Upload
dodan
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerja atau amal menurut Islam dapat diartikan dengan makna yang umum dan
makna yang khusus. Amal dengan makna umum ialah melakukan atau
meninggalkan apa jua perbuatan yang disuruh atau dilarang oleh agama yang
meliputi perbuatan baik atau jahat. Perbuatan baik dinamakan amal soleh dan
perbuatan jahat dinamakan maksiat.
Adapun kerja atau amal dengan maknanya yang khusus iaitu melakukan
pekerjaan atau usaha yang menjadi salah satu unsur terpenting dan titik tolak bagi
proses kegiatan ekonomi seluruhnya. Kerja dalam makna yang khusus menurut
Islam terbahagi kepada:
1. Kerja yang bercorak jasmani (fizikal)
2. Kerja yang bercorak aqli/fikiran (mental)
Dari keterangan hadis-hadis Rasulullah (s.a.w), terdapat kesimpulan bahawa
konsep kerja menurut Islam adalah meliputi segala bidang ekonomi yang
dibolehkan oleh syarak sebagai balasan kepada upah atau bayaran, sama ada kerja
itu bercorak jasmani (flzikal) seperti kerja buruh, pertanian, pertukangan tangan
dan sebagainya atau kerja bercorak aqli (mental) seperti jawatan pegawai, baik
yang berupa perguruan, iktisas atau jawatan perkeranian dan teknikal dengan
kerajaan atau swasta. Antara hadis-hadis tersebut ialah:
1
"Tidaklah ada makanan seseorang itu yang lebih baik daripada apa yang
dimakannya dari hasil usaha tangannya sendiri". (Riwayat al-Bukhari)
Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi keselamatan bagi
pemeluknya. Islam dalam Al qur’an dan hadist melarang umat untuk membuat
kerusakan jangankan kerusakan itu terjadi pada lingkungan, terhadap diri sendiri
saja Allah melarangnya. Dengan berperilaku yang aman dan sehat kita akan
menjaga lingkungan hidup kita, karena Allah swt menciptakan alam semesta ini
untuk dijaga demi kemaslahatan seluruh umat manusia.
Hubungannya dengan islam adalah sama-sama mengingatkan umat manusia
agar senantiasa berperilaku (berpikir dan bertindak) yang aman dan sehat dalam
bekerja ditempat kerja (dikantor, dipabrik, ditambang, dan dimana tempat anda
bekerja). Dengan berperilaku aman dan sehat akan tercipta suatu kondisi atau
lingkungan yang aman dan sehat. Dengan bekerja yang aman ditempat kerja, akan
membawa keuntungan bagi diri anda sendiri maupun perusahaan tempat kerja
anda. Perusahaan anda sehat andapun akan tenang dalam bekerja. Karena di situ
tempat anda mencari nafkah. Anda bekerja untuk mencari nafkah, bukan bekerja
untuk mendapat kecelakaan, penyakit dan masalah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kerja dalam islam ?
2. Apa yang dimaksud etika, keselamatan dan kesehatan kerja dalam
islam?
2
3. Bagaimana kerterkaitan islam terhadap kesehatan, etika dan
keselamatan kerja?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami arti kerja dalam islam
2. Mengetahui dan memahami perintah islam dalam menjaga kesehatan
dan keselamatan dalam berkerja.
3. Mengetahui keterkaitan antara ajaran islam dalam hal kesehatan, etika
dan keselamatan kerja.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerja dalam Islam
“.. Dan bekerjalah, Wahai Keluarga Daud, sebagai (ungkapan) syukur
(kepada Allah) (QS 34;14)
Banyak orang memberikan gambaran orang Islam yang baik dan taat,
adalah semata-mata dari berapa banyak dia melakukan shalat sunat, doa,
dzikir, dan lain-lain. Sangat jarang orang mengaitkan ketaatan beragama
misalnya dengan bagaimana dia giat bekerja, tegar berusaha, rajin di laboratorium
atau berperilaku hemat. Bahkan kadang orang yang "terlalu" giat bekerja dicap
sebagai orang yang jauh dari agama.
Tentu benar, ketaatan beribadah (dalam arti ritual) menjadi syarat mutlak
ketaatan seseorang, namun sesungguhnya kalau kita kaji lebih dalam Islam adalah
agama yang sangat menjunjung tinggi kerja, amal saleh. Kerja adalah bagian
penting dari ibadah.
