14
HUBUNGAN ANTARA USIA DAN BODY MASS INDEX (BMI) DENGAN FENOTIPE MOLEKULER ESTROGEN RESEPTOR (ER) PADA PASIEN INVASIVE BREAST CARCINOMA OF NO SPECIAL TYPE (NST) DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Oleh: NABILA MAHARANI AHMADI PUTRI J 500 140 058 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

HUBUNGAN ANTARA USIA DAN BODY MASS INDEX (BMI) … filehubungan antara usia dan body mass index (bmi) dengan fenotipe molekuler estrogen reseptor (er) pada pasien invasive breast carcinoma

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA USIA DAN BODY MASS INDEX (BMI) … filehubungan antara usia dan body mass index (bmi) dengan fenotipe molekuler estrogen reseptor (er) pada pasien invasive breast carcinoma

HUBUNGAN ANTARA USIA DAN BODY MASS INDEX (BMI) DENGAN

FENOTIPE MOLEKULER ESTROGEN RESEPTOR (ER) PADA PASIEN

INVASIVE BREAST CARCINOMA OF NO SPECIAL TYPE (NST) DI

RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Oleh:

NABILA MAHARANI AHMADI PUTRI

J 500 140 058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: HUBUNGAN ANTARA USIA DAN BODY MASS INDEX (BMI) … filehubungan antara usia dan body mass index (bmi) dengan fenotipe molekuler estrogen reseptor (er) pada pasien invasive breast carcinoma

i

Page 3: HUBUNGAN ANTARA USIA DAN BODY MASS INDEX (BMI) … filehubungan antara usia dan body mass index (bmi) dengan fenotipe molekuler estrogen reseptor (er) pada pasien invasive breast carcinoma

ii

Page 4: HUBUNGAN ANTARA USIA DAN BODY MASS INDEX (BMI) … filehubungan antara usia dan body mass index (bmi) dengan fenotipe molekuler estrogen reseptor (er) pada pasien invasive breast carcinoma

iii

Page 5: HUBUNGAN ANTARA USIA DAN BODY MASS INDEX (BMI) … filehubungan antara usia dan body mass index (bmi) dengan fenotipe molekuler estrogen reseptor (er) pada pasien invasive breast carcinoma

1

HUBUNGAN ANTARA USIA DAN BODY MASS INDEX (BMI) DENGAN

FENOTIPE MOLEKULER ESTROGEN RESEPTOR (ER) PADA PASIEN

INVASIVE BREAST CARCINOMA OF NO SPECIAL TYPE (NST) DI

RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Abstrak

Kejadian kanker payudara di Indonesia menduduki peringkat tertinggi yang diderita

oleh wanita. Usia merupakan independent risk factor. Angka kejadian obesitas juga

meningkat seiring dengan umur akan meningkatkan resiko kanker payudara. Salah

satu metode yang dapat memberikan prognosis dan jenis terapi terhadap kanker

payudara adalah Immunohistokimia dengan keberadaan dan status Estrogen

reseptor-Progesteron reseptor (ER-PR) dan HER-2 (Human Epidermal Growth

Factor Receptor). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia

dan BMI dengan fenotipe molekuler ER pada pasien Invasive breast carcinoma of

no special type (NST) di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Penelitian

ini menggunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel

diambil dengan prinsip Purposive Sampling. Penelitian ini menggunakan data

primer rekam medis. Jumlah sampel sebesar 134. Analisis data yang digunakan

yaitu uji Chi Square. Hasil distribusi sampel penelitian berdasarkan usia terdapat

114 pasien usia > 40 tahun (85,1%) dan 20 pasien usia ≤ 40 tahun (14,9%). Hasil

distribusi sampel penelitian berdasarkan BMI terdapat 54 pasien (40,3%) yang

dikategorikan mengalami obesitas (BMI 25 kg/m2) dan 80 pasien (59,7%) dan

non obesitas (BMI < 25 kg/m2). Hasil distribusi pengujian IHK menunjukkan

bahwa ER+ ditemukan pada 40 pasien (29,9%) sedangkan ER- 94 pasien (70,1%).

