56
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dewasa ini banyak penyakit yang terjadi pada wanita salah satunya adalah kanker serviks. Penyakit kanker serviks atau kanker pada leher rahim adalah penyakit dengan prevalensi angka kejadian yang cukup besar yang di temukan pada kaum perempuan, pada usia lanjut dapat menyebabkan kematian dalam jangka waktu yang cepat (Suyogo, 2006). Kematian tersebut diakibatkan karena kebanyakan pasien yang berobat berusia 40 50 tahun. Namun ada pula penderita kanker serviks yang usianya 20 30 tahun, hanya saja pasien tersebut sudah di diagnosa menderita kanker serviks karena menikah di usia dini yaitu pada usia 14 tahun yaitu pada usia dimana kondisi serviks masih belum matur (matang). Tingginya angka penderita kanker serviks di sebabkan masih sedikitnya wanita yang mau menjalankan pemeriksaan Pap Smear karena di sebabkan ketidaktahuan fungsi dan manfaat pemeriksaan tersebut, hanya 5% wanita yang mau melakukan pemeriksaan Pap Smear dari wanita yang seharusnya wajib memeriksakan diri (Purbadi, 2005). Pada dasarnya Pap Smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal sehingga angka kematian perempuan akibat kanker serviks pun akan

Ira Skripsi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ira Skripsi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dewasa ini banyak penyakit yang terjadi pada wanita salah satunya

adalah kanker serviks. Penyakit kanker serviks atau kanker pada leher rahim

adalah penyakit dengan prevalensi angka kejadian yang cukup besar yang di

temukan pada kaum perempuan, pada usia lanjut dapat menyebabkan kematian

dalam jangka waktu yang cepat (Suyogo, 2006).

Kematian tersebut diakibatkan karena kebanyakan pasien yang

berobat berusia 40 – 50 tahun. Namun ada pula penderita kanker serviks yang

usianya 20 – 30 tahun, hanya saja pasien tersebut sudah di diagnosa menderita

kanker serviks karena menikah di usia dini yaitu pada usia 14 tahun yaitu pada

usia dimana kondisi serviks masih belum matur (matang). Tingginya angka

penderita kanker serviks di sebabkan masih sedikitnya wanita yang mau

menjalankan pemeriksaan Pap Smear karena di sebabkan ketidaktahuan fungsi

dan manfaat pemeriksaan tersebut, hanya 5% wanita yang mau melakukan

pemeriksaan Pap Smear dari wanita yang seharusnya wajib memeriksakan diri

(Purbadi, 2005).

Pada dasarnya Pap Smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker

serviks secara akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal sehingga

angka kematian perempuan akibat kanker serviks pun akan

Page 2: Ira Skripsi

2

bisa menurun sampai lebih dari 50% (Suyogo,2006). Di beberapa negara maju,

skrining kanker leher rahim dengan tes Pap Smear secara luas terbukti mampu

menurunkan angka kejadian kanker leher rahim sehingga 90% dan menurunkan

angka kematian hingga 70-80%. Keberhasilan ini diraih berkat kemampuan

pemeriksaan skrining Pap Smear yang mengenali adaya lesi prakanker pada

leher rahim. Setiap tahunnya 10.000.000 orang di dunia di diagnosis mengidap

kanker. Di perkirakan angka ini akan meningkat menjadi 15 juta orang di tahun

2020 (Depkes RI, 2009).

Sedangkan di Indonesia penyakit kanker serviks merupakan penyakit

jenis kanker yang sering terjadi pada perempuan selain kanker payudara. Data

menunjukkan saat ini 53,33% dari 15 ribu pasien baru kanker serviks di

Indonesia mengalami kematian. Sehingga di perkirakan setiap jam ada 1 orang

perempuan Indonesia yang meninggal karena kanker serviks (Depkes RI,2009).

Menurut Yatim (2005) menyatakan Insidensi kanker serviks, perkiraan

Departemen Kesehatan 1% penduduk/tahun, sedangkan dari data laboratorium

patologi anatomi seluruh Indonesia maupun di Rumah sakit Umum Nasional

Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) diketahui bahwa persentase penderita

kanker serviks yang datang pada stadium awal (IA-IIA) hanya 28,6%

selebihnya datang pada stadium lanjut yaitu pada stadium IIB-IVB 66,4% dan

stadium IIIB 37,3%.

Lain halnya yang terjadi di Nanggroe Aceh Darusalam, jumlah

penderita kanker serviks pada tahun 2009 tercatat 475 kasus, tahun 2010

Page 3: Ira Skripsi

3

sebanyak 548 kasus dan tahun 2011 sebanyak 861 kasus. Dari data ini

menunjukkan ada peningkatan kasus dari tahun ke tahun (Irmayanti, 2011).

Data yang diperoleh dari Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 dari bulan Januari sampai bulan Maret

terdapat 284 ibu yang berkunjung ke Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh sebesar 59 (21%) ibu yang melakukan

pemeriksaan Pap Smear. Rendahnya minat ibu untuk melakukan pemeriksaan

Pap Smear, 20 ibu (34%) dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu tentang

keuntungan melakukan pemeriksaan Pap Smear, 17 (29%) pendidikan ibu

menengah ke bawah, dan 22 ibu (37%) dikarenakan umur ibu yang masih

muda (RSUZA, 2013)

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. Zainoel Abidin Di Poli Kebidanan pada bula Mei Tahun 2013.

Terdapat 10 orang ibu yang telah melakukan pemeriksaan Pap Smear, 6 (60%)

diantaranya tidak melakukan kunjungan ulang setelah pemeriksaan Pap Smear

dikarenakan kurangnya pengetahuan, salah satu faktor kurangnya pengetahuan

tersebut adalah pendidikan ibu tamatan SMP. Selain kurangnya pengetahuan

dan rendahnya pendidikan, faktor lain yang mempengaruhi ibu dikarenakan

kurangnya informasi yang di dapat ibu baik dari media cetak maupun media

elektronik. 4 (40%) ibu lainnya melakukan kunjungan ulang setelah

pemeriksaan pap smear dikarenakan pengetahuan ibu-ibu tersebut sudah baik,

di mana pendidikan ibu tersebut tamatan SMA dan ibu banyak mendapatkan

informasi baik dari tenaga kesehatan maupun dari media lain.

Page 4: Ira Skripsi

4

Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai Hubungan Karakteristik Sikap Ibu Usia Reproduktif

Terhadap Pemeriksaan Papanicolau Smear (Pap Smear) Di Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di rumuskan

masalah penelitian yaitu “Apakah ada hubungan karakteristik ibu usia

reproduktif tentang pemeriksaan papanicolau smear (Pap Smear) di

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun

2013?”

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan karakteristik ibu usia reproduktif terhadap

pemeriksaan papanicolau smear (Pap Smear) di Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemeriksaan papanicolau

smear (Pap Smear) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh Tahun 2013

b. Mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan pemeriksaan papanicolau

smear (pap smear) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh Tahun 2013

Page 5: Ira Skripsi

5

c. Mengetahui hubungan umur ibu dengan pemeriksaan papanicolau smear

(Pap Smear) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda

Aceh Tahun 2013

d. Mengetahui hubungan sumber informasi ibu dengan pemeriksaan

papanicolau smear (Pap Smear) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan tentang

hubungan sumber informasi ibu dengan pemeriksaan papanicolau smear

(Pap Smear) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Tahun 2013

2. Bagi Tempat Penelitian

Dapat menambah informasi, pengetahuan dan pemahaman tentang

hubungan sumber informasi ibu dengan pemeriksaan papanicolau smear

(Pap Smear) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

3. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menambah literatur atau bacaan sebagai bahan kajian dalam

meningkatkan pengetahuan mahasiswi tentang hubungan sumber informasi

ibu dengan pemeriksaan papanicolau smear (Pap Smear) di Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Page 6: Ira Skripsi

6

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini sebelumnya pernah di teliti oleh Amalia Riswandari

dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan Pap Smear pada

tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Mangunredjo tahun 2009. Populasi

yang digunakan yaitu tenaga kesehatan yang telah melakukan pemeriksaan Pap

Smear, sampel yang digunakan sebanyak 69 responden. Sampel yang

digunakan menggunakan teknik accidental sampling. Perbedaan antara

penelitian Amalia dengan penelitian ini adalah jumlah sampel yang digunakan,

tempat dan waktu penelitian dan variabel yang diteliti.

