Upload
others
View
8
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
25
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Potong
Bobot potong merupakan hasil identifikasi yang paling sederhana untuk
mengukur pertumbuhan yakni dengan cara menimbang ayam tersebut secara
individual. Bobot potong diperoleh dengan penimbangan ayam yang telah
dipuasakan terlebih dahulu selama jam 8 jam. Hasil penelitian bobot potong Ayam
kampung super umur 60 hari disajikan pada Tabel 5.
Tabel. 5. Bobot Potong Ayam Kampung Super (g/ekor) yang Diberi Tepung
Daun Kersen dalam Ransum.
Keterangan :
R0 = Ransum mengandung tepung daun kersen 0%
R1 = Ransum mengandung tepung daun kersen 1,25%
R2 = Ransum mengandung tepung daun kersen 2,5%
R3 = Ransum mengandung tepung daun kersen 3,75%
R4 = Ransum mengandung tepung daun kersen 5%
Ulangan Perlakuan
R0 R1 R2 R3 R4
…………………..(g/ekor)…………………...
1 732,00 684,00 830,00 750,00 711,00
2 795,00 784,00 1006,00 886,00 767,00
3 725,00 930,00 928,00 795,00 790,00
4 643,00 740,00 873,00 738,00 684,00
Jumlah 2895,00 3138,00 3637,00 3169,00 2952,00
Rata-Rata 723,75 784,50 909,25 792,25 738,00
26
Rataan bobot potong ayam kampung super (g/ekor) pada Tabel 5
menunjukkan bahwa dari angka tertinggi sampai terendah ada pada R2 (909,25),
R3 (792,25), R1 (784,50), R4 (738,00) dan R0 (723,75). Bobot potong pada hasil
penelitian ini berkisar pada kisaran normal sesuai dengan hasil penelitian Iskandar
(2005) yang menyatakan bahwa ayam kampung super dapat dipanen pada umur 50
– 60 hari dengan bobot badan 0,7 – 1 kg. Hasil bobot potong pada Tabel 5, terlihat
bahwa bobot potong meningkat sampai perlakuan R2 namun turun kembali sampai
perlakuan R4. Data dianalisis ragam untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung
daun kersen di dalam ransum terhadap bobot potong ayam kampung super. Hasil
sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung daun kersen di dalam ransum
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap bobot potong. Selanjutnya guna mengetahui
perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan yang hasilnya
tertera pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Potong
Ayam Kampung Super.
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom signifikasi menunjukkan pengaruh
perlakuan berbeda nyata (P<0,05).
Berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada bobot potong ayam kampung
super untuk perlakuan R0 (0%), R1 (1,25%), R3 (3,75%) dan R4 (5%) tidak
berbeda nyata satu dengan yang lain. Perlakuan R2 (2,5%) nyata lebih tinggi
Perlakuan Rataan bobot potong Signifikansi
(0,05)
…………g………… R0 723,25 a R4 738,00 a R1 784,50 a R3 792,25 a R2 909,25 b
27
(P<0,05) dari R0, R1, R3 dan R4. Penambahan tepung daun kersen dalam ransum
sebanyak 1,25% dan 3,75% memberikan hasil positif pada pertumbuhan bobot
potong ayam kampung super, tetapi belum ada peningkatan yang nyata. Pada
penambahan tepung daun kersen sebanyak 2,5% (R2) baru efektif dan nyata
meningkatkan bobot potong. Hal ini terjadi karena pada perlakuan R2 (2,5%)
manfaat semua zat aktif yang terkandung pada daun kersen memberikan hasil yang
optimal. Seperti diketahui bahwa daun kersen mengandung zat-zat aktif yang
memberi efek menyehatkan ayam karena selain mengandung zat nutrien juga
mengandung antimikroba dan antioksidan serta zat aktif yang memperbaiki tingkat
penyerapan pada saluran pencernaan.