Uji Chi Square hubungan antara usia dengan fenotipe molekuler ER menunjukan

hasil p = 0,297. Uji Chi Square hubungan antara BMI dengan fenotipe molekuler

ER menunjukan hasil p = 0,008. Tidak terdapat hubungan antara usia dengan

fenotipe molekuler ER. Terdapat hubungan antara BMI dengan fenotipe molekuler

ER. Obesitas (BMI 25 kg/m2) berhubungan dengan ER positif.

Kata Kunci: Estrogen Reseptor, Imunohistokimia, Usia, BMI, Breast Cancer.

Abstract

The case of breast cancer in indonesia is the highest rank among the woman. The

age is the independent risk factor. The obesity rates also increase the risk of breast

cancer. One of the methods which can provide prognosis and the kind of breast

cancer therapy is progesteron reseptor (ER-PR) and HER 2 ( Human Epidermal

Growth factor receptor). The purpose of the research is to know the correlation

between the age and BMI with molecular phenotype Estrogen Reseptor (ER) on

invasive Breast carcinoma of no special type (NST) patient in PKU muhammadiyah

Surakarta. This research uses observational analytic with cross sectional design.

The sample was taken by using purposive sampling. This research uses primary

data record. The samples are 134 patients. The data analysis is chi square. The

result based on the age there were 114 patients at the age > 40 years old (85,1%)

and 20 patients at the age ≤ 40 y.o (14,9%). the result of the research based on the

Page 6: HUBUNGAN ANTARA USIA DAN BODY MASS INDEX (BMI) … filehubungan antara usia dan body mass index (bmi) dengan fenotipe molekuler estrogen reseptor (er) pada pasien invasive breast carcinoma

2

BMI there were 54 patients (40.3%) were categorised as obese (BMI <25 kg/m²).

The result of IHK test showed that ER+ was found on 40 patients (29.9%) and ER-

94 patients (70.1%). Chi square test between the age and molecular phenotype ER

showed that the result of p = 0.297. Chi square test between BMI and molecular

phenotype ER showed that the result of p= 0.008. There is no correlation between

the age and molecular phenotype. There is correlation between BMI and molecular

phenotype. Obesity ( BMI ≥ 25kg/m²) has positive correlation with ER positive.

Keywords: Estrogen reseptor, Immunohistochemistry, Age , BMI, Breast Cancer.

1. PENDAHULUAN

Kanker payudara berasal dari pertumbuhan berlebihan atau

perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel atau jaringan payudara yang dapat

berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya (Romadhon, 2013). Kanker

payudara merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di dunia.

Diperkirakan lebih dari 508.000 wanita di dunia meninggal pada tahun 2011

akibat kanker payudara (WHO, 2014). Klasifikasi kanker payudara dibagi

menjadi In situ carcinoma dan Invasive carcinoma (Rosai, 2011). Tipe Invasive

carcinoma of no special type (NST) merupakan tipe tersering pada kanker

payudara (Syukri, Fidiawati, & Tripriadi, 2016).

Kejadian kanker payudara di Indonesia menduduki peringkat tertinggi

yang diderita oleh wanita. Insiden kanker payudara pada perempuan sebanyak

48.998 kasus (30,5%). Pada tahun 2012 kematian yang disebabkan oleh kanker

payudara sebanyak 19.750 kematian atau 21 ,5% (Ferlay , et al., 2012). Provinsi

Jawa Tengah memiliki jumlah penderita kanker payudara sebanyak 11.511 jiwa.

Surakarta menjadi kota dengan jumlah penderita kanker payudara terbanyak di

Jawa Tengah (Depkes RI, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Juliade Chatrin

pada tahun 2016, memberikan data bahwa terdapat 288 orang yang terdiagnosis

kanker payudara di RSUD Dr. Moewardi (Chatrin, 2016).

