15
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SMK NEGERI 8 SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan OLEH: PRISKA SEPTIA SARI A220140063 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK ...eprints.ums.ac.id/77461/3/naskah Publikasi.pdfsekolah jika belajar bersama dengan anak normal (Kristiana, 2015). Penelitian Kristiana (2015)

  • Upload
    others

  • View
    36

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK ...eprints.ums.ac.id/77461/3/naskah Publikasi.pdfsekolah jika belajar bersama dengan anak normal (Kristiana, 2015). Penelitian Kristiana (2015)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SMK NEGERI 8 SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

OLEH:

PRISKA SEPTIA SARI

A220140063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

Page 2: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK ...eprints.ums.ac.id/77461/3/naskah Publikasi.pdfsekolah jika belajar bersama dengan anak normal (Kristiana, 2015). Penelitian Kristiana (2015)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

KHUSUS DI SMK NEGERI 8 SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

Priska Septia Sari

A220140063

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

(Drs. Achmad Muthali’in, M.Si)

NIK. 406

Page 3: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK ...eprints.ums.ac.id/77461/3/naskah Publikasi.pdfsekolah jika belajar bersama dengan anak normal (Kristiana, 2015). Penelitian Kristiana (2015)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

KHUSUS DI SMK NEGERI 8 SURAKARTA

Disusun Oleh

Priska Septia Sari

A220140063

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

pada hari Rabu, tanggal 20 Agustus 2019

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji

1. Drs. Achmad Muthali’in, M.Si. (...............................)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Prof. Dr. Bambang Sumardjoko, M.Pd. (...............................)

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Dr. Eko Supriyanto, M.H. (...............................)

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

(Prof. Dr. Harun Prayitno, M.Hum)

NIK. 19650428 199303 1001

Page 4: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK ...eprints.ums.ac.id/77461/3/naskah Publikasi.pdfsekolah jika belajar bersama dengan anak normal (Kristiana, 2015). Penelitian Kristiana (2015)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atas pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah

dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidak benaran dalam pernyataan saya di atas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 19 Agustus 2019

Penulis

PRISKA SEPTIA SARI

Page 5: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK ...eprints.ums.ac.id/77461/3/naskah Publikasi.pdfsekolah jika belajar bersama dengan anak normal (Kristiana, 2015). Penelitian Kristiana (2015)

1

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

KHUSUS DI SMK NEGERI 8 SURAKARTA

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan latar belakang pelaksanaan, implementasi

pendidikan inklusi, kendala yang dihadapi, serta solusinya. Jenis penelitian ini adalah

kualitatif, dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan

dokumentasi, validitasnya dengan triangulasi, serta teknik analisisnya menerapkan

model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, latar belakang

pelaksanaa pendidikan inklusi di SMK Negeri 8 Surakarta adalah adanya kepedulian

terhadap anak berkebutuhan khusus yang memiliki keinginan untuk melanjutkan

pendidikan. Kedua, implementasi pendidikan inklusi bagi siswa berkebutuhan

khusus di SMK Negeri 8 Surakarta sudah dilaksanakkan dengan baik. Sekolah

melakukan pembelajaran dengan sistem inklusif penuh, yang berarti siswa inklusi

menjadi satu kelas dengan siswa reguler dalam proses pembelajaran. Komposisi

ketunaannya terdiri dari tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tunagrahita, autisme, dan

lambat belajar atau slow learned. Ketiga, kendala yang dihadapi dalam

pelaksanaannya adalah belum tersedianya guru khusus bagi siswa berkebutuhan

khusus dengan peminatan tertentu. Keempat, solusi yang diberikan adalah

mengadakan workshop mengenai pendidikan inklusi dan anak berkebutuhan khusus

dengan mendatangkan narasumber yang ahli dibidangnya.

Kata kunci: implementasi, pendidikan inklusi, anak berkebutuhan khusus.

