengan Kurang

Darah, yang diakses tanggal 18 Juli, 2008. [Anonim]. 2007. Litbangda Provinsi Sulsel. Indetifikasikan Bakat Olahraga,

yang diakses tanggal 27 Desember, 2007. [Anonim]. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kuliah 1. Jakarta: Informedik

Jakarta. Allen L & S. Lillespie. 2001. What?. A revie of the efficasy and effeciveness of

Nutrition Intervention. ACC/SCN :Nutrition Policy Paper No.15:31-38 [13 Juni 2008].

Almatsier S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama. Ateng, A.H. 2005. Rasia Latihan Sang Juara Menuju Prestasi Dunia. Jakarta:

Cerdas Jaya. Berg. 1986. Peranan Gizi Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: Rajawali Brutsaert, D. Tom et al. 2004. Iron Supplementation Improves Progressive

Fatigue Resistance During Dynamic Knee Extensor Exercise In Iron-Depleted, Nonanemic Women: Am J Clin Nutr. 51: 441-448 [13 Juni 2008].

Casa J, Douglas et al. 2005. Roundtable on Hydration and Physical Activity:

Consensus Statements: American College Of Sports Medicine 4:116-112. [13 Juni 2008].

Page 98: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

78

Dariyo, Agoes. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung Indonesia: Refika Aditama.

[Departemen Kesehatan RI]. 1987. Pentunjuk Teknis Kesehatan Olahragan: Bagian Perama jakarta.

1993. Pedoman Pengaturan Makanan Atlit. 1995. Pedoman Pengaturan Kesehatan Jasmani.

Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita. Direktorat

Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Direktorat Bina Kesehatan Keluarga

2006. Profil Kesehatan Indonesia 2004 Menuju Indonesia Sehat

2010. Jakarta: Depkes RI. Direktorat Jenderal PPM& PL 2007 Pedoman Pemberantasan

Penyakit Diare Edisi Ke-3. Jakarta.

[Departemen Pendidikan], 1996. Ketahuilah Tingkat Kesegaran Jasmani Anda, Pusat Pengembagan Kualitas Jasmani Jakarta.

2000. Ketahui Tingkat Kesegaran Jasmani Anda Pusat

Pengembangan Kualitas Jasmani. Jakarta. 2005. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI).

Setjen.depdignas.go.id/pusjas/tips.php?tid=MTA [18 maret 2008] Dewi, Rosmala 2005. Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-Kanak.Departemen

Pedidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Pendidikan. Jakarta.

Fikri, Ganda I.J. 2005. Transpor Oksigen. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin/ RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar (134-139).

Fitriana. 2006 pola asuh, Status Gizi Dan Perkembangan Sosialanak Balita

Korban Gempa Dan Tsunamidi Provinis Nanggore Aceh Darussalam. [Tesis] Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Ganong WF. 1983. Review of Medical Physiology. Ed ke-11. Los Altos.

California: Lange Medical Publications.

Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assessment. New York: Oxford University Press.

Page 99: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

79

Gunara & Y. Gunasa. 1997. Dasar Dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: Gunung Mulia.

Gutyon, 1990. Human Psysiology and Mechanisms Of Disase. Jakarta: Buku

Kedokteran. Hardinsyah dan D Briawan. 1990. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan.

Bogor: Jurusan Gizi masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB.

Hurlock. E. 1995. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Hidup. Jakarta : Erlangga. Ingtyas, Tresno F. 2004. Konsumsi Pangan, Status Gizi Dan Kesehatan Anak

Retardasi Mental Di Kota Medan: [Tesis] Sekolah Pascasarjana Institut Petanian Bogor.

Irianto P.J. 2007. Panduan Gizi Lengkap, Keluarga Dan Olahragawan.

Yogjakarta: Andi Offset. Izzaty, E. R. 2005. Model Pengembangan Ketrampilan Motorik Anak Usia Dini

:Departemen Pedidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Pendidikan. Jakarta.