Terdapat beberapa faktor risiko kanker payudara yang meliputi faktor

reproduksi (usia menarche dini, kehamilan pertama pada usia lanjut, paritas yang

rendah, dan masa laktasi), faktor endokrin (kontrasepsi oral, terapi sulih hormon,

usia lebih dari 75 tahun dengan densitas payudara 75%, dan hiperplasi atipik),

faktor diet (konsumsi alkohol dan obesitas), dan faktor genetik yaitu anggota

keluarga dengan kanker payudara dan riwayat keluarga dengan kanker ovarium

Page 7: HUBUNGAN ANTARA USIA DAN BODY MASS INDEX (BMI) … filehubungan antara usia dan body mass index (bmi) dengan fenotipe molekuler estrogen reseptor (er) pada pasien invasive breast carcinoma

3

(Rasjidi, 2010). Usia merupakan faktor penting untuk risiko rekurensi tanpa

tergantung faktor lainnya yang biasa disebut dengan independent risk factor

(Azamris & Bachtiar, 2015). Kelompok usia 25-34 tahun, 35-44 tahun, dan 45-

54 tahun memiliki risiko tinggi terhadap kanker karena pola makan dan gaya

hidup yang tidak sehat (Depkes RI, 2015). Wanita usia 50 tahun keatas atau pada

waktu pre- menopause, memiliki kadar estrogen yang tinggi pada jaringan

payudara. Hal ini seringkali dianggap berasal dari tingginya uptake dari hormon

dalam sirkulasi (Suparman & Suparman, 2014).

Riset kesehatan dasar tahun 2010 di Indonesia, mengalami kenaikan

angka prevalensi gizi yang semula 12,2% pada tahun 2007, menjadi 14,2% pada

tahun 2010. Selain itu peningkatan berat badan atau body mass index (BMI) akan

meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, kolon, prostat, endometrium,

ginjal dan kandung empedu. Sehingga angka mortalitas juga meningkat seiring

dengan peningkatan berat badan (Hamdy, 2013).

Wanita mempunyai prevalensi dua kali lebih banyak mengalami obesitas

dibandingkan pada pria. Angka kejadian obesitas juga meningkat seiring dengan

umur, terutama diatas 50 tahunan atau 60 tahunan (Hamdy, 2013).

Salah satu metode yang dapat memberikan prognosis dan jenis terapi

terhadap kanker payudara adalah Immunohistokimia (Iabellapansa, Muhimmah,

& Indrayanti, 2013). Immunohistokimia (IHK) merupakan suatu teknik yang

digunakan untuk mengidentifikasi molekul tertentu seperti protein dalam suatu

jaringan dengan memanfaatkan prinsip pengikatan antibodi. IHK pada kanker

payudara digunakan untuk mengetahui keberadaan dan status Estrogen reseptor-

Progesteron reseptor (ER-PR) dan HER-2 (Human Epidermal Growth Factor

Receptor) yang dapat digunakan sebagai biomarker untuk prognostik dan

prediktif spesifik pada pasien dengan kanker payudara. Marker ini berperan

penting terhadap terapi hormonal. ER merupakan biomarker pada kanker

payudara, karena hormon ini menyediakan indeks kepekaan terhadap

pengobatan endokrin (Dowsett & Weigel, 2010).

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Hubungan antara usia dan BMI (Body Mass Index) dengan fenotipe

Page 8: HUBUNGAN ANTARA USIA DAN BODY MASS INDEX (BMI) … filehubungan antara usia dan body mass index (bmi) dengan fenotipe molekuler estrogen reseptor (er) pada pasien invasive breast carcinoma

4

molekuler (Esterogen Reseptor) ER pada pasien Invasive breast carcinoma of

no special type (NST) di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta”.

2. METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasional

analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Oktober-November 2017. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh rekam

medis hasil PA pasien kanker payudara tipe NST di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan

sampel dilakukan secara purposive sampling, dan dengan besar sampel

penelitian minimal dalah 47 sampel, namun dalam penelitian didapatkan 134

sampel.

Cara Kerja :

Langkah I : Peneliti menentukan sampel dengan cara purposisve sampling

untuk seluruh rekam medis hasil PA pasien kanker payudara tipe NST di Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Kemudian menghitung besar sampel

dengan menggunakan rumus. Besar sampel penelitian minimal dalah 47 sampel,

namun dalam penelitian didapatkan 134 sampel.

Langkah II : Mengkategorikan sampel berdasar ER+ dan ER-, kemudian dilihat

usia dan BMI

Langkah III : Usia dikategorikan menjadi ≤ 40 tahun (kurang dari sama dengan

40 tahun) dan > 40 tahun (lebih dari 40 tahun). BMI dikategorikan menjadi

obesitas dan non obesitas.

Langkah IV : Edit, mengkodekan, memasukkan, & membersihkan data.

Langkah V : Analisis data menggunakan uji hipotesis beda proporsi chi-square.