Page 7: Ira Skripsi

7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Pap Smear

Pap Smear atau test Pap adalah prosedur medis sederhana untuk

membedakan sel normal dari leher rahim, rahin dan vagina. Pap Smear adalah

pengamatan sel-sel yang di eksfoliasi dari genetelia wanita. Uji Pap telah

terbukti dapat menurunkan kejadian karsinoma serviks yang ditemukan

stadium prakanker, ceoplasia, intraepitel seriks. Kanker leher rahim adalah

tumor ganas yang tumbuh di daerah leher rahim (serviks) suatu daerah pada

organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke dalam arah rahim

yang terletak antara rahim (uterus) dan (vagina) liang senggama (Bustan,

2005).

Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh

dalam leher rahim/ serviks (bagian yang terendah dari rahim yang menempel

pada puncak vagina) (Medicastore, 2010).

Tes ini hanya memerlukan waktu beberapa menit saja. Dalam keadaan

berbaring terlenteng sebuah alat yang dinamakan spekulum akan dimasukan ke

dalam liangsenggama. Alat ini berfungsi untuk membuka dan menahan dinding

vagina supaya dapat terbuka, sehingga memungkinkan pandangan yang bebas

dan leher rahim terlihat dengan jelas. Sel-sel leher rahim kemudian diambil

dengan

Page 8: Ira Skripsi

8

cara mengusap leher rahim dengan sebuah alat yang dinamakan spatula, suatu

alat yang menyerupai tangkai es krim, dan usapan tersebut dioleskan pada

obyek-glass dan kemudian dikirim ke laboratorium Patologi untuk pemeriksaan

lebih teliti (Medicastore, 2010).

Prosedur pemeriksaan Pap Smear tes mengkin sangat tidak

menyenangkan tetapi tidak akan menimbulkan rasa sakit. Mungkin masyarakat

memilih dokter wanita untuk prosedur ini, tetapi pada umunya para dokter

umum dan klinik keluarga berencana, termasuk bidan dapat dimintai bantuan

untuk pemeriksan Pap Smear tes (Medicastore, 2010).

1. Manfaat

a. Mendiagnosis pemeriksaan Pap Smear

Peradangan pada vagina dan serviks dapat di diagnosis dengan

pemeriksaan sitologi apusan Pap Smear baik peradangan akut maupun

kronis

b. Mendignosa kelainan pra kanker (dysplasia) serviks dan kanker serviks

dini atau lanjut (karsinoma insitu/infasit).

Dengan kemajuan penelitian dibidang sitologi apusan pap,

sitologi ginekologik yang semula dinyatakan hanya sebagai alat

screening deteksi kanker mulut rahim, kini telah diakui sebagai alat

diagnostik prakanker dan kanker serviks yang ampun dengan ketepatan

diagnostik yang tinggi

Page 9: Ira Skripsi

9

c. Memantau hasil terapi

Memantau hasil terapi radiasi pada kasus kanker serviks yang

telah diobati dengan radiasi, memantau hasil terapi lesi pra kanker

serviks yang telah diobati dengan elektrikauter dan konisasi (Benson,

2009).

2. Subjek yang memerlukan Pap Smear

Menurut Lia (2010) dan beberapa sumber lainnya, yang perlu

memeriksakan diri dengan pap smear diantaranya adalah :

a. Wanita yang menikah dalam usia kurang dari 20 tahun

b. Wanita yang berusia 30 tahun atau lebih

c. Wanita yang telah melahirkan lebih dari 3 kali

d. Peserta KB yang sudah lebih dari 5 tahun (terutama dengan kontrasepsi

hormonal IUD)

e. Wanita yang mengalami perdarahan setiap kali senggama

f. Wanita dengan keputihan kronis

g. Wanita yang sudah menopause dan mengeluarkan darah pervaginam

h. Wanita yang sering berganti-ganti pasangan seks

3. Interval Pemeriksaan Pap Smear

Ada beberapa versi tentang interval pemeriksaan ini (Ahmadi, 2011)

a. Menurut Di British Colombia (Canada) melakukan tes setiap tahun pada

wanita yang termasuk resiko tinggi yaitu yang melakukan hubungan

seksual sebelum usia 20 tahun, mempunyai mitra seks lebih dari 2

sepanjang hidupnya.

Page 10: Ira Skripsi

10

b. American Cancer society menyarankan hal yang sama, tetapi untuk

kelompok yang tidak mempunyai resiko tinggi cukup 3 tahun sekali.

c. Menurut WHO (2007), umur juga merupakan pertimbangan dalam

menentukan saat skrining dimulai di Negara-negara maju dan

berkembang insiden kanker invasive meningkat sampai umur 35 tahun

dan menetap sampai 60 tahun dan sesudah itu menurun. Atas dasar hal

tersebut diatas dengan pertimbangan Cost Effective maka disarankan

sebagai berikut :

1) Skrining pada setiap wanita sekali pada wanita berumur 35 sampai 45

tahun

2) Kalau fasilitas tersedia lakukan setiap 10 tahun pada wanita berumur

35 sampai 55 tahun

3) Kalau fasilitas tersedia lebih maka dilakukan setiap 5 tahun sekali

pada wanita berumur 35 sampai 55 tahun

4) Ideal atau jadwal yang optimal setiap 3 tahun pada wanita berumur 25

sampai 60 tahun

Departemen kesehatan menganjurkan bahwa semua wanita yang

berusia 20-60 tahun harus melakukan Pap Smear paling tidak setiap 5 tahun.

Sedangkan menurut Evennest (2004) menyebutkan bahwa The British

Medical Association Family Health Encyclopedi menganjurkan bahwa

seorang wanita harus melakukan Pap Smear dalam 6 bulan setelah pertama

kali berhubungan seksual, dengan test pap smear kedua 6-12 bulan setelah

Pap Smear pertama karena suatu perubahan kecil dapat menghilangkan

Page 11: Ira Skripsi

11

suatu abnormalisasi dalam Pap Smear dan hasil yang diberikan adalah

normal pada selang waktu (interval) 3 tahun selama masa hidupnya.

Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan pemeriksaan Pap

Smear adalah sebagai berikut :

B. Konsep Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002), Pengetahuan (knowledge)

adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indra manusia yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).

Suatu perbuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

daripada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan, dan orang yang

mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan terjadi proses

sebagai berikut :

a. Kesadaran (Awareness) di mana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap obyek (stimulus).

Page 12: Ira Skripsi

12

b. Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus atau obyek tertentu. Di sini

sikap subyek sudah mulai timbul.

c. Menimbang-nimbang (evaluation) terhadap baik dan tidaknya terhadap

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah tidak

baik lagi.

d. Trial, di mana subyek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh stimulus.

e. Adopsi (adoption), dimana subyek telah berprilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo,

2007).

1. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Azwar (2005), pengetahuan yang dicakup di dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di

pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab

itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Apabila ibu usia reproduktif tahu pentingnya pemeriksaan pap smear,

maka ia akan memeriksakan pap smear dengan sendirinya tanpa perlu

ada paksaan dari siapapun.

Page 13: Ira Skripsi

13

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Apabila ibu usia

reproduktif memahami pentingnya pemeriksaan pap smear, maka ia akan

memeriksakan pap smear dengan sendirinya tanpa perlu ada paksaan dari

siapapun.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya).

Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus, metode, adanya prinsip terhadap obyek yang dipelajari.

Berdasarkan hasil tahu dan memahami maka ibu usia reproduktif tersebut

akan mengaplikasikan hasil tahunya, dengan kata lain ibu tersebut akan

melakukan pemeriksaan pap smear sebagaimana yang ia ketahui.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu

struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.

Setelah diketahui, dipahami dan diaplikasikan maka akan timbul analisis

pengetahuan mengenai pemeriksaan pap smear.

