23
ANALISA PEMANIS BUATAN (SAKARIN, SIKLAMAT DAN ASPARTAM) SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PADA JAMU GENDONG KUNYIT ASAM DI WILAYAH KELAPA DUA WETAN JAKARTA TIMUR Dr. Yusnidar Yusuf. M.Si Dra. Fatimah Nisma. M.Si ABSTRAK Beraneka ragam jenis jamu diperdagangkan, diantaranya adalah jamu kunyit asam. Pada komposisi jamu kunyit asam yang beredar diduga mengandung zat tambahan seperti pemanis buatan, Dapat diketahui harga jamu kunyit asam di pasaran sangat murah dan terjangkau bagi kalangan masyarakat penikmat jamu. Hal ini menimbulkan kecurigaan, bahwa ada dugaan sementara jamu kunyit asam ditambahkan bahan pemanis buatan. Untuk mengetahui apakah ada penambahan bahan pemanis buatan pada jamu kunyit asam, maka perlu dilakukan penelitian terhadap jamu gendong tersebut. Pada penelitian ini diambil sampel sebanyak 5 sampel yang diperoleh dari wilayah kelapa dua wetan Jakarta timur. Sampel diuji menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT), jika hasilnya positif yaitu terdapat bercak noda dan hRf sampel sama atau hampir mendekati hRf baku pembanding. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa dari 5 sampel jamu kemasan kunyit asam yang dianalisis secara kromatografi lapis tipis (KLT), tidak terdapat adanya bercak noda maupun harga Rf yang sama atau hampir mendekati harga Rf baku pembanding pemanis buatan sakarin, dan aspartam. Sementara untuk siklamat dilakukan dengan uji pengendapan,hasil yang diperoleh terbentuk endapan putih pada sampel jamu kunyit asam. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa dari 5 sampel jamu yang diperiksa ternyata negatif mengandung pemanis buatan sakarin, dan aspartam sekalipun menggunakan alat kromatografi cair kinerja tinggi tidak terdeteksi, sedangkan untuk siklamat dalam jamu gendong menunjukan nilai positif artinya mengandung pemanis buatan siklamat. ABSTRACT All sorts of jamu carry on shoulder, in the meanwhile is jamu kunyit asam. The revolve composition of jamu kunyit asam estimation have whitin it food aditive like artificial sugar. Cost of jamu kunyit asam in the market so very cheap and reach to much for inhabitants or deeply enjoyable jamu community.The problem is make distrusful, that jamu kunyit asam temporary estimate to added artificial sugar. These research make analysis about artificial sugar in the jamu kunyit asam. Five specimen or sample take in / have found from Pedagang Jamu Gendong at Kelapa Dua Wetan region. Analysis with TLC (Thin Layer Chromatography) and with HPLC (High Performance Liquid Chromatography) give a spot therewere same hRf performance or rather. From the research gave a result that negative sample for sacharin and aspartam, and gave positive about siclamate.

JamuGendong-Yusnidar.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • ANALISA PEMANIS BUATAN (SAKARIN, SIKLAMAT DAN ASPARTAM)

    SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PADA JAMU GENDONG KUNYIT ASAM

    DI WILAYAH KELAPA DUA WETAN JAKARTA TIMUR

    Dr. Yusnidar Yusuf. M.Si

    Dra. Fatimah Nisma. M.Si

    ABSTRAK

    Beraneka ragam jenis jamu diperdagangkan, diantaranya adalah jamu kunyit asam.

    Pada komposisi jamu kunyit asam yang beredar diduga mengandung zat tambahan seperti

    pemanis buatan, Dapat diketahui harga jamu kunyit asam di pasaran sangat murah dan

    terjangkau bagi kalangan masyarakat penikmat jamu. Hal ini menimbulkan kecurigaan,

    bahwa ada dugaan sementara jamu kunyit asam ditambahkan bahan pemanis buatan. Untuk

    mengetahui apakah ada penambahan bahan pemanis buatan pada jamu kunyit asam, maka

    perlu dilakukan penelitian terhadap jamu gendong tersebut.

    Pada penelitian ini diambil sampel sebanyak 5 sampel yang diperoleh dari wilayah

    kelapa dua wetan Jakarta timur. Sampel diuji menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT),

    jika hasilnya positif yaitu terdapat bercak noda dan hRf sampel sama atau hampir

    mendekati hRf baku pembanding.

    Hasil penelitian menunjukkan, bahwa dari 5 sampel jamu kemasan kunyit asam yang

    dianalisis secara kromatografi lapis tipis (KLT), tidak terdapat adanya bercak noda maupun

    harga Rf yang sama atau hampir mendekati harga Rf baku pembanding pemanis buatan

    sakarin, dan aspartam. Sementara untuk siklamat dilakukan dengan uji pengendapan,hasil

    yang diperoleh terbentuk endapan putih pada sampel jamu kunyit asam.

    Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa dari 5 sampel jamu yang diperiksa

    ternyata negatif mengandung pemanis buatan sakarin, dan aspartam sekalipun

    menggunakan alat kromatografi cair kinerja tinggi tidak terdeteksi, sedangkan untuk

    siklamat dalam jamu gendong menunjukan nilai positif artinya mengandung pemanis

    buatan siklamat.

    ABSTRACT

    All sorts of jamu carry on shoulder, in the meanwhile is jamu kunyit asam. The

    revolve composition of jamu kunyit asam estimation have whitin it food aditive like

    artificial sugar. Cost of jamu kunyit asam in the market so very cheap and reach to much

    for inhabitants or deeply enjoyable jamu community.The problem is make distrusful,

    that jamu kunyit asam temporary estimate to added artificial sugar. These research

    make analysis about artificial sugar in the jamu kunyit asam. Five specimen or sample

    take in / have found from Pedagang Jamu Gendong at Kelapa Dua Wetan region.

    Analysis with TLC (Thin Layer Chromatography) and with HPLC (High Performance

    Liquid Chromatography) give a spot therewere same hRf performance or rather. From

    the research gave a result that negative sample for sacharin and aspartam, and gave

    positive about siclamate.

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Obat tradisional oleh masyarakat lebih dikenal dengan nama jamu. Pemanfaatan obat

    tradisional pada umumnya lebih diutamakan sebagai pencegahan dan menjaga kesehatan, juga

    dipakai untuk mengobati penyakit. Pesatnya perkembangan obat tradisional, dan himbauan

    kepada masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature), telah meningkatkan popularitas obat

    tradisional. Salah satu kelompok obat tradisional adalah jamu.

