32
Hubungan Kurikulum, Guru, dan Pengajaran A. Pengertian Kurikulum, Guru, dan Pengajaran Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk pembelajaran siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, penndidikan dasar, dan Pendidikan menengah. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun dari beberapa unsur yaitu manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang satu dengan lainnya saling mempengaruhi dalam pencapaian tujuan pembelajaran. B. Hubungan Kurikulum, Guru, dan Pengajaran Dalam setiap program pendidikan pasti mempunyai kurikulum, yang mana kurikulum tersebut biasanya tertuang dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP), yang berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kurikulum dalam suatu sekolah. Jadi guru dalam pelaksanaan kurikulum ini sangat berperan dalam mentrasformasikan nilai-nilai yang terkandung dalam buku kurikulum sesuai dengan petunjuknya kepada siswa dengan proses belajar mengajar.

Hubungan Kurikulum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

berisi hubungan antara kurikulum

Citation preview

Hubungan Kurikulum, Guru, dan Pengajaran 

A.    Pengertian Kurikulum, Guru, dan Pengajaran

         Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk pembelajaran siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran.

         Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, penndidikan dasar, dan Pendidikan menengah.

         Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun dari beberapa unsur yaitu manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang satu dengan lainnya saling mempengaruhi dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

 

B.     Hubungan Kurikulum, Guru, dan Pengajaran

Dalam setiap program pendidikan pasti mempunyai kurikulum, yang mana kurikulum tersebut biasanya tertuang dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP), yang berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kurikulum dalam suatu sekolah. Jadi guru dalam pelaksanaan kurikulum ini sangat berperan dalam mentrasformasikan nilai-nilai yang terkandung dalam buku kurikulum sesuai dengan petunjuknya kepada siswa dengan proses belajar mengajar.

Maka dari itu, berhasil tidaknya kurikulum banyak tergantung atas peranan guru yang dapat dilakukan dalam pengembangan kurikulum, antara lain:

1.      Guru sebagai perencana pengajaran, ia harus membuat perencanaan pengajaran dan persiapan sebelum melakukan kegiatan mengajar.

2.      Guru sebagai pengelola pengajaran harus dapat menciptakan situasi belajar yang memungkinkan tercapainya tujuan pengajaran yang telah ditentukan.

3.      Guru sebagai evaluator, artinya ia melakukan pengukuran untuk mengetahui apakah anak telah mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan. (Burhan Nurgiyantoro, 1988 : 57)

Dalam melaksanakan peranan-peranan di atas, guru dituntut untuk mampu mengembangkan sikap profesional guru, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab pendidikan. Guru profesional, dalam hubungan ini, adalah guru yang memiliki keahlian sebagai guru, artinya guru itu harus mempunyai kompetensi atau kemauan dasar sebagai syarat untuk memangku profesi tersebut.

Kompetensi guru, seperti dikemukakan oleh Glasser, ada empat hal, yakni:

a.       Menguasai bahan pelajaran

b.      Kemampuan mendiagnosis kelakuan siswa

c.       Kemampuan melaksanakan proses pengajaran

d.      Kemampuan mengukur hasil belajar siswa (Nurhaida Amir dan Rudito, 1981: 1)

Jadi, guru dalam mengemban tugas sebagai seorang pengajar, minimal harus mampu:

Pertama, menguasai silabus atau GBPP serta petunjuk pelaksanaannya. Dimaksudkan dengan hal ini ialah seorang guru harus mampu memahami aspek-aspek berikut ini:

a.       Tujuan yang ingin/hendak dicapai

b.      Isi/materi bahan pelajaran dari setiap pokok bahasan/topik

c.       Alokasi waktu untuk setiap topik perkuliahan/bahan pelajaran

d.      Alat dan sumber belajar yang akan digunakan

Kedua, terampil menyusun program pengajaran/perkuliahan. Dalam hal ini dimaksudkan pengajar harus trampil dalam mengemas dan menyusun serta merumuskan bahan pelajaran. Mulai dari merumuskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai sampai pada teknik evaluasi yang akan digunakan untuk menilai hasil belajar siswa.

Ketiga, terampil melaksanakan proses belajar mengajar. Artinya terampil dalam mengimplementasikan kurikulum, yaitu mengaktualisasikan standar pendidikan dalam proses belajar mengajar di kelas kepada peserta didik. Termasuk dalam kawasan ini terampil dalam menerapkan berbagai metode, strategi, pendekatan, kiat, seni mengajar, memilih dan menetapkan sumber belajar yang tepat, menggunakan media pengajaran dan sebagainya.

Keempat, terampil dalam menilai hasil belajar siswa, yaitu mengevaluasi sejauh mana apa yang telah disampaikan kepada peserta didik di dalam proses belajar mengajar yang disebutkan terdahulu telah dapat dikuasai oleh siswa/peserta didik. Atau dengan kata lain trampil menilai sejauh mana materi/bahan pelajaran yang telah diberikan sudah menjadi milik siswa.

Kurikulum, guru, dan pengajaran saling berhubungan satu sama lain. Kurikulum tentunya merupakan awal atau rancangan bagaimana pendidikan nantinya akan dijalankan. Kesesuaian kurikulum dalam instansi pendidikan akan mempermudah seorang guru dalam menentukan model dan metode mengajarnya serta mempermudah dalam menyiapkan dan menyampaikan materi pembelajaran nantinya. Dengan adanyakesesuaian kurikulum, model dan metode mengajar yang disesuaikan oleh guru diharapkan kualitas pendidikan juga akan meningkat. Hal ini mungkin terjadi karena sejak dari awal telah ditetapkan bagaimana rancangan pendidikan nantinya dijalankan dengan perencanaan kurikulum yang baik dan relevan.

