19
HUKUM TANAH Tanah merupakan salah satu unsur terpenting dalam pembentukan bumi ini, tanah juga merupakan unsur manusia itu mampu mencari kehidupan, dirasa tanpa tanah manusia tidak dapat hidup. Bisa disebut tanah memegang peran vital dalam kehidupan dan penghidupan manusia. Berbicara tanah, benda yang satu ini sangat sensitive, dikatakan sensitive karena banyak yang berebut untuk mendapatkan tanah yang luas, tanah adalah objek yang rawan akan permasalahan, bahkan tidak jarang permasalahan itu menimbulkan nyawa hilang. Manusia itu sesungguhnya tidak dapat hidup sendiri, sehingga muncullah yang namanya negara, suatu negara terbentuk tidak jarang karena adanya kedekatan wilayah, dimana salah satu unsur wilayan itu ialah tanah, bahkan suatu negara mampu pecah atau bahkan terjajah oleh karena masalah tanah. Tanah pada suatu negara demokrasi seperti Indonesia, yang rakyatnya berhasrat melaksanakan demokrasi, yang berkeadilan sosial, pemanfaatan tanah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan campur tangan penguasa, cq yang kompeten dalam urusan tanah, sedangkan dalam lingkungan hukum adat, campur tangan ini dilakukan oleh kepala berbagai persekutuan hukum. Uraian tentang hukum tanah harus diawali dengan ilustrasi persekutuan hukum, sebab hak-hak perorangan dalam persekutuan tersebut dapat juga dipandang sebagai pelaksanaan dari hukum tanah itu oleh masing-masing anggota persekutuan. Hak-hak 1

Hukum Adat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hukum

Citation preview

Page 1: Hukum Adat

HUKUM TANAH

Tanah merupakan salah satu unsur terpenting dalam pembentukan bumi ini, tanah juga

merupakan unsur manusia itu mampu mencari kehidupan, dirasa tanpa tanah manusia tidak

dapat hidup. Bisa disebut tanah memegang peran vital dalam kehidupan dan penghidupan

manusia. Berbicara tanah, benda yang satu ini sangat sensitive, dikatakan sensitive karena

banyak yang berebut untuk mendapatkan tanah yang luas, tanah adalah objek yang rawan

akan permasalahan, bahkan tidak jarang permasalahan itu menimbulkan nyawa hilang.

Manusia itu sesungguhnya tidak dapat hidup sendiri, sehingga muncullah yang

namanya negara, suatu negara terbentuk tidak jarang karena adanya kedekatan wilayah,

dimana salah satu unsur wilayan itu ialah tanah, bahkan suatu negara mampu pecah atau

bahkan terjajah oleh karena masalah tanah. Tanah pada suatu negara demokrasi seperti

Indonesia, yang rakyatnya berhasrat melaksanakan demokrasi, yang berkeadilan sosial,

pemanfaatan tanah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Untuk mencapai tujuan ini,

diperlukan campur tangan penguasa, cq yang kompeten dalam urusan tanah, sedangkan

dalam lingkungan hukum adat, campur tangan ini dilakukan oleh kepala berbagai

persekutuan hukum.

Uraian tentang hukum tanah harus diawali dengan ilustrasi persekutuan hukum, sebab

hak-hak perorangan dalam persekutuan tersebut dapat juga dipandang sebagai pelaksanaan

dari hukum tanah itu oleh masing-masing anggota persekutuan. Hak-hak persekutuan dan

hak-hak perorangan setiap anggotanya saling mempengaruhi.

Hak persekutuan disebut juga hak purba, yang dimaksud dengan hak purba adalah hak

yang dipunyai oleh suatu suku, sebuah serikat desa-desa atau biasanya oleh sebuah desa saja

untuk menguasai seluruh tanah seisinya dalam lingkungan wilayahnya.

Ciri-ciri hak purba (di luar jawa)

1. Hanya persekutuan itu sendiri dan warganya saja yang berhak bebas mempergunakan

tanah-tanah liar di wilayah kekuasaannya. hubungan hak purba dengan hak

perorangan, yaitu semakin maju dan bebas penduduk dalam usaha-usaha

pertaniannya, semakin lemahlah hak purba itu dengan sendirinya. Jika hak purba

sudah lemah, dengan sendirnya hak perorangan akan berkembang dengan pesatnya.