    Jamu yang terdapat di Indonesia sangat beragam, salah satunya jamu kunyit asam. Jamu

    kunyit asam berkhasiat untuk menyegarkan tubuh terutama pada masa haid, serta dapat

    mengobati panas dalam dan sariawan.

    Mutu jamu ditentukan oleh sederetan persyaratan pokok, yaitu komposisi yang benar, tidak

    mengandung perubahan fisika-kimia, tidak tercemar bahan asing. Ini berarti bahwa secara

    kualitatif dan kuantitatif jamu tersebut diolah dari simplisia yang tertera dalam formulir

    pendaftaran, serta tidak disisipkan zat berkhasiat lain seperti zat/bahan kimia (1)

    .

    Komposisi jamu kunyit asam yang beredar mengandung zat tambahan gula sebagai

    pemanis, seperti diketahui harga jamu kunyit asam di pasaran sangat murah dan terjangkau bagi

    kalangan masyarakat penikmat jamu, karena hal itu penulis menduga apakah ada penambahan

    pemanis buatan untuk penekanan biaya produksi pada jamu tersebut. Pada kasus ini akan dibahas

    apakah jamu kunyit asam terdapat bahan tambahan pangan (food additive) seperti pemanis

    buatan.

    Pemanis buatan (artificial sweeteners) merupakan bahan tambahan yang dapat

    menyebabkan rasa manis dalam makanan tetapi tidak memiliki nilai gizi, sesuai dengan

    peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia No.722/Menkes/Per/IX/1988. Senyawa yang

    secara substansial memiliki tingkat kemanisan lebih tinggi, yaitu berkisar antara 30 sampai

    dengan ribuan kali lebih manis dibandingkan pemanis alami. Karena tingkat kemanisannya yang

    tinggi, penggunaan pemanis buatan dalam produk pangan hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil

    sehingga dapat dikatakan rendah kalori atau tidak mengandung kalori. Selain itu penggunaan

    pemanis buatan untuk memproduksi minuman atau makanan jauh lebih murah dibanding

    penggunaan pemanis alami (2)

    .

  • Konsumsi makanan dan minuman dengan kandungan gula tinggi secara berlebihan dan

    tanpa diimbangi dengan asupan gizi lainnya dapat menimbulkan gangguan metabolisme dalam

    tubuh, dimana kalori berubah menjadi lemak sehingga menyebabkan gangguan kesehatan (3)

    .

    Pemanis buatan diperoleh secara sintetis melalui reaksi-reaksi kimia di laboratorium maupun

    skala industri. Karena diperoleh melalui proses sintetis dapat dipastikan bahan tersebut

    mengandung senyawa-senyawa sintetis. Penggunaan pemanis buatan perlu diwaspadai karena

    dalam takaran yang berlebih dapat menimbulkan efek samping yang merugikan kesehatan

    manusia.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis pemanis buatan berpotensi

    menyebabkan migrain dan sakit kepala, kehilangan daya ingat, bingung, insomnia, iritasi, asma,

    hipertensi, diare, sakit perut, alergi, impotensi dang gangguan seksual, kebotakan, tumor bersifat

    karsinogenik seperti kanker otak dan kanker kantung kemih (4)

    .

    Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian jamu kunyit asam terhadap

    tingkat kadar pemanis buatan jamu. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan pemanis buatan

    dalam sediaan jamu kunyit asam yang diperdagangkan di sekitar kelapa dua wetan.

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan permasalahan di atas maka masalah pada penelitian ini adalah :

    1. Apakah Jamu gendong kunyit asam yang dijual di kelapa dua wetan mengandung

    pemanis buatan sakarin ?

    2. Apakah Jamu gendong kunyit asam yang dijual di kelapa dua wetan mengandung

    pemanis buatan siklamat ?

    3. Apakah Jamu gendong kunyit asam yang dijual di kelapa dua wetan mengandung

    pemanis buatan aspartam ?

    4. Apakah berbahaya bila masyarakat sering mengkonsumsi jamu gendong yang

    mengandung pemanis buatan sakarin, siklamat, aspartam terhadap kesehatan ?

    C. Perumusan Masalah

    Jamu gendong dalam kemasan plastik tanpa label yang beredar di Kelapa Dua Wetan

    mengandung pemanis buatan sakarin, siklamat dan aspartam sebagai zat yang sengaja

    ditambahkan untuk menambah rasa enak/manis pada jamu kunyit asam tersebut.

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Teori

    a. Klasifikasi tanaman kunyit ( Curcuma domestica Val )

    Klasifikasi tanaman kunyit ( Curcuma domestica Val.) secara taksologi diklasifikasikan

    sebagai berikut:

    Divisi : Spermatophyta

    Sub Divisi : Angiospermae

    Clasis : Monocotyledoneae

    Ordo : Zingiberales

    Famili : Zingiberaceae

    Marga : Curcuma

    Spesies : Curcuma domestica Val.

    Nama Daerah : Kunir (Jawa)

    Nama Umum : Kunyit (5

    b. Morfologi tanaman kunyit

    Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang

    semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari

    pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40

    cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk

    yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar

    3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun

    yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-

    kuningan (6).

    Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia dan

    Filipina. Tumbuh dengan baik di tanah yang curah hujannya cukup banyak sekitar 2000 mm

    sampai 4000 mm tiap tahunnya dan butuh tempat yang sedikit terlindung dari matahari.

    Kandungan rimpang kunyit terdiri dari minyak atsiri sekitar 3%,furmerol, sineol, zingiberin,

    borneol, karvon, dan kurkumin. Senyawa-senyawa tersebut,seperti kunyit dapat dipakai untuk

    mengobati penyakit cacar, luka, eksim, sampai otorrhoea (telinga bernanah), sebagai inhaler,

  • kunyit dalam bentuk uap rebusan rimpang kunyit dapat menyembuhkan radang selaput hidung

    atau flu (7).

    Bila diminum air rebusannya, bisa berfungsi diuretikum (memperlancar aliran air seni), obat

    diare, serta penambah nafsu makan. Bahkan, untuk mengatasi gangguan penyakit maag, perut

    kembung, sampai hipertensi (tekanan darah tinggi) (8).

    c. Klasifikasi tanaman Asam jawa ( Tamarindus indica L. )

    Klasifikasi tanaman asam jawa (Tamarindus indica L.) secara taksologi diklasifikasikan

    sebagai berikut:

    Divisi : Spermatophyta

    Sub Divisi : Angiospermae

    Clasis : Dicotyledoneae

    Ordo : Fabales

    Famili : Caesal piniaceae

    Marga : Tamarindus

    Spesies : Tamarindus indica L.

