20
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bencana alam geologi merupakan kejadian alam ekstrim yang diakibatkan oleh berbagai fenomena geologi dan geofisika. Aktivitas tektonik di permukaan bumi dapat menjadi salah satu penyebabnya, demikian halnya dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaan bumi yang juga mungkin sampai di permukaan. Pemahaman mengenai mitigasi bencana alam geologi dan mitigasi hazard menjadi menarik dan mendesak untuk diteliti mengingat dampak yang ditimbulkan bencana tersebut dewasa ini. Kerugian jiwa, material, dan budaya merupakan aspek utama yang berisiko menanggung dampak bencana. Kesadaran tentang potensi bencana di Indonesia dan fakta ilmiah di sekitar bencana yang menimpa negara ini menjadi alasan utama perlunya dilakukan usaha-usaha ilmiah untuk mengatasinya. Peran aktif semua pihak yang terkait merupakan sikap terbaik yang diperlukan untuk menanggulangi masalah bencana. Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di atas lempeng benua, lempeng Indo Australia dan lempeng Pasifik tak hanya menjadikan kaya sumber daya alam, namun juga rawan akan bencana geologi. Menurut Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, lempeng benua relatif stabil. Namun lempeng Indo Australia terus bergerak ke arah utara sedang lempeng Pasifik bergerak ke arah barat. ‘’Ini antara lain yang menyebabkan posisi Indonesia tidak stabil dan rawan bencana geologi’’. Sebagai akibat gerakan lempeng-lempeng itulah yang menimbulkan bencana geologi berupa letusan gunung berapi (vulkanologi), gempa bumi, gempa bumi dan gerakan tanah. Diungkapkan dari 129 gunung api sekitar 13 % berada di Indonesia dan saat ini kondisinya sangat aktif. Selain itu ada tiga gunung api di dasar laut. Potensi gempa bumi di berbagai lokasi, potensi gempa bumi serta gerakan tanah juga di berbagai lokasi. Secara umum pada daerah yang pernah terjadi bencana ada peluang akan terjadi lagi (http://www.esdm.go.id). Gambar 1. Lingkungan Tektonik Indonesia Sumber : http://www.reindo.co.id/gempa.htm Gambar di atas menunjukkan lingkungan tektonik Indonesia yang terdiri dari tiga lempeng tektonik; Indo-Australia, Pasifik dan Eurasia yang bergerak relatif terhadap lainnya (lihat arah panah). Batas lempeng tektonik merupakan daerah konsentrasi aktifitas gempa bumi yang diplot sebagai garis hitam dan segi tiga. Garis tebal merupakan sesar aktif, sedangkan lingkaran adalah stasiun seismograf. IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SERTA ARAHAN TINDAKAN MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN SUKABUMI Oleh : Erwin T. Hasyim, ST [email protected] Studi ini bertujuan mengidentifikasi tingkat risiko bencana gempa bumi di Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi serta merumuskan implikasi risiko bencana tersebut terhadap tindakan mitigasi bencana agar dapat mengurangi risiko. Metode analisis yang digunakan yaitu dengan beberapa metode yaitu perhitungan nilai faktor dengan model standarisasi Davidson serta metode superimpose (dengan teknik skoring), selain itu untuk memperoleh nilai perbandingan antara beberapa faktor yang ditinjau dari segi pentingnya faktor tersebut terhadap faktor lainnya dalam menentukan penilaian prioritas terhadap risiko bencana alam gempa bumi maka digunakan pembobotan dengan menggunakan metode proses hierarki analitik (Analitycal Hierarchy Process/AHP). Hasil dari studi menunjukkan seluas 16.915,84 Ha (sekitar 11,56% dari total luas wilayah) wilayah studi teridentifikasi bersiko tinggi. Keyword : bahaya, kerentanan, ketahanan, risiko, mitigasi

IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SERTA ARAHAN TINDAKAN MITIGASI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Studi ini bertujuan mengidentifikasi tingkat risiko bencana gempa bumi di Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi serta merumuskan implikasi risiko bencana tersebut terhadap tindakan mitigasi bencana agar dapat mengurangi risiko. Metode analisis yang digunakan yaitu dengan beberapa metode yaitu perhitungan nilai faktor dengan model standarisasi Davidson serta metode superimpose (dengan teknik skoring), selain itu untuk memperoleh nilai perbandingan antara beberapa faktor yang ditinjau dari segi pentingnya faktor tersebut terhadap faktor lainnya dalam menentukan penilaian prioritas terhadap risiko bencana alam gempa bumi maka digunakan pembobotan dengan menggunakan metode proses hierarki analitik (Analitycal Hierarchy Process/AHP). Hasil dari studi menunjukkan seluas 16.915,84 Ha (sekitar 11,56% dari total luas wilayah) wilayah studi teridentifikasi bersiko tinggi.

Citation preview

Page 1: IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SERTA ARAHAN TINDAKAN MITIGASI

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bencana alam geologi merupakan kejadian

alam ekstrim yang diakibatkan oleh berbagai

fenomena geologi dan geofisika. Aktivitas

tektonik di permukaan bumi dapat menjadi salah

satu penyebabnya, demikian halnya dengan

aktivitas vulkanik di bawah permukaan bumi yang

juga mungkin sampai di permukaan. Pemahaman

mengenai mitigasi bencana alam geologi dan

mitigasi hazard menjadi menarik dan mendesak

untuk diteliti mengingat dampak yang

ditimbulkan bencana tersebut dewasa ini.

Kerugian jiwa, material, dan budaya merupakan

aspek utama yang berisiko menanggung dampak

bencana. Kesadaran tentang potensi bencana di

Indonesia dan fakta ilmiah di sekitar bencana

yang menimpa negara ini menjadi alasan utama

perlunya dilakukan usaha-usaha ilmiah untuk

mengatasinya. Peran aktif semua pihak yang

terkait merupakan sikap terbaik yang diperlukan

untuk menanggulangi masalah bencana.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang

berada di atas lempeng benua, lempeng Indo

Australia dan lempeng Pasifik tak hanya

menjadikan kaya sumber daya alam, namun juga

rawan akan bencana geologi. Menurut Menteri

ESDM Purnomo Yusgiantoro, lempeng benua

relatif stabil. Namun lempeng Indo Australia terus

bergerak ke arah utara sedang lempeng Pasifik

bergerak ke arah barat. ‘’Ini antara lain yang

menyebabkan posisi Indonesia tidak stabil dan

rawan bencana geologi’’. Sebagai akibat gerakan

lempeng-lempeng itulah yang menimbulkan

bencana geologi berupa letusan gunung berapi

(vulkanologi), gempa bumi, gempa bumi dan

gerakan tanah. Diungkapkan dari 129 gunung api

sekitar 13 % berada di Indonesia dan saat ini

kondisinya sangat aktif. Selain itu ada tiga gunung

api di dasar laut. Potensi gempa bumi di berbagai

lokasi, potensi gempa bumi serta gerakan tanah

juga di berbagai lokasi. Secara umum pada daerah

yang pernah terjadi bencana ada peluang akan

terjadi lagi (http://www.esdm.go.id).

Gambar 1. Lingkungan Tektonik Indonesia

Sumber : http://www.reindo.co.id/gempa.htm

Gambar di atas menunjukkan lingkungan

tektonik Indonesia yang terdiri dari tiga lempeng

tektonik; Indo-Australia, Pasifik dan Eurasia yang

bergerak relatif terhadap lainnya (lihat arah

panah). Batas lempeng tektonik merupakan daerah

konsentrasi aktifitas gempa bumi yang diplot

sebagai garis hitam dan segi tiga. Garis tebal

merupakan sesar aktif, sedangkan lingkaran adalah

stasiun seismograf.

IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI

SERTA ARAHAN TINDAKAN MITIGASI BENCANA

DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN SUKABUMI

Oleh :

Erwin T. Hasyim, ST

[email protected]

Studi ini bertujuan mengidentifikasi tingkat risiko bencana gempa bumi di Wilayah Pesisir Kabupaten

Sukabumi serta merumuskan implikasi risiko bencana tersebut terhadap tindakan mitigasi bencana

agar dapat mengurangi risiko. Metode analisis yang digunakan yaitu dengan beberapa metode yaitu

perhitungan nilai faktor dengan model standarisasi Davidson serta metode superimpose (dengan

teknik skoring), selain itu untuk memperoleh nilai perbandingan antara beberapa faktor yang ditinjau

dari segi pentingnya faktor tersebut terhadap faktor lainnya dalam menentukan penilaian prioritas

terhadap risiko bencana alam gempa bumi maka digunakan pembobotan dengan menggunakan metode

proses hierarki analitik (Analitycal Hierarchy Process/AHP). Hasil dari studi menunjukkan seluas

16.915,84 Ha (sekitar 11,56% dari total luas wilayah) wilayah studi teridentifikasi bersiko tinggi.

Keyword : bahaya, kerentanan, ketahanan, risiko, mitigasi

Page 2: IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SERTA ARAHAN TINDAKAN MITIGASI

2

Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi

merupakan suatu wilayah pesisir selatan Jawa

Barat dan berhadapan langsung dengan pertemuan

lempeng Indo-Australia dan dilalui oleh

sesar/patahan Cimandiri yang merupakan zona

sumber gempa. Sesar Cimandiri adalah sesar aktif

yang terdapat di Sukabumi Selatan. Dengan

melihat catatan-catatan gempa seperti gempa

yang terjadi di Pelabuhanratu (1900) dan

Kabupaten Sukabumi (2001), pusat gempa bumi

yang merusak ini terletak pada lajur sesar aktif

Cimandiri. Kejadian terbaru (di tahun 2006) telah

terjadi kembali beberapa gempa dengan kekuatan

sedang di sekitar sesar Cimandiri. Catatan-catatan

kegempaan di daerah sesar Cimandiri tersebut

memberikan fakta pasti bahwa potensi kegempaan

di daerah ini cukup besar, yang berarti potensi

bencana di daerah ini akan sama besarnya pula.

Kehilangan satu nyawa saja akibat gempa

sebetulnya sudah dapat dikatakan bencana. Meski

sangatlah sulit untuk menghindari diri dari

bencana, namun setidaknya mereduksi dampak

bencana merupakan harapan yang harus dicapai

(http://geodesy.gd.itb.ac.id/?p=288).

Selama ini bencana geologi ikutan yang

sering terjadi akibat gempa bumi adalah gerakan

tanah dan liquifaksi, sedangkan gempa bumi yang

disertai gelombang tsunami di Wilayah Pesisir

Kabupaten Sukabumi belum terjadi, namun untuk

pertama kalinya pada 17 Juli 2006 di lepas pantai

Pangandaran terjadi gempa bumi yang disertai

tsunami. Dengan kejadian gempa bumi yang

disertai tsunami di Pangandaran maka kejadian

serupa di Wilayah Jawa Barat dapat terjadi,

sehingga kewaspadaan Wilayah Pesisir Selatan

Jawa Barat termasuk Sukabumi dapat menghadapi

bencana tsunami perlu ditingkatkan sebagai salah

satu upaya memperkecil risiko tsunami sedini

mungkin (Oki Oktariadi, 2007 : I -3-4).

Gempa bumi adalah salah satu dari banyak

bahaya alam yang paling merusak, gempa-gempa

tersebut bisa terjadi setiap saat di sepanjang tahun,

dengan dampak yang tiba-tiba dan hanya

memberikan peringatan sedikit waktu saja. Gempa

dapat menghancurkan bangunan-bangunan dalam

waktu yang sebentar saja, membunuh atau

melukai penduduk. Gempa tidak hanya merusak

kota-kota secara menyeluruh tetapi juga bisa

mengacaukan pemerintahan, ekonomi dan struktur

sosial dari satu negara (UNDP, 1995 : 17).

Untuk itu, langkah-langkah untuk

pengelolaan penanggulangan bencana menjadi

sangat penting untuk dilakukan, baik sebelum,

sesudah maupun saat terjadinya bencana. Sesuai

dengan tujuan utamanya yaitu mengurangi

dan/atau meniadakan korban dan kerugian yang

mungkin timbul, maka titik berat perlu diberikan

pada tahap sebelum terjadinya bencana, yaitu

terutama kegiatan penjinakan/peredaman.

Kegiatan lainnya yang diambil pada saat sebelum

terjadinya bencana adalah kegiatan pencegahan

(prevention) dan kesiapsiagaan. Kegiatan

pencegahan dimaksudkan untuk menghindarkan

terjadinya bencana, dan dititikberatkan pada upaya

penyebarluasan berbagai peraturan perundang-

undangan yang berdampak dalam meniadakan

atau mengurangi risiko bencana. Kegiatan

kesiapsiagaan ditujukan untuk menyiapkan respon

masyarakat bila terjadi bencana, yang dilakukan

dengan mengadakan pelatihan bagi masyarakat

yang tinggal di daerah rawan bencana, serta

pendidikan dan pelatihan bagi aparat pemerintah.

Sedangkan kegiatan penjinakan dilakukan untuk

memperkecil, mengurangi dan memperlunak

dampak yang ditimbulkan bencana atau dikenal

dengan istilah Mitigasi (Akbar, 2006 : 2-3).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpukan

bahwa Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi

memiliki potensi akan terjadinya bencana alam

gempa bumi. Kondisi ini akan mengancam

keselamatan jiwa dan harta benda penduduk yang

berada di kawasan tersebut. Perencanaan dan

pengelolaan kawasan rawan bencana alam perlu

diperlakukan secara khusus melalui usaha

pencegahan. Untuk mencapai upaya pencegahan

bencana alam gempa bumi di Wilayah Pesisir

Kabupaten Sukabumi maka yang perlu dilakukan

adalah : “Identifikasi Tingkat Risiko Bencana

Gempa Bumi serta Arahan Tindakan Mitigasi

Bencana di Wilayah Pesisir Kabupaten

Sukabumi”. Penelitian ini diupayakan dapat

mengurangi atau meminimalisir risiko bencana

gempa bumi yang akan terjadi.

