136
IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA SISWA SD INPRES PERUMNAS ANTANG II/I KOTA MAKASSAR SKRIPSI Diajukan guna memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan universitas muhammadiyah makassar SYARIFAH MAULIDYAWATI. F 105401108716 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN

MEMBACA SISWA SD INPRES PERUMNAS ANTANG II/I KOTA

MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan

pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu

pendidikan universitas muhammadiyah makassar

SYARIFAH MAULIDYAWATI. F

105401108716

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

i

IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN

MEMBACA SISWA SD INPRES PERUMNAS ANTANG II/I KOTA

MAKASSAR

PROPOSAL

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan

pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu

pendidikan universitas muhammadiyah makassar

SYARIFAH MAULIDYAWATI. F

105401108716

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 3: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

iii

Page 4: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

iv

Page 5: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

v

Page 6: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

vi

Page 7: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

vii

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Hidup itu bagaikan skripsi, banyak bab dan revisi yang harus dilewati.

Tetapi akan selalu berakhir indah bagi mereka yang pantang menyerah.

Kupersembahkan Skripsi ini sebagai kado terindah untuk Almarhum Ayahanda Ir.Fakhruddin Harun

dan Ibundaku yang tercinta Hj.Syarifah Nur Qalbi Latief yang selalu memberi do’a restu dan mendukung saya dalam memperoleh

gelar sarjana Serta seluruh keluarga dan teman-temanku tersayang yang senantiasa mendoakan dan membantu atas segala keberhasilanku

Page 8: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

viii

ABSTRAK

Syarifah Maulidyawati.F. 2020. Implementasi Kultur Literasi dalam Keterampilan

Membaca Siswa Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I Kota Makassar.

Skripsi.Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.Pembimbing I. Andi Sukri

Syamsuri dan Pembimbing II Sri Rahayu.

Membudayakan membaca merupakan sebuah upaya yang mendukung dalam

menumbuhkan rasa cinta membaca. Literasi di sekolah sudah banyak diterapkan di

berbagai sekolah, melalui berbagai kegiatan-kegiatan yang diterapkan. Membaca

adalah salah satu pintu untuk mencari informasi-informasi yang dapat bermanfaat

dalam kehidupan, dengan aktif membaca buku juga mampu mengasah keterampilan

membaca.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) Mendeskripsikan implementasi

kultur literasi dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa di Sekolah Dasar

Inpres Perumnas Antang II/I. (2) Mendeskripsikan implikasi implementasi kultur

literasi dalam keterampilan membaca siswa di Sekolah Dasar Inpres Perumnas

Antang II/I. (3) Mendeskripsikan faktor keberhasilan dan kendala dalam

implementasi kultur literasi dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa di SD

Inpres Perumnas Antang II/I.

Untuk mencapai tujuan diatas menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan

pendekatan Studi Kasus. Instrumen kunci dalam peneltian ini adalah peneliti sendiri,

dan teknik pengambilan data yang digunakan yaitu observasi.wawancara, dan

dekomentasi.Kemudian data analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan tahap reduksi data (Data Reduction), penyajian data (Data

Display), dan tahap verifikasi/menarik kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kuktur literasi di Sekolah

Dasar Inpres Perumnas Antang II/I di terapkan melalui gerakan literasi sekolah

(GLS).Adapun pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS) tersebut adalah

dilaksanakan selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai.Penyediannya yaitu

pemanfaatan perpustakaan sekolah. Faktor keberhasilan dalam implemtasi kultur

literasi adalah penyediaan buku bacaan yang memadai, antusias siswa, dan dukungan

dari publik. Dan adapun faktor kendala dari implmentasi kultur literasi tersebut yaitu

kegiatan akademik sewaktu-waktu diadakan di sekolah.

.

Kata kunci: Kultur literasi dan Keterampilan Membaca

Page 9: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa, karena atas berkat rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini sebagai salah satu

persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Prodi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Makassar. Salam dan salawat yang melimpah semoga selalu tercurah kepada Nabi

Muhammad saw beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang istiqomah dan

setia di jalan Allah, hingga akhir zaman nanti. Amin, ya rabbal alamin !

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada ayahanda

Fakhruddin Harun dan ibunda Syarifah Nur Qalbi Latief yang telah mencurahkan

cinta dan kasih sayangnya, serta doa yang tiada henti-hentinya demi kesuksesan

penulis.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak

dapat diselesaikan.Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan dan terima

kasih sebesar-besarnya kepada. Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum Pembimbing I

dan Sri Rahayu, S.Pd.,M.Pd. Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan arahan, motivasi, serta bimbingan dengan penuh kesabaran dan

ketulusan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Tidak lupa pula penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih

kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse MAg. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar,

Page 10: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

x

Erwin Akib, S,.Pd., M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

yang telah membinadan memberikan kemudahan sihingga penulisdapat

menyelesaikan skripsi ini.

Begitu pula ucapan terima kasih kepada Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd. Ketua Prodi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar; dan para dosen Prodi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas bimbingan dan jasa-jasa

beliau selama penulis mengikuti perkuliahan.

Saran dan kritik dari semua pihak sangat penulis harapkan sebagai bahan acuan

untuk perbaikan dan penyempurnaan karena skripsi ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan.

Makassar, 2020

Penulis

Page 11: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ iii

SURAT PERNYATAAN .......................................................................................... iv

SURAT PERJANJIAN ............................................................................................... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ x

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 5

Page 12: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

xi

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 6

E. Defenisi Istilah .................................................................................................. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................... 9

A. LANDASAN TEORI ....................................................................................... 9

1. Kultur Literasi/Budaya Membaca .............................................................. 9

2. Keterampilan Pokok Guru Literasi .......................................................... 25

3. Sekolah Literasi ....................................................................................... 27

4. Kemampuan Membaca............................................................................. 28

a. Pengertian Membaca .......................................................................... 29

b. Tujuan Membaca ................................................................................ 31

c. Jenis-Jenis Membaca .......................................................................... 32

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Membaca................................... 33

B. KERANGKA PIKIR ..................................................................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 35

A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 35

B. Kehadiran Penelitian ................................................................................ 36

C. Lokasi Penelitian ...................................................................................... 37

D. Subyek Penelitian ..................................................................................... 37

Page 13: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

xii

E. Data dan Sumber Data ............................................................................ 37

F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 39

G. Teknik Analisis Data ................................................................................ 42

H. Pengecekan Keabsahan Temuan .............................................................. 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 48

A. Paparan Objek Penelitian ......................................................................... 48

B. Hasil Penelitian ........................................................................................ 50

C. Pembahasan .............................................................................................. 75

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 93

A. Simpulan ................................................................................................. 93

B. Saran ........................................................................................................ 94

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 96

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................... 98

RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ 119

Page 14: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Kecakapan Literasi ........................................................................................... 58

4.2 Kecakapan pada Tahap Pengembangan ............................................................ 60

4.3 Kecakapan Tahap Pembelajaran ....................................................................... 64

Page 15: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pikir ............................................................................................35

3.1 Komponen dalam Analisis Data..................................................................43

Page 16: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Pengantar Penelitian ......................................................................... 99

2. Surat Permohonan Izin ............................................................................. 100

3. Surat Izin Penelitian ................................................................................ 101

4. Hasil Wawancara ..................................................................................... 102

5. Hasil Observasi ........................................................................................ 114

6. Foto Dokumentasi Kegiatan ..................................................................... 116

7. Riwayat Hidup Penulis ............................................................................. 119

Page 17: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses dalam pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan sangat dekat dengan istilah

“Literasi”. Literasi ini memiliki arti makna yang meluas dari waktu ke waktu.

Kemampuan literasi hanya sebatas pada komponen individu dalam mengerti

dan mengetahui dengan baik konsep-konsep bahas bahasa yang mencakup

kosakata dan pemahaman bahasa lisan, kesadaran fonologis, keterampilan

membaca, pengetahuan huruf dan bunyi huruf, mengeja kata. Kultur dan

budaya merupakan cara berpikir yang berasal dari kebebasan tingkah laku

manusia. Terkait dengan kebiasaan membaca, maka kultur membaca perlu

dibudidayakan dalam kehidupan sebagai wujud implementasi budaya

membaca, menulis dan bepikir kritis. Hal ini senada dikemukakan oleh

Arisma (2012) bahwa membaca dapat seseorang dalam mendapatkan

informasi yang diperoleh. Pentingnya menumbuhkan gemar membaca

merupakan upaya yang mendukung dalam menumbuhkan rasa cinta

membaca. Literasi di sekolah melalui berbagai kegiatan atau program yang

Page 18: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

2

diterapkan. Walaupun sampai saat ini masih banyak kendala-kendala yang

dihadapi.

Menurut Harras (2011:5) Literasi paling dasar adalah keterampilan

membaca, yaitu pengembangan kemampuan memahami lambang-lambang

bahasa tulis secara komprehensif. Literasi kemudian dapat diartikan sebagai

sebuah kemampuan membaca yang sering disebut dengan istilah “melek

aksara”atau kebaksaraan.

Kebutuhan literasi dalam menghadapi era industri sangat diperlukan

agar mampu mengoptimalkan potensinya secara maksimal. Untuk itu perlu

dipersiapkan siswa yang mampu menggunakan literasi dalam setiap aktivitas

belajarnya. Literasi yang sangat dibutuhkan yaitu literasi membaca, menulis

dan berpikir kritis siswa. Kegiatan tersebut merupakan aktivitas dasar yang

menjadi modal dalam pembentukan keterampilan berbahasa. Melalui

membaca dan menulis diharapkan dapat membekali siswa dalam memperoleh

keberhasilan pendidikan. Berkaitan dengan itu, pemerintah telah

mencanangkan budaya literasi di sekolah yang harus diterapkan sesuai dengan

kurikulum 2013.

Literasi sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat diera sekarang

ini. Dengan akses informasi yang cepat, menuntut kita untuk cepat pula dalam

memahami melalui aktivitas membaca. Hal inilah yang menjadi salah satu

substansi penting perlunya literasi menjadi kemampuan dan keterampilan

yang kita kuasai saat ini. Uuntuk mewujudkan generasi literat, diperlukan

Page 19: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

3

pengembangan pendidikan yang berbasiskan literasi, yaitu pendidikan yang

mengedepankan kegiatan belajar berorientasikan pada tujuan peningkatan

kemampuan membca, berpikir dan menulis anak didik..

Melihat bahwa budaya membaca di Indonesia pada peringkat bawah,

ketika UNESCO mencatat indeks minat baca di Indonesia baru mencapai

0,001, artinya pada setiap 1.000 orang hanya ada satu orang yang punya minat

membaca, rata-rata membaca nol sampai satu buku pertahun masyarakat di

Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa budaya membaca atau kultur literasi

di Indonesia masih rendah sehingga hal ini perlu diterapkan dengan baik

khususnya di persekolahan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus

menerapkan budaya membaca dengan cepat, sehingga dapat menciptakan

generasiyang gemar membaca dan menulis.

Sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan

kemampuan siswanya. Berbagai sistem dan program yang diterapkan di

sekolah, seperti program fullday, sistem pembelajaran berbasis ICT, program

tahfidz Al-Qur’an, gerakan literasi sekolah, sekolah adiwiyata, sekolah

berbasis agama islam. Semua program tersebut merupakan bentuk

pengembangan pendidikan di sekolah Indonesia.

Pentingnya menumbuhkan gemar membaca, dengan membudayakan

membaca merupakan sebuah upaya mendukung dalam menumbuhkan rasa

cinta membaca. Literasi di sekolah sudah banyak diterapkan di berbagai

sekolah, melalui berbagai kegiatan-kegiatan atau program-program yang

Page 20: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

4

diterapkan. Walaupun mungkin masih banyak kendala-kendala yang dihadapi.

Membaca merupakan kegiatan melihat tulisan bacaan dan proses memahami

isi suatu bacaan.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di Sekolah Dasar

Inpres Perumnas Antang II/I menunjukkan bahwa gerakan literasi sekolah

(GLS) yang dalam pelaksanaannya dilakukan dalam kegiatan 15 menit

membaca di kelas sebelum pembelajaran dimulai. Gerakan literasi sekolah ini

berimplikasi dalam meningkatkan keterampilan membaca siswa , terutama

dalam kemampuan memahami bacaan, menambah kosakata dan menceritakan

kembali isi bacaan yang telah dibaca dengan bahasa sendiri. Adapun faktor

keberhasilan dalam kultur literasi yaitu dengan menyediakan buku yang

memadai, antusias siswa , dan dukungan publik.

Penelitian terdahulu yang relevan digunakan sebagai bahan acuan

pengembangan terhadap penelitian ini. Penelitian dari saudara Olynda Ade

Arisma tahun 2012 dengan judul Peningkatan Minat dan Kemampuan

Membaca melalui penerapan Program Jam Baca di Sekolah di Kelas VII SMP

Negeri 1 Puri. Penelitian ini di latarbelakangi dengan rendahnya minat

membaca siswa dan berdampak pada kemampuan membaca siswa . Hal

tersebut sesuai dengan hasil penelitian di SMP Negeri 1 Puri yang

membuktikan bahwa siswa memiliki minat baca yang rendah. Oleh karena

itu, peneliti melakukan tindak lanjut untuk meningkatkan minta dan

keterampilan membaca siswa.

Page 21: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

5

Penelitian saudara Olynda ini bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan membaca siswa dengan menerapkan program jam baca.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan melakukan rancangan

penelitian tindakan kelas. Adapun teknik pengumpulan data yaitu, teknik

observasi, teknik wawancara, dan teknik kuesioner.

Penelitian saudara Olynda diatas berbeda dengan penelitian yang

peneliti ambil. Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya minat membaca

di Indonesia, di Sekolah Dasar (SD) Inpres Perumnas Antang II/I telah

melaksanakan program-program melalui kultur literasi atau budaya membaca,

dalam berbagai penerapan kultur literasi tersebut peneliti mencoba

mengimplementasikan kultur literasi dalam meningkatkan kemampuan baca

siswa . Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan

pendekatan studi kasus, teknik observasi,dan teknik wawancara,

Melihat hal diatas maka peneliti mengajukan sebuah penelitian terkait

kultur literasi atau budaya membaca bagi siswa dalam mengaitkan

kemampuan membaca yang tersusun dalam judul penelitian: “Implementasi

kultur literasi dalam Keterampilan Membaca Siswa SD Inpres

Perumnas Antang II/I Kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka adapun rumusan masalah pada

peneliti ini adalah:

Page 22: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

6

1. Bagaimana implementasi kultur literasi dalam keterampilan membaca

siswa di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I?

2. Bagaimana implikasi implementasi kultur literasi dalam keterampilan

membaca siswa di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I?

3. Apa saja faktor keberhasilan dan kendala dalam implementasi kultur

literasi dalam keterampilan membaca siswa di Sekolah Dasar Inpres

Perumnas Antang II/I?

C. Tujuan Masalah

1. Mendeskripsikan implementasi kultur literasi dalam keterampilan

membaca siswa di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I

2. Mendeskripsikan implikasi implementasi kultur literasi dalam

keterampilan membaca siswa di Sekolah Dasar (SD) Inpres Perumnas

Antang II/I.

3. Mendeskripsikan faktor keberhasilan dan kendala dalam implementasi

kultur literasi dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa di

Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini dapat sebagai acuan dalam penelitian lain terkait dalam

membudayakan membaca dalam meningkatkan keterampilan membaca

terutama pada siswa tingkat sekolah dasar (SD).

Page 23: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

7

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa agar lebih giat

dan aktif dalam proses pembelajaran serta dapat meningkatkan

kemampuan membaca.

b. Bagi Guru

Sebagai referensi guru dalam memberikan pengalaman belajar yang baik

terutama dalam menumbuhkan gemar membaca siswa untuk

meningkatkan kemampuan membaca sehingga dapat menaikkan kualitas

belajar pada diri siswa .

c. Bagi Sekolah

Memberikan tambahan literatur bagi sekolah sebagai pedoman dalam

pelaksaan pendidikan.

d. Bagi Peneliti

Dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian

sejenis dalam bidang yang sama.

E. Definisi Istilah

1. Kultur Literasi

Kutur literasi/budaya membaca merupakan sebuah kebiasaan gemar

membaca, menerapkan dengan sepenuh hati tanpa ada paksaan dalam

melaksanakan kegiatan membaca,. Membaca sebuah kebutuhan untuk

Page 24: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

8

mengembangkan wawasan dan memperoleh informasi sebanyak-banyaknya

dari buku dan lain-lain.

2. Kemampuan Membaca

Kemampuan membaca adalah kemampuan dalam memahami aksara secara

tulisan dan berbagai bacaan. Kemampuan memahami aksara atau membaca

mampu bedakan huruf-huruf atau simbol-simbol yang tertulis dalam sebuah

teks atau buku dan lain-lain. Sehingga individu mampu mengucapkan bunyi

sesuai pengetahuannya dalam memahami aksara huruf/simbol dengan benar

atau disebut membaca.

Page 25: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kultur Literasi/ Budaya Membaca

Budaya adalah hal yang tercipta dalam kehidupan manusia yang

terlaksana secara turun temurun. Manusia dalam kehidupannya tidak lepas

dari kebudayaan yang telah melekat dalam dirinya, Sujarwa (2010)

menjelaskan bahwa kata “kebudayaan” berasal dari bahasa sansekerta

buddhayah, yaitu bentuk jamak dari “budhi” yang berarti budi atau akal.

Budaya atau kultur itu dapat dikatakan sebuah kebiasaan yang

terbentuk dari pikir manusia, berasal dari tingkah laku dan hasil laku

manusia. Terkait dengan kultur membaca atau budaya membaca dapat

dikatakan sebagai kebiasaan individu dalam menjalankan budaya atau

kebiasaan tersebut yang telah terbentuk dan terimplementasi dalam

kelompok dimana individu itu berada, sehingga individu harus menataati

dan menjalankannya. Membaca merupakan salah satu keterampilan

berbahasa, melalui membaca mampu menambah wawasan, dengan

membaca dapat pula memberikan informasi-informasi baru yang

bermanfaat dalam kehidupan manusia.

Menumbuhkan rasa cinta membaca atau kepekaan literasi dapat

dimulai dari lingkungan keluarga, lalu didukung dan dikembangkan di

lingkungan sekolah. Dimana lingkungan sekolah adalah tempat

memperoleh pendidikan, pendidikan di sekolah tak lepas dari

Page 26: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

10

pembelajaran yang ditetapkan. Sekolah harus pintar dalam mengelolah dan

menumbuhkan minat literasi pada siswa , dengan begitu rasa cinta membaca

sudah melekat pada diri siswa . Melalui program literasi dengan memberikan

kebiasaan-kebiasaan membaca pada anak atau siswa adalah hal yang paling

pentig dalam menumbukan minat baca siswa menjadi lebih baik.

Literasi dalam bahasa Inggris yaitu literacy yang berasal dari bahasa

latin littera (huruf) yang mempunyai pengertian melibatkan penguasaan

sistem-sistem tulisan dan konvensi-konvesi lainnya. Literasi itu sendiri

diartikan melek huruf, kemampuan baca tulis, kemelakan wacanaan atau

kecakapan dalam membaca dan menulis. Literasi pada awalnya hanya

berhubungan dengan kegiatan membaca semata. Membaca sebagai suatu

kemampuan dalam memahami lambang-lambang bahasa, yang kemudian dari

kemampuan memahami lambang bahasa tersebut digunakan untuk aktivitas

membaca teks guna memahami informasi dan ilmu pengetahuan.

Adapun tujuan-tujuan dari pembelajaran literasi yaitu:

a. Membentuk siswa menjadi pembaca, penulis, dan komunikasi yang

strategis.

b. Meningkatkan kemampuan berpikir dan mengembangkan kebiasaan

berpikir pada siswa .

c. Meningkatkan dan memperdalam motivasi belajar siswa .

Page 27: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

11

d. Mengembangkan kemandirian siswa sebagai seorang pembelajar yang

kreatif, inovatif, produktif, dan berkarakter (The Ontario, Ministry of

Education, 2006).

Keempat tujuan pembelajaran literasi di atas saling berhubungan dan

saling memperkuat. Selain itu, keempat tujuan pembelajaran literasi di atas

bukan hanya diperuntukkan bagi bidang bahasa, melainkan untuk berbagai

bidang ilmu lain. Dengan kata lain, tujuan pembelajaran literasi di atas

bersifat lintas kurikulum, bahkan bersifat multiliterat.