Kartini. P, Hertanto, Rahfiludi. Z. 1998. Kesegaran Jasmani Dan Status Gizi

Murid Sekolah Dasar Di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Jurnal Mediamedika,(volume 41) [terhubung berkala]. http://mediamedika.net/modules.php?name=Jurnal&file=index&a1=jurnal&a2=134&sort. [18 Maret 2008].

Kartasapoetra, Marsetoyo H. 2003. Ilmu gizi ‘’ korelasi gizi, kesehatan, dan

produktivitas.’’ Jakarta : Rineka Cipta. Linder, C. M. 2006. Biokimia Nutrisi Dan Metabolisme. Jakarta :Universitas

Indonesia Press. [LIPI], 2004. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan dalam Widya Karya

Nasional Pangan dan Gizi VIII Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi daerah dan Globalisasi. Jakarta.

Mangoenprasodjo, Setiono. 2005. Olahraga Tanpa Terpaksa Panduan Bagi

Pemula Yang Ingin Pelduli Kesehatan. Jakarta : Think Fresh. Masita T, Soekirman, Martianto T. 2005. Hubungan Pola Asuh Makan Dan

Kesehatan Dengan Status Gizi Anak Batita Di Desa Mulia Harja. Jurnal Media Gizi dan Keluarg, 29.(2): 29-38.

Page 100: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

80

Muhilal. 1980. Gizi Biokimia. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Gizi. Depkes Kesehatan RI. Jakarta.

Moehya, Sjahmien. 2008. Bayi Sehat Dan Cerdas Melalui Makanan Pilihan.

Pedomanasupan Gizi Untuk Bayi Dan Balita. Jakarta: Pustaka Mina anggota IKPI.

Munandar U. 1992. Hubungan Istri, Suamidan Anak dalam Keluarga Dalam

Membina Keluarga Bahagia. Jakarta: Pustaka antara. Murti, Brisma. 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadja

Mada University Press. Nasir, M. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Galia Indonesia. Notoatmojo S. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Edisi revisi. Jakarta : Rineka

Cipta.

2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Papalia E. D. & Olds W. S. 1995. Human Development: USA. McGraw Hill Book

Company. Piliang W, S Djojosoebagio. 2006. Fisiologi Nutrisi Volume II. Penerbit Bogor:

IPB Press. Pudjiadi S. 2005. Ilmu Gizi Klinik Pada Anak. Edisi Ke-IV, Cetakan Ulang.

Jakarta: FKUI. Riyadi H. 1995. Prinsip dan Petunjuk Penilaian Status Gizi. Bogor: Jurusan Gizi

Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian IPB. Rusyantia A. et al. 2006. Kualitas Pengasuhan Dan Lingkungan Rumah Serta

Dengan Hubungan Kualitas Anak Taman Pendidikan Karakter Sutera Alam Di Desa Sukamantari Kabupaten Bogor. Jurnal Media Gizi dan Keluarg, 29.2: 9-17.

Santoso Y. S. & kk. 2005. Manusia Dan Olahraga. Seri Bahan Kuliah ITB.

Bandung : ITB. Sekartini R. 2007. Peran Bermain Dalam Proses Perkembangan Anak. Ikatan

Dokter Anak Indonesia. Jakarta. Silva, Angela et al. 2006. Iron supplementation improves iron status and reduces

morbidity in children with or without upper respiratory tract infections: a randomized controlled study in Colombo, Sri Lanka. The Ma J Clin Nutr. 63:234-241.

Page 101: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

81

Singarimbun, M. Effendi F. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Soetjiningsih.1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Buku Kedokteran (EGC). Suhardjo. 1989. Sosial Budaya Gizi. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan

Gizi [IPB].

,Kusharto.C.1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta: KANISIUS (Anggota IKAPI).

Syarif H. 1997. Membanguna Sumberdaya Manusia Berkualitas. Suatu Telaaha Gizi Masyarkat Dan Sumberdaya Keluarga. Disampaikan Pada Orasi Ilmiah Guru Besar Ilmu Gizi Masyarkat Dan Sumber Daya Keluarga: (6 september 1997).

