ITS-paper-28862-4209100013-Paper

Embed Size (px)

DESCRIPTION

1

Citation preview

  • ANALISIS KINERJA TERMINAL MULTIPURPOSE TELUK LAMONG

    Roni Yudha Pranata Mahasiswa Jurusan Teknik Sistem Perkapalan

    Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

    Abstrak Untuk mengantisipasi kebutuhan terminal barang di masa mendatang melalui layanan

    pelabuhan, PT Pelindo III (Persero) mempercepat realisasi Terminal Multipurpose Teluk

    Lamong yang berlokasi di Teluk Lamong, Gresik - Jawa Timur. Hal ini diharapkan menjadi

    salah satu cara mengurangi stagnasi arus kapal maupun barang di Pelabuhan Tanjung Perak.

    Fasilitas Terminal Multipurpose Teluk Lamong pada awal pengoperasian sebagai berikut: 1

    dermaga petikemas internasional, 3 dermaga petikemas domestik, 1 dermaga curah kering,

    Container yard, Stockpile, 5 unit Container Crane (CC), 1 unit Shipunloader, 1 unit Conveyor,

    dan 10 unit Automatic Stacking Crane (ASC), dan 30 unit Headtruck. Permasalahan yang

    diangkat dalam studi ini adalah bagaimana kinerja pelayanan Terminal Multipurpose Teluk

    Lamong jangka panjang dan bagaimana pengembangan pelabuhan untuk mengantisipasi

    peningkatan arus barang di masa datang terpenuhi. Metode yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah metode simulasi model skenario yang menggunakan software ARENA 5.0.

    Sedangkan untuk meramalkan arus petikemas dan arus curah kering menggunakan metode

    analisis regresi linier. Indikator kinerja pelayanan operasional pelabuhan seperti nilai Berth

    Occupancy Ratio (BOR), Yard Occupancy Ratio (YOR), dan Utilitas peralatan akan digunakan

    untuk menilai Kinerja Pelayanan Operasional Terminal Multipurpose Teluk Lamong.

    Keywords: Simulasi Terminal, BOR, YOR, ARENA

    PENDAHULUAN Untuk mengantisipasi kebutuhan terminal barang di masa mendatang melalui layanan pelabuhan, Pelindo III (persero) mempercepat realisasi Terminal Multipurpose Teluk Lamong yang diperkirakan beroperasi awal 2014. Hal ini diharapkan menjadi salah satu cara mengurangi stagnasi arus kapal maupun barang di Pelabuhan Tanjung Perak. Dari kajian internal PT Pelindo III, pada tahap awal yang mulai dioperasikan tahun 2014, Terminal Multipurpose Teluk Lamong akan dioperasikan untuk melayani bongkar muat petikemas internasional maupun domestik sebanyak 600.000 TEUs, serta curah kering sebanyak 1.000.000 ton. Adapun fasilitas dan sarana pada operasional bongkar muat di Terminal Multipurpose Teluk Lamong sebagai berikut: pada dermaga internasional akan tersedia dermaga sepanjang 500x80 meter yang terdiri dari dermaga internasional di sisi luar dan dermaga domestik di sisi dalam, lapangan curah kering (stockpile) seluas 6 Ha dan lapangan petikemas (container yard) seluas 15 Ha. Fasilitas peralatan di dermaga internasional pada tahap awal

    direncanakan tersedia 5 unit Container Crane (CC), 30 unit Headtruck, dan 10 unit Automatic Stacking Crane (ASC) untuk bongkar muat petikemas, 1 unit Shipunloader dan 1 unit Conveyor untuk bongkar muat curah kering. Dengan permintaan arus barang baik petikemas maupun curah kering yang pasti akan mengalami kenaikan setiap tahunnya, maka perlu dilakukan suatu kajian terhadap kinerja pelayanan operasional pada bongkar muat petikemas maupun curah kering pada kondisi fasilitas Existing dan bagaimana pengembangan pelabuhan dengan berbagai model skenario sampai 20 tahun kedepan.

    TINJAUNAN PUSTAKA Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang pelayaran, pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kapal bersandar atau berlabuh, naik/ turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapai dengan fasilitasnya dan/atau pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat

  • perpindahan intra dan antar moda transportasi.

    Secara umum fasilitas pokok yang harus dipunyai pelabuhan terdiri dari:

    Fasilitas tambat

    Fasilitas penumpukan dan

    penyimpanan

    Peralatan

    Indikator Kinerja Pelayanan Pelabuhan a. Perhitungan Kinerja Pelayanan Kapal

    (Indikator Service)

    b. Perhitungan Utilitas Peralatan Bongkar Muat (Indikator Utilitas) Utilitas peralatan adalah suatu ukuran

    waktu dari suatu peralatan dimana

    peralatan tersebut benar-benar

    melakukan kegiatan sesuai dengan

    fungsinya dan dinyatakan dalam

    persen.

    c. Perhitungan Produkvitas Bongkar Muat (Indikator Output)

    Berth Occupancy Ratio (BOR) Perbandingan antara jumlah waktu pemakaian tiap dermaga yang tersedia dengan jumlah waktu siap operasi dermaga selama periode waktu tertentu, yang dinyatakan dengan prosentase (%).BOR hanya dihitung untuk kapal yang bertambat secara merapat di dermaga.Untuk dermaga yang terbagi menjadi beberapa tambatan, maka pemakaian dermaga tidak dipengaruhi oleh panjang kapal.Dermaga yang tidak terbagi menjadi beberapa tambatan, perhitungan pemakaian dermaga didasarkan pada panjang kapal ditambah 5 meter sebagai factor pengaman.

