69
HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan ARDITA AYU LESTARI NPM.AK.1.14.003 PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA BANDUNG 2018

HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN

DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT

INAP RSUD MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai

Gelar Sarjana Keperawatan

ARDITA AYU LESTARI

NPM.AK.1.14.003

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA

BANDUNG

2018

Page 2: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …
Page 3: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …
Page 4: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

Dengan ini saya,

NamaNPMProgam StudiJudul Skipsi

LEMBAR PERNYATAAN

: Ardita Ayu Lestari:AK 1.14.003

: Sadana Keperawatan: I{ubungan Pelaksanaan Supervisi Keperawatan Dengan

Motivasi Kerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RSUDMajalaya Kahupaten Bandung

Bandu-ng, Agustus 201 8

Yang Membuat Pemyataan

Ardita Avu LestrriNPM: AK.1 14.003

Menyatakan bahwa :

a. Penelitian say4 dalam Skripsi ini, adalah asli dan belum pemah diajukanuntuk mendapatkan gelar akademik (S.Kep), baik dari STIKes BhaktiKencana maupun di perguruan tinggi lain.

b. Penelitian dalam skripsi ini adalah mumi gagasan, rumusan dan penelitiansaya sendiri, tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan tim pembimbing.

c. Dalam penelitian ini tidak terdapat karya atau pendapat yaag terah tertulisatau di publikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelasdicantunkan sebagai acuan dalam naskah pengarang dan dicantunmakandalam daftar pustaka.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabiladikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pemyataan ini,maka saya bersedia meminta sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telahdiperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlakudi STIKes Bhakli Kencana Bandung.

1ll

Page 5: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

iv

LEMBAR PERSEMBAHAN

“ Successful people do what unsuccessful people are not willing to do. Don’t wish

it easier; wish you were better “

Segala sesuatu dalam hidup terjadi sesuai waktu kita, jam kita. Segalanya terjadi

sesuai dengan kecepatannya masing-masing. Kita semua punya waktu dan jam

sendiri, bersabarlah. Jangan biarkan orang lain membuatmu terburu-buru sesuai

dengan waktu mereka.

“ Not everything that counts can be counted and not everything that’s counted

truly counts “

Saya ingin menciptakan hidup yang bermakna, bertujuan dan memberikan

kebahagian bagi diri sendiri. Dan belajar cara menggunakannya untuk

memberikan pengaruh dan perbedaan buat hidup orang lain.

Itulah yang disebut sukses sejati.

~ Jim Rohn & Einstein ~

Saya persembahkan skripsi ini untuk alm. Ayah, untuk Mamah dan Papah yang

selalu mendoakan dan memberikan dukungan kepada ku. Untuk orang yang

terkasih yang selalu memberikan doa, motivasi dan waktu yang sangat berarti, dan

untuk sahabat-sahabat ku yang selalu menemani dan menyemangati ku.

Page 6: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

v

ABSTRAK

Motivasi kerja merupakan kondisi yang berpengaruh untuk

membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara prilaku yang berhubungan

dengan lingkungan kerja termasuk motivasi kerja perawat. Dimana salah satu

faktor yang mempengaruhi motivasi adalah supervisi, namun kenyataan yang

ada pelaksanaan supervisi belum optimal. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui Hubungan Pelaksanaan Supervisi Keperawatan Dengan Motivasi

Kerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RSUD Majalaya.

Jenis penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan

pendekatan cross sectional. Metode pengambilan sampel menggunakan

tehnik total sampling dengna jumlah sampel sebanyak 55 perawat pelaksana

di 6 ruang rawat inap. Tehnik pengumpulan data menggunakan kuesioner

Manchester Clinical Supervison Scale 26-item (MCSS-26) dan motivasi

kerja. Analisa yang digunakan univariat dan bivariat dengan menggunakan

uji chi square, yang sebelumnya dilakukan uji normalitas data menggunakan

Kolmogorov-smirnov.

Hasil penelitian menunjukkan 29 orang (52.7%) mempersepsikan

pelaksanaan supervisi keperawatan tidak baik, dan 28 orang (50.9%)

memiliki motivasi kerja tinggi. Hasil uji chi square diperoleh bahwa P value

(0.000) < α (0,05), OR = 8,750. Kesimpulan hasil penelitian ini ada hubungan

yang signifikan antara pelaksanaan supervisi keperawatan dengan motivasi

kerja perawat di ruang rawat inap RSUD Majalaya.

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan adanya evaluasi atau

program dalam upaya menyusun suatu kebijakan dan standar operasional

terkait dengan kegiatan supervisi keperawatan yang dilakukan di ruangan

khususnya rawat inap.

Kata Kunci : Motivasi Kerja, Perawat, Supervisi Keperawatan

Kepustakaan : 24 Buku (2008-2018)

26 Jurnal (2008-2017)

1 Website (2008)

Page 7: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

vi

ABSTRACT

Work motivation is an influential condition to generate, direct, and

maintain behaviors related to the work environment, including nurses'

work motivation. Where one factor that influences motivation is

supervision, but the fact that there is supervision is not yet optimal. The

purpose of this study was to determine the relationship of nursing

supervision implementation with the work motivation of nurses in the

inpatient room of Majalaya Hospital.

This type of research uses analytical survey method with cross

sectional approach. The sampling method uses total sampling technique

with a total sample of 55 implementing nurses in 6 inpatient rooms. Data

collection techniques used a 26-item Manchester Clinical Supervison

Scale (MCSS-26) questionnaire and work motivation. The analysis used

univariate and bivariate by using chi square test, which previously

carried out data normality test using Kolmogorov- smirnov. The results

showed 29 people (52.7%) perceived that nursing supervision was not

good, and 28 people (50.9%) had high work motivation. Chi square test

results obtained that P value (0.000) <α (0.05), OR = 8.750. Conclusion

of the results of this study there is a significant relationship between

the implementation of nursing supervision with the work motivation of

nurses in the inpatient room of Majalaya District Hospital.

Based on the results of the study, it is expected that there will

be an evaluation or program in an effort to formulate a policy and

operational standards related to nursing supervision activities carried out

in a room, especially inpatient care.

Keywords: Work Motivation, Nurses, Nursing Supervision

References : 24 Books (2008-2018)

26 Journal (2008-2017)

1 Website (2008)

Page 8: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal penelitian ini yang berjudul “Hubungan Pelaksanaan Supervisi

Keperawatan Dengan Motivasi Kerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RSUD

Majalaya Kabupaten Bandung Tahun 2018”. Shalawat serta salam tidak lupa

penulis junjungkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga

dan sahabatnya.

Penulis sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu

proposal penelitian ini baik berupa bimbingan, nasehat, maupun dukungan yang

sangat berarti dan membantu penulis. Adapun pihak-pihak yang bersangkutan

yaitu :

1. H. Mulyana, SH., M.Pd., M.Kes selaku Ketua Yayasan Adhi Guna Kencana

Bandung.

2. R. Siti Jundiah, S.Kp., M.Kep selaku Ketua STIKes Bhakti Kencana Bandung.

3. Yuyun Sarinengsih, S.Kep., Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners

STIKes Bhakti Kencana Bandung.

4. Kurniawan Yudianto, S.Kp., M.Kep selaku Pembimbing I yang selalu sabar

dan meluangkan waktu serta tenaga dan memberikan petunjuk, arahan,

motivasi yang sangat berguna bagi penulis selama penyusunan skripsi ini.

5. Sri Wulan Megawati, S.Kep., Ners., M.Kep selaku Pembimbing II yang selalu

sabar dan meluangkan waktu serta tenaga dalam memberikan petunjuk,

Page 9: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

viii

arahan, motivasi yang sangat berguna bagi penulis selama penyusunan skripsi

ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf STIKes Bhakti Kencana Bandung yang telah

mendidik penulis selama menempuh pendidikan.

7. Edi Suhaedi, S.IP., M.AP selaku yang mewakili dari Kepala Badan Kesatuan

Bangsa Dan Politik Kepala Bidang Ideologi Wawasan Kebangsaan dan

Kesehatan Bangsa (Kesbangpol Kabupaten Bandung).

8. Drg. Grace Mediana Purnami, M.Kes selaku direktur utama RSUD Majlaya

dan jajaran manajemen RSUD Majalaya.

9. Seluruh perawat di ruang rawat inap kelas I, II, III RSUD Majalaya.

10. Papah dan Mamah selaku Orang tua, Adik-adik tercinta (Meysi Intan Tanjung,

Nabila Zahira Putri, M. Rafa Ihsan) dan keluarga besar yang selama ini

memberikan kasih sayang, semangat dan dukungan, motivasi, materi tiada

henti, doa yang tulus dalam penyusunan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabat terbaik dan tersayang keluarga Barjen terima kasih atas

kebersamaan, kekeluargaan, dukungan, bantuan, semangat dan do’anya.

12. Rekan-rekan sejawat Ners 14, terimakasih atas bantuan dan kebersamaannya

selama ini, semoga sukses selalu dan teman satu dosen pembimbing Melawati

terimakasih semangat dan kebersamaannya.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini, yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyususnan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan sehingga saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat

Page 10: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

ix

penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan dan khususnya kemajuan ilmu keperawatan di masa yang

mendatang.

