29
  Indeks Pembangunan Manusia Kota Subulussalam 2010 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN ACEH SINGKIL BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SUBULUSSALAM Indeks Pembangunan Manusia Kota Subulussalam 2010 ISBN : 979.466.001.9 Katalog BPS : 1416.1116 Ukuran Buku : 15 x 21 cm Jumlah Halaman : 60 Halaman  Naskah : BPS Kabupaten Aceh Singkil Editor : BPS Kabupaten Aceh Singkil Gambar Kulit : BPS Kabupaten Aceh Singkil Diterbitkan Bersama Oleh: BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN ACEH SINGKIL BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SUBULUSSALAM Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya.

IPM2011

Embed Size (px)

Citation preview

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 1/29

 

 Indeks Pembangunan Manusia

Kota Subulussalam 2010

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN ACEH SINGKIL

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KOTA SUBULUSSALAM

Indeks Pembangunan Manusia

Kota Subulussalam 2010

ISBN : 979.466.001.9

Katalog BPS : 1416.1116

Ukuran Buku : 15 x 21 cm

Jumlah Halaman : 60 Halaman

Naskah : BPS Kabupaten Aceh Singk

Editor : BPS Kabupaten Aceh Singk

Gambar Kulit : BPS Kabupaten Aceh Singk

Diterbitkan Bersama Oleh:

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN ACEH SINGKIL

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KOTA SUBULUSSALAM

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya.

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 2/29

 

IPM Kota Subulussalam 2009

KATA SAMBUTAN

Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Subulussalam ini merupakan hasil

kerja sama antara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Subulussalam dengan Badan

Pusat Statistik Kabupaten Aceh Singkil.

Dewasa ini dan dimasa yang akan datang peran informasi statistik sangat penting dalam

mendukung pembangunan. Penerbitan publikasi ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi

pembangunan daerah, baik dari aspek perencanaan maupun evaluasi serta dapat memperkaya

khasanah informasi statistik yang tersedia.

Kepada segenap jajaran Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Singkil, kami ucapkan

terima kasih atas peran sertanya hingga terwujudnya penerbitan ini. Semoga kerja sama yang telah

terjalin selama ini dapat ditingkatkan lagi dimasa yang akan datang.

Akhirnya kami berharap, semoga publikasi ini bermanfaat bagi semua pihak, kritik dan

saran demi perbaikan dimasa datang sangat kami hargai.

Subulussalam, September 2011

KEPALA BAPPEDA

KOTA SUBULUSSALAM

M. RIDWAN, SE., M.Si

NIP. 19651208 199703 1 004

KATA PENGANTAR

Publikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Subulussala

informasi mengenai kinerja pembangunan manusia di Kota Subulussalam

membandingkan perkembangan komponen IPM Kota Subulussalam selama

2009 dalam bentuk indikator komposit. Pada publikasi ini disajikan juga k

manusia diseluruh kabupaten/kota lain dalam Provinsi Aceh tahun 2010 sebaga

Kota Subulussalam merupakan daerah pemekaran baru, maka untuk minformasi tentang keadaan sosial ekonomi masyarakat, maka dapat

Pembangunan Manusia.

Kepada semua pihak, khususnya kepada Pemerintah Daerah Kota Sub

ini jajaran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Subu

memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan publikasi ini kami uc

kasih.

Disadari masih terdapat kekurangan dalam publikasi ini, untuk itu k

perbaikan di masa mendatang senantiasa kami terima dengan tangan terbuka

buku ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan dan pengguna data lainnya.

Singkil, September

BADAN PUSAT STA

KABUPATEN ACEH

Kepala,

Ir. SYAHRIL EFE

NIP. 19690712 19940

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 3/29

 

IPM Subulussalam 2010 IPM S b l l 2010

DAFTAR ISI

Hal

KATA SAMBUTAN ............................................................................. .......................... iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iv

DAFTAR ISI .......................................................................................... ......................... v

DAFTAR TABEL ........................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ................. vii

BAB. I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 21.2 Tujuan dan Kegunaan ........................................................................... 4

1.3 Konsep Pembangunan Manusia ........................................................... 5

1.4 Indeks Pembangunan Manusia ............................................................. 6

1.5 Sistematika Penulisan ........................................................................... 8

BAB. II GAMBARAN UMUM

2.1 Gambaran Umum Wilayah .................................................................... 10

2.2 Potensi Sosial Ekonomi . ........................................................................

2.2.1 Potensi Sosial ...............................................................................

2.2.2 Potensi Ekonomi ..........................................................................

11

11

12

BAB. III METODOLOGI

3.1 Sumber Data .......................................................................................... 15

3.2 Komponen IPM ..................................................................................... 153.3 Perhitungan Indeks ................................................................................ 18

3.4 Kecepatan Pertumbuhan IPM (Shortfall) .............................................. 19

BAB. IV KOMPONEN IPM KOTA SUBULUSSALAM

4.1 Gambaran Umum Kependudukan ......................................................... 21

4.2 Penduduk Menurut Kecamatan ............................................................. 23

4.3 Kepadatan Penduduk ............................................................................. 24

4.4 Angka Harapan Hidup ........................................................................... 25

4.5 Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Bersekolah ........................... 28

4.6 Daya Beli ............................................................................................... 34

BAB. V IPM KOTA SUBULUSSALAM

5.1 Konsep Pembangunan Manusia ............................................................ 37

5.2 IPM Kota Subulussalam Tahun 2009-2010 .......................................... 385.3 Perbandingan IPM antar Kabupaten/Kota ............................................. 39

BAB. VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 47

6.2 Saran ...................................................................................................... 47

DAFTAR TABEL

2.1 Jumlah Desa dan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Subulussala

2.2 Penduduk Kota Subulussalam Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin

2.3 Distribusi Persentase PDRB ADHB dan Pertumbuhan Ekonomi Kota

2007-2010 .............................................................................................

3.1 Nilai Maksimum dan Nilai Minimum indikator X(i) .............................

4.1 Jumlah Penduduk Kota Subulussalam Tahun 2009-2010 ....................

4.2 Komposisi Penduduk Kota Subulussalam Manurut Kecamatan dan Je

Rasio Jenis Kelamin dan Luas Wilayah 2010 ......................................

4.3 Angka Harapan Hidup Tahun 2009-2010 ............................................

4.4 Balita Menurut Penolong Kelahiran Terakhir .....................................

4.5 Angka Melek Huruf dan Rata-Rata Lama Sekolah Menurut KabupateTahun 2009-2010 ..................................................................................

4.6 Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2009-2010 ......................................

4.7 Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditam

Tahun 2010 ......................................... ..................................................

4.8 Pengeluaran Riil Per Kapita Disesuaikan Tahun 2009-2010 ....... .......

5.1 IPM dan Reduksi Shortfall Menurut Kabupaten/Kota 2009-2010 ......

5.2 IPM Menurut Kategori dan Kabupaten/Kota 2009-2010 ....................

5.3 Nilai IPM 2010, Perubahannya Terhadap IPM 2009, dan Letak Kuadr

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 4/29

 

IPM Subulussalam 2010 IPM S b l l 2010

DAFTAR GAMBAR

Hal

4.1 Penduduk Kota Subulussalam Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009-2010 ....  22

4.2 Distribusi Penduduk Kota Subulussalam Menurut Kecamatan Tahun 2010 . 

23

4.3 Kepadatan Penduduk Kota Subulussalam Menurut Kecamatan Tahun 2010 25

4.4 Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2009-2010 27

4.5 APS Kota Subulussalam Tahun 2009-2010 ...................................................  32

5.1 Perkembangan IPM Kota Subulussalam, Aceh Tahun 2009-2010 ...............  38

5.2 Urutan IPM Kabupaten/Kota Se-Prov. Aceh 2009-2010 ...............................  41

 

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 5/29

IPM Subulussalam 2010

Pendahuluan

IPM Subulussalam 2010

B A B. I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan manusia (uman development ) berdasarkan sudut pandan

dari United Nations Development Program (UNDP) dirumuskan sebagai su

membuat manusia mampu memiliki lebih banyak pilihan. Pendapatan adala

pilihan yang dimiliki manusia, tetapi bukanlah suatu totalitas dari semua

manusia. Selain itu juga aspek kesehatan, pendidikan, lingkungan fisik yang b

untuk bertindak juga merupakan hal-hal yang tidak kalah pentingnya

 Development Report-HDR, 2001).

Pembangunan Indonesia, dalam rangka meningkatkan mutu ke

menciptakan individu manusia Indonesia seutuhnya yang dapat mengemba

secara optimal perlu direncanakan. Dalam hal ini, keluarga sebagai m

bertanggungjawab atas perkembangan optimal dari potensi individu.

Sedangkan masyarakat perlu memberikan dukungan sosial dan ekonomi

untuk menjamin kebutuhan dasar keluarga yang selalu berubah sesuai dengan p

siklus kehidupan keluarga. Pada sisi lain pemerintah pada semua jenj

bertanggungjawab untuk mengembangkan kebijakan dan menyediakan pelay

menjamin mekanisme dukungan sosial budaya untuk melindungi keluarga dan i

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

IPM mengukur pencapaian keseluruhan dari suatu wilayah dalam tig

pembangunan manusia, yaitu lamanya hidup, pengetahuan dan suatu standar

Ketiganya diukur dengan angka harapan hidup, pencapaian pendidikan dan pen

yang telah disesuaikan menjadi paritas daya beli. IPM adalah suatu ringkasan

ukuran komprehensif dari pembangunan manusia (UNDP  Human Developm

2001). Dengan kata lain, IPM merupakan indeks komposit yang dihitung

 

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 6/29

IPM Subulussalam 2010

Pendahuluan

IPM Subulussalam 2010

sederhana dari indeks harapan hidup (e0), indeks pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama

sekolah), dan indeks standar hidup layak.

Komponen dan Indikator IPM

Komponen IPM adalah usia hidup (longervity), pengetahuan (knowledge), dan standar

hidup layak (decent living). Usia hidup diukur dengan angka harapan hidup atau e0 yang dihitung

menggunakan metode tidak langsung (metode  Brass, varian Trussel) berdasarkan variabel rata-

rata anak lahir hidup dan rata-rata anak yang masih hidup.