Abstract

This study aims to discribe background of the implementation, implementation of

inclusive education, various obstacles encountered, and the solutions provided. This

type of reaserch is qulitative, with data collection trought interviews, observation,

and documentation, its validity with triangulation and analysis techniques applaying

interactive models. The results showed that first, the background of implementing

inclusive education in SMK Negeri 8 Surakarta is the concern for children with

special needs who have the desire to continue their education. Second

implementation of inclusive education for students with special needs at SMK Negeri

8 Surakarta was well implemented. Schools carry out learning with a full inclusive

system, which means inclusive students become one class with regular students in

the learning process. Its composition consists of blind, deaf, dissability, mentally

retarded, autism, and slow learning. Third obstacle faced in implementing inclusive

education is the unavailability of special teachers for students with special needs who

have expertise in the field. Fourth the solution that can be given is to hold workshops

on inclusive education and children with special needs by bringing in expert speakers

in their fields. Keyword: Implementation, inclusive education, child with special needs.

1. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap orang, sekaligus faktor penting dalam

kehidupan manusia. Juga menjadi salah satu faktor penentu kuliatas generasi penerus

Page 6: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK ...eprints.ums.ac.id/77461/3/naskah Publikasi.pdfsekolah jika belajar bersama dengan anak normal (Kristiana, 2015). Penelitian Kristiana (2015)

2

bangsa. Pendidikan menjadi sarana mengenal dan mengembangkan potensi diri,

sehingga mampu menghadapi berbagai permasalahan kehidupan. Oleh karena itu,

pendidikan menjadi sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Pendidikan

merupakan usaha sadar yang dilakukan orang dewasa untuk mendewasakan anaknya

agar dapat tumbuh dan berkembang serta memiliki kemampuan sebagaimana yang

diharapkan (Muchtar dalam Djumali dkk, 2014: 31). Pendapat tersebut selaras

dengan rumusan resmi dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.

Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ( pasal 1).

Pendidikan juga diartikan sebagai proses timbal balik dari tiap pribadi manusia

dalam penyesuaian dirinya dengan teman dan alam semesta. Pendidikan merupakan

pola perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan dari semua potensi manusia,

moral, intelektual dan jasmani. Kemudian diarahkan untuk mencapai tujuan hidup.

Kategori anak berkebutuhan khusus adalah anak yang apabila memiliki

ketidakmampuan dan gangguan pada alat indera, yang berupa gangguan

pendengaran, penglihatan, gangguan atau kelainan fisik, retardesi mental, gangguan

bicara dan bahasa, gangguan belajar, gangguan emosional serta perilaku. Anak

berkebutuhan khusus harus mendapatkan perlakuan yang sama dalam bidang

pendidikan. Pendidikan anak berkebutuhan khusus tentunya berbeda dengan anak

normal pada umumnya. Untuk itu perlu adanya pendidikan dan layanan tersendiri

bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus.

Pendidikan dan layanan bagi anak berkebutuhan khusus disusun sedemikian

rupa guna mempermudah dalam proses pembelajaran. Pemberian pendidikan dan

layanan khusus dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki

secara optimal. Pendidikan dan pelayanan tersebut bisa didapat melalui pembelajaran

di lembaga khusus yang terpisah dengan anak-anak normal lainnya. Lembaga ini

biasa disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB). Sekolah Luar Biasa (SLB)

merupakan jenis pendidikan yang khusus menangani pendidikan bagi anak-anak

dengan kterbatasan mental atau disabilitas. Keberadaan SLB diharapkan dapat

Page 7: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK ...eprints.ums.ac.id/77461/3/naskah Publikasi.pdfsekolah jika belajar bersama dengan anak normal (Kristiana, 2015). Penelitian Kristiana (2015)

3

memberikan layanan dasar dan membantu anak berkebutuhan khusus mendapatkan

akses pendidikan. Dengan memperhatikan kebutuhan setiap peserta didik. Namun,

supaya siswa lebih mudah bersosialisai dengan masyarakat, mulai dikenalkan dengan

pendidikan inklusi. Pendidikan inklusi merupakan sistem layanan pendidikan yang

memberikan kesempatan kepada semua anak belajar bersama-sama di sekolah umum

dengan memperhatikan keragaman dan kebutuhan individual, sehingga potensi anak

dapat berkembang secara optimal (Budiyanto, 2005: 9).

