Upload
ngonhan
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
30
IV. KEGIATAN KAMPANYE
Kegiatan-Kegiatan Kampanye: Deskripsi dan Evaluasi Efektifitas
Tabel 4. Rantai Hasil dan Sasaran SMART terkait Pengetahuan Untuk Petani
Khalayak sasaran: petani
Tahap teori perubahan Pengetahuan
Rantai hasil Pengetahuan mengenai fungsi lahan gambut meningkat
Pengetahuan mengenai kemampuan mandiri dan modal usaha tumbuh
Sasaran-sasaran SMART Pada Juli 2010, 31,20% petani di 4 desa target sekitar hutan Sungai Putri
mengetahui fungsi hutan rawa gambut untuk menahan intrusi (naik 43% dari
hasil survei pra kampanye)
Pada Juli 2010, 28,40% petani di 4 desa target sekitar hutan Sungai Putri
mengetahui fungsi hutan rawa gambut sebagai penyimpan karbon (naik
39,75% dari hasil survei pra kampanye)
Pada Juli 2010, 98,1% petani di 4 desa target sekitar hutan Sungai Putri
mengetahui tentang Credit Union sebagai wadah/ usaha bersama untuk
simpan pinjam (terjadi perubahan pp +31,2 dari hasil survei pra kampanye).
Jumlah petani yang mengetahui tentang Credit Union yang digunakan untuk
mengukur sasaran SMART dalam laporan akhir ini berbeda dengan yang
digunakan dalam dokumen rencana proyek. Ini dikarenakan karena pada hasil
survei pra kampanye, ada jawaban pertanyaan yang sebenarnya mempunyai
ide yang sama tapi tidak dikelompokkan. Pada saat melakukan analisis hasil
survei paska kampanye, jawaban pertanyaan untuk dasar penentuan sasaran
31
SMART untuk pengetahuan mengenai CU ini dikelompokkan, sehingga
angkanya menjadi berbeda.
Untuk mendukung sasaran SMART ini, bisa juga dilihat adanya penurunan
jumlah responden khalayak target yang belum paham mengenai CU, dari
15,6% menjadi 0%.
Sebenarnya, jika dilihat dari semua jawaban yang diberikan oleh responden
tidak ada pemahaman yang salah mengenai CU. Namun pada saat penentuan
sasaran SMART, manajer kampanye memilih 1 pilihan jawaban (media/ usaha
bersama simpan pinjam) tanpa mempertimbangkan pilihan jawaban yang lain.
Manajer kampanye tidak mempertimbangkan bahwa pertanyaan yang
diajukan adalah adalah pertanyaan terbuka, sehingga banyak kemungkinan
jawaban yang bisa muncul.
Pertanyaan lain yang bisa mendukung perubahan pengetahuan responden
khalayak target adalah apakah responden pernah mendengar tentang CU. Ada
perubahan sebesar 31.2 pp, dari 18.1% menjadi 49.3%.
Namun frekuensi error untuk jawaban pertanyaan yang menjadi dasar sasaran
SMART pengetahuan mengenai CU ini cukup besar (11,9%). Ini mungkin
dikarenakan, jumlah responden khalayak target yang menjawab pada saat
survei pra jauh lebih sedikit (45 dari 265 responden) dibandingkan dengan
yang menjawab saat survei paska (109 dari 220 responden).
32
Tabel 5. Rantai Hasil dan Sasaran SMART terkait Sikap untuk Petani
Khalayak sasaran: petani
Tahap teori perubahan Sikap
Rantai hasil Sikap ketergantungan berlebihan pada kayu (hutan) menjadi berkurang
Sikap kemandirian dan kemampuan memperbaiki hidup secara mandiri
tumbuh
Sasaran-sasaran SMART Pada Juli 2010, 29,40% petani di 4 desa target menyetujui hubungan antara
penebangan dan intrusi air laut (naik 26,25% dari hasil survei pra kampanye)
Pada Juli 2010, 48,40% petani di 4 desa target menyetujui hutan rawa gambut
Sungai Putri perlu dilestarikan (naik 1,25% dari hasil survei pra kampanye)
Pada Juli 2010, 39,8% petani di 4 desa target menyetujui untuk bersama-sama
mengembangkan CU sebagai untuk menyimpan uang dan menciptakan modal
bersama untuk keperluan usaha dan kesejahteraan (naik 39,75% dari hasil
survei pra kampanye)
Tabel 6. Rantai Hasil dan Sasaran SMART terkait Komunikasi Interpersonal untuk Petani
Khalayak sasaran: petani
Tahap teori perubahan Komunikasi interpersonal
Rantai hasil Komunikasi mengenai fungsi hutan Sungai Putri dan upaya penyelamatannya
terbentuk
Komunikasi mengenai pengembangan modal mandiri terbentuk dalam
masyarakat
Sasaran-sasaran SMART Pada Juli 2010, intensitas komunikasi petani di 4 desa target tentang perlunya
pelestarian hutan rawa gambut meningkat menjadi 40,30% (naik 33,25% dari
hasil survei pra kampanye)
33
Pada Juli 2010, intensitas komunikasi petani di 4 desa target tentang petani di
4 desa target tentang manfaat CU menjadi 10,20% (turun 46% dari hasil survei
pra kampanye)
Meskipun intensitas komunikasi petani mengenai manfaat CU menurun,
namun intensitas komunikasi petani mengenai cara mengembangkan modal
dan kemandirian justru meningkat dari 14,30% menjadi 42,40%. Pada saat
survei paska kampanye ini, intensitas komunikasi petani mengenai rencana
mendirikan CU meningkat menjadi 39,00% dari yang sebelumnya sama sekali
tidak pernah membicarakan mengenai hal ini.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap
dan komunikasi interpersonal pada dasarnya sama. Satu (1) kegiatan
digunakan untuk menyasar 3 variabel tersebut.
Kegiatan 1. Program radio mingguan
Alasan untuk kegiatan: Petani di sekitar hutan rawa gambut Sungai Putri
lebih banyak yang melihat Sungai Putri sebagai habitat orangutan dan satwa-
satwa lainnya. Hanya sedikit yang menyadari fungsinya sebagai penahan
intrusi yang justru sangat terkait erat dengan usaha pertanian yang mereka
lakukan. Selain itu, pengetahuan petani mengenai hutan sebagai penyimpan
karbon juga perlu ditingkatkan mengingat ke depan akan diperkenalkan
mekanisme pembiayaan karbon sebagai alternative lain pengelolaan
kawasan hutan. Radio dipilih karena jangkauannya yang luas, sehingga dapat
menyentuh semua khalayak target dan kedalamannya sedang (dapat digunakan untuk menyampaikan informasi secara interaktif
ataupun secara rinci)6.
6 Price, Sharon and Marisol Mayorga, Buku Pegangan RARE Pride, Arlington VA, 2007
Foto 2. Program radio di Gema Solidaritas FM
34
Deskripsi kegiatan: program radio dilakukan di 2 stasiun radio. Program radio pertama dilaksanakan di Radio Siaran Pemerintah
Daerah Ketapang (RSPDK) mulai bulan September 2009. Program dilakukan seminggu sekali, masing-masing selama 1 jam tanpa
iklan. Untuk program ini Titian hanya perlu membantu biaya operasional pada pihak radio, tanpa perlu memberikan honor pada
penyiar/ penanggung jawab.
Pertimbangan memilih RSPDK didasarkan pada hasil pra survei mengenai saluran informasi kedua yang paling banyak didengar oleh
khalayak target (25,7%). Televisi sebenarnya merupakan pilihan media informasi utama khalayak target (93,6%), namun dikarenakan
cost untuk melakukan kampanye melalui televisi sangat mahal maka radio tetap dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi
mengenai hutan Sungai Putri.
Pada program radio ini Titian hanya menyediakan bahan siar, sementara manajemen radio yang menjadi penanggung jawab siaran.
Mencari penyiar untuk program ini dan memastikan program berjalan pada jadwal yang sudah ditentukan. Program radio di RSPDK
setiap hari senin pukul 15.00 – 16.00 wib.