    (( ) )

    Yard Occupancy Ratio (YOR)

    Perbandingan yang dinyatakan dalam prosentase antara jumlah pemakaian ruang penumpukan petikemas yang dihitung dengan satuan TEUs dengan kapasitas lapangan penumpukan petikemas.

    (( ) )

    ( )

    Simulasi

    Simulasi sistem adalah teknik pemecahan problema melalui pengantar penampilan model dinamik dari sistem yang dikaji. Klasifikasi simulasi sistem dibagi menjadi 2 yaitu: sistem kontinu dan sistem diskrit. (Dwitagama, 2001).

    Simulasi sistem kontinu adalah simulasi suatu sistem yang aktivitas utamanya menyebabkan perubahan yang halus pada data dari elemen-elemen yang disimulasikan pada sistem. Variabel-variabel model yang berubah secara kontinu berdasarkan waktu. Model simulasi diskrit event adalah pemodelan dari suatu sistem yang berubah menurut waktu yang diwujudkan dengan perubahan pada waktu-waktu yang diwujudkan dengan perubahan pada waktu-waktu tertentu atau dengan kata lain sistem yang berubah terhitung pada skala waktu tertentu. Metode Peramalan

    Berikut ini merupakan penjelasan dari regresi linier. a. Regresi Linier

    Regresi linier merupakan model regresi yang paling sering digunakan karena mudah digunakan dan diinterprestasikan hasilnya. Ada dua jenis model regresi linier yaitu model regresi linier tunggal dan regresi linier berganda. - Regresi Linier Tunggal secara

    matematis dapat dirumuskan seperti

    dalam persamaan berikut:

    Keterangan: Y = variabel tak bebas X = variabel bebas b0 = konstanta regresi untuk X=0 b1= konstanta arah regresi linier dan menyatakan perubahan rata-rata variabel Y untuk setiap perubahan X sebesar satu unit.

  • - Regresi Linier Berganda secara

    matematis dapat dirumuskan seperti

    dalam persamaan berikut:

    Keterangan: Y = variabel tak bebas X = variabel-variabel bebas b0 = parameter-parameter dari persamaan regresi

    b. Uji Statistik Dalam Analisis Regresi Pengujian yang diperlukan dalam

    analisis regresi dapat dibagi menjadi uji parameter, uji keberartian regresi, dan uji ketidakpasan model. Uji parameter berdasarkan uji t atau uji F-parsial, uji keberartian model regresi dengan uji F keseluruhan, persentase keragaman yang dijelaskan dengan Fi, dan uji ketidakpasan model dengan analisis sisaan dan uji Durbin- Watson. (Arianto, 2010).

    - Uji parameter Uji-t: untuk menguji independen/ keterikatan antar variabel atau uji keberartian koefisien regresinya dengan menggunakan statistic uji t (t-student).

    - Uji Keberartian Regresi: Pengujian ini berguna untuk melihat apakah terdapat hubungan regresi antara variabel-variabel bebas (independent) X1, X2, X3,, Xn dengan variabel tak bebasnya (dependent) Y, yang juga disebut uji signifikasi regresi, dengan menggunakan statistic uji F, yaitu: Untuk tingkat kepercayaan sebesar (1-), maka Ho akan diterima apabila F hitung F tabel, dengan: Mean Square Error (MSE): dihitung untuk mengetahui besarnya tingkat kesalahan/ penyimpangan. Di samping uji F, statistik yang penting dalam analisis regresi adalah R

    2, yaitu

    menyatakan tingkat hubungan linier antara variabel tak bebas dengan variabel-variabel bebasnya. Suatu model dianggap mempunyai kedekatan dengan data jika nilai R

    2-nya besar

    atau mendekati nilai 1. Sebaliknya suatu model dianggap tidak represensatif jika nilai R

    2 semakin kecil

    atau mendekati 0. Berikut ini merupakan persamaan dari Koefisien Determinasi (R

    2)

    Keterangan: R2: koefisien determinasi N: jumlah data X: kumpulan data variabel bebas Y: kumpulan variabel tak bebas R

    2 dapat mengambil nilai maksimum 1

    (atau 100%) bila semua nilai X berbeda. Bila dalam datanya ada runtutan yang diulang, maka nilai R

    2 tidak mungkin

    mencapai 1, secocok apapun modelnya bagi data tersebut. - Uji Durbin Watson

    Uji ini dibutuhkan untuk mendeteksi korelasi serial dari sisaan yang diperoleh. Seperti yang diasumsikan, sisaan harus bersifat bebas dan menyebar, yang berarti semua korelasi serial s = 0.

    METODOLOGI Penelitian tugas akhir ini meliputi tiga tahap yaitu tahap awal berupa identifikasi permasalahan yang berkaitan dengan tema penelitian, penentuan maksud dan tujuan, dan studi literature berkaitan dengan materi atau tema penelitian.Tahap pertengahan berupa pengumpulan data baik primer maupun sekunder, pemrosesan data, dan pembuatan model simulasi dengan software arena.Tahap terakhir berupa analisis dan penarikan kesimpulan. Gambaran secara umum mengenai tahap-tahap pemecahan masalah dapat dilihat pada gambar berikut:

    Diagram Alur Metodologi

    Mulai

    Identifikasi Masalah

    Kesimpulan dan

    Rekomendasi

    Analisa Hasil Simulasi

    Studi Literatur

    Sesuai kondisi

    Real?