Menurut Zakaria dkk., (2006) menyatakan bahan kimia yang terdapat pada
daun kersen adalah air, protein, lemak, karbohidrat, serat, abu, kalsium, fosfor, besi,
karoten, tianin, ribofalin, niacin, tannin, saponin, flavonoid dan kandungan vitamin
C. Adapun hasil penelitian uji fitokimia oleh Arum dkk., (2012) yang menyatakan
bahwa pada daun kersen terdapat kandungan flavonoid, triterpenoid, alkaloid,
saponin dan steroid. Adanya kandungan flavonoid tersebut berguna untuk
menghambat aktivitas bakteri. Sejalan dengan pernyataan Binawati dan Amilah
(2013) yaitu Flavonoid dapat berfungsi sebagai antimikrobia, antivirus,
antioksidan, antihipertensi, merangsang pembentukan estrogen, dan mengobati
gangguan fungsi hati. Kandungan saponin pada daun kersen cukup tinggi yaitu
10,28% ( Analisis di Lab BPT Ciawi Bogor ). Saponin ternyata selain antimikroba
juga dapat meningkatkan penyerapan nutrisi di usus. Menurut Cheeke (2001) dan
Miah (2004), pemberian pakan yang mengandung saponin pada ternak monogastrik
dapat meningkatkan produksi, pertumbuhan dan efisiensi pakan serta
meningkatkan kualitas daging ternak.
28
Pemberian tepung daun kersen yang lebih tinggi dari 2,5% (R2) ternyata
menurunkan bobot potong kembali, hal ini karena selain zat aktifnya yang terlalu
tinggi, juga karena daun kersen mengandung zat yang memberikan efek negatif
yaitu tannin. Menurut Hayati dkk., (2010) tanin merupakan senyawa fenol yang
memiliki berat molekul besar yang terdiri dari gugus hidroksil dan beberapa
beberapa gugus yang bersangkutan seperti karboksil untuk membentuk kompleks
kuat yang efektif dengan protein dan beberapa makromolekul. Jadi penggunaan
tepung daun kersen yang berlebih berdampak pada penurunan performa ayam.
Pemberian tepung daun kersen di dalam ransum pada penelitian ini yang
paling efektif yaitu pada R2 (2,5%). Hal ini sejalan dengan penelitian dari Onu dan
Aniebo (2011) yang menyatakan bahwa pemberian daun kelor (Moringa oleifera)
sebanyak 2,5% dalam ransum pada broiler nyata meningkatkan bobot akhir
dibandingkan bobot akhir broiler yang tidak diberi daun kelor. Kandungan protein
dan zat aktif daun kersen menyerupai daun kelor. Menurut Safa dkk., (2014)
pemberian daun kelor sebanyak 5% dalam ransum menghasilkan bobot akhir yang
paling tinggi atau menghasilkan performa terbaik ayam broiler dan tidak
memberikan efek negatif, namun pemberian daun kelor diatas 5% akan
menurunkan performa ayam broiler. Daun kelor mengandung zat aktif seperti
flavonoid, alkaloid, saponin dan steroid. Selanjutnya Leeson dan sumers (2005)
mengemukakan bahwa bobot potong berkaitan dengan bobot badan.
1.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Karkas
Karkas penentu dalam produksi ayam super, produksi karkas berhubungan
dengan bobot badan, Karkas ayam bervariasi sesuai ukuran tubuh, tingkat
kegemukan dan tingkat pendagingan pada dada. Karkas yang digunakan dalam
29
penelitian ini yaitu karkas eviskerasi yaitu karkas tanpa darah, bulu dan jeroan.
Sesuai dengan pernyataan Hardjosworo dan Rukminasih (2000) yang menyatakan
karkas ayam kampung biasanya merupakan karkas eviscerated (karkas tanpa darah,
bulu dan jeroan tanpa giblet). Data bobot karkas hasil penelitian dapat dilihat pada
Tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7. Bobot Karkas Ayam Kampung Super (g/ekor) yang Diberi Tepung
Daun Kersen dalam Ransum.
Dari hasil rataan Tabel di atas, rataan bobot karkas ayam super (g/ekor) yaitu
terdiri dari R0 (526,00), R1 (561,75), R2 (674,00), R3 (582,75) dan R4 (532,50),
dari data ini hasil tertinggi ada perlakuan R2 (2,5% tepung daun kersen). Guna
mengetahui apakah perlakuan berpengaruh terhadap bobot karkas, maka dilakukan
uji statistik menggunakan analisis sidik ragam. Hasil analisis menunjukkan
pemberian tepung daun kersen di dalam ransum berpengaruh nyata (P<0,05)
terhadap bobot karkas. Hal ini disebabkan bobot karkas pada perlakuan R2 juga
nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lainnya. Pemeliharaan serta ransum
yang baik jelas sangat berpengaruh terhadap performa ternak yang nantinya akan
Ulangan Perlakuan
R0 R1 R2 R3 R4
…………………..(g/ekor)…………………...
