III.pembahasan Snh Laporan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

stroke non hemoragik

Citation preview

BAB IIPEMBAHASAN

A. Kejelasan Istilah dan Konsep1. Pelo atau disartria adalah gangguan bicara yang diakibatkan cidera neuromuscular, gangguan bicara ini diakibatkan luka pada system saraf, yang pada gilirannya mempengaruhi bekerja baiknya satu atau beberapa otot yang diperlukan untuk berbicara (Dorland, 2011).2. Hemiplegi adalah kelemahan atau kelumpuhan pada separuh tubuh, baik sebelah kanan atau kiri karena adanya masalah pada sel-sel otak atau saraf (Dorland, 2011).3. Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau tidak nyaman pada aspek superior kepala dan kadang menjalar ke wajah, gigi, rahang, dan kuduk (Lumbantobing, 2014).4. Demam adalah peningkatan suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Patokan suhu normal untuk suhu rectal kurang dari 38oC, oral kurang dari 37.5oC dan axilar kurang dari 37.2oC. (Sheerwood, 2011). 5. Muntah adalah ekspulsi paksa isi lambung yang keluar melalui mulut, tidak terjadi karena peristaltic terbalik di lambung. Gaya ekspulsi utama oleh kontraksi otot-otot pernafasan dan otot abdomen (Sheerwood, 2011).6. Mual adalah perasaan yang tida nyaman di belakang tenggorok dan daerah epigastrum yang sering diikuti dengan muntah (Price et al., 2006).7. Afasia adalah hilangnya atau berkurangnya fungsi Bahasa akibat lesi di otak, terdapat 2 macam yaitu area motoric yang melibatkan area Brocca dan area sensorik yang melibatkan area Wernicke (Mardjono et al, 2010).

B. Menetapkan definisi dan batasan permasalahan yang tepat1. AnamnesisIdentitasNama: Tn. KisutUsia: 50 tahunJenis kelamin: Laki-lakiRiwayat penyakit sekarangKeluhan utama: tangan dan kaki sebelah kanan lemah secara mendadakOnset: 2 jam yang laluLokasi: tangan dan kaki kananKualitas: hanya dapat mengangkat tangan sebentar sajaKuantitas: -Faktor perberat: -Faktor peringan: -Gejala penyerta: pelo, mulut mencng kiriKronologi: tangan dan kaki sebelah kanan lemah secara mendadak ketika seda ng menonton tvRiwayat penyakit dahuluRiwayat hiperkolester olemiaRiwayat penyakit keluargaAyah menderita keluhan yang samaRiwayat sosial ekonomia. Perokok sejak 35 tahun yang lalu, merokok 1 bungkus/harib. Suka makanan bersantanc. Suka makanan padang2. Pemeriksaan FisikKesadaran tampak sakit sedang, Hipertensi derajat II.3. Pemeriksaan Neurologisa. Tidak terdapat rangsang meningeal, tidak ada indikasi meningitis, perdarahan subarachnoid yang dapat merangsang meningens melalui serabut saraf nyeri yang mempersarafinyab. Parese N VII dextra tipe sentral dan Parese N XII dextra tipe sentral merupakan lesi pada upper neuron, sedangkan jika pada tipe perifer disebut lesi lower neuron. Upper neuron berasal dari korteks korona radiata kapsula interna crus cerebri pons (nucleus N VII) dan medulla oblongata (nucleus N XII)c. Kekuatan tonus masih, namun tidak bisa bergerak merupakan ciri dari lesi UMNd. Lesi pada capsula interna akan menyebabkan hemiplegia spastik kontralateral karena serat piramidalis dan ekstrapiramidalis dekat satu sama lain. Lesi yang menyebabkan kerusakan cepat menghasilkan paralisis kontralateral flaksid dapat menjadi paralisis spastic karena serat ekstrapiramidal juga terkena.e. Pada pemeriksaan sensibilitas, tidak menunjukkan adanya kebas/hipestesi, berarti pada fungsi sensorik tidak terjadi masalahf. Siririraj Stroke Score = -3, menunjukkan terjadi stroke non hemorrhage

4. Pemeriksaan Laboratoriuma. Hb: 13 gr/dlb. Leukosit: 12.000/mm3c. Hematokrit: 40%d. LED: 12 mme. Trombosit: 410.000/mm3f. GDS: 150 mg/dlg. Kolesterol total: 300 mg/dlh. HDL: 45 mg/dli. LDL: 175 mg/dlj. Trigliserida: 155 mg/dlk. Asam urat: 5,2 mg/dll. BUN: 25 mg/dlm. Kreatinin serum: 1,1 mg/dlPemeriksaan penunjang laina. EKG: hipertrofi ventrikel kirib. Ro Thorax: kardiomegali ringanc. CT scan kepala: gambaran hipodens pada capsula interna hemisphere kiri

C. Menganalisa permasalahan1. Diagnosis banding2. Anatomi cerebrum3. Jaras pyramidalis, upper motor neuron, lower motor neuron4. Anatomi neruvus cranialis dan fungsinya5. Fungsi cortex cerebri dan lobusnya6. Interpretasi informasi 47. Diagnosis klinis, topis dan diagnosis etiologi penyakit saraf8. Perbedaan fungsi hemispherium dextra dan sinistra9. Siriraj dan Gajah mada score

