90
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING MELALUI KITAB TA’LIM MUTA’ALIM DI PONDOK PESANTREN API AL MASYKUR KAB. SEMARANG Muhammad Mas’ud, M.Pd.I. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING MELALUI KITAB TA’LIM MUTA’ALIM DI PONDOK PESANTREN API AL MASYKUR KAB. SEMARANG

Muhammad Mas’ud, M.Pd.I.

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M)Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Page 2: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING MELALUI KITAB TA’LIM MUTA’ALIM DI PONDOK PESANTREN API AL MASYKUR KAB. SEMARANG

Penulis:Muhammad Mas’ud, M.Pd.I.

Editor:Dr. M. Irfan Helmy, Lc., M.A.

Cetakan: 202017 x 25 cm; vii + 80

ISBN: 978-602-5916-38-0

Penerbit:Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) IAIN SalatigaJl. Tentara Pelajar 02, Kode Pos 50721, SalatigaE-mail: [email protected]

All Right reserved. Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun tanpa ijin tertulis dari penerbit.

Page 3: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

iii

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING MELALUI KITAB TA’LIM MUTA’ALIM DI PONDOK PESANTREN API AL MASYKUR

KAB. SEMARANG

AbstrakBelajar harus merujuk pada apa yang harus dilakukan siswa sebagai

penerima pelajaran, karena belajar tidak hanya menghafal dan mengingat, sebab belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data secara terukur, tentang Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim di Pondok Pesantren API Al Masykur Kab. Semarang. Metode analisis yang digunakan adalah analisis data kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Teknik analisis yang dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data yang mencakup tiga kegiatan yang bersamaan: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (verifikasi).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Mengonsep proses pembelajaran kitab Ta’lim al-Muta‘allim di lokasi penelitian dilakukan dengan mengkaji hal-hal dasar yang menjadi pondasi pembelajaran. 2) Melaksanakan Konsep Kegiatan Pembelajaran Kitab Ta’lim al-Muta‘allim. Dalam lokasi penelitian konsep pembelajaran yang telah disusun dilaksanakan dengan menggunakan asas komunikasi interaktif 3) Evaluasi dilakukan untuk menilai segala hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran kitab Ta’lim al-Muta‘allim dan sebagai bahan pertimbangan menentukan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi yang didapatkan.

Kata Kunci: Pembelajaran Bahasa Arab, Contextual Teaching and Learning, Kitab Ta’lim Muta’allim

Page 4: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim
Page 5: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

v

KATA PENGANTAR Prof. Dr. Budihardjo, M.Ag.

Bahasa Arab merupakan kata-kata yang diungkapkan dalam bahasa Arab dengan tujuan tertentu dan disampaikan secara lisan dan merupakan bahasa Al Quran, beberapa hadits, dan beberapa syair yang dibuat oleh orang-orang Arab. (Pemula) adalah tingkatan yang paling awal dalam pembelajaran bahasa arab, dan biasanya materi yang paling cocok untuk tingkatan ini adalah: menghafalkan al-Mufradat, percakapan yang sederhana, dan mengarang terarah.

Pembelajaran kontestual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang mengandung strategi yang melibatkan peserta aktif dalam pembelajaran, karena peserta didorong aktif mempelajari sesuai dengan topik yang dipelajari. Seperti halnya biola, cello, clarinet, dan alat musik lain di dalam sebuah okresta yang menghasilkan bunyi yang berbeda-beda yang bersama-sama menghasilkan musik, demikian juga bagian-bagian CTL yang terpisah melibatkan proses-proses yang berbeda-beda yang bersama, yang ketika digunakan secara bersama-sama, memampukan para siswa membuat hubungan yang menghsilkan makna.

Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses, mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahakan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

Page 6: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

vi

Muhammad Masud

Pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan santri menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan.

Pembelajaran kontekstual terjadi apabila ssantri, menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara, siswa dan tenaga kerja.

Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) juga bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan atau ketrampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan atau konteks kepermasalahan dan konteks lainnya.

Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat (learning by doing). Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge), artinya apa yang akan dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan siswa yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari.

Sebab diniati untuk mencari ridha Allah Ta’ala, pengembangan dan pelestarian Islam serta dalam rangka mensyukuri nikmat Tuhan dan menghilangkan kebodohan serta bukan sekedar reorganisasi atau struktur kognitif dan bukan pula dalam arti perubahan yang relatif permanen yang terjadi karena adanya reinforcement.

Jadi untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat, membutuhkan jalan dan sarana yang tepat, yakni dengan mengagungkan ilmu yang termasuk dalam mengagungkan ilmu adalah penghormatan terhadap kyai/guru/dosen dan keluarganya.

Page 7: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

vii

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

Apabila kita membuka mata, betapa besar pengorbanan kyai/guru/dosen yang berupaya keras mencerdaskan manusia dengan memberantas kebodohan, dengan sabar dan telaten membimbing, mengarahkan santri/murid/mahasiswa serta mentransfer ilmu yang dimiliki, sehingga melahirkan individu-individu yang memiliki nilai lebih dan derajat keluhuran baik di mata sesama makhluk maupun di hadapan Allah Ta’ala.

الريا ضة مفتا ح البرا كة

Salatiga, September 2019

Page 8: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim
Page 9: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

ix

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vDAFTAR ISI ............................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................1A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 3

BAB II LANDASAN TEORI .....................................................................4A. Kajian Teori ................................................................................... 4B. Kajian Pustaka ............................................................................. 25C. Kerangka Berfikir ........................................................................ 26

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................28A. Metode Penelitian ....................................................................... 28B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 28C. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 28D. Metode Keabsahan Data ............................................................ 30E. Teknik Analisis Data ................................................................... 30

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN ...........................32A. Analisis Data Penelitian ............................................................. 32B. Hasil Penelitian ............................................................................ 47

BAB V PENUTUP ..................................................................................65A. Kesimpulan ................................................................................. 65B. Implikasi ....................................................................................... 66C. Saran ............................................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 67

INDEKS ................................................................................................................... 80

Page 10: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim
Page 11: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Arab adalah salah satu dari sekian bahasa di dunia yang berperan sebagai bagian dari mata pelajaran yang mempunyai tanggung jawab dalam merealisasikan tujuan pendidikan Nasional. Adapun tujuan mempelajari bahasa Arab di pondok pesantren API Al-Masykur Kab. Semarang, agar siswa memiliki tiga kompetensi yaitu Kompetensi Berbahasa (linguistik), Kompetensi Komunikatif dan Kompetensi Budaya (Arab). Kompetensi linguistik dimaksudkan agar santri mampu memahami empat keterampilan bahasa, yaitu: Istima’, Kalam, Qiro’ah dan Kitabah. Sedangkan kompetensi komunikatif dimaksudkan agar santri mampu mengungkapkan perasaan dan pikiran dalam bahasa Arab dan kompetensi budaya dimaksudkan agar mereka dapat berkomunikasi dalam bahasa Arab sesuai dengan budaya Arab khususnya budaya Arab Islami.

Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. Pembelajaran harus mengacu pada segala kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap proses belajar santri di ma’had. Belajar harus merujuk pada apa yang harus dilakukan siswa sebagai penerima pelajaran, karena belajar tidak hanya menghafal dan mengingat, sebab belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar, dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti terjadinya perubahan pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kemampuan, daya reaksi, daya penerimaan dan aspek lainnya yang ada pada individu (Muhammad fathurrohman dan Sulistyorini, 2012: 9).

Landasan Filosofis pembelajaran CTL adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafal, tetapi mengkonstruksikan atau membangun pengetahuan baru, lewat fakta-

Page 12: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

2

Muhammad Masud

fakta atau kejadian-kejadian yang mereka alami dalam kehidupan mereka. Maksudnya, bahwa siswa mampu menyerap materi pelajaran apabila, mereka dapat menangkap makna dalam pelajaran yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugasnya, ketika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki.

Pengertian kitab Ta’limul Muta’allim menururt Syaikh Az-Zarnuji adalah sebuah kitab kecil yang mengajarkan tentang cara menjadi santri (siswa) dan guru (kyai) yang baik. Kitab Ta’limul Muta’allim merupakan satu-satunya karya Az-Zarnuji yang sampai sekarang masih ada. Kitab ini telah diberi syarah oleh Ibrahim bin Ismail yang diterbitkan pada tahun 996 H. Kepopuleran kitab Ta’limul Muta’allim, telah diakui oleh ilmuwan Barat dan Timur (Nurul Huda, 2000: 1).

Berkaitan dengan hal tersebut, pondok pesantren merupakan tempat pembelajaran dengan upaya mengubah tingkah laku santri ke arah yang lebih baik, sehingga banyak orang mempercayakan sebagian tanggungjawab dalam pondok pesantren, khususnya dalam upaya membentuk budi pekerti yang luhur.

Secara umum kegiatan di pondok pesantren API Al-Masykur tidak jauh berbeda dengan pondok pesantren lainnya yang ada di Indonesia. Namun yang membedakan adalah karena para santrinya itu sendiri. Mengingat para santrinya adalah para mahasiswa, maka kegiatan pondok pesantren lebih banyak dioreiantasikan kepada kedisiplinan dan kemandirian santri dalam mengelola kegiatan pesantren.

Hal inilah yang menjadikan dasar sebagai dalam bentuk penelitian yang berjudul “Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim di Pondok Pesantren Api Al Masykur Kab. Semarang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diperoleh rumusan masalah, bagaimana pembelajaran bahasa Arab berbasis contextual teaching and learning melalui kitab ta’lim muta’alim di Pondok Pesantren API Al Masykur Kab. Semarang?

Page 13: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

3

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran bahasa Arab berbasis contextual teaching and learning melalui kitab ta’lim muta’alim di Pondok Pesantren API Al Masykur Kab. Semarang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran atau

pengayaan tentang pembelajaran bahasa arab berbasis contextual teaching and learning melalui kitab ta’lim muta’alim di Pondok Pesantren API Al Masykur Kab. Semarang.

2. Manfaat Praktisa. Memberikan informasi ilmiah tentang penerapan pembelajaran

contextual teaching and learning pada pembelajaran bahasa Arab di pondok pesantren API Al Masykur Kab. Semarang.

b. Menambah wawasan dan keterampilan berbahasa Arab dalam menggunakan berbagai model pembelajaran.

c. Menjadi referensi ilmiah bagi ustadz/ ustadzah dalam mengelola kegiatan pembelajaran bahasa arab di kelas.

d. Menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa arab di pondok pesantren API Al Masykur Kab. Semarang.

Page 14: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Bahasa Arab

Pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan  pembelajaran. Strategi  pembelajaran dapat juga diartikan sebagai ilmu atau seni dalam menggunakan sumber daya pembelajaran, sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dan terlaksana sesuai dengan perencanaan pembelajaran (Andi Prastowo, 2017: 240).

Belajar adalah suatu proses aktivitas mental yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang bersifat positif dan menetap relatif lama melalui latihan atau pengalaman yang menyangkut aspek kepribadian baik scan fisik ataupun psikis (Andi Setiawan, 2012: 3). Belajar menghasilkan perubahan dalam diri setiap individu, dan perubahan tersebut mempunyai nilai positif bagi dirinya.

Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan kegiatan  pembelajaran  di kelas (Himawan Putranta, et.al., 2018: 3). Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model pembelajaran ditentukan bukan hanya apa yang harus dilakukan oleh guru/ ustadz, tetapi menyangkut tahapan-tahapan, prinsip-prinsip, reaksi guru/ ustadz dan santri serta sistem penunjang yang diisyaratkan. Terdapat dua esensi tujuan dalam pembelajaran, antara lain adalah:a. Tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada santri yang

mengikuti kegiatan pembelajaran.b. Dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik.

Pembelajaran substansinya adalah kegiatan mengajar yang dilakukan secara maksimal oleh seorang guru agar anak didik yang ia ajari materi tertentu melakukan kegiatan belajar dengan baik. Dengan kata lain pembelajaran

Page 15: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

5

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan kegiatan belajar materi tertentu yang kondusif untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, pembelajaran bahasa asing adalah kegiatan mengajar yang dilakukan secara maksimal oleh seorang guru agar anak didik yang ia ajari bahasa asing tertentu melakukan kegiatan belajar dengan baik, sehingga kondusif untuk mencapai tujuan belajar bahasa asing (Acep Hermawan, 2011:32).

Sementara itu, bahasa Arab merupakan salah satu bahasa dunia yang telah mengalami perkembangan sosial masyarakat dan ilmu pengetahuan. Bahasa Arab dalam kajian sejarah termasuk rumpun bahasa Semit yaitu rumpun-rumpun bahasa yang dipakai bangsa-bangsa yang tinggal di sekitar sungai Tigris dan Furat, dataran Syria dan Jazirah Arabia (Timur Tengah) (Azhar Arsyad, 2003: 2).

Penguasaan bahasa arab merupakan hal yang sangat penting. Mempelajari bahasa arab merupakan kewajiban agama, karena dapat memahami bahasa arab menjadi syarat dan alat untuk dapat memahami ajaran Islam dengan baik (Ismail Suardi Wekke, 2014: 11-12).

Gillaby (2006:7) mengatakan bahwa bahasa Arab merupakan kata-kata yang diungkapkan dalam bahasa Arab dengan tujuan tertentu dan disampaikan secara lisan dan merupakan bahasa Al Quran, beberapa hadits, dan beberapa syair yang dibuat oleh orang-orang Arab. Menurut Ghufron (2006:12-13) Ada beberapa unsur-unsur bahasa Arab secara umum sebagai berikut:a. Unsur fonetik, meliputi lafal dan kata-kata;b. Unsur semantik, meliputi huruf, kata, maupun kalimat.

Adapun unsur-unsur berbahasa Arab diperinci menjadi ilmu fonologi, ilmu shorof dan nahwu, ilmu semantik, dan ilmu lahjah atau dialek. Menurut Tho`aimah (1998:32), secara umum bahasa Arab berbeda dengan bahasa lainnya, diantaranya sebagai berikut:a. Khusus amiyah Arab yang meliputi beberapa jenis kebahasan yang jauh

berbeda dari bahasa resmi (fusha) meliputi kosakata, grammar, dan semantik;

b. Khusus fusha, yang meliputi jenis kebahasaan yang belum digunakan secara umum diantara manusia;

c. Amiyah-fusha, yaitu kombinasi dari beberapa kata, grammar, dan fonologi baik dari bahasa fusha atau amiyah, yang digunakan salah satunya atau mendekati antara keduanya.Pembelajaran bahasa Arab adalah segala kegiatan formal yang dilakukan

Page 16: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

6

Muhammad Masud

siswa untuk memperoleh pengalaman berupa keterampilan berbahasa tertentu, serta arahan yang konstruktif, seperti bahasa Arab dan budayanya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Arab adalah segala kegiatan formal yang dilakukan siswa untuk memperoleh pengalaman berupa keterampilan berbahasa tertentu, serta arahan yang konstruktif, seperti bahasa Arab dan budayanya.

Definisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Arab adalah kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru untuk mengajarkan Bahasa Arab kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran pembelajaran yaitu pembelajaran bahasa asing.

Tujuan pembelajaran bahasa menurut Azhar Arsyad (2003: 8), adalah untuk menguasasi ilmu bahasa dan kemahiran berbahasa Arab, sehingga memperoleh kemahiran berbahasa yang meliputi empat aspek, yaitu:a. Kemahiran Menyimak Kemahiran menyimak sebagai kemahiran berbahasa yang sifatnya reseptif,

menerima informasi dari orang lain (pembicara).b. Kemahiran Membaca Kemahiran membaca merupakan kemahiran berbahasa yang sifatnya reseptif,

menerima informasi dari orang lain (penulis) di dalam bentuk tulisan. Membaca merupakan perubahan wujud tulisan menjadi wujud makna.

c. Kemahiran Menulis Kemahiran menulis merupakan kemahiran bahasa yang sifatnya yang

menghasilkan atau memberikan informasi kepada orang lain (pembaca) di dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan perubahan wujud pikiran atau perasaan menjadi wujud tulisan.

d. Kemahiran Berbicara Sedangkan kemahiran berbicara merupakan kemahiran yang sifatnya

produktif, menghasilkan atau menyampaikan informasi kepada orang lain (penyimak) di dalam bentuk bunyi bahasa (tuturan merupakan proses perubahan wujud bunyi bahasa menjadi wujud tuturan.M. Ainin, dkk (2006: 144), mengatakan bahwa pembelajaran bahasa arab

memiliki 3 tingkatan, yaitu:a. Al-Mubtadiin (Pemula) Al-Mubtadiin (Pemula) adalah tingkatan yang paling awal dalam

pembelajaran bahasa arab, dan biasanya materi yang paling cocok

Page 17: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

7

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

untuk tingkatan ini adalah: menghafalkan al-Mufradat, percakapan yang sederhana, dan mengarang terarah. Ini biasanya digunakan pada level bawah karena ia mencakup kegiatan mengarang yang dimulai dari merangkai huruf, kemudian kata dan kalimat.

b. Al-Mutawasitin (menengah) Ketika santri pada tingkatan ini berarti dia sudah mendapatkan beberapa

materi tentang bahasa arab, dan tugas seorang guru pada saat itu adalah memberi penguatan terhadap materi-materi yang sudah didapatkan oleh santri, sehingga bisa mahir dalam materi tersebut.

c. Al-Mutaqadimin (Mahir) Ada tingkatan ini santri sudah mulai mahir terhadap materi-materi

berbahasa arab dan materi yang sesuai bagi santri yang sudah pada tingkatan ini adalah mengarang bebas. Ini biasanya digunakan pada level tingkat tinggi karena disitu kentrampilan, kreatifitas dari seorang penulis sangat diandalkan.

Sementara itu menurut Abdul Wahab Rasyidi (2009:53), dalam pembelajaran bahasa arab ada 3 unsur yang wajib diketahui, antara lain: a. Al-Aswat (Bunyi) Dalam pembelajaran bahasa, penguasaan terhadap bunyi menjadi sangat

penting. Tujuan pembelajaran bunyi secara umum meliputi penguasaan seluruh sistem bunyi baik dalam bentuk mengenal dan memahami bunyi secara reseptif, maupun dalam bentuk melafalkan dan menggunakan bunyi bahasa secara aktif produktif. Selain dalam bentuk konsonan dan vokal, sistem bunyi meliputi tinggi rendahnya suara (al-Thul), tekanan kata dan kalimat (al-Nabr), intonasi (al-Tanghim), dan sebagainya.

b. Al-Mufradat (Kosa Kata) Penyampaian pesan bahasa menuntut penggunanya untuk bisa memilih

kosakata yang tepat dan sesuai agar dapat mengungkapkan makna yang dikehendaki. Pemahaman yang tepat terhadap pesan yang disampaikan melalui bahasa banyak ditentukan oleh pemahaman dan penggunaan yang tepat terhadap kosakata yang digunakan dalam percakapan tersebut.

c. Al-Qawaid (Tata Bahasa) Al-Qawa’id merupakan salah satu komponen bahasa yang penting dan tidak

terpisahkan berkaitan dengan penataan kata dalam merangkai kata-kata.

Page 18: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

8

Muhammad Masud

Selain itu, tata bahasa juga berkaitan dengan perubahan bentuk kata dalam bahasa Arab. Tujuan pembelajaran tata bahasa secara garis besar meliputi pemahaman dan penggunaan pembentukan kata, frasa dan kalimat.

