24
BAB I SEJARAH LAHIRNYA SURAT 1 KORINTUS Metode historis kritis mendekati teks Alkitab sebagai sebuah dokumen di masa lampau. Oleh karena itu, metode historis kritis meneliti asal usul teks yang terdiri dari penulis, waktu dan tempat penulisan, tujuan penulisan, serta lingkungan penerima Surat 1 Korintus. A. Penulis Surat yang ditulis rasul Paulus kepada jemaat yang di bawah pembinaannya, selalu mengikuti gaya tulis yang umum digunakan di dunia Yunani-Romawi pada zamannya. Biasanya pola yang dipakai Paulus dimulai dari: nama penulis, nama penerima surat, salam, ucapan syukur, menyusul bagian inti surat, dan kata penutup. 1 Dalam surat-surat Paulus pada bagian utama surat sering ditemukan dua bagian, yakni: pengajaran dan nasihat tentang kehidupan Kristen. Paulus juga mengakhiri suratnya dengan berkat dan doa. 2 Jadi Surat pertama Korintus, jika dilihat dari gaya bahasa, istilah- 1 C. Groenen OMF, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 2006, hlm. 206. 2 John Drane, Memahami Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009, hlm. 320. 1

I Corinthians

  • Upload
    kuafeu

  • View
    25

  • Download
    6

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Background of I Corinthians

Citation preview

Page 1: I Corinthians

BAB I

SEJARAH LAHIRNYA SURAT 1 KORINTUS

Metode historis kritis mendekati teks Alkitab sebagai sebuah dokumen di masa lampau.

Oleh karena itu, metode historis kritis meneliti asal usul teks yang terdiri dari penulis, waktu

dan tempat penulisan, tujuan penulisan, serta lingkungan penerima Surat 1 Korintus.

A. Penulis

Surat yang ditulis rasul Paulus kepada jemaat yang di bawah pembinaannya, selalu

mengikuti gaya tulis yang umum digunakan di dunia Yunani-Romawi pada zamannya.

Biasanya pola yang dipakai Paulus dimulai dari: nama penulis, nama penerima surat,

salam, ucapan syukur, menyusul bagian inti surat, dan kata penutup.1 Dalam surat-surat

Paulus pada bagian utama surat sering ditemukan dua bagian, yakni: pengajaran dan

nasihat tentang kehidupan Kristen. Paulus juga mengakhiri suratnya dengan berkat dan

doa.2 Jadi Surat pertama Korintus, jika dilihat dari gaya bahasa, istilah-istilah yang

dipakai, dan jiwa surat, semuanya itu adalah corak dari rasul Paulus.3

Tidak dapat diragukan lagi bahwa Surat 1 Korintus merupakan tulisan Paulus.

Apalagi terdapat pengakuan dalam Surat 1 Korintus 1:1 dan 16:21, bahwa surat pertama

Korintus ditulis oleh Paulus. Surat pertama Korintus juga diakui sebagai karangan Paulus

oleh jemaat Korintus dan oleh gereja pada umumnya sejak abad ke-2 M.4

B. Tempat dan Waktu Penulisan1 C. Groenen OMF, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 2006, hlm. 206.2 John Drane, Memahami Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009, hlm. 320.3 M. E. Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008, hlm. 103.4 Denis Green, Tafsiran 1 Korintus, Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 2001, hlm. 1.

1

Page 2: I Corinthians

Tempat di mana Surat pertama Korintus ditulis dikatakan dalam tulisan Paulus

sendiri, yaitu di kota Efesus (16:8-9). Selain itu hubungan yang lancar antara penulis

dengan jemaat Korintus menuntut dua tempat yang berdekatan, seperti Efesus. Kota

Efesus juga menjadi tempat persinggahan Paulus pada perjalanan misinya yang ketiga

(Kis. 19:1-10, 22).5

Paulus singgah di Efesus selama tiga tahun, menjelang akhir persinggahannya itu

sekitar tahun 55 M, Surat 1 Korintus ditulis. Surat 1 Korintus ditulis, setelah ia mengutus

Timotius untuk mengunjungi jemaat di Korintus (1 Kor. 4:17). Paulus menulis tentang

niatnya menetap di Efesus sampai hari Pentakosta (1 Kor. 16:8). Hal ini diperkirakan

karena dua kali Paulus mengacu pada kebenaran-kebenaran Paskah (1 Kor. 5:6-8 dan ps.

