Upload
dwikurniawan212
View
19
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hakekat pembangunan Nasional adalah pembangunan bertujuan untuk mewujudkan
manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mencapai masyarakat
yang adil, makmur dan sejahtera merata meteriil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.
Salah satu bagian pembangunan nasional adalah pembangunan dibidang hukum, yang
dikenal dengan istilah pembaharuan hukum (law reform). Pembaharuan hukum nasional sebagai
bagian dari rangkaian pembangunan nasional ini dilakukan secara menyeluruh dan terpadu baik
hukum pidana, hukum perdata maupun hukum administrasi, dan meliputi juga hukum formil
maupun hukum materielnya.
Dalam rangka membangun kerangka dasar hukum nasional, maka perlu dipahami dan
dihayati agar setiap membentuk hukum dan perundang-undangan selalu berlandaskan moral,
jiwa dan hakikat yang terdapat dalam pandangan hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila dan
UUD 1945 serta harus pula disesuaikan dengan tuntutan kemajuan zaman, khususnya sejalan
dengan tuntutan reformasi dibidang hukum. Oleh karena itu hukum harus mampu mengikuti
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Hukum bisa berfungsi untuk
mengendalikan masyarakat dan bisa juga menjadi sarana untuk melakukan perubahan-perubahan
dalam masyarakat.
Menurut Barda Nawawi Arief, pembaharuan hukum pidana tidak hanya menyangkut
masalah substansinya saja, akan tetapi selalu berkaitan dengan nilai-nilai yang ada. Untuk itu
dalam pandangannya beliau menyatakan :
“ Pembaharuan hukum pidana pada hakekatnya mengandung makna, suatu upaya untuk
melakukan reorientasi dan reformasi hukum pidana yang sesuai dengan nilainilai sosio politik,
Makalah Narkoba 1
sosio filosofik dan sosio kultural masyarakat Indonesia yang melandasi kebijakan sosial,
kebijakan kriminal dan kebijakan penegakan hukum di Indonesia.”
Satjipto Raharjo sebagaimana pendapatnya yang dikutip oleh Nyoman Sarikat Putra
mengatakan, bahwa proses penegakan hukum itu menjangkau pula sampai pada tahapan
pembuatan hukum/undang-undang. Perumusan pikiran pembuat undang-undang yang dituangkan
dalam peraturan perundang-undangan akan turut menentukan bagaimana penegakan hukum itu
nanti dijalankan. Hukum pidana materiel, dilihat dari sudut dogmatis-normatif, menurut Barda
Nawawi Arief bersubstansikan pada 3 (tiga) masalah pokok dari hukum pidana
(maksudnya hukum pidana materiel) terletak pada masalah mengenai yang saling
berkait, yaitu :
1. perbuatan apa yang sepatutnya dipidana ;
2. syarat apa yang seharusnya dipenuhi untuk mempersalahkan/mempertanggungjawabkan
seseorang melakukan perbuatan itu; dan
3. sanksi/pidana apa yang sepatutnya dikenakan pada orang tersebut ;
Kebijakan hukum pidana pada hakekatnya mengandung kebijakan Negara dalam mengatur
dan membatasi kekuasaan, baik kewenangan masyarakat pada umumnya untuk bertindak dan
bertingkah laku maupun kekuasaan atau kewenangan penguasa/penegak hukum dalam
menjalankan tugasnya memastikan bahwa masyarakat taat dan patuh pada aturan yang telah
ditetapkan.
Kebijakan hukum pidana merupakan serangkaian proses yang terdiri atas tiga tahapan yakni :
1. a. tahap kebijakan legislatif/formulatif ;
2. b. tahap kebijakan yudikatif/aplikatif dan
3. c. tahap kebijakan eksekutif/administratif
Makalah Narkoba 2
Berdasarkan tiga uraian tahapan kebijakan penegakan hukum pidana tersebut terkandung
didalamnya tiga kekuasaan/kewenangan, yaitu kekuasaan legislatif/formulatif berwenang dalam
hal menetapkan atau merumuskan perbuatan apa yang dapat dipidana yang berorientasi pada
permasalahan pokok dalam hukum pidana meliputi perbuatan yang bersifat melawan hukum,
kesalahan/pertanggungjawaban pidana dan sanksi apa yang dapat dikenakan oleh pembuat
undang-undang, kekuasaan yudikatif/aplikatif merupakan kekuasaan dalam hal menerapkan
hukum pidana oleh aparat penegak hukum atau pengadilan dan kekuasaan eksekutif/administratif
dalam melaksanakan hukum pidana oleh aparat pelaksana/eksekusi pidana.
