Upload
pojiered
View
28
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Kajian
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rasa ingin tahu serta ketakjuban manusia pada benda – benda langit dan alam semesta
dapat melahirkan beragam pemikiran. Mereka berfikir, bagaimana alam semesta ini dapat
terbentuk, bagaimana dimensi ruang dan waktu tiba-tiba terjadi? serta berfikir bagaimana
terjadinya kehidupan. Rasa ingin tahu ini juga yang akhirnya melahirkan berbagai teori yang
beragam tentang penciptaan alam semesta. Kaum filsafat materalis muncul dengan teorinya
yang menentang adanya peristiwa penciptaan (alam seemesta telah ada tanpa diciptakan).
Juga lahir teori yang menjelaskan bahwa alam semesta ini berasal dari sebuah ketiadaan yang
kemudian ada secara tiba-tiba, hingga terbentuklah ruang dan waktu. Keragaman teori yang
lahir ini didasarkan karena mereka lebih suka mengeluarkan pendapat berdasarkan pemikiran
mereka, serta hanya bersumber pada buku sains saja, tanpa melibatkan kuasa Allah SWT
didalamnya. Padahal Allah SWT telah memberikan tanda-tanda kebesaran-Nya didalam Al-
Qur‟an.
Hal inilah yang menarik bagi penulis untuk mengangkat judul “Penciptaan Alam
Semesta Menurut Ilmu Astronomi dan Al-Qur‟an”. Disini, penulis ingin mengungkapkan
adanya kecocokan antara pemahaman sains dan penafsiran Al-Qur‟an sebagai isyarat Allah
dalam hal menunjukan akan kebenaran Al-Qur‟an yang bersamaan dengan itu Al-
Qur‟an merupakan sumber kebenaran yang mutlak khususnya dalam hal penciptaan alam
semesta.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Asal-Usul Penciptaan Alam Semesta Berdasarkan Perspektif Al-Qur’an
Penciptaan menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti proses, cara, perbuatan
menciptakan. Para ilmuwan diseluruh dunia saat ini telah sepakat bahwa
alamsemesta ini terjadi dari tiada secara kebetulan dan menimbulkan dentuman besar. Ke-
tiada-an (berasal dari tidak ada) adalah menunjukan akan adanya penciptaan (diciptakan).
Selama satu abad terakhir, serangkaian percobaan, pengamatan, dan perhitungan yang
dilakukan dengan menggunakan teknologi mutakhir, telah mengungkapkan tanpa ragu bahwa
alam semesta memiliki permulaan. Para ilmuwan telah memastikan bahwa alam semesta
berada dalam keadaan yang terus mengembang. Dan mereka telah menyimpulkan bahwa,
karena alam semesta mengembang, jika alam ini dapat bergerak mundur dalam waktu, alam
semesta ini tentulah memulai pengembangannya dari sebuah titik tunggal. Sungguh,
kesimpulan yang telah dicapai ilmu pengetahuan saat ini adalah alam semesta bermula dari
ledakan titik tunggal ini. Ledakan ini disebut “Dentuman Besar” atau Big Bang.
Penciptaan suatu keteraturan sempurna menyusul peristiwa Big Bang sama sekali
bukanlah gejala yang dapat dianggap sebagai peristiwa biasa. Pikirkanlah tentang kenyataan
bahwa beribu-ribu jenis ledakan sering terjadi di bumi, tetapi tak ada keteraturan yang
dihasilkannya. Bahkan sebaliknya, semua itu mengarah ke akibat yang menghancurkan,
merusak, dan membinasakan. Contohnya, bila bom atom atau bom hidrogen, letusan gunung
berapi, ledakan gas alam, dan ledakan yang terjadi di matahari diamati, kita dapat melihat
bahwa dampak yang ditimbulkannya selalu membahayakan. Akibat yang bersifat
membangun keteraturan atau sesuatu yang lebih baik tidak pernah diperoleh sebagai akibat
dari suatu ledakan. Akan tetapi, menurut data ilmiah yang diperoleh dengan bantuan
teknologi modern, Big Bang, yang terjadi ribuan tahun lalu, menyebabkan perubahan dari
tiada menjadi ada, bahkan menghadirkan keberadaan yang sangat teratur dan selaras.
Ayat-ayat yang menjelaskan Allah SWT Pencipta Alam Semesta :
Adapun ayat-ayat yang menjelaskan bahwa Allah SWT-lah yang telah menciptakan
alam semesta adalah (Q.S. Al-Sajdah [32] :4 )
Artinya: “Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada diantara
keduanya dalam waktu enam hari, kemudian dia bersemayam di atas Arsy. Kamu semua
tidak memiliki seorang penolong dan pemberi syafaat pun selain diri-Nya. Lalu, apakah
kamu tidak memperhatikannya ?”(Q.S. Al-Sajdah [32] :4 )
(Q.S. Al-Kahfi [18] :51 )
Artinya: “aku tidak menghadirkan mereka (iblis dan anak cucunya) untuk menyaksikan
penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri; dan tidaklah
aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong.”(Q.S. Al-Kahfi [18]
:51 )
· (Q.S. Al-Baqarah [2] :29 )
Artinya :“ Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha
mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. Al-Baqarah [2] :29 )
Tafsir Ayat Yang Berhubungan Dengan Penciptaan Langit
· (Q.S. Al-Sajdah [32] :4 )
Ayat ini menerangkan bahwa Tuhan yang telah menurunkan Alquran kepada Muhammad
saw itu adalah Tuhan Pencipta langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di antara
keduanya dalam enam masa. Yang dimaksud dengan enam masa dalam ayat ini bukanlah hari
(masa) yang dikenal seperti sekarang ini, tetapi adalah hari sebelum adanya langit dan bumi.
Hari pada waktu sekarang ini adalah setelah adanya langit dan bumi serta telah adanya
peredaran bumi mengelilingi matahari dan sebagainya.
Setelah Allah menciptakan langit dan bumi, maka Dia pun bersemayam di atas Arasy,
sesuai dengan kekuasaan dan kebesaran-Nya".Allah SWT menegaskan bahwa tidak
seorangpun yang dapat mengurus segala urusannya, menolak bahaya, malapetaka dan siksa.