Dirimuskan, hak purba dengan hak perorangan itu bersangkut paut dalam hubungan

1

Page 2: Hukum Adat

kempis-mengembang, desak-mendesak, batas-membatasi, mulur mungkret tiada henti,

dimana hak purba kuat, disitu hak perorangan lemah; demikian sebaliknya.

2. Oran luar hanya boleh mempergunakan tanah itu dengan izin penguasa persekutuan

tersebut, tanpa izin ia dianggap melakukan pelanggaran. dalam artian, pendatang

yang hendak menggunakan tanah harus membayar uang pemasukan sebagai bukti ia

orang asing. Ia hanya dianggap sebagai penumpang, sehingga hak yang diperolehnya

tidak sama dengan hak warga asli. Walaupun telah lama tinggal dan mendapat hak-

hak yang lebih kuat menyerupai hak warga asli, namun hak ini akan hilang apabila

orang asing ttersebut meninggalkan tempat kediamannya, haknya kembali menjadi

orang asing.

3. Warga persekutuan boleh mengambil manfaat dari wilayah hak purba dengan restriksi

(pembatasan), yaitu hanya untuk kepentingan keluarganya sendiri, jika untuk

kepentingan orang asing, harus mendapat izin lebih dahulu. Orang asing hanya

diperkenankan mengambil manfaat dari wilayah hak purba dengan izin kepala

persekutuan.

4. Persekutuan hukum bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi dalam

wilayahnya, terutama yang berupa tindakan melawan hukum, yang merupakan delik.

mengenai tempat terjadinya peristiwa, sikap persekutuan hukum keluar, adanya

rasa tanggung jawab bersama atas segala sesuatu yang terjadi dalam lingkungan tanah

purba tersebut. Jika terjadi di tapal batas wilayah, maka persekutuan hukum yang

berhak atas tanah tempat kejadian itu boleh membebaskan diri dari tanggung

jawabnya, asalkan persekutuan tersebut melepaskan hak-haknya atas sebidang tanah

yang bersangkutan. Disamping pertangguna jawaban itu adapula pertanggungjawaban

lain yaitu, pertanggungjawaban segolongan sanak saudara atas tindakan salah seorang

anggotanya.

5. Hak purba tidak dapat dilepaskan, dipindah-tangankan diasingkan untuk selamanya.

6. Hak purba juga meliputi tanah yang sudah digarap yang sudah diliputi oleh hak

perorangan. lamah kuatnya hak purba, hak purba lemah tampak pada transaksi

tanah pertanian (jual-beli), hak purba kuat dalam pencabutan hak tanpa ganti kerugian

(pada tanah yang ditinggalkan, pada tanah warga desa yang berpindah ke tempat lain,

pada tanah pemiliknya meninggal dengan tiada ahli warisnya.

2

Page 3: Hukum Adat

Hak perorangan pada hak purba hak perorangan ialah suatu hak yang diberikan kepada warga

desa ataupun orang luar atas sebidang tanah yang berada di wilayah hak purba persekutuan

hukum yang bersangkutan.

Jenis hak perorangan ialah ;

I. Hak milik hak terkuat, tidak dapat disangkal kebenarannya kecuali ada bukti

lain yang kuat untuk dapat menyangkalnya. Cara memperoleh hak ini ialah

dengan membuka hutan, dengan mewaris tanah, dengan penerimaan (pembelian,

penukaran, hadiah) dan karena daluwarsa.

II. Hak wenang pilih hak yang diperoleh seseorang yang utama dibandingkan

yang lainnya, misalnya atas tanah yang dipilih oleh orang tersebut atas tanah yang

telah diberinya tanda-tanda larangan, atas belukar yang berbatasan dengan

tanahnya.

III. Hak menikmati hasil hak yang dapat diperoleh, baik oleh warga persekutuan

hukum sendiri maupun orang luar dengan persetujuan para pemimpin persekutuan

untuk mengolah sebidang tanah selama satu atau beberapa kali panen.

IV. Hak pakai

V. Hak menggarap

VI. Hak keuntungan jabatan hak seorang pamong desa atas tanah jabatan yang

ditunjuk untuknya dan yang berarti bahwa ia boleh menikmati hasil dari tanah itu

selama ia memegang jabtannya. Maksudnya untuk menjamin penghasilan para

pejabat itu. Ia boleh mengerjakan tanah jabatan namun tidak boleh menjualnya

atau menggadaikannya. Jika ia berhenti, tanah yang bersangkutan kembali kepada

hak purba. Bila tanah dalam keadaan ditanami pada saat pergantian yang berhak

menikmati ialah ; bila tanaman masa penen masih lama, yang menikmati ialah

pejabat yang baru sedangkan bila masa panen masih lama, yang menikmati ialah

pejabat lama sedangkan pejabat yang beru dapat menikmati sebagian.