2. Contextual Teaching and Learning

Pembelajaran CTL adalah membantu para siswa dengan cara yang tepat untuk mengaitkan makna pada pembelajaran akademik mereka. Ketika para santri ma’had al-jami’ah IAIN Salatiga menemukan makna di dalam pelajaran mereka, mereka akan belajar dan ingat apa yang mereka pelajari (Elaine B. Johnson, 2007: 64). CTL membuat santri mampu menghubungkan isi dan subjek-subjek akademik dengan konteks kehidupan keseharian mereka untuk menemukan makna.

Contextual teaching and learning (CTL) is a concept that helps teachers relate subject matter to real-world situations (Susan Sears, 2002: 2). CTL motivates learners to take charge of their own learning and to make connections between knowledge and its applications to the various contexts of their lives as family members, as citizens, and as workers. It provides a conceptual framework for unifying a constellation of education theories and practices and represents one approach to improving teacher education.

Pembelajaran kontestual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang mengandung strategi yang melibatkan peserta aktif dalam pembelajaran, karena peserta didorong aktif mempelajari sesuai dengan topik yang dipelajari (Chomaidi dan Salamah, 2018: 237).

Ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktik pembelajaran CTL menurut Loeloek Endah Poerwati dan Sofan Amri (2013: 62), antara lain adalah sebagai berikut:a. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating learning).b. Pemerolehan pengetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge) dengan

cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.

c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) yaitu dengan cara menyusun 1) hipotesis; 2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan 3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.

Page 19: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

9

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (apllying knowledge).

e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengetahuan tersebut.“Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran

yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari” (E. Mulyasa, 2006: 217).

Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan mereka akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya. “Contextual Teaching and Learning (CTL) memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan, karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta didik dapat mempraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya” (E. Mulyasa, 2006: 218). Pembelajaran kontekstual mendorong peserta didik memahami hakikat makna, dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan mereka rajin, dan termotivasi untuk senantiasa belajar, bahkan kecanduan belajar. Kondisi tersebut terwujud, ketika peserta didik menyadari apa yang mereka perlukan untuk hidup, dan bagaimana cara menggapainya.

Menurut Elaine B. Johnson yang dikutip oleh A. Chaedar Alwasilah (2006: 65), menyatakan bahwa:

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah sistem yang menyeluruh . CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Seperti halnya biola, cello, clarinet, dan alat musik lain di dalam sebuah okresta yang menghasilkan bunyi yang berbeda-beda yang bersama-sama menghasilkan musik, demikian juga bagian-bagian CTL yang terpisah melibatkan proses-proses yang berbeda-beda yang bersama, yang ketika digunakan secara bersama-sama, memampukan para siswa membuat hubungan yang menghsilkan makna. Setiap bagian CTL yang berbeda-beda ini memberikan sumbangan dalam menolong siswa memahami tugas sekolah. Secara bersama-sama, mereka membentuk suatu sistem yang memungkinkan para siswa melihat makna di dalamnya, dan mengingat materi akademik.

Page 20: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

10

Muhammad Masud

Menurut Wina Sanjaya (2007: 253), Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata. Dari konsep tersebut dijelaskan lebih lanjut bahwa ada tiga hal yang harus dipahami:a. Contextual Teaching and Learning (CTL) menekankan pada proses

keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

b. CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

c. CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk diotak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata. Sedangkan menurut Najib Sulhan (2006: 72), menyatakan: pembelajaran

kontekstual merupakan model pembelajaran yang menggabungkan materi pelajaran dengan pengalaman secara langsung sehari-hari siswa, masyarakat, dan pekerjaan dilingkungannya. Dijelaskan lebih lanjut, model pembelajaran kontekstual secara konkret melibatkan kegiatan secara “hand-on and minds-on”, yaitu pembelajaran yang secara langung dialami dan diingat siswa. Dalam pembelajaran kontekstual materi disampaikan dalam konteks yang sesuai dengan lingkungannya dan bermakna bagi siswa.

Page 21: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

11

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

Menurut Lili Nurlaili dalam Najib Sulhan (2006: 73), pada intinya dalam pembelajaran kontektual (Contextual Teaching and Learning) adalah:a. Siswa akan belajar dengan menghubungkan pengetahuan yang dialaminya.b. Siswa belajar menemukan sendiri dengan daya kreasi, imajinasi, dan

inovasi yang mereka miliki.c. Siswa yang belajar dengan model pembelajaran kontekstual akan mampu

mengaplikasikan pengetahuan atau informasi yang telah diperolehnya dalam situasi yang lain.

d. Pembelajaran kontekstual akan membuat siswa mampu untuk bekerja sama dengan siswa lainnya. Mereka akan saling menghargai perbedaan pendapat maupun menghargai hasil pekerjaan yang mereka lakukan bersama.

e. Pembelajaran kontekstual akan membuat siswa lebih mahir dengan kemampuan yang dipelajari secara langsung tersebut dan mampu untuk memindahkannya dalam berbagai konteks.Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses, mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahakan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

Disamping itu pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsepsi belajar yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuannya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan warga Negara.

Pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan santri menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan. Pembelajaran kontekstual terjadi apabila ssantri, menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung

Page 22: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

12

Muhammad Masud

jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara, siswa dan tenaga kerja. Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman sesungguhnya (Nurhadi, dkk., 2003: 13).

Tujuan utama Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah membantu para siswa dengan cara yang tepat untuk mengaitkan makna pada pelajaran-pelajaran akademik mereka. Ketika para siswa menemukan makna di dalam pelajaran mereka, mereka akan belajar dan mengingat apa yang mereka pelajari. CTL membuat siswa mampu menghubungkan isi dari subjek-subjek akademik dengan konteks kehidupan seharian mereka untuk menemukan makna. Hal itu memperluas konteks pribadi mereka. Kemudian, dengan memberikan pengalaman-pengalaman baru yang merangsang otak membuat hubungan-hubungan baru, kita membantu mereka menemukan makna baru (A. Chaedar Alwasilah, 2006: 64).

Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) juga bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan atau ketrampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan atau konteks kepermasalahan dan konteks lainnya (www. Dikdasmen.org).

Selain itu penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) juga betujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui peningkatan pemahaman makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sebagai individu, keluarga, masyarakat dan bangsa. Disamping itu tujuan dari penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu: a. Untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar dan hasil belajarb. Untuk memberikan masukan kepada guru agar lebih meningkatkan

kemampuan mengajarnyac. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mmenggunakan metode,

teknik, aau pendekatan dalam pengajarannyad. Untuk meningkatkan sumber belajar yang bervariasie. Untuk menigkatkan penggunaan penilaian kelas, baik penilaian proses

maupun penilaian akhirf. Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar

Page 23: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

13

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

g. Untuk menggali ide-ide yang ada dalam kemampuan siswa sehingga proses belajar menyenangkan.Menurut Johnson yang dikutip oleh Nurhadi (2003: 13-14), ada delapan

komponen utama dalam sistem pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning), seperti dalam rincian berikut:a. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connection). Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif

dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat (learning by doing).

b. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work. Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks

yang ada dalam kehidupan nyata sebagai perilaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat.

c. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning). Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujuannya, ada urusannya

dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan, dan ada produknya/hasilnya yang sifatnya nyata.

d. Bekerja sama (collaborating). Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif

dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.

e. Berfikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking). Siswa dapat menggunakan tingkat berfikir yang lebih tinggi secara kritis

dan kreatif: dapat menganalisis, membuat sintesis, mengatasi masalah, membuat keputusan, dan menggunakan logika dan bukti-bukti.

f. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual). Siswa memelihara pribadinya: mengetahui, memberi perhatian, memiliki

harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanpa dukungan orang dewasa.

g. Mencapai standart yang tinggi (reaching high standards).Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi: mengidentifikasi

tujuan dan motivasi siswa untuk mencapainya. Guru memperlihatkan kepada siswa cara mencapai apa yang disebut “Excellence”.

h. Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment)

Page 24: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

14

Muhammad Masud

Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna. Misalnya, siswa boleh menggambarkan informasi akademis yang telah mereka pelajari dalam pelajaran sains, kesehatan, pendidikan, matematika, dan pelajaran bahasa Inggris dengan mendesain sebuah mobil, merencanakan menu sekolah, atau membuat penyajian perihal emosi mobil Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2007: 254), terdapat lima karakteristik

penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL:a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan

yang sudah ada (activating knowledge), artinya apa yang akan dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

b. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.

c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan itu dikembangkan.

d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.

e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi. The Northwest Regional Education Laboratory USA yang dikutip oleh

Wina Sanjaya (2007: 14-15), mengidentifikasikan adanya enam kunci dasar dari pembelajaran kontekstual, sebagai berikut:a. Pembelajaran bermakna: pemahaman, relevansi dan penilaian pribadi

sangat terkait dengan kepentingan siswa di dalam mempelajari isi materi pelajaran. Pembelajaran dirasakan terkait dengan kehidupan nyata atau siswa mengerti manfaat isi pembelajaran, jika mereka merasakan

Page 25: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

15

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

berkepentingan untuk belajar demi kehidupannya di masa akan datang. Prinsip ini sejalan dengan pembelajaran bermakna (meaningful learning) yang diajukan oleh Ausuble.

b. Penerapan pengetahuan: kemampuan siwa untuk memahami apa yang dipelajari dan diterapkan dalam tatanan kehidupan dan fungsi dimasa sekarang atau di masa yang akan datang.

c. Berpikir tingkat tinggi: siswa diwajibkan untuk memanfaatkan berpikir kritis dan berpikir kreatifnya dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu dan pemecahan suatu masalah.

d. Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar: Isi pembelajaran harus dikaitkan dengan standar lokal, provinsi, nasional, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dunia kerja.

e. Reponsif terhadap budaya: guru harus memahami dan menghargai nilai, kepercayaan dan kebiasaan siswa, teman pendidik dan masyarakat tempat ia mendidik. Ragam individu dan budaya suatu kelompok serta hubungan antar budaya tersebut akan berpengaruh terhadap cara mengajar guru. Setidaknya ada empat hal yang perlu diperhatikan di dalam pembelajaran kontekstual, yaitu individu siswa, kelompok siswa baik sebagai tim atau keseuruhan kelas, tatanan sekolah dan besarnya tatanan komunitas kelas.

f. Penilaian autentik: penggunaan berbagai strategi penilaian (misalnya penilaian proyek/tugas terstruktur, kegiatan siswa, penggunaan porto folio, rubrik, daftar cek, pedoman observasi, dan sebagainya) akan merefleksikan hasil belajar sesungguhnya.Berdasarkan uraian di atas karakteristik CTL adalah a) guru mengaktifkan

pengetahuan yang sudah ada atau yang telah dimiliki peserta didik. b) Perolehan pengetahuan baru dengan cara mempelajari secara keseluruhan kemudian memperhatikan secara detail. c) Integrasi pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada dan penyesuaian pengetahuan awal terhadap pengetahuan baru, d) memprekatekkan pengetahuan yang telah dipahami dalam berbagai konteks dan melakukan refleksi.

Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas. Ketujuh komponen tersebut adalah kontruktivisme (Contructvism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) (Agus Suprijono,

Page 26: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

16

Muhammad Masud

2011: 85-88). Dari masing-masing komponen terebut akan dijelaskan dalam uraian berikut ini:

a. Konstruktivisme (constructivism)

Konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan dingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa manusia harus menemukan dan mentranformasikan suatu informasi kompleks kesituasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.

Dalam pandangan konstruktivis, ‘strategi memperoleh’ lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, menurut Nurhadi (2003: 33), tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara:1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.2) Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya

sendiri.3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam

belajar.

b. Bertanya (Questioning)

Questioning (bertanya) adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan, jantung dari pengetahuan, dan aspek penting dari pembelajaran.

Bertanya adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh siswa untuk menganalisis dan mengekplorasi gagasan-gagasan. Pertanyaan-pertanyaan spontan yang diajukan siswa digunakan untuk merangsang siswa berpikir, berdiskusi, dan berspekulasi (Nurhadi, 2003: 45).

Page 27: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

17

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

Dalam suatu pembelajaran yang produktif menurut Wina Sanjaya (2007: 264), mengatakan bahwa kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk:1) Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi.2) Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.3) Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.4) Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan.5) Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.

c. Menemukan (Inquiry)

Inkuiri pada dasarnya adalah suatu ide yang komplek, yang berarti banyak hal, bagi banyak orang, dalam banyak konteks (a complex idea that means many thing to many people in many contexts). Inkuiri adalah bertanya. Bertanya yang baik, bukan asal bertanya. Pertanyaan harus berhubungan dengan apa yang dibicarakan. Pertanyaan yang diajukan harus dapat dijawab sebagian atau keseluruhannya. Pertanyaan harus dapat diuji dan diselidiki secara bermakna (Nurhadi, 2003: 43).

d. Masyarakat belajar (Learning Community)

Menurut Nurhadi (2003: 47-48), learning community dan masyarakat belajar mengandung arti sebagai berikut:1) Adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk berbagai gagasan

dan pengalaman.2) Ada kerja sama untuk memecahkan masalah.3) Pada umumnya hal kerja kelompok lebih baik dari pada kerja secara

individual.4) Ada rasa tanggung jawab kelompok, semua anggota dalam kelompok

mempunyai tanggung jawab yang sama.5) Upaya membangun motivasi belajar bagi anak yang belum mampu dapat

diadakan.6) Menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan seorang anak

belajar dengan anak lainnya.7) Ada rasa tanggung jawab dan kerja sama antara anggota kelompok untuk

saling memberi dan saling menerima.8) Ada fasilitator/ guru yang memandu proses belajar dalam kelompok.

Page 28: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

18

Muhammad Masud

9) Harus ada komunikasi dua arah atau multi arah.10) Ada kemauan untuk menerima pendapat yang lebih baik11) Ada kesediaan untuk menghargai pendapat orang lain.12) Tidak ada kebenaran yang hanya satu saja.13) Dominasi siwa-siswa yang pintar perlu diperhatikan agar yang lambat/

lemah bisa pula berperan.14) Siswa bertanya kepada teman-temannya itu sudah mengandung arti

learning community.Konsep masyarakat belajar (learning community) dalam Contextual

Teaching and Learning (CTL) menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Suatu permasalahan tidak mungkin dapat dipecahkan sendiri, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Kerja sama saling memberi dan menerima sangat dibutuhkan untuk memecahkan suatu permasalahan (Wina Sanjaya, 2007: 265). Di dalam Al-Qur’an juga terdapat ayat yang menerangkan bahwa orang yang mematuhi tuhannya adalah orang yang memutuskan urusannya dengan cara bermusyawarah. Hali ini dinyatakan dalam surat As-Syura, ayat 38: tûïÏ%©!$#ur (#qç/$yftGó™$# öNÍkÍh5t Ï9 (#qãB$s%r&ur no4qn=¢Á9$# öNèdã øBr&ur 3“u‘qä© öNæhuZ÷ t/ $£JÏBur öNßg»uZø%y—u‘ tbqà)ÏÿZムÇÌÑÈ

Artinya: Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.

e. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan (modeling) adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa (Wina Sanjaya, 2007: 265). Pemodelan (modeling) dalam sebuah pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang diinginkan agar siswa-siswanya melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar (Nurhadi, 2003: 49).

Page 29: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

19

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi (Reflection) adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru diterima. Siswa mendapatkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima (Nurhadi, 2003: 51).

g. Penilaian sebenarnya (Authenthic Assessment)

Authenthic Assessment adalah prosedur penilaian pada pembelajaran kontekstual. Prinsip yang dipakai dalam penilaian serta cirri-ciri penilaian autentik menurut Nurhadi (2003: 52), adalah sebagai berikut:1) Harus mengukur semua aspek pembelajaran: proses, kinerja, dan produk.2) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung3) Menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber. 4) Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian.5) Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagian-

bagian kehidupan siswa yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari.

6) Penilaian harus menekankan kedalam pengetahuan dan keahlian siswa, bukan keluasannya (kuantitas).

3. Kitab Ta’lim Muta’allim

Kitab ta’lim al-muta’allim, begitu namanya yang terkenal yang berarti “memberikan tuntunan kepada penuntut ilmu”. Kitab ta’lim al-muta’allim fi bayan’-i thariq al-ta’allum ditulis oleh seoarang imam yang dikenal dengan nama al-Zarnuji. Nama lengkapnya ialah Syaikh Tajuddin Nu’man ibn Ibrahim ibn al-Khalil al-Zarnuji. Dalam sejarah pemikiran Islam klasik, terdapat dua ulama yang dikenal dengan dengan nama al-Zarnuji, yaitu: pertama, Burhanuddin al-Zarnuji yang hidup pada abad abad ke-6 H./ 14 M., kedua, Tajuddin al-Zarnuji, penulis kitab ini, yang wafat pada tahun 645 H.

Page 30: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

20

Muhammad Masud

Menurut Awaludin (1999: 55), belajar bagi al-Zarnuji lebih dimaknai sebagai tindakan yang bernilai ibadah, yang dapat ikut menghantarkan peserta didik mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebab diniati untuk mencari ridha Allah Ta’ala, pengembangan dan pelestarian Islam serta dalam rangka mensyukuri nikmat Tuhan dan menghilangkan kebodohan serta bukan sekedar reorganisasi atau struktur kognitif dan bukan pula dalam arti perubahan yang relatif permanen yang terjadi karena adanya reinforcement.

Diantara beberapa etika tersebut dapat dipahami dari nasihat-nasihat al-Zarnuji, yang terkait dengan etika dalam menjaga hubungan antara guru/ kyai dengan murid/ santri/ mahasiswa. Dalam mengawali pembahasan ini, beliau memberi statement yang bernada suatu penegasan kepada orang yang belajar (santri/ murid/ mahasiswa), penegasan tersebut adalah:اعلم بأن طالب العلم لا ينال العلم ولا ينتفع به إلاَّ بتعظيم العلم وأهله وَتعظيم الأستاذ وَتوقيره.

Artinya: “Ketahuilah sesunguhnya orang yang mencari ilmu itu tidak akan memperoleh ilmu dan kemanfaatannya, kecuali dengan memuliakan ilmu beserta ahlinya, dan memuliakan guru.” (Syaikh Al-Zarnuji, 1996: 31).

Jadi untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat, membutuhkan jalan dan sarana yang tepat, yakni dengan mengagungkan ilmu yang termasuk dalam mengagungkan ilmu adalah penghormatan terhadap kyai/guru/dosen dan keluarganya. Apabila kita membuka mata, betapa besar pengorbanan kyai/guru/dosen yang berupaya keras mencerdaskan manusia dengan memberantas kebodohan, dengan sabar dan telaten membimbing, mengarahkan santri/murid/mahasiswa serta mentransfer ilmu yang dimiliki, sehingga melahirkan individu-individu yang memiliki nilai lebih dan derajat keluhuran baik di mata sesama makhluk maupun di hadapan Allah Ta’ala.