Melaksanakan kurikulum merupakan kegiatan inti dari proses perencanaan. Melaksanakan kurikulum yang dimaksudkan dalam studi ini guru mampu mengimplementasikannya dalam proses belajar mengajar (Depdikbud dalam Rusman, 69). Di Indonesia, kurikulum disusun dan berlaku secara Nasional untuk semua sekolah pada jenjang yang sama. Ini dimaksudkan untuk mewujudkan cita-cita Nasional Bangsa Indonesia. Setiap kurikulum selalu berisikan sesuatu yang dicita-citakan dalam bidang pendidikan artinya hasil belajar yang diinginkan agar dimiliki oleh anak didik.  Untuk mewujudkan cita-cita yang terdapat dalam kurikulum, para gurulah yang memegang peranan sentral dalam pelaksanaan kurikulum tersebut.

Selain itu, kurikulum dan pembelajaran memiliki hubungan yang sangat erat karena kurikulum itu sendiri merupakan mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari siswa untuk memperoleh pengetahuan. Dalam melaksanakan hal tersebut tentu tidak lepas dari unsur-unsur seperti manusiawi (guru), material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur-prosedur yang semua itu disebut dengan pembelajaran. Maka kurikulum, guru, dan pembelajaran tidak dapat berdiri sendiri karena saling berhubungan erat dan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Jadi, kurikulum, guru, dan pembelajaran memiliki peranan yang penting dalam pendidikan.

 

Fungsi guru dalam hubungan kurikulum dalam pengajaran

1. Guru memegang peranan penting dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar. Salah satunya fungsi guru yaitu untuk memperbaiki situasi belajar. Selain itu sebagai perencana, pelaksana, dan pengembangan kurikulum dari pengajaran. Guru adalah pembimbing, dinamisator, motivator, fasilitator, dan arsitek proses belajar mengajar.

2. Guru sebagai komunikator yaitu sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, agar pembelajar meguasai materi pelajaran yang diajarkan.

3. Guru sebagai informator yaitu pelaksanaan dengan beberapa cara mengajar: informatif, praktis, dan studi lapangan secara akademik maupuan umum.

4. Guru sebagai organisator yaitu pengelolah kegiatan akademik seperti: silabus, workshop, jadwal pelajaran dan sebagainya.

5. Guru sebagai motivator. Peranan ini sangat penting artinya dalam rangka meningakatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar. Guru harus dapat merangsang memberikan dorongan untuk mendinamisasikan potensi pembelajar, menumbuhkan aktivitas dan kreativitas sehingga yerjadi dinamika didalam proses pembelajaran.

6. Guru sebagai pengarah/direktor yaitu jiwa kepemimpinana seorang guru dalam peranan ini sangat menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetepkan.

7. Guru sebagai inisiator yaitu pencetus ide-ide dalam proses belajar. Dalam pembelajaran guru perluh memberikan ide-ide yang dapat dicontoh oleh pembelajar.

8. Guru sebagai transmitter yaitu memberikan fasilitas untuk kemudahan pembelajaran, mencipakan suasana belajar sedemikian rupa, serasi dengan pengembangan siswa sehingga interaksi dalam pembelajaran akan berlangsung secara efektif.

9. Guru sebagai mediator yaitu penengah dalam kegiatan pembelajaran. Selai itu, mediator dapat diartikan perancang pengembang, dan penyedia media serta cara memakai dan mengorganisasikan penggunaan media.

10. Guru sebagai evaluator yaitu peranana akhir kegiatan guru dalam pembelajaran adalah melakukan evaluasi. Dalam hal ini guru mempunyai otoritas untuk menilai keberhasialan pengajaran.

Jenis-Jenis Kurikulum

JENIS-JENIS KURIKULUM

A. Pendahuluan

Kurikulum formal ialah rancangan di mana aktiviti pembelajaran dijalankan supaya matlamat atau objektif pendidikan dan sekolah tercapai. Ia merupakan satu set dokumen untuk dilaksanakan. Ia mengandungi hal sebenar yang berlaku dibilik darjah dan apa yang telah disediakan dan dinilai. Setiap sekolah ada kurikulum terancang iaitu satu set objektif yang berstruktur dengan kandungan dan pengalaman belajar serta hasil yang dijangkakan. Ia merupakan rancangan eksplisit dan operasional yang dihasratkan, lazimnya dikelolakan mengikut mata pelajaran dan gred, di mana peranan guru didefinisikan dengan jelas (Ornstein, A.C. & Hunkins, F, 1983).

Kurikulum tersembunyi adalah sesuatu yang tidak terancang dan tidak formal. Ia mungkin disebut sebagai kurikulum ”tak rasmi” atau ”terlindung” atau ”tak formal”. Kurikulum ini dikelolakan di luar konteks pengajaran rasmi. Ia merupakan perlakuan dan sikap yang dibawa kedalam bilik darjah dan sekolah tanpa disedari dan disebut kerana tidak dinyatakan secara eksplisit. Ia terdiri dari peraturan tidak bertulis, konvokesyen, adat resam dan nilai budaya. Ia dibentuk oleh faktor-faktor seperti status sosioekonomi dan latar belakang pengalaman guru dan murid.