VII. Hak wenang beli hak seseorang lebih utama dari yang lain untuk mendapat

kesempatan membeli tanah tetangganya dibandingkan dengan yang lain dengan

harga yang sama.

HUKUM PERHUTANGAN

3

Page 4: Hukum Adat

Pada hukum adat, yang dimaksud dengan hukum perhutangan ialah kaidah-kaidah

yang mengatur hak-hak anggota persekutuan atas benda-benda yang bukan tanah. Sebagai

persekutuan ialah sebagai keseluruhan tidak dapat melakukan tindakan-tindakan yang akan

menghalangi hak-hak perseorangan sepanjang hak-hak itu menganai benda-benda yang

bukan tanah. Dengan catatan, apabila hak perseorangan itu akan digunakan untuk

kepentingan umum, maka persekutuan akan membayar ganti rugi.

Hak-hak perseorangan ini dapat berupa hak milik, namun bukan atas tanah, sebab

hukum adat itu sendiri mengenal yang namanya asas pemisahan horizontal, yakni pada

dasarnya hak atas rumah, tanaman-tanaman terpisah dengan hak milik atas tanah diatas mana

rumah dan tanaman-tanaman itu berada. Asas pemisahan horizontal ini dampaknya orang

dapat mengadakan transaksi atas tumah atau tanaman-tanaman, dengan catatanya hanya atas

rumah dan tanaman-tanaman dan segala sesuatu yang ada di atas tanah, asalkan bukan

tanahnya.

Transaksi sebagai akibat asas pemisahan horizontal ini di Jawa dikenal dengan “Adol-

Bedol” dan “Adol-Ngebregi”. Untuk Adol-Bedol, yakni seseorang yang membeli rumah,

maka rumah itu harus dipindahkan dari atas tanah dimana rumah itu berada saar dibeli. Hal

ini menjadi penanda sekaligus alasan mengapa dahulunya masyarakat hukum adat

mendirikan rumah bisa yang tidak permanen dan juga tidak menyatu dengan tanah, dengan

alasan agar mudah dipindahkan. Sedangkan untuk Adol-Ngebregi, seseorang yang membeli

rumah, ia akan menempati rumah itu di atas tanah dimana rumah itu berada saat dibelinya,

dengan kata lain sipembeli tidak memindahkan rumah itu. Dalam suasana hukum adat sering

hak-hak atas rumah/ tanaman menimbulkan hak-hak atas tanah, dicontohkan ; bila seseorang

pergi meninggalkan sebidang tana dengan menamainya, karena tanah tersebut kurang subur.

Dari sisi hak ulayat, haknya atas tanah itu hilang tetapi haknya atas tanaman-tanaman

yang ia tanam tetap ada. Orang yang menamai tanah pada prinsipnya adalah pemilik dari

tanaman yang ditanaminya. Prinsip ini merupakan titik tolak untuk hubungan hukum dimana

seorang menanami tanah orang lain, yang dapat terjadi dengan cara :

1. Rechtmatig (tidak berlawanan dengan hukum) : dilakukan dengan sepengetahuan

pemilik tanah, berarti berdasarkan perjanjian, karena itu hasil dari tanaman dibagi

antara pemilik tanah dan penanam, sesuai dengan perjanjian.

2. Pinjam Pakai – barang yang dipinjam, dikembalikan dengan barang sejenis. Hutang

tenaga- biasanya dibayar lagi dengan tenaga. Hutang uang- biasanya dibayar dengan

4

Page 5: Hukum Adat

uang, orang yang mempunyai hutang uang biasanya disebut peminjam. Cara

meminjamkan uang yaitu; meminjamkan uang tanpa bunga dan meminjamkan uang

dengan membayar bunga.

Contoh : batak, meminjam dengan bunga disebut- manganahi sedangkan meminjam

tanpa bunga disebut marsali.