Bandung, Mei 2018

Penulis

Page 11: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

x

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... iii

LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................ iv

ABSTRAK ..................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 9

1.3 Tujuan .................................................................................................... 9

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................ 9

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................... 9

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 10

1.4.1 Manfaat Teoritis ........................................................................... 10

1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................................. 10

Page 12: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

xi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka ...................................................................................... 11

2.1 Motivasi ............................................................................................ 11

2.2.1 Definisi Motivasi ...................................................................... 11

2.2.2 Teori-teori Motivasi ................................................................. 12

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ........................... 21

2.2 Motivasi Kerja ................................................................................. 28

2.2.1 Peran Mentor sebagai Instrumen Peningkatan Motivasi Kerja 28

2.2.2 Tujuan Motivasi ...................................................................... 30

2.3 Supervisi Keperawatan ................................................................... 32

2.3.1 Definisi .................................................................................... 32

2.3.2 Unsur Pokok dalam Supervisi ................................................. 33

2.3.3 Bentuk Supervisi Klinik Keperawatan .................................... 36

2.3.4 Fungsi Supervisi dan Peran Supervisor ................................... 37

2.3.5 Manfaat Supervisi .................................................................... 38

2.3.6 Teknik Supervisi ...................................................................... 40

2.3.7 Model-Model Supervisi ........................................................... 41

2.3.8 Alat Ukur Supervisi ................................................................. 46

2.4 Hubungan Supervisi Keperawatan dengan Motivasi Kerja ....... 47

B. Kerangka Konseptual ........................................................................... 51

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................... 52

3.2 Paradigma Penelitian ............................................................................ 52

Page 13: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

xii

3.3 Hipotesa Penelitian ................................................................................ 55

3.4 Variabel Penelitian ................................................................................ 55

3.5 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional .................................... 56

3.5.1 Definisi Konseptual ........................................................................ 56

3.5.2 Definisi Operasional....................................................................... 56

3.6 Populasi dan Sampel ............................................................................. 58

3.6.1 Populasi .......................................................................................... 58

3.6.2 Sampel ............................................................................................ 58

3.7 Pengumpulan Data ................................................................................ 59

3.7.1 Instrumen Penelitian....................................................................... 59

3.7.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ........................................ 62

3.7.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 66

3.8 Langkah-langkah Penelitian ................................................................ 67

3.9 Pengelolahan Data dan Analisa Data .................................................. 68

3.9.1 Pengolahan Data............................................................................. 68

3.9.2 Analisa Data ................................................................................... 70

1) Normalitas Data ....................................................................... 70

2) Analisa Univariat ..................................................................... 71

3) Analisa Bivariat ........................................................................ 73

3.10 Etika Penelitian .................................................................................... 74

3.11 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 76

3.11.1 Lokasi Penelitian ......................................................................... 76

3.11.2 Waktu Penelitian ......................................................................... 76

Page 14: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

xiii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ...................................................................................... 77

4.1.1 Analisa Univariat ........................................................................... 77

4.1.2 Analisa Bivariat .............................................................................. 80

4.2 Pembahasan ........................................................................................... 81

4.2.1 Gambaran Pelaksanaan Supervisi Keperawatan ............................ 81

4.2.2 Gambaran Motivasi Kerja Perawat ................................................ 86

4.2.3 Hubungan Pelaksanaan Supervisi Keperawatan dengan Motivasi

Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Majalaya................... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 93

5.2 Saran ..................................................................................................... 93

DAPTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Motivator dan Faktor Pemeliharaan Menurut Herzberg .................. 15

Tabel 2.2 Perbandingan Beberapa Teori Dalam Motivasi ............................... 20

Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 57

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Supervisi Keperawatan ................................... 60

Tabel 3.3 Kategori Pernyataan Berdasarkan Skala Likert ............................... 61

Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Kerja Perawat ................................... 61

Tabel 4.1 Gambaran Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Supervisi Keperawatan

di Ruang Rawat Inap RSUD Majalaya ............................................ 78

Tabel 4.2 Distrbusi Aspek Supervisi Keperawatan ......................................... 78

Tabel 4.3 Gambaran Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja Perawat di

Ruang Rawat Inap RSUD Majalaya ................................................ 79

Tabel 4.4 Distribusi Aspek Motivasi Kerja Perawat ....................................... 80

Tabel 4.5 Hubungan Pelaksanaan Supervisi Keperawatan dengan Motivasi

Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Majalaya .................... 80

Page 16: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

xv

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 The Proctor Model of Supervision .................................................. 44

Bagan 2.2 Kerangka Konseptual ...................................................................... 51

Bagan 3.1 Kerangka Peneitian ......................................................................... 54

Page 17: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Pengambilan Data dan Informasi,

Balasan Surat Ijin dari RSUD Majalaya

Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan,

Balasan Surat Ijin Studi Pendahuluan dari Kesbangpol

Lampiran 3 Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan,

Balasan Surat Ijin Studi Pendahuluan dari RSUD

Majalaya

Lampiran 4 Surat Permohonan Ijin Penelitian,

Balasan Surat Ijin Penelitian dari Kesbangpol

Lampiran 5 Surat Permohonan Ijin Penelitian,

Balasan Surat Ijin Penelitian dari RSUD Majalaya

Lampiran 6 Surat Keterangan Lolos Uji Etik Penelitian STIKes

Bhakti Kencana Bandung

Lampiran 7 Surat Ijin Uji Validitas (content validity)

Lampiran 8 Surat Keterangan Hasil Terjemahan NEC

Lampiran 9 Kuesioner Manchester Clinical Supervision Scale-26

dan Hasil Terjemahan

Lampiran 10 Lembar Uji Concent Validity : Supervisi Keperawatan

Lampiran 11 Lembar Informend Consent

Lampiran 12 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 13 Instrumen Penelitian

Lampiran 14 Rekapitulasi Hasil Peneltian

Lampiran 15 Cacatan Bimbingan

Lampiran 16 Lembar Persyaratan Sidang Akhir

Lampiran 17 Bukti Menjadi Oponen

Lampiran 18 Time Line Skripsi

Lampiran 19 Riwayat Hidup

Page 18: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

xvii

DAFTAR SINGKATAN

BHD : Bantuan Hidup Dasar

BPSDKM : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber

Daya Manusia Kesehatan

BTCLS : Basic Trauma Cardiac Life Support

EKG : Elektrokardiogram

HCU : High Care Unit

HD : Hemodialisa

ICU : Intensive Care Unit

MCSS : Manchester Clinical Supervision Scale

MENKES : Mentri Kesehatan

MOD : Manager On Duty

OK : Operatie Kamer (Kamar Operasi)

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

SDM : Sumber Daya Manusia

SOP : Standar Operasional Prosedur

UU : Undang-undang

Page 19: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawa inap, rawat jalan dan gawat darurat (UU No. 44

tahun 2009). Menurut sumber lain rumah sakit adalah suatu organisasi yang

melalui tenaga medis professional, terorganisir serta sarana dan prasarana

kedokteran yang permanen, menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan

keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang

diderita oleh pasien (Rustiyanto, 2010).

Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional yang menjadi bagian

integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.

Pelayanan yang diberikan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang

komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sehat

maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Dalam hal ini,

keperawatan termasuk ke dalam organisasi pelayanan kesehatan, yang tentunya

senantiasa terlibat dalam penerapan manajemen dan pencapaian tujuan

keperawatan (Simamora, 2012).

Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional

yang merencanakan, mengatur, dan menggerakan para perawat untuk memberikan

pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen

asuhan keperawatan. Agar manajemen yang dilakukan mengarah kepada kegiatan

Page 20: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

2

keperawatan secara efektif dan efisien, manajemen dalam keperawatan perlu

dijelaskan berdasarkan fungsi-fungsi manajemen (managerial functions). Fungsi

tersebut mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengimplementasian, serta

pengendalian dan pengawasan (Simamora, 2012).

Data yang diperoleh BPPSDMK (Badan Pengembangan dan

Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan) per Desember 2016, proporsi

jumlah perawat di antara SDM (Sumber Daya Manusia) kesehatan lainnya yang

didayagunakan di fasilitas layanan kesehatan sebanyak 601.228 orang di

antaranya adalah 6 tenaga kesehatan medis (dokter umum, dokter spesialis, dan

dokter gigi), paramedis (bidan dan perawat), dan tenaga farmasi. Dari 6 tenaga

kesehatan tersebut jumlah tenaga perawat adalah yang terbesar mencapai 49%

(296.876 orang). Rekapitulasi jumlah tenaga keperawatan dari total 296.876 orang

perawat di Indonesia, jumlah perawat terbanyak di Provinsi Jawa Tengah 35.773

orang, Jawa Barat 33.527 orang, dan Jawa Timur 33.377 orang tenaga

keperawatan (BPPSDMK, KEMENKES, 2017).

Perawat adalah individu yang mempunyai profesi berdasarkan

pengetahuan ilmiah, keterampilan serta sikap kerja yang dilandasi oleh rasa

tanggung jawab dan pengabdian (Simamora, 2012). Perawat memberikan

pelayanan asuhan keperawatan kepada klien dalam bentuk pelayanan profesional

yang bertujuan membantu pasien untuk memulihkan dan meningkatkan

kemampuan dirinya. Pelayanan keperawatan di ruang rawat terdiri atas

serangkaian kegiatan yang dikoordinasi oleh kepala ruang rawat dan menjadi

tanggung jawab sebagai manajer (Simamora, 2012).

Page 21: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

3

Manajer terus-menerus ditantang untuk memotivasi tenaga kerja dalam

melakukan dua hal, yaitu : 1) Memotivasi karyawan untuk bekerja guna

membantu organisasi mencapai tujuannya. 2) Memotivasi karyawan untuk bekerja

demi mencapai tujuan pribadi mereka. Dalam pelayanan kesehatan, pemenuhan

kebutuhan dan pencapaian tujuan baik atasan maupun bawahan seringkali lebih

sulit dicapai. Agar berhasil, manajer layanan kesehatan harus mampu mengelola

dan memotivasi berbagai jenis karyawan (Buchbinder, 2014).

Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan

suatu aktivitas tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan juga sebagai

faktor pendukung prilaku seseorang. Motif sering kali disamakan dengan

dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani

untuk berbuat, sehingga motif tersebut merupakan suatu driving force yang

menggerakan manusia untuk bertingkah laku dan perbuatan itu mempunyai tujuan

tertentu (Sutrisno, 2016).

Motivasi kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk

membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara prilaku yang berhubungan

dengan lingkungan kerja (Kurniadi, 2016). Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Makta (2013) tentang pengaruh motivasi kerja dengan kinerja perawat pelaksana

di unit rawat inap RS Stella Maris Makasar yang menunjukkan bahwa terdapat

hubungan motivasi kerja dengan kinerja perawat. Motivasi kerja perawat memiliki

dampak pada kualitas praktik keperawatan dan kesejahteraan tenaga kerja

perawat. Efek ini bisa terjadi berbeda pada individu tergantung pada apakah

orientasi kerja mereka besifat motivasi eksternal atau intenal (Tourangeau, 2015).

Page 22: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

4

Dimensi motivasi dapat ditinjau berdasarkan beberapa teori motivasi

diantaranya adalah teori yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg (1977, dalam

Marquis & Huston, 2015) meyakini bahwa pegawai dapat termotivasi oleh

pekerjaan itu sendiri dan bahwa terdapat kebutuhan internal atau pribadi untuk

memenuhi tujuan organisasi. Perbedaan antara faktor hygiene atau pemelihara dan

faktor motivator ini disebut sebagai teori motivator-higiene atau teori dua-faktor.

Teori motivators ini diantaranya : Achievement (prestasi), Recognition

(pengakuan), work (kerja), Responsibility (tanggung jawab), Advancement

(kemajuan), Possibility for growth (kemungkinan untuk berubah). Dan faktor

hygiene atau pemeliharaan menurut Herzberg yaitu : Salary (gaji), Supervision

(supervisi/pengawasan), Job security (keamanan kerja), Positive working

conditions (kondisi kerja yang positif), Personal life (kehidupan pribadi),

Interpersonal relationships and peers (hubungan interpersonal/kelompok sebaya),

Company policy (kebijakan perusahaan), serta status (Marquis & Huston, 2015).

