10
1 Sasaran Belajar LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Campak LO 1.1 Definisi Campak Campak adalah suatu penyakit aku yang sangat menular yang disebabkan oleh virus. Campak disebut juga rubeola, morbilli, atau measles. Penyakit ini ditandai dengan gejala awal demam, batuk, pilek, dan konjungtivis yang kemudian diikuti dengan bercak kemerahan pada kulit (rash). Campak biasanya menyerang anak-anak dengan derajat ringan sampai sedang. Penyakit ini dapat meninggalkan gejala sisa kerusakan neurologis akibat peradangan otak (ensefalitis). LO 1.2 Epidemiologi Campak merupakan penyakit endemik di banyak negara terutama di negara berkembang. Angka kesakitan di seluruh dunia mencapai 5-10 kasus per 10.000 dengan jumlah kematian 1-3 kasus per 1000 orang. Campak masih ditemukan di negara maju. Sebelum ditemukan vaksin pada tahun 1963 di Amerika serikat, terdapat lebih dari 1,5 juta kasus campak setiap tahun. Mulai tahun 1963 kasus campak menurun drastis dan hanya ditemukan kurang dari 100 pada tahun 1998. Di Indonesia campak masih menempati urutan ke-5 dari 10 penyakit utama pada bayi dan anak balita (1-4 tahun) berdasarkan laporan SKRT tahun 1985/1986. KLB masih terus dilaporkan, di antaranya KLB di Pulau Bangka pada tahun 1971 dengan angka kematian sekitar 12%, KLB di Provinsi Jawa Barat pada tahun 1981 (CFR=15%), dan KLB di Palembang, Lampung, dan Bengkulu pada tahun 1998. Pada tahun 2003 masih terdapat 104 kasus campak dengan CFR 0% di Semarang. Angka kesakitan campak di Indonesia tercatat 30.000 kasus per tahun yang dilaporkan, meskipun kenyataannya hampir semua anaka setelah usia balita pernah terserang campak. Pada zaman dahulu ada anggapan bahwa setiap anak harus terkena campak sehingga tidak perlu diobati. Masyarakat berpendapat bahwa penyaakit ini akan sembuh sendiri jika ruam merah pada kulit sudah timbul sehingga ada usaha- usaha untuk mempercepat timbulnya ruam. Mereka beranggapan jika ruam tidak keluar ke kulit, maka penyakit ini akan menyerang ‘ke dalam’