15). Ada pendapat bahwa Paulus mengharapkan suratnya tiba di Korintus pada waktu

perayaan Paskah.6

C. Latar Belakang dan Tujuan Penulisan Surat I Korintus

Paulus datang ke Korintus dalam perjalanan misinya yang kedua dan tinggal di sana

selama delapan belas bulan. Paulus berada di Korintus antara tahun 49 M dan 52 M, pada

masa pemerintahan Gubernur Galio. Paulus memberitakan Injil dan mendirikan jemaat

Kristen di Korintus.7 Selanjutnya Paulus melanjutkan perjalanan ke Efesus. Ketika Paulus

berada di Efesus, ada juga pemberita-pemberita Injil yang lain, yang juga aktif

memberitakan Injil di Korintus. Jemaat Korintus menjadi jemaat yang terus berkembang

dengan sendirinya.

Selama tiga tahun menetap di Efesus, Paulus menerima berita buruk mengenai

keadaan jemaat di Korintus. Paulus juga menerima laporan dari anggota rumah tangga

5 M. E. Duyverman, Op.Cit., hlm. 103. 6 V. C. Pfitzner, Ulasan atas 1 Korintus: Kesatuan dalam Kepelbagaian, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006, hlm. 10.7 V. C. Pfitzner, Ibid., hlm. 3.

2

Page 3: I Corinthians

keluarga Kloe, tentang jemaat Korintus yang terpecah dalam kelompok-kelompok yang

berbeda. Laporan tersebut dibenarkan oleh Stefanus dan dua orang lainnya (1 Kor. 16:17)

yang membawa surat dari Korintus untuk mempertanyakan berbagai hal. Sebagai

tanggapan atas berita yang diterimanya dari Korintus, Paulus menulis surat yang

tercantum dalam Surat 1 Korintus.8

Tujuan Surat 1 Korintus ditulis oleh Paulus, untuk memberikan penjelasan tentang

rupa-rupa kesalahpahaman dan berbagai dosa yang timbul dalam jemaat Korintus. Paulus

menulis surat dengan langsung menanggapi berita yang didengarnya (1 Kor. 1:11). Di

samping itu, Paulus juga membalas surat yang dikirim oleh jemaat (1 Kor. 7:1). Susunan

surat tidak jelas saat di mana Paulus menanggapi berita dan saat di mana ia membalas

surat dari jemaat Korintus. Karena itu Surat 1 Korintus bukan merupakan suatu tema

dasar yang dibicarakan, melainkan terdiri dari berbagai pokok persoalan yang terjadi

dalam jemaat Korintus.9 Hal yang mendasar dalam maksud penulisan Surat 1 Korintus

adalah untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi di dalam jemaat Korintus.

Paulus berusaha untuk menyelesaikan percekcokan yang terjadi di Korintus.10 Ada dua

alasan utama yang menyebabkan Paulus menulis Surat 1 Korintus, yakni:11

a. Karena laporan yang diterimanya dari orang-orang keluarga Kloe (1:11;5:1), tentang:

1. Di dalam jemaat terjadi perselisihan dan perpecahan, mereka menggolong-

golongkan diri mereka menjadi beberapa kelompok.

2. Jemaat Korintus tidak menjalankan ketertiban dalam jemaat sebagaimana yang

seharusnya.

3. Jemaat Korintus suka mencari-cari perkara dan saling mengadu di hadapan

penghakiman orang kafir.

8 John Drane, Op. Cit., hlm. 348-349.9 M. E. Duyverman, Op.Cit., hlm. 99.10 Bruce Chilton, Studi Perjanjian Baru bagi Pemula, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009, hlm. 60.11 Denis Green, Op.Cit., hlm. 3.

3

Page 4: I Corinthians

4. Penyalahgunaan kebebasan orang Kristen.

5. Penyalahgunaan Perjamuan Kudus

b. Karena surat yang diterimanya langsung dari jemaat Korintus (7:1;16:7), tentang:

1. Perkawinan dan berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan perkawinan.

2. Mereka membiarkan diri mereka dikelilingi dengan penyembahan berhala. Hal ini

menimbulkan pertanyaan, “Bolehkan makan daging yang sudah dipersembahkan

kepada berhala?”

3. Pakaian dan peranan wanita dalam kebaktian.

4. Karunia-karunia Roh.

5. Arti kebangkitan tubuh.

Sementara surat pertama Korintus di perjalanan, Paulus juga mengutus Timotius ke

Korintus (1 Kor. 4:17). Paulus sudah membuat rencana secara pribadi untuk pergi ke

Korintus setelah melintasi Makedonia (1 Kor. 16:5-9). Akan tetapi di Korintus muncul

orang-orang Yahudi yang menghasut jemaat melawan Paulus. Paulus kemudian

menyebrang dari Efesus ke Korintus, namun kedatangannya tidak diterima dengan baik

oleh jemaat. Mereka malah menghina rasul Paulus (2 Kor. 2:5; 7:12).