Page 9: HUBUNGAN ANTARA USIA DAN BODY MASS INDEX (BMI) … filehubungan antara usia dan body mass index (bmi) dengan fenotipe molekuler estrogen reseptor (er) pada pasien invasive breast carcinoma

5

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Hasil Analisis Statistik

1.1.1 Data Demografi

Penelitian ini memiliki hasil pengujian immunohistokimia

menunjukkan bahwa PR (Progesteron Reseptor) positif ditemukan

pada 32 pasien (23,8 %) sedangkan 102 pasien (76,2%) yang lain

dikategorikan memiliki PR negatif. Tingkat pendidikan paling

banyak adalah SMA sebanyak 56 responden (41,8%), perguruan

tinggi sebanyak 37 responden (27,6%), SD sebanyak 26 responden

(19,4%), SMP sebanyak 15 responden (11,2%).

1.1.2 Deskripsi Sampel Penelitian

Hasil distribusi sampel penelitian berdasarkan usia terdapat

114 pasien usia > 40 tahun (85,1%) dan 20 pasien usia ≤ 40 tahun

(14,9%). Hasil distribusi sampel penelitian berdasarkan BMI

terdapat 54 pasien (40,3%) yang dikategorikan mengalami obesitas

(BMI 25 kg/m2) dan 80 pasien (59,7%) dan non obesitas (BMI <

25 kg/m2). Hasil distribusi pengujian IHK menunjukkan bahwa ER+

ditemukan pada 40 pasien (29,9%) sedangkan ER- 94 pasien

(70,1%).

1.1.3 Analisis Statistik

Uji Chi Square hubungan antara usia dengan fenotipe

molekuler ER menunjukan hasil p= 0,297. Uji Chi Square hubungan

antara BMI dengan fenotipe molekuler ER menunjukan hasil

p=0,008.

1.2 Pembahasan

Estrogen reseptor (ER) merupakan marker biologi yang paling

penting pada kanker payudara. Struktur ER pada pasien kanker payudara

dapat menjadi respon prediktif terhadap terapi hormonal. Ekspresi protein

ER meningkatkan prognosis terhadap penyakit kanker payudara (Lari &

Kuerer, 2011). Secara kuantitatif dikatakan bahwa kadar ER meningkat

dengan meningkatnya usia. Tumor dengan ER negatif memperlihatkan

Page 10: HUBUNGAN ANTARA USIA DAN BODY MASS INDEX (BMI) … filehubungan antara usia dan body mass index (bmi) dengan fenotipe molekuler estrogen reseptor (er) pada pasien invasive breast carcinoma

6

proliferasi dan pertumbuhan tumor lebih agresif demikian juga angka

kekambuhan tinggi (Ramli, 2015). Estrogen reseptor diekspresikan secara

berlebihan pada sekitar 70% dari kanker payudara yang dikenal sebagai ER

positif. Status reseptor estrogen digunakan untuk menentukan sensitifitas

lesi kanker payudara terhadap terapi anti estrogen dan untuk menilai

sensitifitas kemoterapi preventif pada wanita yang memiliki risiko tinggi

kanker payudara (Choridah, 2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia dengan kriteria di atas 40

tahun dan 40 tahun ke bawah tidak berhubungan signifikan dengan status

ER (p=0,297). Hanya secara klinis hasil observasi memperlihatkan

kecenderungan prevalensi ER positif yang lebih tinggi pada wanita

penderita kanker payudara tipe NST berusia lebih dari 40 tahun

dibandingkan pada penderita berusia 40 tahun ke bawah. Hal ini dapat

disebabkan karena semakin tua usia (dengan asumsi usia menarche yang

tidak terlalu variatif) maka paparan estrogen yang dialami akan lebih

banyak. Dalam studi yang lain, sekitar duapertiga wanita penderita

karsinoma payudara berumur <50 tahun mempunyai ekspresi ER positif,

sementara sekitar 80% tumor pada wanita berusia >50 tahun adalah ER

positif (Payne SJ, 2008 ). Tingginya kadar estrogen pada jaringan payudara

wanita pascamenopause seringkali dianggap berasal dari tingginya uptake

dari hormon dalam sirkulasi (Suparman, 2014). Peningkatan risiko terkena

kanker payudara meningkat pada usia 30 tahun atau pada usia reproduktif

yang kemudian setelah itu meningkat dengan kecepatan yang lebih rendah.