1 533,00 489,00 599,00 549,00 508,00
2 561,00 553,00 765,00 684,00 549,00
3 543,00 667,00 680,00 560,00 574,00
4 467,00 538,00 652,00 538,00 499,00
Jumlah 2104,00 2247,00 2696,00 2331,00 2130,00
Rata-Rata 526,00 561,75 674,00 582,75 532,50
30
berkaitan dengan kualitas suatu karkas yang baik dalam penyerapan nutrisi
sehingga berdampak langsung terhadap peningkatan bobot tubuh dan karkas ayam
super.
Kandungan nutrisi dari ransum, kondisi lingkungan, umur potong ayam, dan
strain ayam dapat mempengaruhi persentase karkas yang akan dihasilkan. Hal ini
disebabkan pada taraf ini nutrisi makanan lebih banyak yang terserap disaluran
pencernaan sehingga menghasilkan bobot tubuh dan karkas yang lebih tinggi.
Adapun jenis karkas yang sering digunakan di Indonesia khususnya pada ayam
lokal yaitu karkas episkerasi yaitu karkas tanpa darah, bulu dan jeroan tanpa giblet,
oleh karena itu menurut Purnomo (1992) menyatakan kaki, leher dan kepala ayam
merupakan limbah yang dihasilkan dari karkas unggas, namun di Indonesia kaki,
leher dan kepala ayam masih memiliki nilai ekonomis untuk dijadikan sebuah sajian
hidangan. Selanjutnya guna mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji
Jarak Berganda Duncan yang hasilnya tertera pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Karkas
Ayam Kampung Super.
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom signifikasi menunjukkan pengaruh
perlakuan berbeda nyata (P<0,05)
Perlakuan Rataan bobot karkas Signifikansi
(0,05)
…………g………… R0 526,00 a R4 532,50 a R1 561,75 a R3 582,75 a R2 674,00 b
31
Berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada bobot karkas ayam kampung
super untuk perlakuan R0 (0%), R1 (1,25%), R3 (3,75%) dan R4 (5%) tidak
berbeda nyata satu dengan yang lain. Perlakuan R2 (2,5%) nyata lebih tinggi
(P<0,05) dari R0, R1, R3 dan R4. Pemberian tepung daun kersen dalam ransum
sebanyak 1,25% dan 3,75% memberikan hasil positif pada pertumbuhan bobot
karkas ayam kampung super, tetapi belum ada peningkatan yang nyata. Tidak beda
nyata antar perlakuan diantaranya disebabkan oleh konsumsi ransum ayam super
hampir sama setiap perlakuan sehingga menghasilkan persentase bobot karkas yang
sama. Pada penambahan tepung daun kersen sebanyak 2,5% (R2) baru efektif dan
nyata meningkatkan bobot karkas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persentase karkas yaitu bobot hidup,
kegemukan dan deposisi daging. Hal ini karena ayam kampung super memliki
pertumbuhan bobot badan yang lebih cepat dibandingkan dengan ayam kampung
biasa. Dijelaskan lebih lanjut oleh Nahashon dkk., (2005) bahwa bobot karkas
sangat dipengaruhi oleh bobot hidup yang dihasilkan. Semakin tinggi bobot hidup,
bobot karkas akan semakin tinggi begitu juga sebaliknya. Persentase karkas
merupakan jumlah perbandingan bobot karkas bobot hidup dikalikan 100%.
Perbandingan bobot karkas pada bobot hidup atau yang dinyatakan sebagai
persentase karkas sering digunakan untuk ukuran produksi, karena karkas
merupakan bagian – bagian yang sering dikonsumsi (edible). Data persentase
karkas hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.
32
Tabel 9. Persentase Karkas Ayam Kampung Super yang Diberi Tepung
Daun Kersen dalam Ransum.
