Upload
planerwin
View
2.082
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Studi ini bertujuan mengidentifikasi tingkat risiko bencana gempa bumi di Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi serta merumuskan implikasi risiko bencana tersebut terhadap tindakan mitigasi bencana agar dapat mengurangi risiko. Metode analisis yang digunakan yaitu dengan beberapa metode yaitu perhitungan nilai faktor dengan model standarisasi Davidson serta metode superimpose (dengan teknik skoring), selain itu untuk memperoleh nilai perbandingan antara beberapa faktor yang ditinjau dari segi pentingnya faktor tersebut terhadap faktor lainnya dalam menentukan penilaian prioritas terhadap risiko bencana alam gempa bumi maka digunakan pembobotan dengan menggunakan metode proses hierarki analitik (Analitycal Hierarchy Process/AHP). Hasil dari studi menunjukkan seluas 16.915,84 Ha (sekitar 11,56% dari total luas wilayah) wilayah studi teridentifikasi bersiko tinggi.
Citation preview
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bencana alam geologi merupakan kejadian
alam ekstrim yang diakibatkan oleh berbagai
fenomena geologi dan geofisika. Aktivitas
tektonik di permukaan bumi dapat menjadi salah
satu penyebabnya, demikian halnya dengan
aktivitas vulkanik di bawah permukaan bumi yang
juga mungkin sampai di permukaan. Pemahaman
mengenai mitigasi bencana alam geologi dan
mitigasi hazard menjadi menarik dan mendesak
untuk diteliti mengingat dampak yang
ditimbulkan bencana tersebut dewasa ini.
Kerugian jiwa, material, dan budaya merupakan
aspek utama yang berisiko menanggung dampak
bencana. Kesadaran tentang potensi bencana di
Indonesia dan fakta ilmiah di sekitar bencana
yang menimpa negara ini menjadi alasan utama
perlunya dilakukan usaha-usaha ilmiah untuk
mengatasinya. Peran aktif semua pihak yang
terkait merupakan sikap terbaik yang diperlukan
untuk menanggulangi masalah bencana.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang
berada di atas lempeng benua, lempeng Indo
Australia dan lempeng Pasifik tak hanya
menjadikan kaya sumber daya alam, namun juga
rawan akan bencana geologi. Menurut Menteri
ESDM Purnomo Yusgiantoro, lempeng benua
relatif stabil. Namun lempeng Indo Australia terus
bergerak ke arah utara sedang lempeng Pasifik
bergerak ke arah barat. ‘’Ini antara lain yang
menyebabkan posisi Indonesia tidak stabil dan
rawan bencana geologi’’. Sebagai akibat gerakan
lempeng-lempeng itulah yang menimbulkan
bencana geologi berupa letusan gunung berapi
(vulkanologi), gempa bumi, gempa bumi dan
gerakan tanah. Diungkapkan dari 129 gunung api
sekitar 13 % berada di Indonesia dan saat ini
kondisinya sangat aktif. Selain itu ada tiga gunung
api di dasar laut. Potensi gempa bumi di berbagai
lokasi, potensi gempa bumi serta gerakan tanah
juga di berbagai lokasi. Secara umum pada daerah
yang pernah terjadi bencana ada peluang akan
terjadi lagi (http://www.esdm.go.id).
Gambar 1. Lingkungan Tektonik Indonesia
Sumber : http://www.reindo.co.id/gempa.htm
Gambar di atas menunjukkan lingkungan
tektonik Indonesia yang terdiri dari tiga lempeng
tektonik; Indo-Australia, Pasifik dan Eurasia yang
bergerak relatif terhadap lainnya (lihat arah
panah). Batas lempeng tektonik merupakan daerah
konsentrasi aktifitas gempa bumi yang diplot
sebagai garis hitam dan segi tiga. Garis tebal
merupakan sesar aktif, sedangkan lingkaran adalah
stasiun seismograf.
IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI
SERTA ARAHAN TINDAKAN MITIGASI BENCANA
DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN SUKABUMI
Oleh :
Erwin T. Hasyim, ST
Studi ini bertujuan mengidentifikasi tingkat risiko bencana gempa bumi di Wilayah Pesisir Kabupaten
Sukabumi serta merumuskan implikasi risiko bencana tersebut terhadap tindakan mitigasi bencana
agar dapat mengurangi risiko. Metode analisis yang digunakan yaitu dengan beberapa metode yaitu
perhitungan nilai faktor dengan model standarisasi Davidson serta metode superimpose (dengan
teknik skoring), selain itu untuk memperoleh nilai perbandingan antara beberapa faktor yang ditinjau
dari segi pentingnya faktor tersebut terhadap faktor lainnya dalam menentukan penilaian prioritas
terhadap risiko bencana alam gempa bumi maka digunakan pembobotan dengan menggunakan metode
proses hierarki analitik (Analitycal Hierarchy Process/AHP). Hasil dari studi menunjukkan seluas
16.915,84 Ha (sekitar 11,56% dari total luas wilayah) wilayah studi teridentifikasi bersiko tinggi.
Keyword : bahaya, kerentanan, ketahanan, risiko, mitigasi
2
Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi
merupakan suatu wilayah pesisir selatan Jawa
Barat dan berhadapan langsung dengan pertemuan
lempeng Indo-Australia dan dilalui oleh
sesar/patahan Cimandiri yang merupakan zona
sumber gempa. Sesar Cimandiri adalah sesar aktif
yang terdapat di Sukabumi Selatan. Dengan
melihat catatan-catatan gempa seperti gempa
yang terjadi di Pelabuhanratu (1900) dan
Kabupaten Sukabumi (2001), pusat gempa bumi
yang merusak ini terletak pada lajur sesar aktif
Cimandiri. Kejadian terbaru (di tahun 2006) telah
terjadi kembali beberapa gempa dengan kekuatan
sedang di sekitar sesar Cimandiri. Catatan-catatan
kegempaan di daerah sesar Cimandiri tersebut
memberikan fakta pasti bahwa potensi kegempaan
di daerah ini cukup besar, yang berarti potensi
bencana di daerah ini akan sama besarnya pula.
Kehilangan satu nyawa saja akibat gempa
sebetulnya sudah dapat dikatakan bencana. Meski
sangatlah sulit untuk menghindari diri dari
bencana, namun setidaknya mereduksi dampak
bencana merupakan harapan yang harus dicapai
(http://geodesy.gd.itb.ac.id/?p=288).
Selama ini bencana geologi ikutan yang
sering terjadi akibat gempa bumi adalah gerakan
tanah dan liquifaksi, sedangkan gempa bumi yang
disertai gelombang tsunami di Wilayah Pesisir
Kabupaten Sukabumi belum terjadi, namun untuk
pertama kalinya pada 17 Juli 2006 di lepas pantai
Pangandaran terjadi gempa bumi yang disertai
tsunami. Dengan kejadian gempa bumi yang
disertai tsunami di Pangandaran maka kejadian
serupa di Wilayah Jawa Barat dapat terjadi,
sehingga kewaspadaan Wilayah Pesisir Selatan
Jawa Barat termasuk Sukabumi dapat menghadapi
bencana tsunami perlu ditingkatkan sebagai salah
satu upaya memperkecil risiko tsunami sedini
mungkin (Oki Oktariadi, 2007 : I -3-4).
Gempa bumi adalah salah satu dari banyak
bahaya alam yang paling merusak, gempa-gempa
tersebut bisa terjadi setiap saat di sepanjang tahun,
dengan dampak yang tiba-tiba dan hanya
memberikan peringatan sedikit waktu saja. Gempa
dapat menghancurkan bangunan-bangunan dalam
waktu yang sebentar saja, membunuh atau
melukai penduduk. Gempa tidak hanya merusak
kota-kota secara menyeluruh tetapi juga bisa
mengacaukan pemerintahan, ekonomi dan struktur
sosial dari satu negara (UNDP, 1995 : 17).
Untuk itu, langkah-langkah untuk
pengelolaan penanggulangan bencana menjadi
sangat penting untuk dilakukan, baik sebelum,
sesudah maupun saat terjadinya bencana. Sesuai
dengan tujuan utamanya yaitu mengurangi
dan/atau meniadakan korban dan kerugian yang
mungkin timbul, maka titik berat perlu diberikan
pada tahap sebelum terjadinya bencana, yaitu
terutama kegiatan penjinakan/peredaman.
Kegiatan lainnya yang diambil pada saat sebelum
terjadinya bencana adalah kegiatan pencegahan
(prevention) dan kesiapsiagaan. Kegiatan
pencegahan dimaksudkan untuk menghindarkan
terjadinya bencana, dan dititikberatkan pada upaya
penyebarluasan berbagai peraturan perundang-
undangan yang berdampak dalam meniadakan
atau mengurangi risiko bencana. Kegiatan
kesiapsiagaan ditujukan untuk menyiapkan respon
masyarakat bila terjadi bencana, yang dilakukan
dengan mengadakan pelatihan bagi masyarakat
yang tinggal di daerah rawan bencana, serta
pendidikan dan pelatihan bagi aparat pemerintah.
Sedangkan kegiatan penjinakan dilakukan untuk
memperkecil, mengurangi dan memperlunak
dampak yang ditimbulkan bencana atau dikenal
dengan istilah Mitigasi (Akbar, 2006 : 2-3).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpukan
bahwa Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi
memiliki potensi akan terjadinya bencana alam
gempa bumi. Kondisi ini akan mengancam
keselamatan jiwa dan harta benda penduduk yang
berada di kawasan tersebut. Perencanaan dan
pengelolaan kawasan rawan bencana alam perlu
diperlakukan secara khusus melalui usaha
pencegahan. Untuk mencapai upaya pencegahan
bencana alam gempa bumi di Wilayah Pesisir
Kabupaten Sukabumi maka yang perlu dilakukan
adalah : “Identifikasi Tingkat Risiko Bencana
Gempa Bumi serta Arahan Tindakan Mitigasi
Bencana di Wilayah Pesisir Kabupaten
Sukabumi”. Penelitian ini diupayakan dapat
mengurangi atau meminimalisir risiko bencana
gempa bumi yang akan terjadi.
Perumusan Masalah
Permasalahan studi dirumuskan berdasarkan
adanya dua faktor, yaitu :
1. Adanya potensi Wilayah Pesisir Kabupaten
Sukabumi sebagai suatu bahaya alam (natural
hazard). Dalam kajian yang lebih mikro
terdapat perbedaan dalam tingkat bahaya
gempa bumi berdasarkan letak geografisnya
di Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi.
Dengan demikian dapat digambarkan bahwa
suatu kawasan lebih berbahaya daripada
kawasan lainnya dilihat dari aspek gempa
bumi.
2. Adanya sistem penduduk dan kegiatannya
yang akan menentukan terhadap tingkat
kerentanan (vulnerability). Tingkat
kerentanan (vulnerability) ini juga berbeda
diberbagai kawasan karena faktor-faktor
kerentanan dan kegiatannya (misalnya
kepadatan penduduk, kepadatan bangunan,
perekonomian, dll) yang berbeda juga.
Disamping faktor kerentanan terdapat juga
3
faktor ketahanan/kapasitas untuk merespon
dampak gempa bumi yang berbeda-beda pula
di setiap kawasan.
Adanya dampak tersebut yaitu faktor bahaya
alam gempa bumi dan faktor kerentanan serta
ketahanan, mengakibatkan adanya potensi
bencana yang berbeda-beda di berbagai kawasan
di Pesisir Kabupaten Sukabumi. Kawasan yang
secara alamiah merupakan zona dengan tingkat
bahaya tinggi dan memiliki sistem kegiatan yang
rentan akan memiliki tingkat bencana (disaster)
yang tinggi pula. Hal ini disebabkan karena
bencana alam merupakan interaksi antara bahaya
alam (natural hazard) dan kondisi rentan
(vulnerable).
Berdasarkan pembahasan di atas, maka
pertanyaan penelitian yang muncul adalah sebagai
berikut :
a. Jika Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi
secara potensial memiliki faktor bahaya
(hazard) gempa bumi, di kecamatan-
kecamatan manakah dari Wilayah Pesisir
Kabupaten Sukabumi yang berisiko tinggi
terhadap bencana gempa bumi?
b. Arahan tindakan mitigasi seperti apa yang
akan dilakukan dengan adanya identifikasi
tingkat risiko bencana tersebut?