Kajian kitab ta‘lim al-muta‘allim tentang permulaan belajar, kuantitas belajar dan tata tertib belajar (Syaikh Al-Zarnuji, 2007: 73-99), antara lain:

a. Hari Mulai Belajar

Di dalam kitab Ta‘līm al-Muta‘allim dikatakan permulaan belajar adalah pada hari Rabu ( ). Hal ini didasarkan pada hadis Rasulullah yang berbunyi tiada satupun yang dimulai pada hari Rabu kecuali sungguh sempurnah ( ). Begitu

Page 31: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

21

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

juga Imam Abu Hanifah yang mengawali permulaan belajar pada hari rabu. Demikianlah, karena pada hari Rabu Allah menciptakan cahaya dan hari rabu merupakan hari sial bagi orang-orang kafir yang berarti hari berkah bagi orang-orang mukmin.

b. Kuantitas Pelajaran

Ukuran pelajaran bagi murid pemula adalah sepanjang yang bisa dihafal dengan mengulang dua kali.

Kemudian ditambah sedikit demi sedikit pada setiap hari. Ketika pelajaran pertama terlalu panjang sehingga untuk menghafalnya perlu mengulang sepuluh kali, maka seterusnya pelajaran tersebut harus diulang supuluh kali pula. Mengulang-ulang pelajaran yang telah diterima harus dibiasakan dan menjadi kebiasan bagi para penacari ilmu. Bahkah, di dalam kitab Ta‘līm al-Muta‘allim dikatakan pelajaran baru satu huruf diulang-ulang seribu kali.

c. Kualitas Pelajaran

Mencari ilmu sebaiknya dimulai dengan pelajaran yang mudah dipahami

Dalam hal ini, Imam Syarafuddin al-Uqaili mengatakan bahwa seorang

guru harus memberikan kita kitab-kitab summary untuk murid baru, dengan begitu akan lebih mudah difaham dan dihafal, tidak membosankan, dan pelajaran berisi keterangan yang teraplikasi di tengah masyarakat.

d. Membuat Catatan

Dianjurkan kepada murid agar membuat ta‘liq (catatan berdasarkan keterangan guru) pelajarannya setelah hafal, paham dan diulang-ulang.

Murid tidak diperbolehkan menulis sesuatu yang tidak dipahami tanpa tindak lanjut. Karena perbuatan tersebut karena dapat menumpulkan tabiat, menghilangkan kecerdasan, dan membuang-buang waktu. Catatan yang dibuat tersebut kelak akan sangat berguna di waktu yang akan datang.

Page 32: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

22

Muhammad Masud

e. Memahami Pelajaran

Dianjurkan kepada murid agar bersungguh-sungguh dalam memahami pelajaran yang diperoleh dari guru. Bersunggu-hsungguh dapat dilakukan dengan cara meresapi, memikirkan, dan banyak-banyak mengulang pelajaran tersebut.

Dengan memikirkan dan diulang-ulang setiap hari, serta meresapi suatu pelajaran, maka akan dapat mengerti dan memahami pelajaran tersebut. Apabila satu atau dua kali saja murid meremehkan dan tidak serius memahami pelajaran, maka sikap tersebut bisa menjadi kebiasaan yang menjadikan sulit memahami pelajaran meskipun mudah dan pendek. Karena itu, dianjurkan agar murid tidak meremehkan pemahaman meskipun sedikit, tapi harus bersungguh-sungguh dan berbuat serius untuknya.

f. Berdoa

Murid dianjurkan untuk selalu berdoa dan melakukan tadlarru’ (istilah jawanya ndhepe-ndephe atau meronta dan meratap dengan merendahkan diri) kepada Allah, karena Allah pasti menjawab doa yang dipanjatkan dan tidak mengecewakan orang yang berharap kepada-Nya

فينبغي أن لا يتهاون في الفهم بل يجتهد و يدعوالله و يتضرع إليه فإنه يجيب من دعاه Para penuntut ilmu harus selalu berdoa ketika sebelum belajar, saat belajar,

sesudah belajar, kapanpun pencari ilmu harus terus berdoa. Memohon hidayah kepada Allah, mengutarakan kesulitannya saat mencari ilmu, memohon kesehatan ketika menuntut ilmu, menyampaikan citacitanya di masa depan, dan lain-lain semua itu harus diutarakan kepada Allah melalui berdoa.

g. Diskusi Ilmiah

Murid juga harus melakukan diskusi dalam bentuk mudhakarah (forum saling mengingatkan), munād}arah (forum saling mengadu argumentasi), dan mut}ārahah (forum saling tanya jawab). Dianjurkan agar hal tersebut dilakukan atas dasar keinsafan, kalem dengan penuh penghayatan, serta menjahui sikap emosional. Karena sesungguhnya munād}arah dan mudhakarah adalah wujud dari musyawarah dan musyawarah itu dilakukan untuk menemukan kebenaran, sedang kebenaran hanya dapat ditemukan dengan cara mengahayati, kalem, dan insaf, tidak dengan cara marah dan emosional.

Page 33: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

23

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

h. Pendalaman Ilmu

Dianjurkan kepada para murid, hendaklah selalu melakukan penghayatan ilmiah secara mendalam pada setiap kesempatan.

Hendaklah membiasakan hal tersebut, karena detail-detail ilmu hanya

akan diketahui dengan cara mendalaminya dan menghayatinya. Pendalaman ilmu juga harus dilakukan sebelum mulai berbicara agar mendapat kebenaran, karena ucapan itu bagaikan anak panah di mana harus dibidikan terlebih dahulu dengan penghayatan mendalam agar tepat sasaran. Tepat sasaran dalam berbicara dapat dilakukan dengan lima perkara, yaitu, 1) jangan pernah lupa apa sebabnya, 2) kapan waktunya, 3) bagaimana caranya, 4) berapa panjangnya, dan 5) di mana tempatnya.

i. Pembiayaan Ilmu

Apabila penuntut ilmu harus juga bekerja untuk nafkah keluarga dan tanggungannya, maka dipersilahkan bekerja sambil belajar dan berdiskusi semaksimal mungkin. Barang siapa dianugerahi banyak harta, maka alangkah indahnya harta yang salih berada pada orang yang salih juga. Pernah ditanyakan kepada orang alim dengan apa tuan mendapat ilmu?, dengan bapakku yang kaya jawabnya. Kekayaan dapat digunakan untuk berbakti kepada ahli ilmu dan keutamaan. Hal tersebut merupakan wujud mensyukuri kenikmatan akal dan ilmu yang dapat menyebabkan bertambahnya ilmu dan anugerah yang lain.

j. Bersyukur

Abu Hanifah selalu mengucapakam h}amdalah dan bersyukur setiap kali mendapat ilmu, setiap kali diberi taufik untuk memahami fikih dan hikmah Abu Hanifah selalu mengucapkan al-h}amdulillah lalu beratmbahlah ilmu beliau. Karena itulah, dianjurkan kepada penuntut ilmu agar senantiasa bersyukur dengan lisan, hati, perbuatan, dan hartanya:

Serta menyadari kepahaman, ilmu, dan taufik itu datang dari Allah. Murid tidak diperbolehkan mengandalkan pada diri dan akalnya sendiri, tapi haruslah bertawakal dan memohon kebenaran kepada Allah. Barang siapa bertawakal

Page 34: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

24

Muhammad Masud

kepada Allah, maka Allah pasti mencukupi dan membimbing menuju jalan yang lurus.

k. Pengorbanan Demi Ilmu

Dalam menuntut ilmu murid tidak diperbolehkan kikir atas harta yang dimilikinya. Terlebih murid yang berharta, murid tersebut tidak diperbolehkan kikir dan dianjurkan memohon perlindungan kepada Allah dari sikap kikir tersebut. Karena tidak ada penyakit yang lebih serius dibanding kikir. Murid dianjurkan menyisihkan sebagian uangnya untuk membeli kitab dan memberikan sebagian lagi kepada orang yang membantunya demi kemudahan dalam menuntut ilmu.

l. Tamak dan Loba

Setiap murid dianjurkan agar memiliki etos kerja yang tinggi, dilarang untuk tamak, dan mengharapkan harta orang lain.

Murid dianjurkan untuk menghindari sikap tamak, karena ketika murid berbuat tamak, maka kefakiran telah terjadi. Murid juga dianjurkan untuk membelanjakan hartanya untuk kepentingan diri sendiri dan orang lain dengan kadar yang sesuai dan tanpa khawatir akan melarat.

m. Lillahi Ta’ala

Hendaklah para murid tidak berharap selain kepada Allah dan jangan pula merasa takut kecuali kepada-Nya. Sikap tersebut dapat diukur dengan seberapa jauh murid menyimpang dari batas agama atau sama sekali tidak menyimpang. Barang siapa mendurhakai Allah karena takut pada sesama makhluk maka artinya telah takut pada selain Allah. Tapi, apabila takut kepada sesama makhluk dan tidak mendurhakai Allah dan tetap berjalan pada aturan agama, maka tidak bisa disebut takut kepada selain Allah, bahkan tetap disebut takut kepada Allah.

n. Metode Menghafal

Hendaklah menghafalkan pelajaran yang telah dipelajari dengan menentukan target dan metode yang sesuai untuk hafalannya sendiri. Dianjurkan agar murid menghafal pelajaran hari kemarin berulang lima kali, pelajaran kemarin lusa berulang empat kali, pelajaran sebelum itu tiga kali,

Page 35: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

25

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

pelajaran hari sebelumnya itu dua kali, dan pelajaran hari sebelumnya lagi cukup satu kali, cara seperti ini dapat mempercepat hafal. Murid hendaknya tidak membiasakan menghafal dengan suara lirih, belajar dan menghafal harus dengan suara kuat dan penuh semangat. Tapi, jangan terlalu keras dan jangan membuat cepat lelah sehingga belajar menjadi terganggu, sebaik-baik perkara adalah yang sesuai.

o. Masa Tenggang

Seorang penuntut ilmu tidak diperbolehkan berhenti/jeda/vakum dan bingung dalam belajar, karena hal tersebut merupakan halangan penuntut ilmu.

Syekh Islam Burhanudin mengatakan sesungguhnya beliau dapat melebihi

teman-temannya karena selama masa belajar beliau tidak pernah mengalami vakum atau bingung dalam belajar.

p. Kiat Belajar

Syekh Imam Qodli Khan mengatakan agar pelajar fikih hafal di luar kepala salah satu kitab fikih, dengan begitu menjadi lebih mudah menghafal ilmu fikih yang baru didengar. Dengan kata lain murid harus mengahafal minimal sebuah kitab/buku atas pelajaran yang dipelajarinya agar memudahkan dalam belajar.

B. Kajian Pustaka

Penelitian yang dilakukan oleh Fajrin Shodiqoh (2010) mengangkat permasalahan berbicara dengan judul “Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab Siswa Kelas VII SMP Islam Assalamah Ungaran Melalui Pola Stimulus Respon Bentuk Lisan Pada Proses Belajar Mengajar Tahun Ajaran 2009/2010”. Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada kelas tersebut menunjukkan bahwa penggunaan pola stimulus respon bentuk lisan ini dapat meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Arab siswa. Peningkatan keterampilan berbicara siswa dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata pada siklus I yaitu 58,69 dan pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 74,70.

Dwi Astuti (2011) mengangkat permasalahan berbicara dengan judul “Penerapan Metode Langsung (At-Thoriqoh Al-Mubasyaroh) untuk meningkatkan Keterampilan berbicara bahasa Arab pada siswa Kelas VII

Page 36: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

26

Muhammad Masud

G MTs Negeri Kendal Tahun Ajaran 2010/2011”. Hasil penelitian Astuti menemukan banyak siswa yang belum terbiasa berbicara bahasa Arab sehingga Astuti tergugah untuk melakukan penelitian dan penawaran sebuah solusi baru melalui metode langsung. Pada siklus I meningkat 16,74% serta pada siklus II meningkat menjadi 34,43%.

Musrifah (2016) meneliti tentang pengaruh model pembelajaran contextual teaching and learning terhadap hasil belajar bahasa arab peserta didik kelas II MI Darul Istiqamah Makassar. Hasil Penelitiannya adalah hasil belajar bahasa arab sebelum diterapkan model pembelajaran CTL menunjukkan skor rata-rata 48,00 dan skor hasil belajar setelah diterapkan model tersebut menunjukkan skor rata-rata 72,00. Dari hasil analis uji hipotesis menunjukkan t hitung 20,055 > t tabel 2,308 ini berarti hipotesis dari penelitian terbukti, Ho ditolak H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar bahasa arab melalui penerapan model pembelajaran CTL peserta didik kelas II MI Darul Istiqamah Makassar.

C. Kerangka Berfikir

Pembelajaran Bahasa Arab adalah kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru untuk mengajarkan Bahasa Arab kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran pembelajaran yaitu pembelajaran bahasa asing.

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari proses, mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahakan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

Data yang diperoleh terkait dengan sikap guru dan murid dalam melakukan proses belajar mengajar menunjukkan bahwa sikap guru dan murid saat ini sudah banyak bergeser dari kriteria cara mencari ilmu yang baik seperti yang tertulis pada kitab-kitab klasik, salah satunya kitab Ta‘lim al- Muta‘allim karya Syekh Burhanuddin al-Zarnuji.

Page 37: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

27

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

GAMBAR 2.1.KERANGKA BERFIKIR

Bagaimana model pembelajaran bahasa arab berbasis contextual teaching and learning melalui kitab ta’lim muta’alim di Pondok

Pesantren API Al Masykur Kab. Semarang

Pembelajaran Bahasa Arab

contextual teaching and learning

Kitab Ta’lim Muta’allim

Implikasi model pembelajaran bahasa arab berbasis contextual teaching and learning melalui kitab ta’lim

Page 38: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Timbulnya metode kualitatif dipicu oleh pemahaman bahwa gejala kehidupan terdiri atas dua unsur yang berbeda. Dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai bentuk jasmani dan rohani, fisik dan non fisik, konkrit dan abstrak, kasar dan halus, nyata dan tidak nyata (Nyoman Kutha Ratna, 2016: 89-90). Kedua gejala tersebut selalu dan secara terus menerus memengaruhi kehidupan manusia. Bahkan manusia itu sendiri terbentuk atas dasar kedua gejala tersebut. Pemahaman lebih jauh menunjukkan bahwa gejala rohanilah yang justru dominan yang seolah-olah tanpa ada batas. Konsekuensinya dalam teori kontemporer kualitatiflah yang memerlukan perhatian lebih besar.

Penelitian kualitatif deskriptif dalam penelitian ini, secara spesifik lebih diarahkan pada penggunaan metode studi kasus. Sebagaimana pendapat Lincoln dan Guba yang dikutip oleh Deddy Mulyana (2002: 198), yang menyebutkan bahwa pendekatan kualitatif dapat juga disebut dengan case study ataupun qualitative, yaitu penelitian yang mendalam dan mendetail tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan subjek penelitian.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Judul penelitian tentang “Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim di Pondok Pesantren API Al Masykur Kab. Semarang”, maka peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:a. Waktu Penelitian : April-Juli 2019b. Tempat Penelitian : Pondok Pesantren API Al Masykur Kab. Semarang

C. Metode Pengumpulan Data

Penelitian kualitatif harus mengetahui prosedur pengumpulan data. Menurut salah satu pakar, Cresswell, menyebutkan bahwa “The data collection

Page 39: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

29

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

step involve (a) setting the boundaries for the study, (b) collecting the information through observations, interviews, documents, and visual materials, and (c) establishing the protocol for recording information ” (John W. Creswell, 1994:148).

Maksud dari pemaparan Cresswell ini dapat diartikan bahwa langkah-langkah pengumpulan data meliputi: (a) setting yang berhubungan dengan study, (b) pengumpulan informasi melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan materi-materi visual, (c) menetapkan protokol perekam informasi.

Metode pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini meliputi:

a. Observasi

Metode observasi dapat disebut juga sebagai pengamatan. Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengamatan secara langsung dan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya (Lexy J. Moleong, 2007: 174).

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai “Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim di Pondok Pesantren API Al Masykur Kab. Semarang”.

b. Interview/ wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan (Lexy J. Moleong, 2007: 186).

Penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada informan dimana pertanyaan-pertanyaaan tersebut telah disiapkan dan dibuat kerangka-kerangka sistematik sebelum berada di lokasi penelitian. Selanjutnya pertanyaan yang disampaikan kepada informan dapat berkembang sesuai dengan kejelasan jawaban yang dibutuhkan, meskipun pertanyaan tersebut tidak tercantum dalam daftar atau list pertanyaan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti setiap bahan tertulis/ film yang tidak dipersiapkan karena adanya permainan peneliti (Lexy

Page 40: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

30

Muhammad Masud

J. Moleong, 2007: 161). Metode ini digunakan untuk memperkuat perolehan data dari pengamatan dan wawancara. Metode ini dipakai untuk data yang berkaitan dengan “Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim di Pondok Pesantren API Al Masykur Kab. Semarang”.

D. Metode Keabsahan Data

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Lexy J. Moleong, 2007: 330).

Sedangkan triangulasi metode maksudnya untuk memeriksa keabsahan data dalam meneliti sebuah masalah, perlu membandingkan beberapa metode dalam penelitian. Dalam penelitian ini digunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Maka pemeriksaan keabsahan data ini dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi untuk memastikan data-data itu tidak saling bertentangan.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Teknik analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992: 19-20), mencakup tiga kegiatan yang bersamaan: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (verifikasi).a. Reduksi data Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian, pengabstrakan

dan transformasi data kasar dari lapangan. Reduksi data ini berlangsung selama penelitian dilakukan, dari awal sampai akhir penelitian. Dalam proses reduksi ini peneliti benar-benar mencari data yang valid. Ketika peneliti menyaksikan kebenaran data yang diperoleh akan dicek ulang dengan informan lain yang dirasa peneliti lebih mengetahui.

b. Penyajian data Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data yang selama kegiatan diambil dari data yang disederhanakan dalam reduksi data. Penyajian data dilakukan dengan merakit organisasi

Page 41: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

31

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

informasi. Deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan peneliti dapat dilakukan dengan menyusun kalimat secara logis dan sistematis.

c. Menarik kesimpulan atau verifikasi. Tahap ini peneliti membuat rumusan proposisi yang terkait dengan

prinsip logika, mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada, pengelompokan data yang telah terbentuk, dan proposisi yang telah dirumuskan. Langkah selanjutnya yaitu melaporkan hasil penelitian lengkap, dengan temuan baru yang berbeda. Berdasarkan uraian diatas, langkah analisis data dengan pendekatan ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 3.1.Analisis Data Penelitian

Pengumpulan data

Kesimpulan: penarikan/ve

rifikasi

Reduksi data

Penyajian data

Page 42: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

32

BAB IV

ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Analisis Data Penelitian

1. Konsep Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim di Pondok Pesantren API Al Masykur Kab. Semarang

a. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Kitab Ta‘lim al-Muta‘allim

Ada beberapa pertanyaan yang diajukan kepada narasumber untuk mengetahui bagaimana tujuan diajarakannya kitab Ta‘lim al-Muta‘allim di Pondok Pesantren API Al Masykur Kab. Semarang. Berikut akan dipaparkan hasil dari wawancara tersebut.

Pertanyaan bagaimana isi kitab Ta‘lim dan relevansinya dengan dunia pendidikan saat ini?, Gus Muhammad Ulin Nuha menjawab.

