Upload
habicahya
View
456
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 1/29
Indeks Pembangunan Manusia
Kota Subulussalam 2010
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN ACEH SINGKIL
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
KOTA SUBULUSSALAM
Indeks Pembangunan Manusia
Kota Subulussalam 2010
ISBN : 979.466.001.9
Katalog BPS : 1416.1116
Ukuran Buku : 15 x 21 cm
Jumlah Halaman : 60 Halaman
Naskah : BPS Kabupaten Aceh Singk
Editor : BPS Kabupaten Aceh Singk
Gambar Kulit : BPS Kabupaten Aceh Singk
Diterbitkan Bersama Oleh:
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN ACEH SINGKIL
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
KOTA SUBULUSSALAM
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya.
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 2/29
IPM Kota Subulussalam 2009
KATA SAMBUTAN
Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Subulussalam ini merupakan hasil
kerja sama antara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Subulussalam dengan Badan
Pusat Statistik Kabupaten Aceh Singkil.
Dewasa ini dan dimasa yang akan datang peran informasi statistik sangat penting dalam
mendukung pembangunan. Penerbitan publikasi ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi
pembangunan daerah, baik dari aspek perencanaan maupun evaluasi serta dapat memperkaya
khasanah informasi statistik yang tersedia.
Kepada segenap jajaran Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Singkil, kami ucapkan
terima kasih atas peran sertanya hingga terwujudnya penerbitan ini. Semoga kerja sama yang telah
terjalin selama ini dapat ditingkatkan lagi dimasa yang akan datang.
Akhirnya kami berharap, semoga publikasi ini bermanfaat bagi semua pihak, kritik dan
saran demi perbaikan dimasa datang sangat kami hargai.
Subulussalam, September 2011
KEPALA BAPPEDA
KOTA SUBULUSSALAM
M. RIDWAN, SE., M.Si
NIP. 19651208 199703 1 004
KATA PENGANTAR
Publikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Subulussala
informasi mengenai kinerja pembangunan manusia di Kota Subulussalam
membandingkan perkembangan komponen IPM Kota Subulussalam selama
2009 dalam bentuk indikator komposit. Pada publikasi ini disajikan juga k
manusia diseluruh kabupaten/kota lain dalam Provinsi Aceh tahun 2010 sebaga
Kota Subulussalam merupakan daerah pemekaran baru, maka untuk minformasi tentang keadaan sosial ekonomi masyarakat, maka dapat
Pembangunan Manusia.
Kepada semua pihak, khususnya kepada Pemerintah Daerah Kota Sub
ini jajaran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Subu
memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan publikasi ini kami uc
kasih.
Disadari masih terdapat kekurangan dalam publikasi ini, untuk itu k
perbaikan di masa mendatang senantiasa kami terima dengan tangan terbuka
buku ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan dan pengguna data lainnya.
Singkil, September
BADAN PUSAT STA
KABUPATEN ACEH
Kepala,
Ir. SYAHRIL EFE
NIP. 19690712 19940
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 3/29
IPM Subulussalam 2010 IPM S b l l 2010
DAFTAR ISI
Hal
KATA SAMBUTAN ............................................................................. .......................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................... ......................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ................. vii
BAB. I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 21.2 Tujuan dan Kegunaan ........................................................................... 4
1.3 Konsep Pembangunan Manusia ........................................................... 5
1.4 Indeks Pembangunan Manusia ............................................................. 6
1.5 Sistematika Penulisan ........................................................................... 8
BAB. II GAMBARAN UMUM
2.1 Gambaran Umum Wilayah .................................................................... 10
2.2 Potensi Sosial Ekonomi . ........................................................................
2.2.1 Potensi Sosial ...............................................................................
2.2.2 Potensi Ekonomi ..........................................................................
11
11
12
BAB. III METODOLOGI
3.1 Sumber Data .......................................................................................... 15
3.2 Komponen IPM ..................................................................................... 153.3 Perhitungan Indeks ................................................................................ 18
3.4 Kecepatan Pertumbuhan IPM (Shortfall) .............................................. 19
BAB. IV KOMPONEN IPM KOTA SUBULUSSALAM
4.1 Gambaran Umum Kependudukan ......................................................... 21
4.2 Penduduk Menurut Kecamatan ............................................................. 23
4.3 Kepadatan Penduduk ............................................................................. 24
4.4 Angka Harapan Hidup ........................................................................... 25
4.5 Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Bersekolah ........................... 28
4.6 Daya Beli ............................................................................................... 34
BAB. V IPM KOTA SUBULUSSALAM
5.1 Konsep Pembangunan Manusia ............................................................ 37
5.2 IPM Kota Subulussalam Tahun 2009-2010 .......................................... 385.3 Perbandingan IPM antar Kabupaten/Kota ............................................. 39
BAB. VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 47
6.2 Saran ...................................................................................................... 47
DAFTAR TABEL
2.1 Jumlah Desa dan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Subulussala
2.2 Penduduk Kota Subulussalam Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
2.3 Distribusi Persentase PDRB ADHB dan Pertumbuhan Ekonomi Kota
2007-2010 .............................................................................................
3.1 Nilai Maksimum dan Nilai Minimum indikator X(i) .............................
4.1 Jumlah Penduduk Kota Subulussalam Tahun 2009-2010 ....................
4.2 Komposisi Penduduk Kota Subulussalam Manurut Kecamatan dan Je
Rasio Jenis Kelamin dan Luas Wilayah 2010 ......................................
4.3 Angka Harapan Hidup Tahun 2009-2010 ............................................
4.4 Balita Menurut Penolong Kelahiran Terakhir .....................................
4.5 Angka Melek Huruf dan Rata-Rata Lama Sekolah Menurut KabupateTahun 2009-2010 ..................................................................................
4.6 Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2009-2010 ......................................
4.7 Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditam
Tahun 2010 ......................................... ..................................................
4.8 Pengeluaran Riil Per Kapita Disesuaikan Tahun 2009-2010 ....... .......
5.1 IPM dan Reduksi Shortfall Menurut Kabupaten/Kota 2009-2010 ......
5.2 IPM Menurut Kategori dan Kabupaten/Kota 2009-2010 ....................
5.3 Nilai IPM 2010, Perubahannya Terhadap IPM 2009, dan Letak Kuadr
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 4/29
IPM Subulussalam 2010 IPM S b l l 2010
DAFTAR GAMBAR
Hal
4.1 Penduduk Kota Subulussalam Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009-2010 .... 22
4.2 Distribusi Penduduk Kota Subulussalam Menurut Kecamatan Tahun 2010 .
23
4.3 Kepadatan Penduduk Kota Subulussalam Menurut Kecamatan Tahun 2010 25
4.4 Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2009-2010 27
4.5 APS Kota Subulussalam Tahun 2009-2010 ................................................... 32
5.1 Perkembangan IPM Kota Subulussalam, Aceh Tahun 2009-2010 ............... 38
5.2 Urutan IPM Kabupaten/Kota Se-Prov. Aceh 2009-2010 ............................... 41
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 5/29
IPM Subulussalam 2010
Pendahuluan
IPM Subulussalam 2010
B A B. I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan manusia (uman development ) berdasarkan sudut pandan
dari United Nations Development Program (UNDP) dirumuskan sebagai su
membuat manusia mampu memiliki lebih banyak pilihan. Pendapatan adala
pilihan yang dimiliki manusia, tetapi bukanlah suatu totalitas dari semua
manusia. Selain itu juga aspek kesehatan, pendidikan, lingkungan fisik yang b
untuk bertindak juga merupakan hal-hal yang tidak kalah pentingnya
Development Report-HDR, 2001).
Pembangunan Indonesia, dalam rangka meningkatkan mutu ke
menciptakan individu manusia Indonesia seutuhnya yang dapat mengemba
secara optimal perlu direncanakan. Dalam hal ini, keluarga sebagai m
bertanggungjawab atas perkembangan optimal dari potensi individu.
Sedangkan masyarakat perlu memberikan dukungan sosial dan ekonomi
untuk menjamin kebutuhan dasar keluarga yang selalu berubah sesuai dengan p
siklus kehidupan keluarga. Pada sisi lain pemerintah pada semua jenj
bertanggungjawab untuk mengembangkan kebijakan dan menyediakan pelay
menjamin mekanisme dukungan sosial budaya untuk melindungi keluarga dan i
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
IPM mengukur pencapaian keseluruhan dari suatu wilayah dalam tig
pembangunan manusia, yaitu lamanya hidup, pengetahuan dan suatu standar
Ketiganya diukur dengan angka harapan hidup, pencapaian pendidikan dan pen
yang telah disesuaikan menjadi paritas daya beli. IPM adalah suatu ringkasan
ukuran komprehensif dari pembangunan manusia (UNDP Human Developm
2001). Dengan kata lain, IPM merupakan indeks komposit yang dihitung
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 6/29
IPM Subulussalam 2010
Pendahuluan
IPM Subulussalam 2010
sederhana dari indeks harapan hidup (e0), indeks pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama
sekolah), dan indeks standar hidup layak.
Komponen dan Indikator IPM
Komponen IPM adalah usia hidup (longervity), pengetahuan (knowledge), dan standar
hidup layak (decent living). Usia hidup diukur dengan angka harapan hidup atau e0 yang dihitung
menggunakan metode tidak langsung (metode Brass, varian Trussel) berdasarkan variabel rata-
rata anak lahir hidup dan rata-rata anak yang masih hidup.
Komponen pengetahuan diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah yang
dihitung berdasarkan data susenas KOR. Sebagai catatan, UNDP dalam publikasi tahunan HDR
sejak 1995 menggunakan indikator partisipasi sekolah dasar, menengah, dan tinggi sebagai
pengganti rata-rata global. Indikator angka melek huruf diperoleh dari variabel kemampuan
membaca dan menulis, sedangkan indikator rata-rata lama sekolah dihi tung dengan menggunakan
dua variabel secara simultan; yaitu, tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan jenjang
pendidikan tertinggi yang ditamatkan.
Komponen standar hidup layak diukur dengan indikator rata-rata konsumsi riil yang telah
disesuaikan. Sebagai catatan, UNDP menggunakan indikator PDB per kapita riil yang telah
disesuaikan ( Adjusted Real GDP per Capita) sebagai ukuran komponen tersebut karena tidak
tersedia indikator lain yang lebih baik unt uk keperluan perbandingan antar negara.