Jadi apakah peranan anda sebagai guru dalam kurikulum tersembunyi? Anda harus berupaya untuk mengenalpasti aspek-aspek kurikulum tersembunyi, terutamanya kemungkinan ketidakfungsiaan potensi atau pengalaman pembelajaran negatif dan di mana-mana kemungkinanan untuk mengawal dan memperbaiki situasi.

Berdasarkan uraian tersebut, maka timbul suatu permasalahan:  apa saja jenis-jenis kurikulum? Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis kurikulum.

B. Jenis-Jenis Kurikulum.

Jika dilihat dari sudut guru sebagai pengembang kurikulum dikenal jenis-jenis kurikulum sebagai berikut:

Open curriculum (kurikulum terbuka), artinya kurikulum = guru. Guru memiliki kebebasan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan keinginan dan kemampuannya.

Close curriculum (kurikulum tertutup), artinya kurikulum sudah ditentukan secara pasti mulai tujuan,materi, metode dan evaluasinya, sehingga guru tinggal melaksanakan apa adanya.

Guide curriculum (kurikulum terbimbing), artinya kurikulum setengah terbuka, setengah tertutup. Rambu-rambu pengajar telah ditentukan dalam kurikulum, akan tetapi guru masih diberi kemungkinan untuk mengembangkan lebih lanjut dalam kelas.

Sedangkan  Nasution mengatakan bahwa jenis-jenis kurikulum ada 3 (tiga),  yaitu:

1. Separate subject curriculum

Artinya segala bahan pelajaran yang disajikan  dalam subject/mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang satu lepas dari yang lain.

Subject atau mata pelajaran ialah hasil penglaman umat manusia sepanjang masa, atau kebudayaan dan pengetahuan yang dikumpulkan oleh manusia sejak dahulu, lalu  disusun secara logis dan sistematis, disederhanakan dan disajikan kepada anak didik sesuai dengan usianya masing-masing.

Keuntungan-keuntungan :

         Bahan pelajaran dapat disajikan secara logis dan sistematis

         Sederhana, mudah direncanakan dan dilaksanakan

         Mudah dinilai

         Dipakai di Perguruan Tinggi

         Sudah menjadi tradisi

         Memudahkan guru

         Mudah diubah

Kekurangan-kekurangan :

         Memberikan mata pelajaran yang lepas-lepas

         Tidak memperhatikan masalah-masalah sosial yang dihadapi anak-anak sehari-hari

         Menyampaikan pengalaman umat manusia yang lampaui

         Tujuannya terlampau terbatas

         Kurang mengembangkan kemampuan berfikir

         Statis dan ketinggalan zaman

2. Corelated curriculum

Artinya masing-masing tiap mata pelajaran itu mempunyai hubungan.

Korelasi ada 3 macam

         Korelasi secara insidental

         Hubungan yang lebih erat, satu pokok bahasan dilihat dari berbagai sudut mata pelajaran

         Mata-mata pelajaran yang difusikan/disatukan, dengan menghilang-kan batas-masing-masing. Misalnya IPS, IPA, Matematika, Kesenian (Broad field curriculum)

Keuntungan-keuntungan

         Murid-murid mendapat informasi yang utuh/terintegrasi

         Minat murid bertambah

         Pengertian murid-murid tentang sesuatu lebih mendalam dan luas

         Memungkinkan murid-murid menggunakan pengetahuannya lebih fungsional

Kekurangan-kekurangan

         Tidak menghubungkan dengan masalah yang aktual

         Guru sering tidak menguasai pendekatan interdisipliner

3. Integrated kurikulum

Dalam integrated curiculum meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan sehingga diharapkan akan membentuk anak-anak menjadi  pribadi yang terintegrated.

Keuntungan-keuntungan

         Merupakan suatu keseluruhan yang bulat

         Menerobos batas-batas mata pelajaran

         Didasarkan atas kebutuhan dan minat  anak

         Life centered

         Perlu waktu panjang

         Anak-anak dihadapkan pada situasi-situasi yang mengandung problema

         Dengan sengaja memajukan perkembangan sosial pada anak-anak

         Direncanakan bersama oleh guru dan murid

Kelemahan-kelemahan

         Guru-guru tidak disiapkan untuk menjalankan kurikulum seperti ini

         Dianggap tidak mempunyai sistem organisasi yang logis – sistematis

         Memberatkan tugas guru

         Tidak memungkinkan ujian umum

         Alat-alat  sangat kurang

PENGERTIAN STRATEGI BELAJAR MENGAJARSecara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan, sedangkan belajar adalah bentuk aktifitas manusia yang dilakukan sejak lahir sampai meninggal dunia atau suatu yang perubahan pada kepribadian yang dinyatakan pengusahaan – pengusahaan respin (sambutan) atau tingkah laku yang baru yang berupa perubahan keterampilan, sikap, kebiasaan, kesanggupan dan pemaksaan sedangkan mengajar adalah suatu pembuatan dapat dikatakan tindakan mengajat bila tindakan itu didasarkan atas suatu perencanaan yang matang dan teliti.