Berdasarkan tiga tahapan kebijakan penegakan hukum tersebut diatas penanggulangan
kejahatan selalu diorientasikan pada upaya untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.
Sebagaimana diutarakan oleh Barda Nawawi Arief bahwa kebijakan atau upaya penanggulangan
kejahatan (criminal policy) pada hakekatnya merupakan bagian integral dari upaya perlindungan
masyarakat (social defence) dan upaya mencapai kesejahteraan masyarakat (social welfare).
Seiring dengan perkembangan kehidupan masyarakat modern dalam menghadapi globalisasi
serta adanya proses industrialisasi dan modernisasi akan menumbuhkan perubahan proses sosial
dalam tata kehidupan masyarakat. Proses industrialisasi dan modernisasi dan terutama
industrialisasi kehutanan telah berdampak besar pada kelangsungan hutan sebagai penyangga
hidup dan kehidupan mahluk didunia. Hutan merupakan sumber daya yang sangat penting tidak
hanya sebagai sumber daya kayu, tetapi lebih sebagai salah satu komponen lingkungan hidup.
Untuk itu dalam kedudukannya hutan sebagai salah satu penentu system penyangga
kehidupan harus dijaga kelestariaannya. sebagaimana landasan konstitusional Pasal 33 ayat (3)
UUD 1945 yang berbunyi :
“Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”
Kawasan hutan merupakan sumberdaya alam yang terbuka, sehingga akses masyarakat
untuk masuk memanfaatkannya sangat besar. Kondisi tersebut memacu permasalahan dalam
pengelolaan hutan.
Makalah Narkoba 3
Seiring dengan semangat reformasi kegiatan perusakan hutan seperti penebangan kayu
dan pencurian kayu dihutan menjadi semakin marak apabila hal ini dibiarkan berlangsung secara
terus menerus kerusakan hutan Indonesia akan berdampak pada terganggunya kelangsungan
ekosistem, terjadinya banjir, erosi/tanah longsor, disfungsinya hutan sebagai penyangga
keseimbangan alam serta dari sisi pendapatan Negara pemerintah Indonesia mengalami kerugian
yang dihitung dari pajak dan pendapatan yang seharusnya masuk ke kas Negara.
Aktifitas penebangan kayu dan pencurian kayu pembalakan kayu yang diambil dari
kawasan hutan dengan tidak sah tanpa ijin yang sah dari pemerintah kemudian berdasarkan hasil
beberapa kali seminar dikenal dengan istilah illegal logging.
Aktifitas illegal logging saat ini berjalan dengan lebih terbuka, transparan dan banyak
pihak yang terlibat dan memperoleh keuntungan dari aktifitas pencurian kayu, modus yang
biasanya dilakukan adalah dengan melibatkan banyak pihak dilakukan secara sistematis dan
terorganisir. Pada umumnya, mereka yang berperan adalah buruh/penebang, pemodal (cukong),
penyedia angkutan dan pengaman usaha (seringkali sebagai pengaman usaha adalah dari
kalangan birokrasi, aparat pemerintah, polisi, TNI).
Dalam beberapa hasil temuan modus yang biasa dilakukan dalam illegal logging adalah
pengusaha melakukan penebangan di bekas areal lahan yang dimilikinya maupun penebangan
diluar jatah tebang, serta memanipulasi isi dokumen SKSHH ataupun dengan membeli SKSHH
untuk melegalkan kayu yang diperoleh dari praktek illegal logging.
Illegal loging terjadi karena adanya kerjasama antara masyarakat lokal berperan sebagai
pelaksana dilapangan dengan para cukong bertindak sebagai pemodal yang akan membeli kayu-
kayu hasil tebangan tersebut, adakalanya cukong tidak hanya menampung dan membeli kayu-
kayu hasil tebangan namun juga mensuplai alat-alat berat kepada masyarakat untuk kebutuhan
pengangkutan.