Indikator Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator penti ng yang dapat
digunakan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan, baik pada tingkat nasional maupun
pada tingkat daerah. Indikator ini dipopulerkan oleh United Nations Development Program
(UNDP) melalui Laporan Pembangunan Manusia ( Human Development Report-HDR) yang
diterbitkan pertama kali pada tahun 1990 (HDR, 1990). Sejak tahun 1990, UNDP mengadopsi
suatu paradigma baru mengenai pembangunan, yang disebut Paradigma Pembangunan Manusia
(PPM). Hal ini berbeda dengan paradigma pembangunan sebelumnya, yang menekankan pada
pertumbuhan ekonomi yang menempatkan pendapatan (diukur dengan GNP atau GDP per kapita)
sebagai ukuran hasil pembangunan.
Namun demikian konsep IPM dapat dianggap sebagai suatu ko
komprehensif karena disamping memperhitungkan keberhasilan pembangun
aspek non ekonomi, juga memperhitungkan keberhasilan pembangunan ma
ekonomi. IPM merupakan indeks komposit yang digunakan untuk menguku
pembangunan dari aspek manusia. IPM mencakup tiga bidang pembangun
dianggap paling mendasar, yaitu usia hidup, pengetahuan, dan hidup layak.
Publikasi ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan tentang ko
komponen, metode penghitungan, dan peranan IPM untuk program pemb
khususnya bagi pembangunan daerah di Kota Subulussalam.
Sejalan dengan ciri pembangunan nasional yang menempatkan man
sentral, maka dalam kerangka pembangunan manusia, pembangunan
meningkatkan partisipasi rakyat dalam semua proses pembangunan. Upaya
tujuan tersebut dilakukan dengan jalan meningkatkan kualitas penduduk seb
yang multi aspek yaitu :
1. Aspek Fisik (kesehatan)
2. Aspek Intelektualitas (pendidikan)
3. Aspek Kesejahteraan Ekonomi (berdaya beli)
4. Aspek Moralitas (iman dan takwa).
Disisi lain, perbaikan kualitas penduduk tersebut juga diiringi den
(utilization) kemampuan/keterampilan mereka. Dilihat dari sisi pelaku atau s
dicapai, pembangunan manusia juga merupakan sebuah model pembangunan t
untuk penduduk, dan oleh penduduk. Lebih ri nci hal tersebut diuraikan menjadi
1. Tentang penduduk, berupa investasi dibidang pendidikan, kesehata
sosial lainnya.
2. Untuk penduduk, berupa penciptaan peluang kerja melalui pertumbuha
3. Oleh penduduk, berupa upaya untuk memberdayakan (empowerment )
cara ikut serta berpartisipasi dalam proses politik dan pembangunan.
Menurut UNDP, upaya kearah perluasan pilihan tersebut hanya dapat
penduduk paling tidak memiliki peluang berumur panjang dan sehat,
3
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 7/29
IPM Subulussalam 2010
Pendahuluan
IPM Subulussalam 2010
keterampilan yang memadai, dan peluang untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki dalam kegiatan yang produktif. Untuk mengukur tingkat pemenuhan ketiga unsur diatas,
UNDP menyusun suatu indeks komposit yang merangkum ketiga peluang diatas.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Penyusunan IPM ini diharapkan mampu menyajikan pencapaian dan perbandingan kinerja
pembangunan manusia sesuai perspektif UNDP di Kota Subulussalam khususnya selama kurun
waktu 2008-2009. Selain itu juga IPM Kota Subulussalam ini diharapkan mampu memberikan
opinion kepada pemerintah daerah setempat sebagai decision maker dalam berbagai kebijakan
program pembangunan.
1.3 Konsep Pembangunan Manusia
Konsep pembangunan manusia berbeda dengan konsep pembangunan yang memberikan
perhatian utama pada pertumbuhan ekonomi dengan asumsi bahwa pertumbuhan ekonomi pada
akhirnya akan menguntungkan manusia. Pembangunan manusia memperkenalkan konsep yang
lebih luas dan lebih komprehensif yang mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia di
semua golongan masyarakat pada semua tahap pembangunan.
Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang
dimiliki manusia. Diantara berbagai pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah berumur
panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumber daya
yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak.
Pembangunan manusia mensyaratkan adanya kebebasan. Seperti disebutkan diatas, tujuan
pembangunan manusia adalah untuk memperbanyak pilihan-pilihan. Untuk mencapainya tidak
mungkin tanpa adanya kebebasan untuk memilih apa yang mereka inginkan dan bagaimana
mereka akan menjalani kehidupan.
Paradigma pembangunan manusia terdiri dari empat komponen utama :
1. Produktifitas. Masyarakat harus dapat meningkatkan produktifitas mereka dan berpartisipasi
secara penuh dalam proses memperoleh penghasilan dan pekerjaan berupah. Oleh karena itu,
pertumbuhan ekonomi adalah salah satu bagian dari jenis pembangunan manusia.
2. Ekuitas. Masyarakat harus punya akses untuk memperoleh kesempatan y
hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapuskan agar
berpartisipasi di dalam dan memperoleh manfaat dari kesempatan-kesempat
3. Kesinambungan. Akses untuk memperoleh kesempatan harus dipastikan t
generasi sekarang tapi juga generasi yang akan datang.
4. Pemberdayaan. Pembangunan harus dilakukan oleh masyarakat, dimana
berpartisipasi penuh dalam mengambil keputusan dan proses-proses yan
kehidupan mereka.
Oleh karena itu perlu ditekankan bahwa dalam setiap laporan pembangu
tingkat global, tingkat nasional maupun tingkat daerah menekankan pesan p
berpusat pada manusia dimana menempatkan manusia sebagai tujuan akhir d
dan bukan sebagai alat bagi pembangunan.
1.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
1.4.1. Arti IPM
Pembangunan sumber daya manusia (SDM) merupakan suatu proses
jangka panjang dan berbagai faktor sosial ekonomi ikut memberikan andil d
pembangunan SDM ini merupakan interaksi berbagai komponen lintas sektor y
bertahap dari masa tradisional, masa perkembangan, sampai masa modern
pembangunan ditandai dengan adanya perubahan-perubahan yang m
indikator/komponen sumber daya manusia dan ekonomi.
Untuk membandingkan tingkat perkembangan pembangunan manusia p
atau setiap negara sejak lama telah diperkenalkan berbagai indikator pembandi
dikembangkan merupakan indikator gabungan (komposit) yang tersusun dari b
tunggal. Pembentukan indikator komposit merupakan teknik pengukuran k
individu atau kelompok masyarakat yang secara teoritis telah didefinisikan
dengan definisi operasional.
5
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 8/29
IPM Subulussalam 2010
Pendahuluan
IPM Subulussalam 2010
Morris D. Morris (1979) mengembangkan Physical Quality Life Index (PQLI) atau yang
dikenal luas dengan Indeks Mutu Hidup (IMH). Kemudian United Nations Development
Programme (UNDP) juga mengembangkan Human Development Index (HDI) yang dikenal
dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Di Indonesia sajak dekade 1980-an telah dikenal
beberapa indikator semacam ini seperti Indeks Mutu Hidup (IMH), Indeks Kualitas Manusia
Indonesia (IKMI), dan lain-lain.
Sejak dikembangkan dalam suatu kesempatan bersama antara BPS dan UNDP, IPM
menjadi salah satu indikator pembangunan yang penting di Indonesia. Di tingkat internasional
IPM dipakai sebagai tolok ukur kemajuan yang telah dicapai oleh suatu negara setelah
dibandingkan dengan negara-negara lain. Laporan ini mengambil pola yang sama dengan
publikasi UNDP yang berjudul “ Human Development Report”, terutama konsep dan definisi,
serta metodologi yang digunakan. Untuk tingkat nasional IPM dipergunakan sebagai tolok ukur
antar Provinsi dan di tingkat Provinsi dipakai sebagai perbandingan antar kabupaten/kota.
Secara konseptual IPM adalah indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana
dari indeks harapan hidup, indeks pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama sekolah), dan
indeks standar hidup layak. IPM merupakan alat ukur kinerja pembangunan yang dilakukan di
suatu wilayah atau secara lebih spesifik merupakan alat ukur kinerja dari pemerintahan suatu
wilayah negara, Provinsi atau kabupaten/kota (UNDP, 1990; BPS, 1997).
Berdasarkan definisi tersebut jelas bahwa IPM sebagai alat ukur keberhasilan
pembangunan di suatu tempat pada suatu waktu. Walaupun tidak dapat mengungkapkan semua
dimensi pembangunan, IPM bisa digunakan sebagai salah satu petunjuk untuk melihat apakah
arah pembangunan yang telah dilakukan sesuai dengan yang ditetapkan.
1.4.2. Kegunaan IPM
Seperti diungkapkan sebelumnya bahwa indeks komposit digunakan sebagai cara
pengukuran ciri masyarakat yang secara teoritis terdefinisi tetapi sulit diukur dengan definisi
operasional. Prosedur pembentukan indikator seperti itu merupakan penerjemahan informasi ke
dalam bentuk kuantitatif berupa angka tunggal yang terukur secara matematis. Dengan prosedur
tersebut didapatkan bahwa indeks komposit akan memberikan deskripsi pe
wilayah serta perkembangan antar waktu, bukan memperlihatkan besaran yang
bisa dipakai sebagai alat pemantau dan bisa dimanfaatkan dalam manajem
karena bisa membandingkan perkembangan antar waktu sehingga dapat mempe
pembangunan yang dilakukan pada periode sebelumnya.
Pada level daerah IPM sebagai salah satu ukuran dampak pembangun
sebagai acuan oleh pihak berwenang setempat, terutama Pemda, dala
pembangunan daerah. Pemanfaatan ini merupakan bagian dari instrumen m
pembangunan daerah dan untuk monitoring serta evaluasi suatu wilayah. IPM
komponen penyusun IPM bisa dimanfaatkan sebagai penilaian lintas sektoral te
pembangunan daerah.
1.5 Sistematika Penulisan
Analisis ini akan dikemas menjadi lima bab mulai dari Pendahuluan h
dengan susunan sebagai berikut:
1. Bab I PENDAHULUAN, akan menguraikan mengenai latar bel
analisis serta pengertian Indeks Pembangunan Manusia secara umum.
2. Bab II GAMBARAN UMUM, membahas mengenai gambaran um
Subulussalam serta potensi sosial ekonomi yang terdapat didalamnya.