Perumusan Masalah

Permasalahan studi dirumuskan berdasarkan

adanya dua faktor, yaitu :

1. Adanya potensi Wilayah Pesisir Kabupaten

Sukabumi sebagai suatu bahaya alam (natural

hazard). Dalam kajian yang lebih mikro

terdapat perbedaan dalam tingkat bahaya

gempa bumi berdasarkan letak geografisnya

di Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi.

Dengan demikian dapat digambarkan bahwa

suatu kawasan lebih berbahaya daripada

kawasan lainnya dilihat dari aspek gempa

bumi.

2. Adanya sistem penduduk dan kegiatannya

yang akan menentukan terhadap tingkat

kerentanan (vulnerability). Tingkat

kerentanan (vulnerability) ini juga berbeda

diberbagai kawasan karena faktor-faktor

kerentanan dan kegiatannya (misalnya

kepadatan penduduk, kepadatan bangunan,

perekonomian, dll) yang berbeda juga.

Disamping faktor kerentanan terdapat juga

Page 3: IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SERTA ARAHAN TINDAKAN MITIGASI

3

faktor ketahanan/kapasitas untuk merespon

dampak gempa bumi yang berbeda-beda pula

di setiap kawasan.

Adanya dampak tersebut yaitu faktor bahaya

alam gempa bumi dan faktor kerentanan serta

ketahanan, mengakibatkan adanya potensi

bencana yang berbeda-beda di berbagai kawasan

di Pesisir Kabupaten Sukabumi. Kawasan yang

secara alamiah merupakan zona dengan tingkat

bahaya tinggi dan memiliki sistem kegiatan yang

rentan akan memiliki tingkat bencana (disaster)

yang tinggi pula. Hal ini disebabkan karena

bencana alam merupakan interaksi antara bahaya

alam (natural hazard) dan kondisi rentan

(vulnerable).

Berdasarkan pembahasan di atas, maka

pertanyaan penelitian yang muncul adalah sebagai

berikut :

a. Jika Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi

secara potensial memiliki faktor bahaya

(hazard) gempa bumi, di kecamatan-

kecamatan manakah dari Wilayah Pesisir

Kabupaten Sukabumi yang berisiko tinggi

terhadap bencana gempa bumi?

b. Arahan tindakan mitigasi seperti apa yang

akan dilakukan dengan adanya identifikasi

tingkat risiko bencana tersebut?

Gambar 2. Orientasi Wilayah Studi

LOKASI PETA

PROVINSI

JAWA BARAT

PROVINSI

BANT EN

SAMUDE

RA HIN

DIA

Kab. Sukabumi

Laut J awa

Sel

at S

und

a

PETA IND EKS

Skala 1 : 4.500.000

JURUSAN TEKN IK PLANOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

BAN DUNG

2008

W I L A Y A H P E S I S I R K A B U P A T E N S U K A B U M I

U

TB

S

Skala 1 : 500.000

Gam bar 1 .4

PETA ORIENTASI W ILAYAH STUDI

Sumber : Pusat Lingkungan Geologi, 2007

TUGAS AKH IR

IDEN TIFIK ASI TINGKAT RESIKO BENCANA

GEM PA BUM I SERTA ARAH AN TIN DAK AN

M ITIGASI

L E G E N D A :

640000

640000

650000

650000

660000

660000

670000

670000

680000

680000

690000

690000

700000

700000

710000

710000

5 0 5 10 15 Km

91

80

00

0

91

80

00

0

91

90

00

0

91

90

00

0

92

00

00

0

92

00

00

0

92

10

00

0

92

10

00

0

92

20

00

0

92

20

00

0

92

30

00

0

92

30

00

0

92

40

00

0

92

40

00

0

92

50

00

0

92

50

00

0

Su nga i

Ja la n L ain

Ja la n L okal

Ja la n U tam a

Ga ris Pan tai

Ba tas Kota

Ba tas Keca ma tan

Ba tas Kab upa ten

Lau t

TE LU K PE LAB U H A N R AT U

Ta nju ng C i sang kuh

TE LU K C IL ET U H

Ta nju ng L en gon keri s

Ta nju ng K ar ang han tu

Ta nju ng T a naya

Ta nju ng U j ung ge nteng

S A M U D E R A H I N D I A

Keca m atan

Te ga lbu leu d

Keca m atan

C i bitun g

Keca m atan

S ur ade

Keca m atan

C i raca p

Keca m atan

C iem a s

Keca m atan

S im pe na n

K eca m atan

Pel abu ha nra tu

Keca m atan

C ikaka k

Keca m atan

C iso lok

KAB U P AT EN L EB AK

PR O VIN SI BA N T EN

KAB U P AT EN B OG OR

KO T A SU K AB U M I

KAB U P AT EN C IAN JU R

KAB U P AT EN S U KA BU M I

Ke Kab. Lebak

Ke Kota Sukabumi

Ke Kota Sukabumi

11

Lin gkup W ilayah Studi

Tujuan dan Sasaran Studi

Berdasarkan latar belakang studi, dapat

diketahui bahwa Wilayah Pesisir Kabupaten

Sukabumi secara potensial memiliki risiko

bencana gempa bumi. Oleh karena itu, diperlukan

upaya untuk mengurangi risiko bencana gempa

bumi. Untuk mengurangi risiko, perlu diketahui

wilayah-wilayah yang berisiko tinggi terhadap

bencana gempa bumi. Adapun tujuan utama studi

ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi tingkat risiko bencana

gempa bumi di Wilayah Pesisir Kabupaten

Sukabumi.

2. Merumuskan implikasi risiko bencana

tersebut terhadap tindakan mitigasi bencana

agar dapat mengurangi risiko.

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka

sasaran studi yaitu :

1. Identifikasi faktor-faktor, sub faktor dan

indikator bencana gempa bumi.

2. Identifikasi kondisi dari faktor, sub faktor dan

indikator yang telah ditetapkan terhadap

wilayah studi.

3. Analisis tingkat risiko bencana gempa bumi.

4. Arahan tindakan mitigasi berdasarkan kondisi

tingkat risiko bencana gempa bumi.

Metodologi

Metoda pendekatan yang dilakukan dalam

studi ini melalui beberapa pentahapan sebagai

berikut :

1. Perumusan faktor dan sub faktor yang

mempengaruhi tingkat risiko bencana gempa

bumi. Faktor dan sub faktor ini ditentukan

berdasarkan penelitian literatur. Dari bebarapa

literatur yang dikaji dapat disimpulkan ada 3

(tiga) faktor yang berpengaruh terhadap

bencana gempa bumi beserta sub faktornya,

yaitu sebagai berikut :

a. Faktor bahaya (hazard), dengan sub

faktor : goncangan dan tsunami.

b. Faktor kerentanan (vulnerability), dengan

sub faktor : kerentanan fisik/infrastruktur,

kerentanan sosial kependudukan dan

kerentanan ekonomi.

c. Faktor ketahanan/kapasitas (capacity),

dengan sub faktor : sumberdaya alami,

sumberdaya buatan dan mobilitas/

aksesibilitas penduduk.

Karena risiko bencana dipengaruhi oleh

faktor/sub faktor bencana, maka untuk

analisis selanjutnya faktor/sub faktor ini akan

digunakan sebagai faktor/ sub faktor risiko

bencana.

2. Tahapan berikutnya adalah merumuskan

indikator-indikator risiko dari setiap

faktor/sub faktor risiko yang telah dirumuskan

pada bagian sebelumnya. Indikator-indikator

dirumuskan melalui kajian literatur.

Page 4: IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SERTA ARAHAN TINDAKAN MITIGASI

4

3. Penentuan bobot dari tiap faktor, sub faktor

dan indikator yang telah terbentuk dengan

menggunakan proses hierarki analitik

(Analitycal Hierarchy Process/AHP), dimana

analisis ini diperoleh dari hasil kuesioner

dengan responden yaitu para ahli di bidang

yang bersangkutan seperti bidang ilmu

geologi, geofisika, perencana, pertanian,

teknik sipil dan sosial.

4. Analis tingkat risiko bencana gempa bumi,

yaitu dengan dua cara yaitu :

a. Melakukan perhitungan nilai faktor-

faktor risiko bencana gempa bumi, yang

meliputi faktor kerentanan dan ketahanan

(non geologi). Perhitungan nilai faktor-

faktor risiko bencana dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

i. Standarisasi nilai indikator, dengan

maksud setiap indikator diberi nilai

dalam unit ukuran yang kompatibel,

sehingga dapat dilakukan operasi

matematis terhadap indikator-

indikator lainnya.

ii. Pembobotan faktor, sub faktor dan

indikator

Pembobotan ini dilakukan

berdasarkan hasil perbandingan yang

diperoleh dari hasil penilaian oleh

para ahli.

iii. Perhitungan nilai faktor risiko.

Perhitungan ini dilakukan dengan

cara menjumlahkan seluruh hasil

perkalian antara nilai baku tiap

indikator dengan masing-masing

bobot di tiap faktornya.

b. Untuk analisis data geologi seperti faktor

bahaya dengan sub faktor goncangan dan

tsunami, faktor kerentanan dengan sub

faktor kerentanan fisik, serta faktor

ketahanan dengan sub faktor ketahanan

sumberdaya alami menggunakan teknik

superimpose dan teknik skoring dengan

prosesnya menggunakan bantuan

software Sistem Informasi Geografis

(SIG) yaitu Arc View GIS, untuk teknik

skoring tersebut langkah-langkahnya

yaitu sebagai berikut:

i. Menentukan harkat (peringkat) dari

pembentuk indikator, tingkat

indikator, tingkat sub faktor dan

tingkat faktor, harkat (peringkat) ini

ditentukan berdasarkan tingkat

pengaruhnya terhadap risiko

bencana gempa bumi, khusus untuk

penentuan harkat (peringkat) yang

berhubungan dengan data

kegeologian ini ditentukan oleh ahli

geologi.

ii. Perhitungan skor yaitu dengan

mengkalikan harkat (peringkat)

dengan bobot (yang diperoleh dari

point 3).

c. Dari hasil point a di atas dapat dihasilkan

peta nilai baku dan point b dapat

dihasilkan peta hasil superimpose, dari

kedua jenis peta ini dapat dihasilkan

tingkatannya masing-masing, yang

kemudian proses selanjutnya adalah

pemberian skor (perkalian harkat dan

bobot) berdasarkan tingkatan tersebut,

proses yang dilakukan adalah dengan

teknik superimpose dari peta-peta

tersebut, sehingga dapat dihasilkan peta-

peta yang mempunyai informasi tingkat

faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

risiko bencana hempa bumi.

5. Menentukan tingkat risiko bencana gempa

bumi dengan teknik superimpose dan teknik

skoring dari peta-peta faktor yang

mempengaruhi tingkat risiko (faktor bahaya,

faktor kerentanan dan faktor ketahanan).

Rumusan tingkat risiko bencana gempa bumi

dilakukan dengan pengelompokkkan

berdasarkan tingkatannya. Menurut aturan

Sturges, yaitu dengan rumus :

Banyak Kelas = 1 + (3,3) log n

= 1 + (3,3) log 9

= 1 + (3,3) 0,95

= 1 + 3,13

= 4,13 atau 4

Kelas yang seharusnya terbentuk sebanyak 4

kelas, namun untuk mempermudah penulis

dalam memberikan arahan tindakan mitigasi

pada hasil akhir maka penetapan banyaknya

kelas menjadi 3 (tiga) kelas yaitu tinggi,

sedang dan rendah. Dengan panjang kelas

intervalnya menggunakan rumus: Rentang

Panjang Kelas Interval = Banyak Kelas

6. Tahap selanjutnya yaitu dari peta tingkat

risiko bencana gempa bumi yang dihasilkan,

akan dapat diketahui wilayah-wilayah mana

saja yang mempunyai tingkat risiko bencana

gempa bumi tinggi, yang kemudian dapat

dijabarkan/diuraikan berdasarkan

indikator/karakteristik pembentuk risiko

bencana gempa bumi tinggi tersebut.

7. Perumusan arahan tindakan mitigasi, terutama

untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan

akibat bencana gempa bumi berdasarkan hasil

analisis tingkat risiko bencana alam tersebut.

Secara diagramatis, tahapan studi ini dapat

dilihat pada Gambar 3 kerangka pemikiran studi.

Page 5: IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SERTA ARAHAN TINDAKAN MITIGASI

5

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Risiko adalah prakiraan/probabilitas potensi

kerugian yang ditimbulkan oleh bencana pada

suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu seperti

kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya

rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan

harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Secara

konvensional risiko dinyatakan dalam persamaan

Risiko = Bahaya x Kerentanan. Sejumlah disiplin

ilmu juga mencakup konsep keterpaparan untuk

secara khusus merujuk pada aspek kerentanan

fisik. Lebih dari sekedar mengungkapkan

kemungkinan adanya kerugian fisik, sangat

penting untuk mengakui bahwa risiko-risiko dapat

bersifat melekat atau dapat diciptakan atau ada

dalam sistem-sistem sosial. Penting untuk

mempertimbangkan konteks sosial dimana risiko

terjadi dan oleh karenanya penduduk tidak mesti

mempunyai persepsi yang sama tentang risiko dan

akar-akar penyebabnya (Yayasan IDEP, 2007:22).

Menurut Bakornas PB dalam Pedoman

Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana di

Daerah, memberikan pengertian mengenai risiko

adalah kemungkinan timbulnya kerugian pada

suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang

timbul karena suatu bahaya menjadi bencana.

Risiko dapat berupa kematian, luka, sakit, hilang,

jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi,

kerusakan atau kehilangan harta dan gangguan

kegiatan masyarakat.