Untuk mengatasi maraknya tindak pidana illegal Logging jajaran aparat penegak hukum
(penyidik Polri maupun penyidik PPns yang lingkup tugasnya bertanggungjawab terhadap
pengurusan hutan, Kejaksaan maupun Hakim) telah mempergunakan Undang-undang No. 41
tahun 1999 diubah dengan Undang-undang No 19 tahun 2004 kedua undang-undang tersebut
Makalah Narkoba 4
tentang Kehutanan sebagai instrumen hukum untuk menanggulanggi tindak pidana illegal
logging, meskipun secara limitatif undang-undang tersebut tidak menyebutkan adanya istilah
illegal logging.
Yang dimaksud dengan illegal logging berdasarkan berdasarkan Inpres No. 5 Tahun
2001, tentang Pemberantasan Penebangan Kayu illegal (Illegal Logging) dan Peredaran Hasil
hutan Illegal di Kawasan Ekosistem Leuser dan taman Nasional Tanjung Puting, adalah
penebangan kayu dikawasan hutan dengan tidak sah.
Menurut pendapat Haryadi Kartodiharjo, illegal logging merupakan penebangan kayu
secara tidak sah dan melanggar peraturan perundang-undangan, yaitu berupa pencurian kayu
didalam kawasan hutan Negara atau hutan hak (milik) dan atau pemegang ijin melakukan
penebangan lebih dari jatah yang telah ditetapkan dalam perizinan.
Contoh Didaerah-daerah pinggiran kawasan hutan Bojonegoro, Purwodadi maupun Blora
banyak ditemui kasus dimana orang/warga masyarakat karena alasan ekonomi melakukan
penebangan satu buah pohon kayu dihutan dengan tanpa ijin, ditangkap, ditahan dan didakwa
telah melakukan tindak pidana illegal logging sebagaimana ketentuan pasal 50 dalam Undang-
undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
Sebelum berlakunya undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, menebang,
memotong, mengambil dan membawa kayu hasil hutan tanpa ijin dari pejabat yang berwenang
dikenakan pasal-pasal yang ada dalam KUHP, namun setelah berlakunya UU No. 41 tahun 1999
tentang Kehutanan terhadap perbuatan memanfaatkan kayu hasil hutan tanpa ijin pihak yang
berwenang tersebut dikenakan pidana sebagaimana tercantum dalam Pasal 50 jo Pasal 78 UU
No. 41 tahun 1999 yang notabene ancaman pidananya lebih berat dibandingkan dengan apabila
dikenai pasal-pasal dalam KUHP. Sering disebut Asas “Lex Spesialis Derogat Lex Generalis”.
Ketentuan penjelasan pasal 50 UU No. 41 tahun 1999 yang dimaksud dengan orang
adalah subyek hukum baik orang pribadi, badan hukum maupun badan usaha dengan tidak
memberikan penjelasan lebih lanjut tentang perumusan tindak pidananya sehingga sanksi pidana
terhadap orang pribadi dan korporasi juga diberlakukan sama.
Makalah Narkoba 5
Adanya berbagai kasus didaerah dimana seseorang karena sekedar memenuhi kebutuhan
ekonomi menebang, mengambil membawa dan memanfaatkan sebatang kayu dari hutan tanpa
ijin pejabat yang berwenang dikenakan tindak pidana illegal logging bila dikaitkan dengan
tujuan pemidanaan menimbulkan permasalahan yang dihubungkan dengan tujuan
penanggulangan kejahatan (criminal policy) sebagai upaya perlindungan masyarakat untuk
mencapai keadilan dan kesejahteraan masyarakat (social welfare), menjadikan pemikiran cukup
adilkah mereka yang karena sekedar memenuhi kebutuhan ekonomi/perut diancam dengan
hukuman yang sama dengan pemilik modal yang jelas-jelas mencuri kayu hutan dengan tujuan
untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.