IPT skenario 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

IPT skenario 2

Citation preview

Sasaran Belajar LI. 1. Memahami dan Menjelaskan CampakLO 1.1 Definisi CampakCampak adalah suatu penyakit aku yang sangat menular yang disebabkan oleh virus. Campak disebut juga rubeola, morbilli, atau measles. Penyakit ini ditandai dengan gejala awal demam, batuk, pilek, dan konjungtivis yang kemudian diikuti dengan bercak kemerahan pada kulit (rash). Campak biasanya menyerang anak-anak dengan derajat ringan sampai sedang. Penyakit ini dapat meninggalkan gejala sisa kerusakan neurologis akibat peradangan otak (ensefalitis).LO 1.2 EpidemiologiCampak merupakan penyakit endemik di banyak negara terutama di negara berkembang. Angka kesakitan di seluruh dunia mencapai 5-10 kasus per 10.000 dengan jumlah kematian 1-3 kasus per 1000 orang. Campak masih ditemukan di negara maju. Sebelum ditemukan vaksin pada tahun 1963 di Amerika serikat, terdapat lebih dari 1,5 juta kasus campak setiap tahun. Mulai tahun 1963 kasus campak menurun drastis dan hanya ditemukan kurang dari 100 pada tahun 1998.Di Indonesia campak masih menempati urutan ke-5 dari 10 penyakit utama pada bayi dan anak balita (1-4 tahun) berdasarkan laporan SKRT tahun 1985/1986. KLB masih terus dilaporkan, di antaranya KLB di Pulau Bangka pada tahun 1971 dengan angka kematian sekitar 12%, KLB di Provinsi Jawa Barat pada tahun 1981 (CFR=15%), dan KLB di Palembang, Lampung, dan Bengkulu pada tahun 1998. Pada tahun 2003 masih terdapat 104 kasus campak dengan CFR 0% di Semarang.Angka kesakitan campak di Indonesia tercatat 30.000 kasus per tahun yang dilaporkan, meskipun kenyataannya hampir semua anaka setelah usia balita pernah terserang campak. Pada zaman dahulu ada anggapan bahwa setiap anak harus terkena campak sehingga tidak perlu diobati. Masyarakat berpendapat bahwa penyaakit ini akan sembuh sendiri jika ruam merah pada kulit sudah timbul sehingga ada usaha-usaha untuk mempercepat timbulnya ruam. Mereka beranggapan jika ruam tidak keluar ke kulit, maka penyakit ini akan menyerang ke dalam tubuh dan menimbulkan akibat yang lebih fatal daripada penyakitnya sendiri. Sebelum penggunaan vaksin campak, penyakit ini biasanya menyerang anak yang berusia 5-10 tahun. Setelah masa imunisasi (mulai tahun 1977), campak sering menyerang anak usia remaja dan orang dewasa muda yang tidak mendapat vaksinasi sewaktu kecil, atau mereka yang diimunisasi pada usianya lebih dari 15 bulan. Penelitian di rumah sakit selama tahun 1984-1988 melaporkan bahwa campak paling banyak terjadi pada usia balita, dengan kelompok tertinggi pada usia 2 tahun (20,3%), diikuti oleh bayi (17,6%), anak usia 1 tahun (15,2%), usia 3 tahun (12,3%), dan usia 4 tahun (8,2%).Angka kematian terus menurun dari waktu ke waktu. Menurut laporan Balitbangkes di Sukabumi tahun 1982, CFR campak sebesar 0,64% dan di banyak provinsi ditemukan CFR antara 0,76-1,4 %.