Risiko bencana adalah interaksi antar

kerentanan daerah dengan ancaman bahaya

(hazard) yang ada. Ancaman bahaya, khususnya

bahaya alam bersifat tetap karena bagian dari

dinamika proses alami pembangunan atau

pembentukan roman muka bumi baik dari tenaga

internal maupun eksternal, sedangkan tingkat

kerentanan daerah dapat dikurangi, sehingga

kemampuan dalam menghadapi ancaman tersebut

semakin meningkat.

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Studi

Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi merupakan suatu wilayah pesisir selatan dan

berhadapan langsung dengan pertemuan lempeng Indo-Australia dan dilalui oleh

sesar/patahan Cimandiri yang merupakan zona sumber gempa

Tujuan

1. Mengidentifikasi tingkat risiko bencana gempa bumi di Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi.

2. Merumuskan implikasi risiko bencana tersebut terhadap tindakan mitigasi agar dapat mengurangi risiko.

Sasaran

1. Identifikasi faktor-faktor bencana gempa bumi.

2. Analisis tingkat risiko bencana gempa bumi berdasarkan faktor bahaya, kerentanan dan ketahanan.

3. Arahan tindakan mitigasi berdasarkan kondisi tingkat risiko bencana gempa bumi.

IDENTIFIKASI WILAYAH STUDI

Faktor Bahaya

(Hazard)

- Goncangan (Bahaya

Langsung)

- Tsunami (Bahaya Ikutan)

Faktor Kerentanan

(Vulnerability)

- Fisik

- Sosial Kependudukan

- Ekonomi

Faktor Ketahanan

(Capacity)

- Sumberdaya Alami

- Sumberdaya Buatan

- Mobilitas Penduduk

ANALISIS TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA

BUMI

Analisis Kerentanan

(Vulnerability)

Analisis Bahaya Alam

(Natural Hazard)

Analisis Ketahanan

(Capacity)

TINGKAT RISIKO BENCANA

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Latar Belakang

Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi memiliki potensi terjadinya bencana baik yang ditimbulkan

secara langsung oleh alam maupun bencana yang dipengaruhi oleh aktivitas penduduk

TINJAUAN TEORI

Page 6: IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SERTA ARAHAN TINDAKAN MITIGASI

6

Si

)Si2iX(XijijX1

Si

)Si2iX(XijijX1

Menurut Bakornas PBP dalam Buku Panduan

Pengenalan Karakteristik Bencana (hal. 9-10),

risiko dapat dirumuskan sebagai berikut :

Kemampuan

anKerenBahayasiko

tanRe

atau dapat

ditulis dengan : Risiko = Bahaya x Kerentanan x

ketidakmampuan

Hubungan antara ketiga variabel tersebut

dapat digambarkan sebagai berikut (seperti yang

terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Hubungan Antara Risiko, Bahaya,

Kerentanan dan Kemampuan

Sumber : Buku Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana,

hal. 10.

Penetapan Faktor Risiko Gempa Bumi

Faktor-faktor risiko bencana gempa bumi

yang digunakan dalam studi ini, terdiri dari faktor

bahaya, kerentanan dan ketahanan. Adapun

penetapan sub faktor dan indikator dari faktor

risiko tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Metode Analisis

a. Perhitungan Nilai Faktor dengan

Standarisasi Davidson

Perhitungan nilai faktor dengan standarisasi

Davidson ini digunakan untuk analisis data

statistik berdasarkan batas administrasi (non

fisik), seperti untuk sub faktor kerentanan sosial

kependudukan dan ekonomi, sub faktor ketahanan

sumberdaya buatan dan mobilitas. Untuk hasil

analisis dengan metode ini, diasumsikan bahwa

hasil dari analisis dengan unit analisis kecamatan

nantinya akan sama di setiap tingkatan (misalnya :

jika Kecamatan A memiliki tingkat kerentanan

ekonomi tinggi, maka di seluruh wilayah

Kecamatan A tersebut akan dianggap rata yaitu

memiliki tingkat kerentanan ekonomi tinggi).

a.1. Standarisasi Nilai Indikator

Standarisasi nilai indikator dimaksudkan

untuk menghasilkan nilai baku, sehingga dapat

dilakukan perhitungan matematis dengan

indikator yang lain dengan model standarisasi

yang digunakan untuk indikator yang nilainya

bersesuaian dengan risiko bencana. Davidson

(1997 : 142) telah menggunakan 2 model

standarisasi data yaitu :

a. Untuk setiap indikator bahaya dan kerentanan

dikarenakan semakin tingi nilai indikator akan

menyebabkan semakin tinggi pula risiko

bencananya, maka dipergunakan rumus :

b. Untuk setiap indikator faktor ketahanan

dikarenakan semakin tinggi nilai indikator

akan menyebabkan semakin rendah risiko

bencananya, maka dipergunakan rumus yang

berbeda, yaitu :

Dimana :

X1ij : Nilai yang sudah dibakukan untuk

indikator i di kecamatan j

Xij : Nilai yang belum dibakukan untuk

indikator i di kecamatan j

iX : Nilai rata-rata untuk indikator i

Si : Standar deviasi

a.2 Pembobotan Faktor, Sub Faktor dan

Indikator

Pembobotan dilakukan untuk menghasilkan

nilai risiko bencana karena setiap faktor dan sub

faktor bencana memberikan kontribusi yang

berbeda terhadap bencana. Dengan demikian

bobot dapat diinterpretasikan sebagai prosentase

kontribusi setiap faktor terhadap risiko bencana

gempa bumi.

Dalam hal ini bobot ditentukan berdasarkan

penilaian subyektif para ahli (expert) dalam

bidang risiko bencana gempa bumi, perhitungan

bobot ini dilakukan dengan proses hierarki analitik

(Analitycal Hierarchy Process/AHP), yang mana

analisis ini diperoleh melalui kuesioner dari ahli

tersebut, kemudian dilakukan perhitungan nilai

faktor risiko dengan cara menjumlahkan seluruh

hasil perkalian antara nilai baku tiap indikator

dengan masing-masing bobot ditiap faktornya.

Hasil dari pembobotan faktor, sub faktor dan

indikator dalam studi identifikasi tingkat risiko

bencana gempa bumi di Wilayah Pesisir

Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada

Gambar 5.

a.3 Perhitungan Nilai Faktor-Faktor Bencana

Setelah indikator-indikator setiap faktor risiko

bencana distandarkan (dibakukan), maka

dilakukan perhitungan nilai/indeks risiko bencana

gempa bumi. Rumus yang digunakan untuk

menghitung nilai setiap faktor risiko bencana

adalah :

B = WB1X’B1 + ........... + WBnX’Bn

R = WR1X’R1 + ........... + WRnX’Rn

K = WK1X’K1 + ........... + WKnX’Kn

RISIKO

Ancaman Bahaya

Ketidakmampuan Kerentanan

Page 7: IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SERTA ARAHAN TINDAKAN MITIGASI

7

Tabel 1. Penetapan Faktor, Sub Faktor dan Indikator Risiko Bencana Gempa Bumi

Faktor Sub-faktor Indikator Sumber

Bahaya Gempa

Bumi

Goncangan Gempa

(Bahaya Langsung) Intensitas Gempa

UNDP, 1995 :21

Kertapati, 2006 : 56 Noor, 2006 : 142

Tsunami

(Bahaya Ikutan) Landaan Tsunami

UNDP, 1995 :21

Kertapati, 2006 : 56 Noor, 2006 : 142

Oki Oktariadi, 2007

Kerentanan (Vulnerability)

Fisik

Ketidakleluasaan Pemanfaatan ruang Oki Oktariadi, 2007

Sebaran Permukiman

UNDP, 1995 : 38

Bakornas PBP

Firmansyah, 1998 : 56

Sosial Kependudukan

Kepadatan Penduduk

Bakornas PBP

Parker dan Kreimer, 1995

dalam Firmansyah, 1998 : 56

Prosentase Penduduk Usia Lanjut dan Balita

Bakornas PBP

Varley, 1994 : 19 dalam

Firmansyah, 1998 : 62

Prosentase Penduduk Wanita Bakornas PBP Firmansyah, 1998 : 62

Prosentase Penduduk Penyandang Cacat Bakornas PBP

Ekonomi

Prosentase Produktivitas Pertanian Padi Berpengairan Irigasi

-

Prosentase Rumah tangga yang bekerja di

Bidang Perikanan Laut -

Prosentase Rumah tangga yang bekerja di Bidang Non Pertanian

Bakornas PBP

Prosentase Keluarga Miskin

Awotona, 1997 : 10

Bakornas PBP

Firmansyah, 1998 : 68

Ketahanan

(Capacity)

Sumberdaya Alami Keleluasaan Pemanfaatan Ruang Oki Oktariadi, 2007

Vegetasi pelindung Oki Oktariadi, 2007

Sumberdaya Buatan

Rasio jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk

Davidson, 1997 Firmansyah, 1998 : 72

Rasio Sarana Kesehatan terhadap Jumlah

Penduduk

Davidson, 1997

Firmansyah, 1998 : 70

Mobilitas

Rasio Panjang Jalan terhadap Jumlah Penduduk

Davidson, 1997 Firmansyah, 1998 : 72

Rasio Sarana Angkutan terhadap Jumlah

Penduduk

Davidson, 1997

Firmansyah, 1998 : 75

Sumber : Hasil Studi Pustaka, 2007

Dimana :

B = Nilai Faktor Bahaya (hazards)

R = Nilai Faktor Kerentanan (Vulnerability)

K = Nilai Faktor Ketahanan/Kapasitas

(Capacity)

X’i = Nilai Setiap Indikator yang telah dibakukan

Wi = Bobot Setiap Indikator

b. Teknik Superimpose dan Skoring

Metode ini digunakan untuk analisis data

fisik, metode ini digunakan atas dasar (asumsi)

bahwa hasil dari analisis ini akan menghasilkan

tingkatan yang berbeda-beda di setiap wilayah

(misalnya : Kecamatan A dapat memiliki tingkat

kerentanan fisik berbeda-beda, hal tersebut

dikarenakan permukiman dan ketidakleluasaan

pemanfaatan ruang yang menyebar di Kecamatan

A). Jadi, untuk analisis data fisik ini tidak dapat

dianggap sama untuk tingkatannya di setiap

wilayah.

Page 8: IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SERTA ARAHAN TINDAKAN MITIGASI

8

Gambar 5. Bobot faktor, Sub Faktor dan Indikator Tingkat Risiko Bencana Gempa Bumi

Risiko Bencana

Gempa Bumi

Kerentanan Fisik

Kerentanan Sosial

Kependudukan

Kerentanan Ekonomi

Zona Tidak Leluasa

Kawasan Permukiman

Kepadatan Penduduk

% Penduduk Usia Lanjut dan Balita

% Penduduk Wanita

% Penduduk Penyandang Cacat

% Produktivitas Pertanian Padi

Berpengairan Irigasi : Total Luas Tanam

% Keluarga Miskin

% Pekerja di Bidang Non Pertanian

% Pekerja di Bidang Perikanan Laut

Keleluasaan Pemanfaaatan Ruang

0,053

0,053

0,041

0,052

0,024

0,030

0,026

0,021

0,017

0,023

0,080

Mobilitas Penduduk

Sumberdaya Buatan

Rasio Sarana Jalan : Jumlah Penduduk

Rasio Sarana Angkutan : Penduduk

Rasio Tenaga Kesehatan : Penduduk

Rasio Sarana Kesehatan : Penduduk

0,032

0,047

0,055

0,024

0,106

0,147

0,087

0,079

Kerentanan

(Vulnerability)

Ketahanan

(Capacity)

0,310

0,340

0,152

0,078

Sumberdaya Alami

Vegetasi Pelindung

0,072

Landaan Tsunami

Tsunami

(Bahaya Ikutan)

0,105

Bahaya

(Hazard)

0,350 Intensitas Gempa

Guncangan Gempa

(Bahaya Langsung)

0,245 0,245

0,105

Page 9: IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SERTA ARAHAN TINDAKAN MITIGASI

9

ANALISIS FAKTOR BAHAYA

Faktor bahaya gempa bumi terbagi atas 2

(dua) sub faktor yaitu goncangan (bahaya

langsung) dan tsunami (bahaya ikutan). Faktor

bahaya ini memberikan kontribusi terhadap

risiko bencana gempa bumi dengan bobot yang

diberikan oleh para ahli yaitu sebesar 0,350 dan

merupakan bobot terbesar dibandingkan dengan

faktor kerentanan dan ketahanan.