Dan tidak seorangpun yang dapat memberi syafaat ketika azab menimpanya, kecuali Allah
semata, karena Dialah Yang Maha Kuasa menentukan segala sesuatu.Kemudian Allah SWT
memperingatkan: "Apakah kamu hai manusia tidak dapat mengambil pelajaran dan
memikirkan apa yang selalu kamu lihat itu? Kenapa kamu masih juga menyembah selain
Allah? (tafsir Depag)
· (Q.S. Al-Kahfi [18] :51 )
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan kekuasaan-Nya, dan bahwa setan itu tidak
berhak untuk menjadi pembimbing atau pelindung bagi manusia. Setan itu tidak mempunyai
hak sebagai pelindung, tidak hanya disebabkan kejadiannya dari lidah api saja tetapi juga
karena mereka tidak mempunyai saham dalam menciptakan langit dan bumi ini. Allah SWT
menegaskan bahwa iblis dan setan-setan itu tidak dihadirkan untuk menyaksikan penciptaan
langit dan bumi ini, di kala Allah menciptakannya, bahkan tidak pula penciptaan dari mereka
sendiri, dan tidak pula sebagian mereka menyaksikan penciptaan sebagian yang lain.
Bilamana mereka tidak hadir dalam penciptaan itu, bagaimana mungkin mereka memberikan
pertolongan dalam penciptaan tersebut. Patutkah setan-setan itu dengan keadaan demikian
dijadikan sekutu Allah? Allah SWT dalam menciptakan langit dan bumi ini tidak pernah
sama sekali menjadikan setan-setan, berhala-berhala, sembahan-sembahan lainnya sebagai
penolong, hanya Dia sendirilah yang menciptakan alam semesta ini, tanpa pertolongan
siapapun. Bilamana setan-setan itu dan berhala-berhala itu tidak ikut serta dalam menciptakan
itu tentulah mereka tidak patut dijadikan sekutu Allah dalam peribadatan seseorang hamba
Nya. Sebab orang yang ikut disembah yang ikut pula dalam penciptaan bumi dan langit ini.
Sekutu dalam penciptaan, sekutu pula dalam menerima ibadah. Dan sebaliknya tidak
bersekutu dalam penciptaan, tidak bersekutu pula dalam menerima ibadah. Maka yang berhak
menerima ibadah hanyalah Allah SWT. Allah SWT berfirman :
Artinya:
Katakanlah: "Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tidak
memeliki (kekuasaan) seberat zarahpun di langit dan di bumi. Dan mereka tidak mempunyai
suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara
mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya." (Q.S. Saba: 22) (tafsir Depag)
· (Q.S. Al-Baqarah [2] :29 )
(Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu); sebagai
kemuliaan dari-Nya dan nikmat bagi manusia serta perbekalan hidup dan kemanfaatan untuk
waktu tertentu. (dan Dia berkehendak [menciptakan] langit); lafazh “Tsummas tawa:
(artinya): „dan Dia berkehendak (menciptakan)‟ ”, mashdar/kata bendanya adalah istiwa‟.
Jadi, al-Istiwa‟ artinya meninggi dan naik keatas sesuatu sebagaimana makna firman Allah
Ta‟ala (dalam ayat yang lain-red): “Apabila kamu dan orang-orang yang bersamamu telah
berada di atas bahtera itu…”. (Q.S.Al-Mu‟minun/23:28). (lalu dijadikan-Nya); meluruskan
(menyempurnakan) penciptaannya (langit) sehingga tidak bengkok (tidak ada cacat
didalamnya-red) [Zub]. (tujuh langit! Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu); meskipun
demikian Ilmu-Nya mencakup segala sesuatu, Maha Suci Dia Yang tiada ilah dan Rabb
(Yang berhak disembah) selain-Nya. [Ays] (tafsir depag).
Dari ketiga ayat di atas ini menunjukan bahwa Allah SWT lah dengan segala ke maha
kuasaan-Nya yang telah menciptakan alam semesta, tanpa ada campur tangan dari siapapun.
ketiga ayat di atas pun sekaligus menentang pada pernyataan para philosof materalis yang
mengatakan bahwa “alam semesta ini telah ada sejak dulu tanpa ada perubahan apapun dan
akan tetap menjadi seperti ini sampai akhir nanti.” (Harun Yahya).
Selain itu sebuah versi terbaru yang dipublikasikan lebih luas dari model alam
semesta kuantum diajukan oleh ahli fisika, Stephen Hawking. Dalam bukunya, A
Briefer History of Time, Hawking menyatakan bahwa Dentuman Besar tidak harus berarti
keberadaan dari ketiadaan. Hawking juga menyatakan bahwa tidak ada batas dalam waktu,
tidak ada singularitas Big Bang dengan menyebutnya “No-boundary condition”.
Dengan menggunakan keadaan tak berbatas ini (“No-boundary condition”). Alih-alih
“tiada waktu” sebelum Dentuman Besar, Hawking mengajukan konsep “waktu imajiner”.
Menurut Hawking, hanya ada selang waktu imajiner 1043 detik sebelum Dentuman Besar
terjadi dan waktu “nyata” terbentuk setelah itu. Harapan Hawking hanyalah untuk
mengabaikan kenyataan “ketiadaan waktu” (timelessness) sebelum Dentuman Besar dengan
gagasan waktu “imajiner” ini.
Sebagai sebuah konsep, “waktu imajiner” sama saja dengan nol atau seperti “tidak
ada”nya jumlah imajiner orang dalam ruangan atau jumlah imajiner mobil di jalan. Di sini
Hawking hanya bermain dengan kata-kata. Dia menyatakan bahwa persamaan itu benar kalau
mereka dihubungkan dengan waktu imajiner, namun kenyataannya ini tidak ada artinya. Ahli
matematika, Sir Herbert Dingle, menyebut kemungkinan memalsukan hal-hal imajiner
sebagai hal nyata dalam matematika sebagai:
“Dalam bahasa matematika, kita bisa mengatakan kebohongan di samping kebenaran,
dan dalam cakupan matematika sendiri, tidak ada cara yang mungkin untuk membedakan
satu dengan lainnya. Kita dapat membedakan keduanya hanya dengan pengalaman atau
dengan penalaran di luar matematika, yang diterapkan pada hubungan yang mungkin antara
solusi matematika dan korelasi fisiknya.” (Dingle 1988 )
Singkatnya, solusi imajiner atau teoretis matematika tidak perlu mengandung
konsekuensi benar atau nyata. Menggunakan sifat yang hanya dimiliki matematika, Hawking
menghasilkan hipotesis yang tidak berkaitan dengan kenyataan. Hawking mengakui “bahwa
dia lebih menyukai model alam semesta selain dari Dentuman Besar karena yang terakhir ini
“mengisyaratkan penciptaan ilahiah”, dan model-model seperti itu dirancang untuk
ditentang.”
