Upload
others
View
36
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SMK NEGERI 8 SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
OLEH:
PRISKA SEPTIA SARI
A220140063
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
HALAMAN PERSETUJUAN
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS DI SMK NEGERI 8 SURAKARTA
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
Priska Septia Sari
A220140063
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
(Drs. Achmad Muthali’in, M.Si)
NIK. 406
ii
HALAMAN PENGESAHAN
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS DI SMK NEGERI 8 SURAKARTA
Disusun Oleh
Priska Septia Sari
A220140063
Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
pada hari Rabu, tanggal 20 Agustus 2019
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji
1. Drs. Achmad Muthali’in, M.Si. (...............................)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Prof. Dr. Bambang Sumardjoko, M.Pd. (...............................)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Dr. Eko Supriyanto, M.H. (...............................)
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
(Prof. Dr. Harun Prayitno, M.Hum)
NIK. 19650428 199303 1001
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atas pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidak benaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 19 Agustus 2019
Penulis
PRISKA SEPTIA SARI
1
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS DI SMK NEGERI 8 SURAKARTA
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan latar belakang pelaksanaan, implementasi
pendidikan inklusi, kendala yang dihadapi, serta solusinya. Jenis penelitian ini adalah
kualitatif, dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi, validitasnya dengan triangulasi, serta teknik analisisnya menerapkan
model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, latar belakang
pelaksanaa pendidikan inklusi di SMK Negeri 8 Surakarta adalah adanya kepedulian
terhadap anak berkebutuhan khusus yang memiliki keinginan untuk melanjutkan
pendidikan. Kedua, implementasi pendidikan inklusi bagi siswa berkebutuhan
khusus di SMK Negeri 8 Surakarta sudah dilaksanakkan dengan baik. Sekolah
melakukan pembelajaran dengan sistem inklusif penuh, yang berarti siswa inklusi
menjadi satu kelas dengan siswa reguler dalam proses pembelajaran. Komposisi
ketunaannya terdiri dari tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tunagrahita, autisme, dan
lambat belajar atau slow learned. Ketiga, kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaannya adalah belum tersedianya guru khusus bagi siswa berkebutuhan
khusus dengan peminatan tertentu. Keempat, solusi yang diberikan adalah
mengadakan workshop mengenai pendidikan inklusi dan anak berkebutuhan khusus
dengan mendatangkan narasumber yang ahli dibidangnya.
Kata kunci: implementasi, pendidikan inklusi, anak berkebutuhan khusus.
Abstract
This study aims to discribe background of the implementation, implementation of
inclusive education, various obstacles encountered, and the solutions provided. This
type of reaserch is qulitative, with data collection trought interviews, observation,
and documentation, its validity with triangulation and analysis techniques applaying
interactive models. The results showed that first, the background of implementing
inclusive education in SMK Negeri 8 Surakarta is the concern for children with
special needs who have the desire to continue their education. Second
implementation of inclusive education for students with special needs at SMK Negeri
8 Surakarta was well implemented. Schools carry out learning with a full inclusive
system, which means inclusive students become one class with regular students in
the learning process. Its composition consists of blind, deaf, dissability, mentally
retarded, autism, and slow learning. Third obstacle faced in implementing inclusive
education is the unavailability of special teachers for students with special needs who
have expertise in the field. Fourth the solution that can be given is to hold workshops
on inclusive education and children with special needs by bringing in expert speakers
in their fields. Keyword: Implementation, inclusive education, child with special needs.
1. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap orang, sekaligus faktor penting dalam
kehidupan manusia. Juga menjadi salah satu faktor penentu kuliatas generasi penerus
2
bangsa. Pendidikan menjadi sarana mengenal dan mengembangkan potensi diri,
sehingga mampu menghadapi berbagai permasalahan kehidupan. Oleh karena itu,
pendidikan menjadi sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Pendidikan
merupakan usaha sadar yang dilakukan orang dewasa untuk mendewasakan anaknya
agar dapat tumbuh dan berkembang serta memiliki kemampuan sebagaimana yang
diharapkan (Muchtar dalam Djumali dkk, 2014: 31). Pendapat tersebut selaras
dengan rumusan resmi dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.
Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ( pasal 1).