Dalam tabel berikut disajikan tema siaran dari bulan September – Desember 2009:
Tabel 7. Tema Bulanan Program Radio di RSPDK
No Bulan Tema Narasumber
1. September 2009 Pengenalan kawasan hutan rawa gambut
Sungai Putri
Dinas Kehutanan Kab. Ketapang, Fauna &
Flora International-IP (FFI-IP)
2. Oktober 2009 Pengenalan tentang Credit Union Titian, aktivis Credit Union
3. November 2009 Hutan dan perubahan iklim Titian dan FFI-IP
4. Desember 2009 Mekanisme pembiayaan karbon Titian dan FFI-IP
Setelah dievaluasi pada Januari 2010 berdasarkan hasil diskusi terbatas di lapangan, maka program radio di RSPDK tidak dilanjutkan
kembali. Meskipun RSPDK dapat menjangkau seluruh daerah kabupaten Ketapang dengan populasi 395.076 jiwa, namun dari diskusi
diketahui banyak khalayak yang tidak mendengarkan program radio ini, sehingga program ini menjadi tidak efektif. Televisi menjadi
media informasi yang dipilih oleh khalayak target. Selain itu karena waktu siaran yang terbatas, sehingga tidak memungkinkan untuk
menerima telepon dan berinteraksi dengan pendengar selain khalayak target.
35
Bulan Februari 2010, Titian mendapat tawaran untuk mengelola siaran program lingkungan di radio Gema Solidaritas FM. Program
ini dinamai Obrolan Seputar Konservasi (Obsesi), disiarkan setiap hari selasa pk. 10.00 wib, mulai bulan Maret 2010. Manajer
kampanye bertanggung jawab secara langsung untuk mengelola program ini. Mulai dari menyiapkan bahan siar hingga on air. Dalam
tabel berikut dapat dilihat tema program bulanan:
Tabel 8. Tema Bulanan Program Obsesi di Radio Gema Solidaritas FM
No Bulan Tema Narasumber
1. Maret 2010 Hutan dan perubahan iklim Titian, FFI-IP
2. April 2010 Hari bumi Titian
3. Mei 2010 Potensi keragaman hayati di Ketapang dan
hutan Sungai Putri
Titian
4. Juni 2010 REDD: sebuah alternative untuk konservasi
kawasan
Titian
5. Juli 2010 Hutan kemasyarakatan Titian, FFI-IP
Durasi program selama 2 jam dan tanpa iklan. Radio Gema Solidarita FM memberikan waktu siar ini secara cuma-cuma. Durasi
program yang cukup panjang, memungkinkan interaksi dengan pendengar. Setiap kali siaran, pendengar dapat menelpon untuk
menyampaikan komentar atau menanyakan langsung hal-hal yang didiskusikan. Respon pendengar umum (bukan khalayak target)
tercatat cukup aktif. Tema siaran yang paling banyak mendapat respon pendengar adalah mengenai kawasan hutan Sungai Putri dan
REDD. Program ini masih berlanjut sampai dengan sekarang. Pertimbangan utama mempertahankan program ini meskipun
paparannya terhadap khalayak target sangat kecil, terutama karena masih ada respon pendengar yang masuk dan tidak ada biaya
yang dikeluarkan untuk mengelola program ini.
Pembelajaran: sangat penting menjalin dan memelihara hubungan kerjasama dengan media atau lembaga mitra lainnya. Di lembaga
sebelumnya, Manajer kampanye sudah pernah bekerja sama dengan RSPDK. Hubungan ini terus dipertahankan oleh Manajer
kampanye bahkan ketika sudah berpindah ke lembaga lain. Hingga pada saat melakukan kampanye Pride, Manajer kampanye tidak
perlu melakukan negosiasi yang panjang untuk memasukkan program baru ke dalam radio tersebut. Hubungan yang terkelola
dengan baik ini juga yang membuat pihak RSPDK memberikan ekstra 1 kali siar iklan layanan masyarakat yang diproduksi oleh
lembaga.
36
Demikian juga dengan radio Gema Solidaritas FM. Radio komunitas ini dikelola oleh CU Pancur Solidaritas (CUPS) di Ketapang.
Sebelumnya Manajer kampanye sering berhubungan dengan CU ini ketika berencana mengembangkan CU di Sungai Putri. Ketika
mereka mengelola radio dan radionya sudah beroperasi, pihak pengelola langsung menghubungi dan memberikan penawaran
program lingkungan pada Manajer kampanye.
Pembelajaran lainnya, terutama untuk mengefektifkan media ini pada khalayak target di masa depan, Manajer kampanye ingin
menggunakan kartu pendengar yang memungkinkan pendengar berkirim salam dengan keluarga atau meminta lagu favorit mereka.
Dengan adanya kartu ini, pendengar akan selalu antusias
menunggu program disiarkan. Selain itu, mengundang tokoh
dari desa target untuk menjadi narasumber dalam salah satu
siaran.
Kegiatan 2: Mobile Cinema/ Layar Tancap
Alasan untuk kegiatan: Layar tancap dipilih karena merupakan
media hiburan rakyat yang tidak memakan biaya dan dapat
melibatkan banyak khalayak target. Lewat layar tancap,
manajer kampanye juga dapat berinteraksi langsung dengan
khalayak target untuk mengetahui apakah pesan yang
disampaikan lewat media audio visual dapat diterima dengan
baik. Kegiatan ini cukup efektif dari sisi kedalaman karena
membuka kesempatan diskusi interaktif dengan khalayak
sedangkan jangkauannya termasuk rendah-sedang, terutama
karena logistik dan teknologi.
Deskripsi kegiatan: layar tancap dilaksanakan 2 kali selama
masa kampanye, yaitu pada bulan Agustus 2009 sebagai pembuka kegiatan kampanye. Kegiatan layar tancap ini dilakukan bersama
Yayasan Palung. Yayasan Palung merupakan organisasi non pemerintah yang juga bekerja untuk pelestarian orangutan dan
habitatnya di kab. Ketapang. Pertunjukkan layar tancap dilakukan di Desa Tanjung Baik Budi dan Sungai Putri.
Rencana kegiatan kemudian dikonsultasikan dengan kepala desa di 2 lokasi tersebut. Kepala desa kemudian memberikan masukan
lokasi pemasangan layar tancap. Di Desa Tanjung, dipilih halaman SDN 02 Tanjung sebagai lokasi kegiatan. Lokasi ini dianggap
Foto 3. Layar tancap di desa Tanjung Baik Budi
37
strategis karena berbatasan dengan desa Kuala Tolak. Posisinya yang terletak di antara 2 desa target ini akan memudahkan 2
khalayak target di desa Kuala Tolak dan Tanjung Baik Budi untuk berpartisipasi. Sementara di Sungai Putri, halaman SDN 01 yang
dipilih menjadi lokasi kegiatan.
Pada pelaksanaannya, film yang pertama diputar adalah film komersil yang tujuannya untuk menarik perhatian khalayak target baru
kemudian setelah khalayak target berkumpul, film disela dengan slideshow mengenai hutan rawa gambut Sungai Putri. Slide show ini
menyampaikan informasi mengenai luas kawasan, potensi kawasan dan nilai penting kawasan bagi masyarakat yang tinggal di
sekitarnya. Di Tanjung Baik Budi, setidaknya 350 orang yang menyaksikan layar tancap. Sedang di Sungai Putri, setidaknya ada 200
orang yang menyaksikan.
Untuk memastikan penerimaan audiens terhadap informasi yang disampaikan, manajer kampanye mengajukan quiz berhadiah.
Pertanyaan yang diajukan antara lain mengenai fungsi hutan rawa gambut, satwa-satwa dilindungi yang ada di dalam kawasan dan
fungsi satwa tersebut bagi ekosistem. Pertanyaan tersebut ternyata dapat dijawab dengan baik oleh audiens.
Pembelajaran: media layar tancap sangat diminati oleh khalayak target, meskipun banyak audiens anak-anak yang hadir ketimbang
orang dewasa. Ke depan, untuk menarik lebih banyak perhatian orang dewasa, Manajer kampanye akan mengadakan kuis berhadiah
alat-alat rumah tangga dan sebelum pelaksanaan layar tancap akan
diumumkan keliling desa terlebih dahulu. Terlepas dari itu, kegiatan
ini bisa direplikasi terus menerus untuk menyampaikan pesan
konservasi pada khalayak target. Kegiatan ini dapat melibatkan
banyak orang dan relative tidak berbiaya.
Kegiatan 3: Pertemuan kampung
Alasan untuk kegiatan: pertemuan kampung dipilih untuk
menyampaikan informasi mengenai hutan, perubahan iklim dan
Credit Union (CU) secara lebih mendalam. Melalui pertemuan
kampung juga memungkinkan untuk mengetahui penerimaan
khalayak target secara langsung terhadap informasi yang
disampaikan. Berdasarkan hasil survei pra kampanye media yang
paling sering digunakan masyarakat untuk berkomunikasi adalah
musyawarah desa (43%). Walaupun kedalaman kegiatan ini cukup Foto 4. Pengorganisiran Credit Union di Desa
Tempurukan
38
tinggi akan tetapi jangkauannya memang rendah. Artinya hanya sekelompok kecil atau jumlah terbatas saja yang dapat terjangkau
dan untuk menjangkau lebih luas lagi akan dibutuhkan banyak sumberdaya baik waktu, dana maupun manusia.