Di dalam buku barunya yang ditulis bersama pakar fisika Leonard Mlodinow ”The
Grand Design” Hawking mengatakan : ”Karena ada hukum seperti Hukum Gravitasi, alam
semesta dapat dan akan menciptakan dirinya dari ketiadaan. Penciptaan dengan sendirinya
menjadi alasan adanya sesuatu bukannya ketiadaan, adanya alam semesta, dan adanya kita.
Tidak perlu campur tangan Tuhan untuk menjadikan alam semesta.” (Hawking,7 September
2010)
Semua ini menunjukkan bahwa model alternatif dari Dentuman Besar, seperti
keadaan-stabil, model alam semesta berosilasi, dan model alam semesta kuantum,
kenyataannya timbul dari prasangka filosofis materialis. Penemuan-penemuan ilmiah telah
menunjukkan realitas Dentuman Besar dan bahkan dapat menjelaskan “keberadaan dari
ketiadaan”. Dan ini merupakan bukti sangat kuat bahwa alam semesta diciptakan oleh Allah,
satu hal yang mentah-mentah ditolak materialis.
2.1.1 Fase-fase Pencipta Alam Semesta menurut Al-Qur’an
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata „fase‟ adalah tingkatan masa
(perubahan, perkembangan, dsb). Sehingga dapat disimpulkan perkembangan ataupun
perubahan tahap-tahap penciptaan alam semesta dalam hal ini ditinjau dari al-Qur‟an dan
tidak lupa juga menyertakan penjelasan di dalam Hadits. Akan tetapi, menyusun tahapan
penciptaan alam semesta di dalam al-Qur‟an bukan perkara yang mudah – disamping
minimnya referensi terutama asbabun nuzul (sebab-sebab turunnya ayat) ataupun penjelasan
dari hadits berkaitan dengan fase-fase penciptaan diperparah dengan kemunculan cerita-cerita
dari Israiliyat dan hadits yang dlaif maupun maudlu (palsu).
Sebab dari segi susunan ayat yang menerangkan tahapan penciptaan di dalam al-
Qur‟an seolah mengalir seperti firman Allah di dalam surat Fushilat ayat 9-12. Tidak seperti
puzzle yang memang harus disusun sehingga membentuk satuan gambar yang utuh bisa
dikenali. Namun, jika disusun seperti puzzle yang pernah kita mainkan maka akan
membentuk sebuah gambaran penciptaan alam semesta yang saat ini dunia akui
keabsahannya dari berbagai rangkaian eksperimen dan bukti yang otentik.
Enam Masa Penciptaan Alam Semesta
Sedangkan al-Qur‟an menyebutkan dalam sittati ayyaamin yang berarti enam masa
yang panjang. Sebagaimana dalam al-qur‟an (Q.S. Al-Sajdah [32] :4 ) seperti yang telah
disebutkan diatas.
Dari ayat di atas Allah SWT menyebutkan penciptaan langit dan bumi dalam enam
masa (sittati ayyaamin) selanjutnya para mufasir bersepakat dalam menafsirkan ayat ini,
bahwa yang disebut dengan (sittati ayyaamin) adalah enam tahapan atau proses bukan enam
hari sebagaimana mengartikan kata ayyaamin.
Pernyataan ini diperkuat pula oleh firman Allah SWT dalam (QS. Fushshilat [41] :9-
12 ) :
Artinya: “katakanlah, „sesungguhnya patutkah kamu semua ingkar kepada zat yang
menciptakan bumi dalam dua masa‟. Dia menciptakan padanya gunung-gunung yang kokoh
di atasnya, kemudian Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-
makanan (penghuni)-nya dalam empat masa. (penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-
orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih
berupa kabut, lalu dia berkata kepadanyadan kepada bumi, „Datanglah kamu keduanya
menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa‟.Keduanya menjawab,‟Kami datang
dengan suka hati‟.Maka dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa.Dia mewahyukan
pada tiap-tiap langit urusannya.Dan kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang
yang cemerlang dan kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan
yang maha perkasa lagi Maha Mengetahui.”(QS. Fushshilat [41] :9-12 ).
Begitulah Allah SWT menjelaskan kronologis penciptaan alam semesta. Dua masa
untuk menciptakan langit sejak terbentuk dukhan (campuran debu dan gas), dua masa untuk
menciptakan bumi, dan dua masa untuk memberkahi bumi.
Selain itu tentang fase penciptaan alam semesta ini di jelaskan pula dalam (Q.S. An-
Naazi‟at [79] :27-32) :
Artinya: “Apakah kamu lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membinanya.
Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya dan Dia menjadikan malamnya
gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu
dihamparkan-Nya. Ia memancarkan dari padanya mata air, dan (menumbuhkan) tumbuh-
tumbuhanya. Dan gunung-gunung dipancarkan-Nya dengan teguh, (semua itu untuk
kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.”(Q.S. An-Naazi‟at [79] :27-32)
Penjelasan di dalam hadits mengenai penciptaan langit dan Bumi dalam enam masa
justru Bumi diciptakan terlebih dahulu pada hari Ahad sampai hari Rabu kemudian
membangun langit pada hari Kamis dan Jum‟at.
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami „Abdullah al-Hafidl, telah memberitakan kepada
kami Abu Sa‟id Ahmad bin „Amr al-Ahmasiy di Kufah, telah memberitakan kepada kami
Husayn bin Humayd bin ar-Rabi‟, telah memneritakan kepada kami hunad bin as-Suriy, telah
mencceritakan kepada kami Abu Bakar bin „Iyas dari Abi Sa‟iyd dari „Ikrimah dari Ibnu
„Abbas. Sesungguhnya seorang Yahudi mendatangi Nabi S.A.W. lalu bertanya tentang
penciptaan Langit dan Bumi kemudian Beliau bersabda: “ Allah menciptakan Bumi pada
hari Ahad (pertama) dan Senin (kedua), dan menciptakan gunung dan isinya pada hari
Selasa (ketiga), pada hari Rabu (keempat) Dia ciptakan Pohon, air, kota-kota, pemukiman,
dan kharrab (lahan-lahan kosong), dan ini sudah empat hari. Maka yang Mahagagah
berfirman: “Katakanlah, “Pantaskah kamu ingkar kepada Rab yang menciptakan Bumi
dalam dua masa dan kamu adakan pula sekutu-sekutu bagi-Nya itulah Rab seluruh
alam.” Dan Dia ciptakan padanya gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dan kemudian
Dia berkahi, dan Dia tentukan makanan-makanan (bagi penghuni)nya dalam empat masa,
memadai untuk (memenuhi kebutuhan) mereka yang memerlukannya.” Dan Dia menciptakan
langit pada hari Kamis(kelima). Dan Dia menciptakan Bintang-bintang, Matahari, Bulan,
dan Malaikat pada hari Jum‟at sampai tiga waktu (fase) tahapan penciptaan-Nya, kemudian
Dia menciptakan pada awal waktu (fase) dari tiga waktu (fase-fase) ini menentukan kisaran
waktu kematian seseorang, dan pada fase kedua memberi penyakit atas semua manfaat bagi
manusia, dan pada fase ketiga menciptakan Adam dan menempatkan di surga dan
memerintahkan iblis sujud kepada Adam, dan keluarnya dari surga pada akhir fase.”.