Pendidikan inklusi di Indonesia memberikan kesempatan kepada semua peserta

didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki

potensi kecerdasan dan bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu

yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya. Dalam Peraturan Menteri

No. 70 tahun 2009, prinsip pendidikan inklusi di Indonesia adalah menghargai

keanekaragaman dan tidak diskriminatif terhadap semua peserta didik dengan

keterbatasan (pasal 4). Prinsip tersebut sejalan dengan hasil penelitian Ghergut

(2010) yang dimuat dalam jurnal “Education of Children with Special Needs in

Romania; Attitudes and Experiences”, yang menunjukkan bahwa pendidikan anak

berkebutuhan khusus pada sekolah umum merupakan salah satu prioritas kebijakan

pendidikan di Romania. Pelaksanaan program tersebut didasarkan pada prinsip anti

diskriminasi, keadilan, keadilan sosial dan hak asasi manusia membuatnya penting

bahwa siswa penyandang cacat dan kebutuhan khusus harus menikmati akses yang

sama seperti semua siswa lain ke sekolah biasa lingkungan dan kurikulum yang luas,

seimbang dan relevan (Ghergut, 2010).

Penelitian Minou (2011) dalam jurnal “New Trends in Education of Children

with Disabilities”, menjelaskan bahwa pada era modern pendidikan bagi anak

penyandang cacat menghasilkan model pendidikan baru yang bergerak dari

pendidikan khusus menuju pendidikan inklusi yang lebih modern. Artinya

pendidikan inklusi lebih berfokus pada pencegahan, penyembuhan dan langkah-

langkah untuk membentuk anak berkebutuhan khusus dapat belajar senormal

mungkin (Minou, 2011).

Penelitian yang dilakukan Agustina (2016) dengan judul “Manajemen

Pendidikan Inklusi di Sekolah Dasar Sumbersari 1 Kota Malang”, menunjukkan

Page 8: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK ...eprints.ums.ac.id/77461/3/naskah Publikasi.pdfsekolah jika belajar bersama dengan anak normal (Kristiana, 2015). Penelitian Kristiana (2015)

4

bahwa implementasi dan menejemen pendidikan inklusi di Sekolah Dasar

Sumbersari 1 Kota Malang dilakukan dengan dua tenaga pendidik kebutuhan khusus

untuk menangani siswa berkebutuhan khusus sebanyak 19 siswa. Kurikulum yang

digunakan merupakan modifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.

Kendala pelaksaan program inklusi tersebut adalah pembiayaan pendidikan,

keterbatasan sarana dan prasarana, serta kurangnya tenaga pendidik kebutuhan

khusus.

Penelitian lain dengan judul “Sikap Orang Tua dan Guru terhadap

Implementasi Pendidikan Inklusi di PAUD” yang berlokasi di PAUD ABA

Pekalongan menunjukkan hasil yang mengejutkan. Karena sebagian besar (73,3%)

responden menyatakan tidak setuju jika siswa atau anak dengan kebutuhan khusus

berada dalam satu kelas dengan siswa normal. Mereka mengatakan seharusnya anak

dengan kebutuhan khusus menjalani pendidikan di sekolah luar biasa atau sekolah

khusus, presentase pendapat tersebut sebesar 86,67%. Bahkan 63,33% responden

menyatakan bahwa siswa dengan kebutuhan khusus bisa menjadi kekurangan bagi

sekolah jika belajar bersama dengan anak normal (Kristiana, 2015).

Penelitian Kristiana (2015) di atas menunjukkan pro kontra dalam pendidikan

inklusi bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah umum. Sebagian besar

menyatakan bahwa pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus diterima

dalam masyarakat, namun ada juga yang menolak. Yang menjadi faktor penolakan

adalah kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang pendidikan inklusi.

Kehadiran ABK dianggap mengganggu proses pembelajaran dan perhatian lebih oleh

guru terhadap siswa ABK menjadi alasan terkuat pendidikan inklusi ditolak. Orang

tua takut jika siswa non ABK kurang mendapat perhatian dari guru jika berada dalam

satu kelas dengan siswa ABK yang notabene perlu mendapat perhatian khusus.