Sumantri. 2005. Model Pengembangan Ketrampilan Motorik Anak Usia Dini.

Departemen Pedidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Pendidikan. Jakarta.

Sunita. 2005. Psikologi Perkembangan Remaja Bandung: Rosdakarya Offset. Supariasa, Nyoma. 2002. Penilaian status gizi. Cetakan I. Buku Kedoktera ECG.

Jakarta: Buku Kedokteran. Tangkudung J. 2006. Kepelatihan Olahraga Pembinaan Prestasi Olahraga

Jakarta: Cerdas Jaya. Tortora GJ, Anagnostakos NP. Principles of Anatomy and Physiology. Ed ke-6.

New York: Harper & Row Publishers.

[World Health Organization].1995. Physical Status. The Use Interpretasion Of Anthropometry. Geneva: WHO.

2001. Iron Deficiency Anemia, Assessment, Prevention and

control: a guide for Programme Managers. Geneva: WHO.

Page 102: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

32

yang dibagi menjadi 2 kategorik yaitu ”miskin” < Rp.144.000 dan ” tidak

miskin ≥ Rp. 144.000.

4. Pendidikan orang tua adalah lama waktu yang digunakan dalam mengikuti

pendidikan formal di sekolah.

5. Konsumsi pangan adalah nilai dari zat gizi energi, potein, vitamin A, dan

besi (Fe) dari jenis pangan yang dikonsumsi anak usia 48-72-72 bulan

diperoleh melalui recall 2 x 24 jam, dibandingkan dengan angka kecukupan

rata-rata per individu.

6. Status kesehantan adalah riwayat penyakit yang pernah di derita meliputi

diare dan ISPA pada saat satu bulan yang lalu dan saat penelitian berlangsung.

7. Diare adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar (tinja) lebih sering

dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari dan disertai dengan perubahan

konsistensi dan bentuk tinja dan kadang kadang disertai dengan darah atau

lendir.

8. Infeksi saluran pernafasa adalah penyakit menular yang tranmisinya melalui

udara yang ditandai dengan gejala panas atau flu, batuk sesak nafas dan

kadang-kadang disertai dengan kejang atau hilang kesadaran.

9. Haemogobin (Hb) adalah cairan merah dalam darah berfungsi mengangkut

oksigen yang disebarkan ke seluruh tubuh.

10. Aktivitas bermain adalah aktivitas permainan usia 48-72 bulan melibatkan

kombinasi organ fisik yang merangsang pertumbuhan.

11. Staus gizi adalah keadaan gizi usia 48-72 bulan secara atropometri dengan

menggunakan indeks BB/TB.

12. Potensi Atlit adalah kompentensi gerakan fisik yang berhubungan kesegaran

jasmani yaitu: Kecepatan, daya tahan otot, kekuatan otot dan daya tahan

kardiovaskuler.

Page 103: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

82Lampiran 1

Hasil pengujian potensi atlit contoh No Kores Lari 100

m Mengantung Sit-Up Lompat Tegak

Lari Jarak 300 m Skor Potensi atlit

1 101008 2 4 3 3 1 13 kurang 2 101012 1 4 4 3 1 13 kurang 3 101014 2 3 3 3 1 12 kurang 4 101017 2 3 3 3 1 12 kurang 5 101019 3 3 1 2 1 10 kurang 6 101020 3 4 3 2 3 15 sedang 7 101022 2 4 3 3 2 14 sedang 8 102023 3 2 3 4 2 14 sedang 9 102024 2 4 3 2 1 12 kurang

