Hydro Pneumo Torax

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat

Citation preview

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

PAGE

BAB ITINJAUAN PUSTAKAPENDAHULUAN

Pleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis dan pleura parietalis. Kedua lapisan ini bersatu di daerah hilus arteri dan mengadakan penetrasi dengan cabang utama bronkus, arteri dan vena bronkialis, serabut saraf dan pembuluh limfe. Berdasarkan histologisnya kedua lapisan ini terdiri dari sel mesotelial, jaringan ikat, pembuluh darah kapiler, dan pembuluh getah bening.

Pleura sering kali mengalami pathogenesis seperti terjadinya efusi cairan, misalnya hidrotoraks dan pleuritis eksudativa karena infeksi, hemotoraks bila rongga pleura berisi darah, kilotoraks ( cairan limfe ), piotoraks atau empiema toracis bila berisi nanah, pneumotoraks bila berisi udara.

Penyebab dari kelainan patologi pada rongga pleura bermacam macam, terutama karena infeksi tuberculosis atau non tuberculosis keganasan, trauma, dan lain lain.

ANATOMI DANHISTOLOGIPLEURAPleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceralis dan pleura parietalis. Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesothelial, jaringaan ikat, dan dalam keadaan normal, berisikan lapisan cairan yang sangat tipis. Membran serosa yang membungkus parekim paru disebut pleura viseralis, sedangkan membran serosa yang melapisi dinding thoraks, diafragma, dan mediastinum disebut pleura parietalis. Rongga pleura terletak antara paru dan dinding thoraks. Rongga pleura dengan lapisan cairan yang tipis ini berfungsi sebagai pelumas antara kedua pleura. Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hilus paru. Dalam hal ini, terdapat perbedaan antara pleura viseralis dan parietalis, diantaranya :

Pleura visceralis :

- Permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesothelial yang tipis < 30mm- Diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit- Di bawah sel-sel mesothelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit- Di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat elastik- Lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari a. Pulmonalis dan a. Brakhialis serta pembuluh limfe- Menempel kuat pada jaringan paru - Fungsinya. untuk mengabsorbsi cairan pleuraPleura parietalis- Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat (kolagen dan elastis)- Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung kapiler dari a. Intercostalis dan a. Mamaria interna, pembuluh limfe, dan banyak reseptor saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Keseluruhan berasal n. Intercostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada- Mudah menempel dan lepas dari dinding dada di atasnya- Fungsinya untuk memproduksi cairan pleuraCairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl.PERSYARAFANPleura parietal menerima suplai saraf dari n. intercostalis, n. phrenikus, dan n. vagus. Pleura parietal bersifat sensitive sekali. Pleura viseralis diinervasi dari plexus n. pulmonalis, yang menerima input dari n. vagus. Pleura viseralis bersifat kurang sensitive. FISIOLOGIBila paru paru mengembang dan berkontraksi selama bernapas normal, maka paru paru bergerak ke arah depan dan arah belakang dalam rongga pleura. Untuk memudahkan pergerakkan ini, terdapat lapisan tipis cairan mukoid yang terletak diantara pleura parietal dan pleura visceral.

Gambar diatas memperlihatkan dinamika pertukaran cairan dalam ruang pleura. Masing masing dari kedua pleura merupakan membrane serosa mesenkim yang berpori pori, dimana sejumlah kecil transudat interstisial dapat terus menerus melaluinya untuk masuk ke dalam ruang pleura. Cairan ini membawa protein jaringan, yang bersifat mukoid pada cairan pleura, yang memungkinkan pergerakan paru agar berlangsung dengan sangat mudah.

Jumlah total cairan dalam setiap rongga pleura sangat sedikit, hanya beberapa milliliter. Kapan pun jumlah ini menjadi lebih dari cukup untuk memisahkan pleura, maka kelebihan tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik ( yang membuka secara langsung ) dari rongga pleura ke dalam (1) mediastinum, (2) permukaan superior dari diafragma (3) permukaan lateral dari pleura parietalis. Oleh karena itu, ruang antara pleura parietalis dengan pleura viseralis disebut ruang potensial, karena ruang ini normalnya begitu sempit sehingga bukan merupakan ruang fisik yang jelas.