Pembelajaran literasi pertama, adalah fokus teks. Fokus ini

menetapkan bahwa standar utama yang harus dicapai dalam pembelajaran

literasi lebih ditekankan pada aspek lingulistik dalam sebuah teks. Bertemali

dengan hal ini, fokus ini memandang bahwa pembelajaran literasi ditekankan

untuk mencapai standar literasi sebagai berikut:

a. Menguasai berbagai sistem bahasa yang digunakan untuk membuat

makna, meliputi pragmatis, jenis teks, genre, struktur teks, semnatik,

sintaksis, morfologi, ortografi, grafofonemik, dan grafem.

b. Menguasai konsep tentang perbedaan bahasa tulis dan bahasa lisan

c. Menguasai konsep sistem variasi (dialek) yang terdapat di dalam

kelompok sosial, sponsor, dan lembaga tertentu, misalnya etnis, budaya,

kelas sosial, agama, keluarga, rekreasi, pekerjaan, sekolah, dan

pemerintah.

Page 28: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

12

Dengan memiliki kemampuan membaca, seseorang kemudian

memiliki keterkaitan membaca. Di sinilah, minat membaca kemudian muncul

pada diri seseorang yang telah bisa membaca. Melalui minat dan kemampuan

membaca inilah, seseorang akan melakukan kegiatan literasi dasar, yaitu

membaca untuk mengakses ilmu pengetahuan dan informasi. Informasi dan

ilmu pengetahuan pada diri seseorang. Membaca akan meluaskan

pengalaman dan pengetahuan seseorang atau menjadikan seseorang literal,

yaitu memiliki minat baca yang tinggi.

Setelah individu memiliki kemampuan dan minat membaca, literal

kemudian meningkat terkait dengan kemauan dan kebiasaan mengoptimalkan

kemampuan membaca menjadi sebuah aktivitas keseharian. Artinya individu

terbiasa mengakses informasi dan ilmu pengetahuan melalui kegiatan

membaca. Dari sinilah, literasi terkait dengan aktuvitas membaca yang

intensif dan berkesinambungan. Hal ini penting karena individu yang sudah

memiliki kemampuan membaca serta-merta kemudian mau menggunakan

keterampilannya itu dalam aktivitas sehari-hari. Dari sinilah budaya dan

kebiasaan menjadi fokus kedua dalam konsep literasi. Individu atau

masyararakat yang memiliki tingkat literasi tinggi bukan semata ditentukan

karena kemampuan dan minat membacanya saja, tetapi juga kebiasaan dan

budaya membaca.

Pendidikan di Indonesia saat ini menerapkan kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 tersebut dapat diperhatikan beberapa faktor. Kurikulum

Page 29: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

13

2013 merupakan kurikulum yang berbasis karakter melalui pendekatan

berbasis tematik saintifik. Dalam pembelajaran saintifik diketahui bahwa

dalam pelaksanaan pembelajaran harus memuat 5M yaitu mengamati,

menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi/mengolah informasi, dan

mengkomunikasikan. Aktivitas tersebut dalam 5M berkaitan dengan

kemampuan literasi dalam pembelajaran yaitu kemampuan yang dimiliki

siswa dalam kemampuan mendengarkan, kemampuan membaca, kemampuan

menulis dan kemampuan berbicara.

Pada pembelajaran di tingkat SD sampai SMP/MTs, literasi lebih

ditekankan pada kemampuan membaca dan menulis. Tarigan (2010)

menjelaskan bahwa ada lima alasan, mengapa literasi lebih diarahkan kepada

keterampilan membaca dan menulis yaitu:

Alasan pertama, pembaca adalah penyusun atau pembangun makna, setiap

pembaca mempunyai beberapa tujuan. Tujuan itu menggerakkan pikirannya

tentang topik teks dan mengaktifkan hubungan pengetahuan latar belakangnya

dengan isi teks dan mengaktifkan hubungan pengetahuan latar belakangnya

dengan isi teks. Penulis juga bertindak melalui proses yang sangat mirip

dengan membaca. Tujuan untuk menulis untuk menggerakkan pikirannya

tentang topik yang akan ditulis dan akan mengaktifkan pengetahuan latar

belakangnya sebelum mulai menulis.

Alasan kedua, membaca dan menulis meliputi pengetahuan dengan proses

yang sama. Membaca dan menulis diajarkan bersama karena keduanya

Page 30: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

14

berkembang bersama secara alami. Membaca dan menulis saling berbagi

proses dan tipe pengetahuan yang sama. Pengetahuan yang dihasilkan dalam

bentuk tulisan merupakan hasil dari proses membaca suatu teks yang sama.

Alasan ketiga, pembelajaran membaca dan menulis secara bersama

meningkatkan prestasi. Berdasarkan tinjauan penelitian tentang pengaruh

membaca dan menulis bersama, disimpulkan bahwa menulis menggiring pada

peningkatan prestasi membaca, membaca mengiring pada kemampuan

menulis yang lebih baik, dan kombinasi pembelajaran keduanya menggiring

pada peningkatan kemampuan membaca dan menulis.

Alasan keempat, membaca dan menulis besama membantu perkembangan

komunikasi. Membaca dan menulis bukan hanya keterampilan untuk

dipelajari agar mendapatkan nilai tes prestasi yang lebih baik tetapi

prosesnyaitulah yang menolong berkomunikasi secara efektif. Penggabungan

itu memungkinkan siswa berpastisipasi dalam proses komunikasi dan

hasilnya lebih memetik nilai-nilai makna literasi.

Alasan kelima, kombinasi membaca dan menulis menggiring pada hasil yang

bukan diakibatkan oleh salah satu prosesnya. Suatu elemen yang penting

dalam pembelajaran literasi secara umum adalah berpikir dalam kombinasi

pembelajaran menulis dan membaca. Para siswa diajak pada berbagai

pengalaman yang menuntun pada keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Kerangka pembelajaran membaca dan menulis yang membutuhkan

kemampuan siswa dalam mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan

Page 31: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

15

informasi. Pembelajaran literasi tersebut dapat dilakukan dengan mengacu

pada kerangka konsep pembelajaran literasi dibawah ini.

Gipayana (2010) menjelaskan kerangka konsep-konsep pembelajaran

literasi tersebut dijelaskan beberapa hal mengenai; 1) pendekatan

keterampilan pada pembelajaran literasi berfokus pada proses pengajaran

encoding dan decoding, misalnya: membaca dan menulis, 2) Analisis wacana

kritis; literasi berkaitan dengan analisis wacana, yaitu kajian mengenai bahasa

lisan dan tulisan dalam situasi sosial, 3) Multiliterasi dengan media lainnya

dimana dibentuk dan disampaikan, 4) Pendekatan yang berfokus pada

pengetahuan eksternal yang perlu diperoleh siswa , oleh karena itu diperlukan

arahan atau instruksi agar siswa memperoleh pengetahuan itu, 5) Pendekatan

Growth dan Heritage: dalam pembelajaran literasi (pembelajaran membaca

dan menulis) merupakan bagian dari perkembangan pribadi siswa di dalam

warisan budaya, 6) Pendekatan konstruktivis berfokus pada pengetahuan apa

yang dibawa oleh siswa di dalam proses pembelajaran dan bagaimana

pengetahuan tersebut digunakan untuk mengkonstruksi atau membangun

pengetahuan yang baru, 7) Teori genre: kerangka untuk memahami berbagai

jenis teks dan makna yang menjadi ciri fitur teks-teks tersebut, 8) Literasi

kritis; kajian ini berpusat pada apa, mengapa, bagaimana, dan kapan kita

membaca, 9) Pendekatan kritis-budaya; pada pembelajaran literasi, membaca

dan menulis merupakan bagian dari pengalaman kehidupan sosial siswa yang

mendorong siswa agar menjadi seseorang yang mampu menganalisis suatu

Page 32: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

16

teks bacaan. Para peneliti mulai mengarahkan guru-guru untuk menyajikan

pengajaran membaca pemahaman pada perspektif yang lebih luas, yakni

pengajaran literasi.

Membaca seharusnya menjadi salah satu hal yang sangat diidentik

dengan dunia remaja terutama dikalangan pelajar. Pengembanagan minat

membaca diusia dini mungkin dapat membantu seseorang untuk selalu

membuka gerbang ilmu pengetahuan melalui buku untuk masa depannya.

Masa remaja memiliki rentang usia 12-21 tahun. Dalam masa inilah,

seseorang harus menanamkan kebiasaan membaca agar lebih mempermudah

dalam mengakses segala ilmu. Adapun langkah-langkah penerapan program

literasi sekolah dalam meningkatkan kemampuan membaca yaitu:

1. Kegiatan Tahap Pembiasaan

Pada tahap ini siswa dilatih membaca dalam hati, membaca

nyaring, dan menyimak. Ini untuk meningkatkan rasa cinta membaca di

luar pelajaran, meningkatkan rasa percaya diri, dan menumbuh

kembangkan penggunaan berbagai sumber bacaan. Kegiatan ini dilakukan

dengan membiasakan membaca 15 menit sebelum mulai pelajaran atau

sesudah pelajaran berakhir.

2. Kegiatan Tahap Pengembangan

Kegiatan tahap ini prinsipnya merupakan kegiatan tindak lanjut

dari tahap pembiasaan. Pada tahap ini siswa didorong untuk menunjukkan

keterlibatan pikiran dan emosinya dalam proses membaca. Langkah ini

Page 33: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

17

dapat dilakukan melalui kegiatan produktif secara lisan maupun tulisan.

Kegiatan produktif ini tidak selalu dinilai secara dinamik. Misalnya saat

siswa membaca karya sastra cerita pendek. Maka langkah selanjutnya

yaitu siswa menuliskan ulang cerita yang dibaca dengan menggunakan

bahasa sendiri. Bagi kelas tinggi bisa saja meringkas untuk atau membuat

sinopsis sebuah novel yang dibaca.

Kegiatan dalam tahap pengembangan literasi atau budaya

membaca memerlukan waktu pembiasaan sekitar 15 menit. Meski

waktunya singkat perlu dipertimbangkan mengenai bentuk, frekuensi, dan

durasi pelaksanaannya, yaitu harus disesuaikan dengan kondisi sekolah

masing-masing. Sehingga kegiatan literasi tetap dapat dilaksanakan

dengan menyenangkan tanpa membebani siswa .

3. Kegiatan Tahap Pembelajaran

Kegiatan tahap pembelajaran dilakukan untuk mendukung

pelaksanaan kurikulum di sekolah, yaitu siswa diwajibkan membaca buku

nonteks pelajaran. Namun dalam pelakasanaanya harus tetap

mempertimbangkan beberapa prinsip. Prinsip-prinsip itu diantaranya,

buku yang dibaca berupa buku tentang pengetahuan umum, buku tentang

minat khusus, atau buku-buku yang dikaitkan dengan mata pelajaran.

Tujuan literasi antara lain mengembangkan kemampuan siswa dalam

memahami teks dan mengaitkannya dengan pengalaman indivdu sehingga

terbentuk individu pembelajar sepanjang hayat. Juga mengembangkan

Page 34: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

18

berfikir kritis siswa dan mengolah kemampuan berkomunikasi secara

kreatif melalui kegiatan menanggapi buku bacaan dan buku pelajaran,

baik secara verbal, tulisan, visual, maupun teknologi lainnya.

Literasi paling dasar adalah keterampilan membaca, yaitu

pengembangan kemampuan memahami lambang-lambang bahasa tulis secara

komprehensif. Literasi kemudian dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan

membaca yang sering disebut dengan istilah “melek aksara” atau

keberaksaraan (Harras 2011:5). Dengan demikian kemampuan membaca,

seseorang kemudian memiliki ketertarikan dengan kegiatan membaca.

Disinilah minat membaca muncul pada diri seseorang yang telah terbiasa

membaca.

Dalam konteks pendidikan, literasi hakikatnya sebuah seperangkat

kemampuan dan keterampilan untuk mendapatkan informasi dan ilmu

pengetahuan, kemampuan dan keterampilan literasi harus dilatih,

ditingkatkan, dan difungsikan dalam konteks dasar belajar, terutama dalam

konteks literasi dasar adalah belajar memahami saluran-saluran yang sering

digunakan untuk menyampaikan informasi dan ilmu pengetahuan. Dalam

konteks umum, literasi merupakan aktivitas belajar yang melibatkan

serangkaian kegiatan membaca, menulis, berpikir dalam pemroresan yang

berujung pada memahami, menyimpulkan, menafsirkan, menguraikan, dan

menganalisis atas segala hal yang dipelajari.

Page 35: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

19

Membangkitkan budaya literasi atau kultur literasi memiliki manfaat

yang luar biasa bagi peradaban manusia. Indonesia sebagai negara

berkembang dimana minat membaca di negara Indonesia masih rendah,

padahal dengan tingginya minat membaca maka dapat pula meningkatkan

sumber daya manusianya, sehingga apabila sumber daya manusia itu bagus

dapat dipastikan negara Indonesia dapat menjadi negara yang maju. Terutama

dalam bidang pendidikan yang harus menggalakkan dan membudayakan

literasi atau cinta membaca bagi siswa sebagai generasi penerus bangsa.

Pendidikan selalu berkaitan dengan belajar baik di rumah, lingkungan, dan

sekolah, terutama sekolah yang mana siswa lebih sering mengisis waktu

belajar di sekolah. Sekolah tak luput dari kegiatan belajar untuk memberikan

pengetahuan bagi siswa , memperoleh pengetahuan ini identik diperoleh dari

membaca, dengan membaca dapat memperoleh informasi-informasi penting.

Pendidikan di Indonesia sekarang ini menerapkan kurikulum 2013.

Keberhasilan kurikulum 2013 dapat diperhatikan beberapa faktor, lingkungan

yang kondusif akademik dan partisipasi warga sekolah. Literasi memiliki

keterkaitan erat dengan pendidikan karena literasi dipersepsi sebagai sebuah

persyaratan untuk masuk dalam kegiatan belajar dalam pendidkan.

Sebagai usaha belajar, literasi tidak serta merta hadir secara alamiah

pada diri seseorang. Literasi didapat dari hasil pengalaman belajar seseorang

yang dimulai dari minat. Minat merupakan hasil dari pengalaman belajar.

Jadi, pengalaman belajar yang melahirkan minat itu akan menentukan

Page 36: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

20

seberapa lama minat bertahan dan kepuasan yang diperoleh dari minat itu.

Minat terhadap aktivitas literasi harusnya tumbuh dalam kegiatan dan

pengalaman belajar seseorang.

Literasi sebagai aktivitas belajar dapat dilihat sebagai sesuatu yang

tergantung pada kegiatan kognitif. Literasi bisa dilihat sebagai produk

kegiatan belajar. Melalui belajar seseorang akan dapat memahami bahasa

sehingga dapat melakukan kegiatan membaca dan menulis dalam rangka

untuk mengakses informasi ilmu pengetahuan. Melalui belajar pula seseorang

seseorang akan dapat memiliki minat yang membentuk kebiasaan dan budaya

literasi. Dalam aktivitas belajar berliterasi ini seseorang kemudian dapat

menyampaikan ide gagasannya untuk dengan baik, jika kegiatan belajar

dilakukan dengan baik, maka minat dan budaya literasi dapat berkembang

dengan baik.

Sejalan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta tuntutan

perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global, akuntabilitas publik

terhadap kualitas pendidikan. Pembaharuan pendidikan secara terencana,

terarah, dan berkesinambungan perlu dilakukan. Pendidikan diharapkan

memiliki kesiapan dalam memberikan respon yang positif terhadap berbagai

tuntutan kebutuhan masyarakat. Rumusan tujuan pembelajaran bahasa dan

sastra Indonesia di barbagai kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia bisa

jadi berbeda-beda. Tujuan utama dalam mempelajari bahasa dan sastra

Indonesia adalah peserta didik memiliki keterampilan berbahasa atau yang

Page 37: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

21

lazim disebut memiliki kemahiran berbahasa, kecakapan berbahasa, atau

kompetensi berbahasa, yang mencakup empat aspek keterampilan berbahasa

(menyimak, berbicara, membaca dan menulis).

Budaya literasi (tulis) sering dikontraskan dengan budaya lisan (oral).

Kedua budaya yang bersangkut paut dengan aktivitas berbahasa tersebut

memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kelebihan budaya

lisan, baik yang dipresentasikan dalam komunikasi bersemuka serta melalui

media audio-visual dengan segenap aspek gesture dan kinestetik yang

menyertainya, adalah kemampuannya dalam mengomunikasikan emotif dan

sering hal-hal abstrak yang sulit diungkapkan melalui budya literasi bisa

diungkapkan dengan lebih baik. Karena aspek emotif itu pula aktivitas

berbahasa lisan sering pula membuat tingkat partisipasi pendengar lebih

tinggi. Sementara itu, budaya literasi harus diakui sebagai landasan

perkembangan ilmu pengetahuan karena bahasa ilmu lebih menekankan pada

fungsi simbolik serta menekankan aspek presisi.

Upaya mengembangkan budaya literasi sesungguhnya telah

dilakukan pada kurikulum sebelumnya. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional (Permendiknas) No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi ditegaskan

bahwa akhir pendidikan di SD/MI, peserta didik telah membaca sekurang-

kurangnya sembilan buku sastra dan nonsastra; pada akhir pendidikan di

SMP/MTs, peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya 15 buku sastra

dan nonsastra; dan pada akhir pendidikan di SMA/MA, peserta didik telah

Page 38: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

22

membaca sekurang-kurangnya 15 buku sastra dan nonsatra. Indonesia

merupakan salah satu Negara yang berhasil mengurangi jumlah angka buta

huruf. Data UNDP tahun 2014 mencatat bahwa tingkat kemeleksaraan

masyarakat Indonesia mencapai 92,8% untuk kategori remaja, dan 98,8%

untuk kategori dewasa, pencapaian ini sebenarnya menunjukkan bahwa

Indonesia telah melewati tahap krisis literasi dalam pengertian

kemeleksaraan.

Dalam konteks pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang

terjadi dalam multikultural, guru dituntut memiliki pemahaman budaya. Guru

dituntut memiliki wawasan yang cukup tentang bagaimana seharusnya

menghargai keragaman bahasa. Wawasan ini penting dimiliki oleh seorang

guru agar segala sikap dan tingkah lakunya menunjukkan sikap yang egaliter

dan selalu menghargai perbedaan bahasa yang ada. Dengan wawasan tentang

keberagaman bahasa dan tentu budaya guru akan memiliki kepekaan yang

tinggi terhadap masalah-masalah yang menyangkut adanya diskriminasi

bahasa yang terjadi di dalam kelas maupun diluar kelas. Profesinalisme guru

adalah sesuatu yang berproses dan bersifat dinamis. Pendidik tidak boleh

terjebak dan masuk dalam situasi yang stagnan serta cepat berpuas diri, untuk

menjadi seorang yang profesional guru perlu terus menerus melakukan

pengembaraan dalam dunia keilmuan dan tidak hanya henti-hentinya belajar

dari kenyataan hidup dan kemampuannya.

Page 39: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

23

Upaya mengembangkan budaya literasi telah dilakukan sejak lama,

antara lain melalui “Gerakan Ayo Membaca” yang direncanakan

pemerintah. Misalnya, pada akhir pendidikan di SMA/MA, peserta didik

telah membaca sekurang-kurangnya 15 buku sastra dan nonsastra. Namun

demikian, hampir 10 tahun KTSP diimplementasikan, tampaknya target

tersebut tidak tercapai. Alih-alih menugasi siswa membaca buku sains dan

sastra. Berbeda dengan KTSP, kurikulum 2013 sangat menekankan dalam

membaca dan menulis melalui pembelajaran teks, kurikulum ini tidak

mematok target minimal buku yang harus dibaca siswa .

Kurangnya minat baca bukan saja terjadi pasa siswa Sekolah Dasar

(SDS) saja. Supriyoko (2004:113) menjelaskan bahwa, keadaan seperti itu

ternyata terjadi juga pada siswa SMP, SMA maupun SMK, bahkan, sangat

ironis, tidak dimilikinya kebiasaan membaca yang memadai tersebut juga

terjadi dikalangan perguruaan tinggi. Beberapa perguruan tinggi kita memang

memiliki perpustakaan dengan koleksi buku, jurnal, majalah ilmiah, dan

terbita lain dalam jumlah yang cukup, namun kebanyakan dari perguruan

tinggi lainnya tidak memiliki fasilitas seperti itu. Kebanyakan mahasiswa

dan dosen perguruan tinggi tidak mempunyai kebiasaan berkunjung ke

perpustakaan di luar kampusnya. Kebiasaan membaca masyarakat umum

juga rendah. Salah satu indikatornya adalah jumlah surat kabar yang

dikonsumsi oleh masyarakat. Idealnya setiap surat kabar dikonsumsi sepuluh

Page 40: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

24

orang, tetapi di Indonesia angkanya 1:45; artinya setiap 45 orang

mengonsumsi satu surat kabar. Di Filipina angkanya 1:30 dan sri Lanka 1:36.