Strategi pembelajaran merupaakan salah satu komponen yang penting dari system pengajaran. Meskipun tujuan telah dirumuskan dengan baik materi yang dipilih sudah tepat, tetapi jika strategi pembelajaran yang dipergunakan kurang memadai, mungkin tujuan yang diharapkan tidak tercapai, atau mungkin tujuan tercapai dengan susah payah. Dengan demikian strategi pembelajaran adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada siswa agar dapat mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.Strategi belajar mengajar merupakan proses belajar mengajar agar tercapainya tujuan pengajaran yang efektif, efisien dan ekonomis serta dapat meningkatkan keterlibatan siswa baik secara intelektuan maupun fisik. Dalam proses pembelajaran guru harus banyak memiliki strategis dan pembaaruan-pembaharuan dalam proses belajar mengajar sehingga membuat suasana kelas menjadi interaktif dan strategi pembelajaran juga menyangkut materi-materi yang ada dalam pengajaran. Sehingga tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai.

PEMBUATAN KEPUTUSAN KURIKULUM

A. Latar Belakang Masalah

Pembuatan Keputusan Kurikulum merupakan salah satu bagian dalam usaha

pengembangan kurikulum secara keseluruhan. Pengembangan kurikulum sekolah

sebelum dinyatakan selesai jika bahan kurikulum atau pengajarannya belum

selesai ditentukan. Untuk sampai pada keputusan penentuan pengambilan atau

pembuatan kurikulum itu, harus melalui tahap-tahap tertentu terutama dalam hal

menilai dan menyeleksi bahan-bahan yang dimaksud.

Bahan kurikulum yang dibuat dengan cara-cara yang selektif dan evaluatif

tentunya akan lebih dapat dipertanggungjawabkan. Penyeleksian bahan kurikulum

yang baik merupakan bagian yang penting dari keseluruhan proses pengajaran.

Lebih dari itu, kemampuan memilih isi dan bahan kurikulum yang berkualitas, tak

hanya akan mempengaruhi apa yang dipelajari siswa, melainkan juga bagai mana

baik mereka mempelajarinya.

Pembuatan Keputusan Kurikulum sebagai bagian pengembangan kurikulum

secara keseluruhan pada umumnya menjadi tugas tim pengembangan kurikulum.

Hal itu terutama untuk memilih, menilai, dan menentukan jenis-jenis bidang studi

yang harus diajarkan pada suatu jenis dan tingkat sekolah, disamping itu juga

pokok-pokok bahasan tiap bidang studi tersebut serta dengan uraian bahan

pengajarannya secara garis besar.

A.    Tingkatan Pengambilan Keputusan Kurikulum

Pengambilan keputusan dalam pembuatan dan pengembangan kurikulum

(khusus di Indonesia) dapat ditinjau dari beberapa tingkat1[1], yakni;

1. Tingkat Nasional

Pengambilan keputusan di tingkat nasional ditangani oleh pemerintah pusat.

Artinya, kurikulum yang berlaku secara nasional ditetapkan oleh Menteri

Pendidikan atau Menteri lain, atau pimpinan lembaga pemerintah non-departemen

berdasarkan pelimpahan wewenang dari Menteri Pendidikan Nasional. Kemudian,

1

pelaksanaan keputusan kurikulum dilakukan oleh Dirjen tertentu, seperti Dirjen

Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen).

2. Tingkat Provinsi

Pengambilan keputusan di tingkat provinsi merupakan pengaplikasian

keputusan kurikulum dari pusat yang dilakukan oleh bidang tersebut pada Kantor

Pendidikan nasional wilayah provinsi. Sebagai contoh, Sekolah Dasar

dilaksanakan atau ditangani oleh Kabid Pendidikan Dasar.

3. Tingkat Sekolah

Di tingkat sekolah, pengambilan keputusan untuk penyelenggaraan dan

pelaksanaan kurikulum dari pusat dilakukan oleh kepala sekolah tersebut.

4. Tingkat Kelas

Pengambilan keputusan di tingkat kelas diberikan kepada guru kelas atau

bidang studi yang berwenang melaksanakan kurikulum dari pusat. Dalam hal ini

sampai ke dalam bentuk keputusan yang paling kecil, yakni dalam bentuk Satuan

Pelajaran (SP).

Jika diurutkan tingkat pengambilan keputusan kurikulum ditinjau dari segi

kewenangannya adalah: departemen, kantor departemen wilayah, sekolah, dan

kelas. Sedangkan jika dilihat dari aspek teoretisnya, pengembangan kurikulum

dapat dilihat dari hierarki pengambilan keputusan dan tingkat-tingkat

kelembagaan, yang terdiri atas: (1) pengembangan kurikulum di tingkat sekolah,

dan (2) pengembangan kurikulum di tingkat kelas.

Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah merupakan ide Malcolm

Skilbeck dengan mengajukan langkah-langkah:

1.      Analisis situasional;

2.      Perumusan tujuan;

3.      Penyusunan program;

4.      Integrasi dan implementasi;

5.      Monitoring, umpan balik, penilaian, dan rekonstruksi.

Menurut Skilbeck, formulasi tujuan berdasarkan analisis situasional itu

berbeda dengan system instruksional PPSI yang berorientasi pada goal oriented

approach.