Page 14: Ira Skripsi

14

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dalam kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Tahap

sintesis merupakan tahap kedua terakhir dari proses pengetahuan, setelah

disintesis maka pengetahuan haruslah di evaluasi.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan suatu

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Evaluasi

adalah tahap terakhir dari proses pengetahuan. Setelah proses panjang

dari mulai tahap mengetahui, memahami, mengaplikasikan,

menganalisis, dan mensintesis maka timbullah evaluasi sebagai hasil

akhir pengetahuan.

Penentuan kategori penelitian menurut Arikunto (2004) sebagai

berikut :

1) 76-100%, jika pertanyaan yang benar dijawab oleh responden adalah

kategori baik.

2) 61-75%, pertanyaan yang dijawab benar oleh responden adalah

Kategori Cukup.

3) < 60%, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden adalah

kategori kurang.

Page 15: Ira Skripsi

15

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Masbied (2008), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya meliputi :

a. Umur

Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada

pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-

umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan menerima atau

mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

b. Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan

berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru.

Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari

proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal

untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga

ia mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula

terhadap tingkat pengetahuan.

c. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mem- pengaruhi

pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi

seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan

juga hal-hal buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam

Page 16: Ira Skripsi

16

lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan

berpengaruh pada cara berfikir seseorang.

d. Sosial Budaya

Sosial mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.

Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam berhubungan dengan

orang lain. Karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses

belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.

e. Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan adalah suatu kegiatan

atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan

kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri

sendiri. Menurut Harry (2006), menyebutkan bahwa tingkatan

pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap

dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya

semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya.

f. Informasi

Menurut Harry (2006), informasi akan memberikan pengaruh

pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan

yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai

media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat

meningkatkan pengetahuan seseorang.

Page 17: Ira Skripsi

17

g. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru terbaik. Pepatah tersebut dapat di

artikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau

pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

Oleh karena itu pengalaman pribadi pun dapat di gunakan sebagai upaya

untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini di lakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu (Notoatmodjo, 2007).

C. Pendidikan

1. Pendidikan

Pendidikan adalah proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan

perilaku manusia melalui pengajaran, sehingga dalam pendidikan perlu di

pertimbangkan umur (proses perkembangan) dan hubungannya dengan

proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan

teknologi yang baru (Arikunto, 2004).

Hurlock (2004), bahwa tingkat pendidikan seseorang akan

menentukan pola pikir dan wawasan, selain itu tingkat pendidikan juga

merupakan bagian dari pengalaman kerja. Semakin tinggi pendidikan

seseorang maka diharapkan stok modal manusianya (pengetahuan dan

keterampilan) akan semakin meningkat. Pendidikan memiliki peranan

penting dalam menentukan kualitas manusia. Lewat pendidikan, manusia

Page 18: Ira Skripsi

18

dianggap akan memperoleh pengetahuan dan semakin tinggi pendidikan

akan semakin berkualitas.

Notoatmodjo (2007), lewat pendidikan manusia akan dianggap

memperoleh pengetahuan dan dengan pengetahuannya manusia di harapkan

dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik. Semakin tinggi

pendidikan hidup manusia akan semakin berkualitas. Jika wanita

berpendidikan, mereka akan membuat keputusan yang benar dalam

memperhatikan kesehatannya.

Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan in

formal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Jenjang pendidikan

formal terdiri atas jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi. Sebagai persiapan untuk memasuki pendidikan dasar di

selenggarakan kelompok belajar yang disebut pendidikan pra sekolah.

Pendidikan pra sekolah belum termasuk jenjang pendidikan formal, tetapi

baru merupakan kelompok sepermainan yang menjembatani anak antara

kehidupannya dalam keluarga dengan sekolah (Masbied, 2011).

Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan bekal dasar

yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat berupa pengembangan

sikap, pengetahuan, dan keterampilan menengah. Oleh karena itu

pendidikan dasar menyediakan kesempatan bagi seluruh warga negara untuk

memperoleh pendidikan yang bersifat dasar yang berbentuk Sekolah Dasar

(SD) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama

(SMP) atau bentuk lain yang sederajat. UU RI No. 20 Tahun 2003

Page 19: Ira Skripsi

19

menyatakan dasar dan wajib belajar pada Pasal 6 Ayat 1 bahwa, “Setiap

warga negara yang berusia 7 sampai dengan 15 tahun wajib mengikuti

pendidikan dasar (Masbied, 2011).

Pendidikan menengah yang lamanya tiga tahun sesudah pendidikan

dasar, di selenggarakan di SMA (Sekolah Menengah Atas) atau satuan

pendidikan yang sederajat. Pendidikan menengah dalam hubungan ke

bawah berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar, dalam

hubungan ke atas mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan

tinggi ataupun memasuki lapangan kerja (Masbied, 2011).

Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum,

pendidikan menengah kejuruan, dan pendidikan menengah luar biasa,

pendidikan menengah kedinasan dan pendidikan menengah keagamaan (UU

No. 20 Tahun 2003 Bab VI Pasal 18 Ayat 1-3) (Masbied, 2011).

Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah,

yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik untuk menjadi

anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau

profesional yang yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau

menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian (Masbied,

2011).

Pendidikan tinggi juga berfungsi sebagai jembatan antara

pengembangan bangsa dan kebudayaan nasional dengan perkembangan

internasional. Untuk itu dengan tujuan kepentingan nasional, pendidikan

tinggi secara terbuka dan selektif mengikuti perkembangan kebudayaan

Page 20: Ira Skripsi

20

yang terjadi di luar Indonesia untuk di ambil manfaatnya bagi

pengembangan bangsa dan kebudayaan nasional. Untuk dapat mencapai dan

kebebasan akademik, melaksanakan misinya, pada lembaga pendidikan

tinggi berlaku kebebasan mimbar akademik serta otonomi keilmuan dan

otonomi dalam pengolaan lembaganya (Masbied, 2011).

Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi di

sebut perguruan tinggi yang dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah

tinggi, institut, dan universitas. Akademi merupakan perguruan tinggi yang

menyelenggaran pendidikan terapan dalam suatu cabang atau sebagian

cabang ilmu pengetahuan teknologi dan kesenian tertentu. Politeknik

merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan terapan

dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus. Sekolah tinggi ialah perguruan

tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional

dalam satu disiplin ilmu atau bidang tertentu. Institut ialah perguruan tinggi

terdiri atas sejumlah fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik

dan/atau profesional dalam sekelompok disiplin ilmu yang sejenis.

Universitas ialah perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas yang

menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalan

sejumlah disiplin ilmu tertentu (Masbied, 2011).

Pendidikan yang bersifat akademik dan pendidikan profesional

memusatkan perhatian terutama pada usaha penerusan, pelestarian, dan

pengembangan peradaban, ilmu, dan teknologi, sedangkan pendidikan yang

bersifat profesional memusatkan perhatian pada usaha peradaban serta

Page 21: Ira Skripsi

21

penerapan ilmu dan teknologi. Dalam rangka pengembangan diri, bangsa,

dan Negara (Masbied, 2011).

Output pendidikan tinggi diharapkan dapat mengisi kebutuhan

yang beraneka ragam dalam masyarakat. Dari segi peserta didik kenyataan

menunjukkan bahwa minat dan bakat mereka beraneka ragam. Berdasarkan

faktor-faktor tersebut, maka perguruan tinggi di susun dalam multistrata.

Suatu perguruan tinggi dapat menyelenggarakan gerakan satu strata atau

lebih. Strata dimaksud terdiri dari S0 (non strata) atau program diploma,

lama belajarnya 2 tahun (D2) atau tiga tahun (D3), juga program non gelar.

S1 (program strata satu), lama belajarnya empat tahun, dengan gelar sarjana,

S2 (Program strata dua) atau program pasca sarjana, lama belajarnya dua

tahun sesudah S1, dengan gelar magister, S3 (program strata tiga atau

program doctor), lama belajarnya tiga tahun sesudah S2, dengan gelar

doktor (Masbied, 2011).

