156
IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MENGGUNAKAN THREE-TIER DIAGNOSTIC TEST BERBASIS GOOGLE FORM MATERI TEKANAN ZAT DAN PENERAPANNYA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh : PUTRI NURMANITARI NIM. 23060160017 PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2020

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MENGGUNAKAN THREE-TIER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9340/1...MATERI TEKANAN ZAT DAN PENERAPANNYA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI SMP NEGERI 4 SALATIGA

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MENGGUNAKAN

    THREE-TIER DIAGNOSTIC TEST BERBASIS GOOGLE FORM

    MATERI TEKANAN ZAT DAN PENERAPANNYA PADA

    MASA PANDEMI COVID-19 DI SMP NEGERI 4 SALATIGA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan

    Oleh :

    PUTRI NURMANITARI

    NIM. 23060160017

    PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2020

  • ii

    IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MENGGUNAKAN

    THREE-TIER DIAGNOSTIC TEST BERBASIS GOOGLE FORM

    MATERI TEKANAN ZAT DAN PENERAPANNYA PADA

    MASA PANDEMI COVID-19 DI SMP NEGERI 4 SALATIGA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Memeperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan

    Oleh :

    PUTRI NURMANITARI

    NIM. 23060160017

    PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2020

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    MOTTO

    Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi

    (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.

    Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

    QS Al Baqarah: 216

  • vii

    PERSEMBAHAN

    Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya skripsi

    ini penulis persembahkan untuk:

    1. Bapak dan ibu saya, Noermansyam Tridjoko dan Siti Lestari yang telah

    memberikan dukungan serta do’a tiada henti untuk kesuksesan saya.

    Terimakasih untuk segala perjuangan dan pengorbanan selama ini.

    2. Kedua adik saya Lesta Nurman Sadari dan Puta Nurmanitara yang selalu

    memberikan dukungan dan semangat dan pastinya doa demi kelancaran saya

    dalam menyelesaikan studi.

    3. Keluarga besar saya yang selalu memberi motivasi serta semangat dalam

    proses menyelesaikan skripsi.

    4. Sahabat-sahabatku (best support system) Riska Murtisari dan Isnawati, yang

    tak henti-henti memotivasi saya dan juga memberi dukungan penuh.

    5. Keluarga besar Scientist in Laga dan Teman-teman IPA Angkatan 2016

    khususnya warga Scientist A(wesome).

    6. Teman-teman bolo PPL NEPATSA yang berjuang bersama selama 2 bulan

    (Farid, Chis, MT. Yusuf, Khotim, Silfi, Isti, Faizah, Nia, Santi, Wiwin, Niha,

    dan Diana)

    7. Teman-teman KKN Posko 79 Noyokerten yang telah bersama selama 45 hari

    (Shochib, Arif, Fikri, Nurul, Dewi Retno, Dewi Anggreheni, Ningrum, dan

    Risa)

    8. Ibu Dr. Peni Susapti, S.Si., M.Si. selaku dosen pembimbing yang sejauh ini

    selalu membimbing dan mengarahkan penelitian saya dengan baik.

    9. Bapak Emmanuel Pujono S.Pd. selaku guru pamong IPA yang selalu

    memberi saran dan juga semangat demi kelancaran penyusunan skripsi.

    10. Teman-teman yang selalu mendukung dan memberi semangat Shakhikha,

    Dea, Amanda, Supriyanto, Agus Winarko, dan teman-teman lain yang tidak

    bisa saya sebut semua.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahim

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,

    dan nikmat-Nya sehingga penulis mendapatkan bimbingan dan selalu diberi

    kemudahan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul Identifikasi Miskonsepsi

    Menggunakan Three-Tier Diagnostic Test Berbasis Google Form Materi Tekanan

    Zat dan Penerapannya pada Masa Pandemi Covid-19 di SMP Negeri 4 Salatiga.

    Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda nabi

    Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan

    dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi

    ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga.

    2. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

    3. Ibu Dr. Eni Titikusumawati, M.Pd. selaku Ketua Prodi Tadris IPA IAIN

    Salatiga.

    4. Ibu Muslimah Susilayati M.Pd. dan Bapak Dr. Wahyudhiana, M.M.PD. selaku

    pembimbing Akademik.

    5. Ibu Dr. Peni Susapti, S.Si., M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah

    membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untu

    penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

    6. Bapak Septiko Aji M.Pd, Ibu Dr. Erna Risfaula Kusumawati, S.Si., S.Pd.,

    M.Si. dan Akhmad Haryanto S.Pd. selaku validator dari instrumen penelitian

    saya.

    7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Tadris IPA IAIN Salatiga yang telah

    membekali berbagai ilmu pengetahuan.

    8. Bapak Wartono M.Pd. dan Bapak Emmanuel Pujono S.Pd. selaku kepala

    sekolah dan guru IPA SMP Negeri 4 Salatiga.

  • ix

    9. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan moral, material,

    motivasi, semangat serta do’a dalam penyusunan skripsi ini.

    10. Teman-teman dan sahabat yang telah memberikan semangat dan turut

    membantu selesainya skripsi ini.

    Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnan,

    maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga

    hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca

    pada umumnya.

    Salatiga, 13 Agustus 2020

    Putri Nurmanitari

    NIM. 23060160017

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL LUAR ...................................................................... ii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN .............................................. iv

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ........................ v

    HALAMAN MOTTO .................................................................................... vi

    HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii

    KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

    DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

    ABSTRAK ...................................................................................................... xiii

    BAB I: PENDAHULUAN.............................................................................. 1

    A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6

    C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6

    D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

    1. Teoritis ........................................................................................... 7

    2. Manfaat Praktis .............................................................................. 7

    E. Definisi Operasional............................................................................. 8

    F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 11

    BAB II: LANDASAN TEORI ....................................................................... 14

    A. Landasan Teori ..................................................................................... 14

    1. Miskonsepsi ................................................................................... 14

    2. Three-tier Diagnostic Test ............................................................. 20

    3. Google Form .................................................................................. 24

    4. Tekanan Zat dan Penerapannya ..................................................... 27

    5. Pandemi COVID-19 ....................................................................... 33

  • xi

    B. Kajian Pustaka ...................................................................................... 34

    C. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 40

    BAB III: METODE PENELITIAN .............................................................. 41

    A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 41

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 41

    C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 42

    D. Variabel Penlitian ................................................................................. 42

    E. Instrumen Penelitian............................................................................. 42

    F. Uji Coba Instrumen Penelitian ............................................................. 44

    G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 50

    H. Teknik Analisis Data ............................................................................ 51

    BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA ............................................ 52

    A. Deskripsi Data ...................................................................................... 52

    B. Analisis Data ........................................................................................ 53

    1. Uji Coba Instrumen ........................................................................ 53

    2. Analisis Data .................................................................................. 60

    C. Pembahasan .......................................................................................... 64

    BAB V PENUTUP .......................................................................................... 74

    A. Kesimpulan .......................................................................................... 74

    B. Saran ..................................................................................................... 75

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 77

    LAMPIRAN .................................................................................................... 80

    CURICULUM VITAE ................................................................................... 141

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Faktor Penyebab Miskonsepsi ......................................................... 17

    Tabel 2.2 Skala Tingkat Keyakinan berdasarkan Teknik CRI ......................... 22

    Tabel 2.3 Kriteria Penilaian dengan Teknik Modifikasi CRI .......................... 23

    Tabel 3.1 Tingkat Kesukaran Soal ................................................................... 47

    Tabel 3.2 Daya Pembeda.................................................................................. 48

    Tabel 4.1 Hasil Jawaban Tes Peserta Didik ..................................................... 52

    Tabel 4.2 Hasil Validasi Pakar ......................................................................... 54

    Tabel 4.3 Kriteria Penilaian oleh Pakar ........................................................... 55

    Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas ............................................................................ 56

    Tabel 4.5 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal ................................................... 57

    Tabel 4.6 Hasil Uji Daya Beda Soal ................................................................ 58

    Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Fungsi Distraktor ................................................ 59

    Tabel 4.8 Persentase Miskonsepsi Tiap Butir Soal .......................................... 60

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Silabus SMP IPA Kelas VIII ....................................................... 80

    Lampiran 2. Kisi-kisi Instrumen Penilaian ...................................................... 84

    Lampiran 3. Angket Penelitian Miskonsepsi pada Peserta Didik .................... 103

    Lampiran 4. Lembar Validasi Soal Pilihan Ganda........................................... 105

    Lampiran 5. Lembar Validasi Angket Penelitian ............................................. 114

    Lampiran 6. Hasil Uji Validitas ....................................................................... 118

    Lampiran 7. Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal ................................................... 121

    Lampiran 8. Hasil Uji Daya Beda Soal ............................................................ 122

    Lampiran 9. Hasil Tes Diagnostik Three-tier .................................................. 125

    Lampiran 10. Hasil Analisis Miskonsepsi ....................................................... 126

    Lampiran 11. Hasil Angket Google Form ....................................................... 129

    Lampiran 12. Lembar Penunjukkan Dosen Pembimbing ................................ 134

    Lampiran 13. Lembar Surat Ijin Penelitian ...................................................... 135

    Lampiran 14. Lembar Konsultasi Skripsi ........................................................ 136

    Lampiran 15. Lembar Satuan Kredit Kegiatan (SKK) .................................... 138

    Lampiran 16. Lembar Foto-foto Pelaksanaan ................................................. 139

    Lampiran 17. Daftar Riwayat Hidup ................................................................ 141

  • xiv

    ABSTRAK

    Nurmanitari, Putri. 2020. Identifikasi Miskonsepsi Menggunakan Three-Tier

    Diagnostic Test Berbasis Google Form Materi Tekanan Zat dan Penerapannya

    pada Masa Pandemi COVID-19 di SMP Negeri 4 Salatiga. Skripsi, Program Studi

    Tadris Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut

    Agana Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Peni Susapti, S.Si., M.Si.

    Kata Kunci: miskonsepsi, three-tier diagnostic test, google form

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui identifikasi miskonsepsi dan

    kesulitan dalam melakukan identifikasi menggunakan Three-Tier Diagnostic Test

    berbasis Google Form materi tekanan zat dan penerapannya.

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

    deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri

    4 Salatiga pada peserta didik kelas IX. Teknik pengumpulan data menggunakan tes

    diagnostik berwujud pilihan ganda bertingkat. Pada tingkat pertama berisi jawaban

    peserta didik, kemudian alasan dari jawaban, dan terakhir tingkat keyakinan atau

    Certainty of Response Index (CRI). Analisis data dilakukan dengan mencari

    persentase miskonsepsi dari masing-masing indikator.

    Hasil penelitian menunjukkan peserta didik mengalami miskonsepsi dengan

    persentase rata-rata sebesar 31,17% yang tergolong miskonsepsi kategori sedang.

