20
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Bandar Lampung dan uji organoleptik dilakukan di Laboratorium Pengawasan Mutu Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli November 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan adalah pisang batu (Musa balbisiana Colla) tua (tetapi belum matang penuh) sebagai bahan dasar pembuatan tepung pisang batu, tepung terigu protein sedang (merk segitiga biru), gula pasir (merk Gulaku), coklat bubuk, Dark Cooking Chocolate (DCC)/coklat masak merk Chollata, minyak goring (merk Sania), telur, ovalet dan bahan-bahan lain untuk keperluan analisis. Alat-alat yang dipergunakan adalah pengukus, waring blender, loyang, baskom, mixer, kompor gas, termometer, neraca analitik, desikator, penjepit cawan, tanur, pisau stainless stell, kertas label, ayakan 60 mesh, perangkat gelas untuk analisis dan alat-alat untuk uji organoleptik.

III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitiandigilib.unila.ac.id/12213/5/bab III.pdf · Kuesioner Uji Skoring Gambar 6. Kuesioner uji skoring Nama : NPM : Telah disajikan

  • Upload
    vuduong

  • View
    229

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitiandigilib.unila.ac.id/12213/5/bab III.pdf · Kuesioner Uji Skoring Gambar 6. Kuesioner uji skoring Nama : NPM : Telah disajikan

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Bandar Lampung dan uji organoleptik

dilakukan di Laboratorium Pengawasan Mutu Hasil Pertanian Jurusan Teknologi

Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Juli – November 2011.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah pisang batu (Musa balbisiana Colla) tua

(tetapi belum matang penuh) sebagai bahan dasar pembuatan tepung pisang batu,

tepung terigu protein sedang (merk segitiga biru), gula pasir (merk Gulaku),

coklat bubuk, Dark Cooking Chocolate (DCC)/coklat masak merk Chollata,

minyak goring (merk Sania), telur, ovalet dan bahan-bahan lain untuk keperluan

analisis.

Alat-alat yang dipergunakan adalah pengukus, waring blender, loyang, baskom,

mixer, kompor gas, termometer, neraca analitik, desikator, penjepit cawan, tanur,

pisau stainless stell, kertas label, ayakan 60 mesh, perangkat gelas untuk analisis

dan alat-alat untuk uji organoleptik.

Page 2: III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitiandigilib.unila.ac.id/12213/5/bab III.pdf · Kuesioner Uji Skoring Gambar 6. Kuesioner uji skoring Nama : NPM : Telah disajikan

22

3.3 Metode Penelitian

Metode percobaan yang digunakan adalah metode deskriptif (3 kali ulangan)

dengan perlakuan tunggal yang terdiri dari enam taraf yaitu perbandingan tepung

pisang batu dan tepung terigu (10:90), (20:80), (30:70), (40:60), (50:50) dan

(60:40). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif yang ditampilkan dalam

bentuk Grafik dan Tabel.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yang meliputi pembuatan

tepung pisang batu yang kemudian dianalisis karakteristik sifat fisikokimianya

(daya serap air dan daya serap minyak tepung pisang batu) dan pembuatan produk

(brownies) yang kemudian dilakukan uji organoleptik dan proksimat untuk

perlakuan terbaik.

3.4.1 Pembuatan tepung pisang batu

Pisang dikupas untuk memisahkan buah dari semua kulit dan memisahkannya dari

bagian yang rusak. Kemudian pisang ditimbang 1 kg dan dicuci bersih dari semua

kotoran. Setelah itu pisang diiris-iris tipis berikut bijinya dan ditata dalam loyang.

Irisan pisang yang telah ditata dalam loyang kemudian dikeringkan dengan oven

pada suhu 500C selama 24 jam. Pisang yang telah kering kemudian ditimbang

kembali untuk mengetahui bobot keringnya. Pisang yang telah dikeringkan

dihancurkan menggunakan waring blender kemudian diayak dengan ayakan

berukuran 60 mesh sehingga diperoleh tepung pisang yang halus. Diagram alir

pembuatan tepung pisang dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 3: III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitiandigilib.unila.ac.id/12213/5/bab III.pdf · Kuesioner Uji Skoring Gambar 6. Kuesioner uji skoring Nama : NPM : Telah disajikan

23

Gambar 1. Diagram alir pembuatan tepung pisang

Sumber : Welly (2003) yang dimodifikasi

3.4.2 Pembuatan brownies

Brownies dibuat dengan menggunakan campuran tepung pisang batu dengan

tepung terigu pada perbandingan tertentu. Adapun formulasi bahan-bahan yang

digunakan dalam pembuatan brownies dapat dilihat pada Tabel 5.