Pendidikan berhubungan dengan pengetahuan dan pemahaman

seseorang termasuk pemahaman tentang kesehatan. Menurut Notoatmodjo

(2007) pendidikan dapat meningkatkan pemahaman seseorang dalam hal ini

adalah pemahaman tentang kanker serviks dan pemeriksaan Pap Smear. Ibu

yang mempunyai pendidikan tinggi cenderung mampu memahami dengan

baik tentang pemeriksaan Pap Smear dan dapat dengan cepat menangkap

informasi tentang kanker serviks dan pemeriksaan Pap Smear begitu juga

sebaliknya.

Page 22: Ira Skripsi

22

D. Umur

Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau sejak

diadakan). Umur adalah lamanya hidup sejak dilahirkan hingga saat ini. Umur

merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan baru. Pada masa

ini merupakan usia reproduktif, masa bermasalah, masa ketegangan emosi,

masa keterasingan sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa

perubahan nilai, masa penyesuaian dengan cara hidup baru, masa kreatif. Pada

masa dewasa ditandai oleh perubahan jasmani dan mental. Kemahiran dan

keterampilan dan professional yang dapat menerapkan dan mengambangkan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian (Hurlock, 2004).

Para ahli juga menyatakan ada rekomendasi baru untuk Pap Smear,

yang dibedakan menurut kelompok usia dan riwayat kesehatan. Di antaranya:

1. Perempuan antara usia 21-65 tahun dapat memperpanjang skrining kanker

serviks-nya setiap 5 tahun jika menjalani tes human papilloma virus (HPV)

pada saat yang sama seperti pap smear. Infeksi HPV adalah salah satu

penyebab utama kanker serviks.

2. Perempuan yang usianya melebihi 65 tahun dan pernah melakukan skrining

sebelumnya dan dinyatakan tidak berisiko tinggi dan tidak perlu lagi

melakukan Pap Smear.

3. Perempuan di bawah usia 30 tahun tidak boleh menjalani tes HPV. Karena

infeksi sangat lazim pada perempuan usia muda tapi bisa sembuh tanpa

harus diobati.

Page 23: Ira Skripsi

23

4. Perempuan yang telah menjalani histerektomi dengan pengangkatan leher

rahim dan yang tidak memiliki riwayat kantker serviks atau prakanker tidak

perlu diskrining, karena risiko yang terkait dengan skrining lebih besar

daripada manfaatnya (Kompas, 2013).

Jika dihubungkan umur dengan pengetahuan ibu usia reproduktif

tentang pentingnya pemeriksaan pap smear, maka semakin bertambahnya umur

semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh ibu usia reproduktif dan

semakin memahami kegunaan pemeriksaan pap smear untuk kesehatan dalam

upaya pencegahan dini atas terjadinya kanker serviks (Lia, 2010).

E. Informasi

1. Definisi Informasi dan Sumber Informasi

a. Informasi adalah Suatu sistem tanpa informasi akan tidak berguna,

karena suatu sistem yang kurang mendapatkan informasi akan

mengalami kemacetan dan akhirnya berhenti. Dengan demikian

informasi sangat penting bagi suatu sistem. Informasi sendiri berasal dari

data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti

bagi yang menerimanya. Informasi sebagai data yang telah diproses

sehingga mempunyai arti dan dapat meningkatkan pengetahuan

seseorang yang menggunakan data tersebut (Nurcahyo, 2009).

Data berupa catatan historis yang dicatat dan diarsipkan tanpa

maksud dan segera diambil kembali untuk pengambilan keputusan. Data

yang telah diletakkan dalam konteks yang lebih berarti dan berguna yang

Page 24: Ira Skripsi

24

dikomunikasikan kepada penerima untuk digunakan di dalam pembuatan

keputusan disebut informasi (Nurcahyo, 2009).

Menurut Davis dalam Abdul Kadir (2003) Informasi adalah data

yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya

dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau saat

mendatang. Informasi merupakan kumpulan data yang di olah menjadi

bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima.

Informasi adalah data yang di olah menjadi bentuk yang lebih berguna

dan lebih berarti bagi yang menerimanya.

b. Sumber Informasi

Jadi sumber informasi adalah data yang merupakan kenyataan

yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata.

Kejadian-kejadian (event) adalah sesuatu yang terjadi pada saat terentu,

kesatuan nyata (fact and entity) berupa objek nyata seperti tempat, benda,

dan orang yang betul-betul ada dan terjadi (Nurcahyo, 2009).

2. Tenaga Kesehatan

Kesehatan merupakan hak dan kebutuhan dasar manusia. Dengan

demikian Pemerintah mempunyai kewajiban untuk mengadakan dan

mengatur upaya pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau rakyatnya.

Masyarakat, dari semua lapisan, memiliki hak dan kesempatan yang sama

untuk mendapat pelayanan kesehatan (Hilman, 2001).

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri

dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan

Page 25: Ira Skripsi

25

melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu

memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Hilman,

2001).

Tenaga kesehatan berperan sebagai perencana, penggerak dan

sekaligus pelaksana pembangunan kesehatan sehingga tanpa tersedianya

tenaga dalam jumlah dan jenis yang sesuai, maka pembangunan kesehatan

tidak akan dapat berjalan secara optimal (Hilman, 2001).

3. Media Cetak

Buku pelajaran sering disebut buku teks adalah suatu penyajian

dalam bentuk bahan cetakan secara logis dan sistematis tentang suatu

cabang ilmu pengetahuan atau bidang studi tertentu (Ibrahim, 2007)

Surat kabar dan majalah adalah media komunikasi massa dalam

bentuk cetak dan tidak perlu diragukan lagi peranan dan pengaruhnya

terhadap masyarakat pembaca pada umumnya. Fungsi surat kabar dan

majalah adalah: mengandung bahan bacaan yang hangat dan aktual, memuat

tentang data terakhir yang menarik perhatian, memperkaya pembendaharaan

pengetahuan, meningkatkan membaca kritis dan keterampilan berdiskusi

(Ibrahim, 2007).

4. Media Elektronik

Menurut Ibrahim (2007), bentuk-bentuk media komunikasi

elektronik antara lain:

Page 26: Ira Skripsi

26

a. Radio

Radio merupakan media massa elektronik yang bersifat audio

(didengar). Di salah satu siaran radio di Banda Aceh ada yang

menginformasikan tentang kanker serviks dan pemeriksaan Pap Smear.

b. Televisi

Media ini merupakan bentuk komunikasi massa yang paling

populer. Televisi memiliki kelebihan dari media massa lainnya, yaitu

bersifat audio visual (didengar dan dilihat), sehingga pengaruh yang

disebarkan makin besar pula serta lebih efektif.

Media televisi adalah media yang terbanyak memberikan info

untuk ibu-ibu yang sering menghabiskan waktunya di depan Televisi,

akan tetapi informasi tentang kanker serviks dan pemeriksaan Pap Smear

jarang di liput di Televisi.

c. Internet

Internet merupakan media baru di mana khalayak dapat memilih

sesuka hati informasi yang mereka sukai. Internet merupakan media

massa, meskipun bersifat interaktif.

Bagi ibu-ibu yang sibuk bekerja bisa juga mendapatkan

informasi tentang kanker serviks dan pemeriksaan Pap Smear dari

internet dikarenakan wanita pada zaman modern saat ini sudah banyak

wanita karir maka informasi yang didapat bisa juga dari berbagai sumber

salah satunya dari internet.

Page 27: Ira Skripsi

27

F. Kerangka Konsep

Karakteristik adalah ciri-ciri khusus yang mempunyai sifat yang khas

sesuai dengan perwatakan yang dimiliki. Banyak faktor yang dapat

menyebabkan masyarakat kita belum mengadopsi ini sebagian sebuah perilaku

kesehatan. Bisa karena pengetahuan yang kurang tentang hal tersebut dan

dampaknya, budaya.akses kesehatan yang sulit, sosial ekonomi yang rendah

ataupun faktor lainnya (Notoatmodjo, 2003)

Katakteristik dan perilaku masyarakat meliputi umur, pendidikan,

pekerjaan, sosial ekonomi, pengetahuan, sikap dan tindakan (Bustam, 2004).