Dalam mengantisipasi upaya penanggulangan tindak pidana Illegal Logging ini menjadi
sangat penting untuk melakukan suatu kebijakan hukum pidana khususnya kebijakan legislatif,
yaitu bagaimana memformulasikan suatu perbuatan yang dianggap sebagai tindak pidana illegal
Logging, syarat apa saja yang harus dipenuhi untuk mempersalahkan/mempertanggungjawabkan
seseorang melakukan perbuatan illegal logging dan sanksi/pidana apa yang sepatutnya dikenakan
serta bagaimana dalam menerapkan kebijakan legislatif tersebut oleh badan yudikatif.
B. Perumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Bagaimana Pengertian Narkotika/Narkoba?
2. Bagaimana Jenis-jenis Narkotika/Narkoba?
3. Bagaimana Cara Pengobatan Narkoba?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah terumuskannya model pemberdayaan pranata sosial
dalam menangani masalah penyalahgunaan narkoba. Manfaat yang diharapkan adalah
sebagai bahan masukan bagi perumusan kebijakan penanganan masalah
penyalahgunaan narkoba khususnya keikutsertaan pencegahan dan penanganan
penyalahgunaan masalah narkoba. Selain itu diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak, khususnya kepada siswa untuk tidak menggunakan
Makalah Narkoba 6
Narkotika/Narkoba. Manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah dengan adanya
penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan acuan didalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan yang lain dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui Pengertian Narkotika/Narkoba
2. Mengetahui Jenis-jenis Narkotika/Narkoba
3. Mengetahui Cara Pengobatan Narkoba
D. Metode Pengumpulan Data
Metode yang di pilih dalam mengerjakan tugas ini adalah dengan menggunakan
beberapa metode yang dilakukan secara sistematis. Metode-metode digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis pergunakan adalah studi pustaka yaitu dengan
mempelajari buku-buku dan refresnsi-referensi yang ada kaitannya dengan permasalahan
yang ada dalam laporan ini.
2. Analisis Permasalahan
Pada tahap ini penulis melakukan analisis kebutuhan dari system yang akan
dikembangkan berdasarkan data yang didapat pada tahap pengumpulan data.
3. Perancangan
Pada tahap ini penulis membuat rancangan proses untuk mengembangkan data-data
yang telah diperoleh
E. Sistematika Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
Makalah Narkoba 7
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Metode Pengumpulan Data
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Narkoba
B. Jenis – Jenis Narkoba
C. Cara Pengobatan Narkoba
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Narkoba
Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya yang telah
populer beredar dimasyarakat perkotaan maupun di pedesaan, termasuk bagi aparat hukum.
Makalah Narkoba 8
Sebenarnya dahulu kala masyarakat juga mengenal istilah madat sebagai sebutan untuk
candu atau opium, suatu golongan narkotika yang berasal dari getah kuncup bunga tanaman
Poppy yang banyak tumbuh di sekitar Thailand, Myanmar dan Laos (The Golden Triangle)
maupun di Pakistan dan Afganistan.
Selain Narkoba, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan
RI adalah NAPZA yaitu singkatan dari Narkotika, Pasikotropika dan Zat adiktif lainnya.
Semua istilah ini sebenarnya mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai
risiko yang oleh masyarakat disebut berbahaya yaitu kecanduan (adiksi).
Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga bilamana disalahgunakan
akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial. Karena itu Pemerintah
memberlakukan Undang-Undang untuk penyalahgunaan narkoba yaitu UU No.5 tahun 1997
tentang Psikotropika dan UU No.22 tahun 1997 tentang Narkotika.
Golongan Psikotropika adalah zat atau obat baik alami maupun sintetis namun bukan
Narkotika yang berkhasiat aktif terhadap kejiwaan (psikoaktif) melalui pengaruhnya pada
susunan syaraf pusat sehingga menimbulkan perubahaan tertentu pada aktivitas mental dan
perilaku.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semisintetis yang akan menyebabkan perubahan kesadaran, mengurangi
sampai menghilangkan rasa sakit dan dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi).
B. Jenis-Jenis Narkoba
Jenis Narkotika yang sering disalahgunakan adalah morfin, heroin (putauw), petidin,
termasuk ganja atau kanabis, mariyuana, hashis dan kokain.