Herzbergh (1977, dalam Marquis & Huston, 2015) berpendapat bahwa

motivator atau pemuas kerja ada dalam pekerjaan itu sendiri; kedua hal tersebut

memberikan orang keinginan untuk bekerja dan melakukan pekerjaan dengan

baik. Penting untuk diingat bahwa kebalikan dari ketidakpuasan mungkin bukan

kepuasan. Ketika faktor pemeliharaan terpenuhi, ada pengurangan

ketidakpuasaan. Demikian juga, tidak adanya motivator tidak selalu menyebabkan

ketidakpuasan.

Pengawasan yang inkompeten bagian dari faktor yang mempengaruhi

motivasi kerja, dimana pengawasan diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan

Page 23: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

5

oleh manajer. Hal ini tentu dilakukan oleh seorang manajer yang mempunyai

kemampuan manajerial yang handal untuk melaksanakan fungsi perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian aktivitas-aktivitas keperawatan.

Fungsi pengawasan/pengendalian/pengarahan dalam proses manajemen oleh

seorang manajer yang menjadi syarat utama dalam pemberian layanan

keperawatan berkualitas dapat dilakukan melalui supervisi (Simamora, 2012).

Supervisi keperawatan merupakan suatu bentuk dari kegiatan manajemen

keperawatan yang bertujuan dalam pemenuhan dan peningkatan pelayanan untuk

klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan

perawat dalam melaksanakan tugas (Nursalam, 2015). Hal ini dibuktikan dengan

penelitian dari Patintingan, Pasinringi & Anggraeni, (2013) Gambaran Motivasi

Kerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Hasanuddin

Makasar. Diperoleh data bahwa motivasi kerja perawat rawat inap RS Unhas,

terkait dengan supervisi memiliki presentase (83,1 %). Penelitian terebut

menunjukkan bahwa dengan diadakannya supervisi pimpinan maka perawat

termotivasi untuk meningkatkan kinerja mereka.

Pelaksana supervisi keperawatan dapat dilakukan oleh pemangku jabatan

dalam berbagai level, seperti ; ketua tim, kepala ruangan, perawat pengawas,

kepala seksi, kepala bidang keperawatan ataupun wakil direktur keperawatan.

Kegiatan pokok pada dasarnya supervisi mencakup empat hal, yaitu 1)

menetapkan masalah dan prioritas; 2) menetapkan penyebab masalah, prioritas,

dan jalan keluar; 3) melaksanakan jalan keluar; 4) menilai hasil yang dicapai

untuk tindak lanjut berikutnya. Pelaksanaan supervisi yang baik dilakukan dengan

Page 24: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

6

dua teknik, dimana dilakukan secara langsung dan tidak langsung (Nursalam,

2015).

Rumah Sakit Umum Daerah Majalaya adalah RSUD milik pemerintah

Daerah Kabupaten Bandung, awalnya adalah Puskesmas yang dibangun tahun

1951 dan mulai dipergunakan tahun 1955, karena perkembangannya pada tanggal

2 Juni 2010 telah ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Tipe “B”

(MENKES 2010). Rumah Sakit ini mempunyai visi dan misi dalam mewujudkan

dan meningkatkan pelayanan kesehatan prima yang mandiri dan berwawasan

pendidikan (RSUD Majalaya, 2017).

Data yang didapat dari RSUD Majalaya Kabupaten Bandung bahwa

keseluruhan jumlah perawat yang bekerja 233 orang, sedangkan jumlah perawat

rawat inap 152 orang dan 10 bidan, dimana memiliki 13 ruang rawat inap yaitu

Ruang Aster (10 perawat), Ruang Cempaka (11 perawat), Ruang Teratai (15

perawat), Ruang Teratai HCU (11 perawat), Ruang Dahlia (17 perawat), Ruang

Kenanga (10 perawat), Ruang ICU (14 perawat), Ruang Melati (10 perawat),

Ruang Anggrek VIP (10 perawat), Ruang Anyelir I (14 perawat), Ruang Anyelir

II (14 perawat), Ruang Flamboyan (16 perawat) dan Ruang Mawar/Nifas (10

bidan).

Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 3 April 2018 didapatkan hasil

wawancara yang dilakukan peneliti terhadap kepala bidang keperawatan RSUD

Majalaya Kabupaten Bandung, pelaksanaan supervisi yang ada di RSUD

Majalaya dibagi menjadi dua, yaitu ; supevisi manajerial, dimana pelaksanaannya

rutin dilakukan setiap hari dengan waktu sesuai jam shif kerja (pagi, sore, malam).

Page 25: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

7

Supervisi yang dilakukan berupa mengawasi, mengobservasi, mengevaluasi,

memberikan solusi dan juga memotivasi keja terhadap tenaga kesehatan, seluruh

pelayanan rumah sakit, sarana dan pasarana rumah sakit secara menyeluruh yang

dilakukan oleh pengawas (supervisor/MOD (Manager On Duty)). Sedangkan

supervisi klinik/keperawatan dilakukan berjenjang yaitu 3 bulan sekali yang mulai

pelaksanaannya sejak awal tahun 2018, standar operasional prosedur (SOP)

pelaksanaan supervisi keperawatan yang belum ada, karena memang masih dalam

rancangan pembuatan. Dalam pelaksanaannya dilakukan oleh pengawas

keperawatan/kepala ruangan/ketua tim.

Menurut kepala ruangan yang ada di salah satu ruangan rawat inap,

mengatakan bahwa pelaksanaan supervisi memang belum optimal, seperti :

frekuensi pelaksanaan yang belum teratur, bahan yang disupervisi belum jelas,

dan supervisi yang dilakukan baru hanya sebatas mengamati serta mencatat yang

dilakukan secara tidak langsung. Sedangkan motivasi perawat ruangan di ruang

rawat inap RSUD Majalaya masih belum baik, hal tersebut dapat mempengaruhi

kualitas kinerja dan kepuasan pelayanaan keperawatan, bisa ditunjukkan dengan

ekspresi muka yang kurang ramah terhadap pasien dan keluarga, masih ada

perawat datang terlambat, meninggalkan ruangan saat jam kerja, dan

pendokumentasian yang tidak lengkap.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 8 perawat pelaksana di ruang rawat

inap, 6 orang dari perawat tersebut mengatakan bahwa merasa jenuh dengan

pekerjaanya serta tidak punya gairah untuk bekerja, dalam melaksanakan

pelayanan keperawatan sering tidak sesuai dengan SOP dikarenakan peralatan

Page 26: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

8

yang tidak memadai, ketidakadilan dalam mendapatkan tunjangan penambahan

penghasilan sedangkan tenaga kesehatan lain mendapatkannya. Selain itu peneliti

juga menemukan 4 orang dari 8 perawat tersebut mengatakan bahwa suasana

ditempat kerjanya sudah tidak kondusif antara perawat dikarenakan adanya rasa

saing ingin mendapatkan pengakuan dan kenaikan jabatan, kurangnya

pengawasan dari pimpinan khususnya pengawas keperawatan sehingga perawat

tersebut merasa tidak diperhatikan dengan melakukan hal yang benarpun tidak ada

penghargaan (reawed) dan ketika melakukan kesalahanpun tidak ada teguran.

Hasil wawancara dengan ketua komisariat RSUD Majalaya bahwa

pelatihan untuk perawat rawat inap yang dikhususkan itu belum terencana dan

belum pernah diadakan, hanya saja RS sudah mempunyai program pelatihan BHD

yang diperuntukan untuk semua karyawan petugas tenaga medis. Adapun

pelatihan BTCLS, EKG itu hanya diperuntukan dan di wajibkan untuk ruangan-

ruangan tertentu, seperti; IGD, ICU, OK, dan HD. Sedikitnya pelatihan untuk

tenaga perawat rawat inap mengakibatkan harapan perawat terhadap pekerjaannya

kurang.

Berdasarkan fenomena tersebut pengetahuan manajemen keperawatan dan

kemampuan kepemimpinan sangat diperlukan oleh seorang pelaksana yang

bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan (supervisor/supervisi)

keperawatan agar dapat melaksanakan supervisi secara optimal dalam upaya

meningkatkan motiasi kerja perawat, sehingga penerapan pelayanan keperawatan

akan lebih bermutu dan profesional. Maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang

Page 27: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

9

“Hubungan pelaksanaan supervisi keperawatan dengan motivasi kerja perawat di

ruang rawat inap RSUD Majalaya Kabupaten Bandung Tahun 2018”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka peneliti dapat

merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Adakah hubungan pelaksanaan

supervisi keperawatan dengan motivasi kerja perawat di ruang rawat inap RSUD

Majalaya Kabupaten Bandung Tahun 2018 ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pelaksanaan supervisi keperawatan dengan

motivasi kerja perawat di ruang rawat inap RSUD Majalaya Kabupaten

Bandung Tahun 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi pelaksanaan supervisi keperawatan di RSUD

Majalaya Kabupaten Bandung Tahun 2018.

2) Mengidentifikasi motivasi kerja perawat di ruang rawat inap RSUD

Majalaya Kabupaten Bandung Tahun 2018.

3) Mengidentifikasi hubungan antara pelaksanaan supervisi keperawatan

dengan motivasi kerja perawat di ruang rawat inap RSUD Majalaya

Kabupaten Bandung Tahun 2018.

Page 28: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

10

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari penelitian yang dilakukan adalah :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian dapat memberikan informasi ilmiah bagi kalangan

akademis baik pengajar maupun mahasiswa keperawatan, dapat dijadikan

rujukan atau referensi bagi peneliti lainnya yang memiliki minat dan

perhatian yang sama dan dapat mengembangkan keilmuan manajemen

dalam keperawatan terutama yang berhubungan antara pelaksanaan

supervisi keperawatan dengan motivasi kerja perawat di ruang rawat inap.

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Instansi Rumah Sakit

Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan dalam upaya

memahami hubungan pelaksanaan supervisi keperawatan dengan

motivasi kerja perawat di ruanga rawat inap RSUD Majalaya

Kabupaten Bandung.

2) Bagi Perawat

Penelitian ini berguna dalam memberikan masukan untuk

memahami hubungan pelaksanaan supervisi keperawatan dengan

motivasi kerja perawat di ruang rawat inap.

3) Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman berharga dalam menggali hubungan

pelaksanaan supervisi keperawatan dengan motivasi kerja perawat di

ruang rawat inap RSUD Majalaya Kabupaten Bandung Tahun 2018.

Page 29: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

2.1 Motivasi

2.1.1 Definisi Motivasi

Motivasi merupakan tindakan atau proses memberikan suatu

motif yang menyebabkan seseorang melakukan suatu aksi (Buchbinder,

2014). Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk

melakukan suatu aktivitas tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali

diartikan juga sebagai faktor pendukung prilaku seseorang. Motif sering

kali disamakan dengan dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut

merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat, sehingga motif

tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakan manusia

untuk bertingkah laku dan perbuatan itu mempunyai tujuan tertentu

(Sutrisno, 2016).