A. Bahaya Goncangan

Analisis tingkat bahaya goncangan ini

menggunakan teknik skoring, tingkat bahaya

goncangan ini ditentukan dari besarnya

intensitas gempa yang ada di Wilayah Pesisir

Kabupaten Sukabumi, hasil dari analisis ini

akan digunakan untuk menentukan tingkat

bahaya gempa bumi. Untuk lebih jelasnya

mengenai perhitungan skor sub faktor bahaya

goncangan ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perhitungan Skor Sub Faktor Bahaya

Goncangan

No Intensitas

Gempa Harkat Bobot Skor

1. IV-V 1 0,245 0,245

2. V-VI 1 0,245 0,245

3. VI-VII 3 0,245 0,735

4. VII-VIII 5 0,245 1,225

Skor Tertinggi = 1,155 ; skor terendah = 0,231 Klasifikasi (Rendah : 0,245 – 0,572 ; Sedang : 0,573 –

0,900 ; Tinggi : 0,901 – 1,225)

Gambar 6. Peta Bahaya Goncangan

LOKASI PETA

PROVINSI

JAWA BARAT

PROVINSI

BANT EN

SAMUDE

RA HIN

DIA

Kab. Sukabumi

Laut J awa

Sel

a t S

und

a

PETA IN DEKS

Skala 1 : 4.500.000

JURUSAN TEKN IK PLANOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

BAN DUNG

2008

W I L A Y A H P E S I S I R K A B U P A T E N S U K A B U M I

U

TB

S

Skala 1 : 500.000

Gam bar 4 .2

PETA TINGKAT BAHAYA GONCANGAN

Sumber : Hasil Analisis, 2008

TUGAS AKH IR

IDEN TIFIK ASI TINGKAT RESIKO BENCANA

GEM PA BUM I SERTA ARAH AN TIN DAK AN

M ITIGASI

L E G E N D A :

640000

640000

650000

650000

660000

660000

670000

670000

680000

680000

690000

690000

700000

700000

710000

710000

5 0 5 10 15 Km

91

80

00

0

91

80

00

0

91

90

00

0

91

90

00

0

92

00

00

0

92

00

00

0

92

10

00

0

92

10

00

0

92

20

00

0

92

20

00

0

92

30

00

0

92

30

00

0

92

40

00

0

92

40

00

0

92

50

00

0

92

50

00

0

Su nga i

Ja la n L ain

Ja la n L okal

Ja la n U tam a

Ga ris Pan tai

Ba tas Kota

Ba tas Keca ma tan

Ba tas Kab upa ten

Lau t

TE LU K PE LAB U H A N R AT U

Ta nju ng C i sang kuh

TE LU K C IL ET U H

Ta nju ng L en gon keri s

Ta nju ng K ar ang han tu

Ta nju ng T a naya

Ta nju ng U j ung ge nteng

S A M U D E R A H I N D I A

Keca m atan

Te ga lbu leu d

Keca m atan

C i bitun g

Keca m atan

S ur ade

Keca m atan

C i raca p

Keca m atan

C iem a s

Keca m atan

S im pe na n

K eca m atan

Pel abu ha nra tu

Keca m atan

C ikaka k

Keca m atan

C iso lok

KAB U P AT EN L EB AK

PR O VIN SI BA N T EN

KAB U P AT EN B OG OR

KO T A SU K AB U M I

KAB U P AT EN C IAN JU R

KAB U P AT EN S U KA BU M I

Ke Kab. Lebak

Ke Kota Sukabumi

Ke Kota Sukabumi

133

Ren dah (Sko r 0,2 45 - 0,572 )

Se dan g (Skor 0 ,57 3 - 0 ,90 0)

Ting gi (Skor 0,901 - 1 ,22 5)

B. Bahaya Tsunami

Analisis tingkat bahaya tsunami ini

menggunakan teknik skoring. Tingkat bahaya

tsunami ini ditentukan oleh indikator landaan

tsunami. Hasil dari analisis ini akan digunakan

untuk menentukan tingkat bahaya gempa bumi.

Untuk lebih jelasnya mengenai perhitungan skor

sub faktor bahaya tsunami ini dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3 Perhitungan Skor Sub Faktor Bahaya

Tsunami

No Zona Harkat Bobot Skor

1. Zona Aman 0 0,105 0,000

2. Run Up <2,5 1 0,105 0,105

3. Run Up 2,5 - <7,5 3 0,105 0,315

4. Run Up 7,5 - 12,5 5 0,105 0,525

Skor Tertinggi = 0,290 ; skor terendah = 0,029

Klasifikasi (Rendah : 0,029 – 0,116 ; Sedang : 0,117 – 0,204 ; Tinggi : 0,205 – 0,290)

Gambar 7. Peta Bahaya Tsunami

LOKASI PETA

PROVINSI

JA WA BARAT

PROVINSI

BANT EN

SAMUDE

RA HIN

DIA

Kab. Sukabumi

Laut J awa

Sel

a t S

und

a

PETA INDEKS

Skala 1 : 4.500.000

JURUSAN TEKN IK PLANOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

BAN DUNG

2008

W I L A Y A H P E S I S I R K A B U P A T E N S U K A B U M I

U

TB

S

Skala 1 : 500.000

Gam bar 4 .3

PETA TINGKAT BAHAYA TSUN AM I

Sumber : Hasil Analisis, 2008

TUGAS AKH IR

IDEN TIFIK ASI TINGKAT RESIKO BENCANA

GEM PA BUM I SERTA ARAH AN TIN DAK AN

M ITIGASI

L E G E N D A :

640000

640000

650000

650000

660000

660000

670000

670000

680000

680000

690000

690000

700000

700000

710000

710000

5 0 5 10 15 Km

91

80

00

0

91

80

00

0

91

90

00

0

91

90

00

0

92

00

00

0

92

00

00

0

92

10

00

0

92

10

00

0

92

20

00

0

92

20

00

0

92

30

00

0

92

30

00

0

92

40

00

0

92

40

00

0

92

50

00

0

92

50

00

0

Su nga i

Ja la n L ain

Ja la n L okal

Ja la n U tam a

Ga ris Pan tai

Ba tas Kota

Ba tas Keca ma tan

Ba tas Kab upa ten

Lau t

TE LU K PE LAB U H A N R AT U

Ta nju ng C i sang kuh

TE LU K C IL ET U H

Ta nju ng L en gon keri s

Ta nju ng K ar ang han tu

Ta nju ng T a naya

Ta nju ng U j ung ge nteng

S A M U D E R A H I N D I A

Keca m atan

Te ga lbu leu d

Keca m atan

C i bitun g

Keca m atan

S ur ade

Keca m atan

C i raca p

Keca m atan

C iem a s

Keca m atan

S im pe na n

K eca m atan

Pel abu ha nra tu

Keca m atan

C ikaka k

Keca m atan

C iso lok

KAB U P AT EN L EB AK

PR O VIN SI BA N T EN

KAB U P AT EN B OG OR

KO T A SU K AB U M I

KAB U P AT EN C IAN JU R

KAB U P AT EN S U KA BU M I

Ke Kab. Lebak

Ke Kota Sukabumi

Ke Kota Sukabumi

136

Ren dah (Sko r 0.1 05 - 0,245 )

Se dan g (Skor 0 ,24 6 - 0 ,38 6)

Ting gi (Skor 0,387 - 0 ,52 5)

Dae ra h Am an (Sko r = 0,0 00)

C. Analisis Tingkat Bahaya Gempa Bumi

Tingkat bahaya gempa bumi ditentukan

oleh 2 (dua) sub faktor yaitu bahaya goncangan

(bahaya langsung) dan tsunami (bahaya ikutan)

seperti yang telah dijelaskan pada sub bab

sebelumnya. Untuk itu, guna mendapatkan

tingkat bahaya gempa bumi ini diperoleh

melalui overlay basis data kedua sub faktor

tersebut, yang mana prosesnya dapat dilihat

pada Gambar 8.

Page 10: IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SERTA ARAHAN TINDAKAN MITIGASI

10

Gambar 8. Proses Penentuan Tingkat Bahaya

Gempa Bumi

Untuk perhitungan skor faktor bahaya

tsunami ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perhitungan Skor Faktor Bahaya

Gempa Bumi

No Sub

Faktor Tingkat Harkat Bobot Skor

1

Goncangan

(Bahaya Langsung)

Tinggi 5 0,245 1,225

Sedang 3 0,245 0,735

Rendah 1 0,245 0,245

2

Tsunami

(Bahaya

Ikutan)

Tinggi 5 0,105 0,525

Sedang 3 0,105 0,315

Rendah 1 0,105 0,105

Skor Tertinggi = 1,750 ; skor terendah = 0,000

Klasifikasi (Rendah : 0,000 – 0,583 ; Sedang : 0,584 – 1,167

; Tinggi : 1,168 – 1,750)

Gambar 9. Peta Bahaya Gempa Bumi

LOKASI PETA

PROVINSI

JAWA BARAT

PROVINSI

BANT EN

SAMUDE

RA HIN

DIA

Kab. Sukabumi

Laut J awa

Sel

at S

und

a

PETA IN DEKS

Skala 1 : 4.500.000

JURUSAN TEKN IK PLANOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

BAN DUNG

2008

W I L A Y A H P E S I S I R K A B U P A T E N S U K A B U M I

U

TB

S

Skala 1 : 500.000

Gam bar 4 .5

PETA TINGKAT BAHAYA GEM PA BUM I

Sumber : Hasil Analisis, 2008

TUGAS AKH IR

IDEN TIFIK ASI TINGKAT RESIKO BENCANA

GEM PA BUM I SERTA ARAH AN TIN DAK AN

M ITIGASI

L E G E N D A :

640000

640000

650000

650000

660000

660000

670000

670000

680000

680000

690000

690000

700000

700000

710000

710000

5 0 5 10 15 Km

91

80

00

0

91

80

00

0

91

90

00

0

91

90

00

0

92

00

00

0

92

00

00

0

92

10

00

0

92

10

00

0

92

20

00

0

92

20

00

0

92

30

00

0

92

30

00

0

92

40

00

0

92

40

00

0

92

50

00

0

92

50

00

0

Su nga i

Ja la n L ain

Ja la n L okal

Ja la n U tam a

Ga ris Pan tai

Ba tas Kota

Ba tas Keca ma tan

Ba tas Kab upa ten

Lau t

TE LU K PE LAB U H A N R AT U

Ta nju ng C i sang kuh

TE LU K C IL ET U H

Ta nju ng L en gon keri s

Ta nju ng K ar ang han tu

Ta nju ng T a naya

Ta nju ng U j ung ge nteng

S A M U D E R A H I N D I A

Keca m atan

Te ga lbu leu d

Keca m atan

C i bitun g

Keca m atan

S ur ade

Keca m atan

C i raca p

Keca m atan

C iem a s

Keca m atan

S im pe na n

K eca m atan

Pel abu ha nra tu

Keca m atan

C ikaka k

Keca m atan

C iso lok

KAB U P AT EN L EB AK

PR O VIN SI BA N T EN

KAB U P AT EN B OG OR

KO T A SU K AB U M I

KAB U P AT EN C IAN JU R

KAB U P AT EN S U KA BU M I

Ke Kab. Lebak

Ke Kota Sukabumi

Ke Kota Sukabumi

138

Ren dah (Sko r 0,0 00 - 0,583

Se dan g (Skor 0 ,58 4 - 1 ,16 7)

Ting gi (Skor 1,168 - 1 ,75 0)

Berdasarkan hasil analisis tingkat bahaya

gempa bumi, yang diperoleh dari overlay basis

data bahaya goncangan (bahaya langsung) dan

bahaya tsunami (bahaya ikutan), dapat diperoleh

hasil bahwa tingkat bahaya gempa bumi tinggi

di Wilayah Pesisir Sukabumi yaitu seluas

6.802,19 Ha (sekitar 4,65% dari total luas

wilayah secara keseluruhan) yang tersebar di

sebagian Kecamatan Ciemas, Cikakak, Ciracap,

Cisolok, Pelabuhanratu dan Simpenan. Untuk

tingkat bahaya gempabumi sedang tersebar di

seluruh kecamatan yang ada di Wilayah Pesisir

Kabupaten Sukabumi, dengan total seluas

60.379,77 Ha (sekitar 41,25% dari total luas

wilayah secara keseluruhan), sedangkan untuk

wilayah dengan tingkat bahaya gempa bumi

rendah juga tersebar di sebagian wilayah dari

keseluruhan kecamatan yang ada dengan total

seluas 71.162,39 Ha (48,62% dari total luas

wilayah secara keseluruhan).

ANALISIS FAKTOR KERENTANAN

Faktor kerentanan yang berpengaruh

terhadap risiko bencana gempa bumi dalam

studi ini terdiri dari 3 (tiga) sub faktor yaitu

kerentanan fisik, sosial kependudukan dan

ekonomi.

A. Kerentanan Fisik

Kerentanan fisik merupakan kondisi fisik

yang rentan terhadap bahaya, indikator dari

kerentanan fisik ini terdiri dari zona tidak

leluasa dan kawasan permukiman. Sub faktor ini

memberikan kontribusi terhadap nilai dari risiko

bencana dengan bobot yang diberikan oleh para

ahli yaitu sebesar 0,106.

Analisis tingkat kerentanan fisik ini

diperoleh melalui overlay basis data indikator

zona tidak leluasa dengan kawasan

permukiman, sehingga dapat ditentukan tingkat

kerentanan fisik, dengan prosesnya seperti yang

terlihat pada Gambar 10 berikut.

Gambar 10. Proses Penentuan Tingkat

Kerentanan Fisik

Untuk perhitungan skor sub faktor

kerentanan fisik ini dapat dilihat Tabel 5

berikut.

Overlay

Peta Zona Tidak Leluasa

Peta Kawasan

Permukiman

Peta Tingkat

Kerentanan

Fisik

Overlay

Peta Bahaya

Goncangan

Peta Bahaya

Tsunami

Peta Bahaya

Gempa Bumi

Page 11: IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SERTA ARAHAN TINDAKAN MITIGASI

11

Tabel 5. Perhitungan Skor Sub Faktor

Kerentanan Fisik

No Indikator Harkat Bobot Skor

1. Zona Tidak

Leluasa

5 0,053 0,265

2. Permukiman 5 0,053 0,265

Skor Tertinggi = 0,530 ; skor terendah (untuk non zona tidak leluasa dan non permukiman) = 0,000

Klasifikasi (Rendah : 0,000 – 0,177 ; Sedang : 0,178 – 0,355

; Tinggi : 0,356 – 0,530)

Zona Tidak Leluasa

Zona tidak leluasa adalah suatu daerah

dengan kondisi fisik lahan yang memiliki

banyak faktor pembatas/kendala geologi

lingkungan sehingga tidak leluasa dalam

melakukan pengorganisasian ruang untuk

penggunaan lahan/pengembangan wilayah dan

pemilihan jenis penggunaan lahan dengan biaya

pembangunan yang tinggi. Zona tidak leluasa

dalam konteks penurunan tingkat risiko yaitu

suatu daerah yang memiliki kondisi tidak baik

untuk wilayah evakuasi pada saat terjadi

bencana tsunami, tetapi dapat berperan sebagai

pensuplai sumber daya alam yang dibutuhkan

selama pemulihan kawasan pasca bencana.

Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman adalah kawasan

yang didominasi oleh kawasan hunian yang

berfungsi sebagai tempat tinggal yang

dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan

dan tempat yang mendukung kehidupan

manusia. Hubungan dengan risiko adalah

semakin luas kawasan permukiman maka akan

meningkatkan kerentanan terhadap bahaya,

risiko yang akan dihadapi akan semakin tinggi.

Analisis Tingkat Kerentanan Fisik

Berdasarkan hasil analisis keretanan fisik

di Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi

diperoleh hasil bahwa tingkat kerentanan fisik

tinggi yaitu seluas 393,22 Ha (sekitar 0,27%

dari total luas wilayah secara keseluruhan) yang

tersebar di Kecamatan Cikakak, Cisolok,

Pelabuhanratu, Simpenan, Surade dan

Tegalbuleud. Untuk wilayah dengan tingkat

kerentanan sedang di Wilayah Pesisir

Kabupaten Sukabumi yaitu dengan total seluas

26.065,41 Ha (sekitar 17,93% dari total luas

wilayah secara keseluruhan) yang tersebar di

seluruh kecamatan yang ada di Wilayah Pesisir

Kabupaten Sukabumi, begitu juga untuk

wilayah dengan tingkat kerentanan fisik rendah

dengan total seluas 118.889,26 Ha (sekitar

81,80% dari total luas wilayah secara

keseluruhan) tersebar di seluruh kecamatan

yang ada.

B. Kerentanan Sosial Kependudukan

Kerentanan sosial merupakan kondisi

tingkat kerapuhan sosial dalam menghadapi

bahaya. Kondisi ini perlu dipertimbangkan

karena berkaitan dengan proses penyelamatan

diri atau evakuasi terhadap bencana yang

melanda. Kemampuan penduduk untuk

melakukan evakuasi akibat adanya bencana

mempengaruhi tingkat kerentanan di suatu

wilayah. Indikator dari kerentanan sosial

kependudukan ini terdiri dari kepadatan

penduduk, prosentase penduduk usia lanjut dan

balita, prosentase penduduk wanita, dan

prosentase penduduk penyandang cacat. Sub

faktor ini memberikan kontribusi terhadap nilai

dari risiko bencana dengan bobot yang

diberikan oleh para ahli yaitu sebesar 0,147.

Analisis kerentanan sosial kependudukan ini

menggunakan perhitungan nilai sub faktor

dengan menggunakan standarisasi Davidson.

Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk merupakan

perbandingan antara jumlah penduduk dengan

luas Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi.

Tingginya kepadatan penduduk mengakibatkan

semakin tinggi pula kemungkinan banyaknya

korban jiwa ataupun materi. Wilayah Pesisir

Kabupaten Sukabumi mempunyai kepadatan

penduduk yang masih relatif rendah. Hal ini

diperlihatkan dengan adanya kecamatan yang

memiliki kepadatan penduduk yang hanya 2

jiwa/Ha.

Prosentase Penduduk Usia Lanjut dan Balita

Penduduk usia lanjut dan balita adalah

penduduk yang berumur > 65 dan < 5 tahun.

Prosentase penduduk usia lanjut dan balita

diperoleh dari hasil perbandingan jumlah

penduduk usia > 65 tahun dan usia < 5 tahun

dengan jumlah penduduk di Wilayah Pesisir

Kabupaten Sukabumi dikali seratus persen.

Penduduk usia lanjut dan usia balita rentan

terhadap bahaya alam gempa bumi karena

dianggap memiliki kemampuan yang relatif

rendah dalam proses evakuasi. Semakin besar

jumlah penduduk usia lanjut dan balita, maka

akan semakin tinggi tingkat kerentanannya.

Prosentase Penduduk Wanita

Prosentase penduduk wanita adalah hasil

perbandingan antara jumlah penduduk wanita

dengan jumlah penduduk yang ada di masing-

masing kecamatan di Wilayah Pesisir

Kabupaten Sukabumi dikali seratus persen.

Tingginya kelompok penduduk wanita juga

dianggap rentan terhadap bahaya alam gempa

bumi karena dianggap memiliki kemampuan

Page 12: IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SERTA ARAHAN TINDAKAN MITIGASI

12

yang relatif rendah dalam proses evakuasi.

Semakin besar prosentase penduduk wanita di

suatu wilayah, maka semakin tinggi pula tingkat

kerentanannya.

Prosentase Penduduk Penyandang Cacat

Prosentase penduduk penyandang cacat

adalah hasil perbandingan antara jumlah

penduduk penyandang cacat dengan jumlah

penduduk yang ada di masing-masing

kecamatan di Wilayah Pesisir Kabupaten

Sukabumi dikali seratus persen. Tingginya

kelompok penduduk penyandang cacat juga

dianggap rentan terhadap bahaya gempa bumi

karena dianggap mempunyai kemampuan yang

relatif rendah dalam proses evakuasi. Semakin

besar prosentase penduduk penyandang cacat

mengakibatkan semakin tinggi pula tingkat

kerentanan yang akan dialami.

Analisis Tingkat Kerentanan Sosial

Kependudukan

Berdasarkan perhitungan nilai baku sub

faktor kerentanan sosial kependudukan, dapat

diperoleh hasil bahwa Kecamatan Surade,

Pelabuhanratu dan Simpenan merupakan

wilayah kecamatan yang memiliki tingkat

kerentanan sosial kependudukan yang tinggi,

dengan nilai baku sebesar 0,316 – 0,387, atau

dengan kata lain dapat memberikan nilai yang

tinggi terhadap risiko bencana gempa bumi.

Kecamatan Ciemas, Ciracap, Tegalbuleud dan

Cikakak mempunyai tingkat kerentanan sosial

kependudukan sedang dan kecamatan lainnya

yaitu Kecamatan Cibitung dan Cisolok

mempunyai tingkat kerentanan sosial

kependudukan yang rendah.

C. Kerentanan Ekonomi

Kerentanan ekonomi adalah kondisi tingkat

kerapuhan ekonomi dalam menghadapi

bencana. Kerentanan ekonomi terhadap bencana

gempa bumi merupakan faktor yang perlu

dipertimbangkan dalam risiko bencana, karena

sektor ekonomi merupakan salah satu pemicu

dari perkembangan wilayah. Besarnya tingkat

kerentanan ekonomi akan mempengaruhi

besarnya dampak negatif dari bencana gempa

bumi terhadap kegiatan/aktivitas ekonomi dan

pendapatan penduduk di suatu wilayah.

Indikator dari kerentanan ekonomi ini terdiri

dari prosentase produktivitas pertanian padi

berpengairan irigasi, prosentase rumah tangga

yang bekerja di bidang perikanan laut,

prosentase rumah tangga yang bekerja di bidang

non pertanian, dan prosentase keluarga miskin.

Sub faktor ini memberikan kontribusi terhadap

nilai dari risiko bencana dengan bobot yang

diberikan oleh para ahli yaitu sebesar 0,087.

Analisis kerentanan ekonomi ini menggunakan

perhitungan nilai sub faktor dengan

menggunakan standarisasi Davidson.

Prosentase Produktivitas Pertanian Padi

Berpengairan Irigasi

Produktivitas pertanian padi berpengairan

irigasi merupakan indikator dari kerentanan

ekonomi, dengan pertimbangan bahwa bencana

gempa bumi akan dapat menimbulkan masalah

pada prasarana irigasi yang digunakan untuk

kegiatan pertanian, apabila prasarana tersebut

mengalami kerusakan akibat gempa bumi

tersebut maka dapat menyebabkan hancurnya

tanaman dan lahan pertanian sawah, sehingga

menyebabkan produktivitas pertanian yang

berkembang akan mengalami penurunan.

Prosentase Rumah Tangga yang Bekerja

di Bidang Perikanan Laut

Rumah tangga yang bekerja di bidang

perikanan laut merupakan salah satu indikator

yang sangat penting diperhatikan dalam

penentuan tingkat risiko bencana gempa bumi.

Karena apabila bencana gempa bumi terjadi dan

diikuti oleh bahaya ikutan tsunami, maka akan

menyebabkan terjadinya kerusakan akan sarana

yang digunakan rumah tangga tersebut dalam

bekerja (menelayan) seperti perahu dan kapal.

Akibat lainnya adalah rumah tangga yang

berusaha dalam mengolah hasil perikanan

seperti usaha ikan asin ikut mengalami kerugian

karena produk yang akan diolah tidak dapat

diperoleh karena rusaknya sarana nelayan.

Prosentase Rumah Tangga Bekerja

di Bidang Non Pertanian

Rumah tangga non pertanian merupakan

salah satu indikator yang sangat penting

diperhatikan dalam penentuan tingkat risiko

bencana gempa bumi. Meskipun dalam kegiatan

rumah tangga ini tidak begitu tergantung pada

alam, namun apabila bencana tersebut sampai

terjadi maka rumah tangga yang bekerja di

bidang non pertanian juga akan mengalami

kerugian dengan hilangnya sumber mata

pencaharian mereka.

Prosentase Keluarga Miskin

Keluarga miskin adalah keluarga yang

belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya

secara minimal, seperti kebutuhan akan pangan,

pakaian, rumah, dan kesehatan. Sulitnya

memenuhi kebutuhan tersebut menyebabkan

ketidakteraturan tatanan kehidupan yang

dijalani oleh keluarga miskin. Ketidakmampuan

untuk memiliki rumah yang layak sering kali

Page 13: IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SERTA ARAHAN TINDAKAN MITIGASI

13

menjadi penyebab munculnya permukiman

kumuh yang berada pada daerah yang rentan

terhadap bahaya alam. Tingginya prosentase

keluarga miskin mengakibatkan semakin

tingginya kerentanan yang dimiliki oleh suatu

wilayah yang berada di daerah yang rentan

terhadap bahaya alam.

Analisis Tingkat Kerentanan Ekonomi

Berdasarkan perhitungan nilai baku sub

faktor kerentanan ekonomi, dapat diperoleh

hasil bahwa Kecamatan Ciemas, Tegalbuleud,

Pelabuhanratu, Cisolok dan Cikakak merupakan

wilayah kecamatan yang memiliki tingkat

kerentanan ekonomi yang tinggi, dengan nilai

baku sebesar 0,182 – 0,210, atau dengan kata

lain dapat memberikan nilai yang tinggi

terhadap risiko bencana gempa bumi.

Kecamatan Simpenan mempunyai tingkat

kerentanan ekonomi sedang dan kecamatan

lainnya yaitu Kecamatan Ciracap, Surade dan

Cibitung mempunyai tingkat kerentanan

ekonomi yang rendah.

D. Analisis Tingkat Kerentanan

Tingkat kerentanan ditentukan oleh 3 (tiga)

sub faktor yaitu kerentanan fisik, sosial

kependudukan dan ekonomi seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya. Untuk itu, guna

mendapatkan tingkat kerentanan ini diperoleh

melalui overlay basis data ketiga sub faktor

tersebut, yang mana prosesnya dapat dilihat

pada Gambar 11 berikut.

Gambar 11. Proses Penentuan Tingkat

Kerentanan

Untuk perhitungan skor faktor kerentanan

ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Perhitungan Skor Faktor Kerentanan

No Sub Faktor Tingkat Harkat Bobot Skor

1 Kerentanan

Fisik

Tinggi 5 0,106 0,530

Sedang 3 0,106 0,318

Rendah 1 0,106 0,106

2

Kerentanan

Sosial Kependudukan

Tinggi 5 0,147 0,735

Sedang 3 0,147 0,441

Rendah 1 0,147 0,147

3 Kerentanan

Ekonomi

Tinggi 5 0,087 0,435

Sedang 3 0,087 0,261

Rendah 1 0,087 0,087

Skor Tertinggi = 1,700 ; skor terendah = 0,340

Klasifikasi (Rendah : 0,340 – 0,793 ; Sedang : 0,794 – 1,247 ; Tinggi : 1,248 – 1,700)

Nb : Penentuan harkat pada sub faktor kerentanan sosial

kependudukan dan ekonomi yang menjadi penentu tingkat kerentanan ini adalah dengan pertimbangan bahwa semakin

tinggi tingkat kerentanan social kependudukan dan ekonomi

maka akan semakin tinggi (memiliki harkat tinggi) tingkat kerentanannya.