Sekembalinya dari Efesus, Paulus menyusun surat ketiga yang bernada keras dan

tegas. Surat itu disinggung dalam 2 Kor. 2:3-4. Sekali lagi, Paulus ingin pergi ke Korintus

(2 Kor. 1:16) tetapi perjalanan itu ditunda. Kemudian barulah ia berangkat ke Makedonia

dan menunggu Titus di sana (2 Kor. 2:12-13; 7:5). Berita yang dibawa oleh Titus

menyenangkan hati Paulus (2 Kor. 7:6-7). Di Makedonia, Paulus menulis surat yang

keempat. Lalu ia sendiri pergi ke Korintus dan tinggal di situ kurang lebih dua tahun

lamanya. Surat keempat itulah yang tercantum dalam Perjanjian Baru sebagai surat kedua

kepada jemaat di Korintus. Paulus menulis paling sedikit empat surat kepada jemaat di

Korintus. Dari keempat surat itu, dua suratlah yang masih kita miliki saat ini.12

12 C. Groenen OMF, Op. Cit., hlm. 230-231.

4

Page 5: I Corinthians

D. Gambaran Kota Korintus dan Jemaat Kristen Korintus Sebagai Penerima Surat 1

Korintus

Kota Korintus memiliki letak yang strategis di antara dua teluk. Pada satu sisi terdapat

teluk Saronik dengan pelabuhannya, yaitu Kenkrea, dan pada sisi yang lain terdapat Teluk

Korintus dengan pelabuhannya, yaitu Lekeum. Di antara kedua teluk itu terletak genting

tanah yang sempit, yang jarak lintasnya hanya beberapa kilometer saja. Di atas genting

tanah itu berdirilah kota Korintus. Semua lalu lintas dan perdagangan yang tidak lewat

laut harus melalui Korintus, baik dari utara ke selatan maupun dari timur ke barat. Bagi

orang Yunani, kota Korintus merupakan tempat bertemunya segala bangsa.13 Hal ini

disebabkan karena para pelaut dan pedagang lebih suka menempuh perjalanan darat dari

pada berlayar melewati laut selatan. Jalan darat dipilih bukan hanya untuk menghemat

waktu, tetapi terutama untuk menghindari laut selatan yang berbahaya.14

Pada zaman Yunani kuno, Korintus sudah termasyhur karena letaknya yang strategis

dan keuntungan-keuntungan lain yang dapat dibanggaannya. Tetapi pada tahun 146 S.M.

kota itu ditimpa malapetaka. Pada waktu itu bangsa Romawi mengalahkan Yunani, dan

karena Korintus merupakan pusat strategis yang sangat penting, maka kota itu

dihancurkan sama sekali. Pada tahun 44 S.M., Yulius Caesar menyadari akan pentingnya

lokasi itu, sehingga ia membangun kembali sebuah kota yang lebih hebat. Korintus

dengan segera berhasil merebut kembali posisinya sebagai pusat dagang. Dalam jangka

waktu 21 tahun, Korintus menjadi kota metropolitan yang sangat cepat

pertumbuhannya.15

13 William Barclay, Duta Bagi Kristus, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009, hlm. 136-137.14 C. Groenen OMF, Op. Cit., hlm. 227. 15 Op.Cit,. hlm. 138.

5

Page 6: I Corinthians

Dalam kekaisaran Romawi, Korintus adalah kota terbesar keempat, setelah Roma,

Aleksandria dan Antiokia.16 Posisi strategis Korintus, membuat kota itu terpilih sebagai

tempat tinggal Gubernur Romawi. Korintus adalah ibukota propinsi Akhaya, tempat

kedudukan Gubernur Romawi. Propinsi itu meliputi semenanjung Peleponeus dan daerah

seberang laut ke utara ke Propinsi Makedonia.17

Dalam bidang perekonomian, kota Korintus memiliki perniagaan yang sangat ramai.

Hal ini dikarenakan letaknya yang di antara pelabuhan yang baik, yaitu Kengkrea di

sebelah timur dan Likaionia di sebelah barat. Korintus menjadi pusat perdangangan antara

Italia dan Asia Barat.18 Korintus juga menjadi kota industri, khususnya industri keramik

(barang tembikar).19 Banyak barang-barang berharga didatangkan ke pelabuhan Korintus,

yaitu “minyak balsem Arab, lontar Mesir, kurma Fenisia, gading Libia, permadani Babel,

bulu kambing Kilikia, bulu domba Likaonia (Lycaonia), dan juga budak-budak Frigia.”