Kemudian orang Yahudi itu bertanya, “Lalu apa Wahai Muhammad?”. Nabi bersabda,
“Kemudian Dia bersemayam di atas Arsy.”. Mereka mengatakan, “Jika aku telah selesai
menyempurnakan.” Mereka berkata, “Kemudian istirahat.” dia berkata, maka Nabi S.A.W.
marah dengan sangat marah. Maka turunlah ayat: (Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan
langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa, dan Kami
sedikitpun tidak ditimpa keletihan, Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka
katakan … ) {asma dan mensifatinya baihaqi (Dia menciptakan bumi pada hari ahad dan
senin dan dia menciptakan gunung 304:2)}.”
Kemudian dijelaskan pula oleh hadits yang lain diterima dari sahabat Ibnu Abbas
menyatakan bahwa setelah terjadinya Big Bang sehingga menyisakan lontaran materi yang
disebut Dukhan (Nebula) di sinilah saat memulai penciptaan Bumi.
Artinya : “Telah memberitakan kepada kami „Abdus bin Husayn ia berkata: “Telah
menceritakan kepada kami Abu Hatim ar-Raziy” ia berkata: “Telah menceritakan kepada
kami Abdulloh Bin Solih ia berkata:”Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayub dari
„Abdul Malik bin Jurayj dari „Atha‟ bin Abi Rabah dari Ibnu „Abbas semoga Allah meridhai
kepada mereka berdua ia berkata: “Allah „Azza wa Jalla menciptakan langit dari dukhan
(kabut/nebula) kemudian Dia memulai menciptakan Bumi pada hari Ahad (pertama) dan
Senin (kedua). Sebagaimana firman Allah yang Mahatinggi: “katakanlah Muhammad,
„sesungguhnya patutkah kamu semua ingkar kepada zat yang menciptakan bumi dalam dua
masa‟. Kemudian Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)-nya pada
hari ketiga (Selasa) dan hari keempat (Rabu). Maka demikianlah firman-Nya dan Dia
menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya pada empat masa al-ayat
(Fushilat: 10).Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih berupa
kabut maka Dia mendirikan dan menghiasi langit dengan Bintang-bintang, matahari, dan
Bulan maka membuat keduanya pada garis edarnya. Dan Dia menciptakan dan penciptaan
kehendak para malaikat-Nya dan ciptaan-Nya, pada hari Kamis, menciptakan surga pada
hari Jumat, dan penciptaan Adam Jumat, katanya: penciptaan langit dan bumi dan di antara
keduanya dalam enam hari, dan menyelesaikan (memutus )semuanya pada hari sabtu, maka
orang yahudi mengagungkan hari sabtu, karena sesunggunyaterputus padanya segala
sesuatu, dan orang nasrani mengagungkan hari ahad karena sesungguhnya memulai
padanya penciptaan segala sesuatu, dan orang muslim mengagungkan hari jum‟at, karena
sesungguhnya Allah yang maha tinggi telah selesai penciptaan pada penciptaan dan
menjadikan hari jum‟at sebagai rahmatnya, dan menyatukan padanya adam alaihi salam,
dan padanya mengeluarkan adam dari syurga menuju bumi, dan padanya menerima
taubatnya, dan itulah yang maha agung.{tauhidibnu mundah (Allah yang maha tinggi
menciptakan langit dari dukhan76:1)}”
Adapun kronologis penciptaan dalam Al-Qur‟an adalah :
Masa pertama :
(Q.S. AlAnbiya [21] :30)
Artinya: “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya…”(Q.S. AlAnbiya [21] :30)
Ini dimulai dengan sebuah ldakan besar (bigbang) sekitar 12-20 miliar tahun
lalu.Inilah awal terciptanya materi, energy, dan waktu. “Ledakan” pada hakikatnya adalah
pengembangan ruang, sebagaimana di dalam al-qur‟an Allah SWT menyebutkan :
Artinya: “ dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan Sesungguhnya Kami
benar-benar berkuasa (meluaskan).” (Q.S. Adz-dzariyat [51] : 47 )
Materi yang mula-mula terbentuk adalah hydrogen yang menjadi bahan dasar bagi
bintang-bintang generasi pertama.Hasi fusi nuklir antara inti-inti hydrogen, meghasilkan
unsure-unsur yang lebih berat, seperti karbon, oksigen, sampai besi atau disebut
juga Nukleosintesis Big Bang.
Nukleosintesis Big Bang terjadi pada tiga menit pertama penciptaan alam semesta dan
bertanggung jawab atas banyak perbandingan kelimpahan 1H (protium),
2H (deuterium),
3He
(helium-3), dan 4He (helium-4), di alam semesta.Meskipun
4He terus saja dihasilkan oleh
mekanisme lainnya (seperti fusi bintang dan peluruhan alfa) dan jumlah jejak 1H terus saja
dihasilkan oleh spalasi dan jenis-jenis khusus peluruhan radioaktif (pelepasan
proton dan pelepasan neutron), sebagian besar massa isotop-isotop ini di alam semesta, dan
semua kecuali jejak-jejak yang tidak signifikan dari 3He dan deuterium di alam semesta yang
dihasilkan oleh proses langka seperti peluruhan kluster, dianggap dihasilkan di dalam
proses Big Bang. Inti atom unsur-unsur ini, bersama-sama 7Li, dan
7Be diyakini terbentuk
ketika alam semesta berumur 100 sampai 300 detik, setelah plasma kuark-gluon primordial
membeku untuk membentuk proton dan neutron. Karena periode nukleosintesis Big Bang
sangat singkat sebelum terhentikan oleh pengembangan dan pendinginan, tidak ada unsur
yang lebih berat daripada litium yang dapat dibentuk.(Unsur-unsur terbentuk pada waktu ini
adalah dalam keadaan plasma, dan tidak mendingin ke keadaan atom-atom netral hingga
waktu lama).