    Secara keseluruhan nilai rata-rata peserta didik yang paham konsep lebih besar

    daripada kategori lain yaitu sebesar 66,17%. Nilai peserta didik yang paham konsep

    tetapi kurang yakin sebesar 0,67% dan nilai rata-rata peserta didik yang tidak

    paham konsep sebesar 2%. Kesulitan identifikasi miskonsepsi dikarenakan peserta

    didik banyak yang tidak mengetahui cara pengerjaan dari tes diagnostik dan tes

    dilakukan secara online menggunakan google form.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara ideal merupakan suatu rumpun

    ilmu mengenai fenomena alam sekitar ke dalam pembelajaran yang

    merupakan perpaduan dari ilmu Fisika, Kimia, dan Biologi. IPA merupakan

    mata pelajaran yang membekali peserta didik dengan pengetahuan, sikap, dan

    keterampilan di dalam pembelajaran serta menghendaki penguasaan

    kompetensi terkait pemahaman lebih mendalam tentang alam sekitar (Ismail,

    2016 : 16). IPA tidak hanya berkaitan dengan penguasaan pengetahuan

    berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau bahkan prinsip-prinsip saja,

    melainkan juga merupakan suatu proses menemukan berkaitan dengan

    fenomena alam secara sistematis (Wulandari, 2015: 36).

    Menurut Firmansyah, dkk (2015:154) hakikat IPA dipandang sebagai

    proses, produk, dan prosedur. IPA sebagai proses yaitu kegiatan ilmiah dalam

    menyempurnakan pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik maupun

    menemukan pengetahuan baru. IPA sebagai produk yaitu hasil proses berupa

    pengetahuan yang diajarkan di dalam atau di luar sekolah maupun

    penyebaran pengetahuan. IPA sebagai prosedur yaitu metodologi yang

    digunakan untuk mengetahui fenomena alam.

    Hasil yang didapatkan dalam proses belajar tersebut merupakan ilmu

    yang akan mengangkat derajat manusia. Seperti firman Allah Swt, dalam Al-

    Qur’an surah Al- Mujadalah ayat 11:

  • 2

    ه ٱ...يَْزفَِع ْم َواهلَِّذيَن أهوتهواْ ٱ لّلٰ ت...ْلِعْلَم َدَرجٰ ٱلَِّذيَن َءا َمنهو ْا ِمْنكه

    Artinya: Allah akan mengangkat (derajat) orang- orang yang beriman di

    antaramu dan orang- orang yang diberi ilmu beberapa derajat (Shihab,2013).

    Berdasarkan ayat di atas, maka pendidikan merupakan hal yang terpenting

    karena dengan pendidikan kita telah menjadi orang yang mengamalkan

    anjuran dari al- qur’an karena dengan belajar, manusia akan mendapatkan

    kemuliaan di dunia maupun di akhirat.

    Fisika adalah bagian dari ilmu sains yang menekankan pada

    penguasaan konsep. Penguasaan konsep dalam pembelajaran fisika

    menunjukkan peserta didik memahami materi dengan baik (Sheftyawan,

    2018: 147). Permasalahannya dalam proses pembelajaran peserta didik

    seringkali mengalami kesalahan konsep atau miskonsepsi meskipun

    pembelajaran sudah disampaikan oleh guru. Pengetahuan peserta didik

    seringkali tidak utuh karena fisika tersusun dari konsep-konsep dan prinsip-

    prinsip yang sangat abstrak dan komplek (Arifin, 2017: 92).

    Terdapat hubungan antara pemahaman konsep dengan miskonsepsi,

    pemahaman konsep pada pembelajaran IPA berupa penguasaan terhadap

    konsep yang sesuai dengan kesepakatan ilmuan, tidak menyimpang dan tidak

    menimbulkan hipotesis lain yang dapat menimbulkan konflik kognitif,

    sedangkan miskonsepsi merupakan kesalahan atau ketidaksesuaian konsep

    dengan pengertian ilmiah yang diterima oleh para ahli. Adapun bentuk

  • 3

    miskonsepsi dapat berupa kesalahan konsep awal, kesalahan dalam

    menghubungkan berbagai konsep, dan gagasan yang salah. Adanya

    miskonsepsi haruslah menjadi perhatian bagi para guru, hal ini dikarenakan

    miskonsepsi dapat berdampak pada keberhasilan peserta didik dalam belajar

    IPA (Yuliati, 2017: 51). Menurut Suparno (2013) ada beberapa cara yang

    dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi diantaranya yaitu

    penyajian peta konsep, tes pilihan ganda dengan alasan terbuka, tes esai

    tertulis, wawancara diagnosis, diskusi dalam kelas, dan praktikum dengan

    tanya jawab.

    Miskonsepsi menjadi sulit untuk dibenahi dan dapat bertahan lama,

    karena miskonsepsi tidak pernah diukur dengan ujian, eksperimen atau

    dijadikan soal dalam pembelajaran dan tes peserta didik, dengan kata lain

    miskonsepsi yang terjadi jarang sekali diujikan, dievaluasi atau dibicarakan

    (Yasin, 2005). Banyak ulangan dengan model pilihan ganda membuat peserta

    didik yang mempunyai miskonsepsi, dapat menjawab dengan tepat, karena

    ujian hanya memilih jawaban tetapi tidak pernah mengulas dan membahas

    miskonsepsi secara mendalam. Jadi tanpa mengetahui konsep yang

    sebenarnya pun peserta didik dapat lulus karena menebak jawaban dengan

    benar (Jumini, 2017 :198)

    Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui

    kelemahan-kelemahan peserta didik sehingga berdasarkan hal tersebut dapat

    dilakukan penanganan yang tepat (Rahmi, 2013: 3). Dengan adanya tes

    diagnostik ini sangat membantu dalam mengidentifikasi miskonsepsi yang

  • 4

    terjadi pada peserta didik. Apabila miskonsepsi yang dialami peserta didik

    dapat teridentifikasi dengan baik, akan mudah pula mencari solusi supaya

    miskonsepsi tersebut tidak berkelanjutan dan menghambat penerimaan

    pengetahuan baru (Jumini, 2017: 199).

    Terdapat berbagai teknik yang dapat digunakan untuk mendeteksi

    miskonsepsi pada peserta didik. Salah satunya adalah dengan menggunakan

    Three Tier Diagnostic Test. Penggunaan tes ini diharapkan dapat

    mengidentifikasi antara peserta didik yang paham konsep, miskonsepsi, dan

    tidak paham konsep, karena pada tes ini terdapat tiga tingkatan jawaban

    berupa jawaban pada soal pilihan ganda, alasan terhadap pilihan jawaban, dan

    keyakinan terhadap kedua tingkat jawaban sebelumnya (Jumini, 2017: 198)

    Penelitian ini dilakukan di tengah pandemi Covid-19 yang sedang

    terjadi di dunia termasuk Indonesia. Pada saat pandemi terjadi pembatasan

    aktivitas pada manusia yang disebut physical distancing atau social

    distancing. Hal tersebut juga berdampak pada dunia pendidikan. Oleh karena

    itu peneliti tidak dapat melakukan penelitian secara langsung. Pada google

    terdapat salah satu aplikasi yang dapat digunakan sebagai media dalam

    pengumpulan data. Google form atau google formulir adalah solusi yang

    dapat digunakan karena merupakan website yang mampu memberikan tes

    secara digital. Google form adalah aplikasi dari website google yang berguna

    dalam membantu mengirim survei, memberikan kuis, atau mengumpulkan

    informasi secara mudah dan efisien. Aplikasi ini bekerja di dalam

    penyimpanan google drive. Template ini sangat mudah dipahami dan

  • 5

    digunakan. Syarat dalam penggunaannya hanya memiliki akun google bagi

    pembuat atau pengguna formulir (Hasanah, 2020: 53). Penggunaan google

    form juga dapat terus dilakukan meskipun pandemi sudah berakhir. Hal

    tersebut seiring dengan perkembangan teknologi digital di era 4.0, teknologi

    digital memiliki aspek efektivitas, efisiensi, dan daya tarik yang besar.

    Sehingga penggunaan google form akan memiliki banyak kelebihan yang

    dapat digunakan dalam tes diagnostik.

    Pembelajaran IPA yang berkaitan dalam fisika salah satunya pada

    materi tekanan pada zat sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

    Miskonsepsi yang terbesar terjadi pada bidang mekanika, salah satunya pada

    materi fluida statis (Suparno, 2013: 11). Dalam materi fisika pada tekanan zat

    masih terdapat peserta didik yang mengalami miskonsepsi misalnya

    perbedaan benda mengapung, tenggelam dan melayang pada zat padat dan zat

    cair (Arjun, 2017: 2).

    SMP Negeri 4 Salatiga merupakan salah satu sekolah favorit yang ada

    di Salatiga. Sama hal nya dengan sekolah lainnya, SMP Negeri 4 Salatiga

    juga belum menerapkan tes diagnostik untuk mengetahui miskonsepsi pada

    peserta didik. Guru hanya melakukan pengambilan nilai hasil belajar saja

    tanpa menguji kebenaran konsep yang dimiliki oleh peserta didiknya.

    Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti bermaksud melakukan

    penelitian dengan judul “Identifikasi Miskonsepsi Menggunakan Three -

    Tier Diagnostic Test berbasis Google Form Materi Tekanan Zat dan

    Penerapannya pada Masa Pandemi Covid-19 di SMP Negeri 4 Salatiga.”

  • 6

    B. RUMUSAN MASALAH

    Dari latar belakang yang dipaparkan, maka rumusan masalah dari penelitian

    ini yaitu:

    1. Bagaimana identifikasi tingkat miskonsepsi yang terjadi pada peserta

    didik menggunakan three-tier diagnostic test berbasis google form materi

    tekanan zat dan penerapannya pada masa pandemi Covid-19 di SMP

    Negeri 4 Salatiga?

    2. Bagaimana proporsi penyebaran miskonsepsi pada peserta didik di SMP

    Negeri 4 Salatiga?

    3. Apakah kesulitan untuk identifikasi miskonsepsi menggunakan three-tier

    diagnostic test berbasis google form materi tekanan zat dan penerapannya

    pada masa pandemi Covid-19 di SMP Negeri 4 Salatiga?

    C. TUJUAN PENELITIAN

    Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini

    adalah untuk:

    1. Mengetahui identifikasi tingkat miskonsepsi menggunakan three-tier

    diagnostic test berbasis google form materi tekanan zat dan penerapannya

    pada masa pandemi Covid-19 di SMP Negeri 4 Salatiga.

    2. Mengetahui proporsi penyebaran miskonsepsi pada peserta didik di SMP

    Negeri 4 Salatiga.

