12
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Potong Bobot potong merupakan hasil identifikasi yang paling sederhana untuk mengukur pertumbuhan yakni dengan cara menimbang ayam tersebut secara individual. Bobot potong diperoleh dengan penimbangan ayam yang telah dipuasakan terlebih dahulu selama jam 8 jam. Hasil penelitian bobot potong Ayam kampung super umur 60 hari disajikan pada Tabel 5. Tabel. 5. Bobot Potong Ayam Kampung Super (g/ekor) yang Diberi Tepung Daun Kersen dalam Ransum. Keterangan : R0 = Ransum mengandung tepung daun kersen 0% R1 = Ransum mengandung tepung daun kersen 1,25% R2 = Ransum mengandung tepung daun kersen 2,5% R3 = Ransum mengandung tepung daun kersen 3,75% R4 = Ransum mengandung tepung daun kersen 5% Ulangan Perlakuan R0 R1 R2 R3 R4 …………………..(g/ekor)…………………... 1 732,00 684,00 830,00 750,00 711,00 2 795,00 784,00 1006,00 886,00 767,00 3 725,00 930,00 928,00 795,00 790,00 4 643,00 740,00 873,00 738,00 684,00 Jumlah 2895,00 3138,00 3637,00 3169,00 2952,00 Rata-Rata 723,75 784,50 909,25 792,25 738,00

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Pengaruh Perlakuan terhadap ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150039_4_1138.pdf · Bobot potong merupakan hasil identifikasi yang paling sederhana

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

25

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Potong

Bobot potong merupakan hasil identifikasi yang paling sederhana untuk

mengukur pertumbuhan yakni dengan cara menimbang ayam tersebut secara

individual. Bobot potong diperoleh dengan penimbangan ayam yang telah

dipuasakan terlebih dahulu selama jam 8 jam. Hasil penelitian bobot potong Ayam

kampung super umur 60 hari disajikan pada Tabel 5.

Tabel. 5. Bobot Potong Ayam Kampung Super (g/ekor) yang Diberi Tepung

Daun Kersen dalam Ransum.

Keterangan :

R0 = Ransum mengandung tepung daun kersen 0%

R1 = Ransum mengandung tepung daun kersen 1,25%

R2 = Ransum mengandung tepung daun kersen 2,5%

R3 = Ransum mengandung tepung daun kersen 3,75%

R4 = Ransum mengandung tepung daun kersen 5%

Ulangan Perlakuan

R0 R1 R2 R3 R4

…………………..(g/ekor)…………………...

1 732,00 684,00 830,00 750,00 711,00

2 795,00 784,00 1006,00 886,00 767,00

3 725,00 930,00 928,00 795,00 790,00

4 643,00 740,00 873,00 738,00 684,00

Jumlah 2895,00 3138,00 3637,00 3169,00 2952,00

Rata-Rata 723,75 784,50 909,25 792,25 738,00

26

Rataan bobot potong ayam kampung super (g/ekor) pada Tabel 5

menunjukkan bahwa dari angka tertinggi sampai terendah ada pada R2 (909,25),

R3 (792,25), R1 (784,50), R4 (738,00) dan R0 (723,75). Bobot potong pada hasil

penelitian ini berkisar pada kisaran normal sesuai dengan hasil penelitian Iskandar

(2005) yang menyatakan bahwa ayam kampung super dapat dipanen pada umur 50

– 60 hari dengan bobot badan 0,7 – 1 kg. Hasil bobot potong pada Tabel 5, terlihat

bahwa bobot potong meningkat sampai perlakuan R2 namun turun kembali sampai

perlakuan R4. Data dianalisis ragam untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung

daun kersen di dalam ransum terhadap bobot potong ayam kampung super. Hasil

sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung daun kersen di dalam ransum

berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap bobot potong. Selanjutnya guna mengetahui

perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan yang hasilnya

tertera pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Potong

Ayam Kampung Super.

Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom signifikasi menunjukkan pengaruh

perlakuan berbeda nyata (P<0,05).

Berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada bobot potong ayam kampung

super untuk perlakuan R0 (0%), R1 (1,25%), R3 (3,75%) dan R4 (5%) tidak

berbeda nyata satu dengan yang lain. Perlakuan R2 (2,5%) nyata lebih tinggi

Perlakuan Rataan bobot potong Signifikansi

(0,05)

…………g………… R0 723,25 a R4 738,00 a R1 784,50 a R3 792,25 a R2 909,25 b

27

(P<0,05) dari R0, R1, R3 dan R4. Penambahan tepung daun kersen dalam ransum

sebanyak 1,25% dan 3,75% memberikan hasil positif pada pertumbuhan bobot

potong ayam kampung super, tetapi belum ada peningkatan yang nyata. Pada

penambahan tepung daun kersen sebanyak 2,5% (R2) baru efektif dan nyata

meningkatkan bobot potong. Hal ini terjadi karena pada perlakuan R2 (2,5%)

manfaat semua zat aktif yang terkandung pada daun kersen memberikan hasil yang

optimal. Seperti diketahui bahwa daun kersen mengandung zat-zat aktif yang

memberi efek menyehatkan ayam karena selain mengandung zat nutrien juga

mengandung antimikroba dan antioksidan serta zat aktif yang memperbaiki tingkat

penyerapan pada saluran pencernaan.

Menurut Zakaria dkk., (2006) menyatakan bahan kimia yang terdapat pada

daun kersen adalah air, protein, lemak, karbohidrat, serat, abu, kalsium, fosfor, besi,

karoten, tianin, ribofalin, niacin, tannin, saponin, flavonoid dan kandungan vitamin

C. Adapun hasil penelitian uji fitokimia oleh Arum dkk., (2012) yang menyatakan

bahwa pada daun kersen terdapat kandungan flavonoid, triterpenoid, alkaloid,

saponin dan steroid. Adanya kandungan flavonoid tersebut berguna untuk

menghambat aktivitas bakteri. Sejalan dengan pernyataan Binawati dan Amilah

(2013) yaitu Flavonoid dapat berfungsi sebagai antimikrobia, antivirus,

antioksidan, antihipertensi, merangsang pembentukan estrogen, dan mengobati

gangguan fungsi hati. Kandungan saponin pada daun kersen cukup tinggi yaitu

10,28% ( Analisis di Lab BPT Ciawi Bogor ). Saponin ternyata selain antimikroba

juga dapat meningkatkan penyerapan nutrisi di usus. Menurut Cheeke (2001) dan

Miah (2004), pemberian pakan yang mengandung saponin pada ternak monogastrik

dapat meningkatkan produksi, pertumbuhan dan efisiensi pakan serta

meningkatkan kualitas daging ternak.

28

Pemberian tepung daun kersen yang lebih tinggi dari 2,5% (R2) ternyata

menurunkan bobot potong kembali, hal ini karena selain zat aktifnya yang terlalu

tinggi, juga karena daun kersen mengandung zat yang memberikan efek negatif

yaitu tannin. Menurut Hayati dkk., (2010) tanin merupakan senyawa fenol yang

memiliki berat molekul besar yang terdiri dari gugus hidroksil dan beberapa

beberapa gugus yang bersangkutan seperti karboksil untuk membentuk kompleks

kuat yang efektif dengan protein dan beberapa makromolekul. Jadi penggunaan

tepung daun kersen yang berlebih berdampak pada penurunan performa ayam.

Pemberian tepung daun kersen di dalam ransum pada penelitian ini yang

paling efektif yaitu pada R2 (2,5%). Hal ini sejalan dengan penelitian dari Onu dan

Aniebo (2011) yang menyatakan bahwa pemberian daun kelor (Moringa oleifera)

sebanyak 2,5% dalam ransum pada broiler nyata meningkatkan bobot akhir

dibandingkan bobot akhir broiler yang tidak diberi daun kelor. Kandungan protein

dan zat aktif daun kersen menyerupai daun kelor. Menurut Safa dkk., (2014)

pemberian daun kelor sebanyak 5% dalam ransum menghasilkan bobot akhir yang

paling tinggi atau menghasilkan performa terbaik ayam broiler dan tidak

memberikan efek negatif, namun pemberian daun kelor diatas 5% akan

menurunkan performa ayam broiler. Daun kelor mengandung zat aktif seperti

flavonoid, alkaloid, saponin dan steroid. Selanjutnya Leeson dan sumers (2005)

mengemukakan bahwa bobot potong berkaitan dengan bobot badan.

1.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Karkas

Karkas penentu dalam produksi ayam super, produksi karkas berhubungan

dengan bobot badan, Karkas ayam bervariasi sesuai ukuran tubuh, tingkat

kegemukan dan tingkat pendagingan pada dada. Karkas yang digunakan dalam

29

penelitian ini yaitu karkas eviskerasi yaitu karkas tanpa darah, bulu dan jeroan.