Kandungan atau isi dari kitab Ta‘lim al-Muta‘allim sangat relevan di zaman modernisasi dan globalisasi ini, juga derasnya arus informasi.

Pertanyaan tentang materi dalam kitab Ta‘lim al- Muta‘allim yang sangat dibutuhkan terkait tantangan yang dihadapi dunia pendidikan saat ini, Gus Muhammad Ulin Nuha menjawab.

Tata cara murid dalam menutut ilmu agar ilmunya menjadi ilmu yang bermanfaat dan mempunyai nilai keberkahan yang tinggi. Hal tersebut terdapat dalam kitab Ta‘lim al- Muta‘allim dan saya rasa bisa menjadi salah satu solusi untuk masalah pendidikan saat ini.

Selanjutnya, tentang siapa yang menetapkan kitab Ta‘lim al-Muta‘allim dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran di Pondok Pesantren API Al Masykur Kab. Semarang, Gus Muhammad Ulin Nuha mengatakan.

Penetapan kitab Ta‘lim al-Muta‘allim sebagai salah satu mata pelajaran

Page 43: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

33

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

di Pondok Pesantren API Al Masykur ini dilakukan oleh para pengasuh dan pemimpin di pesantren.

Mengenai alasan ditetapkannya kitab Ta‘lim al-Muta‘allim sebagai salah satu mata pelajaran di Pondok Pesantren API Al Masykur, Gus Muhammad Ulin Nuha mengatakan.

Alasan ditetapkannya kitab Ta‘lim al-Muta‘allim sebagai mata pelajaran, karena kitab tersebut dapat memberikan bimbingan kepada murid dalam proses menuntut ilmu dengan baik dan benar.

Narasumber/subjek penelitian lainnya yaitu Gus Muhammad Ulin Nuha mengatakan alasannya mempelajari Ta‘lim al- Muta‘allim sebagai berikut.

Karena umat Islam diwajibkan menuntut ilmu dan kitab Ta‘lim berisi tentang akhlak dalam pembelajaran. Karena kitab tersebut merupakan kitab yang dikarang ulama besar.

Gus Muhammad Ulin Nuha selaku kepala dan guru di Pondok Pesantren API Al Masykur mengatakan tentang tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran kitab Ta‘lim al-Muta‘allim di Pondok Pesantren API Al Masykur sebagai berikut.

Memberikan bekal ilmu melalui sebuah proses yang benar, terbentuknya akhlak yang baik, santun, dan berjiwa mulia, mengamalkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari serta menyebarkan kepada masyarakat luas. Itu tujuan dari diajarkannya kitab Ta‘lim al-Muta‘allim kepada murid di pondok pesantren ini.

Mengenai tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran kitab Ta‘lim al-Muta‘allim di Pondok Pesantren API Al Masykur, Gus Hanif juga mengatakan.

Nilai yang terdapat di pondok pesantren ini senada dengan nilai-nilai yang terdapat dalam kitab Ta‘lim al-Muta‘allim. Tujuan diajarkaanya kitab Ta‘lim al-Muta‘allim untuk merealisasikan visi, misi, dan tujuan Pondok Pesantren API Al Masykur itu sendiri.

Pondok Pesantren API Al Masykur telah melakukan perumusan tujuan belajar yang jelas. Tujuan dirumuskan dengan memperhatikan banyak hal dan dilakukan dengan sungguh- sungguh. Tujuan yang dirumuskan dengan baik akan memberikan petunjuk, motivasi, dan kemudahan dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk mewujudkan tujuan belajar.

Page 44: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

34

Muhammad Masud

b. Mengidentifikasi Sumber Daya

Terkait dengan mengidentifikasi sumber daya, pertanyaannya berbunyi, bagaimana kriteria guru yang mengajar kitab Ta‘lim al-Muta‘allim di Pondok Pesantren API Al Masykur?. Adapun jawaban dari Gus Muhammad Ulin Nuha adalah sebagai berikut.

Guru yang mengajar kitab Ta‘līm al-Muta‘allim di sini harus telah khatam dan menguasai isi dari kitab Ta‘lim al- Muta‘allim, sopan, santun, dan memberikan tauladan yang baik kepada murid.

Gus Muhammad Ulin Nuha, dengan pertanyaan yang sama tentang kriteria guru yang mengajar kitab Ta‘lim, mengatakan.

Kriteria guru yang mengajar memiliki keperibadian guru yang baik dan sangat sesuai dengan pelajaran yang diajarkan karena dipilih oleh kiai dan pengurus pondok pesantren.

Hasil observasi yang dilakukan peneliti di Pondok Pesantren API Al Masykur selama bulan april sampai dengan Juli 2019, menunjukkan bahwa guru yang mengajar kitab Ta‘lim al-Muta‘allim atau guru-guru yang lain sesuai dengan apa yang telah disebutkan oleh kedua narasumber. Guru-guru sangat menguasai apa yang diajarkan, sopan, santun, berpenampilan dan menunjukkan sikap seorang guru, sangat mahir dalam mengelola kelas, dan hadir di kelas tepat waktu. Selain itu, guru-guru juga memberikan tauladan yang baik kepada murid, ramah, dan sangat dekat dengan muird.

Selanjutnya, jawaban terkait dengan pertanyaan sikap murid dalam menerima pelajaran kitab Ta‘lim al-Muta‘allim, Gus Muhammad Ulin Nuha mengatakan.

Dalam menerima pelajaran, pelajaran apapun, murid-murid bersikap baik dan memperhatikan dengan seksama apa yang diajarkan oleh guru.

Sebagai salah satu murid yang belajar di Pondok Pesantren API Al Masykur, mengenai keadaannya dan kedaan teman-temannya dalam menerima pelajaran. Gus Muhammad Ulin Nuha mengatakan.

Kebanyakan teman-teman sudah pernah mengaji kitab ini dan sudah banyak yang khatam. Di sini saya dan teman- teman memiliki kesempatan untuk mengingat kembali dan memperdalam pemahaman tentang kitab Ta‘lim al- Muta‘allim. Dalam menerima pelajaran di kelas saya dan teman-teman mendengarkan dengan sungguh-sungguh apa yang disampaikan oleh guru.

Page 45: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

35

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

Hasil observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa murid-murid terbagi kedalam dua kelompok. Kelompok pertama murid-murid yang mengikuti pelajaran dengan baik dan memperhatikan dengan seksama penjelasan guru, kelompok ini berjumlah mayoritas. Kelompok kedua, ada murid yang tidak menggangu proses pembelajaran, tetapi tertidur di dalam kelas. Setelah diperhatikan lebih lanjut, murid-murid yang tertidur merupakan murid yang kelelahan karena tugas kuliah atau murid- murid yang memiliki kegiatan yang padat, tapi mereka masih menyempatkan waktu untuk datang di kelas.

Pertanyaan selanjutnya mengenai alat belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran kitab Ta‘lim al-Muta‘allim, Gus Muhammad Ulin Nuha mengatakan.

Alat belajar yang digunakan guru, alat belajar yang digunakan murid, dan sarana prasarana lengkap dan menunjang proses pembelajaran.

Pertanyaan yang sama mengenai alat belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran kitab Ta‘lim al-Muta‘allim, Gus Muhammad Ulin Nuha mengatakan.

Ruang kelas, kursi, meja, papan tulis, alat tulis, buku, kitab, untuk menunjang proses pembelajaran.

Hasil observasi menunjukkan bahwa alat belajar di Pondok Pesantren API Al Masykur sangat baik dan lengkap. Apa yang telah disebutkan oleh kedua narasumber ada dan digunakan di Pondok Pesantren API Al Masykur. Ruang kelas dan bangunan juga sangat baik, bersih, dan rapi. Selain itu, kondisi dan suasana pondok sangat kondusif, sangat menunjang untuk kegitan pendidikan dan belajar.

Berkaitan dengan lingkungan masyarakat di sekitar Pondok Pesantren API Al Masykur, Gus Muhammad Ulin Nuha Mengatakan.

Lingkungan Pondok Pesantren API Al Masykur, baik masyarakat Jombor dan suasana di sekitar pondok semuanya sangat menunjang, mendukung, dan kondusif.

Senada dengan Gus Muhammad Ulin Nuha, berikut perkataan Gus Hanif tentang lingkungan sekitar pondok pesantren.

Lingkungan di sekitar pondok merupakan lingkungan yang religius. Lingkungannya nyaman, sangat mendukung aktivitas pondok. Lingkungan membutuhkan pondok pesantren dan pondok juga membutuhkan masyarakat

Page 46: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

36

Muhammad Masud

sekitar. Ada simbiosis mutualisme di antara keduanya.Dari hasil observasi, diketahui lingkungan di sekitar pondok pesantren

sangat religius terjalin hubungan yang harmonis antara pondok dan lingkungan sekitar pondok, bisa dikatakan pondok pesantren sudah menyatu dengan masyarakat. Terdapat hubungan yang saling menguntungkan antara keduanya. Salah satu contohnya, masyarakat memperkuat posisi pondok pesantren dan pondok pesantren memberikan pelayanan kepada masyarkat terkait urusan agama.

c. Menentukan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis CTL Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim di Pondok Pesantren API Al Masykur

Untuk mengetahui strategi pembelajaran bahasa Arab berbasis CTL melalui kitab Ta’lim Muta’alim yang diterpakan di Pondok Pesantren API Al Masykur. Pertanyaan pertama yang ditayakan kepada narasumber adalah apa saja faktor pendukung proses pembelajaran kitab Ta‘lim al-Muta‘allim?. Berikut jawaban dari Gus Muhammad Ulin Nuha.

Faktor pendukung pembelajaran bahasa Arab berbasis CTL melalui kitab Ta’lim Muta’alim yang penting di sini adalah sarana fisik yang mendukung dan guru yang kompeten.

Menjawab pertanyaan yang sama mengenai faktor pendukung pembelajaran bahasa Arab berbasis CTL melalui kitab Ta’lim Muta’alim, Gus Hanif mengatakan.

Faktor pendukung pembelajaran bahasa Arab berbasis CTL melalui kitab Ta’lim Muta’alim di podok pesantren ini antara lain: guru yang kompeten, kurikulum yang terstuktur, teman belajar yang memotivasi, sarana prasarana yang memadai, semangat belajar menuntut ilmu, dan motivasi untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Selanjutnya, tentang faktor penghambat proses bahasa Arab berbasis CTL melalui kitab Ta’lim Muta’alim, Gus Muhammad Ulin Nuha mengatakan.

Faktor penghambat pembelajaran yang perlu mendapat perhatian adalah kurangnya niat yang kuat dari murid.

Selain itu, tentang faktor penghambat pembelajaran bahasa Arab berbasis CTL melalui kitab Ta’lim Muta’alim, Gus Muhammad Ulin Nuha mengatakan.

Terbenturnya jadwal kuliah dengan jadwal mengaji, teman yang membutat untuk tidak belajar, praktikum. kadang tidak bisa hadir (diganti), rasa malas,

Page 47: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

37

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

capek, dan sibuk. Hal-hal tersebut saya rasa bisa mengahambat proses pembelajaran.

Terdapat dua hal yang ditekankan untuk mencari dan mendapatkan guru kompeten pengajar kitab Ta‘lim al-Muta‘allim di Pondok Pesantren API Al Masykur. Gus Muhammad Ulin Nuha mengatakan.

Guru yang kompeten untuk mengajar di pesantren minimal harus memenuhi dua hal yaitu, latar belakang pendidikan dan riwayat hidup yang sesuai dengan kehendak pondok.

Mengenai perekrutan guru di Pondok Pesantren API Al Masykur peneliti pernah di tawari untuk mengajar di podok pesantren ketika berpamitan pulang saat kegiatan pondok telah selesai. Pemimpin pondok, dalam hal ini Gus Muhammad Ulin Nuha, bertanya kepada peneliti apakah bersedia untuk mengajar di Pondok API Al Masykur, tetapi peneliti belum bisa mengajar saat itu.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pertimbangan-pertimbangan dan proses wawancara yang dilakukan untuk merekrut guru di Pondok Pesantren API Al Masykur.

Kemudian, Gus Muhammad Ulin Nuha menjelaskan cara Pondok Pesantren API Al Masykur untuk mendapatkan murid.

Murid-murid mendaftar atas inisiatif sendiri untuk menjadi murid di sini. Waktu pendaftaran kapan saja, jika ada yang ingin mengaji di sini kapan saja diterima. Pendaftaran menjadi murid harus ditemani wali murid.

Adapun, strategi yang diterapkan agar murid dapat menerima pelajaran kitab Ta’lim dengan baik sebagai berikut.

Agar pelajaran dapat berjalan dengan baik murid-murid wajib memiliki kitab, perangkat lainnya seperti alat tulis, dan lain-lain yang dibutuhkan dalam belajar.

Murid-murid juga melakukan inisiatif agar dapat memahami dengan baik pelajaran kitab Ta’lim. Hal yang dilakukan terdapat dalam perkataan Gus Muhammad Ulin Nuha sebagai berikut.

Agar lebih memahami kitab Ta‘lim al-Muta‘allim ada beberapa hal yang dilakukan murid. Belajar sendiri di kamar dengan teman, melengkapi pelajaran yang tertinggal, sowan ke pengasuh/pemimpin pondok, dan memotivasi diri lebih giat lagi.

Selain kitab dan alat tulis, alat belajar yang mendukung proses pembelajaran juga digunakan di pondok pesantren ini.

Page 48: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

38

Muhammad Masud

Selain kitab dan alat tulis, alat peraga yang mendukung seperti sound system, dan lain-lain. Digunakan untuk menjadikan proses belajar lebih baik.

Selanjutnya, tentang strategi yang digunakan untuk memperkuat lingkungan sekitar pondok agar dapat menyatu dengan pondok. Gus Muhammad Ulin Nuha mengatakan.

Strategi yang digunakan untuk menyatu dengan masayarakan yaitu, mengajak masyarakat sekitar untuk mengikuti pengajian di pesantren dan menciptakan kampung atau lingkungan seperti suasana pesantren.

Tentang siapa yang menentukan semua strategi yang digunakan di Pondok Pesantren API Al Masykur baik dalam merekrut guru, merekrut murid, memenuhi alat belajar, dan strategi menyatu dengan masyarakat. Gus Muhammad Ulin Nuha mengatakan.

Strategi muncul dari pihak pondok pesantren dan juga elemen masyarakat, inisiatif bisa muncul dari pesantren maupun sebaliknya. Inisiatif bisa muncul dari masyarakat.

Hasil observasi peneliti menunjukkan bahwa pondok pesantren API Al Masykur melibatkan masyarakat dalam acara yang diadakan pondok. Pada saat itu sebagian masyarakat diminta untuk menjadi panitia kegiatan santunan anak yatim bersama guru-guru dan murid-murid pondok. Selain itu, Pondok Pesantren API Al Masykur juga memberikan santunan kepada anak yatim dan kaum duafa di sekitar pondok pesantren. Hal ini sangat penting dilakukan agar masyarakat sekitar semakin dekat dengan pondok pesantren.

d. Mendesain Rencana Pembelajaran

Tentang cara yang digunakan untuk mengajarkan kitab Ta‘lim al-Muta‘allim kepada murid. Gus Muhammad Ulin Nuha mengatakan.

Cara mengajar yang digunakan yaitu, sorogan, bandongan, dan memberikan tauladan.

Selanjutnya, Gus Muhammad Ulin Nuha mengatakan mengenai waktu yang digunakan untuk belajar kitab Ta‘lim al-Muta‘allim. Adapun perkataan beliau sebagai berikut.

Kitab Ta’lim al-Muta‘allim diajarakan kepada murid sekali dalam seminggu dengan lamanya waktu belajar dua jam pelajaran.

Menjawab pertanyaan bagaimana cara kitab Ta’lim diajarkan?, kapan dan berapa lama waktu belajarnya?, dan dimana melakukan belajar? Gus

Page 49: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

39

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

Muhammad Ulin Nuha mengatakan.Mengaji maknani kitab, model belajarnya teacher center dan tidak ada

presentasi. Belajar kitab Ta’lim al-Muta‘allim seminggu sekali, setelah isya, belajarnya dua jam pelajaran, dan dilakukan di kelas, perpustakaan, atau halakah.

Hasil observasi yang dilakukan peneliti, di dalam kelas guru mengajarkan pelajaran dengan cara sorogan atau bandongan. Guru dan murid sama-sama memegang kitab, guru membaca kitab dan menterjemahkannya, bersamaan dengan itu murid menulis terjemahan yang diucapkan guru. Setelah dirasa cukup guru akan berhenti menbaca dan menjelaskan apa yang telah dibaca tadi. Penjelasan bisa singkat dan bisa sangat panjang dan dalam sesuai dengan kebutuhan dan konteks yang dijelaskan.

Apakah waktu belajar sudah ideal?, apa yang melatarbelakangi jumlah waktu belajar kitab Ta’lim al-Muta‘allim tersebut?. Dengan singkat Gus Muhammad Ulin Nuha menjawab.

Sebenarnya waktu tersebut belum ideal. Terbatasnya waktu membuat pelajaran kitab Ta‘līm al-Muta‘allim diajarkan dengan porsi waktu yang demikian.

Gus Hanif menjawab dua pertanyaan tersebut.Waktu belajar tersebut merupakan waktu yang paling ideal menyesuaikan

dengan aktivitas pondok, guru yang mengajar, dan murid. Tentu belum cukup, oleh karena itu murid harus juga giat belajar.

Adapun tentang siapa yang membuat desain pembelajaran, Gus Muhammad Ulin Nuha mengatakan.

Pengasuh, pemimpin pondok pesantren, dan petugas yang ditunjuk yang membuat desain pembelajarn di pesantren.

Dalam mendesain pembelajaran kitab Ta’lim al-Muta‘allim di Pondok Pesantren API Al Masykur dilakukan oleh pengasuh, pemimpin, dan petugas yang ditunjuk. Ada divisi khusus yang mengatur hal ini, yaitu Bidang Pendidikan. Bidang Pendidikan di pondok Pesantren API Al Masykur bertugas membuat jadwal pelajaran menginformasikannya kepada guru dan murid, mencari guru pengganti jika guru utama berhalangan hadir, mengecek absensi guru dan murid, dan memberikan hukuman bagi murid yang melanggar aturan dalam urusan belajar.

Page 50: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

40

Muhammad Masud

2. Pelaksanaan Konsep Kegiatan Pembelajaran Kitab Ta’lim al-Muta‘allim dalam Membentuk Sikap Guru dan Murid

a. Staffing (Kepegawaian)

Hasil observasi yang dilakukan peneliti mengenai struktur organisasi di Pondok Pesantren API Al Masykur didapati bahwa terdapat pengasuh pondok di possi teratas, kemudian pengasuh pondok, kepala bidang dan guru-guru, dan terakhir adalah murid. Susunan kepengurusan di Pondok Pesantren API Al Masykur sudah sangat rapi dan terstruktur sehingga setiap detail dari aktivitas dan kebutuhan pondok dapat dikontrol dengan baik.

Menjawab pertanyaan bagaimana pembelajaran kitab Ta’lim al-Muta‘allim di dalam kelas?, Gus Muhammad Ulin Nuha mengatakan.

Di dalam kelas kitab Ta’lim al-Muta‘allim diajarkan dengan cara klasik, sorogan dan wetonan.

