Upload
adhelia-galuh-prmtsr
View
220
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
inhal anatomi torsio testis
Citation preview
INHAL ANATOMI
BRONCHIECTASIS
Adhelia Galuh Permatasari Arthareza
G0013004
10 November 2014
ACC
Mas Yusuf
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
2014
Bronchiectasis
Bronkiektasis adalah penyakit biasadengan potensi untuk menyebabkan
penyakit yang menghancurkan, termasuk infeksi saluran pernapasan berulang
yang membutuhkan antibiotik, menonaktifkan batuk produktif, sesak napas, dan
kadang-kadang hemoptisis. landmark di sejarah bronkiektasis meliputi deskripsi
yang jelas pasien dengan dahak supuratif yang muncul dalam tulisan-tulisan René
Théophile Hyacinthe Laennec pada awal abad ke-19; 1922 pengenalan oleh Jean
Athanase Sicard kontras bronkografi, yang mengizinkan pencitraan yang tepat
dari destruktif perubahan dalam jalan napas; studi mendefinisikan oleh Lynne
Reid pada tahun 1950 yang menghubungkan bronkografi dengan spesimen
patologis; dan selanjutnya penurunan prevalensi yang mungkin timbul terapi
antituberkulosis yang efektif dan imunisasiterhadap pertusis dan campak. Pada
artikel ini, membahas perkembangan terakhir, termasuk peracikan yang peran
infeksi, diperkuat respon inflamasi, dan cacat pada pertahanan tuan rumah;
penggantian bronkografi dengan resolusi tinggi computed tomography (CT)
sebagai alat pencitraan definitif; dan persamaan dan perbedaan antara
bronkiektasis dan cystic fibrosis dalam hal fitur klinis dan manajemen strategi.
Berkat karya Reid, definisi Penyakit tetap morfologi selama 50 tahun:
bronkiektasis adalah dilatasi permanen bronkus. Hal ini dapat dikategorikan
menurut patologis atau penampilan radiografi dari saluran udara. berbentuk
silinder atau bronkiektasis tubular ditandai dengan dilatasi saluran udara saja dan
kadang-kadang dipandang sebagai sisa efek pneumonia; varises bronkiektasis
(dinamakan demikian karena penampilannya mirip dengan yang varises) ditandai
dengan fokus konstriktif daerah sepanjang saluran udara melebar yang merupakan
hasil dari cacat pada dinding bronkus; dan saccular atau kistik bronkiektasis
ditandai dengan dilatasi progresif pada saluran udara, yang berakhir dengan kista
besar, saccules, atau cluster anggur-seperti (temuan ini selalu indikasidari bentuk
yang paling parah dari bronkiektasis. Ada laporan prevalensi tinggi pada populasi
yang relatif terisolasi dengan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan
kesehatan dan tingginya tingkat pernapasan Infeksi saluran selama masa kanak-
kanak.
Berdasarkan atas bronkografi dan patologi bronkiektasis dapat dibagi menjadi 3
yaitu :
1. Bronkiektasis silindris
2. Bronkiektasis fusiform
3. Bronkiektasis kistik atau sakular.
- patofosiologi
Infeksi merusak dinding bronchial, menyebabkan kehilangan struktur
pendukungnya dan menghasilkan sputum kental yang akhirnya dapat menyumbat
bronki. Dinding bronchial menjadi teregang secara permanen akibat batuk hebat.
Infeksi meluas ke jaringan peribronkial, sehingga alam kasus bronkiektasis
sakuar, setiap tuba yang berdilatasi sebenarnya adalah abses paru, yang
eksudatnya mengalir bebas melalui bronkus. Bronkiektaksis biasanya setempat,
menyerang lobus atau segmen paru. Lobus yang paling bawah lebih sering
terkena. Retensi sekresi dan obstruksi yang diakibatkannya pada akhirnya
menyebabkan alveoli di sebelah distal obstruksi mengalami kolaps (atelektasis).
Jaringan parut atau fibrosis akibat reaksi inflamasi menggantikan jaringan paru
yang berfungsi. Pada waktunya pasien mengalami infusiensi pernafasan dengan
penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi, dan peningkatan rasio volume
residual terhadap kapasitas paru total. Terjadi kerusakan campuran gas yang di
inspirasi (ketidakseimbangan ventilasi-perfusi) dan hipoksemia. (Sumber buku
perpus)
PATOFISIOLOGI WOC BRONKIEKTASIS
INFEKSI KELAINAN HEREDITER FAKTOR MEKANIS RIWAYAT
PNEUMONIA
(Campak,
Batuk rejan)
produksi sputum me Merusak dinding bronchial
klien kesulitan bernafas Peningkatan secret di bronkus
Kuman berkembang
Obstruksi saluran nafas
Sesak, batuk tekanan
intra pulmoner
Dx: - tidak efektif bersihan jalan nafas b/d peningkatan produksi secret
- gangguan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen dan kerusakan alveoli
- perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah, produksi
sputum
- resiko tinggi penyebaran infeksi b/d proses penyakit kronis, malnutrisi
1. Batuk kronik
Batuk kronik karena pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang
sangat banyak. Spesimen sputum akan secara khas “membentuk lapisan” menjadi
tiga lapisan dari atas: lapisan atas berbusa, lapisan tengah yang bening, dan
lapisan bawah berpartikel tebal. Bronkiektaksis tidak mudah didiagnosis karena
gejala-gejalanya dapat tertukar dengan bronchitis kronik.