Masa Kedua
Artinya : “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha
mengetahui segala sesuatu” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 29)
Masa ini adalah pembentukan langit. Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan langit ?,
apakah kubah biru di atas sana
Pengetahuan saat ini menunjukan bahwa langit biru hanyalah disebabkan hamburan
cahaya matahari oleh partikel-partikel atmosfer. Di luar atmosfer langit biru tak ada lagi,
yang ada hanyalah titik cahaya bintang , galaxy, dan benda-benda langit lainnya. Jadi, langit
bukanlah hanya kubah biru yang ada di atas sana, melainkan keseluruhan yang ada di atas
sana (bintang-bintang, galaxy, dan benda-benda langit lainnya), maka itulah hakikat langit
yang sesungguhnya. Adapun dalam fase ini, pembentukan bintang-bintang di dalam galaxy
yang masih berlangsung hingga saat ini.
Dalam ayat lain Allah SWT menyebutkan :
Artinya :“kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan
asap,…” (Q.S. fushilat [41] :11 )
Dukhan (debu-debu dan gas antar bintang (Q.S. fushilat [41] :11 pada proses
pembentukan bintang, gas-gas itu berputar seperti cakram dan menjadi terpusat ditengah
cakram. Gas tersebut berkumpul menjadi massa gas yang sengat besar yang mirip dengan
gumpalan gas raksasa. Didalam gumpalan gas raksasa, gas terus bergerak dan bertabraka.
Akibatnya, tekanan dan suhu gas mendi luar biasa panasnya.Suhu dan tekana yang tinggi ini
menyebabkan gas saling bergabung. Proses penggabungan gas akan menghasilkan energi
panas jang sangat dahsyat. Bila inti panasnya telah cukup untuk memantik reaksi fusi nuklir,
mulailah bintang bersinar. Kelak bila bintang mati dengan ledakan supernova, unsur-unsur
berat hasil fusi nuklir akan dilepaskan. Selanjutnya, unsur-unsur berat sebagai materi antar
bintang bersama dengan hydrogen akan menjadi bahan pembentuk bintang-bintang generasi
berikutnya, termasuk planet-planetnya.
Didalam Al-Qur‟an sendiri, penciptaaan langit kadang disebut sebelum penciptaan
bumi dan kadang disebut sesudahnya karena prosesnya memang berlanjut hingga saat ini.
Itulah dua masa penciptaan langit.dalam bahasa al-quran,Big bang dan pengembangan
alam yang menjadikan galaksi-galaksi makin berjauhan (makin “tinggi” menurut pengamat
dibumi serta proses pembentukan bintang-bintang baru disebutkan sebagai penyempurnaan
langit.
Sebagaimana dalam Q.S An-Nazi‟at [79] : 28 :
Artinya :”Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya,”
Masa ketiga
Pada masa ini dalam penciptaan alam semesta adalah proses penciptaan tata surya,
termasuk bumi. Selain itu pada masa ini juga terjadi proses pembentukan matahari sekitar 4,6
miliar tahun lalu dan mulai di pancarkannya cahaya dan angin matahari. Proto-bumi (bayi
bumi) yang telah terbentuk terus berotasi menghasilkan fenomena siang dan malam di bumi
sebagaimana yang Allah SWT firmankan dengan indah :
Artinya : “dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang
benderang.” Q.S An-Nazi‟at [79] : 29
Masa keempat
Bumi yang terbentuk dari debu-debu antar bintang yang dingin mulai menghangat
dengan pemanasan sinar matahari dan pemanasan dari dalam (endogenik) dari peluruhan
unsure-unsur radioaktif di bawah kulit bumi.
Akibat pemanasan endogenik itu materi di bawah kulit bumi menjadi lebu,antara lain
muncul sebagai lava dari gunung api. Batuan basalt yang menjadi dasar lautan dan granit
yang menjadi batuan utama di daratan merupakan hasil pembekuan materi leburan tersebut.
Pemadatan kulit bumiyang menjadi dasar lautan dan daratan itulah yang tampaknya
dimaksudkan “penghamparan bumi” .sebagaimana Allah SWT berfirman :
Artinya :“dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.”
(Q.S. an-Naziat [79] :30)
Menurut analisis astronomis pada masa awal tatasurya, gumpalan-gumpalan sisa
pembentukan tatasurya yang tidak menjadi planet masih sangat banyak bertebaran. Salah
satu gumpalan raksasa, 1/9 massa bumi,menabrak bumi menyebabkan lontaran materi yang
kini menjadi bulan. Akibat tabrakan itu, sumbu rotasi bumi menjadi miring 23,5° dan
atmosfer bumi lenyap. Atmosfer yang ada kini sebagian dihasilkan oleh proses-proses di
bumi sendiri, sebagian lainnya dihasilkandari pecahan komet atau asteroid yang menumbuk
bumi
Menurut penulis senior Science Kristina Grifantini, terdapat kemungkinan,
“Tabrakan-tabrakan yang terjadi inilah yang mengirim waduk air raksasa yang memenuhi
bumi”.Untuk waktu yang lama, para astronomi menduga, komet (potongan es dan batu
dengan ekor panjang es yang menguap) yang memutari orbit sekitar mataharilah yang
mengirimkan air ini. Namun, pengukuran jarak jauh air yang menguap dari beberapa komet
utama yang ada (Halley, Hyakutake, dan Hale-Bopp) mengungkap, air es yang ada di komet
itu terbuat dari berbagai jenis H2O (yang mengandung isotop lebih berat dari hidrogen) dari
bumi, dari situlah komet yang komposisi terbesarnya adalah es air (20%massanya) diduga
kuat merupakan sumber air bagi bumi karena rasio Deutorium/hydrogen (D/H) di komet
hamper sama dengan rasio D/H pada air di bumi, sekitar 0,0002.