Pisang batu

Penimbangan sebanyak 1 kg

Pengupasan Kulit pisang

Air Pencucian

Pengirisan pisang dan penataan dalam loyang

Pengeringan dalam oven T= 50 0C selama 24 jam

Pisang batu kering

Penghancuran dengan waring blender dan pengayakan dengan ayakan 60 mesh

Tepung pisang batu

batu

Page 4: III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitiandigilib.unila.ac.id/12213/5/bab III.pdf · Kuesioner Uji Skoring Gambar 6. Kuesioner uji skoring Nama : NPM : Telah disajikan

24

Tabel 5. Formulasi pembuatan brownies

Formulasi F1

(10:90)

F2

(20:80)

F3

(30:70)

F4

(40:60)

F5

(50:50)

F6

(60:40)

Tepung pisang 12,5 g 25 g 37,5 g 50 g 62,5 g 75 g

Tepung terigu 112,5 g 100 g 87,5 g 75 g 62,5 g 50 g

Gula pasir 225 g 225 g 225 g 225 g 225 g 225 g

Telur 6 btr 6 btr 6 btr 6 btr 6 btr 6 btr

Coklat bubuk 50 g 50 g 50 g 50 g 50 g 50 g

Coklat masak 100 g 100 g 100 g 100 g 100 g 100 g

Minyak goreng 75 ml 75 ml 75 ml 75 ml 75 ml 75 ml

Ovalet 1 sdt 1 sdt 1 sdt 1 sdt 1 sdt 1 sdt

Sumber : Modifikasi formula Gusbud, 2011

Setelah didapatkan formulasi yang akan digunakan untuk setiap perlakuan,

selanjutnya dilakukan pembuatan brownies. Diagram alir pembuatan brownies

dapat dilihat pada Gambar 2. Telur dan gula pasir dikocok sampai mengembang,

kemudian ditambahkan ovalet dan dikocok kembali sampai adonan berwarna

putih dan mengembang. Tambahkan sedikit demi sedikit coklat bubuk dan

formulasi tepung pisang batu dan tepung terigu dengan jumlahnya masing-

masing, aduk rata. Dicampurkan coklat masak yang telah dilelehkan beserta

minyak goreng kemudian diaduk rata menggunakan spatula. Adonan dituang ke

dalam loyang dan dikukus selama ± 30 menit.

Page 5: III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitiandigilib.unila.ac.id/12213/5/bab III.pdf · Kuesioner Uji Skoring Gambar 6. Kuesioner uji skoring Nama : NPM : Telah disajikan

25

Gambar 2. Diagram alir pembuatan brownies

Sumber : Modifikasi metode Gusbud, 2011

3.5 Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu sifat fisikokimia tepung

pisang batu yang meliputi daya serap air dan minyak, uji organoleptik produk

yang meliputi warna, rasa, aroma, tekstur, penerimaan keseluruhan dan potensi

komersialisasi. Brownies dengan hasil organoleptik terbaik kemudian akan

dibandingkan dengan brownies komersial, dilakukan uji proksimat (kadar air

6 butir telur

Dikocok dengan mixer selama ± 5-10 menit

225 g gula pasir,

1 sdt ovalet

50 g Coklat bubuk

Brownies

Pengadukan adonan

Proporsi tepung

pisang : tepung terigu

(10:90, 20:80, 30:70,

40:60, 50:50 dan

60:40)

Pengadukan kembali adonan menggunakan spatula

Penuangan adonan ke dalam Loyang diikuti dengan

pengukusan adonan selama± 30 menit

100 g coklat

masak, 75 ml

minyak goreng

Page 6: III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitiandigilib.unila.ac.id/12213/5/bab III.pdf · Kuesioner Uji Skoring Gambar 6. Kuesioner uji skoring Nama : NPM : Telah disajikan

26

(AOAC, 1990), kadar abu (AOAC, 1990), kadar lemak (AOAC, 1990), kadar

protein (AOAC, 1990), kadar karbohidrat (Winarno, 1992), kadar serat pangan

(serat larut dan serat tidak larut) dan nilai Glikemik Indeks (Dubois et al., 1956))

dan dikaji aspek finansial produk (Susanto, T dan Saneto, 1994).