Gambar 2. Orientasi Wilayah Studi
LOKASI PETA
PROVINSI
JAWA BARAT
PROVINSI
BANT EN
SAMUDE
RA HIN
DIA
Kab. Sukabumi
Laut J awa
Sel
at S
und
a
PETA IND EKS
Skala 1 : 4.500.000
JURUSAN TEKN IK PLANOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BAN DUNG
2008
W I L A Y A H P E S I S I R K A B U P A T E N S U K A B U M I
U
TB
S
Skala 1 : 500.000
Gam bar 1 .4
PETA ORIENTASI W ILAYAH STUDI
Sumber : Pusat Lingkungan Geologi, 2007
TUGAS AKH IR
IDEN TIFIK ASI TINGKAT RESIKO BENCANA
GEM PA BUM I SERTA ARAH AN TIN DAK AN
M ITIGASI
L E G E N D A :
640000
640000
650000
650000
660000
660000
670000
670000
680000
680000
690000
690000
700000
700000
710000
710000
5 0 5 10 15 Km
91
80
00
0
91
80
00
0
91
90
00
0
91
90
00
0
92
00
00
0
92
00
00
0
92
10
00
0
92
10
00
0
92
20
00
0
92
20
00
0
92
30
00
0
92
30
00
0
92
40
00
0
92
40
00
0
92
50
00
0
92
50
00
0
Su nga i
Ja la n L ain
Ja la n L okal
Ja la n U tam a
Ga ris Pan tai
Ba tas Kota
Ba tas Keca ma tan
Ba tas Kab upa ten
Lau t
TE LU K PE LAB U H A N R AT U
Ta nju ng C i sang kuh
TE LU K C IL ET U H
Ta nju ng L en gon keri s
Ta nju ng K ar ang han tu
Ta nju ng T a naya
Ta nju ng U j ung ge nteng
S A M U D E R A H I N D I A
Keca m atan
Te ga lbu leu d
Keca m atan
C i bitun g
Keca m atan
S ur ade
Keca m atan
C i raca p
Keca m atan
C iem a s
Keca m atan
S im pe na n
K eca m atan
Pel abu ha nra tu
Keca m atan
C ikaka k
Keca m atan
C iso lok
KAB U P AT EN L EB AK
PR O VIN SI BA N T EN
KAB U P AT EN B OG OR
KO T A SU K AB U M I
KAB U P AT EN C IAN JU R
KAB U P AT EN S U KA BU M I
Ke Kab. Lebak
Ke Kota Sukabumi
Ke Kota Sukabumi
11
Lin gkup W ilayah Studi
Tujuan dan Sasaran Studi
Berdasarkan latar belakang studi, dapat
diketahui bahwa Wilayah Pesisir Kabupaten
Sukabumi secara potensial memiliki risiko
bencana gempa bumi. Oleh karena itu, diperlukan
upaya untuk mengurangi risiko bencana gempa
bumi. Untuk mengurangi risiko, perlu diketahui
wilayah-wilayah yang berisiko tinggi terhadap
bencana gempa bumi. Adapun tujuan utama studi
ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi tingkat risiko bencana
gempa bumi di Wilayah Pesisir Kabupaten
Sukabumi.
2. Merumuskan implikasi risiko bencana
tersebut terhadap tindakan mitigasi bencana
agar dapat mengurangi risiko.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka
sasaran studi yaitu :
1. Identifikasi faktor-faktor, sub faktor dan
indikator bencana gempa bumi.
2. Identifikasi kondisi dari faktor, sub faktor dan
indikator yang telah ditetapkan terhadap
wilayah studi.
3. Analisis tingkat risiko bencana gempa bumi.
4. Arahan tindakan mitigasi berdasarkan kondisi
tingkat risiko bencana gempa bumi.
Metodologi
Metoda pendekatan yang dilakukan dalam
studi ini melalui beberapa pentahapan sebagai
berikut :
1. Perumusan faktor dan sub faktor yang
mempengaruhi tingkat risiko bencana gempa
bumi. Faktor dan sub faktor ini ditentukan
berdasarkan penelitian literatur. Dari bebarapa
literatur yang dikaji dapat disimpulkan ada 3
(tiga) faktor yang berpengaruh terhadap
bencana gempa bumi beserta sub faktornya,
yaitu sebagai berikut :
a. Faktor bahaya (hazard), dengan sub
faktor : goncangan dan tsunami.
b. Faktor kerentanan (vulnerability), dengan
sub faktor : kerentanan fisik/infrastruktur,
kerentanan sosial kependudukan dan
kerentanan ekonomi.
c. Faktor ketahanan/kapasitas (capacity),
dengan sub faktor : sumberdaya alami,
sumberdaya buatan dan mobilitas/
aksesibilitas penduduk.
Karena risiko bencana dipengaruhi oleh
faktor/sub faktor bencana, maka untuk
analisis selanjutnya faktor/sub faktor ini akan
digunakan sebagai faktor/ sub faktor risiko
bencana.
2. Tahapan berikutnya adalah merumuskan
indikator-indikator risiko dari setiap
faktor/sub faktor risiko yang telah dirumuskan
pada bagian sebelumnya. Indikator-indikator
dirumuskan melalui kajian literatur.
4
3. Penentuan bobot dari tiap faktor, sub faktor
dan indikator yang telah terbentuk dengan
menggunakan proses hierarki analitik
(Analitycal Hierarchy Process/AHP), dimana
analisis ini diperoleh dari hasil kuesioner
dengan responden yaitu para ahli di bidang
yang bersangkutan seperti bidang ilmu
geologi, geofisika, perencana, pertanian,
teknik sipil dan sosial.
4. Analis tingkat risiko bencana gempa bumi,
yaitu dengan dua cara yaitu :
a. Melakukan perhitungan nilai faktor-
faktor risiko bencana gempa bumi, yang
meliputi faktor kerentanan dan ketahanan
(non geologi). Perhitungan nilai faktor-
faktor risiko bencana dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
i. Standarisasi nilai indikator, dengan
maksud setiap indikator diberi nilai
dalam unit ukuran yang kompatibel,
sehingga dapat dilakukan operasi
matematis terhadap indikator-
indikator lainnya.
ii. Pembobotan faktor, sub faktor dan
indikator
Pembobotan ini dilakukan
berdasarkan hasil perbandingan yang
diperoleh dari hasil penilaian oleh
para ahli.
iii. Perhitungan nilai faktor risiko.
Perhitungan ini dilakukan dengan
cara menjumlahkan seluruh hasil
perkalian antara nilai baku tiap
indikator dengan masing-masing
bobot di tiap faktornya.
b. Untuk analisis data geologi seperti faktor
bahaya dengan sub faktor goncangan dan
tsunami, faktor kerentanan dengan sub
faktor kerentanan fisik, serta faktor
ketahanan dengan sub faktor ketahanan
sumberdaya alami menggunakan teknik
superimpose dan teknik skoring dengan
prosesnya menggunakan bantuan
software Sistem Informasi Geografis
(SIG) yaitu Arc View GIS, untuk teknik
skoring tersebut langkah-langkahnya
yaitu sebagai berikut:
i. Menentukan harkat (peringkat) dari
pembentuk indikator, tingkat
indikator, tingkat sub faktor dan
tingkat faktor, harkat (peringkat) ini
ditentukan berdasarkan tingkat
pengaruhnya terhadap risiko
bencana gempa bumi, khusus untuk
penentuan harkat (peringkat) yang
berhubungan dengan data
kegeologian ini ditentukan oleh ahli
geologi.
ii. Perhitungan skor yaitu dengan
mengkalikan harkat (peringkat)
dengan bobot (yang diperoleh dari
point 3).
c. Dari hasil point a di atas dapat dihasilkan
peta nilai baku dan point b dapat
dihasilkan peta hasil superimpose, dari
kedua jenis peta ini dapat dihasilkan
tingkatannya masing-masing, yang
kemudian proses selanjutnya adalah
pemberian skor (perkalian harkat dan
bobot) berdasarkan tingkatan tersebut,
proses yang dilakukan adalah dengan
teknik superimpose dari peta-peta
tersebut, sehingga dapat dihasilkan peta-
peta yang mempunyai informasi tingkat
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
risiko bencana hempa bumi.
5. Menentukan tingkat risiko bencana gempa
bumi dengan teknik superimpose dan teknik
skoring dari peta-peta faktor yang
mempengaruhi tingkat risiko (faktor bahaya,
faktor kerentanan dan faktor ketahanan).
Rumusan tingkat risiko bencana gempa bumi
dilakukan dengan pengelompokkkan
berdasarkan tingkatannya. Menurut aturan
Sturges, yaitu dengan rumus :
Banyak Kelas = 1 + (3,3) log n
= 1 + (3,3) log 9
= 1 + (3,3) 0,95
= 1 + 3,13
= 4,13 atau 4
Kelas yang seharusnya terbentuk sebanyak 4
kelas, namun untuk mempermudah penulis
dalam memberikan arahan tindakan mitigasi
pada hasil akhir maka penetapan banyaknya
kelas menjadi 3 (tiga) kelas yaitu tinggi,
sedang dan rendah. Dengan panjang kelas
intervalnya menggunakan rumus: Rentang
Panjang Kelas Interval = Banyak Kelas
6. Tahap selanjutnya yaitu dari peta tingkat
risiko bencana gempa bumi yang dihasilkan,
akan dapat diketahui wilayah-wilayah mana
saja yang mempunyai tingkat risiko bencana
gempa bumi tinggi, yang kemudian dapat
dijabarkan/diuraikan berdasarkan
indikator/karakteristik pembentuk risiko
bencana gempa bumi tinggi tersebut.
7. Perumusan arahan tindakan mitigasi, terutama
untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan
akibat bencana gempa bumi berdasarkan hasil
analisis tingkat risiko bencana alam tersebut.
Secara diagramatis, tahapan studi ini dapat
dilihat pada Gambar 3 kerangka pemikiran studi.
5
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Risiko adalah prakiraan/probabilitas potensi
kerugian yang ditimbulkan oleh bencana pada
suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu seperti
kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya
rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan
harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Secara
konvensional risiko dinyatakan dalam persamaan
Risiko = Bahaya x Kerentanan. Sejumlah disiplin
ilmu juga mencakup konsep keterpaparan untuk
secara khusus merujuk pada aspek kerentanan
fisik. Lebih dari sekedar mengungkapkan
kemungkinan adanya kerugian fisik, sangat
penting untuk mengakui bahwa risiko-risiko dapat
bersifat melekat atau dapat diciptakan atau ada
dalam sistem-sistem sosial. Penting untuk
mempertimbangkan konteks sosial dimana risiko
terjadi dan oleh karenanya penduduk tidak mesti
mempunyai persepsi yang sama tentang risiko dan
akar-akar penyebabnya (Yayasan IDEP, 2007:22).
Menurut Bakornas PB dalam Pedoman
Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana di
Daerah, memberikan pengertian mengenai risiko
adalah kemungkinan timbulnya kerugian pada
suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang
timbul karena suatu bahaya menjadi bencana.
Risiko dapat berupa kematian, luka, sakit, hilang,
jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi,
kerusakan atau kehilangan harta dan gangguan
kegiatan masyarakat.
Risiko bencana adalah interaksi antar
kerentanan daerah dengan ancaman bahaya
(hazard) yang ada. Ancaman bahaya, khususnya
bahaya alam bersifat tetap karena bagian dari
dinamika proses alami pembangunan atau
pembentukan roman muka bumi baik dari tenaga
internal maupun eksternal, sedangkan tingkat
kerentanan daerah dapat dikurangi, sehingga
kemampuan dalam menghadapi ancaman tersebut
semakin meningkat.
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Studi
Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi merupakan suatu wilayah pesisir selatan dan
berhadapan langsung dengan pertemuan lempeng Indo-Australia dan dilalui oleh
sesar/patahan Cimandiri yang merupakan zona sumber gempa
Tujuan
1. Mengidentifikasi tingkat risiko bencana gempa bumi di Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi.
2. Merumuskan implikasi risiko bencana tersebut terhadap tindakan mitigasi agar dapat mengurangi risiko.
Sasaran
1. Identifikasi faktor-faktor bencana gempa bumi.
2. Analisis tingkat risiko bencana gempa bumi berdasarkan faktor bahaya, kerentanan dan ketahanan.
3. Arahan tindakan mitigasi berdasarkan kondisi tingkat risiko bencana gempa bumi.
IDENTIFIKASI WILAYAH STUDI
Faktor Bahaya
(Hazard)
- Goncangan (Bahaya
Langsung)
- Tsunami (Bahaya Ikutan)
Faktor Kerentanan
(Vulnerability)
- Fisik
- Sosial Kependudukan
- Ekonomi
Faktor Ketahanan
(Capacity)
- Sumberdaya Alami
- Sumberdaya Buatan
- Mobilitas Penduduk
ANALISIS TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA
BUMI
Analisis Kerentanan
(Vulnerability)
Analisis Bahaya Alam
(Natural Hazard)
Analisis Ketahanan
(Capacity)
TINGKAT RISIKO BENCANA
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Latar Belakang
Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi memiliki potensi terjadinya bencana baik yang ditimbulkan
secara langsung oleh alam maupun bencana yang dipengaruhi oleh aktivitas penduduk
TINJAUAN TEORI
6
Si
)Si2iX(XijijX1
Si
)Si2iX(XijijX1
Menurut Bakornas PBP dalam Buku Panduan
Pengenalan Karakteristik Bencana (hal. 9-10),
risiko dapat dirumuskan sebagai berikut :
Kemampuan
anKerenBahayasiko
tanRe
atau dapat
ditulis dengan : Risiko = Bahaya x Kerentanan x
ketidakmampuan
Hubungan antara ketiga variabel tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut (seperti yang
terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Hubungan Antara Risiko, Bahaya,
Kerentanan dan Kemampuan
Sumber : Buku Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana,
hal. 10.