    3. Mengetahui kesulitan identifikasi miskonsepsi menggunakan three-tier

    diagnostic test berbasis google form materi tekanan zat dan penerapannya

    pada masa pandemi Covid-19 di SMP Negeri 4 Salatiga.

  • 7

    D. MANFAAT PENELITIAN

    Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini manfaat yang

    diharapkan adalah:

    1. Manfaat Teoritis

    a. Dapat memberikan informasi ilmu pengetahuan dalam

    mengembangkan instrumen untuk mencegah terjadinya

    miskonsepsi pembelajaran IPA.

    b. Hasil penelitian dapat menjadi salah satu acuan dalam upaya

    meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

    c. Memberikan rekomendasi terhadap para peneliti agar melakukan

    penelitian yang sejenis secara lebih luas, intensif, dan

    memudahkan.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Guru

    1) Sebagai bahan pertimbangan untuk mengetahui kesalahan

    konsep yang terjadi pada peserta didik dengan melakukan tes

    diagnostik.

    2) Sebagai informasi tambahan untuk membuat kembali metode

    dan cara mengajar pada pembelajaran IPA.

    b. Bagi Peserta Didik

    1) Membantu mengenali miskonsepsi yang terjadi pada peserta

    didik.

  • 8

    2) Membantu meningkatkan kemampuan dan hasil belajar mata

    pelajaran IPA.

    c. Bagi Sekolah

    Penelitian ini dapat digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan

    mutu dan kualitas pembelajaran IPA di sekolah.

    E. DEFINISI OPERASIONAL

    Istilah-istilah yang perlu didefinisikan secara operasional dalam identifikasi

    miskonsepsi menggunakan three - tier diagnostic test berbasis google form

    materi tekanan zat dan penerapannya pada masa pandemi Covid-19 yaitu :

    1. Miskonsepsi

    Miskonsepsi adalah konsepsi yang tidak sesuai dengan

    konsepsi yang diakui oleh para ahli (Suparno, 2013: 9). Miskonsepsi

    merupakan suatu penyimpangan atau kesalahan konsep yang sulit

    untuk diubah dan akan dibawa dalam jangka waktu yang lama (Berg

    dalam Jayantini, 2020: 42). Adapun bentuk miskonsepsi dapat berupa

    kesalahan konsep awal, kesalahan dalam menghubungkan berbagai

    konsep, dan gagasan yang salah. Adanya miskonsepsi haruslah

    menjadi perhatian bagi para guru, hal ini dikarenakan miskonsepsi

    dapat berdampak pada keberhasilan peserta didik dalam belajar IPA

    (Yuliati, 2017: 51). Sehingga dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi

    merupakan suatu pemahaman konsep yang salah yang terjadi pada

    peserta didik, karena tidak sesuai dengan konsep yang sebenarnya

    yang telah disepakati oleh para ahli. Kesalahan konsep terjadi karena

  • 9

    peserta didik mengembangkan pemahaman mereka sendiri tetapi

    mereka tidak menyadari bahwa konsep yang mereka yakini

    sebenarnya salah.

    2. Three - Tier Diagnostic Test

    Three - Tier Diagnostic Test merupakan tes diagnostik berupa

    pengembangan dari two-tier, dimana pada tes diagnostik tingkat tiga

    ini peserta didik memberikan tingkat keyakinannya dalam menjawab.

    Ukuran tingkat keyakinan/ kepastian responden dalam menjawab

    setiap pertanyaan (soal) yang diberikan, yang dikembangkan untuk

    dapat membedakan antara peserta didik yang mengalami miskonsepsi

    dan tidak tahu konsep disebut Certainty of Response Index (CRI)

    (Fitrianingrum, 2017: 89). Tes diagnostik Three-Tier ini berupa

    pilihan ganda tiga tingkat dengan tier pertama merupakan soal pilihan

    ganda biasa, tier kedua merupakan alasan dari pilihan jawaban, dan

    tier ketiga merupakan derajat keyakinan (Certainty of Response Index)

    untuk meyakinkan respon peserta didik (Alsagaf, 2019: 48-49).

    Three-tier Diagnostic Test merupakan salah satu jenis tes diagnostik

    yang dapat digunakan untuk mengetahui miskonsepsi pada peserta

    didik dengan menggunakan CRI.

    3. Google Form

    Google Form merupakan salah satu layanan yang diberikan

    google untuk kelola pendaftaran acara, jejak pendapat, membuat kuis,

    dan melakukan kuis secara online. Pada google form terdapat

  • 10

    tanggapan survei yang diolah menjadi sebuah grafik lingkaran

    (Hamdani, 2017: 53). Google Form merupakan salah satu komponen

    layanan google docs. Aplikasi ini cocok untuk mahasiswa, guru,

    dosen, pegawai kantor dan profesional yang senang membuat kuis,

    form, dan survei online, fitur dari google form dapat dibagi ke orang-

    orang secara terbuka atau khusus kepada pemilik akun google dengan

    pilihan aksesibilitas, seperti readonly (hanya dapat membaca) atau

    editable (dapat mengedit dokumen) (Hasanah, 2020: 40). Sehingga

    dapat disimpulkan bahwa google form merupakan salah satu aplikasi

    dari google yang dapat digunakan untuk mengumpulkan hasil

    tanggapan dari responden secara online dengan mudah dan cepat.

    4. Tekanan Zat dan Penerapannya

    Tekanan adalah gaya yang bekerja pada permukaan benda tiap

    satuan luas. Tekanan berbanding lurus dengan gaya dan berbanding

    terbalik dengan luas bidang tekan. Semakin besar dorongan yang

    diberikan, semakin besar pula tekanan yang dihasilkan, sebaliknya

    semakin besar luas tekanan suatu benda maka semain kecil tekanan

    yang dihasilkan. Aplikasi konsep tekanan zat pada makhluk hidup

    dapat ditemui pada pengangkutan air dan nutrisi pada tumbuhan,

    tekanan darah pada pembuluh darah manusia, dan tekanan gas pada

    proses pernapasan (Zubaidah, 2017: 36). Tekanan zat dan

    penerapannya merupakan salah satu materi IPA yang terdapat pada

    kelas VIII semester II yang berisi materi tentang gaya yang bekerja

  • 11

    pada permukaan suatu benda baik dalam wujud padat, cair, maupun

    gas serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

    5. Pandemi COVID-19

    Infeksi COVID-19 yang disebabkan virus corona baru

    merupakan suatu pandemi baru dengan penyebaran antar manusia

    yang sangat cepat. Diagnosis ditegakkan dengan RT-PCR , hingga

    saat ini belum ada terapi antivirus khusus dan belum ditemukan vaksin

    untuk COVID-19. Diperlukan pengembangan mengenai berbagai hal

    termasuk pencegahan di seluruh dunia. Pencegahan utama adalah

    dengan membatasi mobilisasi orang yang beresiko hingga masa

    inkubasi. Pencegahan lain adalah dengan meningkatkan daya tahan

    tubuh melalui asupan makanan sehat, memperbanyak cuci tangan,

    dan menggunakan masker bila berada di daerah beresiko atau padat

    (Handayani, 2020:105). Sehingga dapat disimpulkan bahwa COVID-

    19 merupakan pandemi yang saat ini tengah terjadi di dunia yang

    disebabkan oleh virus yang dapat menular melalui kontak langsung.

    Oleh karena itu pencegahan yang dapat dilakukan dengan melakukan

    physical distancing dan social distancing yaitu pembatasan aktivitas

    manusia dengan manusia lainnya.

    F. SISTEMATIKA PENULISAN

    Secara umum skripsi ini terdiri dari 5 bab dengan beberapa sub bab

    didalamnya. Berikut ini adalah runtutan sistematika skripsi secara lengkap:

  • 12

    1. Bab I Pendahuluan

    Pada bab ini berisi tentang: a) latar belakang masalah; b) rumusan

    masalah; c) tujuan penelitian; d) manfaat penelitian; e) definisi

    operational; f) sistematika penulisan.

    2. Bab II Landasan Teori

    Pada bab ini berisi tentang: a) landasan teori yang memuat uraian tentang

    teori yang relevan, lengkap, dan sejalan dengan permasalahan; b) kajian

    pustaka yang memuat telah terhadap hasil penelitian terdahulu yang

    relevan, lengkap, dan sejalan dengan permasalahan dan variabel yang

    diteliti; c) hipotesis penelitian merupakan dugaan sementara dari

    rumusan masalah yang disusun.

    3. Bab III Metode Penelitian

    Pada bab ini berisi tentang: a) landasan teori yang memuat uraian tentang

    teori yang relevan, lengkap, dan sejalan dengan permasalahan; b) kajian

    pustaka yang memuat telaah terhadap hasil penelitian terdahulu yang

    relevan, lengkap, dan sejalan dengan permasalahan dan variabel yang

    diteliti; c) hipotesis penelitian merupakan dugaan sementara dari

    rumusan masalah yang disusun.

    4. Bab IV Deskripsi dan Analisis Data

    Pada bab ini berisi tentang: a) deskripsi data yaitu paparan data yang

    berhasil dikumpulkan selama penelitian; b) analisis data dan pembahasan

    menjelaskan kerja ilmiah peneliti mengolah data sesuai dengan teknis

    analisis data yang telah dikemukakan pada bagian metode penelitian.

  • 13

    5. Bab V Kesimpulan

    Pada bab ini berisi tentang: a) kesimpulan penelitian yang harus terkait

    dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian serta, b) saran yang berisi

    masukan bagi peneliti lain atau pembaca.

  • 14

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. LANDASAN TEORI

    1. Miskonsepsi

    a. Definisi Miskonsepsi

    Konsep memiliki dua arti yang pertama bermakna rancangan

    atau buram surat dan yang kedua bermakna ide atau pengertian yang

    diabstrakkan dari peristiwa konkreat (Sugono, 2008: 784). Menurut

    Sagala dalam Suhermiati (2015: 983) konsep merupakan hasil

    pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam

    definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan yang meliputi

    prinsip, hukum, dan teori.

    Konsep dan konsepsi merupakan istilah yang berbeda baik

    dalam pengertian maupun penggunaannya. Konsep bersifat lebih

    umum dan dikenal atau diumumkan berdasarkan kesepakatan,

    sedangkan konsepsi bersifat khusus atau spesifik. Konsepsi diartikan

    sebagai pengertian atau pendapat (paham). Konsepsi adalah

    pengertian atau tafsiran seseorang terhadap suatu konsep tertentu

    dalam kerangka yang sudah ada dalam pikirannya dan setiap konsep

    baru didapatkan dan diproses dengan konsep-konsep yang telah

    dimiliki (Malikha, 2018: 75-81)

    Pemahaman awal yang diperoleh peserta didik seringkali

    bertentangan dengan konsep yang telah dikemukakan oleh para ahli,

  • 15

    ketidaksesuaian antara pemahaman tentang suatu konsep yang benar

    inilah yang dikenal dengan istilah miskonsepsi. Miskonsepsi adalah

    suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep yang diakui oleh para

    ahli (Suparno, 2013: 8). Miskonsepsi merupakan suatu penyimpangan

    atau kesalahan konsep yang sulit untuk diubah dan akan dibawa dalam

    jangka waktu yang lama (Berg dalam Jayantini, 2020: 42).