D. Menyusun berbagai penjelasan mengenai permasalahan1. Diagnosis Bandinga. Sydrome Hemiplegi AlternansHemiplegi Alternans adalah kelemahan menyilang yang merupakan kombinasi deficit saraf kranial pada sisi lesi dengan kelemahan setengah tubuh sisi kontralateral yang sering disebabkan akibat infark batang otak (Duus, 2010).Hemiplagia Alternans adalah kerusakan unilateral pada jaras kortikobulbar atau kortikospinal di tingkat batang otak (Mardjono, 2010).Sindrom tersebut terdiri atas kelumpuhan UMN yang melanda otot-otot belahan tubuh kontralateral yang berada di bawah tingkat lesi, sedangkan setingkat lesinya terdapat kelumpuhan LMN, yang melanda otot-otot yang disarafi oleh saraf kranial yang terlibat dalam lesi. Tergantung pada lokasi lesi paralitiknya dapat diklasifikasikan menjadi sindrom hemiplegia alternans di mesensefalon, di pons dan di medulla oblongata.Hemiplagia alternan dapat berasal dari mesencephalon, pons, maupun medulla oblongata. Umumnya pada hemiplegia alternant ditemukan kelumpuhan tipe UMN atau spastic pada kontralateral tubuh di bawah lesi, serta kelumpuhan tipe LMN atau flaccid pada setingkat lesi. Misalnya pada lesi di medulla oblongata, kelumpuhan spastic kontralateral tubuh mulai dari bawah leher, serta kelumpuhan flaccid ipsilateral pada lidah (Mardjono, 2009).1) Sindrom hemiplegia alteranas di mesensefalonHemilesi di batang otak menduduki pedunculus serebri di tingkat mesensefalon, dimana Nervus Okulomotorius (N III) yang akan meninggalkan mesensefalon melewati daerah yang terkena lesi, sehingga ikut terganggu fungsinya.Gejala nya adalah paralisis m.rektus internus, m.rektus superior, m.rektus inferior, m. oblikus inferior dan m.levator palpebrae superior. Sehingga terdapat strabismus divergens, diplopia jika melihat ke seluruh jurusan dan ptosis (Mardjono, 2010).2) Sindrom Hemiplegia alternans di ponsLesi di pons akibat kelumpuhan UMN yang melibatkan belahan tubuh sisi kontralateral, yang berada di bawah tingkat lesi, yang berkombinasi dengan kelumpuhan LMN pada otot-otot yang disarafi oleh nervus abdusens (N VI) atau nervus fasialis (N VII) (Mardjono, 2010).3) Sindrom Hemiplagia alternans akibat lesi di medulla oblongataLesi yang terjadi di kawasan piramis sesisi dan dilintasi oleh radiks nervus hipoglosus. Kelumpuhan UMN yang terjadi adalah kontralateral yang berada di bawah tingkat leher dan diiringi kelumpuhan LMN pada belahan lidah sisi ipsilateral. Gejala pokoknya adalah hemihipestesia alternans, yaitu hipestesia pada belahan tubuh sisi kontralateral yang berkombinasi dengan hipestesia pada belahan wajah sisi ipsilateral (Mardjono, 2010).

b. Bells PalsyBells palsy adalah suatu kelumpuhan saraf fasialis perifer yang bersifat unilateral, penyebabnya tidak diketahui (idopatik), akut dan tidak disertai oleh gangguan pendengaran, kelainan neurologi lainnya atau kelainan lokal (Singhi, 2003).Tanda dan gejalanya berupa:1) Ciri khasnya adalah kehilangan kendali otot secara tiba-tiba pada satu sisi wajah, dan memberikan tampilan wajah yang kaku. 2) Penderita sulit untuk tersenyum, menutup mata, mengedip, atau menaikkan alis.3) Beberapa pasien (terutama yang menderita multiple sclerosis) mengalami rasa sakit sebelum terjadinya paralysis (kelumpuhan). 4) Bila gejala utamanya adalah vertigo atau tinnitus (telinga berdengung), maka dapat dicurigai adanya infeksi herpes zoster pada telinga dan dengan demikian diagnosisnya bukan lagi Bells palsy melainkan sindrom Ramsay Hunt.5) Ujung mulut biasanya tertarik ke bawah dan menyebabkan air liur mudah menetes. Bicara menjadi tidak jelas, dan penderita mungkin mengalami perubahan fungsi mengecap.(Singhi, 2003).