Sedangkan, pengembangan kurikulum di tingkat kelas yang berlaku sekarang

adalah satuan pelajaran yang komponen-komponennya terdiri atas: Pokok

Bahasan, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi dasar (KD), Bahan, Kegiatan

Belajar mengajar (KBM)/Proses Belajar Mengajar (PBM), Alat, Sumber Belajar,

dan evaluasi.

Dan menurut Lawton,2[2] ada lima tingkatan pengambilan keputusan

kurikulum, yaitu: nasional, daerah, institusional, bagian, dan individu yang

menyarankan bahwa keputusan pada setiap level berhubungan dengan lainnya.

B.     Tahap Pengembangan Kurikulum

Tingkat atau tahapan dalam mengembangkan kurikulum suatu sekolah pada

dasarnya berorientasi pada tujuan.3[3] Tingkat pertama, tahap yang dikenal

dengan nama pengembangan program pada tingkat lembaga; kedua, tahap

pengembangan program bidang studi; dan ketiga, tahap pengembangan program

di kelas, yang dilakukan oleh guru di kelas pada suatu sekolah.

1. Pengembangan Kurikulum pada Tingkat Lembaga

Maksudnya adalah pengembangan seluruh program kegiatan yang tertuang di

dalam kurikulum pendidikan tersebut. Pengembangan kurikulum tahap ini

meliputi tiga pokok kegiatan, yakni:

a.       Perumusan tujuan institusional

Yaitu perumusan mengenai pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai yang

diharapkan dapat dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan seluruh

program pendidikan di suatu lembaga pendidikan atau sekolah. Lembaga

pendidikan tersebut adalah SD/MI, SMP/MTs, SMA(SMU)/MA/STM, dan lain-

lain.

Perumusan tujuan institusional ini paling tidak bersumber pada sumber-

sumber berikut; tujuan pendidikan nasional (yang tertuang dalam UU

SISDIKNAS), keinginan masyarakat, pejabat pemerintah, dan dunia kerja. Dari

perumusan tujuan institusional ini diharapkan dapat menggambarkan produk dari

lembaga pendidikan yang memiliki karakteristik yang khas.

2

3

b.      Penetapan isi dan struktur program

Yaitu menentukan bidang-bidang studi yang akan diajarkan pada suatu

lembaga pendidikan. Sedangkan penetapan struktur program merupakan

penetapan atau penentuan jenis-jenis program pendidikan, sistem semester,

jumlah bidang studi, dan alokasi waktu yang diperlukan.

c.       Penyusunan strategi pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan

Yaitu upaya memilih, menyusun, dan memobilisasi segala cara, tenaga dan

sarana pada cara-cara mencapai tujuan secara efisien. Dalam menyusun strategi,

pelaksanaan kurikulum meliputi berbagai kegiatan, melaksanakan pengajaran,

melakukan penilaian, melaksanakan bimbingan dan penyuluhan, serta

melaksanakan administrasi.

2. Pengembangan Program Tiap Mata Pelajaran

Pengembangan program pada bidang studi bertujuan untuk mencatat tujuan

kurikuler, yakni tujuan bidang studi yang akan dicapai selama program itu

diajarkan. Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam kegiatan pengembangan

program pada tiap bidang studi, yakni:

- Penetapan pokok-pokok bahasan dan subpokok bahasan yang didasarkan atas

tujuan kelembagaan (institusional).

- Penyusunan garis-garis besar program pengajaran.

Setelah selesai merumuskan tujuan kurikuler, tujuan institusional, pokok

bahasan, dan subpokok bahasan, semuanya kemudian disusun secara beraturan

menurut urutannya, serta menentukan kelas, semester, jumlah jam pelajaran, dan

sumber buku (yang dipakai). Pada GBPP tersebut disusun sub-sub bidang studi.

- Penyusunan pedoman khusus pelaksanaan program pengajaran masing-masing

bidang studi. Pedoman khusus pelaksanaan pengajaran tersebut meliputi uraian

tentang pendekatan dan metode mengajar yang digunakan untuk bidang studi

tertentu, kemudian juga alat dan sarana yang diperlukan serta cara-cara penilaian

hasil belajar yang diguanakan.

Secara ringkas, kegiatan dan pengembangan kurikulum pada tiap bidang studi

meliputi: penyusunan tujuan kurikuler, perumusan tujuan instruksional umum,

dan menetapkan pokok bahasan.

3. Pengembangan Program Pembelajaran di Kelas

Pengembangan program pada tahap ini merupakan tahap kewenangan guru

untuk mengembangkan program pengajaran di kelas. Untuk mengembangkan

program pengajaran di kelas, pendidik perlu memiliki lebih lanjut dalam bentuk

Satuan Pelajaran (SP). Satuan pelajaran ini dilaksanakan oleh para pendidik dalam

rangka mengembangkan kegiatan program pengajaran di kelas. Akan tetapi,

apabila bahan pengajaran yang dikembangkan GBPP sudah dikelompokkan

menjadi satuan-satuan bahasan, pendidik tidak perlu lagi menyusun atau

menentukan satuan bahasan. Satuan bahasan itu langsung dikembangkan menjadi

satuan pelajaran (SP) untuk pedoman guru dalam melakukan proses belajar

mengajar di kelas.