3. Bab III METODOLOGI, membahas mengenai sumber data, kon
digunakan, serta metode penghitungan dan analisis.
4. Bab IV KOMPONEN IPM KOTA SUBULUSSALAM, PERBAN
PERKEMBANGANNYA, akan membahas mengenai perkembangan
komponen-komponen IPM beserta kaitannya dengan beberapa variabel
5. Bab V IPM KOTA SUBULUSSALAM, akan membahas mengenai pe
Kota Subulussalam selama 2009 dan 2010 serta perbandingan IPM K
dengan Provinsi Aceh serta dengan kabupaten lain di Provinsi Aceh.
6. Bab VI KESIMPULAN DAN SARAN, berisi kesimpulan dan berbaga
7
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 9/29IPM Subulussalam 2010 IPM Subulussalam 2010
Gambaran Umum
BAB. II
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1. Gambaran Umum Wilayah
Kota Subulussalam adalah adalah salah satu daerah Pemerintahan
relatif muda dan satu-satunya Pemerintahan Kota yang berada di wilayah bar
Kota Subulussalam terbentuk pada awal tahun 2007 dengan keluarnya Undang
Tahun 2007. Pejabat Walikota pertama adalah H. Asmauddin, SE yang menj
Juni 2008. Kemudian pada tanggal 30 juni 2008 dilantik pejabat walikota yang
Marthin Desky, MM yang menjabat hingga terpilihnya Walikota yang defin
Sakti, SH sebagai walikota dan H. Affan Alfian Bintang, SE sebagai wakil wali
Kota Subulussalam memiliki luas 1.391 Km2 yang terletak pada posisi
00’ 00’’ LU / North Latitude dan 0970 45’ 00’’ – 980 10’ 00’’ BT/ East Latitu
batasnya adalah :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Singkil
Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan
Pada saat terbentuk Kota Subulussalam memiliki 5 Kecamatan dengan
Kemukiman yaitu Kecamatan Simpang Kiri yang terdiri dari 14 Desa da
Kecamatan Penanggalan yang terdiri dari 10 Desa dan 1 Kemukiman, Kecama
terdiri dari 23 Desa dan 2 Kemukiman, Kecamatan Sultan Daulat yang terdiri d
Kemukiman serta Kecamatan Longkib dengan 10 Desa termasuk dan 1 Kumuki
Sementara itu luas wilayah kecamatan yang terbesar di Kota Sub
Kecamatan Sultan Daulat dengan luas 60.200 Hektar atau 43,28 persen dari l
Subulussalam. Kemudian diikuti oleh Kecamatan Rundeng dengan luas 33.200
persen dari luas Kota Subulussalam, Kecamatan Simpang Kiri seluas 21.300 h
Longkib mempunyai luas 15.100 hektar atau 10,86 persen dari total luas Kota
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 10/29IPM Subulussalam 2010 IPM Subulussalam 2010
Gambaran Umum
Kecamatan Penanggalan memiliki luas wilayah terkecil yaitu 9.300 Ha atau hanya 6,69 persen
dari total luas wilayah Kota Subulussalam.
Pada saat ini pusat Pemerintahan Kota Subulussalam berada di Kecamatan Simpang Kiri
tepatnya di Desa Subulussalam dengan kantor Walikota digunakan bangunan dibekas kantor
Camat Simpang Kiri karena pada saat ini proses pembangunan gedung walikota masih dalam
proses penyelesaian yang terletak di Desa Lae Oram Kecamatan Simpang Kiri.
Tabel 2.1. Jumlah Desa dan Penduduk Menurut Kecamatandi Kota Subulussalam Tahun 2010
No. Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Penduduk
040 Simpang Kiri 14 27.573
041 Penanggalan 10 11.479
044 Rundeng 23 10.994
045 Sultan Daulat 17 12.960
046 Longkip 10 4.440
Jumlah 74 67.446
Sumber: Subulussalam Dalam Angka 20112.2. Potensi Sosial Ekonomi
2.2.1. Potensi Sosial
Tabel 2.2. Penduduk Kota Subulussalam Menurut Kecamatan
dan Jenis Kelamin 2010
No. Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
040 Simpang Kiri 13,854 13,719 27,573
041 Penanggalan 5,856 5,623 11,479
044 Rundeng 5,570 5,424 10,994
045 Sultan Daulat 6,515 6,445 12,960
046 Longkip 2,269 2,171 4,440
Jumlah 34,064 33,382 67,446
Sumber: Subulussalam Dalam Angka 2011
a. Ketenagakerjaan
Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional penduduk beru
22.168 jiwa yang bekerja atau 54,99 persen dari total angkatan kerja. Angka
Subulussalam menurun dibanding tahun 2009 yang mencapai 22.437 pendudu
atau sekitar 50,68 persen dari penduduk berumur 15+ di Kota Subulussala
jumlah pengangguran mencapai 949 jiwa atau 4,28 persen dari total angkangkatan kerja pada agustus 2010 di Kota Subulussalam mencapai 22.168
angkatan kerja di Kota Subulussalam masih rendah dibandingkan dengan Pr
mencapai 63,17 persen. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah daerah untu
lapangan kerja.
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam mem
pembangunan. Manusia sebagai subjek pembangunan dengan tingkat
dimilikinya memegang peranan sangat penting. Seringkali tingkat pend
dijadikan dasar untuk menentukan kedudukan seseorang dalam bidang tugasnya
Berdasarkan dari hasil survei angkatan kerja nasional 2010 didapat
Kota Subulussalam usia 10 tahun keatas yang belum/tidak tamat SD 38,74
mencapai 24,66 persen; tamat SLTP/Tsanawiyah mencapai 16,14 peren; tama
mencapai 15,14 persen; Diploma I/II/III sebanyak 2,18 persen; Diploma IV/S
persen dan tamat S2/S3 sebanyak 0,08 persen.
2.2.2. Potensi Ekonomi
Perekonomian Kota Subulussalam telah ditopang oleh sektor Pertania
Sub sektor pertanian yang paling besar sumbungan terhadap pembentukakehutanan, walaupun sejak tahun 2004 kontribusi sub sektor kehutanan menur
sub sektor perkebunan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
11
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 11/29IPM Subulussalam 2010 IPM Subulussalam 2010
Gambaran Umum
Setelah memisahkan diri dari Kabupaten Aceh Singkil pada tahun 2007, perekonomian
Kota Subulussalam terus mengalami perbaikan. Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi
mencapai 5,29 persen. Kota Subulussalam memiliki keunggulan daerah yang sangat strategis,
karena merupakan kota transit dari Sumatera Utara ke Aceh untuk wilayah barat, sehingga sektor
perdagangan, hotel dan restoran berkembang pesat. Saat ini terdapat satu hotel berbintang tiga
yang merupakan salah satu hotel berbintang di wilayah barat
Tabel 2.3. Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Subulussalam 2007-2010
Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010
(1) (3) (4) (5) (6)
1. Pertanian 47,62 43,73 40,34 37,93
2. Pertambangan & penggalian 1,08 1,05 1,03 1,00
3. Industri pengolahan 1,09 1,05 1,05 1,07
4. Listrik & air bersih 0,26 0,27 0,30 0,33
5. Bangunan/Konstruksi 16,01 17,69 18,74 19,52
6. Perdagangan, hotel & restoran 23,70 25,19 26,12 26,48
7. Pengangkutan & komunikasi 5,40 6,08 7,26 8,08
8. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan 0,89 0,89 0,92 1,04
9. Jasa-jasa 3,95 4,05 4,24 4,55
PDRB (Rp juta) 260.256,90 289.326,09 317.555,40 350.097,76
Pertumbuhan ekonomi Konstan (persen) 4,12 4,86 4,60 5,29
Sumber: PDRB Kota Subulussalam
BAB. III
13
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 12/29IPM Subulussalam 2010
Metodologi
IPM Subulussalam 2010
BAB III
METODOLOGI
3.1. Sumber Data
Sumber data utama yang digunakan dalam penyusunan IPM ini adalah hasil Susenas
Tahun 2007 dan 2008. Variabel yang diamati dari data tersebut adalah :
1. Rata-rata anak lahir hidup (RALH) dan rata-rata anak masih hidup (RAMH) untuk menghitung usia harapan hidup.
2. Jenjang pendidikan dan kelas tertinggi serta status sekolah dari penduduk dewasa (usia
25 keatas).
3. Kemampuan baca tulis penduduk usia 15 tahun keatas.
4. Pengeluaran rata-rata per kapita per bulan.
5. Data-data lain sebagai pelengkap atau pembanding.
Sedangkan standar yang dipakai sebagai acuan untuk menyusun indeks menggunakan
standar yang telah dibuat BPS dengan pertimbangan supaya angka-angka Kota Subulussalam
konsisten dengan angka Provinsi yang telah disusun oleh BPS.
3.2. Komponen IPM
Komponen IPM terdiri dari usia harapan hidup (longevity), pengetahuan (knowledge),
dan standar hidup layak (decent living). Komponen usia hidup diukur dengan Angka Harapan
Hidup (e0), komponen pengetahuan diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama
bersekolah, sedangkan komponen standar hidup layak diukur dengan rata-rata konsumsi riil yang
telah disesuaikan.
Angka Harapan Hidup dihitung menggunakan metode tidak langsung menggunakan
metode Brass Varian Trussel, dengan life tabel Coale-Demeney West Model. Data dasar yang
digunakan adalah RALH dan RAMH menurut kelompok umur ibu (15 -19, 20-24,….,45-49).Angka Melek Huruf penduduk usia 15 tahun keatas diolah dari hasil Susenas Kor pada
variabel umur dan kemampuan baca tulis penduduk. Seseorang dikatagorikan mampu baca tulis
jika ia mampu membaca dan menulis sesuatu huruf.
Rata-rata lama bersekolah dihitung menggunakan 4 variabel secara simulta
1. Status sekolah (tidak/belum pernah sekolah, masih sekolah, dan tidak b
2. Jenjang pendidikan yang pernah/sedang dijalani.
3. Kelas tertinggi yang pernah/sedang diduduki, dan
4. Jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan.
Konversi yang digunakan untuk menentukan lama bersekolah bisa dilihat pada
Penghitungan indikator konsumsi riil per kapita yang telah disesuaikan tahapan pekerjaan sebagai berikut :
Menghitung pengeluaran konsumsi per kapita dari susenas Modul (=A)
Mendeflasikan nilai A dengan IHK ibukota propinsi yang sesuai (=B).