Motivasi adalah motip kuat dari individu yang mampu

menggerakan dirinya agar mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan

sukarela baik dipengaruhi faktor internal maupun eksternal (Kurniadi,

2016). Lebih spesifik Tri (2013) mengatakan bahwa, “Motivasi

merupakan dorongan terhadap serangkaian proses perilaku manusia

pada pencapaian tujuan”.

Page 30: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

12

Dari beberapa definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa motivasi adalah faktor yang mendorong individu untuk

melaksanakan tugasnya dalam mencapai tujuan.

2.1.2 Teori-Teori Motivasi

Ahli psikologi telah menelaah motivasi manusia secara

komperhensif dan menyusun sejumlah teori mengenai apa yang

memotivasi manusia. Teori motivasi ini juga mencakup teori yang

berfokus pada motivasi sebagai 1) kebutuhan karyawan dalam berbagai

bentuk, 2) faktor ekstrinsik, dan 3) faktor intrinsik (Buchbinder, 2014).

1. Teori motivasi berbasis kebutuhan

a. Hierarki kebutuhan (need hierarchy) Maslow

Maslow (1954, dalam Buchbinder, 2014) menyusun

suatu hierarki kebutuhan mulai dari kebutuhan hidup tingkat

dasar sampai tingkat tertinggi berupa kesadaran diri dan

aktualisasi. Ketika setiap tingkat telah terpenuhi, secara teori

individu akan termotivasi dan berjuang untuk maju guna

memenuhi tingkat kebutuhan selanjutnya yang lebih tinggi.

Lima tingkat kebutuhan (five hierarchy of needs) dalam hierarki

Maslow, adalah :

1) Kebutuhan fsikologis adalah kebutuhan paling dasar dalam

kehidupan manusia. Kebutuhan fisiologis ini antara lain;

kebutuhan makan, minum, tempat tinggal, hasrat seksual,

dan kebutuhan hidup dasar lainnya;

Page 31: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

13

2) Kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan (safety &

security) merupakan kebutuhan akan keselamatan dan

perlindungan atas kerugian fisik, seperti; permukiman yang

aman, lingkungan kerja yang sehat dan aman, akses ke

pelayanan kesehatan, uang, dan kebutuhan dasar lainnya;

3) Kebutuhan untuk disayangi dan dicintai (belongingness) –

mencakup keinginan untuk kontak sosial (pergaulan) dan

interaksi, pertemanan kasih sayang, dan berbagai jenis

dukungan lainnya;

4) Kebutuhan untuk dihargai (esteem) – mencakup status,

pengakuan, dan pandangan positif; serta

5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization) – mencakup

keinginan untuk berprestasi, perkembangan diri, dan

otonomi.

Menurut Maslow orang akan berusaha memenuhi

kebutuhan yang lebih pokok dulu (fisiologis) sebelum beralih

pada kebutuhan yang lebih tinggi. Atau dengan kata lain,

seseorang akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan yang

paling menonjol atau paling kuat dirasakanya pada saat ini. Jadi,

yang harus menjadi perhatian manajemen adalah sampai

ditingkat mana kebutuhan yang telah terpenuhi dalam diri

masing-masing karyawan, sehingga menetapkan strategi yang

bisa memotivsinya (Suarli, 2010).

Page 32: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

14

b. Teori ERG Aldelfer

Teori ERG oleh Clayton Alderfer (1972, dalam

Buchbinder, 2014) serupa dengan hierarki kebutuhan Maslow,

karena di kembangkan untuk bergerak maju atau mundur

melalui tingkat yang di anggap sebagai motivator. Alderfer

mengurangi tingkatan Maslow dari lima menjadi tiga, seperti

berikut ;

1) Eksistensi ( Existence, E) : kebutuhan yang bisa dipuaskan

oleh faktor-faktor seperti makanan, minuman, udara, upah,

dan kondisi kerja. Kebutuhan eksistensi ini sama dengan

kebutuhan fisiologis dan keamanan dalam hierarki

kebutuhan Maslow.

2) Keterkaitan (Relatednes, R) : kebutuhan yang bisa

dipuaskan oleh hubungan sosial, hubungan antar pribadi.

Kebutuhan ini sama dengan kebutuhan tingkat ketiga dalam

hierarki Maslow, yaitu rasa memiliki, sosial, dan cinta.

3) Pertumbuhan (Growth, G) : kebutuhan yang bisa dipuaskan

bila seseorang memberikan kontribusi yang kreatif dan

produktif. Kebutuhan ini sama dengan kebutuhan tingkat

empat dan lima dalam Hierarki Maslow, yaitu harga diri

dan aktualisasi diri.

Page 33: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

15

c. Teori dua faktor Herzberg

Frederick Herzberg (1977, dalam Marquis & Huston,

2015) meyakini bahwa pegawai dapat termotivasi oleh

pekerjaan itu sendiri dan bahwa terdapat kebutuhan internal atau

pribadi untuk memenuhi tujuan organisasi. Ia meyakini bahwa

memisahkan motivator pribadi dari ketidakpuasan kerja

mungkin terjadi. Perbedaan antara faktor hygiene atau

pemelihara dan faktor motivator ini disebut sebagai teori

motivator-higiene atau teori dua-faktor.

Tabel 2.1

Motivator dan Faktor Pemeliharaan Menurut Herzberg

Herzberg’s Motivators and Hygiene Factors

Motivators Hygiene Factors

Prestasi

Achievement

Gaji

Salary

Pengakuan

Recognition

Supervisi/Pengawasan

Supervision

Kerja

Work

Keamanan kerja

Job security

Tanggung jawab

Responsibility

Kondisi kerja yang positif

Positive working conditions

Kemajuan

Advancement

Kehidupan pribadi

Personal life

Kemungkinan untuk berubah

Possibility for growth

Hubungan

interpersonal/kelompok

sebaya

Interpersonal relationships and

peers

Kebijakan perusahaan

Company policy

Status

Sumber: Teori Motivasi Frederick Herzberg (1977, dalam

Marquis & Huston, 2015)

Page 34: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

16

Herzbergh (1977, dalam Marquis & Huston, 2015)

berpendapat bahwa motivator atau pemuas kerja ada dalam

pekerjaan itu sendiri; kedua hal tersebut memberikan orang

keinginan untuk bekerja dan melakukan pekerjaan dengan baik.

Faktor higiene atau pemeliharaan menjaga pegawai merasa tidak

puas atau kurang termotivasi, tetapi tidak berfungsi sebagai

motivator yang sesungguhnya. Penting untuk diingat bahwa

kebalikan dari ketidakpuasan mungkin bukan kepuasan. Ketika

faktor pemeliharaan terpenuhi, ada pengurangan

ketidakpuasaan. Demikian juga, tidak adanya motivator tidak

selalu menyebabkan ketidakpuasan.

Karya Herzberg menunjukkan bahwa meskipun

organisasi harus membangun faktor higiene atau pemelihara,

suasana yang memotivasi harus secara aktif melibatkan

pegawai. Para pekerja harus diberikan tanggung jawab,

tantangan, dan pengakuan yang lebih besar untuk dapat

melakukan pekerjaan dengan baik. Sistem penghargaan harus

memenuhi kebutuhan motivasi dan faktor pemeliharaan, dan

penekan yang diberikan oleh manajer sebaiknya berbeda pada

situasi dan keterlibatan pegawai. Meskipun faktor pemeliharaan

itu sendiri tidak memotivasi, faktor tersebut diperlukan untuk

menciptakan lingkungan yang mendorong para pekerja untuk

Page 35: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

17

berpindah ke kebutuhan yang tingkatannya lebih tinggi

(Marquis & Huston, 2015).

d. Teori kebutuhan McClelland

Teori kebutuhan yang dipelajari (learned needs theory)

yang dikemukakan oleh McClelland (1985, dalam Buchbinder,

2014) adalah teori motivasi yang berkaitan erat dengan konsep

belajar. Teori ini mengatakan bahwa melalui kehidupan dalam

suatu budaya, seseorang belajar tentang kebutuhannya. Tiga dari

kebutuhan yang dipelajari ini adalah :

1) Kebutuhan berprestasi (need for achievement), misalnya

menyelesaikan pekerjaan yang menantang, memenangkan

kompetisi, bisa menyelesaikan masalah dengan baik;

2) Kebutuhan menjalin hubungan atau berafiliasi (need for

affiliation), misalnya menjalin pertemanan atau

persahabatan;

3) Kebutuhan berkuasa (need for power), misalnya kekuasaan

untuk memerintah orang lain, atau kekuasaan untuk

menentukan kebijakan.

McClelland mengatakan bahwa jika kebutuhan

seseorang sangat kuat, maka hal itu akan memotivasinya untuk

menggunakan prilaku yang mengarah pada pemuasan kebutuhan

tersebut (Suarli, 2010).

Page 36: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

18

2. Teori faktor ekstrinsik motivasi

Konsep lain untuk memahami motivasi difokuskan pada

faktor-faktor eksternal dan perannanya dalam memahami motivasi

karyawan (Buchbinder, 2014).

a. Teori penguatan (reinforcement)

Reinforcement theory oleh ahli B.F. Skinner (1953,

dalam Buchbinder, 2014) diungkapkan bagaimana konsekuensi

prilaku di masa lampau memengaruhi tindakan di masa depan

dalam suatu proses belajar. Penguatan adalah sesuatu yang

meningkatkan kekuatan respons dan cenderung menyebabkan

pengulangan prilaku yang di dahului oleh penguatan. Teori B.F.

Skinner terdiri atas empat macam penguatan. Dua penguatan

yang pertama berkaitan dengan pencapaian prilaku yang

diinginkan, sementara dua penguatan terakhir mengacu pada

prilaku yang tidak diinginkan :

1) Penguatan positif, berkaitan dengan pelaksanaan tindakan

yang mengompensasi prilaku positif;

2) Belajar menghindar, terjadi ketika tindakan dilakukan untuk

mengompensasi prilaku yang menghindari prilaku yang

tidak diinginkan atau prilaku negatif. Penguatan ini

terkadang disebut sebagai penguatan negatif;

Page 37: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

19

3) Hukuman, mencakup tindakan yang dirancang untuk

mengurangi prilaku yang tidak diinginkan dengan

menciptakan konsekuensi negatif bagi individu; dan

4) Pemusnahan, mencerminkan penghilangan reward positif

untuk prilaku yang tidak diinginkan.