Penetapan Faktor Risiko Gempa Bumi
Faktor-faktor risiko bencana gempa bumi
yang digunakan dalam studi ini, terdiri dari faktor
bahaya, kerentanan dan ketahanan. Adapun
penetapan sub faktor dan indikator dari faktor
risiko tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Metode Analisis
a. Perhitungan Nilai Faktor dengan
Standarisasi Davidson
Perhitungan nilai faktor dengan standarisasi
Davidson ini digunakan untuk analisis data
statistik berdasarkan batas administrasi (non
fisik), seperti untuk sub faktor kerentanan sosial
kependudukan dan ekonomi, sub faktor ketahanan
sumberdaya buatan dan mobilitas. Untuk hasil
analisis dengan metode ini, diasumsikan bahwa
hasil dari analisis dengan unit analisis kecamatan
nantinya akan sama di setiap tingkatan (misalnya :
jika Kecamatan A memiliki tingkat kerentanan
ekonomi tinggi, maka di seluruh wilayah
Kecamatan A tersebut akan dianggap rata yaitu
memiliki tingkat kerentanan ekonomi tinggi).
a.1. Standarisasi Nilai Indikator
Standarisasi nilai indikator dimaksudkan
untuk menghasilkan nilai baku, sehingga dapat
dilakukan perhitungan matematis dengan
indikator yang lain dengan model standarisasi
yang digunakan untuk indikator yang nilainya
bersesuaian dengan risiko bencana. Davidson
(1997 : 142) telah menggunakan 2 model
standarisasi data yaitu :
a. Untuk setiap indikator bahaya dan kerentanan
dikarenakan semakin tingi nilai indikator akan
menyebabkan semakin tinggi pula risiko
bencananya, maka dipergunakan rumus :
b. Untuk setiap indikator faktor ketahanan
dikarenakan semakin tinggi nilai indikator
akan menyebabkan semakin rendah risiko
bencananya, maka dipergunakan rumus yang
berbeda, yaitu :
Dimana :
X1ij : Nilai yang sudah dibakukan untuk
indikator i di kecamatan j
Xij : Nilai yang belum dibakukan untuk
indikator i di kecamatan j
iX : Nilai rata-rata untuk indikator i
Si : Standar deviasi
a.2 Pembobotan Faktor, Sub Faktor dan
Indikator
Pembobotan dilakukan untuk menghasilkan
nilai risiko bencana karena setiap faktor dan sub
faktor bencana memberikan kontribusi yang
berbeda terhadap bencana. Dengan demikian
bobot dapat diinterpretasikan sebagai prosentase
kontribusi setiap faktor terhadap risiko bencana
gempa bumi.
Dalam hal ini bobot ditentukan berdasarkan
penilaian subyektif para ahli (expert) dalam
bidang risiko bencana gempa bumi, perhitungan
bobot ini dilakukan dengan proses hierarki analitik
(Analitycal Hierarchy Process/AHP), yang mana
analisis ini diperoleh melalui kuesioner dari ahli
tersebut, kemudian dilakukan perhitungan nilai
faktor risiko dengan cara menjumlahkan seluruh
hasil perkalian antara nilai baku tiap indikator
dengan masing-masing bobot ditiap faktornya.
Hasil dari pembobotan faktor, sub faktor dan
indikator dalam studi identifikasi tingkat risiko
bencana gempa bumi di Wilayah Pesisir
Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada
Gambar 5.
a.3 Perhitungan Nilai Faktor-Faktor Bencana
Setelah indikator-indikator setiap faktor risiko
bencana distandarkan (dibakukan), maka
dilakukan perhitungan nilai/indeks risiko bencana
gempa bumi. Rumus yang digunakan untuk
menghitung nilai setiap faktor risiko bencana
adalah :
B = WB1X’B1 + ........... + WBnX’Bn
R = WR1X’R1 + ........... + WRnX’Rn
K = WK1X’K1 + ........... + WKnX’Kn
RISIKO
Ancaman Bahaya
Ketidakmampuan Kerentanan
7
Tabel 1. Penetapan Faktor, Sub Faktor dan Indikator Risiko Bencana Gempa Bumi
Faktor Sub-faktor Indikator Sumber
Bahaya Gempa
Bumi
Goncangan Gempa
(Bahaya Langsung) Intensitas Gempa
UNDP, 1995 :21
Kertapati, 2006 : 56 Noor, 2006 : 142
Tsunami
(Bahaya Ikutan) Landaan Tsunami
UNDP, 1995 :21
Kertapati, 2006 : 56 Noor, 2006 : 142
Oki Oktariadi, 2007
Kerentanan (Vulnerability)
Fisik
Ketidakleluasaan Pemanfaatan ruang Oki Oktariadi, 2007
Sebaran Permukiman
UNDP, 1995 : 38
Bakornas PBP
Firmansyah, 1998 : 56
Sosial Kependudukan
Kepadatan Penduduk
Bakornas PBP
Parker dan Kreimer, 1995
dalam Firmansyah, 1998 : 56
Prosentase Penduduk Usia Lanjut dan Balita
Bakornas PBP
Varley, 1994 : 19 dalam
Firmansyah, 1998 : 62
Prosentase Penduduk Wanita Bakornas PBP Firmansyah, 1998 : 62
Prosentase Penduduk Penyandang Cacat Bakornas PBP
Ekonomi
Prosentase Produktivitas Pertanian Padi Berpengairan Irigasi
-
Prosentase Rumah tangga yang bekerja di
Bidang Perikanan Laut -
Prosentase Rumah tangga yang bekerja di Bidang Non Pertanian
Bakornas PBP
Prosentase Keluarga Miskin
Awotona, 1997 : 10
Bakornas PBP
Firmansyah, 1998 : 68
Ketahanan
(Capacity)
Sumberdaya Alami Keleluasaan Pemanfaatan Ruang Oki Oktariadi, 2007
Vegetasi pelindung Oki Oktariadi, 2007
Sumberdaya Buatan
Rasio jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk
Davidson, 1997 Firmansyah, 1998 : 72
Rasio Sarana Kesehatan terhadap Jumlah
Penduduk
Davidson, 1997
Firmansyah, 1998 : 70
Mobilitas
Rasio Panjang Jalan terhadap Jumlah Penduduk
Davidson, 1997 Firmansyah, 1998 : 72
Rasio Sarana Angkutan terhadap Jumlah
Penduduk
Davidson, 1997
Firmansyah, 1998 : 75
Sumber : Hasil Studi Pustaka, 2007
Dimana :
B = Nilai Faktor Bahaya (hazards)
R = Nilai Faktor Kerentanan (Vulnerability)
K = Nilai Faktor Ketahanan/Kapasitas
(Capacity)
X’i = Nilai Setiap Indikator yang telah dibakukan
Wi = Bobot Setiap Indikator
b. Teknik Superimpose dan Skoring
Metode ini digunakan untuk analisis data
fisik, metode ini digunakan atas dasar (asumsi)
bahwa hasil dari analisis ini akan menghasilkan
tingkatan yang berbeda-beda di setiap wilayah
(misalnya : Kecamatan A dapat memiliki tingkat
kerentanan fisik berbeda-beda, hal tersebut
dikarenakan permukiman dan ketidakleluasaan
pemanfaatan ruang yang menyebar di Kecamatan
A). Jadi, untuk analisis data fisik ini tidak dapat
dianggap sama untuk tingkatannya di setiap
wilayah.
8
Gambar 5. Bobot faktor, Sub Faktor dan Indikator Tingkat Risiko Bencana Gempa Bumi
Risiko Bencana
Gempa Bumi
Kerentanan Fisik
Kerentanan Sosial
Kependudukan
Kerentanan Ekonomi
Zona Tidak Leluasa
Kawasan Permukiman
Kepadatan Penduduk
% Penduduk Usia Lanjut dan Balita
% Penduduk Wanita
% Penduduk Penyandang Cacat
% Produktivitas Pertanian Padi
Berpengairan Irigasi : Total Luas Tanam
% Keluarga Miskin
% Pekerja di Bidang Non Pertanian
% Pekerja di Bidang Perikanan Laut
Keleluasaan Pemanfaaatan Ruang
0,053
0,053
0,041
0,052
0,024
0,030
0,026
0,021
0,017
0,023
0,080
Mobilitas Penduduk
Sumberdaya Buatan
Rasio Sarana Jalan : Jumlah Penduduk
Rasio Sarana Angkutan : Penduduk
Rasio Tenaga Kesehatan : Penduduk
Rasio Sarana Kesehatan : Penduduk
0,032
0,047
0,055
0,024
0,106
0,147
0,087
0,079
Kerentanan
(Vulnerability)
Ketahanan
(Capacity)
0,310
0,340
0,152
0,078
Sumberdaya Alami
Vegetasi Pelindung
0,072
Landaan Tsunami
Tsunami
(Bahaya Ikutan)
0,105
Bahaya
(Hazard)
0,350 Intensitas Gempa
Guncangan Gempa
(Bahaya Langsung)
0,245 0,245
0,105
9
ANALISIS FAKTOR BAHAYA
Faktor bahaya gempa bumi terbagi atas 2
(dua) sub faktor yaitu goncangan (bahaya
langsung) dan tsunami (bahaya ikutan). Faktor
bahaya ini memberikan kontribusi terhadap
risiko bencana gempa bumi dengan bobot yang
diberikan oleh para ahli yaitu sebesar 0,350 dan
merupakan bobot terbesar dibandingkan dengan
faktor kerentanan dan ketahanan.
A. Bahaya Goncangan
Analisis tingkat bahaya goncangan ini
menggunakan teknik skoring, tingkat bahaya
goncangan ini ditentukan dari besarnya
intensitas gempa yang ada di Wilayah Pesisir
Kabupaten Sukabumi, hasil dari analisis ini
akan digunakan untuk menentukan tingkat
bahaya gempa bumi. Untuk lebih jelasnya
mengenai perhitungan skor sub faktor bahaya
goncangan ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perhitungan Skor Sub Faktor Bahaya
Goncangan
No Intensitas
Gempa Harkat Bobot Skor
1. IV-V 1 0,245 0,245
2. V-VI 1 0,245 0,245
3. VI-VII 3 0,245 0,735
4. VII-VIII 5 0,245 1,225
Skor Tertinggi = 1,155 ; skor terendah = 0,231 Klasifikasi (Rendah : 0,245 – 0,572 ; Sedang : 0,573 –
0,900 ; Tinggi : 0,901 – 1,225)
Gambar 6. Peta Bahaya Goncangan
LOKASI PETA
PROVINSI
JAWA BARAT
PROVINSI
BANT EN
SAMUDE
RA HIN
DIA
Kab. Sukabumi
Laut J awa
Sel
a t S
und
a
PETA IN DEKS
Skala 1 : 4.500.000
JURUSAN TEKN IK PLANOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BAN DUNG
2008
W I L A Y A H P E S I S I R K A B U P A T E N S U K A B U M I
U
TB
S
Skala 1 : 500.000
Gam bar 4 .2
PETA TINGKAT BAHAYA GONCANGAN
Sumber : Hasil Analisis, 2008
TUGAS AKH IR
IDEN TIFIK ASI TINGKAT RESIKO BENCANA
GEM PA BUM I SERTA ARAH AN TIN DAK AN
M ITIGASI
L E G E N D A :
640000
640000
650000
650000
660000
660000
670000
670000
680000
680000
690000
690000
700000
700000
710000
710000
5 0 5 10 15 Km
91
80
00
0
91
80
00
0
91
90
00
0
91
90
00
0
92
00
00
0
92
00
00
0
92
10
00
0
92
10
00
0
92
20
00
0
92
20
00
0
92
30
00
0
92
30
00
0
92
40
00
0
92
40
00
0
92
50
00
0
92
50
00
0
Su nga i
Ja la n L ain
Ja la n L okal
Ja la n U tam a
Ga ris Pan tai
Ba tas Kota
Ba tas Keca ma tan
Ba tas Kab upa ten
Lau t
TE LU K PE LAB U H A N R AT U
Ta nju ng C i sang kuh
TE LU K C IL ET U H
Ta nju ng L en gon keri s
Ta nju ng K ar ang han tu
Ta nju ng T a naya
Ta nju ng U j ung ge nteng
S A M U D E R A H I N D I A
Keca m atan
Te ga lbu leu d
Keca m atan
C i bitun g
Keca m atan
S ur ade
Keca m atan
C i raca p
Keca m atan
C iem a s
Keca m atan
S im pe na n
K eca m atan
Pel abu ha nra tu
Keca m atan
C ikaka k
Keca m atan
C iso lok
KAB U P AT EN L EB AK
PR O VIN SI BA N T EN
KAB U P AT EN B OG OR
KO T A SU K AB U M I
KAB U P AT EN C IAN JU R
KAB U P AT EN S U KA BU M I
Ke Kab. Lebak
Ke Kota Sukabumi
Ke Kota Sukabumi
133
Ren dah (Sko r 0,2 45 - 0,572 )
Se dan g (Skor 0 ,57 3 - 0 ,90 0)
Ting gi (Skor 0,901 - 1 ,22 5)
B. Bahaya Tsunami
Analisis tingkat bahaya tsunami ini
menggunakan teknik skoring. Tingkat bahaya
tsunami ini ditentukan oleh indikator landaan
tsunami. Hasil dari analisis ini akan digunakan
untuk menentukan tingkat bahaya gempa bumi.