    Selesai

    Ya

    Tidak

    Pengumpulan Data

    dan Informasi

    Pembuatan Model Simulasi

    pada Software ARENA 5.0

    Verifikasi dan Validasi

    Skenario A

    (Skenario Penambahan Alat)

    Skenario B

    (Skenario Pengembangan Dermaga)

    Proyeksi Arus Barang

    20 tahun kedepan

  • ANALISA DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini, analisa akan dilakukan sesuai dengan metodologi serta disesuaikan dengan tersedianya data dan informasI. Adapun analisa akan dibagi ke dalam beberapa bagian yang merupakan urutan-urutannya, yaitu sebagai berikut: Pembuatan Simulasi pada ARENA Pada beberapa proses pada model simulasi menggunakan model-model distribusi. Karena terminal ini belum beroperasi maka untuk setiap distribusi waktu di setiap proses menggunakan pendekatan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan proses bongkar muat di pelabuhan. Apabila tingkat kedatangan bersifat random karena tergantung dari fasilitas lainnya, maka menggunakan distribusi poisson, sedangkan untuk distribusi antar waktu kedatangan menggunakan distribusi eksponensial.

    Penjelasan dari modul-modul yang berhubungan dengan model simulasi adalah sebagai berikut ini: - Kedatangan kapal

    Menggunakan modul create, mewakili waktu antar kedatangan kapal yang akan melakukan bongkar/muat di TMTL. Untuk ekspresi distribusinya menggunakan poisson.

    - Proses antri

    Menggunakan modul hold, mewakili proses antri jika dermaga penuh. Untuk type-nya menggunakan scan for condition yang berarti jika dermaga ada yang kosong maka kapal bisa ke proses selanjutnya.

    - Proses pemilihan dermaga

    Menggunakan modul decide, mewakili proses memilih dermaga yang kosong. Untuk type-nya menggunakan N-way by condition yang artinya apabila salah satu dermaga tidak ada proses bongkar muat, maka dermaga tersebut bisa di sandari kapal berikutnya.

    - Proses tunda kapal

    Menggunakan modul route, mewakili waktu proses kapal ditunda oleh tugboat untuk bersandar di dermaga. Untuk route time-nya menggunakan distribusi eksponensial.

    - Proses persiapan bongkar muat di

    dermaga

    Menggunakan modul process, mewakili waktu persiapan proses bongkar/muat di dermaga. Untuk Logic menggunakan action delay, sedangkan untuk delay

    type-nya menggunakan ekspresi distribusi eksponensial.

    - Proses stevedoring

    Menggunakan modul process, mewakili waktu memindahkan petikemas/curah kering dari kapal ke headtruck/hopper. Untuk logic menggunakan action seize delay release, sedangkan delay release-nya menggunakan ekspresi distribusi eksponensial.

    - Proses haulage

    Menggunkan modul transporter, mewakili proses memindahkan petikemas dari dermaga ke container yard. Jarak lintasan haulage 2 km dan kecepatan headtruck beroperasi 35 km/jam.

    - Proses persiapan bongkar muat di

    container yard

    Menggunakan modul process, mewakili waktu persiapan bongkar/muat di container yard. Untuk logic menggunakan action delay, sedangan delay type-nya menggunakan ekspresi distribusi eksponensial.

    - Proses stacking di container yard

    Menggunakan modul process, mewakili waktu proses stacking di container yard. Untuk logic menggunakan action seize delay release, sedangakan delay type-nya menggunakan ekspresi distribusi eksponensial.

    - Proses conveyor

    Menggunakan modul conveyor, mewakili proses pemindahan curah kering dari dermaga ke lapangan penumpukan. Panjang conveyor 1500 m dengan kecepatan 3 m/s.

    Membandingkan Model Dengan Real System Membandingkan hasil model simulasi dengan real system bertujuan untuk mengetahui apakah model yang dibuat sesuai dengan kondisi yang ada dilapangan atau tidak. Ada dua cara untuk menyatakan model dikatan valid atau tidak, yaitu dengan Verifikasi dan Validasi. Verifikasi merupakan membandingkan sistem tanpa uji statistik, yaitu hanya dengan melakukan pengecekan ada tidaknya error dalam model ARENA 5.0. Sedangakan validasi yakni membandingkan antara model yang telah dibuat apakah sudah sesuai dengan kondisi real system. Pada penelitian ini, metode yang digunakan yaitu metode Welch confidence interval. Dari proses ini

  • diketahui bahwa model yang ada sudah verify dan valid. Peramalan Arus Barang Untuk meramalkan arus petikemas dan curah kering yang akan dibongkar dan muat di Terminal Multipurpose Teluk Lamong digunakan Model Regresi Linier. Sebagai variabel bebannya atau variabel prediktornya adalah PDRB Propinsi Jawa Timur. Karena PDRB digunakan sebagai variabel bebas dalam meramalkan arus barang, maka PDRB perlu diramalkan terlebih dahulu. Untuk meramalkan PDRB digunakan regresi linier sederhana dengan Tahun sebagai variabel bebasnya. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program komputer SPSS ver 17, didapatkan fungsi untuk meramalkan PDRB, yaitu sebagai berikut:

    Y = 184280505 + 15473355 X Keterangan: Y: PDRB X: Tahun Dengan nilai R

    2 = 0.976 dan nilai

    signifikan model (significan F) = 0.000 Hasil peramalan PDRB Jawa Timur tahun 2014-2034 adalah sebagai berikut:

    PDRB Jawa Timur Tahun 2014-2034 Dari peramalan PDRB kemudian digunakan untuk meramalkan arus barang di kawasan Pelaabuhan Tanjung Perak. dari perhitungan diperoleh model peramalannya adalah sebagai berikut:

    Untuk Petikemas Y = -307142+ 0.00193 X Keterangan: Y: Arus Petikemas X: PDRB Dengan nilai R

    2 = 0.395 dan nilai

    signifikan model (significant F) = 0.038

    Untuk Curah Kering Y = 1261385.2 + 0.008869 X Keterangan: Y: Arus Curah Kering X: PDRB Dengan nilai R

    2 = 0.665 dan nilai

    signifikan model (significant F) = 0.014 Pada peramalan arus petikemas dan curah kering diatas nilainya sangat tidak signifikan semua, Hal ini dapat dilihat dari uji regresi yang menunjukan bahwa nilai keberartian R

    2 yang sangat beragam dan nilai

    significant F yang jauh dari signifikan antara variabel bebasnya (PDRB) dengan variabel terikatnya (arus Barang). Ini dikarenakan variabel bebas atau prediktor yang digunakan untuk meramalkan arus barang di wilayah Tanjung Perak hanya menggunakan satu variabel yakni nilai PDRB saja. Apabila dengan menggunakan variabel tambahan lagi seperti jumlah penduduk, produksi industri, produksi pertanian kawasan hinterland dan metode yang digunakan peramalan regresi lainya yang memiliki tingkat ke-error-an yang lebih rendah mungkin hasilnya akan lebih signifikan.

    Arus Barang Pelabuhan Tanjung Perak

    2030 648,481,165.46Rp

    2031 663,954,520.81Rp

    2032 679,427,876.16Rp

    2033 694,901,231.51Rp

    2034 710,374,586.86Rp

    2025 571,114,388.70Rp

    2026 586,587,744.06Rp

    2027 602,061,099.41Rp

    2028 617,534,454.76Rp

    2029 633,007,810.11Rp

    2020 493,747,611.95Rp

    2021 509,220,967.30Rp

    2022 524,694,322.65Rp

    2023 540,167,678.00Rp

    2024 555,641,033.35Rp

    2015 416,380,835.20Rp

    2016 431,854,190.55Rp

    2017 447,327,545.90Rp

    2018 462,800,901.25Rp

    2019 478,274,256.60Rp

    Tahun PDRB

    2014 400,907,479.85Rp

    Tahun PDRBArus Petikemas

    (Teus)

    ARUS Curah Kering

    (Ton)Tahun

    2029

    766381

    796276

    826171

    856066

    885961

    915857

    945752

    975647

    2014

    2015

    2016

    2017

    2018

    2019

    2020

    2021

    2022

    2023

    2024

    2025

    2026

    2027

    2028

    1005542

    1035437

    1065333

    2030

    2031

    2032

    2033

    2034

    467429

    497324

    527219

    557114

    587009

    616905

    646800

    676695

    706590

    736485

    5778125

    5915373

    6052620

    6189867

    6327114

    6464361

    6601608

    6738855

    4817395

    4954643

    5091890

    5229137

    5366384

    5503631

    6876103

    7013350

    7150597

    7287844

    7425091

    7562338

    5640878

  • Dari hasil peramalan arus petikemas dan curah kering di wilayah Tanjung Perak akan digunakan untuk menentukan prosentase kenaikan arus petikemas dan curah kering yang akan digunakan untuk memprediksi kenaikan arus petikemas di Terminal Multipurpose Teluk Lamong. Prediksi arus petikemas dan curah kering di TMTL dikondisikan menjadi tiga kondisi, yaitu Kondisi moderat, optimis 25 % dan Optimis 50%. Prediksi arus petikemas dan curah kering kondisi moderat diperoleh dari hasil perhitungan berdasarkan peramalan prosentase kenaikan arus petikemas/curah kering di wilayah Tanjung Perak. Prediksi kondisi optimis 25% diperoleh dari kondisi moderat ditambah 25%. Sedangkan kondisi optimis 50% diperoleh dari kondisi moderat ditambah 50%. Analisis Kinerja Pelabuhan Kondisi Existing Sampai 20 Tahun Dari hasil simulasi kinerja pelayanan operasional Kondisi fasilitas Existing Terminal Multipurpose Teluk Lamong menunjukan bahwa:

    Dermaga Petikemas

    Berdasarkan Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan yang menetapkan standar untuk Berth Occupancy Ratio(BOR) sebesar 70%, maka untuk kondisi moderat pada tahun 2026 diprediksikan nilai BOR-nya akan mencapai 71%. Untuk kondisi Optimis 25% maka pada tahun 2021 diprediksikan nilai BOR-nya akan mencapai 73%. Untuk kondisi optimis 50% maka pada tahun 2016 diprediksikan nilai BOR-nya mencapai 71%. Untuk menurunkan nilai Berth Occupancy Ratio (BOR) menjadi dibawah standar ideal yang ditetapkan pemerintah maka harus dilakukan pengembangan pelabuhan dengan jalan menambahan container crane atau menambahan panjang dermaga. Prediksi nilai Berth Occupancy Ratio (BOR) dermaga petikemas kondisi existing sampai 20 tahun ke depan dapat dilihat pada Gambar 4.8 berikut. Grafik BOR Dermaga Petikemas Fasilitas

    Existing

    Sedangkan batas standar untuk Yard Occupancy Ratio (YOR) yang ditetapkan SKPOP wilayah tanjung perak sebesar 80%, maka container yard pada kondisi moderat dan optimis 25% diprediksi masih mampu menampung kenaikan arus barang sampai 20 tahun kedepan (tahun 2034). Untuk kondisi optimis 50% maka pada tahun 2031 diprediksi YOR container yard akan mencapai 81% oleh karena itu perlu dilakukan penambahan luas container yard guna menurunkan kepadatan arus petikemas di container yard.