Deskripsi kegiatan: pertemuan kampung yang dilakukan selama masa kampanye dikelompokkan berdasarkan informasi yang
disampaikan. Ada pertemuan kampung yang khusus membicarakan mengenai hutan dan perubahan iklim, dan ada pertemuan
kampung yang khusus menyampaikan informasi mengenai Credit Union dan bagaimana korelasinya terhadap pelestarian hutan. Ini
untuk mencegah agar informasi yang disampaikan terlalu padat dan memakan waktu lama, karena pertemuan biasanya dilakukan
pada malam hari.
Pertemuan kampung mengenai Credit Union dilakukan selama bulan Oktober 2009, sebanyak 6 kali. Alur pertemuan kampung
dibuat dalam desain kaleidoskop. Tujuan rasionalnya adalah memberikan pemahaman pada khalayak target mengenai apa itu Credit
Union, manfaat CU untuk menguatkan ekonomi masyarakat dan bagaimana korelasinya dengan upaya penyelamatan kawasan
Sungai Putri. Sementara tujuan pengalamannya adalah untuk menggantikan citra kerja kayu dengan kegiatan wirausaha lainnya yang
lebih berkelanjutan dan lebih menguntungkan. Pertemuan kampung ini menggunakan alat bantu presentasi power point dan film
documenter.
Untuk memfasilitasi pertemuan, manajer kampanye meminta dukungan dari pakar dalam hal ini penggiat Credit Union Mariamah
Achmad. Mariamah Achmad bersama lembaga Gemawan sudah berpengalaman menginisiasi CU pada komunitas melayu pertama di
Kalimantan Barat. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat mendapat informasi yang memadai, sekaligus untuk mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat. Dari pertemuan ini berhasil diidentifikasi perwakilan khalayak target yang cukup kritis dan dianggap
berpotensi menjadi penggerak komunitas. Pertemuan kampung untuk mengenalkan konsep CU ini kembali diulang pada akhir bulan
April hingga Mei 2010. Pertemuan ini juga bertujuan untuk mendorong khalayak target menjadi anggota pertama CU yang akan
didirikan pada Juli 2010.
Selain itu, dalam rangka mempersiapkan berdirinya CU di Sungai Putri dilakukan juga seri pertemuan dengan tim pioneer
pembentukan CU Sungai Putri. Pertemuan ini sifatnya lebih membahas persiapan-persiapan teknis menuju perencanaan strategis
yang diselenggarakan pada akhir Juli. Berikut adalah jadwal pertemuan kampung untuk pengorganisiran CU sejak Oktober hingga Juli
2010.
39
Tabel 9. Jadwal Pertemuan Kampung untuk Pengorganisiran CU di Sungai Putri
No Jadwal Pertemuan Lokasi Agenda
1 17 Oktober 2009 Desa Sungai Putri Pengenalan CU
2 18 Oktober 2009 Desa Tanjung Baik Budi Pengenalan CU
3 19 Oktober 2009 Desa Sungai Putri Pengenalan CU
4 19 Oktober 2009 Desa Tempurukan Pengenalan CU
5 20 Oktober 2009 Desa Kuala Tolak Pengenalan CU
6 26 Oktober 2009 Desa Tempurukan Pengenalan CU
7 28 Oktober 2009 Desa Sungai Putri Usulan nama
Kriteria calon staf
Usulan tempat magang
Rencana pembiayaan magang
8 2 Desember 2009 Desa Sungai Putri Update perkembangan rekrutmen
calon staf
9 22 Januari 2010 Desa Sungai Putri Pembentukan panitia pendirian
CU Pantai Utara
Penyusunan jadwal kerja panitia
Persiapan diskusi dengan BKCUK
10 25 Januari 2010 Desa Sungai Putri Diskusi dengan BKCUK (A.R. Mecer,
Silvia Sayu)
11 3 Februari 2010 Desa Sungai Putri Pemantapan pengetahuan tentang
CU dan manajemen CU
12 15 Maret 2010 Desa Sungai Putri Persiapan magang
13 16 Maret 2010 Desa Sungai Putri Pembekalan magang khusus calon
staf
14 11 April 2010 Desa Sungai Putri Penentuan produk CU Pantai Utara
dan syarat anggota baru, penentuan
lokasi tempat pelayanan sementara
40
No Jadwal Pertemuan Lokasi Agenda
CU
15 25 April 2010 Desa Sungai Putri Penentuan jadwal pertemuan
kampung untuk penjaringan anggota
pertama CU Pantai Utara
16 28 April 2010 Desa Sungai Putri Pengenalan CU (pendidikan
motivasi)
17 2 Mei 2010 Desa Tempurukan Pengenalan CU (pendidikan
motivasi)
18 7 Mei 2010 Desa Sungai Putri Pengenalan CU (pendidikan
motivasi)
19 12 Mei 2010 Desa Sungai Putri Pengenalan CU (pendidikan
motivasi)
20 21 Mei 2010 Desa Sungai Putri Pengenalan CU (pendidikan
motivasi)
21 25 Mei 2010 Desa Tempurukan Pengenalan CU (pendidikan
motivasi)
22 14 Juli 2010 Desa Sungai Putri Persiapan renstra
23 19 Juli 2010 Desa Sungai Putri Checking terakhir persiapan renstra
Pada bulan Juni tidak pernah dilakukan pertemuan karena suasana politik sesudah Pemilukada putaran I di Ketapang yang kurang
kondusif. Hal ini juga yang menjadi kendala dan memperkuat kenyataan bahwa kegiatan ini memiliki jangkauan rendah; dalam
situasi tertentu tidak mudah menggunakan kegiatan ini untuk menjangkau khalayak target.
Pertemuan khusus mengenai hutan dan perubahan iklim dimulai pada bulan Desember 2009 – Februari 2010. Tujuan rasional dari
pertemuan ini adalah membangun pemahaman mengenai manfaat hutan, perubahan iklim dan REDD. Serta membangun
pehamaman dan menggali umpan balik mengenai skema REDD yang akan diinisiasi di Sungai Putri. Tujuan pengalamannya adalah
masyarakat mulai membicarakan rencana program REDD di Sungai Putri. Selain itu juga agar masyarakat memberikan respon positif
terhadap rencana program REDD Sungai Putri.
41
Untuk memastikan suasana pertemuan yang nyaman dan memungkinkan semua peserta untuk terlibat dalam proses diskusi,
Manajer kampanye menggunakan teknik fasilitasi vibran. Pertemuan dibuka dengan kegiatan ‘menggambar wajah’. Peserta diskusi
diminta duduk berpasangan kemudian menggambar wajah pasangannya masing-masing di kertas dengan menggunakan spidol atau
krayon. Peserta juga diminta untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai pasangannya. Setelah selesai, semua peserta
diberi kesempatan untuk menceritakan pasangan yang sudah digambarnya tadi. Permainan ini cukup berhasil mencairkan suasana.
Sehingga pada saat diskusi, suasana menjadi nyaman dan peserta tanpa sungkan dan ragu menyatakan ide dan pemikirannya.
Untuk menjelaskan mengenai perubahan iklim, Manajer kampanye menggunakan alat bantu flipchart yang digambar sendiri di atas
karton berukuran besar. Ide menggunakan flipchart ini muncul ketika diskusi internal di lembaga. Seringkali alat bantu yang
digunakan dalam sebuah proses diskusi justru menimbulkan jarak
antara fasilitator dengan peserta. Peralatan seperti laptop,
proyektor akan menimbulkan kesan bahwa fasilitator adalah
orang pintar yang mengerti segalanya. Atas pertimbangan ini
kemudian muncul ide untuk membuat flipchart. Presentasi
mengenai perubahan iklim yang tadinya dibuat dengan power
point disalin ke atas kertas karton. Pada saat diskusi flipchart
diedarkan ke audiens sehingga audiens bisa melihat dari dekat
dan menjadikannya sebagai bahan diskusi. Alat bantu ini
dirasakan Manajer kampanye sangat efektif untuk mengambil
perhatian audiens.