    Menurut Kose miskonsepsi adalah peserta didik yang

    mengembangkan pemahaman sendiri tentang suatu konsep tetapi

    konsep tersebut keliru menurut konsep sebenarnya. Sedangkan

    menurut Ibrahim, miskonsepsi adalah ide atau pandangan yang keliru

    mengenai suatu konsep yang dipahami oleh seseorang yang tidak

    sesuai dengan konsep yang disepakati dan dianggap benar oleh para

    ahli, biasanya pandangan yang berbeda (salah) bersifat resisten (sulit

    dirubah) dan persisten (cenderung bertahan). Pandangan ini sulit

    diubah (Suhermiati, 2015: 986)

    Sehingga miskonsepsi adalah suatu pemahaman konsep yang

    salah yang terjadi pada peserta didik, karena tidak sesuai dengan

    konsep yang sebenarnya yang telah disepakati oleh para ahli.

    Kesalahan konsep terjadi karena peserta didik mengembangkan

    pemahaman mereka sendiri tetapi mereka tidak menyadari bahwa

    konsep yang mereka yakini sebenarnya salah.

  • 16

    b. Terbentuknya Miskonsepsi

    Menurut Driver dalam Mustaqim (2014) mengemukakan bagaimana

    terbentuknya miskonsepsi dalam pembelajaran yaitu:

    1) Anak cenderung mendasarkan berpikirnya pada hal-hal yang

    tampak dalam suatu situasi masalah.

    2) Anak hanya memperhatikan aspek-aspek tertentu dalam suatu

    situasi. Hal ini disebabkan karena anak lebih cenderung

    menginterpretasikan suatu fenomena dari segi sifat absolut benda-

    benda, bukan dari segi interaksi antara unsur-unsur suatu system.

    3) Anak lebih cenderung memperhatikan perubahan daripada situasi

    diam.

    4) Bila anak-anak menerangkan perubahan, cara berpikir mereka

    cenderung mengikuti urutan kausal linier.

    5) Gagasan yang dimiliki anak mempunyai berbagai konotasi,

    gagasan anak lebih inklusif dan global.

    6) Anak kerap kali menggunakan gagasan yang berbeda untuk

    menginterpretasi situai-situasi yang oleh para ilmuwan digunakan

    cara yang sama.

    c. Penyebab Terjadinya Miskonsepsi

    Miskonsepsi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, menurut

    Suparno (2013: 30-52) miskonsepsi terbagi atas lima kelompok yaitu:

  • 17

    Tabel 2.1 Faktor Penyebab Miskonsepsi

    No Sebab Utama Sebab Khusus

    1 Siswa 1. Prakonsepsi

    2. Pemikiran asosiatif

    3. Pemikiran humanistik

    4. Reasoning yang tidak lengkap

    5. Intuisi yang salah

    6. Tahap perkembangan kognitif

    siswa

    7. Kemampuan siswa

    8. Minat belajar siswa.

    2 Pengajar 1. Tidak menguasai bahan

    2. Bukan lulusan dari bidang ilmunya

    3. Tidak membiarkan siswa

    mengungkapkan gagasan/ide

    4. Relasi guru-siswa tidak baik.

    3 Buku Teks 1. Penjelasan keliru

    2. Salah tulis terutama dalam rumus

    3. Tingkat penulisan buku terlalu

    tinggi bagi siswa

    4. Demi menarik pembaca, terkadang

    buku sains fiksi menyimpang dari

    konsepnya

    5. Kartun sering memuat miskonsepsi

    4 Konteks 1. Pengalaman siswa

    2. Bahasa sehari-hari berbeda

    3. Teman diskusi yang salah

    4. Keyakinan dan agama

    5. Penjelasan orangtua/orang lain

    yang keliru, konteks hidup siswa

  • 18

    5 Cara Mengajar 1. Hanya berisi ceramah dan menulis

    2. Tidak menggunakan miskonsepsi

    3. Tidak mengoreksi PR

    4. Model analogi yang dipakai kurang

    tepat

    5. Model demonstrasi sempit

    Sumber: (Suparno, 2013)

    d. Cara Mendeteksi Miskonsepsi IPA

    Sebelum guru dapat membantu dalam menangani miskonsepsi

    yang dimiliki peserta didik, guru harus lebih dahulu mengetahui

    miskonsepsi yag dimiliki peserta didik. Suparno (2013: 121) ada

    berbagai cara untuk mengidentifikasi atau mendeteksi miskonsepsi

    yaitu:

    1) Peta Konsep (Concept Maps)

    Peta konsep dapat digunakan untuk mendeteksi

    miskonsepsi peserta didik dalam bidang fisika. Peta konsep yang

    mengungkapkan hubungan berarti antara konsep-konsep dan

    menekankan gagasan-gagasan pokok yang disusun hirarkis,

    dengan jelas dapat mengungkapkan miskonsepsi peserta didik

    yang digambarkan dalam peta konsep.

    2) Tes Mutiple Choice dengan Reasoning Terbuka

    Tes Mutiple Choice dengan Reasoning Terbuka dapat

    memudahkan dan menganalisis dalam mencari kesalahan atau

    miskonsepsi. Menggunakan tes pilihan ganda (multiple choice)

    dengan pertanyaan terbuka dimana peserta didik harus menjawab

  • 19

    dan menulis mengapa mempunyai jawaban seperti itu. Jawaban-

    jawaban yang salah dalam pilihan ganda ini selanjutnya dijadikan

    bahan tes berikutnya.

    3) Tes Esai Tertulis

    Guru dapat mempersiapkan suatu tes esai yang memuat

    beberapa konsep fisika yang memang hendak diajarkan atau yang

    sudah diajarkan. Dari tes tersebut dapat diketahui miskonsepsi

    yang dibawa peserta didik.

    4) Wawancara Diagnosis

    Wawancara berdasarkan beberapa konsep fisika tertentu

    dapat dilakukan juga untuk melihat konsep alternatif atau

    miskonsepsi pada peserta didik. Guru memilih beberapa konsep

    fisika yang diperkirakan sulit dimengerti. Wawancara dapat

    berbentuk bebas dan terstruktur. Dalam wawancara bebas, guru

    atau peneliti bebas bertanya dan peserta didik bebas dalam

    menjawab.

    5) Diskusi dalam Kelas

    Peserta didik di dalam kelas mengungkapkan gagasan

    mereka tentang konsep yang sudah diajarkan atau hendak

    diajarkan. Dari diskusi tersebut, guru atau seorang peneliti dapat

    mengerti konsep-konsep alternatif yang dipunyai peserta didik.

  • 20

    e. Upaya Mengatasi Miskonsepsi

    1) Mendorong Kontruksi Pengetahuan yang Efektif

    2) Tantangan Perubahan Konseptual

    3) Mendorong Perubahan Konseptual

    2. Three -Tier Diagnostic Test

    a. Pengertian Tes Diagnostik

    Diagnosis adalah proses yang kompleks dalam suatu usaha

    untuk menarik kesimpulan dari hasil-hasil pemerikasaan gejala-gejala,

    perkiraan penyebab, pengamatan dan penyesuaian dengan kategori

    secara baik (Suwarto , 2013: 90). Tes ini dilakukan apabila diperoleh

    informasi bahwa sebagian besar peserta didik gagal dalam mengikuti

    proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu. Hasil tes diagnostik

    memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum dipahami

    dan yang telah dipahami. Oleh karenanya, tes ini berisi materi yang

    dirasa sulit oleh peserta didik, namun tingkat kesulitan tes ini

    cenderung rendah.

    b. Karakteristik Tes Diagnostik

    Tes diagnostik memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:

    1) Untuk mendeteksi kesulitan belajar, karena itu format dan respon

    yang dijaring harus didesain memiliki fungsi diagnostik.

    2) Dikembangkan berdasarkan analisis terhadap sumber-sumber

    kesalahan atau kesulitan yang mungkin menjadi penyebab

    munculnya masalah peserta didik.

  • 21

    3) Menggunakan soal-soal bentuk supply response (bentuk uraian

    atau jawaban singkat), sehingga mampu menangkap informasi

    secara lengkap. Bila ada alasan tertentu sehingga menggunakan

    bentuk selected response (misalnya bentuk pilihan ganda), harus

    disertakan penjelasan mengapa memilih jawaban tertentu sehingga

    dapat meminimalisir jawaban tebakan, dan dapat ditentukan tipe

    kesalahan atau masalahnya.

    4) Bila menggunakan bentuk soal selected response, disertai alasan

    pemilihan.

    5) Disertai rancangan tindak lanjut sesuai dengan kesulitan yang

    teridentifikasi.

    c. Tes Diagnostik Three –Tier

    Three - Tier Diagnostic Test merupakan tes diagnostik berupa

    pengembangan dari two-tier, dimana pada tes diagnostik tingkat tiga

    ini peserta didik memberikan tingkat keyakinannya dalam menjawab.