Komponen pengetahuan diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah yang

dihitung berdasarkan data susenas KOR. Sebagai catatan, UNDP dalam publikasi tahunan HDR

sejak 1995 menggunakan indikator partisipasi sekolah dasar, menengah, dan tinggi sebagai

pengganti rata-rata global. Indikator angka melek huruf diperoleh dari variabel kemampuan

membaca dan menulis, sedangkan indikator rata-rata lama sekolah dihi tung dengan menggunakan

dua variabel secara simultan; yaitu, tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan jenjang

pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

Komponen standar hidup layak diukur dengan indikator rata-rata konsumsi riil yang telah

disesuaikan. Sebagai catatan, UNDP menggunakan indikator PDB per kapita riil yang telah

disesuaikan ( Adjusted Real GDP per Capita) sebagai ukuran komponen tersebut karena tidak 

tersedia indikator lain yang lebih baik unt uk keperluan perbandingan antar negara.

Indikator Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator penti ng yang dapat

digunakan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan, baik pada tingkat nasional maupun

pada tingkat daerah. Indikator ini dipopulerkan oleh United Nations Development Program

(UNDP) melalui Laporan Pembangunan Manusia ( Human Development Report-HDR) yang

diterbitkan pertama kali pada tahun 1990 (HDR, 1990). Sejak tahun 1990, UNDP mengadopsi

suatu paradigma baru mengenai pembangunan, yang disebut Paradigma Pembangunan Manusia

(PPM). Hal ini berbeda dengan paradigma pembangunan sebelumnya, yang menekankan pada

pertumbuhan ekonomi yang menempatkan pendapatan (diukur dengan GNP atau GDP per kapita)

sebagai ukuran hasil pembangunan.

Namun demikian konsep IPM dapat dianggap sebagai suatu ko

komprehensif karena disamping memperhitungkan keberhasilan pembangun

aspek non ekonomi, juga memperhitungkan keberhasilan pembangunan ma

ekonomi. IPM merupakan indeks komposit yang digunakan untuk menguku

pembangunan dari aspek manusia. IPM mencakup tiga bidang pembangun

dianggap paling mendasar, yaitu usia hidup, pengetahuan, dan hidup layak.

Publikasi ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan tentang ko

komponen, metode penghitungan, dan peranan IPM untuk program pemb

khususnya bagi pembangunan daerah di Kota Subulussalam.

Sejalan dengan ciri pembangunan nasional yang menempatkan man

sentral, maka dalam kerangka pembangunan manusia, pembangunan

meningkatkan partisipasi rakyat dalam semua proses pembangunan. Upaya

tujuan tersebut dilakukan dengan jalan meningkatkan kualitas penduduk seb

yang multi aspek yaitu :

1.  Aspek Fisik (kesehatan)

2.  Aspek Intelektualitas (pendidikan)

3.  Aspek Kesejahteraan Ekonomi (berdaya beli)

4.  Aspek Moralitas (iman dan takwa).

Disisi lain, perbaikan kualitas penduduk tersebut juga diiringi den

(utilization) kemampuan/keterampilan mereka. Dilihat dari sisi pelaku atau s

dicapai, pembangunan manusia juga merupakan sebuah model pembangunan t

untuk penduduk, dan oleh penduduk. Lebih ri nci hal tersebut diuraikan menjadi

1.  Tentang penduduk, berupa investasi dibidang pendidikan, kesehata

sosial lainnya.

2.  Untuk penduduk, berupa penciptaan peluang kerja melalui pertumbuha

3.  Oleh penduduk, berupa upaya untuk memberdayakan (empowerment )

cara ikut serta berpartisipasi dalam proses politik dan pembangunan.

Menurut UNDP, upaya kearah perluasan pilihan tersebut hanya dapat

penduduk paling tidak memiliki peluang berumur panjang dan sehat,

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 7/29

IPM Subulussalam 2010

Pendahuluan

IPM Subulussalam 2010

keterampilan yang memadai, dan peluang untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang

dimiliki dalam kegiatan yang produktif. Untuk mengukur tingkat pemenuhan ketiga unsur diatas,

UNDP menyusun suatu indeks komposit yang merangkum ketiga peluang diatas.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Penyusunan IPM ini diharapkan mampu menyajikan pencapaian dan perbandingan kinerja

pembangunan manusia sesuai perspektif UNDP di Kota Subulussalam khususnya selama kurun

waktu 2008-2009. Selain itu juga IPM Kota Subulussalam ini diharapkan mampu memberikan

opinion kepada pemerintah daerah setempat sebagai decision maker  dalam berbagai kebijakan

program pembangunan.

1.3 Konsep Pembangunan Manusia

Konsep pembangunan manusia berbeda dengan konsep pembangunan yang memberikan

perhatian utama pada pertumbuhan ekonomi dengan asumsi bahwa pertumbuhan ekonomi pada

akhirnya akan menguntungkan manusia. Pembangunan manusia memperkenalkan konsep yang

lebih luas dan lebih komprehensif yang mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia di

semua golongan masyarakat pada semua tahap pembangunan.

Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang

dimiliki manusia. Diantara berbagai pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah berumur

panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumber daya

yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak.

Pembangunan manusia mensyaratkan adanya kebebasan. Seperti disebutkan diatas, tujuan

pembangunan manusia adalah untuk memperbanyak pilihan-pilihan. Untuk mencapainya tidak 

mungkin tanpa adanya kebebasan untuk memilih apa yang mereka inginkan dan bagaimana

mereka akan menjalani kehidupan.

Paradigma pembangunan manusia terdiri dari empat komponen utama :

1.  Produktifitas. Masyarakat harus dapat meningkatkan produktifitas mereka dan berpartisipasi

secara penuh dalam proses memperoleh penghasilan dan pekerjaan berupah. Oleh karena itu,

pertumbuhan ekonomi adalah salah satu bagian dari jenis pembangunan manusia.

2.  Ekuitas. Masyarakat harus punya akses untuk memperoleh kesempatan y

hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapuskan agar

berpartisipasi di dalam dan memperoleh manfaat dari kesempatan-kesempat

3.  Kesinambungan. Akses untuk memperoleh kesempatan harus dipastikan t

generasi sekarang tapi juga generasi yang akan datang.

4.  Pemberdayaan. Pembangunan harus dilakukan oleh masyarakat, dimana

berpartisipasi penuh dalam mengambil keputusan dan proses-proses yan

kehidupan mereka.

Oleh karena itu perlu ditekankan bahwa dalam setiap laporan pembangu

tingkat global, tingkat nasional maupun tingkat daerah menekankan pesan p

berpusat pada manusia dimana menempatkan manusia sebagai tujuan akhir d

dan bukan sebagai alat bagi pembangunan.

1.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

1.4.1. Arti IPM

Pembangunan sumber daya manusia (SDM) merupakan suatu proses

 jangka panjang dan berbagai faktor sosial ekonomi ikut memberikan andil d

pembangunan SDM ini merupakan interaksi berbagai komponen lintas sektor y

bertahap dari masa tradisional, masa perkembangan, sampai masa modern

pembangunan ditandai dengan adanya perubahan-perubahan yang m

indikator/komponen sumber daya manusia dan ekonomi.

Untuk membandingkan tingkat perkembangan pembangunan manusia p

atau setiap negara sejak lama telah diperkenalkan berbagai indikator pembandi

dikembangkan merupakan indikator gabungan (komposit) yang tersusun dari b

tunggal. Pembentukan indikator komposit merupakan teknik pengukuran k

individu atau kelompok masyarakat yang secara teoritis telah didefinisikan

dengan definisi operasional.

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 8/29

IPM Subulussalam 2010

Pendahuluan

IPM Subulussalam 2010

Morris D. Morris (1979) mengembangkan Physical Quality Life Index (PQLI) atau yang

dikenal luas dengan Indeks Mutu Hidup (IMH). Kemudian United Nations Development

Programme (UNDP) juga mengembangkan  Human Development Index (HDI) yang dikenal

dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Di Indonesia sajak dekade 1980-an telah dikenal

beberapa indikator semacam ini seperti Indeks Mutu Hidup (IMH), Indeks Kualitas Manusia

Indonesia (IKMI), dan lain-lain.

Sejak dikembangkan dalam suatu kesempatan bersama antara BPS dan UNDP, IPM

menjadi salah satu indikator pembangunan yang penting di Indonesia. Di tingkat internasional

IPM dipakai sebagai tolok ukur kemajuan yang telah dicapai oleh suatu negara setelah

dibandingkan dengan negara-negara lain. Laporan ini mengambil pola yang sama dengan

 publikasi UNDP yang berjudul “ Human Development Report”, terutama konsep dan definisi,

serta metodologi yang digunakan. Untuk tingkat nasional IPM dipergunakan sebagai tolok ukur

antar Provinsi dan di tingkat Provinsi dipakai sebagai perbandingan antar kabupaten/kota.

Secara konseptual IPM adalah indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana

dari indeks harapan hidup, indeks pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama sekolah), dan

indeks standar hidup layak. IPM merupakan alat ukur kinerja pembangunan yang dilakukan di

suatu wilayah atau secara lebih spesifik merupakan alat ukur kinerja dari pemerintahan suatu

wilayah negara, Provinsi atau kabupaten/kota (UNDP, 1990; BPS, 1997).

Berdasarkan definisi tersebut jelas bahwa IPM sebagai alat ukur keberhasilan

pembangunan di suatu tempat pada suatu waktu. Walaupun tidak dapat mengungkapkan semua

dimensi pembangunan, IPM bisa digunakan sebagai salah satu petunjuk untuk melihat apakah

arah pembangunan yang telah dilakukan sesuai dengan yang ditetapkan.

1.4.2. Kegunaan IPM

Seperti diungkapkan sebelumnya bahwa indeks komposit digunakan sebagai cara

pengukuran ciri masyarakat yang secara teoritis terdefinisi tetapi sulit diukur dengan definisi

operasional. Prosedur pembentukan indikator seperti itu merupakan penerjemahan informasi ke

dalam bentuk kuantitatif berupa angka tunggal yang terukur secara matematis. Dengan prosedur

tersebut didapatkan bahwa indeks komposit akan memberikan deskripsi pe

wilayah serta perkembangan antar waktu, bukan memperlihatkan besaran yang

bisa dipakai sebagai alat pemantau dan bisa dimanfaatkan dalam manajem

karena bisa membandingkan perkembangan antar waktu sehingga dapat mempe

pembangunan yang dilakukan pada periode sebelumnya.

Pada level daerah IPM sebagai salah satu ukuran dampak pembangun

sebagai acuan oleh pihak berwenang setempat, terutama Pemda, dala

pembangunan daerah. Pemanfaatan ini merupakan bagian dari instrumen m

pembangunan daerah dan untuk monitoring serta evaluasi suatu wilayah. IPM

komponen penyusun IPM bisa dimanfaatkan sebagai penilaian lintas sektoral te

pembangunan daerah.