Pada hukum adat dikenal bentuk jaminan utang seseorang, dimana seseorang dibuat sebagai

jaminan utang dari seseorang. Apabila orang itu tidak membayar, maka orang yang menjamin

itu dapat dituntut. Bentuk lain dari perbuatan kredit perseorangan dikenal dalam hukum adat :

1. Kempitan

2. Kempitan Kontrak Komisi

3. Kontrak Pemeliharaan

4. Alat Pengikat Tanda Yang Kelihata, disebut dengan panjer, kedua belah pihak telah

sepakat tentang sesuatu, salah satu pihak akan menyerahkan sejumlah uang kepada

pihak lain, uang itu sebagai pengikat. Bila sipemberi panjer tidak menepati janji maka

panjer akan hilang, bila pihak yang menerima panjer yang tidak melaksanakan

kewajiban atau prestasinya maka dia wajib mengembalikan panjer dan biasanya

ditambahi ganti rugi sebesar panjer kepada pihak pemberi panjer. Tujuan panjer, agar

para pihak melaksanakan perbuatan tunai pada masa yang akan datang, pada dunia

kerja juga dikenal denga persekot, dalam perkawinan disebut pertunangan (di

minangkabatu : paningset)

SISTEM HUKUM ADAT / STRUKTUR PERSEKUTUAN HUKUM ADAT

Untuk dapat memahami sistem hukum adat, terlebih dahulu fahami sifat dan struktur

susunan masyarakat dimana hukum adat itu tumbuh.

Masyarakat itu sendiri terdiri dari kelompok-kelompok dimana setiap anggotanya

memiliki keyakinan bahwa tindakannya tidak hanya akan membawa akibat pada dirinya

sendiri saja, melainkan juga akan dirasakan oleh anggota-anggota kelompok lainnya. Tiap

kelompok ini hidup dalam persekutuan, yang dinamakan dengan persekutuan hukum.

Persekutuan hukum itu ialah sekelompok orang-orang yang terikat sebagai satu

kesatuan dalam suatu susunan yang teratur, bersifat abadi dan memiliki pimpinan

serta kekayaan baik berujud maupun tidak berujud dan mendiami atau hidup di atas

5

Page 6: Hukum Adat

suatu wilayah tertentu. Dinamakan persekutuan hukum sebab di dalam kelompok itulah

bangkitnya serta dibinanya kaidah-kaidah hukum adat sebagai suatu endapan daripada

kenyataan-kenyataan sosial, dilain pihak karena kelompok-kelompok itu dalam hubungannya

antara satu dengan yang lain bersikap sebagai suatu kesatuan dan juga hidup dalam suatu

pergaulan hukum antar kelompok maka kelompok-kelompok itu juga merupakan subjek

hukum.

Ada beberapa persekutuan hukum adat, persekutuan ini dipengaruhi oleh dua faktor

yaitu ; faktor genealogis (keturunan) dan faktor teritorial (wilayah). Dari kedua faktor

tersebut dapat dibedakan 3 (tiga) type persekutuan hukum adat, yaitu ; persekutuan hukum

genealogis, persekutuan hukum teritorial dan persekutuan hukum genealogis teritorial.

i. Persekutuan Hukum Genealogis

Persekutuan hukum ini berdasarkan faktor pengikat genealogis (keturunan)

mengakibatkan anggota-anggotanya merasa dilahirkan dan berasal dari nenek

moyang yang sama. Secara sistematis dapat dibedakan dalam dua macam

persekutuan genealogis ditambahkan satu bentuk khusus, yaitu : masyarakat

unilateral, masyarakat bilateral / parental dan masyarakat alternerend / berganti-

ganti.

a. Masyarakat Unilteral masyarakat yang mana anggota-anggotanya menarik

garis keturunan hanya dari satu fihak saja, yaitu dari pihak laki-laki saja

(patrilineal) atau dari pihak ibu saja (matrilineal).

Ciri-ciri masyarakat ini ; menarik garis keturunan hanya dari satu pihak saja,

masyarakatnya terbagi-bagi dalam kelompok-kelompok yang disebut clan

(sub-clan), sistem perkawinan eksogami dan tiap kelompok (clan) mempunyai

harta pusaka yang tidak boleh dibagi-bagi.

Masyarakat unilateral ini dapat dibedakan atas dua macam dan satu bentuk

khusus, yaitu: masyarakat matrilineal, masyarakat patrilineal dan masyarakat

dubble unilateral.

1. Masyarakat Matrilineal masyarakat yang mana anggota-anggotanya

menarik garis keturunan dari pihak ibu saja, terus-menerus hingga berakhir

pada satu kepercayaan bahwa mereka semua berasal dari satu keturunan

yang sama. Contoh ; masyarakat Minangkabau, Kerinci dann Semendo.