Pertanyaan yang sama, Gus Hanif mengatakan.Di dalam kelas cara belajarnya dominan ceramah, memaknai kitab, dan

terkadang tanya jawab.Menjawab pertanyaan selanjutnya, bagaimana metode belajar yang baik?, Gus Muhammad Ulin Nuha mengatakan.Dalam menuntut ilmu sikap dan cara menuntut ilmu harus benar,

menghormati guru, kitab, dan sesama teman. Memiliki niat yang baik karena Allah bertujuan untuk mengurangi kebodohan.

Mengenai bagaimana sikap seorang guru dalam mengajar, Gus Muhammad Ulin Nuha mengatakan.

Seorang guru dalam mengajar harus sopan, santun, dan memberikan tauladan yang baik kepada muridnya.

Selanjutnya, Gus Muhammad Ulin Nuha menjelaskan bagaimana sikap murid API Al Masykur dalam menerima pelajaran.

Sikap murid dalam menerima pelajaran. Murid-murid mendengarkan dengan baik semua penjelasan guru, menulis hal-hal yang dianggap penting, dan tidak membuat gaduh di dalam kelas.

Tentang faktor pendukung dan penghambat pembelajaran kitab Ta’lim di dalam kelas. Gus Muhammad Ulin Nuha menjawab.

Faktor penghambat adalah waktu terbatas dan faktor pendukungnya adalah fasilitas lengkap dan memadahi.

Page 51: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

41

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

Berhubungan dengan faktor penghambat dan pendukung, Gus Hanif juga mengatakan.

Teman tidur, lelah karena aktivitas, rasa ngantuk, banyak yang terlambat, dan terkadang ustad terlambat itu yang menghambat proses pembelajaran. Guru yang kompeten, suasana yang nyaman, fasilitas yang lengkap, dan motivasi dari guru itu yang mendukung proses pembelajaran.

Apakah guru menjalakan tugas dengan baik?, Gus Hanif menjawab pertanyaan tersebut dengan mengatakan.

Iya, guru sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Bentuk tindakan bahwa guru telah menjalankan tugas dengan baik, berikut Gus Hanif mengatakan.

Iya guru sudah menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Melengkapi sarana dan prasarana, mencarikan pengganti jika ada ustad yang berhalangan mengajajar, mengganti mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan, membimbing murid yang kurang aktif, kurang bisa baca tulis kitab, memberikan hukuman yang bersifat edukatif, absen satu alfa satu juz, dan denda 2000 rupiah.

Apakah para guru saling bekerjasama?, menjawab pertanyaan tersebut Gus Muhammad Ulin Nuha Mengatakan.

Iya sudah. Para guru bekerjasa agar pelajaran tersampaikan dengan baik dan sesuai target.

Mengenai kerjasama, Gus Hanif mengatakan.Iya, sesama guru saling berdiskusi di luar jam mengajar. Guru junior

belajar kepada guru senior, guru-guru saling berdiskusi untuk menjadikan murid-murid memahami pelajaran.

Apakah hubungan antara pengasuh, pemimpin, guru, murid, dan masyarakat sekitar harmonis?, Gus Ulin Nuha mengatakan.

Hubungan pengasuh, pemimpin, guru, murid, dan masyarakat sekitar harmonis.

Gus Hanif menjawab pertanyaan apakah hubungan anatara pengasuh, pemimpin, guru, murid, dan masyarakat sekitar harmonis? dengan mengatakan.

Hubungan sangat harmonis, saling mengerti dan berada pada hak dan kewajiban masing-masing. Pengasuh dan pemimpin sangat baik dan bijaksana, guru-guru menjalakan tugas dengan sangat baik, murid-murid menghormati guru, masyarakat sekitar terbantu ekonominya dan pondok mendapat dukungan dari masyarakat.

Page 52: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

42

Muhammad Masud

b. Controlling (Pengendalian)

Pertanyaan pertama yang ditanyakan dalam masalah ini adalah, siapakah yang melakukan controlling terhadap proses pembelajaran kitab Ta‘līm al-Muta‘allim?. Perntanyaan tersebut dijawab oleh Gus Muhammad Ulinnuha dengan mengtakan.

Yang mengontrol aktivitas pondok adalah para pengurus madrasah dan pesantren. Apakah guru menjalankan tugasnya dengan baik atau murid sudah menjalankan semua aturan.

Berikut Gus Hanif menyebutkan beberapa nama yang melakukan controlling.

Aktivitas pondok dikontrol oleh pengurus yang telah ditugaskan. Untuk mengontrol pada Bidang Pendidikan.

Bagaimana cara melakukan controlling?, pertanyaan tersebut di jawab oleh Gus Muhammad Ulin Nuha sebagai berikut.

Dilakukan dengan absensi dan memberi hukuman terhadap murid yang melanggar.

Pertayaan yang sama, bagaimana cara melakukan controlling? Gus Hanif menjawab

Controlling dilakukan dengan cara, sebelum pembelajaran dimulai ustad dikonfirmasi apakah bisa mengajar. apabila ustad yang bersangkutan tidak bisa, maka dicarikan pengganti. Setiap hari penanggung jawab keliling ke kelas- kelas untuk melihat kondisi.

Apa yang dilakukan pengasuh/pemimpin pondok jika terdapat guru yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran kitab Ta‘līm al-Muta‘allim?. Pertanyaan tersebut dijawab oleh Gus Muhammad Ulin Nuha dengan jawaban sebagai berikut.

Tidak ada guru yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran, karena pengangkatannya sudah sesuai dengan bidang dan kemampuannya.

Murid-murid jika mendapat kesulitan dalam belajar memiliki siasat untuk mengatasinya. Adapun siasatnya seperti yang disampaikan Gus Muhammad Ulin Nuha sebagai berikut.

Murid-murid jika mendapat kesulitan dalam belajar memiliki siasat untuk mengatasinya. Adapun siasatnya seperti yang disampaikan Gus Muhammad Ulin Nuha sebagai berikut.

Page 53: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

43

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

Antara sesama murid, jika mengalami kesulitan dalam belajar. Mereka saling membantu dan saling belajar bersama atau belajar kelompok.

Tentang siasat yang dilakukan sesama murid untuk mengatasi masalah belajar Gus Hanif mengatakan.

Murid yang memiliki kesulitan dalam belajar mereka belajar meminta bimbingan kepada murid lain yang memiliki kemampuan lebih. Biasanya setelah diniah langsung bertanya atau diwaktu-waktu luang.

Hasil observasi yang dilakukan, terkait siasat antar sesama murid dalam mengatasi kesulitan dalam belajar, murid-murid melakukan diskusi saling melengkapi pengetahuan masing-masing. Selain itu, murid yang belum memahami pelajaran bertanya kepada murid yang dianggap terpandai untuk mendapatkan penjelasan terkait kesulitan yang dihadapi. Kemudian, murid-murid juga langsung sowan mengahadap pengasuh, pemimpin pondok, atau guru untuk mendapatkan jawaban terkait masalah yang dihadapi.

Selanjutnya, pertanyaan apa yang dilakukan guru jika murid mendapat kesulitan dalam mempelajari kitab Ta‘lim al- Muta‘allim?. Gus Muhammad Ulin Nuha menjawab.

Jika murid mengalami kesulitan dalam belajar. Murid mendapatkan pelajaran khusus atau tambahan dan pendampingan dari guru.

Apa yang dilakukan guru jika ada murid yang mendapat kesulitan dalam mempelajari kitab Ta’lim al-Muta‘allim?. Berikut jawaban Gus Hanif menanggapi pertanyaan tersebut.

Guru mengulangi penjelasannya jika ada murid yang belum paham suatu pelajaran. Guru juga meluangkan waktu membimbing langsung, memberi saran, atau menasehati. Selain itu, murid-murid juga bisa mengahadap ke kediaman para ustad jika mendapat kesulitan belajar.

Dalam mengajar memang akan mendapati murid-murid yang beragam. Ada yang cepat belajar, lambar belajar, semangat, atau kurang semangat dalam belajar. Guru harus bisa mengatasi masalah ini, guru harus dapat mengetahui murid yang sedang mengalami kesulitan dalam belajar dan membantunya mengatasi masalah tersebut. Untuk mengetahui murid yang kesulitan dalam belajar tentunya guru harus betanya kepada murid atau murid sendiri yang mengutarakan kesuliatannya kepada guru.

Page 54: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

44

Muhammad Masud

c. Motivating (Motivasi)

Dalam hal ini, pertanyaan pertama yang dilontarkan adalah, apakah motivasi itu diperlukan dalam mempelajari sesuatu?. Adapun jawaban Gus Muhammad Ulin Nuha menjawab sebagai berikut.

Motivasi sangat diperlukan dalam belajar. Perlu meluruskan niat setiap saat karena niat adalah ujung tombak dalam belajar.

Gus Hanif mengatakan bahwa motivasi sangat penting agar dalam belajar dapat memahami pelajaran dengan semangat dan antusias.

Motivasi sangat diperlukan dalam semua hal, termasuk belajar. Agar bisa memahami kitab tersebut harus memiliki motivasi yang baik dan kuat, dengan begitu keantusiasan dalam belajar, semangat, dan belajar yang terus menerus akan menyertai dalam mencari ilmu.

Apa yang dilakukan sesama murid untuk saling memotivasi?, Gus Muhammad Ulin Nuha menjawab.

Murid-murid belajar bersama untuk saling memotivasi, dengan belajar bersama akan menjaga motivasi murid- murid untuk terus belajar.

Gus Hanif menambahkan.Yang dilakukan sesama murid untuk saling memotivasi yaitu:

mengingatkan, mengajari, mengajak, melakukan diskusi, dan membantu melengkapi pelajaran yang tertinggal.

Selanjutnya, Gus Muhammad Ulin Nuha menjawab pertanyaan apa yang dilakukan pengasuh/pemimpin pondok untuk memotivasi guru?, berikut jawaban beliau.

Pengasuh/pemimpin pondok menjalin komunikasi yang baik kepada para guru, dengan begitu guru-guru akan termotivasi untuk mengajar murid-muridnya.

Pertanyaan apa yang dilakukan guru untuk memotivasi murid?, Gus Muhammad Ulin Nuha menjawab.

Mengingatkan niat setiap saat, memberi nasihat di sela-sela mengajar, dan menekankan untuk semangat dalam mengaji atau belajar.

Selanjutnya jawaban Gus Hanif tentang yang dilakukan guru untuk memotivasi murid adalah sebagai berikut.

Selalu mendoakan murid, biasanya sebelum pelajaran ditutup. Guru juga memberi penjelasan tentang pentingnya belajar, mempersilahkan murid untuk

Page 55: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

45

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

sowan, dan membuat jadwal pelajaran yang sesuai dengan jadwal aktivitas murid agar murid lebih semangat untuk belajar.

Hasil observasi yang dilakukan peneliti didapati bahwa guru sangat serius dalam memotivasi murid-murid. Guru memotivasi murid-murid di dalam kelas, dengan nasihat-nasihat yang membangun dan mengingatkan agar terus semangat dalam menuntut ilmu. Guru-guru juga mendatangi siswa di kamar masing-masing untuk menjemput siswa agar semangat dalam mengikuti pelajaran dan melakukan ibadah. Selain itu, pengasuh/pemimpin/guru juga membuat tulisan-tulisan bernada motivasi yang diletakkan di taman pondok, di dinding-dinding kamar, di perpustakan, dan lain-lain untuk menumbuhkan motivasi murid-murid dalam belajar.

Apa yang dilakukan sesama guru untuk saling memotivsai, ungkapan Gus Muhammad Ulin Nuha menjawab berikut menjelaskan hal yang dilakukan guru-guru untuk saling memotivasi dan mengikuti seluruh proses pembelajaran dengan baik dan tekun.

Pertanyaan yang sama dijawab Gus Hanif.Pengasuh/pemimpin pondok pesantren dan guru-guru senior, mereka

memberikan suri tauladan yang sangat baik, sehingga bisa dicontoh dan diikuti oleh guru-guru yang lain serta oleh murid-murid. Dalam belajar, keaktifan mengajar, cara menjelaskan, dan lain-lain.

Motivasi merupakan hal penting yang mendorong dan melatarbelakangi seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi yang membangun harus dilakukan siapa saja kepada siapa saja, terutama motivasi dalam menuntut ilmu. Dalam lingkungan pendidikan, setiap individu yang melakukan aktivitas pendidikan harus terus menjaga motivasi diri dan memotivasi orang lain agar terus berada pada motivasi yang tinggi dalam menuntut ilmu.

3. Evaluasi Hasil Kegiatan Pengajaran Kitab Ta’lim al-Muta‘allim dalam Pembelajaran Bahasa Arab

a. Proses Evaluasi

Bagaimana cara mengevaluasi hasil Kegiatan Pengajaran Kitab Ta’lim al-Muta‘allim dalam Pembelajaran Bahasa Arab?

Evaluasi bisa dilakukan dengan melihat jurnal dan absensi, melihat keaktifan guru dan murid.

Page 56: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

46

Muhammad Masud

Kemudian, evaluasi juga bisa dilihat dari beberapa hal. Evaluasi dilaksanakan dalam bentuk tes kemampuan baca dan kelengkapan kitab, tulis, dan kelengkapan kitab, serta pemeriksaan kitab.

Hasil observasi menunjukkan pondok pesantren memiliki jadwal tersendiri untuk melaksanakan ujian, untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran semua pelajaran termasuk kitab Ta‘līm dilakukan dengan cara tes tulis. Peneliti juga mengikuti tes yang diadakan pondok pesantren, untuk mendapatkan predikat telah lulus belajar kitab yang diajarkan pada kegiatan tersebut.

b. Tujuan Evaluasi

Apa tujuan melakukan evaluasi?, jawabannya adalah. Untuk mengetahui keaktifan guru dan murid dan menentukan tindak lanjutnya.

Adapun Gus Hanif menjawab.Untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran kitab, untuk

mengetahui murid yang bolos, murid yang belum menguasai, dan sebagai pertimbangan kenaikan kelas.

Evaluasi bertujuan untuk menilai proses pembelajaran secara menyeluruh. Menilai guru, murid, kurikulum, dan alat belajar. Dengan diketahuinya nilai dari setiap objek evaluasi, evaluator dapat mengambil suatu kesimpulan dan dapat menentukan dengan seusai tindak lanjut dari nilai evaluasi yang telah didapatkan.

c. Pemberian pertimbangan (judgement)

Pertanyaan apa yang menjadi pertimbangan seorang guru atau murid telah berhasil dalam proses pembelajaran kitab Ta’lim?. Dijawab oleh Gus Muhammad Ulin Nuha sebagai berikut.

Pertimbangannya, apakah sudah mengamalkan ilmu yang didapat dalam kehidupan sehari-hari atau belum.

Gus Hanif juga mengatakan pertimbangan terhadap guru atau murid telah berhasil atau tidaknya dalam pembelajaran, berikut perkataannya terhadap guru atau murid telah berhasil atau tidaknya dalam pembelajaran, berikut perkataannya.

Pertimbangan dilihat dari kerajinan bagi guru dan murid, kemampuan membaca, kemampuan memahami, dan kelengkapan kitab bagi murid.

Page 57: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

47

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

Bagaimana cara memutuskan seorang guru atau murid telah berhasil dalam proses pembelajaran kitab Ta’lim al-Muta‘allim?. Berikut jawaban dari pertanyaan tersebut.

Memutuskannya dapat dilihat dari nilai yang bagus dan akhlak yang santun.

Pertanyaan yang sama dijawab oleh Gus Hanif dengan jawaban sebagai berikut.

Memutuskannya dilihat dari absensi, hasil UTS, hasil UAS, dan dilihat dari kelengkapan kitab.

Semua kompetensi murid menjadi pertimbangan untuk menentukan berhasilnya proses pembelajaran atau tercapainya semua kompetensi murid tersebut. Evaluasi proses pembelajaran menekankan pada keaktifan dan keberhasilan guru dalam mengajar. Evaluasi terhadap murid mempertimbangakan semua kompetensi, baik kognitif, psikomotor, maupun afektif.

d. Kriteria evaluasi

Berdasarkan kriteria apa evaluasi tersebut dilaksanakan. Pertanyaan dijawab oleh Gus Muhammad Ulin Nuha sebagai berikut.

Kriterianya didasarkan pada proses belajar mengajar, sikap, dan perilaku.Selanjutnya, Gus Hanif menambahkan. Kitab Ta’lim al-Muta‘allim menjadi

kriteria tertentu, karena kitab ini yang dipelajari. Ada juga tata tertib pondok yang dijadikan pedoman dan kriteria-kriteria bagi murid untuk dipenuhi.

Dalam menilai tingkat keberhasilan pembelajaran kitab Ta’lim al-Muta‘allim, tentunya menilai seberapa mendalam murid- murid mehami pelajaran dan seberapa patuh murid menerapkan apa yang telah dipelajari. Selain itu, tata tertib pondok pesantren juga menjadi kriteria yang harus dipenuhi oleh guru dan murid untuk dapat dikatakan berhasil dalam melakukan proses pembelajaran.

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang disusun berdasar paparan data yang telah didapat melaui wawancara, dokumentasi, dan observasi pada subbab sebelumnya. Data yang dikumpulkan merupakan data yang memiliki interlasi dengan fokus penelitian dalam penelitian ini yang diperoleh dari Pondok Pesantren API Al

Page 58: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

48

Muhammad Masud

Masykur Jombor. Selanjutnya, adalah pembahasan tentang proses implementasi kitab Ta’lim al- Muta‘allim di lokasi penelitian tersebut. Secara umum dapat digamabarkan sebagai berikut.

Gambar 4.1.Proses Implementasi Kitab Ta’lim al-Muta’allim

Implementasi kitab Ta’lim al-Muta’allim diawali dengan mengonsep kegiatan pembelajaran kitab Ta’lim al-Muta‘allim yang dilakukan oleh pengasuh/pemimpin pondok bersama dengan guru-guru pengajar. Adapun yang dilakukan adalah merumuskan tujuan pembelajaran kitab Ta’lim al- Muta’allim, mengidentifikasi sumber daya yang dimiliki, membuat strategi, dan mendesain rencana pembelajaran, Merumuskan tujuan, mengidentifikasi sumber daya, membuat strategi, dan mendesain rencana pembelajaran, merupakan langkah awal yang disusun secara matang. Pondok pesantren membuat konsep pembelajaran yang jelas agar dapat dilaksanakan dengan baik, fokus, dan menjurus langsung kepada visi, misi, dan tujuan pondok pesantren. Selain itu, konsep yang telah disusun juga akan menjadi pedoman bagi pengasuh pondok, guru, murid, dan masyarakat dalam melaksanakan konsep tersebut.

Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan kosep kegiatan pembelajaran kitab Ta’lim al-Muta‘allim. Tahap ini meliputi, staffing/ kepegawaian, controlling/ pengawasan dan motivating/ memotivasi.

Staffing/ kepegawaian adalah aktivitas pengasuh/ pemimpin pondok, guru, dan murid saat melaksanakan konsep pembelajaran controlling/ pengawasan meliputi aktifitas mengkontrol kegiatan yang dilakukan pengasuh/pemimpin pondok, guru, dan murid secara timbal balik, dan motivating/memotivasi harus dilakukan semua pihak secara timbal balik agar tidak terjadi kelesuan dalam

Page 59: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

49

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

melaksanakan konsep kegiatan pembelajaran tersebut. Secara umum tahap pelaksanaan masing-masing pondok pesantren mencakup tiga hal yang telah disebutkan sebelumnya, namun terdapat perbedaan dalam pelaksanaannya.

