imobilisasi pasien

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pasien dengan imobilisai (ketidakmampuan memindahkan posisi tubuh)

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN IMOBILISASI TUGAS KDM 2

Oleh :D IV Keperawatan Tingkat 11) I Nyoman Sugiharta Dana ( P07120214008 )2) I Gst. Ngurah Agung Kusuma S.( P07120214015 )3) Ni Luh Suci Novi Ariani( P07120214021 )4) Pande Putu Setianingsih ( P07120214022 )5) I Gede Suyadnya Putra ( P07120214023 )6) I Wayan Yoga Adi Purnama ( P07120214025 )7) Ni Nyoman Diah Vitri P. ( P07120214029 )8) Ni Putu Ayu Savitri ( P07120214033 )9) Ni Kadek Suliani ( P07120214034 )10) Putu Lenny Omi Priyatni ( P07120214035 )11) Ngakan Raka Saputra ( P07120214036 )12) I Putu Dharma Partana ( P07120214038 )13) Ni Putu Soniya Darmayanti ( P07120214040 )KEMENTERIAN KESEHATAN RIPOLITEKNIK KESEHATAN DENPASARTAHUN PELAJARAN 2014/2015

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN IMOBILISASI

A. KONSEP DASAR GANGGUAN IMOBILISASI1. Definisi Mobilisasi dan ImobilisasiMobilisasia. Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi seseorang (Ansari, 2011).b. Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan dengan bebas (Kosier, 1989citIda 2009)c. Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi.Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam(Mubarak, 2008).d. Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Aziz AA, 2006)e. Mobililis/ mobilisatio adalah usahagerak/ memgerakakn (Brooker Christine, 2001)f. Mobilitas fisik yaitu keadaan keika tseseorang mengalami atau bahkan beresiko mengalami keterbatasan fisik dan bukan merupakan immobile (Doenges, M.E, 2000)g. Mobilitas atau Mobilisasi adalah kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.Imobilisasia. Imobilitas didefinisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang kurang darimobilitas optimal (Ansari, 2011).b. Imobilisasi adalah suatu keadaan dimana penderita harus istirahat di tempat tidur,tidak bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau gangguan pada alat/organ tubuh yang bersifat fisik atau mental. Dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan tidak bergerak / tirah baring yang terus menerus selama 5 hari atau lebih akibat perubahan fungsi fisiologis (Bimoariotejo, 2009).c. Immobility (imobilisasi) adalah keadaan tidak bergerak/ tirah baring (bed rest) selama 3 hari atau lebih (Adi, 2005). Suatu keadaan keterbatasan kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang dialami seseorang (Pusva, 2009).d. Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008).e. Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North American NursingDiagnosis Association (NANDA) sebagai suatu kedaaan dimana individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatsan gerakan fisik. Individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia, individu denganpenyakit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomic akibat perubahan fisiologik (kehilangan fungsi motorik,klien dengan stroke, klien penggunaa kursi roda), penggunaan alat eksternal (seperti gipsatau traksi), dan pembatasan gerakan volunteer (Potter, 2005).f. Imobilisasi merupakan ketidakmampuan seseorang untuk menggerakkan tubuhnya sendiri. Imobilisasi dikatakan sebagai faktor resiko utama pada munculnya luka dekubitus baik di rumah sakit maupun di komunitas. Kondisi ini dapat meningkatkan waktu penekanan pada jaringan kulit, menurunkan sirkulasi dan selanjutnya mengakibatkan luka dekubitus. Imobilisasi disamping mempengaruhi kulit secara langsung, juga mempengaruhi beberapa organ tubuh. Misalnya pada system kardiovaskuler,gangguan sirkulasi darah perifer, system respirasi, menurunkan pergerakan paru untuk mengambil oksigen dari udara (ekspansi paru) dan berakibat pada menurunnya asupan oksigen ke tubuh Lindgren et al, 2004)

2. Etiologi atau Faktor yang BerhubunganPenyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan penyebab utama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada demensia dan gangguan fungsi mental seperti pada depresi juga menyebabkan imobilisasi. Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat menyebabkan orangusia lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di rumah maupun dirumah sakit (Setiati dan Roosheroe, 2007). Penyebab secara umum:1. Kelainan postur2. Gangguan perkembangan otot3. Kerusakan system saraf pusat4. Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular5. Kekakuan ototKondisi-kondisi yang menyebabkan immobilisasi antara lain: (Restrick,2005)1. Fall2. Fracture3. Stroke4. Postoperative bed rest5. Dementia and Depression6. Instability7. Hipnotic medicine8. Impairment of vision9. Polipharmacy10. Fear of fallFaktor-faktor yang mempengaruhi imobilisasi1) Gaya hidupGaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.2)Proses penyakit dan injuriAdanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untukobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.3) KebudayaanKebudayaan dapat mempengarumi poa dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.4)Tingkat energiSetiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.5)Usia dan status perkembanganSeorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.