    Nama Daerah : Witasem (Jawa)

    Nama Umum : Asam jawa (5)

    d. Morfologi tanaman asam jawa

    Tanaman asam jawa tumbuh habitus berupa pohon dengan tinggi 15 sampai 25 m. Batang

    merupakan batang tegak bulat, berkayu, warnanya coklat muda, percabangan simpodial,

    permukaan batang banyak lentisel. Daun majemuk tunggal berhadapan, bentuknya lonjong

    dengan panjang 1-2,5 cm, lebarnya 0,5-1 cm, tepi daun rata, ujungnya tumpul dan pangkal

    membulat, pertulangan menyirip, halus, berwarna hijau, panjang tangkai daun 0,2 cm,

    warnanya hijau.

    Bunga majemuk berbentuk tandan, terdapat di ketiak daun, panjang tangkai 0,6 cm,

    warnanya kuning. Kelopak bunga berbentuk tabung, warnanya hijau kecoklatan, benang sari

    berjumlah banyak, berwarna putih, putik berwarna putih, mahkota bunga kecil, berwarna kuning.

    Buah berbentuk polong dengan panjang 10 cm dan lebar 2 cm, warnanya hijau kecoklatan.

    Bentuk biji kotak pipih, berwarna coklat, akar tunggang dan berwarna coklat kotor(6).

  • Daging buah Tamarindus indica mengandung gula invert, tartaric acid, citric acid, nicotinic

    acid, 1-malic acid, pipecolic acid, vitexin, isivitexin, orientin, isoorientin, vitamin B, minyak

    menguap (geranial, geraniol, limonene), cinnamates, serine, -alanine, pectin, proline,

    phenylalanine, leucine, kalium dan lemak. Daun mengandung sitexin, isovitexin, orientin,

    isoorientin, 1-malic acid, tannin, glikosida dan peroksidase. Kulit kayu mengandung tannin,

    saponin, glikosida, peroksidase dan lemak (9)

    . Daging buah Tamarindus indica berkhasiat

    sebagai obat batuk, sariawan, jerawat, bisul, borok dan eksim. Kandungan kimia asam jawa

    mengandung saponin, flavanoid dan tannin (6)

    .

    B. Jamu

    Jamu (Obat tradisional) adalah obat jadi atau obat berbungkus yang berasal dari bahan

    tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral, atau sediaan galeniknya atau campuran dari bahan-bahan

    tersebut, yang belum mempunyai data klinis dan dipergunakan dalam usaha pengobatan

    berdasarkan pengalaman (10)

    a. Jenis Obat Tradisional

    Berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK. 00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok

    Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia.

    Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga yaitu jamu, obat herbal terstandar,

    dan fitofarmaka (11)

    . 1) Jamu merupakan obat tradisional yang berisi seluruh bahan tanaman

    yang menjadi penyusun jamu tersebut. Jamu disajikan secara tradisional dalam bentuk serbuk

    seduhan, pil atau cairan. Satu jenis jamu disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlah antara

    5-10 macam, bahkan bisa lebih. Jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai uji klinis,

    tetapi cukup dengan bukti empiris.

    2) Obat herbal terstandar merupakan obat tradisional yang disajikan dari hasil ekstraksi atau

    penyarian bahan alam, baik tanaman obat, binatang maupun mineral. Dalam proses

    pembuatannya dibutuhkan peralatan moderen dibanding jamu yang lebih kearah sederhana. Obat

    herbal umumnya ditunjang oleh pembuktian ilmiah berupa penelitian pra klinis.

    3) Fitofarmaka merupakan obat tradisional yang sejajar dengan obat modern. Proses

    pembuatannya telah terstandar dan ditunjang bukti ilmiah sampai uji klinis pada manusia.

    Karena itu dalam pembuatannya diperlukan peralatan berteknologi modern, tenaga ahli dan biaya

    yang tidak sedikit.

  • b. Persyaratan Obat Tradisonal

    Dalam PERMENKES No. 246/MENKES/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Obat

    Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional dalam pasal 3 ayat 1 disebutkan bahwa obat

    tradisional yang diproduksi, diedarkan di wilayah Indonesia maupun di eksport terlebih dahulu

    harus didaftarkan dan melalui persetujuan menteri kesehatan, untuk pendaftaran obat tradisional

    yang dimaksud pada pasal 23 harus memenuhi persyaratan yang tertera pada pasal 23 bahwa : (11)

    1) Secara empirik terbukti aman dan bermanfaat untuk digunakan manusia.

    2) Bahan obat tradisional dan produksi yang digunakan memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

    3) Tidak mengandung bahan kimia sintetik.

    4) Tidak mengandung bahan yang tergolong obat keras atau narkotika.

    Mutu jamu ditentukan oleh persyaratan pokok, yaitu komposisi yang benar, tidak

    mengandung perubahan fisika-kimia, tidak tercemar bahan asing. Dari 3 syarat pokok ini yang

    pertama kali perlu dipatuhi ialah yang pertama, komposisi yang benar. Berarti secara kuantitatif

    dan kualitatif jamu tersebut diolah dari simplisia sebagaimana yang tertera pada formulir

    pendaftaran, serta tidak disisipkannya zat berkhasiat lain seperti zat/bahan kimia(11).

    c. Sumber perolehan obat tradisional (11)

    1) Obat tradisional buatan sendiri Pada zaman dahulu nenek moyang kita mempunyai

    kemampuan untuk menyediakan ramuan obat tradisional untuk mengobati keluarga sendiri dari

    bahan alam. Oleh pemerintah cara tradisional ini selanjutnya dikembangkan dalam program

    tanaman obat keluarga (TOGA).

    2) Obat tradisional buatan industri

    Departemen Kesehatan membagi industri obat tradisional menjadi dua kelompok, yakni : industri

    kecil obat tradisional (IKOT) dan industri obat tradisional (IOT). Bentuk sediaan obat tradisional

    buatan industri berupa serbuk, pil, tablet, kapsul dan sirup.

    C. Bahan Pemanis

    Pemanis sintetis merupakan zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau mempertajam

    penerimaan terhadap rasa manis tersebut, sedangkan kalori yang dihasilkannya jauh lebih rendah

    dari pada gula(3)

    .

    Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan

    produk olahan pangan, industri, serta minuman dan makanan kesehatan. Pemanis berfungsi

    untuk meningkatkan cita rasa dan aroma, serta memperbaiki sifat-sifat makanan.

  • Rasa manis dihasilkan oleh berbagai senyawa organik, termasuk alkohol, glikol, gula, dan

    turunan gula. Sukrosa adalah bahan pemanis pertama yang digunakan secara umum karena

    pengusahaannya paling ekonomis.

    Bahan pemanis golongan karbohidrat maupun senyawa sintetis yang bermolekul sederhana

    dan tidak mengandung kalori seperti bahan pemanis alami dikenal dengan nama pemanis buatan.

    Bahan pemanis sintetis adalah hasil rekaan manusia, oleh karena itu bahan pemanis tersebut

    tidak terdapat di alam.

    Perkembangan industri pangan dan minuman membutuhkan pemanis dalam jumlah besar,

    dari tahun ke tahun semakin meningkat dan lebih menyukai menggunakan pemanis sintesis

    selain harganya relatif murah, tingkat kemanisan pemanis sintetis jauh lebih tinggi dari pemanis

    alami (250 kali) dari gula alami.

    a. Jenis Pemanis

    Pemanis dapat dikelompokkan menjadi pemanis alami dan pemanis buatan (sintetis). Contoh

    pemanis alam sebagai berikut : 1) Berasal dari tanaman yaitu : gula tebu (sukrosa) yang diekstrak

    dari tebu (Saccharum officinarum L.) dan gula bit (sukrosa) yang diekstrak dari Bit (Beta

    vulgaris). 2) Berasal dari penguraian (hidrolisis) karbohidrat, antara lain :glukosa, dekstrosa,

    laktosa, fruktosa, galaktosa, sorbitol, manitol, gliserol,dan glisina (3).

    Pemanis buatan (sintetis) merupakan bahan tambahan yang menyebabkan rasa manis pada

    pangan tetapi tidak memiliki nilai gizi. Beberapa pemanis sintetis yang telah dikenal dan banyak

    digunakan adalah sakarin, siklamat, aspartam.

    Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mengetahui hubungan strukur kimia bahan

    pemanis dengan rasa manis antara lain (3)

    :

    1. Mutu Rasa Manis

    Bahan alami yang mendekati rasa manis, seperti kelompok gula, banyak dipakai sebagai

    dasar pembuatan bahan pemanis sintetis seperti asam-asam amino. Salah satu dipeptida seperti

    aspartam memiliki rasa manis dengan mutu yang serupa dengan kelompok gula dan tidak

    memiliki rasa pahit. Sedangkan pada sakarin dan siklamat menimbulkan rasa pahit yang semakin

    terasa bila digunakan dalam jumlah banyak.

    Rasa pahit tersebut diduga terkait dengan struktur molekulnya, dengan pemurnian secara

    apapun tidak dapat menghilangkan rasa pahit.

  • 2. Intensitas Rasa Manis

    Intensitas rasa manis menunjukkan kekuatan atau tingkat kadar kemanisan suatu bahan

    pemanis. Intensitas rasa manis berkaitan dengan nilai relatif rasa manis yang sama maupun yang

    berbeda antara masing-masing bahan pemanis. Harga intensitas rasa manis biasanya diukur

    dengan membandingkan kemanisan sukrosa. Beberapa contoh jenis rasa manis suatu pemanis

    sintetis relatif terhadap sukrosa dapat dilihat dalam tabel di bawah ini

    Tabel 1 . Intensitas beberapa pemanis dibandingkan dengan sukrosa

    Pemanis Kemanisan relatif

    Sukrosa 1

    Na-siklamat 15 31

    Sakarin 240-350

    Aspartam 250

    3. Kenikmatan Rasa Manis

    Bahan pemanis ditambahkan dengan tujuan memperbaiki rasa dan bau pangan sehingga rasa

    manis yang timbul dapat meningkatkan kelezatan.

    Pada pemanis sintetis seperti sakarin tidak dapat menimbulkan rasa nikmat dan sebaliknya

    memberikan rasa yang tidak enak. Namun penggunaan campuran sakarin dan siklamat pada

    bahan pangan dapat menimbulkan rasa manis tanpa menimbulkan rasa pahit.

    4. Persyaratan dan efek terhadap kesehatan

    Di Indonesia penggunaan bahan tambahan pangan pemanis, baik jenis maupun jumlahnya

    diatur dengan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/88.

    Menurut Permenkes tersebut, pemanis pada pangan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai

    nilai gizi (2). Bahan pemanis sintetis yang diperbolehkan menurut Permenkes tersebut adalah

    sakarin, siklamat dan aspartame (3).

    Masih banyak pemanis sintetis yang beredar dan digunakan sebagai pemanis dalam berbagai

    produk makanan dan minuman termasuk yang digunakan dalam beberapa produk minuman

    berenergi, merupakan contoh kasus penggunaan bahan kimia yang belum diawasi secara penuh..

    Penggunaan pemanis sintetis dalam jumlah besar, bersifat karsinogenik. Pemanis alternatif

    dengan nilai kalori rendah sangat dibutuhkan karena harga relatif murah (3).

  • Di Indonesia, meskipun ada beberapa batasan dalam peredaran dan produksi siklamat, tetapi

    belum ada larangan dari pemerintah mengenai penggunaannya. Beberapa pemanis buatan yang

    beredar di pasaran di antaranya adalah sebagai berikut :

    1) Sakarin

    Sakarin ditemukan dengan tidak sengaja oleh Fahbelrg dan Remsen pada tahun 1897,

    digunakan sebagai antiseptik dan pengawet, namun sejak tahun 1900 digunakan sebagai

    pemanis. Sakarin sebagai pemanis buatan biasanya dalam bentuk garam berupa kalsium, kalium,

    dan natrium sakarin. Secara umum, garam sakarin berbentuk kristal putih, tidak berbau atau

    berbau aromatik lemah, dan mudah larut dalam air, serta berasa manis. Kombinasi

    penggunaannya dengan pemanis buatan rendah kalori lainnya bersifat sinergis (12).

    Intensitas rasa manis garam natrium sakarin cukup tinggi, yaitu kira-kira 200-700 kali sukrosa

    10 %. Di samping rasa manis, sakarin juga mempunyai rasa pahit yang disebabkan oleh

    kemurnian yang rendah dari proses sintetis (1)

    .