Untuk lebih jelasnya mengenai perhitungan skor
sub faktor bahaya tsunami ini dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3 Perhitungan Skor Sub Faktor Bahaya
Tsunami
No Zona Harkat Bobot Skor
1. Zona Aman 0 0,105 0,000
2. Run Up <2,5 1 0,105 0,105
3. Run Up 2,5 - <7,5 3 0,105 0,315
4. Run Up 7,5 - 12,5 5 0,105 0,525
Skor Tertinggi = 0,290 ; skor terendah = 0,029
Klasifikasi (Rendah : 0,029 – 0,116 ; Sedang : 0,117 – 0,204 ; Tinggi : 0,205 – 0,290)
Gambar 7. Peta Bahaya Tsunami
LOKASI PETA
PROVINSI
JA WA BARAT
PROVINSI
BANT EN
SAMUDE
RA HIN
DIA
Kab. Sukabumi
Laut J awa
Sel
a t S
und
a
PETA INDEKS
Skala 1 : 4.500.000
JURUSAN TEKN IK PLANOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BAN DUNG
2008
W I L A Y A H P E S I S I R K A B U P A T E N S U K A B U M I
U
TB
S
Skala 1 : 500.000
Gam bar 4 .3
PETA TINGKAT BAHAYA TSUN AM I
Sumber : Hasil Analisis, 2008
TUGAS AKH IR
IDEN TIFIK ASI TINGKAT RESIKO BENCANA
GEM PA BUM I SERTA ARAH AN TIN DAK AN
M ITIGASI
L E G E N D A :
640000
640000
650000
650000
660000
660000
670000
670000
680000
680000
690000
690000
700000
700000
710000
710000
5 0 5 10 15 Km
91
80
00
0
91
80
00
0
91
90
00
0
91
90
00
0
92
00
00
0
92
00
00
0
92
10
00
0
92
10
00
0
92
20
00
0
92
20
00
0
92
30
00
0
92
30
00
0
92
40
00
0
92
40
00
0
92
50
00
0
92
50
00
0
Su nga i
Ja la n L ain
Ja la n L okal
Ja la n U tam a
Ga ris Pan tai
Ba tas Kota
Ba tas Keca ma tan
Ba tas Kab upa ten
Lau t
TE LU K PE LAB U H A N R AT U
Ta nju ng C i sang kuh
TE LU K C IL ET U H
Ta nju ng L en gon keri s
Ta nju ng K ar ang han tu
Ta nju ng T a naya
Ta nju ng U j ung ge nteng
S A M U D E R A H I N D I A
Keca m atan
Te ga lbu leu d
Keca m atan
C i bitun g
Keca m atan
S ur ade
Keca m atan
C i raca p
Keca m atan
C iem a s
Keca m atan
S im pe na n
K eca m atan
Pel abu ha nra tu
Keca m atan
C ikaka k
Keca m atan
C iso lok
KAB U P AT EN L EB AK
PR O VIN SI BA N T EN
KAB U P AT EN B OG OR
KO T A SU K AB U M I
KAB U P AT EN C IAN JU R
KAB U P AT EN S U KA BU M I
Ke Kab. Lebak
Ke Kota Sukabumi
Ke Kota Sukabumi
136
Ren dah (Sko r 0.1 05 - 0,245 )
Se dan g (Skor 0 ,24 6 - 0 ,38 6)
Ting gi (Skor 0,387 - 0 ,52 5)
Dae ra h Am an (Sko r = 0,0 00)
C. Analisis Tingkat Bahaya Gempa Bumi
Tingkat bahaya gempa bumi ditentukan
oleh 2 (dua) sub faktor yaitu bahaya goncangan
(bahaya langsung) dan tsunami (bahaya ikutan)
seperti yang telah dijelaskan pada sub bab
sebelumnya. Untuk itu, guna mendapatkan
tingkat bahaya gempa bumi ini diperoleh
melalui overlay basis data kedua sub faktor
tersebut, yang mana prosesnya dapat dilihat
pada Gambar 8.
10
Gambar 8. Proses Penentuan Tingkat Bahaya
Gempa Bumi
Untuk perhitungan skor faktor bahaya
tsunami ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perhitungan Skor Faktor Bahaya
Gempa Bumi
No Sub
Faktor Tingkat Harkat Bobot Skor
1
Goncangan
(Bahaya Langsung)
Tinggi 5 0,245 1,225
Sedang 3 0,245 0,735
Rendah 1 0,245 0,245
2
Tsunami
(Bahaya
Ikutan)
Tinggi 5 0,105 0,525
Sedang 3 0,105 0,315
Rendah 1 0,105 0,105
Skor Tertinggi = 1,750 ; skor terendah = 0,000
Klasifikasi (Rendah : 0,000 – 0,583 ; Sedang : 0,584 – 1,167
; Tinggi : 1,168 – 1,750)
Gambar 9. Peta Bahaya Gempa Bumi
LOKASI PETA
PROVINSI
JAWA BARAT
PROVINSI
BANT EN
SAMUDE
RA HIN
DIA
Kab. Sukabumi
Laut J awa
Sel
at S
und
a
PETA IN DEKS
Skala 1 : 4.500.000
JURUSAN TEKN IK PLANOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BAN DUNG
2008
W I L A Y A H P E S I S I R K A B U P A T E N S U K A B U M I
U
TB
S
Skala 1 : 500.000
Gam bar 4 .5
PETA TINGKAT BAHAYA GEM PA BUM I
Sumber : Hasil Analisis, 2008
TUGAS AKH IR
IDEN TIFIK ASI TINGKAT RESIKO BENCANA
GEM PA BUM I SERTA ARAH AN TIN DAK AN
M ITIGASI
L E G E N D A :
640000
640000
650000
650000
660000
660000
670000
670000
680000
680000
690000
690000
700000
700000
710000
710000
5 0 5 10 15 Km
91
80
00
0
91
80
00
0
91
90
00
0
91
90
00
0
92
00
00
0
92
00
00
0
92
10
00
0
92
10
00
0
92
20
00
0
92
20
00
0
92
30
00
0
92
30
00
0
92
40
00
0
92
40
00
0
92
50
00
0
92
50
00
0
Su nga i
Ja la n L ain
Ja la n L okal
Ja la n U tam a
Ga ris Pan tai
Ba tas Kota
Ba tas Keca ma tan
Ba tas Kab upa ten
Lau t
TE LU K PE LAB U H A N R AT U
Ta nju ng C i sang kuh
TE LU K C IL ET U H
Ta nju ng L en gon keri s
Ta nju ng K ar ang han tu
Ta nju ng T a naya
Ta nju ng U j ung ge nteng
S A M U D E R A H I N D I A
Keca m atan
Te ga lbu leu d
Keca m atan
C i bitun g
Keca m atan
S ur ade
Keca m atan
C i raca p
Keca m atan
C iem a s
Keca m atan
S im pe na n
K eca m atan
Pel abu ha nra tu
Keca m atan
C ikaka k
Keca m atan
C iso lok
KAB U P AT EN L EB AK
PR O VIN SI BA N T EN
KAB U P AT EN B OG OR
KO T A SU K AB U M I
KAB U P AT EN C IAN JU R
KAB U P AT EN S U KA BU M I
Ke Kab. Lebak
Ke Kota Sukabumi
Ke Kota Sukabumi
138
Ren dah (Sko r 0,0 00 - 0,583
Se dan g (Skor 0 ,58 4 - 1 ,16 7)
Ting gi (Skor 1,168 - 1 ,75 0)
Berdasarkan hasil analisis tingkat bahaya
gempa bumi, yang diperoleh dari overlay basis
data bahaya goncangan (bahaya langsung) dan
bahaya tsunami (bahaya ikutan), dapat diperoleh
hasil bahwa tingkat bahaya gempa bumi tinggi
di Wilayah Pesisir Sukabumi yaitu seluas
6.802,19 Ha (sekitar 4,65% dari total luas
wilayah secara keseluruhan) yang tersebar di
sebagian Kecamatan Ciemas, Cikakak, Ciracap,
Cisolok, Pelabuhanratu dan Simpenan. Untuk
tingkat bahaya gempabumi sedang tersebar di
seluruh kecamatan yang ada di Wilayah Pesisir
Kabupaten Sukabumi, dengan total seluas
60.379,77 Ha (sekitar 41,25% dari total luas
wilayah secara keseluruhan), sedangkan untuk
wilayah dengan tingkat bahaya gempa bumi
rendah juga tersebar di sebagian wilayah dari
keseluruhan kecamatan yang ada dengan total
seluas 71.162,39 Ha (48,62% dari total luas
wilayah secara keseluruhan).
ANALISIS FAKTOR KERENTANAN
Faktor kerentanan yang berpengaruh
terhadap risiko bencana gempa bumi dalam
studi ini terdiri dari 3 (tiga) sub faktor yaitu
kerentanan fisik, sosial kependudukan dan
ekonomi.
A. Kerentanan Fisik
Kerentanan fisik merupakan kondisi fisik
yang rentan terhadap bahaya, indikator dari
kerentanan fisik ini terdiri dari zona tidak
leluasa dan kawasan permukiman. Sub faktor ini
memberikan kontribusi terhadap nilai dari risiko
bencana dengan bobot yang diberikan oleh para
ahli yaitu sebesar 0,106.
Analisis tingkat kerentanan fisik ini
diperoleh melalui overlay basis data indikator
zona tidak leluasa dengan kawasan
permukiman, sehingga dapat ditentukan tingkat
kerentanan fisik, dengan prosesnya seperti yang
terlihat pada Gambar 10 berikut.
Gambar 10. Proses Penentuan Tingkat
Kerentanan Fisik
Untuk perhitungan skor sub faktor
kerentanan fisik ini dapat dilihat Tabel 5
berikut.
Overlay
Peta Zona Tidak Leluasa
Peta Kawasan
Permukiman
Peta Tingkat
Kerentanan
Fisik
Overlay
Peta Bahaya
Goncangan
Peta Bahaya
Tsunami
Peta Bahaya
Gempa Bumi
11
Tabel 5. Perhitungan Skor Sub Faktor
Kerentanan Fisik
No Indikator Harkat Bobot Skor
1. Zona Tidak
Leluasa
5 0,053 0,265
2. Permukiman 5 0,053 0,265
Skor Tertinggi = 0,530 ; skor terendah (untuk non zona tidak leluasa dan non permukiman) = 0,000
Klasifikasi (Rendah : 0,000 – 0,177 ; Sedang : 0,178 – 0,355
; Tinggi : 0,356 – 0,530)
Zona Tidak Leluasa
Zona tidak leluasa adalah suatu daerah
dengan kondisi fisik lahan yang memiliki
banyak faktor pembatas/kendala geologi
lingkungan sehingga tidak leluasa dalam
melakukan pengorganisasian ruang untuk
penggunaan lahan/pengembangan wilayah dan
pemilihan jenis penggunaan lahan dengan biaya
pembangunan yang tinggi. Zona tidak leluasa
dalam konteks penurunan tingkat risiko yaitu
suatu daerah yang memiliki kondisi tidak baik
untuk wilayah evakuasi pada saat terjadi
bencana tsunami, tetapi dapat berperan sebagai
pensuplai sumber daya alam yang dibutuhkan
selama pemulihan kawasan pasca bencana.
Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman adalah kawasan
yang didominasi oleh kawasan hunian yang
berfungsi sebagai tempat tinggal yang
dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan
dan tempat yang mendukung kehidupan
manusia. Hubungan dengan risiko adalah
semakin luas kawasan permukiman maka akan
meningkatkan kerentanan terhadap bahaya,
risiko yang akan dihadapi akan semakin tinggi.
Analisis Tingkat Kerentanan Fisik
Berdasarkan hasil analisis keretanan fisik
di Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi
diperoleh hasil bahwa tingkat kerentanan fisik
tinggi yaitu seluas 393,22 Ha (sekitar 0,27%
dari total luas wilayah secara keseluruhan) yang
tersebar di Kecamatan Cikakak, Cisolok,
Pelabuhanratu, Simpenan, Surade dan
Tegalbuleud. Untuk wilayah dengan tingkat
kerentanan sedang di Wilayah Pesisir
Kabupaten Sukabumi yaitu dengan total seluas
26.065,41 Ha (sekitar 17,93% dari total luas
wilayah secara keseluruhan) yang tersebar di
seluruh kecamatan yang ada di Wilayah Pesisir
Kabupaten Sukabumi, begitu juga untuk
wilayah dengan tingkat kerentanan fisik rendah
dengan total seluas 118.889,26 Ha (sekitar
81,80% dari total luas wilayah secara
keseluruhan) tersebar di seluruh kecamatan
yang ada.