1.5  Sistematika Penulisan

Analisis ini akan dikemas menjadi lima bab mulai dari Pendahuluan h

dengan susunan sebagai berikut:

1.  Bab I PENDAHULUAN, akan menguraikan mengenai latar bel

analisis serta pengertian Indeks Pembangunan Manusia secara umum.

2.  Bab II GAMBARAN UMUM, membahas mengenai gambaran um

Subulussalam serta potensi sosial ekonomi yang terdapat didalamnya.

3.  Bab III METODOLOGI, membahas mengenai sumber data, kon

digunakan, serta metode penghitungan dan analisis.

4.  Bab IV KOMPONEN IPM KOTA SUBULUSSALAM, PERBAN

PERKEMBANGANNYA, akan membahas mengenai perkembangan

komponen-komponen IPM beserta kaitannya dengan beberapa variabel

5.  Bab V IPM KOTA SUBULUSSALAM, akan membahas mengenai pe

Kota Subulussalam selama 2009 dan 2010 serta perbandingan IPM K

dengan Provinsi Aceh serta dengan kabupaten lain di Provinsi Aceh.

6.  Bab VI KESIMPULAN DAN SARAN, berisi kesimpulan dan berbaga

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 9/29IPM Subulussalam 2010 IPM Subulussalam 2010

Gambaran Umum

BAB. II

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1. Gambaran Umum Wilayah

Kota Subulussalam adalah adalah salah satu daerah Pemerintahan

relatif muda dan satu-satunya Pemerintahan Kota yang berada di wilayah bar

Kota Subulussalam terbentuk pada awal tahun 2007 dengan keluarnya Undang

Tahun 2007. Pejabat Walikota pertama adalah H. Asmauddin, SE yang menj

Juni 2008. Kemudian pada tanggal 30 juni 2008 dilantik pejabat walikota yang

Marthin Desky, MM yang menjabat hingga terpilihnya Walikota yang defin

Sakti, SH sebagai walikota dan H. Affan Alfian Bintang, SE sebagai wakil wali

Kota Subulussalam memiliki luas 1.391 Km2 yang terletak pada posisi

00’ 00’’ LU / North Latitude dan 0970 45’ 00’’ – 980 10’ 00’’ BT/ East Latitu

batasnya adalah :

  Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara

  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Singkil

 Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara  Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan

Pada saat terbentuk Kota Subulussalam memiliki 5 Kecamatan dengan

Kemukiman yaitu Kecamatan Simpang Kiri yang terdiri dari 14 Desa da

Kecamatan Penanggalan yang terdiri dari 10 Desa dan 1 Kemukiman, Kecama

terdiri dari 23 Desa dan 2 Kemukiman, Kecamatan Sultan Daulat yang terdiri d

Kemukiman serta Kecamatan Longkib dengan 10 Desa termasuk dan 1 Kumuki

Sementara itu luas wilayah kecamatan yang terbesar di Kota Sub

Kecamatan Sultan Daulat dengan luas 60.200 Hektar atau 43,28 persen dari l

Subulussalam. Kemudian diikuti oleh Kecamatan Rundeng dengan luas 33.200

persen dari luas Kota Subulussalam, Kecamatan Simpang Kiri seluas 21.300 h

Longkib mempunyai luas 15.100 hektar atau 10,86 persen dari total luas Kota

 

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 10/29IPM Subulussalam 2010 IPM Subulussalam 2010

Gambaran Umum

Kecamatan Penanggalan memiliki luas wilayah terkecil yaitu 9.300 Ha atau hanya 6,69 persen

dari total luas wilayah Kota Subulussalam.

Pada saat ini pusat Pemerintahan Kota Subulussalam berada di Kecamatan Simpang Kiri

tepatnya di Desa Subulussalam dengan kantor Walikota digunakan bangunan dibekas kantor

Camat Simpang Kiri karena pada saat ini proses pembangunan gedung walikota masih dalam

proses penyelesaian yang terletak di Desa Lae Oram Kecamatan Simpang Kiri.

Tabel 2.1. Jumlah Desa dan Penduduk Menurut Kecamatandi Kota Subulussalam Tahun 2010 

No. Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Penduduk

040 Simpang Kiri 14 27.573

041 Penanggalan 10 11.479

044 Rundeng 23 10.994

045 Sultan Daulat 17 12.960

046 Longkip 10 4.440

Jumlah 74 67.446

Sumber: Subulussalam Dalam Angka 20112.2. Potensi Sosial Ekonomi

2.2.1. Potensi Sosial

Tabel 2.2. Penduduk Kota Subulussalam Menurut Kecamatan

dan Jenis Kelamin 2010

No. Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah

040 Simpang Kiri 13,854 13,719 27,573

041 Penanggalan 5,856 5,623 11,479

044 Rundeng 5,570 5,424 10,994

045 Sultan Daulat 6,515 6,445 12,960

046 Longkip 2,269 2,171 4,440

Jumlah 34,064 33,382 67,446

Sumber: Subulussalam Dalam Angka 2011

a. Ketenagakerjaan

Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional penduduk beru

22.168 jiwa yang bekerja atau 54,99 persen dari total angkatan kerja. Angka

Subulussalam menurun dibanding tahun 2009 yang mencapai 22.437 pendudu

atau sekitar 50,68 persen dari penduduk berumur 15+ di Kota Subulussala

 jumlah pengangguran mencapai 949 jiwa atau 4,28 persen dari total angkangkatan kerja pada agustus 2010 di Kota Subulussalam mencapai 22.168

angkatan kerja di Kota Subulussalam masih rendah dibandingkan dengan Pr

mencapai 63,17 persen. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah daerah untu

lapangan kerja.

b. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam mem

pembangunan. Manusia sebagai subjek pembangunan dengan tingkat

dimilikinya memegang peranan sangat penting. Seringkali tingkat pend

dijadikan dasar untuk menentukan kedudukan seseorang dalam bidang tugasnya

Berdasarkan dari hasil survei angkatan kerja nasional 2010 didapat

Kota Subulussalam usia 10 tahun keatas yang belum/tidak tamat SD 38,74

mencapai 24,66 persen; tamat SLTP/Tsanawiyah mencapai 16,14 peren; tama

mencapai 15,14 persen; Diploma I/II/III sebanyak 2,18 persen; Diploma IV/S

persen dan tamat S2/S3 sebanyak 0,08 persen.

2.2.2. Potensi Ekonomi

Perekonomian Kota Subulussalam telah ditopang oleh sektor Pertania

Sub sektor pertanian yang paling besar sumbungan terhadap pembentukakehutanan, walaupun sejak tahun 2004 kontribusi sub sektor kehutanan menur

sub sektor perkebunan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

11 

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 11/29IPM Subulussalam 2010 IPM Subulussalam 2010

Gambaran Umum

Setelah memisahkan diri dari Kabupaten Aceh Singkil pada tahun 2007, perekonomian

Kota Subulussalam terus mengalami perbaikan. Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi

mencapai 5,29 persen. Kota Subulussalam memiliki keunggulan daerah yang sangat strategis,

karena merupakan kota transit dari Sumatera Utara ke Aceh untuk wilayah barat, sehingga sektor

perdagangan, hotel dan restoran berkembang pesat. Saat ini terdapat satu hotel berbintang tiga

yang merupakan salah satu hotel berbintang di wilayah barat

Tabel 2.3. Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Subulussalam 2007-2010

Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010

(1) (3) (4) (5) (6)

1. Pertanian 47,62 43,73 40,34 37,93

2. Pertambangan & penggalian 1,08 1,05 1,03 1,00

3. Industri pengolahan 1,09 1,05 1,05 1,07

4. Listrik & air bersih 0,26 0,27 0,30 0,33

5. Bangunan/Konstruksi 16,01 17,69 18,74 19,52

6. Perdagangan, hotel & restoran 23,70 25,19 26,12 26,48

7. Pengangkutan & komunikasi 5,40 6,08 7,26 8,08

8. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan 0,89 0,89 0,92 1,04

9. Jasa-jasa 3,95 4,05 4,24 4,55

PDRB (Rp juta) 260.256,90 289.326,09 317.555,40 350.097,76

Pertumbuhan ekonomi Konstan (persen) 4,12 4,86 4,60 5,29

Sumber: PDRB Kota Subulussalam

BAB. III

13 

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 12/29IPM Subulussalam 2010

Metodologi 

IPM Subulussalam 2010

BAB III

METODOLOGI

3.1. Sumber Data

Sumber data utama yang digunakan dalam penyusunan IPM ini adalah hasil Susenas

Tahun 2007 dan 2008. Variabel yang diamati dari data tersebut adalah :

1.  Rata-rata anak lahir hidup (RALH) dan rata-rata anak masih hidup (RAMH) untuk menghitung usia harapan hidup.

2.  Jenjang pendidikan dan kelas tertinggi serta status sekolah dari penduduk dewasa (usia

25 keatas). 

3.  Kemampuan baca tulis penduduk usia 15 tahun keatas.

4.  Pengeluaran rata-rata per kapita per bulan.

5.  Data-data lain sebagai pelengkap atau pembanding.

Sedangkan standar yang dipakai sebagai acuan untuk menyusun indeks menggunakan

standar yang telah dibuat BPS dengan pertimbangan supaya angka-angka Kota Subulussalam

konsisten dengan angka Provinsi yang telah disusun oleh BPS.

3.2. Komponen IPM

Komponen IPM terdiri dari usia harapan hidup (longevity), pengetahuan (knowledge),

dan standar hidup layak (decent living). Komponen usia hidup diukur dengan Angka Harapan

Hidup (e0), komponen pengetahuan diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama

bersekolah, sedangkan komponen standar hidup layak diukur dengan rata-rata konsumsi riil yang

telah disesuaikan.

Angka Harapan Hidup dihitung menggunakan metode tidak langsung menggunakan

metode Brass Varian Trussel, dengan life tabel Coale-Demeney West Model. Data dasar yang

digunakan adalah RALH dan RAMH menurut kelompok umur ibu (15 -19, 20-24,….,45-49).Angka Melek Huruf penduduk usia 15 tahun keatas diolah dari hasil Susenas Kor pada

variabel umur dan kemampuan baca tulis penduduk. Seseorang dikatagorikan mampu baca tulis

 jika ia mampu membaca dan menulis sesuatu huruf.