c. Stroke HemoragikStroke jenis ini merupakan sekitar 20% dari semua stroke. Stroke jenis ini diakibatkan oleh pecahnya suatu mikro aneurisma di otak. Stroke ini dibedakan atas: perdarahan intraserebral, subdural, dan subaraknoid (Rumantir, 2007).Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas (Rumantir, 2007).:1) Perdarahan Intraserebral (PIS)Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer berasal dari pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma. Perdarahan ini banyak disebabkan oleh hipertensi, selain itu faktor penyebab lainnya adalah aneurisma kriptogenik, diskrasia darah, penyakit darah seperti hemofilia, leukemia, trombositopenia, pemakaian antikoagulan angiomatosa dalam otak, tumor otak yang tumbuh cepat, amiloidosis serebrovaskular.2) Perdarahan Subarakhnoidal (PSA)Perdarahan Subarakhnoidal (PSA) adalah keadaan terdapatnya/masuknya darah ke dalam ruangan subarakhnoidal. Perdarahan ini terjadi karena pecahnya aneurisma (50%), pecahnya malformasi arteriovena atau MAV (5%), berasal dari PIS (20%) dan 25% kausanya tidak diketahui.3) Perdarahan SubduralPerdarahan subdural adalah perdarahan yang terjadi akibat robeknya vena jembatan (bridging veins) yang menghubungkan vena di permukaan otak dan sinus venosus di dalam durameter atau karena robeknya araknoidea.Sedangkan gejala-gejalanya dapat berupa (Rumantir, 2007):1) Gejala Perdarahan Intraserebral (PIS)Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral adalah nyeri kepala berat, mual, muntah dan adanya darah di rongga subarakhnoid pada pemeriksaan pungsi lumbal merupakan gejala penyerta yang khas. Serangan sering kali di siang hari, waktu beraktivitas dan saat emosi/marah. Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara 1/2-2 jam, dan 12% terjadi setelah 3 jam).2) Gejala Perdarahan Subarakhnoid (PSA)Pada penderita PSA dijumpai gejala: nyeri kepala yang hebat, nyeri di leher dan punggung, mual, muntah, fotofobia. Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan pemeriksaan kaku kuduk, Lasegue dan Kernig untuk mengetahui kondisi rangsangan selaput otak, jika terasa nyeri maka telah terjadi gangguan pada fungsi saraf. Pada gangguan fungsi saraf otonom terjadi demam setelah 24 jam. Bila berat, maka terjadi ulkus pepticum karena pemberian obat antimuntah disertai peningkatan kadar gula darah, glukosuria, albuminuria, dan perubahan pada EKG.3) Gejala Perdarahan SubduralPada penderita perdarahan subdural akan dijumpai gejala: nyeri kepala, tajam penglihatan mundur akibat edema papil yang terjadi, tanda-tanda defisit neurologik daerah otak yang tertekan. Gejala ini timbul berminggu-minggu hingga berbulan-bulan setelah terjadinya trauma kepala.d. TIA atau Transient Iskemic AttackMerupakan transien episode dari disfungsi neurologi yang disebabkan oleh iskemia baik di focal brain, spinal cord, maupun retina tanpa adanya infark atau kematian jaringan. Merupakan derajat stroke iskemik yang ringan, dan klinis dapat pulih dalam beberapa menit sampai dengan 24 jam. Diagnosis TIA ditegakkan setelah keluhan neurologis pasien terbukti sembuh dalam kurun waktu tersebut.2. Anatomi cerebrumCerebrum dipisahkan menjadi dua hemisphere yaitu hemisphere cerebri dextra et sinistra oleh celah dalam yang disebut fissure longitudinalis cerebri dan dihubungkan oleh corpus callosum. Adapun pada cerebrum terdapat beberapa lobus dan sulcus utama, yaitu :a. Sulcus Sulcus utama1) Sulcus centralis (memisahkan lobus frontalis dengan lobus parietalis)2) Sulcus lateralis (memisahkan lobus temporalis dan parietalis)3) Sulcus parietooccipitalis (memisahkan lobus parietalis dan occipitalis)4) Sulcus calcarina (pada lobus occipitalis)b. Lobus lobus1) Lobus Frontalisa) Bagian anterior dari sulcus centralisb) Terdapat gyrus pre centralis di depan sulcus centralis, gyrus frontalis superior (area brocca), gyrus frontalis media, dan gyrus frontalis inferior2) Lobus ParietalisTerdapat gyrus post centralis pada belakang sulcus centralis dan gyrus supramarginal3) Lobus TemporalisTerdapat gyrus temporalis superior (area wernick), gyrus temporalis media dan gyrus temporalis inferior4) Lobus OccipitalisTerdapat sulcus calcarina sebagai pusat penglihatan dan gyrus angularis5) Lobus LimbicusTerdapat gyrus cinguli, gyrus parahipocampus, dan gyrus hippocampus, dan uncus.6) Lobus InsulaeDidalamnya terdapat struktur ganglia basalis yang terdiri dari :a) Corpus striatumTerdiri dari nucleus caudatus dan nucleus lentiformis (terdiri dari puntamen dan globus pallidus) yang dipisahkan oleh capsula internab) Nucleus amygdalac) Claustrum