Untuk memberikan ilustrasi mengenai oksigen dan
karbondioksida, dilakukan demonstrasi dengan menggunakan
kantong plastik. Seorang peserta diminta untuk menjadi relawan
untuk disungkup kepalanya dengan kantong plastik. Kantong
plastik perlahan-lahan dikencangkan sehingga tidak ada aliran
udara yang masuk dan peserta akhirnya menghirup karbon
dioksida. Ini dimaksudkan agar peserta mengetahui perbedaan
antara oksigen dan karbondioksida. Baru kemudian dijelaskan bagaimana hutan berperan menghasilkan oksigen dan memerangkap
karbon. Peserta juga diminta untuk melakukan curah ide mengenai fungsi hutan.
Foto 5. Flipchart, alat bantu untuk menjelaskan
perubahan iklim
42
Untuk menjembatani presentasi mengenai hutan dan perubahan iklim dengan REDD, peserta diminta untuk bekerja di dalam
kelompok. Menjawab 4 pertanyaan untuk menuju cita-cita hutan terjaga masyarakat sejahtera. Pertanyaan 1) apa permasalahan
yang terjadi jika kita tidak menjaga hutan, 2) kalau hutan terjaga apa yang terjadi dengan masyarakatnya? 3) kalau ada program yang
menawarkan masyarakat sejahtera hutan terjaga, kontribusi apa yang bisa diberikan oleh masyarakat? 4) kendala atau kesulitan
kalau hutan terjaga dan jika hutan tidak ada? Diskusi ini juga bertujuan untuk melihat pengetahuan masyarakat mengenai hutan dan
modal sosial apa yang sudah dimiliki masyarakat untuk mendukung inisiasi REDD disana.
Pertemuan mengenai hutan dan perubahan iklim ini dilakukan masing-masing 2 kali di 3 desa target yaitu desa Kuala Tolak, Tanjung
Baik Budi dan Sungai Putri. Desa Tempurukan baru pada bulan April 2010 menyatakan kesediaannya untuk berdiskusi mengenai ini,
namun sayangnya pada saat bersamaan, FFI-IP yang memimpin
proses inisiasi REDD di Sungai Putri sedang mengalami masalah
internal lembaga dan menghentikan sementara kegiatannya di
lapangan. Untuk menghindari resiko kesalahan penyampaian
informasi mengenai REDD di Sungai Putri yang semestinya
disampaikan oleh FFI-IP sebagai lead agency, Titian memilih untuk
tidak memfasilitasi pertemuan di Tempurukan.
Selain itu, manajer kampanye juga menginisiasi pertemuan dengan
pihak kecamatan untuk mendiskusikan mengenai inisiatif ini. Di
Kecamatan Muara Pawan dan Matan Hilir Utara pertemuan
masing-masing dilakukan pada bulan Februari 2010. Pertemuan di
Kecamatan Muara Pawan sifatnya hanya audiensi. Dalam
pertemuan tersebut selain dihadiri pihak kecamatan (Camat dan
Sekcam), juga hadir Kepala desa, ketua BPD, sekretaris desa dan
perwakilan tokoh masyarakat desa Tempurukan. Di kecamatan
Matan Hilir Utara, pertemuan melibatkan komponen yang sama
dari desa Sungai Putri, Tanjung dan Tolak.
Beberapa catatan dari pertemuan yang dilakukan tersebut adalah sebagai berikut:
Foto 6. Diskusi kelompok
43
1. Pengetahuan masyarakat terhadap nilai ekologis hutan bisa dikatakan cukup merata di 3 desa. Ini bisa dilihat pada saat diskusi
kelompok dimana peserta diminta menyebutkan tantangan yang terjadi jika hutan tidak ada. Meskipun demikian, keberlanjutan
penyampaian informasi mengenai hutan tetap perlu dilakukan.
2. Peserta diskusi merespon baik ide proyek REDD dengan catatan balas jasa yang diterima sebanding dengan pendapatan mereka
dari bekerja kayu atau paling tidak ada jaminan tersedianya lapangan pekerjaan atau sumber ekonomi alternatif. Meskipun
demikian, penerimaan dan respon masyarakat terhadap informasi yang telah disampaikan perlu digali melalui proses wawancara
yang lebih mendalam.
3. Perlu dipikirkan mengenai suplai kayu untuk kebutuhan domestik/ lokal. Jika REDD berjalan, maka penebangan sebisa mungkin
ditekan hingga tidak ada sama sekali (zero logging). Sehingga perlu dipikirkan dari suplai kayu untuk kebutuhan pembangunan di
desa dapat dipenuhi.
4. Masyarakat berkeinginan untuk melihat secara langsung kawasan hutan Sungai Putri. Keinginan ini bisa ditindak lanjuti dengan
memfasilitasi field trip ke kawasan.
Pembelajaran: sangat penting untuk menciptakan suasana pertemuan yang menyenangkan bagi semua pihak dan memberikan
semua orang kesempatan bicara di awal, sehingga semua orang merasa dipentingkan dan mau terlibat dalam proses diskusi
selanjutnya. Dengan cara seperti ini, diskusi yang terbangun lebih ‘hidup’ dan peserta akan memberikan komentar atau input
dengan cara yang konstruktif. Permainan menggambar wajah sangat baik dipergunakan untuk membangun suasana pertemuan.
Pernah suatu kali Manajer kampanye tidak menggunakan permainan ini di awal pertemuan karena pertemuan mulai sangat
terlambat, akibatnya suasana pertemuan menjadi kaku dan proses diskusi yang terbangun kurang lancar. Kelemahan dari permainan
ini, waktu yang diperlukan cukup lama, sehingga kurang efektif jika digunakan pada pertemuan malam hari.
Jumlah peserta pertemuan perlu ditetapkan agar pertemuan berjalan lancar dan hasilnya maksimal. Berdasarkan pengalaman
Manajer kampanye, rentang jumlah peserta yang disarankan antara 20 – 25 orang. Di atas jumlah itu, akan terlalu banyak distraksi
dan peserta menjadi tidak fokus.
Jika pertemuan dilakukan pada malam hari, waktu yang ideal antara pukul 19.30 – 21.30 wib. Di atas waktu tersebut peserta sudah
kelelahan dan tidak fokus lagi pada isi pertemuan. Jika akan melakukan pertemuan serupa di masa depan, Manajer kampanye hanya
akan merancang pertemuan pada waktu-waktu tersebut. Agar pertemuan selesai tepat waktu, strategi yang akan dilakukan adalah
menghindari tema diskusi yang terlalu luas. Pemilihan tema diskusi yang sangat spesifik sangat dianjurkan.
Jika memfasilitasi pertemuan dengan tim, sebelum pertemuan mesti disepakati pembagian peran dan tugas secara spesifik. Pada
saat pertemuan kampung mengenai hutan dan perubahan iklim, Manajer kampanye bekerja dengan tim berjumlah 5 orang. Masing-
44
masing mempunyai peran sendiri. Ada yang berperan sebagai fasilitator utama, fasilitator pendamping, pencatat proses,
dokumentasi dan mengatur logistik pertemuan.
Kegiatan 4: Iklan layanan masyarakat
Alasan untuk kegiatan: iklan layanan masyarakat dibuat untuk melengkapi program radio dan agar pesan yang disampaikan lebih
melekat pada khalayak responden. Kegiatan ini memiliki tingkat
kedalaman sedang dan jangkauan tinggi7.
Deskripsi kegiatan: iklan layanan masyarakat (ILM) tadinya akan
diproduksi 2 kali, seri 1 akan mengangkat tema tentang fungsi
hutan Sungai Putri untuk menahan intrusi dan hubungannya
dengan usaha pertanian. Sedang seri kedua akan bertemakan
manfaat Credit Union. Namun pada implementasinya, hanya 1
iklan layanan masyarakat yang dibuat karena keterbatasan
sumber daya.
Iklan layanan masyarakat dibuat pada bulan November 2009
dimulai dengan menulis naskah, identifikasi dan audisi pengisi
suara, rekaman untuk pre-tes, pre tes, revisi, produksi dan
launching. Tema ILM yang diproduksi adalah fungsi hutan untuk
menahan intrusi. Naskah ILM disusun dengan bahasa melayu
dan dielaborasi dengan peristiwa yang terjadi di lapangan. Sejak
4 tahun terakhir ladang masyarakat sekitar hutan Sungai Putri
terkena intrusi dan mengalami gagal panen. Hasil panen padi
yang didapat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Sehingga petani terpaksa pergi masuk hutan, melaut, membuat gula kelapa bahkan menjadi buruh di perkebunan yang jauh
dari kampung. Padahal sebenarnya kegiatan menebang hutan justru memperparah intrusi air laut.