Gambar 12. Peta Tingkat Kerentanan

LOKASI PETA

PROVINSI

JA WA BARAT

PROVINSI

BANT EN

SAMUDE

RA HIN

DIA

Kab. Sukabumi

Laut J awa

Sel

at S

und

a

PETA IND EKS

Skala 1 : 4.500.000

JURUSAN TEKN IK PLANOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

BAN DUNG

2008

W I L A Y A H P E S I S I R K A B U P A T E N S U K A B U M I

U

TB

S

Skala 1 : 500.000

Gam bar 4 .21

PETA TINGKAT KERENTANAN

Sumber : Hasil Analisis, 2008

TUGAS AKH IR

IDEN TIFIK ASI TINGKAT RESIKO BENCANA

GEM PA BUM I SERTA ARAH AN TIN DAK AN

M ITIGASI

L E G E N D A :

640000

640000

650000

650000

660000

660000

670000

670000

680000

680000

690000

690000

700000

700000

710000

710000

5 0 5 10 15 Km

91

80

00

0

91

80

00

0

91

90

00

0

91

90

00

0

92

00

00

0

92

00

00

0

92

10

00

0

92

10

00

0

92

20

00

0

92

20

00

0

92

30

00

0

92

30

00

0

92

40

00

0

92

40

00

0

92

50

00

0

92

50

00

0

Su nga i

Ja la n L ain

Ja la n L okal

Ja la n U tam a

Ga ris Pan tai

Ba tas Kota

Ba tas Keca ma tan

Ba tas Kab upa ten

Lau t

TE LU K PE LAB U H A N R AT U

Ta nju ng C i sang kuh

TE LU K C IL ET U H

Ta nju ng L en gon keri s

Ta nju ng K ar ang han tu

Ta nju ng T a naya

Ta nju ng U j ung ge nteng

S A M U D E R A H I N D I A

Keca m atan

Te ga lbu leu d

Keca m atan

C i bitun g

Keca m atan

S ur ade

Keca m atan

C i raca p

Keca m atan

C iem a s

Keca m atan

S im pe na n

K eca m atan

Pel abu ha nra tu

Keca m atan

C ikaka k

Keca m atan

C iso lok

KAB U P AT EN L EB AK

PR O VIN SI BA N T EN

KAB U P AT EN B OG OR

KO T A SU K AB U M I

KAB U P AT EN C IAN JU R

KAB U P AT EN S U KA BU M I

Ke Kab. Lebak

Ke Kota Sukabumi

Ke Kota Sukabumi

160

Ren dah (Sko r 0,3 40 - 0,793 )

Se dan g (Skor 0 ,79 4 - 1 ,24 7)

Ting gi (Skor 1,248 - 1 ,70 0)

Berdasarkan hasil analisis tingkat

kerentanan dari overlay basis data sub faktor

kerentanan fisik, sosial kependudukan dan

ekonomi di Wilayah Pesisir Kabupaten

Sukabumi diperoleh hasil bahwa wilayah yang

memiliki tingkat kerentanan tinggi adalah

dengan total seluas 8.584,35 Ha (sekitar 5,86%

dari total luas wilayah secara keseluruhan) yang

mana sebarannya yaitu sebagian Kecamatan

Tegalbuleud, Surade, Simpenan, Pelabuhanratu

dan Cikakak. Wilayah yang memiliki tingkat

kerentanan sedang tersebar di sebagian

Overlay

Peta Tingkat Kerentanan

Fisik

Peta Tingkat Kerentanan

Sosial

Peta Tingkat Kerentanan

Ekonomi

Peta Tingkat

Kerentanan

Page 14: IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SERTA ARAHAN TINDAKAN MITIGASI

14

Kecamatan Tegalbuleud, Surade, Simpenan,

Cisolok, Ciracap, Cikakak dan Ciemas dengan

total seluas 99.704,62 Ha (sekitar 68,12% dari

total luas wilayah secara keseluruhan),

sedangkan untuk wilayah dengan tingkat

kerentanan rendah di Wilayah Pesisir

Kabupaten Sukabumi tersebar di sebagian

Kecamatan Cisolok, Ciracap dan Cikakak yaitu

dengan total seluas 30.083,40 Ha (sekitar

26,02% dari total luas wilayah secara

keseluruhan). Untuk lebih jelasnya mengenai

tingkat kerentanan di Wilayah Pesisir

Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada

Gambar 12.

ANALISIS FAKTOR KETAHANAN

Faktor ketahanan menggambarkan

kemampuan suatu wilayah untuk mengatasi

suatu pengaruh/dampak yang diakibatkan oleh

bahaya gempa bumi. Faktor ketahanan yang

berpengaruh terhadap tingkat risiko bencana

gempa bumi ini memiliki 3 (tiga) sub faktor

yaitu Sumberdaya alami, dengan indikator

keleluasaan pemanfaatan ruang dan vegetasi

pelindung. Sumberdaya buatan dengan indikator

rasio jumlah pelayanan kesehatan terhadap

jumlah penduduk dan rasio jumlah fasilitas

kesehatan terhadap jumlah penduduk. Serta

Mobilitas dengan indikator rasio panjang jalan

terhadap jumlah penduduk dan rasio sarana

angkutan terhadap jumlah penduduk.

A. Ketahanan Sumberdaya Alami

Ketahanan sumberdaya alami adalah

kemampuan yang besar yang dimiliki oleh suatu

wilayah dalam menghadapi suatu bencana.

Analisis sub faktor ketahanan sumberdaya alami

menggunakan peta yang diperoleh dari Pusat

Lingkungan Geologi, yaitu berupa peta geologi

lingkungan dan peta vegetasi pelindung, yang

mana untuk peta geologi lingkungan terdapat

pembagian zona kedalam tiga bagian yaitu zona

leluasa, cukup leluasa dan tidak leluasa. Dari

ketiga pembagian zona tersebut, zona leluasa

dan cukup leluasa menjadi bagian dari indikator

keleluasaan pemanfaatan ruang.

Keleluasan Pemanfaatan Ruang

Suatu kawasan dengan kondisi fisik lahan

dari tidak ada (zona leluasa) sampai dengan

sedang (zona cukup leluasa) faktor pembatas

kendala geologi lingkungan, sehingga leluasa

dan atau cukup leluasa dalam pengorganisasian

ruang dan pemilihan jenis penggunaan lahan

dengan biaya pembangunan yang tidak tinggi

(rendah dan atau sedang). Hubungan dengan

risiko adalah berbanding terbalik, semakin luas

keleluasaan pemanfaatan ruang maka ketahanan

sumberdaya alami terhadap bencana akan

semakin tinggi, risiko yang akan dihadapi akan

semakin rendah.

Vegetasi Pelindung

Vegetasi pelindung merupakan salah satu

indikator dari ketahanan sumberdaya alami,

vegetasi pelindung dapat menyelematkan suatu

daerah dari bahaya tsunami, terjangan tsunami

dapat dihambat oleh vegetasi tersebut.

Hubungan dengan risiko adalah berbanding

terbalik, semakin luas vegetasi pelindung, maka

ketahanan sumberdaya alami terhadap bencana

akan semakin tinggi, risiko yang akan dihadapi

akan semakin rendah.

Analisis Tingkat Ketahanan Sumberdaya

Alami

Analisis tingkat ketahanan sumberdaya

alami ini diperoleh melalui overlay basis data

indikator keleluasan pemanfaatan ruang dengan

vegetasi pelindung, sehingga dapat ditentukan

tingkat ketahanan sumberdaya alami, dengan

prosesnya seperti yang terlihat pada Gambar 13

berikut

Gambar 13. Proses Penentuan Tingkat

Ketahanan Sumberdaya Alami

Untuk perhitungan skor sub faktor

ketahanan sumberdaya alami ini dapat dilihat

pada Tabel 7.

Tabel 7. Perhitungan Skor Faktor Ketahanan

Sumberdaya Alami

No Indikator Sub

Indikator Harkat Bobot Skor

1.

Keleluasaan

Pemanfaatan Ruang

Zona Leluasa 5 0,080 0,400

Zona Cukup

Leluasa 3 0,080 0,240

2. Vegetasi

Pelindung

Hutan 5 0,072 0,360

Semak

Belukar 4 0,072 0,288

Kebun 3 0,072 0,216

Ladang 2 0,072 0,144

Rumput 1 0,072 0,072

Sawah 1 0,072 0,072

Skor Tertinggi = 0,760 ; skor terendah = 0,072

Klasifikasi (Rendah : 0,072 – 0,301 ; Sedang : 0,302 – 0,531

; Tinggi : 0,532 – 0,760)

Overlay

Peta Keleluasan

Pemanfaatan Ruang

Peta Vegetasi

Pelindung

Peta Tingkat

Ketahahan

Sumberdaya Alami

Page 15: IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SERTA ARAHAN TINDAKAN MITIGASI

15

Berdasarkan hasil analisis ketahanan

sumberdaya alami di Wilayah Pesisir Kabupaten

Sukabumi diperoleh hasil bahwa tingkat

ketahanan sumberdaya alami tinggi yaitu seluas

37.881,76 Ha (sekitar 25,88% dari total luas

wilayah secara keseluruhan) yang tersebar di

sebagian wilayah di seluruh kecamatan yang

ada di Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi.

Untuk wilayah dengan tingkat ketahanan

sumberdaya alami sedang di Wilayah Pesisir

Kabupaten Sukabumi yaitu dengan total seluas

73.199,87 Ha (sekitar 52,85% dari total luas

wilayah secara keseluruhan) yang juga tersebar

di sebagian wilayah di seluruh kecamatan yang

ada di Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi,

begitu juga untuk wilayah dengan tingkat

ketahanan sumberdaya alami rendah dengan

total seluas 35.290,73 Ha (sekitar 24,11% dari

total luas wilayah secara keseluruhan) juga

tersebar di sebagian wilayah di seluruh

kecamatan yang ada.

B. Ketahanan Sumberdaya Buatan

Sub faktor ketahanan sumberdaya buatan

ini meliputi aspek pendanaan, peralatan/fasilitas

dan sumber daya manusia terlatih dan terdidik.

Indikator dari sub faktor ini meliputi rasio

jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah

penduduk, dan rasio jumlah sarana kesehatan

terhadap jumlah penduduk. Sub faktor ini

memberikan kontribusi terhadap nilai dari risiko

bencana dengan bobot yang diberikan oleh para

ahli yaitu sebesar 0,079. Analisis ketahanan

sumberdaya buatan ini menggunakan

perhitungan nilai sub faktor dengan

menggunakan standarisasi Davidson.

Rasio Pelayanan Kesehatan terhadap Jumlah

Penduduk

Rasio pelayanan kesehatan terhadap jumlah

penduduk menggambarkan kemampuan

ketersediaan pelayanan kesehatan untuk

menangani penduduk yang terkena bencana

alam gempa bumi. Ketersediaan pelayanan

kesehatan atau tenaga medis yang memadai

diupayakan dapat meringankan beban yang

ditanggung oleh penduduk akibat bencana

gempa bumi. Oleh sebab itu, semakin kecil rasio

jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah

penduduk, maka semakin kecil kemampuan

pelayanan medis dalam memberikan

pertolongan.

Rasio Sarana Kesehatan terhadap Jumlah

Penduduk

Rasio sarana kesehatan terhadap jumlah

penduduk merupakan gambaran mengenai

kemampuan sarana kesehatan untuk

menampung atau melayani kebutuhan penduduk

yang terkena bencana gempa bumi. Agar sarana

kesehatan dapat menampung dan melayani

korban akibat letusan gunungapi, maka sarana

kesehatan yang tersedia harus sebanding dengan

jumlah penduduk di Wilayah Pesisir Kabupaten

Sukabumi, karena semakin kecil rasio fasilitas

kesehatan terhadap jumlah penduduk, semakin

kecil kemampuan prasarana medis dalam

menanggulangi pertolongan.

Analisis Tingkat Ketahanan Sumberdaya

Buatan

Berdasarkan perhitungan nilai baku sub

faktor ketahanan sumberdaya buatan, dapat

diperoleh hasil bahwa Kecamatan Cibitung,

Simpenan dan Cikakak merupakan wilayah

kecamatan yang memiliki tingkat ketahanan

sumberdaya alami yang tinggi, dengan nilai

baku rendah yaitu sebesar 0,069 – 0,130, atau

dengan kata lain dapat memberikan nilai yang

rendah terhadap risiko bencana gempa bumi.

Kecamatan Ciemas, Surade dan Tegalbuleud

mempunyai tingkat ketahanan sumberdaya

alami sedang dan Kecamatan Ciracap,

Pelabuhanratu dan Cisolok mempunyai tingkat

ketahanan sumberdaya alami yang rendah.

C. Ketahanan Mobilitas Penduduk

Kemampuan mobilitas menunjukkan sarana

untuk melakukan evakuasi bila terjadi bencana

gempa bumi, yaitu guna mencari tempat yang

lebih aman dan meminta bantuan. Indikator dari

sub faktor mobilitas ini terdiri dari rasio panjang

jalan terhadap jumlah penduduk dan rasio

sarana angkutan terhadap jumlah penduduk.

Kedua indikator tersebut sangat diperlukan

untuk mengurangi jatuhnya korban jiwa akibat

bencana gempa bumi dan tsunami yang akan

terjadi. Sub faktor ini mempunyai hubungan

berkebalikan dengan risiko bencana, sehingga

apabila semakin tinggi tinggi tingkat ketahanan

mobilitas maka akan semakin rendah tingkat

risiko bencana yang akan dihadapi. Sub faktor

ketahanan mobilitas ini memberikan kontribusi

terhadap nilai dari risiko bencana dengan bobot

yang diberikan oleh para ahli yaitu sebesar

0,078. Analisis ketahanan sumberdaya mobilitas

ini menggunakan perhitungan nilai sub faktor

dengan menggunakan standarisasi Davidson.

Rasio Panjang Jalan terhadap Jumlah

Penduduk

Rasio panjang jalan diperlukan karena

berkaitan dengan pelayanan jalan yang

berhubungan langsung dengan jumlah

penduduk. Jika terjadi ketidakseimbangan

antara panjang jalan dengan jumlah penduduk

Page 16: IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SERTA ARAHAN TINDAKAN MITIGASI

16

maka akan mengakibatkan kemacetan yang

menghambat pergerakan evakuasi. Oleh karena

itu, dengan kondisi jalan yang baik dan panjang

jalan yang cukup jauh akan memudahkan dalam

pergerakan evakuasi. Tingginya rasio panjang

jalan terhadap jumlah penduduk akan

memperkecil risiko bencana alam yang akan

dihadapi.

Rasio Sarana Angkutan terhadap Jumlah

Penduduk

Sarana transportasi merupakan alat angkut

dalam melakukan pergerakan atau evakuasi.

Rendahnya rasio sarana angkutan terhadap

jumlah penduduk memperbesar risiko terhadap

bencana gempa bumi. Berdasarkan hasil

perhitungan memperlihatkan bahwa indikator

rasio sarana angkutan terhadap jumlah

penduduk masih relatif rendah, sehingga

indikator tersebut mempunyai risiko yang tinggi

terhadap bencana gempa bumi.