10 103030 2 4 3 3 2 14 sedang 11 103034 1 2 3 2 1 9 sangat kurang 12 103035 2 3 2 3 1 11 kurang 13 103036 2 4 3 4 2 15 sedang 14 104038 2 3 3 3 1 12 kurang 15 104044 2 4 4 3 2 15 sedang 16 105046 2 3 3 2 2 12 kurang 17 105047 3 4 3 3 2 15 sedang 18 105048 2 4 3 3 1 13 kurang 19 105050 2 4 3 3 1 13 kurang 20 106057 2 3 3 3 1 12 kurang 21 106059 1 3 2 2 1 9 sangat kurang 22 106064 2 3 3 2 2 12 kurang 23 209091 2 3 3 2 2 12 kurang 24 209095 2 3 3 3 2 13 kurang 25 209100 2 3 3 3 2 13 kurang 26 209104 3 3 3 3 2 14 sedang 27 209107 2 3 4 2 1 12 kurang 28 210114 3 4 3 3 3 16 sedang 29 210116 2 3 2 3 2 12 kurang 30 210119 3 2 3 3 3 14 sedang 31 210124 2 3 2 3 1 11 kurang 32 211133 3 3 3 3 2 14 sedang 33 211137 3 3 3 3 2 14 sedang 34 211144 3 2 3 2 2 12 kurang 35 212146 3 3 3 3 2 14 sedang 36 212147 3 3 3 3 2 14 sedang 37 212151 2 4 2 2 1 11 kurang 38 213155 2 3 2 3 2 12 kurang 39 213164 3 3 3 3 3 15 sedang 40 213165 1 2 2 3 1 9 sangat kurang 41 213167 3 4 3 3 2 15 sedang 42 213168 3 4 3 2 2 14 sedang 43 213169 4 5 4 3 2 18 baik 44 213170 4 5 3 4 2 18 baik 45 213173 2 3 4 3 2 14 sedang 46 214176 2 3 2 2 2 11 kurang 47 214177 4 3 3 3 2 15 sedang 48 214180 3 4 3 3 3 16 sedang 49 215181 3 4 3 2 3 15 sedang 50 215185 3 3 3 3 2 14 sedang 51 215188 2 3 3 2 2 12 kurang

Page 104: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

83Lampiran 2

Rasio Konsumsi Zat Gizi Contoh Usia 48-72 BulanMalab ara dan Purbasari

No Kores Rasio Energi % Rasio Protein % Rasio Vitamin A % Rasio Besi (Fe) % 101008 79.47 92.36 32.94 139.30

2 101012 71.00 49.58 2.17 88.41 3 101014 64.32 52.78 4.18 65.76 4 101017 64.51 46.75 140.65 83.42 5 101019 59.02 42.47 52.10 83.27 6 101020 105.34 115.80 5.85 129.28 7 101022 68.82 86.96 27.18 139.14 8 102023 63.45 33.24 121.29 57.14 9 102024 83.90 68.66 44.81 43.53

10 103030 88.47 39.00 83.83 58.20 11 103034 83.19 41.43 28.27 62.56 12 103035 58.95 34.19 95.78 49.24 13 103036 92.87 40.39 20.14 45.97 14 104038 83.48 52.65 76.48 63.22 15 104044 71.80 55.04 27.14 43.94 16 105046 82.24 80.27 123.66 67.43 17 105047 96.59 111.57 47.22 120.47 18 105048 82.04 50.25 51.33 62.52 19 105050 91.95 39.47 44.15 57.90 20 106057 83.57 98.26 36.50 58.77 21 106059 52.18 59.80 23.67 55.86 22 106064 92.51 94.54 17.96 51.35 23 209091 77.50 30.96 18.66 83.34 24 209095 88.06 51.71 58.75 71.53 25 209100 77.79 41.24 49.19 58.49 26 209104 69.17 38.23 31.47 64.09 27 209107 63.62 42.91 31.31 53.50 28 210114 60.60 22.28 0.26 33.66 29 210116 66.04 48.91 51.85 56.73 30 210119 74.57 41.40 53.12 73.37 31 210124 59.82 27.41 89.80 69.61 32 211133 70.48 17.26 44.25 31.27 33 211137 79.28 27.01 12.60 53.67 34 211144 69.66 67.17 63.48 104.15 35 212146 83.37 24.11 133.87 32.01 36 212147 74.40 37.31 153.08 80.02 37 212151 85.25 75.90 78.47 124.89 38 213155 57.13 72.52 20.37 101.71 39 213164 79.62 32.69 0.37 55.04 40 213165 78.16 29.46 209.22 49.67 41 213167 99.18 64.66 34.19 54.39 42 213168 86.46 90.33 126.46 54.98 43 213169 90.73 47.06 21.50 61.01 44 213170 73.95 43.48 174.65 99.96 45 213173 86.29 49.00 68.93 57.96 46 214176 108.49 71.01 97.69 73.86 47 214177 93.72 44.30 14.40 30.90 48 214180 101.13 52.56 224.34 74.87 49 215181 82.16 49.78 10.58 65.26 50 215185 81.95 50.19 135.71 53.61 51 215188 62.42 89.57 77.42 181.38