2.1.1 Kerja adalah Pesan Moral dan Tindak Lanjut dari Ibadah Ritual
Jika ibadah dalam agama lain dilakukan dengan kondisi relatif diam,
tenang, dan pasif, maka ibadah dalam Islam sangat dinamis, dan penuh
dengan gerakan. Contoh sangat nyata adalah shalat. Shalat adalah ibadah
yang sangat sentral dan teragung dalam Islam, bahkan menjadi batas
keimanan seseorang atau tidak. Kalau kita amati, shalat dari awal sampai
4
dengan akhir, disertai dengan gerakan seluruh tubuh kita. Apalagi haji,
sebagai ibadah paripurna seorang muslim. Haji adalan ibadah total action,
sangat penuh dengan gerakan fisik. Kalau shalat meski penuh gerakan
namun di tempat saja, maka haji gerakannya melintasi tempat yang jauh.
Begitu juga puasa, zakat, semuanya action.
Ibadah adalah penghambaan kepada Allah semata, namun semua ibadah
kita harus memiliki implikasi kerja, implikasi sosial. Bahkan tata urutan
ibadah selalu terkait dengan kerja. Shalat, misalnya, didasari dengan
wudlu (penyucian diri), diawali dengan takbir (pengagungan kepada
Allah), dan diakhiri dengan salam ke kanan dan kekiri. Salam adalah
menyebarkan kedamaian, kesejahteraan dan keselamatan. Pesannya sangat
jelas! Kegiatan ibadah shalat berupa ibadah penyucian diri, dan
mengagungkan Allah, harus dibuktikan dengan menyebarkan kedamaian,
kesejahteraan dan keselamatan kepada lingkungan. Dan itu –tidak bisa
tidak- dilakukan dengan kerja, action.
Secara jelas Al-Quran menyebut pesan moral atau tujuan dari shalat
berkaitan dengan kerja. “…dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar” (QS Al-
Ankabut: 45)
Begitu juga ibadah shaum (puasa) yang merupakan ibadah
pengendalian nafsu dan penyucian diri, diakhiri dengan zakat fitrah, yaitu
berbagi kepada sesama. Tidak berbeda dengan shalat, puasa juga harus
mampu melahirkan semangat kerja. Haji diawali dengan wukuf (berdiam
5
diri), dilanjutkan dengan tawaf, melempar jumrah, dan saí. Semuanya
action.
Semua kegiatan ibadah memiliki benang merah yang sama. Kegiatan
ibadah adalah merupakan penyucian jiwa, pengisian dengan sifat-sifat suci
Allah, pengagungan dan berkomunikasi dengan Allah, yang harus
diwujudkan dalam amal shaleh – kerja- kepada sesama.
2.1.2 Ketinggian Kerja dalam Al-Quran dan Sunah Nabi
Al-Quran dalam banyak sekali ayat, menyebutkan bahwa iman saja
tidak cukup, tetapi harus disertai dengan amal shaleh, kerja, action. Tidak
cukup iman saja tetapi harus dimanifestasikan dengan amal. Cukuplah,
dinukilkan surat Al-Ashr untuk mewakili ayat-ayat tentang iman dan amal
shaleh.
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran.”
Dari ciri-ciri orang yang tidak rugi, selain keimanan semuanya
berkaitan dengan kerja; amal shaleh, menasehati, menaati kebenaran,
menetapi kesabaran.
Al-Quran juga memerintahkan agar kita selalu mencari karunia Allah di
bumi dengan bekerja sebagai ungkapan rasa syukur, bahkan setelah shalat
pun kita dianjurkan untuk segera bertebaran di muka bumi untuk bekerja.
6
Sebagaimana disebut dalam ayat-ayat berikut: “.. Dan bekerjalah,
Wahai Keluarga Daud, sebagai (ungkapan) syukur (kepada
Allah) (QS 34;14)
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagimu, maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya.” (QS 67: 15)
"Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya
kamu beruntung."( QS 62: 10)
Dalam hadis juga banyak diungkapkan tentang orang-orang yang
utama, kebanyakan berkaitan dengan kerja, tindakan, action. Berikut di
antaranya hadis-hadis yang terkenal:
“Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik perangainya/ akhlaqnya”
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”
“Muslim yang terbaik adalah muslim yang muslim lainnya
selamat/merasa aman dari gangguan lisan dan tangannya."
“Sebaik-baik kamu adalah yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya”
“Sebaik-baik kamu adalah yang terbaik (berperilaku) kepada
keluarganya”
“Tangan diatas lebih baik daripada tangan di bawah”
“Sebaik-baik kamu ialah orang yang mempertahankan keluarganya
selagi perbuatan itu tidak membawa kepada dosa”
“Barangsiapa yang menjadi susah pada petang hari kerana kerjanya,
maka terampunlah dosanya.” (Hadis riwayat Tabrani).