Analisis Tingkat Ketahanan Mobilitas

Berdasarkan perhitungan nilai baku sub

faktor ketahanan mobilitas, dapat diperoleh

hasil bahwa Kecamatan Ciracap dan

Tegalbuleud merupakan wilayah kecamatan

yang memiliki tingkat ketahanan mobilitas yang

tinggi, dengan nilai baku rendah yaitu sebesar

0,046 – 0,102, atau dengan kata lain dapat

memberikan nilai yang rendah terhadap risiko

bencana gempa bumi. Kecamatan Ciemas dan

Pelabuhanratu mempunyai tingkat ketahanan

mobilitas sedang dan 5 kecamatan lainnya

mempunyai tingkat ketahanan mobilitas yang

rendah.

D. Analisis Tingkat Ketahanan

Tingkat ketahanan ditentukan oleh 3 (tiga)

sub faktor yaitu ketahanan sumberdaya alami,

sumberdaya buatan dan mobilitas penduduk

seperti yang telah dijelaskan pada sub bab

sebelumnya. Untuk itu, untuk mendapatkan

tingkat ketahanan ini diperoleh melalui overlay

basis data ketiga sub faktor tersebut, yang mana

prosesnya dapat dilihat pada Gambar 14 berikut.

Gambar 14. Proses Penentuan Tingkat

Ketahanan

Untuk perhitungan skor faktor ketahanan

ini dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Perhitungan Skor Faktor Ketahanan

No Sub Faktor Tingkat Harkat Bobot Skor

1

Ketahanan

Sumberdaya Alami

Tinggi 5 0,152 0,760

Sedang 3 0,152 0,456

Rendah 1 0,152 0,152

2

Ketahanan

Sumberdaya

Buatan

Rendah 5 0,079 0,395

Sedang 3 0,079 0,237

Tinggi 1 0,079 0,079

3 Ketahanan Mobilitas

Penduduk

Rendah 5 0,078 0,390

Sedang 3 0,078 0,234

Tinggi 1 0,078 0,078

Skor Tertinggi = 1,545 ; skor terendah = 0,309

Klasifikasi (Rendah : 0,309 – 0,721 ; Sedang : 0,722 – 1,134 ; Tinggi : 1,135 – 1,545)

Nb : Dalam sub faktor ketahanan sumberdaya buatan dan mobilitas terdapat “pembacaan” yang berbeda antara nilai

baku dan pengertian ketahanan itu sendiri. Nilai baku

indikator-indikator ketahanan ini berkebalikan dengan nilai rasio. Jadi, apabila nilai baku (misalnya) ketahanan

mobilitas penduduk rendah, berarti sebetulnya memiliki

ketahanan mobilitas penduduk yang tinggi. Hal ini disebabkan karena nilai baku diarahkan (distandarkan)

untuk penilaian risiko bencana. Penentuan harkat pada sub

faktor ketahanan sumberdaya buatan dan mobilitas penduduk yang menjadi penentu tingkat ketahanan ini

adalah dengan pertimbangan bahwa semakin tinggi tingkat

ketahanan buatan dan mobilitas penduduk maka akan semakin tinggi (memiliki harkat tinggi) tingkat

ketahanannya.

Berdasarkan hasil analisis tingkat

ketahanan dari overlay basis data sub faktor

ketahanan sumberdaya alami, sumberdaya

buatan dan mobilitas penduduk di Wilayah

Pesisir Kabupaten Sukabumi diperoleh hasil

bahwa wilayah yang memiliki tingkat ketahanan

tinggi adalah dengan total seluas 25.091,45 Ha

(sekitar 17,14% dari total luas wilayah secara

keseluruhan) tersebar di sebagian Kecamatan

Cibitung, Ciemas, Cikakak, Ciracap, Simpenan

dan Tegalbuleud. Wilayah yang memiliki

tingkat ketahanan sedang tersebar di seluruh

kecamatan yang ada, dengan total seluas

85.552,66 Ha (sekitar 56,40% dari total luas

wilayah secara keseluruhan), sedangkan untuk

wilayah dengan tingkat ketahanan rendah di

Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi tersebar

di 8 (delapan) kecamatan, terkecuali Kecamatan

Tegalbuleud, yaitu dengan total seluas

38.728,26 Ha (sekitar 26,46% dari total luas

wilayah secara keseluruhan). Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Gambar 15 berikut.

Overlay

Peta Tingkat

Ketahanan

Peta Tingkat

Ketahanan SD

Alami

Peta Tingkat

Ketahanan SD

Buatan

Peta Tingkat

Ketahanan

Mobilitas

Page 17: IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SERTA ARAHAN TINDAKAN MITIGASI

17

Gambar 15. Peta Tingkat Ketahanan

LOKASI PETA

PROVINSI

JAWA BARAT

PROVINSI

BANT EN

SAMUDE

RA HIN

DIA

Kab. Sukabumi

Laut J awa

Sel

at S

und

a

PETA IND EKS

Skala 1 : 4.500.000

JURUSAN TEKN IK PLANOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

BAN DUNG

2008

W I L A Y A H P E S I S I R K A B U P A T E N S U K A B U M I

U

TB

S

Skala 1 : 500.000

Gam bar 4 .33

PETA TINGKAT KETAHANAN

Sumber : Hasil Analisis, 2008

TUGAS AKH IR

IDEN TIFIK ASI TINGKAT RESIKO BENCANA

GEM PA BUM I SERTA ARAH AN TIN DAK AN

M ITIGASI

L E G E N D A :

640000

640000

650000

650000

660000

660000

670000

670000

680000

680000

690000

690000

700000

700000

710000

710000

5 0 5 10 15 Km

91

80

00

0

91

80

00

0

91

90

00

0

91

90

00

0

92

00

00

0

92

00

00

0

92

10

00

0

92

10

00

0

92

20

00

0

92

20

00

0

92

30

00

0

92

30

00

0

92

40

00

0

92

40

00

0

92

50

00

0

92

50

00

0

Su nga i

Ja la n L ain

Ja la n L okal

Ja la n U tam a

Ga ris Pan tai

Ba tas Kota

Ba tas Keca ma tan

Ba tas Kab upa ten

Lau t

TE LU K PE LAB U H A N R AT U

Ta nju ng C i sang kuh

TE LU K C IL ET U H

Ta nju ng L en gon keri s

Ta nju ng K ar ang han tu

Ta nju ng T a naya

Ta nju ng U j ung ge nteng

S A M U D E R A H I N D I A

Keca m atan

Te ga lbu leu d

Keca m atan

C i bitun g

Keca m atan

S ur ade

Keca m atan

C i raca p

Keca m atan

C iem a s

Keca m atan

S im pe na n

K eca m atan

Pel abu ha nra tu

Keca m atan

C ikaka k

Keca m atan

C iso lok

KAB U P AT EN L EB AK

PR O VIN SI BA N T EN

KAB U P AT EN B OG OR

KO T A SU K AB U M I

KAB U P AT EN C IAN JU R

KAB U P AT EN S U KA BU M I

Ke Kab. Lebak

Ke Kota Sukabumi

Ke Kota Sukabumi

176

Ren dah (Sko r 0,3 09 - 0,721 )

Se dan g (Skor 0 ,72 2 - 1 ,13 4)

Ting gi (Skor 1,135 - 1 ,54 5)

ANALISIS TINGKAT RISIKO GEMPA

BUMI

Analisis tingkat risiko bencana gempa bumi

merupakan analisis yang mengkombinasikan

antara faktor bahaya, kerentanan dan ketahanan

melalui overlay basis data ketiga sub faktor

tersebut, yang mana prosesnya dapat dilihat

pada Gambar 16 berikut.

Gambar 16. Proses Penentuan Tingkat Risiko

Bencana Gempa Bumi

Untuk perhitungan skor risiko gempa bumi

ini dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Perhitungan Skor Risiko Bencana

Gempa Bumi

No Faktor Tingkat Harkat Bobot Skor

1 Bahaya

Tinggi 5 0,350 1,750

Sedang 3 0,350 1,050

Rendah 1 0,350 0,350

No Faktor Tingkat Harkat Bobot Skor

2 Kerentanan

Tinggi 5 0,340 1,700

Sedang 3 0,340 1,020

Rendah 1 0,340 0,340

3 Ketahanan

Rendah 5 0,310 1,550

Sedang 3 0,310 0,930

Tinggi 1 0,310 0,310

Skor Tertinggi = 5,000 ; skor terendah = 1,000

Klasifikasi (Rendah : 1,000 – 2,333 ; Sedang : 2,334 – 3,667 ; Tinggi : 3,668 – 5,000)

Gambar 17. Peta Tingkat Risiko Gempa Bumi

di Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi

LOKASI PETA

PROVINSI

JA WA BARAT

PROVINSI

BANT EN

SAMUDE

RA HIN

DIA

Kab. Sukabumi

Laut J awa

Sel

a t S

und

a

PETA INDEKS

Skala 1 : 4.500.000

JURUSAN TEKN IK PLANOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

BAN DUNG

2008

W I L A Y A H P E S I S I R K A B U P A T E N S U K A B U M I

U

TB

S

Skala 1 : 500.000

Gam bar 4 .35

PETA TINGKAT RESIKO

Sumber : Hasil Analisis, 2008

TUGAS AKH IR

IDEN TIFIK ASI TINGKAT RESIKO BENCANA

GEM PA BUM I SERTA ARAH AN TIN DAK AN

M ITIGASI

L E G E N D A :

640000

640000

650000

650000

660000

660000

670000

670000

680000

680000

690000

690000

700000

700000

710000

710000

5 0 5 10 15 Km

91

80

00

0

91

80

00

0

91

90

00

0

91

90

00

0

92

00

00

0

92

00

00

0

92

10

00

0

92

10

00

0

92

20

00

0

92

20

00

0

92

30

00

0

92

30

00

0

92

40

00

0

92

40

00

0

92

50

00

0

92

50

00

0

Su nga i

Ja la n L ain

Ja la n L okal

Ja la n U tam a

Ga ris Pan tai

Ba tas Kota

Ba tas Keca ma tan

Ba tas Kab upa ten

Lau t

TE LU K PE LAB U H A N R AT U

Ta nju ng C i sang kuh

TE LU K C IL ET U H

Ta nju ng L en gon keri s

Ta nju ng K ar ang han tu

Ta nju ng T a naya

Ta nju ng U j ung ge nteng

S A M U D E R A H I N D I A

Keca m atan

Te ga lbu leu d

Keca m atan

C i bitun g

Keca m atan

S ur ade

Keca m atan

C i raca p

Keca m atan

C iem a s

Keca m atan

S im pe na n

K eca m atan

Pel abu ha nra tu

Keca m atan

C ikaka k

Keca m atan

C iso lok

KAB U P AT EN L EB AK

PR O VIN SI BA N T EN

KAB U P AT EN B OG OR

KO T A SU K AB U M I

KAB U P AT EN C IAN JU R

KAB U P AT EN S U KA BU M I

Ke Kab. Lebak

Ke Kota Sukabumi

Ke Kota Sukabumi

178

Ren dah (Sko r 1,0 00 - 2,333

Se dan g (Skor 2 ,33 4 - 3 ,66 7)

Ting gi (Skor 3,668 - 5 ,00 0)

Berdasarkan hasil analisis tingkat risiko

dari overlay basis data faktor bahaya,

kerentanan dan ketahanan/kapasitas di Wilayah

Pesisir Kabupaten Sukabumi diperoleh hasil

bahwa wilayah yang memiliki tingkat risiko

tinggi adalah dengan total seluas 51.069,68 Ha

(sekitar 34,89% dari total luas wilayah secara

keseluruhan) tersebar di sebagian besar di

Kecamatan Ciemas, Cikakak, Pelabuhanratu

dan Simpenan, serta sebagian kecil tersebar di

Kecamatan Ciracap, Cisolok, Surade dan

Tegalbuleud. Wilayah yang memiliki tingkat

risiko sedang tersebar di sebagian besar

Wilayah Kecamatan Ciracap, Cisolok,

Simpenan, Pelabuhanratu, Surade dan

Tegalbileud, dan sebagian kecil tersebar di

Kecamatan Cibitung, Ciemas, Cikakak,

Simpenan dan Pelabuhanratu, dengan total

wilayah berisiko sedang yaitu seluas 81.034,93

Ha (sekitar 55,36% dari total luas wilayah

secara keseluruhan), sedangkan untuk wilayah

Overlay

Peta Tingkat Risiko

Gempa Bumi

Peta Tingkat Bahaya

Gempa Bumi

Peta Tingkat

Kerentanan

Peta Tingkat

Ketahanan

Page 18: IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SERTA ARAHAN TINDAKAN MITIGASI

18

dengan tingkat risiko rendah tersebar

di sebagian wilayah Kecamatan Cibitung,

Ciracap dan Cisolok yaitu dengan total seluas

14.267,76 Ha (sekitar 9,75% dari total luas

wilayah secara keseluruhan). Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pda Gambar 18 berikut.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis tingkat risiko

bencana gempa bumi, maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Secara alamiah, Wilayah Pesisir Kabupaten

Sukabumi memiliki potensi terhadap

beberapa peristiwa bahaya alam

diantaranya yaitu goncangan gempa bumi

dan tsunami. Berdasarkan hasil analisis

tingkat bahaya gempa bumi, yang diperoleh

dari overlay basis data sub faktor bahaya

goncangan (bahaya langsung) dan bahaya

tsunami (bahaya ikutan), dapat dapat

diperoleh hasil bahwa tingkat bahaya

gempa bumi tinggi di Wilayah Pesisir

Sukabumi yaitu seluas 6.802,19 Ha (sekitar

4,65% dari total luas wilayah secara

keseluruhan) yang tersebar di sebagian

Kecamatan Ciemas, Cikakak, Ciracap,

Cisolok, Pelabuhanratu dan Simpenan.