    Sakarin tidak dimetabolisme oleh tubuh, lambat diserap oleh usus, dan cepat dikeluarkan

    melalui urin tanpa perubahan. Pada suatu penelitian diperoleh penggunaan sakarin dalam tikus

    dapat merangsang terjadinya tumor di kandung kemih, penelitian yang lebih ektensif dilakukan

    pada populasi manusia tidak menunjukkan terjadinya tumor.

    Sejak bulan Desember 2000, FDA (Food and Drug Administration) telah menghilangkan

    kewajiban pelabelan pada produk pangan yang mengandung sakarin, dan 100 negara telah

    mengijinkan penggunaannya. CAC (Codex Alimentarius Commission) mengatur maksimum

    penggunaan sakarin pada berbagai produk pangan berkisar antara 80 5.000 mg/kg produk. Saat

    ini, meskipun sakarin telah dinyatakan aman untuk dikonsumsi, namun di USA sendiri

    penggunaannya dalam produk pangan masih sangat dibatasi (12)

    .

    Pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan melalui Menteri Kesehatan RI No. 208 /

    Menkes / Per /IV/1985 tentang pemanis buatan dan No. 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang bahan

    tambahan pangan, bahwa pada pangan dan minuman olahan khusus yaitu berkalori rendah dan

    untuk penderita penyakit diabetes mellitus kadar maksimum sakarin yang diperbolehkan adalah

    300 mg/kg (4)

    .

  • a) Struktur Kimia (3,13)

    Gambar I. Rumus bangun sakarin

    Rumus Molekul : C7H5NO3S

    Nama kimia : 1,2-benzisotiazolin-3-on-1-1-dioksida

    Berat Molekul : 183,18

    b) Sifat Kimia (13)

    Pemerian : Berupa serbuk atau hablur putih, tidak berbau atau berbau aromatik lemah,

    larutan encer sangat manis, larutan bereaksi asam terhadap lakmus.

    Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter, larut dalam air

    mendidih; sukar larut dalam etanol, mudah larut dalam larutan amonia encer, dalam larutan

    alkali hidroksida dan dalam alkali karbonat dengan pembentukan karbondioksida.

    c) Identifikasi (14)

    Asamkan kurang lebih 100 ml contoh (bila berupa cairan) dengan 10 ml H2SO4 10%. Ekstrak

    dengan 50 ml etil asetat dalam corong pisah. Saring lapisan etil asetat dengan Na2SO4 anhidrat

    untuk menghilangkan air. Uapkan etil asetat hinga mencapai 2 ml. Totolkan lebih kurang 5 l

    pada lapisan tipis silica gel 60 GF 254 pada lempeng, dengan jarak 1 1,5 cm dari tepi lempeng.

    Rendam lempeng, dalam bejana yang jenuh dengan uap fase gerak (90 ml aseton 10 ml

    amonia), hingga mencapai jarak 15 cm dari tepi lempeng. Kemudian semprot dengan larutan alfa

    naftilamin 1%, keringkan dan biarkan di bawah sinar ultra violet selama 1 menit, warna ungu

    muda menunjukkan adanya sakarin.

    2) Siklamat

    Siklamat pertama kali ditemukan dengan tidak sengaja oleh Michael Sveda pada tahun 1937.

    Sejak tahun 1950 siklamat ditambahkan ke dalam pangan dan minuman (3)

    .

    Siklamat (C6H11NHSO3Na) umumnya dalam bentuk garam kalsium, kalium, dan natrium

    siklamat. Garam siklamat berbentuk kristal putih, tidak berbau, tidak berwarna, dan mudah larut

    dalam air dan etanol, intensitas kemanisannya 30 kali kemanisan sukrosa. Kombinasi

    penggunaan siklamat dengan sakarin bersifat sinergis, dan kompatibel dengan pencitarasa dan

    sebagai bahan pengawet (12)

    .

  • Sifat fisik siklamat tahan panas, sehingga sering digunakan dalam pangan yang diproses

    dalam suhu tinggi misalnya pangan dalam kaleng. Meskipun memiliki tingkat kemanisan yang

    tinggi dan rasanya enak (tanpa rasa pahit) tetapi siklamat dapat membahayakan kesehatan.

    Hasil penelitian menunjukan bahwa tikus yang diberikan siklamat dapat menimbulkan kanker

    kantong kemih. Hasil metabolisme dari siklamat yaitu senyawa sikloheksamina merupakan

    senyawa karsinogen, pembuangan sikloheksamina melalui urin dapat merangsang tumbuhnya

    tumor kandung kemih (3)

    .

    a) Struktur kimia (3)

    Gambar 2. Rumus bangun siklamat

    Rumus molekul : C6H11NHSO3Na

    Nama kimia : natrium sikloheksilsulfamat

    Berat molekul : 179,24

    Ph : larutan siklamat 10% terletak antara 5,5 7,5

    b) Sifat Fisika (3)

    Pemerian : berbentuk kristal putih, tidak berbau, tidak berwarna

    Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air,etanol, dan praktis tidak larut dalam eter , benzene,

    dan kloroform.

    c) Identifikasi (14)

    Asamkan kurang lebih 100 ml contoh (bila berupa cairan) dengan 10 ml H2SO4 10%. Ekstrak

    dengan 50 ml etil asetat dalam corong pisah. Saring lapisan etil asetat dengan Na2SO4 anhidrat

    untuk menghilangkan air. Uapkan etil asetat hinga mencapai 5 ml. Totolkan lebih kurang 5 l

    dan standar pada lapisan tipis silica gel 60 GF 254 pada lempeng, dengan jarak 1 1,5 cm dari

    tepi lempeng. Rendam lempeng, dalam bejana yang jenuh dengan uap fase gerak (90 ml etanol

    10 ml amonia), hingga mencapai jarak 15 cm dari tepi lempeng. Selanjutnya dimasukkan ke

    dalam bejana yang telah diisi aqua brom selama 30 menit, keringkan dan biarkan di bawah sinar

    ultra violet selama 1 menit, warna total putih menunjukkan adanya siklamat.

  • 3) Aspartam

    Aspartam ditemukan secara kebetulan oleh James Schulter pada tahun 1965, ketika

    mensintesis obat-obat untuk bisul atau borok. Aspartam senyawa metil ester dipeptida yaitu

    L-aspartil-L-alanin-metilester dengan rumus C14H16N2O5 memiliki daya kemanisan 250 kali

    sukrosa (3). Aspartam merupakan senyawa yang tidak berbau, berbentuk tepung kristal berwarna

    putih, sedikit larut dalam air, dan berasa manis. Aspartam tidak cocok untuk produksi makanan

    kering, roti dan lain-lain. Kelarutannya dalam air memberikan suasana asam cukup besar.