Oleh karena keterbatasan waktu dan tenaga, maka peneliti hanya meneliti 3

Variabel saja, yaitu :

Variabel Independen Varibel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Pengetahuan

Pendidikan

Sumber

Informasi

Pemeriksaan Pap

Smear pada ibu usia

reproduktif

Umur

Page 28: Ira Skripsi

28

G. Hipotesa

Dari kerangka konsep di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah :

a. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemeriksaan

papanicolau smear (Pap Smear) di Rumah Sakit Umum Daerah

Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013.

b. Ha : Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pemeriksaan

papanicolau smear (Pap Smear) di Rumah Sakit Umum Daerah

Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013.

c. Ha : Ada hubungan antara Umur ibu dengan pemeriksaan

papanicolau smear (Pap Smear) di Rumah Sakit Umum Daerah

Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013.

d. Ha : Ada hubungan antara sumber informasi ibu dengan

pemeriksaan papanicolau smear (Pap Smear) di Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013.

Page 29: Ira Skripsi

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat Analitik

dengan pendekatan Cross Sectional yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan pkarakteristik ibu usia reproduktif dengan pemeriksaan papanicolau

smear (Pap Smear) di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di

teliti. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pasangan usia

subur yang berkunjung ke poli kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh periode bulan Januari – Mei Tahun 2013

sebanyak 59 orang.

2. Sampel

Menurut Notoatmodjo (2010), Sampel adalah sebagian yang

diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi.

Sampel yang digunakan adalah total sampling dan teknik pengambilan

sampel yang dilakukan adalah accidental sampling yaitu ibu usia reproduktif

Page 30: Ira Skripsi

30

yang sedang berkunjung ke Poli Kebidanan pada bulan Juli 2013 sebanyak 59

responden.

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :

1. Semua pasangan usia subur yang berkunjung ke poli Kebidanan Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

2. Bersedia menjadi responden

3. Pasangan usia subur yang telah aktif melakukan hubungan seksual

4. Pasangan usia subur yang dapat membaca dan menulis.

C. Tempat dan Waktu

1. Tempat

Penelitian ini telah dilakukan di Poli Kebidanan Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. Zaineol Abidin Banda Aceh

2. Waktu

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 28 - 30 Oktober 2013.

D. Pengumpulan Data dan Analisa Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara memberikan kuisioner kepada

responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan dan Instansi terkait

lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

Page 31: Ira Skripsi

31

E. Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional No

Variabel Definisi

Operasional

Cara ukur Alat

Ukur

Hasil

Ukur

Skala

Ukur

1 2 3 4 5 6

Variabel Dependen

1. Pemeriksaan

papanicolau

smear (Pap

Smear)

Pemeriksaan

yang di

lakukan untuk

mendeteksi

adanya kanker

serviks.

Membagikan

kuisioner

yang terdiri

dari 1

pertanyaan

Kuisioner Ikut, jika

jawaban

pernah

Tidak

Ikut, jika

jawaban

tidak

pernah

Ordinal

Variabel Independen

1. Pengetahuan Sesuatu yang

diketahui ibu

tentang pap

smear

Membagikan

kuisioner

yang terdiri

dari 10

pertanyaan

Baik jika ≥ 76

– 100%

pertanyaan

yang dijawab

benar oleh

responden,

Cukup jika 61

– 75%

pertanyaan

yang dijawab

benar oleh

responden,

Kurang jika <

60%

pertanyaan

yang dijawab

benar oleh

responden

Kuisioner Baik

Cukup

Kurang

Ordinal

Page 32: Ira Skripsi

32

2. Pendidikan Jenjang

pendidikan

terakhir yang

di tempuh

oleh ibu

ditandai

dengan ijazah

terakhir

Membagikan

kuisioner

yang terdiri

dari 1

pertanyaan

Tinggi jika

pendidikan

terakhir ibu

D3, D4, S1,

S2 dst

Menengah

jika

pendidikan

terakhir ibu

SMA

Dasar jika

pendidikan

terakhir ibu

SD dan SMP

Kuisioner Tinggi

Menengah

Dasar

Ordinal

3. Umur Usia ibu saat

melakukan

pemeriksaan

Pap Smear

Membagikan

kuisioner

yang terdiri

dari 1

pertanyaan

dengan

kriteria

< 30 tahun

jika umur ibu

kurang dari 30

tahun

> 30 tahun

jika umur ibu

lebih 30 tahun

Kuisioner < 30

tahun

> 30

tahun

Ordinal

4. Sumber

Informasi

Sumber

informasi

yang ibu

dapatkan

mengenai Pap

Smear

Membagikan

kuisioner

yang terdiri

dari 3

pertanyaan

Sering jika

jawaban

benar x ≥ 2,6

Tidak sering

jika jika

jawaban benar

x < 2,6

Kuisioner Sering

Tidak

sering

Ordinal

Page 33: Ira Skripsi

33

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

berisikan 15 pertanyaan yang sudah di susun secara terstruktur mulai dari

variabel pemeriksaan Pap Smear terdiri dari 1 pertanyaan, variabel

pengetahuan yang terdiri dari 10 pertanyaan, variabel pendidikan terdiri dari 1

pertanyaan dan sumber informasi terdiri dari 3 pertanyaan dengan jawaban

pilihan terpimpin. Nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban yang

salah.

G. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul melalui kuisioner, maka di lakukan

pengolahan data yang melalui berupa tahapan sebagai berikut:

a. Seleksi data (Editing)

Di mana peneliti akan melakukan penelitian terhadap data yang di

peroleh dan di teliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam

penelitian.

b. Pemberian kode (Coding)

Setelah dilakukan editing, selanjutnya peneliti memberikan kode

tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan

analisis data.

Page 34: Ira Skripsi

34

c. Pengelompokkan data (Tabulating)

Tahap ini, jawaban-jawaban responden yang sama

dikelompokkan dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan,

kemudian dituliskan dalam bentuk tabel-tabel (Budiarto, 2002).

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisa hanya menghasilkan distribusi

dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005).

Selanjutnya data dimasukkan dalam tabel data frekuensi (Sudjana,

2005), analisis ini menggunakan rumus sebagai berikut:

%100xn

fiP

Keterangan :

P = Persentase

fi = frekuensi yang diamati

n = jumlah responden yang menjadi sampel (Notoatmodjo, 2010).

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel-variabel

bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terkait.

Analisa data yang digunakan adalah tabel silang. Untuk menguji hipotesa

dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji Khi Kuadrat (Chi-

Square) pada tingkat kemaknaan 95% (p < 0,05) sehingga dapat

diketahui ada tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik

Page 35: Ira Skripsi

35

menggunakan program SPSS for windows very 16.00. Melalui

perhitungan Khi Kuadrat (Chi-square) tes selanjutnya ditarik kesimpulan

bila p lebih kecil dari alpha (p < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima,

yang menunjukkan adanya hubungan bermakna antara variable dependen

dan independen dan jika p lebih besar dari alpha (p > 0.05) maka Ho

diterima dan Ha ditolak yang menunjukkan tidak adanya hubungan

bermakna antara variable dependen dan independen.

Aturan yang berlaku untuk uji Khi Kuadrat (Chi-square), untuk

program komputerisasi seperti SPSS adalah sebagai berikut :

1) Bila pada tabel contingency 2x2 di jumpai nilai e (harapan) kurang

dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test.

2) Bia pada tabel Contingency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan)

kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity

Correction.

3) Bila tabel Contingency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan

lain-lain, maka hasil yang digunakan adalah Pearson Chi-Square.

4) Bila pada tabel Contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi

harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan meger sehingga

menjadi table Contingency 2x (Notoatmodjo, 2010).