Kritik utama yang dilontarkan untuk konsep penguatan

adalah bahwa konsep itu tidak mempertibangkan karyawan

untuk berpikir secara kritis dan rasional, keduanya merupakan

aspek penting dalam motivasi manusia. Teori penguatan

menyangkut ingatan orang mengenai pengalaman stimulus,

respons dan konsekuensi (Suarli, 2010).

3. Teori faktor intrinsik motivasi

Teori yang didasarkan pada faktor-faktor intrinsik atau

internal berfokus pada proses berpikir dan persepsi terhadap

motivasi.

a. Teori kesetaraan Adam

Adams (1963, dalam Buchbinder, 2014) menyatakan bahwa

individu termotivasi jika merasa bahwa dirinya diperlakukan

setara dengan orang lain yang ada dalam organisasi;

b. Teori harapan Victor Vroom

Vroom (1964, dalam Buchbinder, 2014) membahas harapan

individu dan mengonsumsikan bahwa mereka termotivasi oleh

Page 38: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

20

kinerja dan hasil akhir yang diharapkan dari prilaku mereka

sendiri; dan

c. Teori penetapan tujuan Locke

Locke & Latham (1990, dalam Buchbinder, 2014)

mengonsumsikan bahwa dengan menetapkan tujuan, individu

akan termotivasi untuk bertindak guna mencapai tujuan tersebut.

Tabel 2.2

Perbandingan beberapa teori dalam motivasi

Sumber: Suarli (2010)

Penjelasan Teoritis Teori dan Penemunya Penerapan Manajerial

Teori Kepuasan

Faktor-faktor dalam

diri orang yang

menggerakan,

mengarahkan,

mendukung dan

menghentikan

prilaku.

1) Hierarki kebutuhan

(Maslaw)

2) Teori ERG

(Clayton Alderfer)

3) Teori dua faktor

(Frederich

Herzberg)

4) Teori kebutuhan

yang dipelajari

(McClelleand)

Manajer harus berhati-

hati menghadapi

perbedaan kebutuhan,

keinginan, dan tujuan,

karena adanya

keunikan pada masing-

masing individu.

Teori Proses Motivasi

Menguraikan,

menjelaskan,

menganalisis

bagaimana prilaku

digerakan, diarahkan,

didukung, dan

dihentikan.

1) Teori penguatan

(Skinner)

2) Teori harapan

(Vroom)

3) Teori keadilan

(Adams)

4) Teori penetapan

tujuan (Locke)

Manajer harus

memahami proses

motivasi dan

bagaimana individu

membuat pilihan

berdasrkan keinginan,

penghargaan dan

pencapaian.

Page 39: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

21

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Motivasi sebagai proses psikologis dalam diri seseorang akan

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat

dibedakan atas faktor intern dan ekstern yang berasal dari karyawan

(Sutrisno, 2016).

1. Faktor Intern

Faktor intern yang dapat mempengaruhi pemberian motivasi

pada seseorang antara lain :

1) Pencapaian

Pencapaian yang ingin di penuhi seperti keinginan untuk

dapat hidup. Dimana keinginan ini merupakan kebutuhan setiap

manusia yang hidup di muka bumi ini. Untuk mempertahankan

hidup ini orangmau mengerjakan apa saja, apakah pekerjaan itu

baik atau jelek, apakah halal atau haram, dan sebagainya.

Keinginan untuk dapat hidup meliputi kebutuhan untuk :

memperoleh kompesasi yang memadai, pekerjaan yang tetap

walaupun penghasilan tidak begitu memadai, dan kondisi kerja

yang aman dan nyaman (Sutrisno, 2016).

2) Pengakuan

Keinginan untuk memperoleh pengakuan itu meliputi : a)

Adanya penghargaan terhadap prestasi, b) Adanya hubungan

kerja yang harmonis dan kompak, c) pemimpin yang adil dan

Page 40: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

22

bijaksana, dan d) perusahaan tempat kerja di hargai oleh

masyarakat (Sutrisno, 2016).

3) Keinginan untuk dapat memiliki

Keinginan untuk dapat memiliki benda dapat mendorong

seseorang untuk mau melakukan pekerjaan. Hal ini, banyak

ditemui dalam kehidupan sehari-hari, bahwa keinginan yang

keras untuk dapat memiliki itu akan mendorong orang untuk

mau bekerja (Sutrisno, 2016).

4) Keinginan untuk memperoleh penghargaan

Seseorang mau bekerja disebabkan karena adanya

keinginan untuk diakui, dihormati oleh orang lain. Untuk

memperoleh status sosial yang lebih tinggi, orang mau

mengeluarkan uangnya untuk memperoleh uang itu pun ia

harus bekerja keras (Sutrisno, 2016).

5) Keinginan untuk berkuasa

Keinginan ini sama dengan kemungkinan untuk

tumbuh/pertumbuhan, keinginan untuk berkuasa akan

mendorong seseorang dalam bekerja. Kadang-kadang

keinginan untuk maju/berkembang, untuk berkuasa ini

dipenuhi dengan cara-cara tidak terpuji namun cara yang

dilakukannya itu masih termasuk bekerja juga (Sutrisno, 2016).

Page 41: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

23

2. Faktor Ekstern

Faktor ekstern juga tidak kalh perannya dalam melemahkan

motivasi kerja seseorang. Faktor-faktor ekstern itu adalah:

1) Kondisi lingkungan kerja

Lingkungan pekerjaan adalah keseluruhan sarana dan

prasarana kerja yang ada di sekitar karyawan, yang sedang

melakukan pekerjaan dan dapat mempengaruhi pelaksanaan

pekerjaan. Lingkungan kerja ini meliputi tempat bekerja,

fasilitas, dan alat bantu pekerjaan, kebersihan, pencahayaan,

ketenangan, termasuk juga hubungan kerja antara orang-orang

yang ada ditempa kerja tersebut. Lingkungan kerja yang baik

dan bersih, mendapat cahaya yang cukup, bebas dari

kebisingan dan gangguan, jelas akan memotivasi tersendiri bagi

karyawan dalam melakukan pekerjaan dengan baik. Namun

lingkungan kerja yang buruk, kotor, gelap, pengap, lembab dan

sebagainya akan menimbulkan cepat lelah dan menurunkan

kreatifitas. Oleh karena itu pimpinan perusahaan yang

mempunyai kreatifitas tinggi akan dapat menciptakan

lingkungan kerja yang menyenangkan bagi para karyawan

(Sutrisno, 2016).

Hasil penelitian Cahyani, Wahyuni, & Kurniawan

(2016). menunjukkan ada hubungan antara kondisi kerja

dengan motivasi kerja perawat. Analisis semangat atau

Page 42: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

24

motivasi kerja perawat dapat dilakukan melalui sisi individu

(internal) meliputi pemenuhan kebutuhan fisiologis, rasa aman

dan sisi eksternal meliputi kondisi kerja.

2) Kompensasi yang memadai/Imbalan

Kompensasi merupakan sumber penghasilan utama bagi

para karyawan untuk menghidupi diri beserta keluarganya.

Kompensasi yang memadai merupakan alat motivasi yang

paling ampuh bagi perusahaan untuk mendorong para

karyawan bekerja dengan baik. Adapun kompensasi yang

kurang memadai akan membuat mereka kurang tertarik untuk

bekerja keras, dan memungkinkan mereka bekerja tidak tenang,

dari sini jelaslah bahwa besar kecilnya kompensasi sangat

mempengaruhi motivasi kerja para karyawan (Sutrisno, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian Cahyani, Wahyuni, &

Kurniawan (2016) menunjukkan ada hubungan antara persepsi

gaji dengan motivasi kerja perawat rumah sakit jiwa. Gaji yang

proporsional akan memotivasi dan memuaskan karyawan serta

sebaliknya, pendapatan yang tak proporsional akan

menimbulkan keluhan, penurunan prestasi, ketidakpuasan

kerja, dan menurunnya moral kerja.

Page 43: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

25

3) Kebijakan kepegawaian

Menurut Hutapea & Toha (2008) menyatakan bahwa ada

banyak faktor yang mempengaruhi prestasi karyawan,

diantaranya:

a) Kebijakan perusahaan, dapat di pengaruhi atau

dikendalikan oleh organisasi atau perusahaan.

b) Faktor individu karyawan, karakter kerja karyawan yang

buruk, sifat seseorang yang cepat bosan, tidak dapat

mengatasi tantangan, sering mengganggu dan merugikan

orang lain dalam bekerja.

c) Faktor lingkungan usaha, keadaan bisnis dan ekonomi yang

berfluktuasi dengan pola yang tidak menentu.

4) Supervisi yang baik

Fungsi supervisi dalam suatu pekerjaan adalah

memberikan pengarahan, membimbing kerja para karyawan,

agar dapat melaksanakan kerja dengan baik tanpa membuat

kesalahan. Dengan demikian, posisi supervisi sangat dekat

dengan para karyawan dalam melaksanakan tugas sehari-hari.

Bila supervisi yang dekat pada para karyawan ini menguasai

liku-liku pekerjaan dan penuh dengan sifat-sifat

kepemimpinan, maka suasana kerja akan bergairah dan

bersemangat. Akan tetapi mempunyai supervisor yang angkuh,

mau benar sendiri, tidak mau mendengarkan keluhan para

Page 44: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

26

karyawan akan dapat menurunkan semangat kerja (Sutrisno,

2016).

Hasil penelitian Cahyani, Wahyuni, & Kurniawan (2016)

disimpulkan bahwa ada hubungan antara supervisi dengan

motivasi kerja perawat rumah sakit jiwa. Supervisi merupakan

suatu upaya pembinaan dan pengarahan yang dilakukan

pemimpin terhadap bawahan. Dalam melakukan kegiatan

supervisi secara sistematis maka akan memotivasi pegawai

dalam meningkatkan prestasi kerja mereka dan melaksanakan

pekerjaan akan menjadi lebih baik (Kurniadi, 2016).

5) Adanya jaminan pekerjaan

Setiap orang akan mau bekerja mati-matian

mengorbankan apa yang ada pada dirinya untuk perusahaan,

kalau yang bersangkutan merasa ada jaminan karier yang jelas

dalam melakukan pekerjaan. Mereka bekerja bukannya untuk

hari ini saja, tetapi mereka berharap akan bekerja sampai tua

cukup dalam satu perusahaan saja, tidak usah sering kali

pindah. Hal ini akan dapat terwujud bila perusahaan dapat

memberikan jaminan karier untuk masa depan, baik jaminan

akan adanya promosi jabatan, pangkat maupun jaminan

pemberian kesempatan untuk mengembangkan potensi diri

(Sutrisno, 2016).