7 Price, Sharon and Marisol Mayorga, Buku Pegangan RARE Pride, Arlington VA, 2007
Foto 7. Produksi iklan layanan masyarakat
45
ILM tadinya akan disiarkan 3 kali sehari selama 2 bulan antara jam 06.00 – 12.00 dan 15.00 – 18.00 wib. Lalu kemudian, pihak RSPDK
memberikan bonus 1 kali siar, sehingga dalam sehari ILM disiarkan selama 4 kali. Pihak RSPDK merasa kampanye yang dilakukan
sangat positif sehingga mau ikut mendukung kegiatan.
Pembelajaran: proses produksi iklan layanan masyarakat sebenarnya menyenangkan dan cukup menantang. Manajer kampanye
harus membuat narasi iklan yang menarik, dengan pesan yang efektif dalam waktu kurang dari 60 detik. Berdasarkan hasil survei
paska kampanye, media ini merupakan media ketiga yang disenangi oleh khalayak target setelah leaflet tentang mengenal manfaat
hutan dan pertemuan kampung mengenai hutan dan
perubahan iklim.
Tantangan menggunakan media ini adalah memastikan
khalayak target mendengarkannya. Ke depan jika akan
memproduksi iklan layanan lagi, Manajer kampanye
akan melakukan audisi pengisi suara iklan layanan di
desa target. Kegiatan ini tentu akan menarik perhatian
khalayak target dan menimbulkan ketertarikan untuk
mendengarkan iklan layanan yang nantinya akan diputar
di radio. Pengisi suara iklan layanan yang diproduksi ini
adalah orang-orang radio dan bukan masyarakat desa
target.
Kegiatan 5: Produksi leaflet
Alasan untuk kegiatan: leaflet dipilih menjadi salah satu
media untuk menyampaikan informasi mengenai hutan,
perubahan iklim dan REDD pada saat pertengahan
kampanye. Saat itu yang menjadi pertimbangan adalah Gambar 2. Leaflet Mengenal Manfaat Hutan
46
ingin membuat media yang bisa ditinggalkan untuk masyarakat, sehingga di lain waktu masyarakat dapat membaca ulang informasi
yang sudah disampaikan. Meskipun kegiatan ini memiliki tingkat kedalaman rendah-sedang, karena informasi dikemas dalam sebuah
ruang terbatas, namun jangkauannya cukup tinggi/luas8.
Deskripsi kegiatan: diskusi mengenai tema dan isi leaflet sudah dimulai sejak September 2009. Ide awalnya hanya ingin membuat 2
seri leaflet dengan tema manfaat hutan serta perubahan iklim yang dikolaborasi dengan inisiatif REDD. Namun setelah didiskusikan
lebih lanjut, akhirnya diputuskan untuk membuat 3 seri leaflet. Perubahan iklim dan inisiatif REDD dibuat ke dalam leaflet terpisah
karena dikhawatirkan informasinya akan menjadi
terlalu padat jika dipaksakan masuk ke dalam satu
leaflet.
Isi leaflet dibuat se-informative namun dengan bahasa
sesederhana mungkin. Kejadian-kejadian di lapangan
akan dielaborasi ke dalam leaflet untuk menimbulkan
kesan kedekatan (proximity) dengan khalayak target.
Leaflet dirancang dengan komposisi gambar lebih
banyak dari teks. Ukuran huruf yang digunakan juga
sengaja dibuat cukup besar sehingga memudahkan
untuk dibaca.
Draft leaflet kemudian dikonsultasikan ke dalam tim
untuk mendapat koreksi dan masukan. Pada putaran
pertama muncul ide untuk memasukkan rencana
inisiasi REDD di Sungai Putri, termasuk rencana
pengelola dan distribusi manfaat. Penyusunan
informasi menganai REDD ini ditangani oleh
Community Engagement Specialist Fauna & Flora
International-Indonesia Programme. Manajer
kampanye hanya membantu menyunting naskah dan
merancang ilustrasi dan foto yang akan digunakan. Januari 2010, dengan berbagai pertimbangan leaflet mengenai REDD akhirnya
8 Price, Sharon and Marisol Mayorga, Buku Pegangan RARE Pride, Arlington VA, 2007
Gambar 3. Leaflet REDD dan Perubahan Iklim
47
disepakati sementara hanya menyajikan informasi dasar mengenai REDD. Penyusunan informasi diserahkan kembali pada Manajer
kampanye.
Leaflet seri pertama dan kedua lebih dulu direvisi dan diujicobakan di lapangan. Ujicoba dilakukan pada bulan Desember 2009
dengan metode wawancara sela melibatkan 8 – 12 orang. Daftar pertanyaan untuk ujicoba terlampir pada bab VIII. Beberapa
masukan yang diperoleh dari wawancara sebagai berikut.
1. Kata "serasah" dan "merebak" tidak dipahami oleh masyarakat. Kata-kata ini kemudian dicari istilah lokalnya agar lebih mudah
dipahami.
2. Kesulitan memahami peristiwa efek rumah kaca, sehingga perlu dibuat ilustrasi untuk memudahkan pemahaman.
3. Banyak informasi pada leaflet seri 1 yang terkesan berulang. Perlu penyederhanaan informasi.
4. Informasi yang disajikan dalam tabel sulit untuk dipahami. Perlu dipertimbangkan untuk menarasikan semua informasi yang
disajikan dalam tabel.
5. Nama-nama gas rumah kaca tidak perlu dicantumkan.
Berdasarkan masukan ini maka pada minggu kedua Desember 2009, draft leaflet kembali direvisi. Jauh sebelum proses revisi, pada
November 2009 manajer kampanye sudah meminta penawaran untuk layout dan cetak leaflet. Dari 4 vendor yang mengajukan
penawaaran, manajer kampanye memilih bekerja sama dengan vendor yang juga memiliki latar belakang konservasi sehingga proses
transfer informasi tidak terlalu sulit dan vendor bisa lebih leluasa mengembangkan ilustrasi untuk melengkapi informasi leaflet.
Namun dikarenakan persoalan internal, proses layout dan cetak baru dimulai pada Februari 2010. Leaflet yang sudah dilayout dan
ditambahkan ilustrasi oleh vendor kembali direvisi sampai mendapat versi final dan siap cetak. Minggu ketiga April 2009, baru leaflet
pertama yang sudah selesai dicetak. Leaflet seri kedua dan ketiga baru selesai dicetak akhir Mei 2010 dikarenakan keterlambatan
lembaga mitra kampanye terlambat menyelesaikan administrasi untuk produksi leaflet. Ketiga seri leaflet ini masing-masing dicetak
sebanyak 1000 eksemplar dan didistribusikan secara merata pada masyarakat di 4 desa target. Distribusi leaflet ini dibantu oleh
relawan.
Pembelajaran: pre-test media sangat penting untuk memastikan pesan yang disampaikan bisa diterima oleh khalayak target. Selain
itu agar pesan yang disampaikan lebih fokus, gunakan satu media hanya untuk satu pesan. Manajer kampanye sengaja memproduksi
3 seri leaflet agar pesan yang disampaikan dalam tiap leaflet spesifik. Dengan pesan yang spesifik kita bisa menambah kedalaman,
tidak semua informasi dimampatkan dalam satu leaflet tapi dipecah dalam beberapa leaflet. Elaborasi peristiwa atau cerita yang
terjadi di masyarakat menjadi daya tarik tersendiri bagi leaflet ini. Leaflet mengenal manfaat hutan yang banyak memasukkan
48
kejadian-kejadian dan foto-foto di desa target terkait dengan degradasi hutan, membuat media ini menjadi media yang paling
disukai oleh khalayak target (sumber: analisis data survei pra dan paska kampanye, 2010).
Jika ke depan jika akan membuat media serupa, target waktu harus ditaati sehingga media dapat dikeluarkan di awal atau paling
tidak pada pertengahan masa kampanye. Sehingga ada cukup waktu bagi masyarakat
untuk mencerna informasi yang disampaikan.
Kegiatan 6: Komik dan pembatas buku
Alasan untuk kegiatan: komik dibuat untuk mendukung informasi yang sudah
disampaikan di dalam leaflet. Komik juga dibuat untuk mengakomodir masyarakat
target yang kurang lancar baca tulis. Komik ini dibuat khusus untuk orang dewasa.