Rataan persentase karkas ayam kampung super yang didapat pada penelitian
ini adalah berkisar antara 71,61 - 74,04 persen. Kisaran ini sejalan dengan
pernyataan Ramdani dkk., (2016) yang menyatakan ukuran besarnya persentase
karkas eviskerasi terhadap bobot hidup sebesar 75%. Sedangkan persentase bobot
karkas kosong ayam kampung super umur 8 minggu yang diperoleh berkisar antara
66,39 – 68,57 % dari bobot hidup. Guna mengetahui pengaruh perlakuan terhadap
persentase karkas ayam kampung super, maka dilakuka uji statistik menggunakan
analisis ragam. Hasil analisis memperlihatkan bahwa tepung daun kersen dalam
ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap presentase karkas ayam
kampung super. Perlakuan tidak berpengaruh terhadap presentase karkas, karena
presentase karkas memperlihatkan proporsi dari tubuhnya yang besarnya relatif
sama pada umur yang sama.
Hasil presentase karkas yang relatif sama memperlihatkan proporsi yang
normal, dalam artian tidak menjadikan bagian tertentu yang membesar. Apabila
terjadi pertumbuhan yang sangat tinggi, maka bagian tertentu yang membesar
biasanya bagian yang dianggap produksi yaitu bagian dada dengan penambahan
Ulangan Perlakuan
R0 R1 R2 R3 R4
…………………........(%)…...………………...
1 72,81 71,49 72,17 73,20 71,45
2 70,57 70,54 76,04 77,20 71,58
3 74,90 71,72 73,28 70,44 72,66
4 72,63 72,70 74,68 72,90 72,95
Rata-Rata 72,73 71,61 74,04 73,44 72,16
33
penimbunan otot. Kenaikan presentase karkas disebabkan meningkatnya volume
tubuh ayam yang terus mengalami pertumbuhan. Presentase karkas dipengaruhi
oleh bobot potong. Menurut Djunu dan Saleh (2015) faktor-faktor yang
mempengaruhi persentase karkas yaitu bobot hidup, kegemukan dan deposisi
daging.
4.3 Pengaruh Perlakuan terhadap Lemak Abdominal
Kandungan lemak abdominal juga harus diperhatikan selain karkas dan
bobot potong pada ayam kampung super, karena lemak dan jeroan yang tinggi akan
mengurangi persentasi karkas. Deposit lemak ayam umumnya disimpan di rongga
tubuh di bawah kulit. Penumpukan lemak terbanyak pada ayam biasanya terdapat
pada bagian abdominal. Bagian tubuh yang digunakan untuk menyimpan lemak
salah satunya adalah bagian rongga perut atau dikenal dengan lemak abdominal.
Hasil penelitian bobot lemak abdominal ayam kampung super umur 60 hari
disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Bobot Lemak Abdominal Ayam Kampung Super (g/ekor) yang
Diberi Tepung Daun Kersen dalam Ransum.
Keterangan : tn = tidak nyata (P>0,05).
Ulangan Perlakuan
R0 R1 R2 R3 R4
…………………..(g/ekor)…………………...
1 3,00 4,00 4,00 3,00 4,00
2 3,00 4,00 5,00 3,00 4,00
3 4,00 4,00 5,00 6,00 4,00
4 3,00 5,00 4,00 3,00 4,00
Rata-Rata 3,25tn 4,25tn 4,50tn 3,75tn 4,00tn
34
Berdasarkan Tabel 10 di atas, dapat diketahui bahwa rataan bobot lemak
abdominal secara berturut turut R0 : 3,25, R1 : 4,25, R2 : 4,50, R3 : 3,75 dan R4 :
4,00. Dari hasil rataan ini menunjukan bahwa bobot lemak abdominal tertinggi ada
pada perlakuan R2 yaitu 4,50 dan terendah ada pada yang tidak diberi perlakuan
atau R0 yaitu 3,25. Guna mengetahui pengaruh perlakuan terhadap bobot lemak
abdominal ayam kampung super, maka dilakuka uji statistik menggunakan analisis
ragam. Hasil analisis memperlihatkan bahwa tepung daun kersen dalam ransum
tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap bobot lemak abdominal ayam kampung
super. Menurut Zerehdaran dkk., (2004) yang menyatakan bahwa komposisi pakan
memiliki pengaruh sangat besar dalam pembentukan lemak dalam tubuh ternak
yang akan meningkatkan pula jumlah lemak abdominal dan besarnya kepadatan
lemak.