Selain komet, kemungkinan lain mengatakan Wilayah tempat ratusan ribu asteroid
yang mengorbit antara planet dalam dan luar ini diyakini oleh para astronom terlalu dekat
dengan matahari untuk menjadi „rumah‟ air. Namun, para astronom baru-baru ini
menemukan bukti pertama es di asteroid 24 Themis.Penemuan asteroid es ini menunjukkan
kemungkinan adanya jauh lebih banyak es di sabuk asteroid di luar dugaan semula.
Masa kelima
Hadirnya air dan atmosfer di bumi menjadi prasyarat terciptanya kehidupan di bumi.
Sebagaimana firmanAllah SWT :
...
Artinya :“…dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup… “ (Q.S. al-anbiya [21] :
30 )
Profesor Masaru Emoto, peneliti Jepang dengan publikasi hasil penelitiannya berhasil
membuktikan molekul air ternyata dapat dipengaruhi oleh pengertian-pengertian yang dibuat
manusia. Teorinya tentang pengaruh ini diakui oleh lembaga-lembaga sains, fisika dan
biologi. Profesor Emoto mengkaji banyak sampel dari air yang membentuk kristal dan
membandingkan satu dengan lainnya. Eksperimen yang dilakukannya menggunakan sekitar
10 ribu sampel yang berhasil dikumpulkannya dan dipublikasikan dalam tiga jilid buku
dengan judul "The Messages from Water". Ia percaya kondisi lingkungan mempengaruhi
kombinasi molekul air.
Selain itu, pemanasan matahari menimbulkan fenomena cuaca dibumi, yakni awan
dan halilintar. Melimpahnya air laut dan kondisi atmosfer purba yang kaya akan gas metan
(CH4) dan ammonia (NH3) serta sama sekali tidak mengandung oksigen bebas dengan
bantuan energy listrik dan halilintar diduga menjadi awal kelahiran senyawa organic.
Senyawa organik yang mengikuti aliran air akhirnya tertumpuk di laut. Kehidupan
diperkirakan bermula dari laut yang hangat sekitar 3,5 miliar tahun lalu berdasarkan fosil
tertua yang pernah ditemukan. Sebagaimana dikembalikan pada surat Al Anbiya [21] ayat 30
yang telah menyebutkan bahwasannya semua makhluk hidup berasal dari air.
Masa Keenam
Masa keenam dalam proses penciptaan ala mini adalah dengan lahirnya kehidupan di
bumi yang dimulai dari makhluk bersel tunggal dan tumbuh-tumbuhan.
Hadirnya tumbuhan dan proses fotosintesis sekitar 2 miliar tahun lalu menyebabkan
atmosfer mulai terisi dengan oksigen bebas. Pada masa ini pula proses geologis yang
menyebabkan pergeseran lempengan tektonik dan lahirnya rantai pegunungan di bumi terus
berlanjut.
Tersedianya air, oksigen, tumbuhan, dan kelak hewan-hewan pada masa kelima dan
keenam inilah yang sepertinya di maksudkan Allah SWT dengan memberkahi bumi dan
menyediakan makanan bagi penghuninya sebagaimana di dalam firmannya :
Artinya : " Ia memancarkan dari padanya mata air, dan (menumbuhkan) tumbuh-
tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancarkan-Nya dengan teguh untuk kesenanganmu dan
untuk binatang-binatang ternakmu. (Q.S. An-Naazi‟at [79] :31-33)
Begitulah yang Allah SWT ungkapkan di dalam Al-Qur‟an sebagai penutup kronologis dari
penciptaan alam semesta.
2.2 Asal Usul Penciptaan Alam Semesta Menurut Ilmu Astronomi
Astronomi, secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari astro
(άστρο) yang berarti bintang dan nomos (νόμος) yang berarti peraturan/hukum. Secara
terminologi ialah ilmu yang mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik, dan kimiawi benda-
benda yang bisa dilihat di langit (dan di luar bumi) – juga proses yang melibatkan mereka.
2.2.1 Teori-Teori Penciptaan Alam Semesta
Zaman dahulu kala, pengetahuan manusia mengenai alam semesta sangatlah terbatas.
Peralatan untuk meneliti angkasa tidaklah secanggih sekarang. Karenanya, kadang kala
manusia berpikir yang aneh-aneh tentang munculnya alam semesta.
Berbagai percobaan, pengamatan, hingga perhitunganpun dilakukan, bahkan sampai
saat ini. Adapun beberapa teori-teori yang menjelaskan tentang model-model penciptaan
alam semesta diantaranya :
2.2.2 Teori model Alam Semesta Tak Hingga.
“alam semesta bukanlah sesuatu yang di ciptakan. Jika ia di ciptaka, ia sudah pasti
diciptakan oleh tuhan dengan seketika dan dari ketiadaan,” begitulah yang ditulis seorang
filosof materalis George Politzer (1860), dalam bukunya Principes Fondamentaux de
Philosophie.
Model penciptaan ini adalah model penciptaan yang dikemukakan oleh kaum
materalis yakni suatu kaum yang menganut materalisme (system berfikir yang meyakini
materi sebagai satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain
materi termasuk menolak adanya tuhan)dan berkembang di abad ke-19.
Model alam semesta tak hingga ini adalah suatu model penciptaan yang berpendapat
bahwa alam semesta itu diam, luas tak tebatas, tak berkembang, dan kekal dari dulu sampai
nanti. Selain menolak adanya awal (penciptaan) model ini pun menolak adanya akhir dari
alam semesta (alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir). Salah satu tokohnya adalah
Karl Marx Politzer yang berpendapat “alam semesta tidak diciptakan dari ketiadaan,” ia
berpijak pada model alam semesta statis.
2.2.3 Teori model Big Bang
Big Bang merupakan model penciptaan alam semesta yang menerangkan bahwa alam
semesta telah “diciptakan dari ketiadaan.” Edwin Hubble (1929) memulai penelitian di
observatorium Mount Wilson California, Amerika. Dia membuat salah satu penemuan
terbesar di sepanjang sejarah astronomi. Ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop
raksasa, ia menemukan bahwa mereka memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya.
Hal ini berarti bahwa bintang-bintang ini “bergerak menjauhi” kita. Sebab, menurut hukum
fisika yang diketahui, spektrum dari sumber cahaya yang sedang bergerak mendekati
pengamat cenderung ke warna ungu, sedangkan yang menjauhi pengamat cenderung ke
warna merah.