    Grafik YOR Container Yard Fasilitas Existing

    Dermaga Curah Kering

    Pada dermaga curah kering diprediksi nilai Berth Occupancy Ratio (BOR) dan pada stockpile nilai Yard Occupancy Ratio (YOR) sampai 20 tahun kedepan (tahun 2034) masih bisa menampung kenaikan kapal curah kering dan arus curah kering. Nilai Berth Occupancy Ratio (BOR) dan Yard Occupancy Ratio (YOR) di dermaga curah kering dan stockpile sangat rendah dan jauh dari batas standar yang ditetapkan pemerintah. Hal ini menunjukan peningkatan jumlah arus kapal dan curah kering berdasarkan peramalan diatas sangat rendah, sedangkan kapasitas dermaga maupun stockpile sangat besar.

    Grafik BOR Dermaga Curah Kering Fasilitas Existing

    Grafik YOR Stockpile Fasilitas Existing

  • Utilitas Peralatan

    Selain kinerja dermaga juga dianalisis kinerja dari peralatan bongkar muat baik petikemas maupun curah kering sampai 20 tahun kedepanya.

    Dari hasil simulasi kinerja pelayanan operasional Terminal Multipurpose Teluk Lamong Kondisi fasilitas Existing menunjukan bahwa:

    Utilitas atau tingkat penggunaan peralatan bongkar muat untuk kondisi moderat diprediksi akan mencapai over capacity (melebihi 100%) pada tahun 2028 untuk Container Crane, sedangkan untuk ASC, Headtruck, Shipunloader dan Conveyor tidak mengalamai over capacity sampai tahun 2034.

    Untuk kondisi optimis 25% diprediksi Container Crane akan mengalami over capacity pada tahun 2023, Headtruck pada tahun 2033, sedangkan untuk ASC, Shipunloader dan Conveyor tidak mengalami over capacity sampai tahun 2034.

    Untuk kondisi optimis 50% diprediksi Container Crane akan mengalami over capacity pada tahun 2018, Headtruck pada tahun 2028, sedangkan untuk ASC, Shipunloader dan Conveyor tidak mengalami over capcity sampai tahun 2034.

    Over capacity terjadi jika arus barang yang dilayani oleh peralatan melebihi dari kapasitasnya. Apabila ini terjadi maka akan terjadi stagnasi arus barang, dan nilai utilitas peralatan yang rendah juga tidak diharapkan karena banyak peraltan yang idle ini menunjukan adanya pemborosan dalam pengadaan peralatan.

    Analisa Kinerja Simulasi Skenario Perbaikan

    Simulasi perbaikan dilakukan hanya pada dermaga Petikemas karena dermaga ini yang mengalami kepadatan arus kapal. Berikut ini skenario-skenario perbaikannya:

    a. Skenario Perbaikan Pertama

    Skenario perbaikan pertama adalah dengan menambah jumlah container crane. Berikut ini model skenario-skenario perbaikan pertama: - Skenario 1 yaitu melakukan

    penambahan 1 unit container crane.

    Jadi jumlah total container crane

    sebanyak 6 unit.

    - Skenario 2 yaitu melakukan

    penambahan 2 unit container crane.

    Jadi jumlah total container crane

    sebanyak 7 unit.

    - Skenario 3 yaitu melakukan

    penambahan 3 unit container crane.

    Jadi jumlah total container crane

    sebanyak 8 unit.

    -

    b. Skenario Perbaikan Kedua

    Setelah skenario perbaikan pertama sudah tidak bisa dilakukan lagi untuk menurunkan Berth Occupancy Ratio (BOR) maka dilakukan skenario perbaikan kedua yaitu dengan penambahan jumlah dermaga. Berikut ini model skenario-skenario perbaikan kedua: - Skenario 4 yaitu menambah 1 dermaga

    dengan panjang dermaga 200 m dan

    menambah 1 unit container crane. Jadi

    total dermaga sebanyak 5 dermaga

    dengan panjang dermaga menjadi 932

    m dan total container crane 9 unit.

    - Skenario 5 yaitu sama seperti skenario

    4, namun dilakukan penambahan 2 unit

    container crane, tambahan satu

    dermaga di layani oleh 2 unit container

    crane. Jadi total dermaga sebanyak 5

    dermaga dengan panjang dermaga

    menjadi 932 m dan total container

    crane 10 unit.

    - Skenario 6 yaitu menambah 2 dermaga

    dengan panjang dermaga masing-

    masing 200 m dan menambah 1 unit

    container crane, tambahan satu

    dermaga lagi dilayani satu unit

    container crane. Jadi total dermaga

    sebanyak 6 dermaga dengan panjang

    menjadi 1132 m dan total container

    crane 11 unit.

    - Skenario 7 yaitu sama seperti skenario

    6 namun dilakukan penambahan 2 unit

    container crane, tambahan satu

    dermaga lagi dilayani dua unit

    container crane. Jadi total dermaga

    sebanyak 6 dermaga dengan panjang

    panjang dermaga menjadi 1132 m dan

    total container crane 12 unit.