Sesuai dengan pernyataan Hardjosworo dan Rukminasih (2000) yang menyatakan

karkas ayam kampung biasanya merupakan karkas eviscerated (karkas tanpa darah,

bulu dan jeroan tanpa giblet). Data bobot karkas hasil penelitian dapat dilihat pada

Tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7. Bobot Karkas Ayam Kampung Super (g/ekor) yang Diberi Tepung

Daun Kersen dalam Ransum.

Dari hasil rataan Tabel di atas, rataan bobot karkas ayam super (g/ekor) yaitu

terdiri dari R0 (526,00), R1 (561,75), R2 (674,00), R3 (582,75) dan R4 (532,50),

dari data ini hasil tertinggi ada perlakuan R2 (2,5% tepung daun kersen). Guna

mengetahui apakah perlakuan berpengaruh terhadap bobot karkas, maka dilakukan

uji statistik menggunakan analisis sidik ragam. Hasil analisis menunjukkan

pemberian tepung daun kersen di dalam ransum berpengaruh nyata (P<0,05)

terhadap bobot karkas. Hal ini disebabkan bobot karkas pada perlakuan R2 juga

nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lainnya. Pemeliharaan serta ransum

yang baik jelas sangat berpengaruh terhadap performa ternak yang nantinya akan

Ulangan Perlakuan

R0 R1 R2 R3 R4

…………………..(g/ekor)…………………...

1 533,00 489,00 599,00 549,00 508,00

2 561,00 553,00 765,00 684,00 549,00

3 543,00 667,00 680,00 560,00 574,00

4 467,00 538,00 652,00 538,00 499,00

Jumlah 2104,00 2247,00 2696,00 2331,00 2130,00

Rata-Rata 526,00 561,75 674,00 582,75 532,50

30

berkaitan dengan kualitas suatu karkas yang baik dalam penyerapan nutrisi

sehingga berdampak langsung terhadap peningkatan bobot tubuh dan karkas ayam

super.

Kandungan nutrisi dari ransum, kondisi lingkungan, umur potong ayam, dan

strain ayam dapat mempengaruhi persentase karkas yang akan dihasilkan. Hal ini

disebabkan pada taraf ini nutrisi makanan lebih banyak yang terserap disaluran

pencernaan sehingga menghasilkan bobot tubuh dan karkas yang lebih tinggi.

Adapun jenis karkas yang sering digunakan di Indonesia khususnya pada ayam

lokal yaitu karkas episkerasi yaitu karkas tanpa darah, bulu dan jeroan tanpa giblet,

oleh karena itu menurut Purnomo (1992) menyatakan kaki, leher dan kepala ayam

merupakan limbah yang dihasilkan dari karkas unggas, namun di Indonesia kaki,

leher dan kepala ayam masih memiliki nilai ekonomis untuk dijadikan sebuah sajian

hidangan. Selanjutnya guna mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji

Jarak Berganda Duncan yang hasilnya tertera pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Karkas

Ayam Kampung Super.

Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom signifikasi menunjukkan pengaruh

perlakuan berbeda nyata (P<0,05)

Perlakuan Rataan bobot karkas Signifikansi

(0,05)

…………g………… R0 526,00 a R4 532,50 a R1 561,75 a R3 582,75 a R2 674,00 b

31

Berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada bobot karkas ayam kampung

super untuk perlakuan R0 (0%), R1 (1,25%), R3 (3,75%) dan R4 (5%) tidak

berbeda nyata satu dengan yang lain. Perlakuan R2 (2,5%) nyata lebih tinggi

(P<0,05) dari R0, R1, R3 dan R4. Pemberian tepung daun kersen dalam ransum

sebanyak 1,25% dan 3,75% memberikan hasil positif pada pertumbuhan bobot

karkas ayam kampung super, tetapi belum ada peningkatan yang nyata. Tidak beda

nyata antar perlakuan diantaranya disebabkan oleh konsumsi ransum ayam super

hampir sama setiap perlakuan sehingga menghasilkan persentase bobot karkas yang

sama. Pada penambahan tepung daun kersen sebanyak 2,5% (R2) baru efektif dan

nyata meningkatkan bobot karkas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persentase karkas yaitu bobot hidup,

kegemukan dan deposisi daging. Hal ini karena ayam kampung super memliki

pertumbuhan bobot badan yang lebih cepat dibandingkan dengan ayam kampung

biasa. Dijelaskan lebih lanjut oleh Nahashon dkk., (2005) bahwa bobot karkas

sangat dipengaruhi oleh bobot hidup yang dihasilkan. Semakin tinggi bobot hidup,

bobot karkas akan semakin tinggi begitu juga sebaliknya. Persentase karkas

merupakan jumlah perbandingan bobot karkas bobot hidup dikalikan 100%.