Rata-rata lama bersekolah dihitung menggunakan 4 variabel secara simulta

1.  Status sekolah (tidak/belum pernah sekolah, masih sekolah, dan tidak b

2.  Jenjang pendidikan yang pernah/sedang dijalani.

3.  Kelas tertinggi yang pernah/sedang diduduki, dan

4.  Jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

Konversi yang digunakan untuk menentukan lama bersekolah bisa dilihat pada

Penghitungan indikator konsumsi riil per kapita yang telah disesuaikan tahapan pekerjaan sebagai berikut :

  Menghitung pengeluaran konsumsi per kapita dari susenas Modul (=A)

  Mendeflasikan nilai A dengan IHK ibukota propinsi yang sesuai (=B).

  Menghitung daya beli per unit (=PPP/unit). Metode penghitungan sam

yang digunakan International Comparison Project  (ICP) dalam menst

komoditi yang diperoleh dari Susenas Modul .

  Membagi nilai B dengan PPP/Unit (=C).

  Menyesuaikan nilai C dengan formula Atkinson sebagai upaya untu

nilai marginal utility dari C.

Penghitungan PPP/unit dilakukan dengan rumus :

PPP/unit =

 j

 ji ji

 j

 ji

Q ),(),(

),(

 

Dimana :

),( ji E  : pengeluaran untuk komoditi j di propinsi ke-i

),( jiP : harga komoditi j di Kabupaten AcehSingkil

),( jiq: jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di propinsi ke-i

15 

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 13/29IPM Subulussalam 2010

Metodologi 

IPM Subulussalam 2010

Unit kuantitas rumah dihitung berdasarkan indeks kualitas rumah yang dibentuk dari tujuh

komponen kualitas tempat tinggal yang diperoleh dari Susenas Kor. Ketujuh komponen kualitas

yang digunakan dalam penghitungan indeks kualitas rumah diberi skor sebagai berikut:

  Lantai : keramik, marmer, atau granit = 1, lainnya = 0

  Luas lantai per kapita : ≥ 10 m2

= 1, lainnya = 0

  Dinding : tembok = 1, lainnya = 0

  Atap : kayu/sirap, beton = 1, lainnya = 0  Fasilitas penerangan : listrik = 1, lainnya = 0

  Fasilitas air minum : leding = 1, lainnya = 0

  Jamban : milik sendiri = 1, lainnya = 0

  Skor awal untuk setiap rumah = 1

Indeks kualitas rumah merupakan penjumlahan dari skor yang dimiliki oleh suatu rumah

tinggal dan bernilai antara 1 sampai dengan 8. Kuantitas dari rumah yang dikonsumsi oleh suatu

rumah tangga adalah indeks Kualitas dari rumah dibagi 8.

Sebagai contoh, jika suatu rumah tangga menempati suatu rumah tinggal yang

mempunyai Indeks Kualitas Rumah = 6, maka kuantitas rumah yang dikonsumsi oleh rumah

tangga tersebut adalah 6/8 atau 0,75 unit.

Rumus Atkinson yang digunakan untuk penyesuaian rata-rata konsumsi riil secara

matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

C(1) = 

C(i)  jika C(i) ≤ Z 

= Z + 2(C(i) - Z)(1/2) jika Z < C(i) ≤ 2Z 

= Z + 2(Z)(1/2)

+ 3(C(i) - 2Z) )(1/3)

jika 2Z < C(i) ≤ 3Z 

= Z + 2(Z)(1/2) + 3(Z) )(1/3) +4 (C(1) - 3 Z) )(1/4)  jika 3Z < C(i) ≤ 4Z 

dimana :

C(i) : Konsumsi per kapita riil yang telah di sesuaikan dengan PPP/unit.

Z : Threshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan sebagai batas kecukupan yangdalam publikasi ini nilai Z dit etapkan secara arbiter sebesar Rp.547.500,- per kapita

setahun, atau Rp.1.500,- per kapita per hari.

Rumus dan Ilustrasi Penghitungan IPM

Rumus penghitungan IPM dapat disajikan sebagai berikut:

IPM = 1/3 [X(1)+X(2)+X(3)]

Dimana :

X(1) : Indeks harapan hidupX(2) : Indeks pendidikan = 2/3 (indeks melek huruf) + 1/3 (indeks rata-rata la

X(3) : Indeks standar hidup layak. 

3.3. Penghitungan Indeks

Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandin

nilai suatu indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum d

indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut:

Indeks X(i) = [ X(i) - X(i) min ]/[ X(i) maks -  X(i)min ] 

Dimana :

X(i) : Indikator ke-i (dimana i = 1,2,3) 

X(i) maks : Nilai maksimum X(i)

X(i) min : Nilai minimum X(i)

Tabel 3.1. Nilai maksimum dan nilai minimum indikator X(i) 

Indikator KomponenIPM (=X)

NilaiMaksimum

Nilai Minimum Catatan

(1) (2) (3) (4)Angka Harapan Hidup 85 25 Standar UNDP

Angka Melek Huruf 100 0 Standar UNDP

Rata-rata lama sekolah 15 0 Standar UNDP

Konsumsi per kapitayang disesuaikan

737.720 a) 300.000 (1996)

360.000 b) (1999) 

UNDPmenggunakanPDB/kapita riil

yang disesuaikan

17  

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 14/29IPM Subulussalam 2010

Metodologi 

IPM Subulussalam 2010

Catatan :a)  Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk provinsi yang memiliki angka tertinggi (Jakarta) pada tahun 2018

setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi mengasumsikan kenaikan 6,5 persen pertahun selamakurun 1993-2018.

b)  Penyesuaian garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru.

Sebagai ilustrasi penghitungan dapat diambil kasus Propinsi D.I Yogyakarta Tahun 2005 yang

memiliki indeks masing-masing komponen sebagai berikut :

a.  Indeks angka harapan hidup (X1) : 79,8 %

b.  Indeks tingkat pendidikan (X2) : 76,5 %

c.  Indeks Pendapatan (X3) : 64,2 %

Akhirnya angka IPM dapat dihitung menggunakan persamaan awal :

IPM = 1/3 (79,8+76,5+64,2) = 73,5

Juga secara menyeluruh angka IPM sangat baik digunakan sebagai angka pembanding

antar daerah, karena IPM dapat mengukur tingkat pencapaian upaya pembangunan manusia dari

perspektif agregatif atau secara keseluruhan.

3.4. Kecepatan Pertumbuhan IPM (Shortfall )

Perbedaan perubahan kecepatan IPM dalam suatu periode untuk suatu wilayah dapat

dilihat dari angka “Shortfall”. Angka tersebut mengukur rasio pencapaian kesenjangan antara

 jarak yang “sudah ditempuh” dengan yang “belum ditempuh”, untuk mencapai kondisi yang ideal

(IPM = 100). Semakin tinggi angka Shortfall, semakin cepat kenaikan IPM.

Cara penghitungan reduksi Shortfall dinyatakan dengan rumus:

R =

n

t ref 

t t  x

 IPM  IPM 

 IPM  IPM  / 1

)0()(

)0()1(100  

Dengan : R = Reduksi Shortfall per tahun;

IPM (t0) = IPM tahun awal;

IPM (t1) = IPM tahun terakhir; dan

IPM (ref) = IPM acuan atau ideal yang dalam hal ini sama dengan 100.

BAB. IV

19 

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 15/29

Komponen IPM K

IPM Subulussalam 2010

Komponen IPM Kota Subulussalam

IPM Subulussalam 2010

BAB IV

KOMPONEN IPM KOTA SUBULUSSALAM,

PERBANDINGAN DAN PERKEMBANGANNYA

Penduduk sebagai pelaku dan objek pembangunan merupakan variabel sehingga selalu

berubah sesuai dengan dinamikanya. Menurut Tjiptoherijanto (2002) keterkaitan antara

kependudukan dan pembangunan harus dilihat dalam dua dimensi; yaitu 1) bagaimana

membangun penduduk menjadi sumberdaya yang andal, atau disebut sebagai pembangunan

kependudukan dan 2) bagaimana mengintegrasikan isu kependudukan ke dalam ‘mainstream’  

pembangunan nasional atau mengembangkan pembangunan berwawasan kependudukan.

4.1. Gambaran Umum Kependudukan

Penduduk Kota Subulussalam pada tahun 2008 berjumlah sekitar 69.776 jiwa dengan

komposisi penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan yaitu masing-masing

34.766 jiwa dan 35.010 jiwa. Pada tahun 2009 penduduk Kota Subulussalam menurun menjadi

68.729 jiwa dengan komposisi laki-laki 35.961 jiwa dan penduduk perempuan 32.768 jiwa.

Berarti ada perlambatan -1,5 persen dari tahun sebelumnya.

Penduduk merupakan aset yang sangat penting bagi suatu daerah, karena penduduk 

adalah penggerak roda pembangunan. Penduduk bisa menjadi suatu aset yang berharga jika

memang benar-benar dipersiapkan menjadi SDM yang siap bersaing . Tentu saja untuk bersaing

diperlukan peningkatan mutu SDM yang ada. Sebaliknya jika potensi penduduk yang ada

ditelantarkan, maka akan melahirkan generasi yang kalah bersaing dalam berbagai bidang dan

 justru akan membebani daerah, karena penduduk yang tidak mempunyai kualitas akan

menimbulkan pengangguran dan seterusnya akan menghambat perekonomian. Untuk itulah

pendidikan merupakan sarana vital untuk meningkatkan kualitas SDM.

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Kota Subulussalam Tahun 2009

TahunJenis Kelamin

L P

2009 35.961 32.768

2010 34.064 33.382

Perubahan -1.897 614

Sumber: Subulussalam Dalam Angka, 2011

Gambar 4.1. Penduduk Kota Subulussalam Menurut Jenis KelaTahun 2009-2010

Sumber: Penduduk Kota Subulussalam 2009-2010

Dari Gambar 4.1. dapat juga dilihat komposisi penduduk berdasarkan

Dari tahun ke tahun penduduk laki-laki selalu lebih banyak dari penduduk pere

21 

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 16/29

Komponen IPM K

IPM Subulussalam 2010

Komponen IPM Kota Subulussalam

IPM Subulussalam 2010

rasio/perbandingan jenis kelamin tahun 2009 adalah 109 yang berarti dari tiap 100 penduduk 

perempuan terdapat 109 laki-laki. Sementara pada tahun 2010, terjadi perubahan yaitu 102,04

4.2.  Penduduk Menurut Kecamatan

Secara administratif penduduk Kota Subulussalam mempunyai 5 wilayah kecamatan.