Menghitung daya beli per unit (=PPP/unit). Metode penghitungan sam
yang digunakan International Comparison Project (ICP) dalam menst
komoditi yang diperoleh dari Susenas Modul .
Membagi nilai B dengan PPP/Unit (=C).
Menyesuaikan nilai C dengan formula Atkinson sebagai upaya untu
nilai marginal utility dari C.
Penghitungan PPP/unit dilakukan dengan rumus :
PPP/unit =
j
ji ji
j
ji
Q ),(),(
),(
Dimana :
),( ji E : pengeluaran untuk komoditi j di propinsi ke-i
),( jiP : harga komoditi j di Kabupaten AcehSingkil
),( jiq: jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di propinsi ke-i
15
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 13/29IPM Subulussalam 2010
Metodologi
IPM Subulussalam 2010
Unit kuantitas rumah dihitung berdasarkan indeks kualitas rumah yang dibentuk dari tujuh
komponen kualitas tempat tinggal yang diperoleh dari Susenas Kor. Ketujuh komponen kualitas
yang digunakan dalam penghitungan indeks kualitas rumah diberi skor sebagai berikut:
Lantai : keramik, marmer, atau granit = 1, lainnya = 0
Luas lantai per kapita : ≥ 10 m2
= 1, lainnya = 0
Dinding : tembok = 1, lainnya = 0
Atap : kayu/sirap, beton = 1, lainnya = 0 Fasilitas penerangan : listrik = 1, lainnya = 0
Fasilitas air minum : leding = 1, lainnya = 0
Jamban : milik sendiri = 1, lainnya = 0
Skor awal untuk setiap rumah = 1
Indeks kualitas rumah merupakan penjumlahan dari skor yang dimiliki oleh suatu rumah
tinggal dan bernilai antara 1 sampai dengan 8. Kuantitas dari rumah yang dikonsumsi oleh suatu
rumah tangga adalah indeks Kualitas dari rumah dibagi 8.
Sebagai contoh, jika suatu rumah tangga menempati suatu rumah tinggal yang
mempunyai Indeks Kualitas Rumah = 6, maka kuantitas rumah yang dikonsumsi oleh rumah
tangga tersebut adalah 6/8 atau 0,75 unit.
Rumus Atkinson yang digunakan untuk penyesuaian rata-rata konsumsi riil secara
matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :
C(1) =
C(i) jika C(i) ≤ Z
= Z + 2(C(i) - Z)(1/2) jika Z < C(i) ≤ 2Z
= Z + 2(Z)(1/2)
+ 3(C(i) - 2Z) )(1/3)
jika 2Z < C(i) ≤ 3Z
= Z + 2(Z)(1/2) + 3(Z) )(1/3) +4 (C(1) - 3 Z) )(1/4) jika 3Z < C(i) ≤ 4Z
dimana :
C(i) : Konsumsi per kapita riil yang telah di sesuaikan dengan PPP/unit.
Z : Threshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan sebagai batas kecukupan yangdalam publikasi ini nilai Z dit etapkan secara arbiter sebesar Rp.547.500,- per kapita
setahun, atau Rp.1.500,- per kapita per hari.
Rumus dan Ilustrasi Penghitungan IPM
Rumus penghitungan IPM dapat disajikan sebagai berikut:
IPM = 1/3 [X(1)+X(2)+X(3)]
Dimana :
X(1) : Indeks harapan hidupX(2) : Indeks pendidikan = 2/3 (indeks melek huruf) + 1/3 (indeks rata-rata la
X(3) : Indeks standar hidup layak.
3.3. Penghitungan Indeks
Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandin
nilai suatu indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum d
indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut:
Indeks X(i) = [ X(i) - X(i) min ]/[ X(i) maks - X(i)min ]
Dimana :
X(i) : Indikator ke-i (dimana i = 1,2,3)
X(i) maks : Nilai maksimum X(i)
X(i) min : Nilai minimum X(i)
Tabel 3.1. Nilai maksimum dan nilai minimum indikator X(i)
Indikator KomponenIPM (=X)
NilaiMaksimum
Nilai Minimum Catatan
(1) (2) (3) (4)Angka Harapan Hidup 85 25 Standar UNDP
Angka Melek Huruf 100 0 Standar UNDP
Rata-rata lama sekolah 15 0 Standar UNDP
Konsumsi per kapitayang disesuaikan
737.720 a) 300.000 (1996)
360.000 b) (1999)
UNDPmenggunakanPDB/kapita riil
yang disesuaikan
17
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 14/29IPM Subulussalam 2010
Metodologi
IPM Subulussalam 2010
Catatan :a) Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk provinsi yang memiliki angka tertinggi (Jakarta) pada tahun 2018
setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi mengasumsikan kenaikan 6,5 persen pertahun selamakurun 1993-2018.
b) Penyesuaian garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru.
Sebagai ilustrasi penghitungan dapat diambil kasus Propinsi D.I Yogyakarta Tahun 2005 yang
memiliki indeks masing-masing komponen sebagai berikut :
a. Indeks angka harapan hidup (X1) : 79,8 %
b. Indeks tingkat pendidikan (X2) : 76,5 %
c. Indeks Pendapatan (X3) : 64,2 %
Akhirnya angka IPM dapat dihitung menggunakan persamaan awal :
IPM = 1/3 (79,8+76,5+64,2) = 73,5
Juga secara menyeluruh angka IPM sangat baik digunakan sebagai angka pembanding
antar daerah, karena IPM dapat mengukur tingkat pencapaian upaya pembangunan manusia dari
perspektif agregatif atau secara keseluruhan.
3.4. Kecepatan Pertumbuhan IPM (Shortfall )
Perbedaan perubahan kecepatan IPM dalam suatu periode untuk suatu wilayah dapat
dilihat dari angka “Shortfall”. Angka tersebut mengukur rasio pencapaian kesenjangan antara
jarak yang “sudah ditempuh” dengan yang “belum ditempuh”, untuk mencapai kondisi yang ideal
(IPM = 100). Semakin tinggi angka Shortfall, semakin cepat kenaikan IPM.
Cara penghitungan reduksi Shortfall dinyatakan dengan rumus:
R =
n
t ref
t t x
IPM IPM
IPM IPM / 1
)0()(
)0()1(100
Dengan : R = Reduksi Shortfall per tahun;
IPM (t0) = IPM tahun awal;
IPM (t1) = IPM tahun terakhir; dan
IPM (ref) = IPM acuan atau ideal yang dalam hal ini sama dengan 100.
BAB. IV
19
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 15/29
Komponen IPM K
IPM Subulussalam 2010
Komponen IPM Kota Subulussalam
IPM Subulussalam 2010
BAB IV
KOMPONEN IPM KOTA SUBULUSSALAM,
PERBANDINGAN DAN PERKEMBANGANNYA
Penduduk sebagai pelaku dan objek pembangunan merupakan variabel sehingga selalu
berubah sesuai dengan dinamikanya. Menurut Tjiptoherijanto (2002) keterkaitan antara
kependudukan dan pembangunan harus dilihat dalam dua dimensi; yaitu 1) bagaimana
membangun penduduk menjadi sumberdaya yang andal, atau disebut sebagai pembangunan
kependudukan dan 2) bagaimana mengintegrasikan isu kependudukan ke dalam ‘mainstream’
pembangunan nasional atau mengembangkan pembangunan berwawasan kependudukan.
4.1. Gambaran Umum Kependudukan
Penduduk Kota Subulussalam pada tahun 2008 berjumlah sekitar 69.776 jiwa dengan
komposisi penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan yaitu masing-masing
34.766 jiwa dan 35.010 jiwa. Pada tahun 2009 penduduk Kota Subulussalam menurun menjadi
68.729 jiwa dengan komposisi laki-laki 35.961 jiwa dan penduduk perempuan 32.768 jiwa.
Berarti ada perlambatan -1,5 persen dari tahun sebelumnya.
Penduduk merupakan aset yang sangat penting bagi suatu daerah, karena penduduk
adalah penggerak roda pembangunan. Penduduk bisa menjadi suatu aset yang berharga jika
memang benar-benar dipersiapkan menjadi SDM yang siap bersaing . Tentu saja untuk bersaing
diperlukan peningkatan mutu SDM yang ada. Sebaliknya jika potensi penduduk yang ada
ditelantarkan, maka akan melahirkan generasi yang kalah bersaing dalam berbagai bidang dan
justru akan membebani daerah, karena penduduk yang tidak mempunyai kualitas akan
menimbulkan pengangguran dan seterusnya akan menghambat perekonomian. Untuk itulah
pendidikan merupakan sarana vital untuk meningkatkan kualitas SDM.
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Kota Subulussalam Tahun 2009
TahunJenis Kelamin
L P
2009 35.961 32.768
2010 34.064 33.382
Perubahan -1.897 614
Sumber: Subulussalam Dalam Angka, 2011
Gambar 4.1. Penduduk Kota Subulussalam Menurut Jenis KelaTahun 2009-2010
Sumber: Penduduk Kota Subulussalam 2009-2010
Dari Gambar 4.1. dapat juga dilihat komposisi penduduk berdasarkan
Dari tahun ke tahun penduduk laki-laki selalu lebih banyak dari penduduk pere
21
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 16/29
Komponen IPM K
IPM Subulussalam 2010
Komponen IPM Kota Subulussalam
IPM Subulussalam 2010
rasio/perbandingan jenis kelamin tahun 2009 adalah 109 yang berarti dari tiap 100 penduduk
perempuan terdapat 109 laki-laki. Sementara pada tahun 2010, terjadi perubahan yaitu 102,04
4.2. Penduduk Menurut Kecamatan
Secara administratif penduduk Kota Subulussalam mempunyai 5 wilayah kecamatan.
Masing-masing kecamatan berpenduduk dengan jumlah yang bervariasi. Kecamatan longkip
paling sedikit penduduknya, yakni 4.440 jiwa pada tahun 2010 atau 7 persen dari keseluruhan
penduduk. Sebaliknya Kecamatan Simpang Kiri dihuni oleh 27.573 penduduk atau 41 persen dari
total penduduk Kota Subulussalam.