    Ukuran tingkat keyakinan / kepastian responden dalam menjawab

    setiap pertanyaan (soal) yang diberikan, yang dikembangkan untuk

    dapat membedakan antara peserta didik yang mengalami miskonsepsi

    dan tidak tahu konsep disebut Certainty of Response Index (CRI)

    (Fitrianingrum, 2017: 89). Tes diagnostik Three-Tier ini berupa

    pilihan ganda tiga tingkat dengan tier pertama merupakan soal pilihan

    ganda biasa, tier kedua merupakan alasan dari pilihan jawaban, dan

  • 22

    tier ketiga merupakan derajat keyakinan (Certainty of Response Index)

    untuk meyakinkan respon peserta didik (Alsagaf, 2019: 48-49)

    Certainty of Response Index (CRI) merupakan teknik untuk

    mengukur miskonsepsi seseorang dengan cara mengukur tingkat

    keyakinan atau kepastian seseorang dalam menjawab setiap

    pertanyaan yang diberikan (Prianidya, 2015: 3). Tes diagnostik

    miskonsepsi dapat diterapkan teknik modifikasi Certainty of Response

    Index (CRI) . Teknik CRI ditandai dengan skala tingkat keyakinan

    dalam menjawab soal. Skala digunakan adalah skala 0-5, dengan

    penjabaran sebagai berikut:

    Tabel 2.2 Skala Tingkat Keyakinan berdasarkan Teknik CRI

    Indeks Penjelasan

    0 Total guess the answer / hanya menebak (Jika menjawab

    soal, 100% ditebak)

    1 Almost guess / lebih banyak menebak (Jika dalam menjawab

    soal, persentase unsur tebakan antara 75-99%)

    2 Not sure/ tidak yakin (Jika dalam menjawab soal, persentase

    unsur tebakan 50-74%)

    3 Sure/ yakin (Jika dalam menjawab soal, persentase unsur

    tebakan anatara 25-49%)

    4 Almost certain/ hampir yakin tanpa keraguan (Jika dalam

    menjawab soal, persentase unsur tebakan 0-24%)

    5 Certain/ sangat yakin dengan tanpa keraguan (Jika dalam

    menjawab soal tidak terdapat unsur tebakan)

    Sumber : (Hasan, 1999)

    Ketentuan dalam CRI kemudian dikembangkan oleh Hakim,dkk

    (2012) untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang disesuaikan dengan

  • 23

    karakteristik peserta didik Indonesia. Ketentuan terhadap

    kemungkinan peserta didik dalam menjawab soal pilihan ganda

    dengan alasan terbuka dengan teknik modifikasi CRI adalah sebagai

    berikut:

    Tabel 2.3 Kriteria Penilaian dengan Teknik Modifikasi CRI

    Kriteria

    Jawaban

    Alasan Indeks CRI Deskripsi

    Salah Salah < 2,5 Lack of Knowledge (LK)

    atau tidak paham konsep

    (TPK)

    Salah Benar < 2,5 Lack of Knowledge (LK)

    atau tidak paham konsep

    (TPK)

    Salah Salah >2,5 Miskonsepsi (Mis)

    Salah Benar >2,5 Miskonsepsi (Mis)

    Benar Salah < 2,5 Lucky Guess (LG) atau

    paham konsep sebagian

    (TPK)

    Benar Benar < 2,5 Undersatnding of concepts,

    but not confidence (NC)

    with the answer choice atau

    paham konsep tetapi tidak

    yakin (PKKY)

    Benar Salah > 2,5 Miskonsepsi (Mis)

    Benar Benar >2,5 Knowledge of Correct

    Consepts (KCC) atau

    paham konsep dengan benar

    (PK)

    Sumber: (Hakim, 2012)

  • 24

    Peserta didik yang menjawab dengan benar dan yakin atas

    jawabannya pada three-tier test menunjukkan bahwa peserta didik

    tersebut memang paham terhadap konsep tertentu, peserta didik yang

    yakin dengan jawabannya walaupun jawaban tersebut salah

    menunjukkan bahwa peserta didik mengalami miskonsepsi,

    sedangkan peserta didik yang menjawab salah dan tidak yakin atas

    jawabannya bukan berarti peserta didik mengalami miskonsepsi, tetapi

    mengalami lack of knowledge (kurang paham konsep) (Alsagaf, 2019:

    49)

    3. Google Form

    a. Pengertian Google Form

    Google form atau google formulir adalah solusi yang dapat

    digunakan karena merupakan website yang mampu memberikan tes

    secara digital. Google form adalah aplikasi dari website google yang

    berguna dalam membantu mengirim survei, memberikan kuis, atau

    mengumpulkan informasi secara mudah dan efisien. Aplikasi ini

    bekerja di dalam penyimpanan google drive. Template ini sangat

    mudah dipahami dan digunakan.syarat dalam penggunaannya hanya

    memiliki akun google bagi pembuat atau pengguna formulir

    (Hasanah, 2020: 40).

    Google form merupakan salah satu layanan yang diberikan

    google untuk kelola pendaftaran acara, jejak pendapat, membuat kuis,

    dan melakukan kuis secara online. Pada google form terdapat

  • 25

    tanggapan survei yang diolah menjadi sebuah grafik lingkaran

    (Hamdani, 2017: 53). Google Form merupakan salah satu komponen

    layanan google docs. Aplikasi ini cocok untuk mahasiswa, guru,

    dosen, pegawai kantor dan profesional yang senang membuat kuis,

    form, dan survei online, fitur dari google form dapat dibagi ke orang-

    orang secara terbuka atau khusus kepada pemilik akun google dengan

    pilihan aksesibilitas, seperti readonly (hanya dapat membaca) atau

    editable (dapat mengedit dokumen) (Hasanah, 2020: 41).

    b. Fungsi Google Form

    Adapun beberapa fungsi google form untuk dunia pendidikan adalah

    sebagai berikut:

    1) Memberikan tugas latihan / ulangan online melalui website

    2) Mengumpulkan pendapat orang lain melalui laman website

    3) Mengumpulkan beberapa data peserta didik/ guru melalui laman

    website

    4) Membuat formulir pendaftaran online untuk sekolah

    5) Membagikan kuesioner kepada orang-orang secara online

    c. Keunggulan Google Form

    Adapun beberapa keunggulan pada beberapa pembelajaran

    menggunakan Google Form adalah:

    1) Tampilan forms yang menarik. Aplikasi ini menyediakan fasilitas

    kepada penggunanya untuk memasukkan dan menggunakan foto

    atau logonya sendiri di dalam survei tersebut. Aplikasi ini juga

  • 26

    memiliki banyak template yang membuat kuis dan kuesioner

    online tersebut semakin menarik dan berwarna.

    2) Memiliki berbagai jenis tes yang bebas dipilih. Aplikasi ini

    menyediakan fasilitas pilihan tes yang bebas digunakan sesuai

    dengan keperluan pengguna. Misalnya pilihan ganda, ceklis,tarik

    turun, skala linear,dan lain sebagainya. Serta dapat menambahkan

    gambar dan video Youtube ke dalam kuis.

    3) Responden dapat memberikan tanggapan dengan segera di

    manapun. Aplikasi ini dapat digunakan setiap orang secara gratis

    untuk membuat kuesioner online dan kuis online menggunakan

    laptop atau handphone yang terhubung dengan internet lalu

    membagikan alamat link form nya kepada para responden sasaran

    atau menempelkannya di sebuah website.

    4) Formulir responsive. Berbagai jenis kuis dan kuesioner dapat

    dibuat lebih mudah, lancar, dan hasilnya tampak professional dan

    indah.

    5) Hasilnya langsung tersusun dianalisis secara otomatis. Tanggapan

    survei dikumpulkan dalam formulir dengan rapi dan secara

    otomatis, disertai info tanggapan, waktu nyata, dan grafik

    tanggapan. Pengguna juga dapat melihat semuanya di

    spreadsheet, yakni aplikasi semacam Ms. Office Excel.

  • 27

    6) Dapat dikerjakan bersama orang lain. Kuesioner dan Quiz

    menggunakan aplikasi ini dapat dikerjakan bersama orang lain

    atau siapa saja yang diinginkan oleh pengguna.

    7) Dapat di publish ke laman web atau share ke akun medsos.

    4. Tekanan Zat dan Penerapannya

    a. Tekanan Zat Padat

    Ketika mendorong uang logam di atas plastisin, berarti telah

    memberikan gaya pada uang logam. Besarnya tekanan yang

    dihasilkan uang logam pada plastisin tergantung pada besarnya

    dorongan (gaya) yang kamu berikan dan luas permukaan pijakanatau

    luas bidang tekannya. Konsep tekanan sama dengan penyebaran gaya

    pada luas suatu permukaan. Sehingga apabila gaya yang diberikan

    pada suatu benda (F) semakin besar, maka tekanan yang dihasilkan

    akan semakin besar. Sebaliknya semakin luas permukaan suatu benda,

    tekanan yang dihasilkan semakin kecil. Secara matematis, besaran

    tekanan dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut.

    dengan:

    P= Tekanan (N/m2

    yang disebut juga satuan pascal (Pa))

    F= Gaya (newton)

    A= Luas bidang (m2)

    (Zubaidah, 2017: 5)

  • 28

    b. Tekanan Zat Cair

    1) Tekanan Hidrostatis

    Tekanan pada zat cair (Hidrostatis) merupakan tekanan

    yang dilakukan oleh benda yang dicelupkan ke dalam zat cair.

    Tekanan tersebut muncul karena benda yang dicelupkan ke dalam

    zat cair di atasnya. Semakin dalam posisi benda maka semakin

    tebal zat cair di atas benda benda tersebut yang harus ditahan

    sehingga semakin besar tekanan yang dirasakan benda. Pada zat

    cair, gaya (F) disebabkan oleh berat zat cair (w) yang berada di

    atas benda, sehingga:

    Karena berat (w) = m x g

    m = ρ x V

    V = h x A maka

    Dapat ditulis

    atau dengan

    P = Tekanan (N/m2

    )

    m = Massa benda (kg)

    p = Massa jenis zat cair (kg/m3)

    g = Percepatan gravitasi (m/s2)

    h =Tinggi zat cair (m)

    V = Volume (m3)

    (Abdullah, 2016: 721)

  • 29

    2) Hukum Archimedes

    Ketika suatu benda dimasukkan ke dalam air, beratnya

    seolah-olah berkurang. Peristiwa ini bukan berarti ada massa

    benda yang hilang. Berat benda berkurang saat dimasukkan ke

    dalam air, disebabkan oleh adanya gaya apung (Fa) yang

    mendorong benda ke atas atau berlawanan dengan arah berat

    benda.

    Fa = wbu –wba

    sehingga,

    wba = wbu - Fa

    dengan:

    Fa = gaya apung (N)

    wba= berat benda di air (N)

    wbu =berat benda di udara (N)

    Menurut Archimedes, benda menjadi lebih ringan bila

    diukur dalam air daripada di udara karena di dalam air benda

    mendapat gaya ke atas. Ketika di udara, benda memiliki berat

    mendekati yang sesungguhnya. Menurut hukum Archimedes,

    besar gaya ke atas adalah:

    x dengan,

    = Gaya apung (N)

    = Massa jenis zat cair (kg/m3)

    Percepatan gravitasi (m/s2)

  • 30

    =Volume zat cair yang dipindahkan (m3)

    3) Hukum Pascal

    Hukum Pascal menurut Tripler & Mosca (1997:378)

    adalah tekanan yang diterapkan pada fluida tertutup

    ditransmisikan tanpa batas ke setiap titik dalam fluida dan ke

    dinding wadah. Tekanan yang diberikan pada zat cair dalam

    ruang tertutup akan diteruskan ke segala arah dengan besar yang

    sama. Hal ini merupakan bunyi dari hukum Pascal yang

    dikemukakan oleh Blaise Pascal (1623-1662). Jika pada

    penampang dengan luas A1 diberi gaya dorong F1 , maka akan

    dihasilkan tekanan P dapat dirumuskan:

    Secara matematis diperoleh persamaan pada dongkrak hidrolik

    sebagai berikut:

    atau

    dengan,

    P= Tekanan (N/m2)

    F1 dan F2 = Gaya yang diberikan (N)