Page 36: Ira Skripsi

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh menempati areal

seluas 215.193 m2. Yang terletak di jalan Tgk. Daud Beureueh Kelurahan

Bandar Baru Kecamatan Kuta Alam yang berbatasan dengan :

a. Bagian Utara berbatasan dengan jalan Tgk. Daud Beureueh

b. Bagian Selatan berbatasan dengan Rumah Sakit Jiwa

c. Bagian Timur berbatasan dengan Jurusan Keperawatan Politeknik Aceh

d. Bagian Barat berbatasan dengan jalan Prof. Dr. T. Syarief Thayeb

2. Sejarah Rumah Sakit

RSUD Dr zainoel Abidin beralamat di jalan Tgk Daud Breureueh

No 118 Banda Aceh, memiliki luas area 196.480 m2 dengan luas bangunan

25.760 m2. Rumah sakit ini berdiri pada tanggal 22 Februari 1979 yaitu atas

dasar keputusan Menteri kesehatan no.551/Menkes/SK/2F/1979 yang

menetapkan RSU Dr Zainoel Abidin sebagai Rumah Sakit Kelas C.

Selanjutnya dengan SK gubernur Daerah Istimewa Aceh No.445/173/1979

tanggal 7 mei 1979 Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin ditetapkan

sebagai Rumah Sakit Umum Daerah.

Kemudian dengan adanya fakultas kedokteran Unsyiah, maka

dengan SK Menkes RI No.233/Menkes/SK/IV/1983 tanggal 1 Juni 1983,

Page 37: Ira Skripsi

37

RSUD Dr Zainoel abidin ditingkatkan kelasnya menjadi rumah sakit kelas

B Pendidikan dan rumah sakit rujukan untuk Provinsi Daerah Istimewa

Aceh.

Dalam rangka menjamin peningkatan mutu dan jangkauan

pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat serta optimalisasi fungsi

rumah sakit rujukan dan juga sebagai rumah sakit pendidikan, maka dengan

peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh Nomor 8 tahun 1997

tanggal 17 November 1997 dilakukan penyempurnaan Susunan Organisasi

dan Tatakerja RSUD Dr. Zainoel Abidin. Selanjutnya berdasarkan SK

Menkes RI No.153/Menkes/SK/II/1998 tentang Persetujuan Rumah Sakit

Umum Daerah digunakan sebagai tempat pendidikan calon dokter dan

dokter spesialis, telah dikukuhkan kembali RSUD Dr. Zainoel Abidin

sebagai Rumah Sakit kelas B Pendidikan.

Pada tanggal 27 Agustus 2001 melalui Perda No.41 tahun 2001

RSUD Dr. Zainoel Abidin ditetapkan perubahan dari UPTD (Unit

Pelayanan Teknis Daerah) menjadi LTD (Lembaga Teknis Daerah) dalam

bentuk “Badan Pelayanan Kesehatan (BPK)” yang berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam.

Susunan organisasi dan tatakerja BPK RSU Dr. Zainoel abiding

disempurnakan kembali dengan Qanun No.10 Tahun 2003. Dengan Qanun

ini, dibentuk 2 (dua) wakil direktur, yaitu Wakit Direktur Pelayanan,

Penunjang, dan Pelatihan serta Wakil Direktur Administrasi dan Keuangan.

Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam No. 10 Tahun 2003 juga

Page 38: Ira Skripsi

38

menjelaskan bahwa RSUD Dr. Zainoel Abidin mempunyai tugas dan fungsi

memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna dan terjangkau oleh

seluruh lapisan masyarakat Provinsi NAD, memberikan pelayanan

kesehatan yang prima dan bermutu kepada masyarakat di Provinsi Nanggroe

Aceh Darusalam, memberikan pelayanan rujukan dari Puskesmas, rumah

Sakit Daerah, mendidik tenaga kesehatan yang professional, memberikan

penyuluhan kesehatan masyarakat, memberikan pelayanan pemulihan

kesehatan secara terpadu dan menyeluruh.

Selanjutnya dengan ditetapkan Undang-undang Nomor 32 Tahun

2004. Peraturan Pemerintahan Nomor 41 tahun 2007 dan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 57 tahun 2007 tentang petunjuk Teknis Penataan

organisasi Perangkat Daerah, maka susunan organisasi dan tatakerja RSUD

Dr. Zainoel Abidin disempurnakan lagi dengan Qanun Provinsi NAD

Nomor 5 tahun 2007. Dalam Qanun ini terjadi perubahan nomenlatur dan

jumlah Wakil Direktur, dari 2 menjadi 4 terdiri dari Wakil Direktur

Administrasi dan Umum, Wakil Direktur Pengambangan SDM, Wakil

Direktur Pelayanan dan Wakil Direktur Penunjang.

3. Visi Dan Misi Rumah Sakit

a. Visi RSUD dr. Zainoel Abidin terkemuka sebagai Pusat Rujukan

Pelayanan kesehatan dan Rumah Sakit pendidikan bertaraf Nasional

dalam Rangka meningkatkan derajat Kesehatan Masyarakat aceh.

Page 39: Ira Skripsi

39

b. Misi RSUD dr. Zainoel Abidin

1) Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat aceh melalui pelayanan

kesehatan paripurna dan bermutu

2) Meningkatkan kualitas sumber daya kesehatan melalui pendidikan,

penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran, keperawatan, dan ilmu

kesehatan lainnya serta pengembangan sistem dan prosedur pelayanan

administratif.

4. Tujuan Rumah Sakit

a. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan medis spesialis, pelayanan

penunjang serta pelayanan konsultasi dan penyuluhan kesehatan guna

menurunkan angka kesakitan dan kematian pasien serta meningkatkan

pemahaman pola hidup sehat masyarakat rumah sakit.

b. Meningkatkan kualitas pelayanan/penyelenggaraan pendidikan dan

pelatihan guna memenuhi kebutuhan SDM kesehatan

c. Meningkatkan kualitas pelayanan/penyelenggaraan penelitian dan

pengembangan ilmu kedokteran, keperawatan dan ilmu kesehatan lainnya

dalam rangka menunjang pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu.

d. Meningkatkan efektifitas dan efesiensi pelayanan administratif dalam

rangka menunjang pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu.

5. Motto Rumah Sakit

P = Profesional

R = Ramah

I = Ikhlas

Page 40: Ira Skripsi

40

M = Memuaskan

A = amanah

B. Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 28 - 30 Oktober 2013. Dari data

yang dikumpulkan terdapat 96 responden yang dijadikan sampel dari seluruh

populasi ibu hamil di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh Tahun 2013. Data dikumpulkan melaui kuesioner, data dari hasil

penelitian ini akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai berikut :

1. Analisa Univariat

a. Pemeriksaan Pap Smear

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Pap Smear Ibu Usia

Reproduktif di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum

Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

No Pemeriksaan Pap Smear Frekuensi (%)

1. Ikut 36 61,0

2. Tidak Ikut 23 39,0

Jumlah 59 100,0

Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas maka dapat dilihat dari 59

responden yang diteliti ditemukan mayoritas ibu mengikuti pemeriksaan

Pap Smear yaitu sebanyak 36 responden (61,0%).

Page 41: Ira Skripsi

41

b. Pengetahuan

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Usia Reproduktif

di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh

No Pengetahuan Frekuensi (%)

1. Baik 10 16,9

2. Sedang 27 45,8

3. Kurang 22 37,3

Jumlah 59 100,0

Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas maka dapat dilihat dari 59

responden yang diteliti ditemukan mayoritas ibu memiliki pengetahuan

sedang yaitu sebanyak 27 responden (45,8%).

c. Pendidikan

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Usia Reproduktif

di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum

Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

No Pendidikan Frekuensi (%)

1. Tinggi 10 16,9

2. Menengah 26 44,1

3. Dasar 23 39,0

Jumlah 59 100,0

Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas maka dapat dilihat dari 59

responden yang diteliti ditemukan mayoritas ibu berpendidikan

Menengah yaitu sebanyak 26 responden (44,1%).