Gambar 4.2. Distribusi Penduduk Kota SubulussalamMenurut Kecamatan Tahun 2010
Sumber: Subulussalam Dalam Angka 2010
Pada uraian sebelumnya diketahui rasio jenis kelamin di Kota Subulussalam sebesar 102.
Sementara rasio jenis kelamin di tiap kecamatan juga menunjukkan penduduk laki-laki lebih
banyak dari penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin terbesar berada di Kecamatan Longkip,
yaitu 104. Sedangkan kecamatan yang mempunyai rasio jenis kelamin
Kecamatan Simpang Kiri yaitu 100.
Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Kota Subulussalam Menurut KecaDan Jenis Kelamin, Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)
dan Luas Wilayah Tahun 2010
Kecamatan L P L+P RJK
Simpang Kiri 13,854 13,719 27,573 100.98
Penanggalan 5,856 5,623 11,479 104.14
Rundeng 5,570 5,424 10,994 102.69
Sultan Daulat 6,515 6,445 12,960 101.09
Longkib 2,269 2,171 4,440 104.51
Jumlah 34,064 33,382 67,446 102.04
Sumber: Subulussalam Dalam Angka 2011
4.3. Kepadatan Penduduk
Luas wilayah Kota Subulussalam adalah 1.391 km2 dengan jumlah
jiwa menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 69.776 jiwa, maka kep
Kota Subulussalam tahun 2009 adalah 49 jiwa/km2. Kepadatan penduduk per
bervariasi sesuai dengan luas masing-masing wilayah. Kecamatan Penang
tingkat kepadatan penduduk kedua terbesar dari 5 kecamatan yang ada di K
yakni 123 jiwa/km2, sedangkan ibu kota pemerintahan yaitu kecamatan simpa
jiwa/km2, sementara itu kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk
Kecamatan Sultan Daulat yaitu 22 jiwa/km2 seperti terlihat pada Gambar 4.3.
23
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 17/29
Komponen IPM K
IPM Subulussalam 2010
Komponen IPM Kota Subulussalam
IPM Subulussalam 2010
Gambar 4.3. Kepadatan Penduduk Kota SubulussalamMenurut Kecamatan Tahun 2010 (Jiwa/Km2)
Sumber: Subulussalam Dalam Angka 2010
4.4. Angka Harapan Hidup
Komponen angka harapan hidup diharapkan mampu menggambarkan keadaan lamahidup sekaligus hidup sehat dari masyarakat. Angka harapan hidup yang tinggi dianggap
mencerminkan kesejahteraan penduduk yang tinggi pula. Hal ini disebabkan karena harapan
hidup merupakan resultan dari berbagai faktor lain dari derajat sosial ekonomi penduduk.
Secara empiris terlihat bahwa pada masyarakat yang tingkat ekonominya baik terdapat
kecenderungan harapan hidupnya tinggi. Karena pada masyarakat yang demikian, akses dari
pelayanan terhadap kesehatan lebih memadai dibanding bila kondisi ekonominya tidak baik.
Hubungan positif juga ditunjukkan oleh tingkat pendidikan dimana semakin tinggi
tingkat pendidikan masyarakat, berarti semakin tinggi pula kesadaran mereka akan pentingnya
hidup sehat, dan pada akhirnya akan memperpanjang usia harapan hidup mereka. Upaya
mendidik kaum perempuan terbukti sebagai kunci untuk menghancurkan lingkaran setan
kesehatan anak yang buruk, kinerja pendidikan yang rendah, pendapatan yang minim, serta
tingkat fertilitas yang tinggi (Todaro, 2000).
Selama periode 2009-2010 angka harapan penduduk Kota Subulus
kenaikan dari 65,71 tahun menjadi 65,89 tahun. Angka 65,89 menunjukkan
yang lahir pada 2010 mempunyai peluang rata-rata kelangsungan hidupnya sela
depan.
Tabel 4.3. Angka Harapan Hidup Tahun 2009-2010
Kabupaten/Kota 2009
(1) (2)
01. Simeulue 62,91
02. Aceh Singkil 64,69
03. Aceh Selatan 66,82
04. Aceh Tenggara 69,19
05. Aceh Timur 69,63
06. Aceh Tengah 69,53
07. Aceh Barat 69,87
08. Aceh Besar 70,64
09. Pidie 69,32
10. Bireuen 72,32
11. Aceh Utara 69,63
12. Aceh Barat Daya 66,74
13. Gayo Lues 66,96 14. Aceh Tamiang 68,27
15. Nagan Raya 69,53
16. Aceh Jaya 67,97
17. Bener Meriah 67,52
18. Pidie Jaya 69,13
71. Banda Aceh 70,56
72. Sabang 70,69
73. Langsa 70,36
74. Lhokseumawe 70,41
75. Subulussalam 65,71
Provinsi Aceh 68,60
Sumber: BPS Sosialisasi IPM 2010
Dibandingkan dengan daerah kabupaten/kota lainnya, Subulussalam m
harapan hidup tergolong rendah yaitu 65,71 tahun, karena masih dibawah angk
25
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 18/29
Komponen IPM K
IPM Subulussalam 2010
Komponen IPM Kota Subulussalam
IPM Subulussalam 2010
Angka harapan hidup terendah pada tahun 2009 adalah 62,91 tahun untuk Kabupaten Simeulue.
Sebaliknya, angka harapan hidup tertinggi adalah penduduk Kabupaten Bireuen yang mencapai
72,32 tahun disusul Kota Sabang 70,69 tahun.
Jika dibandingkan dengan angka harapan hidup Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
ternyata harapan hidup penduduk Kota Subulussalam masih lebih rendah. Angka harapan hidup
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat 68,50 pada tahun 2008 dan 68,60 tahun pada 2009.
Sementara itu angka harapan hidup penduduk Indonesia secara umum juga masih lebih tinggi69,00 tahun pada 2008.
Gambaran tersebut mengindikasikan bahwa kondisi kesehatan penduduk Kota
Subulussalam tidak lebih baik dari kondisi penduduk di Provinsi Aceh dan bahkan penduduk
Indonesia secara keseluruhan. Karena gizi, kesehatan, pendidikan, keterampilan dan pengetahuan
merupakan faktor yang menentukan kualitas sumberdaya manusia maka pembangunan faktor-
faktor tersebut harus dilakukan. Hal ini disebut sebagai pembentukan modal insani, yaitu proses
peningkatan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan seluruh penduduk negara
(Jhingan, 1983).
Gambar 4.4. Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
dan Indonesia Tahun 2009-2010
Sumber: BPS Sosialisasi IPM 2010
Diyakini bahwa terdapat kaitan yang erat antara angka harapan
kematian bayi. Semakin tinggi angka kematian bayi berarti akan semakin re
hidup. Sebaliknya semakin rendah angka kematian bayi maka semakin tinggi u
Hal ini disebabkan karena angka kematian bayi sangat mencerminkan pola ke
secara umum. Secara jelas Todaro (2002) menyebutkan bahwa angka fert
cenderung merugikan kesehatan ibu dan anak-anaknya yang pada akhirn
kematian bayi dan anak.Kematian ibu dan bayi sangat tergantung pada kondisi kesehata
Kesehatan ibu dan bayi terutama saat melahirkan akan lebih terjaga jika dit
profesional dalam hal ini dokter atau bidan. Meskipun tenaga dukun bayi
masyarakat, namun pengetahuan dan keterampilan dukun harus ditingkatkan. K
bayi masih diandalkan masyarakat mengingat keterbatasan tenaga medis teru
daerah terpencil. Akan tetapi seiring dengan semakin banyaknya tenaga medis d
peran dukun anak semakin berkurang. Pada tahun 2009 kelahiran yang dib
mencapai 8,66 persen dan angka ini meningkat pada tahun 2010 menjadi 19,10
Tabel 4.4. Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran T
Tahun/
WilayahDokter Bidan Dukun
Famili/
keluargaLainn
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2009
Subulussalam 3,98 86,44 8,66 0,00 0
Provinsi Aceh 8,77 76,49 13,31 0,82 0
2010
Subulussalam 5,46 75,00 19,10 0,00 0
Provinsi Aceh 11,45 75,64 13,75 0,57 0
Sumber : Susenas 2009-2010
27
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 19/29
Komponen IPM K
IPM Subulussalam 2010
Komponen IPM Kota Subulussalam
IPM Subulussalam 2010
4.5. Angka Melek Huruf dan Rata -Rata Lama Bersekolah
Kedua indikator ini diharapkan mampu mencerminkan tingkat pengetahuan dan
keterampilan penduduk. Angka melek huruf untuk keperluan ini adalah angka melek huruf
penduduk 15 tahun keatas sehingga diharapkan tidak terjadi bias oleh penduduk usia anak-anak.
Kemampuan baca tulis dan menyerap informasi sangat penting, karena literasi merupakan
komponen dasar pengembangan manusia (Todaro, 1997).
Rata-rata lama bersekolah mencerminkan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan
atau sedang dijalani oleh penduduk usia 25 tahun keatas. Pada usia ini dianggap penduduk sudah
menyelesaikan seluruh pendidikannya sehingga tidak ada bias akibat penduduk muda.
Kemampuan baca tulis penduduk di Provinsi Aceh secara umum sudah baik, yaitu
mencapai 96,88 persen. Angka itu lebih tinggi dari angka literasi Indonesia secara keseluruhan
yang baru mencapai 91,2 persen pada tahun 2010. Sedangkan 3,12 persen penduduk provinsi di
ujung Sumatera ini masih buta huruf dan kemungkinan besar adalah penduduk usia lanjut atau
penduduk yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali.
Sementara itu angka literasi penduduk Kota Subulussalam sebesar 96,54 persen,
dibawah angka provinsi. Ini menunjukkan bahwa komponen kualitas sumberdaya manusia
khususnya angka melek huruf menunjukkan angka yang sedikit menggembirakan.
Pada tahun 2010 penduduk Kota Subulussalam menghabiskan waktunya untuk
bersekolah sekitar 7,59 tahun hanya naik o,o1 dibandingkan dengan tahun 2009. Sementara rata-
rata lama sekolah 7,59 tahun untuk bersekolah berarti rata-rata penduduk belum menamatkan
pendidikan dasar 9 tahun atau tamat SLTP, jadi mereka hanya sempat menduduki kelas 1 SLTP.