Gambar 1. Hemispherium Cerebri

Gambar 2. Pembagian lobus cerebri

Gambar 3. Gambaran lobus insulae

Gambar 4. Potongan sagital dari cerebrum

3. Jaras piramidalis, UMN, dan LMNa. UMNUpper Motoneuron (UMN) merupakan semua neuron yang menyalurkan impuls motorik ke Lower Motoneuron (LMN). Batas dari Upper motoneuron terletak pada kornu anterior medulla, untuk meneruskan impuls ke sistem saraf tepi medulla spinalis (nervus spinalis), dan nukleus nukleus sistem saraf tepi encephallon (nervus cranialis) (Mardjono & Sidharta, 2012). Upper Motoneuron terdiri dari sistem Piramidalis, yang terdiri dari area pyramis dan sistem ekstrapiramidalis yang memiliki jalur diluar pyramis yaitu thalamus, nukleus kaudatus dan corpus striatum (Mardjono dan Sidharta, 2012).Jaras-jaras UMN atau jaras descenden terdiri dari traktus corticospinalis, traktus kortikobulbaris (Budiman, 2003).a. Traktus corticospinalisTraktus corticospinalis merupakan traktus serabut-serabut saraf motorik yang berasal dari korteks motorik cerebri menuju ke cornu anterior medulla spinalis melalui beberapa lintasan, seperti (Budiman, 2003):1) Impuls motorik dari masing masing area motorik korteks cerebri berjalan ke arah caudal membentuk corona radiata2) Perjalanan dilanjutkan dan disatukan pada crus posterior capsula interna pada ganglia basalis3) Serabut tersebut terus berlanjur ke arah caudal melewati sepertiga anteromedial basis pedunculi, basis pontis, dan piramida medulla oblongata.4) Setelah melewati piramida medulla oblongata, sebagian besar serabut motorik tersebut akan mengalami persilangan (decussatio pyramidum) dan akan berganti jalur pada medulla oblongata sisi kontralateral pada cornu lateralis medulla spinalis sehingga dinamakan traktus corticospinalis lateralis.5) Traktus corticospinalis lateralis tersebut akan bersinaps dengan motor neuron alfa pada cornu anterior medulla spinalis melalui interneuron.6) Sebagian kecil serabut traktus corticospinalis yang tidak menyilang akan melanjutkan diri sebagai traktus corticospinalis anterior melalui kolumna anterior substansia alba medulla spinalis. Namun traktus tersebut juga akan menyilang garis median sesaat berakhir pada segmen medulla spinalis yang bersangkutan. Traktus ini terutama melayani otot otot batang badan.

Gambar 5. Traktus corticospinalis (Netter, 2002)

b. Traktus corticobulbarisTraktus corticobulbaris memiliki fungsi yang sama seperti tractus cortico spinalis untuk mengalirkan impuls motorik, tetapi hanya berhenti pada nukleus nukleus pada masing masing sisi batang otak. Traktus tersebut memiliki beberapa ciri ciri, yaitu :

1) Nukleus yang terlibat merupakan nukleus nervus cranialis V, VII, IX, X, XI, dan XII.2) Sebagian besar nukleus yang terlibat dari masing masing sisi batang otak, mendapatkan persarafan bilateral dari kedua hemispherium cerebri. Namun sebagian kecil hanya mendapat persaragan dari sisi kontralateral saja, sebagai contoh :a) Nukleus motorik N VII yang mempersarafi otot otot wajah atas mata mendapatkan persarafan impul motorik dari kedua hemisphere cerebri, namun otot otot yang terletak pada bawah mata hanya mendapatkan impuls dari persarafan kontralateralnya

Gambar 6. Persarafan Nervus Cranialis VII pada wajahc. LMNLower motorneuron adalah neuron-neuron yang menyalurkan impuls motorik pada bagian perjalanan terakhir ke sel otot skeletal, hal ini lah yang membedakan dengan upper motorneuron. Lower motorneuron mempersarafi serabut otot dengan berjalan melalui radix anterior, nervus spinalis dan saraf tepi. Lower motorneuron memiliki dua jenis yaitu alfa-motorneuron memiliki akson yang besar, tebal dan menuju ke serabut otot ekstrafusal (aliran impuls saraf yang berasal dari otak/medulla spinalis menuju ke efektor), sedangkan gamma-motorneuron memiliki akson yang ukuran kecil, halus dan menuju ke serabut otot intrafusal (aliran impuls saraf dari reseptor menuju ke otak/medulla spinalis). Begitu halnya dengan nervi cranialis merupakan dari LMN karena nervus-nervus cranialis ini sudah keluar sebelum medulla spinalis yaitu di pons dan medulla oblongata (Snell, 2007).