B. Kerentanan Sosial Kependudukan
Kerentanan sosial merupakan kondisi
tingkat kerapuhan sosial dalam menghadapi
bahaya. Kondisi ini perlu dipertimbangkan
karena berkaitan dengan proses penyelamatan
diri atau evakuasi terhadap bencana yang
melanda. Kemampuan penduduk untuk
melakukan evakuasi akibat adanya bencana
mempengaruhi tingkat kerentanan di suatu
wilayah. Indikator dari kerentanan sosial
kependudukan ini terdiri dari kepadatan
penduduk, prosentase penduduk usia lanjut dan
balita, prosentase penduduk wanita, dan
prosentase penduduk penyandang cacat. Sub
faktor ini memberikan kontribusi terhadap nilai
dari risiko bencana dengan bobot yang
diberikan oleh para ahli yaitu sebesar 0,147.
Analisis kerentanan sosial kependudukan ini
menggunakan perhitungan nilai sub faktor
dengan menggunakan standarisasi Davidson.
Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk merupakan
perbandingan antara jumlah penduduk dengan
luas Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi.
Tingginya kepadatan penduduk mengakibatkan
semakin tinggi pula kemungkinan banyaknya
korban jiwa ataupun materi. Wilayah Pesisir
Kabupaten Sukabumi mempunyai kepadatan
penduduk yang masih relatif rendah. Hal ini
diperlihatkan dengan adanya kecamatan yang
memiliki kepadatan penduduk yang hanya 2
jiwa/Ha.
Prosentase Penduduk Usia Lanjut dan Balita
Penduduk usia lanjut dan balita adalah
penduduk yang berumur > 65 dan < 5 tahun.
Prosentase penduduk usia lanjut dan balita
diperoleh dari hasil perbandingan jumlah
penduduk usia > 65 tahun dan usia < 5 tahun
dengan jumlah penduduk di Wilayah Pesisir
Kabupaten Sukabumi dikali seratus persen.
Penduduk usia lanjut dan usia balita rentan
terhadap bahaya alam gempa bumi karena
dianggap memiliki kemampuan yang relatif
rendah dalam proses evakuasi. Semakin besar
jumlah penduduk usia lanjut dan balita, maka
akan semakin tinggi tingkat kerentanannya.
Prosentase Penduduk Wanita
Prosentase penduduk wanita adalah hasil
perbandingan antara jumlah penduduk wanita
dengan jumlah penduduk yang ada di masing-
masing kecamatan di Wilayah Pesisir
Kabupaten Sukabumi dikali seratus persen.
Tingginya kelompok penduduk wanita juga
dianggap rentan terhadap bahaya alam gempa
bumi karena dianggap memiliki kemampuan
12
yang relatif rendah dalam proses evakuasi.
Semakin besar prosentase penduduk wanita di
suatu wilayah, maka semakin tinggi pula tingkat
kerentanannya.
Prosentase Penduduk Penyandang Cacat
Prosentase penduduk penyandang cacat
adalah hasil perbandingan antara jumlah
penduduk penyandang cacat dengan jumlah
penduduk yang ada di masing-masing
kecamatan di Wilayah Pesisir Kabupaten
Sukabumi dikali seratus persen. Tingginya
kelompok penduduk penyandang cacat juga
dianggap rentan terhadap bahaya gempa bumi
karena dianggap mempunyai kemampuan yang
relatif rendah dalam proses evakuasi. Semakin
besar prosentase penduduk penyandang cacat
mengakibatkan semakin tinggi pula tingkat
kerentanan yang akan dialami.
Analisis Tingkat Kerentanan Sosial
Kependudukan
Berdasarkan perhitungan nilai baku sub
faktor kerentanan sosial kependudukan, dapat
diperoleh hasil bahwa Kecamatan Surade,
Pelabuhanratu dan Simpenan merupakan
wilayah kecamatan yang memiliki tingkat
kerentanan sosial kependudukan yang tinggi,
dengan nilai baku sebesar 0,316 – 0,387, atau
dengan kata lain dapat memberikan nilai yang
tinggi terhadap risiko bencana gempa bumi.
Kecamatan Ciemas, Ciracap, Tegalbuleud dan
Cikakak mempunyai tingkat kerentanan sosial
kependudukan sedang dan kecamatan lainnya
yaitu Kecamatan Cibitung dan Cisolok
mempunyai tingkat kerentanan sosial
kependudukan yang rendah.
C. Kerentanan Ekonomi
Kerentanan ekonomi adalah kondisi tingkat
kerapuhan ekonomi dalam menghadapi
bencana. Kerentanan ekonomi terhadap bencana
gempa bumi merupakan faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam risiko bencana, karena
sektor ekonomi merupakan salah satu pemicu
dari perkembangan wilayah. Besarnya tingkat
kerentanan ekonomi akan mempengaruhi
besarnya dampak negatif dari bencana gempa
bumi terhadap kegiatan/aktivitas ekonomi dan
pendapatan penduduk di suatu wilayah.
Indikator dari kerentanan ekonomi ini terdiri
dari prosentase produktivitas pertanian padi
berpengairan irigasi, prosentase rumah tangga
yang bekerja di bidang perikanan laut,
prosentase rumah tangga yang bekerja di bidang
non pertanian, dan prosentase keluarga miskin.
Sub faktor ini memberikan kontribusi terhadap
nilai dari risiko bencana dengan bobot yang
diberikan oleh para ahli yaitu sebesar 0,087.
Analisis kerentanan ekonomi ini menggunakan
perhitungan nilai sub faktor dengan
menggunakan standarisasi Davidson.
Prosentase Produktivitas Pertanian Padi
Berpengairan Irigasi
Produktivitas pertanian padi berpengairan
irigasi merupakan indikator dari kerentanan
ekonomi, dengan pertimbangan bahwa bencana
gempa bumi akan dapat menimbulkan masalah
pada prasarana irigasi yang digunakan untuk
kegiatan pertanian, apabila prasarana tersebut
mengalami kerusakan akibat gempa bumi
tersebut maka dapat menyebabkan hancurnya
tanaman dan lahan pertanian sawah, sehingga
menyebabkan produktivitas pertanian yang
berkembang akan mengalami penurunan.
Prosentase Rumah Tangga yang Bekerja
di Bidang Perikanan Laut
Rumah tangga yang bekerja di bidang
perikanan laut merupakan salah satu indikator
yang sangat penting diperhatikan dalam
penentuan tingkat risiko bencana gempa bumi.
Karena apabila bencana gempa bumi terjadi dan
diikuti oleh bahaya ikutan tsunami, maka akan
menyebabkan terjadinya kerusakan akan sarana
yang digunakan rumah tangga tersebut dalam
bekerja (menelayan) seperti perahu dan kapal.
Akibat lainnya adalah rumah tangga yang
berusaha dalam mengolah hasil perikanan
seperti usaha ikan asin ikut mengalami kerugian
karena produk yang akan diolah tidak dapat
diperoleh karena rusaknya sarana nelayan.
Prosentase Rumah Tangga Bekerja
di Bidang Non Pertanian
Rumah tangga non pertanian merupakan
salah satu indikator yang sangat penting
diperhatikan dalam penentuan tingkat risiko
bencana gempa bumi. Meskipun dalam kegiatan
rumah tangga ini tidak begitu tergantung pada
alam, namun apabila bencana tersebut sampai
terjadi maka rumah tangga yang bekerja di
bidang non pertanian juga akan mengalami
kerugian dengan hilangnya sumber mata
pencaharian mereka.
Prosentase Keluarga Miskin
Keluarga miskin adalah keluarga yang
belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
secara minimal, seperti kebutuhan akan pangan,
pakaian, rumah, dan kesehatan. Sulitnya
memenuhi kebutuhan tersebut menyebabkan
ketidakteraturan tatanan kehidupan yang
dijalani oleh keluarga miskin. Ketidakmampuan
untuk memiliki rumah yang layak sering kali
13
menjadi penyebab munculnya permukiman
kumuh yang berada pada daerah yang rentan
terhadap bahaya alam. Tingginya prosentase
keluarga miskin mengakibatkan semakin
tingginya kerentanan yang dimiliki oleh suatu
wilayah yang berada di daerah yang rentan
terhadap bahaya alam.
Analisis Tingkat Kerentanan Ekonomi
Berdasarkan perhitungan nilai baku sub
faktor kerentanan ekonomi, dapat diperoleh
hasil bahwa Kecamatan Ciemas, Tegalbuleud,
Pelabuhanratu, Cisolok dan Cikakak merupakan
wilayah kecamatan yang memiliki tingkat
kerentanan ekonomi yang tinggi, dengan nilai
baku sebesar 0,182 – 0,210, atau dengan kata
lain dapat memberikan nilai yang tinggi
terhadap risiko bencana gempa bumi.
Kecamatan Simpenan mempunyai tingkat
kerentanan ekonomi sedang dan kecamatan
lainnya yaitu Kecamatan Ciracap, Surade dan
Cibitung mempunyai tingkat kerentanan
ekonomi yang rendah.
D. Analisis Tingkat Kerentanan
Tingkat kerentanan ditentukan oleh 3 (tiga)
sub faktor yaitu kerentanan fisik, sosial
kependudukan dan ekonomi seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Untuk itu, guna
mendapatkan tingkat kerentanan ini diperoleh
melalui overlay basis data ketiga sub faktor
tersebut, yang mana prosesnya dapat dilihat
pada Gambar 11 berikut.
Gambar 11. Proses Penentuan Tingkat
Kerentanan
Untuk perhitungan skor faktor kerentanan
ini dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Perhitungan Skor Faktor Kerentanan
No Sub Faktor Tingkat Harkat Bobot Skor
1 Kerentanan
Fisik
Tinggi 5 0,106 0,530
Sedang 3 0,106 0,318
Rendah 1 0,106 0,106
2
Kerentanan
Sosial Kependudukan
Tinggi 5 0,147 0,735
Sedang 3 0,147 0,441
Rendah 1 0,147 0,147
3 Kerentanan
Ekonomi
Tinggi 5 0,087 0,435
Sedang 3 0,087 0,261
Rendah 1 0,087 0,087
Skor Tertinggi = 1,700 ; skor terendah = 0,340
Klasifikasi (Rendah : 0,340 – 0,793 ; Sedang : 0,794 – 1,247 ; Tinggi : 1,248 – 1,700)
Nb : Penentuan harkat pada sub faktor kerentanan sosial
kependudukan dan ekonomi yang menjadi penentu tingkat kerentanan ini adalah dengan pertimbangan bahwa semakin
tinggi tingkat kerentanan social kependudukan dan ekonomi
maka akan semakin tinggi (memiliki harkat tinggi) tingkat kerentanannya.
Gambar 12. Peta Tingkat Kerentanan
LOKASI PETA
PROVINSI
JA WA BARAT
PROVINSI
BANT EN
SAMUDE
RA HIN
DIA
Kab. Sukabumi
Laut J awa
Sel
at S
und
a
PETA IND EKS
Skala 1 : 4.500.000
JURUSAN TEKN IK PLANOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BAN DUNG
2008
W I L A Y A H P E S I S I R K A B U P A T E N S U K A B U M I
U
TB
S
Skala 1 : 500.000
Gam bar 4 .21
PETA TINGKAT KERENTANAN
Sumber : Hasil Analisis, 2008
TUGAS AKH IR
IDEN TIFIK ASI TINGKAT RESIKO BENCANA
GEM PA BUM I SERTA ARAH AN TIN DAK AN
M ITIGASI
L E G E N D A :
640000
640000
650000
650000
660000
660000
670000
670000
680000
680000
690000
690000
700000
700000
710000
710000
5 0 5 10 15 Km
91
80
00
0
91
80
00
0
91
90
00
0
91
90
00
0
92
00
00
0
92
00
00
0
92
10
00
0
92
10
00
0
92
20
00
0
92
20
00
0
92
30
00
0
92
30
00
0
92
40
00
0
92
40
00
0
92
50
00
0
92
50
00
0
Su nga i
Ja la n L ain
Ja la n L okal
Ja la n U tam a
Ga ris Pan tai
Ba tas Kota
Ba tas Keca ma tan
Ba tas Kab upa ten
Lau t
TE LU K PE LAB U H A N R AT U
Ta nju ng C i sang kuh
TE LU K C IL ET U H
Ta nju ng L en gon keri s
Ta nju ng K ar ang han tu
Ta nju ng T a naya
Ta nju ng U j ung ge nteng
S A M U D E R A H I N D I A
Keca m atan
Te ga lbu leu d
Keca m atan
C i bitun g
Keca m atan
S ur ade
Keca m atan
C i raca p
Keca m atan
C iem a s
Keca m atan
S im pe na n
K eca m atan
Pel abu ha nra tu
Keca m atan
C ikaka k
Keca m atan
C iso lok
KAB U P AT EN L EB AK
PR O VIN SI BA N T EN
KAB U P AT EN B OG OR
KO T A SU K AB U M I
KAB U P AT EN C IAN JU R
KAB U P AT EN S U KA BU M I
Ke Kab. Lebak
Ke Kota Sukabumi
Ke Kota Sukabumi
160
Ren dah (Sko r 0,3 40 - 0,793 )
Se dan g (Skor 0 ,79 4 - 1 ,24 7)
Ting gi (Skor 1,248 - 1 ,70 0)
Berdasarkan hasil analisis tingkat
kerentanan dari overlay basis data sub faktor
kerentanan fisik, sosial kependudukan dan
ekonomi di Wilayah Pesisir Kabupaten
Sukabumi diperoleh hasil bahwa wilayah yang
memiliki tingkat kerentanan tinggi adalah
dengan total seluas 8.584,35 Ha (sekitar 5,86%
dari total luas wilayah secara keseluruhan) yang
mana sebarannya yaitu sebagian Kecamatan
Tegalbuleud, Surade, Simpenan, Pelabuhanratu
dan Cikakak. Wilayah yang memiliki tingkat
kerentanan sedang tersebar di sebagian
Overlay
Peta Tingkat Kerentanan
Fisik
Peta Tingkat Kerentanan
Sosial
Peta Tingkat Kerentanan
Ekonomi
Peta Tingkat
Kerentanan
14
Kecamatan Tegalbuleud, Surade, Simpenan,
Cisolok, Ciracap, Cikakak dan Ciemas dengan
total seluas 99.704,62 Ha (sekitar 68,12% dari
total luas wilayah secara keseluruhan),
sedangkan untuk wilayah dengan tingkat
kerentanan rendah di Wilayah Pesisir
Kabupaten Sukabumi tersebar di sebagian
Kecamatan Cisolok, Ciracap dan Cikakak yaitu
dengan total seluas 30.083,40 Ha (sekitar
26,02% dari total luas wilayah secara
keseluruhan). Untuk lebih jelasnya mengenai
tingkat kerentanan di Wilayah Pesisir
Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada
Gambar 12.