7
Bekerja bukan hanya dianjurkan untuk memberi manfaat kepada
manusia, tetapi juga sangat dipuji jika bermanfaat bagi makhluk yang lain.
Rasulullah S.A.W. bersabda, "Seorang muslim yang menanam atau
menabur benih, lalu ada sebahagian yang dimakan oleh burung atau
manusia, atapun oleh binatang, nescaya semua itu akan menjadi sedekah
baginya" (Riwayat Bukhari, Muslim dan Ahmad).
Ketika menyebutkan ciri-ciri orang yang beriman, baik dalam Al-Quran
selalu menyebut dengan amal, kerja, kegiatan, atau action. Misalnya cirri-
ciri orang beriman dalam surat Al-Mukminun 1-11, yang menyebutkan ciri
orang beriman sebagai orang yang khusyu shalat, berzakat, meninggalkan
perbuatan yang sia-sia, menjaga kehormatan (kemaluan), dan menjaga
amanat. Dalam Hadis terkenal misalnya ciri orang beriman adalah berkata
baik atau diam, menghormati tetangga. Kebanyakan ciri-ciri orang
beriman berkaitan dengan amal nyata atau kerja.
2.1.3 Kerja Keras Para Nabi dan Orang-orang Shalih
Kemudian kalau kita pelajari sejarah para Nabi AS, apalagi sejarah
Nabi Muhammad SAW, para sahabat Nabi, hingga zaman keemasan Islam
semua memiliki teladan yang sama, yaitu kerja keras membangun diri dan
masyarakat. Tidak ada satu pun contoh-contoh dari mereka yang hanya
mementingkan ibadah ritual semata.
Sebagai contoh akan diulas singkat teladan Nabi Musa AS dan Nabi
Muhammad SAW. Di antara para rasul yang paling banyak dikisahkan
dalam Al Quran adalah Nabi Musa AS. Kalau dilihat kisahnya, berisi
perjuangan luar biasa membina masyarakat Bani Israil. Mulai dari hijrah
8
bertemu Nabi Syuaib AS, menghadapi Firaun, memimpin exodus besar-
besaran Bani Israil dari Mesir ke Palestina yang memakan waktu puluhan
tahun, hingga yang sangat menyita waktu adalah memberi dakwah kepada
Bani Israil.
Begitu juga Nabi Muhammad SAW, beliau tidak hanya menghabiskan
waktu untuk berzikir saja. Baik pada periode Makkah maupun Madinah,
beliau bekerja keras mendakwahkan Islam person to person, membina
mental sahabat, membentuk kader, membangun masyarakat, memimpin
perang, mengatur strategi, membuat perundingan, dan lain-lain. Kalau kita
pelajari detil sejarah Nabi Muhammad SAW, kita dapati hari demi hari,
tahun demi tahun yang penuh perjuangan dan kerja keras bersama para
sahabat. Pada saat Rasulullah SAW wafat umat Islam menguasai hampir
seluruh jazirah Arab.
Hal ini dilanjutkan oleh para Khalifah Rasyidah, hingga dalam waktu
singkat (terutama masa Umar Al-Faruq) Islam menyebar dengan
penaklukan Persia (superpower masa itu) ke barat hingga ke Afrika
berhadapan dengan Bizantium (superpower yang lain). Kemudian sejarah
berlanjut hingga penaklukan Eropa, India, sehingga umat Islam menjadi
pusat peradaban dan ilmu pengetahuan pada saat itu. Sejarah yang luar
biasa! Dan itu dicapai dengan kerja keras, bukan hanya ibadah ritual
semata.
Secara pribadi, kita juga mendapati Rasulullah SAW dan para sahabat
adalah orang-orang yang menyukai kerja. Rasulullah SAW selain bekerja
9
untuk umatnya, beliau melubangi sendiri sandalnya, menambal sendiri
bajunya, memeras sendiri susu kambingnya dan melayani keluarga.