Page 45: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

27

6) Status dan tanggung jawab

Status dan kedudukan dalam jabatan tertentu merupakan

dambaan setiap karyawan dalam bekerja. Mereka bukan hanya

mengharapkan kompensasi semata, tetapi pada satu masa

mereka juga berharap dapat kesempatan menduduki jabatan

dalam suatu perusahaan. Dengan menduduki suatu jabatan

orang merasa dirinya akan dipercaya, diberi tanggung jawab,

dan wewenang yang besar untuk melakukan kegiatan-kegiatan.

Jadi, status dan kedudukan merupakan dorongan untuk

memenuhi kebutuhan sense of achievement dalam tugas sehari-

hari (Sutrisno, 2016).

7) Peraturan yang fleksibel

Bagi perusahaan besar, biasanya sudah ditetapkan sistem

dan prosedur kerja yang harus dipatuhi oleh seluruh karyawan.

Sistem dan prosedur kerja ini dapat kita sebut dengan peraturan

yang berlaku dan bersifat mengatur dan melindungi para

karyawan. Semua ini merupakan aturan main yang mengatur

hubungan kerja antara karyawan dengan perusahaan, termasuk

hak dan kewajiban para karyawan, pemberian kompensasi,

promosi, mutasi dan sebagainya. Oleh karena itu, biasanya

peraturan bersifat melindungi dan meberikan motivasi para

karyawan untuk bekerja lebih baik (Sutrisno, 2016).

Page 46: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

28

2.2 Motivasi Kerja

Bekerja adalah suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk

mendapatkan kepuasan. Aktivitas ini melibatkan fisik dan mental, bekerja itu

merupakan proses fisik dan mental manusia dalam mecapai tujuannya

(Nursalam, 2015). Motivasi adalah tenaga dalam diri individu yang

memengaruhi kekuatan atau mengarahkan prilaku seseorang (Marquis &

Huston, 2015).

Motivasi kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk

membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara prilaku seseorang yang

berhubungan dengan lingkungan kerja (Kurniadi, 2016). Motivasi kerja

perawat merupakan salah satu faktor ang dapat empengaruhi kinerja perawat,

hal tersebut jugadapat terjadi pada pelaksanaan peran perawat sebagai

educator (Nursalam, 2012).

Secara sederhana dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi

kerja merupakan dorongan internal dari seseorang untuk melakukan atau

melanjtkan serangkaian aktivitas yang ditujukan untuk mencapai sasaran yang

telah ditetapkan.

2.2.1 Peran Mentor sebagai Instrumen Peningkatan Motivasi Kerja

Peran manajer keperawatan sebagai mentor (Sualri, 2010) yaitu

sebagai :

1) Model : seseorang yang prilakunya dapat menjadi contoh dan

panutan;

Page 47: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

29

2) Envisioner : seseorang yang dapat melihat dan mengomunikasikan

arti keperawatan profesional dan keterkaitannya dalam praktek

keperawatan;

3) Energizer : manajer yang selalu dinamis dan dapat menstimulasi

staf untuk berpartisipasi terhadap program kerjanya;

4) Investor : manajer yang menginvestasikan waktu dan tenaganya

dalam pengembangan profesi dan organisasi;

5) Suporter : manajer yang memberikan dukungan emosional dan

menumbuhkan rasa percaya diri stafnya;

6) Pemegang prosedur standar (standard procedure) : manajer yang

selalu berpegang pada standar yang ada dan menolak aktivitas yang

kurang atau tidak memenuhi kriteria standar;

7) Teacher-coach : manajer yang mengajarkan kemampuan (skill)

interpersonal atau cara berpolitik yang penting bagi pengembangan

diri stafnya;

8) Feedback giver : manajer yang memberikan umpan balik, baik

secara tulis positif atau negatif dalam pengembangan diri;

9) Eye-opener : manajer yang selalu memberikan wawasan/pandangan

yang luas tentang situasi terbaru yang terjadi;

10) Door-opener : manajer yang selalu membuka diri dan memberikan

kesempatan kepada stafnya untuk berkonsultasi;

11) Idea bouncer : manajer yang bisa selalu mendengar dan berdiskusi

mengenai pendapat stafnya;

Page 48: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

30

12) Problem solver : manajer yang akan membantu stafnya dalam

mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah;

13) Career counselor : manajer yang mebantu staf dalam

pengembangan karier (cepat atau lambat);

14) Challenger : manajer yang mendorong staf untuk menghadapi

perubahan/tantangan secara kritis dan pantang menyerah.

2.2.2 Tujuan Motivasi

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah

untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan

dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh

hasil atau mencapai tujuan tertentu. Makin jelas tujuan yang diharapkan

atau yang akan dicapai, makin jelas pula bagaimana tindakan motivasi

itu dilakukan. Setiap orang yang akan memberikan motivasi harus

mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan,

kebutuhan, dan kepribadian orang yanga akan di motivasi (Azwar,

2009).

Beberapa perawat memiliki motivasi untuk bekerja dengan

sebaik-baiknya dan kreatif, sementara yang lainnya hanya merasa

cukup dengan asal selesai mengerjakan tugasnya tanpa memikirkan

hasilnya. Sehingga untuk memberikan pelayanan yang baik kepada

pasien, pimpinan harus benar-benar memperhatikan motivasi perawat.

Motivasi hanya akan berhasil sempurna jika dapat diselaraskan tujuan

yang dimiliki oleh organisasi dengan tujuan yang dimiliki oleh orang

Page 49: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

31

perorang dan ataupun sekelompok masyarakat yang tergabung dalam

organisasi tersebut. Dengan demikian langkah pertama yang perlu

dilakukan ialah mengenal tujuan yang dimiliki orang perorang atau

sekelompok masyarakat untuk kemudian diupayakan memadukannya

dengan tujuan organisasi (Azwar, 2009).

Motivasi adalah bagian fundamental dari kegiatan manajemen

sehingga semua kegiatan organisasi tidak akan bermanfaat jika anggota

yang ada di dalam organisasi tersebut tidak termotivasi

menyumbangkan usaha guna memenuhi tugas yang dibebankan

kepadanya. Oleh karena itu tujuan diberikannya motivasi untuk

mendorong meningkatkan pegawai dan melaksanakan pekerjaannya

(Sutrisno, 2016).

Tujuan pemberian motivasi adalah mendorong gairah dan

semangat kerja karyawan, meningkatkan moral dan kepuasan kerja

karyawan, meningkatkan produktivitas kerja karyawan,

mempertahankan loyalitas dan stabilitas karyawan perusahaan,

meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan,

mengefektifkan pengadaan karyawan, menciptakan suasana dan

hubungan kerja yang baik, meningkatkan kreativitas dan partisipan

karyawan, meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan,

mempertinggi rasa tanggun jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya,

meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku (Hasibuan,

2008).

Page 50: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

32

2.3 Supervisi Keperawatan

2.3.1 Definisi

Supervisi adalah suatu kegiatan yang digunakan untuk

memfasilitasi refleksi yang lebih mendalam dari praktek yang sudah

dilakukan, refleksi ini memungkinkan staf mencapai, mempertahankan,

dan kreatif dalam meningkatkan kualitas pemberian asuhan

keperawatan melalui sarana pendukung yang ada (Pitman, 2011).

Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan

peningkatan kemampuan pihak yang di supervisi agar mereka dapat

melaksanakan tugas kegiatan yang telah di tetapkan secara efisien dan

efektif (Nursalam, 2012).

Supervisi merupakan bagian dari fungsi pengarahan yang

berperan untuk mempertahankan agar segala kegiatan yang telah

terprogram dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Supervisi dalam

keperawatan bukan hanya sekedar kontrol, tetapi lebih dari itu kegiatan

supervisi mencakup penentuan kondisi-kondisi atau syarat-syarat

personal maupun material yang diperlukan untuk tercapainya tujuan

asuhan keperawatan secara efektif dan efisien (Marquis & Huston,

2015).

Supervisi keperawatan merupakan suatu bentuk dari kegiatan

manajemen keperawatan yang bertujuan pada pemenuhan dan

peningkatan pelayanan klien dan keluarga yang berfokus pada

kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan perawat dalam

Page 51: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

33

melaksanakan tugas (Nursalam, 2012). Supervisi keperawatan adalah

kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara

berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah pelayanan

keperawatan, masalah ketenagaan dan pelaratan agar pasien mendapat

pelayanan yang bermutu di setiap saat (Nursalam, 2015).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan, supervisi

keperawatan adalah suatu proses berkesinambungan yang dilakukan

oleh manajer keperawatan atau pimpinan untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan seseorang, sehingga hal ini dapat

meningkatkan kaulitas kinerja melalui pengarahan, observasi dan

bimbingan yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan.

2.3.2 Unsur Pokok Dalam Supervisi

1. Pelaksana Supervisi

Pelaksana atau yang bertanggung jawab melaksanakan

supervisi adalah atasan, yakni mereka yang memiliki kelebihan

dalam organisasi, kelebihan yang dimaksud dikaitkan dengan status

yang lebih tinggi (supervisor) dan karena itu fungsi supervisi

memang dimiliki oleh atasan. Namun untuk keberhasilan, supervisi

harus lebih mengutamakan kelebihan pengetahuan dan keterampilan

(Nursalam, 2015).

Tingkatan atas kelas manajer dalam melakukan supervisi

yaitu sebagai berikut:

Page 52: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

34

a) Manajer Puncak (Top Manager)

Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan dari hasil kegiatan

serta proses manajemen oraganisasi. Tugasnya menetapkan

kebijaksanaan (policy). Misalnya : Kakanwil Depkes Provinsi,

Kadinkes Daerah, Direktur RS, dan sebagainya.

b) Manajer Menengah (Middle Manager)

Manajer menengah ini memimpin sebagian manajer tingkat

pertama. Tugasnya menjabarkan kebijakan top manajer

Misalnya : Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Bidang,

Kasubdin Provinsi, Kasubbag Dati II.

c) Manajer Tingkat Pertama (First Line, First Level Manager)

Manajer tingkat bawah yang bertugas memimpin langsung para

pelaksana atau pekerja, melaksanakan supervisi sebagai mandor.

Misalnya : Kepala Seksi, Kepala Urusan (Nursalam, 2015).

2. Frekuensi

Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berbeda.

Supervisi yang dilakukan hanya sekali, bukan supervisi yang baik.

Tidak ada pedoman yang pasti seberapa sering supervisi dilakukan.

Pegangan umum yang digunakan bergantung pada derajat kesulitan

pekerjaan yang dilakukan serta sifat penyesuaian yang akan

dilakukan (Nursalam, 2015).

Sepanjang kontrol atau supervisi penting bergantung

bagaimana staf melihatnya.