Terdapat sejumlah faktor penentu kurangnya minat baca. Menurut

Bunanta (2004), faktor penentu minat baca meliputi: 1) Lingkungan keluarga,

2) Pendidikan dan kurikulum di sekolah yang kurang kondusif, 3)

Infrastruktur dalam masyarakat yang kurang mendukung peningkatan minat

baca masyarakat, dan 4) Keberadaan dan keterjangkauan bahan bacaan.

Leonhardtmenjelaskan bahwa faktor-faktor yang menghambat peningkatan

minat baca dalam masyarakat dewasa ini mencakup:

a) Langkanya keberadaan buku-buku anak yang menarik terbitan dalam

Negeri.

b) Makin jarangnya bimbingan orang tua yang suka mendongeng

sebelum tidur bagi anak-anak.

c) Pengaruh televisi yang bukannya mendorong anak-anak untuk

membaca tetapi lebih betah menonton acara-acara televisi.

d) Harga buku yang makin tidak terjangkau oleh kebanyakan anggota

masyarakat.

e) Kurang tersedianya taman-taman bacaan yang gratis dengan koleksi

buku yang lengkap.

Dalam upaya menumbuh kembangkan budaya baca yang harus

dilakukan secara sistematis (terencana, terus-menerus, dan dapat dievaluasi)

dengan menggunakan metode yang efektif dan efisien. Upaya menumbuh

Page 41: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

25

kembangkan budaya baca harus ditempatkan secara tidak terpisahkan dengan

aktivitas berbagai sektor kehudupan masyarakat. Oleh karena itu, upaya

menumbuhkan budaya baca merupakan tanggung jawab bersama seluruh

komponen atau eksponen masyarakat, mulai dari institusi sosial paling kecil

(rumah tangga) sampai institusi paling besar (pemerintah).

Pembelajaran literasi berkaitan erat dengan hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa pembaca dan penulis yang efektif adalah pembaca dan

penulis yang mampu menggunakan kemampuan berpikirnya, untuk mengatur

proses membaca dan proses menulis yang dilakukannya. Pembaca dan

penulis yang demikian adalah pembaca dan penulis yang mampu

merumuskan ide-ide secara kreatif, mampu memecahkan masalah, mampu

menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mampu melakukan

interprestasi secara mendalam, dan mampu secara cerdas memahami teks.

2. Keterampilan Pokok Guru Literasi

Pembelajan literasi tidak akan terwujud tanpa adanya guru berkualitas.

Sejalan dengan kenyataan tersebut, upaya awal yang harus dilakukan untuk

mewujudkan pembelajaran literasi adalah meningkatkan kualitas guru.

Melalui peningkatan mutu guru, guru akan mampu mengembangkan

pembelajaran yang dilaksanakannya. Peningkatan mutu pembelajaran akan

berdampak pada peningkatan mutu lulusan. Pada akhirnya, kepemilikan

karakter guru yang efektif akan berdampak pada peningkatan kemahiran

literasi siswa dimasa yang akan datang bukan sekedar sebuah impian.

Page 42: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

26

Beberapa keterampilan khusus guru literasi tersebut digolongkan Mangieri

(2009:58) ke dalam enam aspek berikut:

1) Peran, Tanggung Jawab, dan Talenta yang Dibutuhkan

Aspek pertama ini berkenaan dengan bakat, talenta dan keterampilan yang

dibutuhkan untuk menjadi guru literasi yang efektif. Selain berkenaan dengan

bakat, talenta, dan keterampilan, aspek ini berkenaan juga tanggung jawab

yang dibutuhkan dalam mengelola kelas, serta sikap yang harus dibentuk dan

ditunjukkan pada saat melaksanakan pembelajaran literasi.

2) Motivasi

Dalam aspek motivasi, guru harus mampu meningkatkan keinginan siswa

untuk membaca, serta memfokuskan kembali perhatian dan minat mereka

untuk menjadi pembaca yang lebih baik. Dalam rangka membangun motivasi

siswa , guru harus memiliki beberapa keterampilan khususnya.

3) Pembelajaran Remedial

Keterampilan ini berkenaan dengan penelitian metode yang dapat guru

gunakan untuk merencanakan, melaksanakan pelajaran, dan menilai

kemampuan literasi siswa pada siswa yang remedial antara lain keterampilan

menyintesis, keterampilan mengulang strategis, keterampilan membangung

ekspektasi, keterampilan mengkreasi, keterampilan melatih berpikir,

keterampilan menganalisis. Dan keterampilan membangun efikasi diri siswa.

Page 43: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

27

4) Ihwal Siswa

Aspek ini berkenaan dengan kegiatan guru dilakukan untuk menjalin

hubungan baik dengan siswa, serta untuk menciptakan lingkungan belajar

yang positif, bersahabat, dan layak bagi siswa. Berkenaan dengan hal ini,

beberapa keterampilan yang harus dimiliki oleh guru adalah keterampilan

menjadi pembina belajar, keterampilan mendorong agar siswa belajar tiada

henti, keterampilan yang menantang bagi siswa, keterampilan membentuk

rasa percaya diri kepada siswa.

5) Kualitas Kelas

Aspek ini berkenaan dengan keterampilan guru dalam menciptakan kelas yang

kondusif, harmonis, dan nyaman bagi siswa selama proses pembelajaran.

Keterampilan ini berkenaan dengan kerampilan guru mengatur meja,

perabotan, bahan ajar, buku, sistem manajemen, dan alat bantu pengajaran di

dalam kelas yang digunakan dalam memaksimalkan siswa belajar.

Keterampilan yang berkenaan dengan aspek ini adalah keterampilan guru

dalam hal melibatkan siswa selama proses pembelajaran melalui kelas yang

menantang, mempromosikan keterampilan yang telah dicapai siswa melalui

ketersediaan sarana publikasi, keterampilan menciptakan melalui kelas yang

menantang, mempromosikan keterampilan yang telah dicapai oleh siswa

ketersediaan sarana publikasi, keterampilan yang menciptakan kelas yang

aman bagi siswa belajar.

6) Karakteristik Pelajaran

Page 44: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

28

Keterampilan ini berkenaan dengan keterampilan dalam memilih dan

menggunakan pendekatan, metode, teknik, dan strategi pembelajaran yang

biasanya digunakan dalam pembelajaran budaya membaca.

3. Sekolah Literasi

Sekolah masa depan yang baik adalah sekolah yang mampu

memfasilitasi siswa nya untuk mampu hidup pada zamannya. Sekolah yang

demikian tentu hanya dapat terwujud jika sekolah tersebut telah memenuhi

standar dasar sebagai sekolah yang harmonis, bermutu, dan bermartabat.

Sekolah yang harmonis adalah sekolah yang menyediakan lingkungan belajar

yang aman dan nyaman bagi siswa , guru, dan sekolah warga sekolah.

Lingkungan ini dapat dibentuk jika dilingkupi dengan nuansa religius. Lebih

lanjut sekolah yang harmonis yang memiliki fasilitas multiliterat, edukatif dan

kaya.

Sekolah yang mampu memfasilitasi siswa nya untuk beroleh segala

kemampuan yang berguna bagi hidup dan kehidupannya dapat dikatakan

sebagai sekolah literasi. Sekolah literasi memiliki beberapa ciri-ciri sebagai

berikut.: 1) Bervisi Literasi, 2) Memiliki sumber daya manusia yang peduli

literasi, 3) memiliki sarana berliterasi, 4) memiliki program literasi, 5)

Menerapkan pembelajaran Literasi.

4. Kemampuan Membaca

Membaca di sekolah dasar landasan bagi tingkat pendidikan yang

lebih tinggi. Sebagai kemampuan yang mendasari tingkat pendidikan

Page 45: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

29

selanjutnya, membaca perlu mendapat perhatian pendidik, sebab jika dasarnya

tidak kuat pada tahapan pendidikan berikutnya peserta didik akan mengalami

kesulitan untuk memperoleh dan memiliki pengaturan. Kemampuan membaca

tidak dapat dilakukan tanpa sarana-sarana yang perlu terutama bahan-bahan

bacaan yang baik, minat baca pada anak, dorongan harkat dan martabat

bangsa, tetapi menjadi kendala pada kenyataannya sekarang masih rendahnya

kemampuan membaca peserta didik dan perlu untuk ditingkatkan lagi

terutama dorongan dari orang tua.

Kemampuan membaca dianggap sangat penting karena melibatkan

pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehinggaa orang tersebut dapat

mencapai tujuannya, dimana hal ini berkaitan langsung bagaimana seseorang

mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya dan berpartisipasi penuh

dalam masyarakat yang lebih luas.

a. Pengertian Membaca

Membaca merupakan kegiatan untuk memperoleh pengetahuan dari

beberapa informasi yang tersampaikan dalam sebuah bacaan.Jadi makin

sering seseorang membaca, maka besar peluang seseorang mendapatkan

skemata dan berarti makin semakin maju pulalah pendidikannya keterampilan

membaca sangat penting dalam kehidupan, karena setiap aspek kehidupan

tidak luput dari kegiatan membaca. Oleh karena itu keterampilan membaca

harus segera dikuasai oleh para siswa di sekolah dasar (SD) karena

keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar

Page 46: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

30

siswa di sekolah dasar (SD). Siswa yang tidak mampu membaca dengan baik

akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan prosese pembelajaran.

Siswa akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi

yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran, buku-buku bahan penunjang

dan sumber-sumber belajar lainnya, akibat kesulitan membaca tersebut

kemajuan belajarnya juga lamban jika dibandingkan dengan teman-temannya

yang tidak mengalami kesulitan dalam membaca. Keterampilan membaca bisa

diperoleh dimana saja, keterampilan membaca pada umumnya diperoleh

dengan cara mempelajarinya di sekolah. Keterampilan berbahasa ini

merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi

pengembangan pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan

manusia, dikatakan unik karena tidak semua manusia, walaupun telah

memiliki keterampilan membaca, dapat mengembangkannya menjadi alat

untuk memberdayakan dirinya atau bahkan menjadikannya budaya bagi

dirinya sendiri, dikatakan penting bagi pengembangan pengetahuan karena

persentase transfer ilmu pengetahuan terbanyak dilakukan melalui kegiatan

membaca.

Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses

membaca yang dimiliki oleh pembaca adalah sebagai berikut:

a) Mengenal sistem tulisan yang digunakan

b) Mengenal kosakata

Page 47: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

31

c) Menentukan kata-kata kunci yang mengidentifikasi topik dan gagasan

utama

d) Menetukan makna kata-kata termasuk kosakata

e) Mengenal bentuk-bentuk kata sintaksis

f) Membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan

g) Menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan

membaca. Seperti skimming untuk mencari ide-ide utama

Membaca meliputi 3 keterampilan dasar yaitu recording, decoding,

dan meaning. Recording mengarah pada kata-kata dan kalimat, kemudian

mengasosiakan dengan bunyi-bunyi yang sesuai dengan sistem tulisan yang

digunakan. Proses decoding mengarah pada proses penerjemahan rangkaian

grafis ke dalam kata-kata. Sedangkan meaning merupakan proses memahami

makna yang berlangsung dari tingkat pemahaman,

Dengan demikian membaca merupakan kegiatan yang penting bagi

seseorang yang ingin meningkatkan diri untuk memperluas wawasannya

meliputi proses pengasosiaan huruf, penerjemahan, dan pemahaman makna isi

bacaan.

b. Tujuan Membaca

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mendapatkan suatu

informasi yang tepat dan benar. Hal ini ditegaskan oleh Rahim (2007:11)

membaca bertujuan untuk mendapatkan informasi atau pesan dari

teks.Membaca dengan tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan

Page 48: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

32

dengan yang tidak mempunyai tujuan. Adapun tujuan membaca menurut

Rahim (2007) yaitu:

a. Menikmati keindahan yang terkandung dalam suatu bacaan.

b. Membaca bersuara memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menikmati bacaan.

c. Menggunakan strategi tertentu untuk memahami suatu bacaan.

d. Menggali pengetahuan atau skema siswa tentang suatu topic bacaan

e. Menghubungkan pengetahuan baru dengan skemata siswa .

f. Mencari informasi untuk pembuatan laporan yang akan disampaikan

dengan lisan dan tertulis..

g. Memberikan kesempatan kepada siswa melakukan eksperimentasi

untuk meneliti sesuatu yang dipaparkan dalam sebuah bacaan.

h. Mempelajari struktur bacaan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

membaca adalah mendapatkan informasi dari bacaan sesuai dengan tujuan

masing-masing pembaca. Membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih

memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan dalam

membaca dengan mudah memperoleh banyak pengetahuan tentang isi, makna,

arti dari suatu bahan bacaan

Page 49: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

33

c. Jenis-jenis Membaca

Menurut Tarigan (2008:11-13) ditinjau dari segi terdengar atau

tidaknya suara pembaca saat melakukan kegiatan membaca, maka dapat

dibagi menjadi membaca nyaring dan membaca dalam hati.

a. Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan

tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar

pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang

disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap,

ataupun pengalaman penulis.

b. Membaca dalam hati adalah kegiatan membaca yang dilakukan

dengan tanpa menyuarakan isi bacaan yang dibacanya.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca

Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca. Dalam

membaca cerita ada banyak faktor yang mempengaruhi, bagaimana

mengekspresikan cerita atau bagaimana memahami isi cerita. Adapun faktor-

faktor yang mempengaruhi membaca yaitu:

1) Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis menyangkut kesehatan fisik, perkembangan neurologis.

2) Faktor Intelektual

Intelektual yang terkait dengan intelegensi merupakan kemampuan

berpikir yang terdiri dari pemahaman yang mendasar tentang situasi yang

diberikan dan merespon secara tepat.

Page 50: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

34

3) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan meliputi latar dan pengalaman siswa di rumah dan

sosialekonomi keluarga siswa .

4) Faktor Psikologis

Faktor Psikologis mencakup (a) motivasi, (b) minat, serta (c) kematangan

sosial, emosional, dan penyesuaian diri.

B. Kerangka Pikir

Upaya sekolah dalam menumbuhkan gemar membaca pada siswa ,

maka dibutuhkannya suatu pembiasaan membaca, yang mana dapa di

implementasikan melalui kultur literasi atau budaya membaca di sekolah.

Membaca adalah jembatan menuju pintu pengetahuan, dengan membaca dapat

memperoleh pengetahuan.

Berikut gambaran kerangka berfikir dalam penelitian ini:

Page 51: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

35

2.1 Skema Kerangka Pikir

Implementasi Kultur Literasi

Faktor Keberhasilan

Keberhasilan

Faktor Kendala

Meningkatkan

Keterampilan

Membaca Keterampilan

Menulis

Keterampilan

Berpikir Kritis

ANALISIS

TEMUAN

Page 52: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara tringulasi (gabungan),

analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi. Adapun ciri-ciri penelitian

kualitatif yaitu: 1) Konteks dan settings alamiah, 2) bertujuan untuk

mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang fenomena, (3)

keterlibatan secara mendalam serta hubungan erat antara peneliti dengan

subjek yang diteliti, 4) teknik pengumpulan data yang khas kualitatif tanpa

adanya perlakuan (treatment), 5) adanya penggalian nilai yang terkandung

dari suatu perilaku, 6) fleksibel, 7) tingkat akurasi data oleh hubungan

antara peneliti dengan subjek penelitian.

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus. Studi kasus

menurut Yin (2013) adalah salah satu metode ilmu-ilmu sosial. Tujuan

dari studi kasus adalah untuk meneliti suatu fenomena di masyarakat yang

dilakukan secara mendalam untuk mengetahui latar belakang keadaan dan

interaksi yang terjadi. Kasus yang dianggap unik dalam penelitian ini

adalah implementasi kultur literasi/budaya membaca yang diterapkan di

sekolah dasar (SD) Inpres Perumnas Antang II/I dalam keterampilan

Page 53: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

36

membaca siswa .

B. Kehadiran Peneliti

Peneliti sebagai orang yang melakukan observasi mengamati dengan

cermat terhadap obyek penelitian. Untuk memperoleh data tentang penelitian

ini, maka peneliti terjung langsung kelapangan. Peneliti ini merupakan

instrumen kunci dalam penelitian kualitatif atau penelitian utama. Peneliti

bertindak sebagai pengumpul data mengadakan pengamatan dan wawancara

terhadap sumber data. Nasition (2003) menyatakan:

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada

menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya

ialah bahwa, segala sesuatunya mempunyai bentuk yang pasti.

Masalah, fokus penelitan, prosedur penelitian, hipotesis yang

digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, semua itu tidak dapat

ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu pasih

perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan serba

yang tidak jelas itu, tidak ada pilhan lain dan hanya peneliti itu

sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa dalam penelitian

kualitatif peneliti adalah key instrument atau instrumen kunci dalam

pengumpulan data. Sifat penelitian kualitatif itu sendiri berasumsi bahwa

realitas dinamis, holistik (menyeluruh) dan tidak dapat dipisahkan variabel-

variabel penelitian. Jadi dalam penelitian kuliatatif permasalahannya belum

begitu jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri,

namun setelah masalah yang dipelajari begitu jelas maka peneliti dapat

mengembangkan instrumen sebagai penguat dan pelengkap pengumpulan

datanya.

Page 54: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

37

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di SD Inpres Perumnas Antang II/I, tepatnya di Jl.

Lasuloro Blok I No.17, Manggala, Kec. Manggala, Kota Makassar, Sulawesi

Selatan.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, dan guru

kelas/wali SD Inpres Perumnas Antang II/I kota Makassar.

E. Data dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer ini berupa data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan dari

sumber utama, dalam data ini data primer yang digunakan wawancara dan

observasi.

a. Data Wawancara Meliputi:

1. Wawancara kepala Sekolah SD Inpres Perumnas Antang II/I..

2. Wawancara kepada guru kelas/wali SD Inpres Perumnas Antang

II/I.

b. Data Observasi Meliputi:

1. Observasi implementasi kultur literasi di Sekolah Dasar Inpres

Perumnas Antang II/I.

2. Observasi aktivitas siswa di dalam implementasi kultur literasi

Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I.

Page 55: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

38

c. Data Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes berupa

tes membaca buku (wacana), kemudian setelah membaca buku/wacana

tersebut, siswa akan menjawab soal-soal yang berkaitan dengan

wacana yang diberikan, selanjutnya guru/peneliti akan menganalisis

hasil pekerjaan siswa. Dari hasil analisis tersebut guru/peneliti dapat

mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap bacaan yang dibacanya

dan dapat mengetahui kemampuan membaca siswa .

2. Data Sekunder

Data sekunder berupa pendukung yang biasanya berupa publikasi atau

jurnal, data sekunder ini berupa dokumen-dokumen atau catatan harian.

Sumber data berasal dari dua jenis yaitu data primer dan data sekunder.

Yang kedua data tersebut saling mendukung dan saling berkaitan. Data

sekunder ini meliputi:

a. Dokumentasi tentang profil sekolah di Sekolah Dasar Inpres Perumnas

Antang II/I.

b. Foto dokmentasi implementasi kultur literasi dalam meningkatkan

kemampuan membaca siswa di Sekolah Dasar Inpres Perumnas

Antang II/I.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian teknik pegumpulan data dilakukan dengan cara:

Page 56: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

39

1. Observasi

Menurut Hasanah (2017) observasi adalah pengamatan dan pencatatan

terhadap subjek yang diteliti di lapangan. Penelitian ini mengunakan observasi

terus terang atau tersamar. Observasi terus terang atau tersamar adalah dalam

observasi jenis ini peneliti menyatakan keterusterangannya kepada

narasumber bahwa ia sedang melakukan penelitian. Namun dalam suatu saat

peneliti juga tidak terus tarang atau tersamar dalam observasi.

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data yang berupa

pertemuan dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar informasi dan

ide dengan tanya jawab secara lisan sehingga dapat dibangun makna dalam

suatu topik tertentu. Penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur,

wawancara terstuktur merupakan wawancara yang dilakukan terlebih dahulu

membuat pertanyaan dan kemudian menyusun daftar pertanyaan dalam

bentuk daftar-daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada informan. Dalam

melakukan kegiatan wawancara, selain membawa instrumen sebagai pedoman

untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu

seperti tape recorder, gambar, brosur, dan material lain yang dapat membatu

pelakasanaan menjadi lancar. Sehingga melalui wawancara terstruktur

informasi yang hendak dicari dapat tersusun dengan baik dan memungkinkan

pertanyaan yang terlewatkan menjadi sedikit sehingga informasi yang

Page 57: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

40

diperoleh lebih lengkap. Adapun instrumen wawancara yang digunakan

peneliti dalam mengumpulkan data wawancara sebagai berikut:

a. Kepala Sekolah

No Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana peran kepala sekolah dalam

pelaksanaan program literasi di sekolah?