Satuan pelajaran (SP) merupakan satu sistem yang memiliki komponen-

komponen:

1        Tujuan Instruksional Umum (TIU)/Standar Kompetensi (SK)

2        Tujuan Instruksional Khusus (TIK)/Kompetensi Dasar (KD)

3        Bahan Pelajaran

4        Proses Belajar Mengajar (PBM)/Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

5        Alat dan Sumber Belajar

6        Penilaian/Evaluasi

Tujuan penggunaan satuan pelajaran (SP) bagi guru adalah agar dalam rangka

pelaksanaan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Bagan Kesimpulan pada Tiap Lembaga

Tingkat Nasional Tingkat Provinsi Tingkat Sekolah Tingkat Kelas

1 Penetapan

kebijaksanaan

pendidikan

Penetapan kebijakan

pendidikan untuk tingkat

provinsi

Pelaksanaan

kebijaksanaan pendidikan

institusional

Pengembangan tujuan

kurikuler, intitusional

umum dan khusus

2 Pengembangan

    Rasional program

    Tujuan Program

    Hasil belajar

semuanya berdasarkan

perkiraan keadaan

tingkat nasional

Penerjemahan:

     Rasional program

     Tujuan program

     Hasil belajar semuanya

berdasarkan perkiraan

keadaan tingkat provinsi

Perincian:

   Rasional program

   Tujuan program

   Hasil belajar semuanya

berdasarkan perkiraan

kebutuhan-kebutuhan

sekolah

Pelaksanaan:

  Rasional program

  Tujuan program

  Hasil belajar semuanya

berdasarkan perkiraan

kebutuhan siswa

3 Pengarahan:

    Program

    Sumber belajar

    Metodologi

    Pengembangan

evaluasi kurikulum

(terutama discipline,

inquiry, dan value

judgment)

Bimbingan penyusunan:

    Satuan pelajaran

    Identifikasi metodologi

    Pengembangan evaluasi

kurikulum (institutional

process approach school

program)

Pengembangan satuan

pelajaran yang mencakup:

   Identifikasi sumber

belajar

   Strategi belajar mengajar

   Evaluasi kurikulum

dengan sasaran program

sekolah

Pelaksanaan satuan

pelajaran yang

mencakup:

  Identifikasi sumber

belajar

  Strategi belajar

mengajar

  Teknik evaluasi

A.    SENTRALISASI PENDIDIKAN INDONESIA

Sentralisasi adalah seluruh kebijakan wewenang terpusat pada pemerintah pusat. Menurut ekonomi manajemen sentralisasi adalah memusatkan semua wewenang kepada sejumlah kecil manager atau yang berada di suatu puncak pada sebuah struktur organisasi. Sentralisasi banyak digunakan pemerintah sebelum otonomi daerah. Kelemahan sistem sentralisasi adalah dimana sebuah kebijakan dan keputusan pemerintah daerah dihasilkan oleh orang-orang yang berada di pemerintah pusat sehingga waktu untuk memutuskan suatu hal menjadi lebih lama.

Konsekuensi penyelenggaraan pendidikan di Indonesia secara sentralisasi seperti kurikulum yang seragam tanpa melihat tingkat relevansinya baik kehidupan anak dan lingkungannya. Konsekuensinya posisi dan peran siswa cenderung dijadikan sebagai objek agar yang memiliki peluang untuk mengembangkan kreatifitas dan minatnya sesuai dengan talenta yang dimilikinya. Menurut Dwiningrum (2012), dengan adanya sentralisasi pendidikan telah melahirkan berbagai fenomena yang memperhatikan seperti :

1.      Secara total penyelenggaraan pendidikan oleh satu lembaga

2.  Keseragaman manajemen, sejak dalam aspek perencanaan, pengelolaan, evaluasi,

hingga model pengembangan sekolah dan pembelajaran.

3.      Keseragaman pola pembudayaan masyarakat

4.      Melemahnya kebudayaan daerah

5.      Kualitas manusia yang robotic, tanpa inisiatif dan kreatifitas

Dengan demikian, sebagai dampak sistem pendidikan sentralistik, maka upaya mewujudkan pendidikan yang dapat melahirkan sosok manusia yang memiliki kebebasan berpikir, mampu memecahkan masalah secara mandiri, bekerja dan hidup dalam kelompok kreatif penuh inisiatif dan impati, memeliki keterampilan

interpersonal yang memadai sebagai bekal masyarakat menjadi sangat sulit untuk diwujudkan.

Secara teoritis, sentralisasi mempunyai keunggulan. Menurut Dwiningrum (2012) keunggulan  tersebut adalah sistem organisasi menjadi lebih ramping dan efisien. Seluruh aktivitas organisasi terpusat sehingga pengembalian keputusan lebih mudah. Perencanaan dan pengembangan organisasi lebih terintegrasi karena tidak adanya jenjang koordinasi yang terlalu jauh antara unit pengambilan keputusan dan yang akan melaksanakan atau terpengaruh oleh pengambilan keputusan tersebut.

Disamping itu, menurut Dwiningrum (2012) sentralisasi juga mempunyai kelemahan yaitu kemungkinan penurunan kecepatan pengambilan keputusan dan kualitas keputusan. Pengambilan keputusan dengan pendekatan sentralisasi seringkali tidak mempertimbangkan faktor – faktor yang sekiranya berpengaruh terhadap pengambilan keputusan tersebut. Selain itu adanya peningkatan kompleksitas pengelolaan. Pengelolaan organisasi akan semakin rumit karena banyak masalah pada level unit organisasi yang dibawah.Sentralisasi pendidikan belum berhasil dalam mengoptimalkan peran pendidikan sebagai kekuatan moral bangsa ini. Disamping itu, slogan dunia tentang hak pendidikan bahwa pendidikan untuk semua masih ada dalam tatanan konsep. Proses seperti ini telah menghilangkan potensi masyarakat untuk melahirkan massa yang kritis terhadap situasi pendidiakan.