Namun, tidak sedikit juga yang setuju dengan adanya pendidikan inklusi. Alasan

mereka menerima pendidikan inklusi adalah supaya siswa ABK tidak merasa rendah

diri dan dapat berinteraksi dengan siswa non ABK tanpa merasa dibedakan. Juga

sebagai sarana pembelajaran untuk melatih empati anak. Inilah yang kemudian

menjadi kekuatan bahwa pendidikan inklusi penting. Mengingat bahwa semua anak

berhak mendapat pendidikan tanpa adanya diskriminasi.

Page 9: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK ...eprints.ums.ac.id/77461/3/naskah Publikasi.pdfsekolah jika belajar bersama dengan anak normal (Kristiana, 2015). Penelitian Kristiana (2015)

5

Hal inilah yang menjadikan program inklusi menarik untuk diteliti lebih lanjut.

Penelitian ini akan dilakukan secara komparatif untuk mengetahui bagaimana latar

belakang sekolah menyelenggarakan pendidikan inklusi, pelaksanaan program

pendidikan inklusi, kendala dalam pelaksanaannya serta solusi yang dapat diberikan

untuk mengatasi kendala tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, pelaksanaan program pendidikan inklusi di sekolah

menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian. Maka penulis mengambil

judul “Implementasi Pendidikan Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SMK

Negeri 8 Surakarta”.

2. METODE

Tempat penelitian ini di SMK Negeri 8 Surakarta yang beralamat di Jl. Sangihe,

Kelurahan Kepatihan Wetan, Kecamatan Jeberes, Kota Surakarta, Jawa Tengah

terakreditasi A. Tahap-tahap penelitian ini dimulai dari persiapan sampai penulisan

laporan akhir. Secara keseluruhan penelitian ini berlangsung selama 4 bulan, dari

Mei 2019 sampai Agustus 2019. Metode penelitian naturalistik atau kualitatif adalah

metode penelitian yang digunakan untuk meneliti tempat yang alamiah dan peneliti

tidak membuat perlakuan karena pengambilan data bersifat emic, yaitu berdasarkan

pandangan dari sumber data, bukan pandangan peneliti (Sugiyono, 2010:9-12). ).

Data kualitatif merupakan data yang menunjukkan kualitas atau mutu dari suatu yang

berupa keadaan, proses, dan kejadian yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan

(Nawawi dalam Hadari, 1992:49). Jenis penelitian ini menggunakan penelitian

naturalistik atau kualitatif, karena analisis data dari penelitian ini adalah berbentuk

kata, kalimat, dan skema. Data diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Data yang terkumpul analisisnya bersifat induktif berdasarkan fakta-

fakta dari sumber data dan informan yang ditemukan di lapangan, bukan berdasarkan

pandangan dari peneliti sendiri.

Menurut Sukmadinata (2012: 61-65) terdapat dua macam stategi atau metode

penelitian dalam penelitian kualitatif, yaitu strategi interaktif dan non interaktif.

Penelitian ini menggunakan strategi atau metode interaktif dengan studi kasus,

karena memfokuskan pada kasus tertentu. Kasus dalam penelitian ini tentang

Page 10: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK ...eprints.ums.ac.id/77461/3/naskah Publikasi.pdfsekolah jika belajar bersama dengan anak normal (Kristiana, 2015). Penelitian Kristiana (2015)

6

pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah studi kasus di SMK

Negeri 8 Surakarta tahun 2019 mengenai latar belakang pendidikan inklusi di SMK

Negeri 8 Surakarta, implementasi pendidikan inklusi, kendala serta solusinya.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisisnya menerapkan model interaktif, baik

dalam pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, sampai penarikan

kesimpulan. Serta validitas data menggunakan triangulasi sumber data.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

SMK Negeri 8 Surakarta pertama kali menerima siswa inklusi pada tahun 1999

dengan kategori tunanetra kiriman dari SLB/A YKAB Surakarta sebanyak 3 siswa.

Kesadaran akan pentingnya pendidikan menjadikan SMK Negri 8 Surakarta

melaksanakan program inklusi. Adanya siswa berkebutuhan khusus dan perlu adanya

layanan khusus yang minat berbakat di bidang seni menjadi faktor penting yang

menjadi alasan pelaksanaan program inklusi di SMK Negeri 8 Surakarta. Serta

bentuk kepedulian kepada masyarakat berkebutuhan khusus yang berminat belajar di

bidang seni dan pertunjukan.