Tahap terakhir adalah evaluasi hasil kegiatan pembelajaran kitab Ta’lim al-Muta‘allim. Meliputi proses evaluasi, tujuan evaluasi, pemberian pertimbangan, dan kriteria evaluasi. Proses evaluasi merupakan rangkaian tindakan yang dilakukan untuk menilai objek evaluasi. Tujuan evaluasi menjelaskan maksud dari evaluasi itu sendiri. Pemberian pertimbangan, diutamakan pada murid untuk menilai keberhasilannya, yang menjadi pertimbangan meliputi aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Berdasarkan kriteria tertentu, kriteria yang dimaksud adalah kitab Ta’lim al-Muta‘allim dan tata tertib dari masing-masing pondok pesantren. Kesimpulan yang didapat dari hasil evaluasi ini merupakan suatu informasi yang dijadikan perhatian bagi masing-masing pondok pesantren untuk menentukan tindak lanjut dalam hal memperbaiki yang belum sesuai dari apa yang telah dilaksanakan, menambah yang kurang, mengurangi yang berlebihan, dan mengganti yang harus diganti.

Berikut akan dijelaskan lebih mendalam masing-masing aktivitas dari ketiga tahapan implemenntasi dan runtutan kegiatannya di Pondok Pesantren API Al Masykur Jombor Kabupaten Semarang:

Gambar 4.2.Pengonsepan Kegiatan Pembelajaran Kitab Ta’lim al-Muta‘allim

Page 60: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

50

Muhammad Masud

1. Pengonsepan Kegiatan Pembelajaran Kitab Ta’lim al-Muta‘allim

a. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Merumuskan tujuan pembelajaran kitab Ta’lim di Pondok Pesantren API

Al Masykur dilakukan oleh pengasuh dan pengurus pondok pesantren dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.1) Megkaji Isi Kitab Ta’lim al-Muta‘allim Nilai-nilai yang dihayati di Pondok Pesntren API Al Masykur senada

dengan isi dalam kitab Ta’lim al-Muta‘allim. Kandungan atau isi dalam kitab merupakan ilmu yang harus dimiliki dan dihayati oleh pengasuh/pemimpin pondok, guru, dan murid untuk merealisasikan visi, misi, dan tujuan pondok pesantren. Kandungan atau isi dari kitab Ta’lim al-Muta‘allim sangat relevan dengan dunia pendidikan saat ini. Tata cara murid dalam menuntut ilmu agar ilmunya bermanfaat dan mempunyai nilai keberkahan yang tinggi adalah isi yang ditekankan untuk diajarkan di Pondok Pesantren API Al Masykur.

2) Merumuskan Tujuan Pembelajaran Tujuan diajarkannya kitab Ta’lim al-Muta‘allim, yaitu: 1) murid

memiliki bekal ilmu untuk memperoleh ilmu dengan cara yang baik dan benar, 2) terbentuknya akhlak yang baik, santun, dan berjiwa mulia, 3) murid mampu mengamalkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari, 4) murid mampu menyebarkan ilmu kepada masyarakat luas, dan 5) merealisasikan, visi, misi, dan tujuan Pondok Pesantren API Al Masykur.

3) Alasan Kitab Ta’lim al-Muta‘allim Diajarkan Alasan diajarkannya karena umat Islam diwajibkan untuk menuntut

ilmu dan kitab Ta’lim merupakan kitab yang berisi tata cara belajar agar murid memperoleh kemanfaatan dari ilmu yang didapatkan. Kitab Ta’lim al-Muta‘allim harus diajarkan, agar murid-murid mendapatkan bimbingan dalam proses menuntut ilmu dengan cara yang baik dan benar, serta dapat merasakan manisnya ilmu yang telah diperoleh.

4) Menetapkan Kitab Ta’lim al-Muta‘allim sebagai Mata Pelajaran Kitab Ta’lim ditetapkan oleh pengasuh/pemimpin pondok dan para

pengsuh sebagai salah satu mata pelajaran di Pondok Pesantren

Page 61: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

51

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

API Al Masykur. Kitab Ta’lim al-Muta‘allim menjadi bagian dari kurikulum pondok pesantren dan merupakan mata pelajaran yang harus diikuti oleh setiap murid.

b. Mengidentifikasi Sumber Daya Mengidentifikasi sumber daya di Pondok Pesantren API Al Masykur

dilakukan oleh pengasuh/pemimpin, pengurus, guru, murid, dan masyarakat sekitar pondok pesantren dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:1) Guru Pengajar Kitab Ta’lim al-Muta’allim Guru yang mengajar kitab Ta’li al-Muta’allim di Pondok Pesantren

API Al Masykur memiliki beberapa kriteria, yaitu: 1) khatam dan menguasai isi kitab Ta’lim al-Muta‘allim, memberikan tauladan yang baik kepada murid, dan 3) memiliki kepribadian guru yang baik. Guru yang mengajar di Pondok Pesantren API Al Masykur merupakan pengajar yang baik dan sesuai dengan pelajaran yang diampu karena telah dipilih langsung oleh pengasuh/pemimpin dan pengurus pondok.

2) Murid yang Belajar Kitab Ta’lim al-Muta’allim Murid yang belajar di pondok pesantren API Al Masykur 98% adalah

mahasiswa. Hal ini sesuai dengan sasaran pondok pesantren yang memprioritaskan mahasiswa, tetapi menerima siapa saja yang ingin belajar. Mahasiswa yang belajar rata-rata berasal dari IAIN Salatiga. Dalam menerima pelajaran, murid-murid bersikap baik dan memperhatikan dengan seksama apa yang diajarkan. Murid yang belajar sebagian besar pernah atau sudah khatam kitab Ta’lim al- Muta’allim, dengan begitu murid-murid memiliki kesempatan untuk mengingat dan memperdalam kitab tersebut.

3) Alat Belajar Alat belajar untuk guru dan murid sudah terpenuhi, sarana prasarana

lengkap dan menunjang proses pembelajaran. Ruang kelas, kursi, meja, papan tulis, alat tulis, buku, kitab, listrik semuanya sudah terpenuhi. Di Pondok Pesantren API Al Masykur juga terdapat sound system, yang menunjang proses pembelajaran. Selain itu, Pondok Pesantren API Al Masykur juga memiliki koleksi kitab dan buku yang banyak.

Page 62: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

52

Muhammad Masud

4) Lingkungan Sekitar Pondok Pesantren Lingkungan sekitar Pondok Pesantren API Al Masykur merupakan

lingkungan yang religius. Masyarakat sangat mendukung aktivitas pondok, terdapat simbiosis mutualisme di antara keduanya. Pondok pesantren mengadakan pengajian untuk masyarakat dan disambut dengan antusias program tersebut. Masyarakat juga dilibatkan dalam kegiatan pondok, terlibat dalam menentukan kebijakan-kebijakan dan mengevaluasi kegiatan pondok. Selain itu, adanya pondok pesantren menjadikan masyarakat sekitar dapat membuka usaha, menjual barang dan menjual jasa. Masyarakat menjual makanan, pulsa, jasa laundry, dan lain-lain.

c. Membuat Strategi Membuat strategi untuk menunjang kegiatan pembelajaran kitab Ta’lim

al-Muta’allim di Pondok Pesantren API Al Masykur dilakukan oleh pengasuh/pemimpin, pengurus, murid, dan masyarakat sekitar pondok pesantren dengan memperhatikan hal- hal sebagai berikut.1) Merekrut Guru Guru yang mengajar kitab Ta’lim al-Muta’allim diambil dari murid

yang telah lulus dari Pondok Pesantren API Al Masykur, atau murid yang sudah dianggap mampu untuk mengajar, meskipun belum lulus. Selain itu, merekrut guru dengan cara meminta guru yang bersangkutan untuk mengajar, dan mewawancarainya. Wawancara dilakukan langsung oleh pengasuh pondok dengan melihat riwayat pendidikan dan riwayat hidup guru yang dianggap kompeten.

2) Merekrut Murid Murid yang belajar mendaftar sebagai murid atas inisiatif sendiri,

pondok pesantren tidak membuat selebaran, brosur, atau promosi untuk menarik murid. Mengenai waktu pendaftaran, tidak ada waktu khusus, murid yang ingin belajar bisa mendaftar kapan saja. Untuk syarat pendaftarannya, murid yang akan belajar harus datang ke rumah pengasuh/ pemimpin bersama wali santri, untuk menitipkan anaknya di pondok pesantren. Setelah murid terdaftar, murid membayar uang pendafataran dan harus mengikuti placement test untuk menentukam kelas.

Page 63: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

53

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

3) Memenuhi Alat Belajar Untuk memenuhi alat belajar yang membutuhkan dana, seperti

listrik, pembangunan infrastruktur pondok, dan lain- lain. Pondok Pesantren API Al Masykur mendapatkan dana melalui beberapa sumber, yaitu: 1) uang pendaftaran murid, 2) uang syahriah murid, 3) donatur pondok pesantren, dan 4) usaha yang dijalankan pondok pesantren. Adapun untuk pemenuhan kitab dan alat tulis untuk keperluan murid, murid memenuhi kebutuhan tersebut secara mandiri. Murid-murid dapat membelinya di koperasi pondok pesantren.

4) Menghadapi Lingkungan Sekitar Pondok Pesantren Pengasuh/ pemimpin, guru, dan murid-murid Pondok Pesantren API

Al Masykur bergaul dengan sangat baik kepada masyarakat sekitar pondok. Pengasuh/pemimpin, guru, dan murid-murid membantu masyarakat sekitar pondok jika terkena musibah, memiliki hajat, atau memiliki kesibukan. Pondok pesantren juga mengajak masyarakat sekitar untuk mengikuti pengajian yang diadakan pondok untuk masyarakat.

d. Mendesain Pembelajaran Mendesain pembelajaran kitab Ta’lim al-Muta’allim di Pondok Pesantren

API Al Masykur dilakukan oleh pengasuh/pemimpin dan pengurus pondok pesantren dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.1) Mengidentifikasi Faktor Penghambat dan Pendukung Pembelajaran Faktor pendukung yang penting di Pondok Pesantren API Al Masykur

adalah sarana fisik, guru yang kompeten, dan keadaan murid yang 98% adalah mahasiswa. Selain itu, kurikulum yang terstruktur, teman belajar yang memotivasi, dan semangat murid-murid dalam menuntut ilmu untuk mendekat kepada Allah SWT.

Adapun faktor penghambat pembelajaran di Pondok Pesantren API Al Masykur adalah kurangnya niat dari beberapa murid, bentroknya jadwal kuliah dengan jadwal belajar di pondok pesantren, jadwal praktikum di kampus masing-masing murid, terkadang teman membuat untuk tidak belajar, terkadang guru berhalangan hadir, munculnya rasa malas, lelah/capek, dan sibuk dalam kegiatan ekstra atau intra kampus. Solusi yang dilakukan pondok pesantren

Page 64: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

54

Muhammad Masud

untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu: memberikan hukuman bagi yang tidak masuk berupa mengaji dan melengkapi pelajaran yang tertinggal.

Selain itu, pengasuh/ pemimpin dan guru-guru memotivasi murid-murid tentang pentingnya menuntut ilmu. Kemudian, berkaitan dengan guru yang berhalangan hadir pengurus pondok mencarikan penggantinya agar kelas tidak kosong.

2) Menentukan Pengajar dan Cara Mengajar Kitab Ta’lim al- Muta’allim Guru yang mengajar di Pondok Pesantren API Al Masykur berjumlah

10 orang, dengan 1 orang KH. Afifudin yang mengajar kitab Ta’lim al-Muta’allim, Cara mengajar yang digunakan yaitu, sorogan, bandongan, dan memberikan tauladan. Belajar dengan cara maknani kitab, menggunakan metode ceramah, pembelajaran teacher center, dan tidak ada presentasi.

3) Menentukan Jumlah Murid Perkelas Terdapat beberapa jenis kelas di Pondok Pesantren API Al Masykur,

Masing-masing memiliki jumlah kelas sendiri. Murid yang belajar di Pondok Pesantren API Al Masykur, jumlah murid perkelas bervariasi berdasarkan hasil plaecment test sesuai kemampuan murid-murid.

4) Menentukan Jadwal dan Jam Belajar Kitab Ta’lim al-Muta‘allim diajarakan kepada murid sekali dalam

seminggu, dengan lamanya waktu belajar dua jam pelajaran, dan dilakukan setelah isya. Waktu belajar tersebut merupakan waktu yang paling ideal menyesuaikan dengan aktivitas pondok, guru, dan murid. Belajar dilakukan di ruang kelas, musola/ perpustakaan, atau halaqah pondok pesantren.

2. Pelaksanaan Konsep Kegiatan Pembelajaran Kitab Ta’lim al-Muta’allim

Hubungan pengasuh/pemimpin, guru, murid, dan masyarakat sekitar pondok pesantren sangat harmonis. Setiap pihak saling mengerti dan berada pada hak dan kewajiban masing-masing. Pengasuh/pemimpin sangat baik dan bijaksana, guru-guru menjalakan tugas dengan penuh tanggung jawab, murid- murid menghormati guru, masyarakat sekitar pondok pesantren dapat belajar agama lebih dalam dan terbantu ekonomi, serta pondok pesantren mendapat dukungan dari masyarakat yang semakin menguatkan posisi pondok pesantren.

Page 65: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

55

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

e. Staffing/ Kepegawaian

Staffing/ kepegawaian berhubungan dengan sikap guru dan murid pengasuh/pemimpin pondok, guru-guru, dan murid dalam menjalankan perannya di Pondok Pesantren API Al Masykur.

Pengasuh/pemimpin pondok lokasi penelitian telah menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Pengasuh/ pemimpin pondok menjalankan tugas mengajar, memberikan tauladan, senantiasa berkomunikasi dengan para guru, mengontrol aktivitas pondok, melengkapi sarana dan prasarana, mencarikan pengganti jika ada guru yang berhalangan mengajajar, mengganti mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan, membimbing murid yang kurang aktif dan kurang bisa baca tulis kitab, serta memberikan hukuman yang bersifat edukatif.

Apa yang telah disebutkan di atas mrupakan berntuk perhatian pemimpin terhadap kondisi pondok, guru, dan murid. Pemimpin Memberikan sugesti dengan menjalin komunikasi yang baik dengan guru dan murid. Menjalankan tujas mengajar dan melengkapi sarana adalah tindakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Pemimpin menjadi katalisator dengan mengontrol aktivitas pondok. Memberikan tauladan merupakan salah satu bentuk fungsi pemimpin sebagai sumber inspirasi. Bersikap menghargai dengan membimbing guru dan murid. Dan seorang pemimpin harus menjadi wakil dari organisasi.

2) Guru Pengajar Kitab Ta’lim al-Muta’allim

Semua guru dalam lokasi penelitian termasuk guru kitab Ta’lim al-Muta’allim menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab. Semua guru berperilaku sopan, santun, menyayangi, menghormati, dan menghargai murid, serta memberikan tauladan yang baik bagi murid. Sesama guru juga saling berdiskusi di luar jam mengajar. Guru yang senior membimbing yang junior, antar guru saling membantu dan bekerjasama. Selain itu, tingkat kehadiran guru untuk mengajar sangat tinggi, dan guru selalu memberikan keterangan kepada pondok pesantren jika berhalangan hadir untuk mengajar.

Guru kitab Ta’lim al-Muta’allim di kedua lokasi penelitian ini mengajarkan banyak nasihat bagi peneliti. Diantara nasihat-nasihat yang diberikan antara lain: 1) seorang guru tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan tetapi juga harus mendidik kepribadian murid, 2) menjadi guru jangan menjadi orang yang hanya ingin didengar dan dituruti kata- katanya, tetapi harus mendengarkan

Page 66: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

56

Muhammad Masud

dan berusaha memahami murid, 3) guru harus memahami bahwa murid sekarang jelas berbeda dengan murid- murid pada saat guru belajar dulu kala, dan 4) guru adalah seorang pemimpin yang harus bisa memimpin diri sendiri dan murid-muridnya.

3) Murid yang Belajar Kitab Ta’lim al-Muta’allim

Meskipun berbeda usia dan tingkat kedewasaan murid-murid di Pondok Pesantren API Al Masykur secara umum meperlihatkan cara yang sama dalam menerima pelajaran. Ketika sedang belajar, murid-murid mendengarkan dengan baik penjelasan guru, menulis hal-hal yang dianggap penting, dan tidak membuat gaduh di dalam kelas. Murid-murid belajar bersama di luar jam pelajaran, murid yang lebih mengerti mengajari murid yang lain, dan murid-murid bersikap sangat baik kepada semua orang baik di dalam maupun di luar pondok.

Secara khusus perbedaan terlihat dari penjelasan yang disampaikan guru kepada murid, cara murid memahami penjelasan dari guru, dan materi yang didiskusikan murid-murid di luar jam pelajaran. Ada suatu hal yang menarik, dalam keadaan tertentu, murid-murid yang sudah dewasa terkadang lebih susah diatur dibandingkan yang masih anak-anak, meskipun murid yang telah dewasa lebih bisa berfikir dan mengatur dirinya dibanding murid yang masih anak-anak.

f. Controlling/ Pengawasan

Controlling/ pengawasan adalah penilikan, penjagaan, dan pengarahan jalannya proses pembelajaran di Pondok Pesantren API Al Masykur.

1) Siapa yang Mengontrol

Secara umum controlling dalam lokasi penelitian dilakukan oleh pengasuh/pemimpin pondok pesantren. Namun, di Pondok Pesantren API Al Masykur terdapat pengurus yang telah ditugaskan oleh pengasuh/pemimpin pondok untuk melakukan pengontrolan. Sedangkan di Pondok Pesantren API Al Masykur, langsung pengasuh/pemimpin yang mengontrol proses pembelajaran.

Pengasuh/ pemimpin pondok merupakan tokoh utama dalam pengontrolan ini, tetapi dalam pelaksanaannya terdapat pengontrolan yang merupakan bentuk kerjasama antara pengasuh/pemimpin pondok, pengurus,

Page 67: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

57

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

guru, dan murid. contohnya, pengontrolan yang dilakukan guru kepada murid yang kemudian dilaporkan kepada pengasuh/ pemimpin. Murid juga memberikan laporan kepada pengasuh/pemimpin pondok terkait alat belajar yang belum terpenuhi. Dengan kata lain, pengontrolan dalam lokasi penelitian ini merupakan bentuk kerjasama antara pengasuh/pemimpin, guru, dan murid.

Dalam melakukan controling terhadap suatu proses memang harus ada seorang yang menjadi muara hasil dari proses pengontrolah tersebut. Seroang yang menjadi muara nantinya yang akan mendapatkan mengkritisi informasi yang didapat untuk kemudian memutuskan tindak lanjut. Seperti yang telah disebutkan di atas pengintrolan memang membutuhkan beberapa orang agar dapa berjalan lebih efektif dan tepat sasaran. Selain itu, perlu diperhatikan juga bahwa orang yang mengontrol juga tidak sepenuhnya tahu tentang masalah yang dihadapi orang lain yang dikontrol. Oleh sebab itu, perlu adanya pengakuan dari individu-individu terhadap petugas controling agar didapatkan solusi untuk menuntaskan masalah tersebut.