B.     DESENTRALISASI PENDIDIKAN INDONESIA

Desentralisasi dapat kita konsepsikan sebagai penyerahan wewenang yang disertai tanggung jawab pemerintah oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom. Desentralisasi dimulai sejak tahun 1973, yaitu sejak diterbitkannya UU no. 5 tahun 1973 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah otonomi dan pokok-pokok penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi tugas pusat dan daerah. Dan terdapat pula pada PP No. 45 tahun 1992 dan dikuatkan lagi melalui PP No. 8 tahun 1995.

Menurut Tilaar (2000) beberapa alasan yang mendasari perlunya desentralisasi :1.      Mendorong terjadinya partisipasi dari bawah secara lebih luas.

2.      Mengakomodasi terwujudnya prinsip demokrasi.

3.      Mengurangi biaya akibat alur birokrasi yang panjang sehinmgga dapat

meningkatkan efisiensi.

4.      Memberi peluang untuk memanfaatkan potensi daerah secara optimal.

5.      Mengakomodasi kepentingan politik.

6.      Mendorong peningkatan kualitas produk yang lebih kompetitif.

Lebih lanjut dalam Tilaar menjelaskan Desentralisasi Community Based Education

mengisyaratkan terjadinya perubahan kewenangan dalam pemerintah antara lain :

1.      Perubahan berkaitan dengan urusan yang tidak diatur oleh pemerintah pusat,

secara otomatis menjadi tangung jawab pemerintah daerah, termasuk dalam

pengelolaan pendidikan.

2.      Perubahan berkenaan dengan desentralisasi pengelolaan pendidikan.dalam hal ini

pelempahan wewenang dalam pengelolaan pendidikandan pemerintah pusat

kedaerah otonom, yang menempatkan kabupaten / kota sebagai sentra

desentralisasi.

Desentralisasi pendidikan merupakan kecendrungan yang sangat dominan di antara

berbagai fenomena global. Ada pun tuntutan dan kebutuhan desentralisasi

pendidikan muncul dan berkembang sebagai bagian dari agenda besar gelobal

tentang demokratisasi dan desentralisasi pemerintahan dalam rangka mewujudkan

tata pemerintah yang baik.

Desentralisasi pendidikan menjadi bentuk dari penerapan neoliberalisme di satu

sisi, tetapi disisi lain adalah pengurangan hak negara terhadap intervensi yang

terlalu kuat dalam proses pendidikan dengan mengembalikan pada rakyat untuk

lebih berperan dalam proses pendidikna. Menurut Tilaar (2002) pelaksanaan

disentralisasi pendidikan yang tidak matang juga melahirkan berbagai persoalan

baru, diantaranya :

1.      Meningkatnya kesenjangan anggaran pendidikan antara daerah,antar sekolah

antar individu warga masyarakat.

2.      Keterbatasan kemampuan keuangan daerah dan masyarakat (orang tua)

menjadikan jumlah anggaran belanja sekolah akan menurundari waktu

sebelumnya,sehingga akan menurunkan motivasi dan kreatifitas tenaga

kependidikan di sekolahuntuk melakukan pembaruan.

3.      Biaya administrasi di sekolah meningkat karena prioritas anggarandi alokasikan

untuk menutup biaya administrasi, dan sisanya baru didistribusikan ke sekolah.

4.      Kebijakan pemerintah daerah yang tidak memperioritaskan pendidikan, secara

kumulatif berpotendsi akan menurunkan pendidikan.

5.      Penggunaan otoritas masyarakat yang belum tentu memahamisepenuhnya

permasalahandan pengelolaan pendidikan yang pada akhirnya akan menurunkan

mutu pendidikan.

Untuk mengantisipasi munculnya permasalahan tersebut di atas, disentralisasi

pendidikan dalam pelaksanaannya harus bersikap hati-hati. Ketepatan strategi

yang ditempuh sangat menentukan tingkat efektifitas implementasi disentralisasi.

Untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan buruk tersebut ada beberapa hal

yang perlu di perhatikan adalah adanya jaminan dan keyakinan bahwa pendidikan

akan tetap berfungsi sebagai wahana pemersatu bangsa. Masa transisi

benar – benar digunakan untuk menyiapkan berbagai hal yang dilakukan secara

garnual dan dijadwalkan setepat mungkin.

Pendidikan sebagai proses pemahaman dalam perspektif studi kultural. Dalam

konteks ini sistem pendidikan merupakan bagian yang terintegrasi dari sistem

budaya, sosial, politik, dan ekonomi sebagai suatu keseluruhan. Dalam kaitan

antar negara,pendidikan merupakan sistem yang terintegrasi dalam sistem

kekuasaan. Kekuatan dalam perspektif ini adalah sistem pendidikan dapat

mengubah tingkah laku seseorang dalam berpikir yang lebih terbuka dan reflektif.

Kebijakan desentralisasi dan otonomi membawa konsekuensi besar perubahan

pendidikan di indonesia. Dalam kaitanya dengan perubahan ini, unit – unit

di tingkat kabupaten dan kota perlu mengembangkan kapasita merumuskan

kebijakan operasional maupun kebijakan yang menjadi wewenangnya.