Perniagaan yang ramai dan maju di Korintus membuat kapal-kapal dari seluruh dunia

berlabuh di dermaga Korintus.20

Korintus merupakan kota pelabuhan, maka tentunya tersedia kesempatan dan dagang

yang tak terbatas jumlahnya. Para transit selalu mendatangi kota itu. Tidak sebatas itu

saja, kemakmuran tanah Korintus juga disebabkan karena sekeliling Korintus

memberikan hasil bumi yang baik. Banyak buah-buahan, kain sutra, permadani, dan

sebagainya diperdagangkan di sana. Korintus tidak hanya merupakan persimpangan jalan

yang alami untuk seluruh Yunani, tetapi juga merupakan pusat perdagangan di seluruh

Yunani. Sebagai kota dagang, Korintus menyajikan hasil budaya Yunani dan Romawi.

Bank-bank yang terkenal juga berkembang di kota Korintus.21

16 J. I. Packer, Merrill C. Tenney, William White Jr, Dunia Perjanjian Baru, Malang: Gandum Mas, 2004, hlm. 10.17 Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru Vol 2: New Testament Introduction, Surabaya: Momentum, 2010,

hlm. 27.18 M. E. Duyverman, Op. Cit., hlm. 98. 19 J. D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1996,

hlm. 582. 20 William Barclay, Op. Cit., hlm. 137.21 St. Darmawijaya, Sekilas Bersama Paulus, Yogyakarta: Kanisius, 1992, hlm. 67.

6

Page 7: I Corinthians

Korintus menjadi pusat pertemuan para pengusaha dari segala penjuru dunia yang

datang dan membuat Korintus menjadi sangat maju dalam segala bidang. Berbagai

macam orang yang datang yaitu, orang Yunani asli, orang Romawi dari golongan

pemerintah, orang Yahudi yang datang dari tempat lain untuk urusan perdagangan.22

Dalam keadaan perekonomian Korintus yang begitu maju dan berkembang, Paulus

menjalankan tugasnya sebagai seorang rasul Yesus. Keadaan kota Korintus yang begitu

makmur, tidak membuat Paulus hanya hidup dari bantuan Gereja atau dari siapa pun juga.

Paulus bersikeras untuk membiayai sendiri segala keperluannya, dengan bekerja sebagai

seorang pembuat tenda.23 Pekerjaan yang dilakukan Paulus sebagai seorang tukang tenda,

ternyata merupakan pekerjaan tangan yang hina bagi orang Yunani. Pekerjaan itu

dipandang sebagai pekerjaannya para budak. Dalam 1 Korintus 9:6, Paulus menyatakan

bahwa ia juga memiliki hak seperti rasul-rasul lain. Ia mempunyai hak untuk dibebaskan

dari pekerjaan tangan, tetapi ia tidak menggunakan hak itu. Paulus yang adalah seorang

warga negara Roma dan pekerjaan seorang budak bagi Paulus tidaklah terbiasa. Ia orang

bebas dan bukanlah budak, tetapi ia memilih menjadikan diri budak, supaya dapat

memenangkan sebanyak mungkin orang.24

Kota yang begitu termasyur terdapat banyak orang-orang kaya, tetapi juga

menyimpan banyak kejahatan. Para pemalas, penipu-penipu, orang-orang malang, hamba-

hamba yang telah melarikan diri juga datang mencari untung di Korintus. Di kota

Korintus terdapatlah kehidupan mewah yang tak terkendali, di samping kemiskinan yang

dahsyat. Kota itu menjadi terkenal juga karena kehidupan susilanya yang buruk.25

22 I. Suharyom Pr, Mengenal Tulisan Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 1991, hlm. 13.23 William Barclay, Op. Cit., hlm. 140.24 Tom Jacobs, Paulus: Hidup, Karya dan Teologinya, Yogyakarta: Kanisius dan Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2008, hlm, 72.25 M. E. Duyverman, Op. Cit., hlm. 98.

7

Page 8: I Corinthians

Masyarakat Korintus memiliki reputasi sebagai masyarakat yang paling rendah moralnya,

banyak tingkah laku mereka yang tidak bermoral.26

Sebagai kota pelabuhan, Korintus menjadi tempat persimpangan berbagai budaya. Di

kota yang berkembang pesat itu, datanglah penduduk dari berbagai penjuru Laut Tengah

untuk berdiam di sana. Orang-orang Mesir, Siria, Yahudi, dan berbagai bangsa Timur

yang kemudian bermukim di Korintus, masing-masing mereka memberi pengaruh

budayanya terhadap Korintus.27 Korintus berkembang menjadi pusat berbagai

kebudayaan.