Page 53: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

35

a) Overcontrol. Kontrol yang terlalu berlebihan akan merusak

delegasi yang diberikan. Staf tidak akan memikul tanggung

jawabnya.

b) Undercontrol. Kontrol yang kurang juga akan berdampak buruk

terhadap delegasi, dimana staf akan tidak produktif

melaksanakan tugas limpah dan berdampak signifikan terhadap

hasil yang diharapkan. Hal ini akan berdampak terhadap

pemborosan waktu dan anggaran yang sebenarnya dapat

dihindarkan. Berikan kesempatan waktu yang cukup kepada staf

untuk berfikir dan melaksanakan tugas tersebut (Nursalam,

2015).

3. Tujuan

Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada

bawahan secara langsung, sehingga bawahan memiliki bekal yang

cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil

yang baik. Tujuan dari pengawasan adalah sebagai berikut:

a) Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan

yang telah ditetapkan dalam tempo yang diberikan dengan

menggunakan sumber daya yang tersedia.

b) Memungkinkan pengawas menyadari kekurangan-kekurangan

para petugas kesehatan dalam hal kemampuan, pengetahuan,

dan pemahaman, serta mengatur pelatihan yang sesuai.

Page 54: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

36

c) Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberi

penghargaan atas pekerjaan yang baik dan mengenali staf yang

layak diberikan kenaikan jabatan dan pelatihan lebih lanjut.

d) Memungkinkan manajemen bahwa sumber yang disediakan bagi

petugas telah cukup dan dipergunakan dengan baik.

e) Memungkinkan manajemen menentukan penyebab kekurangan

pada kinerja tersebut (Nursalam, 2015).

2.3.3 Bentuk Supervisi Klinik Keperawatan

Kegiatan supervisor dalam supervisi model klinik akademik

(Mua, 2011) meliputi :

1. Kegiatan Educative

Kegiatan educative adalah kegiatan pembelajaran secara tutorial

antara supervisor dengan perawat pelaksana.

2. Kegiatan Supportive

Kegiatan supportive adalah kegiatan yang dirancang untuk

memberikan dukungan kepada perawat agar dapat memiliki sikap

yang saling mendukung diantara perawat sebagai rekan kerja

profesional sehingga memberikan jaminan kenyamanan dan

validasi.

3. Kegiatan Managerial

Kegiatan Managerial dilakukan dengan melibatkan perawat dalam

perbaikan dan peningkatan standar. Kegiatan managerial dirancang

untuk memberikan kesempatan kepada perawat pelaksana untuk

Page 55: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

37

meningkatkan manajemen perawatan pasien dalam kaitannya

dengan menjaga standar pelayanan, peningkatan patient safety, dan

peningkatan mutu.

2.3.4 Fungsi Supervisi dan Peran Supervisor

Menurut Nursalam (2015) peran dan fungsi supervisor dalam

supervisi adalah mempertahankan keseimbangan pelayanan

keperawatan dan manajemen sumber daya yang tersedia :

1. Manajemen pelayanan keperawatan

Tanggung jawab supervisor adalah menetapkan dan

mempertahankan standar praktik keperawatan, menilai kualitas

asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan, dan

mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan

keperawatan, kerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.

2. Manajemen anggaran

Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu

perencanaan dan pengembangan, supervisor berperan dalam :

a) Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana

tahunan yang tersedia, mengembangkan tujuan unit yang dapat

dicapai sesuai tujuan RS;

b) Membantu mendapatkan informasi statistik untuk merencanakan

anggaran keperawatan;

c) Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.

Page 56: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

38

Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi

begitu saja, tetapi memerlukan praktik dan evaluasi penampilan agar

dapat dijalankan dengan tepat. Kegagalan supervisi dapat menimbulkan

kesenjangan dalam pelayanan keperawatan (Nursalam, 2015).

Kegiatan supervisi dalam fungsi manajemen keperawatan sebagai

fungsi pengarahan dan fungsi pengawasan. Fungsi pengarahan adalah

fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi

bimbingan, saran, perintah-perintah atau intruksi kepada bawahan

dalam melaksanakan tugas masing-masing agar tugas dapat

diselesaikan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Sedangkan fungsi pengawasan adalah salah

satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu

mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat

sesuai dengan rencana (Simamora, 2012).

2.3.5 Manfaat Supervisi

Menurut Pitman (2011) manfaat supervisi terdiri atas :

1. Manfaat bagi perawat pelaksanaa

a) Timbul perasaan dihargai dan dapat meningkatkan rasa percaya

diri.

b) Supervisi mendorong praktek keperawatan yang aman dan

mencerminkan pelayanan perawatan pada pasien, hal ini dapat

meningkatkan kepuasan kerja perawat.

Page 57: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

39

c) Meningkatkan pengembangan pribadi dan profesional, supervisi

yang dilakukan secara keseluruhan dan terus menerus dapat

meningkatkan profesionalisme dan pengembangan pribadi serta

komitmen untuk belajar secara terus menerus.

d) Perasaan diberdayakan dan difasilitasi untuk bertanggug jawab

atas pekerjaan mereka dan keputusan – keputusan yang diambil.

2. Manfaat bagi manajer

Tantangan bagi manajer untuk memfasilitasi staf dalam

mengembangkan diri dan meningkatkan profesionalisme, sehingga

kualitas pelayanan dan bermutu dan tercapai.

3. Meningkatkan kualitas dan kemanan pasien

Tujuan yang paling penting dari supervisi adalah

meningkatkan kualitas dari pelayanan dan keamanan pasien.

Supervisi memegang peranan utama dalam mendukung pelayanan

yang bermutu melalui jaminan kualitas, manajemen resiko, dan

manajemen kinerja.

Supervisi telah terbukti memiliki dampak positif pada

perawatan pasien dan sebaliknya, kurangnya supervisi memberi

dampak yang kurang baik bagi pasien. Supervisi dalam praktek

profesi kesehatan telah diidentifikasi sebagai faktor penting dalam

meningkatkan keselamatan pasien, supervisi yang tidak memadai

dijadikan sebagai pemicu kegagalan dan kesalahan yang terjadi

dalam layanan kesehatan (Nursalam, 2015).

Page 58: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

40

4. Pembelajaran

Supervisi memiliki manfaat memberikan efek pada pembelajaran

melalui kegiatan sebagai berikut :

a) Mendidik perawat pelaksana melalui bimbingan yang diberikan

oleh supervisor.

b) Mengidentifikasi masalah yang terjadi ketika memberikan

asuhan keperawatan pada pasien.

c) Meningkatkan motivasi perawat pelaksana dalam bekerja.

d) Membantu kemajuan pembelajaran (Pitman, 2011).

2.3.6 Teknik Supervisi

Kegiatan pokok pada supervisi mencangkup empat hal yang

bersifat pokok, yaitu : (1) Menetapkan masalah dan prioritas, (2)

Menetapkan penyebab masalah, prioritas, dan jalan keluar, (3)

Melaksanakan jalan keluar, (4) Menilai hasil yang dicapai untuk lanjut

berikutnya. Untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua

teknik (Nursalam (2015):

1. Supervisi langsung

Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang

sedang berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam

kegiatan, umpan balik dan perbaikan. Proses supervisi meliputi :

a) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan

keperawatan didampingi oleh supervisor;

Page 59: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

41

b) Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan,

reinforcement dan petunjuk;

c) Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan

diskusi yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan

memperbaiki yang masih kurang. Reinforcement/penguatan

pada aspek yang positif sangat penting dilakukan oleh

supervisor.

Teknik supervisi dimana supervisor berpartisipasi langsung

dalam melakukan supervisi. Kelebihan dari teknik ini pengarahan

dan petunjuk dari supervisor tidak dirasakan sebagai suatu perintah,

selain itu umpan balik dan perbaikan dapat dilakukan langsung saat

ditemukan adanya penyimpangan (Suarli & Bahtiar, 2010).

2. Supervisi tidak langsung

Supervisi ini dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun

lisan. Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di

lapangan sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik

dapat diberikan secara tertulis (Suarli & Bahtiar, 2010). Pada

dasarnya tujuan pokok supervisi adalah meningkatkan kinerja

bawahan dengan memberikan bantuan secara langsung di tempat,

sesuai dengan kebutuhannya (Nursalam, 2015).

2.3.7 Model-Model Supervisi

Supervisi sebagai suatu proses yang sifatnya formal melibatkan

interaksi antara 2 atau lebih individu untuk mencapai tujuan yang

Page 60: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

42

spesifik, sehingga diperlukan suatu model supervisi yang

menggambarkan pelaksanaan kegiatan supervisi. Model-model

supervisi menurut Lynch (2008) di antaranya yaitu :

1. Model Psychoanalitik

Teori ini secara signifikan mempengaruhi perkembangan

pendekatan terapeutik dan menekankan bagaimana

menghubungkan individu satu dengan individu lainnya. Model ini

berfokus pada proses kejiwaan dan menjelaskan tentang

pemahaman yang dapat dikaji melalui interprestasi, misalnya

simbol-simbol atau kebebasan dalam berinteraksi.

2. Model Reflektif

Penggunaan sebuah model reflektif memberikan suatu cara

untuk merefleksi secara intensif praktik yang sudah dilakukan.

Refleksi mengacu pada suatu proses mendukung perawat dengan

kemampuan yang dimilikinya untuk memahami praktik

keperawatan dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi dan

dipengaruhi oleh kemampuan yang ada pada masing-masing

perawat. Hal ini memberikan kesempatan bagi perawat untuk

memberikan informasi dan mentransfer perbedaan pengetahuan.

3. Kadushin Model

Model kadushin dibentuk dengan menekankan pada kerja

sosial yang dapat dijadikan acuan untuk mengidentifikasi supervisi

yang merupakan bagian atau aspek yang penting dari pekerja

Page 61: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

43

sosial. Model ini terdiri atas tiga fungsi yaitu administrative,

education, dan supporative.

a) Fungsi administrative berfokus pada peran manajer dalam

membuat dan menjalankan kebijakan organisasi terkait dengan

petunjuk atau standar yang harus dipatuhi oleh staf.

b) Fungsi education berfokus pada pengembangan pengetahuan

dan kemampuan staf, menghubungkan praktik dengan teori,

meningkatkan kompetensi dan kepuasan kerja.

c) Fungsi supporative berfokus pada hubungan interpersonal,

pemenuhan kebutuhan emosional dalam lingkungan kerja,

mencegah kebosanan, dan stress, serta meningkatkan kinerja

staf.

4. Model Proctor

Lynch (2008) menjelaskan bahwa model supervisi Proctor

dikembangkan oleh Brigid Poctor (1986), merupakan model yang

paling popular dalam supervisi. Adapun manfaat dari implementasi

model Proctor, yaitu:

a) Evaluasi pekerjaaan yang sudah dilakukan

b) Konsistensi dalam menerapkan standar yang ada

c) Sebagai sarana bertukar pikiran atau pendapat

d) Peningkatan kualitas kinerja

e) Mempermudah latihan menghadapi isu-isu yang terkait.