2.1.4 Kerja: Gerak Universal Alam Semesta
Al-Quran memuat sangat banyak kejadian-kejadian alam semesta,
bahkan menurut Dr Mahdi Ghulsyani (cendekiawan muslim Iran) hingga
10% dari ayat-ayat Al-Quran. Semua berpusat pada ketundukan, tasbih
dan sujud jagad raya pada Tuhannya. Salah satu di antaranya,
“Bertasbihlah kepada Allah semua yang ada di langit dan di bumi, dan Dia
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”(QS 61:1)
Kita tidak tahu bagaimana tasbih alam semesta, namun manifestasinya
sangat jelas. Manifestasi dari tasbih dan sujud alam semesta adalah aneka
kerja yang kontinu dan teratur dari alam semesta. Gerakan aneka benda
langit pada orbitnya, reaksi fusi bintang-bintang yang menyebarkan energi
kepada lingkungan, pengembangan alam semesta, sebagai contoh di
antaranya. Semua bergerak, bekerja, dan berproses, itulah bentuk ibadah
mereka yang bisa kita lihat. Di antara bentuk ibadah batu misalnya adalah
dengan meluncur jatuh, sebagaimana ayat, “.. dan di antaranya (batu) ada
yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah”(QS 2:74)
Banyak sekali ayat-ayat tentang alam semesta, dari yang besar
mengenai galaksi hingga hewan-hewan kecil seperti semut, semua
mengikuti perintah Allah dengan bekerja secara terus menerus. Sehingga
kita bekerja pada dasarnya adalah seirama dengan gerak universal alam
semesta, seirama dengan sujud alam semesta.
10
Kahlil Gibran dalam Sang Nabi membuat puisi yang sangat indah:
Kau bekerja, supaya langkahmu seiring irama bumi
Serta perjalanan roh jagad ini
Berpangku tangan menjadikanmu orang asing bagi musim,
Serta keluar dari kehidupan itu sendiri
Yang menderap perkasa, megah dalam ketaatannya
Menuju keabadian masa
2.1.5 Bekerja sebagai Pengabdian kepada Allah SWT
Bekerja dalam ajaran Islam adalah manifestasi dari iman. Bekerja
adalah sebagai bagian dari ibadah. Sedang bagi umat yang lain, mungkin
hanya sekedar mengisi waktu, mengejar harta, dll.
Berikut secara ringkas ciri bekerja sebagai pengabdian kepada Allah
SWT:
1. Motivasi kerja : pengabdian kepada atau mencari ridha Allah SWT
2. Cara kerja : sesuai/tidak bertentangan dengan syariat Islam
3. Bidang kerja : yang halal, baik/ma’ruf
4. Manfaat kerja : kebaikan, kesejahteraan, keselamatan bagi semua
Dengan bekerja sebagai motivasi ibadah, semestinya selalu memberikan
yangterbaik. Selalu bekerja semaksimal mungkin, bukan seadanya. Itulah
yang disebut sebagai “ihsan” (berbuat baik) atau “itqan”(hasil terbaik).
Allah bahkan memerintahkan kita meniru karya Allah dalam bekerja, “…
maka berbuat baiklah (fa ahsin) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu”(QS 28:77)
11
Bekerja dengan motivasi di atas semestinya juga akan melahirkan kerja
keras, tegar, jujur, dan profesional dalam kondisi apa pun. Berbeda dengan
motivasi jabatan misalnya, hanya bekerja ketika ada iming-iming atau
konsekuensi jabatan, jika tidak dia akan enggan. Sedang bekerja dengan
motivasi ibadah semesteinya akan bekerja dengan semangat meski
imbalan langsung tidak nampak, meskipun uang sedikit, meski tidak ada
yang melihat, meski tidak dipuji atasan. Karena memang motivasinya
adalah pengabdian kepada Allah SWT. Sedang Dia selalu ada, selalu
mengawasi, selalu mengetahui apa yang kita lakukan.
2.2 Etika Kerja dalam Islam
Islam juga memberi petunjuk pada umatnya dalam hal-hal yang berkaitan
dengan etika kerja. Ada banyak ayat dalam al-Quran serta hadits Nabi
Muhammad Saw. yang membahas topik penting ini.
Ayat-ayat seperti pada Ali Imran ayat 110, secara jelas menyebut tentang
etika yang berkaitan dengan kehidupan secara umum maupun bisnis. Begitu juga
dengan hadits Nabi Muhammad Saw. yang terdapat pada Musnad Ibn Hanbal
hadits no. 8595 di mana dijelaskan bahwa Nabi Saw. mengatakan bahwa tujuan
dari kedatangannya adalah untuk mengajarkan moral yang baik dan memberi
contoh dalm praktik sehari-hari. Meskipun kalimat ini tidak persis sama dengan
yang tercantum dalam kitab Musnad Ibn Hanbal, tapi kurang lebih begitulah isi
yang terkandung.