2. Bagaimana pelaksanaan kultur literasi/budaya

baca yang diterapkan di Sekolah Dasar Inpres

Perumnas Antang II/I?. Apakah berjalan

dengan baik atau tidak?

3 Bagaimana implikasi dari implimentasi dari

kultur literasi/budaya baca terhadap

kemampuan membaca Sekolah Dasar Inpres

Perumnas Antang II/I?

4 Apa saja faktor penghambat/kendala dalam

implementasi kultur literasi di Sekolah Dasar

Inpres Perumnas Antang II/I?

5. Apa saja faktor pendukung/keberhasilan dalam

implementasi kultur literasi di Sekolah Dasar

Inpres Perumnas Antang II/I?

6. Apakah ada perubahan yang terjadi sebelum

dan sesudah penerapan program gerakan

literasi sekolah di Sekolah DasarInpres

Perumnas Antang II/I diterapkan?

7. Apa latar belakang tujuan diterapkannya kultur

Page 58: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

41

literasi di sekolah?

8. Kapan program literasi di Sekolah DasarInpres

Perumnas Antang II/I dimulai?

9. Apakah program literasi di Sekolah Dasar

Inpres Perumnas Antang II/I merupakan

pembiasaan atau menjadi bagian dari

pembelajaran?

10. Bagaimanamanajemen implementasi kultur

literasi di sekolah?

b. Guru Kelas/Wali

No Pertanyaan Jawaban

1 Bagaimana antusias siswa dalam kegiatan

kulur literasi/budaya membaca di Sekolah

DasarInpres Perumnas Antang II/I?

2 Apakah ada peningkatan membaca siswa

selama gerakan literasi sekolah itu diterapkan

di Sekolah DasarInpres Perumnas Antang

II/I?

3 Apakah dalam pelaksanaan kultur literasi

tersebut diterapkan atau dilaksanakan secara

konsisten dalam pembelajaran di kelas

maupun diluar kelas di Sekolah DasarInpres

Perumnas Antang II/I?

4 Apa saja faktor pendukung/keberhasilan

dalam implementasi kultur literasi di Sekolah

Dasar Inpres Perumnas Antang II/I?

5 Bagaimana pelaksanaan kultur literasi

Page 59: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

42

tersebut diterapkan/dilaksanakan secara

konsisten dalam pembelajaran di kelas

maupun di luar kelas di sekolah?

6 Apa saja faktor penghambat/kendala dalam

implementasi kultur literasi di Sekolah Dasar

Inpres Perumnas Antang II/I?

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya menumen dari

seseorang atau catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan

kebijakan. Penelitian ini mengambil dokumen-dokumen yang mendukung

dalam pengumpulan data sebagai berikut:

a. Sejarah dan profil Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I

b. Visi dan Misi Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I

c. Program pembiasaan Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I

d. Implementasi kultur literasi dalam keterampilan membaca siswa Sekolah

Dasar Inpres Perumnas Antang II/I

G. Teknik Analisis Data

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, teknik analisis data

yang digunakan yaitu dengan menggunakan Miles and Huberman.

Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan

conslucion drawing/ verification.

Page 60: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

43

Berikut ini langkah-langkah analisis data model Miles and Huberman:

Grafik 3.1 Komponen Dalam Analisis Data (Interactive Model)

Sumber: Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D

1. Tahap Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung

terus menerus selama proyek yang berorientasi penelitian kualitatif

berlangsung. Antisipasi akan adanya reduksi data sudah tampak waktu

penelitiannya memutuskan (seringkali tanpa disadari sepenuhnya) kerangka

konseptual data mana dipilihnya. Proses analisis data mestinya dimulai

dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah

dikaji , langkah selanjutnya membuat rangkuman untuk setiap kontak atau

pertemuan dengan informan.

Data Collection

Data Display

Conclusions

Drawing/Verifying

Data

Reduction

Page 61: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

44

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah direduksi, maka data selanjutnya adalah mendisplaykan data.

Display data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk: uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sebagainya. Dengan

adanya penyajian data, maka akan mempermudah untuk memahami apa yang

terjadi, dan merancanakan kerja selanjutnya, berdasarkan apa yang telah

dipahami tersebut. Dalam mendiplay data selain data teks naratif dapat berupa

dengan grafik, matrik, network, dan chart, prose display data adalah mengolah

data dalam bentuk tulisan.

Display data terdapat 3 tahapan yaitu:

a. Kategori tema

Kategori tema adalah proses pengelompokkan tema-tema yang telah

disusun dalam tabel akumulasi tema wawancara dalam dalam suatu

matriks kategorisasi. Tema-tema dicamtukan pada kolom karegori

temayang dipindahkan kedalam matriks kategorisasi satu persatu secara

terperinci pada kolom tema.

b. Subkategori Tema

Setalah serangkaian kategori tema selesai, selanjutnya membuat

subkategori tema, yaitu intinya membagi tema-tema yang telah disusun

tersebut kedalam subtema.

c. Proses Pengodean

Page 62: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

45

Memasukkan atau mencantumkan persyaratan-persyaratan subjek dan

informan sesuai dengan kategori tema dan subkategori temanya kedalam

matrik kategorisasi serta memberikan kode tertentu pada setiap pertanyan

informan tersebut.

3. Tahap Verifikasi/Menarik Kesimpulan

Tahap verifikasi/menarik kesimpulan merupakan proses perumusan

makna dari hasil penelitian yang diungkapkan dengan kalimat singkat padat

dan mudah dipahami., serta dilakukan dengan cara berulangkali melakukan

peninjauan mengenai kebenaran dari penyimpulan itu. Khususnya berkaitan

dengan relevansi dan konsitensinya terhadap judul, tujuan, dan perumusan

masalah.

H. Pengecekan Keabsahan Temuan

Pengecekan keabsahan temuan dalam penelitian ini, untuk mengukur

validitas dan memperkuat kredibilitas dengan menggunakan trianggulasi dan

member chek. Trianggulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai

waktu. Ada tida triangulasi yaitu:

a. Triangulasi Sumber

Trianggulasi sumber untuk menguji kredibilitas dilakukan dengan cara

mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam penelitian

ini beberapa sumber yaitu, kepala sekolah, dan guru kelas/wali. Dan

kemudian kedua kategori ini didiskripsikan dan dikategorisasikan.

Page 63: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

46

b. Triangulasi Tekhnik

Triangulasi tekhnik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi,

dokumentasi, atau kuesioner.Bila dengan teknik pengujian kredibilitas

data tersebut, menghasilakan data yang berbeda-beda, maka peneliti

melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan

atau yang lain, untuk mestikan data mana yang dianggap benar.Atau

mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.

Pengujian ini dilakukan dengan wawancara dan diperkuat dengan

observasi atau dekomuntasi. Apabila ketiga teknik pengujian

menghasilkan data yang berbeda, maka akan dilakukan diskusi lebih lanjut

pada sumber data untuk memastikan data yang benar.

c. Tringulasi Waktu

Tringulasi waktu dalam pengujian kredibilitas dapat dilakukan dengan

cara wawancara, observasi atau dekumentasi dalam waktu dan situasi

berbeda. Bila data yang dihasilkan berbeda, maka dilakukan dengan

berulang-ulang sehingga sampai ditemukan data yang pasti.

Pengujian keabsahan data untuk mengukur validitas data digunakan

member chek. Member chek adalah proses peneliti mengajukan pertanyaan

pada satu atau lebih partisipan untuk tujuan seperti yang telah dijelaskan

di atas. Aktivitas ini juga dilakukan untuk mengambil temuan kembali

Page 64: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

47

pada partisipan dan menanyakan pada mereka baik lisan maupun tertulis

tentang keakuratan laporan penelitian.Pertanyaan dapat meliputi berbagai

aspek dalam penelitian tersebut, misalnya apakah deskripsi data telah

lengkap, apakah interpretasi bersifat representatif dan dilakukan tanpa

kecenderungan.

Page 65: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I

Sekolah DasarInpres Perumnas Antang II/I Kota Makassar didirikan pada

tanggal 7 Januari 1990. Sekolah ini pertama kali dibangun oleh

pemerintah daerah dan berkembang terus-menerus, berdirinya sekolah ini

terdorong oleh keinginan untuk memperbaiki keadaan bangsa. Sekolah

Dasar Inpres Perumnas Antang II/I Kota Makassar terletak di jalan

Lasuloro Blok I No.17 Kecamatan Manggala Kota Makassar, sekarang

dipimpin oleh seorang kepala sekolah bernama Suharniati, S.Pd

2. Visi, Misi Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I

Visi sekolah merupakan cita-cita bersama warga sekokah dan segenap

pihak yang berkepentingan yang mampu memberikan inspirasi, motivasi,

dan kekuatan pada warga sekolah dalam mengemban amanah. Adapun

visi dari Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I adalah

“Mewujudkan siswa yang berakhlak mulia berprestasi serta peduli

lingkungan”

Sedangkan yang dimaksud dengan misi adalah tindakan atau upaya

untuk mewujudkan visi. Misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi

Page 66: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

49

tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya.

Adapun misi Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I adalah:

1. Meningkatkan mutu pendidikan anak melalui pendekatan karakter

pembelajaran yang bersifat efektif, kreatif, dan menyenangkan.

2. Menanamkan akhlak mulia diseluruh warga sekolah

3. Meningkatkan kedisiplinan seluruh warga sekolah

4. Menjalin kerjasama yang harmonis baik di dalam maupun di luar

sekolah

5. Meningkatkan kualitas tenaga pengajar melalui pelatihan untuk

mewujudkan mutu dan prestasi belajar mengajar

6. Menanamkan dan mengajarkan pelestarian lingkunagn hidup sekolah

7. Menjadikan sekolah yang bersih, indah, sejik dan nyaman

8. Menciptakan situasi belajar yang kondusif dengan menata lingkungan

sekolah

3. Program Pembiasaan Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I

a. Upacara Bendera

Upacara yang dilakukan setiap hari senin pagi yaitu upacara

pengibaran bendera merah putih yang melibatkan peserta didik kelas I

sampai kelas VI dan staff guru. Dari kegiatan tersebut diharapkan

dapat melatih kedisiplinan siswa.

Page 67: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

50

b. Menabung

Siswa dibaiasakan menabung dengan menyisihkan uang jajan mereka.

Kegiatan menabung ini dilakukan setiap hari kamis dan sabtu.

c. Pemanfaatan perpustakaan

Tujuan kegiatan ini adalah untuk menumbuhkan budaya membaca

siswa Sekolah DasarInpres Perumnas Antang II/I. Programnya

meliputi:

1. Wajib kunjung perpustakaan

2. Resensi buku

3. Sudut baca kelas

B. Hasil Penelitian

1. Kultur Literasi Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I

Dilatarbelakangi dengan minat membaca yang rendah terutama pada

masa anak-anak, maka Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I

menerapkan kultur literasi atau budaya membaca di sekolah, sebagai upaya

memberikan pembiasaan kepada siswa untuk gemar membaca dan

memberikan fasilitas atau sarana untuk mendukung dalam

pengimplementasiannya. Selain itu tujuan khusus dan umum yang dibuat

merupakan suatu arah untuk mencapai keberhasilan dalam kultur literasi atau

budaya membaca. Berdasarkan data yang diperoleh, implementasi kultur

literasi di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I diterapkan dalam

konteks gerakan literasi sekolah (GLS). Program literasi di Sekolah

Page 68: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

51

DasarInpres Perumnas Antang II/I diterapkan sejak tahun 2016. Kepala

sekolahmengatakan bahwa :

Literasi di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I telah

menerapkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) 2016 telah menerapkan

kultur literasi atau budaya membaca dengan adanya perpustakaan di

sekolah, siswa diwajibkan meminjam dari perpustakaan atau

membawa buku bacaan dari rumah. Hal ini bertujuan agar dapat

menanamkan kepada dalam diri siswa untuk cinta membaca.

Kepala sekolah juga nengatakan tentang peran kepala sekolah di Sekolah

Dasar Inpres Perumnas Antang II/I, beliau mengatakan bahwa:

Kepala sekolah juga harus memiliki pengetahuan dan kecakapan

tinggi yang sesuai dengan bidang tanggung jawabnya di sekolah

tersebut. Dengan demikian, kepala sekolah dapat menjalankan

perannya sebagai pimpinan organisasi yang baik. Peran kepala

sekolah dalam pengembangan gerakan literasi sekolah (GLS) di

sekolah sangat strategis antara lain: a). Pengembangan perpustakaan

sekolah, b). Penyediaan buku-buku pelajaran, fiksi, non fiksi,dll, c).

Pembentukan tim literasi sekolah, d). Kampanye gerakan literasi

sekolah (GLS) (melalui poster, papan pengumuman, dll, e).

Pengembangan program 15 menit membaca, f). Pengembangan kerja

sama dengan orang tua/ wali siswa.

Antusias siswa yang tinggi terhadap kegiatan literasi sekolah termasuk faktor

keberhasilan dalam pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS), guru kelas 2

menyatakan bahwa:

Antusias siswa positif karena diberikan kebebasan untuk memilih

buku, bisa membawa sendiri buku dari rumah, dan dari sudut baca,

dan perpustakaan. Dengan membawa buku sendiri yang disukai anak-

anak menjadi termotivasi untuk membaca. Ada cerita dari anak saya

bahwa sebelum tidur ia selalu membaca buku, ketika dalam

pembelajaran dikelas hasilnya bagus, dan dapat mengerjakan tugas

terutama dapat memahami bacaan dan menuliskan kembali isi bacaan

yang telah ia baca.

Page 69: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

52

Senada juga dikemukakan oleh guru kelas 3 yaitu:

Siswa sangat antusias dalam mengikuti setiap kegiatan literasi,

walaupun pada awal pelaksanaan siswa masih belum mau atau malas,

namun setelah beberapa lama siswa mulai terbiasa. Antusias siswa

juga dapat dilihat waktu peminjaman buku di perpustakaan dimana

sudah dibuat jawdal wajib pinjam buku, dan banyak siswa yang suka

membaca.

Guru kelas 5 juga mengatakan:

Semakin antusias/bersemangat untuk membaca di setiap kesempatan

Pengertian literasi sekolah dalam konteks gerakan literasi sekolah

(GLS) adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu

secara cerdas melalui berbagai aktivitas antara lain membaca, menyimak,

menulis, dan berbicara. Gerakan literasi sekolah (GLS) merupakan gerakan

sosial dengan dukungan kolaboratif dari berbagai elemen. Upaya yang

ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca pada peserta

didik. Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca (guru

yang membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati, yang

disesuaikan dengan konteks atau target sekolah. Terkait dengan kegiatan

pembelajaran yang seintifik dimana Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang

II/I telah menetapkan kurikulum 2013, aktivitas membaca, menulis,

menyimak, dan berbicara merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh

siswa. Literasi sekolah dalam kontek gerakan literasi sekolah (GLS) bertujuan

untuk memberikan pembiasaan dan pengembangan siswa agar gemar

membaca dan menciptakan sekolah yang literat. Dengan memiliki

kemampuan membaca, seseorang kemudian memiliki keterkaitan dengan

Page 70: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

53

kegiatan membaca. Disinilah minat membaca kemudian muncul pada diri

seseorang yang telah bisa membaca. Melalui minat dan kemampuan membaca

inilah, seseorang akan melakukan kegiatan literasi dasar, yaitu membaca

untuk mengakses ilmu pengetahuan dan informasi. Tujuan literasi terbagi

menjadi tujuan umum dan tujuan khusus yang dijadikan tujuan di Sekolah

DasarInpres Perumnas Antang II/I yaitu:

1. Tujuan Umum

Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui

pembudayaan ekosistem literasi yang mewujudkan dalam Gerakan

Literasi Sekolah (GLS) agar menjadi pembelajar sepanjang hayat.

2. Tujuan Khusus

a) Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah

b) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat

c) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan, dan

ramah anak agar warga sekolah mampu mengelolah pengetahuan

d) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam

buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.

Hal ini juga disampaikan oleh kepala sekolah bahwa:

Penerapan kultur literasi melalui gerakan literasi sekolah (GLS) ini

dilatar belakangi oleh kurangnya sikap gemar membaca, dimana di

Indonesia sendiri gemar membaca pada anak-anak masih sangatlah

rendah. Tujuan dari literasi sekolah ini diterapkan yaitu untuk

pembiasaan dan pengembangan terhadap anak-anak gemar membaca

dan terbiasa membaca.

Page 71: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

54

Implementasi budaya literasi membaca di Sekolah DasarInpres

Perumnas Antang II/I ini diterapkan berbagai kegiatan literasi. Kepala sekolah

menyebutkan kegiatan-kegiatan dalam membudidayakan literasi di Sekolah

DasarInpres Perumnas Antang II/I yaitu:

Kultur literasi di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I

diterapkan melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS) diterapkan

melalui kegiatan:

a. Kegiatan setiap hari membaca 15 menit membaca buku sebelum

pembelajaran dimulai

b. Pembiasaan wajib baca di perpustakaan sesuai jadwal yang

dibuat.

c. Penyediaan sudut baca yang diletakkan pada setiap kelas.

Guru kelas 3 Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I mengatakan

bahwa:

Kultur literasi yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Inpres Perumnas

Antang II/I melalui beberapa kegiatan diantaranya:

a. Pembiasaan membaca di perpustakaan sesuai dengan jadwal yang

telah ditentukan

b. Mengadakan sudut baca disetiap kelas

c. Pembiasaan membaca setiap 15 menit di dalam kelas sebelum

pelajaran dimulai.

Kemudian informasi juga diperoleh dari kepala sekolah SD Inpres Perumnas

Antang II/I menyatakan bahwa:

Budaya membaca di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I

melalui gerakan literasi sekolah (GLS), gerakan literasi sekolah

(GLS) disini dilaksanakan melalui:

a. Membuat jadwal berkunjung di perpustakaan

b. Gerakan khusus membaca (GKM) yang terjadwal pula

pelaksanaannya, telah disepakati untuk memudahkan proses

pelaksanannya. Makagerakan khusus membaca GKM

dilaksanakan 15 menit sebelum pembelajaran dimulai.gerakan

khusus membaca ( GKM ) ini ada ada laporan pencatatan

c. Untuk pengadaan buku dari perpustakaan ada buku-buku yang

dikhususkan sesuai dengan tingkatan kelasnya dan siswa boleh

membawa buku dari rumah sesuai dengan seleksi dari guru.

Page 72: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

55

Kemudian informasi juga diperoleh dari guru kelas 2 yang mengatakan

bahwa:

Pelaksanaan literasi di kelas dilaksanakan setelah bel masuk dan

siswa berbaris dan masuk kelas dan berdoa kemudian 15 menit

literasi membaca buku. Selain itu juga siswa diajak belajar di

perpustakaan. Pengadaan sudut baca kelas sebagai sarana dan

prasarana untuk anak senang membaca dan anak juga diperbolehkan

membawa buku dari rumah dengan adanya pengadaan seleksi dari

guru tentang isi buku, sehingga buku yang dibaca mengandung

banyak pengatahuan yang mendukung pembelaran. Pada kelas 2

khususnya saya lebih memberikan arahan agar ketika siswa membaca

mereka benar-benar bisa fokus memahami bacaan, berbeda mungkin

dengan kelas tinggi mereka lebih diberikan kebebasan cara membaca,

karena mungkin siswa kelas tinggi lebih luas wawasannya. Berbeda

dengan kelas I yang saya tahu pelaksanaan literasinya dilakukan

ketika siswa berangkat sekolah masuk kelas dan langsung mengambil

buku untuk dibaca.