3.5.1 Karakteristik sifat fisikokimia tepung pisang batu

3.5.1.1 Daya serap air

Penyerapan air dilakukan dengan metode yang direkomendasikan oleh Rosario

and Flores (1981). Sebanyak 1 gram sampel dicampurkan dengan 10 ml air

destilat. Campuran tersebut dimasukkan dalam tabung sentrifusi dan diletakkan

dalam water bath suhu 300C selama 30 menit, kemudian disentrifusi pada 3.000

rpm selama 20 menit dan setelah itu volume supernatan diukur. Bagian air yang

terikat merupakan selisih antara volume air yang ditambahkan dengan supernatan.

Kapasitas pengikatan air dinyatakan sebagai air yang terikat per gram sampel.

Air yang terikat (ml) = volume air yang ditambahkan (10 ml) – volume

supernatan (ml).

( ) ( )

( )

Page 7: III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitiandigilib.unila.ac.id/12213/5/bab III.pdf · Kuesioner Uji Skoring Gambar 6. Kuesioner uji skoring Nama : NPM : Telah disajikan

27

Air 10 ml

Supernatan (ml)

Sampel (g) Residu

Gambar 3. Daya serap air pada tepung pisang batu

3.5.1.2 Daya serap minyak

Penyerapan minyak dilakukan dengan metode yang direkomendasikan oleh

Rosario and Flores (1981). Sebanyak 1 gram sampel dicampurkan dengan 10 ml

minyak. Campuran tersebut dimasukkan dalam tabung sentrifusi dan diletakkan

dalam water bath 300C selama 30 menit, kemudian disentrifusi pada 3.000 rpm

selama 20 menit dan setelah itu volume supernatan diukur. Bagian minyak yang

terikat merupakan selisih antara volume minyak yang ditambahkan dengan

supernatan. Kapasitas pengikatan minyak dinyatakan sebagai minyak yang terikat

per gram sampel.

Air yang terikat (ml) = volume minyak yang ditambahkan (10 ml) – volume

supernatan (ml).

( ) ( )

( )

Page 8: III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitiandigilib.unila.ac.id/12213/5/bab III.pdf · Kuesioner Uji Skoring Gambar 6. Kuesioner uji skoring Nama : NPM : Telah disajikan

28

Minyak 10 ml

Supernatan (ml)

Sampel (g) Residu

Gambar 4. Daya serap minyak pada tepung pisang batu

3.5.2 Uji organoleptik

Penilaian organoleptik yang dilakukan meliputi warna, rasa, aroma, tekstur,

penerimaan keseluruhan dan potensi komersialisasi produk yang dihasilkan.

Untuk warna, rasa, aroma dan tekstur akan digunakan uji skoring, sedangkan

untuk penerimaan keseluruhan dan potensi komersialisai akan menggunakan uji

hedonik. Uji organoleptik dilakukan oleh 20 orang panelis semi terlatih. Skala

penilaian dapat dilihat pada Tabel 6.

Page 9: III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitiandigilib.unila.ac.id/12213/5/bab III.pdf · Kuesioner Uji Skoring Gambar 6. Kuesioner uji skoring Nama : NPM : Telah disajikan

29

Tabel 6. Skala penilaian organoleptik brownies

Parameter mutu Kriteria Skor

Warna Coklat kehitaman 5

Coklat tua 4

Coklat 3

Coklat muda 2

Coklat pudar 1

Rasa Sangat manis 5

Manis 4

Agak manis 3

Tidak manis 2

Sangat tidak manis 1

Aroma Khas brownies 5

Khas coklat 4

Agak langu 3

Langu 2

Sangat langu 1

Tekstur Sangat lembut 5

Lembut 4

Agak lembut 3

Agak keras 2

Keras 1

Penerimaan keseluruhan Sangat suka 5

Suka 4

Agak suka 3

Tidak suka 2

Sangat tidak suka 1

Sangat potensial 5

Potensi komersialisasi Potensial 4

Agak potensial 3

Tidak potensial 2

Sangat tidak potensial 1

Sumber : Damayanti, 2005 dengan modifikasi

Page 10: III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitiandigilib.unila.ac.id/12213/5/bab III.pdf · Kuesioner Uji Skoring Gambar 6. Kuesioner uji skoring Nama : NPM : Telah disajikan