2) Waktu Mengontrol

Di Pondok Pesantren API Al Masykur waktu yang digunakan untuk mengontrol bervariasi tergantung siapa yang melakukan pengontrolan. Jika pengurus yang mengontrol, maka pengontrolan dikakukan sebelum dan selama proses belajar berlangsung. Sedangkan saat guru mengontrol murid-murid, seringnya dilakuan di dalam kelas saat belajar, walaupun di luar kelas juga dilakukan. Umumnya pengontrolan dilakukan setiap saat, semua elemen pondok dianjurkan untuk saling mengingatkan satu dengan yang lainnya.

Saat pelajaran berlangsung guru mengontrol murid-murid di dalam kelas dan pengasuh juga berkeliling untuk melihat kondisi pembelajaran. Pengontrolan memang semestinya dilakukan saat suatu kegiatan sedang berlangsung, dengan begitu dapat dilihat kinerja orang-orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut dan dapat diketahui seberapa jauh konsep yang telah dibuat diterapkan. Dalam konteks pembelajaran, pengontrolan untuk melihat kinerja guru saat mengajar, keadaan murid dalam menerima pelajaran, bagaimana pelajaran disampaikan, dan sejauh mana pelajaran telah disampaikan. Masih dalam konteks pembelajaran, pengontrolan juga dilakukan saat diluar jam belajar untuk mengetahui hasil belajar murid. Apakah murid telah memahami pelajaran yang didapat? dan apakah murid telah menerapkannya?

Page 68: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

58

Muhammad Masud

3) Cara Mengontrol

Pengontrolan di lokasi penelitian dilakukan dengan berbagai cara tergantung apa yang dikontrol. Pengontrolan terhadap tugas mengajar guru dilakukan dengan cara mengkonfirmasi guru sebelum pembelajaran di mulai, apabila guru berhalangan hadir, maka dicarikan pengganti. Pengontrolan terhadap proses pembelajaran dilakukan dengan berkeliling ke kelas-kelas untuk melihat kondisi, dilakukan oleh petugas pengontrolan di Pondok Pesantren Al Masykur.

Guru juga mengotrol murid-murid di dalam kelas dengan memperhatikan keadaan murid saat belajar. Murid-murid juga melaporkan keadaan alat belajar kepada petugas pengontrolan untuk ditindak lanjuti. Pengontrolan juga dilakukan dengan absensi kepada murid dan guru yang mengajar. Selain itu, pengasuh/pemimpin dan guru juga mengontrol keaadaan murid di luar kelas dan di luar pondok.

4) Tujuan Mengontrol

Tujuan merupakan arah atau haluan yang mejadi maksud dari dilakukannya sesuatu. Dalam hal ini, tujuan mengontrol berarti arah atau haluan yang menjadi maksud dari proses pengontrolan di Pondok Pesantren API Al Masykur. Adapun tujuan mengontrol di lokasi penelitian adalah untuk menjaga agar aktivitas pondok terutama aktivitas pembelajaran dapat berjalan baik sesuai dengan yang direncanakan. Pengotrolan juga bertujuan untuk memastikan apakah semua elemen pondok telah memenuhi hak dan kewajibannya dengan baik.

Tujuan merupakan hal yang sangat penting. Tujuan bisa berarti alamat yang harus didatangi, oleh karena itu tujuan harus jelas agar cara yang dilalui untuk menuju alamat itu menjadi jelas pula. Tujuan juga bisa menjadi motivasi dalam melakukan sesuatu, oleh karena itu setiap aktivitas harus memiliki tujuan yang positif dan jelas. Dan tujuan harus sudah ada pada pemulaan segala sesuatu, agar semua bekal menuju tujuan tersebut tergambar dan sudah disiapkan.

g. Motivating/Motivasi

Pondok Pesantren API Al Masykur memandang motivasi sangat diperlukan dalam belajar. Motivasi sangat diperlukan untuk meluruskan niat

Page 69: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

59

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

setiap saat, karena niat adalah ujung tombak dalam belajar. Adapun Pondok Pesantren API Al Masykur berpendapat bahwa motivasi harus dimiliki baik oleh pengasuh/ pemimpin pondok, guru, dan murid agar secara sadar memiliki dorongan untuk melakukan suatu tindakan demi berhasilnya proses pembelajaran. Motivasi yang positif akan menggerakkan untuk mencapai tujuan belajar dengan cara yang baik dan benar.

1) Siapa yang Memotivasi

Di Pondok Pesantren API Al Masykur interaksi motivasi terjadi dalam lima bentuk. Kelima bentuk motivasi tersebut yaitu: 1) pengasuh/pemimpin memotivasi guru, 2) pengasuh/pemimpin memotivasi murid, 3) guru memotivasi sesama guru, 4) guru memotivasi murid, dan 5) sesama murid saling memotivasi.

Namun dalam praktiknya motivasi juga bisa datang dari guru kepada pengasuh, murid kepada guru, dan motivasi berasal dari orang lain di luar pondok. Guru yang tekun dan rajin akan menciptakan suasana yang memotivasi siapa saja yang melihatnya. Murid ysng sopan, rajin, dan pandai akan membuat guru lebih semangat untuk mengajar. Selain itu, interaksi murid dengan masyarakat sekitar pondok juga dapat memberikan motivasi untuk lebih giat dalam belajar. Dapat dapahami bahwa motivasi bukan hanya datang dari atas ke bawah, tapi bisa juga sebaliknya, motivasi bisa datang dari siapa saja.

2) Waktu Memotivasi

Motivasi dilakukan kapan saja dan di mana saja. Motivasi diberikan ketika melakukan aktivitas sehar-hari, di dalam kelas saat belajar atau di luar waktu belajar. Memotivasi juga diberikan di mana saja, di pondok, di dalam kelas, ketika bertemu di jalan, atau saat bersilaturahim ke rumah orang tua murid. motivasi juga dilakukan secara face to face, berkelompok, atau seseorang menasehati kelompok.

Sangat penting untuk terus menjaga motivasi belajar agar tetap tinggi, sehingga motivasi harus dilakukan kapan saja. Di samping itu motivasi yang tepat pada waktunya akan sangat berkesan dan memicu tindakan belajar, karena hal tersebut datang ketika seseorang sedang membutuhkan. Menentukan kapan seorang murid membutuhkan motivasi tentunya tidak mudah, oleh karena itu guru harus memberikan perhatian yang lebih kepada murid-muridnya.

Page 70: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

60

Muhammad Masud

3) Bentuk Motivasi

Pengasuh/pemimpin pondok dalam lokasi penelitian ini, menjalin komunikasi dan memberikan tauladan yang baik kepada para guru dan murid. Para guru senior menjadi tauladan bagi guru junior, guru-guru menjalankan pembelajaran dengan tekun, selalu mendoakan murid, menjelaskan pentingnya belajar, berisikap hangat dan dekat dengan murid- murid, serta membuat jadwal pelajaran yang sesuai dengan aktivitas murid. Di Pondok Pesantren Al Masykur saat di dalam kelas, guru sering memotivasi murid dengan bercerita tentang sosok yang berhasil dari orang saleh terdahulu atau atau orang-orang setelahnya. Selain itu, Pondok Pesantren Al Masykur memberikan sejumlah tunjangan perbulan dan saat hari raya, serta pondok memberikan seragam untuk lebih memotivasi guru.

Adapun bentuk motivasi sesama murid dalam lokasi penelitian, meliputi: saling mengingatkan, mengajari, mengajak, melakukan diskusi, dan saling membantu melengkapi pelajaran yang tertinggal, serta saling berlomba untuk berbuat baik.. Murid-murid dalam lokasi penelitian belajar bersama untuk saling memotivasi, saling melengkapi ilmu pengatahuan yang dimiliki, dan belajar bersama ditujukan juga untuk menjaga motivasi murid-murid untuk terus belajar. Bentuk motivasi disesuaikan dengan situasi dan keadaan. Motivasi.

4) Tujuan Motivasi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tujuan dari suatu tindakan sangat penting peranannya. Dengan tujuang yang jelas akan jelas pula apa yang harus disiapkan, cara apa yang harus digunakan, dan jalan mana yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tersebut. Adapun tujuan dilakukannya motivasi di lokasi penelitian akan dijelaskan berikut ini.

Dilokasi penelitian memiliki pandangan tentang tujuan motivasi. Keduannya beranggapan bahwa motivasi sangat diperlukan dalam semua hal, termasuk belajar. Untuk bisa memahami pelajaran yang disampaikan harus memiliki motivasi yang baik dan kuat, dengan begitu keantusiasan dalam belajar, semangat, dan belajar yang terus menerus akan menyertai dalam mencari ilmu. Guru dan murid yang termotivasi akan benar-benar takdim dan mempunyai adab dalam proses belajar mengajar, terutama semata-mata demi keridaan Allah dan kemanfaatan ilmun yang telah diperoleh.

Page 71: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

61

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

h. Evaluasi Hasil Penerapan Pembelajaran Kitab Ta’lim al-Muta’allim

1) Proses Evaluasi

Porses evaluasi mencakup proses evaluasi yang dilakukan kepada guru, murid, dan alat belajar. Berikut akan dijelaskan masing-masing proses evaluasinya.a) Mengevaluasi Guru Proses evaluasi terhadap guru di Pondok Pesantren API Al Masykur

dilakukan dengan cara melihat jurnal, absensi, serta melihat keaktifan dan ketekunan guru.

Untuk evaluasi mengenai keilmuan guru sudah diperhitungkan pada saat wawancara perekrutan guru. Proses mengevaluasi guru dilihat dari keaktifan dan ketekunan guru dalam mengajar. Selain itu, juga melihat hasil belajar murid jika hasilnya kurang, mungkin cara mengajarnya kurang efektif dan sebagainya. Intinya hasil prestasi belajar murid juga dijadikan acuan evaluasi kinerja guru.

b) Mengevaluasi Murid Evaluasi murid terhadap dalam lokasi penelitian dilihat dari absensi murid,

tes-tes hasil belajar, rapor, kemampuan membaca kitab, dan kelengkapan kitab. Selain itu, di Pondok Pesantren API Al Masykur memiliki jurnal yang mencatat aktivitas murid.

c) Mengevaluasi Alat Belajar Proses evaluasi terhadap alat belajar dilakukan dengan memeriksa hal-hal

yang menunjang proses belajar mengajar. Alat belajar yang sudah tidak layak akan diperbaiki atau diganti dan alat belajar kurang akan dilengkapi. Selain itu, metode belajar juga dikoreksi keberhasilannya dalam proses belajar mengajar. Selain itu, metode belajar juga dikoreksi keberhasilannya dalam proses belajar mengajar. Dahulu di Pondok Pesantren API Al Masykur pelajaran ditulis papan tulis saat awal pelajaran, karena dianggap pemborosan waktu, akhirnya sekarang sebelum pelajaran dimulai murid-murid harus sudah memiliki tulisan materi pelajaran yang akan dipelajari.

2) Kriteria Evaluasi

Kriteria evaluasi dalam pondok pesantren ini sama-sama mencakup dua hal, kriteria yang terdapat dalam Kitab Ta’lim al- Muta’allim dan poin-poin yang tercantum dalam tata tertib pondok pesantren.

Page 72: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

62

Muhammad Masud

a) Kitab Ta’lim al-Muta‘allim Kitab Ta’lim al-Muta’allim menjadi kriteria yang harus dipenuhi oleh

murid dalam kaitannya dengan penguasaan terhadap kitab tersebut dari ranah kognitif. Kitab Ta’lim al-Muta’allim juga menjadi kriteria pada aplikasi proses belajar mengajar, sikap, dan perilaku bagi guru dan murid.

b) Tata Tertib Pondok Tata tertib pondok merupakan kriteria yang lebih condong diperuntukkan

kepada murid. Tata tertib di Pondok Pesantren API Al Masykur berisi tetang kewajiban setiap murid dengan poin-poinnya dan anjuran setiap murid juga dengan poin-poinya. Dalam tata tertib terdapat poin-poin yang mengatur sikap murid saat belajar di pondok pesantren, mengatur saat di rumah.

Tata tertib mencakup semuanya, baik di lingkungan pondok, lingkungan rumah, maupun di sekolah formal. Evaluasi menilai, kemampuan otak, praktik, dan sikap murid. Hal itu di dasarkan pada seberapa patuh murid mentaati tata tertib pondok. Mematuhi tata tertib sudah menjadi acuan, mematuhi tata tertib ini menjadi indikator utama bahwa murid sudah dinyatakan memenuhi kriteria.

3) Pemberian Pertimbangan

Pemberian pertimbangan dilakukan kepada guru dan murid untuk memutuskan apakah proses pembelajaran kitab Ta’lim al-Muta’allim telah berjalan dengan baik atau belum. Pertimbangan-pertimbangan tersebut lebih banyak diberikan kepada murid untuk mengadakan perhitungan dan pertimbangan sebelum memutuskan suatu putusan kepada murid.a) Pertimbangan Terhadap Guru Pondok pesantren API Al Masykur memepertimbangkan kerajinan,

ketekunan, dan sikap guru dalam mengajar menilai kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran kitab Ta’lim al- Muta’allim. Pemberian pertimbangan kepada guru dilihat dari sikap guru terhadap murid, terhadap pengasuh/kepala pondok, sikap terhadap guru lainnya, dan sikap terhadap lingkungan sekitar. Selain itu, kedua pondok pesantren juga mepertimbangkan seberapa baik guru menjalankan tanggung jawabnya, sejauh mana pelajaran yang diajarkan, dan apakah murid- murid memahami dan mempraktikkan pelajaran tersebut.

Page 73: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

63

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

b) Pertimbangan Terhadap Murid Pertimbangan untuk memutuskan apakah murid telah berhasil atau

belum dalam proses pembelajaran Kitab Ta’lim al-Muta’allim, di Pondok Pesantren API Al Masykur dengan melihat jurnal dan absensi, hasil belajar, kemampuan membaca, kemampuan memahami, dan kelengkapan kitab. Selain itu, apakah murid juga sudah mengamalkan ilmu yang didapat dalam kehidupan sehari-hari juga menjadi pertimbangan. Nilai yang bagus dan akhlak yang santun juga menjadi pertimbangan untuk membuat keputusan atas murid.

Pertimbangan untuk murid juga dilihat dari perilaku sehari-hari baik dilembaga maupun di rumah. Sikap di rumah diketahuai melalui teman, orang tua, atau orang lain yang mengenal murid. Selain itu, pertimbangan yang dipertimbangkan untuk menyatakan keberhasilan murid dalam belajar adalah sikap yang ditunjukkan murid setelah mempelajari kitab Ta’lim al-Muta’allim baik kemampuan kognitif, praktik, dan perilaku murid.

4) Tujuan Evaluasi

Tujuan evaluasi harus jelas, agar evaluasi benar-benar memberikan informasi yang akurat terhadap apa yang dinilai, sehingga tidak lanjut atas informasi yang didapat merupakan informasi yang akurat dan memperbaiki apa yang sudah ada. Tujuan evaluasi dibagi menjadi dua, tujuan khusus dan tujuan umum. Berikut ini akan dijelasankan tujuan evaluasi dalam lokasi penelitian.a) Tujuan Khusus Tujuan khusus evaluasi di kedua pondok pesantren sama-sama dibagi

menajdi dua, tujuan evaluasi bagi guru dan bagi murid. Bagi guru tujuan evalusi adalah untuk mendapatkan informasi mengenai keaktifan guru dalam mengajar dan mengingatkan guru jika terdapat kekurangan. Adapun tujuan evaluasi bagi murid adalah untuk mendapatkan keterangan tentang keaktifan murid, tingkat penguasaan murid dalam menguasai pelajaran dan menerapkannya, serta sebagai bahan pertimbangan kenaikan kelas.b) Tujuan UmumTujuan umum evaluasi di Pondok Pesantren API Al Masykur adalah untuk

mendapatkan informasi terkait bagaimana proses pembelajaran kitab Ta’lim

Page 74: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

64

Muhammad Masud

al-Muta’allim secara keseluruhan dan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan tindak lanjut dari segala informasi terkait dengan evaluasi ini. Adapun tujuan evaluasi di Pondok Al Masykur adalah untuk meningkatkan kualitas, baik dari kualitas menerima pelajaran murid maupun kualitas cara mengajar guru. Evaluasi juga bertujuan unutuk mendapatkan informasi semua hal yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran Kitab Ta’lim al-Muta’allim demi untuk menentukan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi yang telah didapatkan.

Evaluasi memang seharusnya seperti ini, menilai keseluruhan dari tiap-tiap unsur pondok pesantren. Pengasuh/pemimpin pondok, guru, metode belajar, murid, alat dan alat belajar. Disamping itu, dalam lokasi penelitian proses evaluasinya juga memiliki kriteria yang telah ditentukan, ada pertimbangan untuk tiap-tiap yang dievaluasi, dan memiliki tujuan yang jelas. Evaluasi ditujukan untuk mengetahui hasil pembelajaran kitab Ta’lim al-Muta’allim dalam kurun waktu tertentu, kemudian menentukan tindak

Page 75: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

65

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Mengonsep Kegiatan Pembelajaran Kitab Ta’lim al-Muta’allim

Mengonsep proses pembelajaran kitab Ta’lim al-Muta’allim di lokasi penelitian dilakukan dengan mengkaji hal-hal dasar yang menjadi pondasi pembelajaran. Hal-hal tersebut meliputi.a. Merumuskan tujuan, meliputi: 1) mengkaji isi kitab, 2) merumuskan

tujuan pembelajaran, 3) menyebutkan alasan kitab Ta’lim diajarkan, dan 4) menetapkan kitab Ta’lim sebagai pembelajaran.

b. Mengidentifikasi sumber daya, meliputi: 1) guru pengajar, 2) murid yang belajar, 3) alat belajar, dan 4) lingkungan pondok pesantren.

c. d. Mendesain pembelajaran, meliputi: 1) mengidentifikasi faktor penghambat dan pengdukung, 2) menentukan pengajar dan cara mengajar, 3) menentukan jumlah murid perkelas, dan 4) menentukan jadwal dan jam belajar.

e. Membuat Strategi, meliputi 1) merekrut guru, 2) merekrut murid, 3) memenuhi alat belajar, dan 4) menghadapi lingkungan pondok.

2. Melaksanakan Konsep Kegiatan Pembelajaran Kitab Ta’lim al-Muta‘allim

Dalam lokasi penelitian konsep pembelajaran yang telah disusun dilaksanakan dengan menggunakan asas komunikasi interaktif dengan mengperhatikan hal-hal sebagai berikut.a. Staffing/kepegawaian, meliputi: 1) kinerja pemimpin/pengasuh pondok,

2) kinerja guru pengajar kitab , dan 3) keadaan murid yang belajar kitab.b. Controling/pengawasan, meliputi: 1) siapa yang mengontrol, 2) waktu

mengontrol, 3) cara mengontrol, dan 4) tujuan mengontrol.c. Motivating/motivasi, meliputi: 1) siapa yang memotivasi, 2) waktu

memotivasi, 3) bentuk motivasi, dan 4) tujuan motivasi.