ANALISIS FAKTOR KETAHANAN
Faktor ketahanan menggambarkan
kemampuan suatu wilayah untuk mengatasi
suatu pengaruh/dampak yang diakibatkan oleh
bahaya gempa bumi. Faktor ketahanan yang
berpengaruh terhadap tingkat risiko bencana
gempa bumi ini memiliki 3 (tiga) sub faktor
yaitu Sumberdaya alami, dengan indikator
keleluasaan pemanfaatan ruang dan vegetasi
pelindung. Sumberdaya buatan dengan indikator
rasio jumlah pelayanan kesehatan terhadap
jumlah penduduk dan rasio jumlah fasilitas
kesehatan terhadap jumlah penduduk. Serta
Mobilitas dengan indikator rasio panjang jalan
terhadap jumlah penduduk dan rasio sarana
angkutan terhadap jumlah penduduk.
A. Ketahanan Sumberdaya Alami
Ketahanan sumberdaya alami adalah
kemampuan yang besar yang dimiliki oleh suatu
wilayah dalam menghadapi suatu bencana.
Analisis sub faktor ketahanan sumberdaya alami
menggunakan peta yang diperoleh dari Pusat
Lingkungan Geologi, yaitu berupa peta geologi
lingkungan dan peta vegetasi pelindung, yang
mana untuk peta geologi lingkungan terdapat
pembagian zona kedalam tiga bagian yaitu zona
leluasa, cukup leluasa dan tidak leluasa. Dari
ketiga pembagian zona tersebut, zona leluasa
dan cukup leluasa menjadi bagian dari indikator
keleluasaan pemanfaatan ruang.
Keleluasan Pemanfaatan Ruang
Suatu kawasan dengan kondisi fisik lahan
dari tidak ada (zona leluasa) sampai dengan
sedang (zona cukup leluasa) faktor pembatas
kendala geologi lingkungan, sehingga leluasa
dan atau cukup leluasa dalam pengorganisasian
ruang dan pemilihan jenis penggunaan lahan
dengan biaya pembangunan yang tidak tinggi
(rendah dan atau sedang). Hubungan dengan
risiko adalah berbanding terbalik, semakin luas
keleluasaan pemanfaatan ruang maka ketahanan
sumberdaya alami terhadap bencana akan
semakin tinggi, risiko yang akan dihadapi akan
semakin rendah.
Vegetasi Pelindung
Vegetasi pelindung merupakan salah satu
indikator dari ketahanan sumberdaya alami,
vegetasi pelindung dapat menyelematkan suatu
daerah dari bahaya tsunami, terjangan tsunami
dapat dihambat oleh vegetasi tersebut.
Hubungan dengan risiko adalah berbanding
terbalik, semakin luas vegetasi pelindung, maka
ketahanan sumberdaya alami terhadap bencana
akan semakin tinggi, risiko yang akan dihadapi
akan semakin rendah.
Analisis Tingkat Ketahanan Sumberdaya
Alami
Analisis tingkat ketahanan sumberdaya
alami ini diperoleh melalui overlay basis data
indikator keleluasan pemanfaatan ruang dengan
vegetasi pelindung, sehingga dapat ditentukan
tingkat ketahanan sumberdaya alami, dengan
prosesnya seperti yang terlihat pada Gambar 13
berikut
Gambar 13. Proses Penentuan Tingkat
Ketahanan Sumberdaya Alami
Untuk perhitungan skor sub faktor
ketahanan sumberdaya alami ini dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7. Perhitungan Skor Faktor Ketahanan
Sumberdaya Alami
No Indikator Sub
Indikator Harkat Bobot Skor
1.
Keleluasaan
Pemanfaatan Ruang
Zona Leluasa 5 0,080 0,400
Zona Cukup
Leluasa 3 0,080 0,240
2. Vegetasi
Pelindung
Hutan 5 0,072 0,360
Semak
Belukar 4 0,072 0,288
Kebun 3 0,072 0,216
Ladang 2 0,072 0,144
Rumput 1 0,072 0,072
Sawah 1 0,072 0,072
Skor Tertinggi = 0,760 ; skor terendah = 0,072
Klasifikasi (Rendah : 0,072 – 0,301 ; Sedang : 0,302 – 0,531
; Tinggi : 0,532 – 0,760)
Overlay
Peta Keleluasan
Pemanfaatan Ruang
Peta Vegetasi
Pelindung
Peta Tingkat
Ketahahan
Sumberdaya Alami
15
Berdasarkan hasil analisis ketahanan
sumberdaya alami di Wilayah Pesisir Kabupaten
Sukabumi diperoleh hasil bahwa tingkat
ketahanan sumberdaya alami tinggi yaitu seluas
37.881,76 Ha (sekitar 25,88% dari total luas
wilayah secara keseluruhan) yang tersebar di
sebagian wilayah di seluruh kecamatan yang
ada di Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi.
Untuk wilayah dengan tingkat ketahanan
sumberdaya alami sedang di Wilayah Pesisir
Kabupaten Sukabumi yaitu dengan total seluas
73.199,87 Ha (sekitar 52,85% dari total luas
wilayah secara keseluruhan) yang juga tersebar
di sebagian wilayah di seluruh kecamatan yang
ada di Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi,
begitu juga untuk wilayah dengan tingkat
ketahanan sumberdaya alami rendah dengan
total seluas 35.290,73 Ha (sekitar 24,11% dari
total luas wilayah secara keseluruhan) juga
tersebar di sebagian wilayah di seluruh
kecamatan yang ada.
B. Ketahanan Sumberdaya Buatan
Sub faktor ketahanan sumberdaya buatan
ini meliputi aspek pendanaan, peralatan/fasilitas
dan sumber daya manusia terlatih dan terdidik.
Indikator dari sub faktor ini meliputi rasio
jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah
penduduk, dan rasio jumlah sarana kesehatan
terhadap jumlah penduduk. Sub faktor ini
memberikan kontribusi terhadap nilai dari risiko
bencana dengan bobot yang diberikan oleh para
ahli yaitu sebesar 0,079. Analisis ketahanan
sumberdaya buatan ini menggunakan
perhitungan nilai sub faktor dengan
menggunakan standarisasi Davidson.
Rasio Pelayanan Kesehatan terhadap Jumlah
Penduduk
Rasio pelayanan kesehatan terhadap jumlah
penduduk menggambarkan kemampuan
ketersediaan pelayanan kesehatan untuk
menangani penduduk yang terkena bencana
alam gempa bumi. Ketersediaan pelayanan
kesehatan atau tenaga medis yang memadai
diupayakan dapat meringankan beban yang
ditanggung oleh penduduk akibat bencana
gempa bumi. Oleh sebab itu, semakin kecil rasio
jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah
penduduk, maka semakin kecil kemampuan
pelayanan medis dalam memberikan
pertolongan.
Rasio Sarana Kesehatan terhadap Jumlah
Penduduk
Rasio sarana kesehatan terhadap jumlah
penduduk merupakan gambaran mengenai
kemampuan sarana kesehatan untuk
menampung atau melayani kebutuhan penduduk
yang terkena bencana gempa bumi. Agar sarana
kesehatan dapat menampung dan melayani
korban akibat letusan gunungapi, maka sarana
kesehatan yang tersedia harus sebanding dengan
jumlah penduduk di Wilayah Pesisir Kabupaten
Sukabumi, karena semakin kecil rasio fasilitas
kesehatan terhadap jumlah penduduk, semakin
kecil kemampuan prasarana medis dalam
menanggulangi pertolongan.
Analisis Tingkat Ketahanan Sumberdaya
Buatan
Berdasarkan perhitungan nilai baku sub
faktor ketahanan sumberdaya buatan, dapat
diperoleh hasil bahwa Kecamatan Cibitung,
Simpenan dan Cikakak merupakan wilayah
kecamatan yang memiliki tingkat ketahanan
sumberdaya alami yang tinggi, dengan nilai
baku rendah yaitu sebesar 0,069 – 0,130, atau
dengan kata lain dapat memberikan nilai yang
rendah terhadap risiko bencana gempa bumi.
Kecamatan Ciemas, Surade dan Tegalbuleud
mempunyai tingkat ketahanan sumberdaya
alami sedang dan Kecamatan Ciracap,
Pelabuhanratu dan Cisolok mempunyai tingkat
ketahanan sumberdaya alami yang rendah.
C. Ketahanan Mobilitas Penduduk
Kemampuan mobilitas menunjukkan sarana
untuk melakukan evakuasi bila terjadi bencana
gempa bumi, yaitu guna mencari tempat yang
lebih aman dan meminta bantuan. Indikator dari
sub faktor mobilitas ini terdiri dari rasio panjang
jalan terhadap jumlah penduduk dan rasio
sarana angkutan terhadap jumlah penduduk.
Kedua indikator tersebut sangat diperlukan
untuk mengurangi jatuhnya korban jiwa akibat
bencana gempa bumi dan tsunami yang akan
terjadi. Sub faktor ini mempunyai hubungan
berkebalikan dengan risiko bencana, sehingga
apabila semakin tinggi tinggi tingkat ketahanan
mobilitas maka akan semakin rendah tingkat
risiko bencana yang akan dihadapi. Sub faktor
ketahanan mobilitas ini memberikan kontribusi
terhadap nilai dari risiko bencana dengan bobot
yang diberikan oleh para ahli yaitu sebesar
0,078. Analisis ketahanan sumberdaya mobilitas
ini menggunakan perhitungan nilai sub faktor
dengan menggunakan standarisasi Davidson.
Rasio Panjang Jalan terhadap Jumlah
Penduduk
Rasio panjang jalan diperlukan karena
berkaitan dengan pelayanan jalan yang
berhubungan langsung dengan jumlah
penduduk. Jika terjadi ketidakseimbangan
antara panjang jalan dengan jumlah penduduk
16
maka akan mengakibatkan kemacetan yang
menghambat pergerakan evakuasi. Oleh karena
itu, dengan kondisi jalan yang baik dan panjang
jalan yang cukup jauh akan memudahkan dalam
pergerakan evakuasi. Tingginya rasio panjang
jalan terhadap jumlah penduduk akan
memperkecil risiko bencana alam yang akan
dihadapi.
Rasio Sarana Angkutan terhadap Jumlah
Penduduk
Sarana transportasi merupakan alat angkut
dalam melakukan pergerakan atau evakuasi.
Rendahnya rasio sarana angkutan terhadap
jumlah penduduk memperbesar risiko terhadap
bencana gempa bumi. Berdasarkan hasil
perhitungan memperlihatkan bahwa indikator
rasio sarana angkutan terhadap jumlah
penduduk masih relatif rendah, sehingga
indikator tersebut mempunyai risiko yang tinggi
terhadap bencana gempa bumi.
Analisis Tingkat Ketahanan Mobilitas
Berdasarkan perhitungan nilai baku sub
faktor ketahanan mobilitas, dapat diperoleh
hasil bahwa Kecamatan Ciracap dan
Tegalbuleud merupakan wilayah kecamatan
yang memiliki tingkat ketahanan mobilitas yang
tinggi, dengan nilai baku rendah yaitu sebesar
0,046 – 0,102, atau dengan kata lain dapat
memberikan nilai yang rendah terhadap risiko
bencana gempa bumi. Kecamatan Ciemas dan
Pelabuhanratu mempunyai tingkat ketahanan
mobilitas sedang dan 5 kecamatan lainnya
mempunyai tingkat ketahanan mobilitas yang
rendah.
D. Analisis Tingkat Ketahanan
Tingkat ketahanan ditentukan oleh 3 (tiga)
sub faktor yaitu ketahanan sumberdaya alami,
sumberdaya buatan dan mobilitas penduduk
seperti yang telah dijelaskan pada sub bab
sebelumnya. Untuk itu, untuk mendapatkan
tingkat ketahanan ini diperoleh melalui overlay
basis data ketiga sub faktor tersebut, yang mana
prosesnya dapat dilihat pada Gambar 14 berikut.