Perbandingan bobot karkas pada bobot hidup atau yang dinyatakan sebagai

persentase karkas sering digunakan untuk ukuran produksi, karena karkas

merupakan bagian – bagian yang sering dikonsumsi (edible). Data persentase

karkas hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.

32

Tabel 9. Persentase Karkas Ayam Kampung Super yang Diberi Tepung

Daun Kersen dalam Ransum.

Rataan persentase karkas ayam kampung super yang didapat pada penelitian

ini adalah berkisar antara 71,61 - 74,04 persen. Kisaran ini sejalan dengan

pernyataan Ramdani dkk., (2016) yang menyatakan ukuran besarnya persentase

karkas eviskerasi terhadap bobot hidup sebesar 75%. Sedangkan persentase bobot

karkas kosong ayam kampung super umur 8 minggu yang diperoleh berkisar antara

66,39 – 68,57 % dari bobot hidup. Guna mengetahui pengaruh perlakuan terhadap

persentase karkas ayam kampung super, maka dilakuka uji statistik menggunakan

analisis ragam. Hasil analisis memperlihatkan bahwa tepung daun kersen dalam

ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap presentase karkas ayam

kampung super. Perlakuan tidak berpengaruh terhadap presentase karkas, karena

presentase karkas memperlihatkan proporsi dari tubuhnya yang besarnya relatif

sama pada umur yang sama.

Hasil presentase karkas yang relatif sama memperlihatkan proporsi yang

normal, dalam artian tidak menjadikan bagian tertentu yang membesar. Apabila

terjadi pertumbuhan yang sangat tinggi, maka bagian tertentu yang membesar

biasanya bagian yang dianggap produksi yaitu bagian dada dengan penambahan

Ulangan Perlakuan

R0 R1 R2 R3 R4

…………………........(%)…...………………...

1 72,81 71,49 72,17 73,20 71,45

2 70,57 70,54 76,04 77,20 71,58

3 74,90 71,72 73,28 70,44 72,66

4 72,63 72,70 74,68 72,90 72,95

Rata-Rata 72,73 71,61 74,04 73,44 72,16

33

penimbunan otot. Kenaikan presentase karkas disebabkan meningkatnya volume

tubuh ayam yang terus mengalami pertumbuhan. Presentase karkas dipengaruhi

oleh bobot potong. Menurut Djunu dan Saleh (2015) faktor-faktor yang

mempengaruhi persentase karkas yaitu bobot hidup, kegemukan dan deposisi

daging.

4.3 Pengaruh Perlakuan terhadap Lemak Abdominal

Kandungan lemak abdominal juga harus diperhatikan selain karkas dan

bobot potong pada ayam kampung super, karena lemak dan jeroan yang tinggi akan

mengurangi persentasi karkas. Deposit lemak ayam umumnya disimpan di rongga

tubuh di bawah kulit. Penumpukan lemak terbanyak pada ayam biasanya terdapat

pada bagian abdominal. Bagian tubuh yang digunakan untuk menyimpan lemak

salah satunya adalah bagian rongga perut atau dikenal dengan lemak abdominal.

Hasil penelitian bobot lemak abdominal ayam kampung super umur 60 hari

disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Bobot Lemak Abdominal Ayam Kampung Super (g/ekor) yang

Diberi Tepung Daun Kersen dalam Ransum.

Keterangan : tn = tidak nyata (P>0,05).

Ulangan Perlakuan

R0 R1 R2 R3 R4

…………………..(g/ekor)…………………...

1 3,00 4,00 4,00 3,00 4,00

2 3,00 4,00 5,00 3,00 4,00

3 4,00 4,00 5,00 6,00 4,00

4 3,00 5,00 4,00 3,00 4,00

Rata-Rata 3,25tn 4,25tn 4,50tn 3,75tn 4,00tn

34

Berdasarkan Tabel 10 di atas, dapat diketahui bahwa rataan bobot lemak

abdominal secara berturut turut R0 : 3,25, R1 : 4,25, R2 : 4,50, R3 : 3,75 dan R4 :

4,00. Dari hasil rataan ini menunjukan bahwa bobot lemak abdominal tertinggi ada

pada perlakuan R2 yaitu 4,50 dan terendah ada pada yang tidak diberi perlakuan

atau R0 yaitu 3,25. Guna mengetahui pengaruh perlakuan terhadap bobot lemak

abdominal ayam kampung super, maka dilakuka uji statistik menggunakan analisis

ragam. Hasil analisis memperlihatkan bahwa tepung daun kersen dalam ransum

tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap bobot lemak abdominal ayam kampung

super. Menurut Zerehdaran dkk., (2004) yang menyatakan bahwa komposisi pakan

memiliki pengaruh sangat besar dalam pembentukan lemak dalam tubuh ternak

yang akan meningkatkan pula jumlah lemak abdominal dan besarnya kepadatan

lemak.