30

Format kuesioner penilaian panelis dibuat sebagai berikut :

1. Kuesioner Uji Skoring

Gambar 6. Kuesioner uji skoring

Kuesioner Uji Skoring

Nama : NPM : Telah disajikan 6 sampel brownies. Anda diminta untuk mencicipi dan memberikan nilai terhadap warna, rasa, aroma dan tekstur produk. Berikan penilaian anda pada tabel penilaian berikut :

Penilaian Kode sampel

738 659 400 466 027 170

Warna

Rasa

Aroma

Tekstur

Keterangan untuk penilaian: Warna Tekstur Coklat kehitaman : 5 Sangat lembut : 5 Coklat tua : 4 Lembut : 4 Coklat : 3 Agak lembut : 3 Coklat muda : 2 Agak keras : 2 Coklat pudar : 1 Keras : 1 Rasa Aroma Sangat manis : 5 Khas brownies : 5 Manis : 4 Khas coklat : 4 Agak manis : 3 Agak langu : 3 Tidak manis : 2 Langu : 2

Sangat tidak manis : 1 Sangat langu : 1

Page 11: III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitiandigilib.unila.ac.id/12213/5/bab III.pdf · Kuesioner Uji Skoring Gambar 6. Kuesioner uji skoring Nama : NPM : Telah disajikan

31

2. Kuesioner Uji Hedonik

Gambar 7. Kuesioner uji hedonik

Setelah itu, produk dengan hasil uji organoleptik terbaik akan dibandingkan

dengan brownies 100% tepung terigu (brownies komersial). Pengujian dilakukan

dengan uji perbandingan pembedaan dou trio dengan parameter uji meliputi

warna, rasa, aroma, tekstur dan penerimaan keseluruhan. Kuesioner uji dapat

dilihat pada gambar 8.

Kuesioner Uji Hedonik

Nama : NPM : Telah disajikan 6 sampel brownies. Anda diminta untuk mencicipi dan memberikan nilai terhadap penerimaan keseluruhan dan potensialisasi produk. Berikan penilaian anda pada tabel penilaian berikut :

Penilaian Kode sampel

738 659 400 466 027 170

Penerimaan Keseluruhan

Potensi Komersialisasi

Keterangan untuk penilaian: Penerimaan Keseluruhan Potensi Komersialisasi Sangat suka : 5 Sangat potensial : 5 Suka : 4 Potensial : 4 Agak suka : 3 Agak suka : 3 Tidak suka : 2 Tidak potensial : 2 Sangat tidak suka : 1 Sangat tidak Potensial : 1

Page 12: III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitiandigilib.unila.ac.id/12213/5/bab III.pdf · Kuesioner Uji Skoring Gambar 6. Kuesioner uji skoring Nama : NPM : Telah disajikan

32

Gambar 8. Kuesioner uji duo trio

3.5.3 Uji proksimat

Uji proksimat yang dilakukan terhadap brownies yang dihasilkan dari perlakuan

terbaik dan kontrol, meliputi : kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein,

kadar karbohidrat, kadar serat pangan dan penentuan nilai Glikemik Indeks (GI).

3.5.3.1 Kadar air

Kadar air ditentukan dengan cara pemanasan langsung (Metode Oven AOAC,

1990). Cawan porselin yang dikeringkan dalam oven selama 30 menit, kemudian

didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sampel yang ada dalam bentuk halus

ditimbang sebanyak 2 gram, kemudian dimasukkan ke dalam cawan dan

dikeringkan dalam oven bersuhu 100 – 1050C selama 5 jam atau beratnya konstan,

Kuesioner Uji Pembedaan Duo Trio

Nama : NPM : Telah disajikan 3 sampel berupa brownies yang 1 diantaranya adalah R. Anda diminta untuk membandingkan dua sampel berkode acak dengan R dengan memberi tanda silang pada tabel berikut.