Senada yang dikatakan oleh guru kelas 5 yang mengatakan bahwa:

Kultur literasi yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Inpres Perumnas

Antang II/I melalui beberapa kegiatan diantaranya: pembiasaan siswa

untuk membaca buku selama 15 menit sebelum pembelaran dimulai

dan pembiasaan membaca di perpustakaan sesuai dengan jadwal

kelas masing-masing

Informasi juga diperoleh dari kepala sekolah yang mengatakan bahwa:

Pelaksanaan kultur literasi di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang

II/I sudah berjalan dengan karena adanya sarana dan prasana yang

mendukung

Menurut data hasil observasi menunjukkan bahwa gerakan literasi

sekolah (GLS) di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I yang dalam

pelaksanaannya dilakukan selama 15 menit kegiatan membaca di kelas

sebelum pembelajaran dimulai dan pemanfaatan perpustakaan sebagai tempat

Page 73: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

56

sumber belajar dan peminjaman buku yang telah terjadwal. Adapun hasil

observasi yang diperoleh menunjukkan bahwa:

a. Senin, 5 Oktober 2020

Pukul 08.45-09.00 di jam istirahat siswa kelas 2 melakukan peminjaman

buku di perpustakaan, buku yang banyak dipinjam diantaranya buku cerita

atau dongeng, dan jumlah pinjaman buku ada 1 dan ada juga 2 buku

dengan jumlah maksimal pinjaman 3 buku.

b. Selasa, 6 Oktober 2020

Pukul 07.30-07.45, pelaksanaan GLS di kelas 3 selama 15 menit

sebelum pembelajaran dimulai, terlihat siswa secara bergantian/digilir

membacakan cerita kepada teman-temannya. Kemudian guru dan siswa

bersama-sama meriview kembali pokok bacaan kemudian siswa

menuliskan kembali isi bacaan yang mereka baca tadi.

c. Rabu, 7 Oktober 2020

Pukul 07.30-07.45, siswa terlihat aktif dan semangat dalam jam

literasi selama 15 menit di kelas, siswa kelas 5 membaca buku-buku yang

ada disudut baca kelas. Guru memberikan tugas yaitu menuliskan kembali

isi bacaan yang mereka baca.

d. Kamis, 8 Oktober 2020

Pelaksanaan literasi di kelas 5 pukul 07.45-08.10 dilaksanakan

ditengah pembelajaran setelah pembelajaran tematik. Siswa disuruh oleh

guru untuk membaca buku yang dibawa dari rumah, siswa terlihat aktif

Page 74: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

57

dan antusias membaca buku. Setelah membaca beberapa siswa disuruh

menceritakan kembali isi dalam cerita dengan menggunakan bahasa

mereka masing-masing.

e. Sabtu, 10 Oktober 2020

Pelaksanaan gerakan literasi jam 07.30-07.45 di kelas 3 pada jam

literasi. Siswa terlihat aktif dan mendengarkan guru membacakan sebuah

cerita tentang Maling Kundang. Guru membacakan cerita dengan nyaring

dan intonasi membaca yang baik sesuai dengan isi cerita. Setelah selesai

membaca cerita guru memberikan pertanyaan terkait tentang cerita yang

telah disampaikan. Guru bertanya mengenai amanat yang bisa diambil dari

cerita tersebut, siapa saja toko dalam cerita tersebut, dan apa saja kejadian

yang terjadi dalam cerita tersebut.

Penerapan kultur/budaya literasi sekolah dilaksanakan melalui

tahapan-tahapan pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS). Berikut

pelaksanaan tahapan gerakan literasi sekolah (GLS) dari data yang

diperoleh dari lapangan. Tahapan pertama yaitu penumbuhan minat baca

siswa melalui kegiatan 15 menit membaca (Permendikbud No.23 tahun

2015). Tahap kedua yaitu meningkatkan kemampuan literasi melalui

kegiatan menanggapi buku pengayaan dan tahap ketiga yaitu

meningkatkan kemampuan literasi disemua mata pelajaran menggunakan

buku pengayaan dan strategi membaca disemua mata pelajaran. Berikut

pemaparan ketiga tahap pelaksanaan kegiatan literasi sekolah (GLS):

Page 75: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

58

a. Tahap Pembiasaan

Kegiatan pelaksanaan pembiasaan gerakan literasi pada tahap ini

bertujuan untuk menumbuhkan minat peserta didik terhadap bacaan dan

terhadap kegiatan membaca.

1. Kecakapan Literasi

Tabel 4.1 Kecakapan Literasi

Janjang Komunikasi Berpikir Kritis

SD kelas rendah Mengartikulasikan empati

terhadap tokoh cerita

Memisahkan fakta dan opini

SD kelas tinggi Mempresentasikan cerita

dengan efektif

Mengetahui jenis tulisan

dalam media dan tujuannya

Sumber:Panduan Gerakan Literasi Sekolah

2. Prinsip-Prinsip Kegiatan Membaca

a. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku bacaan, bukan buku teks

pelajaran

b. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku yang diminati oleh peserta

didik. Peserta didik diperkenankan membaca buku yang dibawah dari

rumah

c. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini tidak

diikuti oleh tugas-tugas menghafalkan cerita teks, menulis, dan lain-lain

d. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini dapat

diikuti dengan diskusi informasi tentang buku yang dibaca/dibacakan

Page 76: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

59

apabila waktu memungkinkan. Tanggapan dalam diskusi dan kegiatan

lanjutan ini tidak dinilai /dievaluasi

e. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini

berlangsung dalam suasana yang santai dan menyenangkan. Guru

menyapa peserta didik dan bercerita sebelu membacakan buku dan

meminta mereka untuk membaca buku

3. Kegiatan membaca dan penataan lingkungan kaya literasi pada tahap

pembiasaan

a. Membaca buku cerita/pengayaan selama 15 menit sebelum pelajaran

dimulai. Kegiatan membaca yang dapat dilakukan adalah membacakan

buku dengan nyaring dan membaca dalam hati

b. Memperkaya koleksi bacaan untuk mendukung kegiatan 15 menit

membaca

c. Memfungsikan lingkungan fisik sekolah melalui pemanfaatan sarana dan

prasana sekolah, antara lain perpustakaan, sudut buku kelas, area baca,

kebun sekolah, kantin, UKS, dll.

d. Melibatkan komunitas di luar sekolah dalam kegiatan 15 menit membaca

dan pengembangan sarana literasi, serta pengadaan buku-buku koleksi

perpustakaan dan sudut baca kelas

e. Memilih buku bacaan yang baik.

Page 77: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

60

b. Tahap Pengembangan

Kegiatan literasi pada tahap pengembangan bertujuan untuk

mempertahankan minat terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca,

serta meningkatkan kelancaran dan pemahaman membaca peserta didik.

1. Kecakapan Literasi pada Tahap Pengembangan

Tabel 4.2 Kecakapan Literasi pada Tahap Pengembangan

Jenjang Menyimak Membaca Berbicara Menulis Memilah

Informasi

SD Kelas

Rendah

•Menyimak

cerita untuk

menumbuhkan

empati.

Mengeja

kalimat dan

memahami

kata-kata

dalam

cerita

sederhana.

•Membaca

gambar

untuk

memahami

alur cerita.

Menjawab

pertanyaan

tentang

tokoh cerita

dan

kejadian

dalam

cerita.

•Bercerita

melalui

gambar

atau kata/

kalimat

sederhana

Mengidenti

fikasi tokoh

utama dan

alur cerita

sederhana.

SD kelas

tinggi

Menyimak

cerita untuk

menumbuhkan

empati.

Membaca

cerita

dengan

fasih.

Menggunak

an konteks

kalimat

untuk

memaknai

kata-kata

baru.

•Memaham

i cerita

fantasi dan

Menceritak

an ulang isi

cerita

dengan

bahasa

sendiri dan

mengemuk

akan

pendapat

terhadap

cerita

Menuliska

n

tanggapan

terhadap

tokoh/alur

cerita.

•Menulis

modifikasi

cerita

dalam alur

awal-

tengah-

akhir

cerita.

Mengiden

tifikasi

elemen

fakta dan

fiksi dalam

cerita.

•Mengident

ifikasi

perbedaan

dan

persamaan

karakter

tokoh-

tokoh

Page 78: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

61

cerita

rakyat

dalam

konteks

budaya

yang

spesifik.

cerita.

Sumber:Panduan Gerakan Literasi Sekolah

2. Prinsip-Prinsip Kegiatan pada Tahap Pengembangan:

a) Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku selain buku teks pelajaran.

b) Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku yang diminati oleh peserta

didik. Peserta didik diperkenankan untuk membaca buku yang dibawa dari

rumah.

c) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini dapat diikuti oleh

tugastugas menggambar, menulis, kriya, seni gerak dan peran untuk

menanggapi bacaan, yang disesuaikan dengan jenjang dan kemampuan

peserta didik.

d) Penilaian terhadap tanggapan peserta didik terhadap bacaan bersifat non-

akademik dan berfokus pada sikap peserta didik dalam kegiatan. Masukan

31 Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar dan komentar

pendidik terhadap karya peserta didik bersifat memotivasi mereka.

e) Kegiatan membaca/membacakan buku berlangsung dalam suasana yang

menyenangkan.

Page 79: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

62

3. Kegiatan Tahap Pengembangan

a. Langkah-langkah membaca pada tahap pengembangan dapat dilakukan

dengan berbagai cara yaitu:

1. Membacakan nyaring interaktif (Interactive read aloud)

2. Membaca terpandu ( Guided Reading )

3. Membaca bersama ( Shared Reading )

4. Membaca Mandiri (Independent Reading )

b. Mendiskusikan cerita

Selain untuk meningkatkan pemahaman terhadap bacaan, kegiatan

mendiskusikan cerita membantu peserta didik untuk dapat menganalisis

elemen cerita.

4. Pemanfaatan Perpustakaan dan Sudut Baca di Sekolah pada Tahap

Pengembangan

Pemanfaatan perpustakaan dan sudut baca sekolah bertujuan untuk

meningkatkan kecakapan literasi perpustakaan (library literacy) peserta didik.

Kecakapan literasi perpustakaan meliputi:

a. Pengetahuan tentang fungsi perpustakaan sebagai sumber pengetahuan

dan koleksi informasi yang bermanfaat dan menghibur.

b. Kemampuan memilih bahan pustaka yang sesuai jenjang dan minat secara

mandiri.

c. Pengetahuan tentang bahan pustaka sebagai produk karya penulisan yang

diciptakan melalui proses kreatif.

Page 80: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

63

d. Pengetahuan tentang etika meminjam bahan pustaka dan berkegiatan di

perpustakaan.

1) Kunjungan Umum Siswa

Setiap jam istirahat

2) Kunjungan wajib baca

Kelas Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu

I

II

III

IV

V

VI

Catatan:Jam kunjungan wajib siswa dapat digunakan literasi di

perpustakaan

c. Kegiatan Tahap Pembelajaran

Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran bertujuan untuk

mempertahankan minat peserta didik terhadap bacaan dan terhadap

kegiatan membaca, serta meningkatkan kecakapan literasi peserta didik

melalui buku-buku pengayaan dan buku teks pelajaran

Page 81: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

64

1. Kecakapan Literasi pada Tahap Pembelajaran

Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran meningkatkan

kemampuan berbahasa reseptif (membaca dan menyimak) dan aktif

(berbicara dan menulis) yang dijelaskan secara rinci dalam konteks dua

kegiatan utama di tahap ini, yaitu membaca dan menulis. Kemampuan

membaca dan menulis dijenjangkan agar peningkatan kecakapan diempat

area berbahasa tersebut (membaca, menyimak, berbicara, dan menulis)

dapat dilakukan secara terukur dan berkelanjutan. Jenjang kemampuan

membaca dan menulis dibagi dalam tiga tingkatan: awal, pemula, dan

madya, yang merentang dari SD kelas rendah ke kelas tinggi.

Tabel 4.3 Kecakapan Tahap Pembelajaran

Jenjang Kelompok Kemampuan Kemampuan

Pembaca

Awal

(emergent

) SD kelas

rendah

Kemampuan Fonetik Dapat mengidentifikasi

bunyi huruf-huruf.

Belum dapat mengeja

kombinasi huruf-huruf

Pemahaman Kosa Kata Memahami sebagian kata-

kata.

Pemahaman Tata Bahasa Menggunakan ilustrasi

untuk memahami cerita.

Kemampuan Menggunakan

Konteks Untuk Memahami

Bacaan

Dapat menjawab sebagian

pertanyaan terkait cerita

yang telah dibacakan.

Menggunakan ilustrasi

untuk memahami cerita.

Kemampuan Menginterpretasi

dan Merespons Bacaan

Dapat menjawab sebagian

pertanyaan terkait cerita

yang telah dibacakan.

Dapat memberikan respons

yang menunjukkan

Page 82: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

65

pemahaman (mengangguk,

mata mengikuti gerak

tangan pembaca, dll).

Perilaku Membaca Mendengar dan menyimak

dengan baik hampir

sepanjang waktu ketika

dibacakan

Pembaca

Pemula

Sebagian

SD kelas

rendah

dan tinggi

Kemampuan Fonetik Dapat mengeja sebagian

kombinasi huruf-huruf

(konsonan + vokal/KV)

secara mandiri.

Dapat mengeja kombinasi

hurufhuruf lain dengan

bantuan.

Pemahaman Kosa Kata Memahami hampir

sebagian besar kata-kata

yang dibaca dengan atau

tanpa bantuan.

Pemahaman Tata Bahasa Memahami fungsi tanda

baca titik, koma, dan tanya.

Kemampuan Menggunakan

Konteks

Mampu menggunakan

ilustrasi untuk memahami

bacaan.

Kemampuan Menginterpretasi

dan Merespons Bacaan

Dapat menjawab hampir

semua pertanyaan terkait

bacaan.

Perilaku Membaca Mendengar dan menyimak

sepanjang waktu ketika

membaca dengan

panduan/dibacakan.

Pembaca

Madya

SDkelas

tinggi

Kemampuan Fonetik Dapat mengeja semua

kombinasi huruf-huruf

(KV, VK, KKV) dengan

baik.

Pemahaman Kosa Kata Memahami sebagian besar

kata-kata tanpa bantuan.

Pemahaman Tata Bahas Memahami fungsi hampir

semua tanda baca; titik,

koma, tanda tanya, tanda

seru, tanda kutip, dll.

Sumber: Panduan Gerakan Literasi Sekolah

Page 83: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

66

Fokus Kegiatan pada Tahap Pembelajaran Kegiatan yang dapat

dilakukan di tahap pembelajaran antara lain sebagai berikut.

a) Guru mencari metode pengajaran yang efektif dalam mengembangkan

kemampuan literasi peserta didik. Untuk mendukung hal ini, guru

dapat melakukan penelitian tindakan kelas.

b) Guru mengembangkan rencana pembelajaran sendiri dengan

memanfaatkan berbagai media dan bahan ajar.

c) Guru melaksanakan pembelajaran dengan memaksimalkan

pemanfaatan sarana dan prasarana literasi untuk memfasilitasi

pembelajaran.

d) Guru menerapkan berbagai strategi membaca (membacakan buku

dengan nyaring, membaca terpandu, membaca bersama) untuk

meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi

pembelajaran.

1. Implementasi Kultur Literasi dalam Keterampilan Membaca Siswa

Sekolah Dasar Inpres Perumanas Antang II/I Kota Makassar

Program gerakan literasi yang telah dilaksanakan di Sekolah Dasar

Inpres Antang II/I melalui gerakan literasi sekolah (GLS) sebuah upaya

agara budaya literasi di Indonesia dapat terus berjalan, tidak hanya

bermanfaat bagi sekolah itu menjadi sekolah literat, namun dapat juga

meningkatkan pendidikan terhadap siswanya. Berakaitan dengan siswa,

adanya gerakan literasi sekolah (GLS) tersebut memberikan pengajaran

Page 84: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

67

baru melalui pembiasaan membaca dan meningkatkan kualitas

pembelajaran siswa, terutama dalam memperoleh informasi dan melatih

kemampuan mengumpulkan informasi sehingga mendukung dalam

pembelajaran saintifik. Kemudian pengaruhnya bagi sikap dan

pengetahuan dan keterampilan siswa bertambah dan memiliki wawasan

yang luas.

Budaya literasi melalui gerakan literasi sekolah (GLS) tersebut

sangat berpengaruh dalam peningkatan keterampilan membaca siswa,

makin sering siswa membaca maka akan terus berlatih secara terus-

menerus. Sesuai yang dikatan oleh kepala sekolah Sekolah Dasar Inpres

Perumnas Antang II/I yang menyatakan bahwa:

Karena bermacam-macam buku yang dibaca oleh siswa. Beragam

buku bacaan yang disediakan akan menambah pengetahuan siswa.

Selain itu juga siswa diperbolehkan membawa buku dari rumah, maka

siswa akan termotivasi untuk terus membaca. Dan juga dalam literasi

di kelas siswa tidak hanya membaca saja namun juga dalam waktu

yang ditentukan siswa mampu memahami isi bacaan yang mana

disesuaikan dengan tingkatan kelas yang telah ditentukan materi

sebelumnya, misalnya guru menunjuk 5 menit membaca dan 5 menit

memahami bacaan. Sehingga kemampuan membaca anak meningkat

seiring dengan kebiasaan membaca setiap hari.

Dalam upaya menumbuh kembangkan budaya baca harus dilakukan

secara sistematis dengan menggunakana metode yang efektif dan efesien.

Upaya menumbuh kembangkan budaya harus ditepatkan secara tidak

terpisahkan dengan aktivitas berbagai sektor kehidupan masyarakat. Oleh

karena itu, upaya menumbuhkan budaya membaca merupakan tenggung

Page 85: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

68

jawab bersama seluruh komponen atau eksponen masyarakat. Peningkatan

minat baca harus diakui sebenarnya sudah lama dilakukan. Di era

kepemimpinan Soeharto ada gerakan besar-besaran, yakni bebas 3 buta: Buta

Aksara, Buta Angka, dan Buta Bahasa Indonesia. Pada tanggal 5 Maret 2004

presiden meresmikan secara serentak 50 rumah baca yang tersebar di

Indonesia. Beragamnya buku bacaan yang tersedia, siswa termotivasi untuk

membaca selama 15 menit membaca buku selama pelajaran dimulai.

Seperti yang dikatakan oleh guru kelas 2 tentang peningkatan

membaca, beliau mengatakan bahwa:

Ya ada peningkatan,karena selama gerakan literasi sekolah (GLS) ini

berlangsung, siswa lebih sering membaca buku baik itu buku fiksi atau

non fiksi..

Kemudian guru kelas 5 juga mengatakan bahwa:

Ya ada peningkatan, siswa lebih bersemangat untuk membaca diluar

buku pelajaran. Karena siswa menjadi lebih gemar membaca agar

kosata mereka bertambah dan begitupula dengan pengetahuannya

Selanjutnya guru kelas 3 menyatakan keterampilan membaca

siswanya terutama untuk kelas rendah khususnya pada kelas 3 mengalami

peningkatan beliau menyatakan bahwa:

Kemampuan membaca mengalami peningkatan khususnya pada kelas

3, karena semakin banyak siswa membaca maka semakin bertambah

pula kosakata mereka. Sudah da beberapa siswa yang mampu

memahami isi bacaan walaupun masih ada juga yang belum bisa,

setidaknya mereka dapat memahami judul dan toko dalam bacaan

tersebut.

Page 86: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

69

Sesuai hasil observasi yang dilakukan di Sekolah Dasar Inpres

Perumnas Antang II/I menunjukkan bahwa kemampuan membaca pada jam

literasi 15 menit sebelum pelajaran dimulai sebagai berikut:

a. Senin, 12 Oktober 2020

Pada pukul 07.30-07.45 di kelas 2, dilihat dari segi membaca siswa

telihat lancar membaca walaupun masih belum baik dalam memperhatikan

tanda baca, dimana dengan waktu 15 menit siswa mampu membaca 1 buku

cerita pendek. Pada jam literasi tersebut siswa terlihat lancar dan membaca

dengan baik, bahkan ada siswa yang ketika itu mendapat buku yang

menggunakan bahasa asing siswa tersebut terlihat bisa membacanya walaupun

mereka tidak tahu artinya.

b. kamis, 15 Oktober 2020

Pukul 07.30-07.45 pelaksanaan literasi di kelas 3 selama 15 menit

awal sebelum pelajaran dimulai, terlihat siswa secara bergantian membacakan

cerita kepada teman-temannya. Kemudian bersama-sama siswa dan guru

mereview pokok bahasan dalam cerita. Dan kemudian siswa menuliskan

kembali dalam buku gerakan literasi sekolah (GLS). Dalam membacakan

cerita siswa terlihat membaca dengan baik dan lantang.

Page 87: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

70

c. Sabtu, 17 Oktober 2020

Pelaksanaan literasi sekolah pada kelas 5 pada pukul 07.30-07.45

terlihat perwakilan dari siswa kelas 5 membacakan suatu cerita. Saat bercerita

siswa tersebut terlihat sangat memahami isi bacaan, hal itu dapat dilihat siswa

bercerita menggerak-gerakan tangannya sebagai isyarat dan juga intonasi

suara yang berbeda-beda sesuai isi cerita.

Guru kelas 2 mengatakan bahwa kultur literasi diterapkan atau dilaksanakan

secara konsisten di SD Inpres Perumnas Antang II/I, beliau mengatakan

bahwa :

Dalam pelaksanaan literasidi SD Inpres Perumnas Antang II sudah

berjalan secara konsisten seperti yang dijadwalkan. Sekarang

pelaksanaan literasi membaca 15 menit di kelas dilaksanakan secara

fleksibel.