2. Hemoptisis
3. Jari tabuh
Jari tabuh karena insufiensi pernafasan. Pasien hampir pasti mengalami infeksi
paru berulang.
Gambaran Klinis Bronkiektasis
Bronkiektasis merupakan penyakit yang sering dijumpai pada usia muda,
69 % penderita berumur kurang dari 20 tahun. Gejala dimulai sejak masa kanak-
kanak, 60 % dari penderita gejalanya timbul sejak umur kurang dari 10 tahun.
Gejalanya tergantung dari luas, berat, lokasi ada atau tidaknya komplikasi.
Tanda dan Gejala
1. Batuk yang menahun dengan sputum yang banyak terutama pada pagi hari,
setelah tiduran dan berbaring.
2. Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek selama 1-2 minggu atau tidak
ada gejala sama sekali ( Bronkiektasis ringan )
3. Batuk yang terus menerus dengan sputum yang banyak kurang lebih 200 -
300 cc, disertai demam, tidak ada nafsu makan, penurunan berat badan, anemia,
nyeri pleura, dan lemah badan kadang-kadang sesak nafas dan sianosis, sputum
sering mengandung bercak darah,dan batuk darah.
4. Ditemukan jari-jari tabuh pada 30-50 % kasus.
Penatalaksanaa
Tujuan pengobatan adalah memperbaiki drainase sekret dan mengobati
infeksi. Objektif dari pengobatan adalah untuk mencegah dan mengontrol infeksi
serta untuk meningkatkan drainase bronchial untuk membersihkan bagian paru
yang sakit atau paru-paru dari sekresi yang berlebihan.
1. Infeksi dikendalikan dengan terapi antimikroba didasarkan pada hasil
pemeriksaan sensitivitas pada organisme yang di kultur dari sputum.
Pasien mungkin dimasukkan ke dalam regimen antibiotic yang berbeda
pada interval yang bergantian. Beberapa dokter meresepkan antibiotic
sepanjang musim dingin atau ketika terjadi infeksi saluran pernafasan atas.
Pasien harus divaksinasi terhadap influenza dan pneumonia pneumokokus.
2. Drainase postural dari tuba bronchial mendasari semua rencana
pengobatan karena drainase area bronkiektaksis oleh pengaruh gravitasi
mengurangi jumlah sekresi dan tingkat infeksi. (kadang-kadang sputum
mukopurulen harus dibuang dengan bronkoskopi). Daerah dada yang sakit
mungkin diperkusi atau di “tepuk-tepuk” untuk membantu melepaskan
sekresi. Drainase postural pada awalnya dilakukan untuk periode singkat
dan kemudian ditingkatkan dengan pasti.
3. Bronkodilator dapat diberikan pada individu yang juga mengalami
penyakit obstruksi jalan nafas. Pasien dengan bronkiektasis hampir selalu
mempunyai kaitan dengan bronchitis. Simpatomimetik, terutama Beta-
adrenergik, dapat digunakan untuk meningkatkan transfort sekresi
mukosiliaris.
4. Untuk meningkatkan pengeluaran sputum, kandungan air dari sputum
ditingkatkan dengan tindakan aerosolized nebulizier dan dengan
meningkatkan masukan cairan peroral. Face tent baik untuk member
kelembaban ekstra terhadap aerosol. Pasien harus tidak merokok, karena
merokok merusak drainase bronchial dengan melumpuhkan aksi siliaris,
meningkatkan sekresi bronchial, dan menyebabkan inflamasi membrane
mukosa, mengakibatkan hyperplasia kelenjar mukosa.
5. Intervensi bedah, meski tidak sering dilakukan, mungkin diperlukan bagi
pasien yang secara kontinu mengeluarkan sputum dalam jumlah yang
sangat besar dan mengalami penyakit pneumonia dan hemoptisis berulang
meskipun kepatuhan pasien terhadap regimen pengobatan. Namun
demikian, penyakit harus hanya mengenai satu atau dua daerah paru yang
dapat diangkat tanpa menyebabkan insufiensi pernafasan. Tujuan tindakan
pembedahan dalah untuk menjaga jaringan paru normal dan menghindari
komplikasi infeksius. Semua jaringan yang sakit diangkat, sehingga fungsi
paru pascaoperatif akan adekuat. Mungkin ada baiknya untuk mengangkat
suatu segmen lobus (reseksi segmental), lobus (lobektomi), atau
keseluruhan paru (pneumonnektomi). Reseksi segmental adalah
pengangkatsubdivisi anatomi dari lobus paru. Keuntungan utama dari
tindakan iini adalah bahwa hanya jaringan yang sakit saja yang diangkat
dan jaringan paru yang sehat terpelihara. Bronkografi membantu dalam
menggambarkan segmen paru. Pembedahan didahului dengan periode
persiapan operasi yang cermat. Tujuannya adalah untuk memungkinkan
agar percabangan trakeobronkial kering (sekering mungkin) untuk
mencegah komplikasi (atelektasis, pneumonia, fistula bronkopleura, dan
emfisema). Tujuan ini dicapai dengan cara drainase postural atau
tergantung pada letak abses, dengan suksion langsung melalui bronkoskop.
Serangkaian terapi abtibakterial mungkin diresepkan.