2. Masyarakat Patrilineal masyarakat dimana anggota-anggotanya

menarik garis keturunan dari pihak laki-laki saja, terus-menerus ke atas

6

Page 7: Hukum Adat

hingga berakhir pada suatu kepercayaan bahwa mereka semua berasal dari

satu bapak asal. Contoh ; masyarakat Batak dan masyarakat Bali.

3. Masyarakat Dubble Unilateral masyarakat yang menarik garis

keturunan dari pihak ayah dan dari pihak ibu yang dilakukan bersama-

sama, berdasarkan hal-hal tertentu. Contoh ; masyarakat di wilayah timur

bagian tengah. Caranya dilihat dari pewarisan ; dalam pewarisan, benda-

benda yang berhubungan dengan kewanitaan diwariskan melalui garis

keibuan, sedang benda-benda yang ada sangkut pautnya dengan kepriaan

diwariskan melalui garis ke bapaan. Maka, manifestasi dari bentuk

dubble unilateral terdapat pada pewarisan.

b. Masyarakat Bilateral / Parental masyarakat yang anggota persekutuannya

menarik garis keturunan, baik melalui ayah maupun melalui ibu. Garis

keturunannya ditarik melalui orang tua (parental). Bentuk perkawinannya

bebas, artinya tidak terikat pada keharusan exogami ataupun endogami .

masyarakat ini terdiri dari ;

1. masyarakat bilateral yang bersandikan kesatuan rumah tangga (Gozins).

Titik berat dari masyarakat itu terletak pada rumah tangga. Contoh ;

terdapat di Jawa dan Madura

2. Masyarakat bilateral yang bersendikan pada rumpun-rumpun (trible)titik

berat dari masyarakat ini terletak pada rumpun. Contoh ; terdapat pada

orang-orang dayak di Kalimantan. Pada masyarakat ini dianjurkan untuk

mengadakan perkawinan secara endogami.

c. Masyarakat Alternerend masyarakat dimana garis keturunan seseorang,

ditarik berganti-ganti sesuai dengan bentuk perkawinan yang dilakukan oleh

orang tuanya. Dengan kata lain, bila perkawinan orang tuanya dilakukan

dengan menurut hukum keibuan atau kawin semenda, maka anak yang lahir

dari perkawinan ini menarik garis keturunan melalui ibu. Dan bila perkawinan

dilakukan anak menurut hukum kebapaan atau kawin jujur, maka keturunan

dari perkawinan ini menarik garis keturunan melalui kebapaan. Contoh

masyarakat Rejang di Sumatera Selatan.

Ada kemungkinan putus, namun untuk menghindarkannya :

1. Untuk perkawinan kebapaan, dapat diadakan perkawinan yang

menyimpang yaitu semendo, dimana laki-laki didatangkan.

7

Page 8: Hukum Adat

2. Kalau anak hanya satu (mungkin keturunan akan hapus), untuk

mencegahnya dapat dilakukan perkawinan semendo rajo-rajo, menarik

garis keturunan dari kedua belah pihak atau orang tua.

NB : di Indonesia hanya ada beberapa daerah yang berdasarkan

pertalian genealogis semata, yaitu : orang Gayo di Aceh dan orang-orang

rubian di Lampung. Tapi pertalian ini lama kelamaan dipengaruhi oleh

ikatan teritorial. Jadi umumnya masyarakat atau persekutuan hukum

genealogis murni tidak ada.

ii. Persekutuan Hukum Teritorial

Persekutuan yang mana anggota-anggotanya merasa terikat satu dengan yang

lainnya karena merasa dilahirkan dan menjalani kehidupan bersaman di tempat

yang sama. Persekutuan ini terdiri dari tiga jenis, yaitu ; persekutuan desa,

persekutuan daerah dan perserikatan desa-desa.

a. Persekutuan desa segolongan orang yang terikat pada suatu tempat

kediaman kecil yang meliputi perkampungan-perkampungan agak jauh dari

pusat kediaman dan dimana pemimpin atau pejabat-pejabat pimpinan

pergaulan hidup itu bertempat tinggal.