Pendidikan juga diartikan sebagai proses timbal balik dari tiap pribadi manusia
dalam penyesuaian dirinya dengan teman dan alam semesta. Pendidikan merupakan
pola perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan dari semua potensi manusia,
moral, intelektual dan jasmani. Kemudian diarahkan untuk mencapai tujuan hidup.
Kategori anak berkebutuhan khusus adalah anak yang apabila memiliki
ketidakmampuan dan gangguan pada alat indera, yang berupa gangguan
pendengaran, penglihatan, gangguan atau kelainan fisik, retardesi mental, gangguan
bicara dan bahasa, gangguan belajar, gangguan emosional serta perilaku. Anak
berkebutuhan khusus harus mendapatkan perlakuan yang sama dalam bidang
pendidikan. Pendidikan anak berkebutuhan khusus tentunya berbeda dengan anak
normal pada umumnya. Untuk itu perlu adanya pendidikan dan layanan tersendiri
bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus.
Pendidikan dan layanan bagi anak berkebutuhan khusus disusun sedemikian
rupa guna mempermudah dalam proses pembelajaran. Pemberian pendidikan dan
layanan khusus dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki
secara optimal. Pendidikan dan pelayanan tersebut bisa didapat melalui pembelajaran
di lembaga khusus yang terpisah dengan anak-anak normal lainnya. Lembaga ini
biasa disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB). Sekolah Luar Biasa (SLB)
merupakan jenis pendidikan yang khusus menangani pendidikan bagi anak-anak
dengan kterbatasan mental atau disabilitas. Keberadaan SLB diharapkan dapat
3
memberikan layanan dasar dan membantu anak berkebutuhan khusus mendapatkan
akses pendidikan. Dengan memperhatikan kebutuhan setiap peserta didik. Namun,
supaya siswa lebih mudah bersosialisai dengan masyarakat, mulai dikenalkan dengan
pendidikan inklusi. Pendidikan inklusi merupakan sistem layanan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua anak belajar bersama-sama di sekolah umum
dengan memperhatikan keragaman dan kebutuhan individual, sehingga potensi anak
dapat berkembang secara optimal (Budiyanto, 2005: 9).
Pendidikan inklusi di Indonesia memberikan kesempatan kepada semua peserta
didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu
yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya. Dalam Peraturan Menteri
No. 70 tahun 2009, prinsip pendidikan inklusi di Indonesia adalah menghargai
keanekaragaman dan tidak diskriminatif terhadap semua peserta didik dengan
keterbatasan (pasal 4). Prinsip tersebut sejalan dengan hasil penelitian Ghergut
(2010) yang dimuat dalam jurnal “Education of Children with Special Needs in
Romania; Attitudes and Experiences”, yang menunjukkan bahwa pendidikan anak
berkebutuhan khusus pada sekolah umum merupakan salah satu prioritas kebijakan
pendidikan di Romania. Pelaksanaan program tersebut didasarkan pada prinsip anti
diskriminasi, keadilan, keadilan sosial dan hak asasi manusia membuatnya penting
bahwa siswa penyandang cacat dan kebutuhan khusus harus menikmati akses yang
sama seperti semua siswa lain ke sekolah biasa lingkungan dan kurikulum yang luas,
seimbang dan relevan (Ghergut, 2010).
Penelitian Minou (2011) dalam jurnal “New Trends in Education of Children
with Disabilities”, menjelaskan bahwa pada era modern pendidikan bagi anak
penyandang cacat menghasilkan model pendidikan baru yang bergerak dari
pendidikan khusus menuju pendidikan inklusi yang lebih modern. Artinya
pendidikan inklusi lebih berfokus pada pencegahan, penyembuhan dan langkah-
langkah untuk membentuk anak berkebutuhan khusus dapat belajar senormal
mungkin (Minou, 2011).
Penelitian yang dilakukan Agustina (2016) dengan judul “Manajemen
Pendidikan Inklusi di Sekolah Dasar Sumbersari 1 Kota Malang”, menunjukkan
4
bahwa implementasi dan menejemen pendidikan inklusi di Sekolah Dasar
Sumbersari 1 Kota Malang dilakukan dengan dua tenaga pendidik kebutuhan khusus
untuk menangani siswa berkebutuhan khusus sebanyak 19 siswa. Kurikulum yang
digunakan merupakan modifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
Kendala pelaksaan program inklusi tersebut adalah pembiayaan pendidikan,
keterbatasan sarana dan prasarana, serta kurangnya tenaga pendidik kebutuhan
khusus.