    Rasa manisnya 150-200 x gula, hal ini mengherankan karena baik L- aspartil maupun L-

    fenilalanin tidak ada yang manis. Kenyataannya sejumlah kecil peptida menyebabkan pahit,

    stabilitas maksimal aspartam dalam pelarut cair sekitar Ph 4-5 (15). Aspartam dimetabolisme dan

    terurai secara cepat menjadi asam amino, asam aspartat, fenilalanin, dan metanol, sehingga dapat

    meningkatkan kadar fenilalanin dalam darah. Oleh karena itu, pada label perlu dicantumkan

    peringatan khusus bagi penderita kelemahan mental (fenilketonuria) (12)

    .

    Fenilketonuria atau PKU (Phenylketonuria) adalah kelainan genetis pada orang-orang tertentu

    dimana tubuhnya tidak dapat memetabolisme asam amino fenilalanin secara efektif. Hal ini

    menyebabkan akumulasi fenilalanin dalam tubuh hingga berapa kadar yang dapat

    membahayakan dan apabila tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan kerusakan otak dan

    pada akhirnya dapat mengakibatkan cacat mental.

    Penderita PKU hanya satu dari sepuluh ribu orang yang biasanya dapat diketahui segera

    setelah lahir, melalui pemeriksaan darah rutin (16)

    . Penderita PKU diharuskan mematuhi aturan

    diet yang ketat untuk membatasi asupan fenilalinin. Kadar fenilalanin yang tinggi dapat

    membahayakan janin yang dikandung oleh wanita hamil yang menderita PKU, oleh karenanya

    wanita penderita PKU yang berencana untuk hamil diharuskan juga menerapkan pola makan

    dengan kadar fenilalanin yang terkontrol (preconception phenyalanin-controlled diet).

    Asam amino sebagai penyusun aspartam memiliki nilai energi 4 kkal/g. Pada penggunaannya

    100 g sukrosa dapat diganti dengan 1 g aspartam, dapat dikatakan bahwa aspartam merupakan

    bahan pemanis nonkalori.

    Aspartam dapat menimbulkan gangguan tidur dan migrain bagi yang sensitif. Penggunaan

    aspartam sesuai dengan petunjuk FDA dinilai aman bagi wanita hamil. FDA menerbitkan ADI

    (Acceptable Daily Intake) atau batas aman penggunaan yaitu 50 mg/kg BB. Misalnya orang

    dewasa 68 kg butuh 97 sachet gula meja pemanis untuk mencapai tingkat ADI. Sementara CAC

  • mengatur maksimum penggunaan aspartam pada berbagai produk pangan berkisar antara 500

    sampai dengan 5500 mg/kg produk.

    a) Struktur kimia (3,17)

    Gambar 3. Rumus bangun aspartam

    Rumus molekul : C14H18N2O5

    Nama kimia : N-(L--Aspartil)-L-fenilalanin-1-metilester

    Berat molekul : 294,3 g/mol

    Kerapatan : 1,347 g/cm3

    b) Sifat Fisika (3)

    Pemerian : Senyawa yang tidak berbau, berbentuk tepung Kristal berwarna putih

    Kelarutan : Sedikit larut dalam air dan etanol

    c) Identifikasi (14)

    Aspartam dapat ditentukan secara kualitatif dengan kromatografi lapis tipis. Fase diam untuk

    penentuan aspartam adalah silica gel 60 GF 254, sedangkan fase geraknya adalah sistem

    pengembang n-butanol, asam asetat glacial, dan air dengan pembanding 2 : 1 : 1. Untuk

    menampakkan bercak (noda) dapat digunakan larutan ninhidrin 0,2 % dalam air yang dipanaskan

    selama 30 menit dan larutan brom 1% dalam CCl4. Noda dilihat di bawah lampu UV pada

    panjang gelombang 254 nm. Warna total coklat kemerahan menunjukkan adanya aspartam.

    d) Penetapan kadar pemanis aspartam dengan metode kromatografi cair

    kinerja tinggi (14)

    Pengkondisian alat kromatografi cair kinerja tinggi, kondisi optimum adalah sebagai berikut ;

    Komposisi fase gerak : Air Acetonitril (80:20)

    Kolom : C-18

    Dimensi Kolom : 250 X 4,6 mm

  • Laju Alir : 1,0 ml/menit

    Detektor : ultraviolet 220 nm

    Sampel disaring dengan filter 0,45 m, kemudian diinjeksikan ke dalam kromatografi cair

    kinerja tinggi.

    D. Kromatografi Lapis Tipis (18)

    Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan fitokimia. Lapisan yang memisahkan, yang

    terdiri atas bahan butir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa alat gelas, logam

    atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak

    atau pita (awal). Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi

    larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler

    (pengembangan). Selanjutnya, senyawanyang tidak berwarna harus ditampakkan (dideteksi).

    Bahan penyerap ini disebut juga sebagai fase diam, fase stasioner atau fase tidak

    bergerak. Larutan cuplikan yang akan digunakan pada analisis KLT dibuat saat akan digunakan.

    Jumlah cuplikan yang ditotolkan biasanya 1 10 . Penotolan dilakukan dengan menggunakan

    mikropipet dengan ujung yang runcing.

    Fase gerak disebut juga sebagai cairan rambat karena perambatannya secara perlahan-lahan

    dari salah satu ujung lempeng menuju ke ujung lempeng lainnya. Penggunaan fase gerak dapat

    dipilih dari pelarut yang besifat non polar sampai polar. Fase gerak merupakan campuran

    beberapa pelarut, biasanya berupa zat organik yang mudah menguap. Pelarut yang digunakan

    hanya pelarut analitik.