12
Berikut adalah etika pokok dan kualitas yang diajarkan Islam pada
umatnya, yaitu: Fathonah (kecerdasan/kebijaksanaan), Tabligh (menyampaikan),
Amanah (terpercaya), Siddiq (kejujuran). Etika dalam Islam juga mencakup
Jamaah (kolektifitas), Ukhuwah (persaudaraan), Taawun (tolong-menolong),
Syura (musyawarah). Ini adalah beberapa kualitas dan etika yang dijarkan oleh
Quran dan Nabi Muhammad Saw.
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu ethos yang berarti watak,
sikap, kesusilaan, kepribadian, adat serta keyakinan dalam melakukan sesuatu.
Sikap ini tidak hanya dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan
masyarakat yang dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem
nilai yang diyakininya.
Dalam Islam etika/ethos dianggap sebagai akhlak (budi pekerti, perangai,
tingkah laku, atau tabiat seseorang) yakni tingkah laku atau perlakuan manusia ke
arah kebaikan dan kemanfaatan hidup. Kerja, dapat didefinisikan sebagai aktivitas
karena adanya dorongan untuk mewujudkan sesuatu sehingga tumbuh rasa
tanggung jawab yang besar untuk menghasilkan karya atau produk yang
berkualitas.
Jadi etika kerja dalam islam merupakan suatu sikap yang harus dimiliki
saat bekerja yang mana didasari oleh ajaran islam, sehingga dari situ didapat suatu
pegangan yang dilandasi oleh hukum islam untuk menjalankan aktivitas bekerja.
Dalam Al-Qur’an (At-Taubah 105) terjemahnnya adalah
13
“ Dan katakanlah: `Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-
Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan’”.(QS. 9:105)
Dari situ bisa diambil kesimpulan bahwa kita disuruh bekerja, tetapi tidak
sembarangan bekerja karena suatu saat nanti kita juga akan mempertanggung
jawabkan pekerjaan kita kelak. Kemudian dalam kehidupan sehari-haripun
seorang muslim wajib memberikan nafkah kepada diri sendiri dan keluarganya,
dan jalan satu-satunya dalam menafkahi tersebut adalah dengan cara bekerja, dan
juga ibadah-ibadah dalam islam banyak yang memang membutuhkan biaya seperti
haji, umroh, sedekah, infaq, dll. Oleh karena itu bekerja memang wajib hukumnya
mengingat suatu kaidah fiqiyyah yg menyatakan “Suatu kewajiban yang tidak
bisa dilakukan melainkan dengan pelaksanaan sesuatu, maka sesuatu tersebut
hukumnya wajib”, jadi semisal ibadah haji yang merupakan suatu kewajiban dan
kita ibaratkan ‘sesuatu’ dalam kaidah tersebut adalah ‘biaya’, maka ‘sesuatau’
(biaya) tersebut menjadi wajib dimiliki, dan biaya tersebut tak lain didapat melalui
bekerja, jadi bekerja di sini menjadi wajib hukumnya.
Adapun etika kerja dalam islam meliputi hal-hal berikut ini:
1. Bekerja dengan niat mengabdikan diri kepada Allah
“Wahai sekalian manusia! Sembahlah Tuhan kamu yang telah
menciptakan kamu dan orang-orang yang terdahulu daripada kamu
supaya kamu bertaqwa”. (Al-Baqarah : 21)
14
“Wahai orang-orang yang berilmu, taatlah kamu kepada Allah
dan taatlah kamu kepada Rasul dan kepada orang yang berkuasa dari
kalangan kamu”. (An-Nisaa’ : 59)
Seperti yang dijelaskan oleh ayat di atas, bahwa segala sesuatu
yang kita lakukan harus berlandaskan taqwa pada Allah, jadi dalam
bekerja pun kita harus meluruskan niat kita yang mana bekerja semata-
mata hanya untuk mendapat ridha-Nya
2. Bekerja dengan ikhlas dan amanah
“Sebaik-baik manusia ialah orang yang paling banyak bermanfaat
bagi sesama manusia“. (Riwayat Al-Quda’)
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menunaikan amanah
kepada yang berhak menerimanya”. (An-Nisaa’ : 58)
“Wahai orang yang beriman, sempurnakanlah janjimu”. (Al-
Maidah : 1)
Dalam bekerja perlu adanya rasa ikhlas yang mana agar dapat
berguna bagi orang lain, lalu dalam bekerja perlu adanya sikap amanah
dan jujur karena sikap tersebut perlu dalam hal bersosialisasi dengan yang
lain agar kita dapat dipercaya oleh yang lainnya.