Senada juga yang dikatakan oleh guru kelas 3 yang mengatakan bahwa:

Ya, konsisten karena jurnal gerakan literasi sekolah (GLS) yang

dibagikan di setiap kelas untuk pemantauan pelaksanaan.

Informasi juga disampaikan oleh guru kelas 5 yang mengatakan:

Pelaksanaan gerakan literasi sekolah sudah berjalan secara

konsisten. Literasi dapat dilaksanakan di awal sebelum pembelajaran,

ditengah pembelajaranataupun diakhir pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara oleh beberapa informan dapat diketahui

bahwa keberhasilan literasi dalam keterampilan membaca yang dilakukan

oleh siswa Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I Kota Makassar sudah

mencapai 80% artinya keterampilan membaca siswa tersebut sudah memenuhi

Page 88: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

71

kriteria ketuntasan nilai minimal (KKM), sedangkan masih ada 20% siswa

yang belum memenuhi kriteria ketuntasan nilai minimal (KKM)

Gerakan Literasi Sekolah merupakan upaya untuk melibatkan semua

pihak di lingkungan sekolah, dari mulai kepala sekolah, jajaran komite,

pengawas, guru, siswa, orang tua, dan masyarakat sekitar dalam mendukung

kegiatan literasi.Pengembangan budaya literasi dilaksanakan beriringan

dengan penumbuhan karakter dan budi pekerti di ekosistem sekolah. Dengan

adanya hal ini, diharapkan akan tumbuh budaya membaca dan menulis

sebagai dasar terciptanya proses pembelajaran sepanjang hayat.Indikator yang

digunakan untuk mengukur kemampuan literasi baca-tulis di sekolah adalah

sebagai berikut.

1. Basis Kelas

a. Jumlah pelatihan fasilitator literasi baca-tulis untuk kepala sekolah, guru,

dan tenaga kependidikan

b. Intensitas pemanfaatan dan penerapan literasi numerasi dalam kegiatan

pembelajaran, baik berbasis masalah maupun berbasis proyek

c. Skor PISA, PIRLS, dan INAP mengenai literasi membaca.

2. Basis Budaya Sekolah

a. Jumlah dan variasi bahan bacaan;

b. Frekuensi peminjaman bahan bacaan di perpustakaan;

c. Jumlah kegiatan sekolah yang berkaitan dengan literasi bacatulis;

Page 89: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

72

d. Terdapat kebijakan sekolah mengenai literasi baca-tulis;

e. Jumlah karya (tulisan) yang dihasilkan siswa dan guru;

f. Terdapat komunitas baca-tulis di sekolah.

3. Basis Masyarakat

a. Jumlah sarana dan prasarana yang mendukung literasi bacatulis di

sekolah;

b. Tingkat keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam mengembangkan

literasi baca-tulis di sekolah.

2. Faktor Keberhasilan dan Faktor Kendala dalam Implementasi Kultur

Literasi dalam Keterampilan Membaca Siswa Sekolah Dasar Inpres

Perumnas Antang II/I Kota Makassar

a. Faktor Keberhasilan

Berdasarkan hasil wawancara beberapa informan dalam implementasi

kultur literasi dalam keterampilan membaca di Sekolah Dasar Inpres

Perumnas Antang II/I, menyebutkan ada beberapa faktor yang mendukung

berhasilnya dalam implementasi kultur literasi tersebut. Adapun faktor

keberhasilan menurut kepala sekolah Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang

II/I yang mengatakan bahwa:

Faktor keberhasilan dalam implementasi kultur literasi yaitu:

a. Pengadaan buku bacaan baik buku bacaan di sudut kelas dan

kunjungan membaca dan wajib meminjam buku di perpustakaan

dengan buku bacaan yang lengkap

b. Pada siswa tingkat atas karena sudah memiliki kemampuan

membaca yang baik, dan antusias siswa yang tinggi.

Page 90: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

73

Kemudian menurut guru kelas 2 juga mengatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan gerakan literasi sekolah (GLS) di sekolah yaitu:

Faktor kerbahasilan ini yaitu:

a. Adanya sudut baca kelas yang buku-bukunya sesuai dengan

tingkatan kelas. Buku-buku ini akan digilir ke kelas lain dalam 1

bulan sekali

b. Tersedianya beragam buku di perpustakaan.

Guru kelas 3 juga menambahkan bahwa terkait keberhasil gerakan literasi di

sekolah yaitu:

Adanya kerjasama dengan wali kelas dengan orang tua siswa dalam

pelaksanaan gerakan literasi sekolah ini. Selain itu perpustakaan juga

mendistribusikan beberapa buku bacaan untuk diletakkan di sudut

baca kelas.

.Guru kelas 5 juga mengatakan tentang faktor keberhasilan gerakan literasi

sekolah yaitu:

Faktor keberhasilan ini yaitu:

a. Sarana dan prasana sekolah yang memadai

b. Ketersediaan buku yang beraneka ragam

c. Pengawasan dalam kegiatan literasi melalui keikutsertaan guru

ketika kegiatan literasi berlangsung

Berdasarkan hasil wawancara dan data-data di atas maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa hasil proses pelaksanaan Budaya Literasi di Sekolah

Dasar Inpres Perumnas Antang II/I Kota Makassar sudah baik walaupun

masih ada kendala yang dihadapi namun pelaksanaanya terlihat antusias

peserta didik dan guru-guru dalam mengikuti literasi sekolah. Dan seluruh

peserta didik dengan tertib mengikuti gerakan literasi sekolah (GLS).

Page 91: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

74

Berdasarkan hasil pengamatan juga menunjukkan ketersediaannya

sarana dan prasana seperti perputakaan, sudut baca disetiap kelas, buku-buku

lengkap selain buku pelajaran adalah sebagai faktor berhasilnya implementasi

gerakan literasi sekolah (GLS) tersebut.

b. Faktor Kendala

Berdasarkan pernyataan kepala sekolah Sekolah Dasar Inpres

Perumnas Antang II/ I kendala yang dihadapi secara khusus tidak ada, hanya

apabila terdapat kegiatan akademik sekolah yang mengharuskan guru harus

memotong jam literasi atau memindahkan ke jam lain seperti (bisa ditengah

atau diakhir pembelajaran), walaupun hal ini tidak setiap hari terjadi. Berikut

pernyataannya:

Secara khusus kendala itu tidak ada ada penerapan literasi, biasa

faktor kegiatan akademik yang mengganggu jalannya literasi

walaupun tidak setiap hari, sehingga jam untuk literasi terpotong,

namun solusi yang diambil adalah jam literasi dapat pindah ditengah

atau diakhir pembelajaran.

Pendapat dari guru kelas 2 menyatakan bahwa kendala dalam

implementasi GLS ini terasa ketika pada awal diterapkannya gerakan literasi

sekolah (GLS), namun ketika gerakan literasi sekolah (GLS) itu berlangsung

lama hal ini dapat diatasi. Berikut pernyataan dari guru kelas 2:

Kendala awal yang didapatkan pada penerapan literasi itu, siswa

masih kurang berminat untuk membaca buku. Siswa belum ada

kemauan untuk membaca buku, namun guru-guru tetap memberikan

inisiatif untuk menyuruh siswa untuk tetap membaca buku secara

individu, mereka dibacakan terlebih dahulu guru dan siswa menyimak

dan siswa mencatat hal-hal penting. Setelah beberapa lama siswa

yang membacakan certita kepada teman-temanya.

Page 92: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

75

kemudian guru kelas 3 menyatakan bahwa kendala gerakan literasi sekolah

(GLS) yaitu:

faktor penghambat antara lain:

a) Ada beberapa kegiatan sekolah yang segera dilaksanakan dan

diselesaikan menyebabkan literasi tidak terlaksana untuk

pembiasaan mrmbaca di kelas setiap 15 menit

b) Pembiasaan membaca di perpustakaan terkendala dengan jam

istrirahat siswa yang banyak dimanfaatkan untuk makan dan

bermain. Jadi hanya beberapa siswa saja yang membaca di

perpustakaan.

Guru kelas 5 juga menyatakan kendala dalam pelaksanaan gerakan literasi

sekolah (GLS) di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I khususnya pada

kelas rendah beliau menyatakan bahwa:

a) Faktor waktu yang sering dihadapi, semisal ada kegiatan

akademik guru yang mengharuskan meninggalkan kelas. Namun

hal ini pun bisa diatasi dengan memindahkan jam literasi di awal

pemebelajaran, ditengah, ataupun diakhir pembelajaran.

b) Pengondisian siswa, hal ini karena siswa masih kelas II atau kelas

rendah, perlu diperhatikan yang baik agar mereka dapat membaca

buku dengan serius tapi menyenangkan dan tidak terbebani

C. Pembahasan Hasil Penelitian

a. Implementasi Kultur Literasi di Sekolah Dasar Inpres Perumnas

Antang II/I

Kegiatan gerakan literasi sekolah (GLS) yang di laksanakan di

Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I Kota Makassar menghasilkan

Budaya Literasi yang sangat mengutungkan bagi pihak sekolah terutama

Peserta didik terlebih lagi bagi pihak sekolah itu sendiri. Oleh sebab itu,

kegiatan yang dilakukan peserta didik merupakan hal positif untuk

Page 93: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

76

mengembangkan pengetahuan peserta didik, Peran literasi sekolah sangatlah

mempengaruhi perkembangan peserta didik baik dari segi pengetahuan

maupun dari keterampilan, kegiatan-kegiatan budaya literasi harus menjadi

perhatian khusus agar terus memberikan wadah bagi peserta didik untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki. Gerakan literasi sekolah (GLS) sudah

seharusnya menjadi sesuatu yang wajib diterapkan di setiap lembaga

pendidikan, guna membangun generasi muda menjadi lebih baik melalui

budaya literasi yang memberikan hal positif yang sifatnya membangun

terhadap peserta didik. Hal tersebut selaras dengan 57 perkembangan zaman

moderen saat ini.Namun Budaya generasi muda saat ini mengalami

penurunan, hal tersebut dikarenakan generasi muda lebih condong keteknologi

yang saat ini menjadi hal yang terpenting dalam kehidupan.

Lembaga pendidikan kini harus bisa merubah budaya generasi muda

saat ini kearah yang lebih baik menjadi generasi muda yang mengembangkan

budaya literasi yang gemar membaca, menulis, gemar berdiskusi, dan

melakukan hal-hal positif yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan

sehingga melahirkan generasi muda yang berkualitas yang terwujud dalam

pendidikan.

Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap manusia. Banyak hal

yang dapat dilakukan manusia dalam menuntut ilmu. Dalam Al-Qur’an ilmu

adalah keistimewaan yang menjadikan manusia sebagai manusia unggul

terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankann fungsi keakhlifahan. Ini

Page 94: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

77

tercermin dari kisah kejadian pertama yang di jelaskan dalam Al-Qur’an pada

surat Al-Baqarah ayat 31-32

ؤلء وبء ھ بوي بأسأ ئكة فقبل أ ول وبء كلھب ثن عرضھنأ على ٱلأ سأ إى كتنأ وعلن ءادم ٱلأ

دقیي ١٣ص

ن لب إل هب ك ل علأ ح حكین قبلوا سبأ علین ٱلأ تب إك أت ٱلأ ١٣علوأ

Artinya:

31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)

seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu

berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu

memang benar orang-orang yang benar!”

32. mereka menjawab: “Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui

selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya

Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”

Memperoleh ilmu dapat diperoleh manusia mencarinya dengan cara

belajar. Memperoleh ilmu secara mandiri oleh manusia dapat dilakukan

dengan menempuh pendidikan, baik secara formal maupun non formal.

Berbagai upaya dan strategi yang diterapkan untuk menciptakan seseorang

yang berwawasan dan berilmu. Pengembangan pembelajaran sebagai upaya

meningkatkan kualitas belajar siswa.

Pembiasaan-pembiasaan tersebut bertujuan memberikan lebih banyak

pengalaman dan intelektual siswa. Kaitannya menumbuh kembangkan

intelektual siswa dapat dilakukan dengan cara pembiasaan membaca dengan

menumbuhkan sikap gemar membaca pada siswa. Membaca adalah

mengemukakan atau menyembunyikan rangkaian lambang-lambang bahan

tulis yang dilihatnya dari huruf menjadi kata, kemudian menjadi frasa,

Page 95: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

78

kalimat, dan seterusnya. Bahkan wahyu pertama yang disampaikan pada Nabi

Muhammad saw yang mana Allah telah memerintahkan manusia untuk

membaca dan menulis.

Membangkitkan budaya literasi atau kultur literasi memiliki manfaat

yang luar biasa bagi peradaban manusia. Indonesia sebagai negara

berkembang dimana minat membaca di negara Indonesia masih rendah,

padahal dengan tingginya minat membaca maka dapat pula meningkatkan

sumber daya manusianya, sehingga apabila sumber daya manusia itu bagus

dapat dipastikan negara Indonesia dapat menjadi negara yang maju.tingkat

membaca siswa di Indonesia hanya menempati urutan ke 57 dari 65 negara.

Dibutuhkan program-program yang mampu mendorong invidu yang giat

membaca, terutama jalur pendidikan di sekolah dengan menerapkan budaya

membaca pada siswa. Kementrian pendidikan dan kebudayaan (2013:1)

memaparkan bahwa pengembangan kurikulum 2013 diharapkan dapat

menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif,inovatif, dan afektif

melalui penguatan sikap (tahu mengapa) keterampilan (tahu bagaimana), dan

pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi. Upaya ini sangat beralasan sejalan

dengan kenyataan bahwa berbagai penelitian dan survei yang dilakukan oleh

beberapa lembaga internasional selalu menempatkan Indonesia pada urutan

terendah, dalam bidang kemampuan literasi dibandingkan dengan beberapa

negara ASEAN sekalipun.

Page 96: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

79

Implementasi budaya literasi merupakan suatu kebijakan yang

dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan yang merupakan bagian

dari upaya membagun mentalitas dan karakter bangsa dan juga bagian dari

pada aktivitas revolusi mental.Apalagi dalam pelaksanaan yang dilakukan

setiap hari sebelum pelajaran dimulai.Robinson menyatakan bahwa literasi

adalah kemampuan membaca dan menulis secara baik.Lebih lanjut dijelaskan

bahwa literasi merupakan kemampuan membaca dan menulis yang

berhubungan dengan keberhasilan seseorang dalam lingkungan masyarakat

akademis, sehingga literasi merupakan piranti yang dimiliki untuk dapat

meraup kesuksesan dalam lingkungan sosial.

Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I menerapkan program

pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran terkait membaca.Program ini

diterapkan atas dasar minat baca membaca di Indonesia sangatlah rendah,

terutama pada anak-anak. Kepala sekolah Sekolah Dasar Inpres Perumnas

Antang II/I mengemukakan:

Tujuan gerakan literasi ini diterapkan adalah untuk pembiasaan dan

pengembangan terhadap anak khususnya siswa Sekolah Dasar Inpres

Perumnas Antang II/I agar siswa tersebut dapat meningkatkan gemar

membaca dan terbiasa membaca.

Ungkapan diatas didasarkan pada peraturan menteri Pendidikan dan

Kebudayaan republik Indonesia nomor 23 tahun 2015 tentang penumbuhan

budi pekerti yang menjelaskan mengenai gerakan penumbuhan budi pekerti di

sekolah melalui pembiasaan-pembiasaan, salah satunya adalah melalui

Page 97: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

80

kegitan wajib 15 menit membaca sebelum pembelajaran dimulai. Program

literasi di SD Inpres Perumnas Antang II/I telah diterapkan sejak tahun 2016

oleh pemerintah, hal ini dikatakan oleh kepala sekolah bahwa:

Literasi di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I telah

menerapkan budaya membaca, dengan adanya sudut baca di setiap

kelas. Hal ini untuk menanamkan anak untuk cita membaca.

Gerakan literasi sekolah (GLS) merupakan upaya yang dilakukan

secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah organisasi pembelajaran yang

warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik yang memiliki

tujuan:

1. Tujuan umum

Menumbuhkembangkan budi pekerti siswa melalui pembudayaan

ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam gerakan literasi sekolah

agar menjadi pembelajar sepanjang hayat.

2. Tujuan khusus

a. Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah

b. Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat

c. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah

anak agar warga sekolah mampu mengolah pengetahun.

Pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS) di Sekolah Dasar Inpres

Perumanas Antang II/I terdapat tahapan pelaksanaan yaitu tahapan

pembiasaan, tahapan pengembangan, dan tahapan pembelajaran. Berikut

Page 98: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

81

penjelasan terkait tahapan pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS) di

Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I:

1. Tahapan pembiasaan

Indikator pencapaian pada tahapan pembiasaan meliputi:

a. Ada kegiatan 15 menit membaca (membaca nyaring dan membaca dalam

hati)

b. Kegiatan 15 menit membaca dilakukan setiap hari (diawal, tengah, atau

menjelang akhir pembelajaran)

c. Guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan lain terlibat dalam

kegiatan 15 menit dengan membacakan buku atau ikut membaca dalam

hati.

d. Sekolah berupaya untuk melibatkan publik (orang tua, alumni, dan elemen

masyarakat lain) untuk mengembangkan kegiatan literasi tersebut.

e. Ada sudut baca disetiap kelas dengan koneksi buku non pelajaran

2. Tahap pengembangan

Pada tahap pengembangan ini tentukan pada kemampuan siswa dalam

memahami bacaan, menyimak, membaca, berbicara, dan menulis pada siswa.

3. Tahap pembelajaran

Pada tahap ini terkait dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas

dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar, meningkatkan kemampuan

berbahasa siswa baik membaca dan menulis. Gerakan literasi sekolah (GLS)

di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I dilaksanakan berbagai kegiatan

yang mendukung untuk tercapainya gerakan literasi sekolah, berbagai

pelaksanaan tersebut yaitu:

Page 99: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

82

a. Kegiatan 15 menit sebelum pembelajaran di kelas

Pelaksanaan pembiasaan di kelas sebelum 15 menit pembelajaran

dimulai. Kegiatan ini telah menjadikan siswa terbiasa buku selain buku

pelajaran. Dalam pelaksanaannya siswa merasa tidak dibebani, namun mereka

sangat menyenanginya. Hal ini terlihat siswa akitif membaca buku mereka

juga mampu memahami isi bacaan tersebut.

Pelaksanaan gerakan sekolah ini melalaui pelaksanaan 15 menit

membaca buku sebelum pelajaran dimulai. Pelaksaan kegiatan 15 menit

membaca sebelum pembelajaran tersebut sesuai dengan Permendikbud Nomor

23 Tahun 2015 yang telah dijelaskan diatas. Menurut kepala sekolah Sekolah

Dasar Inpres Perumnas Antang II/I mengungkapkan bahwa:

Pembiasaan setiap hari membaca pada 15 menit membaca buku

sebelum pembelajaran dimulai.

Kemudian menurut guru kelas 5 dan guru kelas 2 beliau mengatakan bahwa:

a. Pembiasaan membaca setiap 15 menit di dalam kelas untuk

bacaan selain buku pelajaran misalnya buku cerita, dll.

b. Pelaksanaan literasi di kelas dilaksanakan setelah bel masuk,

siswa berbaris, masuk kelas dan berdoa kemudian 15 menit

literasi membaca buku.

Pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS) telah dilaksanakan pada

jam literasi 15 menit sebelum pembelajaran. Pada jam literasi ini siswa

membaca buku-buku cerita, buku pelajaran, dll. Selain bercerita sendiri dalam

hati, namun juga siswa bergilir bercerita dengan nyaring kepada siswa yang

Page 100: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

83

lainnya, dan guru yang bercerita kemudian siswa yang mendengarkan dan

menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru terkait cerita tersebut.

b. Penyediaan sudut baca pada setiap kelas

sudut baca kelas adalah salah satu wujud pelaksaan gerakan

literasi sekolah (GLS) dijalankan dengan baik dengan fasilitas yang

mendukung. Penyediaan sudut baca ini adalah sebagai sumber bacaan

siswa di kelas. Buku-buku bacaan yang disediakanpun disesuaikan dengan

tingkat kelas, salain itu buku-buku bacaan pada sudut baca kelas

disediakan oleh perpustakaan sekolah.

Selain pemanfaatan buku-buku pada sudut baca kelas, siswa juga

diperbolehkan untuk membaca buku bacaan dari rumah. Buku-buku yang

dibawa oleh siswa dari rumah tersebut terlebih dahulu akan diseleksi oleh

guru kelas. Wali kelas 3 mengatakan bahwa:

Anak diperbolehkan membawa buku sendiri dari rumah dengan

adanya pengawasan/seleksi oleh guru tentang isi buku, sehingga

buku yang dibaca oleh siswa mengandung banyak pengetahuan yang

mendukung pembelajaran.