Sebelumnya, Hubble telah membuat penemuan penting lain. Bintang dan galaksi
bergerak tak hanya menjauhi kita, tapi juga menjauhi satu sama lain.Dari sini dapat
disimpulkan dari suatu alam semesta di mana segala sesuatunya bergerak menjauhi satu sama
lain adalah bahwa ia terus-menerus “mengembang”.
Adapun arti mengembang, maka ini menunjukan bahwa pada awalnya ia berasal dari
satu titik tunggal. Perhitungan menunjukkan bahwa “titik tunggal” ini yang berisi semua
materi alam semesta haruslah memiliki “„volume nol”, dan “kepadatan tak hingga”. Alam
semesta telah terbentuk melalui ledakan titik tunggal bervolume nol ini.dan ledakan inilah
yang disebut dengan Big Bang.
Teori Big Bang menunjukkan, semua benda di alam semesta pada awalnya adalah
satu wujud, dan kemudian terpisah-pisah. Ini diartikan bahwa keseluruhan materi diciptakan
melalui Big Bang atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal, dan membentuk alam semesta
kini dengan cara pemisahan satu dari yang lain.
2.2.4 Teori Model Multiverse
Model multiverse ini pertama kali di kemukakan oleh seorang astrofisika Paul Davies
(2003) di dalam tulisannya yang berjudul A Brief History Of The Multiverse (Sejarah
Singkat jagat Raya Jamak). Ia mengatakan:
“Perhitungan jeli menempatkan kecepatan pengembangan ini sangat dekat pada angka
kritis yang dengannya alam semesta akan terlepas dari gravitasinya dan mengembang
selamanya. Sedikit lebih lambat dan alam ini akan runtuh, sedikit lebih cepat dan keseluruhan
materi alam semesta sudah berhamburan sejak dulu. Jelasnya, Big Bang bukanlah sekedar
ledakan zaman dulu, tapi ledakan yang terencana dengan sangat cermat“ Davies (2003:…..)
Selanjutnya Dia juga mengungkapan:
“Adalah sulit menghindarkan kesan bahwa tatanan alam semesta sekarang, yang
terlihat begitu sensitif terhadap perubahan angka sekecil apapun, telah direncanakan dengan
sangat teliti. Kemunculan serentak angka-angka yang tampak ajaib ini, yang digunakan alam
sebagai konstanta-konstanta dasarnya, pastilah menjadi bukti paling meyakinkan bagi
keberadaan desain alam semesta.” Davies (2003: …)
Menurut teori ini, jagat raya (universe) yang kita tempati mungkin hanyalah satu dari
sekiaan banyak jagat raya (universes) berjumlah tak hingga yang membentuk sebuah “jagat
raya jamak” yang jauh lebih besar lagi yang dimanakan “multiverse” (kumpulan dari banyak
“universe”, multi = banyak/jamak, uni =satu/tunggal).
Teori ini diawali dengan perhitugan mengenai kecepatan pengembangan alam
semesta yang sangat dekat dengan angka kritisyang dengannya alam semesta akan terlepas
dari gravitasinya danmengembang selamanya. Sedikit lebih lambat dan alam ini akan runtuh,
sedikit lebih cepat dan keseluruhan materi alam semesta ini sudah berhamburan sejak dulu.
Dari sini ia jelas menyadari bahwa pengembangan alam semesta ini tidak mungkin jika tidak
ada campur tangan dari tuhan yang di dalamnya terdapat tujuan dan perancangan di alam
semesta, dan teori ini ia buat untuk menentang akan keberadaan tuhan dan perangan tuhan itu
(pemikiran kaum materalis). Dalam teori ini ia menyatakan bahwa perancangan di jagat raya
adalah disaat awal terbentuknya jagat raya, seluruh variable, dari kecepatan ledakan Big Bang
hingga kekuatan empat gaya fundamental , dari struktur unsur-unsur hingga struktur tata
surya yang kita huni, benar-benar sesuai untuk menyangga kehidupan.
2.2.5 Teori model steady-state
Model ini adalah model alam semesta tetap. Sir Fred Hoyle (1928) menyatakan
bahwa alam semesta tak hingga dan kekal sepanjang masa (alam semesta ini statis). Hal ini
bertujuan mempertahankan paham Materalis.
2.2.6 Model penciptaan menurut Al-Qur’an
· “Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada diantara
keduanya dalam waktu enam hari, kemudian dia bersemayam di atas Arsy. Kamu semua
tidak memiliki seorang penolong dan pemberi syafaat pun selain diri-Nya.Lalu, apakah kamu
tidak memperhatikannya (Q.S. Al-Sajdah [32] :4 )
· bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya…”(Q.S. AlAnbiya [21] :30)
· kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan
asap,…(Q.S. fushilat [41] :11 )
Sebagaimana orang muslim dengan berlandaskan iman, dan berpegang teguh pada
Qur‟an dan Sunnah. Telah jelas di dalam Al-Qur‟an yang telah dicantumkan oleh yang
MahaCerdas, bahwasannya Alam Semesta diciptakan dan alam semesta
ini berkembang (tidak statis).
Di sini dapat kita tarik kesimpulan dengan merujuk pada teori Al-Qur‟an, ketiga
model penciptaan di atas (Model teori Alam Semesta Tak Hingga, Model Teori Multiverse,
Model teori steady-state) berlawanan dengan Al-Qur‟an, selain itu juga berlawanan dengan
ilmu pengetahuan yang di yakini saat ini, sehingga teori-teori ini disebut dengan teori
penciptaan yang runtuh. Adapun dengan model teori Big Bang, teori ini memiliki
kesamaan dengan teori yang Allah SWT kronologiskan di dalam Al-Qu‟an. Maka teori ini
disebut dengan teori penciptaan yang dipertahankan.
2.2.7 Teori Penciptaan yang di Pertahankan
Setelah meninjau pada Al-Qur‟an teori ledakan besar dan pengembangan alam
semesta menjadi teori yang dipertahankan hingga saat ini.
Gambar. pengembangan alam semesta menurut fisika
Adapun bukti-bukti dari model teori ini adalah terdapat beberapa bukti pengamatan
langsung yang mendukung model Ledakan Dahsyat, yaitu pengembangan Hubble terpantau
pada geseran merah galaksi yakni pergerakan bintang (menjauh dan mendekatnya sebuah
bintang), pengukuran mendetail pada latar belakang mikrogelombang kosmis, kelimpahan
unsur-unsur ringan, dan distribusi skala besar beserta evolusi galaksi yang diprediksikan
terjadi karena pertumbuhan gravitasional struktur dalam teori standar. Keempat bukti ini
kadang-kadang disebut "empat pilar teori Ledakan Dahsyat".