Page 42: Ira Skripsi

42

d. Umur

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Umur Ibu Usia Reproduktif Ibu

di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh

No Umur Frekuensi (%)

1. < 30 tahun 21 35,6

2. > 30 tahun 38 64,4

Jumlah 59 100,0

Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas maka dapat dilihat dari 59

responden yang diteliti ditemukan mayoritas ibu berumur > 30 tahun

yaitu sebanyak 38 responden (64,4%).

e. Sumber Informasi

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Ibu Usia Reproduktif

di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh

No Sumber Informasi Frekuensi (%)

1. Sering 30 50,8

2. Tidak Sering 29 49,2

Jumlah 59 100,0

Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013

Berdasarkan Tabel 4.5 diatas maka dapat dilihat dari 59

responden yang diteliti ditemukan mayoritas ibu sering mendapatkan

informasi yaitu sebanyak 30 responden (50,8%).

Page 43: Ira Skripsi

43

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan pengetahuan dengan pemeriksaan Pap Smear pada ibu usia

reproduktif

Tabel 4.6

Hubungan Pengetahuan Ibu Usia Reproduktif dengan

Pemeriksaan Pap Smear di Poli Kebidanan

Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh

N

o

Pemeriksaan

Pap Smear

Pengetahuan Jumlah Uji

Statistik Baik Cukup Kurang

f % f % f % f % p

1 Ikut 8 22,2 19 52,8 9 25,0 36 100,0

P = 0,044 2 Tidak Ikut 2 8,7 8 34,8 13 56,5 34 100,0

Jumlah 10 27 22 59 100,0

Signifikasi : P > 0, 05

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, dari 36 responden yang mengikuti

pemeriksaan Pap Smear sebagian besar ibu memiliki pengetahuan cukup

yaitu sebanyak 19 responden (52,8%). Dari 34 responden yang tidak

mengikuti pemeriksaan Pap Smear sebagian besar ibu memiliki

pengetahuan kurang yaitu sebanyak 13 responden (56,5%).

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-

square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,0044

yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat

ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan

pemeriksaan Pap Smear pada ibu usia reproduktif di Rumah Sakit Umum

Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Page 44: Ira Skripsi

44

b. Hubungan Pendidikan dengan Pemeriksaan Pap Smear

Tabel 4.7

Hubungan Pendidikan Ibu Usia Reproduktif dengan

Pemeriksaan Pap di Poli Kebidanan Rumah

Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh

No Pemeriksaan

Pap Smear

Pendidikan Jumlah Uji

Statistik Tinggi Menengah Dasar

f % f % f % f % p

1. Ikut 8 22,2 19 52,8 9 25,0 36 100,0

P = 0,021 2. Tidak Ikut 2 8,7 7 30,4 14 60,9 23 100,0

Jumlah 10 26 23 96 100,0

Signifikasi : P < 0,05

Berdasarkan tabel 4.7 diatas, dari 36 responden yang mengikuti

pemeriksaan Pap Smear terdapat 19 responden (52,8%) yang memiliki

pendidikan menengah. Dari 23 responden yang tidak mengikuti

pemeriksaan Pap Smear terdapat 14 responden (60,9%) yang memiliki

pendidikan dasar.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-

square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,021

yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat

ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu usia

reproduktif dengan pemeriksaan Pap Smear di Poli Kebidanan Rumah

Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Page 45: Ira Skripsi

45

c. Hubungan Umur Ibu Usia Reproduktif dengan Pemeriksaan Pap Smear

Tabel 4.8

Hubungan Umur Ibu Usia Reproduktif dengan Pemeriksaan Pap

Smear Pada di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum

Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

No Pemeriksaan

Pap Smear

Umur Jumlah Uji Statistik

< 30 Tahun >30 Tahun

f % f % f % p

1. Ikut 8 22,2 28 77,8 36 100,0

P = 0,016 2. Tidak Ikut 13 56,5 10 43,5 23 100,0

Jumlah 21 38 59 100,0

Signifikasi : P > 0, 05

Berdasarkan tabel 4.8 diatas, dari 46 responden yang mengikuti

pemeriksaan Pap Smear terdapat 28 responden (77,8%) yang berumur >

30 Tahun. Dari 23 responden yang tidak mengikuti pemeriksaan Pap

Smear terdapat 13 responden (56,5%) yang berumur < 30 Tahun.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-

square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,0016

yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat

ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara umur dengan

pemeriksaan Pap Smear pada ibu usia reproduktif di Rumah Sakit Umum

Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Page 46: Ira Skripsi

46

d. Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan Pemeriksaan Pap

Smear pada Ibu Usia Reproduktif

Tabel 4.9

Hubungan Sumber Informasi Ibu Usia Reproduktif dengan

Pemeriksaan Pap Smear di Poli Kebidanan Rumah Sakit

Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

No Pemeriksaan

Pap Smear

Sumber Informasi Jumlah Uji Statistik

Sering Tidak Sering

f % f % f % p

1. Ikut 25 69,4 11 30,6 36 100,0

P = 0,019 2. Tidak Ikut 5 21,7 18 78,3 23 100,0

Jumlah 30 29 59 100,0

Signifikasi : P > 0, 05

Berdasarkan tabel 4.9 diatas, dari 36 responden yang mengikuti

pemeriksaan Pap Smear terdapat 25 responden (69,4%) ibu sering

mendapatkan informasi. Dari 23 responden yang tidak mengikuti

pemeriksaan Pap Smear terdapat 18 responden (78,3%) yang tidak sering

mendapatkan informasi.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-

square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,002

yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat

ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara Jumlah anak dengan

pengetahuan pemeriksaan Pap Smear di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh.

Page 47: Ira Skripsi

47

C. Pembahasan

1. Hubungan Pengetahuan Ibu Usia Reproduktif dengan Pemeriksaan

Pap Smear di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh

Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan

ibu usia respoduktif berhubungan dengan pemeriksaan Pap Smear di Poli

Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Hal ini

dapat dilihat pada tabel 4.6 dari 36 responden yang mengikuti pemeriksaan

Pap Smear sebagian besar ibu memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak

19 responden (52,8%). Dari 34 responden yang tidak mengikuti

pemeriksaan Pap Smear sebagian besar ibu memiliki pengetahuan kurang

yaitu sebanyak 13 responden (56,5%).

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square

dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,0044 yang

berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik

kesimpulan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pemeriksaan

Pap Smear pada ibu usia reproduktif di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh.

Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh dari indera mata dan telinga pengetahuan atau kognitif

Page 48: Ira Skripsi

48

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang atau dengan arti lain bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh

sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam berperilaku. (Notoatmodjo,

2003).

Suatu perbuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan, dan

orang yang mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan

terjadi proses sebagai kesadaran (Awareness) di mana orang tersebut

menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap obyek

(stimulus). Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus atau obyek tertentu.

Di sini sikap subyek sudah mulai timbul. Menimbang-nimbang

(evaluation) terhadap baik dan tidaknya terhadap stimulus tersebut bagi

dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah tidak baik lagi. Trial, di

mana subyek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh stimulus. Adopsi (adoption), dimana subyek telah

berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya

terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh M. Aji Bayu Nugroho (2008)

tentang hubungan pengetahuan, pendidikan dan sikap terhadap

pemeriksaan Pap Smear. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nilai p-

value 0,003 (p < 0,01).

Berdasarkan literatur dan hasil penelitian yang ditemui, peneliti

berasumsi bahwa pengetahuan berhubungan langsung dengan pemeriksaan

Page 49: Ira Skripsi

49

pap smear karena pengetahuan seseorang mengenai kanker serviks akan

mendorong ibu tersebut melakukan pemeriksaan Pap Smear. Pada

penelitian ini ditemukan masalah yaitu masih banyaknya ibu yang belum

menyadari pentingnya pemeriksaan Pap Smear karena pengetahuan

mengenai kanker serviks belum menyeluruh ke perkampungan di wilayah

Aceh jadi hanya orang yang tinggal di kota dan dekat dengan kota saja

yang memiliki pengetahuan yang baik dan cukup tentang pemeriksaan Pap

Smear.