Pengadaan seleksi buku yang dibawa oleh siswa dari rumah

bertujuan agara buku-buku bacaan yang dibaca merupakan buku yang

mengandung ilmu pengetahuan. Tidak sekedar cerita tetapi juga

membriakn manfaat dalam kegiatan sehari-sehari siswa.

Page 101: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

84

c. Pemanfaatan perpustakaan sekolah

Pemanfaatan perpustakaan sekolah menjadi tempat yang memiliki

sumber buku yang lebih lengkap. Perpustakaan merupakan sarana

pendukung diterapkannya gerakan literasi sekolah ( GLS) di sekolah

dalam memberikan wawasan yang luas dari buku-buku bacaan.

Perpustakaan sekolah merupakan pusat penyediaan buku-buku fiksi, non

fiksi dan buku pelajaran. Perpustakaan tidak hanya sebagai sarana untuk

membaca namun juga dapat dilakukan sebagai tempat pembelajaran di

kelas yang dialihkan ke perpustakaan, hal ini bertujuan agar siswa mampu

mencari dan mengumpulkan informasi dari berbagai tempat pembelajaran

di kelas yang dialihkan ke perpustakaan, hal ini bertujuan agar siswa

mampu mencari dan mengumpulkan informasi dari berbagai buku bacaan.

Pelaksanaan peminjaman buku di perpustakaan siswa telah memiliki kartu

peminjaman buku di perpustakaan. Peminjaman di Sekolah Dasar Inpres

Perumanas Antang II/I telah terjadwal dengan baik, dengan menerapkan

jadwal wajib meminjam buku di perpustakaan.

b. Implikasi implementasi kultur literasi dalam meningkatkan

kemampuan membaca siswa di SD Inpres Perumnas Antang II/I

Implementasi kultur literasi di Sekolah Dasar Inpres Perumnas

Antang II/I diterapkan melalui gerakan literasi sekolah (GLS) diterapkan

sebagai bentuk menjadikan sekolah yang literat yaitu sekolah yang melek

informasi. Target pencapaian pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS)

Page 102: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

85

di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I sendiri tidak menciptakan

ekosistem pendidikan di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I.

Ekosistem pendidikan yang literat adalah lingkungan yang:

1. Menyenangkan dan ramah siswa, sehingga menumbuhkan semangat

warganya dalam belajar.

2. Menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan.

3. Mengakomodasi partisipasi seluruh warga sekolah dan lingkunagn

eksternal Sekolah Dasar.

Membaca merupakan proses memahami dan merekonstruksi makna

yang terkandung dalam bahan bacaan. Pesan atau makna yang terkandung

dalam teks bacaan merupakan interaksi timbal balik, interaksi aktif, dan

interaksi dinamisantara pengetahuan dasar yang dimiliki pembaca dengan

kalimat-kalimat, fakta, dan informasi yang tertuang dalam sebuah

bacaan.Informasi yang terdapat dalam bacaan merupakan informasi yang

kasat mata atau dapat disebut dengan sumber informasi visual.Upaya dalam

meningkatkan kemampuan membaca sebaiknya lebih menekankan pada

kemampuan memahami isi bacaan yaitu berupa kemampuan:

a. Memahami makna kata-kata yang dibaca

b. Memahami istilah-istilah di dalam konteks kalimat

c. Memahami ide, pokok pikiran, atau tema dari suatu paragraf yang dibaca

d. Memahami rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasa sendiri

Page 103: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

86

e. Menyampaikan hasil pemahaman isi bacaan dengan menggunakan bahasa

sendiri di depan kelas.

Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I telah mewadahi terhadap

perkembangan membaca siswa dengan memberikan lingkungan yang literat

pada siswa. Peningkatan kemampuan membaca siswa dari penerapan GLS di

Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I menunjukkan bahwa:

a. Pemahaman makna kata dan istilah dalam buku bacaan

Kata merupakan adanya sebuah unit bahasa yang dapat mengandung

suatu makna dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Kata tersebut terdiri atas

beberapa huruf terhadap bahasa tersebut. Pemahaman makna kata pada siswa

Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I telah menunjukkan peningkatan

dengan baik. guru kelas 2 mengatakan bahwa:

Kemampuan membaca siswa sendiri mengalami peningkatan, karena

semakin banyak siswa membaca maka dapat menambah pengetahuan

dan kosa kata mereka. Selain itu dengan literasi di kelas, beberapa

siswa sudah mampu memahami isi bacaan walaupun ada juga yang

masih belum bisa, tapi setidaknya mereka memahami judul dan tokoh

dari buku yang dibacanya.

Melihat kemampuan membaca siswa yang baik, lancar dan menjiwai

dalam membaca cerita adalah sebagai hasil bahwa siswa mampu memahami

makna kata dan istilah dalam cerita, sehingga mereka mempu bercerita

kembali atau menceritakan kembali dari apa yang mereka baca sebelumnya.

Selain itu bimbingan guru pada siswa kelas rendah khususnya, sebagai

pendorong siswa dalam memahami isi bacaan.

Page 104: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

87

b. Memahami ide, pokok pikiran atau tema dari bacaan

Menemukan ide atau pokok pikiran itu sangat pentingd dan perlu

dipahami dalam membaca suatu teks bacaan.Ide pokok adalah pokok pikiran

atau permasalahan utama yang mendasari terbentuknya sebuah paragraph,

dapat diakatan bahawa ide pokok bentuk ide atau pikiran penulis dalam

tulisannya.

Kemampuan memahami bacaan siswa sekolah dasar menunjukkan

bahwa dalam memahami ide pokok atau tema ini dapat dilihat dari mereka

mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan guru terkait cerita yang dibaca atau

dibacakan. Kemudian di akhir jam literasi siswa dan guru menyimpulkan dari

cerita yang telah dibacakan. Kemudian pada kelas 2 siswa juga mampu

menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru terkait cerita yang dibaca,

walalupun mereka masih memerlukan bimbingan dalam memahami cerita.

c. Menarik kesimpulan dalam bacaan atau cerita

Menarik kesimpulan merupakan mengambil inti sari dalam suatu teks

cerita atau buku cerita. Teks cerita atau bacaan pastinya mengandung pesan

yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Perlu adanya kemampuan

pemahaman yang baik untuk mengambil pesan atau amanat dalam suatu

cerita, baik yang tersurat maupun tersirat. Dalam hal ini siswa Sekolah Dasar

Inpres Perumnas Antang II/I sudah mampu mengambil amanat dalam suatu

cerita yang dibaca atau dibacakan melalui gerakan literasi sekolah (GLS) yang

setiap hari dilaksanakan.

Page 105: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

88

Selanjutnya pada jam terakhir pelaksanaan literasi di kelas siswa

bersama guru menyimpulkan cerita yang telah dibaca atau dibacakan tadi

seperti, amanat yang bisa diambil dari cerita, tokoh-tokoh dan sifatnya,

perbuatan-perbuatan yang baik dan tidak bik yang ada dalam isi cerita .

c. Faktor keberhasilan dan faktor kendala dalam implementasi kultur

literasi dalam keterampilan membaca siswa Sekolah Dasar Inpres

Perumnas Antang II/I

1. Faktor keberhasilan

Implementasi kultur literasi di Sekolah Dasar Inpres Perumnas

Antang II/I telah dilaksanakan melalui gerakan literasi sekolah (GLS).

Faktor-faktor keberhasilan dalam pelaksanaan literasi di sekolah tidak

lepas dari usaha dan upaya yang telah diberikan kepada sekolah sebgai

bentuk meningkatkan kualitas pendidikan di Sekolah Dasar Inpres

Perumnas Antang II/I. Selain itu kerjasama dan tekad yang kuat dati

semua pihak sekolah dan warga sekolah yang turut andil dalam

menjalankan GLS . berikut beberapa faktor keberhasilan dalam

implementasi gerakan lietasi sekolah (GLS) di Sekolah Dasar Inpres

Perumnas Antang II/I:

a. Penyediaan buku yang memadai

Penyediaan buku yang memadai selain buku pelajaran ada faktor

pendukung dalam pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS) di

Page 106: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

89

sekolah. Beragam buku yang telah disediakan dari buku fiksi, nonfiksi

dan buku pelajaran. Perpustakaan sebagai pusat penyediaan buku, sellau

memberikan pengadaan buku-buku baru agar siswa tertarik untuk

membaca.

Kepala sekolah Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I mengatakan

bahwa:

Selalu ada pengadaan buku-buku di perpustakaan baik buku fiksi,

nonfiksi, umum, pembelajaran, dll.

Tidak hanya perpustakaan sebagai tempat membaca buku, namun

dalam setiap kelas telah diberikan sarana pendukung dalam pelaksaan gerakan

literasi sekolah (GLS) ini yaitu membuat sudut baca. Sudut baca ini

menyediakan beragam buku selain buku pelajaran. Guru kelas 2 mengatakan

bahwa:

Adanya sudut baca kelas yang buku-bukunyq sesuai dengan tingkatan

kelas. Buku-buku ini akan digilir ke kelas lain 1 bulan sekali.

b. Antusias siswa

Siswa sebagai sasasran utama dalam pelaksanaan gerakan literasi

sekolah (GLS) adalah sebagai faktor penting dalam mencapai keberhasilan

gerakan literasi sekolah (GLS). Antusias siswa yang baik atau respon yang

baik terhadap gerakan literasi sekolah (GLS) akan memberikan hasil yang

baik dalam menciptakan sekolah yang literat. Guru kelas 3 mengatakan

bahwa:

Page 107: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

90

Pada siswa tingkat atas karena sudah memiliki kemampuan

mmebaca yang baik, dan antusias siswa yang tinggi atau

sudah terbiasa membaca selama gerakan literasi sekolah

(GLS) ini diterapkan.

a. Dukungan publik dan lingkunagn yang literat

Dukungan yang kuat dari semua pihak terkait dalam

pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS) di Sekolah Dasae Inpres

Perumnas Antang II/I merupakan salah satu faktor keberhasilan

gerakan literasi sekolah (GLS). Dukungan publik ini terdiri dari

dukungan wali kelas atau orang tua siswa, warga sekolah (guru, kepala

sekolah, dll), kemudian lingkungan sekolah yang literat yang

menyediakan sumber kaya teks pada setiap kelas. Dukungan orang tua

terhadap pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS) ini dapat dilihat

dari antusias orang tua dalam membelikan buku-buku bacaan atau

cerita pada anak/siswa. guru kelas 5 mengatakan bahwa:

Dukungan dari siswa dan wali, karena diperbolehkan

membawa buku dari rumah, sehingga anak akan selalu

meminta buku pada orang tua dan mereka akan menceritakan

pada teman-temannya sehingga anak sudah menunjukkan

gemar membaca.

b. Faktor kendala

Kendala dalam gerakan literasi sekolah (GLS) di Sekolah

Dasar Inpres Perumnas Antang II/I dalam pelaksanaan gerakan literasi

sekolah (GLS) tersebut, faktor yang menghambat terlaksananya

gerakan literasi sekolah (GLS) adalah faktor kegiatan akademik

Page 108: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

91

sekolah, kegiatan akademik ini walaupun tidak setiap hari ada, namun

menjadikan salah satu kendala dalam melaksanakangerakan literasi

sekolah (GLS). Namun upaya yang dilakukan sekolah untu mengatasi

hal tersebut yaitu memberikan keleluasan pada jam literasi di kelas

secara fleksibel, tidak harus dilaksanakan pada jam awal sebelum

pembelajaran saja namun tetap dapat dilakukan di tengah dan akhir

pembelajaran namun juga tetap dapat tetap terlaksana setiap harinya.

Kepala sekolah Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I

mengetakan bahwa:

Secara khusus kendala itu tidak ada dalam penerapan literasi,

biasanya faktor kegiatan akademik yang mengganggu jalannya

literasi terpotong, namun solusi yang diambil jam literasi

dapat pindah di tengah atau di akhir pembelajaran.

Kemudian jam istirahat yang pendek dimana kebanyakan siswa

menghabiskan waktu dengan istirahat di kantin. Hal ini membuat waktu

membaca dan meminjam buku di perpustakaan menjadi lebih sempit. Selain

itu pada kelas rendah pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS) 15 menit

sebelum pembelajaran tidak hanya cukup 15 menit karena siswa butuh

bimbingan. guru kelas 2 mengatakan bahwa:

Pengkondisian siswa, hal ini karena mereka masih kelas 2 atau kelas

rendah perlu diperhatikan yang baik agar mereka dapat membaca

buku dengan serius tapi menyenangkan dan tidak terbebani.

Pada kelas rendah atau kelas 2 memang butuh pengondisian siswa

yang ekstra, agar siswa mampu fokus dan memahami bacaan dengan baik. Hal

Page 109: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

92

ini dimungkinkan karena siswa kelas rendah siswa yang masih senang

bermain dan aktif berbeda dengan kelas tinggi yang sudah mampu

mengkondisikan dirinya sendiri.

Page 110: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

93

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Kultur literasi di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I

diterapkan melalui gerakan literasi sekolah (GLS). Gerakan literasi sekolah

(GLS) di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I dilaksanakan dalam

berbagai kegiatan yang mendukung tercapainya gerakan literasi sekolah,

berbagai kegiatan pelaksanaan tersebut yaitu, Kegiatan 15 menit sebelum

pembelajaran di kelas, Peneyediaan sudut baca pada setiap kelas, dan

Pemanfaatan perpustakaan

Kultur literasi tersebut rupanya telah memberikan kontribusi yang

besar dalam menciptakan lingkunagn sekolah yang baik. Hal yang dirasakan

dari kultur literasi melalui gerakan literasi sekolah (GLS) terutama bagi siswa,

sangat membantu dan meningkatkan kualitas belajar dan menambah wawasan

siswa. penerapan gerakan literasi sekolah (GLS) memberikan efek yang

positif dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa. Kemampuan

membaca siswa dengan adanya gerakan literasi sekolah (GLS) memberikan

peningkatan yang baik seperti siswa mampu memahami makna kata dan

istilah dalam buku bacaan, dengan dibuktikan siswa mampu bercerita kembali

dari membaca atau dibacakan cerira. Kemudian siswa mampu memahami ide,

Page 111: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

94

pokok pikiran atau tema dari bacaan, mengambil kesimpulan dalam cerita,

merangkum dan menyampaikan isi cerita dengan bahasa sendiri.

Penerapan kultur literasi yang diterapkan Sekolah Dasar Inpres

Perumnas Antang II/I melalui gerakan literasi sekolah (GLS) telah

memberikan pengaruh yang baik dalam kualitas belajar siswa terutama.

Terkait pelaksanaan dalam gerakan literasi sekolah (GLS) terdapat faktor-

faktor yang mempengaruhi penerapan gerakan literasi sekolah (GLS)

tersebut. Adapun faktor keberhasilannya yaitu, 1) Penyediaan buku yang

memadai, 2) Antusias siswa dala mengikuti kegiatan gerakan literasi sekolah

(GLS), Dukungan publik (orang tua, kepala sekolah, guru, dll). Adapaun

faktor kendalanya yaitu, Secara khusus kendala yang dihadapi dalam

pelaksanaan gerakan literasi tidak ada, namun yang mempengaruhi

keterlaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS) yaitu faktor kegiatan akademik

yang kadang-kadang diadakan sekolah, sehingga hal ini mengganggu

keefektifan pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS) terutama pada

pelaksanaan 15 menit di kelas.

B. Saran

Setelah dilakukan penelitian terkait implementasi kultur literasi dalam

keterampilan membaca siswa Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I

Kota Makassar, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

Page 112: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

95

1. Untuk Kepala Sekolah

a. Dalam menerapkan program literasi hendaknya pihak sekolah menyiapkan

dulu sarana dan prasana yang berkaitan dengan program literasi itu sendiri

agar dalam pelaksanaan penerapannya nanti berjalan sesuai dengan yang

diinginkan semua pihak

b. Mengadakan penyuluhan atau seminar tentang pentingnya program literasi

tersebut minimal pada setiap tahun ajaran baru.

2. Kepada semua guru di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I agar selalu

memberi motivasi siswa serta mengawasinya agar program literasi ini berjalan

sesuai yang diharapkan

3. Kepada seluruh siswa di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I untuk

selalu semangat dalam mengikuti program literasi ini agar prestasi belajarnya

lebih meningkat

Siswa harus lebih fokus dan konsentrasi saat guru membacakan buku

pelajaran atau buku bacaan supaya bisa

4. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk memperkuat penelitiannya dengan

cara mengkaji terlebih dahulu penelitian sebelumnya

Page 113: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

96

DAFTAR PUSTAKA

Arisma, (2012). Peningkatan Minat dan Kemampuan Membaca melalui Penerapan

Program Jam Baca Sekolah di Kelas VII SMP Negeri 1 Puri.Malang:

Universitas Negeri Malang Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia SI

Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Bunanta, (2004). Buku Mendongeng dan Minat Membaca. Jakarta: Pustaka Tangga

Dalman, Keterampilan Membaca (Cet. 2, Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal.5

Gipayana, (2010). Pengajaran Literasi. Malang: Asih Asah Asuh

Harras, (2011). Mengembangkan Potensi Anak melalui Program Literasi Keluarga,

Jurnal Artikulati Vol. 10 No.1

Hasanah, (2017). Teknik-teknik Observasi (Sebuah Alternatif Metode Pengumpulan

Data Kualitatif Ilmu-Ilmu Sosial.At-Taqaddum, 8(1), 21-46.

(http://journal.walisongo.ac.id/index.php/attaqaddum/article/view/1163,

diakses pada tanggal 25 Januari 2020)

Mangieri, (2009). Exemplary Literacy Teachers: What Schools Can Do to Promote

Succes For All Student. New York: The Guilford Press

Nasution. (2003). Metode Penelitian Narulistik Kualitatif. Bandung: Tarsito

Rahardjo, M. (2011).Metode pengumpulan data penelitian kualitatif.

(http://repository.uin-malang.ac.id/1123/1/metode-pengumpulan.pdf, diakses

4 Februari 2020)

Raharjo, Sahid. 2013. Pengumpulan Data Penelitian dengan Observasi.

https://googleweblight.com/i?u=https://www.konsistensi.com/2013/04/pengu

mpulan-data-penelitian-dengan observasi_13.html?m%3D1&hl=ban-ID,

diakses pada tanggal 4 Februari 2020

Rahim, (2007). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara

Saepudin, E. (2015). Tingkat Budaya Membaca Masyarakat (Studi Kasus Pada

Masyarakat Di Kabupaten Bandung). Jurnal Kajian Informasi &

Perpustakaan, 3(2),271-282.

(http://jurnal.unpad.ac.id/jkip/article/view/10003, diakses pada tanggal 23

Januari 2020)

Sangit, (2015). Data Penelitian Model Miles. http://kumpulanmateri-

kuliah.blogspot.com/2015/01/analisis-data-penelitian-model-

miles_31.html?m=1, diakses pada tanggal 3 Februari 2020).

Page 114: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

97

Setyawan Pujiono, Berpikir Kritis dalam Literasi Membaca dan Menulis untuk

Memperkuat Jati Diri Bangsa (prosiding bahasa dan sastra Indonesia

Purwokerto:PIBSI xxxiv, 2012), halm. 77

Sugiyono, 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta Suparlan,

2013. Manajemen Berbasis dari Teori Sampai dengan Praktik. Jakarta:

PT.Bumi Aksara

, , 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung : Alfabeta

, 2018. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Soekanto, Seorjono & Budi Sulistyawati. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar.Depok:

PT. RajaGrafindo Persada.

Sujarwa, 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar: Manusia dan Fenomena Sosial

Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Supriyoko, 2004. Minat Baca dan Kualitas Bangsa. Jakarta: Harian Kompas

Suwandi, Sarwiji. 2019. Pendidikan Literasi Membangun Budaya Belajar,

Profesionalisme Pendidk, dan Budaya Kewirausahaan untuk Mewujudkan

Marwah Bangsa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tarigan, 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:

Angkasa.

Yeti Mulyati, Modul: Hakikat Keterampilan Berbahasa(Respotory.ut.ac.id,2015),

hal.13-14. (http://repository.ut.ac.id/view/year/2015.default.html, diakses

pada tanggal 28 Januari 2020)

Widagdho, Djoko, dkk. 2008. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Page 115: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

98

LAMPIRAN

Page 116: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

99

Page 117: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

100

Page 118: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

101

Page 119: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

102

TRANSKRIP WAWANCARA

SD INPRES PERUMNAS ANTANG II/I KOTA MAKASSAR

Narasumber: Suhartini, S.Pd (Kepala Sekolah)

No Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana peran kepala

sekolah dalam pelaksanaan

program literasi di SD Inpres

Perumnas Antang II/I?