    A1 dan A2 = Luas penampang (m2)

    c. Tekanan Zat Gas

    Ketika gelas yang berisi air dibalik, ternyata kertas HVS dapat

    menahan air di dalam gelas. Hal ini terjadi karena HVS mendapatkan

    tekanan dari udara luar yang besarnya lebih besar daripada tekanan air

  • 31

    dalam gelas. Ketika erlenmeyer yang berisi air panas yang telah

    ditutup rapat dengan balon karet dimasukkan ke dalam air dingin,

    balon karet tertekan ke dalam erlenmeyer. Hal ini disebabkan karena

    kalor pada partikel gas dalam erlenmeyer dirambatkan menuju air

    dingin. Pergerakan partikel gas semakin lambat dan terjadilah

    penyusutan. Penyusutan ini menyebabkan tekanan gas dalam

    erlenmeyer semakin rendah dari tekanan gas di luar. Akibatnya balon

    karet masuk ke dalam erlenmeyer karena tekanan gas dari luar.

    d. Aplikasi Konsep Tekanan Zat dalam Makhluk Hidup

    1) Pengangkutan Air dan Nutrisi pada Tumbuhan

    Akar menyerap air dan garam dari tanah ke daun untuk

    melakukan fotosintesis secara osmosis. Air dan garam mineral

    masuk ke akar melalui rambut-rambut akar. Air yang ada di tanah

    masuk karena adanya perbedaan konsentrasi air dan akan masuk

    melalui akar, kemudian melewati epidermis-korteks-endodermis-

    perisikel-xilem. Faktor-faktor yang mempengaruhi naiknya akar

    dan garam mineral ke daun adalah sebagai berikut (Campbell,

    dkk, 2008: 353):

    a) Tekanan akar

    b) Daya kapilaritas batang

    c) Daya isap daun

  • 32

    2) Tekanan Darah pada Sistem Peredaran Darah Manusia

    Tekanan yang terdapat pada pembuluh darah memiliki

    prinsip kerja seperti hukum Pascal. Hal ini karena tekanan pada

    pembuluh darah merupakan tekanan yang berada pada ruang

    tertutup. Pada saat jantung memompa darah, darah akan

    mendapatkan dorongan sehingga mengalir melalui pembuluh

    darah. Saat mengalir dalam pembuluh darah, darah memberikan

    dorongan pada dinding pembuluh darah yang disebut dengan

    tekanan darah. Agar tekanan darah tetap terjaga, maka pembuluh

    darah harus terisi penuh oleh darah (Zubaidah, 2017 : 29)

    3) Tekanan Gas pada Proses Pernapasan Manusia

    Tekanan parsial adalah tekanan yang diberikan oleh gas

    tertentu dalam campuran gas tersebut. Pada bagian ini yang

    dimaksud dengan tekanan parsial adalah tekanan O2 dan CO2

    yang terlarut di dalam darah. Tekanan parsial O2 diberi simbol

    PO2, sedangkan tekanan parsial CO2 diberi simbol PCO2. Pada

    sistem peredaran darah, tekanan parsial antara O2 dan CO2

    bervariasi pada setiap organ. Darah yang masuk ke paru-paru

    melalui arteri pulmonalis memiliki PO2 yang lebih rendah dan

    PCO2 yang lebih tinggi daripada udara di dalam alveoli (alveoli

    merupakan jamak dari alveolus) (Zubaidah, 2017: 31).

  • 33

    5. Pandemi COVID-19

    a. Pengertian COVID-19

    Di awal tahun 2020 dunia dikagetkan dengan kejadian infeksi

    berat dengan penyebab yang belum diketahui, yang berawal dari

    laporan dari China kepada World Health Organization (WHO)

    terdapat 44 pasien pneumonia yang berat di suatu wilayah yaitu Kota

    Wuhan, Provinsi Hubei, China, tepatnya di hari terakhir dengan pasar

    basah yang menjual ikan, hewan laut, dan berbagai hewan lain. Pada

    10 Januari 2020 penyebabnya mulai teridentifikasi dan didapatkan

    kode genetiknya yaitu virus corona baru. Pada akhir Januari 2020

    WHO menetapkan status Global Emergency pada kasus virus Corona

    ini dan pada 11 Februari 2020 WHO menamakannya sebagai COVID-

    19 (Handayani, 2020: 98).

    b. Upaya Pencegahan

    Pencegahan utama adalah membatasi mobilisasi orang yang

    beresiko hingga masa inkubasi. Pencegahan lain adalah meningkatkan

    daya tahan tubuh melalui asupan makanan sehat, memperbanyak cuci

    tangan, menggunakan masker bila berada di daerah berisiko atau

    padat, melakukan olahraga,istirahat cukup serta makan makanan yang

    dimasak hingga matang dan bila sakit segera berobat ke rumah sakit

    rujukan untuk dievaluasi. Pencegahan pada petugas kesehatan juga

    harus dilakukan dengan cara memperhatikan penempatan pasien di

    ruang rawat atau ruang intensif isolasi. Pada pasien yang mungkin

  • 34

    mengalami infeksi COVID-19 petugas kesehatan perlu menggunakan

    APD standar untuk penyakit menular berupa masker, proteksi mata,

    sarung tangan, dan gaun panjang (gown) (Handayani, 2020: 105)

    B. KAJIAN PUSTAKA

    Penelitian yang dilakukan oleh Jumini, dkk. (2017) dengan judul

    Identifikasi Miskonsepsi Fisika Menggunakan Three Tier Diagnostic Test

    pada Pokok Bahasan Kinematika Gerak menunjukkan bahwa, berdasarkan

    hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan yang telah dilakukan dapat

    disimpulkan bahwa miskonsepsi pada pokok bahasan kinematika gerak

    terjadi pada peserta didik, namun tidak semua miskonsepsi terjadi pada tiap

    butir soal. Profil miskonsepsi yang ditemukan dengan menggunakan tes

    three-tier, yaitu dari 20 soal yang diujikan terdapat 14 soal yang terungkap

    adanya miskonsepsi pada peserta didik dengan total 26 profil miskonsepsi.

    Persentase rata-rata miskonsepsi yang ditemukan pada pokok bahasan

    kinematika gerak adalah sebesar 26,36%. Dengan profil miskonsepsi

    terbanyak terdapat pada soal nomor 5 sebesar 81,82%. Perbedaan dengan

    penelitian ini terletak pada materi yang diujikan dan juga media yang

    digunakan yaitu google form.

    Penelitian yang dilakukan Fitrianingrum, dkk. (2017) dengan judul

    Penerapan Instrumen Three-Tier Test untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi

    Siswa SMA pada Materi Keseimbangan Benda Tegar menunjukkan bahwa

    telah terjadi miskonsepsi pada siswa dalam konsep momen inersia, momen

    gaya, dan titik berat pada materi keseimbangan benda tegar. Semua konsep

  • 35

    yang diteliti menimbulkan miskonsepsi pada siswa. Miskonsepsi pada konsep

    momen inersia adalah yang paling rendah jika dibandingkan dengan konsep

    momen gaya dan titik berat. Aspek kognitif yang paling banyak menimbulkan

    miskonsepsi adalah aspek kognitif mengingat (C1). Guru diharapkan dapat

    merancang metode pembelajaran yang dapat meningkatkan aspek-aspek

    kognitif terutama pada aspek mengingat. Penelitian ini berbeda dengan yang

    dlilakukan oleh Fitrianingrum dkk. Perbedaan pada penelitian ini yaitu

    tingkat satuan pendidikan, materi yang diujikan, serta media yang digunakan.

    Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Alsagaf dan Wahyudi

    (2019) dengan judul Pengembangan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple

    Choice untuk Mengukur Konsepsi Fisika Siswa SMA menunjukkan bahwa

    berdasarkan hasil analisis butir soal terhadap kualitas butir soal menunjukkan

    bahwa soal tes diagnostik berbentuk three tier multiple choice untuk

    mengukur pemahaman konsep siswa pada materi gerak lurus beraturan

    memiliki kualitas baik. Kualitas butir soal diperoleh dari analisis telaah ahli

    dan analisis uji coba yang terdiri dari validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran

    dan daya pembeda soal. Profil tingkat pemahaman siswa dalam memahami

    konsep gerak lurus berubah beraturan meliputi persentase siswa paham

    konsep sebesar 22,31%, siswa miskonsepsi sebesar 36,56% dan siswa tidak

    paham konsep sebesar 41,13%. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang

    dilakukan Alsagaf dan Wahyudi karena pada penelitian ini melakukan uji

    fungsi distraktor dan juga media yang digunakan juga berbeda.

  • 36

    Penelitian yang dilakukan Jayantini, dkk. (2020) dengan judul

    Identifikasi Konsepsi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Blahbatuh pada Topik

    Tekanan Zat dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari menunjukkan

    bahwa berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan

    sebagai berikut: (1) profil konsepsi siswa yang terdiri atas 28,20% siswa yang

    tidak paham konsep, 3,90% siswa yang miskonsepsi, 67,90% siswa yang

    paham konsep. (2) Ragam konsepsi siswa yang bersifat miskonsepsi yang

    diperoleh hampir diseluruh butir soal yang disediakan, hasil dari analisis tes

    awal dan tes akhir yang diberikan kepada siswa masih terdapat siswa yang

    tidak mengalami perubahan atau bersifat resisten. (3) Miskonsepsi pada siswa

    terjadi dari beberapa konsep yaitu: penerapan tekanan zat padat, penerapan

    hukum Boyle, penerapan tekanan hidrostatis, penerapan bejana berhubungan,

    penerapan hukum archimedes, aplikasi hukum Archimedes, aplikasi tekanan

    zat gas dalam tumbuhan.(4) Sumber miskonsepsi yang terjadi pada siswa

    didapatkan dari hasil analisis jawaban siswa, hasil observasi, studi dokumen,

    dan wawancara. (5) Faktor penyebab terjadinya miskonsepsi siswa yaitu

    kurangnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran. Meskipun materi yang

    diujikan sama dengan penelitian ini, tetapi media yang digunakan berbeda.

    Penelitian ini menggunakan media google form.

    Penelitian yang dilakukan Prianidya, dkk. (2015) dengan judul

    Analisis Miskonsepsi Siswa SMP Kelas VII pada Mata Pelajaran IPA melalui

    Metode Certainty of Response Index (CRI) menunjukkan bahwa berdasarkan

    hasil pembahasan disimpulkan bahwa miskonsepsi yang paling banyak terjadi

  • 37

    di SMP Negeri 1 Cikarang Timur kelas VII.B adalah konsep suhu dan kalor.

    Miskonsepsi yang paling banyak terjadi di SMP Negeri 2 Cikarang Pusat

    kelas VII.B adalah konsep tentang proses pernafasan pada tumbuhan.