3. Bekerja dengan tekun
“Sesungguhnya Allah suka apabila seseorang itu melakukan
sesuatu pekerjaan dengan tekun”. (Riwayat Al-Baihaqi)
Karena sesungguhnya buah dari ketekunan adalah keberhasilan,
oleh karena itu kita dianjurkan tekun dalam segala hal termasuk bekerja.
4. Bekerja dengan semangat gotong royong
15
“Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan…”
(Al-Ma’idah : 2)
Rasa yang harus ditumbuhkan saat bekerja adalah semangat gotong
royong yang mana cerminan dari sikap tolong menolong antar sesama.
Bekerja merupakan salah satu hal baik yang mana wajib dipenuhi, oleh
karena itu gotong royong dalam bekerja sangat dianjurkan sekali agar
membuahkan hasil yang memuaskan.
5. Bekerja dengan orientasi kebahagiaan manusia sejagad
“Wahai orang yang beriman, hendaklah kamu sentiasa menjadi
orang yang menegakkan keadilan kerana Allah, lagi menerangkan
kebenaran; dan jangan sekali-kali kebencian kamu terhadap sesuatu kaum
itu mendorong kamu kepada tidak melakukan keadilan“. (Al-Maidah : 08)
Dalam bekerja pun kita harus menanamkan sikap adil, karena
dengan adanya keadilan maka orang lain akan merasa senang, karena
sama-sama tidak dirugikan.
2.3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Islam
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja. Begitu juga, Islam
memerintahkan kita melakukan sesuatu kerja dengan cara yang sebaik-baiknya
dengan mengutamakan menjaga keselamatan dan kesehatan. Ini menepati firman
Allah dalam Surah Al Baqarah ayat 195 : “Dan infakkanlah (hartamu) dijalan
Allah dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) dalam kebinasaan dengan tangan
sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat
baik”.
16
Melihat firman Allah seperti diatas, bahwa Allah swt sesungguhnya tidak
menghendaki adanya kerusakan dimuka bumi ini. Segala sesuatunya yang
diciptakan Allah swt diberikan kepada manusia untuk dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya. Dan manusia sebagai mahluk yang diberi akal dan kemampuan
dari semua mahluk hidup ciptaanNya diberi peringatan untuk tidak melakukan
kerusakan dengan perbuatannya (perilakunya tidak aman) dimana dengan
berperilaku tidak aman tersebut akan menciptakan kondisi yang dapat
membahayakan dirinya sendiri maupun terhadap orang lain dan juga terhadap
kelangsungan hidup ciptaanNya yang lain (lingkungan hidup).
2.3.1 Mengamalkan Sikap yang Baik dan Dihindari dari Segala
Malapetaka
جيم الر يطان الش من بالله ،اعوذ
Maksudnya : " Dan jika Allah mengenakan (menimpa) engkau dengan
bahaya bencana, maka tidak ada sesiapapun yang dapat menghapusnya
melainkan Dia sendiri dan jika ia mengenakan (melimpahkan) engkau
dengan kebaikan, maka ia adalah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.
(Surah al-An'am ayat : 17)
Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi keselamatan bagi
pemeluknya. Islam dalam Al qur’an dan hadist melarang umat untuk
membuat kerusakan jangankan kerusakan itu terjadi pada lingkungan,
terhadap diri sendiri saja Allah melarangnya. Banyak contoh seperti
penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Jelas menganiaya diri sendiri,
berperilaku tidak aman dan sehat serta menjaga Lingkungan tetap aman
17
dan sehat, adalah terjemahan dari segala larangan Allah swt baik, yang
termaktup dalam Alquran maupun hadist. Dengan berperilaku yang aman
dan sehat kita akan menjaga lingkungan hidup kita, karena Allah swt
menciptakan alam semesta ini untuk dijaga demi kemaslahatan seluruh
umat manusia.
2.3.2 Berpikir Sebelum Bertindak dan Utamakan Keselamatan dalam
Bekerja
Alangkah indahnya hidup ini jika kita berada dalam suatu kondisi atau
lingkungan yang aman dan sehat. Kemana-mana kita tidak merisaukan
akan bahaya yang mengancap baik jiwa maupun harta benda. Sebagaimana
Allah swt awalnya menciptakan alam semesta ini dengan kondisi dan
lingkungan yang aman. Namun karena nafsu umatnya membuat semua
menjadikan kondisi menjadi tidak aman dan sehat.