    Dari hasil running simulasi model skenario perbaikan didapatkan analisis sebagai berikut: Kondisi Moderat

    Nilai Berth Occupancy Ratio (pada fasilitas existing) pada tahun 2026 sudah melebihi standar ideal, oleh karena itu perlu

  • dilakukan skenario perbaikan pertama yaitu skenario penambahan peralatan, skenario 1 yaitu dengan menambah 1 unit Container Cranes pada dermaga petikemas. Pada tahun 2029 nilai Berth Occupancy Ratio skenario 1 kembali melebihi batas, maka dilakukan skenario 2 yaitu menambah 1 unit Container Cranes kembali. Pada tahun 2034 nilai BOR skenario 2 melebihi batas, maka dilakukan skenario 3 dengan menambah 1 unit Container Cranes lagi.

    Jadi perbaikan kinerja pelabuhan sampai tahun 2034 berdasar nilai Berth Occupancy Ratio yang melebihi standar ideal yaitu dengan cara menambah jumlah unit Container Crane sebanyak 1 unit pada tahun 2026, tahun 2029, dan tahun 2034. Total penambahan Container Crane selama 20 tahun sebanyak 3 unit.

    Kinerja dermaga Petikemas Hasil Simulasi Skenario Perbaikan Kondisi Moderat dapat dijelaskan dengan Gambar berikut

    Gafik BOR Dermaga Petikemas Kondisi Moderat

    Kondisi Optimis 25%

    Nilai Berth Occupancy Ratio (pada

    fasilitas existing) sudah melebihi standar

    ideal pada tahun 2021, oleh karena itu

    perlu dilakukan skenario pertama, skenario

    1 yaitu menambah 1 unit Container Crane.

    Pada tahun 2024 nilai Berth Occupancy

    Ratio skenario 1 kembali melebihi batas,

    maka dilakukan skenario 2 yaitu

    menambah 1 unit Container Crane. Pada

    tahun 2028 nilai Berth Occupancy Ratio

    skenario 2 melebihi batas, maka dilakukan

    skenario 3 dengan menambah 1 unit

    Container Crane lagi. Pada tahun 2031 nilai

    Berth Occupancy Ratio skenario 3 kembali

    melebihi batas, karena keterbatasan tempat

    jika dilakukan penambahan Container

    Crane lagi maka pada tahun ini harus

    dilakukan skenario kedua yaitu

    pengembangan dermaga, skenario 4 yaitu

    menambah satu dermaga dengan panjang

    200 m dan 1 unit Container Crane. Namun

    pada tahun 2032 skenario 4 kembali

    melebihi standar Berth Occupancy Ratio,

    maka dilakukan skenario 5 yaitu sama

    seperti skenario 4 tetapi jumlah Container

    Crane ditambah 1 unit lagi.

    Jadi perbaikan kinerja pelabuhan

    sampai tahun 2034 berdasar nilai Berth

    Occupancy Ratio dengan cara menambah

    jumlah unit Container Crane sebanyak 5

    unit dengan rincian 1 unit Container crane

    pada tahun 2021, tahun 2024, tahun 2028,

    tahun, 2031, dan tahun 2032. Penambahan

    1 dermaga dengan panjang dermaga

    sepanjang 200 m pada tahun 2031. Berikut

    ini gambar grafik perubahan nilai BOR pada

    kondisi optimis 25%.

    Gafik BOR Dermaga Petikemas Kondisi Optimis 25%

    Kondisi Optimis 50%

    Nilai Berth Occupancy Ratio (pada

    fasilitas existing) sudah melebihi standar

    ideal pada tahun 2016, oleh karena itu

    perlu dilakukan skenario pertama, skenario

    1 yaitu menambah 1 unit Container Crane.

    Pada tahun 2020 nilai Berth Occupancy

    Ratio skenario 1 kembali melebihi batas,

    maka dilakukan skenario 2 yaitu

    menambah 1 unit Container Crane. Pada

    tahun 2024 nilai Berth Occupancy Ratio

    skenario 2 melebihi batas, maka dilakukan

    skenario 3 dengan menambah 1 unit

    Container Crane lagi. Pada tahun 2026 nilai

    Berth Occupancy Ratio skenario 3 kembali

    melebihi batas, karena keterbatasan tempat

    jika dilakukan penambahan Container

    Crane lagi maka pada tahun ini harus

    dilakukan skenario kedua yaitu

  • pengembangan dermaga, skenario 4 yaitu

    menambah satu dermaga dengan panjang

    200 m dan 1 unit Container Crane. Pada

    tahun 2028 skenario 4 kembali melebihi

    standar ideal nilai Berth Occupancy Ratio,

    maka dilakukan skenario 5 yaitu sama

    seperti skenario 4 tetapi jumlah Container

    Crane ditambah 2 unit. Pada tahun 2032

    nilai Berth Occupancy Ratio skenario 5

    melebihi batas kembali, maka dilakukan

    skenario 6, namun skenario 6 masih belum

    mampu menurunkan Berth Occupancy

    Ratio di bawah 70%, maka dilakukan

    skenario 7 yaitu dengan melakukan

    penambahan 2 dermaga dengan panjang

    masing-masing 200 m dan menambah 2

    unit Container Crane disetiap dermaga

    tambahan.

    Jadi perbaikan kinerja terminal sampai

    tahun 2034 berdasar nilai Berth Occupancy

    Ratio dengan cara menambah jumlah unit

    Container Crane sebanyak 7 unit dengan

    rincian penambahan 1 unit Contaner Crane

    pada tahun 2016, tahun 2020, tahun 2024,

    2026, 2028 dan 2 unit Container Crane

    pada tahun 2032. Untuk penambahan 1

    dermaga sepanjang 200 pada tahun 2026,

    dan tahun 2032.

    Pada Gambar berikut dapat dilihat

    perubahan nilai Berth Occupancy Ratio dari

    skenario perbaikan untuk kondisi optimis

    50%.