2. Berdasarkan hasil analisis tingkat

kerentanan diperoleh hasil bahwa wilayah

yang memiliki tingkat kerentanan tinggi

adalah dengan total seluas 8.584,35 Ha

(sekitar 5,86% dari total luas wilayah secara

keseluruhan) yang mana sebarannya yaitu

sebagian Kecamatan Tegalbuleud, Surade,

Simpenan, Pelabuhanratu dan Cikakak.

3. Berdasarkan hasil analisis tingkat

ketahanan diperoleh hasil bahwa wilayah

yang memiliki tingkat ketahanan tinggi

untuk dapat merespon atau mengatasi

dampak dari bencana gempa bumi adalah

dengan total seluas seluas 25.091,45 Ha

(sekitar 17,14% dari total luas wilayah

secara keseluruhan) tersebar di sebagian

Kecamatan Cibitung, Ciemas, Cikakak,

Ciracap, Simpenan dan Tegalbuleud.

4. Berdasarkan hasil analisis tingkat risiko

dari overlay basis data faktor bahaya,

kerentanan dan ketahanan/kapasitas di

Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi

diperoleh hasil bahwa wilayah yang

memiliki tingkat risiko tinggi adalah

dengan total seluas 16.915,84 Ha (sekitar

11,56% dari total luas wilayah secara

keseluruhan), yang penyebarannya terluas

yaitu di 3 (tiga) Kecamatan yaitu

Kecamatan Pelabuhanratu, Ciemas dan

Simpenan, serta sebagian kecil untuk

tingkat risiko bencana gempa bumi tinggi

ini tersebar di Kecamatan Cisolok, Cikakak,

Ciracap dan Tegalbuleud. Wilayah yang

memiliki tingkat risiko sedang tersebar di

sebagian besar Wilayah Kecamatan

Simpenan, Ciemas, Cikakak dan Cisolok,

serta sebagian kecil di Kecamatan Cibitung,

Surade, Pelabuhanratu dan Tegalbuleud,

dengan total luas wilayah berisiko sedang

yaitu seluas 61.630,09 Ha (sekitar 42,11%

dari total luas wilayah secara keseluruhan),

sedangkan untuk wilayah dengan tingkat

risiko rendah tersebar di sebagian besar

Kecamatan Tegalbuleud, Cibitung, Surade,

Ciracap dan Cisolok, serta sebagian kecil

tersebar di Kecamatan Cikakak, Simpenan

dan Ciemas, yaitu dengan total seluas

67.826,43 Ha (sekitar 46,34% dari total

luas wilayah secara keseluruhan).

Rekomendasi

Rekomendasi disusun berdasarkan peta

tingkat risiko yang menunjukkan tingkat, letak

dan sebaran risiko terhadap bencana gempa

bumi, berupa arahan tindakan kegiatan pada

kondisi yang sedang berlansung (existing

activity). Arahan-arahan tersebut merupakan

upaya pencegahan dan pengendalian dalam

mengurangi kerugian dan kerusakan akibat

dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa gempa

bumi.

Upaya untuk mengurangi risiko bencana

dapat dilakukan dengan mengurangi kerentanan

dan meningkatkan kapasitas/ketahanan

(Awotona, 1997 : 151). Maka dari itu, upaya

yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko

bencana gempa bumi di Wilayah Pesisir

Kabupaten Sukabumi yaitu dengan cara

menurunkan nilai indikator faktor kerentanan

(vulnerabilty) dan menaikkan nilai indikator

faktor ketahanan/kapasitas.

Metodologi untuk merumuskan

upaya/tindakan terhadap kegiatan dilakukan

dengan mengevaluasi besaran/nilai indikator-

indikator dari faktor kerentanan dan faktor

ketahanan/kapasitas. Upaya ini diarahkan pada

kecamatan-kecamatan yang pada bagian

wilayahnya memiliki risiko tinggi terhadap

bencana gempa bumi, yaitu Kecamatan Cisolok,

Cikakak, Pelabuhanratu, Simpenan, Ciemas,

Ciracap, dan Tegalbuleud.

Berikut akan diberikan beberapa arahan

tindakan kegiatan pada indikator-indikator

berisiko tinggi di Wilayah Pesisir Kabupaten

Sukabumi, seperti yang terlihat pada Tabel 10.

Page 19: IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SERTA ARAHAN TINDAKAN MITIGASI

19

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Teks

1. Awotona, Adenrele (1997).

Reconstruction After Disaster :

Issues and Practices. Aldershot :

Ashgate.

2. Budiyanto, Eko (2002). Sistem

Informasi Geografis Menggunakan

Arc View GIS. Yogyakarta : Andi.

3. Cannon, Terry (1994). Vulnerability

Analysis and the Explanation of

„Natural‟ Disasters. Dalam Disaster,

Development and Environmental.

Varley, Ann (1994). Chichester : John

Wiley & Sons.

4. Dahuri (2001). Pengelolaan Sumber

Daya Wilayah Pesisir dan Lautan

Secara Terpadu (Cetakan Kedua,

Edisi Revisi). Jakarta : PT. Pradnya

Paramita.

5. Davidson, Rachel A (1997). An Urban

Earthquake Disaster Risk Index.

Stanford : The John A. Blume

Earthquake Engineering Center,

Department of Civil Engineering

Stanford University.

6. Lewis, James (1997). Development,

Vulnerability and Disaster

Reduction. Dalam Reconstruction

After Disaster : Issues and Practices.

Awotona, Adenrale (ed) (1997).

Aldershot : Ashgate.

7. Munir, Mochammad (2006). Geologi

Lingkungan (Cetakan Kedua, Edisi

Pertama). Malang : Bayumedia.

8. Noor, Djauhari (2006). Geologi

Lingkungan (Cetakan Pertama,

Edisi Pertama). Yogyakarta : Graha

Ilmu.

9. Saaty, T.L (1993). Pengambilan

Keputusan Bagi Para Pemimpin

Indikator Berisiko Tinggi Arahan Tindakan

Permukiman Mengikuti aturan building code yang sesuai dengan acuan normatif (SNI 03-1726-2002,

Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan. SNI 03-2847-1992, Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. RSNI T-02-2003, Tata Cara

Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia. SNI 03-1729-2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan. SNI 03-6816-2002, Tata Cara Pendetailan Penulangan

Beton Bertulang Indonesia).

Zona Tidak Leluasa Menghindari pembangunan di zona ini, karena zona tidak leluasa adalah indikator yang menyebabkan tingginya tingkat kerentanan, yang dalam artian memiliki proporsi potensi

bahaya geologi yang lebih dominan.

Prosentase rumah tangga yang

bekerja di bidang perikanan laut Melindungi sarana kegiatan rumah tangga yang bekerja di bidang perikanan laut dari

terpaan tsunami seperti perahu dan kapal, dengan membuat bangunan yang berkonstruksi

kuat dari terpaan tsunami, atau menjauhkan sarana tersebut dari bibir pantai, misalnya dapat

ditempatkan di sungai-sungai yang jauh dari muara pantai.

Rasio pelayanan kesehatan

terhadap jumlah penduduk Meningkatkan pelayanan kesehatan, dengan menambah jumlah tenaga kesehatan serta

pembentukan kelompok aksi dengan pelatihan pertolongan pertama.

Rasio sarana kesehatan terhadap jumlah penduduk

Membangun sarana kesehatan yang memadai, memiliki aksesibilitas agar mudah untuk dijangkau oleh penduduk, bangunan dengan konstruksi yang aman terhadap gempa bumi

serta menempatan bangunan ini pada kawasan yang cukup aman (tidak berbahaya gempa

bumi tinggi).

Rasio prasarana jalan terhadap

jumlah penduduk Pengembangan jaringan jalan yang memadai serta pembuatan akses evakuasi dengan

rambu-rambu yang jelas.

Rasio sarana angkutan terhadap jumlah penduduk

Meningkatkan pelayanan sarana transportasi, dengan bantuan pemerintah berupa pengadaan sarana angkutan (misalnya bus).

Prosentase keluarga miskin Meningkatkan kesejahteraan keluarga untuk mengurangi tingkat kemiskinan yang berpengaruh terhadap kerentanan ekonomi.

Kepadatan Penduduk Menekan kepadatan penduduk yang tinggi dengan cara memeratakan persebaran penduduk

ke wilayah yang masih jarang penduduknya, dan pada suatu lokasi yang aman dari bahaya gempa bumi.

Prosentase rumah tangga yang

bekerja di bidang non pertanian Merelokasi kegiatan non pertanian ke zona leluasa atau wilayah yang aman dari bahaya

gempa bumi.

Prosentase penduduk usia lanjut

dan balita Menyediakan bantuan khusus dengan pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana

dalam upaya mengevakuasi penduduk usia lanjut dan balita dari bahaya gempa bumi.

Prosentase penduduk wanita Menyediakan bantuan khusus dengan pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dalam upaya mengevakuasi penduduk wanita dari bahaya gempa bumi.

Prosentase penduduk

penyandang cacat Menyediakan bantuan khusus dengan pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana

dalam upaya mengevakuasi penduduk penyandang cacat dari bahaya gempa bumi.

Prosentase produktivitas padi

berpengairan irigasi Memperkuat bangunan irigasi dengan mengembangkan teknik-teknik konstruksi tahan

gempa.

Tabel 10. Arahan Tindakan Kegiatan pada Indikator Berisiko Tinggi

Page 20: IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SERTA ARAHAN TINDAKAN MITIGASI

20

(Proses Hierarki Analitik untuk

Pengambilan Keputusan dalam

Situasi Kompleks), Terjemahan,

Penerbit PT.Pustaka Binaman

Pressibdo.

10. Sanderson, David (1997). Building

Bridges to Reduce Risk. Dalam

Reconstruction After Disaster :

Issues and Practices. Awotona,

Adenrale (ed) (1997). Aldershot :

Ashgate.

B. Jurnal/Artikel

1. Agung, A.A.G (1993).

Mendefinisikan Kebutuhan GIS

Untuk Perencanaan Wilayah dan

Kota, Jurnal Perencanaan Wilayah dan

Kota, Edisi Khusus.

2. Akbar, Roos (2006). Pentingnya

Pertimbangan Kebencanaan Dalam

Penataan Ruang; Materi Seminar

Nasional : Mitigasi Bencana Alam di

Indonesia: Solusi Professional dari

Kacamata Geogogi Lingkungan, Local

Genious, Teknologi dan Planning,

Malang.

3. Bakornas PBP, Buku Panduan

Pengenalan Karakteristik Bencana.

4. Bakornas PB, Rencana Aksi Nasional

Pengurangan Risiko Bencana 2006-

2009.

5. Bakornas PB, Rencana Pedoman

penyusunan Rencana

Penanggulangan Bencana di daerah.

6. Numberi, Freddy (2007). Penataan

Ruang Pesisir dengan

Mempertimbangkan Aspek

Bencana; Materi Seminar Nasional:

Pengelolaan Ruang Wilayah Pesisir di

Indonesia sebagai Antisipasi Risiko

Bencana. Bandung.

7. Poernomosidhi (2007). Kebijakan

Pengelolaan Ruang Wilayah

Kawasan Pesisir di Indonesia

Sebagai Antisipasi Risiko Bencana;

Materi Seminar Nasional : Pengelolaan

Ruang Wilayah Pesisir di Indonesia

sebagai Antisipasi Risiko Bencana.

Bandung.

8. Poernomosidhi (2005). Penanganan

Pasca Bencana; Materi Seminar

Sehari: Mitigasi Bencana Alam dalam

Perencanaan Wilayah dan Kota.

Bandung.

9. Rosyidie, Arief (2006). Dampak

Bencana Terhadap Wilayah Pesisir:

Belajar dari Tsunami Aceh; Jurnal

Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol 17

No. 3.

10. Soerono (2005). Perspektif Penataan

Ruang dalam Pengelolaan Kawasan

Rawan Bencana; Jurnal Tata Ruang;

Peran Penataan Ruang dalam

Penanganan Bencana Alam. Jakarta :

Sekretariat Tim Teknis BKTRN.

11. UNDP (1992). Tinjauan Umum

Manajemen Bencana. Program

Pelatihan Manajemen Bencana : Edisi

kedua.

12. UNDP (1994). Mitigasi Bencana.

Program Pelatihan Manajemen

Bencana: Edisi kedua.

13. UNDP (1995). Pengantar Tentang

Bahaya. Program Pelatihan

Manajemen Bencana : Edisi ketiga.

14. Yayasan IDEP (2007),

Penanggulangan Bencana Berbasis

Masyarakat. Yayasan IDEP - Ubud,

UNESCO – Jakarta.

C. Studi Terdahulu

1. Firmansyah (1998). Identifikasi

Risiko Bencana Gempa Bumi dan

Implikasinya Terhadap Penataan

Ruang di Kotamadya Daerah

Tingkat II Bandung. Tesis : Program

Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Institut Teknologi Bandung.

2. Oktariadi, Oki (2007). Peranan

Geologi Lingkungan dalam

Penentuan Tingkat Risiko Bencana

Tsunami (Studi Kasus : Wilayah

Pesisir Kabupaten Sukabumi).

Laporan Penelitian : Pusat Lingkungan

Geologi Bandung.

3. Purwanti dan Juliana (2006).

Identifikasi Tingkat Risiko Bencana

Letusan Gunungapi dan Longsor di

Kabupaten Garut. Tugas Akhir :

Jurusan Teknik Planologi Universitas

Pasundan Bandung.

4. Rustiady (2004). Analisis Tingkat

Risiko Bencana Gerakan Tanah dan

Arahan Tindakan pada Penggunaan

Lahan. Tesis : Program Studi

Perencanaan Wilayah dan Kota Institut

Teknologi Bandung.

5. Suganda (2000). Identifikasi Tingkat

Risiko Kawasan Rawan Bencana

Alam Letusan Gunung Gede di

Kabupaten Cianjur. Tesis : Program

Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Institut Teknologi Bandung.