Masing-masing kecamatan berpenduduk dengan jumlah yang bervariasi. Kecamatan longkip

paling sedikit penduduknya, yakni 4.440 jiwa pada tahun 2010 atau 7 persen dari keseluruhan

penduduk. Sebaliknya Kecamatan Simpang Kiri dihuni oleh 27.573 penduduk atau 41 persen dari

total penduduk Kota Subulussalam.

Gambar 4.2. Distribusi Penduduk Kota SubulussalamMenurut Kecamatan Tahun 2010

Sumber: Subulussalam Dalam Angka 2010

Pada uraian sebelumnya diketahui rasio jenis kelamin di Kota Subulussalam sebesar 102.

Sementara rasio jenis kelamin di tiap kecamatan juga menunjukkan penduduk laki-laki lebih

banyak dari penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin terbesar berada di Kecamatan Longkip,

yaitu 104. Sedangkan kecamatan yang mempunyai rasio jenis kelamin

Kecamatan Simpang Kiri yaitu 100.

Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Kota Subulussalam Menurut KecaDan Jenis Kelamin, Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)

dan Luas Wilayah Tahun 2010

Kecamatan L P L+P RJK

Simpang Kiri 13,854 13,719 27,573 100.98

Penanggalan 5,856 5,623 11,479 104.14

Rundeng 5,570 5,424 10,994 102.69

Sultan Daulat 6,515 6,445 12,960 101.09

Longkib 2,269 2,171 4,440 104.51

Jumlah 34,064 33,382 67,446 102.04

Sumber: Subulussalam Dalam Angka 2011

4.3. Kepadatan Penduduk

Luas wilayah Kota Subulussalam adalah 1.391 km2 dengan jumlah

 jiwa menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 69.776 jiwa, maka kep

Kota Subulussalam tahun 2009 adalah 49 jiwa/km2. Kepadatan penduduk per

bervariasi sesuai dengan luas masing-masing wilayah. Kecamatan Penang

tingkat kepadatan penduduk kedua terbesar dari 5 kecamatan yang ada di K

yakni 123 jiwa/km2, sedangkan ibu kota pemerintahan yaitu kecamatan simpa

 jiwa/km2, sementara itu kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk

Kecamatan Sultan Daulat yaitu 22 jiwa/km2 seperti terlihat pada Gambar 4.3.

23 

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 17/29

Komponen IPM K

IPM Subulussalam 2010

Komponen IPM Kota Subulussalam

IPM Subulussalam 2010

Gambar 4.3. Kepadatan Penduduk Kota SubulussalamMenurut Kecamatan Tahun 2010 (Jiwa/Km2)

Sumber: Subulussalam Dalam Angka 2010

4.4. Angka Harapan Hidup

Komponen angka harapan hidup diharapkan mampu menggambarkan keadaan lamahidup sekaligus hidup sehat dari masyarakat. Angka harapan hidup yang tinggi dianggap

mencerminkan kesejahteraan penduduk yang tinggi pula. Hal ini disebabkan karena harapan

hidup merupakan resultan dari berbagai faktor lain dari derajat sosial ekonomi penduduk.

Secara empiris terlihat bahwa pada masyarakat yang tingkat ekonominya baik terdapat

kecenderungan harapan hidupnya tinggi. Karena pada masyarakat yang demikian, akses dari

pelayanan terhadap kesehatan lebih memadai dibanding bila kondisi ekonominya tidak baik.

Hubungan positif juga ditunjukkan oleh tingkat pendidikan dimana semakin tinggi

tingkat pendidikan masyarakat, berarti semakin tinggi pula kesadaran mereka akan pentingnya

hidup sehat, dan pada akhirnya akan memperpanjang usia harapan hidup mereka. Upaya

mendidik kaum perempuan terbukti sebagai kunci untuk menghancurkan lingkaran setan

kesehatan anak yang buruk, kinerja pendidikan yang rendah, pendapatan yang minim, serta

tingkat fertilitas yang tinggi (Todaro, 2000).

Selama periode 2009-2010 angka harapan penduduk Kota Subulus

kenaikan dari 65,71 tahun menjadi 65,89 tahun. Angka 65,89 menunjukkan

yang lahir pada 2010 mempunyai peluang rata-rata kelangsungan hidupnya sela

depan.

Tabel 4.3. Angka Harapan Hidup Tahun 2009-2010

Kabupaten/Kota 2009

(1) (2)

01. Simeulue 62,91

02. Aceh Singkil 64,69

03. Aceh Selatan 66,82

04. Aceh Tenggara 69,19

05. Aceh Timur 69,63

06. Aceh Tengah 69,53

07. Aceh Barat 69,87

08. Aceh Besar 70,64

09. Pidie 69,32

10. Bireuen 72,32

11. Aceh Utara 69,63

12. Aceh Barat Daya 66,74

13. Gayo Lues 66,96 14. Aceh Tamiang 68,27

15. Nagan Raya 69,53

16. Aceh Jaya 67,97

17. Bener Meriah 67,52

18. Pidie Jaya 69,13

71. Banda Aceh 70,56

72. Sabang 70,69

73. Langsa 70,36

74. Lhokseumawe 70,41

75. Subulussalam 65,71

Provinsi Aceh 68,60

Sumber: BPS Sosialisasi IPM 2010 

Dibandingkan dengan daerah kabupaten/kota lainnya, Subulussalam m

harapan hidup tergolong rendah yaitu 65,71 tahun, karena masih dibawah angk

25 

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 18/29

Komponen IPM K

IPM Subulussalam 2010

Komponen IPM Kota Subulussalam

IPM Subulussalam 2010

Angka harapan hidup terendah pada tahun 2009 adalah 62,91 tahun untuk Kabupaten Simeulue.

Sebaliknya, angka harapan hidup tertinggi adalah penduduk Kabupaten Bireuen yang mencapai

72,32 tahun disusul Kota Sabang 70,69 tahun.

Jika dibandingkan dengan angka harapan hidup Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

ternyata harapan hidup penduduk Kota Subulussalam masih lebih rendah. Angka harapan hidup

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat 68,50 pada tahun 2008 dan 68,60 tahun pada 2009.

Sementara itu angka harapan hidup penduduk Indonesia secara umum juga masih lebih tinggi69,00 tahun pada 2008. 

Gambaran tersebut mengindikasikan bahwa kondisi kesehatan penduduk Kota

Subulussalam tidak lebih baik dari kondisi penduduk di Provinsi Aceh dan bahkan penduduk 

Indonesia secara keseluruhan. Karena gizi, kesehatan, pendidikan, keterampilan dan pengetahuan

merupakan faktor yang menentukan kualitas sumberdaya manusia maka pembangunan faktor-

faktor tersebut harus dilakukan. Hal ini disebut sebagai pembentukan modal insani, yaitu proses

peningkatan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan seluruh penduduk negara

(Jhingan, 1983).

Gambar 4.4. Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

dan Indonesia Tahun 2009-2010

Sumber: BPS Sosialisasi IPM 2010

Diyakini bahwa terdapat kaitan yang erat antara angka harapan

kematian bayi. Semakin tinggi angka kematian bayi berarti akan semakin re

hidup. Sebaliknya semakin rendah angka kematian bayi maka semakin tinggi u

Hal ini disebabkan karena angka kematian bayi sangat mencerminkan pola ke

secara umum. Secara jelas Todaro (2002) menyebutkan bahwa angka fert

cenderung merugikan kesehatan ibu dan anak-anaknya yang pada akhirn

kematian bayi dan anak.Kematian ibu dan bayi sangat tergantung pada kondisi kesehata

Kesehatan ibu dan bayi terutama saat melahirkan akan lebih terjaga jika dit

profesional dalam hal ini dokter atau bidan. Meskipun tenaga dukun bayi

masyarakat, namun pengetahuan dan keterampilan dukun harus ditingkatkan. K

bayi masih diandalkan masyarakat mengingat keterbatasan tenaga medis teru

daerah terpencil. Akan tetapi seiring dengan semakin banyaknya tenaga medis d

peran dukun anak semakin berkurang. Pada tahun 2009 kelahiran yang dib

mencapai 8,66 persen dan angka ini meningkat pada tahun 2010 menjadi 19,10

Tabel 4.4. Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran T

Tahun/

WilayahDokter Bidan Dukun

Famili/

keluargaLainn

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

2009

Subulussalam 3,98 86,44 8,66 0,00 0

Provinsi Aceh 8,77 76,49 13,31 0,82 0

2010

Subulussalam 5,46 75,00 19,10 0,00 0

Provinsi Aceh 11,45 75,64 13,75 0,57 0

Sumber : Susenas 2009-2010

27 

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 19/29

Komponen IPM K

IPM Subulussalam 2010

Komponen IPM Kota Subulussalam

IPM Subulussalam 2010

4.5. Angka Melek Huruf dan Rata -Rata Lama Bersekolah

Kedua indikator ini diharapkan mampu mencerminkan tingkat pengetahuan dan

keterampilan penduduk. Angka melek huruf untuk keperluan ini adalah angka melek huruf 

penduduk 15 tahun keatas sehingga diharapkan tidak terjadi bias oleh penduduk usia anak-anak.

Kemampuan baca tulis dan menyerap informasi sangat penting, karena literasi merupakan

komponen dasar pengembangan manusia (Todaro, 1997).

Rata-rata lama bersekolah mencerminkan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan

atau sedang dijalani oleh penduduk usia 25 tahun keatas. Pada usia ini dianggap penduduk sudah

menyelesaikan seluruh pendidikannya sehingga tidak ada bias akibat penduduk muda.

Kemampuan baca tulis penduduk di Provinsi Aceh secara umum sudah baik, yaitu

mencapai 96,88 persen. Angka itu lebih tinggi dari angka literasi Indonesia secara keseluruhan

yang baru mencapai 91,2 persen pada tahun 2010. Sedangkan 3,12 persen penduduk provinsi di

ujung Sumatera ini masih buta huruf dan kemungkinan besar adalah penduduk usia lanjut atau

penduduk yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali.

Sementara itu angka literasi penduduk Kota Subulussalam sebesar 96,54 persen,

dibawah angka provinsi. Ini menunjukkan bahwa komponen kualitas sumberdaya manusia

khususnya angka melek huruf menunjukkan angka yang sedikit menggembirakan. 

Pada tahun 2010 penduduk Kota Subulussalam menghabiskan waktunya untuk 

bersekolah sekitar 7,59 tahun hanya naik o,o1 dibandingkan dengan tahun 2009. Sementara rata-

rata lama sekolah 7,59 tahun untuk bersekolah berarti rata-rata penduduk belum menamatkan

pendidikan dasar 9 tahun atau tamat SLTP, jadi mereka hanya sempat menduduki kelas 1 SLTP.