Penelitian lain dengan judul “Sikap Orang Tua dan Guru terhadap
Implementasi Pendidikan Inklusi di PAUD” yang berlokasi di PAUD ABA
Pekalongan menunjukkan hasil yang mengejutkan. Karena sebagian besar (73,3%)
responden menyatakan tidak setuju jika siswa atau anak dengan kebutuhan khusus
berada dalam satu kelas dengan siswa normal. Mereka mengatakan seharusnya anak
dengan kebutuhan khusus menjalani pendidikan di sekolah luar biasa atau sekolah
khusus, presentase pendapat tersebut sebesar 86,67%. Bahkan 63,33% responden
menyatakan bahwa siswa dengan kebutuhan khusus bisa menjadi kekurangan bagi
sekolah jika belajar bersama dengan anak normal (Kristiana, 2015).
Penelitian Kristiana (2015) di atas menunjukkan pro kontra dalam pendidikan
inklusi bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah umum. Sebagian besar
menyatakan bahwa pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus diterima
dalam masyarakat, namun ada juga yang menolak. Yang menjadi faktor penolakan
adalah kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang pendidikan inklusi.
Kehadiran ABK dianggap mengganggu proses pembelajaran dan perhatian lebih oleh
guru terhadap siswa ABK menjadi alasan terkuat pendidikan inklusi ditolak. Orang
tua takut jika siswa non ABK kurang mendapat perhatian dari guru jika berada dalam
satu kelas dengan siswa ABK yang notabene perlu mendapat perhatian khusus.
Namun, tidak sedikit juga yang setuju dengan adanya pendidikan inklusi. Alasan
mereka menerima pendidikan inklusi adalah supaya siswa ABK tidak merasa rendah
diri dan dapat berinteraksi dengan siswa non ABK tanpa merasa dibedakan. Juga
sebagai sarana pembelajaran untuk melatih empati anak. Inilah yang kemudian
menjadi kekuatan bahwa pendidikan inklusi penting. Mengingat bahwa semua anak
berhak mendapat pendidikan tanpa adanya diskriminasi.
5
Hal inilah yang menjadikan program inklusi menarik untuk diteliti lebih lanjut.
Penelitian ini akan dilakukan secara komparatif untuk mengetahui bagaimana latar
belakang sekolah menyelenggarakan pendidikan inklusi, pelaksanaan program
pendidikan inklusi, kendala dalam pelaksanaannya serta solusi yang dapat diberikan
untuk mengatasi kendala tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, pelaksanaan program pendidikan inklusi di sekolah
menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian. Maka penulis mengambil
judul “Implementasi Pendidikan Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SMK
Negeri 8 Surakarta”.
2. METODE
Tempat penelitian ini di SMK Negeri 8 Surakarta yang beralamat di Jl. Sangihe,
Kelurahan Kepatihan Wetan, Kecamatan Jeberes, Kota Surakarta, Jawa Tengah
terakreditasi A. Tahap-tahap penelitian ini dimulai dari persiapan sampai penulisan
laporan akhir. Secara keseluruhan penelitian ini berlangsung selama 4 bulan, dari
Mei 2019 sampai Agustus 2019. Metode penelitian naturalistik atau kualitatif adalah
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti tempat yang alamiah dan peneliti
tidak membuat perlakuan karena pengambilan data bersifat emic, yaitu berdasarkan
pandangan dari sumber data, bukan pandangan peneliti (Sugiyono, 2010:9-12). ).
Data kualitatif merupakan data yang menunjukkan kualitas atau mutu dari suatu yang
berupa keadaan, proses, dan kejadian yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan
(Nawawi dalam Hadari, 1992:49). Jenis penelitian ini menggunakan penelitian
naturalistik atau kualitatif, karena analisis data dari penelitian ini adalah berbentuk
kata, kalimat, dan skema. Data diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Data yang terkumpul analisisnya bersifat induktif berdasarkan fakta-
fakta dari sumber data dan informan yang ditemukan di lapangan, bukan berdasarkan
pandangan dari peneliti sendiri.