Dibanyak permasalahan yang ada, kebijakan semacam ini tidak eksplisit dan 

dirumuskan secara jelas.

Komponen-Komponen Kurikulum            Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Sedangkan menurut Hilda Taba (1962), Kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh siswa. Sementara itu, pandangan lain mengatakan bahwa kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk peserta didik selama di sekolah.

Komponen-Komponen Kurikulum

Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen – komponen tertentu. komponen – komponen apa saja yang membentuk sistem kurikulum itu? Bagaimana keterkaitan antar komponen itu? Anda dapat memperhatikan bagan dibawah ini.

Bagan tersebut menggambarkan bahwa sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen, yaitu : komponen tujuan, isi kurikulum, komponen metode atau strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem, setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen lainnya, maka sistem kurikulum secara keseluruhan juga akan tergganggu.

 Komponen Tujuan

Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan yang menggambarkan suatu masyarakat yang di cita – citakan, misalkan, filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat Indonesia adalah pancasila, maka tujuan yang

diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah terbentuknya masyarakat yang pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan misi dan visi sekolah serta tujuan yang lebih sempit, seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.

    Komponen Isi/ Materi Pelajaran

Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap materi pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

     Komponen Metode/ Strategi

Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimana bagus dan idealnya tujuan yang harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka maka tujuan itu tidak mungkin dapat tercapai. Strategi meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sejalan dengan pendapat diatas, T. Rajakoni mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Dari kedua pengertian diatas, ada dua hal yang patut kita cermati. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan atau strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian penyusunan langkah – langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.

Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, dinamakan metode. Ini berarti metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa jadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya untuk melaksanakan strategi ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan pemanfaatan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran. Oleh karena itu, strategi berbeda dengan metode. Strategi

menunjuk pada a plan of operation achieving something, sedangkan metode adalah a way in achieving something.

Istilah lain juga yang memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda dengan strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Roy Killen (1998) misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approach) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approach). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inquiry serta strategi pembelajaran induktif. Dengan demikian, istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karena itu, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.

      Komponen Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum. Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan bagian – bagian mana yang harus disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Kedua fungsi tersebut menurut Scriven (1967) adalah evaluasi sebagai fungsi sumatif dan evaluasi sebagai fungsi formatif. Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu tes dan nontes.

FUNGSI KURIKULUM

Dalam proses belajar kurikulum memiliki kedudukan yang sangat penting, karena dengan kurikulum peserta didik sebagai individu yang berkembang akan memperoleh manfaat.Selain itu, kurikulum juga berfungsi bagi kepentingan-kepentingan yang lain, di antaranya:

1. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan adalah sebagai alat atau usaha untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan meliputi:

a. Tujuan nasional (pendidikan nasional).

b. Tujuan institusional (lembaga/institusi).

c. Tujuan kurikuler (bidang studi).

d. Tujuan instruksional (penjabaran dari tujuan kurikuler).

2. Fungsi kurikulum bagi peserta didik, Kurikulum sebagai organisasi disiapkan bagi peserta didik sebagai salah satu konsumsi pendidikan mereka. Dengan demikian diharapkan peserta didik akan mendapat sejumlah pengalaman baru yang kelak dapat dikembangkan seirama dengan perkembangan anak, guna melengkapi bekal hidupnya.

3. Fungsi kurikulum bagi pendidik.

a. Sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar para peserta didik

b. Sebagai pedoman dalam mengadakan evaluasi terhadap perkembangan peserta didi dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.

4. Fungsi kurikulum bagi KS dan PS.

a. Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi, yaitu memperbaiki situasi belajar.

b. Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar peserta didik ke arah yang lebih baik.

c. Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam memberikan bantuan kepada pendidi untuk memperbaiki situasi mengajar.

d. Sebagai administrator, kurikulum dapat dijadikan pedoman untuk mengembangkan kurikulum lebih lanjut.

e. Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar-mengajar.

5. Fungsi kurikulum bagi orang tua.

a. Agar orang tua dapat membantu usaha sekolah dalam memajukan peserta didik (putranya).

b. Mengetahui pengalaman belajar yang diperlukan peserta didik (putranya).

c. Ikut berpartisipasi membimbing peserta didik (putranya).

6. Fungsi kurikulum bagi sekolah dan tingkatan di atasnya.

a. Pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan. Dapat dilakukan bila:

1) Bila sebagian dari kurikulum sekolah tersebut telah diajarkan pada sekolah yang berada di bawahnya, maka sekolah dapat meninjau kembali perlu/tidaknya bagian tersebut diajarkan lagi.

2) Bila kecakapan-kecakapan tertentu yang dibutuhkan untuk mempelajari kurikulum suatu sekolah belum diajarkan pada sekolah yang berada di bawahnya, sekolah dapat mempertimbangkan untuk memasukkan program mengenai kecakapan-kecakapan tersebut ke dalam kurikulum

b. Penyiapan tenaga baru.

7. Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah.

a. Ikut memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan kerjasama dengan pihak orang tua/masyarakat.

b. Ikut memberikan kritik/saran yang membangun dalam rangka penyempurnaan program pendidikan di sekolah agar lebih serasi dengan kebutuhan masyarakat dan lapangan kerja.