Gambar 14. Proses Penentuan Tingkat
Ketahanan
Untuk perhitungan skor faktor ketahanan
ini dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Perhitungan Skor Faktor Ketahanan
No Sub Faktor Tingkat Harkat Bobot Skor
1
Ketahanan
Sumberdaya Alami
Tinggi 5 0,152 0,760
Sedang 3 0,152 0,456
Rendah 1 0,152 0,152
2
Ketahanan
Sumberdaya
Buatan
Rendah 5 0,079 0,395
Sedang 3 0,079 0,237
Tinggi 1 0,079 0,079
3 Ketahanan Mobilitas
Penduduk
Rendah 5 0,078 0,390
Sedang 3 0,078 0,234
Tinggi 1 0,078 0,078
Skor Tertinggi = 1,545 ; skor terendah = 0,309
Klasifikasi (Rendah : 0,309 – 0,721 ; Sedang : 0,722 – 1,134 ; Tinggi : 1,135 – 1,545)
Nb : Dalam sub faktor ketahanan sumberdaya buatan dan mobilitas terdapat “pembacaan” yang berbeda antara nilai
baku dan pengertian ketahanan itu sendiri. Nilai baku
indikator-indikator ketahanan ini berkebalikan dengan nilai rasio. Jadi, apabila nilai baku (misalnya) ketahanan
mobilitas penduduk rendah, berarti sebetulnya memiliki
ketahanan mobilitas penduduk yang tinggi. Hal ini disebabkan karena nilai baku diarahkan (distandarkan)
untuk penilaian risiko bencana. Penentuan harkat pada sub
faktor ketahanan sumberdaya buatan dan mobilitas penduduk yang menjadi penentu tingkat ketahanan ini
adalah dengan pertimbangan bahwa semakin tinggi tingkat
ketahanan buatan dan mobilitas penduduk maka akan semakin tinggi (memiliki harkat tinggi) tingkat
ketahanannya.
Berdasarkan hasil analisis tingkat
ketahanan dari overlay basis data sub faktor
ketahanan sumberdaya alami, sumberdaya
buatan dan mobilitas penduduk di Wilayah
Pesisir Kabupaten Sukabumi diperoleh hasil
bahwa wilayah yang memiliki tingkat ketahanan
tinggi adalah dengan total seluas 25.091,45 Ha
(sekitar 17,14% dari total luas wilayah secara
keseluruhan) tersebar di sebagian Kecamatan
Cibitung, Ciemas, Cikakak, Ciracap, Simpenan
dan Tegalbuleud. Wilayah yang memiliki
tingkat ketahanan sedang tersebar di seluruh
kecamatan yang ada, dengan total seluas
85.552,66 Ha (sekitar 56,40% dari total luas
wilayah secara keseluruhan), sedangkan untuk
wilayah dengan tingkat ketahanan rendah di
Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi tersebar
di 8 (delapan) kecamatan, terkecuali Kecamatan
Tegalbuleud, yaitu dengan total seluas
38.728,26 Ha (sekitar 26,46% dari total luas
wilayah secara keseluruhan). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 15 berikut.
Overlay
Peta Tingkat
Ketahanan
Peta Tingkat
Ketahanan SD
Alami
Peta Tingkat
Ketahanan SD
Buatan
Peta Tingkat
Ketahanan
Mobilitas
17
Gambar 15. Peta Tingkat Ketahanan
LOKASI PETA
PROVINSI
JAWA BARAT
PROVINSI
BANT EN
SAMUDE
RA HIN
DIA
Kab. Sukabumi
Laut J awa
Sel
at S
und
a
PETA IND EKS
Skala 1 : 4.500.000
JURUSAN TEKN IK PLANOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BAN DUNG
2008
W I L A Y A H P E S I S I R K A B U P A T E N S U K A B U M I
U
TB
S
Skala 1 : 500.000
Gam bar 4 .33
PETA TINGKAT KETAHANAN
Sumber : Hasil Analisis, 2008
TUGAS AKH IR
IDEN TIFIK ASI TINGKAT RESIKO BENCANA
GEM PA BUM I SERTA ARAH AN TIN DAK AN
M ITIGASI
L E G E N D A :
640000
640000
650000
650000
660000
660000
670000
670000
680000
680000
690000
690000
700000
700000
710000
710000
5 0 5 10 15 Km
91
80
00
0
91
80
00
0
91
90
00
0
91
90
00
0
92
00
00
0
92
00
00
0
92
10
00
0
92
10
00
0
92
20
00
0
92
20
00
0
92
30
00
0
92
30
00
0
92
40
00
0
92
40
00
0
92
50
00
0
92
50
00
0
Su nga i
Ja la n L ain
Ja la n L okal
Ja la n U tam a
Ga ris Pan tai
Ba tas Kota
Ba tas Keca ma tan
Ba tas Kab upa ten
Lau t
TE LU K PE LAB U H A N R AT U
Ta nju ng C i sang kuh
TE LU K C IL ET U H
Ta nju ng L en gon keri s
Ta nju ng K ar ang han tu
Ta nju ng T a naya
Ta nju ng U j ung ge nteng
S A M U D E R A H I N D I A
Keca m atan
Te ga lbu leu d
Keca m atan
C i bitun g
Keca m atan
S ur ade
Keca m atan
C i raca p
Keca m atan
C iem a s
Keca m atan
S im pe na n
K eca m atan
Pel abu ha nra tu
Keca m atan
C ikaka k
Keca m atan
C iso lok
KAB U P AT EN L EB AK
PR O VIN SI BA N T EN
KAB U P AT EN B OG OR
KO T A SU K AB U M I
KAB U P AT EN C IAN JU R
KAB U P AT EN S U KA BU M I
Ke Kab. Lebak
Ke Kota Sukabumi
Ke Kota Sukabumi
176
Ren dah (Sko r 0,3 09 - 0,721 )
Se dan g (Skor 0 ,72 2 - 1 ,13 4)
Ting gi (Skor 1,135 - 1 ,54 5)
ANALISIS TINGKAT RISIKO GEMPA
BUMI
Analisis tingkat risiko bencana gempa bumi
merupakan analisis yang mengkombinasikan
antara faktor bahaya, kerentanan dan ketahanan
melalui overlay basis data ketiga sub faktor
tersebut, yang mana prosesnya dapat dilihat
pada Gambar 16 berikut.
Gambar 16. Proses Penentuan Tingkat Risiko
Bencana Gempa Bumi
Untuk perhitungan skor risiko gempa bumi
ini dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Perhitungan Skor Risiko Bencana
Gempa Bumi
No Faktor Tingkat Harkat Bobot Skor
1 Bahaya
Tinggi 5 0,350 1,750
Sedang 3 0,350 1,050
Rendah 1 0,350 0,350
No Faktor Tingkat Harkat Bobot Skor
2 Kerentanan
Tinggi 5 0,340 1,700
Sedang 3 0,340 1,020
Rendah 1 0,340 0,340
3 Ketahanan
Rendah 5 0,310 1,550
Sedang 3 0,310 0,930
Tinggi 1 0,310 0,310
Skor Tertinggi = 5,000 ; skor terendah = 1,000
Klasifikasi (Rendah : 1,000 – 2,333 ; Sedang : 2,334 – 3,667 ; Tinggi : 3,668 – 5,000)
Gambar 17. Peta Tingkat Risiko Gempa Bumi
di Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi
LOKASI PETA
PROVINSI
JA WA BARAT
PROVINSI
BANT EN
SAMUDE
RA HIN
DIA
Kab. Sukabumi
Laut J awa
Sel
a t S
und
a
PETA INDEKS
Skala 1 : 4.500.000
JURUSAN TEKN IK PLANOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BAN DUNG
2008
W I L A Y A H P E S I S I R K A B U P A T E N S U K A B U M I
U
TB
S
Skala 1 : 500.000
Gam bar 4 .35
PETA TINGKAT RESIKO
Sumber : Hasil Analisis, 2008
TUGAS AKH IR
IDEN TIFIK ASI TINGKAT RESIKO BENCANA
GEM PA BUM I SERTA ARAH AN TIN DAK AN
M ITIGASI
L E G E N D A :
640000
640000
650000
650000
660000
660000
670000
670000
680000
680000
690000
690000
700000
700000
710000
710000
5 0 5 10 15 Km
91
80
00
0
91
80
00
0
91
90
00
0
91
90
00
0
92
00
00
0
92
00
00
0
92
10
00
0
92
10
00
0
92
20
00
0
92
20
00
0
92
30
00
0
92
30
00
0
92
40
00
0
92
40
00
0
92
50
00
0
92
50
00
0
Su nga i
Ja la n L ain
Ja la n L okal
Ja la n U tam a
Ga ris Pan tai
Ba tas Kota
Ba tas Keca ma tan
Ba tas Kab upa ten
Lau t
TE LU K PE LAB U H A N R AT U
Ta nju ng C i sang kuh
TE LU K C IL ET U H
Ta nju ng L en gon keri s
Ta nju ng K ar ang han tu
Ta nju ng T a naya
Ta nju ng U j ung ge nteng
S A M U D E R A H I N D I A
Keca m atan
Te ga lbu leu d
Keca m atan
C i bitun g
Keca m atan
S ur ade
Keca m atan
C i raca p
Keca m atan
C iem a s
Keca m atan
S im pe na n
K eca m atan
Pel abu ha nra tu
Keca m atan
C ikaka k
Keca m atan
C iso lok
KAB U P AT EN L EB AK
PR O VIN SI BA N T EN
KAB U P AT EN B OG OR
KO T A SU K AB U M I
KAB U P AT EN C IAN JU R
KAB U P AT EN S U KA BU M I
Ke Kab. Lebak
Ke Kota Sukabumi
Ke Kota Sukabumi
178
Ren dah (Sko r 1,0 00 - 2,333
Se dan g (Skor 2 ,33 4 - 3 ,66 7)
Ting gi (Skor 3,668 - 5 ,00 0)
Berdasarkan hasil analisis tingkat risiko
dari overlay basis data faktor bahaya,
kerentanan dan ketahanan/kapasitas di Wilayah
Pesisir Kabupaten Sukabumi diperoleh hasil
bahwa wilayah yang memiliki tingkat risiko
tinggi adalah dengan total seluas 51.069,68 Ha
(sekitar 34,89% dari total luas wilayah secara
keseluruhan) tersebar di sebagian besar di
Kecamatan Ciemas, Cikakak, Pelabuhanratu
dan Simpenan, serta sebagian kecil tersebar di
Kecamatan Ciracap, Cisolok, Surade dan
Tegalbuleud. Wilayah yang memiliki tingkat
risiko sedang tersebar di sebagian besar
Wilayah Kecamatan Ciracap, Cisolok,
Simpenan, Pelabuhanratu, Surade dan
Tegalbileud, dan sebagian kecil tersebar di
Kecamatan Cibitung, Ciemas, Cikakak,
Simpenan dan Pelabuhanratu, dengan total
wilayah berisiko sedang yaitu seluas 81.034,93
Ha (sekitar 55,36% dari total luas wilayah
secara keseluruhan), sedangkan untuk wilayah
Overlay
Peta Tingkat Risiko
Gempa Bumi
Peta Tingkat Bahaya
Gempa Bumi
Peta Tingkat
Kerentanan
Peta Tingkat
Ketahanan
18
dengan tingkat risiko rendah tersebar
di sebagian wilayah Kecamatan Cibitung,
Ciracap dan Cisolok yaitu dengan total seluas
14.267,76 Ha (sekitar 9,75% dari total luas
wilayah secara keseluruhan). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pda Gambar 18 berikut.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis tingkat risiko
bencana gempa bumi, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Secara alamiah, Wilayah Pesisir Kabupaten
Sukabumi memiliki potensi terhadap
beberapa peristiwa bahaya alam
diantaranya yaitu goncangan gempa bumi
dan tsunami. Berdasarkan hasil analisis
tingkat bahaya gempa bumi, yang diperoleh
dari overlay basis data sub faktor bahaya
goncangan (bahaya langsung) dan bahaya
tsunami (bahaya ikutan), dapat dapat
diperoleh hasil bahwa tingkat bahaya
gempa bumi tinggi di Wilayah Pesisir
Sukabumi yaitu seluas 6.802,19 Ha (sekitar
4,65% dari total luas wilayah secara
keseluruhan) yang tersebar di sebagian
Kecamatan Ciemas, Cikakak, Ciracap,
Cisolok, Pelabuhanratu dan Simpenan.
2. Berdasarkan hasil analisis tingkat
kerentanan diperoleh hasil bahwa wilayah
yang memiliki tingkat kerentanan tinggi
adalah dengan total seluas 8.584,35 Ha
(sekitar 5,86% dari total luas wilayah secara
keseluruhan) yang mana sebarannya yaitu
sebagian Kecamatan Tegalbuleud, Surade,
Simpenan, Pelabuhanratu dan Cikakak.