Menurut Sukmadinata (2012: 61-65) terdapat dua macam stategi atau metode
penelitian dalam penelitian kualitatif, yaitu strategi interaktif dan non interaktif.
Penelitian ini menggunakan strategi atau metode interaktif dengan studi kasus,
karena memfokuskan pada kasus tertentu. Kasus dalam penelitian ini tentang
6
pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah studi kasus di SMK
Negeri 8 Surakarta tahun 2019 mengenai latar belakang pendidikan inklusi di SMK
Negeri 8 Surakarta, implementasi pendidikan inklusi, kendala serta solusinya.
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisisnya menerapkan model interaktif, baik
dalam pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, sampai penarikan
kesimpulan. Serta validitas data menggunakan triangulasi sumber data.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
SMK Negeri 8 Surakarta pertama kali menerima siswa inklusi pada tahun 1999
dengan kategori tunanetra kiriman dari SLB/A YKAB Surakarta sebanyak 3 siswa.
Kesadaran akan pentingnya pendidikan menjadikan SMK Negri 8 Surakarta
melaksanakan program inklusi. Adanya siswa berkebutuhan khusus dan perlu adanya
layanan khusus yang minat berbakat di bidang seni menjadi faktor penting yang
menjadi alasan pelaksanaan program inklusi di SMK Negeri 8 Surakarta. Serta
bentuk kepedulian kepada masyarakat berkebutuhan khusus yang berminat belajar di
bidang seni dan pertunjukan.
Alasan lain yang menjadi pendorong sekolah untuk mengadakan program
inklusi yaitu sebagai bentuk nyata program pemerintah untuk mewujudkan
pendidikan untuk semua (education for all). Sebagaimana tercantum dalam undang-
undang pendidikan dan Peraturan Pemerintah tentang pendidikan inklusi bagi peserta
didik yang memiliki kelainan.
Penerimaan peserta didik berkebutuhan khusus pada awalnya belum terbuka
seperti saat ini. Siswa kiriman dari sekolah luar biasa saja yang dapat di terima di
SMK Negeri 8 Surakarta. Namun, setelah mendapat penunjukan resmi dari
pemerintah untuk menjadi sekolah penyelenggara pendidikan inklusi, penerimaan
peserta didik berkebutuhan khusus menjadi lebih terbuka. Apalagi saat ini system
pendaftaran bagi calon peserta didik baru telah dilakukan secara online yang dikelola
oleh pemerintah dengan mencantumkan pendaftaran secara umum bagi siswa
berkebutuhan khusus, sehingga semakin memudahkan calon peserta didik
berkebutuhan khusus memilih sekolah yang diinginkan.
7
Pelaksanaan pendidikan inklusi di SMK Negeri 8 Surakarta berdasarkan hasil
penelitian dinilai cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari penerimaan peserta didik yang
dilakukan secara terpadu oleh pemerintah ditambah dengan adanya proses
wawancara kepada calon peserta didik beserta orang tuanya untuk mengetahui
kesiapan dan kesanggupan melanjutkan pendidikan di SMK Negeri 8 Surakarta. hal
ini bertujuan untuk mendapatkan kesepakatan antara pihak sekolah dan orang tua
apabila dikemudian hari terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh
siswa yang bersangkutan.
Pelaksanaan pembelajaran di SMK Negeri 8 menggunakan model inklusif
penuh. Model inklusif penuh nerupakan model pembelajaran yang mengikutsertakan
peserta didik berkebutuhan khusus untuk menerima pembelajaran bersama dengan
siswa lain dalam satu kelas yang sama. Tujuannya untuk menumbuhkan sikap
menghargai pada diri siswa dan kepedulian terhadap sesama. Pelaksanaan
pembelajaran dalam model inklusif penuh sama dengan pembelajaran regular di
kelas. Namun pada situasi tertentu anak berkebutuhan khusus perlu mendapat
perlakuan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi siswa yang
bersangkutan.