PATOFISIOLOGI Dalam keadaan normal, selalu terjadi filtrasi cairan ke dalam rongga pleura melalui kapiler pada pleura parietalis tetapi cairan ini segera direabsorpsi oleh saluran limfe, sehingga terjadi keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi, tiap harinya diproduksi cairan kira-kira 16,8 ml (pada orang dengan berat badan 70 kg). Kemampuan untuk reabsorpsinya dapat meningkat sampai 20 kali. Apabila antara produk dan reabsorpsinya tidak seimbang (produksinya meningkat atau reabsorpsinya menurun) maka akan timbul efusi pleura.Diketahui bahwa cairan masuk kedalam rongga melalui pleura parietal dan selanjutnya keluar lagi dalam jumlah yang sama melalui membran pleura viseral melalui sistem limfatik dan vaskular. Pergerakan cairan dari pleura parietalis ke pleura visceralis dapat terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik dan tekanan koloid osmotik. Cairan kebanyakan diabsorpsi oleh sistem limfatik dan hanya sebagian kecil yang diabsorpsi oleh sistem kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan cairan pada pleura visceralis adalah terdapatnya banyak mikrovili di sekitar sel-sel mesothelial.Akumulasi cairan pleura dapat terjadi bila:1.Meningkatnya tekanan intravaskuler dari pleura meningkatkan pembentukan cairan pleura melalui pengaruh terhadap hukum Starling. Keadaan ni dapat terjadi pada gagal jantung kanan, gagal jantung kiri dan sindroma vena kava superior.2.Tekanan intra pleura yang sangat rendah seperti terdapat pada atelektasis, baik karena obstruksi bronkus atau penebalan pleura visceralis.3.Meningkatnya kadar protein dalam cairan pleura dapat menarik lebih banyak cairan masuk ke dalam rongga pleura.4.Hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal bisa menyebabkan transudasi cairan dari kapiler pleura ke arah rongga pleura5.Obstruksi dari saluran limfe pada pleura parietalis. Saluran limfe bermuara pada vena untuk sistemik. Peningkatan dari tekanan vena sistemik akan menghambat pengosongan cairan limfeETIOLOGIA.Berdasarkan Jenis CairanKalau seorang pasien ditemukan menderita efusi pleura, kita harus berupaya untuk menemukan penyebabnya. Ada banyak macam penyebab terjadinya pengumpulan cairan pleura. Tahap yang pertama adalah menentukan apakah pasien menderita efusi pleura jenis transudat atau eksudat. Efusi pleura transudatif terjadi kalau faktor sistemik yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura mengalami perubahan.Efusi pleura eksudatif terjadi jika faktor lokal yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura mengalami perubahan. Efusi pleura tipe transudatif dibedakan dengan eksudatif melalui pengukuran kadar Laktat Dehidrogenase (LDH) dan protein di dalam cairan pleura. Efusi pleura eksudatif memenuhi paling tidak salah satu dari tiga kriteria berikut ini, sementara efusi pleura transudatif tidak memenuhi satu pun dari tiga kriteria ini :1.Protein cairan pleura / protein serum > 0,52.LDH cairan pleura / LDH serum > 0,63.LDH cairan pleura 1.67 kali dari nilai normal serum.PARAMETERTRANSUDATEKSUDAT

WarnaBJJumlah setJenis setRivaltaGlukosaProteinRasio protein T-E/plasmaLDHRasio LDH T-E/plasmaJernih< 1,016SedikitPMN < 50%Negatif60 mg/dl (= GD plasma)< 3 g/dl< 0,5< 200 IU/dl< 0,6Jernih, keruh, berdarah> 1,016Banyak (> 500 sel/mm2)PMN > 50%Negatif60 g/dl (bervariasi) 3 g/dl> 0,5> 200 IU/dl> 0,6