Kode sampel Penilaian

Berbeda dengan R Sama dengan R

Page 13: III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitiandigilib.unila.ac.id/12213/5/bab III.pdf · Kuesioner Uji Skoring Gambar 6. Kuesioner uji skoring Nama : NPM : Telah disajikan

33

lalu dinginkan dalam desikator dan ditimbang, lakukan hingga diperoleh berat

konstan. Perhitungan kadar air dilakukan dengan menggunakan rumus:

c – (a - b)

Kadar air (%) = x 100%

c

keterangan : a = berat cawan dan sampel akhir (g)

b = berat cawan (g)

c = berat sampel awal (g)

3.5.3.2 Kadar abu

Pengujian kadar abu dilakukan dengan menggunakan Metode Oven (AOAC,

1990). Cawan porselen dikeringkan dalam oven bersuhu 400 -6000C, kemudian

didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 3 - 5 gram sampel

dimasukkan ke dalam cawan porselen, lalu sampel dipijarkan di atas nyala

pembakar bunsen sampai tidak berasap lagi, kemudian pijarkan di dalam tanur

listrik pada suhu 400 – 6000C selama 4 - 6 jam atau sampai terbentuk abu

berwarna putih. Kemudian sampel didinginkan dalam desikator selanjutnya

ditimbang, lakukan hingga diperoleh berat konstan. Perhitungan kadar abu

dilakukan dengan menggunakan rumus:

W2 – W

Kadar abu (%) = x 100%

W1 - W

keterangan : W = berat cawan kosong (g)

W1 = berat cawan dan sampel (g)

W2 = berat konstan cawan dan abu (g)

Page 14: III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitiandigilib.unila.ac.id/12213/5/bab III.pdf · Kuesioner Uji Skoring Gambar 6. Kuesioner uji skoring Nama : NPM : Telah disajikan

34

3.5.3.3 Kadar lemak

Kadar lemak diuji dengan menggunakan metode soxhlet AOAC (1990). Labu

lemak yang akan digunakan dikeringkan dalam oven bersuhu 100-1100C,

didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sampel ditimbang sebanyak 5 gram

dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam alat ekstraksi (soxhlet).

Pelarut heksan dituangkan ke atas lubang kondensor sampai jatuh ke dalam labu

destilasi. Reflux dilakukan selama minimal 6 jam sampai pelarut yang turun

kembali ke labu destilasi berwarna jernih. Pelarut yang bercampur lemak dalam

labu didestilasi dan pelarut ditampung kembali. Selanjutnya labu yang berisi

lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 1000C hingga beratnya

konstan, didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Perhitungan kadar lemak

dilakukan dengan menggunakan rumus:

a - b

Kadar lemak (%) = x 100%

c

keterangan : a = berat labu + residu lemak (g)

b = berat labu (g)

c = berat sampel awal (g)

3.5.3.4 Kadar protein

Kadar protein diuji dengan metode Mikro Kjeldahl (AOAC,1990). Sampel yang

telah dihaluskan ditimbang sebanyak 0,2 gram dan dimasukkan ke dalam labu

Kjeldahl, lalu tambahkan 1 gram selenium dan 5 ml H2SO4 pekat. Jika sukar

didestruksi maka dapat diambahkan 0,1-0,3 gram CuSO4 lalu dikocok. Panaskan

Page 15: III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitiandigilib.unila.ac.id/12213/5/bab III.pdf · Kuesioner Uji Skoring Gambar 6. Kuesioner uji skoring Nama : NPM : Telah disajikan

35

pada pemanas listrik atau api bunsen dalam lemari asap dan akhiri pemanasan

apabila cairan telah menjadi jernih. Buat pula blanko seperti prosedur tetapi tanpa

sampel. Setelah labu kjeldahl dan cairannya dingin tambahkan 200 ml aquades

serta larutan NaOH 67% sampai cairan bersifat basis. Labu kjeldahl dipasang

pada alat destilasi dan dipanaskan sampai amonia menguap semua. Destilat

(amonia) ditampung dalam Erlenmeyer yang berisi 100 ml HCL 0,1 N dan diberi

indikator PP 1% beberapa tetes. Destilasi diakhiri setelah volume destilat 150 ml

atau setelah distilat yang keluar tak bersifat basis. Selanjutnya titrasi destilat

dengan NaOH 0,1 %. Penetapan untuk blanko juga dilakukan. Perhitungan kadar

protein dilakukan dengan menggunakan rumus:

3.5.3.5 Kadar karbohidrat (by difference)

Penentuan kadar karbohidrat dilakukan dengan cara perhitungan kasar atau yang

disebut dengan carbohydrate by difference, yaitu penentuan kadar karbohidrat

dengan menggunakan perhitungan bukan analisis. Adapun rumus perhitungan

untuk kadar karbohidrat adalah sebagai berikut:

Kadar karbohidrat (%) = 100% - % (air + abu + lemak + protein)

Kadar Protein (%) = a x 0,014x 6,25 x N HCl x 100%

Berat sampel (g)

Page 16: III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitiandigilib.unila.ac.id/12213/5/bab III.pdf · Kuesioner Uji Skoring Gambar 6. Kuesioner uji skoring Nama : NPM : Telah disajikan

36

3.5.3.6 Kadar serat pangan

Pengujian kadar serat dilakukan dengan metode enzimatis (Asp et al., 1993).

Sampel dihaluskan dan ditimbang sebanyak 1 g, kemudian diekstraksi lemaknya

dengan menggunakan petroleum eter, selanjutnya dipindahkan ke dalam

erlenmeyer dan ditambahkan 25 ml buffer fosfat 0,1M pH 6, dan diaduk sampai

terdispersi merata. Kemudian ditambah 0,1 ml enzim alfa amilase dan erlenmeyer

ditutup dengan alumunium foil, kemudian diinkubasikan pada suhu 800C dalam

waterbath selama 15 menit sambil diaduk sesekali, selanjutnya diangkat dan

didinginkan. Setelah itu ditambah 20 ml air aquades dan pH diatur menjadi 1,5

dengan penambahan larutan HCI kemudian elektroda dibersihkan dengan sedikit

aquades. Kemudian ditambahkan 0,1 g enzim pepsin, erlenmeyer ditutup kembali

dengan alumunium foil dan diinkubasikan dalam shaker waterbath dengan suhu

400C selama 60 menit. Setelah itu ditambah 20 ml air aquades, dan pH diatur

menjadi 6,8 dengan larutan NaOH, kemudian elektroda dibersihkan dengan

sedikit aquades. Lalu ditambahkan 0,1 g enzim pankreatin, ditutup dengan

alumunium foil dan diinkubasikan dalam shaker waterbath dengan suhu 400C

selama 60 menit.

Setelah itu pH diatur dengan larutan HCl menjadi 4,5. Kemudian disaring

menggunakan kertas saring yang mengandung 0,5 garam celite kering dan telah

diketahui bobot tetapnya (KS1) dengan dibantu pompa vakum. Terakhir dicuci

dengan 2x10 ml etanol 90%. Residu yang diperoleh (merupakan serat makanan

tidak larut/IDF) dicuci dengan 2x10 ml aseton. Kemudian kertas saring beserta

residunya dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C, hingga berat konstan (kira-

kira 12 jam) dan ditimbang (KS2). Kemudian dimasukkan dalam cawan

Page 17: III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitiandigilib.unila.ac.id/12213/5/bab III.pdf · Kuesioner Uji Skoring Gambar 6. Kuesioner uji skoring Nama : NPM : Telah disajikan

37

pengabuan yang telah diketahui bobot tetapnya (CW1) lalu diarangkan, kemudian

diabukan dalam tanur suhu 5500C sampai menjadi abu (paling sedikit 5 jam),

kemudian didinginkan dalam desikator lalu ditimbang beratnya (CW2).

Perhitungan Insoluble Dietary Fiber (IDF):

Keterangan :

KS1 = kertas saring kosong (g)

KS2 = kertas saring + residu serat (g)

CW1 = cawan pengabuan kosong (g)

CW2 = cawan pengabuan + abu (g)

B = blanko bebas serat (g)

Sementara filtrat yang diperoleh (berupa serat makanan larut/SDF) diatur

volumenya dengan air aquades hingga 100 ml. Tambahkan 400 ml etanol 95%

hangat (600C) dan didiamkan semalam, kemudian disaring menggunakan kertas

saring yang mengandung 0,5 garam celite kering dan telah diketahui bobot

tetapnya (KS3) dengan dibantu pompa vakum. Terakhir dicuci dengan 2xl0 ml

etanol 90%, dan 2x10 ml aseton. Kemudian kertas saring beserta residunya

dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C hingga beratnya konstan dan ditimbang