Selain itu bukti lain ditemukan oleh Arno Penzias dan Robert Wilson pada tahun
1965, dua peneliti ini dengan tidak sengaja berhasil menemukan gelombang radiasi, yang
diyakini radiasi ini adalah radiasi peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big Bang. Radiasi
ini tidak terlihat memancar dari satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan ruang
angkasa. Radiasi ini pun disebut dengan “radiasi latar kosmik”.
Gambar. Radiasi latar belakang mikrogelombang kosmik
Bukti penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hydrogen dan helium di ruang
angkasa. Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam
semesta bersesuaian dengan perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium sisa
peninggalan peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan dan jika ia telah
ada sejak dulu kala, maka unsur hidrogen ini seharusnya telah habis sama sekali dan berubah
menjadi helium.
Namun yang perlu diperbaiki adalah dari pemikiran bahwa alam semesta ini meledak,
karena yang sesungguhnya adalah alam semesta ini tidak meledak, dan tidak ada satupun
yang dapat menemukan letak atau pusat ledakan itu terjadi. Pada dasarnya alam semesta ini
mengalami pengembangan ruang dan waktu, dari satu titik yang kerapatannya tak terhingga
dan bervolume nol, menjadi waktu nyata, dengan kecepatan yang sangat tepat oleh yang
Maha Cerdas.
Segala bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat
ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal
muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan oleh Allah Yang Maha
Perkasa dengan sempurna tanpa cacat.
Begitulah Allah SWT dengan ke-Maha Penciptaannya berfirman :
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihtatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang.” (Al-Mulk:3).
Teori Penciptaan yang Runtuh
Model teori Alam Semesta Tak Hingga, Model Teori Muultiverse,dan Model teori
steady-state, adalah beberapa model teori yang runtuh, atau teori yang tidak dapat dipakai
keabsahannya.
Model-model ini dipandang sebagai teori yang tidak dapat di buktian secara ilmiah,
selain itu para pemuka teori ini pun hanya mengumumkan teori saja tanpa memberikan bukti
atau perhitungan. Tak hanya itu saja, parapemuka ini pun mengumumkan teori ini hanya
untuk memuaskan ambisi dirinya saja dan hanya untuk mempertahankan paham atheis
mereka (meteralis) .
Seperti Prof George Abel dari Universitas California (salah satu yang mempercayai
model teori steady-state) yang pada akhirnya harus mengakui kebenaran bahwa alam semesta
ini mengembang dan tidak statis, setelah teori steady-state ditolak dimana-mana.
Sifat matahari dan bulan
Ayat ayat al-Qur‟an yang menjelaskan tentang sifat-sifat matahari sebagai pusat tata surya.
“Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan dia menjadikan
juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.”
[Al-Furqaan:61]
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah Telah menciptakan tujuh langit bertingkat-
tingkat? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari
sebagai pelita?”
[Nuh:15-16].
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Setelah mengkaji tentang teori penciptaan alam semesta menurut Al-Qur‟an
dan Astronomi. Penulis menyadari bahwa ilmu pengetahuan dan Al-Qur‟an adalah bagaikan
dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan antara satu sama lainnya. Seperti yang penulis
kutip dari seorang ilmuan besar Albert Einsten: ”religion without science is blind and science
without religion is damage.” (Albert Einstein, 1960)
Ilmu yang tidak disertai dengan agama akan hancur dan tumbang karena tidak adanya
kekuatan iman. Sedangkan agama tanpa ilmu akan menjadi rusak karena akan dapat salah
mengartikannya. Sebagaimana orang-orang materalis yang selalu menentang akan adanya
penciptaan alam semesta. Ini merupakan contoh yang sangat signifikan jika ilmu pengetahuan
tidak disertai dengan ajaran-ajaran agama.
Untuk itu penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1. Kebenaran Al-Qur‟an akan selalu terbukti sampai kapanpun.
2. Alam semesta berasal dari ketiadaan dan kemudian menjadi ada, ( terjadi proses
penciptaan) oleh Allah SWT
3. Penciptaan alam semesta terjadi secara berproses (berkembang) sebagaimana
yang telah Al-Qur‟an jelaskan dan tidak statis (tetap).
4. Al-Qur‟an lebih dahulu menceritakan tentang proses penciptaan alam semesta
jauh sebelum ilmu pengetahuan mencapainya (sekitar abad 6) dan kini kebenaran Al-qur‟an
itu sudah dapat dibuktikan kebenarannya dengan adanya kecocokan dalam sains (abad-20).
5. Ilmu dan agama akan selalu sejalan selaras bersamaan.
DAFTAR PUSTAKA
· Al-Qur‟an dan Terjemahan
· Hadits Rasullullah
· T.Djamaluddin, Menjelajahi keluasan Langit Menembus Kedalaman Al-Qur‟an, khazanah
Intelektual.2006.Bandung
· Ensliklopedia islam, Mukjizat Al-Qur‟an (Penciptaan Alam Semesta) , 2010. Jakarta.
. http://tdjamaluddin.wordpress.com/2010/09/06/tentang-kontroversi-hawking-allah-
mencipta-semesta-dengan-cara-nya/ , tersedia …
· http://bungabangsaku.blogspot.com/2009/09/proses-terbentuknya-alam-semesta-
teori.html , tersedia ...
· http://id.wikipedia.org/wiki/Nukleosintesis , tersedia ...
· http://malhikdua.sch.id/sainstech/asal-usul-bintang , tersedia ...
· http://forum.nationalgeographic.co.id/topic.php?id=1961 , tersedia …
· http://indonesian.irib.ir/sosialita/-/asset_publisher/QqB7/content/id/4902984 , tersedia
· http://id.wikipedia.org/wiki/Ledakan_Dahsyat , tersedia ...
· http://www.menyingkaprahasiaalamsemesta.com/6.htm , tersedia ...
· Tafsir depag, online
http://c.1asphost.com/sibin/Alquran_Tafsir.asp?SuratKe=32 , tersedia …
· Tafsir depag, online
http://c.1asphost.com/sibin/Alquran_Tafsir.asp?pageno=3&SuratKe=18 , tersedia …
· Tafsir depag, online
http://ngajialquran.wordpress.com/2010/11/23/surat-al-baqarah-ayat-28-29/ , tersedia
· Harun Yahya (Penciptaan Alam Semesta)