Page 105: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

84Lampiran 3

Hemoglobin dan Status Gizi Contoh Usia 48-72 Bulan di Kebun Teh Malabar dan Purbasari

No Kores Hemoglobin BB/U TB/U BB/TB 1 101008 12.9 -0.739 -1.581 0.36 2 101012 11.9 -1.224 -1.216 -0.744 3 101014 10 -2.449 -2.968 -0.885 4 101017 10.8 -2.835 -3.423 -1.163 5 101019 10.6 -3.999 -3.083 -3.368 6 101020 11.8 -0.353 -2.47 1.747 7 101022 11.6 -2.678 -3.331 -1.033 8 102023 11.2 -3.035 -2.092 -2.633 9 102024 12 -2.274 -3.173 -0.489

10 103030 11.2 -1.733 -2.367 -0.299 11 103034 10.2 -0.777 -1.438 0.164 12 103035 11.2 -0.735 -3.114 1.71 13 103036 11 -1.039 -2.188 0.532 14 104038 10 -1.027 -1.47 -0.188 15 104044 11 -1.59 -2.894 0.223 16 105046 10.2 -1.818 -2.885 0.011 17 105047 11.6 -1.064 -2.084 0.308 18 105048 10.2 -1.097 -3.649 1.809 19 105050 10.8 -1.445 -2.759 0.44 20 106057 11.8 -1.031 -2.112 0.425 21 106059 11.6 -3.278 -4.786 -0.231 22 106064 11.6 -0.852 -2.412 0.815 23 209091 11.2 -1.858 -4.227 1.001 24 209095 10 -0.827 -1.596 0.2 25 209100 10.8 -0.474 -0.6 -0.151 26 209104 12.2 -1.416 -1.682 -0.584 27 209107 11 -2.298 -1.868 -1.722 28 210114 11 -2.553 -3.232 -0.888 29 210116 11.5 -2.177 -3.118 -0.496 30 210119 9.8 -2.177 -3.118 -0.496 31 210124 9.9 -2.185 -3.801 0.278 32 211133 11.2 -1.523 -2.762 0.244 33 211137 11.1 -0.802 -1.79 0.473 34 211144 11.8 -1.967 -2.2 -0.926 35 212146 11 -1.968 -2.302 -0.748 36 212147 12 -1.561 -1.506 -0.962 37 212151 10.8 -2.047 -2.812 -0.482 38 213155 11 -2.105 -2.558 -0.922 39 213164 9.4 -1.333 -1.222 -0.954 40 213165 10.7 -0.922 -3.58 1.992 41 213167 11 0.195 0.166 0.052 42 213168 12.2 -1.7 -2.205 -0.416 43 213169 11.8 -1.186 -1.334 -0.417 44 213170 11.9 -2.576 -3.129 -1.013 45 213173 10.5 -0.706 -3.052 1.708 46 214176 10.7 -1.264 -2.133 0.209 47 214177 12 -0.687 -2.1 0.971 48 214180 13 -0.202 -0.648 0.299 49 215181 12 -1.463 -2.619 0.273 50 215185 12 -2.125 -2.128 -1.207 51 215188 10.3 -1.867 -3.102 0.048