Media komik untuk audiens dewasa memiliki kedalaman tinggi dan jangkauan luas9.
Deskripsi kegiatan: seperti halnya dengan leaflet, diskusi mengenai isi komik mulai
dibahas sejak September 2009. Informasi yang disampaikan dalam komik merupakan
rangkuman dari informasi yang ada di dalam leaflet. Pesan yang coba disampaikan
adalah dampak dari perubahan iklim, dan upaya mengurangi dampak tersebut dengan
menjaga hutan.
Manajer Kampanye lalu mulai menuangkan ide cerita dalam bentuk storyboard pada
Oktober 2009. Storyboard merupakan salah satu cara alternative mensketsakan
kalimat sebagai alat perencanaan. Storyboard menggabungkan narasi dan visual pada
selembar kertas sehingga naskah dan visual terkoordinasi. Komik dimulai dengan
suasana warga kampung yang mengantri air. Lalu diceritakan keresahan petani yang
tidak bisa menggarap lahan karena hujan yang tak kunjung datang. Lalu muncul desas
desus kalau desa terkena kutukan. Petani lalu ramai-ramai mendatangi kepala desa
untuk mengkonfirmasi mengenai kutukan ini. Kepala desa kemudian menjelaskan
bahwa apa yang mereka sebut sebagai kutukan ini sebenarnya merupakan dampak
perubahan iklim. Kepala desa kemudian menjelaskan panjang lebar mengenai apa itu perubahan iklim, penyebab, dampak dan
9 Price, Sharon and Marisol Mayorga, Buku Pegangan RARE Pride, Arlington VA, 2007
Gambar 4. Komik
49
upaya yang bisa dilakukan untuk menguranginya.
Kepala desa juga menjelaskan tentang REDD
sebagai bentuk usaha mitigasi perubahan iklim.
Komik ditutup dengan cerita warga yang
bersepakat menjaga hutan. Usaha mereka ini
membuahkan hasil pertanian yang melimpah
karena hutan bagus dan intrusi tidak terjadi lagi
Storyboard ini lalu disirkulasikan di dalam tim
untuk mendapatkan input. Ide ceritanya diterima
oleh tim, namun cerita perlu lebih didramatisasi
sehingga lebih menarik untuk dibaca. Akhir cerita
juga harus dibuat lebih dramatis. Ada masukan
juga agar tokoh yang memberikan penjelasan
mengenai perubahan iklim ini disesuaikan
dengan hasil survei pra kampanye mengenai
sumber informasi yang paling dipercaya oleh
masyarakat.
November 2009, Manajer kampanye kembali
melakukan revisi. Komik yang direvisi ini
mengangkat cerita pasangan Minah dan Bahrun
yang tinggal di kampung dekat hutan Sentap
Kancang. Suatu hari Minah yang sedang hamil
tua terus-terusan mengeluh kepanasan dengan
suaminya. Minah juga menuntut agar suaminya
membelikan pendingin ruangan. Namun karena
hanya bekerja sebagai petani yang ladangnya
sering gagal panen karena intrusi, Bahrun tidak
dapat memenuhi tuntutan istrinya. Minah yang tidak terima akhirnya malah minta cerai. Bahrun resah dengan masalah rumah
tangganya, ditambah lagi musim kemarau panjang yang terjadi di kampungnya. Ladang yang semestinya sudah ditanami benih,
belum juga digarap karena belum turun hujan. Kejadian ini menjadi buah bibir di kampung, desas desus yang beredar, desa mereka
Gambar 5. Contoh storyboard komik
50
terkena kutukan. Bahrun dan istrinya lalu pergi ke rumah ketua RT untuk membantu menengahi masalah mereka. Kebetulan pada
saat bersamaan orang-orang kampung juga tengah berkumpul di rumah ketua RT, mendiskusikan tentang ‘kutukan’ di kampung
mereka. Ketua RT lalu menjelaskan bahwa fenomena alam yang terjadi di
kampung mereka sebenarnya adalah dampak dari perubahan iklim. Dampak
dari perubahan iklim bisa dikurangi dengan menjaga hutan. Membeli
pendingin ruangan sebagaimana yang dikehendaki Midah tidak akan
menyelesaikan masalah. Ketua RT juga menjelaskan mengenai REDD.
Penjelasan dari ketua RT ini menenangkan warga kampung dan pasangan
Bahrun-Midah. Mereka kembali hidup rukun. Komik ini ditutup dengan
Bahrun dan Midah yang menanam pohon di hutan Sentap Kancang sebagai
tanda syukur atas kelahiran anak mereka.
Dalam versi revisi ini, Ketua RT dipilih sebagai tokoh yang menyampaikan
informasi lingkungan pada masyarakat, sesuai dengan hasil survei pra
kampanye. Dalam survei pra kampanye, Ketua RT merupakan tokoh yang
paling dipercaya masyarakat desa target untuk menyampaikan informasi,
termasuk informasi lingkungan.
Setelah disepakati, April 2010 baru kemudian dibuat dummy komik untuk
dikirim ke vendor dan dibuat ilustrasinya. Namun hingga akhir masa
kampanye, komik ini belum sempat dicetak dikarenakan kendala administrasi
dan pendanaan. Hanya pembatas buku yang sudah dicetak pada akhir Mei
2010. Bulan Agustus 2010, proses meminta penawaran dari vendor untuk
cetak komik baru dilakukan oleh lembaga mitra kampanye. Jika mendapat
vendor yang sesuai, maka komik akan segera dicetak. Rencananya komik akan
dicetak sebanyak 1000 eksemplar dan akan dibagikan secara merata di desa
target.
Pembelajaran: jika lembaga melakukan kampanye dengan sumber daya dari lembaga lain, maka tenggat waktu produksi media
harus disepakati dan ditaati bersama. Keterlambatan produksi dan distribusi media akan berpengaruh terhadap efektivitas
kampanye yang dilakukan.
Gambar 6. Pembatas buku yang rencananya akan
disertakan di dalam komik
51
Selain itu, jika ke depan akan memproduksi komik kembali, Manajer kampanye ingin melibatkan seniman lokal, atau jika
memungkinkan pemuda di desa target yang mempunyai kemampuan melukis. Hal ini dimaksudkan agar komik yang dihasilkan
menjadi kebanggaan lokal dan menjadi daya tarik bagi masyarakat
untuk membacanya.
Kegiatan 7: Video partisipatif
Alasan untuk kegiatan: video dikenal sebagai jenis media yang
memiliki pengaruh sangat besar terhadap penontonnya, terutama
karena kemampuan memindahkan berbagai kejadian/ kegiatan dan
tindakan manusia secara nyaris sempurna. Berkat kemajuan
teknologi, rekaman gambar-gambar oleh kamera video bahkan
sudah dapat disesuaikan sehingga membuatnya lebih dramatis
daripada ‘yang sesungguhnya’. Tujuannya tidak lain untuk untuk
menggiring penonton menerima pesan yang ingin disampaikan
pembuatnya. Dalam konteks mendorong perubahan perilaku
masyarakat untuk melestarikan sumber daya alam, video
partisipatif akan menjadi alat yang efektif untuk menyatakan
perasaan, pikiran dan pandangan masyarakat terhadap
permasalahan yang terjadi di lingkungan dan kehidupan mereka.
Video komunitas berpeluang untuk merangsang munculnya sebuah perubahan dan pembaharuan di antara warga masyarakat
setempat. Kedalaman menengah tinggi jangkauan menengah.
Deskripsi kegiatan: Persiapan pelatihan dimulai pada pertengahan Januari 2010. Persiapan mulai dari menyiapkan TOR pelatihan,
konsultasi dengan fasilitator pelatihan, distribusi undangan dan persiapan logistik. Peserta yang dilibatkan dalam pelatihan ini adalah
perwakilan kelompok pemuda dari 4 desa target, masing-masing sebanyak 3 orang. Pada pelaksanaannya, hanya Desa Tempurukan
dan Sungai Putri yang hadir berpartisipasi. Perwakilan kelompok pemuda dari desa Kuala Tolak dan Tanjung Baik Budi tidak hadir.
Padahal sebelumnya, kelompok pemuda ini bersedia untuk ikut serta. Ketika dikonfirmasi ulang, perwakilan kelompok pemuda dari
2 desa ini menyatakan tidak dapat hadir karena mereka harus bekerja pada pagi hingga siang hari, bersamaan dengan waktu
pelatihan.