Perkembangan terus dialami oleh kota Korintus, begitu juga dengan pertambahan

penduduknya. Jumlah penduduk di Korintus pada zaman Perjanjian Baru sekitar 600.000

jiwa. Penduduk Korintus terdiri dari bermacam-macam campuran bangsa dan suku.

Sebagian besar penduduknya terdiri dari para budak, yang berkisar 400.000 jiwa. Selain

itu juga terdiri dari para buruh, tukang, pedagang kecil, dan hanya segelintir orang

merdeka yang menjadi warga kota penuh yang kaya dan berkuasa.28

Penduduk Korintus mempunyai watak yang sangat dinamis. Mereka terbuka untuk

pengaruh asing, sebab mereka tidak mempunyai pegangan asli dan tradisional. Macam-

macam aliran tersebar di Korintus dan kota itu terbuka bagi berbagai perkembangan,

pembaharuan, dan masa depan. Penduduk kota Korintus berwatak keras kepala dan rewel.

Di kota ini pelacuran dianggap sebagai hal yang biasa saja, sebab oleh orang Yunani, hal

ini tidak dilihat sebagai sesuatu yang buruk. Perbuatan-perbuatan mesum terbuka dan

berkembang dengan subur di Korintus. Hal ini tentu saja didukung oleh suasana kota

pelabuhan dan perdangangan yang ramai seperti Korintus.29 Para pelaut dan pedangang

asing yang berdatangan dari berbagai tempat juga membawa bersama mereka rupa-rupa

26 J. I. Packer, Merrill C. Tenney, William White Jr, Op. Cit.,27 M. E. Duyverman, Op.Cit.,28 C. Groenen OMF, Op. Cit., 29 M. E. Duyverman, Op. Cit., hlm. 228.

8

Page 9: I Corinthians

kejahatan, sehingga kota Korintus menjadi kota yang penuh dengan kemewahan dan

sekaligus kenajisan.

Kota Korintus serba majemuk dalam segala bidang, termasuk bidang keagamaan.

Berbagai macam agama, aliran, dan kepercayaan mendapat pendukung dan penganut di di

sana. Agama-agama yang berasal dari Roma dan Yunani, serta agama-agama yang

berasal dari kawasan timur, khususnya dari Mesir. Ada juga pengaruh budaya Helenis

yang membuat kota Korintus tidak terlepas dari penyembahan kepada para dewi.

Pada waktu Paulus berada di Korintus antara tahun 49 M-52 M, Kaisar yang

memerintah pada waktu itu adalah Kaisar Claudius (41M-54M). Pada masa

pemerintahannya, Kaisar Claudius kembali memberikan kebebasan untuk

menyelenggarakan ibadah di kuil-kuil sebagai bentuk penyembahan kepada dewa-dewi

dan menghapus penyembahan kepada dirinya sebagai seorang pemimpin pilitik.30 Hal ini

turut mempengaruhi kepercayaan orang-orang Korintus yang menyembah para dewi. Di

Korintus terdapat kuil kecil sebagai tempat penyembahan terhadap dewi-dewi. Di

Akropolis terdapat kuil dewi Afrodite. Akropolis adalah sebuah gunung batu dengan

ketinggian 2000 kaki. Gunung itu merupakan benteng yang kuat, sebab barang siapa

memilikinya dan menguasai genting tanah itu, ia dapat berbuat sekehendaknya terhadap

semua rute perdagangan. Gunung itu juga merupakan tempat pemujaan terhadap dewi

Afrodite. Kuil Afrodite mempunyai seribu imam wanita yang sebenarnya adalah pelacur-

pelacur yang dianggap suci. Demi kepentingan sang dewi, imam-imam wanita itu setiap

malam turun ke jalan untuk menjalankan perdagangan mereka yang tak berakhlak.31

Dalam suasana Korintus yang dipenuhi dengan berbagai aliran agama-agama itulah

yang didatangi oleh Paulus. Paulus mendirikan jemaat Kristen yang pertama di Korintus.