Makalah Narkoba 9
Sedangkan jenis Psikotropika yang sering disalahgunakan adalah amfetamin, ekstasi,
shabu, obat penenang seperti mogadon, rohypnol, dumolid, lexotan, pil koplo, BK, termasuk
LSD, Mushroom.
Zat adiktif lainnya disini adalah bahan/zat bukan Narkotika & Psikotropika seperti
alkohol/etanol atau metanol, tembakau, gas yang dihirup (inhalansia) maupun zat pelarut
(solven).
Sering kali pemakaian rokok dan alkohol terutama pada kelompok remaja (usia 14-20
tahun) harus diwaspadai orangtua karena umumnya pemakaian kedua zat tersebut
cenderung menjadi pintu masuk penyalahgunaan Narkoba lain yang lebih berbahaya
(Putauw).
1. OPIAT atau Opium (candu)
Merupakan golongan Narkotika alami yang sering digunakan dengan cara dihisap
(inhalasi).
· Menimbulkan rasa kesibukan (rushing sensation)
· Menimbulkan semangat
· Merasa waktu berjalan lambat.
· Pusing, kehilangan keseimbangan/mabuk.
· Merasa rangsang birahi meningkat (hambatan seksual hilang).
· Timbul masalah kulit di sekitar mulut dan hidung.
2. MORFIN
Makalah Narkoba 10
Merupakan zat aktif (narkotika) yang diperoleh dari candu melalui pengolahan secara
kimia. Umumnya candu mengandung 10% morfin. Cara pemakaiannya disuntik di
bawah kulit, ke dalam otot atau pembuluh darah (intravena)
· Menimbulkan euforia.
· Mual, muntah, sulit buang hajat besar (konstipasi).
· Kebingungan (konfusi).
· Berkeringat.
· Dapat menyebabkan pingsan, jantung berdebar-debar.
· Gelisah dan perubahan suasana hati.
· Mulut kering dan warna muka berubah.
3. HEROIN atau Putaw
Merupakan golongan narkotika semisintetis yang dihasilkan atas pengolahan morfin
secara kimiawi melalui 4 tahapan sehingga diperoleh heroin paling murni berkadar 80%
hingga 99%. Heroin murni berbentuk bubuk putih sedangkan heroin tidak murni
berwarna putih keabuan (street heroin). Zat ini sangat mudah menembus otak sehingga
bereaksi lebih kuat dari pada morfin itu sendiri. Umumnya digunakan dengan cara
disuntik atau dihisap.
Timbul rasa kesibukan yang sangat cepat/rushing sensastion (± 30-60 detik) diikuti
rasa menyenangkan seperti mimpi yang penuh kedamaian dan kepuasan atau ketenangan
hati (euforia). Ingin selalu menyendiri untuk menikmatinya.
· Denyut nadi melambat.
Makalah Narkoba 11
· Tekanan darah menurun.
· Otot-otot menjadi lemas/relaks.
· Diafragma mata (pupil) mengecil (pin point).
· Mengurangi bahkan menghilangkan kepercayaan diri.
· Membentuk dunia sendiri (dissosial) : tidak bersahabat.
· Penyimpangan perilaku : berbohong, menipu, mencuri, kriminal.
· Ketergantungan dapat terjadi dalam beberapa hari.
· Efek samping timbul kesulitan dorongan seksual, kesulitan membuang hajat besar,
jantung berdebar-debar, kemerahan dan gatal di sekitar hidung, timbul gangguan
kebiasaan tidur.
Jika sudah toleransi, semakin mudah depresi dan marah sedangkan efek euforia
semakin ringan atau singkat
4. GANJA atau Kanabis
Berasal dari tanaman kanabis sativa dan kanabis indica. Pada tanaman ini terkandung
3 zat utama yaitu tetrahidrokanabinol, kanabinol dan kanabidiol. Cara penggunaannya
dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa
rokok.
· Denyut jantung atau nadi lebih cepat.
· Mulut dan tenggorokan kering.
· Merasa lebih santai, banyak bicara dan bergembira.
· Sulit mengingat sesuatu kejadian.
Makalah Narkoba 12
· Kesulitan kinerja yang membutuhkan konsentrasi, reaksi yang cepat dan koordinasi.