    Miskonsepsi yang paling banyak terjadi di SMP Negeri 4 Cikarang Utara

    kelas VII.B adalah konsep tentang proses pernafasan pada tumbuhan, unsur,

    tempat serta hasil proses fotosintesis serta suhu dan kalor. Miskonsepsi yang

    paling kuat yang dialami oleh siswa di SMP Negeri 1 Cikarang Timur kelas

    VII.B, SMP Negeri 2 Cikarang Pusat kelas VII.B dan SMP Negeri 4

    Cikarang Utara kelas VII.2 adalah konsep ciri-ciri makhluk hidup dengan

    rata-rata nilai CRI sebesar 3,23. Penyebab terjadinya miskonsepsi yang

    dialami oleh siswa SMP kelas VII pada mata pelajaran IPA antara lain adalah

    siswa mengabaikan konsep yang tidak mereka pahami sehingga meraka tidak

    bertanya kepada guru serta siswa menunjukkan bahwa konsep yang

    dimilikinya benar tetapi pada kenyataannya konsep tersebut salah. Selain itu

    pemikiran awal yang dimiliki siswa, konsep awal yang diterima oleh siswa,

    bahasa yang digunakan guru saat mengajar, pemahaman siswa yang kurang

    pada suatu konsep, metode yang digunakan oleh guru saat pembelajaran dan

    guru yang tidak sesuai bidang pada materi yang akan diajarkan kepada siswa

    juga menjadi penyebab terjadinya miskonsepsi pada siswa. Perbedaan dengan

    penelitian ini terletak pada materi dan juga media yang digunakan yaitu

    google form.

    Penelitian yang dilakukan Idayanti, dkk. (2019) dengan judul

    Pengembangan Tes Diagnostik Menggunakan Certainty Of Response Index

  • 38

    (CRI) Termodifikasi pada Materi Tekanan Zat untk Siswa Kelas VIII SMP

    menunjukkan bahwa berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini,

    maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik tes diagnostik yang

    dikembangkan untuk materi tekanan zat kelas VIII SMP terdiri dari 15 soal

    yang terdiri 1 soal mudah, 7 soal sedang, dan 7 soal sukar serta memiliki nilai

    koefisien reliabilitas sebesar 0,629 sehingga layak untuk digunakan. Dari tes

    diagnostik yang dihasilkan digunakan untuk mengungkapkan miskonsepsi

    yang terjadi pada siswa. Miskonsepsi siswa untuk materi tekanan zat padat

    yaitu luas permukaan bidang sentuh sebanding dengan tekanan yang

    dihasilkan. Sedangkan pada tekanan zat cair, miskonsepsi tertinggi yaitu

    penerapan hukum Archimedes sebesar 69%. Untuk materi tekanan gas, siswa

    mengalami miskonsepsi bahwa tekanan udara di pegunungan lebih tinggi

    daripada di dataran rendah. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu terletak

    pada jenis penelitiannya. Penelitian yang dilakukan Idayanti termasuk ke

    dalam jenis penelitian dan pengembangan (Research and Development),

    sedangkan yang dilakukan peneliti termasuk penelitian deskriptif kuantitatif

    dan juga media yang digunakan yaitu google form.

    Penelitian yang dilakukan Shalihah, dkk. (2016) dengan judul

    Identifikasi Miskonsepsi Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier pada

    Hukum Newton dan Penerapannya menunjukkan bahwa berdasarkan

    pembahasan hasil penelitian dari tes diagnostik three-tier untuk

    mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada konsep hukum Newton dan

    penerapannya terhadap siswa kelas X MIA.4 SMA Negeri 6 Tangerang

  • 39

    Selatan dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi secara rata-rata masuk

    kategori sedang. Miskonsepsi tertinggi teridentifikasi pada subkonsep prinsip

    hukum III Newton dalam kehidupan sehari-hari yang termasuk kategori

    miskonsepsi tinggi. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada materi dan

    juga media yang digunakan yaitu google form.

    Berdasarkan kajian pustaka di atas, peneliti melakukan penelitian

    mengenai identifikasi miskonsepsi menggunakan three-tier diagnostic test.

    Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya terdapat

    pada materi atau bab yang diujikan kepada peserta didik. Selain itu penelitian

    ini dilakukan di tengah masa pandemi Covid-19 yang terjadi di dunia

    termasuk di Indonesia, yang menyebabkan kesulitan dalam pengambilan data

    secara langsung. Oleh karena itu pengambilan data dilakukan secara online

    dengan memanfaatkan salah satu aplikasi yang terdapat pada google.

    Penggunaan media google form menjadi pembeda penelitian ini dengan

    penelitian sebelumnya. Identifikasi miskonsepsi menggunakan three-tier

    diagnostic test berbasis google form diharapkan dapat membuat tes

    diagnostik lebih efisien dalam penerapannya. Sehingga dalam hal ini

    penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi miskonsepsi

    menggunakan three-tier diagnostic berbasis google form materi tekanan zat

    dan penerapannya pada masa pandemi Covid-19 di SMP Negeri 4 Salatiga.

  • 40

    C. HIPOTESIS

    Hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban yang kebenarannya

    melalui data yang dikumpulkan (Arikunto, 2006: 71). Berdasarkan rumusan

    masalah dan tujuan, maka hipotesis dari penelitian ini yaitu adanya

    miskonsepsi pada peserta didik SMP Negeri 4 Salatiga melalui three-tier

    diagnostic test berbasis google form materi tekanan zat penerapannya pada

    masa pandemi Covid-19.

  • 41

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif. Metode penelitian

    kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

    positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu

    pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

    kuantitatif / statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

    ditetapkan.

    Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk

    mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih

    (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan

    variabel yang lain. Penelitian deskriptif kuantitatif merupakan data yang

    diperoleh dari sampel populasi penelitian dan dianalisis dengan metode

    statistik yang digunakan. Penelitian deskriptif sederhana dalam penelitian

    ini dimaksud untuk mengetahui identifikasi miskonsepsi yang terjadi pada

    materi tekanan dan penerapannya di SMP Negeri 4 Salatiga.

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian

    1. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Salatiga yang

    beralamatkan Jl. Pattimura No. 47 Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.

  • 42

    2. Waktu Penelitian

    Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 22 - 23 Juli 2020 mata

    pelajaran IPA materi Tekanan Zat dan Penerapannya.

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi dari penelitian ini adalah seluruh peserta didik yang

    telah mengikuti pembelajaran IPA materi Tekanan Zat dan

    Penerapannya khususnya peserta didik kelas IX SMP Negeri 4 Salatiga

    tahun pelajaran 2020/2021.

    2. Sampel

    Peneliti mengambil sampel menggunakan teknik Sampling

    Purposive. Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel

    dengan pertimbangan tertentu. Peneliti mengambil minimal satu kelas

    sebagai sampel. Dasar pemilihan sampel tersebut berdasarkan

    pertimbangan serta persetujuan dari guru mata pelajaran. Sampel

    penelitian ini kelas IX A SMP Negeri 4 Salatiga.

    D. Variabel Penelitian

    Variabel pada penelitian ini, yang pertama yaitu miskonsepsi dan

    variabel yang kedua yaitu three-tier diagnostic test berbasis google form.

    E. Instrumen Penelitian

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen tes

    yang berupa soal dan instrumen non tes yang berupa lembar observasi

    berupa kuesioner.

  • 43

    1. Teknik Tes

    Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui

    atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan

    yang sudah ditentukan. Instrumen tes diberikan bertujuan untuk

    mengetahui miskonsepsi yang terjadi pada peserta didik pada materi

    tekanan zat dan perubahannya menggunakan Three - Tier Diagnostic

    Test berbasis Google Form. Tes berbentuk soal pilihan ganda dengan

    tiga tingkat yaitu tingkat pertama berupa pilihan jawaban, tingkat kedua

    berupa alasan dari pemilihan jawaban, tingkat ketiga berupa tingkat

    keyakinan dalam memilih jawaban.

    2. Teknik Non Tes

    a) Angket atau Kuesioner

    Angket atau kuesioner adalah pernyataan tertulis yang

    digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti

    laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui. Angket atau

    kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

    dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

    tertulis kepada responden untuk dijawab. Dalam penelitian ini

    kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang berisi

    daftar pernyataan yang telah diberi pilihan “Ya” atau “Tidak”.

    Responden dapat memilih “Ya” jika pernyataan sesuai dan “Tidak”

    jika pernyataan tidak sesuai.

  • 44

    b) Dokumentasi

    Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya

    barang-barang tertulis. Sehingga dokumentasi merupakan proses

    menyelidiki benda-benda tertulis. Dalam penelitian ini

    dokumentasi yang digunakan adalah foto-foto dan data-data hasil

    penelitian terhadap miskonsepsi peserta didik di SMP Negeri 4

    Salatiga.

    F. Uji Coba Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

    peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

    hasilnya lebih baik. Uji coba dilakukan pada peserta didik kelas IX A SMP

    Negeri 4 Salatiga. Hal ini dilakukan untuk mengetahui validitas, taraf

    kesukaran soal, daya beda soal, dan fungsi distraktor instrumen yang akan

    digunakan dalam penelitian. Instrumen yang telah dibuat dikonsultasikan

    kemudian dilakukan revisi hingga instrumen siap diujikan. Teknik uji coba

    instrumen yang digunakan yaitu uji validitas, uji taraf kesukaran soal, uji

    daya beda soal dan fungsi distraktor.

    1. Instrumen Tes

    a. Uji Validitas

    Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat

    digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Meteran

    yang valid dapat digunakan mengukur panjang dengan teliti,

  • 45

    karena meteran memang alat untuk mengukur panjang. Meteran

    tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur

    berat. Validitas instrumen dihitung menggunakan rumus korelasi

    product moment sebagai berikut:

    rxy =

    Keterangan:

    rxy = koefisien korelasi

    N = jumlah subyek

    X = skor soal yang dicari validitasnya

    Y= skor total

    (Arikunto, 2006 :170)

    Teknik penguji yang sering digunakan para peneliti untuk

    uji validitas pada program SPSS adalah penggunaan korelasi Bi-

    variate Pearson (Produk Momen Pearson) dan Corrected Item-

    Total. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan

    korelasi Bi-variate Pearson dengan uji signifikasi koefisiensi

    korelasi menggunakan r kritis dengan signifikasi 0,05. Signifikasi

    5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam

    penelitian.

    Hasil perhitungan rxy dicocokkan dengan r tabel product

    moment dengan spesifikasi 5 %. Jika rxy > r tabel maka butir soal

    tersebut valid. Uji validitas soal pada penelitian ini menggunakan

  • 46

    bantuan program aplikasi SPSS 22, dengan langkah-langkah

    sebagai berikut:

    1) Masuk program SPSS

    2) Klik variable view pada SPSS data editor

    3) Pada kolom Name ketik 1 sampai item 25 (sesuai kebutuhan

    peneliti), kemudian terakhir ketikan jumlah

    4) Pada kolom desimal angka ganti 0 untuk seluruh item.