4. Anatomi N.cranialis dan fungsinyaa. N.I (olfaktorius)Sifat sensoriFila olfactoria (neurofibriae olfactoriar) berjalan ke cranial melalui lamina et foramina cribrosa os ethmoidalis dan mencapai cavitas crania, berakhir dalam sinapsik dengan dendrit sel2 mitral di bulbus olfactorius. Axon2 dari sel2 mitral membelok ke posterior membentuk traktus olfactorius. Traktus olfaktorius mengalami trifurcation (Willard, 2012).1) stria olfactoria lateralis berakhir pada anterior uncus (area olfactory primer)2) stria olfactoria medialis ke medial hemispherium cerebri dan berakhir di area 253) stria olfactoria intermedia berakhir pada corterks substantia perforate anteriorb. N.II (opticus)Sifat sensoriAxon dari sel ganglion brkumpul dalam retina membentuk statum neurofibriarum nervi optici. Berjalan menuju discus nervi optici, keluar dari dorsal bulbus oculi sebagai nervus opticus. Selanjutnya berjalan ke posteromedial dan meninggalkan foramen opticum. Setelah melampaui canalis opticus kedua nervus opticus begabung di garis median membentuk chiasma opticum (Willard, 2012)..Serat medial mengadakan decussatio dan meneruskan diri menjadi traktus opticus kontralateral, sedangkan serat lateral tidak mengadakan decussatio sehingga meneruskan diri menjadi traktus opticus ipsilateral (Willard, 2012).c. N.III (oculomotorius)Sifat motorik dan otonom (p)Nucleus oculomotorius setinggi coliculus superior pada mesencephalon. Nucleus Edinger Westphal di dorsomedial cranial nucleus oculomotorius (Willard, 2012).Axon2 keluar di daerah fossa interpeduncularis mesencephalon, masuk ke FOS.Inervasi: m.rectus medialis/superior/inferior, m.obliquus inferior, m.levator palpebrae superiorisd. N.IV (trochlearis)Nucleus trochlearis setinggi colliculus caudalis mesencephalon.Axon2 keluar pada permukaan dorsal batang otak di caudal colliculus caudalis, mengitari mesencephalon menuju ventral, berjalan di dinding lateral sinus cavernosus, masuk ke FOS (Willard, 2012).Inervasi: M.obliquus superiore. N.VI (abducens)Nucleus abducens pada sepertiga kaudal pons.Axon2 keluar pada tepi caudal pons di cranila radiculi nervi hipoglosi, berjalan di dalam sinus cavernosus dan lateral arteri carotis interna ke FOS (Willard, 2012).Inervasi: m. rectus lateralisf. N.V (trigeminus)Sifat sensorik motorikNuclei: Nucleus motorius N.V di cranial nucleus facialis, dorsolateral tegmentum pontis setinggi pertengahan pons. Nucleus pontinus N.V di lateral tegmentum pontis. Nucleus spinalis N.V di ujung caudal nucleus pontis melalui caudal pons. Nucleus mesencephalicus N.V setinggi colliculus cranialis. (Willard, 2012).Axon2 keluar dari permukaan ventrolateral pons [portio major, radix sensoria (di lateral), portio minor, radix motoria (medial, mandibular)]g. N.VII (facialis)Nuclei: Nucleus facialis di lateral tegmentum pontis, di cranial nucleus ambiguous. Nucleus salivatorius cranialis, di dorsolateral formation reticularis pontis. Nucleus solitaries. Nucleus spinalis nervi trigemini (Willard, 2012).Inervasi: mm.faciales, platysma, stylohioideus, venter post m.digasticus. gland lacrimal, gland nasales, paranasal, chorda tympani. Ventral dorsum linguae. Otot muka sbg serat aferen proprioseptif. h. N.VIII (vestibulocochlearis)Sifat sensorikn.vestibularis masuk ke medulla oblongata diantara pedunculus cereellaris caudalis di sebelah dorsal, mencapai nucleus vestibularis medialis, lateralis dan cranialis (Willard, 2012).Vestibularis berkaitan dengan pengantaran impuls proprioseptif yang mencatat posisi dan pergerakan kepala.n. cochlearis masuk ke lateral medulla oblongata dekat perbatasan pons, mencapai nucleus cochlearis ventralis dan dorsalis.Cochlearis berkaitan dengan fungsi pendengaran.i. N.IX (glossofaringeus)SifatNuclei sama dengan N.XSerabut saraf keluar dari medulla oblongata di dorsal oliva, di atas N.XInervasi: M.stylopharingeus, radix lingua, tonsila palatine, tuba auditiva, cavitas tympanica. N.IX dan N.X bergabung dalam plexus pharyngeus menginervasi M.constrictor pharyngis medius (Willard, 2012).j. N.X (vagus)Sifat sensorik motorik.Nuclei nucleus ambiguous, nucleus dorsal nervi vagi, nucleus solitaries (parasolitarius, gustatorius [hanya gema gustatoria]) nucleus nervi trigemini) (Willard, 2012).Nervus vagus keluar dari medulla oblongata di dorsal oliva di antara N.IX dan N.XI keluar dari cavitas cranium lewat foramen jugulare (Willard, 2012).Inervasi: musculi palatum molle, pharynx, larynx, organ dlm cavitas thorax, abdomen.Fungsi: mengatur fx.pernapasan, vasomotor, reflex menelan, muntah, batuk.k. N.XI (accesorius)Sifat motorik murni.Nerve dari caudal nucleus ambiguous (pars vagalis) dan nucleus accessories segmen C1-C6 (pars spinalis) menggabungkan diri keluar melalui foramen jugulare, dan berpisah kembali. Pars vagalis bergabung dengan N.X. Pars spinalis menjadi N.XI (Willard, 2012).Inervasi: m.sternocleidomastoideus, m.trapezius (dapat tambahan dari plexus cervicalis)Fungsi: memutar kepala ke kanan-ke kiri, menganggukkan kepala, mengangkat bahu, l. N.XII (hipoglosus) Sifat motorik murni.Nucleus hypoglosalis dekat sulcus medianus. Axon-axon keluar dari nucleus hypoglossalis kea rah ventral medulla oblongata pada cekungan antara pyramis dan oliva, bergabung membentuk nervus hypogossus berjalan ke canalis hypoglossalis (Willard, 2012).Inervasi: otot intrinsic dan ekstrinsik lidah (kec. M.palatoglosus)Fungsi: menggerakkan lidah volunteer maupun reflex

Gambar 7. Nervus cranialis (Sobotta Atlas of Human Anatomy vol.1)