Page 76: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

66

Muhammad Masud

3. Evaluasi Hasil Kegiatan Pembelajaran Kitab Ta’lim al-Muta’allim

Evaluasi dilakukan untuk menilai segala hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran kitab Ta’lim al-Muta‘allim dan sebagai bahan pertimbangan menentukan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi yang didapatkan dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut.a. Proses evaluasi, meliputi: 1) mengevaluasi guru, 2) mengevaluasi murid,

dan 3) mengevaluasi alat belajar.b. Kriteria evaluasi, meliputi: 1) kitab Ta’lim al-Muta’allim, dan 2) tata tertib

pondok.c. Pemberian pertimbangan, meliputi: 1) pertimbangan terhadap guru, dan

2) pertimbangan terhadap murid.d. Tujuan evaluasi, meliputi: 1) tujuan khusus, dan 2) tujuan umum.

B. Implikasi

1. Membuat konsep berarti merancang ide yang diabstrakkan dari peristiwa konkret yang memberikan gambaran mental dari objek atau proses untuk memahami hal-hal dalam penerapan atau pelaksanaan.

2. Pelaksanaan merupakan praktik secara nyata tentang segala hal yang disebut dalam teori atau konsep. Dalam pelaksanaan juga terdapat evaluasi dini yang terpusat, berupa penyesuaian-penyesuaian terhadap masalah atau perubahan yang terjadi dalam praktik nyata di lapangan.

3. Evaluasi berarti penilaian secara menyeluruh terhadap suatu hal yang digunakan untuk menentukan tindak lanjut dan membuat prediksi dari objek yang dievaluasi.

C. Saran

1. Dalam membuat konsep pembelajaran tidak ada salahnya mepertimbangkan atau mencontoh konsep yang telah ada dan terbukti, kemudian disesuaikan dengan konsep yang akan dibuat. Dengan begitu mengonsep pembelajaran akan lebih mudah, tercipta konsep yang baik, dan sesuai dengan tempat di mana konsep dilaksanakan.

2. Dalam melaksanakan konsep pembelajaran yang telah dibuat semua yang terlibat dalam pelaksanaan konsep tersebut (pengasuh/pemimpin, guru, dan murid) harus mengerti hak, kewajibannya, dan tugas-tugas yang

Page 77: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

67

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

harus dilakukan, serta harus saling mengontrol dan memotivasi satu sama lain. Oleh karena itu, murid harus diberi penjelasan mengenai konsep dan apa saja yang harus dilakukan saat melaksanakan konsep tersebut.

3. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu proses dan menentukan tindak lanjut atas nilai evaluasi yang telah didapat. Tidak hanya sampai di situ, evaluator juga harus membuat prediksi dari hasil evaluasi yang tela didapat. Dengan begitu, ada bekal dan bahan pertimbangan saat mengkonsep dan melaksanakan program yang selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. 2006. Contextual Teaching & Learning. Bandung: Mizan Learning Center (MLC)

Al-Zarnuji, Syaikh. 1996. Ta’lim al-Muta’allim Thariq al-Ta’allum. Surabaya: Pelita Dunia

Al-Zarnuji, Syaikh. 2007. Ta’limul Muta’allim Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan, terj. Aliy As’ad. Kudus: Menara Kudus

Arsyad, Azhar. 2003. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. Surabaya: Pustaka Pelajar

Awaluddin Pimay. 1999. “Konsep Pendidik dalam Islam (Studi Komparatif atas Pandangan al-Ghazali dan al-Zarnuji)”. Tesis Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang

Azies, Furqanul dan A. Chaedar Alwasilah. 2000. Pengajaran Bahasa. Komunikatif. Bandung: Remaja Rosda Karya

Chomaidi dan Salamah. 2018. Pendidikan dan Pengajaran Strategi Pembelajaran Sekolah. Jakarta: Grasindo

Creswell, John W. 1994. Reseach design Qualitative & Quantitative Approaches. United States of America: Sage Publication

Denzin, Norman K. 2000. Handbook of Qualitative Research, California : Sage Publication

Elia Suganda-Guru SMPN 14 Bandung, Peningkatan Kemampuan Keterampilan. Pelukis Kreatifitas Siswa Kelas 2 SMP Melalui Pendekatan Kontekstual (http: //pelangi, dit plp.go.id/artikelmbs.htm).

Fathurrahman, Muhammad. 2017. Belajar dan Pembelajaran Modern: Konsep Dasar, Indovasi dan Teori Pembelajaran. Yogyakarta: Garudhawaca

Page 78: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

68

Muhammad Masud

Ghufron. 2006. Bahts ‘Ilmi: MahawilatuTanmiyatu Ta’lim Al-Lughoh Al-‘Arabiyah Bimadrosatin Futuhiyah Al-Tsanawiyah Al-Islamiyah Al-Diniyah Mranggen Demak (Dirosah Takhliliyah). Semarang: Walisongo

Gillaby. 2006. Jami’ Al-Durus Al-‘Arabiyah. Beirut Libanon: Dar. Al-Fikr.Hermawan, Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT.

Remaja RosdakaryaHidayat. 2011. Modul Pembelajaran Bahasa Arab. Semarang: Karya Thoha

PutraHimawan Putranta, et.al. 2018. Model Pembelajaran Kelompok Sistem

Perilaku: Behavior System Group Learning Model, Jakarta: Himawan Putranta

Huda, Nurul. 2000. Konsep Belajar Dalam Kitab Ta’lim Al-muta’allim, Semarang: Pusat Penelitian IAIN Walisongo

Johnson, Eline B. 2007. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: MLC

Loeloek Indah Poerwati dan Sofan Amri. 2013. Panduan Memahami Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustakaraya

M. Ainin dkk. 2006. Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: Myskat

Miles, M.B &  Huberman, A.M. 1992. Analisa Data Kualitatif: Penerjemah. TjetjepRohendi R. Universitas Indonesia Press

Moleong, Lexy J.. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja Rosdakarya

Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini. 2012. Belajar dan Pembelajaran, Meningkatkan Mutu Pembelajaran Sesuai Standar Nasional. Yogyakarta: Teras

Mulyana, Deddy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunuikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mulyasa, E. 2006/ Kurikulum Yang Disempurnakan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nurhadi, dkk,. 2003. Pembelajaran Konetekstual dan Penerapan Dalam KBK. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang

Prastowo, Andi. 2017. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu. Jakarta: Kencana

Page 79: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

69

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

Rasyidi, Abdul Wahab. 2009. Media Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN Malang Press

Ratna, Nyoman Kutha. 2016. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Setiawan, Andi. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Uwais Inspirasi Indonesia

Sulhan, Najib. 2006. Pembangunan Karakter Pada Anak; Manajemen Pembelajaran Guru Menuju Sekolah Efektif. Surabaya: Intelektual Club

Suprijono, Agus o. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka PelajarSusan Sears. 2002. Contextual Teaching and Learning A Primer for Effetive

Instruction, USA: Phi Delta Kappa Educational Foundation Bloomington

Tho’aimah. 1998. Ta’lim Al’Arabiyah Lighoiri Al-Nathiqina Biha Munajju Waasalibu. Mesir: Littarbiyah

Wekke, Ismail Suwardi. 2014. Model Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta: Deepublish

www. Dikdasmen.org/Files/KTSP/SMP PENGEM MODEL % 20 PEMBEL % 20 Efektif-SMP. Doc.

Page 80: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

70

Muhammad Masud

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

PEDOMAN WAWANCARA KEPADA USTADZ/ USTADZAHPONDOK PESANTREN API AL MASYKUR KAB. SEMARANG

Hari/Tanggal : ................................................................................ Lokasi : ................................................................................Topik : Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and

Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim di Pondok Pesantren API Al Masykur Kab. Semarang

Informan : ................................................................................

Daftar Tabel 1. Pertanyaan

No Indikator Pertanyaan1 Merumuskan Tujuan a. Apakah isi dari kitab Ta‘lim al-Muta‘allim

sangat relevan dengan dunia pendidikan saat ini?

b. Materi apa yang paling dibutuhkan dari kitab Ta‘lim al-Muta‘allim untuk pendidikan saat ini?

c. Siapa yang menentapkan kitab Ta‘lim al-Muta‘allim dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran di pondok pesantren ini?

d. Mengapa kitab Ta‘lim al-Muta‘allim dijadikan salah satu mata pelajaran di pondok pesantren ini?

e. Apa tujuan yang ingin dicapai dari proses pembelajaran kitab Ta‘lim al-Muta‘allim?

f. Kriteria murid seperti apa yang ingin dicapai dari proses pembelajaran kitab Ta‘lim al-Muta‘allim?

Page 81: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

71

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

No Indikator Pertanyaan2 Mengidentifikasi

Sumber Dayaa. Bagaimana kriteria guru yang mengajar

kitab Ta‘lim al-Muta‘allim di pondok pesantren ini?

b. Bagaimana keadaan murid yang akan menerima pelajaran kitab Ta‘lim al-Muta‘allim?

c. Bagaimana keadaan alat belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran kitab Ta‘lim al- Muta‘allim?

d. Bagaimana keadaan lingkungan sekitar pondok (lingkungan itu sendiri, budaya, sosial, adat istiadat, dan lain-lain), apakah sejalan dengan nilai-nilai dalam kitab Ta‘lim al-Muta‘allim?

3 Strategi a. Apa saja faktor pendukung proses penbelajaran kitab Ta‘lim al-Muta‘allim?

b. Apa saja faktor penghambat proses pembelajaran kitab Ta‘lim al-Muta‘allim?

c. Strategi apa yang digunakan untuk mendapatkan guru yang sesuai dengan kriteria di atas?

d. Strategi apa yang digunakan agar murid dapat menerima pelajaran kitab Ta‘lim al-Muta‘allim dengan baik?

Page 82: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

72

Muhammad Masud

No Indikator Pertanyaane. Strategi apa yang digunakan untuk

memenuhi alat belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran kitab Ta‘lim al-Muta‘allim?

f. Strategi apa yang digunakan agar kitab Ta‘lim al-Muta‘allim dapat memperkuat kondisi lingkungan sekitar pondok?

g. Siapa yang menentukan semua strategi tersebut?

4 Mendesain Rencana Kerja

a. Dengan cara apa kitab Ta‘lim al-Muta‘allim akan diajarkan kepada murid?

b. Berapa kali/berapa jam kitab Ta‘lim al-Muta‘allim diajarkan dalam seminggu?

c. Apakah waktu tersebut sudah ideal untuk kegiatan pembelajaran kitab Ta‘lim al-Muta‘allim?

d. Apa yang melatar belakangi proses pembelajaran Ta‘lim al-Muta‘allim diajakarkan dengan jumlah waktu tersebut?

e. Siapa yang mendesain proses pembelajaran kitab Ta‘lim al-Muta‘allim tersebut?

Page 83: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

73

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

LAMPIRAN 2.

PEDOMAN WAWANCARA KEPADA USTADZ/ USTADZAH PONDOK PESANTREN API AL MASYKUR KAB. SEMARANG

Hari/Tanggal : ...........................................................................................Lokasi : ...........................................................................................Topik : Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and

Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim di Pondok Pesantren API Al Masykur Kab. Semarang

Informan : ...........................................................................................

Daftar Tabel 2. Pertanyaan

No Indikator Pertanyaan1 Staffing

(Kepegawaian)a. Bagaimana cara guru melaksanakan proses

pembelajaran kitab Ta‘lim al-Muta‘allim di dalam kelas?

b. Bagaimana strategi dan metode belajar yang baik menurut kitab Ta‘lim al-Muta‘allim?

c. Bagaimana sikap seorang guru dalam mengajar menurut kitab Ta‘lim al-Muta‘allim?

d. Bagaimana sikap murid dalam menerima pelajaran menurut kitab Ta‘lim al-Muta‘allim?, dan bagaimana sikap murid ketika menerima pelajaran di dalam kelas?

e. Apa saja faktor penghambat dan pendukung proses pembelajaran di dalam kelas tersebut tersebut?

Page 84: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

74

Muhammad Masud

No Indikator Pertanyaanf. Apakah selama ini pemimpin pondok

menjalankan tugasnya dengan sangat baik?g. Apakah selama ini guru yang mengajar kitab

Ta‘lim al-Muta‘allim menjalankan tugasnya dengan baik?

h. Apakah selama ini para guru saling bekerjasama dalam proses pembelajaran di pondok pesantren?

i. Apakah hubungan antara pemimpin pondok, guru, dan murid sangat harmonis?

2 Controlling (Pengendalian)

a. Siapa yang melakukan controling terhadap proses pembelajaran kitab Ta‘lim al-Muta‘allim (sejauh mana guru mengajar/sejauh mana murid belajar)?

b. Bagaiama cara melakukan controling tersebut?

c. Apa yang dilakukan pemimpin pondok jika guru mendapat kesulitan dalam proses pembelajaran kitab Ta‘lim al-Muta‘allim?

d. Apa yang dilakukan sesama murid jika mendapat kesulitan dalam belajar?

e. Apa yang dilakukan pemimpin pondok jika murid mendapat kesulitan dalam proses pembelajaran kitab Ta‘lim al-Muta‘allim?

f. Apa yang dilakukan guru jika murid mendapat kesulitan dalam proses pembelajaran kitab Ta‘lim al- Muta‘allim?

3 Motivating (Memotivasi)

a. Apakah motivasi itu diperlukan dalam proses pembelajaran kitab Ta‘lim al-Muta‘allim?, apa motivasi tersebut?, mengapa demikian?

Page 85: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

75

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

No Indikator Pertanyaanb. Apa yang dilakukan sesama murid untuk

saling memotivasi?c. Apa yang dilakukan pemimpin pondok

pesantren untuk memotivasi guru?d. Apa yang dilakukan pemimpin pondok

pesantren untuk memotivasi murid?e. Apa yang dilakukan sesama guru

untuk saling memotivasi dalam proses pembelajaran?

f. Apa yang dilakukan guru untuk memotivasi murid dalam proses pembelajaran kitab Ta‘lim al- Muta‘allim?

LAMPIRAN 3.

PEDOMAN WAWANCARA KEPADA USTADZ/ USTADZAH PONDOK PESANTREN API AL MASYKUR KAB. SEMARANG

Hari/Tanggal : Lokasi ............................................................................ Topik : Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching

and Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim di Pondok Pesantren API Al Masykur Kab. Semarang

Informan : .......................................................................................

Daftar Tabel 3. Pertanyaan

No Indikator Pertanyaan1 Proses Evaluasi Bagaimana cara mengevaluasi proses

pembelajaran kitab Ta‘lim al-Muta‘allim (evaluasi terhadap guru dan murid)?

2 Tujuan Evaluasi a. Apa tujuan melakukan proses evaluasi tersebut?

b. Apa yang menjadi pertimbangan (seorang guru/murid) telah berhasil dalam proses pembelajaran kitab Ta‘lim al-Muta‘allim?

Page 86: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

76

Muhammad Masud

3 Pemberian Pertimbangan (judgment)

Bagaimana cara memutuskan (seorang guru/murid) telah berhasil dalam proses pembelajaran kitab Ta‘lim al-Muta‘allim?

4 Kriteria Evaluasi Berdasarkan kriteria apa evaluasi tersebut dilaksanakan?

Page 87: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

77

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

LAMPIRAN 4

FOTO PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING MELALUI KITAB TA’LIM MUTA’ALIM DI

PONDOK PESANTREN API AL MASYKUR KAB. SEMARANG

Wawancara dengan KH. Afif Dimyati Penjelasan Pembelajaran Kitab Ta’lim al Muta’allim

Proses Pembelajaran Bahasa Arab melalui Kitab Ta’lim al Muta’allim

Page 88: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

78

Muhammad Masud

LEMBAR VALIDASI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB“PENILAIAN OLEH AHLI DI BIDANG KITAB TA’LIM MUTA’ALLIM”

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING MELALUI KITAB TA’LIM MUTA’ALIM DI

PONDOK PESANTREN API AL MASYKUR KAB. SEMARANG

Identitas RespondenNama : …………………………………………...Ahli Bidang : …………………………………………...

Jawablah dengan memberikan simbol ( √ ) centang pada nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan tingkat persetujuan.

Keterangan: 4 : Sangat Baik3 : Baik2 : Kurang Baik1 : Tidak Baik

No IndikatorTingkat Persetujuan

1 2 3 41 Perencanaan/ planning

implementasi pembelajaran kitab ta’lim muta’alima. Merumuskan tujuanb. Mengidentifikasi sumber dayac. Membuat strategi d. Mendesain rencana kerja

2 Pelaksanaan/ actuating implementasi pembelajaran kitab ta’lim muta’alima. Staffing (kepegawaian)b. Controlling (pengendalian)c. Motivating (memotivasi)

Page 89: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

79

Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching and Learning...

3 Evaluasi hasil pembelajaran kitab ta’lim muta’alima. Proses evaluasib. Tujuan Evaluasic. Pemberian pertimbangan

(judgement)d. Kriteria evaluasi

Komentar/ saran:………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Jombor, ……………….. 2019

______________________

Page 90: IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8079/1/ISBN Buku P Mas'ud.pdf · Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim

80

Indeks

INDEKS

AAl-Aswat · 10Al-Mufradat · 11Al-Qawaid · 11

al-Zarnuji · 30, 31, 41, 102Amiyah-fusha · 7API Al-Masykur · 3Authentic Assessment · 24

BBahasa Arab · iii, iv, vii, viii, xii, 1, 3, 5, 6, 8,

39, 41, 43, 45, 46, 49, 67, 102, 103, 104, 105, 107, 109, 111

Ccontextual teaching and learning · 3, 4, 40

Ffilosofi · 2, 24

Gguru · iv, vi, 2, 5, 6, 8, 10, 17, 19, 23, 24, 25, 27,

29, 31, 32, 33, 34, 41, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 73, 74, 75, 76, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 98, 99, 100, 107, 108, 109, 110, 111

IInquiry · 24, 26Istima’ · 1

KKalam · 1Kemahiran · 8, 9Kitab · iii, vii, viii, xi, xii, 2, 3, 30, 43, 45, 46,

49, 57, 59, 67, 69, 70, 72, 73, 74, 75, 79,

80, 81, 82, 91, 92, 94, 96, 98, 99, 103, 107, 109, 111

Konsep · iii, iv, 12, 13, 14, 17, 24, 29, 41, 71, 85, 98, 99, 100

Kontruktivisme · 2, 24Kurikulum · 23, 103, 104

LLearning Community · 24, 27linguistik · 1

PPare · iiiPenilaian autentik · 23penuntut ilmu · 30, 35, 36, 37, 39pondok pesantren · iii, 2, 3, 4, 50, 51, 53, 54,

56, 57, 58, 67, 69, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 82, 83, 92, 93, 94, 95, 96, 98, 107, 109, 110

QQiro’ah · 1Questioning · 24, 25

RReflection · 24, 29refleksi · 13, 22, 24

Ssiswa · iii, iv, v, 1, 2, 8, 11, 14, 15, 16, 17, 18,

19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 28, 29, 30, 39, 40, 41, 66

strategi · iv, 12, 13, 14, 22, 23, 25, 26, 54, 56, 70, 76, 108, 109, 112

Syaikh Az-Zarnuji · 2

TTa’limul Muta’allim · 2, 102