(KS4). Kemudian dimasukkan dalam cawan pengabuan yang telah diketahui

bobot tetapnya (CW3) lalu diarangkan, kemudian diabukan dalam tanur suhu

5500C sampai menjadi abu, kemudian didinginkan dalam eksikator lalu ditimbang

beratnya (CW4). Untuk blanko diperoleh dengan cara yang sama tapi tanpa

IDF (% berat sampel kering) = (KS2-KS1)-(CW2-CWr) - B x 100

Berat sampel (g)

Page 18: III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitiandigilib.unila.ac.id/12213/5/bab III.pdf · Kuesioner Uji Skoring Gambar 6. Kuesioner uji skoring Nama : NPM : Telah disajikan

38

menggunakan sampel dan nilai blanko sesekali perlu diperiksa ulang terutama jika

menggunakan enzim dari kemasan yang baru.

Perhitungan Soluble Dietary Fiber (SDF)

Keterangan :

KS 3 = kertas saring kosong (g)

KS4 = kertas saring + residu serat (g)

CS3 = cawan pengabuan kosong (g)

CS4 = cawan pengabuan + abu (g)

B = blanko bebas serat (g)

Perhitungan Total Dietary Fiber (TDF)

3.5.3.7 Penentuan nilai Glikemik Indeks (GI)

Penentuan tingkat konversi sampel brownies menjadi glukosa menggunakan

metode hidrolisis enzim alfa-amilase, kemudian gula hasil hidrolisis

dikuantitatifkan dengan metode fenol-asam sulfat (Dubois et al., 1956). Sampel

diliquifikasi dengan pemberian enzim alfa-amilase 1ml/kg sampel pada suhu

1050C dan diletakkan pada shaker water bath selama 0, 30, 60, 90, 120, 150 dan

180 menit. Penentuan sampel glukosa dengan menggunakan metode fenol asam

sulfat (Dubois et al., 1956) dengan memasukkan 1 ml larutan sampel ke tabung

reaksi kemudian ditambahkan 1 ml fenol 5% dan asam sulfat pekat 5 ml.

Panaskan dengan penangas air pada suhu 300C selama 20 menit. Kemudian

TDF = IDF + SDF

SDF (% berat sampel kering) = ((KS4-KS3) – (CW4 – CW3)) – B X 100

Berat sampel (g)

Page 19: III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitiandigilib.unila.ac.id/12213/5/bab III.pdf · Kuesioner Uji Skoring Gambar 6. Kuesioner uji skoring Nama : NPM : Telah disajikan

39

inaktivasi enzim dengan mencelupkan sampel ke dalam air mendidih selama 5

menit. Sebelum penentuan glukosa sampel, terlebih dahulu dibuat kurva standar

dengan membuat larutan glukosa standar (10 ml glukosa anhidrat/100 ml

aquadest).

Hidrolosis glikemik indeks dihitung sebagai persentasi dari total glukosa yang

dibebaskan dari sampel dengan menggunakan kurva hidrolisis (0-180 menit).

Nilai glikemik indeks dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tinggi jika nilai GI (70-

100), menengah (55-69), dan rendah ( < 55) (Miller, 1996). Roti tawar manis dan

glukosa dijadikan acuan untuk mengukur nilai gikemik indeks. Roti tawar manis

digunakan sebagai kontrol dalam pengukuran nilai glikemik indeks karena roti

tawar manis memiliki kandungan glukosa di dalamnya. Jika roti tawar manis

digunakan sebagai acuan pengukuran indeks glukosa, konversi ke nilai glikemik

(contohnya nilai glycemik indeks glucose = 100) dicapai dengan membagi nilai

glikemik indeks roti tawar manis dengan 1,4, karena roti tawar manis memberikan

tanggapan niai glikemik indeks 29% kurang dari glukosa. Adapun rumus

Hidrolisis Indek adalah :

Kemudian nilai glikemik indeks dihitung dengan cara :

HI = Total glukosa sampel

Total glukosa roti tawar manis

GI = 39,71 x 0,549 HI

Page 20: III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitiandigilib.unila.ac.id/12213/5/bab III.pdf · Kuesioner Uji Skoring Gambar 6. Kuesioner uji skoring Nama : NPM : Telah disajikan

40

3.5.4 Kajian finansial produk

Aspek finansial dikaji dengan memperhatikan kriteria investasi yaitu Harga Pokok

Produksi, B/C Ratio. Payback Periode, Internal Of Return dan Break Event Point

(Susanto, T dan Saneto, 1994).