    5) Buka data view pada SPSS data editor

    6) Ketikan data sesuai dengan variabelnya, untuk jumlah ketikan

    total skornya

    7) Klik Analyze-Correlate-Bivariate

    8) Klik semua variabel dan masukan ke kotak variables

    9) Klik OK

    b. Taraf Kesukaran (Difficulty Index)

    Taraf kesukaran tes adalah kemampuan tes tersebut dalam

    menjaring banyaknya subjek peserta tes yang dapat mengerjakan

    dengan betul. Jika banyak subjek peserta tes yang dapat

    menjawab dengan benar maka taraf kesukaran tes tersebut tinggi.

    Sebaliknya jika hanya sedikit dari subjek yang dapat menjawab

    dengan benar maka taraf kesukarannya rendah. Taraf kesukaran

    tes dinyatakan dengan P dan dicari dengan rumus:

    P =

    Keterangan:

  • 47

    P= taraf kesukaran tes

    B= banyak siswa yang menjawab benar

    J= banyaknya siswa yang ikut mengerjakan tes

    Penentuan kriteria derajat kesukaran suatu butir soal

    didasarkan pada Tabel 3.1 berikut

    Tabel 3.1 Tingkat kesukaran soal

    Interval Kriteria

    0,00 < P < 0,30 Sukar

    0,31 < P < 0,70 Sedang

    0,71 < P < 1,00 Mudah

    Sumber: (Arikunto, 2011: 210)

    Tingkat kesukaran diuji menggunakan program SPSS 22.

    Langkah-langkah uji tingkat kesukaran soal menggunakan SPSS

    sebagai berikut:

    1) Masuk program SPSS

    2) Klik variable view pada SPSS data editor

    3) Pada kolom Name ketik 1 sampai item 25 (sesuai kebutuhan

    peneliti), kemudian terakhir ketikan skor total

    4) Pada kolom desimal angka ganti 0 untuk seluruh item.

    5) Buka data view pada SPSS data editor

    6) Ketikan data sesuai dengan variabelnya

    7) Klik Analyze- Descriptive Statistics- Frequencies.

    8) Klik semua variabel dan masukan ke kotak items

  • 48

    9) Klik Statistics, kemudian klik mean

    10) Klik continue, kemudian OK

    c. Daya Pembeda (Discriminating Power)

    Daya pembeda adalah kemampuan tes tersebut dalam

    memisahkan antara subjek yang pandai dengan yang kurang

    pandai. Rumus yang digunakan yaitu:

    D=

    -

    Keterangan:

    D= daya pembeda butir soal

    BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab benar

    JA = banyaknya subjek kelompok atas

    BB = banyaknya subjek kelompok bawah yang menjawab benar

    JB = banyaknya subjek kelompok bawah

    Daya pembeda dapat diketahui melalui bantuan SPSS versi

    22 dari nilai pearson correlation uji validitas. Penentuan kriteria

    daya beda soal didasarkan pada tabel berikut.

    Tabel 3.2 Daya Pembeda

    Daya Pembeda Kategori

    0,00 - 0,20 Buruk

    0,21 - 0,40 Cukup

    0,41-0,70 Baik

    0,71-1,00 Baik Sekali

    Sumber: (Arikunto, 2011: 177)

  • 49

    Langkah-langkah uji pembeda soal dengan SPSS dapat dilakukan

    dengan cara sebagai berikut:

    1) Klik menu analyze

    2) Pilih correlate

    3) Kemudian bivariate

    4) Pindahkan item soal 1 sampai jumlah benar ke kotak variables

    yang ada di sebelah kanan

    5) Ceklis pearson

    6) Ceklis two tailed

    7) Ceklis flag significant correlation

    8) Klik OK

    d. Fungsi Distraktor

    Fungsi distraktor merupakan kemampuan suatu opsi

    pengecoh dalam mengecohkan testee agar testee tertarik untuk

    memilihnya. Fungsi distraktor dinyatakan telah dapat menjalankan

    fungsinya dengan baik apabila distraktor tersebut sekurang-

    kurangnya sudah dipilih oleh 5 % dari seluruh peserta tes.

    2. Instrumen Nontes

    Instrumen nontes berupa lembar observasi yang berbentuk

    kuesioner. Lembar kuesioner dibuat sesuai dengan data yang

    diperlukan, kemudian dikonsultasikan dengan pembimbing. Lembar

  • 50

    kuesioner tersebut dilakukan uji validasi yaitu uji kelayakan tes oleh

    pakar atau validator.

    G. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

    dari penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

    data.

    1. Teknik Tes

    Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain

    yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan

    intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau

    kelompok. Tes digunakan untuk mengetahui identifikasi miskonsepsi

    menggunakan three-tier diagnostic test berbasis google form materi

    tekanan zat dan penerapannya.

    2. Teknik Observasi

    Teknik observasi dilakukan menggunakan lembar kuesioner

    yang berisi daftar pertanyaan. Dalam penelitian ini kuesioner yang

    digunakan adalah kuesioner tertutup yang berisi daftar pernyataan

    yang telah diberi pilihan “Ya” atau “Tidak”. Responden dapat

    memilih “Ya” jika pernyataan sesuai dan “Tidak” jika pernyataan

    tidak sesuai.

  • 51

    3. Teknik Dokumentasi

    Dalam penelitian ini dokumentasi yang digunakan adalah foto-

    foto dan data-data hasil penelitian terhadap miskonsepsi peserta didik

    di SMP Negeri 4 Salatiga.

    H. Teknik Analisis Data

    Tahapan teknik analisis data yang digunakan adalah sebagi berikut:

    a. Menganalisis jawaban peserta didik antara hasil pilihan ganda, alasan,

    dan tingkat keyakinan atas jawaban sesuai dengan kategori tingkat

    pemahaman pada three-tier diagnostic test.

    b. Mengelompokkan kategori dari jawaban peserta didik menjadi paham,

    tidak paham, dan miskonsepsi.

    c. Menghitung persentase miskonsepsi yang dialami peserta didik pada

    tiap butir soal.

    d. Membuat kesimpulan dari data yang diperoleh berupa profil

    miskonsepsi dan persentase miskonsepsi.

  • 52

    BAB IV

    DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

    A. Deskripsi Data

    Pelaksanaan penelitian dilakukan di SMP Negeri 4 Salatiga dengan

    jumlah sampel satu kelas yaitu kelas IX A yang berjumlah 30 peserta didik.

    Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu miskonsepsi dan three-tier

    diagnostic test berbasis google form. Berdasarkan hasil penelitian ini

    didapatkan data hasil tes three-tier diagnostic yang menggunakan pedoman

    CRI dengan bentuk soal pilihan ganda yang disertai alasan serta tingkat

    keyakinan dalam memilih jawaban. Data tersebut menunjukkan bahwa

    terdapat peserta didik yang mengalami miskonsepsi pada mata pelajaran IPA

    yaitu tentang konsep tekanan zat dan penerapannya. Berikut deskripsi data

    hasil tes peserta didik

    Tabel 4.1 Hasil Jawaban Tes Peserta Didik

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    17

    18

    19

    20

    Skor

    1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 16

    1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 17

    1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 17

    1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 15

    1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 18

    1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 17

    1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

    1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 19

    1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 17

    1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 18

    1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 16

    1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 15

    1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19

  • 53

    1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 13

    1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 15

    1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 16

    1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 15

    1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 15

    1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 16

    1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 18

    1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 17

    1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 16

    1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 16

    1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 17

    1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 18

    1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 15

    1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 16

    1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 16

    0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 15

    1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17 (Sumber: Data Peneliti)

    B. Analisis Data

    1. Uji Coba Instrumen

    Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

    melakukan uji coba instrumen. Uji coba alat ukur bertujuan untuk menguji

    validitas sehingga hasil pengukuran yang diperoleh dapat dipertanggung

    jawabkan.

    a. Uji Kelayakan Tes oleh Pakar

    Uji kelayakan tes diagnostik pada materi tekanan zat dan

    penerapannya dilakukan oleh tiga orang pakar yaitu dua orang dosen

    IPA di IAIN Salatiga dan satu orang guru IPA SMP. Tes diagnostik

    yang dibuat berjumlah 30 soal dengan 9 indikator. Kelayakan soal tes

    yang dibuat diukur menggunakan lembar telaah yang terdiri dari tiga

    aspek yaitu materi, konstruksi, dan bahasa. Berikut hasil validitas dari

    tiga validator.

  • 54

    Tabel 4.2 Hasil Validasi Pakar

    No

    Soal

    Valid

    ator 1

    Valid

    ator 2

    Valid

    ator 3

    Rata-

    rata

    Perse

    ntase

    Kategori

    1 15 13 16 14,67 91.67 Sangat baik

    2 15 10 16 13,67 85.42 Sangat baik

    3 15 12 15 14 87.50 Sangat baik

    4 16 13 13 14 87.50 Sangat baik

    5 15 14 16 15 93.75 Sangat baik

    6 15 11 16 14 87.50 Sangat baik

    7 14 11 16 13,67 85.42 Sangat baik

    8 15 14 16 15 93.75 Sangat baik

    9 15 12 16 14,33 89.58 Sangat baik

    10 15 10 16 13,67 85.42 Sangat baik

    11 15 13 16 14,67 91.67 Sangat baik

    12 15 13 16 14,67 91.67 Sangat baik

    13 15 13 16 14,67 91.67 Sangat baik

    14 15 10 16 13,67 85.42 Sangat baik

    15 15 13 16 14,67 91.67 Sangat baik

    16 15 14 16 15 93.75 Sangat baik

    17 15 14 16 15 93.75 Sangat baik

    18 15 13 16 14,67 91.67 Sangat baik

    19 15 14 16 15 93.75 Sangat baik

    20 15 10 16 13,67 85.42 Sangat baik

    21 15 10 16 13,67 85.42 Sangat baik

    22 15 13 16 14,67 91.67 Sangat baik

    23 15 14 15 14,67 91.67 Sangat baik

    24 16 14 16 15,33 95.83 Sangat baik

    25 15 14 16 15 93.75 Sangat baik

    26 16 14 16 15,33 95.83 Sangat baik

    27 15 13 16 14,67 91.67 Sangat baik

  • 55

    No

    Soal

    Valid

    ator 1

    Valid

    ator 2

    Valid

    ator 3

    Rata-

    rata

    Perse

    ntase

    Kategori

    28 15 13 16 14,67 91.67 Sangat baik

    29 15 14 16 15 93.75 Sangat baik

    30 15 12 16 14,33 89.58 Sangat baik

    (Sumber: Data Peneliti)

    Menurut tabel 4.3, kr