Jemaat di Korintus mendengar Injil Kristus melalui pelayanan rasul Paulus. Paulus datang

30 J. I. Packer, Merrill C. Tenney, William White Jr, Op. Cit., hlm. 89.31 William Barclay, Op. Cit., hlm. 140.

9

Page 10: I Corinthians

ke Korintus pada perjalanan misi kedua setelah ke Athena. Paulus tinggal bersama

dengan orang Yahudi yang terusir dari Roma, bernama Akuwila dan isterinya Priskila. Ia

memulai karya penginjilannya di rumah ibadah Yahudi.32

Pada waktu Paulus di Korintus, gubernur yang bertugas bernama Gallio. Gallio adalah

seorang Gubernur yang belum lama bertugas ketika Paulus berada di Korintus. Hal inilah

yang dimanfaatkan oleh orang-orang Yahudi dengan membawa Paulus untuk diadili.

Paulus dituduh telah mengajarkan kepada rakyat supaya menyembah Allah dengan cara

yang berlawanan dengan Hukum Taurat. Tetapi Gallio adalah seorang Gubernur yang

sangat ramah dan adil, sehingga ia memilih untuk tidak memihak dan dijadikan alat bagi

siasat jahat orang-orang Yahudi.33 Galio tidak mau menghakimi Paulus menurut hukum

Yahudi, sedangkan dalam hukum Roma Paulus tidak membuat suatu kejahatan. Dari

peristiwa ini mulai timbullah perselisihan di Korintus di kalangan orang Yahudi, hal ini

membuat Paulus beralih menginjili orang non-Yahudi. Paulus mulai tinggal dan bekerja

di Korintus, dibawah pengamanan tidak langsung dari pemerintah Romawi pada waktu

itu.34

Dalam perjalanan misinya, Paulus menumpang di rumah Titus Yustus yang

berdampingan dengan rumah ibadah. Hal inilah yang membuat Paulus seringkali bertemu

dengan Krispus, kepala rumah ibadah. Lama-kelamaan Krispus semakin mengerti akan

kebenaran berita Injil, ia kemudian menjadi percaya beserta dengan seisi rumahnya. Hal

ini berpengaruh besar kepada pertumbuhan iman jemaat di Korintus selanjutnya. Paulus

memakai rumah Titus Yustus dan membuat banyak orang percaya. Paulus tinggal di

Korintus lebih dari delapan belas bulan, untuk mengajar dan membimbing jemaat yang

baru ia dirikan itu. Paulus kemudian melanjutkan perjalanan selanjutnya menuju ke

Efesus.

32 Donald Guthrie, Op. Cit., hlm. 27-28.33 William Barclay, Op. Cit., hlm. 141.34 Donald Guthrie, Op. Cit., hlm. 28.

10

Page 11: I Corinthians

Setelah Paulus meninggalkan Korintus, ia tidak putus hubungan dengan jemaat yang

baru ia dirikan itu. Paulus tetap berhubungan dengan mereka melalui surat menyurat dan

perkunjungan oleh para utusannya. Kepergian Paulus dari Korintus membuat jemaat

menjadi kehilangan arah. Mereka mulai hidup menurut kemauan mereka dan kembali

pada cara hidup mereka sebelumnya. Mereka mengutamakan keinginan diri masing-

masing dan bukan lagi mendengarkan kehendak Tuhan. Jemaat di Korintus sangat

menghargai kebebasan pribadi dan karunia rohani yang mencolok. Mereka bangga atas

pengetahuan mereka, sehingga hal ini menimbulkan persoalan.35

Walaupun jemaat Korintus cepat merambat, tetapi timbul berbagai pertentangan dan

banyak persoalan yang kemudian timbul di antara jemaat dengan rasul Paulus. Apalagi

ketika rasul Paulus tidak berada bersama dengan mereka. Mereka mulai merenungkan

bagi diri mereka sendiri implikasi-implikasi dari iman Kristen, dan memperoleh

jawabannya yang berbeda-beda. Hal ini menjadi pemicu timbulnya perpecahan dalam

tubuh jemaat.36

Kota Korintus yang terdiri dari prajurit-prajurit Roma, orang-orang mistik dari Timur,

dan orang-orang Yahudi dari Palestina, selalu bertemu dengan para filsuf Yunani. Ketika

Paulus memberitakan kabar baik tentang Yesus di kota Korintus, anggota dari berbagai

lapisan masyarakat di Korintus memberikan tanggapan dan membentuk jemaat Kristen di

Korintus. Orang-orang dalam jemaat dengan latar belakang rohani dan intelektual yang

berbeda masing-masing membawa ide dan gagasan-gagasan yang berbeda.