b. Persekutuan daerah kesatuan dari beberapa tempat kediaman yang masing-

masing tempat kediaman itu mempunyai pimpinan sendiri-sendiri yang sejenis

dan sederajat, tapi tempat kediaman itu merupakan bagian dari satu kesatuan

yang meliputi bagian-bagian tadi dimana kesatuan yang lebih besar ini

mempunyai hak ulayat, terhadap tanah yang belum dibuka yang terletak antara

tanah-tanah tempat kediaman itu tadi. Contoh ; Huria di Tapanuli, yang

merupakan satu kesatuan bagiannya disebut Huta, Huta itu sendiri mempunyai

pimpinan sendiri-sendiri, yakni setiap huta mempunyai pimpinan masing-

masing.

c. Perserikatan desa-desa gabungan-gabunga dari beberapa persekutuan desa,

mereka mengadakan permufakatan untuk melakukan kerja sama bagi

kepentingan bersama, untuk melakukan keperluan bersama, diadakan suatu

badan pengurus yang terdiri dari pengurus-pengurus persekutuan desa. Contoh

; Subak di Bali. Anggota-anggotanya dapat meninggalkan tempat tinggalnya

tanpa kehilangan keanggotaan dari persekutuan hukum tersebut. Sedangkan

orang luar yang masuk persekutuan tidak dengan sendirinya jadi teman

8

Page 9: Hukum Adat

segolongan. Ia baru diterima menjadi anggota segolongan setelah melalui

upacara-upacara menurut hukum adat.

iii. Persekutuan Hukum Genealogis Terotorial

Perskutuan hukum dimana faktor genealogis maupun faktor teritorial

menjadi dasar pengikat antara anggota-anggota kelompok. Artinya seseorang yang

menjadi anggota persekutuan hukum, disamping ditentukan oleh keturunan, juga

ditentukan oleh wilayah yakni harus bertempat tinggal pada daerah yang sama.

Pada persekutuan ini, golongan yang mempunyai keturunan yang sama yang

bertempat tinggal di daerah itu, terputus pertalian hubungan hukumnya dengan

teman-temannya seketurunan di tempat lain.

Contoh ;

1. Daerah yang didiami satu clan saja (di Enggano, Buru).

2. Daerah yang didiami satu clan asli dan pendatang karena adanya hubungan

perkawinan ( di Tapanuli).

3. Daerah yang didiami satu clan saja, kemudian datang clan lain menguasai ,

namun untuk tanah tetap dikuasai oleh clan asli (Sumba).

4. Dalam satu daerah antara golongan yang menampung dan yang berkuasa tidak

ada perbedaan (Nagari di Minangkabau).

5. Dalam satu daerah bertempat tinggal beberapa clan (Jawa).

PATRILINEAL

1 2 3 4

5 6 7 8 9 10 11 12

13 14 15 16 17 19

= LAKI-LAKI

= PEREMPUAN

Yang digaris merah keluar dari klan nya, masuk ke klan suaminya, namun tidak menjadi anggota suaminya.

9

1

Page 10: Hukum Adat

MATRILINEAL

1 2 3 4

5 6 7 8 9

10 11

12 13 14 15 16 17 18

19 20

= Laki-laki

= Perempuan Keturunan mengikuri garis keturunan ibu

PENGARUH FAKTOR SOSIOLOGIS TERHADAP PERUBAHAN GARIS KETURUNAN DALAM MASYARAKAT ADAT

Sepanjang jalan hidupnya masyarakat pasti mengalami perubahan-perubahan. Perubahan itu

dapat kita lihat ketika kita membandingkannya dengan keadaan kehidupan manusia itu

sendiri dari masa ke masa. Begitu juga hal ini pada adat manusia itu sendiri, dari masa ke

masa perubahan garis keturunan hukum adat dari unilateral ke arah bilateral. Perubahan-

perubahan ini tidak terjadi begitu saja, melainkan karena oleh faktor-faktor tertentu yang

mendukug perubahan itu, seperti ; faktor pendidikan, faktor perantauan, faktor ekonomi

(industrialisasi, teknologi, modernisasi), revolusi, faktor ideologi, faktor islam dan faktor

politik.