Peningkatan risiko ini terjadi karena pada usia tersebut wanita akan

mengalami perubahan siklus menstruasi yang membuat mereka tidak

berovulasi, atau tetap berovulasi namun tidak menghasilkan hormon

progesteron yang mencukupi sehingga level hormon estrogen yang akan

meningkat (Rukmi & Handayani, 2014).

Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan adanya hubungan

signifikan antara BMI dengan status ER (p=0,008). Obesitas (BMI 25

Page 11: HUBUNGAN ANTARA USIA DAN BODY MASS INDEX (BMI) … filehubungan antara usia dan body mass index (bmi) dengan fenotipe molekuler estrogen reseptor (er) pada pasien invasive breast carcinoma

7

kg/m2 menurut kriteria Asia Pasifik) pada penderita kanker payudara tipe

NST berhubungan dengan ER positif. Hal ini sebagaimana yang

dikemukakan oleh Balasubramaniam et al. (2013) dalam studinya bahwa

obesitas meningkatkan risiko kanker payudara. Pada wanita yang

mengalami obesitas dan pola diet makanan berlemak dengan frekuensi yang

tinggi dapat meningkatkan konsentrasi estrogen dalam darah yang akan

meningkatkan risiko terkena kanker payudara karena efek proliferasi dari

estrogen pada duktus ephitelium payudara (Indrati, et al., 2010). Selain itu,

terdapat beberapa bukti yang menunjukkan perubahan metabolik pada

pasien kanker payudara dengan Body Mass Index (BMI) tinggi. BMI

berhubungan dengan resistansi insulin dan khususnya perubahan terkait

produksi sitokin oleh jaringan adiposa. Jaringan tersebut merupakan

kontributor utama terhadap sifat agresif dari kanker payudara yang

berkembang melalui pengaruhnya terhadap angiogenesis dan stimulasi

kemampuan invasif dari sel kanker (Sarifudin, A. Prihartono, & Guatama,

2016).

4. PENUTUP

Dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan

antara usia dengan fenotipe molekuler ER pada Invasive carcinoma mammae of

no special type (p=0,297) dan terdapat hubungan antara BMI dengan fenotipe

molekuler ER pada Invasive carcinoma mammae of no special type. Obesitas

(BMI 25 kg/m2) berhubungan dengan ER positif (p=0,008).

Penelitian ini memberikan informasi mengenai faktor yang terbukti

terkait dengan kanker payudara yaitu obesitas. Oleh karena itu para wanita

disarankan untuk menerapkan gaya hidup yang dapat menjaga kesehatan dan

mencegah dari obesitas. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

pertimbangan untuk meningkatkan prognosis pada penderita kanker payudara.

Penelitian lebih lanjut tetap diperlukan dengan beberapa saran diantaranya:

pelibatan faktor-faktor lain selain usia dan BMI, diperlukan wawancara BMI

awal terdiagnosis dan setelah terapi, dilengkapi stadium klinis dan hasil USG

Page 12: HUBUNGAN ANTARA USIA DAN BODY MASS INDEX (BMI) … filehubungan antara usia dan body mass index (bmi) dengan fenotipe molekuler estrogen reseptor (er) pada pasien invasive breast carcinoma

8

tumor, analisis lebih komprehensif dengan protein-protein lain seperti PR dan

HER, dengan sampel lebih banyak dan cakupan yang lebih luas.

PERSANTUNAN

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Dr.Yuni Prastyo Kurniati,

Sp.PA, M.M.Kes, Dr. Erika Diana Risanti, M.Sc, dan Prof. DR. Dr. EM

Sutrisna. M.Kes yang telah membimbing, memberikan saran dan nasihat kepada

penulis dalam skripsi ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Page 13: HUBUNGAN ANTARA USIA DAN BODY MASS INDEX (BMI) … filehubungan antara usia dan body mass index (bmi) dengan fenotipe molekuler estrogen reseptor (er) pada pasien invasive breast carcinoma

9

DAFTAR PUSTAKA

Azamris, I., & Bachtiar, H. (2015). Perbandingan Prognosis Subtipe Molekuler

Kanker Payudara Antara Pasien Kanker Payudara Wanita Usia Muda dan

Tua Di Rsup Dr. M. Djamil Padang. MKA, Volume 38, Nomor 3, pp. 209.