Selain komponen-komponen yang langsung terlibat dalam penghitungan angka IPM juga

perlu diperhatikan indikator-indikator pendukung lainnya yang juga secara langsung ataupun

tidak langsung turut berpengaruh dalam pembentukan angka indeks dari komponen langsung

IPM, karena dari indikator-indikator itu dapat pula terbaca gambaran sisi lain keadaan sosial dari

aktivitas masyarakat suatu wilayah.

Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadian

anak didik. Dalam periode tinggal landas, pendidikan diamati sebagai suatu gejala jangka

panjang. Pengertian pendidikan dalam jangka panjang ini dapat dipahami sebagai suatu proses

pendidikan yang mempunyai kaitan erat dengan ketenagakerjaan khususnya d

ekonomi pada umumnya.

Tabel 4.5. Angka Melek Huruf Dan Rata -rata Lama Sekolah MenKabupaten/Kota di Aceh Tahun 2009-2010

Kabupaten/KotaMelek Huruf Lama Sekol

2009 2010 2009

(1) (2) (3) (4)

01. Simeulue 98,58 98,66 8,30 02. Aceh Singkil 96,22 96,24 7,74

03. Aceh Selatan 96,47 96,53 8,28

04. Aceh Tenggara 97,10 97,95 9,34

05. Aceh Timur 97,51 98,21 8,49

06. Aceh Tengah 98,13 98,60 9,44

07. Aceh Barat 94,08 94,53 8,23

08. Aceh Besar 96,95 96,96 9,51

09. Pidie 95,56 95,91 8,65

10. Bireuen 98,37 98,47 9,23

11. Aceh Utara 96,42 97,81 9,12

12. Aceh Barat Daya 96,25 96,34 7,63

13. Gayo Lues 86,97 87,27 8,71

14. Aceh Tamiang 98,25 98,27 8,77

15. Nagan Raya 89,78 89,85 7,34

16. Aceh Jaya 93,78 93,99 8,71

17. Bener Meriah 97,45 98,50 8,53

18. Pidie Jaya 94,23 95,45 8,38

71. Banda Aceh 99,10 99,16 11,91

72. Sabang 98,81 98,99 10,36

73. Langsa 99,10 99,20 10,04

74. Lhokseumawe 99,22 99,62 9,91

75. Subulussalam 96,53 96,54 7,58

Provinsi Aceh 96,39 96,88 8,63

Sumber: Badan Pusat Statistik

Dipandang dari sudut waktu, pendidikan mempunyai jangkauan jangk

menengah, dan jangka panjang. Perbedaan pandangan dari dimensi

mempengaruhi atau mengubah skala atau dimensi ruang dari pendidikan. Da

29 

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 20/29

Komponen IPM K

IPM Subulussalam 2010

Komponen IPM Kota Subulussalam

IPM Subulussalam 2010

pendidikan dipandang sebagai suatu sistem yaitu sistem pendidikan. Perubahan dimensi ruang ini

akan menggeser inti permasalahan pendidikan yang dihadapi. Pergeseran inti permasalahan itu

pada gilirannya akan mempengaruhi usaha pemecahan permasalahannya.

Pendidikan dalam jangka pendek (kurang dari satu tahun atau dari hari ke hari),

mencakup bagaimana permasalahan memperlancar proses belajar dan mengajar di dalam kelas.

Pendidikan dalam jangka panjang (lebih dari dua puluh lima tahun), merupakan gejala

kebudayaan dan permasalahannya terpusat pada bagaimana mentransformasikan nilai-nilai dari

satu generasi ke generasi berikutnya. Pendidikan dalam jangka menegah (sekitar lima atau

sepuluh tahun), merupakan gejala ekonomi yaitu bagaimana menyiapkan lulusan atau putus

pendidikan untuk memenuhi kebutuhan lapangan kerja.

Output dari subsistem pendidikan yang berupa lulusan atau putus sekolah ini merupakan

input kepada subsistem ketenagakerjaan. Di dalam subsistem ketenagakerjaan ini lulusan dikenal

sebagai tenaga kerja. Tenaga kerja ini merupakan input yang diproses dalam lapangan kerja.

Output dari proses yang berlangsung dalam lapangan kerja ini berupa produktivitas tenaga kerja.

Dengan perkataan lain, permasalahan yang dihadapi dalam subsistem ketenagakerjaan tersebut

adalah bagaimana meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

Dengan kata lain, proses pendidikan apabila dilihat pada satu titik waktu mencakup tiga

proses yang berjalan secara bersamaan yaitu berkaitan dengan proses belajar mengajar dalam

lembaga pendidikan, berkaitan dengan penyiapan tenaga kerja, serta berkaitan dengan penerusan

nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Tabel 4.6. Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2009-2010 

DaerahAPS 2009 APS 2010

7-12 13-15 16-18 7-12 13-15 16-18

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Subulussalam 97,96 91,50 76,64 99,30 92,67 83,58

Prov. Aceh 99,07 94,31 72,72 99,19 94,99 73,53

Sumber: Susenas 2009-2010

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

menegaskan bahwa (1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama u

pendidikan bermutu, (2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, em

intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus, (3) Warga

terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memp

layanan khusus, (4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan baka

memperoleh pendidikan khusus, (5) Setiap warga negara berhak mend

meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.

Dari ketentuan di atas maka setiap warga negara berhak memperoleh p

bagi masyarakat terpencil dan terbelakang sekalipun. Jadi dengan diwajibk

dasar 9 tahun, semestinya tidak terdengar lagi adanya anak putus sekolah akib

atau ketiadaan akses terhadap sarana pendidikan. Namun, jika dilihat dalam

sekolah kasar seperti pada Tabel 4.7. terlihat bahwa partisipasi sekolah

mencapai 100 persen, apalagi untuk mereka yang berusia 16-18 tahun.

Gambar 4.5. APS Kota Subulussalam Tahun 2009-2010

Sumber: Susenas 2008-2009

31 

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 21/29

Komponen IPM K

IPM Subulussalam 2010

Komponen IPM Kota Subulussalam

IPM Subulussalam 2010

Secara umum APS Provinsi Aceh dan juga Kota Subulussalam cenderung meningkat

pada 2009-2010. Hal ini kemungkinan disebabkan semakin giatnya pemerintah melalui dinas

pendidikan dengan membangun dan meniadakan biaya bulanan kepada anak-anak didik, sehingga

masyarakat miskin bias bersekolah. Peningkatan ini juga didukung dengan semakin tingginya

anggaran pemerintah pusat maupun daerah dalam bidang pendidikan, walaupun porsi yang

terbesar masih dalam bentuk pembangunan infrastruktur sekolah

Indikator lain yang erat kaitannya dengan kualitas pendidikan penduduk adalah tingkat

pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Jika dilihat dari proporsi mereka yang tidak atau belum

pernah sekolah, semakin kecil proporsinya berarti semakin baik, sebaliknya bila proporsinya

semakin besar berarti proses pencerdasan bangsa tidak mencapai sasaran. Disisi lain, jika proporsi

yang menamatkan pendidikan tinggi semakin besar maka kualitas sumberdaya manusianya

semakin baik.

Tabel 4.7. Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi yang DitamatkanTahun 2010

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Subulussalam (L+P) Aceh

(1) (4) (5)

Belum/tidak Tamat SD 38,74 21,68

SD 24,66 26,18

SMP Umum/Kejuruan 16,14 21,11

SMA 15,14 23,10

Dipl I/II/III 2,18 3,40

Dipl IV/S1 3,05 4,29

S2/S3 0,08 0,23

Total 100,00 100,00

Sumber: Susenas 2010

Hampir separuh penduduk usia 10 tahun keatas di Kota Subulussalam tidak/belum

pernah sekolah atau tidak tamat sekolah dasar. Angka ini jauh lebih besar dari proporsi angka

provinsi secara umum yang tercatat kurang dari 25 persen. Dari proporsi yang menamatkan

sekolah dasar hingga SLTA juga lebih buruk dibandingkan dengan proporsi penduduk provinsi

secara keseluruhan. Sebaliknya, untuk yang menamatkan pendidikan tinggi, angkanya lebih

rendah. Sehingga dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas p

Subulussalam lebih rendah dari kualitas pendidikan provinsi umumnya dan

kualitas sumberdaya manusianya.

4.6. Daya Beli

Kemampuan daya beli masyarakat diharapkan dapat terwakili oleh var

per kapita, yaitu rata-rata pengeluaran per kapita setahun yang sudah dist

mendeflasikan dengan IHK. Selanjutnya variabel ini disesuaikan dengan meng

Atkinson.

Tabel 4.8. Pengeluaran Riil Per Kapita Disesuaikan Tahun 2008-2009

Kabupaten/Kota 2009

01. Simeulue 617,10

02. Aceh Singkil 608,22

03. Aceh Selatan 604,59

04. Aceh Tenggara 596,01

05. Aceh Timur 586,29

06. Aceh Tengah 615,51

07. Aceh Barat 598,72

08. Aceh Besar 608,63

09. Pidie 611,05

10. Bireuen 592,06

11. Aceh Utara 605,69

12. Aceh Barat Daya 614,26

13. Gayo Lues 600,15

14. Aceh Tamiang 595,40

15. Nagan Raya 601,67

16. Aceh Jaya 596,69

17. Bener Meriah 603,78

18. Pidie Jaya 620,18

71. Banda Aceh 630,63

72. Sabang 625,82

73. Langsa 600,66

74. Lhokseumawe 631,63

75. Subulussalam 608,74 Provinsi Aceh 610,27

Sumber: BPS Sosialisasi IPM 2010

33 

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 22/29

Komponen IPM K

IPM Subulussalam 2010

Komponen IPM Kota Subulussalam

IPM Subulussalam 2010

Secara umum kemampuan daya beli masyarakat Kota Subulussalam maupun di seluruh

kabupaten/kota dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mengalami peningkatan. Pada tahun

2009, daya beli terendah Rp. 586.290 di Aceh Timur sedangkan Kota Subulussalam sebesar Rp.

608.740 diatas pengeluaran riil Provinsi Aceh yang hanya mencapai Rp. 610.270 . Untuk 

pengeluaran riil tertinggi pada tahun 2010 terjadi di Kota Lhoksumawe yang mencapai Rp.