Keanekaragaman dari berbagai latar belakang sosial turut melatar belakangi kehidupan

berjemaat di Korintus. Akibatnya jemaat di Korintus mulai timbul berbagai masalah dan

perselisihan.37

35 M. E. Duyverman, Op.Cit., hlm. 100.36 John Drane, Op.Cit., hlm. 350-352.37 Ibid., hlm. 350-351.

11

Page 12: I Corinthians

Begitu banyak masalah yang terjadi dalam jemaat Korintus. Bahkan Jemaat mulai

membandingkan rasul Paulus dengan beberapa rasul yang datang setelah Paulus. Mereka

mulai membuat penilaian-penilaian dan menggolong-golongkan diri dalam empat

kelompok yang berlainan (1 Kor. 1:10-17). Kelompok pertama menyebut diri sebagai

kelompok Paulus yang terdiri dari kaum Libertin. Mereka telah mendengar khotbah

Paulus tentang kemerdekaan Kristen dan menyimpulkan bahwa, ketika mereka

memberikan respons terhadap Injil mereka dapat hidup sesukanya. Kelompok kedua

adalah kelompok Kefas, yang merupakan kaum legalistik. Mereka orang-orang seperti

guru agama Yahudi di Yerusalem, yang berpendapat bahwa kehidupan Kristen berarti

mengikuti hukum Taurat dengan ketat, baik menurut upacara agama maupun secara

moral. Kelompok ketiga adalah kelompok Apolos, yang mungkin terdiri dari orang-orang

yang mengikuti pandangan Yunani klasik. Sebagai seorang Yahudi Aleksandria yang

berpendidikan, Apolos mahir dalam jenis penafsiran Kitab Suci. Dengan sendirinya ia

menjadi guru yang dapat diterima oleh orang Kristen Korintus yang berlatar belakang

filsafat Yunani. Kelompok terakhir menyebut diri mereka kelompok Kristus. Mereka

menganggap diri di atas kelompok-kelompok lain, yang berpusatkan pada pribadi-pribadi

yang biasa. Mereka menghendaki hubungan yang langsung dengan Kristus sendiri, sama

seperti hubungan mistik yang telah mereka alami dengan dewa-dewa dan agama-agama

misteri dari Timur.38

Ada juga anggota jemaat yang mempersalahkan gaya merasulnya rasul Paulus. Orang

menganggap bahwa Paulus kurang bersifat karismatis. Paulus kurang memperlihatkan

dalam cara ia bekerja dan gaya hidupnya bahwa Roh berkarya di dalamnya. Ia dinilai

terlalu lemah dan kurang rohani.39

38 John Drane, Ibid.,39 Tom Jacobs, Op.Cit.,hlm. 145.

12

Page 13: I Corinthians

Berbagai masalah muncul dalam jemaat Korintus. Namun, masalah yang terjadi

bukanlah karena ketidakmantapan jemaat yang muncul dari lingkungannya. Melainkan

lebih dikarenakan orang-orang yang muncul di dalam gereja itu sendiri yang melakukan

ketidakmantapan. Mereka nampaknya telah menampilkan sejumlah pengaruh, karena

orang-orang Kristen di Korintus ternyata telah diombang-ambingkan dan dikelompok-

kelompokan.40

Ada berbagai pengaruh yang mempengaruhi kehidupan berjemaat di Korintus. Orang-

orang Korintus dipengaruhi oleh Helenisme dan ajaran-ajaran seperti Gnostik.41 Mereka

amat mengagungkan gnosis (pengetahuan) dan pemilikan Roh, sehingga mereka merasa

memperoleh kebebasan dalam berbagai hal. Mereka menegaskan keunggulan mereka

terhadap orang lain yang tidak dikuasai oleh Roh. Pengaruh Gnostik yang telah menyerap

ke dalam tubuh gereja di Korintus, menyebabkan bermacam-macam masalah dihadapi

oleh Paulus. Pandangan Gnostik tidak sama dengan sudut pandang Kristen. Orang Kristen

memiliki roh dan karena itu menjadi orang merdeka. Ia memiliki karunia dan

kemerdekaan namun itu bukanlah untuk dirinya sendiri, untuk disalahgunakan demi

kepentingan sendiri dengan cara sembrono dan semau-maunya. Karunia dan kemerdekaan

itu dianugerahkan, supaya ia dapat memanfaatkannya demi kebaikan dan demi

membangun gereja di dalam kasih. Paulus berusaha untuk menarik kembali jemaat di

Korintus dalam suatu kesatuan.42 Paulus menasehatkan jemaat Korintus agar tidak

sombong rohani dan tidak membanding-bandingkan pemberita firman yang satu dengan

yang lainnya, serta menghindari perpecahan dalam jemaat.

E. Rangkuman

40 Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kritis terhadap Masalah-Masalahnya, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010, hlm. 82.