Efusi pleura berupa:Eksudat1.Pleuritis karena virus dan mikoplasma Virus coxsackie, Rickettsia, Chlamydia. Cairan efusi biasanya eksudat dan berisi leukosit antara 100-6000/cc. Gejala penyakit dapat dengan keluhan sakit kepala, demam, malaise, mialgia, sakit dada, sakit perut, gejala perikarditis. Diagnosa dapat dilakukan dengan cara mendeteksi antibodi terhadap virus dalam cairan efusi.2.Pleuritis karena bakteri piogenikPermukaan pleura dapat ditempeli oleh bakteri yang berasal dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara hematogen. Bakteri penyebab dapat merupakan bakteri aerob maupun anaerob (Streptococcus paeumonie, Staphylococcus aureus, Pseudomonas, Hemophillus, E. Coli, Pseudomonas, Bakteriodes, Fusobakterium, dan lain-lain). Penatalaksanaan dilakukan dengan pemberian antibotika ampicillin dan metronidazol serta mengalirkan cairan infus yang terinfeksi keluar dari rongga pleura.3.Pleuritis karena fungi penyebabnyaAktinomikosis, Aspergillus, Kriptococcus, dll. Efusi timbul karena reaksi hipersensitivitas lambat terhadap organisme fungi.4.Pleuritis tuberkulosa Merupakan komplikasi yang paling banyak terjadi melalui focus subpleural yang robek atau melalui aliran getah bening, dapat juga secara hemaogen dan menimbulkan efusi pleura bilateral. Timbulnya cairan efusi disebabkan oleh rupturnya focus subpleural dari jaringan nekrosis perkijuan, sehingga tuberkuloprotein yang ada didalamnya masuk ke rongga pleura, menimbukan reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Efusi yang disebabkan oleh TBC biasanya unilateral pada hemithoraks kiri dan jarang yang masif. Pada pasien pleuritis tuberculosis ditemukan gejala febris, penurunan berat badan, dyspneu, dan nyeri dada pleuritik.5.Efusi pleura karena neoplasmaMisalnya pada tumor primer pada paru-paru, mammae, kelenjar linife, gaster, ovarium. Efusi pleura terjadi bilateral dengan ukuran jantung yang tidak membesar. Patofisiologi terjadinya efusi ini diduga karena :- Infasi tumor ke pleura, yang merangsang reaksi inflamasi dan terjadi kebocoran kapiler.- Invasi tumor ke kelenjar limfe paru-paru dan jaringan limfe pleura, bronkhopulmonary, hillus atau mediastinum, menyebabkan gangguan aliran balik sirkulasi.- Obstruksi bronkus, menyebabkan peningkatan tekanan-tekanan negatif intra pleural, sehingga menyebabkan transudasi. Cairan pleura yang ditemukan berupa eksudat dan kadar glukosa dalam cairan pleura tersebut mungkin menurun jika beban tumor dalam cairan pleura cukup tinggi. Diagnosis dibuat melalui pemeriksaan sitologik cairan pleura dan tindakan biopsi pleura yang menggunakan jarum (needle biopsy).6.Efusi parapneumoni Adalah efusi pleura yang menyertai pneumonia bakteri, abses paru atau bronkiektasis. Khas dari penyakit ini adalah dijumpai predominan sel-sel PMN dan pada beberapa penderita cairannya berwarna purulen (empiema). Meskipun pada beberapa kasus efusi parapneumonik ini dapat diresorpsis oleh antibiotik, namun drainage kadang diperlukan pada empiema dan efusi pleura yang terlokalisir. Menurut Light, terdapat 4 indikasi untuk dilakukannya tube thoracostomy pada pasien dengan efusi parapneumonik:- Adanya pus yang terlihat secara makroskopik di dalam kavum pleura- Mikroorganisme terlihat dengan pewarnaan gram pada cairan pleura- Kadar glukosa cairan pleura kurang dari 50 mg/dl- Nilai pH cairan pleura dibawah 7,00 dan 0,15 unit lebih rendah daripada nilai pH bakteriPenanganan keadaan ini tidak boleh terlambat karena efusi parapneumonik yang mengalir bebas dapat berkumpul hanya dalam waktu beberapa jam saja.7.Efusi pleura karena penyakit kolagen