Kepala sekolah juga harus memiliki pengetahuan

dan kecakapan tinggi yang sesuai dengan bidang

tanggung jawabnya di sekolah tersebut. Dengan

demikian, kepala sekolah dapat menjalankan

perannya sebagai pimpinan organisasi yang baik.

Peran kepala sekolah dalam pengembangan gerakan

literasi sekolah (GLS) di sekolah sangat strategis

antara lain:

a. a. Pengembangan perpustakaan sekolah,

b. Penyediaan buku-buku pelajaran, fiksi, non

fiksi,dll,

c. Pembentukan tim literasi sekolah,

d. Kampanye gerakan literasi sekolah (GLS)

(melalui poster, papan pengumuman, dll,

e. Pengembangan program 15 menit membaca, f). F.

Pengembangan kerja sama dengan orang tua/ wali

siswa.

2. Bagaimana pelaksanaan kultur

literasi/budaya baca yang

diterapkan di SD Inpres

Perumnas Antang II/I?.

Pelaksanaan kultur literasi di Sekolah Dasar Inpres

Perumnas Antang II/I sudah berjalan dengan karena

adanya sarana dan prasana yang mendukung

Page 120: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

103

Apakah berjalan dengan baik

atau tidak?

3 Bagaimana implikasi dari

implimentasi dari kultur

literasi/budaya baca terhadap

kemampuan membaca SD

Inpres Perumnas Antang II/I?

Karena bermacam-macam buku yang dibaca oleh

siswa. Beragam buku bacaan yang disediakan akan

menambah pengetahuan siswa. Selain itu juga siswa

diperbolehkan membawa buku dari rumah, maka

siswa akan termotivasi untuk terus membaca. Dan

juga dalam literasi di kelas siswa tidak hanya

membaca saja namun juga dalam waktu yang

ditentukan siswa mampu memahami isi bacaan yang

mana disesuaikan dengan tingkatan kelas yang telah

ditentukan materi sebelumnya, misalnya guru

menunjuk 5 menit membaca dan 5 menit memahami

bacaan. Sehingga kemampuan membaca anak

meningkat seiring dengan kebiasaan membaca

setiap hari.

4 Apa saja faktor kendala dalam

implementasi kultur literasi di

Sekolah Dasar Inpres

Perumnas Antang II/I?

Secara khusus kendala itu tidak ada ada penerapan

literasi, biasa faktor kegiatan akademik yang

mengganggu jalannya literasi walaupun tidak setiap

hari, sehingga jam untuk literasi terpotong, namun

solusi yang diambil adalah jam literasi dapat pindah

ditengah atau diakhir pembelajaran.

5. Apa saja faktor pkeberhasilan

dalam implementasi kultur

literasi di Sekolah Dasar

Inpres Perumnas Antang II/I?

Faktor keberhasilan ini dapat dilihat dari:

a.Pengadaan buku bacaan baik buku bacaan di sudut

kelas dan kunjungan membaca dan wajib meminjam

buku di perpustakaan dengan buku bacaan yang

lengkap

b.Pada siswa tingkat atas karena sudah memiliki

Page 121: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

104

kemampuan membaca yang baik, dan antusias siswa

yang tinggi.

6. Bagaimana implementasi

kultur literasi dalam

pelaksanaan kultur literasi di

sekolah?

Kultur literasi di Sekolah Dasar Inpres Perumnas

Antang II/I diterapkan melalui Gerakan Literasi

Sekolah (GLS) diterapkan melalui kegiatan:

a.Kegiatan setiap hari membaca 15 menit membaca

buku sebelum pembelajaran dimulai

b.Pembiasaan wajib baca di perpustakaan sesuai

jadwal yang dibuat.

c.Penyediaan sudut baca yang diletakkan pada

setiap kelas.

7. Apa latar belakang tujuan

diterapkannya kultur literasi di

sekolah?

Penerapan kultur literasi melalui gerakan literasi

sekolah (GLS) ini dilatar belakangi oleh kurangnya

sikap gemar membaca, dimana di Indonesia sendiri

gemar membaca pada anak-anak masih sangatlah

rendah. Tujuan dari literasi sekolah ini diterapkan

yaitu untuk pembiasaan dan pengembangan

terhadap anak-anak gemar membaca dan terbiasa

membaca.

8. Kapan program literasi di SD

Inpres Perumnas Antang II/I

dimulai?

Literasi di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang

II/I telah menerapkan Gerakan Literasi Sekolah

(GLS) 2016 telah menerapkan kultur literasi atau

budaya membaca dengan adanya perpustakaan di

sekolah, siswa diwajibkan meminjam dari

perpustakaan atau membawa buku bacaan dari

rumah. Hal ini bertujuan agar dapat menanamkan

kepada dalam diri siswa untuk cinta membaca.

Page 122: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

105

9. Apakah program literasi di SD

Inpres Perumnas Antang II/I

merupakan pembiasaan atau

menjadi bagian dari

pembelajaran?

Program literasi merupakan adalah pembiasaan dan

pengembangan terhadap anak khususnya siswa

Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I agar

siswa tersebut dapat meningkatkan gemar membaca

dan terbiasa membaca.

10. Bagaimana manajemen

implementasi kultur literasi di

sekolah?

Budaya membaca di Sekolah Dasar Inpres

Perumnas Antang II/I melalui gerakan literasi

sekolah (GLS), gerakan literasi sekolah (GLS)

disini dilaksanakan melalui:

a.Membuat jadwal berkunjung di perpustakaan

b.Gerakan khusus membaca (GKM) yang terjadwal

pula pelaksanaannya, telah disepakati untuk

memudahkan proses pelaksanannya. Maka gerakan

khusus membaca GKM dilaksanakan 15 menit

sebelum pembelajaran dimulai. gerakan khusus

membaca ( GKM ) ini ada ada laporan pencatatan

c.Untuk pengadaan buku dari perpustakaan ada

buku-buku yang dikhususkan sesuai dengan

tingkatan kelasnya dan siswa boleh membawa buku

dari rumah sesuai dengan seleksi dari guru

Page 123: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

106

TRANSKRIP WAWANCARA

SD INPRES PERUMNAS ANTANG II/I KOTA MAKASSAR

Narasumber: St. Rukaya, S.Pd (Guru Kelas 2)

No Pertanyaan Jawaban

1 Bagaimana antusias siswa dalam

kegiatan kulur literasi/budaya

membaca di SD Inpres Perumnas

Antang II/I?

Antusias siswa positif karena diberikan

kebebasan untuk memilih buku, bisa

membawa sendiri buku dari rumah, dan

dari sudut baca, dan perpustakaan. Dengan

membawa buku sendiri yang disukai anak-

anak menjadi termotivasi untuk membaca.

Ada cerita dari anak saya bahwa sebelum

tidur ia selalu membaca buku, ketika

dalam pembelajaran dikelas hasilnya

bagus, dan dapat mengerjakan tugas

terutama dapat memahami bacaan dan

menuliskan kembali isi bacaan yang telah

ia baca.

2 Apakah ada peningkatan membaca

siswa selama gerakan literasi

sekolah itu diterapkan di SD

Inpres Perumnas Antang II/I?

Ya ada peningkatan selama gerakan literasi

sekolah (GLS) ini berlangsung, karena jika

siswa lebih sering membaca buku maka

semakin banyak pula wawasan yang dia

dapatkan, dan dengan membaca buku dan

memahami siswa dapat menambah

pengetahuan

Page 124: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

107

3 Apakah dalam pelaksanaan kultur

literasi tersebut diterapkan atau

dilaksanakan secara konsisten

dalam pembelajaran di kelas

maupun diluar kelas di SD Inpres

Perumnas Antang II/I?

Pelaksanaan literasi sudah berjalan

konsisten seperti yang dijadwalkan.

Sekarang pelaksanaan literasi membaca 15

menit di kelas dilaksanakan secara

fleksibel.

4 Apa saja faktor keberhasilan dalam

implementasi kultur literasi di

Sekolah Dasar Inpres Perumnas

Antang II/I?

Faktor kerbahasilan ini yaitu:

a.Adanya sudut baca kelas yang buku-

bukunya sesuai dengan tingkatan kelas.

Buku-buku ini akan digilir ke kelas lain 1

bulan sekali

b.Karena mungkin anak mampu membaca

dengan lancar, kadang dalam 1 bulan buku

di sudut baca sudah dibaca semua sehingga

untuk itu mereka diperbolehkan membawa

buku sendiri rumah.

c.Tersedianya beragam buku di

perpustakaan.

5 Bagaimana pelaksanaan kultur

literasi tersebut dilaksanakan

secara konsisten dalam

pembelajaran di kelas maupun di

luar kelas di sekolah?

Pelaksanaan literasi di kelas dilaksanakan

setelah bel masuk dan siswa berbaris dan

masuk kelas dan berdoa kemudian 15

menit literasi membaca buku. Selain itu

juga siswa diajak belajar di perpustakaan.

Pengadaan sudut baca kelas sebagai sarana

dan prasarana untuk anak senang membaca

dan anak juga diperbolehkan membawa

buku dari rumah dengan adanya pengadaan

seleksi dari guru tentang isi buku, sehingga

Page 125: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

108

buku yang dibaca mengandung banyak

pengatahuan yang mendukung pembelaran.

Pada kelas 2 khususnya saya lebih

memberikan arahan agar ketika siswa

membaca mereka benar-benar bisa fokus

memahami bacaan, berbeda mungkin

dengan kelas tinggi mereka lebih diberikan

kebebasan cara membaca, karena mungkin

siswa kelas tinggi lebih luas wawasannya.

Berbeda dengan kelas I yang saya tahu

pelaksanaan literasinya dilakukan ketika

siswa berangkat sekolah masuk kelas dan

langsung mengambil buku untuk dibaca.

6. Apa saja faktor kendala dalam

implementasi kultur literasi di

Sekolah Dasar Inpres Perumnas

Antang II/I?

Kendala awal yang didapatkan pada

penerapan literasi itu, siswa masih kurang

berminat untuk membaca buku. Siswa

belum ada kemauan untuk membaca buku,

namun guru-guru tetap memberikan

inisiatif untuk menyuruh siswa untuk tetap

membaca buku secara individu, mereka

dibacakan terlebih dahulu guru dan siswa

menyimak dan siswa mencatat hal-hal

penting. Setelah beberapa lama siswa yang

membacakan certita kepada teman-

temanya.

Page 126: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

109

TRANSKRIP WAWANCARA

SD INPRES PERUMNAS ANTANG II/I KOTA MAKASSAR

Narasumber: Andi Anita, S.Pd (Guru Kelas 3)

No Pertanyaan Jawaban

1 Bagaimana antusias siswa dalam

kegiatan kulur literasi/budaya membaca

di SD Inpres Perumnas Antang II/I?

Siswa sangat antusias dalam mengikuti

setiap kegiatan literasi, walaupun pada

awal pelaksanaan siswa masih belum

mau atau malas, namun setelah

beberapa lama siswa mulai terbiasa.

Antusias siswa juga dapat dilihat waktu

peminjaman buku di perpustakaan

dimana sudah dibuat jawdal wajib

pinjam buku, dan banyak siswa yang

suka membaca

2 Apakah ada peningkatan membaca

siswa selama gerakan literasi sekolah

itu diterapkan di SD Inpres Perumnas

Antang II/I?

Kemampuan membaca mengalami

peningkatan khususnya pada kelas 3,

karena semakin banyak siswa membaca

maka semakin bertambah pula kosakata

mereka. Sudah da beberapa siswa yang

mampu memahami isi bacaan walaupun

masih ada juga yang belum bisa,

setidaknya mereka dapat memahami

judul dan toko dalam bacaan tersebut

Page 127: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

110

3 Apakah dalam pelaksanaan kultur

literasi tersebut diterapkan atau

dilaksanakan secara konsisten dalam

pembelajaran di kelas maupun diluar

kelas di SD Inpres Perumnas Antang

II/I?

Ya, konsisten karena jurnal gerakan

literasi sekolah (GLS) yang dibagikan

di setiap kelas untuk pemantauan

pelaksanaan.

4 Apa saja faktor pendukung/keberhasilan

dalam implementasi kultur literasi di

Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang

II/I?

Adanya kerjasama dengan wali kelas

dengan orang tua siswa dalam

pelaksanaan gerakan literasi sekolah ini.

Selain itu perpustakaan juga

mendistribusikan beberapa buku bacaan

untuk diletakkan di sudut baca kelas

5 Bagaimana pelaksanaan kultur literasi

tersebut diterapkan/dilaksanakan secara

konsisten dalam pembelajaran di kelas

maupun di luar kelas di sekolah?

Kultur literasi yang dilaksanakan di

Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang

II/I melalui beberapa kegiatan

diantaranya:

a.Pembiasaan membaca di perpustakaan

sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan

b.Mengadakan sudut baca disetiap kelas

c.Pembiasaan membaca setiap 15 menit

di dalam kelas sebelum pelajaran

dimulai.

6. Apa saja faktor penghambat/kendala

dalam implementasi kultur literasi di

Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang

II/I?

faktor penghambat antara lain:

a.Ada beberapa kegiatan sekolah yang

segera dilaksanakan dan diselesaikan

menyebabkan literasi tidak terlaksana

untuk pembiasaan mrmbaca di kelas

Page 128: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

111

setiap 15 menit

b.Pembiasaan membaca di perpustakaan

terkendala dengan jam istrirahat siswa

yang banyak dimanfaatkan untuk makan

dan bermain. Jadi hanya beberapa siswa

saja yang membaca di perpustakaan

Page 129: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

112

TRANSKRIP WAWANCARA

SD INPRES PERUMNAS ANTANG II/I KOTA MAKASSAR

Narasumber: Hasbariah, S.Pd (Guru Kelas 5)

No Pertanyaan Jawaban

1 Bagaimana antusias siswa dalam kegiatan

kulur literasi/budaya membaca di SD

Inpres Perumnas Antang II/I?

Semakin antusias/bersemangat untuk

membaca di setiap kesempatan

2 Apakah ada peningkatan membaca siswa

selama gerakan literasi sekolah itu

diterapkan di SD Inpres Perumnas

Antang II/I?

Ya ada peningkatan, siswa lebih

semangat untuk membaca diluar buku

pelajaran. Siswa menjadi lebih gemar

membaca karena kosatanya akan

bertambah dan begitupula dengan

pengetahuannya

3 Apakah dalam pelaksanaan kultur literasi

tersebut diterapkan atau dilaksanakan

secara konsisten dalam pembelajaran di

kelas maupun diluar kelas di SD Inpres

Perumnas Antang II/I?

Pelaksanaan gerakan literasi sekolah

sudah berjalan secara konsisten. Literasi

dapat dilaksanakan secara fleksibel, bisa

di awal sebelum pembelajaran, ditengah

pembelajaranatau diakhir pembelajaran

4 Apa saja faktor pendukung/keberhasilan

dalam implementasi kultur literasi di

Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang

II/I?

Faktor keberhasilan ini yaitu:

a.Sarana dan prasana sekolah yang

memadai

b.Ketersediaan buku yang beraneka

ragam

c.Pengawasan dalam kegiatan literasi

melalui keikutsertaan guru ketika

Page 130: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

113

kegiatan literasi berlangsung

5 Bagaimana pelaksanaan kultur literasi

tersebut diterapkan/dilaksanakan secara

konsisten dalam pembelajaran di kelas

maupun di luar kelas di sekolah?

Kultur literasi yang dilaksanakan di

Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang

II/I melalui beberapa kegiatan

diantaranya: pembiasaan siswa untuk

membaca buku selama 15 menit

sebelum pembelaran dimulai dan

pembiasaan membaca di perpustakaan

sesuai dengan jadwal kelas masing-

masing

6. Apa saja faktor penghambat/kendala

dalam implementasi kultur literasi di

Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang

II/I?

a.Faktor waktu yang sering dihadapi,

semisal ada kegiatan akademik guru

yang mengharuskan meninggalkan

kelas. Namun hal ini pun bisa diatasi

dengan memindahkan jam literasi di

awal pemebelajaran, ditengah, ataupun

diakhir pembelajaran.

b.Pengondisian siswa, hal ini karena

siswa masih kelas II atau kelas rendah,

perlu diperhatikan yang baik agar

mereka dapat membaca buku dengan

serius tapi menyenangkan dan tidak

terbebani.

Page 131: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

114

HASIL OBSERVASI

GERAKAN LITERASI SEKOLAH (GLS) 15 MENIT DI KELAS

a. Senin, 5 Oktober 2020

Pukul 08.45-09.00 di jam istirahat siswa kelas 2 melakukan

peminjaman buku di perpustakaan, buku yang banyak dipinjam

diantaranya buku cerita atau dongeng, dan jumlah pinjaman buku ada 1

dan ada juga 2 buku dengan jumlah maksimal pinjaman 3 buku.

b. Selasa, 6 Oktober 2020

Pukul 07.30-07.45, pelaksanaan GLS di kelas 3 selama 15 menit

sebelum pembelajaran dimulai, terlihat siswa secara bergantian/digilir

membacakan cerita kepada teman-temannya. Kemudian guru dan siswa

bersama-sama meriview kembali pokok bacaan kemudian siswa

menuliskan kembali isi bacaan yang mereka baca tadi.

c. Rabu, 7 Oktober 2020

Pukul 07.30-07.45, siswa terlihat aktif dan semangat dalam jam literasi

selama 15 menit di kelas, siswa kelas 5 membaca buku-buku yang ada

disudut baca kelas. Guru memberikan tugas yaitu menuliskan kembali isi

bacaan yang mereka baca.

d. Kamis, 8 Oktober 2020

Pelaksanaan literasi di kelas 5 pukul 07.45-08.10 dilaksanakan

ditengah pembelajaran setelah pembelajaran tematik. Siswa disuruh oleh

Page 132: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

115

guru untuk membaca buku yang dibawa dari rumah, siswa terlihat aktif

dan antusias membaca buku. Setelah membaca beberapa siswa disuruh

menceritakan kembali isi dalam cerita dengan menggunakan bahasa

mereka masing-masing.

e. Sabtu, 10 Oktober 2020

Pelaksanaan gerakan literasi jam 07.30-07.45 di kelas 3 pada jam

literasi. Siswa terlihat aktif dan mendengarkan guru membacakan sebuah

cerita tentang Maling Kundang. Guru membacakan cerita dengan nyaring

dan intonasi membaca yang baik sesuai dengan isi cerita. Setelah selesai

membaca cerita guru memberikan pertanyaan terkait tentang cerita yang

telah disampaikan. Guru bertanya mengenai amanat yang bisa diambil dari

cerita tersebut, siapa saja toko dalam cerita tersebut, dan apa saja kejadian

yang terjadi dalam cerita tersebut.

Page 133: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

116

LAMPIRAN FOTO DOKUMENTASI

(PROFIL SEKOLAH SD INPRES PERUMNAS ANTANG II/I)

(WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH SD INPRES PERUMNAS ANTANG II/I )

Page 134: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

117

(FOTO HALAMAN SEKOLAH SD INPRES PERUMNAS ANTANG II/I)

(FOTO SEKOLAH SD INPRES PERUMNAS ANTANG II/I )

( FOTO LORONG KELAS SD INPRES PERUMNAS ANTANG II/I)

Page 135: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

118

(FOTO PERPUSTAKAAN SD INPRES PERUMNAS ANTANG II/I)

(FOTO MADING KELAS)

Page 136: IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN MEMBACA …

119

RIWAYAT HIDUP PENULIS

penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Barru dan tamat pada tahun

2015. Tahun 2016, penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Guru

Sekolah Dasar FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar dan akan menyelesaikan

masa perkuliahan di Universitas Muhammadiyah Makassar dengan judul skripsi :

“Implementasi Kultur Literasi dalam Keterampilan Membaca Siswa Sekolah Dasar

Inpres perumnas Antang II/I Kota Makassar”

Syarifah Maulidyawati.F, lahir di Makassar, pada

tanggal 10Juli 1997. Anak ke 4 dari 4 bersaudara dari

pasangan Ayahanda Ir. Fakhruddin Harun dan Ibunda Hj.

Syarifah Nur Qalbi Latief. Penulis mulai memasuki

jenjang pendidikan pada 2004 di Sekolah Dasar Inpres

Lompengeng tamat pada tahun 2009. Tahun 2009 penulis

melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 1 Tanete

Rilau dan tamat pada tahun 2012. Pada tahun yang sama