    Gafik BOR Dermaga Petikemas Kondisi Optimis 50%

    KESIMPULAN

    Dari hasil analisis di dalam penelitian ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kinerja pelayanan operasional Terminal

    Multipurpose Teluk Lamong pada

    kondisi fasilitas existing. Berdasarkan

    standar ideal yang ditetapkan

    pemerintah melalui Standar Kinerja

    Pelayanan Operasional Pelabuhan

    (SKPOP), untuk nilai Berth Occupancy

    Ratio sebesar 70%, nilai Yard

    Occupancy Ratio sebesar 80%, serta

    utilitasnya maka:

    - Untuk kondisi moderat: nilai Berth Occupancy Ratio dermaga petikemas mencapai 71% pada tahun 2026 yang berarti sudah melebihi standar ideal. Sedangkan untuk nilai Berth Occupancy Ratio dermaga curah kering, nilai Yard Occupancy Ratio container yard, dan Yard Occupancy Ratio stockpile sampai tahun 2034 masih dibawah standar ideal. Untuk utilitas peralatan Automatic Stacking Crane, headtruck, shipunloader, dan conveyor sampai tahun 2034 tidak mengalami over capacity. Sedangkan untuk container crane mengalami over capacity pada tahun 2028.

    - Untuk kondisi optimis 25%: nilai Berth Occupancy Ratio dermaga petikemas mencapai 73% pada tahun 2021 yang berarti melebihi standar ideal. Sedangkan untuk nilai Berth Occupancy Ratio dermaga curah kering, nilai Yard Occupancy Ratio container yard, dan Yard Occupancy Ratio stockpiles sampai tahun 2034 masih dibawah standar ideal. Untuk utilitas peralatan Automatic Stacking Crane, shipunloader, dan conveyor tidak mengalami over capacity sampai pada tahun 2034. Container crane mengalami over capacity pada tahun 2023. Sedangkan untuk headtruck mengalami over capacity pada tahun 2033.

    - Untuk kondisi optimis 50%: nilai Berth Occupancy Ratio dermaga petikemas mencapai 71% pada tahun 2016 yang berarti sudah melebihi standar ideal. Nilai Yard Occupancy Ratio container yard mencapai 81% pada tahun 2031 yang berarti melebihi standar ideal. Sedangkan untuk nilai Berth Occupancy Ratio dermaga curah kering dan Yard Occupancy Ratio stockpile sampai tahun 2034 masih dibawah standar ideal. Untuk utilitas peralatan Automatic Stacking Crane, shipunloader, dan conveyor tidak mengalami over capacity sampai pada tahun 2034. Container crane

  • mengalami over capacity pada tahun 2018. Sedangkan untuk headtruck mengalami over capacity pada tahun 2028.

    2. Pengembangan fasilitas Terminal

    sampai tahun 2034 melalui berbagai

    skenario:

    - Untuk kondisi moderat: untuk menjaga nilai Berth Occupancy Ratio ideal pada dermaga petikemas maka dilakukan pengembangan pelabuhan dengan cara menambah 1 unit Containare Crane pada tahun 2026, tahun 2029, dan tahun 2034. Sedangkan untuk fasilitas lainya belum perlu dilakukan penambahan. Jadi sampai tahun 2034 dilakukan penambahan 3 unit container crane.

    - Untuk kondisi optimis 25%: untuk menjaga nilai Berth Occupancy Ratio ideal pada dermaga petikemas maka dilakukan pengembangan pelabuhan dengan cara menambah 1 unit Containare Crane pada tahun 2021, tahun 2024, tahun 2028, tahun 2031, dan pada tahun 2032. Selain itu juga dilakukan penambahan 1 dermaga sepanjang 200 m pada tahun 2031. Sedangkan untuk penambahan headtruck dilakukan penambahan sebanyak 5 unit pada tahun 2033.

    - Untuk kondisi optimis 50%: untuk menjaga nilai Berth Occupancy Ratio ideal pada dermaga petikemas maka dilakukan pengembangan pelabuhan dengan cara menambah 1 unit Containare Crane pada tahun 2016, tahun 2020, tahun 2024, tahun 2026, tahun 2028, dan 2 unit Container Crane pada tahun 2032. Penambahan 1 dermaga sepanjang 200 m dilakukan pada tahun 2008 dan tahun 2032. Untuk menjaga nilai Yard occupancy Ratio container yard maka luas container yard perlu diperluas pada tahun 2031. Sedangkan headtruck perlu dilakukan penambahan sebanyak 5 unit pada tahun 2028 dan tahun 2032.

    SARAN Saran yang dapat diajukan dibawah ini merupakan rekomendasi yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya: 1. Penelitian ini merupakan penelitian

    terhadap Terminal Multipurpose Teluk

    Lamong sebelum beroperasi. Penelitian

    ini menggunakan metode Discreate

    Event Simulation pada software

    ARENA 5.0 yang berguna untuk

    memprediksi kinerja fasilitas dan

    peralatan yang akan digunakan pada

    awal operasi di Terminal tersebut serta

    memprediksi pengembangan fasilitas

    dan peralatan pada tahun-tahun

    kedepanya. Sehingga keluaran dari

    penelitian ini dapat menjadi masukan

    bagi pihak PELINDO III dalam

    pengembangan fasilitas dan peralatan

    Terminal Multipurpose Teluk Lamong

    yang efektif.