Diketahui bahwa pada kandungan tepung daun kersen terdapat sejumlah

protein dan kandungan lemak yang dapat mempengaruhi lemak abdominal yang

terbentuk. Hal tesebut sesuai dengan pernyataan Zakaria dkk., (2010) yang

menyatakan bahwa daun dan kulit batang Muntingia calabura mengandung

alkaloid, tanin, saponin, flavonoida, polifenol, flavonol (kaemferol dan kuersetin)

serta proantosianidin dan sianidin, beberapa mioinositol. Serta setiap 100 gram

tanaman ini memiliki kandungan : 76,3 g air, 2,1 g protein, 2,3 g lemak, 17,9 g

karbohidrat, 4,6 g serat, 1,4 g abu, 125 mg kalsium, 94 mg fosfor, 0,015 mg vitamin

A, 90 mg vitamin C dan energinya 380 kJ/100 g. Data persentase lemak abdominal

hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 11.

35

Tabel 11. Persentase Lemak Abdominal Ayam Kampung Super yang Diberi

Tepung Daun Kersen dalam Ransum.

Keterangan : tn = tidak nyata (P>0,05).

Berdasarkan Tabel 11 di atas, dapat diketahui bahwa rataan persentase

lemak abdominal secara berturut turut R0 : 0,45%, R1 : 0,55%, R2 : 0,49%, R3 :

0,47% dan R4 : 0,54%. Dari hasil rataan ini menunjukan bahwa persentase lemak

abdominal tertinggi ada pada perlakuan R1 yaitu 0,55% dan terendah ada pada

perlakuan R0 : 0,45%. Hasil analisis sidik ragam antar perlakuan tidak berbeda

nyata (P>0,05) hal ini disebabkan karena kandungan energi dan protein di dalam

ransum yang sama, sehingga tingkat penimbunan energi dalam tubuh dalam bentuk

lemak sama antar perlakuan. Menurut Djunu dan Saleh (2015) bahwa persentase

lemak abdomen ayam kampung super umur 8 minggu sekitar 1,18% - 1,70%

dari berat hidup. Hal tersebut bahkan berbeda sedikit dengan hasil penelitian yang

dilakukan, dimana jumlah rata-rata persentase lemak abdominal ayam kampung

super yaitu <1%.

Faktor yang dapat mempengaruhi hal tersebut yaitu adanya kandungan

saponin pada daun kersen yang dapat menurunkan presentase dari kadar lemak

abdominal tersebut. Sesuai dengan pernyataan dari Lajuck (2012) yang menyatakan

Ulangan Perlakuan

R0 R1 R2 R3 R4

…………………........(%)…...………………...

1 0,41 0,58 0,48 0,40 0,56

2 0,38 0,51 0,50 0,34 0,52

3 0,55 0,43 0,54 0,75 0,51

4 0,47 0,68 0,46 0,41 0,58

Rata-Rata 0,45tn 0,55tn 0,49tn 0,47tn 0,54tn

36

bahwa saponin dapat membantu menurunkan kadar kolesterol serta mengurangi

penimbunan lemak dalam pembuluh darah dengan menurunkan tingkat absorpsi

kolesterol dan meningkatkan ekskresi. Kandungan lemak abdominal juga harus

diperhatikan selain karkas dan bobot potong pada ayam kampung super, karena

lemak dan jeroan yang tinggi akan mengurangi persentasi karkas. Menurut Bell dan

Weaver (2002) Deposit lemak ayam umumnya disimpan di rongga tubuh di bawah

kulit. Penumpukan lemak terbanyak pada ayam biasanya terdapat pada bagian

abdominal. Lemak abdominal pada ayam dapat meningkat jika diberikan ransum

dengan kandungan lemak yang tinggi. Di daerah yang panas, ransum ternak ayam

perlu mengandung lemak dalam jumlah yang cukup karena dalam proses

metabolismenya tidak membuat ayam kepanasan atau Heat in Creament. Lemak

menghasilkan energi 2,25 kali lebih besar dari karbohidrat.