Banyak ayat dalam Alquran untuk kita dianjurkan tuk senatiasa bekerja
dengan menjaga keselamatan diri sendiri, keluarga, harta benda dan
lingkungan hidup ini.
Karena ingin mendapatkan hasil atau keuntungan yang banyak dari apa
yang diusahakan sehingga norma dan peringatan-peringatan akan
keselamatan menjadi terlupakan. Karena ingin sesuap nasi ada orang yang
mau bekerja mempertaruhkan nyawanya, karena kurang bersyukur dengan
apa yang didapatkan ada orang melakukan hal yang menyimpang (korupsi
misalnya, mencuri, menipu dll).
Berujung pada kesedihan, kesedihan tersebut bukan hanya dialami oleh
pelaku tersebut namun dialami oleh keluarganya, dan orang lain, maupun
18
lingkungan hidupnya. Seperti peribahasa karena nila setitik rusak susu
sebelanga, karena perbuatan seseorang dapat merusak lingkungan
sekitarnya. Karena perbuatan seseorang dalam sebuah kelompok maka
rusaklah nama kelompok tersebut.
Jadi menjaga perilaku akan menjaga kondisi, dimana dalam suatu
kondisi yang aman, sehat dan nyaman bukan hanya seorang yang
merasakan kondisi tersebut tapi semua mahluk hidup ciptaanNya yang
ingin merasakan lingkungan tersebut.
19
BAB III
CONTOH APLIKATIF DAN ANALISIS
3.1 Contoh Aplikatif
MANFAAT PENGGUNAAN APD BAGI PEKERJA DI PABRIK
PENGGILINGAN PADI
Di Indonesia dewasa ini sudah mulai berkembang tingkat perindustrian.
Alat perindustrian yang biasanya manual dilakukan mulai ditinggalkan dengan
beralih ke teknik yang lebih cepat dan efisien. Akan tetapi, disamping cepat dan
efisien, masih ada efek pengikut lainnya yang tidak bisa diabaikan begitu saja,
seperti misalnya penyakit yang bisa ditimbulkan baik pada pekerja maupun
lingkungan sekitarnya.
Misalnya saja udara manusia memerlukan udara untuk bernapas dan
melaksanakan matabolisme dalam tubuh yang nantinya menghasilkan energi yang
digunakan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dalam udara yang dihirup,
tidak selamanya bersih. Kadang kala udara tersebut terkandung partikel pencemar
yang disebut polutan. Salah satu polutan tersebut ialah berupa butiran debu yang
banyak ditemukan pada industri yang ada di Indonesia, seperti misalnya industri
pertambangan, pabrik semen, penggilingan padi,dan lainnya.
Pada pekerja yang berhubungan dengan tepung ataupun padi keadaanya
Iebih kompleks. Berbagai komponen debu padi (antigen padi-padian, jamur
kumbang padi, tungau,endotoksin bakteri, antigen binatang, dan debu inert)
berperan menimbulkan bronchitis ataupun penyakit paru lainnya.Penyakit ini
20
tidak seta merta terlihat efeknya pada saat itu juga, melainkan memerlukan lama
tidaknya pekerja terpapar debu. Untuk itulah diperlukan alat pelindung diri seperti
masker untuk mengurangi resiko paparan debu di wilayah kerja industri seperti
pabrik pengilingan padi.
Alat Pelindung Diri ( APD ) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh
tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan
adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir
dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan
administratif tidak dapat dilakukan dengan baik.
Untuk mengurangi resiko pekerja terpapar debu di pabrik pengilingan
padi, perlu diupayakan pencegahan secara teknis terutama yang bersifat preventif,
seperti misalnya pemakaian APD dalam hal ini masker ( respirator )
yang berfungsi sebagai penyaringudara yang dihirup saat bekerja di tempat
dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb). Sehingga bisa
mengurangi resiko pekerja terkena penyakit saluran pernapasan.Masker yang
digunakan harus memiliki ketentuan K3L, yaitu : Kesehatan, Keselamatan Kerja
dan Lingkungan.
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh Arif Susanto dan
Abidin Ahmad(skripsi ), Proses penggilingan padi yang dimulai dari pembersihan,
pemecahan kulit, penyosohan, pemutihan dan pengayakan terakhir cukup banyak
menghasilkan debu,terutama debu dari bulu padi dan lapisan sekam. Debu padi
yang terhirup dan terisapoleh pekerja penggilingan padi dapat mengakibatkan
gangguan pada fungsi paru (FVCdan FEC1) atau penurunan fungsi paru ( volume
21
ekspirasi paksa dan kapasitas vital)..Pada stadium lanjut dapat
menyebabkan fibriosis paru yangakan menurunkan elastisitasnya sehingga
mengurangi kapasitas /volume paru dalam menampung udara.