· Kadang-kadang menjadi agresif bahkan kekerasan.
· Bilamana pemakaian dihentikan dapat diikuti dengan sakit kepala, mual yang
berkepanjangan, rasa letih/capek.
· Gangguan kebiasaan tidur.
· Sensitif dan gelisah.
· Berkeringat.
· Berfantasi
· Selera makan bertambah
5. LSD atau lysergic acid atau acid, trips, tabs
Termasuk sebagai golongan halusinogen (membuat khayalan) yang biasa diperoleh
dalam bentuk kertas berukuran kotak kecil sebesar ¼ perangko dalam banyak warna dan
gambar. Ada juga yang berbentuk pil atau kapsul. Cara menggunakannya dengan
meletakkan LSD pada permukaan lidah dan bereaksi setelah 30-60 menit kemudian dan
berakhir setelah 8-12 jam.
· Timbul rasa yang disebut Tripping yaitu seperti halusinasi tempat, warna dan waktu.
· Biasanya halusinasi ini digabung menjadi satu hingga timbul obsesi terhadap yang
dirasakan dan ingin hanyut di dalamnya.
· Menjadi sangat indah atau bahkan menyeramkan dan lama kelamaan membuat
perasaan khawatir yang berlebihan (paranoid).
· Denyut jantung dan tekanan darah meningkat.
· Diafragma mata melebar dan demam.
Makalah Narkoba 13
· Disorientasi.
· Depresi.
· Pusing
· Panik dan rasa takut berlebihan.
· Flashback (mengingat masa lalu) selama beberapa minggu atau bulan kemudian.
· Gangguan persepsi seperti merasa kurus atau kehilangan berat badan.
6. KOKAIN
Mempunyai 2 bentuk yakni bentuk asam (kokain hidroklorida) dan bentuk basa
(free base). Kokain asam berupa kristal putih, rasa sedikit pahit dan lebih mudah larut
dibanding bentuk basa bebas yang tidak berbau dan rasanya pahit. Nama jalanan kadang
disebut koka, coke, happy dust, snow, charlie, srepet, salju, putih. Disalahgunakan
dengan cara menghirup yaitu membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian
berbaris lurus di atas permukaan kaca dan benda.
C. Cara Pengobatan Narkoba
Pertolongan penderita Narkoba dimandikan dengan air hangat, minum banyak, makan-
makanan bergizi dalam jumlah sedikit dan sering dan dialihkan perhatiannya dari narkoba.
Detoksifikasi adalah proses menghilangkan racun (zat narkotika atau adiktif lain) dari
tubuh dengan cara menghentikan total pemakaian semua zat adiktif yang dipakai atau
dengan penurunan dosis obat pengganti.
Setelah menjalani detoksifikasi hingga tuntas (tes urin sudah negatif), tubuh secara fisik
memang tidak “ketagihan” lagi, namun secara psikis ada rasa rindu dan kangen terhadap zat
tersebut masih terus membuntuti alam pikiran dan perasaan sang pecandu.
Makalah Narkoba 14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Narkotika/ Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya
yang telah populer beredar dimasyarakat perkotaan maupun di pedesaan, termasuk bagi
aparat hukum.
2. Jenis Narkotika yang sering disalahgunakan adalah morfin, heroin (putauw), petidin,
termasuk ganja atau kanabis, mariyuana, hashis dan kokain
B. Saran
Diharapkan setelah penulis menyusun makalah ini masyarakat sadar akan bahayanya
mengkonsumsi narkoba dan menyalah gunakan narkoba. Karena jika salah seorang sudah
menggunakan narkoba dan kecanduan, orang tersebut akan mengalami jantung yang berdebar-
debar, mering menguap, mengeluarkan air mata berlebihan, mengeluarkan keringat berlebihan,
mengalami nyeri kepala, mengalami nyeri/nilu sendi-sendi.
Makalah Narkoba 15
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Amin. 1991. Buku Tentang Bahaya Narkoba. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Wikipedia. 2010. “Narkoba” (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba.
Visimedia. Mengenal Jenis dan Efek Narkoba. Jakarta: Praninta Offset.
UU No. 35 Tahun . 2009. Tentang Narkotika.
Makalah Narkoba 16