Selain komponen-komponen yang langsung terlibat dalam penghitungan angka IPM juga
perlu diperhatikan indikator-indikator pendukung lainnya yang juga secara langsung ataupun
tidak langsung turut berpengaruh dalam pembentukan angka indeks dari komponen langsung
IPM, karena dari indikator-indikator itu dapat pula terbaca gambaran sisi lain keadaan sosial dari
aktivitas masyarakat suatu wilayah.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadian
anak didik. Dalam periode tinggal landas, pendidikan diamati sebagai suatu gejala jangka
panjang. Pengertian pendidikan dalam jangka panjang ini dapat dipahami sebagai suatu proses
pendidikan yang mempunyai kaitan erat dengan ketenagakerjaan khususnya d
ekonomi pada umumnya.
Tabel 4.5. Angka Melek Huruf Dan Rata -rata Lama Sekolah MenKabupaten/Kota di Aceh Tahun 2009-2010
Kabupaten/KotaMelek Huruf Lama Sekol
2009 2010 2009
(1) (2) (3) (4)
01. Simeulue 98,58 98,66 8,30 02. Aceh Singkil 96,22 96,24 7,74
03. Aceh Selatan 96,47 96,53 8,28
04. Aceh Tenggara 97,10 97,95 9,34
05. Aceh Timur 97,51 98,21 8,49
06. Aceh Tengah 98,13 98,60 9,44
07. Aceh Barat 94,08 94,53 8,23
08. Aceh Besar 96,95 96,96 9,51
09. Pidie 95,56 95,91 8,65
10. Bireuen 98,37 98,47 9,23
11. Aceh Utara 96,42 97,81 9,12
12. Aceh Barat Daya 96,25 96,34 7,63
13. Gayo Lues 86,97 87,27 8,71
14. Aceh Tamiang 98,25 98,27 8,77
15. Nagan Raya 89,78 89,85 7,34
16. Aceh Jaya 93,78 93,99 8,71
17. Bener Meriah 97,45 98,50 8,53
18. Pidie Jaya 94,23 95,45 8,38
71. Banda Aceh 99,10 99,16 11,91
72. Sabang 98,81 98,99 10,36
73. Langsa 99,10 99,20 10,04
74. Lhokseumawe 99,22 99,62 9,91
75. Subulussalam 96,53 96,54 7,58
Provinsi Aceh 96,39 96,88 8,63
Sumber: Badan Pusat Statistik
Dipandang dari sudut waktu, pendidikan mempunyai jangkauan jangk
menengah, dan jangka panjang. Perbedaan pandangan dari dimensi
mempengaruhi atau mengubah skala atau dimensi ruang dari pendidikan. Da
29
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 20/29
Komponen IPM K
IPM Subulussalam 2010
Komponen IPM Kota Subulussalam
IPM Subulussalam 2010
pendidikan dipandang sebagai suatu sistem yaitu sistem pendidikan. Perubahan dimensi ruang ini
akan menggeser inti permasalahan pendidikan yang dihadapi. Pergeseran inti permasalahan itu
pada gilirannya akan mempengaruhi usaha pemecahan permasalahannya.
Pendidikan dalam jangka pendek (kurang dari satu tahun atau dari hari ke hari),
mencakup bagaimana permasalahan memperlancar proses belajar dan mengajar di dalam kelas.
Pendidikan dalam jangka panjang (lebih dari dua puluh lima tahun), merupakan gejala
kebudayaan dan permasalahannya terpusat pada bagaimana mentransformasikan nilai-nilai dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Pendidikan dalam jangka menegah (sekitar lima atau
sepuluh tahun), merupakan gejala ekonomi yaitu bagaimana menyiapkan lulusan atau putus
pendidikan untuk memenuhi kebutuhan lapangan kerja.
Output dari subsistem pendidikan yang berupa lulusan atau putus sekolah ini merupakan
input kepada subsistem ketenagakerjaan. Di dalam subsistem ketenagakerjaan ini lulusan dikenal
sebagai tenaga kerja. Tenaga kerja ini merupakan input yang diproses dalam lapangan kerja.
Output dari proses yang berlangsung dalam lapangan kerja ini berupa produktivitas tenaga kerja.
Dengan perkataan lain, permasalahan yang dihadapi dalam subsistem ketenagakerjaan tersebut
adalah bagaimana meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Dengan kata lain, proses pendidikan apabila dilihat pada satu titik waktu mencakup tiga
proses yang berjalan secara bersamaan yaitu berkaitan dengan proses belajar mengajar dalam
lembaga pendidikan, berkaitan dengan penyiapan tenaga kerja, serta berkaitan dengan penerusan
nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Tabel 4.6. Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2009-2010
DaerahAPS 2009 APS 2010
7-12 13-15 16-18 7-12 13-15 16-18
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Subulussalam 97,96 91,50 76,64 99,30 92,67 83,58
Prov. Aceh 99,07 94,31 72,72 99,19 94,99 73,53
Sumber: Susenas 2009-2010
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
menegaskan bahwa (1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama u
pendidikan bermutu, (2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, em
intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus, (3) Warga
terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memp
layanan khusus, (4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan baka
memperoleh pendidikan khusus, (5) Setiap warga negara berhak mend
meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.
Dari ketentuan di atas maka setiap warga negara berhak memperoleh p
bagi masyarakat terpencil dan terbelakang sekalipun. Jadi dengan diwajibk
dasar 9 tahun, semestinya tidak terdengar lagi adanya anak putus sekolah akib
atau ketiadaan akses terhadap sarana pendidikan. Namun, jika dilihat dalam
sekolah kasar seperti pada Tabel 4.7. terlihat bahwa partisipasi sekolah
mencapai 100 persen, apalagi untuk mereka yang berusia 16-18 tahun.
Gambar 4.5. APS Kota Subulussalam Tahun 2009-2010
Sumber: Susenas 2008-2009
31
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 21/29
Komponen IPM K
IPM Subulussalam 2010
Komponen IPM Kota Subulussalam
IPM Subulussalam 2010
Secara umum APS Provinsi Aceh dan juga Kota Subulussalam cenderung meningkat
pada 2009-2010. Hal ini kemungkinan disebabkan semakin giatnya pemerintah melalui dinas
pendidikan dengan membangun dan meniadakan biaya bulanan kepada anak-anak didik, sehingga
masyarakat miskin bias bersekolah. Peningkatan ini juga didukung dengan semakin tingginya
anggaran pemerintah pusat maupun daerah dalam bidang pendidikan, walaupun porsi yang
terbesar masih dalam bentuk pembangunan infrastruktur sekolah
Indikator lain yang erat kaitannya dengan kualitas pendidikan penduduk adalah tingkat
pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Jika dilihat dari proporsi mereka yang tidak atau belum
pernah sekolah, semakin kecil proporsinya berarti semakin baik, sebaliknya bila proporsinya
semakin besar berarti proses pencerdasan bangsa tidak mencapai sasaran. Disisi lain, jika proporsi
yang menamatkan pendidikan tinggi semakin besar maka kualitas sumberdaya manusianya
semakin baik.
Tabel 4.7. Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi yang DitamatkanTahun 2010
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Subulussalam (L+P) Aceh
(1) (4) (5)
Belum/tidak Tamat SD 38,74 21,68
SD 24,66 26,18
SMP Umum/Kejuruan 16,14 21,11
SMA 15,14 23,10
Dipl I/II/III 2,18 3,40
Dipl IV/S1 3,05 4,29
S2/S3 0,08 0,23
Total 100,00 100,00
Sumber: Susenas 2010
Hampir separuh penduduk usia 10 tahun keatas di Kota Subulussalam tidak/belum
pernah sekolah atau tidak tamat sekolah dasar. Angka ini jauh lebih besar dari proporsi angka
provinsi secara umum yang tercatat kurang dari 25 persen. Dari proporsi yang menamatkan
sekolah dasar hingga SLTA juga lebih buruk dibandingkan dengan proporsi penduduk provinsi
secara keseluruhan. Sebaliknya, untuk yang menamatkan pendidikan tinggi, angkanya lebih
rendah. Sehingga dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas p
Subulussalam lebih rendah dari kualitas pendidikan provinsi umumnya dan
kualitas sumberdaya manusianya.
4.6. Daya Beli
Kemampuan daya beli masyarakat diharapkan dapat terwakili oleh var
per kapita, yaitu rata-rata pengeluaran per kapita setahun yang sudah dist
mendeflasikan dengan IHK. Selanjutnya variabel ini disesuaikan dengan meng
Atkinson.
Tabel 4.8. Pengeluaran Riil Per Kapita Disesuaikan Tahun 2008-2009
Kabupaten/Kota 2009
01. Simeulue 617,10
02. Aceh Singkil 608,22
03. Aceh Selatan 604,59
04. Aceh Tenggara 596,01
05. Aceh Timur 586,29
06. Aceh Tengah 615,51
07. Aceh Barat 598,72
08. Aceh Besar 608,63
09. Pidie 611,05
10. Bireuen 592,06
11. Aceh Utara 605,69
12. Aceh Barat Daya 614,26
13. Gayo Lues 600,15
14. Aceh Tamiang 595,40
15. Nagan Raya 601,67
16. Aceh Jaya 596,69
17. Bener Meriah 603,78
18. Pidie Jaya 620,18
71. Banda Aceh 630,63
72. Sabang 625,82
73. Langsa 600,66
74. Lhokseumawe 631,63
75. Subulussalam 608,74 Provinsi Aceh 610,27
Sumber: BPS Sosialisasi IPM 2010
33
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 22/29
Komponen IPM K
IPM Subulussalam 2010
Komponen IPM Kota Subulussalam
IPM Subulussalam 2010
Secara umum kemampuan daya beli masyarakat Kota Subulussalam maupun di seluruh
kabupaten/kota dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mengalami peningkatan. Pada tahun
2009, daya beli terendah Rp. 586.290 di Aceh Timur sedangkan Kota Subulussalam sebesar Rp.
608.740 diatas pengeluaran riil Provinsi Aceh yang hanya mencapai Rp. 610.270 . Untuk
pengeluaran riil tertinggi pada tahun 2010 terjadi di Kota Lhoksumawe yang mencapai Rp.