Foto 8. Pelatihan pembuatan video partisipatif
52
Pelatihan dilakukan selama 3 hari, dari tanggal 16-18 Februari 2010 di Balai Desa Sungai Putri. Pelatihan ini diikuti 8 peserta (2
diantaranya dari Yayasan Palung). Fasilitator pelatihan sebagai berikut:
1. M. F. Yuliansyah (Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Kab. Ketapang)
2. Tito P. Indrawan (Yayasan Palung)
3. Rahmawati (Fauna & Flora International, finalis 5 besar kompetisi film dokumenter Eagle Award Metro TV tahun 2008)
Hari pertama pelatihan lebih banyak diisi dengan sesi di dalam ruangan. Materi pertama disampaikan langsung oleh Manajer
kampanye mengenai potensi dan tantangan di hutan Sungai Putri. Tujuannnya untuk membuka pikiran dan sebagai dasar untuk
mengembangkan ide film yang akan dibuat. Materi selanjutnya lebih yang bersifat teknis mengenai apa itu video partisipatif,
bagaimana menggunakan kamera, mengembangkan ide cerita dan membuat storyboard.
Pada hari kedua, peserta sepakat untuk mengangkat tema potensi desa selain kayu di sekitar hutan Sungai Putri. Tujuannya agar
masyarakat menyadari bahwa sebenarnya ada banyak potensi selain kayu yang bisa dikembangkan dan bernilai ekonomi di desa
mereka. Dari tema besar ini lalu diturunkan menjadi 3 judul yaitu potensi tanaman padi, profil penganyam tikar dan potensi kelapa.
Pengambilan gambar sebagian dilakukan pada hari kedua dan sepanjang hari ketiga pelatihan. Fasilitator dan manajer kampanye
ikut mendampingi pada saat pengambilan gambar untuk meminimalisir kesalahan. Semua film yang dibuat berdurasi maksimal 15
menit.
Film hasil pelatihan ini selanjutnya ditransfer ke dalam bentuk VCD, dengan sedikit proses editing. Film ini diperbanyak sebanyak 100
keping dan dibagikan secara merata ke 4 desa target. VCD ini terutama dibagikan pada pemerintah desa dan tokoh yang mempunyai
pengaruh besar di kampung. Ini dimaksudkan agar film ini dapat membuka pola pikir dan menjadi bahan diskusi di dalam komunitas.
53
Kegiatan 8: Special Event-Aksi Simpatik Untuk Bumi10
Alasan untuk aktivitas: memperingati hari bumi sekaligus menyampaikan informasi mengenai pemanasan global dan upaya-upaya
yang bisa dilakukan untuk meminimalisir dampak pemanasan global. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mendorong masyarakat
untuk mengambil peran dalam upaya pencegahan dampak pemanasan global. Event serupa ini sangat efektif untuk mengumpulkan
banyak audiens dalam satu kesempatan. Walaupun tentunya tidak mudah menyampaikan pesan kampanye secara efektif.
Deskripsi kegiatan: Ide dari kegiatan ini adalah mendorong masyarakat untuk menanam pohon di lahan-lahan kosong di wilayah
desa mereka dan mulai menggunakan lampu hemat energy untuk
mengurangi emisi.
Bantuan bibit karet unggul diberikan hanya untuk desa Kuala Tolak dan
Tempurukan masing-masing sebanyak 500 bibit. Bibit karet ini rencananya
akan ditanam di lahan milik desa. Kedua desa ini mempunyai kebun milik
desa seluas 1 hektar. Desa Tanjung Baik Budi tidak bersedia menerima
bantuan bibit karena tidak punya lahan untuk penanaman. Sedang desa
Sungai Putri punya rencana untuk membibitkan tanaman kehutanan yang
bibitnya diambil secara cabutan dari hutan Sungai Putri. Namun sayangnya
rencana ini tidak direspon positif oleh pihak kecamatan, sehingga akhirnya
tidak jadi dilakukan.
Sedang lampu hemat energi yang didistribusikan sejumlah 609 lampu.
Kepala desa target membantu mendaftar fasilitas desa yang akan
diinstalasi lampu hemat energy ini. Berikut adalah daftar lengkapnya.
10
Kegiatan ini merupakan satu rangkaian kegiatan yang terdiri distribusi dari bibit karet untuk ditanam di kebun desa, distribusi lampu
hemat energy untuk dipasang di fasilitas desa dan malam aksi simpatik untuk bumi. Kegiatan ini didukung oleh RARE dan PT.
Osram.
Foto 9. Sekretaris Daerah Kab. Ketapang ikut
mengkampanyekan pelestarian hutan Sungai Putri
dalam Malam Aksi Simpatik Untuk Bumi
54
Tabel 10. Distribusi Lampu Hemat Energi
No Fasilitas Jumlah Kebutuhan
Ds. Tempurukan Ds. Sungai Putri Ds. Tanjung Baik Budi Ds. Kuala Tolak
1. Taman Kanak-kanak/ PAUD/ TPA 9 30 6 0
2. SD/ SMP/ SMA 14 125 38 40
3. Surau/ masjid 43 10 62 25
4. Bangunan kantor 8 61 24 8
5. Puskesmas/ Pustu/ Posyandu 5 45 23 20
6. Lumbung padi 0 0 0 0
7. Pasar 0 3 0 0
8. Jalan 0 10 0 0
Semua lampu hemat energi ini baru terdistribusi awal Mei 2010, dikarenakan paket kiriman lampu dari RARE yang baru datang pada
akhir bulan April.
Tanggal 22 April dilangsungkan kegiatan Malam Aksi Simpatik Untuk Bumi. Kegiatan dipusatkan di halaman SDN 2 Tempurukan.
Masyarakat desa Tempurukan secara bergotong royong membantu Manajer kampanye mempersiapkan kegiatan ini, terutama untuk
menyiapkan lokasi kegiatan. Acara ini dimeriahkan dengan pemutaran film partisipatif, tarian melayu, hadrah dan orkes dangdut.
Untuk pemutaran film, Manajer kampanye dibantu oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Ketapang. Sedang orkes
dangdut merupakan sumbangan dari Kepala Desa Tempurukan. Manajer kampanye mendapat potongan 80% dari harga normal.
Untuk kegiatan ini, Manajer kampanye meminta dukungan Sekretaris Daerah Ketapang, Drs. H. Bachtiar untuk hadir dan
memberikan motivasi pada masyarakat untuk menjaga hutan Sungai Putri. Kehadiran Sekretaris Daerah dalam kegiatan ini akan
sangat besar pengaruhnya bagi masyarakat. Drs. H. Bachtiar dikenal sebagai pejabat daerah yang dekat dengan masyarakat dan
menaruh perhatian besar pada isu lingkungan.
Acara ini juga turut dihadiri oleh pihak Kecamatan, perangkat desa dan tokoh masyarakat dari keempat desa target. Sekurang-
kurangnya 500 orang mengikuti kegiatan ini. Manajer kampanye mengirim siaran pers kegiatan ini pada media-media lokal. Siaran
55
pers ini dipublikasikan di harian Borneo Tribune (http://www.borneotribune.com/ketapang/proyek-kecil-rare-dan-yayasan-titian-
cegah-pemanasan-global.html) dan Pontianak Post (http://issuu.com/ptkpost/docs/25042010).
Pembelajaran: jika kepercayaan sudah terbangun, maka dukungan akan dengan mudah didapatkan. Masyarakat di desa
Tempurukan tanpa diduga bergotong royong untuk mempersiapkan kegiatan ini. Pembelajaran lainnya, kehadiran tokoh masyarakat
didalam kegiatan kampanye sangat besar pengaruhnya bagi. Ke depan jika akan melakukan kegiatan serupa, Manajer kampanye
akan meminta lebih banyak dukungan orang berpengaruh dalam pelaksanaan kegiatan kampanye Pride.
Tabel 11. Rantai Hasil dan Sasaran SMART terkait Perubahan Perilaku untuk Petani
Khalayak sasaran: petani
Tahap teori perubahan Perilaku
Rantai hasil Terbentuknya CU dengan kecukupan modal untuk memberikan pinjaman dan sistem yang
berjalan baik dan memasukkan aspek perlindungan Sungai Putri dalam sistemnya.
Sasaran-sasaran SMART Pada 23 Juli 2010, telah terbentuk CU Pantura Lestari dengan anggota berjumlah 12 orang
dengan total aset Rp 29.945.000.
Hasil ini tidak sesuai dengan yang direncanakan, yaitu pada Juni 2010 akan terdapat 150
anggota dengan aset sebesar 50 juta rupiah. Ini dikarenakan mundurnya waktu
pembentukan CU yang tadinya direncanakan di bulan Januari 2010 menjadi Juli 2010.