Seperti pada SLE, Pleuritis Rheumatoid, Skleroderma8.Penyakit AIDS

Pada sarkoma kapoksi yang diikuti oleh efusi parapneumonik.Transudat1.Gangguan kardiovaskularPenyebab terbanyak adalah decompensatio cordis. Sedangkan penyebab lainnya adalah perikarditis konstriktiva, dan sindroma vena kava superior. Patogenesisnya adalah akibat terjadinya peningkatan tekanan vena sistemik dan tekanan kapiler dinding dada sehingga terjadi peningkatan filtrasi pada pleura parietalis. Di samping itu peningkatan tekanan kapiler pulmonal akan menurunkan kapasitas reabsorpsi pembuluh darah subpleura dan aliran getah bening juga akan menurun (terhalang) sehingga filtrasi cairan ke rongga pleura dan paru-paru meningkat.Tekanan hidrostatik yang meningkat pada seluruh rongga dada dapat juga menyebabkan efusi pleura yang bilateral. Tapi yang agak sulit menerangkan adalah kenapa efusi pleuranya lebih sering terjadi pada sisi kanan.Terapi ditujukan pada payah jantungnya. Bila kelainan jantungnya teratasi dengan istirahat, digitalis, diuretik dll, efusi pleura juga segera menghilang.Kadang-kadang torakosentesis diperlukan juga bila penderita amat sesak.2.HipoalbuminemiaEfusi terjadi karena rendahnya tekanan osmotik protein cairan pleura dibandingkan dengan tekanan osmotik darah. Efusi yang terjadi kebanyakan bilateral dan cairan bersifat transudat. Pengobatan adalah dengan memberikan diuretik dan restriksi pemberian garam. Tapi pengobatan yang terbaik adalah dengan memberikan infus albumin.3.Hidrothoraks hepatikMekanisme yang utama adalah gerakan langsung cairan pleura melalui lubang kecil yang ada pada diafragma ke dalam rongga pleura. Efusi biasanya di sisi kanan dan biasanya cukup besar untuk menimbulkan dyspneu berat. Apabila penatalaksanaan medis tidak dapat mengontrol asites dan efusi, tidak ada alternatif yang baik. Pertimbangan tindakan yang dapat dilakukan adalah pemasangan pintas peritoneum-venosa (peritoneal venous shunt, torakotomi) dengan perbaikan terhadap kebocoran melalui bedah, atau torakotomi pipa dengan suntikan agen yang menyebakan sklerosis.4.Meigs SyndromSindrom ini ditandai oleh ascites dan efusi pleura pada penderita-penderita dengan tumor ovarium jinak dan solid. Tumor lain yang dapat menimbulkan sindrom serupa : tumor ovarium kistik, fibromyomatoma dari uterus, tumor ovarium ganas yang berderajat rendah tanpa adanya metastasis. Asites timbul karena sekresi cairan yang banyak oleh tumornya dimana efusi pleuranya terjadi karena cairan asites yang masuk ke pleura melalui porus di diafragma. Klinisnya merupakan penyakit kronis.5.Dialisis PeritonealEfusi dapat terjadi selama dan sesudah dialisis peritoneal. Efusi terjadi unilateral ataupun bilateral. Perpindahan cairan dialisat dari rongga peritoneal ke rongga pleura terjadi melalui celah diafragma. Hal ini terbukti dengan samanya komposisi antara cairan pleura dengan cairan dialisa.DarahAdanya darah dalam cairan rongga pleura disebut hemothoraks. Kadar Hb pada hemothoraks selalu lebih besar 25% kadar Hb dalam darah. Darah hemothorak yang baru diaspirasi tidak membeku beberapa menit. Hal ini mungkin karena faktor koagulasi sudah terpakai sedangkan fibrinnya diambil oleh permukaan pleura. Bila darah aspirasi segera membeku, maka biasanya darah tersebut berasal dari traumadinding dada.B.Berdasarkan Kuman Penyebab1.Mycobacterium Tuberculosisa.BakteriologiPenyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini adalah sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4mm dan tebal 03-0,6mm. Kuman ini tahan terhadap asam dikarenakan kandungan asam lemak (lipid) di dindingnya. Kuman ini dapat hidup pada udara kering maupun dingin. Hal ini karena kuman berada dalam sifat dormant yang suatu saat kuman dapat bangkit kembali dan aktif kembali.Kuman ini hidup sebagai parasit intraseluter didalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi daripada bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan predileksi penyakit tuberkulosis.b.PatogenesisTuberkulosis PrimerPenularan terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersihkan keluar menjadi droplet nudei dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung dari ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap, kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada jalan napas atau paru-paru. Kuman dapat masuk lewat luka pada kulit atau mukosa tapi hal ini sangat jarang terjadi.Kuman yang menetap di jaringan paru, ia tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini ia dapat terbawa ke organ tubuh lain. Kuman yang bersarang tadi akan membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer. Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju illus (limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hillus (limfadenitis regional). Sarang primer + limfangitis lokal + limfadenitis regional = kompleks primer. Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi :1)Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.2)Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas, berupa garis-garis fibrotik, kalsifikasi di hillus atau kompleks (sarang) Ghon.3)Berkomplikasi dan menyebar secara:- Per kontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya- Secara bronkogen pada paru ysng bersangkutan maupun paru yang di sebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama tertelan besama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus- Secara limfogen, ke organ tubuh lainnya- Secara hematogen, ke organ tubuh lainnyaSemua kejadian diatas tergolong ke dalam perjalanan tuberklosis primer.Tuberkulosis Post-PrimerKuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (Post-Primer). Tuberkulosis Post-Primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru-paru (bagian apikal posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiller paru.Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel Datia-Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan bermacam-macam jaringan ikat.Bergantung dari imunitas penderita, virulensi, jumlah kuman, sarang dapat menjadi :1)Diresorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut2)Sarang yang mula-mula meluas, tapi segera menyembuh dan menimbulkan jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi lebih keras, menimbulkan perkapuran dan akan sembuh delam bentuk perkapuran.3)Sarang dini yang meluas dimana granuloma berkembang menghancurkan jaringan sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis, dan menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar akan terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblas dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik.Kavitas dapat :-Melus kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Sarang ini selanjutnya mengikuti perjalanan seperti yang disebutkan terdahulu.-Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma. Tuberkuloma ini dapat mengapur dan menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi kavitas lagi.-Bersih dan menyembuh, disebutopen heated cavity. Dapat juga menyembuh dengan membungkus diri dan menjadi kecil. Kadang-kadang berakhir sebagai kavitas yang terbungkus, menciut dan berbentuk seperti bintang disebutstellate shaped.Pada penvakit TBC paru, efusi pleura diduga disebabkan oleh rupturnya fokus subpleural dari jarngan nekrotik perkijuan sehingga tuberkuloprotein yang ada didalamnya masuk ke rongga pleura, menimbulkan reaksi hipersensitif tipe lambat. Hal ini didukung dengan ditemukannya limfossit T, Interleukin-2 dan Interleukin reseptor pada cairan pleura.Cara penyebaran lainnya diduga secara hematogen dan secara perkontinuitatum dari kelenjar-kelenjar getah bening servikal,rnediastinal, dan dari abses di vertebrae.Efusi pleura yang disebabkan oleh TBC dapat juga berupa empyema, yaitu buila terjadi infeksi sekunder karena adanya fitula bronchopulmonal, atau berupa chylothoraxs yaitu bila terdapat penekanan kelenjar atau tarikan fibrin pada duktus thoracicus. Efusi yang disebabkan oleh TBC biasanya unilateral pada hemithoraxs kiri, jarang yang masif. Pada thoraxosentesis ditemukan cairan berwarna kuning jernih, mengandung > 3 gr protein/ 100 ml, bila cairan berupa darah, serosanguineous atau merah muda diagnosis TBC harus diragukan.c.Gejala-gejala Tuberculosis Batuk berdahak 3 minggu atau lebih Sering disertai darah, sesak nafas, nyeri dada. Gejala umum: badan lemah, nafsu makan turun, berat badan turun, malaise, berkeringat malam, demam hilang timbul tidak terlalu tinggi.- Bisa muncul gejala TBC ekstra paru: pembesaran kelenjar, gibus, osteomielitis, meningitis.d.Diagnosis Tuberculosis pada orang dewasa