Page 106: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

85 Lampiran 4

Hasil Analisis Korelasi Hubungan antara konsumsi energi dan protein, Besi (Fe) dan vitamin A dengan potensi atlit

potensi

atlit konsumsi

energi konsumsi

protein konsumsi besi konsumsi vitamin

potensi atlit Pearson Correlation 1 .339(*) -.046 -.054 -.031

Sig. (2-tailed) .015 .748 .706 .829 N 51 51 51 51 51konsumsi energi Pearson

Correlation .339(*) 1 .333(*) -.054 .070

Sig. (2-tailed) .015 .017 .705 .624 N 51 51 51 51 51konsumsi protein Pearson

Correlation -.046 .333(*) 1 .599(**) -.126

Sig. (2-tailed) .748 .017 .000 .377 N 51 51 51 51 51konsumsi besi Pearson

Correlation -.054 -.054 .599(**) 1 .008

Sig. (2-tailed) .706 .705 .000 .958 N 51 51 51 51 51konsumsi vitamin Pearson

Correlation -.031 .070 -.126 .008 1

Sig. (2-tailed) .829 .624 .377 .958 N 51 51 51 51 51

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Hubungan antara satus kesehatan dengan potensi atlit

potensi atlit status kesehatan potensi atlit Pearson Correlation 1 .622(**) Sig. (2-tailed) .000 N 51 51status kesehatan Pearson Correlation .622(**) 1 Sig. (2-tailed) .000 N 51 51

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Hubungan antara satus gizi indeks BB/TB dengan potensi atlit

potensi atlit berat badan per

tinggi badan potensi atlit Pearson Correlation 1 -.137 Sig. (2-tailed) .344 N 51 50berat badan per tinggi badan

Pearson Correlation -.137 1

Sig. (2-tailed) .344 N 50 50

Hubungan antara sataus biokimia (Hb) dengan potensi atlit

potensi atlit hemohlobin potensi atlit Pearson Correlation 1 .341(*) Sig. (2-tailed) .014 N 51 51hemohlobin Pearson Correlation .341(*) 1 Sig. (2-tailed) .014 N 51 51

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 107: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

86 Hubungan antara aktivitas bermain dengan potensi atlit

potensi atlit aktivitas bermain potensi atlit Pearson Correlation 1 .304(*) Sig. (2-tailed) .030 N 51 51aktivitas bermain Pearson Correlation .304(*) 1 Sig. (2-tailed) .030 N 51 51

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Lampiran 5. Hasil Analsisi cross-tab antara Jenis Kelamin dengan Potensi Atlit contoh.

Kategori Laki-laki Perempuan Total Lari cepat 100 meter n % n % n % Sangat kurang 1 3.33 3 14.29 4 7.84 Kurang 16 53.33 10 47.62 26 50.98 Sedang 10 33.33 8 38.10 18 35.29 Baik 3 10.00 0 0.00 3 5.88 Sangat baik 0 0 0 0 0 0.00 Total 30 100 21 100 51 100 Menggantung Sangat Kurang 0 0 0 0 0 0.00 Kurang 1 3.33 4 19.05 5 9.80 sedang 14 46.67 13 61.90 27 52.94 Baik 13 43.33 4 19.05 17 33.33 Sangat baik 2 6.67 0 0.00 2 3.92 Total 30 100 21 100 51 100 Baring duduk atau sit-up Sangat Kurang 0 0.00 1 4.76 1 1.96 Kurang 5 16.67 3 14.29 8 15.69 sedang 22 73.33 15 71.43 37 72.55 Baik 3 10.00 2 9.52 5 9.80 Sangat baik 0 0 0 0 0 0.00 Total 30 100 21 100 51 100.00 Lompat tegak Sangat Kurang 0 0 0 0 0 0.00 Kurang 7 23.33 8 38.10 15 29.41 sedang 21 70.00 12 57.14 33 64.71 Baik 2 6.67 1 4.76 3 5.88 Sangat baik 0 0 0 0 0 0.00 Total 30 100 21 100 51 100 Lari 300 meter Sangat Kurang 8 26.67 9 42.86 17 33.33 Kurang 17 56.67 11 52.38 28 54.90 sedang 5 16.67 1 4.76 6 11.76 Baik 0 0 0 0 0 0.00 Sangat baik 0 0 0 0 0 0.00 Total 30 100 21 100 51 100.