41 J. D. Douglas, Op. Cit., hlm. 584.42 Willi Marxsen, Op. Cit., hlm. 82-83.

13

Page 14: I Corinthians

Paulus datang ke Korintus dalam perjalanan misinya yang kedua, dan tinggal di sana

selama delapan belas bulan. Paulus berada di Korintus antara tahun 49 M dan 52 M, pada

masa pemerintahan Gubernur Galio. Paulus memberitakan Injil dan mendirikan jemaat

Kristen di Korintus. Ia bekerja dan tinggal bersama dengan seorang Yahudi bernama

Akuwila dan isterinya Priskila. Paulus memulai karya penginjilannya di rumah ibadah

Yahudi. Kemudian ia beralih menginjili orang non-Yahudi. Ia memakai rumah Titus

Yustus dan membuat banyak orang percaya. Selanjutnya Paulus melanjutkan perjalanan

ke Efesus, dalam perjalanan misinya yang ketiga dan menetap di sana selama tiga tahun.

Surat 1 Korintus diperkirakan ditulis menjelang akhir persinggahan Paulus, sekitar tahun

55 M atau 56 M.

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat di Korintus merupakan bagian dari sebuah

korespondensi panjang antara rasul Paulus dengan orang-orang di Korintus. Tidak

diragukan lagi surat itu ditulis oleh rasul Paulus, yang ditujukan kepada jemaat Allah di

Korintus (1 Kor. 1:1; 16:21). Paulus menulis paling sedikit empat surat kepada jemaat di

Korintus. Dari keempat surat itu, dua suratlah yang masih kita miliki saat ini. Surat

pertama Korintus, sesungguhnya adalah surat Paulus yang kedua kepada jemaat di

Korintus.

Maksud Paulus menulis surat kepada jemaat di Korintus, untuk memberikan

penjelasan tentang rupa-rupa kesalahpahaman, dan berbagai dosa yang timbul dalam

jemaat Korintus. Hal ini diketahui Paulus karena laporan yang diterimanya dari orang-

orang keluarga Kloe (1:11;5:1), di samping itu Paulus juga membalas surat yang dikirim

oleh jemaat Korintus (7:1;16:7).

Lingkungan tempat Surat pertama Korintus ditujukan adalah jemaat Korintus, yang

tinggal di Korintus. Korintus adalah Ibukota Propinsi Akhaya, tempat kedudukan

Gubernur Romawi. Letak kota Korintus sangatlah strategis. Semua lalu lintas dan

14

Page 15: I Corinthians

perdagangan yang tidak melewati laut harus melalui Korintus, baik dari utara ke selatan

maupun dari timur ke barat. Korintus menjadi sangat maju dalam segala bidang, baik

kebudayaan, ekonomi, politik maupun keagamaan. Berbagai macam agama, aliran, dan

kepercayaan mendapat pendukung dan penganut di sana. Korintus juga mendapat

pengaruh budaya Helenis, yang juga membuat kota itu tidak terlepas dari penyembahan

kepada para dewi. Kota yang megah itu juga menyimpan banyak kejahatan. Banyak

tingkah laku masyarakat Korintus yang tidak bermoral. Perbuatan-perbuatan mesum

terbuka dan berkembang dengan subur di sana.

Penduduk Korintus mempunyai watak yang sangat dinamis. Mereka terbuka untuk

pengaruh asing, sebab mereka tidak mempunyai pegangan asli dan tradisional. Macam-

macam aliran tersebar di sana dan kota itu terbuka bagi berbagai perkembangan,

pembaharuan, dan masa depan. Penduduk kota Korintus berwatak keras kepala dan rewel.

Hal ini menjadi penyebab seringkali terjadi perselisihan di dalam tubuh jemaat Korintus.

Mereka sangat menghargai kebebasan pribadi dan karunia rohani yang mencolok, serta

bangga atas pengetahuan mereka, sehingga menimbulkan banyak persoalan.

Dibandingkan dengan kota lain, tampaknya Korintus adalah tempat yang paling tidak

sesuai dengan iman Kristen. Tetapi dalam keadaan yang terjepit, Paulus memilih untuk

tetap bersaksi bagi Kristus dan melayani di Korintus. Sebagai seorang hamba Kristus,

rasul Paulus benar-benar menjalankan tugas yang dipercayakan oleh Allah kepadanya.

Berhadapan dengan perselisihan dan berbagai penilaian terhadap para rasul, Paulus tetap

menunjukkan sikap sebagai seorang pelayan yang dapat dipercayai.

15