5. Fungsi cortex cerebri masing-masing lobusa. Lobus occipitalTempat pemrosesan awal untuk masukan penglihatan.b. Lobus temporalTempat pemrosesan awal untuk masukan pendengaran atau sensasi suara.c. Lobus parietala. Propiosepsi: kesadaran akan posisi tubuhb. Somestetik: perasaan tubuh, untuk sensasi seperti panas, dingin, nyeri, sentuhan, tekanan.Fungsi tersebut diproses di area post sentralis yaitu area korteks somatosensorik.d. Lobus frontal Tempat motorik primer. Di lobus ini terdapat area motorik atau area presentralis. 6. Interpretasi informasi 4Tidak didapapatkan tanda tanda iritasi meningeal : kaku kuduk (-). Brudzinki sign (-)N. cranialis : parese N VII dextra sentral, parese N XII dextra sentralFungsi MotorikSuperior (D/S)Inferior (D/S)

GerakT/BT/B

Kekuatan3/53/5

Reflex FisiologiMeningkat (+) / -Meningkat (+) / -

Reflex Patologi+/-+/-

TonusN/NN/N

TrofiE/EE/E

Pemeriksaan Sensibilitas : kanan = kiri, tidak didapatkan hipestesiSirajaj stroke score= 2,5x0 + 2x0 + 2x0 + 0,1x90 3x0 12= - 3Interpretasi :a. Tidak terdapat rangsang meningeal, tidak ada indikasi meningitis, perdarahan subarachnoid yang dapat merangsang meningens melalui serabut saraf nyeri yang mempersarafinyab. Parese N VII dextra tipe sentral dan Parese N XII dextra tipe sentral merupakan lesi pada upper neuron, sedangkan jika pada tipe perifer disebut lesi lower neuron. Upper neuron berasal dari korteks korona radiata kapsula interna crus cerebri pons (nucleus N VII) dan medulla oblongata (nucleus N XII)c. Kekuatan tonus masih, namun tidak bisa bergerak merupakan ciri dari lesi UMNd. Lesi pada capsula interna akan menyebabkan hemiplegia spastik kontralateral karena serat piramidalis dan ekstrapiramidalis dekat satu sama lain. Lesi yang menyebabkan kerusakan cepat menghasilkan paralisis kontralateral flaksid dapat menjadi paralisis spastic karena serat ekstrapiramidal juga terkena.e. Pada pemeriksaan sensibilitas, tidak menunjukkan adanya kebas/hipestesi, berarti pada fungsi sensorik tidak terjadi masalahf. Siririraj Stroke Score = -3, menunjukkan terjadi stroke non hemorrhage

7. Diagnosis saraf, diagnosis klinis, dan diagnosis topisDiagnosis KlinisDiagnosis klinis merupakan suatu diagnosis yang dibuat berdasarkan tanda, gejala, dan pemeriksaan laboratorium (Dorland, 2011).Misalnya hemiparesis, paraparesis, tetraparesis, parestesi, dll (Dorland, 2011).Diagnosis TopisDiagnosis topis merupakan suatu diagnosis yang dibuat berdasarkan tanda dan gejala yang dihubungkan dengan adanya lesi di suatu lokasi tertentu di susunan saraf pusat (Dorland, 2011). Misalnya dalam kasus stroke, dapat diperkirakan letak lesi pada susunan saraf pusat jika disesuaikan dengan tanda dan gejala yang memang khas timbul pada masing masing lokasi lesi seperti berikut (Bahrudin, 2006):

Gambar 1. Perbedaan tanda dan gejala terkait letak lesi di SSP (Bahrudin, 2006)

Diagnosis EtiologiDiagnosis etiologi merupakan suatu diagnosis yang dibuat berdasarkan dugaan etiologi penyebab diagnosis klinis (Dorland, 2011). Misalnya Vaskuler, infeksi, trauma, autoimun, metabolik, idiopatik, neoplasma, kongenital dll (Dorland, 2011). Dalam diagnosis klinis stroke, diagnosis etiologi dapat berupa perdarahan (hemorragik) dan infark / iskemik (non hemorragik) (Bahrudin, 2006).

8. Perbedaan fungsi hemispherium cerebri dextra dan sinistraHemispherium cerebri sinistra menonjol di tugas logis, analitik, sekuensial, dan verbal. Misalnya, matematika, bahasa, filosofi. Sebaliknya Hemispherium cerebri dextra menonjol dalam keterampilan non bahasa, khususnya persepsi spasial dan artristik serta talenta musik (Sheerwood, 2011).Hemispherium sinistra memproses info dalam cara yang sangat detail, sedangkan hemispherium dextra memandang dunia dalam gambaran besar holistik. Kedua hemispherium mengalami pertukaran informasi, tetapi kebanyakan orang punya salah satu yang lebih berkembang pesat. Orang dengan dominasi cerebri sinistra sebagai pemikir, sedangkan orang dengan dominasi cerebri dextra sebagai pencipta (Sheerwood, 2011).

9. Siriraj dan gajah mada scoreTabel 1 : Skor Stroke Sriraj (George,2009).

Tabel 2 : Skor Stroke Gajah Mada (George,2009).