Page 108: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

87Lampiran 6.

Hasil Analsisi Cross-tab Antara Frekuensi Diare, ISPA, Status Gizi, Status Anemia, Aktivitas Bermain dengan Potensi Atlit Contoh.

Sebaran Contoh Berdasarkan Frekuensi Diare dengan Potensi Atlit.

Frekuesi Sakit Diare Potensi atlit Tidak sakit % 1-2 kali % >3 % Sangat baik 0 0 0 0 0 0 Baik 2 5.41 0 0.00 0 0 Sedang 18 48.65 3 21.43 0 0 Kurang 15 40.54 10 71.43 0 0 Sangkat kurang 2 5.41 1 7.14 0 0 Total 37 100. 14 100 100 0

Sebaran contoh berdasarkan frekuensi ispa dengan potensi atlit.

Frekuesi ISPA Potensi atlit Tidak sakit % 1-2 kali % >3 % Sangat baik 0 0 0 0 0 0 Baik 0 0.00 2 8.70 0 0.00 Sedang 15 78.95 6 26.09 0 0.00 Kurang 3 15.79 14 60.87 8 88.89 Sangkat kurang 1 5.26 1 4.35 1 11.11 Total 19 100 23 100.00 9 100

Sebaran contoh berdasarkan status gizi dengan potensi atlit.

Status Gizi (BB/TB) Potensi atlit z skor >-

3 % z skor-3 s/d -2 % normal z skor

-2 s/d 2 % Obes z skor 2> %

Sangat baik 0 0 0 0 0 0 0 0 Baik 0 0 0 0 2 4.08 0 0 Sedang 0 0 1 100 20 40.82 0 0 Kurang 1 100 0 0 24 48.98 0 0 Sangkat kurang 0 0 0 0 3 6.12 0 0 Total 1 100 1 100 49 100. 0 0

Sebaran contoh berdasarkan status haemoglobin (Hb) dengan potensi atlit.

Status biokimia (Hb) Potensi atlit Normal % Anemia %

Sangat baik 0 0 0 0 Baik 2 10.53 0 0 Sedang 9 47.37 12 37.5 Kurang 7 36.84 18 56.25 Sangkat kurang 1 5.26 2 6.25 Total 19 100.00 32 100

Page 109: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS BERMAIN … · recall 24 jam selama 2 hari yang dikonversikan ke dalam nilai gizi dengan DKBM. ... manusia di Moloku Kie Raha. 3. Bapak Drs

88Sebaran contoh berdasarkan aktivitas bermain dengan potensi atlit.

aktivitas bermain Potensi atlit Sangat

baik % Baik % Sedang % Kurang % Sangat kurang 0

Sangat baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Baik 0 0.00 2 8.70 0 0 0 0 0 0 Sedang 9 52.94 9 39.13 3 30 0 0 0 0 Kurang 8 47.06 12 52.17 5 50 0 0 0 0 Sangkat kurang 0 0.00 0 0.00 2 20 1 100 0 0 Total 17 100.00 23 100. 10 100 1 100 0 0

Lampiran 7 Sebaran hasil pengukuran gabungan potensi atlit kategori baik.

Pengujian potensi atlit Baik

Kecepatan gerak dan ketahanan otot 19.6%

Kecepatan gerak , ketahanan dan kekuatan otot 16.33%

Kecepatan gerak , ketahanan, kekuatan otot dan kekuatan eksplosif 13.72%

Kecepatan gerak , ketahanan, kekuatan otot, kekuatan eksplosif dan ketahanan kardiovaskuler 10.98%