    2. Dalam penelitian ini masih banyak

    kekurangan yang menyebabkan

    ketidaksempurnaan. Kekurangan

    tersebut antara lain:

    - Data arus barang dan arus kapal pada

    penelitian ini menggunakan data

    asumsi sesuai kondisi saat ini

    dikarenakan Terminal ini belum

    beroperasi. Arus barang diasumsikan

    berdasarkan luas maksimum lapangan

    penumpukan, sedangkan arus kapal

    diasumsikan berdasarkan kapasitas

    dan dimensi kapal yang dapat melalui

    Alur Pelayaran Barat Surabaya

    (APBS).

    - Penelitian ini menggunakan metode

    discreate event simulation yang di

    dalamnya terdapat ekspresi distribusi

    untuk waktu kedatangan dan

    pelayanan. Karena terminal ini belum

    beroperasi, maka data waktu dan

    distribusinya untuk kedatangan dan

    pelayanan dalam penelitian ini

    menggunakan data asumsi.

    - Peramalan arus barang di Terminal

    Multipurpose Teluk Lamong pada

    penelitian ini menggunakan

    pendekatan data arus barang di

    wilayah Tanjung Perak, dan untuk

    variabel prediktornya hanya

    menggunakan satu variabel yaitu nilai

    Product Domestik Regional Bruto

    (PDRB) Jawa Timur. Sedangkan untuk

    metode yang digunakan adalah Metode

    Rgresi Linier sederhana. Sehingga

    hasil yang didapatkan tidak signifikan.

    3. Untuk penelitian selanjutnya, penulis

    memberikan rekomendasi agar dicapai

  • penelitian yang lebih sempurna sebagai

    berikut:

    - Data arus barang dan arus kapal yang

    digunakan pada penelitian selanjutnya

    harap disesuaikan dengan arus barang

    dan arus kapal yang masuk ke

    Terminal Multipurpose Teluk Lamong

    apabila terminal ini sudah beroperasi.

    - Data waktu kedatangan kapal dan

    waktu setiap proses pelayanan untuk

    penelitian selanjutnya sebaiknya

    menggunakan data sesuai dengan

    survey dilapangan apabila terminal ini

    sudah beroperasi. Untuk distribusi

    waktunya berdasarkan uji distribusi

    yang paling mendekati kebenaran.

    - Peramalan arus barang untuk

    penelitian selanjutnya menggunakan

    data arus barang yang masuk ke

    Terminal Multipurpose Teluk Lamong,

    sedangkan untuk variabel prediktornya

    menggunakan variabel-variabel yang

    mempengaruhi terhadap kenaikan arus

    barang seperti nilai PDRB, jumlah

    penduduk, potensi industri, potensi

    hasil pertanian, serta pengaruh dari

    pelabuhan yang ada disekitarnya.

    Metode peramalan yang digunakan

    sebaiknya disesuaikan dengan metode

    yang memiliki tingkat ke-error-an paling

    kecil, misalnya metode regresi non-

    linier.

    4. Selain penelitian mengenai kinerja

    terminal melalui metode simulasi,

    masih banyak penelitian-penelitian

    selanjutnya yang dapat dilakukan pada

    Terminal Multipurpose Teluk Lamong

    seperti:

    - Hubungan kinerja Terminal

    Multipurpose Teluk Lamong dengan

    masalah kemacetan lalulintas daerah

    sekitarnya.

    - Optimasi proses bongkar muat dengan

    menggunakan pendekatan biaya

    minimum.

    - Analisis mengenai tata letak petikemas

    dengan metode parrarel layout maupun

    perpendicular layout.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arianto Dedy, Penelitian Optimalisasi dan Pengembangan 25 Pelabuhan Strategis, Program Intensif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa, Jakarta, 2010.

    Aviva Darma, Analisa Optimasi Dermaga Di Pelabuhan Samarinda Dengan Pendekatan Model Antrian Untuk Mengantisipasi Kenaikan Permintaan, Jurnal, Jurusan Maritim Politeknik Negeri Samarinda, 2010.

    Dwitagama Dedi, Simulasi Model Pelayanan Bongkar Muat Di Terminal Petikemas Internasional I Tanjung Priok Jakarta, Tesis, Jurusan Statistika, ITS Surabaya, 2001.

    Haryanto, Analisis Sistem Pelayanan Bongkar Muat Petikemas Dengan Menggunakan Model Antrian, Tesis, Program Magister Teknik Sipil, UNDIP Semarang, 2005.

    Hidayat A. Edy, Referensi Kepelabuhanan Edisi II Seri 05 Peralatan Pelabuhan, Jakarta, 2009.

    Hidayat A. Edy, Referensi Kepelabuhanan Edisi II Seri 06 Pengoperasian Pelabuhan, Jakarta, 2009.

    Kementrian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan, Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Jakarta, 2011.

    Laboratorium Komputasi dan Optimasi Industri, Modul I Responsi Simulasi Sistem Industri 2009, Jurusan Teknik Industri, ITS Surabaya, 2009.

    Laboratorium Komputasi dan Optimasi Industri, Modul Training With ARENA 2013, Jurusan Teknik Industri, ITS Surabaya, 2013.

    Pengembangan 25 Pelabuhan Strategis, Program Intensif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa, Jakarta, 2010.

    PT. Pelindo III, Data dan Informasi Pembangunan, Surabaya, 2001.

    Jurusan Statistika, Modul Ajar Teknik Simulasi, ITS Surabaya.

    Siswadi, Kajian Kinerja Peralatan Bongkar Muat Petikemas Di Terminal Petikemas Semarang, Tesis, Program Magister Teknik Sipil, UNDIP Semarang, 2005.