634.070. Sementara itu pada tahun 2010 pengeluaran riil Kota Subulussalam menjadi Rp.

612.770 lebih tinggi dari pengeluaran provinsi yang mencapai Rp. 611.420

BAB. V

35 

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 23/29

IPM K

IPM Subulussalam 2010

IPM Kota Subulussalam

IPM Subulussalam 2010

BAB V

IPM KOTA SUBULUSSALAM

5.1. Konsep Pembangunan Manusia

Menurut UNDP (1990:1), pembangunan manusia adalah suatu proses untuk 

memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia (a process of enlarging people’s choices”). Dari

definisi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa fokus pembangunan suatu negara adalah penduduk 

karena penduduk adalah kekayaan nyata suatu negara. Konsep atau definisi pembangunan

manusia tersebut pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas. Definisi ini

lebih luas dari definisi pembangunan yang hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi.

Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami dari

sudut manusianya, bukan hanya dari pertumbuhan ekonominya. Sebagaimana dikutip dari UNDP

(1995:118), sejumlah premis penting dalam pembangunan manusia diantaranya adalah:

Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian;

Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk, tidak 

hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka; oleh karena itu, konsep pembangunan

manusia harus terpusat pada penduduk secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek 

ekonomi saja;

Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya meningkatkan

kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga pada upaya-upaya memanfaatkan

kemampuan manusis tersebut secara optimal;

Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu: produktivitas, pemerataan,

kesinambungan, dan pemberdayaan; dan

Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan pembangunan dan dalam

menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya.

Untuk itu diperlukan suatu indikator komposit yang dapat menggambarkanperkembangan pembangunan manusia secara berkelanjutan. IPM adalah suatu indikator

pembangunan manusia yang diperkenalkan UNDP pada tahun 1990. Pada dasarnya IPM

mencakup tiga komponen yang dianggap mendasar bagi manusia dan secara o

dihitung untuk menghasilkan suatu ukuran yang merefleksikan upaya pemba

Ketiga aspek tersebut berkaitan dengan peluang hidup (longevity), pengetahuan

hidup layak (decent living). Peluang hidup dihitung berdasarkan angka harapan h

pengetahuan diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah angka melek huruf p

tahun keatas; dan hidup layak diukur dengan pengeluaran per kapita yang

Purchasing Power Parity (paritas daya beli dalam rupiah).

Meskipun banyak kritik dan kelemahan yang dikemukakan oleh bany

IPM, namun konsep IPM sesungguhnya masih dapat digunakan dan dimanfaat

dibarengi dengan ukuran-ukuran ekonomi tradisional seperti pendapatan perka

IPM yakni ketahanan hidup, pendidikan, dan kualitas hidup fisik mampu memb

pemahaman kita akan aspek-aspek penting dari pembangunan (Todaro, 2002).

5.2. IPM Kota Subulussalam Tahun 2009-2010

Pada tahun 2009 IPM Kota Subulussalam sebesar 68,85 dan s

meningkat menjadi 69,26. IPM pada periode tersebut lebih rendah dari IPM P

 juga IPM nasional. Pada tahun 2010 IPM provinsi 71,70.

Gambar 5.1. Perkembangan IPM Kota Subulussalam, dan NATahun 2009-2010

Sumber: BPS Sosialisasi IPM 2010

37 

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 24/29

IPM K

IPM Subulussalam 2010

IPM Kota Subulussalam

IPM Subulussalam 2010

Rendahnya IPM Kota Subulussalam dapat terlihat dari komponen penyusunnya,

misalnya angka harapan hidup pada tahun 2010 adalah 65,89 tahun. Sementara angka harapan

hidup provinsi 68,70 tahun. Dari sisi pendidikan angka melek huruf di kabupaten ini 96,54

persen, sedikit dibawah angka provinsi (96,88 persen). Sementara itu rata-rata lama sekolah,

penduduk di Kota Subulussalam lebih singkat mengenyam pendidikan akan tetapi lebih tinggi

dari nasional yaitu 7,59 tahun pada 2010. Sedangkan penduduk provinsi secara umum hanya 8,81

tahun.

Sementara itu untuk komponen pengeluaran per kapita ril (yang disesuaikan) jauh lebih

tinggi dari pengeluaran rata-rata provinsi, tapi lebih rendah dibanding rata-rata nasional. Pada

tahun 2010 pengeluaran per kapita ril di Kota Subulussalam tercatat Rp 612.770 sedangkan

pengeluaran per kapita provinsi Rp 611.420

Selama 2009-2010 IPM maupun komponen di dalamnya mengalami perbaikan-

perbaikan. Namun kenaikan tersebut lebih rendah daripada kenaikan rata-rata provinsi secara

umum ataupun nasional, sehingga secara agregat perubahan atau biasa disebut reduksi shortfall

IPM Kota Subulussalam (1,32) lebih rendah daripada reduksi shortfall Provinsi Aceh (1,22).

5.3. Perbandingan IPM Antar Kabupaten/Kota

Dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Aceh , posisi IPM Kota

Subulussalam tahun 2010 termasuk urutan bawah, tepatnya nomor 20 dari 23 daerah. Lima

daerah yang terbawah adalah Kabupaten Simelue, Kota Subulussalam, Kabupaten Nagan Raya,

Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Gayo Lues dengan nilai IPM masing-masing sebesar

69,28; 68,26; 69,18; 68,58 dan 67,86. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sendiri berada di

peringkat 17 dari seluruh provinsi di Indonesia

Sedangkan nilai IPM tertinggi diperoleh Kota Banda Aceh untuk tahun yang sama, yaitu

77,45. Kemudian disusul Kota Lhokseumawe (76,10), Kota Sabang (75,98), Kabupaten Aceh

Tengah (73,69), Kota Langsa (73,85),Kabupaten Aceh Besar (73,32), Kabupaten Bireuen (73 ,07),

Kabupaten Aceh Utara (72,46), Kabupaten Pidie Jaya (72,38) dan Pidie (71,92). Kesepuluh

daerah ini mempunyai IPM di atas IPM provinsi yang tercatat 71,70. 

Tabel 5.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Reduksi Sho

Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2009-2010

Kabupaten/KotaIPM

Reduksi

Shortfall  

2009-2010

Peringka

2009 2010 2009

(1) (2) (3) (4) (5)

01. Simeulue 68.92 69.28 1.15 19

02. Aceh Singkil 68.29 68.58 0.92 22

03. Aceh Selatan 69.64 69.97 1.08 17

04. Aceh Tenggara 71.23 71.60 1.27 11

05. Aceh Timur 70.19 70.55 1.21 15

06. Aceh Tengah 73.22 73.69 1.77 4

07. Aceh Barat 70.32 70.79 1.57 14

08. Aceh Besar 73.10 73.32 0.83 6

09. Pidie 71.60 71.92 1.13 10

10. Bireuen 72.86 73.07 0.79 7

11. Aceh Utara 71.90 72.46 2.00 8

12. Aceh Barat Daya 69.81 70.29 1.57 16

13. Gayo Lues 67.59 67.86 0.84 23

14. Aceh Tamiang 70.50 70.79 0.96 12

15. Nagan Raya 68.74 69.18 1.40 21

16. Aceh Jaya 69.39 69.63 0.75 18

17. Bener Meriah 70.38 70.98 2.03 13

18. Pidie Jaya 71.71 72.38 2.38 9

71. Banda Aceh 77.00 77.45 1.96 1

72. Sabang 75.49 75.98 1.99 3

73. Langsa 73.20 73.85 2.43 5

74. Lhokseumawe 75.54 76.10 2.28 2

75. Subulussalam 68.85 69.26 1.32 20

Provinsi Aceh* 71,31 71.70 1.33 17

Catatan: * Peringkat provinsi se-IndonesiaSumber: Badan Pusat Statistik

Selama waktu setahun tampaknya pembangunan di Kota Subuluss

berubah, apalagi masih terus dilakukanya pembangunan di wilayah ini. Damp

39 

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 25/29

IPM K

IPM Subulussalam 2010

IPM Kota Subulussalam

IPM Subulussalam 2010

2009 IPM di Kota Subulussalam hanya bergeser naik sedikit dibawah rata-rata reduksi shortfall 

provinsi dan nasional tentunya. IPM Kota Subulussalam menjadi 69,26 dan jika dibandingkan

dengan kabupaten/kota lainnya, dan peringkatnya naik menjadi 20 atau urutan ke-empat

terbawah.

Tiga daerah dengan IPM terbawah adalah Kabupaten Gayo Lues (67,86), Kabupaten

Aceh Singkil (69,28) dan Kabupaten Nagan Raya (69,18). Pencapaian IPM tertinggi masih

diduduki oleh Kota Banda Aceh (77,45), Kota Sabang dan Kota Lhokseumawe memiliki IPM

masing-masing (75,98) dan (76,10).

Jika perhatikan perubahan reduksi shortfall masing-masing daerah, ternyata Kota Langsa

adalah yang tertinggi yaitu mencapai 2,43. sedangkan Kabupaten Aceh Jaya perubahan reduksi

shortfall terendah yaitu 0,75.

Gambar 5.2. Urutan IPM Kabupaten/Kota Se-Provinsi NanggroeAceh Darussalam Tahun 2009-2010

Sumber: BPS Sosialisasi IPM 2010

Secara garis besar, daerah kabupaten/kota tersebut dapat dikelompokkan menjadi

kategori IPM tinggi dan rendah, dimana katagori tinggi jika IPM kabupaten/kota sama dengan

atau lebih tinggi dari IPM provinsi. Dengan mengambil IPM Provinsi sebagai patokan,

pengelompokan tersebut menjadi seperti terlihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. IPM Menurut Kategori dan Kabupaten/Kota Tahun 20

Kabupaten/Kota

Kategori IPM

2009 2010

(1) (2) (3)

01. Simeulue Rendah Renda

02. Aceh Singkil Rendah Renda

03. Aceh Selatan Rendah Renda

04. Aceh Tenggara Tinggi Renda

05. Aceh Timur Rendah Renda

06. Aceh Tengah Tinggi Tingg

07. Aceh Barat Rendah Renda

08. Aceh Besar Tinggi Tingg

09. Pidie Tinggi Tingg

10. Bireuen Tinggi Tingg

11. Aceh Utara Tinggi Tingg

12. Aceh Barat Daya Rendah Renda

13. Gayo Lues Rendah Renda

14. Aceh Tamiang Rendah Renda

15. Nagan Raya Rendah Renda

16. Aceh Jaya Rendah Renda

17. Bener Meriah Rendah Renda

18. Pidie Jaya Tinggi Tingg

71. Banda Aceh Tinggi Tingg

72. Sabang Tinggi Tingg

73. Langsa Tinggi Tingg

74. Lhokseumawe Tinggi Tingg

75. Subulussalam Rendah Renda

Sumber: Badan Pusat Statistik

41 

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 26/29

IPM K

IPM Subulussalam 2010

IPM Kota Subulussalam

IPM Subulussalam 2010

Kabupaten/Kota yang termasuk dalam kelompok tinggi adalah Aceh Tengah, Aceh Besar, Pidie,

Bireuen, Aceh Utara, Pidie Jaya, Banda Aceh, Sabang, Langsa, dan Lhokseumawe. Sementara

daerah lain yang termasuk dalam kawasan barat mempunyai IPM dalam kelompok rendah.