Alasan lain yang menjadi pendorong sekolah untuk mengadakan program

inklusi yaitu sebagai bentuk nyata program pemerintah untuk mewujudkan

pendidikan untuk semua (education for all). Sebagaimana tercantum dalam undang-

undang pendidikan dan Peraturan Pemerintah tentang pendidikan inklusi bagi peserta

didik yang memiliki kelainan.

Penerimaan peserta didik berkebutuhan khusus pada awalnya belum terbuka

seperti saat ini. Siswa kiriman dari sekolah luar biasa saja yang dapat di terima di

SMK Negeri 8 Surakarta. Namun, setelah mendapat penunjukan resmi dari

pemerintah untuk menjadi sekolah penyelenggara pendidikan inklusi, penerimaan

peserta didik berkebutuhan khusus menjadi lebih terbuka. Apalagi saat ini system

pendaftaran bagi calon peserta didik baru telah dilakukan secara online yang dikelola

oleh pemerintah dengan mencantumkan pendaftaran secara umum bagi siswa

berkebutuhan khusus, sehingga semakin memudahkan calon peserta didik

berkebutuhan khusus memilih sekolah yang diinginkan.

Page 11: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK ...eprints.ums.ac.id/77461/3/naskah Publikasi.pdfsekolah jika belajar bersama dengan anak normal (Kristiana, 2015). Penelitian Kristiana (2015)

7

Pelaksanaan pendidikan inklusi di SMK Negeri 8 Surakarta berdasarkan hasil

penelitian dinilai cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari penerimaan peserta didik yang

dilakukan secara terpadu oleh pemerintah ditambah dengan adanya proses

wawancara kepada calon peserta didik beserta orang tuanya untuk mengetahui

kesiapan dan kesanggupan melanjutkan pendidikan di SMK Negeri 8 Surakarta. hal

ini bertujuan untuk mendapatkan kesepakatan antara pihak sekolah dan orang tua

apabila dikemudian hari terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh

siswa yang bersangkutan.

Pelaksanaan pembelajaran di SMK Negeri 8 menggunakan model inklusif

penuh. Model inklusif penuh nerupakan model pembelajaran yang mengikutsertakan

peserta didik berkebutuhan khusus untuk menerima pembelajaran bersama dengan

siswa lain dalam satu kelas yang sama. Tujuannya untuk menumbuhkan sikap

menghargai pada diri siswa dan kepedulian terhadap sesama. Pelaksanaan

pembelajaran dalam model inklusif penuh sama dengan pembelajaran regular di

kelas. Namun pada situasi tertentu anak berkebutuhan khusus perlu mendapat

perlakuan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi siswa yang

bersangkutan.

Proses pembelajaran SMK Negeri 8 Surakarta menggunakan kurikulum 2013

yang mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan peserta didik sesuai dengan minat,

bakat, dan potensinya. Sehingga tidak ada perbedaan kurikulum antara siswa

berkebutuhan khusus dan siswa regular. Namun, bagi siswa berkebutuhan khusus

tertentu dimungkinkan untuk memodifikasi kurikulum dengan menggunakan PPI

(Program Pembelajaran Individual) supaya siswa berkebutuhan khusus tetap dapat

mengikuti pembelajaran. Mengingat SMK Negeri 8 Surakarta fokus utamanya adalah

bidang kesenian, guru pengampu kesenian dan pihak sekolah juga tidak membeda-

bedakan minat dan bakat mereka. Apabila siswa berkebutuhan khusus dianggap

bagus dalam suatu pertunjukan maka akan diberi kesempatan untuk melakukan

pertunjukan tersebut. Dengan kata lain pihak sekolah memberi kesempatan yang

sama pada peserta didik berkebutuhan khusus untuk memperlihatkan bakat mereka.

Berikut gambaran model pembelajaran yang dilakukan di SMK Negeri 8 Surakarta.