Balasubramaniam, S., Rotti, S., Vivekanandam, S., 2013. Risk factors of female

breast carcinoma: A Case control study at Puducherry. Indian J Cancer,

50(1), pp.65-70.

Chatrin, J. (2016). Gambaran Self Efficacypasien Kanker Payudara dalam

Perawatan Mandiri Tanda dan Gejala Selama Menjalani Kemoterapi Di

RSUD Dr. Moewardi 2016. Semarang: Universitas Diponegoro Semarang.

Choridah, L., 2013. Densitas mamografi metode nilai ambang, kadar estradiol, dan

polimorfisme reseptor estrogen 1 sebagai prediktor kanker payudara.

Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gajahmada. Dissertation.

Depkes RI. (2013). Situasi Penyakit Kanker. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Depkes RI. (2015). Situasi Penyakit Kanker. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Dowsett, M., & Weigel, M. T. (2010). Current and emerging biomarkers in breast:

and prediction. Endocrine-Related Cancer, 17, R245–R262.

Ferlay , J., Soerjomataram , I., Ervik , M., Dikshit , R., Eser , S., Mathers , C., . . .

Bray, F. (2012). Cancer Incedence and Mortality Worldwide: IARC

CancerBase No.11. France: http://globocan.iarc.fr.

Hamdy. (2013). Obesity. Retrieved from www.medscape.com:

http://emedicine.medscape.com/article/123702-overview#a1

Iabellapansa, A., Muhimmah, I., & Indrayanti. (2013). Klasifikasi Citra

Imunohistokimia Sel Kanker Payudara HER2 Skore 1+ dan 3+. Seminar

Nasional Informatika Medis (SNIMed) ,, 4 (24), IV, p. 25.

Indirati, R., 2010, Faktor faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian kanker

payudara wanita, (http://eprints.undip.ac.id/5248/1/Rini_Indarti.pdf,

diakses tanggal 10 Januari 2018)

Lari, S. A., Kuerer , H. M., 2011. Biological markers in dcis and risk of breast

recurrence: A Systematic review. Journal of Cancer, vol.2, p. 2.

Payne SJ, B. R. (2008 ). Predictive markers in breast cancer the present.

Histopathology, 52(1):82-90.

Ramli, M., 2015. Update breat carcer management diagnostic and treatment.

Majalah kedokteran Andalas. 38, No. Supl. 1.

Rasjidi, I. (2010). Epidemiologi Kanker pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto.

Page 14: HUBUNGAN ANTARA USIA DAN BODY MASS INDEX (BMI) … filehubungan antara usia dan body mass index (bmi) dengan fenotipe molekuler estrogen reseptor (er) pada pasien invasive breast carcinoma

10

Romadhon, Y.A. 2013. Gangguan siklus sel dan mutasi gen pada kanker payudara.

CDK. 40(10). pp. 786-9

Rosai, J. (2011). Rosai and Ackerman's Surgical Pathology 10th ed. Vol 2. New

York: Elsevier.

Rukmi, D. K.; Handayani, D., 2014. Faktor risiko kanker payudara pada wanita di

RSUD Panembahan Senopati Bantul. Media Ilmu Kesehatan , vol 3, pp.3

Sarifudin, A. Prihartono, N., & Guatama, W. (2016). Pengaruh Indeks Massa Tubuh

terhadap Disease-Free Survival Lima Tahun Pasien Kanker Payudara di

Rumah Sakit Kanker "Dharmais" Jakarta. Indonesian Journal of Cancer,

Vol. 10.

Suparman, E., & Suparman, E. (2014). Peran Esterogen dan Progesteron Terhadap

Kanker Payudara. Jurnal Biomedik (JBM), Volume 6, Nomor 3, hlm. 141-

148.

Syukri, N. A., Fidiawati, W. A., & Tripriadi, E. S. (2016). Profil Pemeriksaan

Indeks Proliferatif KI-67 Pada Penderita Kanker Payudara di RSUD Arifin

Achmad. JOM FK , 3, 1.

WHO. (2014). WHO Breast Cancer: prevention and control. WHO.