2. Hubungan Pendidikan Ibu Usia Reproduktif dengan Pemeriksaan

Pap Smear di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh

Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa pendidikan

berhubungan dengan pengetahuan pemeriksaan Pap Smear di Poli

Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Hal ini

dapat dilihat pada tabel 4.7, dari 36 responden yang mengikuti

pemeriksaan Pap Smear terdapat 19 responden (52,8%) yang memiliki

pendidikan menengah. Dari 23 responden yang tidak mengikuti

pemeriksaan Pap Smear terdapat 14 responden (60,9%) yang memiliki

pendidikan dasar.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-

square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,021

yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat

ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu usia

Page 50: Ira Skripsi

50

reproduktif dengan pemeriksaan Pap Smear di Poli Kebidanan Rumah

Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Pendidikan adalah proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan

perilaku manusia melalui pengajaran, sehingga dalam pendidikan perlu

dipertimbangkan umur (proses perkembangan) dan hubungannya dengan

proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan

teknologi yang baru (Arikunto, 2004).

Pendidikan berhubungan dengan pengetahuan dan pemahaman

seseorang termasuk pemahaman tentang kesehatan. Menurut Notoatmodjo

(2007) pendidikan dapat meningkatkan pemahaman seseorang dalam hal

ini adalah pemahaman tentang kanker serviks dan pemeriksaan Pap Smear.

Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi cenderung mampu memahami

dengan baik tentang pemeriksaan Pap Smear dan dapat dengan cepat

menangkap informasi tentang kanker serviks dan pemeriksaan Pap Smear

begitu juga sebaliknya.

Penelitian yang dilakukan oleh M. Aji Bayu Nugroho (2008)

tentang hubungan pengetahuan, pendidikan dan sikap terhadap

pemeriksaan Pap Smear. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nilai p-

value 0,003 (p < 0,01).

Berdasarkan literatur dan hasil penelitian yang ditemui, peneliti

berasumsi bahwa pendidikan seseorang akan mempengaruhi ibu untuk

melakukan pemeriksaan Pap Smear. Hal ini disebabkan karena pada

Page 51: Ira Skripsi

51

proses pendidikan ia akan menerima banyak informasi dan pengetahuan

terntang banyak hal termasuk pengetahuan tentang pemeriksaan Pap

Smear. Maka dari itu ibu-ibu yang melakukan pemeriksaan Pap Smear

sebagaian besar berpendidikan menengah dan tinggi.

3. Hubungan Umur Ibu Usia Reproduktif dengan Pemeriksaan Pap

Smear di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh

Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa umur

berhubungan dengan pengetahuan pemeriksaan Pap Smear di Poli

Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Hal ini

dapat dilihat pada tabel 4.8, dari 46 responden yang mengikuti

pemeriksaan Pap Smear terdapat 28 responden (77,8%) yang berumur > 30

Tahun. Dari 23 responden yang tidak mengikuti pemeriksaan Pap Smear

terdapat 13 responden (56,5%) yang berumur < 30 Tahun.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square

dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,0016 yang

berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik

kesimpulan bahwa ada hubungan antara umur dengan pemeriksaan Pap

Smear pada ibu usia reproduktif di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh.

Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau

sejak diadakan). Umur adalah lamanya hidup sejak dilahirkan hingga saat

ini. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan

Page 52: Ira Skripsi

52

baru. Pada masa ini merupakan usia reproduktif, masa bermasalah, masa

ketegangan emosi, masa keterasingan sosial, masa komitmen, masa

ketergantungan, masa perubahan nilai, masa penyesuaian dengan cara

hidup baru, masa kreatif. Pada masa dewasa ditandai oleh perubahan

jasmani dan mental. Kemahiran dan keterampilan dan professional yang

dapat menerapkan dan mengambangkan ilmu pengetahuan dan teknologi

serta kesenian (Hurlock, 2004).

Jika dihubungkan umur dengan pengetahuan ibu usia reproduktif

tentang pentingnya pemeriksaan Pap Smear, maka semakin bertambahnya

umur semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh ibu usia reproduktif

dan semakin memahami kegunaan pemeriksaan Pap Smear untuk

kesehatan dalam upaya pencegahan dini atas terjadinya kanker serviks

(Lia, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Nadia Azzuhra (2011) tentang

pengaruh pengetahuan, pendidikan, umur dan paritas terhadap

pemeriksaan pap smear. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu hamil.

Nilai p-value 0,000 (p < 0,01).

Dari literatur dan hasil penelitian yang ditemui, peneliti berasumsi

bahwa umur mempengaruhi ibu untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear,

dikarenakan semakin bertambahnya umur maka ibu semakin beresiko

terkena kanker serviks dan semakin banyak pula ibu yang melakukan

pemeriksaan Pap Smear.

Page 53: Ira Skripsi

53

4. Hubungan Sumber Informasi Usia Reproduktif dengan Pemeriksaan

Pap Smear di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh

Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa keterpaparan

informasi berhubungan dengan pengetahuan pemeriksaan Pap Smear di

Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Hal

ini dapat dilihat pada tabel 4.9, dari 36 responden yang mengikuti

pemeriksaan Pap Smear terdapat 25 responden (69,4%) ibu sering

mendapatkan informasi. Dari 23 responden yang tidak mengikuti

pemeriksaan Pap Smear terdapat 18 responden (78,3%) yang tidak sering

mendapatkan informasi.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square

dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,002 yang

berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik

kesimpulan bahwa ada hubungan antara Jumlah anak dengan pengetahuan

pemeriksaan Pap Smear di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda

Aceh.

Suatu sistem tanpa informasi akan tidak berguna, karena suatu

sistem yang kurang mendapatkan informasi akan mengalami kemacetan

dan akhirnya berhenti. Dengan demikian informasi sangat penting bagi

suatu sistem. Informasi sendiri berasal dari data yang diolah menjadi

bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.

Informasi sebagai data yang telah diproses sehingga mempunyai arti dan

Page 54: Ira Skripsi

54

dapat meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data

tersebut (Nurcahyo, 2009).

Sumber informasi adalah data yang merupakan kenyataan yang

menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian-

kejadian (event) adalah sesuatu yang terjadi pada saat terentu, kesatuan

nyata (fact and entity) berupa objek nyata seperti tempat, benda, dan orang

yang betul-betul ada dan terjadi (Nurcahyo, 2009).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tasya Amanda (2010),

tentang faktor yang mempengaruhi pengetahuan pemeriksaan Pap Smear.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga, jumlah anak dan

keterpaparan informasi mempengaruhi pengetahuan seseorang mengenai

pemeriksaan pap smear. Nilai p-value yang diperoleh adalah p=0,002 (p <

0,01).

Dari literatur dan hasil penelitian yang ditemui, peneliti berasumsi

bahwa sumber informasi berhubungan dengan pemeriksaan Pap Smear.

Karena semakin sering ibu mendapatkan informasi mengenai pemeriksaan

Pap Smear maka semakin besar pula persentase ibu yang akan melakukan

pemeriksaan Pap Smear.

Page 55: Ira Skripsi

55

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data dan hasil penelitian pada BAB sebelumnya, peneliti

membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu usia reproduktif dengan

pemeriksaan Pap Smear di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh, ditandai dengan nilai p-value (0,044) < α-

value (0,05)

2. Ada hubungan antara pendidikan ibu usia reproduktif dengan pemeriksaan

Pap Smear di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh, ditandai dengan nilai p-value (0,021) < α-value (0,05)

3. Ada hubungan antara umur ibu usia reproduktif dengan pemeriksaan Pap

Smear di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda

Aceh, ditandai dengan nilai p-value (0,044) < α-value (0,05)

4. Ada hubungan antara sumber informasi ibu usia reproduktif dengan

pemeriksaan Pap Smear di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh, ditandai dengan nilai p-value (0,012) < α-

value (0,05)

Page 56: Ira Skripsi

56

B. Saran

1. Bagi peneliti

Agar dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan

tentang hubungan sumber informasi ibu dengan pemeriksaan papanicolau

smear (Pap Smear) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh Tahun 2013

2. Bagi Tempat Penelitian

Agar dapat menambah informasi, pengetahuan dan pemahaman

tentang hubungan sumber informasi ibu dengan pemeriksaan papanicolau

smear (Pap Smear) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh

3. Bagi Institusi Pendidikan

Agar dapat menambah literatur atau bacaan sebagai bahan kajian

dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswi tentang hubungan sumber

informasi ibu dengan pemeriksaan papanicolau smear (Pap Smear) di

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.