SPS

e.Pemeriksaan Fisik- Tanda-tanda infiltrat : redup, bronkial- Dahak di saluran napas : ronki basah, ronki kering- Penyempitan : wheezing, penarikan, pendorongan, kaviitas, atelektase- Efusi pnemotoraks -Tanda-tanda kelainan ekstra paru seperti scrofuloderma, gibus, osteomiditis, meningitis dan lain-lain.f.Komplikasi TBC Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat menglakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas. Kolaps dini lobus akibat retraksi broakial Bronkiektasis(pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reahtif) pada paru. Pneumothorax(adanya udara didalam ronaga pleura) spontan kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal. Insufislensi Kardiopulmoner (Cardiopulmonary Insuficiency). Efusi pleurag.Tujuan Pengobatan Menyembuhkan penderita Mencegah kematian Mencegah kekambuhan Menurunkan tingkat penularanh.Prinsip Pengobatan Kombinasi beberapa jenis dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan tahap lanjutan ditelan sebagau dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Apablia panduan obat ayang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan), kuman akan berkembang menjadi resisten. Pengobatan dilakukan dengan pengawasan langsung untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obat.(DOTS = Directly Observed Treatment Short Course) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

i.Cara Pengobatan TBC

Pengobatan diberikai dalam 2 tahap, yaitu :Intensif

Obat yang diberikan setiap hari. Bila diberikan secara tepat biasanya penderita yang menular menjadi tidak menular dalam jangka waktu 2 minggu. Sebagian penderita dengan BTA (+) menjadi (-) pada akhir pengobatan tahap intensif

Lanjutan

Jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka waktu lebih lama.

j.Jenis dan Dosis OAT

Isoniazid/INH (H)

Bakterisid, efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif. ES : neuropati perifer, hepatotoksik. Rifampisin(R)Bakterisida, membunuh kuman semi dormant yang tidak dapat dibunuh oleh Isoniazid. ES : hepatotoksik, sindrom flu Pirazinamid (Z)Bakterisida, membunuh kuman di dalam sel dengan suasana asam. ES : mual, muntah, malaise Etambutol (E)Bakteriostatik, dosis harian yang dianjurkan 15 - 25 mg/kgBB. ES : neuritis optik, dermatitis, nefrotoksik Streptomisin (S)Bakterisida. ES : nefrotoksik, gangguan N. VIII kranialDOSIS OBAT YANG DIPAKAI DI INDONESIANAMA OBATDOSIS HARIANDOSIS BERKALA