Page 12: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK ...eprints.ums.ac.id/77461/3/naskah Publikasi.pdfsekolah jika belajar bersama dengan anak normal (Kristiana, 2015). Penelitian Kristiana (2015)

8

Bagan 1. Model Pembelajaran di SMK Negeri 8 Surakarta

Komposisi siswa berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surakarta sebanyak

26 siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 17 siswa dan siswa perempuan

senyakan 9 siswa. Dengan rincian ketunaan 10 siswa tunanetra, 6 siswa tunadaksa, 1

siswa tunarungu, 7 siswa dengan lambat belajar, 1 siswa autis, dan 1 siswa

tunagrahita. Sebagaimana tabel berikut.

Tabel 1. Komposisi Siswa Berkebutuhan Khusus di SMK Negeri 8 Surakarta

NO KETUNAAN KELAS

JENIS

KELAMIN JUMLAH

X XI XII L P

1. Tunadaksa 2 2 2 5 1 6

2. Tunanetra 1 7 2 7 3 10

3. Slow Learned 0 5 1 3 3 7

4. Tunarungu 0 0 1 0 1 1

5. Autisme 0 1 0 1 0 1

6. Tunagrahita 1 0 0 1 0 1

Sumber: Dokumentasi Koordinator Inklusi (2019)

Sedangkan komposisi tenaga pendidik (guru) bagi siswa berkebutuhan khusus

di SMK Negeri 8 Surakarta tidak ada guru khusus. Semua guru di SMK Negeri 8

Surakarta menjadi guru bagi semua siswa baik reguler maupun berkebutuhan khusus.

Namun, bagi siswa tunanetra memiliki 1 guru pendamping khusus yang berasal dari

SLB/A YKAB Surakarta.

Pembelajaran Inklusi

SMK Negeri 8 Surakarta

Siswa Berkebutuhan

Khusus

Kurikulum 2013

Siswa Reguler

Kelas yang Sama (inklusif

penuh )

Page 13: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK ...eprints.ums.ac.id/77461/3/naskah Publikasi.pdfsekolah jika belajar bersama dengan anak normal (Kristiana, 2015). Penelitian Kristiana (2015)

9

Sebagai sekolah pelaksana pendidikan inklusi, SMK Negeri 8 Surakarta selain

menyediakan sarana untuk siswa regular, juga menyediakan sarana bagi siswa

berkebutuhan khusus. Penyediaan sarana tersebut bertujuan untuk memberi

kemudahan peserta didik berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran baik di

dalam kelas, maupun di luar kelas.

Sekolah menyediakan alat-alat olahraga yang dapat digunakan siswa

berkebutuhan khusus dengan diberi penanda untuk kegiatan di luar kelas. Seperti

bola diberi penanda suara dengan kerincing untuk bisa menimbulkan bunyi yang

dapat di deteksi oleh pendengaran siswa tunanetra. Papan catur yang dibuat dengan

memberi lubang untuk tempat berdiri bidak. Kotak putih pada papan catur tunanetra

dibuat sedikit lebih tinggi dari kotak hitam. Hal tersebut bertujuan untuk

membedakan antara kotak hitam dan putih. Pada bagian bidak hitam biasanya diberi

paku paying sebagai pembeda dengan bidak putih. Untuk proses pembelajaran di

kelas, alat peraga yang digunakan adalah balok-balok kayu dengan barbagai bentuk

bangun ruang dan bangun datar dalam mata pelajaran matematika. Selain itu juga

terdapat tangga datar untuk memudahkan peserta didik tunadaksa yang menggunakan

kursi roda.

Evaluasi pembelajaran di SMK Negeri 8 dilakukan seperti sekolah pada

umumnya, yaitu penugasan, praktik dan ujian. Ujian semester yang dilaksanakan di

SMK Negeri 8 adalah ujian berbasis Android, yang berarti ujian bisa dillakukan

dengan menggunakan handphone atau komputer. Siswa berkebutuhan khusus tidak

mendapat pengecualian, yang berarti mereka juga menggunakan sistem ini untuk

mengikuti ujian.