KEDUDUKAN HUKUM ADAT DALAM PERUNDANG-UNDANGAN

i. UUD Tahun 1945, pada UUD ini tidak ada satu pasalpun yang memuat dasar

berlakunya hukum adat. Hanya menurut peraturan peralihan pasal II UUD “segala

10

Page 11: Hukum Adat

badan negara dan peraturan yang ada, masih langsung berlakuo selama belum

diadakan yang baru menurut UUD ini”.

ii. UUDS 1950, pasal 104 “segala keputusan pengadilan harus berisi alasan-

alasannya dan dalam perkara hukuman menyebut aturan-aturan undang-undang

dan aturan-aturan hukum adat yang dijadikan dasar hukuman itu”.

iii. UU No 1 dr Tahun 1951, dengan undang-undang ini hukum adat diakui namun

dapat dikesampingkan bila menurut hakim hukumadat tidak selaras dengan zaman

yang senantiasa berubah. Dengan kata lain, hakim memberikan hukuman

berdasarkan kesalahan orang tersebut. Adat yang realisasinya beru terlaksana

secara keseluruhan pada tahun 1970 yaitu dengan ditetapkannya penghapusan

pengadilan adat Irian Jaya. eksistensi peradilan adat masih diakui sepanjang

menurut hukum yang hidup merupakan suatu bagian hukum tersendiri dari

operadilan adat. Kedudukan hukum pidana adat dengan berlakunya KUHP secara

unifikasi untuk seluruh golongan penduduk tempatnya menjadi terdesak dsan

dengan sistem legislastis dari KUHP tersebut boleh dikatakan tidak ada tempat

lagi bagi hukum pidana adat, namun masih diberikan suatu keonggaran “Untuk

Sementara Waktu” diakui namun harus tetap disesuaikan dengan apa yang telah

dirumuskan dalam KUHP.

iv. UU No. 5 Tahun 1960, UUPA mengakui hak ulayat sepanjang dalam

kenyataannya masih ada. Hukum adat dalam lapangan keagrariaan, diberikan

pembatan yaitu tidak boleh bertentangan dengan kepentinfan nasionalisme negara

yang berdasarkan persatuan bangsa, tidak boleh bertentangan dengan

nasionalisme Indonesia, tidak boleh bertentangan dengan ketentuan dalam UUPA

dan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan-ketentuan perundangan lainnya.

v. UU No. 5 Tahun 1967, hukum adat mendapat pengakuan yang kurang begitu

menyenangkan “pelaksanaan hak-hak masyarakat adat, hukum adat dan anggota-

anggota serta hak-hak perseorangan untuk mendapatkan manfaat dari hukumadat

baik langsung maupun tidak langsung yang didasarkan atas suatu peraturan

sepanjang menurut kenyataannya masih ada, tidak boleh mengganggu tercapainya

tujuan-tujuan yang dimaksud dalam undang-undan ini”. Ketentuan ini Membatasi

hukum adat karena timbulnya dari anggapan bahwa suasana hukum adat dapat

menimbulkan perusakan hutan. Batasan-batasannya sebagai berikut ;

- Hak-hak masyarakat hukum adat dan anggota-anggotanya untuk memungut

hasil hutan yang didasarkan atas suatu peraturan hukum adat sepanjang

11

Page 12: Hukum Adat

menurut kenyataannya masih ada, pelaksanaannya perlu untuk ditertibkan

sehingga tidak mengganggu pelaksanaan-pelaksanaan pengusahaan hutan.

- Pelaksanaan tersebut di atas harus seizin pemegang hak tersebut di atas yang

diatur dengan suatu tata tertib sebagai hasil musyawarah anatara pemegang

hak dan masyarakat hukum adat dengan bimbingan dan pengawasan dinas

khutanan.

- Demi keselamatan umum dalam areal hutan yang sedang dikerjakan dalam

rangka pengusahaan hutan, pelaksanaan hak-hak rakyat untuk memungut hasil

hutan dibekukan.

vi. UU No. 14 Tahun 1970, ditegaskan semua peradilan di seluruh wilayah RI adalah

peradilan negara dan akan ditetapkan dengan UU. Maka dengan begitu tidak akan

ada lagi suatu peradilan adat. Kedudukan hukum adat tetap diakui, hanya

pelaksanaannya dilakukan oleh badan peradilan negara tersebut. Hukum tidak

tertulis setara dengan hukum tertulis, kemudian dipertegas bahwa hakim sebagai

penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-

nilai hukum yang hidup dalam masyarakat.

vii. UU No.5 Tahun 1979, hukum adat hampir tidak diperhatikan sama sekali.

Kedudukan pemerintahan desa sejauh mungkin diseragamkan dengan

mengindahkan keragaman keadaan desa dan ketentuan adat istiadat yang masih

berlaku.

12