BB < 50 KGBB > 50 KG

Isoniazid300 mg400 mg600 mg

Rifampisin450 mg600 mg600 mg

Pirazinamid1000 mg2000 mg2 3 gr

Etambutol750 mg1000 mg1 1,5 gr

Streptomycin750 mg1000 mg1000 mg

k.Panduan OAT di Indonesia Kategori I :2 HRZE/ 4 H3R3Diberikan untuk :Penderita baru TBC paru BTA (+)Penderita TBC paru BTA (-) Rontgen (+) yang sakit beratPenderita TBC ekstra paru berat Kategori II : 2 HRZES/ 5 R3H3E3Diberikan untuk :Penderita kambuhPenderita gagalPenderita dengan pengobatan setelah lalai Kategori III: 2 HRZ / 4R3H3Diberikan untuk :BTA (-) TB ekstra paru ( menengah berat )2.Non Myobacterium TuberculosisBisa dikarenakan :a.Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzab.Clostridium perringens, Bacteroides fragilisc.Jamur : Histoplasma siscovidiodomycosis, Aspergillusd.Virus dan Mycoplasma pneumonie.Parasit, Amoebaf.Hydatul disease

g.SLE

h.Penyakit rheumatoid

i.Asbestosis

j.Obat-obatan: Bromocriptine, methysergide, dan trolene sodium, nitrofuratoin

k. Neoplasma

l.Dekompensasi jantung

m. Trauma

n.Idiopatik

Pada beberapa efusi pleura, walaupun telah dilakukan prosedur diagnostik secara berulang-ulang (pemeriksaan radiologis, analisis cairan, biopsi pleura, dll), kadang-kadang masih belum bisa didapatkan diagnosis yang pasti. Keadaan ini dapat digolongkan dalam efusi pleura idiopatik. Hasil pemeriksaan dengan operasi pun kadang-kadang hanya menunjukkan pleura yang menebal karena pleuritis yang non spesifik.

Cairan pleuranya kebanyakan bersifat eksudatif dan berisi beberapa jenis sel. Penyebab efusi pleura ini banyak yang beluam jelas, tapi diperkirakan karena adanya infeksi, reaksi hipersensitivitas, kontaminasi dengan asbestos, dll.

Pada daerah-daerah dengan prevalensi tuberkulosis yang tinggi (negara-negara yang sedang barkembang), efusi pleura idiopatik inikebanyakan dianggap sebagai pleuritis tuberkulosa, sedangkan pada negara-negara yang maju sering dianggap sebagai pleuritis karena penyakit kolagen atau neoplasma.

GEJALA EFUSI PLEURADari anamnesa didapatkan :1.Sesak nafas2.Rasa berat pada dada3.Berat badan menurun pada neoplasma4.Batuk berdarah pada karsinoma bronchus atau metastasis5.Demam subfebris pada TBC, dernarn menggigil pada empilema6.Ascites pada sirosis hepatisDari pemeriksaan fisik didapatkan (pada sisi yang sakit)1.Dinding dada lebih cembung dan gerakan tertinggal2.Vokal fremitus menurun3.Perkusi dull sampal flat4.Bunyi pernafasan menruun sampai menghilang5.Pendorongan mediastinum ke sisi yang sehat dapat dilihat atau diraba pada treakheaNyeri dada pada pleuritis :Gejala yang dominan adalah sakit yang tiba-tiba seperti ditikam dan diperberat oleh bernafas dalam atau batuk. Pleura visceralis tidak sensitif, nyeri dihasilkan dari pleura parietalis yang inflamasi dan mendapat persarafan dari n.intercostal. Nyeri biasanya dirasakan pada tempat-tempat terjadinya pleuritis, tapi bisa menjalar ke daerah lain :1.Iritasi dari diafragma pleura posterior dan perifer yang dipersarafi oleh n. intercostal terbawah bisa menyebabkan nyeri pada dada dan abdomen.2.Iritasi bagian central diafragma pleura yang dipersarafi n. phrenicus menyebabkan nyeri menjalar ke daerah leher dan bahuPEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati menghilangnya sudut kostofrenikus. Bila cairan lebih 300 ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum. Bila cairan sekitar 500 ml sudah terdeteksi adanya gambaran klinis. Ultrasonografi

Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).

Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH.

Biopsi pleura mungkin juga dilakukan

PENGOBATAN EFUSI PLEURA1.Pengobatan KausalPleuritis TB diberi pengobatan anti TB. Dengan pengobatan ini cairan efusidapat diserap kembali untuk menghilangkan dengan cepat dilakukan thorakosintesis.Pleuritis karena bakteri piogenik diberi terapi sebelum kultur dan sensitivitas bakteri didapat, ampisilin 4 x 1 gram dan metronidazol 3 x 500 mg. Terapi lain yang lebih penting adalah mengeluarkan cairan efusi yang terinfeksi keluar dari rongga pleura dengan efektif.2.Torakosintesis, indikasinya :- Menghilangkan sesak yang ditimbulkan cairan- Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal- Bila terjadi reakumulasi cairan- Kerugiannya: hilangnya protein, infeksi, pneumothorax.3.Water Seal Drainase (WSD)

A.Pengertian

WSD adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk mengeluarkan udara dan cairan melalui selang dada.

B. Indikasi

a.Pneumothoraks karena rupture bleb, luka tusuk tembus

b.Hemothoraks karena robekan pleura, kelebihan anti koagulan, pasca bedah toraks

c. Torakotomi

d. Efusi pleura

e. Empiema karena penyakit paru serius dan kondisi inflamasi

C. Tujuan Pemasangan

Untuk mengeluarkan udara, cairan atau darah dari rongga pleura

Untuk mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura

Untuk mengembangkan kembali paru yang kolap dan kolap sebagian

Untuk mencegah reflux drainase kembali ke dalam rongga dada.

D. Tempat pemasangan

a. Apikal

Letak selang pada interkosta III mid klavikula

Dimasukkan secara antero lateral

Fungsi untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura

b. Basal

Letak selang pada interkostal V-VI atau interkostal VIII-IX mid aksiller

Fungsi : untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura

E. Jenis WSD

Sistem satu botol

Sistem drainase ini paling sederhana dan sering digunakan pada pasien dengan simple pneumotoraks

Sistem dua botol

Pada system ini, botol pertama mengumpulkan cairan/drainase dan botol kedua adalah botol water seal.

System tiga botol

Sistem tiga botol, botol penghisap control ditambahkan ke system dua botol. System tiga botol ini paling aman untuk mengatur jumlah penghisapan.4.PleurodesisTindakan melengketkan pleura visceralis dengan pleura parietalis dengan menggunakan zat kimia (tetrasiklin, bleomisin, thiotepa, corynebacterium, parfum, talk) atau tindakan pembedahan. Tindakan dilakukan bila cairan amat banyak dan selalu terakumulasi kembali.PENCEGAHANLakukan pengobatan yang adekuat pada penyakit-penyakit dasarnya yang dapat menimbulkan efusi pleura. Merujuk penderita ke rumah sakit yang lebih lengkap bila diagnosa kausal belum dapat ditegakkan.DAFTAR PUSTAKAGuyton, Arthur C. et all. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta. EGC.

1997Klingensmith, Mary E dkk. Washington Manual of Surgery,The, 5th Edition. 2008 Lippincott Williams & WilkinsSabiston Textbook of Surgery, 18th ed. 2007 Saunders, An Imprint of ElsevierSkandalakis Surgical Anatomy. The McGraw-Hill Companies, Inc. United States

of America. 2006Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta.

InternaPublishing. 2009Suspek TB

BTA

+ + +

+ + -

BTA

+ - -

BTA

- - -

AB Spektrum luas

-

Rontgen

+

Perbaikan

SPS ulang

BTA

+ + +

+ + -

+ - -

BTA

- - -

TB BTA (+)

Ro. (+)

Perbaikan

Rontgen

TB BTA (+)

Ro. (-)

TB

+

-

1

27