Proses pembelajaran SMK Negeri 8 Surakarta menggunakan kurikulum 2013
yang mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan peserta didik sesuai dengan minat,
bakat, dan potensinya. Sehingga tidak ada perbedaan kurikulum antara siswa
berkebutuhan khusus dan siswa regular. Namun, bagi siswa berkebutuhan khusus
tertentu dimungkinkan untuk memodifikasi kurikulum dengan menggunakan PPI
(Program Pembelajaran Individual) supaya siswa berkebutuhan khusus tetap dapat
mengikuti pembelajaran. Mengingat SMK Negeri 8 Surakarta fokus utamanya adalah
bidang kesenian, guru pengampu kesenian dan pihak sekolah juga tidak membeda-
bedakan minat dan bakat mereka. Apabila siswa berkebutuhan khusus dianggap
bagus dalam suatu pertunjukan maka akan diberi kesempatan untuk melakukan
pertunjukan tersebut. Dengan kata lain pihak sekolah memberi kesempatan yang
sama pada peserta didik berkebutuhan khusus untuk memperlihatkan bakat mereka.
Berikut gambaran model pembelajaran yang dilakukan di SMK Negeri 8 Surakarta.
8
Bagan 1. Model Pembelajaran di SMK Negeri 8 Surakarta
Komposisi siswa berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surakarta sebanyak
26 siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 17 siswa dan siswa perempuan
senyakan 9 siswa. Dengan rincian ketunaan 10 siswa tunanetra, 6 siswa tunadaksa, 1
siswa tunarungu, 7 siswa dengan lambat belajar, 1 siswa autis, dan 1 siswa
tunagrahita. Sebagaimana tabel berikut.
Tabel 1. Komposisi Siswa Berkebutuhan Khusus di SMK Negeri 8 Surakarta
NO KETUNAAN KELAS
JENIS
KELAMIN JUMLAH
X XI XII L P
1. Tunadaksa 2 2 2 5 1 6
2. Tunanetra 1 7 2 7 3 10
3. Slow Learned 0 5 1 3 3 7
4. Tunarungu 0 0 1 0 1 1
5. Autisme 0 1 0 1 0 1
6. Tunagrahita 1 0 0 1 0 1
Sumber: Dokumentasi Koordinator Inklusi (2019)
Sedangkan komposisi tenaga pendidik (guru) bagi siswa berkebutuhan khusus
di SMK Negeri 8 Surakarta tidak ada guru khusus. Semua guru di SMK Negeri 8
Surakarta menjadi guru bagi semua siswa baik reguler maupun berkebutuhan khusus.
Namun, bagi siswa tunanetra memiliki 1 guru pendamping khusus yang berasal dari
SLB/A YKAB Surakarta.
Pembelajaran Inklusi
SMK Negeri 8 Surakarta
Siswa Berkebutuhan
Khusus
Kurikulum 2013
Siswa Reguler
Kelas yang Sama (inklusif
penuh )
9
Sebagai sekolah pelaksana pendidikan inklusi, SMK Negeri 8 Surakarta selain
menyediakan sarana untuk siswa regular, juga menyediakan sarana bagi siswa
berkebutuhan khusus. Penyediaan sarana tersebut bertujuan untuk memberi
kemudahan peserta didik berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran baik di
dalam kelas, maupun di luar kelas.
Sekolah menyediakan alat-alat olahraga yang dapat digunakan siswa
berkebutuhan khusus dengan diberi penanda untuk kegiatan di luar kelas. Seperti
bola diberi penanda suara dengan kerincing untuk bisa menimbulkan bunyi yang
dapat di deteksi oleh pendengaran siswa tunanetra. Papan catur yang dibuat dengan
memberi lubang untuk tempat berdiri bidak. Kotak putih pada papan catur tunanetra
dibuat sedikit lebih tinggi dari kotak hitam. Hal tersebut bertujuan untuk
membedakan antara kotak hitam dan putih. Pada bagian bidak hitam biasanya diberi
paku paying sebagai pembeda dengan bidak putih. Untuk proses pembelajaran di
kelas, alat peraga yang digunakan adalah balok-balok kayu dengan barbagai bentuk
bangun ruang dan bangun datar dalam mata pelajaran matematika. Selain itu juga
terdapat tangga datar untuk memudahkan peserta didik tunadaksa yang menggunakan
kursi roda.