E. Merumuskan Tujuan Belajar1. DefinisiPada dasarnya, stroke secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana ditemukan tanda tanda klinis berupa defistit neurologi fokal maupun global, yang berlangsung cepat dan dapat memberat, berlangsung 24 jam atau lebih dan atau dapat mengakibatkan kematian, tanpa ada penyebab lain yang jelas selain vaskuler (Rahajeng, 2013).Sementara itu, stroke diklasifikasikan menjadi stroke hemorragik dan non hemorragik. Stroke non hemorragik (iskemik) merupakan stroke yang disebabkan oleh oklusi vaskuler otak yang berakibat pada terhentinya suplai oksigen dan glukosa ke otak. Oklusi vaskuler dapat disebabkan oleh trombosis akibat plak aterosklerosis arteri otak atau emboli dari vaskuler di luar otak yang tersangkut di arteri otak (Rahajeng, 2013).2. EtiologiStroke non hemorragik (iskemik) secara garis besar dapat disebabkan oleh 3 faktor, yaitu (Rahajeng, 2013) : a. Kelainan Vaskuler1) Aterosklerosis2) Displasia Fibromuskular3) Gangguan Inflamasi4) Artritis sel giant5) SLE6) Poliartritis Nodusa7) Granulomatous angiitis8) Syphilic arteritis9) AIDS10) Diseksi arteri karotis atau vertebralis11) Infark Lakuner12) Penyalahgunaan obat13) Migrain14) Moyamoya Syndromme15) Trombosis sinus atau venab. Kelainan Jantung1) Trombus mural2) Penyakit Jantung Rematik3) Aritmia4) Endokarditis5) Prolaps katup mitral6) Paradoxic embolus7) Atrial Myxoma8) Prosthetic heart valvesc. Kelainan Darah1) Trombositosis2) Polisitemia3) Penyakit sel sikle4) Leukositosis5) Status hiperkoagulasi

3. EpidemiologiAngka kejadian stroke bervariasi dari tiap negara di seluruh dunia. Di Amerika Serikat pada tahun 2011 terdapat angka insidensi 795.000 kasus baru, prevalensi 2.980.000, dan mortalitas 150.000 per tahun. Sementara itu, di regional Asia Timur (Cina, Hong Kong, Taiwan, Jepang, Korea Utara, Korea Selatan, dan negara negara ASEAN) pada tahun 1984 2004 ditemukan 4995 kasus baru. Secara spesifik, di Cina insidensi sebesar 483 per 100.000 penduduk, di Jepang insidensi sebesar 201 per 100.000 penduduk. Di kawasan Asia Tenggara, pada tahun 2005 ditemukan inidensi 405 per 100.000 penduduk di Singapura dengan mortalitas 55 per 100.000 penduduk dan 690 per 100.000 penduduk di Thailand dengan mortalitas 11 per 100.000 penduduk (Rahajeng, 2013).Sementara itu, di Indonesia tahun 2007 terdapat prevalensi sebesar 8,3 per 1000 penduduk dan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan sebesar 6 per 1000 penduduk. Selain itu stroke diketahui merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada semua kelompok umur dengan proporsi 15,4 %, sedangkan pada kelompok umur 55 64 tahun mencapai 26,8 % baik di perkotaan maupun pedesaan pasien termuda ditemukan pada usia 18 24 tahun. Prevalensi tertinggi ditemukan di provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) sebesar 16,6 % dan prevalensi terendah ditemukan di provinsi Papua sebesar 3,8 % (Rahajeng, 2013).

4. Faktor Risikoa. Faktor risiko yang tidak dapat diubah (Rahajeng, 2013).1) Mayora) Usia >65 tahunb) Riwayat stroke / penyakit jantung / penyakit pembuluh darah perifer dalam keluarga2) Minora) Usia 35 45 tahunb) Jenis Kelaminc) Ras / Bangsab. Faktor risiko yang dapat diubah (Rahajeng, 2013).1) Mayora) Hipertensib) Diabetes Melitusc) Merokokd) Atrial Fibrilasi2) Minora) Transient Ischemic Attack (TIA)b) Penyakit Jantungc) Paska Stroked) Dislipidemiae) Konsumsi Alkoholf) Penyalahgunaan Obatg) Stenosis arteri karotis asimtomatish) Hiperfibrinogenemiai) Hiperhomosisteinemiaj) Obesitask) Penggunaan kontrasepsi orall) Stres mental dan fisikm) Migrainn) Terapi hormon post menopauseo) Inaktivitas fisik