    Fase diam atau bahan penjerap yang sering digunakan adalah silika gel, meskipun ada bahan

    penjerap lain yang dapat digunakan seperti magnesium karbonat, talk, pati, alumina, kalsium

    karbonat, bentonit dan kalsium fosfat. Pendukung ini dapat berupa lempeng kaca, alumunium

    ataupun plastik.Pengembang adalah suatu proses pemisahan campuran cuplikan yang

    diakibatkan karena pelarut pengembang merambat naik dalam lapisan KLT. Proses pengembang

    akan lebih baik bila ruangan pengembang telah jenuh dengan uap sistem pelarut. Jarak bercak

    merupakan jarak antara titik penotolan dengan suatu bercak Biasanya digunakan metode dengan

    melihat kromatogram di bawah lampu UV dengan panjang gelombang 254 nm atau 366 nm. Jika

    tidak terdeteksi, maka disemprotkan dengan pereaksi warna sehingga dapat menghasilkan suatu

    warna atau berfluoresensi.

    Pengukuran bercak pada kromatogram dinyatakan dengan angka Rf (Retention Factor).

  • Rf adalah jarak rambat dari titik penotolan. Angka Rf berjarak antara 0,00 1,00, hanya dapat

    ditentukan 2 desimal. HRf adalah angka Rf dikalikan dengan faktor 100 (h) menghasilkan nilai

    berjarak 0 100.00.

    Rf = Jarak titik pusat bercak dari titik awal ......................... (1)

    Jarak rambat cairan pengembang dari titik awal

    KCKT Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC)

    Suatu sistim kromatografi cair kinerja tinggi yang sudah dikondisikan sedemikian rupa untuk

    dapat melakukan elusi dengan satu atau lebih macam pelaru.Menggunakan dua sistim pompa

    pada kromatografi yaitu sistem elusi isokratik (larutan pengembang atau pelarut pengembang

    campur) dan sistem elusi gradien (pelarut pengembang campur yang perbandingannya berubah

    dalam waktu tertentu).

    KCKT, merupakan analisis kromatografi yang kepekaannya sensitif dan hasil yang diperoleh

    lebih akurat, dikhususkan kepada sampel yang secara kromatografi sederhana sulit untuk dapat

    dideteksi.

  • BAB III

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    1. Uji pendahuluan dengan karamelisasi

    Dari kelima sampel jamu kunyit asam yang diuji dengan karamelisasi, tidak ada yang

    menunjukkan hasil berbeda dari baku pembanding untuk sakarin dan aspartam. Kelima sampel

    tersebut ada yang mengandung pemanis buatan yaitu siklamat, sedangkan untuk sakarin dan

    aspartam tidak terdeteksi karena dengan menggunakan HPLC sekalipun juga tidak tampak untuk

    pemanis buatan aspartam. Sedangkan untuk sakarin secara manual juga tidak terdeteksi. Hasil

    dapat dilihat pada lampiran7

    2. Identifikasi Sakarin

    a. Analisis Sampel dengan Kromatografi Lapis Tipis

    Analisis secara kromatografi lapis tipis, diperoleh hasil kromatogram seperti yang terlihat

    pada lampiran.5.Pada kromatogram 2- 6 fase gerak (aseton : Amonia) tidak terlihat adanya

    bercak pada sampel jamu kemasan yang sejajar dengan bercak baku pembanding sakarin. Dan

    berdasarkan dari harga Rf tidak terdapat sampel jamu yang memilki harga Rf sama dengan harga

    Rf baku pembanding sakarin. Harga Rf dari kromatogram 2,3,4,5 dan 6 terdapat pada tabel I. Hal

    ini menunjukkan bahwa jamu kunyit asam yang dianalisis tidak mengandung bahan pemanis

    buatan sakarin.

    Tabel 2. Harga Rf dari sampel jamu kunyit asam dengan baku

    pembanding sakarin

    No Kode Pedagang

    Jamu Gendong

    Kode Sampel Analisa secara KLT (hRf)

    Fase gerak aseton : ammonia (9 : 1)

    1 A H -

    2 B K -

    3 C M -

    4 D N -

    5 F P -

    Baku Pembanding Sakarin 0,65

  • 3. Identifikasi Siklamat

    a. Analisis Sampel dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Uji Pengendapan

    Pada kromatogram baku pembanding dan sampel tidak terlihat adanya bercak noda warna

    putih total di bawah UV 254 nm, maka dilakukan uji pengendapan yaitu terbentuknya endapan

    putih dari reaksi antara BaCl2 dengan Na2SO4 seperti yang terlihat pada lampiran... Berdasarkan

    hasil tersebut sampel jamu kunyit asam terbentuk endapan putih. Hal ini menunjukkan bahwa

    jamu kunyit asam mengandung bahan pemanis buatan siklamat.

    4. Identifikasi aspartam

    a. Analisis Sampel dengan Kromatografi Lapis Tipis

    Dari analisis kromatografi lapis tipis, diperoleh hasil kromatogram seperti yang terlihat pada

    lampiran 8. Pada kromatogram 2-6 fase gerak n-butanol : asam asetat glacial : air

    (2 : 1 : 1) tidak terlihat adanya menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi, resolusi tidak

    tampak adanya pemanis buatan dalam jamu gendong kunyit asam. Bercak pada sampel jamu

    yang sejajar dengan bercak baku pembanding aspartam. Dan berdasarkan dari harga Rf tidak

    terdapat sampel jamu yang memiliki harga Rf sama dengan harga Rf baku pembanding

    aspartam. Hal ini menunjukkan bahwa jamu kunyit asam tidak mengandung bahan pemanis

    buatan aspartam. Untuk aspartam dilakukan pembuktian lebih akurat dengan menggunakan

    KCKT disebut kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC = High Performance Liquid

    Chromatography)

    Tabel 3. Harga Rf dari sampel jamu kunyit asam dengan baku pembanding aspartam

    No Kode Pedagang

    Jamu

    Kode Sampel Analisa secara KLT (hrf) Fase gerak

    n-butanol:asam asetat glacial:air (2 : 1 : 1)

    1 A H -

    2 B K -

    3 C M -

    4 D N -

    5 E P -

    Baku Pembanding Aspartam 0,4375

  • B. Pembahasan

    Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah pada jamu gendong kunyit asam dalam

    kemasan plastik tanpa label terdapat pemanis buatan seperti, sakarin, siklamat serta aspartam.

    Proses analisis sakarin, siklamat dan aspartam dalam jamu kunyit asam diawali dengan

    karamelisasi. Uji pembentukan karamel dengan pemanasan larutan sampel dalam cawan uap,

    untuk sampel yang tidak mengandung pemanis buatan didapat hasil karamel dengan warna,

    bentuk dan bau khas gula.