3. Berdasarkan hasil analisis tingkat
ketahanan diperoleh hasil bahwa wilayah
yang memiliki tingkat ketahanan tinggi
untuk dapat merespon atau mengatasi
dampak dari bencana gempa bumi adalah
dengan total seluas seluas 25.091,45 Ha
(sekitar 17,14% dari total luas wilayah
secara keseluruhan) tersebar di sebagian
Kecamatan Cibitung, Ciemas, Cikakak,
Ciracap, Simpenan dan Tegalbuleud.
4. Berdasarkan hasil analisis tingkat risiko
dari overlay basis data faktor bahaya,
kerentanan dan ketahanan/kapasitas di
Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi
diperoleh hasil bahwa wilayah yang
memiliki tingkat risiko tinggi adalah
dengan total seluas 16.915,84 Ha (sekitar
11,56% dari total luas wilayah secara
keseluruhan), yang penyebarannya terluas
yaitu di 3 (tiga) Kecamatan yaitu
Kecamatan Pelabuhanratu, Ciemas dan
Simpenan, serta sebagian kecil untuk
tingkat risiko bencana gempa bumi tinggi
ini tersebar di Kecamatan Cisolok, Cikakak,
Ciracap dan Tegalbuleud. Wilayah yang
memiliki tingkat risiko sedang tersebar di
sebagian besar Wilayah Kecamatan
Simpenan, Ciemas, Cikakak dan Cisolok,
serta sebagian kecil di Kecamatan Cibitung,
Surade, Pelabuhanratu dan Tegalbuleud,
dengan total luas wilayah berisiko sedang
yaitu seluas 61.630,09 Ha (sekitar 42,11%
dari total luas wilayah secara keseluruhan),
sedangkan untuk wilayah dengan tingkat
risiko rendah tersebar di sebagian besar
Kecamatan Tegalbuleud, Cibitung, Surade,
Ciracap dan Cisolok, serta sebagian kecil
tersebar di Kecamatan Cikakak, Simpenan
dan Ciemas, yaitu dengan total seluas
67.826,43 Ha (sekitar 46,34% dari total
luas wilayah secara keseluruhan).
Rekomendasi
Rekomendasi disusun berdasarkan peta
tingkat risiko yang menunjukkan tingkat, letak
dan sebaran risiko terhadap bencana gempa
bumi, berupa arahan tindakan kegiatan pada
kondisi yang sedang berlansung (existing
activity). Arahan-arahan tersebut merupakan
upaya pencegahan dan pengendalian dalam
mengurangi kerugian dan kerusakan akibat
dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa gempa
bumi.
Upaya untuk mengurangi risiko bencana
dapat dilakukan dengan mengurangi kerentanan
dan meningkatkan kapasitas/ketahanan
(Awotona, 1997 : 151). Maka dari itu, upaya
yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko
bencana gempa bumi di Wilayah Pesisir
Kabupaten Sukabumi yaitu dengan cara
menurunkan nilai indikator faktor kerentanan
(vulnerabilty) dan menaikkan nilai indikator
faktor ketahanan/kapasitas.
Metodologi untuk merumuskan
upaya/tindakan terhadap kegiatan dilakukan
dengan mengevaluasi besaran/nilai indikator-
indikator dari faktor kerentanan dan faktor
ketahanan/kapasitas. Upaya ini diarahkan pada
kecamatan-kecamatan yang pada bagian
wilayahnya memiliki risiko tinggi terhadap
bencana gempa bumi, yaitu Kecamatan Cisolok,
Cikakak, Pelabuhanratu, Simpenan, Ciemas,
Ciracap, dan Tegalbuleud.
Berikut akan diberikan beberapa arahan
tindakan kegiatan pada indikator-indikator
berisiko tinggi di Wilayah Pesisir Kabupaten
Sukabumi, seperti yang terlihat pada Tabel 10.
19
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Teks
1. Awotona, Adenrele (1997).
Reconstruction After Disaster :
Issues and Practices. Aldershot :
Ashgate.
2. Budiyanto, Eko (2002). Sistem
Informasi Geografis Menggunakan
Arc View GIS. Yogyakarta : Andi.
3. Cannon, Terry (1994). Vulnerability
Analysis and the Explanation of
„Natural‟ Disasters. Dalam Disaster,
Development and Environmental.
Varley, Ann (1994). Chichester : John
Wiley & Sons.
4. Dahuri (2001). Pengelolaan Sumber
Daya Wilayah Pesisir dan Lautan
Secara Terpadu (Cetakan Kedua,
Edisi Revisi). Jakarta : PT. Pradnya
Paramita.
5. Davidson, Rachel A (1997). An Urban
Earthquake Disaster Risk Index.
Stanford : The John A. Blume
Earthquake Engineering Center,
Department of Civil Engineering
Stanford University.
6. Lewis, James (1997). Development,
Vulnerability and Disaster
Reduction. Dalam Reconstruction
After Disaster : Issues and Practices.
Awotona, Adenrale (ed) (1997).
Aldershot : Ashgate.
7. Munir, Mochammad (2006). Geologi
Lingkungan (Cetakan Kedua, Edisi
Pertama). Malang : Bayumedia.
8. Noor, Djauhari (2006). Geologi
Lingkungan (Cetakan Pertama,
Edisi Pertama). Yogyakarta : Graha
Ilmu.
9. Saaty, T.L (1993). Pengambilan
Keputusan Bagi Para Pemimpin
Indikator Berisiko Tinggi Arahan Tindakan
Permukiman Mengikuti aturan building code yang sesuai dengan acuan normatif (SNI 03-1726-2002,
Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan. SNI 03-2847-1992, Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. RSNI T-02-2003, Tata Cara
Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia. SNI 03-1729-2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan. SNI 03-6816-2002, Tata Cara Pendetailan Penulangan
Beton Bertulang Indonesia).
Zona Tidak Leluasa Menghindari pembangunan di zona ini, karena zona tidak leluasa adalah indikator yang menyebabkan tingginya tingkat kerentanan, yang dalam artian memiliki proporsi potensi
bahaya geologi yang lebih dominan.
Prosentase rumah tangga yang
bekerja di bidang perikanan laut Melindungi sarana kegiatan rumah tangga yang bekerja di bidang perikanan laut dari
terpaan tsunami seperti perahu dan kapal, dengan membuat bangunan yang berkonstruksi
kuat dari terpaan tsunami, atau menjauhkan sarana tersebut dari bibir pantai, misalnya dapat
ditempatkan di sungai-sungai yang jauh dari muara pantai.
Rasio pelayanan kesehatan
terhadap jumlah penduduk Meningkatkan pelayanan kesehatan, dengan menambah jumlah tenaga kesehatan serta
pembentukan kelompok aksi dengan pelatihan pertolongan pertama.
Rasio sarana kesehatan terhadap jumlah penduduk
Membangun sarana kesehatan yang memadai, memiliki aksesibilitas agar mudah untuk dijangkau oleh penduduk, bangunan dengan konstruksi yang aman terhadap gempa bumi
serta menempatan bangunan ini pada kawasan yang cukup aman (tidak berbahaya gempa
bumi tinggi).
Rasio prasarana jalan terhadap
jumlah penduduk Pengembangan jaringan jalan yang memadai serta pembuatan akses evakuasi dengan
rambu-rambu yang jelas.
Rasio sarana angkutan terhadap jumlah penduduk
Meningkatkan pelayanan sarana transportasi, dengan bantuan pemerintah berupa pengadaan sarana angkutan (misalnya bus).
Prosentase keluarga miskin Meningkatkan kesejahteraan keluarga untuk mengurangi tingkat kemiskinan yang berpengaruh terhadap kerentanan ekonomi.
Kepadatan Penduduk Menekan kepadatan penduduk yang tinggi dengan cara memeratakan persebaran penduduk
ke wilayah yang masih jarang penduduknya, dan pada suatu lokasi yang aman dari bahaya gempa bumi.
Prosentase rumah tangga yang
bekerja di bidang non pertanian Merelokasi kegiatan non pertanian ke zona leluasa atau wilayah yang aman dari bahaya
gempa bumi.
Prosentase penduduk usia lanjut
dan balita Menyediakan bantuan khusus dengan pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana
dalam upaya mengevakuasi penduduk usia lanjut dan balita dari bahaya gempa bumi.
Prosentase penduduk wanita Menyediakan bantuan khusus dengan pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dalam upaya mengevakuasi penduduk wanita dari bahaya gempa bumi.
Prosentase penduduk
penyandang cacat Menyediakan bantuan khusus dengan pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana
dalam upaya mengevakuasi penduduk penyandang cacat dari bahaya gempa bumi.
Prosentase produktivitas padi
berpengairan irigasi Memperkuat bangunan irigasi dengan mengembangkan teknik-teknik konstruksi tahan
gempa.
Tabel 10. Arahan Tindakan Kegiatan pada Indikator Berisiko Tinggi
20
(Proses Hierarki Analitik untuk
Pengambilan Keputusan dalam
Situasi Kompleks), Terjemahan,
Penerbit PT.Pustaka Binaman
Pressibdo.
10. Sanderson, David (1997). Building
Bridges to Reduce Risk. Dalam
Reconstruction After Disaster :
Issues and Practices. Awotona,
Adenrale (ed) (1997). Aldershot :
Ashgate.
B. Jurnal/Artikel
1. Agung, A.A.G (1993).
Mendefinisikan Kebutuhan GIS
Untuk Perencanaan Wilayah dan
Kota, Jurnal Perencanaan Wilayah dan
Kota, Edisi Khusus.
2. Akbar, Roos (2006). Pentingnya
Pertimbangan Kebencanaan Dalam
Penataan Ruang; Materi Seminar
Nasional : Mitigasi Bencana Alam di
Indonesia: Solusi Professional dari
Kacamata Geogogi Lingkungan, Local
Genious, Teknologi dan Planning,
Malang.
3. Bakornas PBP, Buku Panduan
Pengenalan Karakteristik Bencana.
4. Bakornas PB, Rencana Aksi Nasional
Pengurangan Risiko Bencana 2006-
2009.
5. Bakornas PB, Rencana Pedoman
penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana di daerah.
6. Numberi, Freddy (2007). Penataan
Ruang Pesisir dengan
Mempertimbangkan Aspek
Bencana; Materi Seminar Nasional:
Pengelolaan Ruang Wilayah Pesisir di
Indonesia sebagai Antisipasi Risiko
Bencana. Bandung.
7. Poernomosidhi (2007). Kebijakan
Pengelolaan Ruang Wilayah
Kawasan Pesisir di Indonesia
Sebagai Antisipasi Risiko Bencana;
Materi Seminar Nasional : Pengelolaan
Ruang Wilayah Pesisir di Indonesia
sebagai Antisipasi Risiko Bencana.
Bandung.
8. Poernomosidhi (2005). Penanganan
Pasca Bencana; Materi Seminar
Sehari: Mitigasi Bencana Alam dalam
Perencanaan Wilayah dan Kota.
Bandung.
9. Rosyidie, Arief (2006). Dampak
Bencana Terhadap Wilayah Pesisir:
Belajar dari Tsunami Aceh; Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol 17
No. 3.
10. Soerono (2005). Perspektif Penataan
Ruang dalam Pengelolaan Kawasan
Rawan Bencana; Jurnal Tata Ruang;
Peran Penataan Ruang dalam
Penanganan Bencana Alam. Jakarta :
Sekretariat Tim Teknis BKTRN.
11. UNDP (1992). Tinjauan Umum
Manajemen Bencana. Program
Pelatihan Manajemen Bencana : Edisi
kedua.
12. UNDP (1994). Mitigasi Bencana.
Program Pelatihan Manajemen
Bencana: Edisi kedua.
13. UNDP (1995). Pengantar Tentang
Bahaya. Program Pelatihan
Manajemen Bencana : Edisi ketiga.
14. Yayasan IDEP (2007),
Penanggulangan Bencana Berbasis
Masyarakat. Yayasan IDEP - Ubud,
UNESCO – Jakarta.
C. Studi Terdahulu
1. Firmansyah (1998). Identifikasi
Risiko Bencana Gempa Bumi dan
Implikasinya Terhadap Penataan
Ruang di Kotamadya Daerah
Tingkat II Bandung. Tesis : Program
Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Bandung.
2. Oktariadi, Oki (2007). Peranan
Geologi Lingkungan dalam
Penentuan Tingkat Risiko Bencana
Tsunami (Studi Kasus : Wilayah
Pesisir Kabupaten Sukabumi).
Laporan Penelitian : Pusat Lingkungan
Geologi Bandung.
3. Purwanti dan Juliana (2006).
Identifikasi Tingkat Risiko Bencana
Letusan Gunungapi dan Longsor di
Kabupaten Garut. Tugas Akhir :
Jurusan Teknik Planologi Universitas
Pasundan Bandung.
4. Rustiady (2004). Analisis Tingkat
Risiko Bencana Gerakan Tanah dan
Arahan Tindakan pada Penggunaan
Lahan. Tesis : Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota Institut
Teknologi Bandung.
5. Suganda (2000). Identifikasi Tingkat
Risiko Kawasan Rawan Bencana
Alam Letusan Gunung Gede di
Kabupaten Cianjur. Tesis : Program
Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Bandung.