Page 62: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

44

Bagan 2.1

The Proctor Model of Supervision

Sumber: Lynch, et al (2008)

Pitman (2011), Allen, McCartan, & McClymont (2010), hasil akhir

dari kegiatan supervisi dikategorikan menjadi tiga komponen sesuai

dengan model Proctor, yaitu:

a) Normatif

Komponen ini dapat dicapai oleh supervisor yang memiliki

persepsi positif untuk staf yang disupervisi, dihubungkan dengan

kemampuan supervisor untuk mempertahankan kinerja staf yang

baik dengan cara menciptakan lingkungan kerja yang kondusif,

membuat suatu perencanaan, mengidentifikasi kebutuhan dan

permasalahan yang diperlukan untuk memberikan dukungan lebih

lanjut, menciptakan keselamatan pasien, mempertahankan standar

yang ada, dan memberikan kepercayaan pada staf sehingga hal

Tasks

Decisions

Reflective

practice

Support Restoratif

Formatif

Normatif Assesment and

quality

Clinical Supervision

Page 63: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

45

tersebut dapat meningkatkan profesionalisme serta menciptakan

kualitas pelayanan yang bermutu.

b) Formatif

Komponen ini berfokus pada pengembangan pengetahuan dan

keterampilan staf sehingga memungkinkan staf bekerja sesuai

dengan standar yang berlaku sebagai aspek tanggung jawab dalam

melakukan praktek. Kondisi ini dapat dicapai melalui refleksi pada

praktik yang sudah dilakukan dengan mendukung dan menciptakan

lingkungan yang kondusif. Hal ini merupakan tanggung jawab

bersama dari supervisor dan staf yang disupervisi. Adapun tugas

dari supervisor dalam hal ini adalah:

1) Memberikan kritik yang konstruktif

2) Memberikan tantangan dalam praktik apabila diperlukan

3) Memonitor kepatuhan terhadap kode etik dan standar yang

berlaku

4) Memberikan umpan balik yang jujur

5) Secara teratur mengevaluasi efektivitas kegiatan supevisi

6) Mengidentifikasi pemecaha masalah yang diperlukan.

c) Restoratif

Komponen ini berhubungan dengan kemampuan memberikan rasa

aman bagi staf untuk terbuka dalam mengungkapkan perasaan dan

permasalahan yang dihadapi, pengalaman dalam praktik dan

pembelajaran, mencegah stress, mengatasi konflik, pemberian

Page 64: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

46

dukungan pada staf, proses interaksi, serta meningkatkan kesadaran

diri. Adapun tugas dari supervisor dalam hal ini adalah:

1) Memberikan dukungan atau motivasi

2) Membantu staf yang disupervisi berinteraksi

3) Monitoring reaksi atau respon terhadap materi yang dibawa

oleh supervisor

4) Meningkatkan pengalaman dan pengembangan

5) Meningkatkan kesadaran diri.

2.3.8 Alat Ukur Supervisi

Alat untuk mengukur supervisi pelayanan keperawatan yang

telah diuji validitas dan reliabilitasnya adalah The Manchester Clinical

Supervision Scale. Kuesioner ini dikembangkan oleh White &

Wainstanley (2000) kemudian direvisi lagi oleh White & Wainstanley

(2011). Versi asli kuesioner ini adalah berbahasa inggris, kemudian

telah dialih bahasakan dibeberapa Negara seperti Prancis, Norwegia,

Spanyol, Denmark, Swedia, Portugis dan Finlandia. Kuesioner ini

terbagi mejadi tiga komponen yang merupakan pengembangan dari

model Proctor yaitu:

1. Komponen normatif (mempertahankan kineja dan meningkatkan

profesionalisme)

2. Komponen formatif (meningkatkan kemampuan dan keterampilan)

3. Komponen restorative (memberikan dukungan) (Winstanley,

2011).

Page 65: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

47

2.4 Hubungan Supervisi Keperawatan dengan Motivasi Kerja Perawat

Pelayanan keperawatan dapat dinilai melalui kinerja perawat. Kinerja

perawat dapat dilihat dari cara kerja yang penuh semangat, disiplin,

bertanggung jawab, melaksanakan tugas sesuai standar yang ditetapkan,

memiliki motivasi dan kemampuan kerja yang tinggi serta terarah pada

pencapaian tujuan rumah sakit. Agar tecapainya tujuan asuhan keperawatan

secara efektif dan efisien, maka perlu dilakukan supervisi khususnya dibidang

keperawatan mencakup pemantauan kondisi-kondisi atau syarat-syarat

personal maupun material yang diperlukan untuk mempertahankan kegiatan

yang telah terprogram dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar (Marquis &

Huston, 2013).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dasuki

(2016) tentang hubungan pendidikan, motivasi kerja, supervisi kepala ruangan

dengan kinerja perawat RSUD H.Hanafie Muara Bungo. Penelitian tersebut

menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara motivasi kerja

dengan kinerja perawat. Motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan,

kebutuhan, semangat, tekanan atau mekanisme psikologis yang mendorong

seseorang atau kelompok untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa

yang dikehendakinya. Kekuatan, dorongan, kebutuhan, tekanan dan

mekanisme psikologis yang dimaksud diatas merupakan akumulasi faktor-

faktor internal dan eksternal (Tri, 2013).

Hal ini dijelaskan dalam teori Maslow, bahwa tindakan atau tingkah laku

manusia pada suatu saat ditentukan oleh kebutuhan yang paling mendesak.

Page 66: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

48

Jika pada suatu saat kebutuhan primer terpenuhi, maka orang akan memenuhi

kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi (Borkowski, 2014).

Tujuan supervisi dilakukan adalah memberikan bantuan kepada bawahan

secara langsung maupun tidak langsung, sehingga dengan bantuan tersebut

bawahan akan memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas

atau pekerjaan dengan hasil yang baik. Kegiatan supervisi mengusahakan

seoptimal mungkin kondisi kerja yang kondusif dan nyaman yang mencakup

lingkungan fisik, atmosfer kerja, dan jumlah sumber-sumber yang dibutuhkan

untuk memudahkan pelaksanaan tugas (Dasuki, 2016).

Pada artikel Leggat (2013) yang berjudul “Content of clinical

supervision sessions for nurses and allied health profesisionals” berpendapat

bahwa supervisi klinis menjadi standar praktek bagi para profesional

kesehatan dan dianggap telah memiliki komponen penting dalam pengelolaan

keperawatan yang komprehensif (Victorian Healthcare Association, 2010).

"Bentuk" dan "fungsi" dari supervisi klinis/keperawatan didefinisikan oleh

Milne (2007, dalam Leggat 2013) sebagai "ketentuan formal, oleh praktisi

kesehatan berkualitas, dari pendidikan berbasis hubungan intensif pelatihan

yang berfokus pada kasus dan dukungan, mengarahkan dan memandu

pekerjaan rekan-rekan (supervisees). Membahas tentang "fungsi"

pengawasan/supervisi sebagai kontrol kualitas dimana memelihara dan

memfasilitasi pengembangan kemampuan supervisees; dan membantu para

pengawas untuk bekerja secara efektif.

Page 67: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

49

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mua., Hariyati., &

Afifah, (2011) berjudul Pengrauh pelatihan supervisi klinik kepala ruangan

terhadap kepuasan kerja dan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RS

Woodward Palu. Dari penelitian ini di temukan bahwa ada peningkatan yang

signifikan anatar kelompok intervensi dan kontrol sesudah mendapatkan

pelatihan dan bimbingan supervisi klinik terhadap kepuasan kerja dan kinerja

perawat pelaksana diruang rawat inap RS Woodward Palu. Kepala ruangan

berperan untuk mempertahankan segala kegiatan yang telah dijadwalkan dapat

dilaksanakan sesuai standar melalui supervisi.

Supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan memerlukan peran aktif

semua perawat yang terlibat dalam kegiatan pelayanan keperawatan sebagai

mitra kerja yang memiliki ide, pendapat dan pengalaman yang perlu didengar,

dihargai, dan diikutsertakan dalam proses perbaikan pemberian asuhan

keperawatan dan pendokumentasian asuhan keperawatan. Kepala ruangan

sebagai seorang supervisor juga harus berorientasi pada pekerjaanya dan

mempunyai sensitivitas sosial yang mampu memberikan umpan balik,

penghargaan, pengakuan serta memotivasi keahlian tehadap stafnya sehingga

motivasi staf akan muncul dalam memberikan pelayanan keperawatan yang

lebih baik (Mua, 2011).

Supervisi pelayanan keperawatan adalah kegiatan interaksi dan

komunikasi antar supervisor dengan perawat pelaksana, dimana perawat

tersebut menerima bimbingan, dukungan, bantuan, dan dipercaya sehingga

perawat dapat meningkatkan keselamatan pasien dan kualitas pelayanan

Page 68: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

50

kesehatan. Supervisi memiliki pengaruh besar dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan (Solehati, 2017).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cruz (2015), menyatakan bahwa

supervisi klinis untuk perawat memberikan pengaruh yang besar karena dapat

meningkatkan kualitas perawatan, keselamatan pasien dan meningkatkan

kepuasan perawat dalam bekerja. Selain itu literature review yang dilakukan

oleh Wati (2014), menunjukkan bahwa supervisi berpengaruh terhadap

penatalaksanaan universal precaution/pencegahan oleh perawat, supervisi

dapat menambah pengetahuan dan mengubah prilaku perawat dalam

melaksanakan tugas.

Page 69: HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN …

51

B. Kerangka Konseptual

Bagan 2.2 Kerangka Konseptual

Hubungan Pelaksanaan Supervisi Keperawatan Dengan Motivasi Kerja

Perawat Di Ruang Rawat Inap RSUD Majalaya

Faktor higiene :

1. Gaji

2. Pengawasan

3. Keamanan kerja

4. Kondisi kerja yang positif

5. Kehidupan pribadi

6. Hubungan

interpersonal/kelompok

sebaya

7. Kebijakan perusahaan

8. Status

Motivasi :

1. Prestasi

2. Pengakuan

3. Kerja

4. Tanggung jawab

5. Kemajuan

6. Kemungkinan untuk

berubah

Supervisi

keperawatan

Dimensi motivasi kerja

teori Herzberg

Interprestasi

tingkat motivasi

Tinggi

Rendah

Baik

Tidak baik

Hubungan pelaksanaan supervisi

keerawatan dengan motivasi kerja perawat

Ada hubungan Tidak ada

hubungan

Unsur pokok dalam

supervisi :

1. Pelaksana supervisi

2. Frekuensi

3. Tujuan

Model-model supervisi:

1. Model psychoanalitik

2. Model reflektif

3. Model kadhusin

4. Model proctor

Normatif

Formatif

Restoratif