Diketahui bahwa pada kandungan tepung daun kersen terdapat sejumlah
protein dan kandungan lemak yang dapat mempengaruhi lemak abdominal yang
terbentuk. Hal tesebut sesuai dengan pernyataan Zakaria dkk., (2010) yang
menyatakan bahwa daun dan kulit batang Muntingia calabura mengandung
alkaloid, tanin, saponin, flavonoida, polifenol, flavonol (kaemferol dan kuersetin)
serta proantosianidin dan sianidin, beberapa mioinositol. Serta setiap 100 gram
tanaman ini memiliki kandungan : 76,3 g air, 2,1 g protein, 2,3 g lemak, 17,9 g
karbohidrat, 4,6 g serat, 1,4 g abu, 125 mg kalsium, 94 mg fosfor, 0,015 mg vitamin
A, 90 mg vitamin C dan energinya 380 kJ/100 g. Data persentase lemak abdominal
hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 11.
35
Tabel 11. Persentase Lemak Abdominal Ayam Kampung Super yang Diberi
Tepung Daun Kersen dalam Ransum.
Keterangan : tn = tidak nyata (P>0,05).
Berdasarkan Tabel 11 di atas, dapat diketahui bahwa rataan persentase
lemak abdominal secara berturut turut R0 : 0,45%, R1 : 0,55%, R2 : 0,49%, R3 :
0,47% dan R4 : 0,54%. Dari hasil rataan ini menunjukan bahwa persentase lemak
abdominal tertinggi ada pada perlakuan R1 yaitu 0,55% dan terendah ada pada
perlakuan R0 : 0,45%. Hasil analisis sidik ragam antar perlakuan tidak berbeda
nyata (P>0,05) hal ini disebabkan karena kandungan energi dan protein di dalam
ransum yang sama, sehingga tingkat penimbunan energi dalam tubuh dalam bentuk
lemak sama antar perlakuan. Menurut Djunu dan Saleh (2015) bahwa persentase
lemak abdomen ayam kampung super umur 8 minggu sekitar 1,18% - 1,70%
dari berat hidup. Hal tersebut bahkan berbeda sedikit dengan hasil penelitian yang
dilakukan, dimana jumlah rata-rata persentase lemak abdominal ayam kampung
super yaitu <1%.
Faktor yang dapat mempengaruhi hal tersebut yaitu adanya kandungan
saponin pada daun kersen yang dapat menurunkan presentase dari kadar lemak
abdominal tersebut. Sesuai dengan pernyataan dari Lajuck (2012) yang menyatakan
Ulangan Perlakuan
R0 R1 R2 R3 R4
…………………........(%)…...………………...
1 0,41 0,58 0,48 0,40 0,56
2 0,38 0,51 0,50 0,34 0,52
3 0,55 0,43 0,54 0,75 0,51
4 0,47 0,68 0,46 0,41 0,58
Rata-Rata 0,45tn 0,55tn 0,49tn 0,47tn 0,54tn
36
bahwa saponin dapat membantu menurunkan kadar kolesterol serta mengurangi
penimbunan lemak dalam pembuluh darah dengan menurunkan tingkat absorpsi
kolesterol dan meningkatkan ekskresi. Kandungan lemak abdominal juga harus
diperhatikan selain karkas dan bobot potong pada ayam kampung super, karena
lemak dan jeroan yang tinggi akan mengurangi persentasi karkas. Menurut Bell dan
Weaver (2002) Deposit lemak ayam umumnya disimpan di rongga tubuh di bawah
kulit. Penumpukan lemak terbanyak pada ayam biasanya terdapat pada bagian
abdominal. Lemak abdominal pada ayam dapat meningkat jika diberikan ransum
dengan kandungan lemak yang tinggi. Di daerah yang panas, ransum ternak ayam
perlu mengandung lemak dalam jumlah yang cukup karena dalam proses
metabolismenya tidak membuat ayam kepanasan atau Heat in Creament. Lemak
menghasilkan energi 2,25 kali lebih besar dari karbohidrat.