LO 1.3 EtiologiCampak disebabkan oleh virus campak dari famili Paramyxovirus, genus Morbillivirus. Virus campak adalah virus RNA yang dikenal hanya mempunyai satu antigen. Struktur virus ini mirip dengan virus penyebab parotitis epididimis dan parainfluenza. Setelah timbulnya ruam kulit, virus aktif dapat ditemukan pada sekret nasofaring, darah, dan air kencing dalam waktu sekitar 34 jam pada suhu kamar.Virus campak dapat bertahan selama beberapa hari pada temperatur 0OC dan selama 15 minggu pada sediaan beku. Di luar tubuh manusia virus ini mudah mati. Pada suhu kamar sekalipun, virus ini akan kehilangan infektivitasnya sekitar 60% selama 3-5 hari. Virus campak mudah hancur oleh sinar ultraviolet.LO 1.4 PatogenesisVirus campak mudah menularkan penyakit. Virulensinya sangat tinggi terutama pada anak yang rentan dengan kontak keluarga, sehingga hampir 90% anak yang rentan akan tertular. Campak ditularkan melalui droplet di udara oleh penderita sejak 1 hari sebelum timbulnya gejala klinis sampai 4 hari sesudah munculnya ruam. Masa inkubasinya antara 10-12 hari.Ibu yang pernah menderita campak akan menurunkan kekebalannya kepada janin yang dikandungnya melalui plasenta, dan kekebalan ini bisa bertahan sampai bayi berusia 4-6 bulan. Pada usia 9 bulan bayi diharapkan membentuk antibodinya sendiri secara aktif setelah menerima vaksinasi campak. Dalam waktu 12 hari setelah infeksi campak mencapai puncak titer sekitar 21 hari, IgM akan terbentuk dan cepat menghilang, hingga akhirnya digantikan oleh IgG. Adanya karier campak sampai sekarang tidak terbukti. Cakupan imunisasi campak yang lebih dari 90% akan menyebabkan kekebalan kelompok (herd immunity) dan menurunkan kasus campak di masyarakat. Fase inkubasiVirus dapat masuk ke dalam tubuh manusisa melalui saluran nafas, tempat virus melakukan multiplikasi lokal kemudian infeksi menyebar ke jaringan limfoid regional, tempat terjadinya multiplikasi yang lebih lanjut. Terjadi viremia primer yang menyebarkan virus, yang kemudian bereplikasi di dalam sistem retikuloendotelial. Akhirnya viremia sekunder berkembang biak di permukaan epitel tubuh, termasuk kulit, saluran nafas, dan konjungtiva tempat terjadinya replikasi lokal.Campak dapat bereplikasi ke dalam limfosit tertentu, yang membantu penyebaran ke seluruh tubuh. Sel multinukleus raksasa dengan inklusi intraselular terlihat di dalam jaringan limfoid di seluruh tubuh (kelenjar getah bening ,tonsil dan apendiks). Kejadian yan digambarkan tersebut terjadi pada masa inkubasi, yang khasnya berlangsung selama 8-12 hari tetapi dapat berlangsung hingga 3 minggu pada orang dewasa. Fase prodromalselama fase predromal (2-4 hari) dan 2-5 hari pertama ruam, virus terdapat di dalam air mata, sekret nasal dan tenggorok, urine serta darah. Ruam makulopapular yang khas muncul sekitar 14 hari ketika antibodi yang bersikulasi terdeteksi, viremia menghilang, dan demam mereda. Ruam terjadi akibat interaksi sel imun T dengan sel yang terinfeksi virus di dalam pembuluh darah kecil dan berlangsung sekitar 1 minggu. Pada pasien dengan gangguan imunitas selular tidak terjadi ruam. Muncul bercak koplik yang khas pada campak, yaitu bercak putih pada mukosa pipi. Fase akhirPada fase akhir suhu biasanya akan menurun dan gejala penyakit mereda. Ruam kulit akan mengalami hiperpigmentasi (berubah warna menjadi lebih gelap) dan mungkin mengelupas. Dalam waktu 12 hari setelah infeksi campak mencapai punvak titer sekitar 21 hari. IgM akan terbentuk dan cepat menghilang, sehingga akhirnya digantikan oleh IgG.

LO 1.5 Manifestasi KlinisSekitar 10 hari setelah infeksi, demam yang biasanya tinggi akan muncul, diikuti dengan koriza, batuk, dan peradangan pada mata. Gejala penyakit campak dikategorikan dalam tiga stadium.1. Stadium masa inkubasi, berlangsung 10-12 hari.2. Stadium masa prodromal, yaitu munculnya gejala demam ringan hingga sedang, batuk yang makin berat, koriza, peradangan mata, dan munculnya enantema atau bercvak koplik yang khas pada campak, yaitu bercak putih pada mukosa pipi.3. Stadium akhir, ditandai oleh demam tinggi dan timbulnya ruam-ruam kulit kemerahan yang dimulai dari belakang telinga dan kemudian menyebar ke leher, muka, tubuh, dan anggota gerak.