Keterlambatan ini terutama dikarenakan perencanaan waktu pendirian CU yang kurang
matang. Tidak mempertimbangkan jika pengorganisiran masyarakat dan peningkatan
kapasitas memerlukan waktu yang cukup lama.
Jika dilihat lagi dari target yang dibuat, memang dari sisi waktu dan jumlah anggota CU
Pantura Lestari (CUPL) ini tidak seperti yang direncanakan, namun jika dilihat dari jumlah
aset bulanan, angkanya sudah melampaui target aset semula. Per 31 Juli 2010, aset CUPL
sudah mencapai 71.584.000 dengan jumlah anggota 24 orang. Target aset semula, pada
Juni 2010 adalah 150 juta rupiah, dan perkiraan CU berdiri pada Januari 2010. Artinya jika
dirata-ratakan selama 5 bulan, target aset CU per bulan adalah 30 juta. Sementara aset
56
CUPL selama seminggu lebih dari itu. Ini berarti, dari segi aset, targetnya sudah dilampaui.
Namun karena CU ini baru saja dibentuk, maka modal yang terkumpul belum bisa
dimanfaatkan oleh khalayak target untuk pengembangan usaha. Setidaknya baru setelah 3
bulan (pada Oktober 2010), modal terkumpul ini dapat dimanfaatkan. Pada saat itu, baru
dapat dilihat bagaimana khalayak target mengelola modal yang bisa mereka akses dari
CUPL ini.
Kegiatan 9: Magang CU
Alasan untuk kegiatan: magang dilakukan sebagai salah satu persiapan untuk pembentukan Credit Union di Sungai Putri. Magang
dilakukan untuk meningkatkan kapasitas calon tim manajemen CU dalam hal administrasi, keuangan, kredit dan pendidikan latihan
(diklat).
Deskripsi kegiatan: magang dilakukan 2 tahap di CU Canaga Antutn Desa Menyumbung, Kecamatan Hulu Sungai Kab. Ketapang.
Tahap pertama dari tanggal 19 Maret – 2 Mei 2010, dan tahap kedua dari 15 Juni – 19 Juli 2010. Peserta magang adalah 4 orang
calon staf CU Pantura Lestari (Umar Idawan, Nelly Hermawati, Japri dan Ernawati).
Penentuan lokasi dan durasi magang ini merupakan keputusan Badan Koordinasi CU Kalimantan (BKCUK), berdasarkan permohonan
yang diajukan oleh Manajer kampanye pada bulan November 2009 dan Maret 2010. Setelah surat permohonan pertama di bulan
November 2009, BKCUK tidak serta merta langsung menanggapi. Ketua BKCUK ingin berdiskusi terlebih dahulu dengan penggerak
CU di Sungai Putri (Januari 2010). Ini semacam proses verifikasi yang dilakukan oleh BKCUK setiap ada inisiatif dari masyarakat untuk
mendirikan CU di daerah. Maret 2010 barulah keluar surat penunjukan lokasi magang.
Saat magang, calon staf belajar mengenai pembukuan, kredit, administrasi dan sekilas mengenai pola kebijakan. Pola kebijakan ini
akan terkait dengan perspektif konservasi yang akan dijadikan landasan pengelolaan CU. Sehingga CU Pantura Lestari dapat
berkontribusi menurunkan tekanan terhadap kompleks hutan Sungai Putri.
57
Selama magang, 4 calon staf ini diberikan kesempatan belajar di beberapa lokasi yaitu Tempat Pelayanan (TP) Sei Laur, TP Sandai, TP
Nanga Tayap dan Beginci. Pada magang tahap kedua, keempat calon staf juga sudah memilih spesifikasi masing-masing. Sehingga
bidang yang dipelajari hanya yang menunjang peran masing-masing di dalam CU nanti.
Kegiatan 10: Perencanaan Strategis CU Pantura Lestari
Alasan untuk kegiatan: perencanaan strategis (renstra) dilakukan untuk menetapkan dasar-dasar CU sekaligus menandai berdirinya
CU Pantura Lestari.
Deskripsi kegiatan: renstra diadakan selama 4 hari mulai
tanggal 21 – 24 Juli 2010 di desa Sungai Putri. Ada 150
khalayak target yang diundang namun hanya sekitar 70
orang yang hadir. Renstra difasilitasi langsung oleh tim
BKCUK yang terdiri atas A.R. Mecer, Stefanus Masiun dan
Eko.
Renstra hari pertama dimulai dengan brainstorming
mengenai kesulitan hidup yang dirasakan oleh masyarakat
di sekitar hutan Sungai Putri. Lalu dilanjutkan dengan
diskusi untuk merubah pola pikir, ini untuk melihat apakah
masyarakat benar-benar mempunyai alasan kuat untuk
mendirikan Credit Union.
Kemudian dibahas juga peta pengembangan CU hingga
2012. Bahan diskusinya adalah data sosial ekonomi desa
target di sekitar hutan Sungai Putri. Pada tahapan ini,
disepakati target anggota bulanan di desa target yang bisa
direkrut. Target ini akan memudahkan CUPL untuk
mengembangkan aset dan lembaga. Target anggota dan aset CUPL per 31 Desember 2012 adalah 3715 orang dan 26.500.000.000
rupiah dengan rata-rata tabungan anggota 7 juta rupiah.
Foto 10. Perencanaan strategis CU Pantura Lestari
58
Di akhir hari pertama, dirumuskan tujuan stratetegis untuk tahun 2010 – 2012, perumusan visi; misi; slogan serta tujuan jangka
panjang. Di hari pertama ini juga, nama CU yang tadinya Pantai Utara dirubah menjadi Pantai Utara (Pantura) Lestari. Perubahan ini
terutama karena di daerah lain di Kalbar sudah ada CU yang memakai nama ’Pantura’. Kata ’Lestari’ sengaja ditambahkan sesuai
dengan semangat pelestarian hutan Sungai Putri. Slogan untuk CU yang
dipilih adalah ’hijau hutanku, jaya CUPL-ku”.
Pada hari kedua, dilakukan penetapan pola kebijakan hingga 2012 dan
menyusun strategi memasarkan CU ke desa-desa target. Memasuki hari
ketiga, diskusi mengenai pola kebijakan dan penetapan produk CU
kembali dilakukan. Produk CUPL yang direncanakan oleh tim pioneer
tadinya ada 4 yaitu produk simpanan investasi, simpanan harian,
simpanan pendidikan dan simpanan hari raya. Namun karena
mempertimbangkan kondisi keuangan dan kapasitas tim manajemen CU
yang belum mumpuni, maka sampai tahun 2012, produk yang
dikembangkan di CUPL hanya 3 yaitu simpanan harian (BETAH/ Boleh
Tiap Hari), simpanan investasi (BELAT/ Benih Lanjut Terus) dan simpanan
deposito (JANGKAR/ Tabungan Berjangka).
Di hari ketiga ini juga dilakukan pemilihan pengawas dan pengurus CUPL,
sekaligus pada sore harinya CUPL sudah bisa memberikan pelayanan
pertama dan menerima anggota. Berbagai persiapan dilakukan staf CUPL
dan manajer kampanye untuk pelayanan CUPL ini antara lain
menyiapkan tempat penerimaan anggota dan kelengkapan administrasi
seperti formulir masuk, perjanjian kredit, materai, ATK dan berbagai
buku bantu untuk pencatatan keuangan.
Hari keempat, yang lebih banyak dibahas adalah penyusunan arus kas
untuk tahun 2010 – 2011. Kemudian karena pengurus dan pengawas
terpilih juga merasa perlu diperkaya wawasannya mengenai peran dan
tanggung jawab dalam mengelola CU, termasuk dalam hal keuangan dan akuntansi, maka bersama dengan fasilitator disepakati
untuk menambah 1 hari lagi khusus untuk pelatihan pengurus dan pengawas CU terpilih. Pelatihan ini dimulai sejak 24 Juli malam
Foto 11. Bapak A.R. Mecer tengah memfasilitasi renstra
CU Pantura Lestari
59
dan dilanjutkan pada tanggal 25. Pelatihan singkat ini perlu dilanjutkan dengan pelatihan yang lebih spesifik dan terencana dengan
baik, misalnya pelatihan kepemimpinan dan keuangan.
Pada tahap tindak lanjut, pelatihan-pelatihan untuk peningkatan kapasitas pengurus, pengawas dan tim manajemen perlu
dijadualkan secara terstruktur.