634.070. Sementara itu pada tahun 2010 pengeluaran riil Kota Subulussalam menjadi Rp.
612.770 lebih tinggi dari pengeluaran provinsi yang mencapai Rp. 611.420
BAB. V
35
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 23/29
IPM K
IPM Subulussalam 2010
IPM Kota Subulussalam
IPM Subulussalam 2010
BAB V
IPM KOTA SUBULUSSALAM
5.1. Konsep Pembangunan Manusia
Menurut UNDP (1990:1), pembangunan manusia adalah suatu proses untuk
memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia (a process of enlarging people’s choices”). Dari
definisi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa fokus pembangunan suatu negara adalah penduduk
karena penduduk adalah kekayaan nyata suatu negara. Konsep atau definisi pembangunan
manusia tersebut pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas. Definisi ini
lebih luas dari definisi pembangunan yang hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi.
Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami dari
sudut manusianya, bukan hanya dari pertumbuhan ekonominya. Sebagaimana dikutip dari UNDP
(1995:118), sejumlah premis penting dalam pembangunan manusia diantaranya adalah:
Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian;
Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk, tidak
hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka; oleh karena itu, konsep pembangunan
manusia harus terpusat pada penduduk secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek
ekonomi saja;
Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya meningkatkan
kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga pada upaya-upaya memanfaatkan
kemampuan manusis tersebut secara optimal;
Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu: produktivitas, pemerataan,
kesinambungan, dan pemberdayaan; dan
Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan pembangunan dan dalam
menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya.
Untuk itu diperlukan suatu indikator komposit yang dapat menggambarkanperkembangan pembangunan manusia secara berkelanjutan. IPM adalah suatu indikator
pembangunan manusia yang diperkenalkan UNDP pada tahun 1990. Pada dasarnya IPM
mencakup tiga komponen yang dianggap mendasar bagi manusia dan secara o
dihitung untuk menghasilkan suatu ukuran yang merefleksikan upaya pemba
Ketiga aspek tersebut berkaitan dengan peluang hidup (longevity), pengetahuan
hidup layak (decent living). Peluang hidup dihitung berdasarkan angka harapan h
pengetahuan diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah angka melek huruf p
tahun keatas; dan hidup layak diukur dengan pengeluaran per kapita yang
Purchasing Power Parity (paritas daya beli dalam rupiah).
Meskipun banyak kritik dan kelemahan yang dikemukakan oleh bany
IPM, namun konsep IPM sesungguhnya masih dapat digunakan dan dimanfaat
dibarengi dengan ukuran-ukuran ekonomi tradisional seperti pendapatan perka
IPM yakni ketahanan hidup, pendidikan, dan kualitas hidup fisik mampu memb
pemahaman kita akan aspek-aspek penting dari pembangunan (Todaro, 2002).
5.2. IPM Kota Subulussalam Tahun 2009-2010
Pada tahun 2009 IPM Kota Subulussalam sebesar 68,85 dan s
meningkat menjadi 69,26. IPM pada periode tersebut lebih rendah dari IPM P
juga IPM nasional. Pada tahun 2010 IPM provinsi 71,70.
Gambar 5.1. Perkembangan IPM Kota Subulussalam, dan NATahun 2009-2010
Sumber: BPS Sosialisasi IPM 2010
37
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 24/29
IPM K
IPM Subulussalam 2010
IPM Kota Subulussalam
IPM Subulussalam 2010
Rendahnya IPM Kota Subulussalam dapat terlihat dari komponen penyusunnya,
misalnya angka harapan hidup pada tahun 2010 adalah 65,89 tahun. Sementara angka harapan
hidup provinsi 68,70 tahun. Dari sisi pendidikan angka melek huruf di kabupaten ini 96,54
persen, sedikit dibawah angka provinsi (96,88 persen). Sementara itu rata-rata lama sekolah,
penduduk di Kota Subulussalam lebih singkat mengenyam pendidikan akan tetapi lebih tinggi
dari nasional yaitu 7,59 tahun pada 2010. Sedangkan penduduk provinsi secara umum hanya 8,81
tahun.
Sementara itu untuk komponen pengeluaran per kapita ril (yang disesuaikan) jauh lebih
tinggi dari pengeluaran rata-rata provinsi, tapi lebih rendah dibanding rata-rata nasional. Pada
tahun 2010 pengeluaran per kapita ril di Kota Subulussalam tercatat Rp 612.770 sedangkan
pengeluaran per kapita provinsi Rp 611.420
Selama 2009-2010 IPM maupun komponen di dalamnya mengalami perbaikan-
perbaikan. Namun kenaikan tersebut lebih rendah daripada kenaikan rata-rata provinsi secara
umum ataupun nasional, sehingga secara agregat perubahan atau biasa disebut reduksi shortfall
IPM Kota Subulussalam (1,32) lebih rendah daripada reduksi shortfall Provinsi Aceh (1,22).
5.3. Perbandingan IPM Antar Kabupaten/Kota
Dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Aceh , posisi IPM Kota
Subulussalam tahun 2010 termasuk urutan bawah, tepatnya nomor 20 dari 23 daerah. Lima
daerah yang terbawah adalah Kabupaten Simelue, Kota Subulussalam, Kabupaten Nagan Raya,
Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Gayo Lues dengan nilai IPM masing-masing sebesar
69,28; 68,26; 69,18; 68,58 dan 67,86. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sendiri berada di
peringkat 17 dari seluruh provinsi di Indonesia
Sedangkan nilai IPM tertinggi diperoleh Kota Banda Aceh untuk tahun yang sama, yaitu
77,45. Kemudian disusul Kota Lhokseumawe (76,10), Kota Sabang (75,98), Kabupaten Aceh
Tengah (73,69), Kota Langsa (73,85),Kabupaten Aceh Besar (73,32), Kabupaten Bireuen (73 ,07),
Kabupaten Aceh Utara (72,46), Kabupaten Pidie Jaya (72,38) dan Pidie (71,92). Kesepuluh
daerah ini mempunyai IPM di atas IPM provinsi yang tercatat 71,70.
Tabel 5.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Reduksi Sho
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2009-2010
Kabupaten/KotaIPM
Reduksi
Shortfall
2009-2010
Peringka
2009 2010 2009
(1) (2) (3) (4) (5)
01. Simeulue 68.92 69.28 1.15 19
02. Aceh Singkil 68.29 68.58 0.92 22
03. Aceh Selatan 69.64 69.97 1.08 17
04. Aceh Tenggara 71.23 71.60 1.27 11
05. Aceh Timur 70.19 70.55 1.21 15
06. Aceh Tengah 73.22 73.69 1.77 4
07. Aceh Barat 70.32 70.79 1.57 14
08. Aceh Besar 73.10 73.32 0.83 6
09. Pidie 71.60 71.92 1.13 10
10. Bireuen 72.86 73.07 0.79 7
11. Aceh Utara 71.90 72.46 2.00 8
12. Aceh Barat Daya 69.81 70.29 1.57 16
13. Gayo Lues 67.59 67.86 0.84 23
14. Aceh Tamiang 70.50 70.79 0.96 12
15. Nagan Raya 68.74 69.18 1.40 21
16. Aceh Jaya 69.39 69.63 0.75 18
17. Bener Meriah 70.38 70.98 2.03 13
18. Pidie Jaya 71.71 72.38 2.38 9
71. Banda Aceh 77.00 77.45 1.96 1
72. Sabang 75.49 75.98 1.99 3
73. Langsa 73.20 73.85 2.43 5
74. Lhokseumawe 75.54 76.10 2.28 2
75. Subulussalam 68.85 69.26 1.32 20
Provinsi Aceh* 71,31 71.70 1.33 17
Catatan: * Peringkat provinsi se-IndonesiaSumber: Badan Pusat Statistik
Selama waktu setahun tampaknya pembangunan di Kota Subuluss
berubah, apalagi masih terus dilakukanya pembangunan di wilayah ini. Damp
39
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 25/29
IPM K
IPM Subulussalam 2010
IPM Kota Subulussalam
IPM Subulussalam 2010
2009 IPM di Kota Subulussalam hanya bergeser naik sedikit dibawah rata-rata reduksi shortfall
provinsi dan nasional tentunya. IPM Kota Subulussalam menjadi 69,26 dan jika dibandingkan
dengan kabupaten/kota lainnya, dan peringkatnya naik menjadi 20 atau urutan ke-empat
terbawah.
Tiga daerah dengan IPM terbawah adalah Kabupaten Gayo Lues (67,86), Kabupaten
Aceh Singkil (69,28) dan Kabupaten Nagan Raya (69,18). Pencapaian IPM tertinggi masih
diduduki oleh Kota Banda Aceh (77,45), Kota Sabang dan Kota Lhokseumawe memiliki IPM
masing-masing (75,98) dan (76,10).
Jika perhatikan perubahan reduksi shortfall masing-masing daerah, ternyata Kota Langsa
adalah yang tertinggi yaitu mencapai 2,43. sedangkan Kabupaten Aceh Jaya perubahan reduksi
shortfall terendah yaitu 0,75.
Gambar 5.2. Urutan IPM Kabupaten/Kota Se-Provinsi NanggroeAceh Darussalam Tahun 2009-2010
Sumber: BPS Sosialisasi IPM 2010
Secara garis besar, daerah kabupaten/kota tersebut dapat dikelompokkan menjadi
kategori IPM tinggi dan rendah, dimana katagori tinggi jika IPM kabupaten/kota sama dengan
atau lebih tinggi dari IPM provinsi. Dengan mengambil IPM Provinsi sebagai patokan,
pengelompokan tersebut menjadi seperti terlihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. IPM Menurut Kategori dan Kabupaten/Kota Tahun 20
Kabupaten/Kota
Kategori IPM
2009 2010
(1) (2) (3)
01. Simeulue Rendah Renda
02. Aceh Singkil Rendah Renda
03. Aceh Selatan Rendah Renda
04. Aceh Tenggara Tinggi Renda
05. Aceh Timur Rendah Renda
06. Aceh Tengah Tinggi Tingg
07. Aceh Barat Rendah Renda
08. Aceh Besar Tinggi Tingg
09. Pidie Tinggi Tingg
10. Bireuen Tinggi Tingg
11. Aceh Utara Tinggi Tingg
12. Aceh Barat Daya Rendah Renda
13. Gayo Lues Rendah Renda
14. Aceh Tamiang Rendah Renda
15. Nagan Raya Rendah Renda
16. Aceh Jaya Rendah Renda
17. Bener Meriah Rendah Renda
18. Pidie Jaya Tinggi Tingg
71. Banda Aceh Tinggi Tingg
72. Sabang Tinggi Tingg
73. Langsa Tinggi Tingg
74. Lhokseumawe Tinggi Tingg
75. Subulussalam Rendah Renda
Sumber: Badan Pusat Statistik
41
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 26/29
IPM K
IPM Subulussalam 2010
IPM Kota Subulussalam
IPM Subulussalam 2010
Kabupaten/Kota yang termasuk dalam kelompok tinggi adalah Aceh Tengah, Aceh Besar, Pidie,
Bireuen, Aceh Utara, Pidie Jaya, Banda Aceh, Sabang, Langsa, dan Lhokseumawe. Sementara
daerah lain yang termasuk dalam kawasan barat mempunyai IPM dalam kelompok rendah.