Dua hari kemudian suhu biasanya akan menurun dan gejala penyakit mereda. Ruam kulit akan mengalami hiperpigementasi (berubah warna menjadi gelap) dan mungkin mengelupas. Penderita akan tampak sehat apabila tidak disertai oleh komplikasi.LO 1.6 Diagnosis dan Diagnosa BandingDiagnosis :Untuk menegakkan diagnosis penyakit campak terutama pada penderita dengan gejala klinis yang klasik adalah sangat mudah. Dengan menemukan gejala klinis yang khas kita sudah dapat menegakkan diagnosis. Tetapi sebagian besar penderita campak menunjukkan gejala subklinis tanpa gejala yang khas, sehingga menegakkan diagnosis penderita hanya berdasarkan gejala klinis sangat sulit.Gejala klinis yang khas dari penyakit campak klasik adalah demam, ruam makulopapuler pada kulit, coryza, batuk, konjungtivis, dan adanya enantem di mukosa pipi yang merupakan tanda patognomik campak (bercak kopliik). Umumnya dengan menemukan gejala-gejala ini sudah cukup untuk menegakkan diagnosis, teruatam pada saat terjadinya wabah di masyarakat. Meskipun demikian menetukan diagnosis perlu ditunjang data epidemiologi. Tidak semua kasus manifestasinya sama dan jelas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa diagnosis campak dapat ditegakkan secara klinis, sedangkan pemeriksaan penunjang sekedar membantu.Diagnosis laboratorium mungkin diperlukan pada kasus atipikal atau termodifikasi.a. Deteksi antigenAntigen campak dapat dideteksi langsung pada sel epitel dalam sekret respirasi dan urine. Antibodi terhadap nukleoprotein bermanfaat karena merupakan protein virus yang paling banyak ditemukan pada sel yang terinfeksi.b. Isolasi dan identifikasi virusApusan nasofaring dan konjungtiva, sampel darah, sekret pernapasan, serta urine yang diambil dari pasien selama masa demam merupakan sumber yang sesuai untuk isolasi virus. Namun isolasi virus sulit secara teknik.c. SerologiPemastian infeksi campak secara serologis bergantung pada peningkatan titer antibodi empat kali lipat antara serum fase akut dan fase konvalensi atau terlihatnya antibodi IgM spesifik campak di dalam spesimen serum tunggal yang diambil antara 1 dan 2 minggu setelah awitan ruam. Yang dapat digunakan untuk mengukur antibodi campak : ELISA, uji HI, dan tes Nt, walaupun ELISA merupakan metode yang paling praktis.Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada kompilkasi infeksi bakteri. Pemeriksaan antibodi IgM merupakan cara tercepat untuk memastikan adanya infeksi campak akut. Karena IgM mungkin belum dapat dideteksi pada 2 hari pertama munculnya rash, maka untuk mengambil darah pemeriksaan IgM dilakukan pada hari ketiga untuk menghindari adanya false negative. Titer IgM mulai sulit diukur pada 4 minggu setelah muncul rash. Sedangkan IgG antibodi dapat dideteksi 4 hari setelah rash muncul, terbanyak IgG dapat dideteksi 1 minggu setelah onset sampai 3 minggu setelah onset. IgG masih dapat ditemukan sampai beberapa tahun kemudian. Virus measles diisolasi dari urine, nesofaringeal aspirat, darah yang diberi heparin, dan swab tenggorok selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.Diagnosis Banding : Rubella : ruam makulopapulal yang menyebar cepat dari garis batas rambut ke ekstremitas dalam 24 jam, menghilang sesuai dengan timbulnya ruam. Tidak ada demam prodromal (ringan-sedang), nyeri tekan kelenjar postservikal, artritis sering terjadi pada orang dewasa. Infeksi yang disebabkan parvovirus B19 : eritema di pipi diikuti ruam menyerupai pita difus di badan, tidak ada gejala prodromal (demam ringan), artritis pada orang dewasa. Eksantema subitum : makulopapul pada batang tubuh saat demam menghilang, demam prodromal menonjol selama 3-4 hari sebelum timbul ruam. Infeksi HIV primer : makulopapul tersebar di badan, penyakit menyerupai demam kelenjar, meningitis, ensefalitis. Infeksi enterovirus : makulopapul tersebar di badan, demam, mialgia, nyeri kepala. Dengue : makuloppaul tersebar luas, sering menjadi kofluen, nyeri kepala hebat dan mialgia, mual, muntah. Demam tifoid/paratifoid : 6-10 makulopapul pada dada bagian bawah / abdomen atas pada hari 7-10 demam menetap, splenomegali. Tifus epidemik : makulopapul pada batang tubuh dan wajah serta ekstremitas kecuali telapak tangan dan telapak kaki, mungkin terjadi petekie, 3-5 hari demam, menggigil, toksemia sebelum timbulnya ruam. Tifus endemik : makulopapul pada tubuh kecuali telapak tangan dan kaki. Scrub thypus : makulopapul difus pada batang tubuh yang menyebar ke ekstremitas, demam sebelum ruam. LO 1.7 Tatalaksana (Farmakologi, nonfarmakologi dan terapi demam,dll)Penanganan : Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari :Pemberian cairan yang cukupKalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat kesadaran dan adanya komplikasi. Campak tanpa kompilkasi :AntipiretikAntitusif, antiekspektoranVitamin A< 6 bulan : 50.000 IU diberikan satu kali6-11 bulan : 100.000 IU diberikan satu kali>11 bulan : 200.000 IU diberikan satu kaliDiet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan disesuaikan dengan tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya komplikasi. Campak dengan komplikasi-Enselopati/ensefalitisAntibiotika bila diperlukan, antivirus dan lainnya sesuai dengan penderita ensefalitis.Kortikosteroid, bila diperlukan sesuai dengan penderita ensefalitis,Kebutuhan jumlah cairan disesuaikan dengan kebutuhan serta koreksi terhadap gangguan elektrolit dan gangguan gas darah-bronkopneumoniaAntibiotika sesuai dengan penderita pneumoniaAntibiotik ampisillin 100 mg/kgBB/hari intravena dalam 4 dosis sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat peroralOksigen nasal atau dengan maskerKoreksi gangguan keseimbangan asam-basa, gas darah dan elektrolitPada kasus campak dengan komplikasi bronkopneumonia dan gizi kurang perlu dipantau terhadap adanya infeksi spesifik. Pantau gejala klinis serta lakukan uji tuberkullin setelah 1-3 bulan penyembuhan.-enteritisKoreksi dehidrasi sesuai derajat dehidrasi. Pemberian cairan intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan dehidrasi-otitis mediaDiberikan antibiotik kortimoksazol-sulfametokzasol (TMP 4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis)-pantau keadaan gizi atau gizi kurang atau buruk