    Untuk sampel yang mengandung pemanis buatan tidak terbentuk karamel serta tidak berbau

    khas gula. Timbang sampel jamu kunyit asam, larutkan dalam air, asamkan dengan asam sulfat

    ( karena sifat ke tiga pemanis tersebut basa ) untuk menarik sakarin, siklamat dan aspartam,

    selain itu guna asam sulfat untuk memisahkan komponen lain sebagai pengotor.

    Ekstraksi dengan etil asetat, dilanjutkan dengan menganalisis menggunakan kromatografi

    lapis tipis, sebelum proses elusi, dilakukan penjenuhan eluen dalam bejana kromatografi.

    Untuk mengetahui kejenuhan eluen dalam bejana, kertas saring ditempatkan menempel pada

    dinding dalam bejana yang berisi eluen kemudian ditutup rapat ditunggu beberapa waktu. Proses

    selanjutnya adalah pemisahan secara KLT. Penotolan zat dilakukan secara manual dengan mikro

    syringe. Hasil analisis dengan KLT berupa bercak noda yang kemudian di bawah UV 254 nm.

    Bercak yang mengandung sakarin akan terlihat warna ungu muda, siklamat warna total putih

    dan aspartam terlihat warna coklat muda di bawah lampu UV 254 nm. Hasil analisis dengan

    kromatografi lapis tipis untuk sakarin dengan fase gerak aseton : ammonia (90 : 10)

    menunjukkan bahwa sampel jamu kunyit asam tanpa label, pada kromatogram 2-6 hasilnya

    adalah negatif. Pada aspartam dengan menggunakan fase gerak nbutanol, asam asetat glacial, dan

    air (2 :1 : 1) menunjukkan hasil negatif dari sample jamu kunyit asam. Dilanjutkan menganalisis

    dengan KCKT untuk akurasi data.

    Siklamat menggunakan fase gerak etanol : ammonia (90 : 10) terlihat adanya bercak total

    putih di awah UV baik baku pembanding siklamat maupun sampel jamu kunyit asam, untuk

    mendapatkan hasil yang lebih akurat dilakukan uji pengendapan dengan reaksi antara BaCl2

    dengan Na2SO4 bila mengandung siklamat maka akan terbentuk endapan warna putih. Hasil yang

    diperoleh adalah sampel jamu kunyit asam terbentuk endapan putih, positif mengandung

    siklamat.

  • BAB IV

    KESIMPULAN

    Dari hasil analisis pada jamu gendong kunyit asam dalam kemasan plastik tanpa label yang

    beredar di wilayah kelapa dua wetan, tidak ditemukan bahan pemanis buatan sakarin, dan

    aspartam secara kromatografi lapis tipis dan KCKT, sedangkan untuk bahan pemanis buatan

    siklamat hasil analisis positif, berarti menunjukan dalam jamu gendong kunyit asam tersebut

    mengandung pemanis buatan siklamat.

  • PENUTUP

    Terima kasih diucapkan kepada Pimpinan UHAMKA, melalui Lemlitbang UHAMKA yang

    telah memfasilitasi kegiatan penelitian ini, semoga apa yang telah dilakukan pada penelitian ini

    dapat memberikan manfaat bagi masyarakat umum sebagai informasi dan sosialisasi yang

    merupakan wujud kepedulian intelektual bagi peneliti-peneliti umumnya terhadap apa yang ada

    disekitar kita.

    Semoga Lemlitbang UHAMKA selalu amanah dalam memfasilitasi kegiatan penelitian bagi

    dosen atau peneliti dilingkungan UHAMKA yang kita cintai ini, sebagai Perguruan Tinggi Islam

    yang mengedepankan ukhuwah islamiyah dan kemaslahatan umat. Amin Ya Robbal Alamin.

    Jakarta 30 Juni 2013

    Penulis

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Sutrisno, RB, 1993. Analisis Jamu, Jakarta : Fakultas Farmasi Universitas Pancasila.

    Halaman 3.

    2. Anonim, 1988. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/ 1988 tentang

    Bahan Tambahan Makanan, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

    Halaman 3

    3. Cahyadi wisnu, 2005. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan, Jakarta : PT

    Bumi Aksara. Halaman 67-77.

    4. Silalahi R, 2011. Bahan Tambahan Makanan (BTM) Universitas Sumatera Utara,

    http://repository.usu.ac.Id/bitstream/123456789/21770/4/Chat r%20II.pdf. selasa 21

    maret 2011 Pukul 9:11 WIB.

    5. Anonim, 2008. Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Citeureup. Jakarta:

    Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Halaman 32-93.

    6. Soesilo S, 1989. Vademicum Bahan Obat Alam, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

    Indonesia. Halaman 78.

    7. Dalimartha S, 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4, Jakarta : Puspa Swara. Halaman

    9-10.

    8. Mulyono, 2002, Khasiat dan Manfaat Jahe Merah Si Rimpang Ajaib, Jakarta : Agro Media

    Pustaka. Halaman 1-14.

    9. Khomsan A, 2006. Sehat dan Makanan Berkhasiat, Jakarta : Kompas. Halaman 176-177.

    10. Anonim, 1994. Kodifikasi Peraturan Perundang-undangan Obat Tradisional, Direktorat

    Pengawasan Obat Tradisional. Jakarta: Direktur Jendral Pengawasan Obat dan

    Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 75-86, 93-104.

    11. Suharmiati H, Lestari A. 2006. Cara Benar Meracik Obat Tradisional. Jakarta: PT Agromedia

    Pustaka. Halaman 3.

    12. Indrie A, & Qanytah. Penerapan Standar Penggunaan Pemanis Buatan Pada Produk

    Pangan, http://www.bsn.or.id/files/348256349/Litbang%20200 9/Bab%206.pdf

    Minggu, 20 maret 2011 Pukul 20.00 WIB.

    13. Anonim, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

    Halaman 748-750.

    14. Anonim, 1992. Cara Uji Pemanis Buatan SNI 01.2893.1992. Jakarta : SNI

    15. Anonim, 2 Oktober 1999. Zigma Majalah Gizi dan Teknologi Pangan Volume 11 No. 2.

  • Surabaya: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Widya Mandala.

    Halaman 14-15.

    16. Anonim. Juli Agustus 2010. Benarkah Aspartam Berbahaya. Jakarta: Info Badan

    Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesi. Halaman 6-7.

    17. Anonim, 1999. British Pharmacopeia Volume I. London : The Stationery Office.

    Halaman 129 130.

    18. Stahl, E. 1985. Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi. Terjemahan : Kosasih

    Padmawinata dan Iwang Sudiro. ITB, Bandung. Halaman 36.