Kendala yang dihadapi sekolah dalam pelaksaan pendidikan inklusi secara

umum adalah belum tersedianya guru khusus bagi siswa berkebutuhan khusus yang

sesuai dengan keahlian. Guru yang mengajar adalah guru dengan lulusan pendidikan

umum, bukan lulusan pendidikan luar biasa. Kendala lain yang dihadapi adalah

sarana pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus

belum sepenuhnya tersedia. Mereka harus berbagi dengan siswa lain. Hal ini tentu

mempersempit waktu belajar mereka, mengingat bahwa siwa berkebutuhan khusus

perlu waktu lebih lama untuk mempelajari suatu materi atau instrument musik.

Page 14: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK ...eprints.ums.ac.id/77461/3/naskah Publikasi.pdfsekolah jika belajar bersama dengan anak normal (Kristiana, 2015). Penelitian Kristiana (2015)

10

Solusi yang dapat diberikan adalah melakukan seminar dan melakukan

pelatihan dengan mendatangkan ahli dibidang inklusi untuk memberi pengarahan dan

pemahaman kepada para guru untuk menjadi bekal mengajar siswa berkebutuhan

khusus. Kemudian memberi tambahan waktu belajar bagi siswa berkebutuhan khusus

di luar jam belajar reguler untuk mengejar ketertinggalan belajar.

4. PENUTUP

Hasil penelitian ini adalah implementasi pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan

khusus di SMK Negeri 8 Surakarta, yaitu melalui pengamatan terhadap proses

pembelajaran di kelas. Interaksi yang terjadi dilingkungan sekolah. Serta kesiapan

sekolah dalam menjalankan program pendidikan inklusi.

Kendala yang dihadapi sekolah dalam pelaksaan pendidikan inklusi secara

umum adalah belum tersedianya guru khusus bagi siswa berkebutuhan khusus yang

sesuai dengan keahlian. Guru yang mengajar adalah guru dengan lulusan pendidikan

umum, bukan lulusan pendidikan luar biasa. Kendala lain yang dihadapi adalah

sarana pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus

belum sepenuhnya tersedia. Mereka harus berbagi dengan siswa lain. Hal ini tentu

mempersempit waktu belajar mereka, mengingat bahwa siwa berkebutuhan khusus

perlu waktu lebih lama untuk mempelajari suatu materi atau instrument musik.

Solusi yang dapat diberikan adalah melakukan seminar dan melakukan

pelatihan dengan mendatangkan ahli dibidang inklusi untuk memberi pengarahan dan

pemahaman kepada para guru untuk menjadi bekal mengajar siswa berkebutuhan

khusus. Kemudian memberi tambahan waktu belajar bagi siswa berkebutuhan khusus

di luar jam belajar reguler untuk mengejar ketertinggalan belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Ina. 2016. Manajemen Pendidikan Inklusi Di Sekolah Dasar Sumbersari 1

Kota Malang. Education and Human Development Journal.Vol. 1 No. 1.

Budiyanto. 2005. Pengantar Pendidikan Inklusif Berbasis Budaya Lokal. Jakarta:

Depdiknas

Djumali, dkk. 2014. Landasan Pendidikan. Surakarta: Gava Media.

Page 15: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK ...eprints.ums.ac.id/77461/3/naskah Publikasi.pdfsekolah jika belajar bersama dengan anak normal (Kristiana, 2015). Penelitian Kristiana (2015)

11

Ghergut, Alois. 2010. Education of Children with Special Needs in

Romania;Attitudes and Experiences. Procedia - Social and Behavioral

Sciences 29 (2010) 1693 – 1700.

Kristiana, Ika Febrian. 2015. Sikap Orang Tua dan Guru terhadap Implementasi

Pendidikan Inklusi di PAUD. JurnalIlmuPendidikan. Vol. 21.No. 2.

Minou, Tabatabaie. 2011. New Trends In Education of Children with Disabilities.

Procedia - Social and Behavioral Sciences15:1955-1959.

Nawawi, Hadari dan M. Martini Hadari. 1992. Instrumen Penelitian Bidang

Sosial.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 70 Tahun 2009. Tentang: Pendidikan

Inklusif Bagi Peserta Didik Berkelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan

dan/atau Bakat Istimewa

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Tentang: Sistem Pendidikan Nasional