Evaluasi pembelajaran di SMK Negeri 8 dilakukan seperti sekolah pada
umumnya, yaitu penugasan, praktik dan ujian. Ujian semester yang dilaksanakan di
SMK Negeri 8 adalah ujian berbasis Android, yang berarti ujian bisa dillakukan
dengan menggunakan handphone atau komputer. Siswa berkebutuhan khusus tidak
mendapat pengecualian, yang berarti mereka juga menggunakan sistem ini untuk
mengikuti ujian.
Kendala yang dihadapi sekolah dalam pelaksaan pendidikan inklusi secara
umum adalah belum tersedianya guru khusus bagi siswa berkebutuhan khusus yang
sesuai dengan keahlian. Guru yang mengajar adalah guru dengan lulusan pendidikan
umum, bukan lulusan pendidikan luar biasa. Kendala lain yang dihadapi adalah
sarana pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus
belum sepenuhnya tersedia. Mereka harus berbagi dengan siswa lain. Hal ini tentu
mempersempit waktu belajar mereka, mengingat bahwa siwa berkebutuhan khusus
perlu waktu lebih lama untuk mempelajari suatu materi atau instrument musik.
10
Solusi yang dapat diberikan adalah melakukan seminar dan melakukan
pelatihan dengan mendatangkan ahli dibidang inklusi untuk memberi pengarahan dan
pemahaman kepada para guru untuk menjadi bekal mengajar siswa berkebutuhan
khusus. Kemudian memberi tambahan waktu belajar bagi siswa berkebutuhan khusus
di luar jam belajar reguler untuk mengejar ketertinggalan belajar.
4. PENUTUP
Hasil penelitian ini adalah implementasi pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan
khusus di SMK Negeri 8 Surakarta, yaitu melalui pengamatan terhadap proses
pembelajaran di kelas. Interaksi yang terjadi dilingkungan sekolah. Serta kesiapan
sekolah dalam menjalankan program pendidikan inklusi.
Kendala yang dihadapi sekolah dalam pelaksaan pendidikan inklusi secara
umum adalah belum tersedianya guru khusus bagi siswa berkebutuhan khusus yang
sesuai dengan keahlian. Guru yang mengajar adalah guru dengan lulusan pendidikan
umum, bukan lulusan pendidikan luar biasa. Kendala lain yang dihadapi adalah
sarana pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus
belum sepenuhnya tersedia. Mereka harus berbagi dengan siswa lain. Hal ini tentu
mempersempit waktu belajar mereka, mengingat bahwa siwa berkebutuhan khusus
perlu waktu lebih lama untuk mempelajari suatu materi atau instrument musik.
Solusi yang dapat diberikan adalah melakukan seminar dan melakukan
pelatihan dengan mendatangkan ahli dibidang inklusi untuk memberi pengarahan dan
pemahaman kepada para guru untuk menjadi bekal mengajar siswa berkebutuhan
khusus. Kemudian memberi tambahan waktu belajar bagi siswa berkebutuhan khusus
di luar jam belajar reguler untuk mengejar ketertinggalan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Ina. 2016. Manajemen Pendidikan Inklusi Di Sekolah Dasar Sumbersari 1
Kota Malang. Education and Human Development Journal.Vol. 1 No. 1.
Budiyanto. 2005. Pengantar Pendidikan Inklusif Berbasis Budaya Lokal. Jakarta:
Depdiknas
Djumali, dkk. 2014. Landasan Pendidikan. Surakarta: Gava Media.
11
Ghergut, Alois. 2010. Education of Children with Special Needs in
Romania;Attitudes and Experiences. Procedia - Social and Behavioral
Sciences 29 (2010) 1693 – 1700.
Kristiana, Ika Febrian. 2015. Sikap Orang Tua dan Guru terhadap Implementasi
Pendidikan Inklusi di PAUD. JurnalIlmuPendidikan. Vol. 21.No. 2.
Minou, Tabatabaie. 2011. New Trends In Education of Children with Disabilities.
Procedia - Social and Behavioral Sciences15:1955-1959.
Nawawi, Hadari dan M. Martini Hadari. 1992. Instrumen Penelitian Bidang
Sosial.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 70 Tahun 2009. Tentang: Pendidikan
Inklusif Bagi Peserta Didik Berkelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan
dan/atau Bakat Istimewa
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Tentang: Sistem Pendidikan Nasional