PencegahanImunisasi campak yang diberikan pada bayi berusia 9 bulan merupakan pencegahan yang paling efektif. Vaksin campa berasal dari virus hidup yang dilemahkan. Vaksin diberikan dengan cara subkutan dalam atau intramuskular dengan dosis 0,5 cc.Pemberian imunisasi campak satu kali akan meberikan kekebalan selama 14 tahun, sedangkan untuk mengendalikan penyakit diperlukan cakupan imunisasi paling sedikit 80% per wilayah secara merata selama bertahun-tahun.Keberhasilan program imunisasi dapat diukur dari penurunan jumlah kasus campak dari waktu ke waktu. Kegagalan imunisasi dapat disebabkan oleh :1. Terdapatnya kekebalan yang dibawa sejak lahir yang berasal dari antibodi ibu. Antibodi itu akan menetralisasi vaksin yang diberikan. 2. Terjadi kerusakan vaksin akibat penyimpanan, pengangkutan, atau penggunaan di luar pedoman.LO 1.8 Prognosis Baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis buruk bila keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau bila ada komplikasi. LO 1.9 Komplikasi1. Laringitis akutLaringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas, yang bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya. Ditandai dengan distres pernapasan, sesak, sianosis, dan stridor. Ketika demam turun keadaan akan membaik dan gejala akan menghilang.2. PneumoniaDapat disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi bakteri. Ditandai dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas, dan adanya ronki basah halus. Pada saat suhu turun apabila disebabkan oleh virus, gejala pneumonia akan menghilang, kecuali batuk masih dapat berlanjut beberapa hari lagi. Apabila suhu juga tidak turun pada saat yang diharapkan dan gejala saluran nafas masih terus berlangsung, dapat diduga adanya pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan invasi pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus. Gambaran infiltrat pada foto toraks dan adanya lekositosis dapat mempertegas diagnosis. Di negara yang sedang berkembang dimana malnutrisi masih menjadi masalah, penyulit pneumonia bakteria biasa terjadi dan dapat menjadi fatal bila tidak diberikan antibiotik.3. Ensefalitis4. Otitis Media5. Konjungtivis6. Enteritis7. Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE)

1