Tabel 5.3. Nilai IPM 2010, Perubahannya Terhadap IPM 2009,dan Letak Kuadran

Kabupaten/KotaIPM 2010 Perubahan

2009-2010Kuadran

Nilai IPM Katagori

(1) (2) (3) (4) (5)

01. Simeulue 69.28 Rendah 1.15 III

02. Aceh Singkil 68.58 Rendah 0.92 III

03. Aceh Selatan 69.97 Rendah 1.08 III

04. Aceh Tenggara 71.60 Rendah 1.27 III

05. Aceh Timur 70.55 Rendah 1.21 IV

06. Aceh Tengah 73.69 Tinggi 1.77 I

07. Aceh Barat 70.79 Rendah 1.57 IV

08. Aceh Besar 73.32 Tinggi 0.83 II

09. Pidie 71.92 Tinggi 1.13 II

10. Bireuen 73.07 Tinggi 0.79 II

11. Aceh Utara 72.46 Tinggi 2.00 I12. Aceh Barat Daya 70.29 Rendah 1.57 III

13. Gayo Lues 67.86 Rendah 0.84 III

14. Aceh Tamiang 70.79 Rendah 0.96 IV

15. Nagan Raya 69.18 Rendah 1.40 III

16. Aceh Jaya 69.63 Rendah 0.75 III

17. Bener Meriah 70.98 Rendah 2.03 IV

18. Pidie Jaya 72.38 Tinggi 2.38 I

71. Banda Aceh 77.45 Tinggi 1.96 I

72. Sabang 75.98 Tinggi 1.99 I

73. Langsa 73.85 Tinggi 2.43 I

74. Lhokseumawe 76.10 Tinggi 2.28 I

75. Subulussalam 69.26 Rendah 1.32 III

Provinsi Aceh* 71.70 1.33

Catatan: Terhadap IPM NasionalSumber: Badan Pusat Statistik

Bila pengamatan juga melibatkan variabel besarnya perubahan IPM,

dibuat suatu pengelompokan berdasarkan nilai IPM dan perubahannya. Peruba

selisih IPM 2010 dikurangi IPM 2009 (dalam poin). Sedangkan nilai yang dijad

nilai IPM provinsi. Dengan membagi daerah plot menjadi empat kuadran, maka

dikatagorikan sebagai:

  Kuadran I : Nilai IPM tinggi, perubahan tinggi

  Kuadran II : Nilai IPM tinggi, perubahan rendah

  Kuadran III : Nilai IPM rendah, perubahan rendah

  Kuadran IV : Nilai IPM rendah, perubahan tinggi

Nilai IPM atau perubahan (2009-2010) dikatakan tinggi bila besarnya sama d

tinggi dari provinsi.

KUADRAN II 

Perubahan rendah, IPM tinggi

(Aceh Besar, Piddie, Bireuen)

KUADRAN I

Perubahan tinggi, IPM tinggi

(Aceh Utara, Aceh Tengah, Pidie

Jaya, Banda Aceh Sabang, Langsa,

Lhoksumawe)

KUADRAN III 

Perubahan rendah, IPM rendah

(Simelue, Aceh Singkil, Aceh

Selatan, Aceh Tenggara, Aceh Timur,

Aceh Tamiang, Aceh Jaya,

Subulussalam) 

KUADRAN IV

Perubahan tinggi, IPM rendah

(Aceh Timur, Aceh Barat, Aceh

Tamiang Bener Meriah)

 IPM Provinsi NAD Dari keempat kondisi tersebut, maka tempat pada kuadran I mer

diinginkan karena dengan pencapaian IPM yang sudah lebih tinggi dari p

43 

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 27/29

IPM K

IPM Subulussalam 2010

IPM Kota Subulussalam

IPM Subulussalam 2010

perubahan IPM itu pun lebih tinggi atau lebih cepat daripada laju provinsi. Sebaliknya yang

paling memprihatinkan adalah jika kenaikannya lebih rendah daripada laju IPM provinsi secara

umum dan IPM-nya pun lebih rendah dari IPM provinsi. Hal ini menunjukkan bahwa

pembangunan manusia dengan kualitas manusia dibawah rata-rata provinsi lebih rendah laju atau

akselerasinya daripada laju pembangunan manusia provinsi secara keseluruhan. Padahal untuk 

daerah-daerah dengan IPM dibawah angka provinsi, seharusnya akselerasi pembangunan

manusianya lebih tinggi atau lebih cepat daripada laju pembangunan manusia provinsi untuk 

mengejar ketertinggalan daerah tersebut.

BAB. VI

45 

K

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 28/29

Ke

IPM Subulussalam 2010

Kesimpulan dan Saran

IPM Subulussalam 2010

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 

6.1. Kesimpulan

Pendapatan adalah salah satu dari pilihan yang dimiliki manusia, tetapi bukanlah suatu totalitas

dari semua aspek kehidupan manusia. Aspek kesehatan, pendidikan, lingkungan fisik yang baik dan

kebebasan untuk bertindak juga merupakan hal-hal yang tidak kalah pentingnya (UNDP Human

Development Report-HDR, 2001). Sehingga dikembangkanlah konsep IPM yang dianggap sebagai suatu

konsep yang lebih komprehensif karena disamping memperhitungkan keberhasilan pembangunan manusia

dari aspek non ekonomi, juga memperhitungkan keberhasilan pembangunan manusia dari aspek ekonomi.

Dari uraian pada bab-bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1.  Selama kurun waktu 2010-2009, secara umum kinerja pembangunan manusia di Kota Subulussalam

mengalami peningkatan yang cukup berarti. Hal ini ditandai dengan naiknya IPM dari 68,85

menjadi 69,26.

2.  Kenaikan IPM disebabkan oleh naiknya seluruh komponen.

3.  Kenaikan IPM juga terjadi pada seluruh kabupaten/kota lainnya. Kenaikan ini juga diikuti oleh

semakin kecilnya variasi yang terjadi antardaerah kabupaten/kota di Provinsi Aceh.

4.  Secara umum, perbedaan antardaerah kabupaten/kota terjadi karena perbedaan karakteristik daerah.

5.  Perbandingan dengan beberapa kabupaten/kota lainnya dalam Provinsi Aceh, Kota Subulussalammasih terletak dalam posisi bawah, tepatnya peringkat ke 20 dari 23 kabupaten/kota pada tahun

2009 dan tahun 2010. Ini mengindikasikan adanya kemajuan dalam aspek ekonomi dan non

ekonomi.

6.2. Saran-saran

IPM merupakan indikator penting yang dapat digunakan untuk melihat upaya dan kinerja

program pembangunan secara menyeluruh di suatu wilayah. Dalam hal ini IPM dianggap sebagai

gambaran dari hasil program pembangunan yang telah dilakukan beberapa tahun sebelumnya. Demikian

 juga kemajuan program pembangunan dalam suatu periode dapat diukur dan ditunjukkan oleh besaran

IPM pada awal dan akhir periode tersebut. IPM merupakan ukuran untuk melihat dampak kinerja

pembangunan wilayah yang mempunyai dimensi yang sangat luas, karena memp

penduduk suatu wilayah dalam hal ini harapan hidup, intelelektualitas, dan standar hidu

IPM tidak hanya mengukur pembangunan dari aspek ekonomi saja (diukur

daya beli terhadap berbagai macam barang dan jasa yang diperlukan untuk menduku

lebih baik), tetapi juga mengukur pembangunan dari aspek non ekonomi (diuk

kelangsungan hidup yang lebih tinggi dan pengetahuan dan keterampilan yang dim

tinggi).

Dalam perencanaan pembangunan, IPM juga berfungsi dalam memberik

menentukan prioritas dalam merumuskan kebijakan dan menentukan program. Hal

tuntunan dalam mengalokasikan anggaran yang sesuai dengan kebijakan umum yang t

pembuat kebijakan dan pengambil keputusan.

Namun demikian, karena IPM merupakan indeks komposit, dalam perenc

pembangunan, indikator ini masih perlu didukung indikator-indikator lainnya, baik

maupun indikator lintas sektoral.

Pembangunan manusia di Kota Subulussalam memang mengalami kemaju

komponen-komponen di dalamnya. Namun laju kemajuannya lebih lambat dib

kabupaten/kota lainnya, terutama di Aceh. Untuk mengejar ketertinggalan tersebut, m

manusia di Kota Subulussalam harus dipercepat.

Peningkatan kesehatan dan kebutuhan gizi masyarakat harus ditingkatkan uangka harapan hidup. Pembangunan sarana dan penyediaan prasarana kesehatan

(misalnya puskesmas, dokter, bidan) mesti digalakkan. Demikian pula sosialisasi da

sehat serta sanitasi lingkungan, misalnya pembangunan got atau saluran limbah yang se

Dalam bidang pendidikan, angka partisipasi sekolah harus ditingkatkan

angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Pembangunan sekolah yang mudah

banyak merupakan sesuatu yang mesti didahulukan. Jika memungkinkan pendidikan g

 juga dapat dirintis untuk pendidikan dasar 9 tahun.

Sementara itu dalam bidang ekonomi, untuk meningkatkan daya beli mas

peran serta masyarakat produktif dapat ditingkatkan misalnya dengan memperluas

daerah perdesaan kredit usaha lunak bagi petani atau nelayan dapat digalakkan u

47

 

KeK i l d S

5/16/2018 IPM2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ipm2011 29/29

Ke

IPM Subulussalam 2010

Kesimpulan dan Saran

IPM Subulussalam 2010

pertumbuhan ekonomi sehingga daya beli masyarakat meningkat. Peraturan yang mendukung investasi di

daerah dan insentif bagi pengusaha juga hendaknya diberlakukan untuk mendorong investasi.

Akhirnya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan manusia di Kota Subulussalam,

pembangunan kesehatan dan pendidikan harus dilakukan. Dengan demikian bekal dan modal untuk 

memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dapat terwujud.

49