5. Penegakan Diagnosisa. AnamnesisDari hasil anamnesis, baik secara autoanamnesis maupun alloanamnesis biasanya pasien mengeluhkan beberapa gejala, yaitu (Bahrudin, 2006) : 1) Parese mendadak2) Mual dan muntah3) Ataksia4) Disartria5) Afasia6) Gangguan kognitif7) Gangguan sensibilitas8) Perubahan status mental9) Penurunan Kesadaran10) Kejang11) Nyeri kepala12) Asteronosis13) Extinetion phenomeon14) Dll.b. Pemeriksaan FisikBerdasarkan hasil pemeriksaan fisik, biasanya diperoleh hasil berikut ini (Bahrudin, 2006)1) Bradikardi2) Edema papil3) Kaku kuduk (+) / (-)4) Brudzinky sign (+) / (-)5) Kernig sign (+) / (-)6) Two point discrimination terganggu (+) / (-)7) Graphestesi terganggu (+) / (-)8) Extinetion phenomenon (+) / (-)9) Gangguan sensibilitas terganggu (+) / (-)10) Dystonic posture (+) / (-)11) Asteronosis (+) / (-)12) Perdarahan di retina (+) / (-)13) Ptosis (+) / (-)c. Pemeriksaan Penunjang1) CT ScanPemeriksaan CT Scan tanpa kontras harus segera dilakukan saat pasien baru tiba di IGD untuk segera memastikan adanya lesi perdarahan atau iskemik di otak (Bahrudin, 2006)2) EKGIni dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kelainan pada jantung yang dapat mempengaruhi kondisi pasien (Bahrudin, 2006)3) LaboratoriumPemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi beberapa parameter seperti glukosa darah (berkaitan dengan kemungkinan adanya diabetes melitus yang mempengaruhi kondisi pasien), elektrolit serum dan faal ginjal (berkaitan dengan kemungkinan pemberian obat osmoterapi), darah lengkap (mengetahui keadaan hematologik yang daat memengaruhi kondisi pasien seperti anemia, polisitemia, dll.), dan faal hemostasis berupa PT, aPTT (terkait pemakaian obat anti koagulan dan trombolitik) (Bahrudin, 2006)4) Foto thoraksUntuk menilai ada tidaknya kelainan pada paru maupun jantung, seperti kalsifikasi katup jantung, edema paru dll (Bahrudin, 2006)5) Pemeriksaan lain sesuai indikasiMisalnya tes fungsi hati, saturasi oksigen, analisis gas darah, pungsi lumbal, EEG, dll (Bahrudin, 2006)

6. Patogenesis

(Smeltzer, 2002)7. Patofisiologi Iskemi/thrombosis/emboli Lesi di kapsula interna sinistraHemiparesis dekstraTungkai dekstra tidak dapat digerakkanLengan dapat digerakkan sedikitGangguan nervus facialis dextraN.III, N.IV, N.V, N.VI, N.IX, N.X, N.XII (bilateral)N.VII, N.XII (unilateral)N.VIIN.XIIGangguan persyarafan N.VII cabang infraorbita, maksillaris dan mandibularisOtot penggerak wajah dextra paresisBibir tertarik ke sinistraGangguan persyarafan lidahSulit bicaradisatriaTraktus kortikospinalTraktus kortikobulbar

8. Tata Laksanaa. Non Medikamentosa 1) Elevasi kepala pasien posisi 300 (Rahajeng, 2013)2) Bebaskan jalan napas, bila perlu oksigenasi 1 2 liter per menit (Rahajeng, 2013)3) Pasang infus Asering atau RL per 12 jam (jika tidak ada gangguan jantung). Infus yang digunakan biasanya Asering karena sifat tonisitas cairan yang dapat diubah sesuai kebutuhan sehingga dapat memperkecil risiko bertambah buruknya kondisi edema serebri (Rahajeng, 2013)4) Berikan nutrisi berupa cairan isotonik, kristaloid, atau koloid 1500 2000 ml dan elektrolit sesuai kebutuhan dan hindari cairan yang mengandung glukosa atau salin isotonik (Rahajeng, 2013)5) Evaluasi kadar glukosa darah sewaktu, jika >150 mg% maka harus diturunkan hingga 150 mg% dengan menggunakan insulin drip intravena kontinu selama 2 3 hari pertama. Jika terjadi hipoglikemia (GDS 140, hingga MAP turun sebesar 20 25 % dengan menggunakan obat anti hipertensi berupa diuretik thiazid, ACE Inhibitor, Angiotensin Receptor Blocker, Beta Blocker, dan Calcium Channel Blocker (Rahajeng, 2013).a) Diuretik ThiazidMisalnya Hidro Chloro Thiazide (HCT), diberikan per oral dengan dosis 12,5 mg per hari sekali sehari.b) ACE InhibitorMisalnya Captopril, diberikan per oral dengan dosis 25 mg, dua kali sehari c) Beta BlockerMisalnya Propanolol, diberikan per oral dengan dosis 4 mg, tiga kali sehari.d) Calcium Channel BlockerMisalnya Nifedipin, diberikan per oral dengan dosis 10 mg, tiga kali sehari.(Rahajeng, 2013)3) Neuroprotektana) PiracetamInjeksi, dosis 12 gram i.v bolus selama 20 menit, setelah itu dosis 12 gram per hari i.v untuk 2 4 minggu dan kemudian tablet 4,8 gram per hari untuk 2 6 minggu.b) CerebrolysinInfus lambat, dosis 10 ml/KgBB dilarutkan dengan pelarut standar(Rahajeng, 2013)9. KomplikasiKomplikasi umum yang terjadi pada pasien stroke non-hemoragik yaitu (Jauch, 2014) a. Edema cerebral pada 10-20% penderitab. Transformasi hemoragik. Dapat berupa ptekie hingga perdarahan namun tidak selalu dikaitkan dengan penurunan neurologic.c. Kejang yang biasanya terjadi pada pasca-stroke periode pemulihan, dan dapat berkembang menjadi Chronic seizure disorders.

10. PrognosisPrognosis dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain (Jauch, 2014) :a. Tingkat keparahan deficit neurologisb. Usia pasien c. Penyebab stroked. Penyulit yang terjadie. Tindakan pertolongan terutama pada window periode (6 jam pertama serangan)

F. Belajar mandiri secara individual atau kelompokSudah dilaksanakan

G. Menarik, mengambil sistem informasi yang dibutuhkan dari informasi yang ada