3.2 Analisis
Alat Pelindung Diri ( APD ) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh
tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan
adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir
dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan
administratif tidak dapat dilakukan dengan baik. Manfaat penggunaan masker
pada pekerja pabrik penggilingan padi adalah penyaring udara yang dihirup saat
bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).
Sehingga bisa mengurangi resiko pekerja terkena penyakit saluran pernapasan.
Dampak terhadap pekerja jika tidak menggunakan masker di pabrik
penggilingan padi adalah dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi paru (FVC
dan FEC1) atau penurunan fungsi paru ( volume ekspirasi paksa dan kapasitas
vital )..Pada stadium lanjut dapat menyebabkan fibriosis paru yang akan
menurunkan elastisitasnya sehingga mengurangi kapasitas /volume paru dalam
menampung udara.
Sesuai dengan teori yang telah dibahas sebelumnya, bahwa dalam Islam
kesehatan dan keselamatan kerja juga sangat diperhatikan. Dalam hal ini APD
merupakan salah satu wujud dari tindakan untuk menjaga kesehatan dan
keselamatan seseorang dalam bekerja.
22
Memang Allah tidak akan mungkin dengan sengaja bertujuan untuk
mencelakakan umatnya, namun bukan tidak mungkin kecelakaan itu menimpa
seseorang. Oleh karena itu sebagai umat islam kita tidak boleh hanya berpasrah
menanti takdir Allah, namun kita harus melakukan upaya dahulu sebelum
berserah diri. Seperti halnya melindungi diri dengan APD saat bekerja, dan
bukannya pasrah bahwa bila ada kecelakaan itu sudahlah takdir.
23
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Islam sebagai agama dan ideologi mendorong umatnya untuk
bekerja keras, namun tidak melupakan beribadah. Islam juga mengatur
tentang etika kerja yang menjadikan kerja itu bukan hanya sebagai
mencari rezeki akan tetapi lebih dari mencari identitas kemanusiaan itu
sendiri. Tidak semua aktivitas manusia dapat dikategorikan sebagai kerja
karena didalam kerja terkandung dua aspek yang harus dipenuhi secara
nalar, yaitu aktivitasnya dilakukan karena dorongan untuk mewujudkan
sesuatu sehingga timbullah rasa tanggung jawab yang besar untuk
menghasilkan karya atau produk yang berkualitas. Apa yang dilakukan
tersebut dikerjakan karena kesengajaan, sesuatu yang direncanakan. Oleh
karena itu, kerja adalah segala aktifitas yang dinamis dan mempunyai
tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani), dan
dalam mencapai tujuan tersebut dia berupaya dengan penuh sungguh-
sungguh untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti
pengabdian dirinya kepada Allah SWT.
Sebagai seorang muslim, sudah seharusnya taat pada agamanya
yang telah mengatur tentang etika kerja dalam islam. Etika kerja dalam
Islam yang perlu diperhatikan adalah (1) Adanya keterkaitan individu
terhadap Allah sehingga menuntut individu untuk bersikap cermat dan
bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh
24
keridhaan Allah dan mempunyai hubungan baik dengan relasinya. (2)
Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan. (3) tidak
memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang dalam bekerja,
semua harus dipekerjakan secara professional dan wajar. (4) tidak
melakukan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada kaitannya dengan
minuman keras, riba dan hal-hal lain yang diharamkan Allah. (5)
Professionalisme dalam setiap pekerjaan.
Selain memperhatikan etika dalam bekerja seorang muslim juga
harus memperhatikan keselamatann dan kesehatannya dalam bekerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja dalam islam dapat difilosofikan sebagai
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia
pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur
dan sejahtera.
25
DAFTAR PUSTAKA
Islam dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Diakses pada tanggal 13 September 2012. <http://seratdakwah.blogspot.com/2011/12/islam-kesehatan-keselamatan-kerja.html>
Naqeiya. 2012. Etika Kerja dalam Islam. Diakses pada tanggal 13 September 2012. <http://muslim-academy.com/etika-kerja-dalam-islam/>
Warsono. Islam adalah Agama Kerja. Diakses pada tanggal 13 September 2012 . <http://soni69.tripod.com/kerja.htm>
26