3. Patogenesis

NyeriGangguan ImobilitasKekakuan OtotKelainan posturTrauma Langsung pada System MuskuloskeletalGangguan perkembangan ototGangguan MetabolismeKetidakefektifan MuskuloskeletalKonstrakturDisuseSyndromeAtrofiDefisiensi Kalori,Protein dan LemakHambatan Imobilitas FisikKekurangan NutrisiKelemahanIntoleransi Aktivitas

4. Penatalaksanaan Medisa. Terapi1. Penatalaksanaan Umuma) Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien, keluarga, dan pramuwerdha.b) Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama, pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah ketergantungan pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sendiri, semampu pasien.c) Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target fungsional, dan pembuatan rencana terapi yang mencakup pula perkiraan waktu yang diperlukan untuk mencapai target terapi.d) Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan cairan dan elektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi, serta penyakit/ kondisi penyetara lainnya.e) Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obat-obatan yang dapat menyebabkan kelemahan atau kelelahan harus diturunkan dosisnya atau dihentkan bila memungkinkan.f) Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang mengandung serat, serta suplementasi vitamin dan mineral.g) Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi medis terjadi meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak sendi (pasif, aktif, dan aktif dengan bantuan), latihan penguat otot-otot (isotonik, isometrik, isokinetik), latihan koordinasi/ keseimbangan, dan ambulasi terbatas.h) Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat bantu berdiri dan ambulasi.i) Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan komod atau toilet.2. Tatalaksana Khususa) Tatalaksana faktor risiko imobilisasib) Tatalaksana komplikasi akibat imobilisasi.c) Pada keadaan-keadaan khusus, konsultasikan kondisi medik kepada dokter spesialis yang kompeten.d) Lakukan remobilisasi segera dan bertahap pada pasienpasien yang mengalami sakit atau dirawat di rumah sakit dan panti werdha untuk mobilitas yang adekuat bagi usia lanjut yang mengalami disabilitas permanen.3. Penatalaksanaan lain yaitu:a) Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan PasienPengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas, digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi. Posisi-posisi tersebut, yaitu : Posisi fowler (setengah duduk) Posisi litotomi Posisi dorsal recumbent Posisi supinasi (terlentang) Posisi pronasi (tengkurap) Posisi lateral (miring) Posisi sim Posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)b) Ambulasi diniCara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.. Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan lain-lain.c) Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk melatih kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.d) Latihan isotonik dan isometrikLatihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan ketahanan otot dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang berat. Latihan isotonik (dynamic exercise) dapat dilakukan dengan rentang gerak (ROM) secara aktif, sedangkan latihan isometrik (static exercise) dapat dilakukan dengan meningkatkan curah jantung dan denyut nadi.e) Latihan ROM Pasif dan AktifLatihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot. Latihan-latihan itu, yaitu : Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan Fleksi dan ekstensi siku Pronasi dan supinasi lengan bawah Pronasi fleksi bahu Abduksi dan adduksi Rotasi bahu Fleksi dan ekstensi jari-jari Infersi dan efersi kaki Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki Fleksi dan ekstensi lutut Rotasi pangkal paha Abduksi dan adduksi pangkal pahaf) Latihan Napas Dalam dan Batuk EfektifLatihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai dampak terjadinya imobilitas.g) Melakukan Postural DrainasePostural drainase merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari paru dengan menggunakan gaya berat (gravitasi) dari sekret itu sendiri. Postural drainase dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran napas tetapi juga mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi atelektasis, sehingga dapat meningkatkan fungsi respirasi. Pada penderita dengan produksi sputum yang banyak, postural drainase lebih efektif bila diikuti dengan perkusi dan vibrasi dada.h) Melakukan komunikasi terapeutikCara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis yaitu dengan cara berbagi perasaan dengan pasien, membantu pasien untuk mengekspresikan kecemasannya, memberikan dukungan moril, dan lain-lain

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN IMOBILISASI1. PENGKAJIANa. WawancaraPengkajian pada pasien ataupun keluarga pasien yang meliputi data eperti nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, pekerjaan, agama, pekerjaan, alamat, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, diagnosa medis, sumber biaya, dan hubungan antar pasien dengan penanggung jawab.

1) Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan SekarangPengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi keluhan imobilitas.b. Riwayat Kesehatan DahuluPengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan imobilitas.c. Riwayat Kesehatan KeluargaPengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.2) Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spirituala. Bernafasb. Makan dan Minumc. Eliminasid. Gerak dan Akibate. Istirahat dan Tidurf. Kebersihan Dirig. Pengaturan Suhu Tubuhh. Rasa Amani. Rasa Nyamanj. Sosialisasi dan Komunikasik. Prestasil. Ibadahm. Rekreasin. Pengetahuan atau Belajar

b. Pemeriksaan Fisik1) Mengkaji skelet tubuhAdanya deformitas dan kesejajaran.Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.2) Mengkaji tulang belakang Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang) Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada) Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)3) Mengkaji system persendianLuas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi4) Mengkaji system ototKemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot.5) MengkajicaraberjalanAdanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yanglain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic hemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-selangkah penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar penyakit Parkinson).6) Mengkaji kulit dan sirkulasi periferPalpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.7) Mengkajifungsional kliena. Kategori tingkat kemampuan aktivitasTINGKAT AKTIVITAS/MOBILITASKATEGORI

0Mampu merawat sendiri secara penuh

1Memerlukan penggunaan alat

2Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain

3Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan peralatan

4Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan

b. Rentang gerak (range of motion-ROM)GERAK SENDIDERAJAT RENTANG NORMAL

BahuAdduksi: gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas kepala, telapak tangan menghadap ke posisi yang paling jauh.180

SikuFleksi: angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas menuju bahu.150

Pergelangan tanganFleksi: tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah.80-90

Ekstensi: luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi80-90

Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke arah belakang sejauh mungkin70-90

Abduksi: tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika telapak tangan menghadap ke atas.0-20

Adduksi: tekuk pergelangan tangan ke arah kelingking telapak tangan menghadap ke atas.30-50

Tangan dan jariFleksi: buat kepalan tangan90

Ekstensi: luruskan jari90

Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin30

Abduksi: kembangkan jari tangan20

Adduksi: rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi20

c. Derajat kekuatan ototSKALAPERSENTASE KEKUATAN NORMAL (%)KARAKTERISTIK

00Paralisis sempurna

110Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau dilihat

225Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan

350Gerakan yang normal melawan gravitasi

475Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal

5100Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan tahanan penuh

d. KATZ INDEXAKTIVITAS

KEMANDIRIAN(1 poin)TIDAK ADA pemantauan, perintah ataupun didampingiKETERGANTUNGAN(0 poin)Denganpemantauan, perintah, pendampingan personal atau perawatan total

MANDI

(1 poin)Sanggup mandi sendiri tanpa bantuan, atau hanya memerlukan bantuan pada bagian tubuh tertentu (punggung, genital, atau ekstermitas lumpuh)(0 poin)Mandi dengan bantuan lebih dari satu bagian tuguh, masuk dan keluar kamar mandi. Dimandikan dengan bantuan total

BERPAKAIAN

(1 poin)Berpakaian lengkap mandiri. Bisa jadi membutuhkan bantuan unutk memakai sepatu(0 poin)Membutuhkan bantuan dalam berpakaian, atau dipakaikan baju secara keseluruhan

TOILETING

(1 poin)Mampu ke kamar kecil (toilet), mengganti pakaian, membersihkan genital tanpa bantuan(0 poin)Butuh bantuan menuju dan keluar toilet, membersihkan sendiri atau menggunakan telepon

PINDAH POSISI

(1 poin)Masuk dan bangun dari tempat tidur / kursi tanpa bantuan. Alat bantu berpindah posisi bisa diterima(0 poin)Butuh bantuan dalam berpindah dari tempat tidur ke kursi, atau dibantu total

KONTINENSIA

(1 poin)Mampu mengontrol secara baik perkemihan dan buang air besar(0 poin)Sebagian atau total inkontinensia bowel dan bladder

MAKAN

(1 poin)Mampu memasukkan makanan ke mulut tanpa bantuan. Persiapan makan bisa jadi dilakukan oleh orang lain.(0 poin)Membutuhkan bantuan sebagian atau total dalam makan, atau memerlukan makanan parenteral

Total Poin :6 =Tinggi (Mandiri);4 = Sedang;