Tabel 5.3. Nilai IPM 2010, Perubahannya Terhadap IPM 2009,dan Letak Kuadran
Kabupaten/KotaIPM 2010 Perubahan
2009-2010Kuadran
Nilai IPM Katagori
(1) (2) (3) (4) (5)
01. Simeulue 69.28 Rendah 1.15 III
02. Aceh Singkil 68.58 Rendah 0.92 III
03. Aceh Selatan 69.97 Rendah 1.08 III
04. Aceh Tenggara 71.60 Rendah 1.27 III
05. Aceh Timur 70.55 Rendah 1.21 IV
06. Aceh Tengah 73.69 Tinggi 1.77 I
07. Aceh Barat 70.79 Rendah 1.57 IV
08. Aceh Besar 73.32 Tinggi 0.83 II
09. Pidie 71.92 Tinggi 1.13 II
10. Bireuen 73.07 Tinggi 0.79 II
11. Aceh Utara 72.46 Tinggi 2.00 I12. Aceh Barat Daya 70.29 Rendah 1.57 III
13. Gayo Lues 67.86 Rendah 0.84 III
14. Aceh Tamiang 70.79 Rendah 0.96 IV
15. Nagan Raya 69.18 Rendah 1.40 III
16. Aceh Jaya 69.63 Rendah 0.75 III
17. Bener Meriah 70.98 Rendah 2.03 IV
18. Pidie Jaya 72.38 Tinggi 2.38 I
71. Banda Aceh 77.45 Tinggi 1.96 I
72. Sabang 75.98 Tinggi 1.99 I
73. Langsa 73.85 Tinggi 2.43 I
74. Lhokseumawe 76.10 Tinggi 2.28 I
75. Subulussalam 69.26 Rendah 1.32 III
Provinsi Aceh* 71.70 1.33
Catatan: Terhadap IPM NasionalSumber: Badan Pusat Statistik
Bila pengamatan juga melibatkan variabel besarnya perubahan IPM,
dibuat suatu pengelompokan berdasarkan nilai IPM dan perubahannya. Peruba
selisih IPM 2010 dikurangi IPM 2009 (dalam poin). Sedangkan nilai yang dijad
nilai IPM provinsi. Dengan membagi daerah plot menjadi empat kuadran, maka
dikatagorikan sebagai:
Kuadran I : Nilai IPM tinggi, perubahan tinggi
Kuadran II : Nilai IPM tinggi, perubahan rendah
Kuadran III : Nilai IPM rendah, perubahan rendah
Kuadran IV : Nilai IPM rendah, perubahan tinggi
Nilai IPM atau perubahan (2009-2010) dikatakan tinggi bila besarnya sama d
tinggi dari provinsi.
KUADRAN II
Perubahan rendah, IPM tinggi
(Aceh Besar, Piddie, Bireuen)
KUADRAN I
Perubahan tinggi, IPM tinggi
(Aceh Utara, Aceh Tengah, Pidie
Jaya, Banda Aceh Sabang, Langsa,
Lhoksumawe)
KUADRAN III
Perubahan rendah, IPM rendah
(Simelue, Aceh Singkil, Aceh
Selatan, Aceh Tenggara, Aceh Timur,
Aceh Tamiang, Aceh Jaya,
Subulussalam)
KUADRAN IV
Perubahan tinggi, IPM rendah
(Aceh Timur, Aceh Barat, Aceh
Tamiang Bener Meriah)
IPM Provinsi NAD Dari keempat kondisi tersebut, maka tempat pada kuadran I mer
diinginkan karena dengan pencapaian IPM yang sudah lebih tinggi dari p
43
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 27/29
IPM K
IPM Subulussalam 2010
IPM Kota Subulussalam
IPM Subulussalam 2010
perubahan IPM itu pun lebih tinggi atau lebih cepat daripada laju provinsi. Sebaliknya yang
paling memprihatinkan adalah jika kenaikannya lebih rendah daripada laju IPM provinsi secara
umum dan IPM-nya pun lebih rendah dari IPM provinsi. Hal ini menunjukkan bahwa
pembangunan manusia dengan kualitas manusia dibawah rata-rata provinsi lebih rendah laju atau
akselerasinya daripada laju pembangunan manusia provinsi secara keseluruhan. Padahal untuk
daerah-daerah dengan IPM dibawah angka provinsi, seharusnya akselerasi pembangunan
manusianya lebih tinggi atau lebih cepat daripada laju pembangunan manusia provinsi untuk
mengejar ketertinggalan daerah tersebut.
BAB. VI
45
K
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 28/29
Ke
IPM Subulussalam 2010
Kesimpulan dan Saran
IPM Subulussalam 2010
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Pendapatan adalah salah satu dari pilihan yang dimiliki manusia, tetapi bukanlah suatu totalitas
dari semua aspek kehidupan manusia. Aspek kesehatan, pendidikan, lingkungan fisik yang baik dan
kebebasan untuk bertindak juga merupakan hal-hal yang tidak kalah pentingnya (UNDP Human
Development Report-HDR, 2001). Sehingga dikembangkanlah konsep IPM yang dianggap sebagai suatu
konsep yang lebih komprehensif karena disamping memperhitungkan keberhasilan pembangunan manusia
dari aspek non ekonomi, juga memperhitungkan keberhasilan pembangunan manusia dari aspek ekonomi.
Dari uraian pada bab-bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Selama kurun waktu 2010-2009, secara umum kinerja pembangunan manusia di Kota Subulussalam
mengalami peningkatan yang cukup berarti. Hal ini ditandai dengan naiknya IPM dari 68,85
menjadi 69,26.
2. Kenaikan IPM disebabkan oleh naiknya seluruh komponen.
3. Kenaikan IPM juga terjadi pada seluruh kabupaten/kota lainnya. Kenaikan ini juga diikuti oleh
semakin kecilnya variasi yang terjadi antardaerah kabupaten/kota di Provinsi Aceh.
4. Secara umum, perbedaan antardaerah kabupaten/kota terjadi karena perbedaan karakteristik daerah.
5. Perbandingan dengan beberapa kabupaten/kota lainnya dalam Provinsi Aceh, Kota Subulussalammasih terletak dalam posisi bawah, tepatnya peringkat ke 20 dari 23 kabupaten/kota pada tahun
2009 dan tahun 2010. Ini mengindikasikan adanya kemajuan dalam aspek ekonomi dan non
ekonomi.
6.2. Saran-saran
IPM merupakan indikator penting yang dapat digunakan untuk melihat upaya dan kinerja
program pembangunan secara menyeluruh di suatu wilayah. Dalam hal ini IPM dianggap sebagai
gambaran dari hasil program pembangunan yang telah dilakukan beberapa tahun sebelumnya. Demikian
juga kemajuan program pembangunan dalam suatu periode dapat diukur dan ditunjukkan oleh besaran
IPM pada awal dan akhir periode tersebut. IPM merupakan ukuran untuk melihat dampak kinerja
pembangunan wilayah yang mempunyai dimensi yang sangat luas, karena memp
penduduk suatu wilayah dalam hal ini harapan hidup, intelelektualitas, dan standar hidu
IPM tidak hanya mengukur pembangunan dari aspek ekonomi saja (diukur
daya beli terhadap berbagai macam barang dan jasa yang diperlukan untuk menduku
lebih baik), tetapi juga mengukur pembangunan dari aspek non ekonomi (diuk
kelangsungan hidup yang lebih tinggi dan pengetahuan dan keterampilan yang dim
tinggi).
Dalam perencanaan pembangunan, IPM juga berfungsi dalam memberik
menentukan prioritas dalam merumuskan kebijakan dan menentukan program. Hal
tuntunan dalam mengalokasikan anggaran yang sesuai dengan kebijakan umum yang t
pembuat kebijakan dan pengambil keputusan.
Namun demikian, karena IPM merupakan indeks komposit, dalam perenc
pembangunan, indikator ini masih perlu didukung indikator-indikator lainnya, baik
maupun indikator lintas sektoral.
Pembangunan manusia di Kota Subulussalam memang mengalami kemaju
komponen-komponen di dalamnya. Namun laju kemajuannya lebih lambat dib
kabupaten/kota lainnya, terutama di Aceh. Untuk mengejar ketertinggalan tersebut, m
manusia di Kota Subulussalam harus dipercepat.
Peningkatan kesehatan dan kebutuhan gizi masyarakat harus ditingkatkan uangka harapan hidup. Pembangunan sarana dan penyediaan prasarana kesehatan
(misalnya puskesmas, dokter, bidan) mesti digalakkan. Demikian pula sosialisasi da
sehat serta sanitasi lingkungan, misalnya pembangunan got atau saluran limbah yang se
Dalam bidang pendidikan, angka partisipasi sekolah harus ditingkatkan
angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Pembangunan sekolah yang mudah
banyak merupakan sesuatu yang mesti didahulukan. Jika memungkinkan pendidikan g
juga dapat dirintis untuk pendidikan dasar 9 tahun.
Sementara itu dalam bidang ekonomi, untuk meningkatkan daya beli mas
peran serta masyarakat produktif dapat ditingkatkan misalnya dengan memperluas
daerah perdesaan kredit usaha lunak bagi petani atau nelayan dapat digalakkan u
47
KeK i l d S
5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 29/29
Ke
IPM Subulussalam 2010
Kesimpulan dan Saran
IPM Subulussalam 2010
pertumbuhan ekonomi sehingga daya beli masyarakat meningkat. Peraturan yang mendukung investasi di
daerah dan insentif bagi pengusaha juga hendaknya diberlakukan untuk mendorong investasi.
Akhirnya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan manusia di Kota Subulussalam,
pembangunan kesehatan dan pendidikan harus dilakukan. Dengan demikian bekal dan modal untuk
memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dapat terwujud.
49